BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Kemajuan

advertisement
1
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Kemajuan teknologi pada era globalisasi saat ini sangat berkembang pesat
dan membawa dampak besar terhadap gaya hidup manusia. Salah satunya adalah
semakin banyaknya penggunaan komputer atau laptop di kalangan anak sekolah,
mahasiswa,
maupun
pekerja.
Kebanyakan
pengguna
komputer
tidak
memperhatikan ergonomi yang baik saat menggunakan komputer, dan jika itu
berlangsung lama dan terus menerus akan terjadi ketegangan pada otot disekitar
leher dan bahu sehingga akan menimbulkan nyeri sindroma miofasial yang
berakibat terjadinya disabilitas leher.
Sebuah studi musculosceletal disorder di Thailand menemukan bahwa
sindroma miofasial adalah diagnosis utama pada 36% dari 431 pasien dengan
nyeri yang timbul dalam waktu kurang dari seminggu (Fernandez et al, 2005).
Dengan adanya nyeri, pasien cenderung untuk membatasi gerakan yang akan
berpotensi menghasilkan nyeri termasuk gerakan mengulur sehingga pasien akan
cenderung pada posisi statik. Hal ini justru akan berkontribusi dalam peningkatan
jaringan miofasial. Masalah lain yang akan timbul adalah berupa penurunan
aktifitas leher, yaitu kesulitan dalam menggerakkan leher dan menekuk leher ke
sisi yang lainnya, menyebabkan adanya gangguan saat melakukan aktivitas seharihari.
2
. Sindroma miofasial adalah kumpulan gejala dan tanda dari satu atau
beberapa titik picu (trigger points) dan dicirikan oleh nyeri otot kronis dengan
peningkatan sensitivitas terhadap tekanan, sindroma dicirikan dengan adanya
spasme otot, tenderness, stiffness (kekakuan), keterbatasan gerak, kelemahan otot
dan sering pula timbul disfungsi autonomik pada area yang dipengaruhi yang
umumnya gejala timbul cukup jauh dari trigger area. Kondisi sindroma miofosial
umumnya pasien datang dengan keluhan nyeri yang menjalar apabila dilakukan
penekanan pada daerah tersebut, sehingga ditemukan adanya taut band yaitu
berbentuk seperti tali yang membengkak yang ditemukan di otot, yang membuat
pemendekan sarabut otot yang terus-menerus, sehingga terjadi peningkatan
ketegangan serabut otot (Wodsworth, 2012).
Clinical reasoning adalah langkah-langkah yang dilakukan oleh terapis
secara bertahap, untuk memperoleh informasi tentang penyebab problem pasien.
Clinical reasoning, yang benar dibutuhkan oleh fisioterapis untuk menentukan
diagnosa fisioterapi misalnya menentukan diagnosa fisioterapi pada penderita
sindroma
miofasial
otot
trapezius
descendens,
selanjutnya
menentukan
perencanaan program terapi dan intervensi fisioterapi yang efektif (Rohstein et
al., 2003; Tennent et al., 2003, Vizniak, 2010).
Beberapa intervensi dapat diterima sebagai standar penatalaksanaa untuk
sindroma miofasial otot trapezius descendens seperti traksi, latihan aktif dan pasif,
ultrasound, transcutaneous electrical nerve stimulation (TENS), edukasi pasien,
dan obat-obatan anti inflamasi non-steroid, tetapi bukti penelitian yang substansial
menyangkut efektifitasnya masih kurang (Walker et al., 2008).
3
Myofascial Release Technique umumnya digunakan dalam penatalaksanaan
sindroma miofasial otot trapezius descendens. Beberapa penelitian menunjukkan
bahwa penggunaan myofascial release technique pada sindroma miofasial otot
trapezius descendens merupakan intervensi yang efektif dan efisiensi biaya
pengobatan terjangkau untuk pasien-pasien sindroma otot trapezius descendens
(de-las-Penas et al., 2007). Meskipun demikian, beberapa pengamatan peneliti di
beberapa Rumah Sakit dan lahan praktek (klinik mandiri) daerah Denpasar masih
jarang sekali menggunakan intervensi myofascial release technique karena akan
berdampak pada biaya terapi akan bertambah.
Myofascial Release Technique memiliki
tehnik yaitu mencakup teknik
general, skin rolling, direct technique, dan lifting atau rolling.direct dan indireck
merupakan salah satu metode manual terapi yang efektif untuk kasus-kasus
miofasial khususnya sindroma miofasial otot trapezius descendens., dimana dalam
penelitian ini digunakan metode direct techhnique.
Myofascial Release Technique merupakan suatu teknik pengobatan yang
memfokuskan pada membebaskan keterbatasan gerak yang berasal dari jaringan
lunak tubuh, dimana teknik ini ditujukan pada fascia dan otot. Metode ini
berperan untuk memberikan regangan atau elongasi pada struktur otot dan fascia
Myofascial Release Technique sangat berperan di dalam menurunkan
ketegangan otot dan taut band yang akhirnya berimplikasi pada disabilitas leher.
Penelitian Adelaida (2012), dengan topik Jurnal “Effects of myofascial release
techniques on pain, physical function, and postural stability in patients with
4
fibromyalgia: a randomized controlled trial” menunjukkan hasil adanya
perbaikan lingkup gerak dan penurunan nyeri yang berdampak menurunnya
disabilitas leher yang signifikan pada pasien-pasien sindroma miofasial otot
trapezius descendens. menunjukkan adanya penurunan nyeri yang berakibat
penurunan disabilitas leher yang bermakna pada pasien-pasien sindroma miofasial
otot trapezius descendens.
Problem taut band, trigger point, tightness, jump sign, keterbatasan gerak
yang ditimbulkan oleh sindroma miofasial otot trapezius descendens tidak dapat
secara efektif dan efisien diatasi oleh Ultrasound dan Stretching Metode Janda
karena target jaringan dari metode ini adalah mobilisasi jaringan lunak di sekitar
sendi, meskipun memiliki dampak secara tidak langsung pada facet joint. Tujuan
Ultrasound di sini adalah meningkatkan kelenturan jaringan miofasial sehingga
meningkatkan mobilitas antar serabut otot, sedangkan Stretching Metode Janda
yang bertujuan mengembalikan panjang dan fleksibilitas otot dan fasianya (Grant
and Riggs, 2009).
Penambahan Myofascial Release Technique pada intervensi kombinasi
Ultrasound dan Stretching Metode Janda dapat menurunkan disabilitas leher yang
lebih efektif dan efisien dimana colagen wiving pada otot dan fascia sendi akan
terlepas secara maksimal. Secara khas, konsep Myofascial Release Technique
adalah membebaskan colagen wiving pada serabut otot dan fascia, dimana teknik
ini ditujukan pada fascia dan otot. Metode ini berperan untuk memberikan
regangan atau elongasi pada struktur otot dan fascia dengan tujuan akhir adalah
5
mengembalikan kualitas cairan atau lubrikasi pada jaringan fascia, mobilitas
jaringan fascia dan otot, dan fungsi sendi normal (Grant and Riggs, 2009).
The ‘Clinical guidelines for best practice management of acute and chronic
whiplash-associated disorders’ mengindikasikan bahwa sekitar 40% pasien dari
kondisi disabilitas leher sembuh kurang dari 4 minggu, dan yang sembuh dalam
waktu 6 minggu sekitar 50%. Panduan tersebut merekomendasikan menggunakan
pengukuran Neck Disability Index (NDI) untuk memeriksa faktor risiko dan
mengevaluasi efektifitas penanganannya.
Myofascial Release Technique sangat berperan di dalam menurunkan
ketegangan otot dan taut band yang menimbulkan distabilitas leher. Disabilitas
fungsi leher yang berbeda antara penderita sindroma miofasial yang satu dengan
yang lainnya mengharuskan penulis memilih tehnik pengukuran yang lebih efektif
untuk kasus ini, sehingga penulis memilih untuk menggunakan metode
pengukuran gangguan fungsional menggunakan Neck Disability Index (NDI)
sebagai indikator untuk melihat disabilitas yang dirasakan oleh pasien, sehingga
sampel lebih mudah menilai derajat disabilitas yang dihadapinya.
Berdasarkan hal tersebut didukung dengan hasil penelitian sebelumnya maka
penelitian mengenai “Penambahan Myofascial Release Technique pada Intervensi
Kombinasi Ultrasound dan Stretching Metode Janda Lebih Menurunkan
Disabilitas Leher pada Sindroma Miofasial otot Trapezius Descendens” perlu
dilakukan .
6
I.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, maka dapat dirumuskan masalah
penelitian ini yaitu Apakah penambahan Myofascial Release Technique pada
intervensi kombinasi ultrasound dan Stretching Metode Janda lebih menurunkan
disabilitas leher pada sindroma miofasial otot Trapezius Descendens?
1.3 Tujuan Penelitian
Membuktikan penambahan Myofascial Realease Technique pada intervensi
kombinasi
Ultrasound dan Stretching Metode Janda lebih baik dalam
menurunkan disabilitas leher pada sindroma miofasial Trapezius Descendens
I.4 Manfaat Penelitianj
I.4.1 Manfaat Akademis
Diharapkan dari hasil penelitian ini dapat memberikan kontribusi akademis
bagi pengembangan IPTEK tentang konsep penanganan disabilitas leher secara
konserfatif khususnya menggunakan intervensi Myofascial Release Tecknique
dan Streching Metode Janda pada disabilitas leher akibat sindroma miofasial otot
trapezius descendens. Penelitian ini dapat dijadikan bahan kajian untuk
pengembangan penelitian selanjutnya.
7
I.3.2 Manfaat Praktis
Diaharapkan bahwa hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi atau bahan
pertimbangan bagi fisioterapis didalam memberikan pelayanan fisioterapi
khususnya pada pasien-pasien nyeri leher terutama untuk menurunkan disabilitas
fungsi leher akibat sindroma miofasial otot trapezius descendens.
Download