Bab 2 - Widyatama Repository

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Manajemen dan Pemasaran
2.1.1. Pengertian Manajemen
Pada dasarnya manusia memiliki kemampuan yang terbatas (fisik,
pengetahuan, waktu dan perhatian) sedangkan kebutuhannya tidak terbatas. Usaha
untuk memenuhi kebutuhan dan terbatasnya kemampuan dalam melakukan
pekerjaan mendorong manusia membagi pekerjaan, tugas dan tanggung jawab
atau sering disebut sebagai manajemen.
Didalam suatu perusahaan, manajemen berhubungan dengan sumbersumber (resources), fungsi-fungsi (functions) atau tugas-tugas (tasks) serta tujuan
atau sasaran (goals) yang ingin dicapai. Secara lebih khusus konsep manajemen
cenderung dipandang sebagai aktifitas yang berhubungan dengan fungsi-fungsi
yang dilakukan manajer dan terdiri dari fungsi perencanaan (planning),
pengorganisasian
(organizing),
pengarahan
(directing)
dan
pengendalian
(controlling).
Fungsi-fungsi dari manajemen menurut Nilasari dan Wiludjeng (2006 : 63):
1.
Fungsi Perencanaan (Planning)
Perencanaan merupakan aktifitas penentuan tujuan atau sasaran yang
akan dicapai dan menentukan bagaimana cara mencapai tujuan dengan
memanfaatkan sumber daya yang tersedia. Perencanaan dalam manajemen
merupakan hal yang penting karena rencana memberi alasan terhadap
seluruh tindakan yang dilakukan untuk mencapai target.
2.
Fungsi Pengorganisasian (organizing)
Pengorganisasian sebagai salah satu fungsi manajemen dapat diartikan
sebagai proses yang melibatkan dua orang atau lebih untuk bekerja sama
dalam
cara
yang
pengorganisasian,
terstruktur
seorang
dalam
manajer
mencapai
harus
dapat
tujuan.
mengatur
Dalam
dan
mengalokasikan pekerjaan serta sumber daya diantara para anggota
organisasi sehingga mereka dapat mencapai tujuan.
3.
Fungsi Pengarahan (Directing)
Pengarahan meliputi tindakan untuk membimbing dan mengusahakan
agar semua anggota organisasi melakukan kegiatan yang sudah ditentukan
ke arah tercapainya tujuan. Fungsi pengarahan yang harus dilakukan oleh
setiap manajer meliputi tiga unsur yaitu pemberian motivasi kepada
bawahan, kepemimpinan dan pengembangan komunikasi.
4.
Fungsi Pengendalian (Controlling)
Fungsi penendalian bertujuan untuk memastikan apakah tujuan yang
telah ditetapkan telah tercapai. Dalam pengendalian, seorang manajer perlu
membandingkan hasil pelaksanaan pekerjaan dengan tujuan atau rencana
semula. Sehubungan dengan hal tersebut, manajer sedapat mungkin
menemukan dan mengoreksi penyimpangan-penyimpangan yang dapat
terjadi.
Semua fungsi di atas dilakukan pada semua kegiatan operasional yang ada
dalam perusahaan yang meliputi kegiatan produksi, operasional, pemasaran,
keuangan dan lainnya. Agar seluruh kegiatan operasional dalam perusahaan dapat
berjalan secara efektif dan efisien dalam pencapaian tujuan perusahaan,
sistematika fungsi-fungsi ini harus berjalan dengan baik sehingga satu dengan
yang lainnya dapat saling mendukung.
Pengertian manajemen menurut Hasibuan (2003 : 2) adalah :
Manajemen adalah ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan
sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya secara efektif dan
efisien untuk mencapai suatu tujuan tertentu .
Sedangkan menurut Robbins (2004 : 3) manajemen adalah :
Sebagai
proses
mengkoordinasi
kegiatan-kegiatan
pekerjaan
sehingga secara efisien dan efektif dengan dan melalui orang lain .
Pada dasarnya kegiatan manajemen dalam suatu perusahaan dibebankan
kepada pihak yang disebut dengan manajer. Tugas dari semua manajer pada setiap
tingkatan dalam perusahaan adalah membentuk dan memelihara suatu lingkungan
sehingga orang-orang yang bekerja sama dalam lingkungan tersebut dapat
menyelesaikan tugas mereka masing-masing untuk mencapai tujuan-tujuan yang
telah ditentukan sebelumnya. Dengan kata lain, para manajer diserahi tanggungjawab dalam mendorong setiap individu pada sistematika kelompok untuk
memungkinkan mereka dalam memberikan kontribusi kepada tujuan kelompok.
Mereka dituntut untuk menjalankan proses manajemen secara efektif dan efisien.
Manajer dalam suatu perusahaan pun terbagi oleh beberapa tingkatan.
Menurut Jeff Madura (2001 : 215), manajer terbagi pada tiga tingkat.
Tingkatannya meliputi:
1. Manajemen Puncak
Para manajer yang mencakup posisi presiden, direktur utama, direktur
keuangan dan wakil presiden. Merekalah yang membuat keputusan
mengenai sasaran-sasaran jangka panjang perusahaan.
2. Manajemen Menengah
Para manajer yang sering kali bertanggung jawab atas keputusan jangka
pendek, biasanya mencakup pada manajer wilayah.
3. Manajemen pengawasan
Ini merupakan tingkat manajer yang berada pada garis depan. Para
manajer ini pada umumnya berhubungan erat dengan para karyawan
yang terlibat dalam proses produksi sehari-hari.
Seperti yang kita ketahui bahwa peran manajemen sangat besar dalam
perusahaan, baik atau buruk perkembangan suatu perusahaan sangat bergantung
pada manajemen yang mengelolanya. Dengan adanya teamwork yang baik antar
lapisan manajemen serta didukung oleh fungsi-fungsi mereka yang dapat
terlaksana dengan benar, maka peluang suatu perusahaan untuk berkembang
cukup besar.
2.1.2. Pengertian Pemasaran
Kehidupan manusia tidak terlepas dari kegiatan pertukaran, karena
manusia tidak mungkin menyediakan sendiri semua kebutuhan dan keinginannya.
Setiap orang yang meminta produk didalam proses pertukaran adalah konsumen
dari produk yang dipertukarkannya dan pihak yang menawarkan produk
merupakan produsen. Produk berpindah dari produsen ke konsumen melalui
proses pemasaran.
Seperti yang kita ketahui bahwa pada saat ini persaingan antara
perusahaan yang satu dengan perusahaan lainnya cukup ketat. Setiap perusahaan
mencoba berbagai cara untuk dapat merebut pangsa pasar. Pemasaran merupakan
salah satu kegiatan-kegiatan pokok yang dilakukan oleh perusahaan dalam
usahanya untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya, berkembang dan
mendapatkan laba. Maka perusahaan perlu menjalankan kegiatan pemasaran yang
benar-benar memberikan kepuasan kepada para konsumen.
Pemasaran tidak hanya sekedar menyampaikan produk dari perusahaan ke
konsumen. Pada dasarnya proses pemasaran mencakup kegiatan pengelompokan
pasar, memilih dan menetapkan posisi produk pada benak pasar sasaran yang
dapat secara unggul dipuaskan oleh perusahaan. Hal penting dari proses
pemasaran tidak dimulai dengan suatu produk atau penawaran, tetapi dengan
suatu pencarian peluang pasar karena pemasaran merupakan jembatan antara
perusahaan dan konsumen.
Kegiatan pemasaran merupakan sebuah faktor penting dalam suatu siklus
yang bermula dan berakhir dengan kebutuhan. Pemasar harus dapat
mengidentifikasi serta menafsirkan kebutuhan dan keinginan konsumen,
mengembangkan produk, menetapkan harga produk, mendistribusikan produk,
mempromosikan produk secara efektif, serta mengkombinasikannya dengan data
pasar seperti lokasi konsumen, jumlah dan keseluruhan konsumen. Perusahaan
akan mempunyai resiko yang besar apabila mereka gagal dalam mengawasi
konsumen dan pesaing dan melanjutkan perbaikan untuk menawarkan nilai.
Mereka juga akan gagal dalam memuaskan stakeholders, keterampilan pemasar
diperlukan dalam hal tersebut karena untuk menjadi pemasar diperlukan persiapan
untuk mengerti apa pemasaran, bagaimana pemasaran bekerja, apa yang
dipasarkan serta siapa yang melakukan pemasaran.
Untuk memberikan gambaran yang lebih jelas mengenai pemasaran, maka
penulis mengutip beberapa pendapat pakar pemasaran.
Pengertian pemasaran menurut Maynard and Beckman yang dikutip oleh
Buchari Alma (2004 : 1):
Marketing embraces all business activities involved in the flow of goods
and services from physical production to consumption .
Dari definisi di atas dapat diartikan :
Pemasaran mencakup segala usaha yang meliputi penyaluran barang dan
jasa dari sektor produksi ke sektor konsumsi.
Berikut ini pengertian pemasaran menurut Lamb, Hair, Mc Daniel
(2001 : 6):
Pemasaran adalah suatu proses perencanaan dan menjalankan
konsep, harga, promosi, distribusi sejumlah ide, barang dan jasa
untuk menciptakan pertukaran yang mampu memuaskan tujuan
individu dan organisasi
Menurut H. Djaslim Saladin, SE. (2007 : 1):
Pemasaran adalah suatu sistem total dari kegiatan bisnis yang
dirancang untuk merencanakan, menentukan harga, promosi dan
mendistribusikan barang-barang yang dapat memuaskan keinginan
dan mencapai pasar sasaran serta tujuan perusahaan
Pengertian diatas mengandung beberapa kesimpulan, yaitu:
a. Pemasaran adalah kegiatan manusia yang ditujukan untuk memuaskan
kebutuhan dan keinginan konsumen melalui proses pertukaran
b. Pemasaran adalah kegiatan perusahaan dalam membuat rencana,
menentukan harga, promosi serta mendistribusikan barang dan jasa
c. Pemasaran berorientasi kepada konsumen yang ada dan potential
d. Pemasaran tidak hanya bertujuan memuaskan konsumen tetapi juga
memperhatikan semua pihak yang terkait dengan perusahaan
e. Program pemasaran itu dimulai dengan sebuah ide tentang produk baru
dan tidak berhenti sampai keinginan konsumen benar-benar terpuaskan
Dari ketiga definisi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa pemasaran
mencakup segala proses untuk memperoleh apa yang diinginkan individu dan
organisasi melalui pertukaran dan penciptaan barang dan jasa yang dapat
memuaskan kebutuhan dan keinginan individu dan organisasi.
2.1.3. Pengertian Manajemen Pemasaran
Manajemen pemasaran mempunyai peranan penting untuk mencapai
tujuan perusahaan. Tugas bagian manajemen pemasaran adalah untuk melakukan
perencanaan mengenai bagaimana mencari peluang pasar untuk melakukan
pertukaran barang dan jasa dengan konsumen. Setelah itu, manajemen pemasaran
mengimplementasikan rencana tersebut dengan cara melaksanakan strategistrategi pemasaran untuk menciptakan dan mempertahankan pertukaran yang
menguntungkan dengan konsumen, demi tercapainya tujuan perusahaan dalam
kelangsungannya.
Untuk dapat mengetahui lebih jauh mengenai manajemen pemasaran,
berikut ini pendapat beberapa ahli tentang manajemen pemasaran:
Menurut Alma (2005 : 130) pengertian manajemen pemasaran adalah
sebagai berikut:
Marketing Management is the process of increasing the effectiveness
and or efficiency by which marketing activities are performed by
individuals or organizations .
Sedangkan pengertian manajemen pemasaran menurut Kotler, Armstrong
(2003 : 16):
Manajemen pemasaran adalah analisis, perencanaan, implementasi,
dan pengendalian program yang dirancang untuk menciptakan,
membangun dan mempertahankan pertukaran yang menguntungkan
dengan pembeli sasaran demi mencapai tujuan organisasi .
Dari kedua pengertian tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa
manajemen pemasaran merupakan proses perencanaan, pelaksanaan dan
pengendalian program yang dirancang untuk menciptakan pertukaran yang
menguntungkan dengan pembeli demi memenuhi dan mencapai tujuan individu
ataupun organisasi.
2.2.
Pengertian Bauran Pemasaran
Bauran pemasaran merupakan salah satu konsep utama dalam pemasaran.
Bauran
pemasaran
mencakup
sistem
atau
alat-alat
yang
membantu
mengaplikasikan konsep pemasaran itu sendiri. Oleh karena itu, setiap perusahaan
setelah memutuskan strategi pemasaran kompetitifnya secara keseluruhan,
perusahaan harus mulai menyiapkan perencanaan bauran pemasaran yang rinci.
Kotler & Amstrong (2003 : 78) memberikan definisi bauran pemasaran
sebagai berikut:
Marketing mix as the set of controllable tactical marketing tools that
the firm blends to produce the response it wants in the target market
Definisi di atas dapat diartikan juga sebagai seperangkat alat pemasaran
taktis yang dapat dikendalikan dan dipadukan oleh perusahaan untuk
menghasilkan tanggapan yang diinginkan dalam pasar sasaran.
Yazid (2001 : 15) memberikan definisi bauran pemasaran jasa sebagai
berikut:
Bauran pemasaran jasa adalah semua variabel yang dapat
dikendalikan oleh perusahaan dalam mengkomunikasikannya dan
akan digunakan untuk memuaskan konsumen sasaran
Jadi dapat disimpulkan bahwa bauran pemasaran (maketing mix) adalah
suatu perangkat yang dapat dilakukan perusahaan untuk mempengaruhi
permintaan terhadap produknya dan perangkat tersebut akan menentukan tingkat
keberhasilan bagi perusahaan serta semua ini ditujukan untuk memberikan
kepuasan kepada konsumennya.
Menurut Lupiyoadi dan Hamdani (2001 : 18), bauran pemasaran
produk barang mencakup 4P yang meliputi product, price, place dan promotion
akan tetapi khusus bauran pemasaran jasa terdapat tiga unsur tambahan yaitu
people, physical evidence dan process.
Pengertian masing-masing elemen bauran pemasaran menurut Zeithalm
dan Bitner yang dikutip oleh Lupiyoadi dan Hamdani (2001 : 18) adalah
sebagai berikut:
Produk (Product)
Berkaitan dengan penawaran yang dilakukan perusahaan kepada pasar
termasuk didalamnya pertimbangan tentang barang-barang tambahan
atau pelengkap jasa, tingkat kualitas, aksesoris, cara mengenal, garansi
dan pemberian merek.
Harga (Price)
Secara harfiah harga merupakan sejumlah uang yang baru dibayarkan
konsumen untuk membeli produk. Harga merupakan pengorbanan bagi
konsumen dalam membeli suatu produk.
Tempat atau saluran distribusi (Place)
Alat bauran pemasaran untuk segala aktivitas yang dilakukan oleh
perusahaan agar produknya mudah dijangkau dan tersedia bagi
pelanggan sasarannya.
Promosi (Promotion)
Alat bauran pemasaran untuk segala aktivitas yang dilakukan oleh
perusahaan untuk mengkomunikasikan produknya kepada pelanggan
sasarannya.
Orang (People)
Semua orang yang mengambil bagian dalam pemberian serta yang ikut
memberikan pengaruh terhadap persepsi pembeli, misalkan: petugas atau
pegawai perusahaan, konsumen dan pelanggan lain dalam lingkungan
jasa bersangkutan serta bagimana penampilan, sikap, kebiasaan dari
orang-orang yang terlibat dalam suatu jasa, terutama dari pihak penyedia
jasa yang merupakan fokus dari alat bauran pemasaran jasa ini.
Bukti fisik (Physical Evidence)
Alat bauran pemasaran jasa yang berupa lingkungan dimana jasa
disampaikan dan dimana perusahaan dan pelanggan berinterkasi, serta
segala komponen fisik atau nyata (tangible) yang memfasilitasi proses /
hasil atau komunikasi jasa. Physical Evidence merupakan alat yang
memberikan peluang bagi perusahaan jasa untuk menyampaikan pesan
tentang tujuan organisasi, segmen, sasaran dan hakekat jasanya.
Proses (Process)
Alat bauran pemasaran jasa yang merupakan prosedur berjalan
mekanisme. Pada jasa yang memerlukan keterlibatan tinggi dari
pelanggan, peran proses sangat penting karena keterlibatan konsumen
sebagai bagian dari jasa itu memberikan pengaruh besar dalam
penilaiannya terhadap jasa yang bersangkutan.
2.3.
Event Sponsorship
2.3.1. Pengertian Event
Sebelum membahas lebih jauh mengenai event sponsorship yang
merupakan bagian dari promosi, sebaiknya pengertian event sendiri harus
dijelaskan. Dalam sponsorship, event yang di sponsori disebut sebagai special
event (peristiwa khusus) karena pengertian event saja hanya memiliki makna
sebagai peristiwa biasa (tidak jauh berbeda dengan peristiwa sehari-hari). Special
event merupakan kegiatan yang cukup penting dalam upaya memuaskan dan
memberikan hiburan bagi publik yang turut terlibat langsung dalam aktifitas /
kegiatan spesial yang dilaksanakan. Ada beberapa definisi special event yang
dikemukakan beberapa ahli dibawah ini:
Ruslan (2003 : 212)
A special event is an event of which usually produce to gain favourable
attention in media for client, company or product. It may also be
designed to convey a specific message about a company. A special event
might also be a product launching or a product publicy event
Shone dan Parry (2002) yang dikutip oleh Any Noor (2009 : 7)
Special Events are phenomenon arising from those non-routine
occasion which have leisure, cultural, personal or organizational
objectives set apart from the normal activity of daily life, whose purpose
is to enlighten, celebrate, entertain, or challenge the experience of a
group of people
Any Noor (2009 : 7) dalam bukunya Manajemen Event
Special Event didefinisikan sebagai suatu kegiatan yang
diselenggarakan untuk memperingati hal-hal penting sepanjang
hidup manusia baik secara individu atau kelompok yang
berhubungan secara adat, budaya, tradisi dan agama yang
diselenggarakan untuk tujuan tertentu serta melibatkan lingkungan
masyarakat yang diselenggarakan pada waktu tertentu
Dari beberapa pengertian dari special event diatas, dapat disimpulkan
bahwa special event atau acara merupakan kegiatan yang dilaksanakan pada
waktu tertentu dengan tujuan tertentu dan sifatnya berbeda dengan kegiatan
manusia sehari-hari. Pada umumnya, special event memiliki hubungan emosional
dengan orang yang menghadiri / mengikutinya. Bagi perusahaan-perusahaan yang
sedang
memasarkan
produknya,
hal
ini
dijadikan
kesempatan
untuk
memperkenalkan ataupun memperkuat brand mereka melalui special event
dengan target audience yang sesuai. Kegiatan promosi ini disebut dengan event
marketing.
2.3.1.1. Kategori Special Event
Special Event terbagi kedalam 4 (empat) kategori atau unsur yang terdiri
dari leisure, cultural, personal dan organizational. Seperti yang dijelaskan oleh
Shone dan Parry (2002) yang dikutip oleh Any Noor (2009 : 8) pada gambar di
halaman berikutnya:
Gambar 2.1. Kategori Special Event
Leisure Events
( leisure, sport,
recreation )
Personal Events
( wedding,
birthdays )
Special
Events
Cultural Events
( art, commercial
music festival )
Organizational
Events
( exhibitions )
Leisure event
Pada saat ini, leisure event yang berkembang banyak berdasarkan
kepada kegiatan olah raga dimana kegiatan ini memiliki unsur
pertandingan serta mendatangkan banyak pengunjung didalamnya.
Contohnya adalah penyelenggaraan olimpiade setiap empat tahun
sekali.
Personal event
Yaitu, segala bentuk kegiatan yang didalamnya terlibat anggota
keluarga atau teman. Event jenis ini sifatnya lebih sederhana.
Contohnya seperti pesta pernikahan dan perayaan ulang tahun.
Cultural event
Acara ini selalu berhubungan dengan budaya atau memiliki nilai sosial
yang tinggi dalam tatanan masyarakat. Tetapi dengan adanya kemajuan
teknologi dan perkembangan jaman, penyelenggaraan cultural event
akan lebih menarik dan berkesan jika dapat disesuaikan dengan keadaan
saat ini. Contohnya adalah pasar tong-tong di Belanda yang
menampilkan kebudayaan Indonesia dan acara-acara pertunjukkan seni
musik lainnya.
Organizational event
Pada kategori ini, bentuk event yang diselenggarakan tentunya
disesuaikan dengan tujuan organisasi. Misalnya, konferensi yang
diselenggarakan oleh konferensi organisasi partai politik atau eksibisi
yang diselenggarakan oleh perusahaan.
2.3.1.2. Karakteristik Special Event
Special
Event
memiliki
beberapa
karakteristik
karena
dalam
penyelenggaraannya, special event biasanya mempunyai ciri tersendiri dan
cenderung memiliki perbedaan antara satu dengan lainnya. Any Noor (2009 : 13)
menuturkan bahwa karakteristik tersebut meliputi:
1. Uniquenesses
Kunci utama suksesnya sebuah event adalah pengembangan ide
sehingga event memiliki keunikan tersendiri. Event dengan warna yang
berbeda, tidak akan mudah untuk dilupakan oleh target audience.
Keunikan dapat berasal dari peserta yang ikut serta, lingkungan sekitar,
pengunjung pada event tersebut serta beberapa hal lainnya sehingga
membuat event menjadi unik dan berbeda dari yang lainnya.
2. Perishability
Yang dimaksud dengan perishability adalah kemungkinan terjadinya
event yang tidak sesuai dengan rencana atau acara tidak hidup
sehingga kurang memuaskan. Apabila event tidak dikemas dengan baik
maka target-target yang ingin dicapai di acara tersebut tidak akan
tercapai.
3. Intangibility
Setelah menghadiri event, yang tertinggal di benak pengunjung adalah
pengalaman yang mereka dapatkan dari penyelenggaraan event. Bagi
penyelenggara hal ini merupakan tantangan untuk merubah bentuk
pelayanan intangible menjadi sesuatu yang berwujud sehingga sekecil
apapun wujud yang digunakan dalam event mampu mengubah persepsi
pengunjung. Seperti penggunaan audio visual yang berkualitas yang
akan selalu diingat oleh pengunjung event.
4. Personal Interaction
Personal interaction merupakan salah satu karakteristik yang penting
pada saat event berlangsung. Pengunjung yang datang pada suatu event
juga memiliki peran yang besar terhadap suksesnya event. Sebagai
contoh, keterlibatan aktif penonton pada event konser musik dimana
penonton dilibatkan untuk bernyanyi sehingga mereka berkontribusi
pada terselenggaranya event tersebut.
2.3.2.
Event Sponsorship dalam Event Marketing
Dalam pemasaran, event sponsorship merupakan bagian dari kegiatan
event marketing. Event marketing (sponsorship) merupakan kegiatan komunkasi
pemasaran yang mampu membangun image perusahaan ataupun brand, hal ini
terjadi karena event marketing mampu menjadi bagian yang spesial dan pribadi
bagi kehidupan konsumen. Beberapa ahli mengartikan event marketing
(sponsorship) sebagai berikut:
Menurut George E. Belch and Michael A. Belch (2001 : 338) dalam
bukunya Advertising & Promotion:
Event marketing is a type of promotion where a company or brand is
linked to an event or where a themed activity is developed for the
purpose of creating experiences for consumers and promoting a product
or service. Marketers often do event marketing by associating their
product with some popular activity such as sporting event, concert, fair
or festivals
Dalam
penjabaran
dari
pengertian
sponsorship,
situs
www.sponsorship.co.uk juga memberi penjelasan, yaitu:
Suatu bentuk dari promosi merek dengan cara memberikan bantuan
keuangan dari organisasi, perorangan atau kegiatan yang
menghubungkan suatu merek dengan kegiatan olahraga, hiburan,
budaya, sosial atau jenis public activity yang menimbulkan
ketertarikan yang tinggi dengan memberikan timbal balik untuk
mengiklankan perusahaan
Sedangkan Duncan (2005 : 14) menjelaskan:
Sponsorship adalah suatu bentuk dukungan secara finansial dari
suatu organisasi, individu maupun aktifitas dalam pertukarannya
untuk mempublisitaskan merek dan perusahaan
Dari penjabaran para ahli mengenai definisi dari event sponsorship (event
marketing) diatas dan diikuti dengan pengetahuan penulis, maka dapat
disimpulkan bahwa event sponsorship (event marketing) merupakan kegiatan
promosi untuk kepentingan suatu produk melalui brand dalam bentuk kerjasama
antara
pihak
penyelenggara
kegiatan
event
dengan
pihak
sponsor
(perorangan/organisasi atau perusahaan) sebagai pihak yang bersedia untuk
membayar sebagian ataupun seluruh biaya produksi yang diperlukan untuk
merealisasikan event tersebut. Selain membayar biaya yang diperlukan dalam
berbentuk uang, keikutsertaan sponsor dapat pula terjadi dalam bentuk yang
lainnya
seperti
pemberian
produknya
secara
gratis
untuk
mendukung
kelangsungan event. Timbal balik yang didapat perusahaan, dapat berupa apapun
untuk kepentingan brand tetapi dalam event sponsorship, timbal balik tersebut
biasanya berupa ketersediaan penyelenggara untuk memberikan spot bagi
perusahaan dalam melakukan branding pada saat acara berlangsung, media
branding dapat berupa booth, backdrop, banner-up, x-banner, rotating banner,
umbul-umbul, neon box dan media lainnya yang dapat dipergunakan untuk
menunjukkan eksistensi produk. Pada dasarnya kegiatan sponsorship sangatlah
fleksibel, hal ini disesuaikan dengan kesepakatan dari kedua belah pihak namun
perlu diingat juga bahwa pihak penyelenggara memiliki tanggung jawab yang
besar terhadap kesuksesan event tersebut.
2.3.2.1. Tujuan Event Marketing (Sponsorship)
Situs www.pengusaha-indonesia.com menguraikan beberapa tujuan dari
event marketing yang digunakan perusahaan, yaitu:
Memperkuat brand positioning dan image sebuah brand
Untuk menarik pelanggan pesaing atau brand switching
Menunjukkan kelebihan dibandingkan competitors
Menjaga dan meningkatkan loyalitas dari pelanggan
Menciptakan brand awareness yang tinggi dan instan
Adapun tujuan special event dalam ruang lingkup pemasaran menurut
Ruslan (2005 : 231) adalah:
Pengenalan (awareness), mendapat dukungan publik atau media dan
meningkatkan pengetahuan (knowledge) terhadap perusahaan atau
produk yang ingin didapatkan.
Suatu proses publikasi melalui komunikasi timbal balik yang pada
akhirnya akan memperoleh publisitas yang positif.
Memperlihatkan itikad baik dari perusahaan atau produk yang
diwakilinya, serta sekaligus memberikan kesan atau image positif
terhadap masyarakat sebagai publik sasarannya.
Upaya mempertahankan penerimaan masyarakat.
Memperoleh rekanan atau langganan baru melalui acara special event
yang dirancang secara menarik, inovatif dan kreatif.
Sedangkan tujuan sponsorship menurut Frank Jefkins (1996 : 177)
meliputi tiga aspek yaitu:
1. Tujuan periklanan
Mengiklankan produk yang tidak boleh diiklankan di media tertentu
Memasang iklan di lokasi kegiatan atau liputan yang dapat
menjangkau orang banyak
Mempromosikan produk secara spesifik
Memperkenalkan produk-produk baru
Menggali berbagai peluang lain di bidang periklanan
2. Tujuan hubungan masyarakat
Menciptakan atau mempertahankan citra perusahaan
Membangun citra perusahaan
Memperkenalkan identitas perusahaan
Mengakrabkan nama perusahaan
Menonjolkan keramah-tamahan
Merangsang minat para wartawan untuk datang meliput
3. Tujuan pemasaran
Memposisikan sebuah produk
Mendukung operasi para agen penyalur
Melancarkan suatu perubahan pada kebijakan pemasaran perusahaan
Meluncurkan suatu produk baru
Membuka cabang-cabang baru
Pemasaran internasional
Merangsang para konsumen menggunakan suatu produk
2.3.2.2. Jenis-jenis Event Sponsorship
Pada dasarnya jenis-jenis sponsorship sangat beragam, namun Jefkin
(2004 : 265) mengklasifikasikannya kedalam tujuh macam yaitu:
Acara olahraga
Semakin merakyatnya kegiatan olahraga membuat pemberian sponsor
untuk bidang ini menjadi salah satu cara terbaik utnuk menjangkau
pasar konsumen secara massal. Hal ini juga didukung dengan peliputan
media massa seperti siaran yang dilakukan oleh stasiun televisi.
Acara kebudayaan dan seni
Acara kebudayaan mencakup acara seni dan pameran budaya, dimana
fenomena yang sedang berkembang menunjukkan semakin banyaknya
perusahaan yang mensponsori pertunjukkan musik.
Penerbitan atau publikasi
Penerbitan peta, buku harian, buku petunjuk, buku-buku atau dokumen
laporan tahunan dan berbagai naskah lainnya acapkali jadi lahan
sponsor.
Eksibisi atau pameran
Merupakan acara-acara pameran, baik yang diselenggarakan oleh
instansi pemerintah maupun lembaga-lembaga swasta. Pameran seperti
ini juga sering mendapat sponsor dari pers atau perusahaan penerbitan.
Pendidikan
Sponsorship juga sering diwujudkan dalam bentuk beasiswa, tunjangan
belajar, piagam penghargaan akademis dan berbagai aspek lainnya
yang menyangkut pendidikan.
Acara-acara amal
Dalam suatu acara amal, nama-nama perorangan atau perusahaan yang
memberikan dana atau sponsor selalu disebutkan secara terbuka.
Acara-acara penghargaan professional
Pemberian hadiah atau tanda penghargaan kepada para professional,
mulai dari jurnalis, fotografer sampai dengan para arsitek dan lainnya.
2.4.
Brand (Merek)
Brand diyakini mempunyai kekuatan yang besar dalam memikat hati
orang untuk membeli sebuah barang atau jasa. Keputusan pembelian pun lebih
sering didasarkan pada pertimbangan merek daripada hal-hal lain. Puluhan bahkan
ratusan merek baru bermunculan setiap tahunnya dan semuanya bersaing dalam
mendapatkan tempat di hati konsumen untuk menjadi unggulan sebagai pilihan
utama mereka.
Dalam beberapa tahun belakangan ini, merek banyak mendapatkan
perhatian dari para praktisi dan pengamat bisnis. Riset pun sering dilakukan untuk
mengetahui merek-merek mana saja yang unggul dimata konsumen. Berbagai
penghargaan pun diberikan kepada brand yang unggul dari berbagai kategori
produk dan jasa. Penghargaan itu tentu saja semakin menguatkan benak konsumen
bahwa merek tersebut benar-benar baik untuk dikonsumsi.
Banyak hal yang menopang kesuksesan sebuah merek. Merek tidak bisa
berdiri sendiri tanpa didukung upaya-upaya pemasaran yang efektif dan organisasi
yang solid. Bahkan merek yang kuat dapat memiliki pengaruh yang negatif dan
menghancurkan merek itu sendiri bila dukungan yang dibutuhkan untuk
kesuksesannya tidak memadai.
2.4.1. Pengertian Merek
Pada awalnya brand atau merek hanyalah sebuah tanda agar konsumen
dapat membedakan satu produk dengan produk lainnya, namun fungsi brand kini
sudah berkembang. Saat ini brand telah mengalami evolusi makna menjadi wakil
dari sebuah objek, simbol dan citra. Berikut ini beberapa definisi dari brand:
Pengertian brand yang didefinisikan oleh situs www.entrepreneur.com:
The marketing practice of creating a name, symbol or design that
identifies and differentiates a product from others products
Menurut Bilson Simamora (2001 : 149):
Merek adalah nama, tanda, istilah, simbol, desain, atau
kombinasinya yang ditujukan untuk mengidentifikasi dan
mendiferensiasi (membedakan) barang atau layanan suatu penjual
dari barang atau layanan penjual lain .
Sedangkan menurut American Marketing Association yang dikutip oleh
Freddy Rangkuti dalam bukunya The Power of Brands (2008 : 2) berpendapat
bahwa pengertian brand sebagai berikut:
Merek adalah nama, istilah, tanda, simbol atau rancangan atau
kombinasi dari hal-hal tersebut. Tujuan pemberian merek adalah
untuk mengidentifikasi produk atau jasa yang dihasilkan sehingga
berbeda dari produk atau jasa yang dihasilkan pesaing .
Dari pengertian-pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa brand
adalah suatu nama, istilah, simbol, tanda, desain atau kombinasi dari semuanya
yang digunakan untuk mengidentifikasikan produk atau jasa dan membedakan
produk perusahaan dengan produk pesaing.
2.4.2. Jenis-jenis Nama Merek (Type of Brand Names)
Sebuah perusahaan yang memberikan nama terhadap produk yang
dimilikinya, biasanya mempunyai alasan yang kuat atas pemberian nama merek
sebelum mereka memasarkannya di pasar. Hal ini dilakukan agar mereka dapat
meraih benefit atas pemberian brand name tersebut. Situs www.wikipedia.com
menjelaskan bahwa ada sembilan macam jenis-jenis pemberian nama merek yang
dilakukan oleh perusahaan-perusahaan, yaitu :
1. Acronym
: A name made of initials UPS or IBM
2. Descriptive
: Names that describes a product benefit or function like
WHOLE FOODS or AIRBUS
3. Alliteration
: Names that are fun to say and stick in the mind like
Dunkin Donuts
4. Evocative
: Names that voke a relevant vivid image like Amazon
5. Neologisms
: Completely made-up words like Wii
6. Foreign Words
: Adoption of a word from another language like Volvo
7. Founder s Name : Using the name of real people like Hewlett-Packard
8. Geography
: Many brands are named for regions and landmarks like
Fuji Film
9. Personifications
: Many brands take their names from myth like Nike
2.4.3. Prinsip Kebijakan Pemberian Merek
Salah satu keputusan strategis mengenai branding yang harus dibuat
adalah kebijakan tentang pemanfaatan merek berdasarkan tingkatannya.
Walaupun dalam implementasinya diterapkan secara berbeda-beda, pada dasarnya
prinsip kebijakan pemberian merek terdiri atas dua tingkatan yaitu merek produk
dan merek korporat. Seperti yang dijelaskan Majalah Eksekutif No. 282 bulan
Februari 2003 melalui gambar pada halaman berikut ini:
Gambar 2.2. Prinsip Kebijakan Pemberian Merek
Kebijakan Merek
Merek Korporat
Merek Produk
Merek
Merek
Merek
Produk
Lini
Cakupan
Mandiri
Produk
Produk
Pemberi
Dominan
Dukungan
(endorsement)
2.4.3.1. Merek produk
Dalam prinsip pemberian merek ini, perusahaan telah menentukan bahwa
produknya harus berdiri sendiri tanpa dukungan dari nama perusahaan. Terdapat
beberapa keuntungan dari pemberian merek produk secara terpisah dan memiliki
hubungan yang sedikit antara nama perusahaan dan merek. Dalam permberian
nama produk dapat digolongkan menjadi merek produk mandiri, merek lini
produk dan merek cakupan produk.
Merek produk mandiri
Setiap produk diberi nama merek secara eksklusif, tanpa kehadiran
nama perusahaan. Kebijakan ini mengarahkan merek untuk memiliki
nilai-nilai kepribadian, identitas dan positioning yang unik. Hal ini akan
mempermudah perusahaan dalam mengevaluasi kinerja dan nilai merek
sedangkan kelemahan dari kebijakan ini adalah tuntutan agar setiap
merek produk memiliki anggaran periklanan dan promosi yang
semuanya ditanggung oleh merek itu sendiri dan hanya sedikit atau
tanpa bantuan dari induk perusahaan.
Merek lini produk
Dalam kebijakan ini produk-produk yang masuk dalam satu lini berada
dibawah nama merek yang sama dan memiliki identitas dasar yang
sama, meskipun memiliki dasar kompetensi yang tipis. Misalnya, lini
dari sampo yang memiliki satu merek tetap menawarkan manfaat yang
berbeda-beda. Beberapa produk mungkin memiliki kemiripan konsep
merek. Kelebihan dari kebijakan ini adalah dalam hal periklanan dan
promosi yang lebih ekonomis dan setiap perluasan lini akan
memperkuat penempatan posisi dan citra merek. Strategi ini dapat
dipakai untuk membendung serangan pesaing.
Merek cakupan produk
Kebijakan ini menempatkan sejumlah produk atau layanan dalam
kategori luas dan dikelompokkan dalam sebuah nama merek serta
dipromosikan dengan satu identitas dasar. Produk-produk tersebut
memiliki merek yang sama tetapi mempunyai tingkat kinerja yang
berbeda seperti Mercedes Benz tipe S, E, C, dan A-class. Sebuah merek
nama tunggal memberikan skala ekonomis dalam promosi.
2.4.3.2. Merek Korporat
Dalam pemberian merek korporat, perusahaan mendapatkan seluruh
perhatian dan tidak menekankan pada produknya. Merek korporat menjadi sangat
penting dan memberikan identitas terhadap produknya. Berbagai perusahaanperusahaan besar memanfaatkan merek korporat (perusahaan) mereka agar
meminimalisir biaya-biaya promosi yang mungkin timbul. Merek korporat pun
dibagi menjadi dua macam yaitu merek korporat yang sifatnya dominan dan
merek korporat yang sifatnya hanya memberi dukungan (endorsement).
Merek korporat dominan
Perusahaan yang memiliki nama yang besar akan memanfaatkannya
untuk kepentingan produknya. Konsumen akan memiliki persepi positif
terhadap suatu perusahaan yang sudah dikenalnya dan hal ini dapat
berdampak positif pula terhadap setiap produk yang dipasarkannya
sehingga fenomena ini dijadikan peluang bagi perusahaan-perusahaan
tersebut dalam pemberian merek produk mereka. Sebagai contoh,
perusahaan rokok P.T. Gudang Garam seringkali menggunakan nama
Gudang Garam untuk setiap produknya. Namun kelemahan dari
kebijakan pemberian merek ini dapat terjadi apabila produk yang
dipasarkan perusahaan tidak dapat diterima oleh konsumen dan
berdampak buruk terhadap nama perusahaan.
Merek korporat sebagai pemberi dukungan (endorsement)
Dalam hal ini, perusahaan mencoba untuk menonjolkan nama merek itu
sendiri tetapi di dukung oleh nama perusahaan. Sebagai contoh,
perusahaan elektronik samsung memasarkan produk telefon genggam
terbarunya yang diberi nama Monte namun diteruskan dengan nama
perusahaan menjadi Monte by Samsung.
2.4.4. Tingkatan Merek
Pada hakikatnya, brand mengidentifikasikan penjual dan pembeli. Brand
dapat berupa nama, merek dagang, logo atau simbol lain. Brand memiliki enam
level pengertian menurut Freddy Rangkuti (2008 : 3):
1. Atribut
Yaitu merek mengingatkan pada atribut-atribut tertentu.
Contoh: Mobil BMW seri 7 merupakan merek mobil yang dirancang dengan
kualitas tinggi, selalu menjaga keamanan, bergengsi serta dipakai oleh para
senior eksekutif perusahaan multinasional.
2. Manfaat
Yaitu atribut perlu diterjemahkan menjadi manfaat fungsional dan emosional.
Contoh: Secara fungsional, keamanan fungsi air-bag pada BMW seri 7 sangat
tinggi dan hal ini ditejemahkan kepada manfaat emosional dimana konsumen
akan merasa sangat aman jika mengendarai mobil ini dalam kecepatan tinggi.
3. Nilai
Merek juga menyatakan sesuatu tentang nilai bagi produsen. Merek yang
memiliki nilai tinggi akan dihargai oleh konsumen sebagai merek yang
berkelas sehingga dapat mencerminkan siapa pengguna merek tersebut.
4. Budaya
Merek juga mewakili budaya tertentu.
Contoh: Mobil Mercedes Benz mewakili budaya Jerman.
5. Kepribadian
Merek memiliki kepribadian bagi para penggunanya. Jadi diharapkan dengan
menggunakan merek, kepribadian si pengguna akan tercermin bersamaan
dengan merek yang ia gunakan.
6. Pemakai
Merek juga menunjukkan jenis konsumen yang membeli atau menggunakan
produk tersebut.
Contoh: BMW seri 7 yang menggambarkan orang sukses.
Jika suatu perusahaan memperlakukan brand hanya sebagai nama, maka
perusahaan tersebut tidak melihat tujuan brand yang sebenarnya. Tantangan
dalam pemberian brand adalah mengembangkan satu kumpulan makna yang
mendalam untuk brand tersebut (distinctive value).
2.4.5. Manfaat Merek
Belakangan ini, hampir semua produk diberi merek. Bahkan produkproduk yang sebelumnya tidak memerlukan merek pun, kini diberi merek. Brand
sangat diperlukan oleh suatu produk karena selain brand memilki nilai yang kuat,
brand juga bermanfaat bagi produsen dan konsumen. Manfaat brand bagi
produsen juga dikemukakan oleh Fandy Tjiptono (2005 : 20), yaitu:
Sebagai sarana identifikasi untuk memudahkan proses penanganan atau
pelacakan produk bagi perusahaan
Sebagai bentuk proteksi hukum terhadap fitur atau aspek produk yang
unik
Sebagai sinyal tingkat kualitas bagi pelanggan yang puas sehingga
mereka dapat dengan mudah melakukan pembelian ulang
Sebagai
sarana
menciptakan
asosiasi
dan
makna
unik
yang
membedakan produk dari para pesaing
Sebagai
sumber
keunggulan
kompetitif,
terutama
mengenai
perlindungan hukum, loyalitas pelanggan dan citra unik yang terbentuk
dalam benak konsumen
Sebagai sumber financial returns terutama menyangkut pendapatan di
masa yang akan datang
Sedangkan manfaat merek bagi konsumen meliputi:
Agar dapat dilihat dengan jelas, memberikan makna bagi produk serta
memudahkan
konsumen
dalam
mengidentifikasi
produk
yang
dibutuhkan atau dicari
Dapat memfasilitasi penghematan waktu dan energi melalui pembelian
ulang konsumen
Sebagai jaminan bahwa mereka bisa mendapatkan kualitas yang sama
sekalipun pembelian dilakukan pada waktu dan tempat yang berbeda
Memberikan kepastian bahwa konsumen dapat membeli alternatif
terbaik dalam kategori produk tertentu serta pilihan terbaik untuk tujuan
spesifik
Mendapatkan konfirmasi mengenai citra diri konsumen atau citra yang
ditampilkannya kepada orang lain
Kepuasan terwujud melalui familiaritas merek yang telah digunakan
selama bertahun-tahun
Kepuasan terkait dengan daya tarik merek, logo dan komunikasinya
2.4.6. Pengertian Brand Equity (Ekuitas Merek)
Brand equity dapat diartikan sebagai kekuatan atau nilai suatu merek
secara keseluruhan. Hal ini menunjukkan bahwa merek yang kuat akan lebih cepat
diterima oleh konsumen dan mempermudah produsen untuk meraih omzet yang
tinggi. Sebaliknya juga, merek dengan nilai brand equity yang rendah dapat
mempersulit perusahaan untuk memasarkan produknya secara maksimal.
Beberapa ahli memaparkan definisi brand equity sebagai berikut:
A.B. Susanto dan Himawan Wijanarko (2004 : 127):
Brand equity adalah seperangkat asset dan liabilitas merek yang
berkaitan dengan suatu merek, nama dan simbolnya yang menambah
atau mengurangi nilai yang diberikan oleh suatu barang atau jasa
kepada perusahaan atau pelanggan
Kotler dan Armstrong (2004 : 292):
Brand equity is the positive differential effect that knowing the brand
name has on customer response to the product or service
Artinya brand equity adalah efek diferensiasi yang positif dan dapat
diketahui dari respon konsumen terhadap barang atau jasa.
Menurut Soehadi (2005 : 147), secara umum kekuatan suatu merek dapat
diukur berdasarkan 7 indikator yang meliputi:
1) Leadership (kemampuan untuk mempengaruhi pasar)
2) Stability (kemampuan untuk mempertahankan loyalitas pelanggan)
3) Market (kekuatan
merek
untuk
meningkatkan
kinerja
toko
atau
distributor)
4) Internationality (kemampuan merek untuk keluar dari areal geografisnya)
5) Trend (merek menjadi semakin penting dalam industri)
6) Support (besarnya dana yang dikeluarkan untuk mengkomunikasikan
merek)
7) Protection (merek tersebut memiliki legalitas)
Dapat disimpulkan bahwa brand equity merupakan kekuatan suatu brand
yang dapat menambah atau mengurangi nilai dari brand itu sendiri dan diketahui
dari respon konsumen terhadap barang atau jasa yang dijual. Upaya perusahaan
untuk meningkatkan brand equity yang dimiliki dapat dijadikan landasan dari
program
pemasaran
yang
sukses.
Setiap
perusahaan
memiliki
tingkat
ketergantungan yang tinggi pada kesetiaan konsumen terhadap merek.
2.4.6.1. Elemen-elemen dalam Brand Equity
Dalam bukunya yang berjudul Power Branding, A.B. Susanto dan
Himawan Wijanarko (2004 : 127) membagi elemen brand equity menjadi lima:
Gambar 2.3. Elemen-elemen dalam Brand Equity
1) Brand Awareness
Brand awareness adalah kesanggupan seorang calon pembei untuk mengenali
atau mengingat kembali bahwa suatu merek merupakan bagian dari kategori
merek tertentu. Kesadaran merek berada pada rentang antara perasaan yang
tak pasti terhadap pengenalan suatu merek sampai dengan perasaan yakin
bahwa produk tersebut merupakan satu-satunya dalam kelas produk yang
bersangkutan. Rentang brand awareness pun terbagi 4 yaitu:
Unaware of brand (tidak menyadari merek)
Merupakan tingkat yang paling rendah dalam piramida kesadaran
merek, dimana konsumen tidak menyadari akan adanya suatu merek.
Brand recognition (pengenalan merek)
Tingkat minimal dari kesadaran merek. Hal ini penting pada saat
seorang pembeli memilih suatu merek pada saat melakukan pembelian.
Brand recall (pengingatan kembali terhadap merek)
Pengingatan kembali pada suatu merek didasarkan pada permintaan
seseorang untuk menyebutkan merek tertentu dalam suatu kelas
produk. Hal ini diistilahkan dengan pengingatan kembali tanpa
bantuan karena berbeda dari tugas pengenalan, konsumen tidak perlu
dibantu untuk memunculkan merek tersebut.
Top of mind (puncak pikiran)
Apabila sesorang ditanya secara langsung tanpa diberi bantuan
pengingatan dan orang tersebut dapat menyebutkan satu nama merek,
maka merek yang pertama disebutkan pertama kali merupakan puncak
pikiran. Dengan kata lain, merek tersebut merupakan merek utama dari
berbagai merek yang ada dalam benak konsumen sehingga merek
tersebut akan selalu menjadi prioritas baginya.
2) Perceived quality (kesan kualitas)
Didefinisikan sebagai persepsi konsumen terhadap keseluruhan kualitas atau
keunggulan suatu produk berkenaan dengan maksud yang diharapkan. Kesan
kualitas suatu merek memberikan alasan yang kuat untuk membeli karena
konsumen memiliki persepsi bahwa produk tersebut mempunyai tingkat utiliy
yang tinggi.
3) Brand association (asosiasi merek) yang mengacu kepada brand image
Asosiasi merek adalah sesuatu yang berkaitan dengan ingatan mengenai suatu
produk. Berbagai asosiasi yang diingat konsumen dapat dirangkai sehingga
membentuk citra tentang merek atau brand image didalam benak konsumen.
Secara sederhana, pengertian brand image adalah sekumpulan asosiasiasosiasi merek yang terbentuk didalam benak konsumen. Konsumen yang
terbiasa menggunakan merek tertentu cenderung memiliki konsistensi
terhadap brand image. Brand association meliputi komunikasi pemasaran
suatu merek, pengalaman orang lain maupun dirinya sendiri dalam
mengkonsumsi merek tersebut.
4) Brand loyalty (loyalitas merek)
Merupakan ukuran kesetiaan seorang pelanggan pada sebuah merek. Brand
loyalty memiliki 5 tingkatan yang dapat dijelaskan dengan gambar piramida
dibawah ini:
Gambar 2.4. Piramida Brand Loyalty
Setia
Menyukai
merek
Pembeli yang puas dengan
biaya peralihan
Pembeli yang puas/bersifat kebiasaan
dan tidak ada masalah untuk beralih
Berpindah-pindah dan tidak ada loyalitas merek
Berdasarkan piramida loyalitas diatas, dapat dijelaskan bahwa:
I.
Tingkat loyalitas yang paling dasar adalah pembeli yang tidak loyal atau
hampir tidak tertarik terhadap merek-merek yang ditawarkan. Dengan
demikian, merek memainkan peran yang kecil dalam keputusan
pembelian. Pada umumnya, jenis konsumen seperti ini cenderung
berpindah-pindah merek atau disebut dengan konsumen switcher.
II.
Tingkat kedua menjelaskan bahwa para pembeli merasa puas dengan
produk yang digunakan atau setidaknya tidak mengalami kekecewaan.
Pada dasarnya, tidak ada dimensi ketidakpuasan yang cukup memadai
untuk mendorong suatu perubahan, terutama apabila pergantian ke merek
lain memerlukan suatu tambahan biaya. Pembeli seperti ini disebut sebagai
pembeli tipe kebiasaan (habitual buyers).
III.
Tingkat ketiga berisi konsumen yang puas, namun memikul biaya
peralihan (switching cost) baik dalam waktu, uang atau resiko sehubungan
dengan upaya untuk melakukan pergantian ke merek lain. Kelompok ini
biasanya disebut dengan konsumen loyal yang merasakan adanya suatu
pengorbanan apabila melakukan penggantian ke merek lain. Para pembeli
seperti ini disebut dengan satisfied buyers.
IV.
Tingkat keempat merupakan para konsumen yang benar-benar menyukai
merek tersebut. Pilihan konsumen terhadap suatu merek dilandasi pada
suatu
asosiasi
seperti
simbol,
rangkaian
pengalaman
dalam
menggunakannya serta kesan kualitas yang tinggi. Para pembeli seperti ini
disebut dengan sahabat merek karena terdapat perasaan emosional dalam
menyukai merek tersebut.
V.
Tingkat teratas adalah para pelanggan yang setia. Mereka memiliki
kebanggaan untuk menggunakan merek tersebut. Bagi mereka, merek
mempunyai peran penting baik dari segi fungsi maupun sebagai ekspresi
mengenai siapa pelanggan sebenarnya (commited buyers).
5) Proprietary brand assets (asset-aset merek lainnya)
Hal-hal lain yang tidak termasuk kedalam empat kategori diatas tetapi
memiliki peran untuk membangum brand equity seperti hak paten dan merek
dagang.
2.4.7. Penentuan Strategi Merek
Untuk meningkatkan brand equity sebuah merek, perusahaan akan
melakukan berbagai cara agar merek yang mereka miliki dapat diterima dengan
baik oleh para konsumen. Freddy Rangkuti (2008 : 10) menjelaskan bahwa ada
beberapa strategi merek yang dapat dilakukan oleh perusahaan terhadap merek
merek yang sudah ada di pasar. Strategi-strategi tersebut meliputi:
Line Extension (Perluasan Lini)
Perluasan lini terjadi apabila perusahaan memperkenalkan unit
produk tambahan dalam kategori produk yang sama terhadap merek yang
sama pula dengan tampilan yang baru seperti bentuk, rasa, warna,
kandungan, ukuran kemasan dan sebagainya. Pada umumnya perkenalan
produk baru merupakan perluasan lini. Strategi ini dapat dilakukan apabila
perusahaan mengalami kelebihan kapasitas produksi atau perusahaan
memenuhi peningkatan selera konsumen terhadap tampilan baru.
Selain itu perluasan lini juga dapat dilakukan karena perusahaan
ingin mengalahkan pesaing atau mengisi lebih banyak ruang rak eceran.
Contohnya adalah produk rokok Djarum Black yang memiliki produk
Djarum Black, Djarum Black Tea, Djarum Black Cappuccino, Djarum
Black Slimz dan Djarum Black Menthol.
Brand Extension (Perluasan Merek)
Perluasan merek dapat terjadi apabila perusahaan memutuskan
untuk menggunakan merek yang sudah ada pada produknya dalam satu
kategori baru. Strategi perluasan merek memberikan sejumlah keuntungan,
karena merek tersebut pada umumnya lebih cepat dihargai (karena sudah
dikenal sebelumnya) sehingga kehadirannya dapat lebih cepat diterima
oleh konsumen.
Hal ini memudahkan perusahaan untuk memasuki pasar dengan
kategori produk baru. perluasan merek dapat menghemat banyak biaya
iklan yang biasanya diperlukan untuk membiasakan konsumen dengan
suatu merek baru. Misalnya produk sabun mandi Lifebuoy dan sampo
Lifebuoy.
Multi Brand
Multi brand dapat terjadi apabila perusahaan memperkenalkan
berbagai merek tambahan dalam kategori produk yang sama. Ada
beberapa alasan untuk melakukan hal ini. Tujuannya adalah untuk
mencoba membentuk kesan, kenampakan (feature) serta daya tarik lain
kepada konsumen sehingga lebih banyak pilihan.
Strategi multi brand juga memungkinkan perusahaan merebut lebih
banyak ruang rak distributor dan melindungi merek utamanya dengan
menciptakan merek sampingan (flanker brand). Multi brand dapat juga
terjadi akibat warisan beberapa merek dari perusahaan lain yang telah
diakuisisi oleh perusahaan tersebut.
New Brand (Merek Baru)
Merek baru dapat dilakukan apabila perusahaan tidak memiliki
satu pun merek yang sesuai dengan produk yang akan dihasilkan atau
apabila citra mereka tersebut tidak membantu untuk produk baru tersebut.
Kondisi ini menyebabkan perusahaan untuk menciptakan merek yang
sama sekali baru daripada menggunakan merek lama. Namun demikian,
perusahaan harus hati-hati, karena peluncuran merek baru biasanya
memerlukan biaya yang cukup besar, terlebih-lebih lagi untuk sampai ke
tahap brand loyalty yang tinggi.
Co-brand (Merek Bersama)
Kecenderungan yang terjadi saat ini adalah meningkatkan strategi
co-branding atau yang disebut juga dengan kerjasama branding. Cobranding terjadi apabila dua merek terkenal di satukan dalam satu
penawaran. Tujuan co-branding adalah agar merek yang satu dapat
memperkuat merek yang lain sehingga dapat menarik minat para
konsumen. Apabila co-branding dilakukan dalam bentuk kemasan
bersama, maka setiap merek tersebut memiliki harapan dapat menjangkau
konsumen baru dengan mengaitkannya dengan merek lain. Contohnya
seperti air minum kemasan aqua melakukan co-branding dengan Danone.
Strategi apapun yang dilakukan oleh suatu perusahaan untuk menguatkan
merek yang dimilikinya sangat tergantung pada positioning-nya di pasar. Untuk
itu positioning merek tersebut harus di evaluasi secara terus menerus di tengahtengah persaingan yang semakin ketat sehingga perusahaan dapat melakukan
repositioning. Repositioning dapat terjadi karena perubahan kebutuhan dan
keinginan konsumen.
2.5.
Image (Citra)
Dalam bahasa umum, image atau citra dapat diartikan sebagai persepsi
dalam benak seseorang terhadap suatu objek tertentu. Image ini dapat terbentuk
dari sistem informasi yang diterima oleh orang yang bersangkutan sehingga
menyimpulkan suatu kesimpulan dalam pandangannya terhadap objek tersebut.
Berikut beberapa pengertian image menurut beberapa ahli:
Pengertian citra menurut Buchari Alma (2002 : 317):
Citra adalah kesan yang diperoleh sesuai dengan pengetahuan dan
pengalaman seseorang tentang sesuatu .
Menurut Rhenald Kasali (2001 : 28):
Citra adalah Kesan yang timbul karena pemahaman akan suatu
kenyataan
Sedangkan Sutisna (2001 : 83) mendefinisikan citra sebagai:
Citra adalah total persepsi terhadap suatu objek yang dibentuk
dengan memproses informasi dari berbagai sumber setiap waktu
Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut, citra menunjukkan suatu objek
terhadap objek lain yang terbentuk dengan memproses informasi setiap waktu dari
berbagai sumber terpercaya. Hal ini juga menunjukkan bahwa tidak tertutup
kemungkinan pula terjadinya perubahan citra pada objek dari adanya penerimaan
informasi dari waktu ke waktu. Besarnya kepercayaan objek terhadap sumber
informasi memberikan dasar penerimaan atau penolakan informasi.
2.6.
Brand Image (Citra Merek)
Berdasarkan sejumlah manfaat dari suatu brand, maka dapat disimpulkan
bahwa brand mempunyai peranan yang penting dan merupakan aset prestisius
bagi perusahaan. Dalam kondisi pasar yang kompetitif, loyalitas pelanggan adalah
kunci kesuksesan terlebih lagi pada kondisi sekarang dimana nilai suatu merek
yang mapan selalu mendominasi dari merek-merek baru. Pemasaran dewasa ini
bukan hanya pertempuran produk, melainkan pertempuran persepsi pelanggan
atas merek.
Pada saat ini pelanggan tidak hanya menilai suatu produk dari segi
manfaat dan harga, namun faktor kedekatan emosional antar konsumen dengan
produk yang dijembatankan oleh brand juga memiliki peran yang tidak kalah
penting. Banyak perusahaan yang menyadari akan hal ini, sehingga mereka
berlomba-lomba agar produk mereka dapat melekat di benak konsumen melalui
promosi secara besar-besaran dengan tujuan membentuk citra yang positif pada
produknya terhadap konsumen atau yang disebut dengan brand image yang
positif. Beberapa pendapat yang dikemukakan para ahli mengenai brand image:
Menurut seorang anggota American Marketing Association, Dave Dolak
dalam situsnya www.davedolak.com menyatakan bahwa:
Brand image is defined as consumer s perception as reflected by the
associations they hold in their minds when they think of your brand
Kotler & Armstrong (2001 : 225):
Brand Image adalah seperangkat keyakinan konsumen mengenai
merek tertentu
Paul Temporal dalam situs www.brandingasia.com mendefinisikannya:
Brand image is the totality of the consumer s perceptions about the
brand or how they see it
Image yang positif terhadap suatu brand membentuk kepercayaan
konsumen terhadap produk dan lebih memungkinkan konsumen untuk melakukan
keputusan pembelian serta menjadi konsumen yang loyal. Sebaliknya, brand
image negatif akan bersifat destructive terhadap produk yang bersangkutan
sehingga berakibat kepada efek domino yang negatif pula dan berujung kepada
tingkat omzet yang rendah. Brand image yang baik juga dapat mempermudah
perusahaan untuk mengembangkan lini produk mereka, namun hal yang perlu
diperhatikan adalah cara untuk mempertahankan serta meningkatkan brand image
yang sudah positif.
2.6.1. Manfaat Brand Image yang Positif
Pandangan konsumen yang positif terhadap suatu brand merupakan hal
yang sangat penting dalam kegiatan pemasaran perusahaan. Pentingnya
pandangan tersebut dapat dilihat dari manfaat dari brand image yang
dikemukakan oleh Sutisna (2001 : 83) yaitu:
1. Konsumen dengan citra yang positif terhadap suatu merek, lebih
memungkinkan untuk melakukan pembelian
2. Perusahaan dapat mengembangkan lini produk dengan memanfaatkan citra
positif yang telah terbentuk terhadap merek produk lama.
Dari kedua manfaat brand image diatas, dapat disimpulkan bahwa brand
image memiliki peran yang penting dalam kegiatan berpromosinya sebuah produk
oleh perusahaan. Hal ini juga menunjukkan bahwa brand image memiliki posisi
yang strategis dalam persaingan yang tidak dapat diabaikan oleh perusahaan
dalam rangka menarik minat konsumen untuk menggunakan produk yang
ditawarkan serta mengambil alih perhatian mereka dari para competitor.
Dengan adanya brand image yang positif, maka diharapkan konsumen
akan lebih mudah untuk dapat melakukan suatu keputusan pembelian yang
merupakan tujuan akhir dari perusahaan dalam meningkatkan omzet produk.
Selain itu, perusahaan akan semakin mudah untuk melakukan pengembangan lini
produk karena kepercayaan yang telah ada sebelumnya. Oleh karena itu,
perusahaan harus dapat mempertahankan dan meningkatkan brand image positif
yang telah terbentuk di benak konsumen.
2.6.2. Komponen-komponen Pendukung Brand Image
Adapun komponen-komponen yang mendukung terbentuknya brand
image menurut Alexande L. Biels (1992) meliputi tiga hal, yaitu:
1. Corporate image (citra pembuat)
Corporate image merupakan sekumpulan asosiasi yang dipersepsikan
konsumen terhadap perusahaan yang membuat suatu produk atau jasa.
2. User image (citra pemakai)
Sedangkan user image adalah sekumpulan asosiasi yang dipersepsikan
konsumen terhadap pemakai yang menggunakan suatu barang atau jasa
tersebut.
3. Product image (citra produk)
Sekumpulan asosiasi yang terbenuk dalam persepsi konsumen terhadap
produk yang bersangkutan.
2.7.
Hubungan antara Event Sponsorship dengan Brand Image
Event sponsorship adalah bentuk promosi merek yang mengikat suatu
aktifitas seperti olahraga, hiburan, sosial, budaya atau tipe aktifitas lain yang
mempunyai minat publik yang tinggi (Terence A shimp 2000 : 615). Dari
definisi event sponsorship tersebut, cukup jelas bahwa pengadaannya bertujuan
untuk kepentingan brand (merek). Dengan kegiatan promosi ini, perusahaan
berharap dapat membangun ataupun mempertahankan brand image dari
produknya karena brand image yang baik akan mendukung ekuitas merek yang
berpengaruh positif terhadap penjualan seperti yang dikemukakan oleh Etzel &
Stanton (1997 : 501) yang menyatakan bahwa sponsorship is typically viewed as
long range image building activity, but it can also have an effect on sales.
Dengan melakukan kegiatan event sponsorship, perusahaan akan
mendapatkan kesempatan untuk menyampaikan pesan-pesan mengenai produknya
melalui acara yang disponsori dan meraih target audience yang tepat sesuai
dengan target market-nya. Hal ini akan mempermudah perusahaan untuk
mesosialisasikan produk melalui merek sehingga dapat membentuk atau
mempertahanakan brand image yang baik.
Adapun pemaparan brand image menurut William Wells (2003 : 176)
adalah sebagai berikut:
Brand image ada didalam benak konsumen yang mencerminkan apa
yang mereka pikirkan dan rasakan dari produk tersebut dengan kata
lain bagaimana mereka menilainya
Sedangkan tujuan dari diadakannya event sponsorship yang dilakukan
suatu perusahaan dalam kegiatan event marketing mereka dikemukakan oleh
Gwinner (1997 : 145) dalam bukunya yang berjudul A model of image creation
and image transfer in event sponsorship adalah:
Creating a positive brand image is a main goal that companies
associate when participating at events. The connection of a brand with a
sponsored event should lead to a positive influence towards the brand
amongst visitors at the event
Berdasarkan pendapat-pendapat dari para ahli marketing diatas, maka
dapat ditarik kesimpulan yang akan dijelaskan dibawah ini:
1. Sebuah perusahaan akan mensponsori suatu event yang memiliki minat
publik yang tinggi (khususnya bagi target audience produk mereka)
sebagai bagian dari promosi merek dalam kegiatan event marketing.
2. Sponsorship merupakan aktifitas pembangunan brand image yang baik
dalam jangka panjang serta akan berdampak pada penjualan produk.
3. Tujuan utama dari sebuah perusahaan dalam melaksanakan sponsorship
adalah untuk meraih brand image yang positif. Hubungan antara sebuah
merek dengan event yang disponsorinya, akan memberi dampak positif
kepada merek itu sendiri terhadap para event attendance.
Download