BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Nifas ( Peurperium) 1

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Nifas (Peurperium)
1. Definisi
Masa nifas adalah masa sesudah persalinan dan kelahiran bayi,
plasenta, serta selaput yang diperlukan untuk memulihkan kembali
organ kandungan seperti sebelum hamil dengan waktu kurang lebih 6
minggu (Walyani & Purwoastuti, 2015).
Masa nifas (puerperium) adalah maasa pamulihan kembali, mulai
dari persalinan selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti
sebelum hamil, lama masa nifas yaitu 6-8 minggu (Amru, 2012).
Periode post partum atau puerperium adalah masa dari kelahiran
plasenta dan selaput janin (menandakan akhir periode intrapartum)
hingga kembalinya traktur reproduksi wanita pada kondisi tidak hamil
(Varney, 2008).
Jadi post partum atau masa nifas (puerperium) adalah masa dimana
kondisi pemulihan dari persalinan hingga kembali ke kondisi sebelum
hamil, kurang lebih terjadi selama 6 minggu.
16
Asuhan Keperawatan Pada..., Dewi Indah Wulandari, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
2. Etiologi
Penyebab persalinan belum pasti diketahui, namun beberapa teori menghubungkan dengan factor hormonal, struktur
rahim, sirkulasi rahim, pengaruh tekanan pada saraf dan nutrisi (Hafifah, 2011).
2.1 Teori penurunan hormone
1-2 minggu sebelum partus mulai, terjadi penurunan hormone perogesterone dan estrogen. Fungsi progesterone
sebagai penenang otot-otot polos rahim dan akan menyebabkan kekejangan pembuluh darah sehingga timbul his bila
progesterone turun.
2.2 Teori placenta menjadi tua
Turunnya kadar hormone estrogen dan progesterone menyebabkan kekejangan pembuluh darah yang menimbulkan
kontraksi rahim.
2.3 Teori distensi Rahim
xvii
Asuhan Keperawatan Pada..., Dewi Indah Wulandari, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
Rahim yang menjadi besar dan merenggang menyebabkaniskemik otot-otot rahim sehingga mengganggu sirkulasi
utero-plasenta.
2.4 Teori iritasi mekanik
Di belakang servik terlihat ganglion servikale (fleksus franterrhauss). Bila ganglion ini digeser dan di tekan misalnya
oleh kepala janin akan timbul kontraksi uterus.
2.5 Induksi partus
Dapat pula ditimbulkan dengan jalan gagang laminaria yang dimasukan dalam kanalis servikalis dengan tujuan
merangsang pleksus frankenhauser, amniotomi pemecahan ketuban, oksitosin drip yaitu pemberian oksitosin menurut
tetesan perinfus.
3. Tahapan Masa Nifas
Tahapan masa nifas menurut walyani & Purwoastuti (2015) menjadi 3, yaitu:
xviii
Asuhan Keperawatan Pada..., Dewi Indah Wulandari, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
3.1 Puerperium dini, yaitu kepulihan ketika ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan, serta beraktivitas layaknya
wanita noemal.
3.2 Puerperium intermedial, yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang lamanya sekitar 6-8 minggu.
3.3 Remote puerperium, yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna, terutama bila selama hamil atau
watru persalinan mempunyai komplikasi.
4. Perubahan Fisiologis pada Masa Nifas
Perubahan fisiologis pada masa nifas menurut Walyani & Purwoastuti (2015), yaitu :
4.1 Sistem kardiovaskuler
4.1.1
Volume darah
xix
Asuhan Keperawatan Pada..., Dewi Indah Wulandari, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
Perubahan pada volume darah tergantung pada beberapa variable, contoh kehilangan darah selama persalinan,
mobilisasi, dan pengeluaran cairan ekstravaskuler, dalam 2-3 minggu setelah persalinan volume darah
seringkali menurun sampai pada nilai sebelum kehamilan.
4.1.2 Cardiac output
Cardiac output terus meningkat selama kala 1 dan kala 2 persalinan. Puncaknya selama masa nifas dengan
tidak memperhatikan tipe persalinan dan penggunaan anastesi, cardiac output akan kembali seperti semula
sebelum hamil dalam 2-3 minggu.
4.2 Sistem haematologi
4.2.1
Keadaan hematokrit dan hemoglobin akan kembali pada keadaan semula seperti sebelum hamil dalam 4-5
minggu post partum.
4.2.2
Leukosit selama 10-12 hari setelah persalinan umumnya bernilai antar 20.000-25.000/mm3.
4.2.3
Factor pembekuan, pembekuan darah setelah melahirkan. Keadaan produksi tertinggi dari pemecahan fibrin
mungkin akibat pengaluaran dari tempat plasenta.
xx
Asuhan Keperawatan Pada..., Dewi Indah Wulandari, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
4.2.4 Kaki ibu diperiksa setiap hari untuk mengetahui adanya tanda-tanda thrombosis (nyeri, hangat dan lemas, vena
bengkak kemerahan yang dirasakan keras atau padat ketika disentuh).
4.2.5
Varises pada vulva umumnya kurang dan akan segera kembali setelah persalinan.
4.3 Sistem reproduksi
4.3.1
Uterus secara berangsur-angsur menjadi kecil (involusi) sehigga akhirnya kembali seperti sebelum hamil.
4.3.2
Lochea adalah cairan secret ysng berasal dari cavum uteri dan vagina dalam masa nifas.

Lochea rubra : darah segar, sisa-sisa selaput ketuban, sel-sel desidua, verniks kaseosa, lanugo dan
mekonium, selama 2 hari post partum.

Lochea sanguinolenta : berwarna kuning berisi darah dan lender, hari 3-7 post partum.

Lochea serosa : berwarna kuning cairan tidak berdarah lagi, hari ke 7-14 post partum.

Lochea alba : cairan putih setelah 2 minggu.

Lochea purulenta : terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah berbau busuk.
xxi
Asuhan Keperawatan Pada..., Dewi Indah Wulandari, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017

4.3.3
Locheastasis : lochea tidak lancer keluarnya.
Serviks mengalami involusi bersama uterus, setelah persalinan ostium eksterna dapat dimasuki oleh 2 hingga 3
jari tengah, setelah 6 minggu persalinan serviks menutup.
4.3.4
Vulva dan vagina mengalami penekanan serta peregangan yang sangat besar seelama proses melahirkan bayi,
dalam beberapa hari pertama setelah partus keadaan vulva dan vagina masih kendur, setelah 3 minggu secara
perlahan-lahan akan kembali ke keadaan sebelum hamil.
4.3.5
Perineum akan menjadi kendur karena sebelumnya teregang oleh tekana kepala bayi dan tampak terdapat
robekan jika dilakukan episiotomi yang akan terjadi masa penyembuhan selama 2 minggu.
4.3.6
Payudara, suplai darah ke payudara meningkat dan menyebabkan pembengkakan vascular sementara, air susu
saat diproduksi disimpan di alveoli dan harus dikeluarkan dengan efektif dengan cara didisap oleh bayi untuk
pengadaan dan keberlangsungan laktasi.
4.4 Sistem perkemihan
xxii
Asuhan Keperawatan Pada..., Dewi Indah Wulandari, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
Buang air kecil sering sulit selama 24 jam, urin dalam jumlah besar akan dihasilkan dalam waktu 12-36 jam
sesudah melahirkan. Keadaan ini menyebabkan dieresis, ureter yang berdilatasi akan kembali normal dalam tempo 6
minggu.
4.5 Sistem gastrointestinal
Kerapkali diperlukan waktu 3-4 hari sebelum faal usus kembali normal, namun asupan makan kadang juga
mengalami penurunan selama 1-2 hari, rasa sakit didaerah perineum dapat menghalangi keinginan ke belakang.
4.6 Sistem endokrin
Kadar estrogen menurun 10% dalam waktu sekitar 3 jam post partum, progesterone turun pada hari ke 3 post
partum, kadar prolaktin dalam darah berangsur-angsur hilang.
4.7 Sistem musculoskeletal
Abulasi pada umumnya dimulai 4-8 jam post partum, ambulasi dini sangat membantu untuk mencegah
komplikasi dan mempercepat proses involusi.
xxiii
Asuhan Keperawatan Pada..., Dewi Indah Wulandari, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
4.8 Sistem integument
Penurunan melanin umumnya setelah persalinan menyebabkan berkurangnya hyperpigmentasi kulit.
5. Perubahan Psikologis pada Masa Nifas
Perubahan psikologis pada masa nifas menurut Walyani & Purwoastuti (2015), yaitu :
5.1 Fase taking in
Fase taking in yaitu periode ketergantungan, berlangsung dar hari pertama sampai hari kedua setelah
melahirkan, pada fase ini ibu sedang berfokus terutama pada dirinya sendiri, ibu akan berulang kali menceritakan
proses persalinan yang dialaminya dari awal sampai akhir.
5.2 Fase taking hold
xxiv
Asuhan Keperawatan Pada..., Dewi Indah Wulandari, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
Fase taking hold adalah periode yang berlangsung atara 3-10 hari setelah melahirkan, pada fase ini timbul rasa
khawatir akan ketidakmampuan dan rasa tanggung jawabnya dalam merawat bayi.
5.3 Fase letting go
Fase letting go adalah periode menerima tanggung jawab akan peran barunya sebagai orang tua, fase ini
berlangsung 10 hari setelah melahirkan.
6. Anatomi dan Fisiologi
Menurut Gibson (2013) anatomi organ reproduksi wanita secara garis besar dibagi dalam dua golongan yaitu :
genetalia eksterna dan genetalia interna.
Gambar 2.1 Anatomi Eksterna Wanita
xxv
Asuhan Keperawatan Pada..., Dewi Indah Wulandari, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
Sumber : Gibson (2013)
6.1 Genetalia Eksterna (bagian luar)
Meliputi semua organ-organ yang terletak antara os pubis, ramus inferior dan perineum. Antara lain :
6.1.1
Mons veneris / mons pubis (daerah tumbuhnya rambut)
xxvi
Asuhan Keperawatan Pada..., Dewi Indah Wulandari, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
Merupakan bagian yang menonjol (bantalan) berisi jaringan lemak dan sedikit jaringan ikat yang terletak di
atas shympisis pubis. Setelah pubertas kulit dari mons veneris tertutup oleh rambut-rambut. Mons veneris
berfungsi untuk melindungi alat genetalia dari masuknya kotoran selain itu untuk estetika.
6.1.2
Labia Mayora (bibir besar)
Merupakan kelanjutan dari mons veneris berbentuk lonjong dan menonjol, berasal dari mons veneris dan
berjalan ke bawah dan belakang. Kedua bibir ini di bagian bawah bertemu membentuk perineum (pemisah
anus dengan vulva). Permukaan ini terdiri dari :

Bagian luar : tertutup rambut, yang merupakan kelanjutan dari rambut pada mons veneris.

Bagian dalam : tanpa rambut, merupakan selaput yang mengandung kelenjar sebasea (lemak).
Berfungsi untuk menutupi organ-organ genetalia di dalamnya dan mengeluarkan cairan pelumas pada
saat menerima rangsangan.
6.1.3 Labia Minora atau Nimfae (bibir kecil)
xxvii
Asuhan Keperawatan Pada..., Dewi Indah Wulandari, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
Merupakan lipatan di bagian dalam bibir besar, tanpa rambut. Dibagian atas klitoris, bibir kecil bertemu
membentuk prepusium klitoridis dan di bagian bawahnya bertemu membentuk frenulum klitoridis. Bibir kecil
ini mengelilingi orifisium vagina.
6.1.4 Clitoris (kelentit/ jaringan yang berisi saraf)
Merupakan sebuah jaringan erektil kecil yang serupa dengan penis laki-laki. Mengandung banyak urat-urat
syaraf sensoris dan pembuluh-pembuluh darah sehingga sangat peka. Letaknya anterior dalam vestibula.
Berfungsi untuk menutupi organ-organ genetalia di dalamnya serta merupakan daerah erotik yang mengandung
pambuluh darah dan syaraf.
6.1.5
Vestibulum (muara vagina)
Merupakan alat reproduksi bagian luar yang dibatasi oleh kedua bibir kecil, bagian atas klitoris, bagian
belakang (bawah) pertemuan kedua bibir kecil. Pada vestibulum terdapat muara uretra, dua lubang saluran
kelenjar Bartholini, dua lubang saluran Skene. Berfungsi untuk mengeluarkan cairan yang berguna untuk
melumasi vagina pada saat bersenggama.
6.1.6
Kelenjar Bartholini (kelenjar lendir)
xxviii
Asuhan Keperawatan Pada..., Dewi Indah Wulandari, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
Merupakan kelenjar terpenting di daerah vulva dan vagina karena dapat mengeluarkan lendir. Pengeluaran
lendir meningkat saat hubungan seks, dan salurannya keluar antara himen dan labia minora.
6.1.7
Hymen (selaput darah)
Merupakan jaringan yang menutupi lubang vagina, bersifat rapuh dan mudah robek. Himen ini berlubang
sehingga menjadi saluran dari lendir yang dikeluarkan uterus dan darah saat menstruasi. Bila himen tertutup
seluruhnya disebut hymen imperforata dan menimbulkan gejala klinik setelah mendapat menstruasi.
6.1.8
Lubang kencing (orifisium uretra externa)
Tempat keluarnya air kencing yang terletak dibawah klitoris. Fungsinya sebagai saluran untuk keluarnya air
kencing.
6.1.9
Perineum (jarak vulva dan anus)
Terletak diantara vulva dan anus, panjangnya kurang lebih 4cm.Terdapat otot-otot yang penting yaitu sfingter
anus eksterna dan interna serta dipersyarafi oleh saraf pudendus dan cabang-cabangnya.
xxix
Asuhan Keperawatan Pada..., Dewi Indah Wulandari, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
Gambar 2.2 Anatomi Interna Wanita
Sumber : Gibson (2013)
6.2 Genetalia Interna (bagian dalam)
xxx
Asuhan Keperawatan Pada..., Dewi Indah Wulandari, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
Genetalia interna antara kandung terdiri dari :
6.2.1
Vagina (liang senggama)
Merupakan saluran muskulo-membraneus yang menghubungkan uterus dengan vulva. Jaringan muskulusnya
merupakan kelanjutan dari muskulus sfingter ani dan muskulus levator ani, oleh karena itu dapat dikendalikan.
Vagina terletak di antara kandung kemih dan rektum. Panjang bagian depannya sekitar 9 cm dan dinding
belakangnya sekitar 11 cm. Pada dinding vagina terdapat lipatan-lipatan melintang disebur rugae dan terutama
di bagian bawah. Pada puncak (ujung) vagina, menonjol serviks bagian dari uterus. Bagian serviks yang
menonjol ke dalam vagina disebut porsio. Porsio uteri membagi puncak vagina menjadi forniks anterior
(depan), forniks posterior (belakang), forniks dekstra (kanan), forniks sinistra (kiri). Sel dinding vagina
mengandung banyak glikogen yang menghasilkan asam susu dengan pH 4,5. Keasaman vagina memberikan
proteksi terhadap infeksi. Fungsi utama vagina adalah:

Sebagai saluran keluar dari uterus yang dapat mengalirkan darah pada waktu haid dan sekret dari
uterus.

Sebagai alat persetubuhan.
xxxi
Asuhan Keperawatan Pada..., Dewi Indah Wulandari, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017

Sebagai jalan lahir pada waktu partus.
6.2.2 Uterus (rahim)
Uterus adalah organ yang tebal, berotot, berbentuk buah pir, terletak di dalam pelvis (panggul), antara rektum
di belakang dan kandung kencing di depan. Berfungsi sebagai tempat calon bayi dibesarkan. Bentuknya
seperti buah alpukat dengan berat normal 30-50 gram. Pada saat tidak hamil, besar rahim kurang lebih sebesar
telur ayam kampung. Diding rahim terdiri dari 3 lapisan :

Peritoneum
Yang meliputi dinding uterus bagian luar, dan merupakan penebalan yang diisi jaringan ikat dan
pembuluh darah limfe dan urat saraf. Bagian ini meliputi tuba dan mencapai dinding abdomen (perut).

Myometrium
Merupakan lapisan yang paling tebal, terdiri dari otot polos yang disusun sedemikian rupa hingga
dapat mendorong isinya keluar saat proses persalinan. Diantara serabut-serabut otot terdapat pembuluh
darah, pembuluh lymfe dan urat syaraf.
xxxii
Asuhan Keperawatan Pada..., Dewi Indah Wulandari, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017

Endometrium
Merupakan lapisan terdalam dari uterus yang akan menebal untuk mempersiapkan jika terjadi
pembuahan. Tebalnya sususnannya dan faalnya berubah secara siklis karena dipengaruhi hormonhormon ovarium. Dalam kehamilan endometrium berubah menjadi decidua.
Fungsi uterus yaitu untuk menahan ovum yang telah di buahi selama perkembangan. Sebutir ovum,
sesudah keluar dari ovarium, diantarkan melalui tuba uterina ke uterus. (pembuahan ovum secara normal
terjadi di dalam tuba uterina). Endometrium disiapkan untuk penerimaan ovum yang telah dibuahi itu dan
ovum itu sekarang tertanam di dalamnya. Sewaktu hamil, yang secara normal berlangsung selama kira-kira 40
minggu, uterus bertambah besar, dindingnya menjadi tipis, tetapi lebih kuat dan membesar sampai keluar
pelvis masuk ke dalam rongga abdomen pada masa pertumbuhan fetus.
Pada waktu saatnya tiba dan mulas tanda melahirkan mulai, uterus berkontraksi secara ritmis dan
mendorong bayi dan plasenta keluar kemudian kembali ke ukuran normalnya melalui proses yang dikenal
sebagai involusi.
xxxiii
Asuhan Keperawatan Pada..., Dewi Indah Wulandari, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
6.2.3 Tuba Uterina (saluran telur)
Tuba uterina atau saluran telur, terdapat pada tepi atas ligamentum latum, berjalan ke arah lateral, mulai
dari ostium tuba internum pada dinding rahim.Tuba fallopi merupakan tubulo muskular, dengan panjang
sekitar 12 cm dan diametrnya 3 dan 8 mm. Tuba fallopi terbagi menjadi 4 bagian :

Pars interstitialis (intramularis), terletak di antara otot rahim, mulai dari ostium internum tuba.

Pars isthmika tuba, bagian tuba yang berada di luar uterus dan merupakan bagian yang paling sempit.

Pars ampularis tuba, bagian tuba yang paling luas dan berbentuk S.

Pars infundibulo tuba, bagian akhir tubae yang memiliki umbai yang disebut fimbriae tuba.
Fungsi tuba fallopi sangat penting, yaitu untuk menangkap ovum yang dilepaskan saat ovulasi, sebagai
saluran dari spermatozoa ovum dan hasil konsepsi,tempat terjadinya konsepsi, dan tempat pertumbuhan dan
perkembangan hasil konsepsi sampai mencapai bentuk blastula, yang siap mengadakan implantasi.
xxxiv
Asuhan Keperawatan Pada..., Dewi Indah Wulandari, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
6.2.4
Ovarium (indung telur)
Ovarium adalah kelenjar berbentuk buah kenari, terletak di kanan dan kiri uterus, di bawah tuba
uterina, dan terikat di sebelah belakang oleh ligamentum latum uteri. Ovarium berisi sejumlah besar ovum
belum matang, yang disebut oosit primer. Setiap oosit dikelilingi sekelompok sel folikel pemberi makanan.
Pada setiap siklus haid sebuah dari ovum primitif ini mulai mematang dan kemudian cepat berkembang
menjadi folikel ovari yang vesikuler (folikel Graaf).
Sewaktu folikel Graff berkembang, perubahan terjadi di dalam sel-sel ini, dan cairan likuor folikuli
memisahkan sel-sel dari membran granulosa menjadi beberapa lapis. Pada tahap inilah dikeluarkan hormon
estrogen. Pada masa folikel Graff mendekati pengembangan penuh atau pematangan, letaknya dekat
permukaan ovarium, dan menjadi makin mekar karena cairan, sehingga membenjol, seperti pembengkakan
yang menyerupai kista pada permukaan ovarium. Tekanan dari dalam folikel menyebabkannya sobek dan
cairan serta ovum lepas melalui rongga peritoneal masuk ke dalam lubang yang berbentuk corong dari tuba
uterina. Setiap bulan sebuah folikel berkembang dan sebuah ovum dilepaskan dan dikeluarkan pada saat kirakira pertengahan (hari ke-14) siklus menstruasi.
xxxv
Asuhan Keperawatan Pada..., Dewi Indah Wulandari, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
7. Patofisiologi
Persalinan adalah rangkaian proses yang berakhir dngan pengeluaran hasil konsepsi oleh ibu. Di dalam poses
persalinan normal atau partus spotan terkadang harus melalui proses induksi atau pacuan agar bayi dapat keluar. Ada
beberapa hal yang menyebabkan persalinan tersebut harus dilakukan pacuan atau induksi, indikasi pada ibu yaitu penyakit
yang diderita, komplikasi kehamilan, kondisi fisik ibu, rupture sponan berlebih, perdarahan antepartum, kanker, kala 1
lama, kemudian ada beberapa indikasi pada janin yang menyebabkan persalinan harus menggunakan induksi atau pacuan
yaitu kehamilan lewat waktu (post mature), plasenta previa parsialis, solution plasenta ringan, kematian intrauterine,
kematian berulang dalam rahim, ketuban pecah dini, diabetes kehamilan, recurrent intrauterine death. Pada pasien post
partum spontan atau nifas akan mengalami perubahan fisiologis dan psikologis. Perubahan yang terjadi pada pasien post
partum spontas akan menyebabkan pengeluaran ASI tidak lancer yang disebabkan oleh penurunan hormone estrogen dan
progesterone sehingga menstrimulasi hipofisis anterior dan posterior lalu sekresi prolactin dan oksitosin terjadi membuat
diagnosa kerewatan ketidakefektifan pemberian ASI muncul. Pada ibu nifas juga akan mengalami involusi uteri yang
menyebabkan pelepasan desidua lalu mengalami kontraksi uterus dan munculnya lochea. Ibu nifas yang dilakukan
xxxvi
Asuhan Keperawatan Pada..., Dewi Indah Wulandari, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
tindakan episiotomi saat persalinan akan menyebabkan resiko infeksi karen luka dari insisi akan menjadi post de entris
bagi kuman. Dari proses persalinan bisa terjadi komplikasi post partum pada ibu nifas yaitu perdarahan yang
menyebabkan volume cairan menurun dan menimbulkan diagnosa keperawatan resiko kekurangan volume cairan. Dari
luka episiotomi tersebut menimbulkan nyeri di perineum saat defekasi menyebabkan konstipasi pada ibu nifas. Perubahan
psikologis juga terjadi pada ibu nifas pada fase taking in yang berlangsung 1-3 hari setelah persalinan ibu terfokus pada
diri sendiri termasuk dalam pemilihan alat kontrasepsi yang akan digunakan untuk dirinya, kurangnya informasi tentang
pemilihan alat kontrasepsi yang cocok digunakan untuk sang ibu membuat dignosa keperawatan defisiensi pengetahuan
muncul. Fase taking hold berlangsung selama 3-10 hari, timbul rasa khawatir akan ketidak mampuan dan rasa tanggung
jawab ibu dalm merawat bayinya, hal ini menyebabkan defisiensi pengetahuan tentang peran menjadi orang tua. Fase
letting go berlangsung selama 10 hari setelah melahirkan disini ibu sudah mandiri dalam menyesuaikan diri dengan
kebiasaan bayinya.
xxxvii
Asuhan Keperawatan Pada..., Dewi Indah Wulandari, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
B. Konsep Induksi
1. Devinisi
Induksi persalinan adalah upaya untuk melahirkan janin menjelang aterm, dalam keadaan belum terdapat tanda
persalinan atau belum in-partu, dengan kemungkinan janin dapat hidup diluar kandungan (umur diatas 28 minggu)
(Manuaba, 2007).
Induksi persalianan adalah usaha agar persalinan mulai berlangsung sebelum atau sesudah kehamilan cukup bulan
dengan jalan merangsang timbulnya his (Israr, 2008).
2. Indikasi Induksi Persalinan
2.1 Indikasi ibu
2.1.1
Berdasarkan penyakit yang diderita
Penyakit ginjal, penyakit jantung, penyakit hipertensi, diabetes militus, keganasan payudara dan pasrio.
2.1.2
Komplikasi kehamilan
Pre eklamsi dam eklamsi
xxxviii
Asuhan Keperawatan Pada..., Dewi Indah Wulandari, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
2.1.3 Berdasarkan kondisi fisik
Kesempitan panggul, kelainan bentuk panggul, kelainan bentuk tulang belakang.
2.1.4
Rupture spontan ketuban : jika kehamilan sudah dalam 2 minggu aterm dan persalinan belum mulai setelah 24
jam, maka induksi dengan oksitosin harus dipertimbangkan.
2.1.5
Perdarahan antepartum : termasuk disini semua kasus placenta letak rendah dan solution placenta yang ringan,
dimana perdarahan tidak bisa diatasi dengan istirahat ditempat tidur atau jika bayi sudah meninggal
2.1.6
Kanker : pengakhiran kehamilan bertujuan untuk memungkinkan tindakan pembedahan, radiasi atau terapi
dengan bahan-bahan kimia untuk lesi tersebut, atau semata-mata hanya untuk mengurangi beban yang
menimpa daya tahan kekuatan diri si penderita.
2.1.7
Kala 1 lama

Definisi
xxxix
Asuhan Keperawatan Pada..., Dewi Indah Wulandari, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
Kala 1 adalah kala pembukaan yang berlangsung antara 0-10 cm. Proses ini terbagi menjadi 2 fase yaitu
fase laten (8 jam) dimana servik membuka sampai 3 cm dan fase aktif (6 jam) dimana servik membuka
dari 3-10 cm (Sulistyowati, 2010).
Kala 1 lama adalah persalinan yang fase latennya berlangsung lebih dari 8 jam dan pada fase aktif laju
pembukaannya tidak adekuat atau bervariasi ; kurang dari 1,2 cm per jam pada primigravida dan kurang
dari 1,5 per jam pada multipara; lebih dari 12 jam sejak pembukaan 4 sampai pembukaan lengkap (ratarata 0,5 cm per jam) (Saifuddin, 2009).

Klasifikasi kala 1 lama
Kala 1 lama diklasifikasikan menjadi 2, yaitu:
 Fase laten memanjang (prolonged latent phase)
Adalah fase pembukaan servik yang tidak melewati 3 cm setelah 8 jam inpartu (Saifuddin, 2009).
xl
Asuhan Keperawatan Pada..., Dewi Indah Wulandari, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
 Fase aktif memanjang (prolonged active phase)
Adalah fase yang lebih panjang dari 12 jam dengan pembukaan servik kurang dari 1,2 cm perjaam
pada primigravisa dan 6 jam rata-rata 2,5 jam dengan laju dilatasi serviks kurang dari 1,5 cm per
jam pada multigravida (Oxorn, 2010).
2.2 Indikasi janin / fetal
2.2.1
Kehamilan lewat waktu / post mature
Kehamilan lewat waktu / post mature adalah kehamilan yang umur kehamilannya lebih dari 42 minggu
(Lisnawati, 2013).
Post mature tetap menjadi indikasi umum untuk induksi persalinan, terutama karena dikhawatirkan
akan terjadi anoreksia janin (Hanretty, 2010).
Induksi persalinan dapat dilakukan asal tidak janin besar >4000gram ( Lisnawati, 2013).
2.2.2
Plasenta previa
Plasenta previa diartikan sebagai keadaan di mana plasenta ternidasi secara tidak normal sehingga
menghalangi jalan lahir (Irianti dkk, 2013).
xli
Asuhan Keperawatan Pada..., Dewi Indah Wulandari, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
Plasenta previa adalah tempat implantasi plasenta yang rendah di rahim menyebabkan plasenta terletak
di sepanjang atau di depan bagian presentasi janin (Hanretty, 2010).
Menurut Irianti dkk (2013) berdasarkan letak implantasinya, plasenta previa dibedakan menjadi empat,
yaitu :
 Plasenta previa totalis, di mana bagian plasenta menutup ostium secara menyeluruh
 Plasenta previa parsialis, di mana plasenta tertanam menutup sebagian dari ostium uteri internum
 Plasenta previa marginalir, di mana plasenta tertanam tepat di atas ostium uteri internum
 Plasenta letak rendah, di mana plasenta tertanam agak rendah dan mendekati ostium uteri internum
Tatalaksana plasenta previa saat ini selalu dengan pembedahan Sectio Caesarea, kecuali pada plasenta
letak rendah yang selaput ketubannya mungkin sudah pecah, jika perdarahan sudah terjadi, persalinan
spontan dapat ditunggu atau dibantu dengan induksi (Hanretty, 2010).
xlii
Asuhan Keperawatan Pada..., Dewi Indah Wulandari, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
2.2.3 Solusio plasenta
Solusio plasenta adalah terlepasnya implantasi plasenta sebagian atau komplit dari normal implantasi
dinding uterus sebelum melahirkan setelah 20 minggu usia kehamilan (Irianti dkk, 2013).
Solusio plasenta ialah terlepasnya plasenta dari tempat implantasinya yang normal pada uterus,
sebelum janin dilahirkan. Definisi ini berlaku pada kehamilan dengan masa gestasi di atas 22 minggu atau
berat janin di atas 500 gram. Proses solusio plasenta dimulai dengan terjadinya perdarahan dalam desidua
basalis yang menyebabkan hematoma retroplasenter (Lisnawati, 2013).
Partus per vaginam dapat dilakukan apabila :
 Janin hidup, gawat janin dan syarat untuk melahirkan per vaginam dengan segera dapat dipenuhi
(pembukaan lengkap, bagian terendah sudah di dasar panggul dan tindakan untuk akselerasi persalinan
dapat diaplikasikan.
 Kondisi ibu baik, janin telah meninggal dan hasil evaluasi kondisi serviks cukup baik untuk induksi/
akselerasi.
xliii
Asuhan Keperawatan Pada..., Dewi Indah Wulandari, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
2.2.4 Kematian intrauterine
2.2.5
Kematian berualang dalam Rahim
2.2.6
Ketuban pecah dini

Definisi
Ketuban pecah dini adalah keadaan pecahnya selaput ketuban sebelum persalinan dimulai
(Prawirohardjo, 2010).

Komplikasi
Komplikasi yang ditimbulkan akibat ketuban pecah dini bergantung pada usia kehamilan. Dapat
terjadi infeksi maternal atupun neonatal, persalinan premature, hipoksia karena kompresi tali pusat,
deformitas janin, meningkatnya insiden section caesarea, atau gagalnya persalinan norma.
2.2.7
Diabetes kehamilan : bayi cenderung menjadi besar dan sering meninggal dalam rahim pada mingguminggu terakhir kehamilan. Karena itu, kehamilan harus di akhiri pada saat skitar minggu ke-37.
xliv
Asuhan Keperawatan Pada..., Dewi Indah Wulandari, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
2.2.8 Inkompatibilitas rhesus : kalau janin mengalami sensitisasi atau kalau ada riwayat kematian janin dalam
rahim pada kehamilan-kehamilan sebelumnya, induksi dini persalinan kadang kala merupakan indikasi
diperlukan.
2.2.9
Recurrent intrauterine death : kematian intrauterine dekat saat aterm pada kehamilan yang lalu merupakan
alas an yang rasional untuk melakukan induksi dini persalinan.
3. Persyaratan Induksi Persalinan
3.1 Presentasi, presentasi harus kepala. Induksi persalinan tidak boleh dilakukan bila ada letak lintang, presentasi
majemuk dan sikap ekstansi pada janin, dan hamper tidak boleh dilakukan kalau bayi dengan presntasi bokong.
3.2 Stadium kehamilan, semakin kehamilan mendekati masa aterm, semakin mudah pelaksanaan induksi.
3.3 Stasiun, kepala bayi harus sudah masuk panggul, semakin rendah kepala bayi, semakin mudah dan semakin aman
prosedur tersebut.
3.4 Kematangan service : service harus sudah mendatar, panjangnya <1,3 cm (0,5 inci), lunak, bisa dilebarkan dan sudah
membuka untuk dimasuki sedikitnya 1 jari tangan dan sebaiknya 2 jari tangan.
xlv
Asuhan Keperawatan Pada..., Dewi Indah Wulandari, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
3.5 Pritas, induksi pada multipara jauh lebih mudah dan lebih aman dari pada primigravida, dan angka keberhasilannya
meningkat bersama-samaparitas.
3.6 Maturitas janin, umumnya semakin kehamilan mendekati 40 minggu, semakin baik hasilnya bagi janin. Kalau
kehamilan harus diakhiri sebelum aterm, pengujian maturitas janin harus dilakukan untuk menetapkan sajauh
mungkin apakah janin akan dapat hidup di luar kandungan.
C. ASI Ekslusif
1. Definisi
ASI ekslusif atau lebih tepat pemberian ASI (Air Susu Ibu) secra ekslusif adalah bayi hanya diberi ASI saja, sejak usia
30 menit post natal (setelah lahir) sampai usia 6 bulan, tanpa tambahan cairan lain seperti: susu formula, sari buah, air
putih, madu, air teh, dan tanpa tambahan makanan padat seperti buah-buahan, biscuit, bubur susu, bubur nasi dan nasi tim
(Walyani & Purwoastuti, 2015).
ASI eklusif adalah pemberian ASI saja sampai usia 6 bulan tanpa tambahan cairan ataupun makanan lain, ASI dapat
diberikan sampai bayi berusia 2 tahun (Dewi & Sunarsih, 2013).
xlvi
Asuhan Keperawatan Pada..., Dewi Indah Wulandari, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
2. Komposisi ASI
Menurut Walyani & Purwoastuti (2015) komposisi ASI dibedakan menjadi 3 macam, yaitu :
2.1 Kolostrum
ASI yang dihasilkan pada hari pertama sampai hari ketiga setelah bayi lahir. Kolostrum merupakan cairan yang agak
kental berwarna kekuningan-kuningan, lebih kuning disbanding dengan ASI mature, berbentuk agak kasar karena
mengandung butiran lemak dan sel-sel epitel, kasiat kolostrum sebgai berikut:
2.1.1
Sebagai pembersih selaput usus BBL sehingga saluran pencernaan siap untuk menerima makanan.
2.1.2
Mengandung kadar protein yang tinggi terutama gama globulin sehingga dapat memberikan perlindungan
tubuh terhadap infeksi.
2.1.3
Mengandug zat antibody sehingga mampu melindungi tubuh bayi dan bebagai penyakit infeksi untuk jangka
waktu sampai dengan 6 bulan.
2.2 ASI Masa Transisi
ASI yang dihasilkan mulai dari hari ke-4 sampai hari ke-10.
xlvii
Asuhan Keperawatan Pada..., Dewi Indah Wulandari, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
2.3 ASI Matur
ASI yang dihasilkan mulai hari ke-10 sampai seterusnya.
Komposisi Kandungan ASI
Tabel 2.1 Komposisi ASI
Kandungan
Energy (Kg kla)
Laktosa (gr/ 100 ml)
Lemak (gr/ 100 ml)
Protein (gr/ 100 ml)
Mineral (gr/ 100 ml)
Imunoglobin :
Ig A (mg/ 100 ml)
Ig G (mg/ 100 ml)
Ig M (mg/ 100 ml)
Lisosim (mg/ 100 ml)
Laktoferin
Kolostrum
57,0
6,5
2,9
1,195
0,3
Transisi
63,0
6,7
3,7
0,965
0,3
ASI Matur
65,0
7,0
3,8
1,324
0,2
335,9
5,9
17,1
14,2-16,4
420-520
-
119,6
2,9
2,9
24,3-27,5
250-270
Sumber : Walyani & Purwoastuti (2015)
xlviii
Asuhan Keperawatan Pada..., Dewi Indah Wulandari, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
3. Perawatan Payudara
Pewatan payudara adalah suatu tindakan untuk merawat payudara terutama pada masa nifas (masa menyusui) untuk
memperlancarkan pengeluaran ASI. Perawatan payudara adalah perawatan payudara setelah ibu melahirkan dan
menyusui yang merupakan suatu cara yang dilakukan untuk merawat payudara agar air susu keluar dengan lancer
(Walyani & Purwoastuti, 2015).
Tujuan perawatan payudara adalah memperlancar pengeluaran ASI saat masa menyususi. Untuk pasca persalinan,
lakukan sedini mungkin, yaitu 1 sampai 2 hari dan dilakukan 2 kali sehari (Dewi & Sunarsih, 2013).
4. Tujuan Perawatan Payudara
Tujuan dari perawatan payudara menurut Walyani & Purwoastuti (2015), yaitu :
4.1 Memelihara hygene payudara
4.2 Melenturkan dan menguatkan putting susu
4.3 Payudara yang terawatt akan memproduksi ASI cukup untuk kebutuhan bayi
xlix
Asuhan Keperawatan Pada..., Dewi Indah Wulandari, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
4.4 Dengan perawatan payudara yang baik ibu tidak perlu khawatir bentuk payudaranya akan cepat berubah sehingga
kurang menarik
4.5 Dengan perawatan puting susu yang baik putting susu tidak akan lecet sewaktu dihisap oleh bayi
4.6 Melancarkan aliran ASI
4.7 Mengatasi puting susu datar atau terbenam supaya dapat dikeluarkan sehingga siap untuk disusukan kepada bayinya.
5. Anatomi Payudara
Menurut Walyani dan Purwoastuti (2015) anatomi payudara dijelaskan sebagai berikut :
Secara vertical payudara terletak diantara kosta II dan IV, secara horizontal mulai dari pinggir sternum linea aksilaris
medialis. Kelenjar susu berada di jaringan sub kutan, tepatnya di antara jaringan sub kutan superficial dan profundus,
yang menutupi muskulus pectoralis mayor.
Ukuran normal payudara 10-12 cm dengan beratnya pada wanita hamil adalah 200 gram, pada wanita hamil aterm
400-600 gram dan pada masa laktasi sekitar 600-800 gram. Bentuk dan ukuran payudara akan bervariasi menurut aktifitas
fungsionalnya. Payudara menjadi besar saat hamil dan menyusui dan biasanya mengecil setelah menopause. Pembesaran
ini terutama disebabkan oleh pertumbuhan struma jaringan pengangga dan penimbunan jaringan lemak.
l
Asuhan Keperawatan Pada..., Dewi Indah Wulandari, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
Ada 3 bagian utama payudara, korpus (badan), aerola, papilla atau puting. Aerola mamae (kalang payudara) letaknya
mengelilingi puting susu dan berwarna kegelapan yang disebabkan oleh penipisan dan penimbunan pigmen pada
kulitnya. Perubahan warna ini tergantung dari corak kulitnya, kuning langsat akan berwarna jingga kemerahan, bila
kulitnya kehitaman maka warnanya akan lebih gelap dan kemudian menetap.
Puting susu terletak setinggi interkosta IV,tetapi berhubung adanya variasi bentuk dan ukuran payudara maka letaknya
pun akan bervariasi pula. Pada tempat ini terdapat lubang-lubang kecil yang merupakan muara dari duktus laktiferus,
ujung-ujung serat otot polos yang tersusun secara sirkuler sehungga bila ada kontraksi maka duktus lektiferus akan
memadat dan menyebabkan puting susu ereksi, sedangkan serat-serat otot yang longitudinal akan menarik kembali
putting susu tersebut.
Ada 4 macam bentuk putting yaitu bentuk yang normal/ umum, pendek/ datar, panjang dan terbenam (inverted).
Namun bentuk-bentuk puting ini tidak terlalu berpengaruh pada proses laktasi, yang penting adalah bahwa puting susu
dan aerola dapat ditarik sehingga membentuk tonjolan atau “dot” ke dalam mulut bayi. Kadang dapat terjadi puting tidak
lentur terutama pada bentuk puting terbenam, sehingga butuh penanganan khusus agar bayi bisa menyusu dengan baik.
Gambar 2.3 Macam-macam Bentuk Puting
li
Asuhan Keperawatan Pada..., Dewi Indah Wulandari, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
Sumber : Walyani & Purwoastuti (2015)
Struktur payudara terdiri dari 3 bagian, yakni kulit, jaringan subkutan (jaringan bawah kulit), dan corpus mammae.
Corpus mammae terdiri dari parenkim dan stroma. Parenkim merupakan suatu struktur yang terdiri dari Duktus
Laktiferus (duktus), Duktulus (duktulli), Lobus dan Alveolus.
lii
Asuhan Keperawatan Pada..., Dewi Indah Wulandari, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
Gambar 2.4 Payudara Tampak dari Samping
liii
Asuhan Keperawatan Pada..., Dewi Indah Wulandari, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
Sumber : Walyani & Purwoastuti (2015)
liv
Asuhan Keperawatan Pada..., Dewi Indah Wulandari, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
Ada 15-20 duktus lakteferus. Tiap-tiap duktus bercabang menjadi 20-40 duktuli. Duktulus bercabang menjadi 10-100
alveolus dan masing-masing dihubungkan dengan saluran air susu (sistem duktus) sehingga merupakan suatu pohon. Bila
diikuti pohon tersebut dari akarnya pada puting susu, akan didapatkan saluran air susu yang disebut duktus laktiferus. Di
daerah kalang payudara duktus laktiferus ini melebar membentuk sinus laktiferus tempat penampungan air susu.
Selanjutnya duktus laktiferus terus bercabang-cabang menjadi duktus dan duktulus, tapi duktulus yang pada perjalanan
selanjutnya disusun pada sekelompok alveoli. Di dalam alveoli terdiri dari duktulus yang terbuka, sel-sel kelenjar yang
menghasilkan air susu dan mioepitelium yang berfungsi memeras air susu keluar dari alveoli.
Gambar 2.5 Struktur Payudara
lv
Asuhan Keperawatan Pada..., Dewi Indah Wulandari, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
Sumber : Walyani & Purwoastuti (2015)
lvi
Asuhan Keperawatan Pada..., Dewi Indah Wulandari, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
6. Fisiologi Payudara
Menurut Walyani & Purwoastuti (2015) fisiologi payudara dijelaskan sebagai berikut:
Selama proses kehamilan, hormone prolactin dari plasenta meningkat tetapi ASI biasanya belum keluar karena masih
dihambat oleh kadar estrogen yang tinggi. Pada hari kedua atau ketiga pasca persalinan, kadar estrogen dan progesterone
turun drantis, sehingga pengaruh prolactin lebih dominan dan pada saat inilah mulai terjadi sekresi ASI. Dengan
menyusukan lebih dini terjadi perangsangan puting susu, terbentuklah prolactin hipofisis, sehingga sekresi ASI semakin
lancer. Dua reflek pada ibu yang sangat penting dalam proses laktasi yaitu reflek prolactin dan reflek aliran timbul akibat
perangangan putting susu oleh hisapan bayi.
6.1 Refleks Prolaktin
Sewaktu bayi menyusu, ujung sarap peraba yang terdapat pada putting susu terangsang. Rangsangan tersebut oleh
serabut afferent dibawa ke hipotalamus ke dasar otak, lalu memacu hipofise anterior untuk mengeluarkan hormone
prolactin ke dalam darah. Melalui sirkulasi prolactin memacu sel kelenjar (alveoli) untuk memproduksi air susu.
Jumlah prolactin yang disekresi dan jumlah susu yang diproduksi berkaitan dengan stimulus isapan, yaitu frekuensi,
intensitas dan lamanya bayi menghisap.
lvii
Asuhan Keperawatan Pada..., Dewi Indah Wulandari, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
6.2 Refleks Aliran (Let Down Reflex)
Rangsangan yang ditumbulkan oleh bayi saat menyusu selain mempengaruhi hipofise anterior mengeluarkan
hormone prolactin juga memengaruhi hipofise posterior mengeluarkan hormone oksitosin. Di mana setelah oksitosin
dilepas kedalam darah mengacu otot-otot polos yang mengelilingi alveoli dan duktulus berkontraksi sehingga
memeras air susu dari alveoli, duktulus, dan sinus menuju putting susu.
Refleks let-down dapat dirasakan sebagai sensasi kesemutan atau dapat juga ibu merasakan sansei apapun.
Tanda-tanda lain let-down adalah tetesan pada payudara lain yang sedang dihisap oleh bayi. Refleks ini dipengaruhi
oleh kejiwaan ibu.
7. Teknik Perawatan Payudara
Menurut Walyani & Purwoastuti (2015) langkah-langkah perawatan payudara adalah sebagai berikut:
7.1 Tempelkan kapas yang sudah diberi minyak kelapa atau baby oil selama
± 5 menit, kemudian puting susu
dibersihkan.
7.2 Tempelkan kedua telapak tangan di antara kedua payudara
lviii
Asuhan Keperawatan Pada..., Dewi Indah Wulandari, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
7.3 Pengurutan dimulai kearah atas, kesamping, lalu kearah bawah. Dalam pengurutan posisi tangan kiri kearah sisi kiri,
telapak tangan kanan kearah sisi kanan.
7.4 Pengurutan diteruskan ke bawah, ke samping selanjutnya melintang, lalu telapak tanagn mengurut ke depan kemudian
kedua tangan dilepaskan dari payudara, ulangi gerakan 20-30 kali.
7.5 Tangan kiri menopang payudara kiri, lalu tiga jari tangan kanan membuat gerakan memutar sambil menekan mualai
dari pangkal payudara sampai pada puting susu. Lalu lakukan tahap yang sama pada payudara kanan, lakukan dua
kali gerakan pada tiap payudara.
7.6 Satu tangan menopang payudara, sedangkan tangan yang lain mengurut payudara dengan sisi kelingking dari arah
tepi kearah puting susu. Lakukan tahap yang sama pada kedua payudara. Lakukan gerakan ini sekitar 30 kali.
7.7 Selesai pengurutan, payudara di bilas dengan air hangat dan air dingin bergantian selama 5 kali, keringkan payudara
dengan handuk bersih kemudian gunakan BH yang bersih dan menopang.
lix
Asuhan Keperawatan Pada..., Dewi Indah Wulandari, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
Indikasi Bagi Janin
Indikasi Ibu
D. Pathway
Gambar 2.6
Pathway Post Partum
-
-
Penyakit yang diderita
Koplikasi kehamilan
Kondisi fisik Ibu
Ruptur spontan berlebih
Perdarahan antepartum
Janjer
Kala 1 lama
-
Kehamilan lewat waktu (post
mature)
Plasenta pervia parsialis
Solusio plasenta ringan
Kematian intrauterine
Kematian berulang dalam rahim
Ketuban pecah dini
Diabetes kehamilan
Recurrent intrauterine death
Induksi / Pacuan
Partus Spontan
Adaptasi Fisiologis
Adaptasi Psikologis
Penurunan Hormon
Episiotemi
Komplikasi
Esterogen
progesteron
Terputusnya
kontinuitas
jaringan
Perdarahan
Menstimulasi hopifisi
Anterior & posterior
Sekresi
oksitosin
Sekresi
proloktin
Jalan masuk
kuman
Volume cairan
menurun
Sensitivitas
Fase takingin
Fase taking hold
Fase letting go
Luka episiotomi
1-3 hari
3 – 10 hari
10 hari setelah
melahirkan
Nyeri
diperineum
saat defekasi
Ibu focus
pada diri
sendiri
MK.2
Resiko Infeksi
Laktasi
Involusi
Pengeluaran ASI
tidak lancar
Pelepasan desidua
MK.1
Konteraksi uterus
MK.3
MK.4
Resiko kurang
volume cairan
Konstipasi
Pemilihan alat
kontrasepsi
Timbul rasa khawatir
akan ketidak mampuan
rasa tangung jawabnya
dalam merawat bayi
Mampu menyesuaik
diri dengan bayiny
Butuh
informasi
Kurang
informasi
MK.6
lx
MK.5
Defisiensi
Asuhan Keperawatan Pada..., Dewi Indah Wulandari,
Fakultaspengetahuan
Ilmu Kesehatan UMP, 2017
Summber : Elisabeth dan Endang (2015)
Defisiensi
tentang peran menjadi
orang tua
Mandiri
E. Intervensi Keperawatan
Table 2.2 intervensi keperawatan
No.
1.
Diagnosa Kep
NOC
Intervensi
Ketidakefektifan
pemberian ASI
b.d
ketidakadekuatan
suplai ASI
Setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama …x24 jam klien menunjukkan
respon breast feeding adekuat dengan
indicator:
a. Pasien mengetahui cara perawatan
payudara
b. ASI dapat keluar
c. Payudara tampak bersih
d. Tidak ada pembendungan di payudara
Breastfeeding Assistence
1. Evaluasi pola menghisap/ menelan bayi
2. Tentukan keinginan dan motivasi ibu untuk
menyusui
3. Kaji pengetahuan ibu tentang perawatan
payudara
4. Kaji berapa banyak pengeluaran kolostrum
5. Lakukan tindakan keperawatan breastcare
6. Evaluasi pemahaman ibu tentang isyarat
menyusui dari bayi (missal reflex rooting,
menghisap dan terjaga)
7. Kaji kemampuan bayi untuk latch on dan
menghisap secara efektif
8. Pantau keterampilan ibu dalam menempelkan
bayi ke putting
9. Pantau integritas kulit putting ibu
10. Evaluasi pemahaman tentang sumbatan
kelenjar susu dan mastitis
11. Pantau kemampuan untuk mengurangi
kongesti payudara dengan benar
12. Pantau berat badan dan pola eliminasi bayi
13. Kolaborasu dengan ahli gizi mengenai nutrisi
untuk ibu menyusui
lxi
Asuhan Keperawatan Pada..., Dewi Indah Wulandari, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
Breast Examination
Lactation Supresion
1. Fasilitasi proses bantuan interaktif untuk
membantu mempertahankan keberhasilan
proses pemberian ASI
2. Sediakan informasi tentang laktasi dan teknik
memompa ASI (secara manual atau dengan
pompa elektrik), cara mengumpulkan dan
menyimpan ASI.
3. Ajarkan pengasuh bayi mengenai topic-topik,
seperti penyimpanan dan pencairan ASI dan
penghindaran memberi botol susu pada dua
jam sebelum ibu pulang
4. Ajarkan
orang
tua
mempersiapkan,
menyimpan,
menghangatakan
dan
kemungkinan pemberian tambahan susu
formula
5. Apabila penyapihan diperlukan, informasikan
ibu mengenaikembalinya proses ovulasi dan
seputar alat kontrasepsi yang sesuai
Lactation Conseling
1. Sediakan informasi tentang keuntungan dan
kerugian pemberian ASI
2. Demonstrasikan latihan menghisap jika perlu
3. Diskusikan metode alternative pemberian
makanan bayi
lxii
Asuhan Keperawatan Pada..., Dewi Indah Wulandari, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
2.
Resiko infeksi Setelah dilakukan asuhan keperawatan
b.d
prosedur selama …x24 jam diharapkan resiko
invasif
infeksi terkontrol dengan indicator:
Immune Status
Knowledge : Infection control
Risk control
Kriteria Hasil :
a. Klien bebas dari tanda dan gejala
infeksi
b. Mendeskripsikan proses penularan
panyakit, factor yang mempengaruhi
penularan serta penatalaksanaannya
c. Menunjukkan kemampuan untuk
mencegah timbulnya infeksi
d. Jumlah leukosit dalam batas normal
e. Menunjukan perilaku hidup sehat
Infection Control (Kontrol Infeksi)
1. Bersihkan lingkungan setelah dipakai pasien
lain
2. Pertahankan teknik isolasi
3. Batasi pengunjung bila perlu
4. Instruksikan pada pengunjung untuk mencuci
tangan saat berkunjung dan setelh berkunjung
meninggalkan pasien
5. Gunakan sabun antimikrobia untuk cuci
tangan
6. Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah
tindakan keperawatan
7. Gunakan baju, sarung tangan sebagai alat
pelindung
8. Pertahankan
lingkungan
aseptikselama
pemasangan alat
9. Ganti letak IV perifer dan line central dan
dressing sesuai dengan petunjuk umum
10. Gunakan kateter intermiten untuk menurunkan
infeksi kandung kencing
11. Tingkatkan intake nutrisi
12. Berikan terapi antibiotic bila perlu
Infection Protection (Proteksi Terhadap
Infeksi)
1. Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan
local
2. Monitor hitung granulosit, WBC
3. Monitor kerentanan terhadap infeksi
lxiii
Asuhan Keperawatan Pada..., Dewi Indah Wulandari, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Batasi pengunjung
Saring pengunjung terhadap penyakit menular
Pertahankan asepsis pada pasien yang berisiko
Pertahankan isolasi k/p
Berikan perawatan kulit pada area epidema
Inspeksi kulit dan membrane mukosa terhadap
kemerahan, panas, drainase
10. Inspeksi kondisi luka/ insisi bedah
11. Dorong masukan nutrisi yang cukup
12. Dorong masukan cairan
13. Dorong intirahat
14. Instruksikan pasien untuk minum antibiotic
sesuai resep
15. Ajarkan pasien da keluarga tanda dan gejala
infeksi
16. Ajarkan cara menghindari infeksi
17. Laporkan kecurigaan infeksi
18. Laporkan kultur positif
3.
Resiko
kekurangan
volume
cairan
b.d kehilangan
volume
cairan
aktif
(perdarahan)
Setelah dilakukan asuhan keperawatan
selama …x24 jam diharapkan resiko
kekurangan volume cairan terkontrol
dengan indicator:
Fluid balance
Hydration
Nutritional Status : Food and Fluid
Intake
Fluid Management
1. Timbang popok/ pembalut jika diperlukan
2. Pertahankan catatan intake dan output yang
akurat
3. Monitor status hidrasi (kelembaban membrane
mukosa, nadi adekuat, tekanan darah
ortostatik), jika perlukan
4. Monitor vital sign
5. Monitor masukan makanan/ cairan dan hitung
lxiv
Asuhan Keperawatan Pada..., Dewi Indah Wulandari, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
4.
Konstipasi b.d
Kriteria Hasil:
a. Mempertahankan urine output sesuai
dengan usia dan BB, BJ urine
noermal, HT normal
b. Tekanan darah, nadi, suhu tubuh
dalam batas normal
c. Tidak ada tanda tanda dehidrasi,
elastisitas turgor kulit baik, membrane
mukosa lembab, tidak ada rasa haus
yang berlebihan
intake kalori harian
6. Lakukan terapi IV
7. Monitor status nutrisi
8. Berikan cairan
9. Berikan cairan IV pada suhu ruangan
10. Dorong masukan oral
11. Berikan penggantian nesogatrik sesuai output
12. Dorong keluarga untuk membantu pasien
makan
13. Tawarkan snack (jus buah, buah segar)
14. Kolaborasi dokter jika tanda cairan berlebih
muncul memburuk
15. Atur kemungkinan transfuse
16. Persiapan untuk transfuse
Setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama …x24 jam diharapkan konstipasi
dapat teratasi dengan indicator:
Bowel Elimination
Hydration
Kriteria Hasil:
a. Mempertahankan bentuk feses lunak
setiap 1-3 hari
b. Bebas dari ketidaknyamanan dan
konstipasi
c. Mengidentifikasi indicator untuk
mencegah konstipasi
d. Feses lunak dan berbentuk
Constipation / Impaction Managemen
1. Monitor tanda dan gejala konstipasi
2. Monitor bising usus
3. Monitor feses: frekuensi, konsistensi dan
volume
4. Konsultasi dengan dokter tentang penurunan
dan peningkatan bising usus
5. Monitor tanda dan gejala rupture usus/
peritonitis
6. Jelaskan etiologi dan rasionalisasi tindakan
terhadap pasien
7. Identifikasi factor penyebab dan kontribusi
konstipasi
lxv
Asuhan Keperawatan Pada..., Dewi Indah Wulandari, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
8. Dukung intake cairan
9. Kolaborasikan pemberian laktasif
10. Pantau tanda-tanda dan gejala impaksi
11. Memantau gerakan usus, termasuk konsistensi
frekuensi, bentuk, volume, dan warna
12. Memantau bising usus
13. Konsultasikan
dengan
dokter
tentang
penurunan/ kenaikan frekuensi bising usus
14. Pantau tanda-tanda dan gejala pecahnya usus
dan / atau peritonitis
15. Jelaskan etiologi masalah dan pemikiran untuk
tindakan pasien
16. Menyususn jadwalke toilet
17. Mendorong meningkatkan asupan cairan,
kecuali dikontraindikasikan
18. Evaluasi profil obat untuk efek samping
gastrointestinal
19. Anjurkan pasien / keluargauntuk mencatat
warna, volume, frekuensi, dan konsistensi
tinja
20. Anjurkan pasien / keluarga bagaimana untuk
menjaga buku harian makan
21. Anjurkan pasien/ keluarga untuk diet tinggi
serat
22. Anjurkan pasien/ keluaraga pada penggunaan
yang tepat dari obat pencahar
23. Anjurkan pasien/ keluarga pada hubungan
asupan diet, olahraga, dan cairan sembelit/
lxvi
Asuhan Keperawatan Pada..., Dewi Indah Wulandari, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
impaksi
24. Menyarankan pasien untuk berkonsultasi
dengan dokter jika sembelit terus adda
25. Menginformasikan
pasien
prosedur
penghapusa manual dari tinja,jika perlu
26. Lepaskan impaksi tinja secara manual jika
perlu
27. Timbang pasien secra teratur
28. Ajarkan pasien atau keluarga tentang proses
pencernaan yang normal
29. Ajarkan pasien/ keluarga tentang kerangka
waktu untuk resolusi sembelit
5.
Defisisensi
pengetahuan b.d
Setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama
…x24
jam
diharapkan
pengetahuan pasien bertambah dengan
indicator:
Knowledge : disease process
Knowledge : health behavior
Kriteria Hasil :
a. Pasien dan keluarga menyatakan
pemahaman tentang penyakit, kondisi,
prognosis dan program pengobatan
b. Pasien
dan
keluarga
mampu
melaksanakan
prosedur
yang
dijelaskan secara benar
c. Pasien
dan
keluarga
mampu
menjelaskan kembali apa yang
Teaching : disease Process
1. Berikan penilaian tentang tingkat pengetahuan
pasien tentang proses penyakit yang sepesifik
2. Jelaskan patofisiologi dari penyakit dan
bagaimana hal ini berhubungan dengan
anatomi ddan fisiologi, dengan cara yang tepat
3. Gambarkan tanda dan gejala yang bisa muncul
pada penyakit, dengan cara yang tepat
4. Gambarkan proses penyakit, dengan cara yang
tepat
5. Identifikasi kemungkinan penyebab, dengan
cara yang tepat
6. Sediakan informasi pada pasien tentang
kondisi, dengan cara yang tepat
7. Hindari jaminan yang kosong
lxvii
Asuhan Keperawatan Pada..., Dewi Indah Wulandari, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
dijelaskan apa yang dijelaskan 8. Sediakan bagi keluarga atau SO informasi
perawat/ tim kesehatan lainnya
tentang kemajuan pasien dengan cara yang
tepat
9. Diskusikan perubahan gaya hidup yang
mungkin
diperlukan
untuk
mencegah
komplikasi di masa yang akan dating dan atau
proses pengontrolan penyakit
10. Diskusikan piihan terapi atau penanganan
11. Dukung pasien untuk mengeksplorasi atau
mendapatkan second opinion dengan cara
yang tepat atau diindikasikan
12. Rujuk pasien pada grup atau agensi di
komunitas local, dengan cara yang tepat
13. Instruksian pasien mengenai tanda dan gejala
untuk melaporkanpada pemberian perawatan
kesehatan,dengan cara yang tepat
lxviii
Asuhan Keperawatan Pada..., Dewi Indah Wulandari, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
Download