1 Produksi Kata Berdasarkan Recall Memory Melalui Tulisan Narasi Berbahasa Inggris (Penelitian Deskriptif Kualitatif Mahasiswa STKIP Kusuma Negara Prodi Pendidikan Bahasa Inggris Semester 8) Oleh Audi Yundayani1 ABSTRACT The aim of this research is to identify and describe word production based on recall memory through English narrative writing by eighth semester students of STKIP Kusuma Negara, majoring in English Education Department. This research is a qualitative approach by using descriptive qualitative method. Data and data sources is students’ narrative writing in the theme of “an experience of dissapointment” and interview. Technique of collecting data is documentation. During the data collection process, the analysis is also conducted. The research finding shows that word production based on recall memory through narrative writing is influenced by some factors. They are 1) psychological factors, like motivation, 2) frequency of words using, 3) the understanding of the concept, and 4) schemata that is related with long term memory Key words : word production, recall memory, English narrative writing 1 Mahasiswa Program S3 Pasca Sarjana Pendidikan Bahasa Universitas Negeri Jakarta. Email : [email protected] 2 PENDAHULUAN Bahasa merupakan suatu ketrampilan yang diberikan Tuhan secara alami hanya kepada manusia. Jika ditelaah lebih lanjut maka kemampuan berbahasa ternyata cukup rumit, mungkin banyak diantara kita yang merasa bahwa penggunaan bahasa berlangsung begitu saja tanpa adanya proses didalamnya, ternyata tidak. Kemampuan berbahasa ternyata melibatkan berbagai komponen dan proses di dalamnya, termasuk dalam memproduksi atau menghasilkan kata. Kata merupakan unsur penting dalam berbahasa, termasuk dalam pembelajaran B. Inggris sebagai bahasa asing, tanpa penguasaan kosa kata yang memadai, siswa tidak dapat berkomunikasi dengan baik. Sebuah penelitian terkait Bahasa Inggris yang dilakukan Seashore dan Eckerton (1940 dalam Aitchison 1994: 5) menyatakan bahwa seseorang yang memiliki latar belakang pendidikan atau terdidik memiliki kemampuan untuk mengetahui 150.000 kata dan dapat menggunakan 90% dari jumlah kata tersebut. Dari penelitian tersebut dapat dilihat bahwa leksikon mental yang dimiliki manusia tertata rapi sehingga memudahkan akses untuk meretrif kata dengan cepat. Leksikon mental manusia diibaratkan sebagai gudang data, tempat penyimpanan kata yang akan memproduksi kata jika terdapat permintaan yang dapat berupa bunyi, wujud fisik, wujud grafik atau hubungan antara satu sama lain. Produksi kata dipengaruhi oleh pengalaman atau memori serta kemampuan individu tersebut dalam memahami konsep dan makna suatu kata serta tergantung dari konteks yang dipikirkannya. Dalam mempelajari suatu bahasa, pemahaman suatu kata menjadi fokus utama, baik ditinjau dari asal-usul, bentuk, maupun maknanya. Kata dianggap sebagai „building blocks of language‟ di mana dengan kata ataupun gabungan kata kita dapat 3 melambangkan sebuah objek atau kejadian di sekitar kita (Gleason, 1998:158). Dalam memproduksi kata, keterampilan yang diasah adalah bagaimana pengguna bahasa mengetahui arti sebuah kata kemudian bagaimana kata tersebut diucapkan kembali atau ditulis. Mental leksikon pada dasarnya memiliki tujuan ganda yaitu 1) pada saat membaca, seseorang memperoleh informasi dalam bentuk orthographic/tertulis, 2) pada saat menyimak, seseorang mengetahui kata-kata dari kode-kode auditory, 3) pada saat berbicara/menulis, kata-kata menjadi aktif berdasarkan makna yang ingin disampaikan, lalu ditranslate ke kode fonologis atau ortografik. Pada prinsipnya model akses leksikal ini menjelaskan bagaimana pikiran kita berperan sebagai kamus, thesaurus, buku sajak milik penulis puisi, dan buku grammar (Gleason, 1998:170). Seperti model logogen yang berasal dari connectionism, menggunakan analogi otak dan neuron untuk membangun model kognisi. Model yang dikembangkan oleh McClelland dan Rumelhart (1981) ini mempunyai tiga tingkat yaitu: (1) Input nodes, yang merupakan proses stimulus auditori dan stimulus visual, (2) Output nodes, dimana unit berkaitan dengan huruf secara individual atau yang menentukan respon antara satu tingkat dengan tingkat yang lain, terdapat hubungan bersifat mendukung tetapi dapat juga mengekang dan (3) Hidden nodes yang merupakan proses internal antara apa yang kita dengar dan lihat terkait kata dan kapan kita memberikan respon. Hidden nodes menjelaskan aspek kata yang berbeda, contohnya visual, orthographic, phonological dan semantik (Gleason, 1998:170). Dalam berkomunikasi, manusia dapat meretrif kata hanya jika kata tersebut telah tersimpan di dalam memori, sehingga kata tersebut dapat diproduksi jika sudah terdapat komprehensi atau proses ketika seseorang menerima masukkan, kemudian disimpan di dalam memori. Proses 4 komprehensi dapat dilihat sebagai sebuah penerimaan kosa kata dalam suatu bahasa yang baru saja diketahui dan dipahami. Proses komprehensi juga merupakan kemampuan menerima dan menyerap kata-kata sejak pertama kali didengar. Dalam memproduksi kata, setidaknya ada empat tingkatan, yaitu 1) tingkat pesan (message) dimana merupakan proses mengumpulkan nosinosi dari makna yang ingin disampaikan, 2) tingkat fungsional, yang memproses dua hal, yaitu pemilihan bentuk leksikal yang sesuai dengan pesan yang akan disampaikan serta informasi terkait gramatikal terkait dengan masing-masing leksikal, kemudian memberikan fungsi pada katakata yang telah dipilih, terkait dengan hubungan sintaktik atau fungsi gramatikal, 3) tingkat posisional, proses mengurutkan bentuk leksikal kepada ujaran yang akan dihasilkan, bukan berdasarkan pada jejeran linear, tetapi pada kesatuan makna yang hirarkis, 4) tingkat fonologi, dimana struktur fonologi ujaran itu diwujudkan (Soenjono, 2010:117-119). Memori memiliki keterkaitan dalam pikiran dan kemampuan berbahasa. Beberapa penelitian menyatakan bahwa penyimpanan memori dan retrival memori tidak berada pada tempat yang sama. Penyimpanan memori dilakukan hemisfir kiri, khususnya di daerah korteks prafrontal, korteks cingulate anterior dan girus parahippocampal. Retrival memory dilakukan hemisfir kanan pada tiga daerah yang sama. Pola itu kemudian dikenal dengan nama HERA atau Hesmispheric Encoding atau Retrival Asymmetry (Soenjono, 2010:273-274). Penfield dan Roberts dalam Speech and Brain Mechanisms membagi memori ke dalam 1) memori pengalaman yang terkait hal-hal di masa lalu, 2) memori konseptual, terkait memori yang digunakan untuk membangun konsep berdasarkan fakta, dan 3) memori kata, mengaitkan konsep dengan 5 wujud bunyi (Soenjono, 2010:274). Sementara itu Squire dan Kandel dalam Memory: From Mind to Molecules, mengelompokkan memori dalam memori nondeklaratif yang berasal dari pengalaman, bersifat instingtif dan terwujud dalam bentuk perubahan perilaku, sementara memori deklaratif adalah memori terkait peristiwa atau segala pengetahuan yang telah kita dapatkan dalam hidup. Memori deklaratif ditentukan beberapa faktor, seperti 1) unsur keseringan, 2) faktor relevansi, 3) faktor signifikansi, 4) faktor gladi kotor dan 5) faktor keteraturan (Soenjono, 2010:274-275). Psikolog William James membagi memori menjadi 1) memori pendek yang terbagi atas memori sejenak dan memori kerja, serta 2) memori panjang. Memori dibentuk dan digunakan melalui tiga tahap yaitu, 1) input, saat menerima masukan kemudian dilakukan interpretasi untuk memahaminya, 2) penyimpanan, dimulai dari proses menyimpan informasi pada memori pendek dan jika diperlukan maka akan disimpan di memori panjang, 3) output, terdiri dari dua cara yaitu recognition, yang merupakan proses penggilan memori dengan meminta seseorang untuk dapat merekognisi sesuatu yang telah diberikan sebelumnya dan recall, yang merupakan proses pengingatan kembali apa yang sudah dilihat atau didengar sebelumnya. Herbert H. Clark dan Eve V. Clark dalam Psychology and Language: An Introduction to Psycholinguistics menyebutkan tentang tiga informasi eksternal yang dapat dimanfaatkan saat orang melakukan recognition ataupun recall, yaitu 1) memanfaatkan pengetahuan terkait bahasa yang dimilikinya, 2) memanfaatkan pengetahuan tentang dunia dan 3) memanfaatkan pengetahuan tentang konvensi wacana (Soenjono, 2010:279-280). Cook (1989:69) mendefinisikan “konsep” sebagai sebuah representasi mental dari suatu hal yang memiliki ciri khas. Skemata digambarkan sebagai sebuah konstruksi kognitif yang merupakan bagian dari long-term memory. 6 Widdowson dan Cook (1983:34) menekankan bahwa karakteristik kognitif pada skemata menghubungkan antara informasi yang masuk dengan informasi yang sudah kita miliki. Hal ini mencakup pengetahuan akan dunia, pengetahuan yang kita dapati sehari-hari menjadi pengetahuan khusus. Anderson dan Pearson (2001) berpendapat bahwa skemata berfungsi aktif, dapat melakukan aktivasi dan melakukan perbaikan secara otomatis. Skemata memiliki peran penting dalam proses kognitif, dan membuat kita fokus untuk memperhatikan, memahami, menginterpretasikan, mengingat, membuat kesimpulan, menentukan tujuan dan harapan, menentukan alasan dan memecahkan masalah. Teori skemata menghubungkan “notion” pengalaman masa lalu yang akan membuat kita memahami pengalaman yang baru. Mukalel (2003:61-70) menyajikan empat faktor yang mempengaruhi keberhasilan pemerolehan bahasa ditinjau dari sudut pandang psikologis, yaitu 1) kecerdasan (intelligensia), 2) resourcefulness, 3) kreativitas, dan 4) motivasi. Intelegensia didefinisikan sebagai kemampuan untuk menuntun pada berpikir abstrak. Seseorang yang memiliki kecerdasan yang baik, mampu mengorganisasikan pikirannya dengan bersikap logis dan berdasarkan prinsip-prinsip rasional. Mampu menemukan rasionalitas dari berbagai aspek sikap dan tingkah lakunya. Selain itu juga memiliki tujuan dalam setiap sikap yang dilakukannya. Resourcefulness diartikan sebagai „kecerdikan‟ atau „banyak akal‟ yang dapat digambarkan dengan sifat aktif, andal, cakap, gesit, sigap, dan terampil. Dengan kata lain, kata „resourcefullness‟ dapat diartikan sebagai kemampuan untuk beradaptasi dengan kesulitan baru dan sekaligus kemampuan untuk memecahkan persoalan yang dihadapi. Kreativitas merupakan bagian dari kecerdasan. Esensi dari sikap kreatif adalah berfikir dengan cara yang berbeda, melakukan sesuatu yang baru dan melakukan sesuatu yang tidak biasa dan 7 yang terakhir adalah motivasi yang merupakan hasrat kuat yang mendorong diri sendiri terhadap sebuah tujuan yang dialami oleh setiap individu. Motivasi dari sebuah tujuan dapat berbentuk sederhana atau kompleks, dekat atau jauh, psikologis, emosi, sosial atau intelektual. Kekuatan motivasi tergantung kepada apa yang ada dalam fikiran. Tulisan narasi merupakan karangan yang berbentuk cerita dengan bentuk tulisan yang berusaha menciptakan atau merangkaikan perbuatan manusia secara kronologis yang berlangsung dalam suatu kesatuan waktu (Pratiwi, 2007:6). Narasi merupakan suatu bentuk wacana yang mengisahkan suatu kejadian atau peristiwa sehingga tampak seolah-olah pembaca melihat dan mengalami sendiri peristiwa itu. Dari gambaran diatas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian terkait dengan produksi kata berdasarkan recall memory dengan menggunakan media tulisan narasi berbahasa Inggris mahasiswa STKIP Kusuma Negara, program pendidikan Bahasa Inggris semester 8. Melalui penelitian ini, peneliti ingin mendapatkan jawaban terkait dengan pertanyaan penelitian: 1) Berapa jumlah kata (vocabulary size) yang dapat dihasilkan mahasiswa berdasarkan recall memory melalui tulisan narasi berbahasa Inggris dalam waktu 60 menit?, 2) Apa jenis kata (part of speech) yang paling sering digunakan terkait dengan produksi kata berdasarkan recall memory melalui tulisan narasi berbahasa Inggris dalam waktu 60 menit? Beberapa penelitian terkait dengan penelitian ini diantaranya adalah Ardi Nugroho (2016:44-47), Laufer, B and Nation, P. (1995:307-322) dan Šišková (2012:26-36). Terkait dengan keempat penelitian tersebut, maka penelitian ini ingin menemukan jumlah kata (vocabulary size) dan jenis kata (part of speech) yang diproduksi mahasiswa STKIP Kusuma Negara, 8 program pendidikan Bahasa Inggris semester 8, melalui tulisan narasi berbahasa Inggris. Penelitian menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif. Dalam pengambilan data, penelitian ini dilakukan dengan melibatkan 10 orang mahasiswa. Mahasiswa diminta untuk membuat tulisan narasi menggunakan Bahasa Inggris dengan tema “an experience of dissapointment”, dalam waktu selama 60 menit. Sebelum mahasiswa memulai membuat tulisan narasi, mereka dikondisikan untuk mengingat terlebih dahulu sebuah hal yang pernah membuat diri mereka kecewa, apa yang terjadi, bagaimana kejadiannya, apa yang mereka rasakan dan hal-hal lain terkait dengan recall memory, sehingga akan membantu mereka dalam menuliskan karangan narasi sesuai tema yang diminta. Setelah tulisan terkumpul, maka secara manual jumlah kata yang dihasilkan dihitung dan dikelompokkan berdasarkan jenis kata (part of speech), kemudian dengan program excell dibuatkan tabel atau grafik yang dapat menggambarkan hasil tulisan. Sebagai data pendukung, maka akan dilakukan wawancara terhadap mahasiswa yang memiliki produksi kata tertinggi dan terendah, dengan mengaitkan apa yang disampaikan Bock & Levelt (2010:139) dan Bock & Griffin (2000:139), bahwa produksi kata terjadi jika telah ada komprehensi sebelumnya. dipaparkan secara deskriptif kualitatif. Hasil penelitian kemudian 9 PEMBAHASAN Pada bagian ini, penulis akan memaparkan hasil dari penelitian terkait dengan perhitungan jumlah produksi kata dan jenis kata yang dihasilkan melalui tulisan narasi. Tabel 1. Jumlah Produksi Kata dan Jenis Kata yang Dihasilkan Mahasiswa Jumlah Produksi Kata Mahasiswa 1 Mahasiswa 2 Mahasiswa 3 Mahasiswa 4 Mahasiswa 5 Mahasiswa 6 Mahasiswa 7 Mahasiswa 8 Mahasiswa 9 Mahasiswa 10 158 146 183 156 159 185 149 168 175 145 Kata Kerja 49 41 51 43 52 61 44 48 49 46 484 Jenis Kata Kata Kata Sifat Benda 38 38 57 45 42 50 35 53 47 43 448 36 35 37 31 30 36 32 32 39 28 336 Kata Keterangan 35 32 38 37 35 38 38 35 40 28 356 10 Penyajian Grafik Grafik1. Jumlah Produksi Kata Jumlah Produksi Kata 200 180 160 140 120 100 80 60 40 20 0 Grafik 2. Jumlah Komposisi Jenis Produksi Kata 70 60 50 40 30 20 10 0 Kata Kerja Kata Benda Kata Sifat Kata Keterangan 11 Hasil Penelitian Berdasarkan Interpretasi Data Dari gambaran tabel dan grafik di atas dapat dilihat jumlah kata dan jenis kata yang diproduksi oleh mahasiswa semester 8 program pendidikan Bahasa Inggris STKIP Kusuma Negara, Jakarta, melalui tulisan narasi terkait dengan “an experience of dissapointment”. Dalam waktu yang diberikan selama 60 menit, terlihat sekali perbedaan jumlah produksi kata yang dihasilkan oleh 10 orang responden, termasuk juga perbedaan jumlah jenis kata yang digunakan, meskipun tema dan waktu yang diberikan sama. Sebagai tambahan informasi, 10 orang responden tersebut perempuan dengan usia berkisar 21-23 tahun. mahasiswa yang memiliki produksi kata adalah Mahasiswa no. 6 adalah tertinggi dan mahasiswa no. 10 adalah mahasiswa yang memiliki produksi kata terendah. Untuk memperkuat pembahasan penelitian maka, peneliti melakukan wawancara kepada mahasiswa yang memiliki produksi kata tertinggi dan terendah. Dalam wawancara yang diberikan, terlihat bahwa mahasiswa no. 6 memiliki sejumlah latar belakang yang memperkuat jumlah produksi kata, seperti pada kutipan pernyataan yang diberikan pada wawancara berikut, Uraian Hasil Wawancara P : Apa yang membuat kamu mau menulis tentang tema yang diberikan? R : Karena Ibu memberi tugas, mmmh quiz dan ada tambahan untuk penilaian ujian tengah semester kemarin P : Apakah kamu suka berbagi cerita tentang apa yang kamu rasakan? R : Ya. Saya selalu cerita dengan ibu saya. Kadang-kadang dengan adik-adik, tapi jarang sekali. Seringnya dengan teman-teman. P : Hobi kamu apa? R : Saya suka membaca dan menulis diary. Kadang-kadang saya suka nonton film di bioskop. P : Buku apa yang suka kamu baca ? R : Semua buku saya suka, tapi paling suka novel Kode CW01-2 CW01-4 CW01-5 CW01-6 12 P : Ceritakan tentang menulis diary R : Hampir setiap hari saya nulis diary. Biasanya tentang pengalaman atau apa yang saya rasakan. P : Pengalaman apa yang paling membuat kamu kecewa? R : Apa ya ? Mmmh, banyak sebetulnya. Tapi yang paling mengecewakan adalah ketika saya nggak berhasil masuk Universitas yang saya inginkan. Saya kecewa dengan diri saya sendiri. Saya kurang fokus. Terlalu banyak main, padahal jika Saya serius, Saya yakin Saya bisa. P : Apa yang kamu lakukan kalau sedang kecewa? R : Biasanya saya curhat sama ibu atau sama teman-teman dekat saya. Terus saya tulis lagi apa yang saya rasakan di diary. CW01-7 CW01-8 CW01-9 Pernyataan mahasiswa no. 6 di atas, membuktikan bahwa pada dasarnya produksi kata dipengaruhi oleh beberapa hal, diantaranya adalah frekwensi kata, artinya makin sering suatu kata dipakai maka makin cepatlah kita dapat memanggilnya pada saat kita membutuhkannya. Hal tersebut tergambarkan dengan pengulangan pemakaian kata dalam kegiatan bercerita, membaca yang menjadi hobinya dan kegiatan menulis diary. Jika hal tersebut dilihat berdasarkan memori maka seperti apa yang disampaikan oleh Clark dan Clark serta Engal dalam Soenjono (2010:279) bahwa memori akan dibentuk dan digunakan melalui 3 tahapan, masukan, penyimpanan dan keluaran. Khususnya pada tahap masukan, pada umumnya kita akan menerima dalam bentuk lisan ataupun tulisan, kemudian kita akan memberikan interpretasi tentang masukan itu untuk memahaminya. Biasanya kita akan memperhatikan makna bukan kata, sehingga yang disimpan dalam memori bukan kata yang didengar atau dibaca tetapi isi atau pesan dari keseluruhan kata-kata itu, sehingga kalau kita harus menyatakan kembali apa yang baru didengar atau dibaca, maka kita tidak akan 13 menggunakan kata-kata yang sama persis dengan masukan. Hal tersebut tercermin pada kutipan wawancara berikut, Uraian Hasil Wawancara P : Apakah kamu suka berbagi cerita tentang apa yang kamu rasakan? R : Ya. Saya selalu cerita dengan ibu saya. Kadang-kadang dengan adik-adik, tapi jarang sekali. Seringnya dengan teman-teman. P : Ceritakan tentang menulis diary R : Hampir setiap hari saya nulis diary. Biasanya tentang pengalaman atau apa yang saya rasakan. P : Pengalaman apa yang paling membuat kamu kecewa? R : Apa ya ? Mmmh, banyak sebetulnya. Tapi yang paling mengecewakan adalah ketika saya nggak berhasil masuk Universitas yang saya inginkan. Saya kecewa dengan diri saya sendiri. Saya kurang fokus. Terlalu banyak main, padahal jika Saya serius, Saya yakin Saya bisa. P : Apakah kamu suka mengingat-ingat hal yang terjadi di masa lalu ? R : Ya. Saya biasanya baca-baca lagi isi diary saya yang saya tulis dulu. Jadi ketawa-ketawa sendiri. Jadi ingat deh sama yang dulu-dulu. P : Apakah kamu mendapat pelajaran berharga dari pengalaman yang mengecewakan? R : Ya. Saya biasanya baca-baca lagi isi diary saya yang saya tulis dulu. Jadi ketawa-ketawa sendiri. Jadi ingat deh sama yang dulu-dulu. P : Apa yang membuat kamu suka menulis diary? R : Saya jadi tenang setelah nulis. Terus mmmh, biar saya punya memori Kode CW01-4 CW01-7 CW01-8 CW01-10 CW01-11 CW01-12 Terkait dengan gambaran di atas, mahasiswa no. 6 memiliki pembiasaan terkait dengan frekwensi penggunaan kata, baik melalui kebiasaan bercerita dan menuliskan kembali pengalaman yang didapat dengan menulis diary, sehingga produksi kata menjadi lebih banyak dibandingkan dengan mahasiswa no. 10. Berikut adalah cuplikan wawancara dengan mahasiswa no. 10, terkait dengan frekwensi penggunaan kata, 14 Uraian Hasil Wawancara P : Apakah kamu suka berbagi cerita tentang apa yang kamu rasakan? R : Kadang-kadang saya suka curhat dengan temanteman, kadang-kadang juga dengan iorang tua saya P : Hobi kamu apa? R : Saya suka berenang P : Apakah kamu suka membaca ? R : Tidak P : Apakah kamu suka menulis ? R : Tidak P : Kenapa tidak suka membaca atau menulis ? R : Saya suka bosan. Saya lebih suka kegiatan di luar, seperti berenang, pokoknya ada gerak Kode CW02-4 CW02-5 CW02-6 CW02-7 CW02-8 Dari cuplikan wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa mahasiswa no. 10 cenderung tidak pernah mengekspresikan apa yang dirasakan, baik dalam tulisan ataupun lisan. Yang bersangkutan tidak menyukai kegiatan terkait pengulangan produksi kata, seperti tidak suka membaca, tidak suka menulis dan kadang-kadang saja bercerita tentang pengalaman yang dirasakan. Hal tersebut akan berdampak terhadap jumlah produksi kata yang dihasilkan. Perbedaan pembiasaan tersebut akan mempengaruhi dalam proses keluaran, dalam hal ini pada proses recall memory, proses dimana kita diminta untuk menyatakan sesuatu yang telah kita lihat atau dengar sebelumnya. Clark dan Clark dalam Soenjono (2010:280) menyatakan bahwa kita akan memanfaatkan tiga informasi eksternal saat melakukan recall, pertama dengan memanfaatkan pengetahuan tentang bahasa yang dimiliki, kedua memanfaatkan pengetahuan tentang dunia dan yang ketiga adalah memanfaatkan pengetahuan tentang konvensi wacana. Produksi kata dipengaruhi oleh pengalaman atau memori serta kemampuan individu tersebut dalam memahami konsep dan makna suatu 15 kata serta tergantung dari konteks yang dipikirkannya. Artinya setiap individu secara tidak langsung akan memproduksi kata yang berbeda jumlahnya karena dikaitkan dengan kemampuan yang berbeda untuk memahami konsep dan makna terkait konteks yang dipikirkannya. Hal tersebut tercermin dari perbandingan jumlah pilihan kata yang diproduksi. Ke 10 orang responden yang semuanya adalah perempuan memproduksi kata kerja yang lebih banyak dibandingkan jenis kata yang lain. Terdapat kecenderungan produksi kata kerja yang termasuk pada sub kategori mental. Hal tersebut bisa dikaitkan dengan pemahaman terhadap konteks yang dipikirkan dan tersimpan dalam memori. Jika dikaitkan dengan proses yang terjadi di otak, maka kata dan makna yang pernah dilihat, didengar atau bahkan dirasa, akan disimpan, disusun, diorganisasi dan dikenal kembali di otak kita. Hal ini yang akan mempengaruhi produksi kata yang kita hasilkan, termasuk pemahaman tentang makna. Pengalaman masa lalu memiliki peran penting dalam produksi kata, seperti yang disampaikan oleh Penfield dan Roberts dalam Speech and Brain Mechanisms, terkait dengan pengalaman yang terjadi di masa lalu. Hal tersebut tercermin pada jumlah produksi kata yang dihasilkan mahasiswa. Tema terkait pengalaman masa lalu yang harus dituangkan dalam bentuk tulisan narasi membuat mereka meretrief kata berdasarkan kontribusi memori masa lalu. Gambaran di atas jika dikaitkan dengan apa yang disampaikan oleh Cook (1989) dalam definisi tentang “konsep” sebagai sebuah representasi mental dari suatu hal yang memiliki ciri khas, dalam hal ini adalah keberadaan skemata yang digambarkan sebagai sebuah konstruksi kognitif yang merupakan bagian dari long-term memory, maka dapat dilihat bahwa 16 pengalaman masa lalu, akan tersimpan dalam memori jangka panjang, tidak berupa kata tetapi konsep atau makna, sehingga jika hal yang sama akan disampaikan kembali, maka kemungkinan perbedaan produksi kata dan jenis kata akan sangat mudah terjadi, meskipun secara makna atau konsep tetap sama. Skemata memiliki peran penting dalam proses kognitif, dan membuat kita fokus mengingat, untuk membuat memperhatikan, kesimpulan, memahami, menentukan menginterpretasikan, tujuan dan harapan, menentukan alasan dan memecahkan masalah. Pengalaman yang dimaksud tidak berbatas hanya pada “an experience of dissapointment”, tetapi juga terkait dengan kemampuan berbahasa Inggris, dalam hal ini perbendaharaan kosa kata yang dimiliki mahasiswa sebagai pembelajar bahasa Inggris sebagai bahasa asing. Hal tersebut tergambar dari cuplikan wawancara berikut, Uraian Hasil Wawancara P : Ceritakan tentang menulis diary R : Hampir setiap hari saya nulis diary. Biasanya tentang pengalaman atau apa yang saya rasakan. P : Apa yang kamu lakukan kalau sedang kecewa? R : Biasanya saya curhat sama ibu atau sama teman-teman dekat saya. Terus saya tulis lagi apa yang saya rasakan di diary. P : Apakah kamu suka mengingat-ingat hal yang terjadi di masa lalu ? R : Ya. Saya biasanya baca-baca lagi isi diary saya yang saya tulis dulu. Jadi ketawa-ketawa sendiri. Jadi ingat deh sama yang dulu-dulu. P : Apakah kamu mendapat pelajaran berharga dari pengalaman yang mengecewakan? R : Ya. Saya biasanya baca-baca lagi isi diary saya yang saya tulis dulu. Jadi ketawa-ketawa sendiri. Jadi ingat deh sama yang dulu-dulu. P : Apa yang membuat kamu suka menulis diary? R : Saya jadi tenang setelah nulis. Terus mmmh, biar saya punya memori Kode CW01-7 CW01-9 CW01-10 CW01-11 CW01-12 17 Gambaran wawancara diatas menunjukan bahwa siswa no. 6 memiliki kegiatan yang berdampak pada tersimpanya pengalaman di memori. Kebiasaan bercerita dan menulis diary merupakan keluaran atau output dari recall memory. Sementara yang menjadi masukan atau input adalah pengalaman yang kemudian tersimpan di dalam memori. Hal yang bertolak belakang kita temukan pada mahasiswa no. 10, berdasarkan cuplikan wawancara berikut, Uraian Hasil Wawancara P : Apakah kamu suka berbagi cerita tentang apa yang kamu rasakan? R : Kadang-kadang saya suka curhat dengan temanteman, kadang-kadang juga dengan iorang tua saya P : Apakah kamu suka menulis ? R : Tidak P : Kenapa tidak suka membaca atau menulis ? R : Saya suka bosan. Saya lebih suka kegiatan di luar, seperti berenang, pokoknya ada gerak P : Apakah kamu suka mengingat-ingat hal yang terjadi di masa lalu ? R : Kadang-kadang. Kode CW02-4 CW02-7 CW02-8 CW02-11 Cuplikan wawancara diatas menggambarkan bahwa siswa no. 10, cenderung tidak mau mengingat pengalaman yang sudah terjadi dan hal tersebut diperkuat dengan ketidaksukaannya bercerita dan menulis, sehingga frekwensi produksi kata yang terbatas berakibat pada input yang diterima dan disimpan di dalam memori terbatas, sehingga keluaran atau jumlah produksi kata juga menjadi terbatas. Temuan dari hasil penelitian terkait adalah motivasi memiliki peran dalam jumlah produksi kata yang dihasilkan. Hal tersebut tergambar dalam cuplikan wawancara berikut, 18 Uraian Hasil Wawancara P : Bagaimana perasaan kamu saat menulis karangan narasi yang saya tugaskan? R : Biasa saja P : Apa yang membuat kamu mau menulis tentang tema yang diberikan? R : Karena Ibu memberi tugas, mmmh quiz dan ada tambahan untuk penilaian ujian tengah semester kemarin P : Hobi kamu apa? R : Saya suka membaca dan menulis diary. Kadang-kadang saya suka nonton film di bioskop. P : Apa yang membuat kamu suka menulis diary? R : Saya jadi tenang setelah nulis. Terus mmmh, biar saya punya memori P : Apa yang kamu rasakan saat Saya beri tugas untuk menulis? R : Saya biasa saja. Harus semangat karena buat tambah nilai Kode CW01-1 CW01-2 CW01-5 CW01-12 CW01-13 Dari gambaran diatas terlihat bahwa siswa no. 6 memiliki motivasi tersendiri dalam hal menulis yang berdampak pada jumlah produksi kata yang dihasilkan. Motivasi yang mendorong siswa no. 6 adalah karena akan ada kompensasi nilai terhadap tugas yang diberikan dan hal lain adalah karena yang bersangkutan memiliki hobi menulis, sehingga faktor afektif memberikan dampak positif pada jumlah produksi kata. Hal tersebut tidak ditemukan dalam cuplikan wawancara dengan siswa no. 10, Uraian Hasil Wawancara P : Bagaimana perasaan kamu saat menulis karangan narasi yang saya tugaskan? R : Biasa saja, tapi saya agak ngantuk P : Apa yang membuat kamu mau menulis tentang tema yang diberikan? R : Ibu kan yang memberi tugas P : Apakah kamu suka menulis ? R : Tidak Kode CW02-1 CW02-2 CW02-7 19 P : Kenapa tidak suka membaca atau menulis ? R : Saya suka bosan. Saya lebih suka kegiatan di luar, seperti berenang, pokoknya ada gerak P : Apa yang membuat kamu rasakan ketika saya beri tugas untuk membuat cerita? R : Saya bingung mau tulis apa, tapi ya saya paksakan buat tugas CW02-8 CW02-13 Dari gambaran cuplikan wawancara tersebut terlihat bahwa siswa no. 10 tidak memiliki motivasi, terutama secara internal sehingga berdampak pada jumlah produksi kata yang rendah. PENUTUP Kata dan makna memiliki keterkaitan dalam merangkai komunikasi manusia. Kata merupakan alat yang paling efektif untuk menyampaikan pikiran, peristiwa dan emosi. Makna membatasi kata dan kata mempengaruhi pengalaman konsep kita. Produksi kata berdasarkan recall memory akan terjadi jika dipengaruhi beberapa hal, misalnya frekwensi, ketergambaran dan kedekatan semantik, sementara faktor masukkan serta keterpahaman konsep juga memberikan dampak pada produksi kata. Tidak hanya itu saja, keberadaan skemata juga memiliki andil dalam jumlah produksi kata yang dihasilkan. Terdapat kontribusi masa lalu yang tersimpan dalam memori jangka panjang, tidak berupa kata, melainkan makna atau konsep. Kata dapat diproduksi jika telah disimpan dalam memori sebelumnya, dengan kata lain suatu kata baru akan diproduksi jika sudah ada komprehensi sebelumnya. Dalam proses komprehensi inilah, kita menerima 20 masukan dan disimpan didalam memori. Saat akan di produksi, maka kata yang tersimpan akan dicari untuk kemudian digunakan. Faktor psikologis juga berperan dalam jumlah produksi kata yang dihasilkan, baik kecerdasan, resourcefulness, motivasi dan kreativitas. Hal tersebut akan memberikan dampak bagi kemampuan seseorang untuk melakukan recall memory. Daftar Pustaka B, Laufer and Nation, P., Vocabulary Size and Use: Lexical Richness in L2 Written Production. In Applied Linguistics, Vol. 16, No. 3. Oxford University Press. 1995. Dardjowidjojo, Soenjono. Psikolinguistik: Pengantar Pemahaman Bahasa Manusia. (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. 2003). G. Cook,. Discourse in language teaching. A schema for teacher education. (Oxford: Oxford university Press.1989). Gleason, Jean Berko, Nan Bernstein Ratner, Psycholinguistics (2nd Ed), (New York: Harcourt Brace College Publisher, 1998). H. G. Widdowson. Learning purpose and language. (Oxford: Oxford University Press. 1983). 34 Keraf, Goryss. Argumentasi dan Narasi (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama: 2001) L., Anderson & Krathwohl, D. A taxonomy for learning, teaching and assessing: A revision of Bloom‟s taxonomy of educational objectives.( New York: Longman.2001) Mukalel, Joseph C. Psychology of Language Learning. (New Delhi: Discovery Publishing House) Nugroho, Ardi. The Relation Between EFL Student‟s Vocabulary Size and Lexical Richness in Writing, (Jakarta, PKBB Unika Atmajaya, 2016). Pratiwi, Yuni. Bahasa Indonesia, (Yogyakarta: Universitas Terbuka, 2007). 21 Z., Šišková, 2012. Lexical Richness in EFL Students‟ Narratives. Language Studies Working papers, 4.