Dosa di Dalam Perkemahan Gereja, Bagian 2 Yoshua 7 (kecuali disebutkan lain, ayat-ayat di sini menggunakan Alkitab LAI Terjemahan Baru) Dalam mengasuh anak, saya perhatikan bahwa ada perbedaan yang sangat jelas antara saya dan istri terkasih saya, Heather, dalam membesarkan anak-anak kami. Salah satu perbedaan tersebut adalah mengenai tingkat kepekaan di antara kami berdua. Walaupun dalam keadaan tidur nyenyak, namun istri saya dapat mendengar tangisan kecil anak kami Joshua yang berumur 2 tahun dan kemudian segera bangun dan menenangkannya. Namun sebaliknya saya yang walaupun berada di dalam kamar yang sama dengan Joshua, akan tetap tertidur dengan nyenyak ketika Joshua menangis dengan keras. Lalu Heather akan berkata, “Apa kamu tidak punya tidak perasaan? Apa kamu tidak tahu anakmu menangis?” Saya bukannya tidak memiliki perasaan, saya hanya tertidur dengan nyenyak, dan inilah masalahnya. Lalu hal yang biasanya terjadi setiap pagi adalah seperti ini. Saya bangun dan bertanya kepada Heather yang masih berbaring, “Bagaimana tidurmu tadi malam?” Karena jujur saja kalau ada orang yang bertanya bagaimana tidur saya tadi malam saya akan menjawab dengan jujur bahwa saya tidur lelap sekali. Tetapi akan berbeda kalau yang ditanya adalah istri saya, ketika saya berbalik badan dan menanyakan hal itu dan ternyata dia baru saja kembali ke tempat tidur dan dia akan menjawab, “Sudahlah, tidak usah bertanya.” Dan saya akan menjawab, “baiklah.” Saya memberikan kepada Anda cerita ini karena saya berpikir tentang hal yang lebih serius tentang gereja ketika berbicara mengenai kepekaan terhadap dosa. Saya ingin menjelaskan apa yang saya maksudkan disini. Ketika kita mempelajari sejarah gereja, kita akan melihat gejolak, naik-turunnya dinamika kehidupan umat Allah di antara dua titik radikal. Pada salah satu titik radikal, ada masanya di mana umat Allah sangat peka terhadap dosa. Mereka memiliki kepekaan yang amat sangat dalam sehingga mereka sudah merasa berdosa walaupun itu baru ada di dalam pikiran mereka. Mereka sudah takut dan gemetar, memikirkan bahwa mereka sudah berdosa, walapun itu baru masih di dalam pikiran mereka. Saat beribadah, ketika Firman-Nya disampaikan, jemaat berbondong-bondong ke depan mimbar, sujud tersungkur mengakui dosadosa mereka, mereka peka terhadap Firman Tuhan, kata-katanya langsung menunjuk dosa mereka. Pengakuan dosa mereka lakukan bukan hanya saat mereka berkumpul beribadah di 1 gereja pada hari Minggu, tetapi juga saat mereka bersekutu di hari lain. Di dalam komunitas, di tempat kerja, di sekolah, dan di rumah makan, dan orang-orang mengakui dosa mereka, mereka sangat peka terhadap keberdosaan mereka. Namun di sisi radikal satunya, ada satu masa di mana umat Allah benar-benar tidak mengacuhkan dosa. Ada satu masa di mana umat Allah terbiasa melakukan dosa, tidak mempedulikan dosa yang diperbuat di dalam gereja, benar-benar tidak mengacuhkannya. Kalau boleh berkata jujur, saya rasa itulah yang kita lihat di dalam gereja saat ini. Bukan hanya di dalam gereja saat ini, atau gereja di Amerika, tetapi khususnya di Gereja Brook Hills. Saya percaya, kita lebih dekat kepada sisi radikal yang kedua ini, yaitu yang tidak mempedulikan dosa, dari pada di sisi yang pertama, yang sangat peka terhadap dosa. Saya percaya, kita tertidur saat berbicara mengenai dosa di tengah-tengah kita, di kehidupan kita, di gereja kita. Lalu kita menjadi terbiasa dengannya. Saya percaya, di dalam keseharian kita, baik di dalam kebudayaan dimana kita hidup sekarang ini maupun di dalam budaya gereja, saat kita menonton film atau televisi selama berjam-jam dan kemudian mendengar nama Allah disebutkan dengan sia-sia, tetapi kita tidak memperdulikannya. Kita tidak menghormati nama Tuhan dan kita tidak memperhatikannya. Kita dapat menjadi bagian dalam gereja lalu kita dapat membicarakan saudara-saudari seiman sedemikian rupa sehingga kita tidak membangun karakter mereka. Dan kemudian kita berpikir, menggosip itu adalah hal yang wajar di dalam gereja. Itu yang kita lakukan – sepertinya bila kita tidak punya bahan pembicaraan mengenai saudara seiman kita, maka kita tidak punya hal untuk dibicarakan di gereja. Kita telah menciptakan budaya gereja di mana kita memandang biasa kaum pria mengkhayal yang tidak-tidak dari foto atau gambar yang didapat dari internet. Kita pikir, itu wajar, itulah pergumulan kaum pria. Kita menganggap biasa bila sepasang suami istri tidak setia terhadap ikatan pernikahan, atau bahkan bercerai. Bapak, Ibu yang terkasih, saya katakan, tidak seharusnya hal itu terjadi di dalam kehidupan gereja kita. Saya berdoa agar Allah menyadarkan kita – menyadarkan kita dari ketertiduran kita. Cornelius Plantinga pernah menulis sebuah buku yang pada dasarnya berbicara mengenai dosa yang berjudul, Not the Way It’s Suppose to Be, Perhatikan apa yang dikatakannya “Kesadaran mengenai dosa, kesadaran yang dalam mengenai ketidakpatuhan dan pengakuan dosa yang 2 menyakitkan, biasanya membayangi kita. Orang Kristen membenci dosa! Mereka takut akan dosa, mereka kabur dari dosa, dan mereka menyesali dosa yang sudah dilakukan. Beberapa bapa gereja bergumul dengan dosa mereka. Seorang pria yang sedang marah akan berpikir apakah dia masih layak untuk mengikuti Perjamuan Kudus. Seorang perempuan yang bertahun-tahun iri kepada adiknya yang lebih cantik dan lebih pandai akan berpikir bahwa ini adalah dosa dan bahkan berpikir apaka dosa ini mengancam keselamatan yang sudah diperolehnya. Bayangbayang seperti itu sekarang sudah meredup. Saat ini, jika Anda dituduh telah berbuat dosa, itu dilakukan dengan ringan, sambil tersenyum, dengan nada bicara yang mengisyaratkan lelucon di dalamnya. Sekali-kali, tuduhan ini masih dapat membuat orang yang dituduhnya terkejut.” Kalau saya boleh jujur Bapak Ibu yang terkasih, saya berdoa agar Allah mengejutkan kita. Semoga Allah mengejutkan kita agar kita dapat melihat dosa melalui sudut pandang-Nya – untuk melihat dosa, untuk membenci dosa, untuk menghindari dosa, untuk menyadari bahwa membangkang kepada-Nya adalah dosa besar. Saya berdoa agar Allah menyadarkan kita, sehingga kita tidak terbiasa hidup dalam dosa. Saya tidak ingin menyia-nyiakan hidup saya dan gereja-Nya dengan melakukan hal-hal yang dibenci-Nya serta membuat nama-Nya tercoreng – dan juga agar kita tidak merasa bahwa itu adalah hal yang biasa saja. Hal ini semua kemudian menuntun kita ke dalam Yosua pasal 7. Pembahasan kita sekarang berlanjut, Dosa di Dalam Perkemaha Bagian 2. Minggu lalu kita telah membahas mengenai Keluaran 32, patung anak lembu emas, serta bagaimana umat-Nya bersama-sama menyembah patung anak lembu emas. Kita telah mengakui dosa kita secara jemaat minggu lalu, itulah umat Allah yang sebenarnya. Yosua pasal 7 akan membawa kita kepada hal yang berbeda karena terfokus pada dosa individu. Ya, fokus pembahasan kita kali ini adalah mengenai dosa individu, dosa kita secara individu, serta bagaimana dosa individu mempengaruhi umat Allah secara keseluruhan. Mari, kita bersama membaca Yosua pasal 7 seperti kita menyimak sebuah cerita. Mungkin bagi sebagian ini pertama kalinya membaca Yosua pasal 7. Mari, kita baca, 1. Tetapi orang Israel berubah setia dengan mengambil barang-barang yang dikhususkan itu, karena Akhan bin Karmi bin Zabdi bin Zerah, dari suku Yehuda, mengambil sesuatu dari barang-barang yang dikhususkan itu. Lalu bangkitlah murka TUHAN terhadap orang Israel. 3 2. Yosua menyuruh orang dari Yerikho ke Ai, yang letaknya dekat Bet-Awen, di sebelah timur Betel, dan berkata kepada mereka, demikian: "Pergilah ke sana dan intailah negeri itu." Maka pergilah orang-orang itu ke sana dan mengintai kota Ai. 3. Kemudian kembalilah mereka kepada Yosua dan berkata kepadanya: "Tidak usah seluruh bangsa itu pergi, biarlah hanya kira-kira dua atau tiga ribu orang pergi untuk menggempur Ai itu; janganlah kaususahkan seluruh bangsa itu dengan berjalan ke sana, sebab orang-orang di sana sedikit saja." 4. Maka berangkatlah kira-kira tiga ribu orang dari bangsa itu ke sana; tetapi mereka melarikan diri di depan orang-orang Ai. 5. Sebab orang-orang Ai menewaskan kira-kira tiga puluh enam orang dari mereka; orang-orang Israel itu dikejar dari depan pintu gerbang kota itu sampai ke Syebarim dan dipukul kalah di lereng. Lalu tawarlah hati bangsa itu amat sangat. 6. Yosuapun mengoyakkan jubahnya dan sujudlah ia dengan mukanya sampai ke tanah di depan tabut TUHAN hingga petang, bersama dengan para tua-tua orang Israel, sambil menaburkan debu di atas kepalanya. 7. Dan berkatalah Yosua: "Ah, Tuhanku ALLAH, mengapa Engkau menyuruh bangsa ini menyeberangi sungai Yordan? supaya kami diserahkan kepada orang Amori untuk dibinasakan? Lebih baik kalau kami putuskan tadinya untuk tinggal di seberang sungai Yordan itu! 8. O Tuhan, apakah yang akan kukatakan, setelah orang Israel lari membelakangi musuhnya? 9. Apabila hal itu terdengar oleh orang Kanaan dan seluruh penduduk negeri ini, maka mereka akan mengepung kami dan melenyapkan nama kami dari bumi ini. Dan apakah yang akan Kaulakukan untuk memulihkan nama-Mu yang besar itu?" 10. Lalu berfirmanlah TUHAN kepada Yosua: "Bangunlah! Mengapa engkau sujud demikian? 11. Orang Israel telah berbuat dosa, mereka melanggar perjanjian-Ku yang Kuperintahkan kepada mereka, mereka mengambil sesuatu dari barang-barang yang dikhususkan itu, mereka mencurinya, mereka menyembunyikannya dan mereka menaruhnya di antara barang-barangnya. 12. Sebab itu orang Israel tidak dapat bertahan menghadapi musuhnya. Mereka membelakangi musuhnya, sebab mereka itupun dikhususkan untuk ditumpas. Aku 4 tidak akan menyertai kamu lagi jika barang-barang yang dikhususkan itu tidak kamu punahkan dari tengah-tengahmu. 13. Bangunlah, kuduskanlah bangsa itu dan katakan: Kuduskanlah dirimu untuk esok hari, sebab, demikianlah firman TUHAN, Allah Israel: Hai, orang Israel ada barang-barang yang dikhususkan di tengah-tengahmu; kamu tidak akan dapat bertahan menghadapi musuhmu, sebelum barang-barang yang dikhususkan itu kamu jauhkan dari tengah-tengah kamu. 14. Besok pagi kamu harus tampil ke muka suku demi suku dan suku yang ditunjuk oleh TUHAN harus tampil ke muka kaum demi kaum, dan kaum yang ditunjuk oleh TUHAN harus tampil ke muka keluarga demi keluarga dan keluarga yang ditunjuk oleh TUHAN harus tampil ke muka seorang demi seorang. 15. Dan siapa yang didapati menyimpan barang-barang yang dikhususkan itu, akan dibakar dengan api, ia dan segala sesuatu yang ada padanya, sebab ia telah melanggar perjanjian TUHAN dan berbuat noda di antara orang Israel." 16. Keesokan harinya bangunlah Yosua pagi-pagi, lalu menyuruh orang Israel tampil ke muka suku demi suku, maka didapatilah suku Yehuda. 17. Ketika disuruhnya tampil ke muka kaum-kaum Yehuda, maka didapatinya kaum Zerah. Ketika disuruhnya tampil ke muka kaum Zerah, seorang demi seorang, maka didapatilah Zabdi. 18. Ketika disuruhnya keluarga orang itu tampil ke muka, seorang demi seorang, maka didapatilah Akhan bin Karmi bin Zabdi bin Zerah, dari suku Yehuda. 19. Berkatalah Yosua kepada Akhan: "Anakku, hormatilah TUHAN, Allah Israel, dan mengakulah di hadapan-Nya; katakanlah kepadaku apa yang kauperbuat, jangan sembunyikan kepadaku." 20. Lalu Akhan menjawab Yosua, katanya: "Benar, akulah yang berbuat dosa terhadap TUHAN, Allah Israel, sebab beginilah perbuatanku: 21. aku melihat di antara barang-barang jarahan itu jubah yang indah, buatan Sinear, dan dua ratus syikal perak dan sebatang emas yang lima puluh syikal beratnya; aku mengingininya, maka kuambil; semuanya itu disembunyikan di dalam kemahku dalam tanah, dan perak itu di bawah sekali." 22. Lalu Yosua menyuruh orang segera pergi ke kemah itu, dan sesungguhnya, semuanya itu disembunyikan dalam kemah Akhan, dan perak itu ada di bawah sekali. 5 23. Maka mereka mengambil semuanya itu dari dalam kemah, lalu membawanya kepada Yosua dan kepada semua orang Israel, dan mencurahkannya di hadapan TUHAN. 24. Kemudian Yosua, beserta seluruh Israel mengambil Akhan bin Zerah, dan perak, jubah dan emas sebatang itu, anak-anaknya yang laki-laki dan perempuan, lembunya, keledainya dan kambing dombanya, kemahnya dan segala kepunyaannya, lalu semuanya itu dibawa ke lembah Akhor. 25. Berkatalah Yosua: "Seperti engkau mencelakakan kami, maka TUHAN pun mencelakakan engkau pada hari ini." Lalu seluruh Israel melontari dia dengan batu, semuanya itu dibakar dengan api dan dilempari dengan batu. 26. Sesudah itu didirikanlah di atasnya suatu timbunan batu yang besar, yang masih ada sampai sekarang. Lalu surutlah murka TUHAN yang bernyala-nyala itu. Oleh sebab itu nama tempat itu sampai sekarang disebutkan lembah Akhor. Mari kita berdoa, Tuhan, tolong kami agar dapat melihat betapa beratnya permasalahan dosa ini. Tolong kami untuk melihat dosa dari sudut pandang-Mu. Tuhan, tolong kami menyingkapkan apa yang tersembunyi di dalam perkemahan kami. Bahwa Engkau akan menunjukkan betapa seriusnya dosa ini dan Engkau akan menunjukkan kemuliaan kasih anugerah-Mu. Di dalam nama Yesus kami berdoa, Amin. Intinya… Kita Memerlukan Perspektif Radikal akan Dosa yang Berpusat Pada Tuhan Inti dasar dari seluruh cerita ini akan menunjukkan kepada kita sudut pandang Allah akan dosa. Sejak awal pasal ini, Allah bisa saja langsung berkata kepada Yosua, “Yosua, Akhan sudah melakukan kesalahan. Kamu harus mengurusnya sebelum melakukan langkah selanjutnya.” Bukannya seperti itu yang terjadi, kita malah disuguhkan sebuah kisah dramatis mengenai betapa seriusnya dosa individu di mata Tuhan. Ini intinya, kita memerlukan perspektif dosa secara radikal yang berpusat pada Tuhan! Kita memandang dosa dari satu sudut pandang. Tuhan memandang dosa dengan sudut pandang yang benar-benar berbeda. Kita harus memandang dosa bukan berdasarkan budaya kita di abad ke 21 atau kondisi masa kini. Kita harus memandang dosa sebagaimana Allah memandang dosa – sudut pandang tentang dosa yang berpusat pada 6 Allah. Nah, supaya kita dapat memahami apa yang terjadi pada perikop ini, kita perlu memahami konteksnya terlebih dahulu. Enam pasal pertama pada kitab Yosua merupakan kisah yang sangat luar biasa. Semuanya, luar biasa. Enam pasal pertama itu bila diceritakan secara singkat, adalah: Pada pasal 1 Allah memberikan janji-Nya kepada Yosua, janji yang menguatkan, janji Tuhan yang luar biasa kepada tokoh Perjanjian Lama, “Yosua, jangan takut. Aku menyertaimu. Kuatlah! Teguhkanlah hatimu! Aku menyertaimu ke manapun kau pergi.” Kita melihat janji Allah di dalam Pasal 1. Pada pasal 2 dan 3, kita melihat penggenapan janji Allah kepada Yosua. Ingat, inilah yang ditunggu-tunggu bangsa Israel selama bertahun-tahun – untuk memasuki Tanah Perjanjian. Mereka menyeberangi Sungai Yordan dengan penyertaan mukjizat Allah. Pada pasal 4 – 6 bangsa Israel mereka mendekati kota utama pertama di Tanah Perjanjian, kota Yerikho. Kota ini dikelilingi tembok yang kokoh. Tetapi Allah berkata bahwa bangsa Israel tidak perlu berperang untuk menguasai kota ini. Mereka cukup bernyanyi, bersorak-sorai dan Allah akan meruntuhkan tembok pelindung kotanya. Pada pasal 6, sesuai dengan perintah Tuhan, bangsa Israel lalu berkumpul, dengan peniup terompet atau sangkakala, meniupnya, lalu seketika itu temboknya runtuh, mereka menyerbu merebut kota Yerikho. Tidak ada satu korban jiwa pun di pihak Israel. Luar biasa sekali. Segala sesuatunya berjalan dengan luar biasa di sepanjang 6 pasal ini. Lalu, coba kita lihat pasal 7. Apa kata pertama pembuka pasal ini? “Tetapi.” Tetapi bangsa Israel berubah menjadi setia terhadap barang-barang yang dikhususkan. Apa sebenarnya yang dimaksudkan dengan “barang-barang yang dikhususkan” di sini? Nah, mari kita kembali sebentar, ke Yosua 6:18-19. Ini yang dikatakan Allah kepada umat-Nya saat mereka akan memasuki Tanah Perjanjian itu, apa yang harus mereka lakukan. Di sini banyak disebutkan mengenai barang-barang yang dikhususkan ini. Bahkan di dalam kitab Yosua ini, saat bangsa Israel akan memasuki Tanah Perjanjian, sering disebut mengenai barangbarang yang dikhususkan ini di dalamnya. Mari kita baca Yosua 6:18-19: “Tetapi kamu ini, jagalah dirimu terhadap barang-barang yang dikhususkan untuk dimusnahkan, supaya jangan kamu mengambil sesuatu dari barang-barang yang dikhususkan itu setelah mengkhususkannya dan dengan demikian membawa kemusnahan atas perkemahan orang Israel dan 7 mencelakakannya. Segala emas dan perak serta barang-barang tembaga dan besi adalah kudus bagi TUHAN; semuanya itu akan dimasukkan ke dalam perbendaharaan TUHAN.” Jadi begini gambarannya. Apa yang Anda lihat bahwa bangsa-bangsa penyembah berhala yang ada di Tanah Perjanjian menyembah kepada sekian banyak patung dan berhala. Mereka menggunakan emas, perak, besi, dan tembaga untuk menghias patung ilah mereka, untuk memperindah pemujaan kepada ilah palsu mereka. Hal ini juga kita temui di dalam Keluaran 32 kemarin ketika umat Israel dikeluarkan dari tanah Mesir. Apa bahan yang dipakai untuk membuat patung anak lembu emas yang mereka dirikan? Saya kira jawabannya jelas, bahan pembuatnya adalah emas. Mereka mengambil emas, anting-anting, serta barang-barang lain yang mereka bawa dari Mesir, yang juga merupakan bahan pembuat berhala. Itu yang umat Israel lakukan saat itu. Jadi Allah berfirman bahwa benda-benda itu sudah digunakan untuk tujuan menyembah ilah lain, sesaat kalian sudah masuk ke Tanah Perjanjian, kalian khususkan barangbarang itu untuk Allah. Simpan barang-barang yang dikhususkan itu ke dalam perbendaharaan. Allah itu sangat serius menunjukkan kekudusan-Nya di dalam Tanah yang Dijanjikan melalui umat-Nya. Akan Kutunjukkan bahwa Aku kudus, ke seluruh tanah ini, dan kalian tidak akan menyembah-Ku dengan cara yang mereka lakukan. Nah, tampillah orang bernama Akhan ini. Dia menjelaskan apa yang dilakukannya di Yosua 7:21. Dia berkata bahwa dia melihat jubah dari Sinear, emas, perak, dia menginginkanya, dan mengambil untuk dirinya sendiri. Ini merupakan pola dosa yang ada di dalam Alkitab. Sejak awal mula Kejadian pasal 3, Hawa melihat buah terlarang itu, menginginkannya, dan mengambilnya. Daud, dia melihat Batsyeba, seorang wanita yang bukan istrinya. Daud menginginkannya, dan mengambilnya untuk dijadikan miliknya. Ini pola dosa itu – melihat barang atau apapun di dunia ini, menginginkannya, hal yang merupakan tidak kudus untuk Allah, dan kemudian mengambilnya untuk diri kita sendiri. Sekarang, Akhan, bahkan saat dia mengakui kesalahannya, itu seakan-akan hal yang biasa. Saya bayangkan dengan santainya dia berkata, “Ya, tahulah. Saya mengambil jubah, beberapa syikal perak dan emas.” Bapak, Ibu sekalian, saya ingin kita memahami sudut pandang Allah terhadap dosa ini. Di pasal 7:11 kita lihat bagaimana Allah menjelaskan apa yang telah terjadi saat Akhan mengambil jubah, emas, dan perak. Ayat 11 berbunyi, “Orang Israel telah berbuat dosa, mereka melanggar perjanjian-Ku yang Kuperintahkan kepada mereka, mereka 8 mengambil sesuatu dari barang-barang yang dikhususkan itu, mereka mencurinya, mereka menyembunyikannya, dan mereka menaruhnya di antara barang-barangnya.” Bisa dipahami sampai sini? Ada 6 kata kerja yang berbeda untuk menjelaskan satu dosa tersebut. Secara umum, ini dimulai dengan mereka berbuat dosa, mereka melanggar, lalu yang lebih spesifik, melanggar perjanjian-Ku yang Kuperintahkan kepada mereka. Istilah yang sama akan kita temukan di seluruh Perjanjian Lama saat berbicara mengenai perzinahan, sama ketika membicarakan tentang istri yang berselingkuh dari suaminya, dan juga sebaliknya, suami yang berselingkuh dari istrinya. Pasangan suami istri ini telah melanggar ikatan pernikahan yang sudah diikat Tuhan. Mereka telah melakukan perzinahan, membangkang Tuhan. Satu Dosa, Satu Orang . . . Tahap berdosa selanjutnya, lebih spesifik lagi, mereka telah mengambil barang-barang yang dikhususkan, mereka mencuri, berbohong, menyimpan barang-barang itu sebagai kepunyaannya. Hal yang menarik, jika kita mempelajari ayat ini di dalam bahasa asli Perjanjian Lama, ada sebuah kata di situ yang tidak disebutkan di dalam terjemahan bahasa Indonesia. Kata ini tidak menunjukkan implikasi tapi juga menekankan maknanya – kata itu ialah kata “juga” yang digunakan di antara tindakan-tindakan berdosa tersebut. Secara literal ayat itu akan berkata, “Orang Israel telah berbuat dosa, mereka juga melanggar perjanjian-Ku yang Kuperintahkan kepada mereka, mereka juga mengambil sesuatu dari barang-barang yang dikhususkan itu, mereka juga mencurinya, mereka juga menyembunyikannya, dan mereka juga menaruhnya di antara barang-barangnya.” Allah menyebutkannya satu persatu dan berkata ini bukan hanya sekedar mengambil jubah, emas, perak dan menyembunyikannya. Ini merupakan sebuah pembangkangan kepada Tuhan. Ini dosa! Kamu telah tidak patuh, kamu melanggar perjanjian dengan Tuhan, kamu berbohong, kamu mencuri. Gambaran keseluruhan ini untuk menunjukkan betapa seriusnya, betapa dalamnya, dan betapa berat konsekuensi dosa individu yang tertuang di Yosua pasal 7 – dosa satu orang. Saya ingin kita membahas lebih dalam mengenai keseriusan, kedalaman dan konsekuensi dari dosa satu orang. Hanya satu dosa dan satu orang! 9 Membahayakan Seluruh Umat Allah Pertama, dosa satu orang membahayakan seluruh umat Allah. Ada berapa orang yang mengambil barang-barang yang dikhususkan? Satu. Hanya satu orang. Ada berapa perbuatan yang dilakukannya? Apakah dia berkeliling, mencari di semua tempat, seluruh barang-barang yang dikhususkan? Tidak! Hanya satu dosa. Dia melihat perak, emas, dan jubah, dia pikir, “Bagus nih buat disimpan.” Satu orang melakukan satu dosa, lalu apa hasilnya? Bangsa Israel kalah dari pertempuran berikutnya. Satu-satunya kekalahan yang mereka derita selama 7 tahun untuk menguasai Kanaan. Sebanyak 36 orang tewas hanya karena dosa 1 orang. Inilah gambaran yang kita lihat juga di bagian lain Alkitab. Di dalam 2 Samuel 21, Saul melakukan dosa, dan kelaparan melanda mereka selama 3 tahun. Di dalam 1 Samuel 24, karena dosa seorang Daud, ribuan orang tewas. Tiga puluh enam orang tewas, Israel mundur melarikan diri, bangsa Israel mempertanyakan hadirat Tuhan di antara mereka. Seperti yang kita lihat di Keluaran 31 dan 32, Allah berkata bahwa Dia tidak akan menyertai mereka, Dia tidak hadir bagi mereka. Bayangan bangsa Israel bahwa mereka akan masuk Kanaan, hancur sudah. Yosua berkata bahwa Tuhan membawa mereka ke sana untuk dihancurkan, dibinasakan dari bumi. Semua ini terjadi hanya karena satu dosa dari satu orang. Sekarang, beri catatan khusus mengenai ini – dua kebenaran. Kebenaran pertama: dosa pasti dan selalu mempengaruhi gereja Anda. Saat Anda membaca perikop ini, bila Anda tidak tahu, ini bukan hanya Akhan, satu orang yang melakukan suatu hal. Anda akan mengira hal lain sedang terjadi di sini. Dari awal perikop, di dalam pasal 7 ayat 1 disebutkan bahwa orang Israel telah tidak setia, bukan hanya Akhan, tetapi semua orang Israel. Mari kita baca di akhir ayat 1, murka Tuhan bangkit terhadap siapa? Murka Tuhan bangkit bukan hanya terhadap Akhan. Murka Tuhan bangkit terhadap orang Israel. Pasal 7 ayat 11 dikatakan, “Orang Israel telah berbuat dosa,” lalu diikuti dengan kata ganti yang menunjukkan kelakuan orang Israel. Mereka melanggar perjanjian yang Tuhan perintahkan kepada mereka, mereka mengambil barang-barang yang dikhususkan, mereka mencuri, mereka menyembunyikannya, mereka menyimpannya. Allah tidak akan menyertai mereka lagi. (Perhatikan bahwa kata ganti orang yang dipakai disini berubah dari tunggal menjadi jamak – dari kamu menjadi mereka) 10 Keseluruhan gambar ini memunculkan pertanyaan, karena dosa siapa? Apakah karena dosa Akhan secara pribadi ataukah dosa bangsa Israel? Apakah Akhan atau seluruh umat-Nya? Jawabannya, Alkitab tidak memisahkan kedua hal tersebut. Mungkin ini berbeda dengan budaya kita, di mana setiap orang adalah individu masing-masing. Anda (secara pribadi, secara individu) dapat melakukan apapun semau Anda, dan itu tidak akan mempengaruhi kita semua. Anda hidup terserah sebagaimana mau Anda. Saya hidup sebagaimana mau saya. Kita hidup, sesuai dengan kehendak kita sendiri. Tetapi sikap individualistis ini bukan yang digambarkan di dalam perikop kita kali ini. Di sini, kita punya seseorang, yang berdosa, lalu kemudian seluruh bangsa Israel terkena imbasnya. Dosa satu individu berimbas kepada seluruh keluarga orang percaya – seluruh komunitas orang percaya, dan Allah berfirman, Aku tidak hanya meninggalkan Akhan, tetapi Aku juga tidak akan menyertai kalian semua karena dosa satu orang di antara kalian. Ada beriburibu orang Israel di Yosua pasal 7. Dan Allah berfirman karena satu orang, dosa individu satu orang, kalian kehilangan seluruh berkat dan hadirat-Ku. Bapak, Ibu yang terkasih, saya tidak ingin berasumsi bahwa ada kaitan paralel antara kita sekarang dengan yang diceritakan pada Yosua 7. Ada banyak perbedaan di antara perikop ini dan kondisi kita sekarang. Namun di saat yang sama, saya yakin dalam mengatakan, berdasarkan otoritas Firman Tuhan, dan berdasarkan perikop ini, bahwa bisa saja Allah menahan, menghentikan berkat dan hadirat-Nya di Gereja Brook Hills ini. Mungkin saja Allah menahan, menghentikan berkat dan hadirat-Nya dari kita karena dosa satu individu di dalam ruangan ini. Karena satu orang di dalam ruangan ini, yang melakukan dosa dan tidak mengakuinya di hadapan Allah, saya percaya bahwa mungkin saja Allah menghentikan kepenuhan berkat dan hadirat-Nya di dalam gereja. Anda bisa menangkap betapa seriusnya hal ini? Setiap minggu, kotak surat saya dipenuhi brosur, pengumuman seminar, iklan buku mengenai bagaimana agar gereja dapat bertumbuh. Ada banyak sekali seminar tentang bagaimana agar gereja dapat bertumbuh sekarang ini. Mengapa banyak sekali seminar mengenai ini? Karena kita lihat, gereja telah berkurang pengaruhnya di dalam kehidupan sehari-hari kita. Gereja tidak berdaya di segala aspek dalam kehidupan sehari-hari kita, jadi kita mengatur cara agar kita dapat mengubah hal tersebut. Bagaimana agar gereja dapat bertumbuh, apa yang dapat kita lakukan. Saya membayangkan Allah sedang duduk memperhatikan kita, dan berkata, “Kalian tidak akan mendapat berkat-Ku! 11 Kalian tidak akan mengalami kepenuhan hadirat-Ku! Kecuali jika kalian dapat mengatasi dosa kalian. Bukan dosa dalam kehidupan sehari-hari kalian, tetapi dosa di dalam perkemahan kalian. Dosa yang ada di tengah-tengah Gereja Brook Hills, yang dilakukan satu individu di Gereja Brook Hills. Jika kalian ingin melihat kuasa hadirat-Ku di dalam gereja, selesaikan dosa di dalam perkemahan kalian.” Pikirkanlah ini, bahwa satu dosa di dalam hidup saya atau satu dosa di dalam kehidupan setiap orang di dalam ruangan ini akan merampas semua berkat Allah, bukankah itu mengerikan bagi kita? Dosa selalu mempengaruhi keluarga orang percaya. Bukan hanya mempengaruhi pria itu, atau perempuan itu, atau mahasiswa itu, tetapi mempengaruhi seluruh Gereja Brook Hills. Kehilangan Berkat dan Hadirat Allah Kebenaran kedua: Hampir sama, tetapi lebih dekat kepada rumah Anda. Dosa selalu mempengaruhi keluarga kandung Anda. Mari kita perhatikan kembali saat Akhan disebut-sebut di dalam perikop ini. Kapan pun Akhan disebut, dia bukan hanya dipanggil secara pribadi, tetapi juga identitas keluarganya disebut. Bukan Akhan sebagai pribadi, tetapi Akhan dalam konteks keluarganya. Pada awal Yosua 7:1, ya kapan pun Akhan disebut, bukan hanya Akhan dipanggil secara pribadi, tetapi juga keluarganya. Bukan Akhan sebagai pribadi, tetapi Akhan dalam konteks keluarganya. Kita dapat saja menghilangkan beberapa kata yang tertulis di dalam Yosua 7:1, dan langsung membaca, “Akhan mengambil sesuatu dari barang-barang yang dikhususkan itu.” Tetapi sebaliknya yang tertulis adalah sebagai berikut, “Akhan bin Karmi bin Zabdi bin Zerah, dari suku Yehuda.” Dia terikat pada keluarganya. Kita lewati beberapa ayat, lalu di ayat 14 dikatakan bahwa mereka harus menghadap Yosua, suku demi suku, kaum demi kaum, keluarga demi keluarga, barulah seorang demi seorang. Lanjut di ayat 18, Yosua memanggil seluruh keluarga Akhan datang ke depan, orang per orang, Akhan bin Karmi bin Zabdi bin Zerah, dari suku Yehuda. Mari kita perhatikan apa yang kemudian terjadi setelah Akhan mengakui dosanya. Di dalam ayat 24 dan 25 dikatakan Yosua dan seluruh Israel bukan hanya mengambil Akhan bin Zerah, tetapi juga perak, jubah, emas, anak laki-lakinya, anak perempuannya, semua miliknya. Di dalam ayat 25 bagian b dikatakan bahwa, “Seluruh Israel melempari Akhan dan seluruh bawaannya dengan batu, lalu membakarnya. Saya rasa ini bukan nats yang mudah untuk dibaca. 12 Catat ayat ini, Ulangan 24:16, Hukum Taurat menyebutkan bahwa anak tidak akan dihukum mati karena ayahnya, dan ayah tidak akan dihukum mati karena anaknya. Setiap orang harus dihukum mati karena dosanya sendiri. Ini hukum yang dikatakan di dalam kitab Ulangan. Dalam perikop ini tampaknya bukan digambarkan seorang yang telah berdosa dan sebuah keluarga yang tidak berdosa juga dihukum bersamanya. Di dalam Yosua pasal 7 gambaran jelasnya adalah satu orang yang menjadi titik utama dosa. Dan orang ini juga menarik keluarganya serta. Dia yang mengatakan akan menyembunyikan barang-barang tersebut di dalam kemah mereka, dan memastikan tidak ada satu orang pun yang tahu tentang hal itu. Dia membawa serta anak-anaknya, laki-laki dan perempuan, ke dalam dosa yang diperbuatnya. Dosa selalu mempengaruhi keluargamu secara nyata. Selalu! Tidak ada satu dosa pun yang telah kita perbuat yang tidak mempengaruhi keluarga kandung kita. Sekitar setahun yang lalu, Heather dan saya mengunjungi Kazakhstan untuk mengadopsi Caleb. Kami mengenang peristiwa itu seperti orang tua yang bernostalgia masa mudanya (padahal baru setahun kemarin). Mungkin cerita ini membosankan bagi beberapa orang, tentang bagaimana kondisi saat itu, bagaimana rasanya pertama kali menggendong Caleb, yah, kami mengenang itu semua. Bagaimana rasanya menghabiskan 5 minggu bersama Caleb, membawanya pulang, Joshua terkejut dengan kehadiran Caleb, dan sekarang setahun kemudian, kedua bocah ini telah membuat iman saya naik-turun. Saya akan menceritakan bagaimana mereka mempengaruhi iman saya dengan cara yang sederhana. Ketika saya melihat dua anak laki-laki yang berharga, yang saya cintai ini, yang saya kasihi dengan cara yang bahkan saya sendiri tidak tahu, membuat saya bergidik memikirkan bahwa setiap dosa di hidup saya akan mempengaruhi mereka secara spiritual. Suatu pemikiran bahwa membiarkan ketidakkudusan di dalam hidup saya akan diturunkan kepada mereka. Saya tidak mengatakan ini untuk dikatakan dramatis, tetapi pemikiran seperti itu membuat saya bergidik, takut. Ketika saya bergumul dengan dosa, saya memandang wajah-wajah mereka dan saya pikir Allah akan menjauhi saya dari dosa itu demi mereka. Saya tidak ingin menurunkan sesuatu yang tidak baik kepada mereka. Saya hanya ingin menurunkan sesuatu yang baik, yang benar untuk mereka. Kenyataannya adalah tidak ada dosa dalam hidup saya yang tidak akan memiliki efek langsung kepada anakanak dan istri saya. Saya tidak ingin menarik mereka semua ke dalam dosa, ya, mereka, anakanak dan istri saya. 13 Ini adalah tanggung jawab yang Tuhan dan rancangan-Nya berikan kepada saya sebagai kepala rumah tangga, sebuah tanggung jawab yang diberikan-Nya kepada Akhan dan ditulis dalam Yosua 7, tetapi dia malah menarik keluarganya ke dalam dosa. Ini juga merupakan sebuah pengingat, khususnya kepada setiap laki-laki yang ada di ruangan ini, kepada setiap suami yang ada di ruangan ini, kepada setiap ayah, bapak, di ruangan ini, jangan sampai Anda berpikir sedikitpun bahwa ada dosa di dalam hidup Anda yang dapat Anda sembunyikan di sudut hati Anda, yang tidak akan mempengaruhi orang-orang yang paling Anda kasihi. Kita mungkin saja berpikir seperti Akhan, saya dapat menyembunyikannya di bawah tenda saya, jauh di dalam dan tersembunyi, tidak ada seorang pun yang tahu, istri, anak-anak tidak tahu, pokoknya tidak ada seorang pun yang tahu. Mereka mungkin tidak tahu tentang itu tetapi jelas-jelas mereka terpengaruh oleh dosa itu. Setiap dosa, tidak peduli seberapa kecil pun, tidak peduli bagaimana musuh-musuh Anda mencoba meyakinkan bahwa itu bukan masalah besar, mempengaruhi keluarga kita dan hal ini nyata dalam kehidupan kita. Saya baru saja menjadi seorang ayah selama satu tahun. Saya bukan seorang ahli mengenai menjadi seorang suami atau seorang ayah. Tetapi inilah yang saya tahu berdasarkan otoritas Firman Allah – tidak ada satu pun gambar yang tidak dapat Anda lihat sekarang di internet, tidak ada satu kata kasar yang dapat Anda ucapkan kepada istri Anda, tidak ada yang dapat meledakkan amarah Anda, tidak ada satu dosa sekecil apapun - yang tidak akan berpengaruh terhadap seluruh keluarga Anda. Saya yakin bahwa salah satu alasan mengapa gereja berada dalam kondisi tidak berdaya yang kita alami sekarang adalah karena kaum pria – suami, ayah, bahkan kaum pria di dalam gereja, walaupun anda bukan seorang ayah atau suami – kita, kita menghindari tanggung jawab kita untuk bangkit dan bertanggungjawab terhadap kondisi fisik dan spiritual keluarga. Allah telah mempercayakan tanggung jawab tersebut dan keluarga kita kepada kita. Sadarkah kita? Sadarkah kita, hai kaum pria? Lebih dari separuh anak-anak dalam kehidupan sehari-hari kita, juga di dalam gereja kita, mereka tidak memiliki orang tua yang lengkap. 9 dari 10 anak-anak tersebut tidak memilliki ayah. Saya pernah membaca sebuah artikel yang menyebutkan, berdasarkan beberapa penelitian, di Amerika Serikat, rata-rata ayah di sini hanya mengkhususkan waktu 3 menit untuk bersama-sama dengan anak mereka. Dosa selalu mempengaruhi keluarga kandung Anda. 14 Bapak, Ibu yang terkasih, saya akan membacakan sebuah surat dari seorang istri dan ibu. Begini suratnya: Anak-anak sudah tertidur. Tidak ada acara TV malam ini. Aku bertanya kepada suamiku apakah TV-nya bisa kumatikan. Dia hanya mendengus. Saat aku hendak mematikan TV, pikiranku berkecamuk. Mungkin, ya, mungkin malam ini aku dan suamiku dapat berbicara. Maksudku, berbicara lebih dari sekedar basa-basi, lebih dari sekedar aku bertanya dan suamiku menjawab dengan bergumam, atau lebih tepatnya, tidak menjawab. Hening. Aku hidup di dunia yang bising tetapi di antara aku dan suamiku, hanya ada keheningan. Ya Tuhan, tolong, biarlah dia dapat membuka diri. Aku akan mengawali pembicaraan itu untuk kesekian kalinya. Jantungku berdebar-debar. Ya ampun, bagaimana aku dapat memulai pembicaraan ini sekarang. Apa yang dapat kukatakan agar dia dapat membuka diri untuk berbicara. Aku tidak mengharapkan bahan pembicaraan yang dalam dan bermakna, hanya bahan pembicaraan biasa saja. Saat aku hendak berbicara, dia berdiri dan berjalan ke dalam kamar tidur. Pintu kamar ditutup, lampu dimatikan, begitu juga dengan harapanku untuk berbicara dengan suamiku, lenyap. Aku duduk sendirian di sofa. Hatiku perih, sakit. Aku lelah sendirian. Padahal, aku sudah menikah sekian tahun dengan dia. Kenapa aku duduk sendirian? Kesedihanku berubah perlahan-lahan. Kesedihanku perlahan-lahan berubah menjadi amarah. Aku lelah dan bosan hidup dengan seorang banci, penakut, pengecut! Dia takut kepadaku! Aku marah besar, katamu? Biarkan! Aku bosan dan lelah hidup di dunia pria yang pasif. Kedua anak laki-lakiku suka olahraga. Mereka akan jauh lebih bagus lagi jika ayah mereka mau menyisihkan waktu, bermain bersama mereka. Maaf, bermain satu kali dalam setahun, di acara piknik gereja, tidak cukup membuat kedua anakku bagus dalam bermain sepakbola. Ayah mereka terlalu sibuk dengan pekerjaannya, dengan kesibukannya di tempat olahraga, sibuk dengan memperbaiki mobilnya, sibuk dengan golf, lalu dia lelah dan kemudian menonton film. Lalu siapa yang bermain bola dengan anak-anakku? Aku. Suamiku berkata, kau seharusnya tidak bermain olahraga laki-laki. Lalu siapa yang nanti bermain dengan anak-anak? Dia bilang, ya nanti aku yang bermain dengan mereka, tapi dia tidak melakukannya. Ingat? Dia telalu sibuk memuaskan dirinya sendiri, melakukan hobinya. Putra-putraku yang malang jadi tidak memiliki prestasi yang baik dalam olahraganya. Mereka bisa lebih baik lagi, jauh lebih bagus. Putriku sudah beranjak 15 remaja sekarang. Dia menyukai anak pria. Mereka tahu itu. Mereka memperhatikan putriku, dan dia memberikan response. Aku tahu bagaimana hal ini akan berlanjut. Aku mencoba berbicara dengan putriku, tetapi dia tidak menginginkan aku yang berbicara kepadanya, dia ingin ayahnya yang berbicara. Ya, ayahnya. Jika saja suamiku mau memeluk putri kami, memperhatikannya, berbicara kepadanya walau sebentar, putri kami tidak akan terlalu membutuhkan pria-pria itu. Tapi, tahu sendiri ‘kan gimana ayahnya. Jadi, putriku berpaling ke tempat lain untuk mendapatkan kasih dan perhatian. Tidak ada yang dapat kuperbuat. Seorang ibu tidaklah cukup untuk semua ini. Anak-anak memerlukan seorang ayah, bukan hanya sesosok tubuh yang hadir namun diam dan pasif. Inilah penyebab suamiku seperti itu – ayah suamiku berbuat seperti itu kepadanya. Dia tidak memeluknya, tidak membawanya jalan-jalan ke manapun, bahkan tidak menonton pertandingan baseballnya. Suamiku membenci ayahnya. Sekarang suamiku melakukan hal yang sama kepada anak-anaknya. Bapak-bapak yang terkasih, jika Anda berpikir ada sisi lain dalam cerita ini, yakinlah memang ada sisi lain dari cerita ini. Selalu ada dua atau lebih sisi lain dari sebuah cerita. Dosa ada di dalam diri kita masing-masing dan selalu ada yang dapat disalahkan, yaitu penyebab dosa itu. Tetapi, kita kaum pria, kita memiliki tanggung jawab yang diberikan Allah untuk memimpin keluarga kita dihadapan Allah, bertanggung jawab kepada istri dan anak-anak kalian, juga dalam hal perkembangan spiritual mereka. Kita harus bangkit, enyahkan barang-barang yang dikhususkan itu di dalam tenda kita, dan berhenti membiarkan dosa-dosa kita mempengaruhi keluarga yang dipercayakan Allah kepada kita. Para ayah, suami, kaum pria, dosa senantiasa mempengaruhi keluarga Anda secara nyata. Para Ibu, istri, kaum perempuan, dosa senantiasa mempengaruhi keluarga Anda secara nyata. Anak-anak, para mahasiswa, dosa senantiasa mempengaruhi keluarga Anda secara nyata. Satu dosa individu! Satu dosa individu saja! Hanya satu dosa yang dilakukan Akhan, dan itu mempengaruhi seluruh umat Allah, terutama keluarga Akhan secara nyata. Saya masih memiliki banyak hal yang akan dibahas tetapi sudah habis dibicarakan sejak awal tadi, lebih awal daripada biasanya. Allah telah membuat saya terbeban dengan gambaran dosa individu ini di dalam Yosua 7 serta pengaruhnya terhadap keluarganya sendiri dan keluarga orang beriman. Saya tidak ingin terlihat kejam. Saya tahu ada keluarga di sini yang sedang 16 bergumul. Saya kira, pasti ada lebih banyak keluarga yang sedang bergumul daripada yang tidak memiliki pergumulan. Saya tidak ingin beranggapan bahwa pergumulan itu adalah hal yang sederhana. Dan saya juga tidak ingin beranggapan pergumulan itu mudah. Jika kata-kata saya tadi tidak membuat Anda merasa lebih baik, maka itu juga tidak mudah bagi saya sebagai gembala Anda. Kita mungkin menyangka, di dalam bayangan indah kita, segala sesuatunya mudah bagi para pelayan Tuhan. Saya tidak mengatakan tidak ada peperangan di sini, tetapi inilah tepatnya mengapa kita memerlukan Injil di dalam keluarga kita. Juga sebagai individu, inilah alasan mengapa kita memerlukan Kristus. Sekarang, coba kita pikir. Kita seharusnya bersyukur bahwa sekarang ini Allah tidak lagi bekerja sepert apa yang terjadi di dalam Yosua pasal 7. Bukanlah Anda senang bahwa kita tidak dikumpulkan bersama lalu dipisah menurut suku, kaum, dan keluarga, lalu tiba-tiba salah seorang di antara kita dipanggil ke depan dan dibuka aib dosanya? Bisakah Anda bayangkan? Bayangkan posisi Anda sebagai Akhan, mengira orang-orang tidak akan tahu dosa Anda. Lalu sukunya dipanggil, kaumnya dipanggil, dan keluarganya dipanggil. Inilah yang sebenarnya kita lakukan. Kita menyembunyikan dosa kita. Kita berpikir bahwa jika khotbah ini dapat segera saya lalui, maka saya dapat pulang, makan malam dan merasa baik-baik saja. Saya tidak harus berurusan dengan dosa ini. Menyembunyikan dosa saya, apapun itu bentuknya, saya sembunyikan di dalam tenda. Dapatkah Anda membayangkan, jika dosa Anda ditunjukkan di hadapan jemaat di sini? Dosa Anda ditunjukkan di hadapan kami semua! Dosa saya ditunjukkan di hadapan Anda sekalian! Hal ini benar-benar membuat saya gemetaran! Kemudian, Anda diseret ke luar kota, dilempari batu karena dosa Anda. Seharusnya Anda bersyukur bahwa hal ini tidak dipraktikkan sekarang, seharusnya Anda bersyukur ketika Anda membuka Perjanjian Baru dan menemukan gambaran Allah yang memperlakukan dosa dengan sangat serius tapi tidak menghukum rajam Anda? Malah sebaliknya, Dia mencurahkan amarah-Nya, bukan kepada Anda, tetapi kepada Anak-Nya yang disalib. Sungguh suatu kebenaran yang menakjubkan! Kemudian Anda berpikir, bila kita menangani dosa seperti ini, bila hal ini mempengaruhi cara kita memandang dosa di dalam gereja. Ya, saya kira ini akan mempengaruhi cara kita memandang dosa di dalam gereja. Saya yakin bayangan itu akan membuat kita gemetaran, 17 merinding membayangkan kita dikumpulkan bersama umat Allah untuk beribadah tetapi tidak melihat secara jujur hidup kita. Ya, kita bisa saja seperti itu, jika itu gambaran dalam bayangan kita. Namun Bapak Ibu yang terkasih, seberapa serius bagi kita saat ini, ketika kita mengingat kuasa Kristus diatas kayu disalib. Seberapa serius kita menanggapi dosa ini? Karena jika kita tidak menganggapnya serius, kita menganggap rendah nilai yang telah Kristus bayar di kayu salib bagi kita. Kita memandang Kristus yang disalib, yang telah membayar upah dosa kita, tapi kita malah tetap menyimpan dosa di dalam perkemahan kita, kita menyimpan barang-barang yang dikhususkan itu di sana, yang sudah Allah singkirkan dari kita. Tetapi inilah keindahan Injil! Inilah alasan kita memerlukan Injil karena kita dapat menyembunyikan dosa kita, dapat lolos sampai selesai kebaktian dan melanjutkan hidup kita, sehingga kita tidak harus berurusan dengan apa yang terjadi dalam hidup kita. Kita dapat melakukan semua itu. Namun kenyataannya tidak ada satu orang pun, tidak ada satu dosa pun yang ada di dalam ruangan ini, dapat tersembunyi dari Allah. Keindahan dari Injil adalah, Anda tidak harus menyembunyikan dosa Anda. Saat dosa Anda terungkap, Allah berkata, “Aku akan membungkusnya dengan darah Anak-Ku sendiri.” Akuilah dosa Anda, hai orang Kristen. Akuilah dosa Anda, Yesus setia dan adil untuk mengampuni dosa-dosa Anda, menyucikan Anda dari segala kejahatan. Allah berkata di dalam Yesaya 43:25, “…dan Aku tidak mengingat-ingat dosamu.” Mengapa Anda harus menyembunyikannya di dalam tenda Anda, padahal Dia yang akan menutupinya dan bahkan tidak akan mengingat-ingatnya? Sehingga, saya terbeban agar kita dapat melihat ini semua di dalam kehidupan kita. Saya ingin kita mengungkapkan hal-hal tersembunyi di dalam tenda kita, di dalam ruangan ini. Minggu yang lalu kita memiliki pengakuan secara jemaat. Saya ingin kita meluangkan waktu di dalam pengakuan secara pribadi dan menantang setiap orang percaya di dalam ruangan ini untuk memohon kepada Allah, apa yang ada di dalam kemah saya yang tidak menyenangkan dan menghormati-Mu? Banyak di antara kita bahkan tidak harus meminta, karena sudah mengetahuinya sejak awal, ada hal yang sudah menggelora di dalam hati Anda sejak awal pertemuan kita. Jika kita memohon kepada Tuhan dan tidak ada yang terlintas dalam pikiran kita, mulailah dengan kesombongan yang ada di dalam kemah Anda, dan lanjutkan dari situ. Tanya Tuhan, ada apa di dalam kemah saya? Katakan kepada Tuhan, aku akan membukanya. Aku akan 18 membukanya sepedih, sesakit apapun itu, sebesar keinginan saya untuk menyembunyikannya. Akui dosa Anda kepada Allah. Jangan hanya mengakuinya kepada Allah, saya menantang Anda di dalam ruangan ini untuk mengakui dosa-dosa Anda kepada sesama jemaat. Ini yang diperintahkan di dalam Perjanjian Baru kepada kita karena dosa kita mempengaruhi jemaat lain yang kita temui. Para suami, para ayah, jika ada sesuatu di dalam kemah Anda yang jelas-jelas mempengaruhi anak dan istri Anda, saya menantang Anda untuk menemui mereka. Akui dosa-dosa Anda. Katakan, saya telah jatuh ke dalam dosa dan memiliki hal yang disembunyikan. Saya mohon kalian memaafkan saya atas pengaruh yang menimpa kalian. Saya ingin menantang Anda nanti untuk berpaling kepada anggota keluarga kalian, kepada teman-teman kalian, mungkin di dalam keluarga orang percaya ini atau kepada siapapun yang menyertai Anda di dalam perjalan spiritual Anda, yang karena dosa Anda mereka terpengaruh, dan minta pengampunan mereka. Inilah gambaran yang Alkitabiah. Ini mungkin bukan seperti yang Anda harapkan saat datang pagi ini. Kita akan membuka hal-hal yang paling tersembunyi di dalam hidup kita, yang tidak menghormati Allah, bahkan membuka hal-hal tersebut sedemikian rupa hingga mengakuinya satu sama lain di dalam jemaat. Bapak, Ibu terkasih, inilah penyembahan! Inilah yang disebut penyembahan! Inilah apa yang kita bahas minggu lalu. Kita menyusun penyembahan tanpa apa? Tanpa kerendahhatian. Kita menyusun penyembahan tanpa kerendahhatian! Ini yang namanya penyembahan. Allah melepaskan kita dari jenis kemalasan yang berhubungan dengan dosa ini. Allah membawa kita ke satu titik di mana kita melihat dosa kita apa adanya – di mana kita tidak tertidur, tidak mempedulikannya seperti bukan masalah besar – di mana kita mengalami keyakinan yang segar dari Roh Kudus-Nya karena kita memerlukan hadirat-Nya, kita mau mengenal Dia. Kita mau berpengalaman dengan-Nya. Saya mengundang Anda ke dalam saat pengakuan dosa. Saya akan berdoa untuk kita semua, kemudian menantang Anda, entah di tempat Anda duduk sekarang – saya akan melakukannya di depan sini – jika Anda ingin datang dan berlutut di sini. Ada tempat untuk berlutut di samping, jika Anda ingin melakukannya di sana. Saya menantang Anda masuk ke dalam pengakuan dosa pribadi. Posisikan diri Anda sebagai Akhan. Anda memiliki pilihan: Anda bisa saja melanjutkan hidup Anda seakan-akan tidak ada yang harus diakui, dan berharap dosa 19 Anda tidak akan diketahui lainnya, atau Anda sungguh-sungguh bersimpuh di hadapan Allah penguasa langit dan bumi. Bapa, tolong kami agar memilih pilihan yang kedua, karena Engkau siap mengampuni. Bapa, kami berdoa agar Engkau menunjukkan kepada kami betapa seriusnya dosa kami. Agar Engkau menunjukkan betapa dalamnya dosa kami di hadapan-Mu. Bapa, tolong kami melihat apa dosa itu sesungguhnya. Bapa, sucikan kami dari dosa melalui kasih karuniamu. Sucikan kami dari dosa kami. Bapa, kami berdoa supaya Engkau mencurahkan kasih karuniamu, bahkan untuk menguatkan kami mengakui dosa kami kepada sesama kami, kepada orang-orang yang kami kasihi, yang telah Engkau percayakan kepada kami, yang telah Engkau berikan ke sekeliling kami. Bapa, kami berdoa agar Engkau mengampuni kami karena dosa kami mempengaruhi mereka semua dan kami juga berdoa untuk pemulihan mereka yang tersakiti oleh karena dosa kami. Bapa, lepaskan kami dari individualisme yang membuat kami sendiri terasing. Tolong kami agar kami dapat mengakui dosa kami, jika bukan demi kami sendiri, setidaknya demi mereka di sekeliling kami. Dan demi keluarga Allah ini, kami berdoa agar Engkau menghapus dosa kami di dalam perkemahan ini, karena kami ingin mengalami kepenuhan hadirat-Mu. Kami bersungguh-sungguh mengenai dosa ini, Bapa. Berikan kami kasih karuniaMu saat ini, agar kami dapat mendengar-Mu. Tunjukkan apa yang tersembunyi di dalam perkemahan kami, tutupi dengan darah-Mu. Tutupi dengan kasih karunia-Mu. Amin. Saya mengundang Anda untuk masuk kepada saat pengakuan dosa di dalam ruangan ini. Di depan sini dapat digunakan oleh Anda atau bersama keluarga atau bersama teman Anda jika ingin berdoa bersama. Jika Anda perlu menemui atau menelepon seseorang untuk mengakui dosa Anda, minta pengampunan dari mereka. Saya mengundang Anda untuk melakukan itu. Jangan lakukan dosa yang dilakukan Akhan. Siapa yang tahu apa yang akan terjadi jika di awal Yosua 7, Akhan sudah mengakui dosanya? Malah, dia menunggu sampai ketahuan. Saya mengundang Anda untuk masuk kepada saat pengakuan dosa. HAK CIPTA: Anda diizinkan dan didorong untuk memproduksikan dan membagikan materi yang disediakan ini dengan tidak mengubahnya dalam bentuk apapun. Gunakanlah secara keseluruhan dan dilarang untuk menjual bahan ini selain dari biaya yang diperlukan untuk memproduksikannya. Jika Anda ingin menaruh diwebsite, kami meminta Anda untuk menghubungkannya dengan website kami. Pengecualian terhadap hal-hal diatas harus atas seizing Radical. Mohon untuk selalu menyertakan pernyataan berikut ini di dalam setiap bahan yang didistribusikan: Oleh David Platt. David Platt & Radical. Website: Radical.net 20 21