Laporan Kasus: SEORANG LAKI-LAKI DENGAN KELAINAN HEPAR

advertisement
Laporan Kasus: SEORANG LAKI-LAKI DENGAN KELAINAN HEPAR
KELOMPOK I
03011001 A.A. GEDE I.P.
03011010 AGNES P.
03011002 ABDEL HALIM A.
03011011 AGNESTIA S.
03011003 ABDURRACHMAN
03011012 AKBARRUDDIN
03011004 ADI SULISTYO
03011013 AKHMAD
03011005 ADINDA W.
03011014 AKHTA Y.
03011006 ADITYA Y.
03011015 ALDISA P.
03011007 ADRI PERMANA U.
03011016 ALKITHYAR A. M.
03011008 ADWINA SYAFITRI
03009120 INDIRA WULANDARI
03011009 ADY FITRA S.
03010013 AHMAD REYHAN J.
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI
JAKARTA
2011
BAB I
PENDAHULUAN
Diskusi kelompok dilaksanakan dua kali yaitu pada tanggal 01 dan 04 november 2011
diskusi yang pertama berlangsung pukul 08.00 - 09.50 WIB sedangkan yang ke dua
berlangsung pukul 09.00-11.50. Diskusi dihadiri 16 peserta dengan judul diskusi “seorang
laki-laki dengan kelainan hepar”. Kelompok diskusi yang pertama diketuai oleh Adri Permana
Utama dan Adinda Widyantadewi sebagai sekretaris diskusi serta dr. Kartini sebagai
fasilitator. Sedangkan pada diskusi yang ke dua di ketuai oleh Adi Sulistyo dan Akhmad
sebagai sekretaris Pada saat diskusi berlangsung semua peserta ikut berpartisipasi dalam
menyampaikan pendapat. Diskusi ini mengutamakan pembahasan masalah-masalah yang
berkaitan dengan faktor-faktor penyebab terjadinya hepatitis C.
BAB II
LAPORAN KASUS
Tuan H,umur 30 tahun yang merupakan seorang pecandu narkoba suntik. Pada suatu
hari ia datang ke RS dengan keluhan fisiknya semakin lemah,tidak nafsu makan dan berat
badan menurun.Setelah di lakukan amnanesa di dapati bahwa ia adalah pecandu narkoba
suntik
sejak
berumur
15
tahun(sejak
SMP).Dari
pemeriksaan
fisik
dan
hasil
labratorium,didapatkan hepatitis C(+).setelah di lakukan pemeriksaan USG didapati benjolan
bulat dengan ujuran 5 cm,solid hepoechik di lobus kiri.pada pemeriksaan patologi anatomi di
temukan sel-sel ganas hati. Tn H didiagnosa: hepatoma(hepatoseluler Ca=HCC).
BAB III
PEMBAHASAN
Sel adalah unit struktural dan fungsional terkecil yang mampu menjalankan prosesproses kehidupan. Komponen sel terdiri dari (1-3):

Membran sel/ membran plasma

Sitoplasma

Inti sel/ nukleus
No
Bagian Sel
Struktur
Fungsi
1.
Membran
Lapis ganda lemak yang ditutuli Sebagai rintangan selektif yang
plasma
oleh protein dan sejumlah kecil memungkinkan
karbohidrat
aliran
oksigen,
nutrien, dan limbah yang cukup
untuk melayani seluruh volume sel
2.
Inti
sel/ DNA dan protein khusus yang Sebagai
nukleus
terbungkus
oleh
pusat
membran menyimpan
rangkap
control
informasi
sel;
genetic;
sebagai cetak biru bagi replikasi
sel
Selubung
Membran ganda yang masing- Memisahkan nucleus dari bagian
nukleus
masing merupakan bilayer lipid sel lainnya
dengan protein yang terkait,
dipisahkan oleh ruangan sekitar
20-40 nm
Porinukleus
Pori yang melubangi selubung Sebagai tempat keluar masuknya
nucleus dan berdiameter sekitar substansi
100 nm
Kromatin
(mRNA,
Informasi
genetic, dll)
Suatu massa serat yang sangat Kompleks DNA dan protein yang
panjang dan tipis yang tidak membentuk kromosom eukariotik
terlihat oleh mikroskop cahaya
Nukleolus
Struktur yang menonjol di dalam Tempat
nucleus
yang
tidak
komponen
ribosom
sedang disintesis dan dirakit
membelah
3.
Sitoplasma
Bagian interior sel yang tidak Sebagai tempat organel-organel sel
ditempati
oleh
dibungkus
nucleus
oleh
dan berada
membrane
plasma
Retikulum
R.E
halus:
suatu
Endoplasma
tubulus- tubulus
anyaman R.E
halus
halus:
Untuk
proses
yang metabolisme,
termasuk
sintesis
saling berhubungan
lipid,
metabolisme
karbohidrat,
R.E kasar: menonjol keluar dari dan menawarkan racun
R.E halus sebagai tumpukan R.E
kantung yang relatif gepeng
kasar:
membentuk
dan
membebaskan protein baru ke
dalam lumen
Kompleks
Tersusun atas empat atau lebih Memodifikasi,
Golgi
lapisan vesikel yang tertutup, mendistribusikan
mengemas,
dan
protein
yang
gepeng, dan tipis yang tersusun baru terbentuk
menumpuk
serta
terletak
di
dalam nukleus
Lisosom
Kantung terikat membran dari Sebagai system pencernaan sel,
enzim hidrolitik
menghancurkan bahan asing dan
sisa sel
Peroksisom
Ruang metabolisme khusus yang Melaksanakan
dilingkupi
tunggal
oleh
yang
enzim oksidatif
membran detoksifikasi
mengandung
aktivitas
Mitokondria
Struktur bulat atau oval yang Sebagai
sumber
energy
dan
dibungkus oleh dua membrane respirasi sel
dengan
membrane
dalam
membentuk lipatan (krista) yang
menonjol dalam matriks interior
Ribosom
Terdiri atas RNA dan protein, Sebagai tempat untuk menyintesis
sebagian melekat pada R.E kasar protein
dan
sebagian
bebas
dalam
sitoplasma
Mikrofilamen Protein aktin berbentuk batang Bekerja
padat dalam sitoplasma
Mikrotubulus
bersama
myosin
menyebabkan kontraksi sel
Tabung langsing berongga yang Mempertahankan bentuk asimetrik
panjang dan terdiri dari molekul- sel dan mengoordinasikan gerakan
molekul tubulin
kompleks sel; berfungsi sebagai
komponen
structural
dan
fungsional utama untuk silia dan
flagela;
membentuk
gelendong
mitotik selama pembelahan sel
Nukleosom adalah unit dasar yang terdiri atas protein histon dan DNA. Fungsinya
adalah untuk mengemas DNA yang panjang dimana DNA mengelilingi histon 1 kali. Setiap
partikel inti nukleosom terdiri dari delapan protein histon kompleks yaitu H2A, H2B, H3,dan
H4 yang masing-masing sebanyak 2 buah dan double-stranded
DNA. Dilihat dari
strukturnya, fungsi nukleosom juga dapat mempengaruhi ekspresi gen dan replikasi DNA (4).
Struktur nukleosom itu sendiri bila dilihat dari mikroskop elektron berbentuk seperti manikmanik dan kumpulan nukleosom terlihat sebagai solenoid (5).
DNA berstruktur double helix yaitu dua pita yang berpilin anti pararel dimana setiap
pita terbuat dari unit-unit berulang/nukleotida akibat dari interaksi ikatan hidrogen antar basabasa nitrogen. DNA mengalami proses replikasi, transkripsi, dan translasi.
Replikasi DNA adalah transmisi info genetik dari sel parental ke sel anak dengan cara
semi konservatif dan terjadi di nukleus. Transkripsi DNA adalah pencetakan mRNA oleh dari
DNA sense. Setelah mengalami transkripsi, akan terjadi peristiwa translasi protein yaitu
proses mengubah info genetik yang terdapat pada mRNA menjadi polipeptida dengan urutan
asam amino tertentu oleh tRNA. Proses ini terjadi di ribosom (6).
Hati adalah organ yang berfungsi untuk membentuk dan mengeksresi empedu. Di
dalam hati terdapat sel-sel hati, diantaranya Hepatosit, sel Kupfer, dan sel Stellata. Hepatosit
meliputi ± 60% sel hati. Sel Kupfer berfungsi menghancurkan bakteri dan benda asing lain di
dalam tubuh. Sel Stellata (disebut juga sel Ito, liposit atau perisit) dapat membantu pengaturan
aliran darah sinusoidal disamping sebagai faktor penting dalam perbaikan kerusakan sel hati
(7).
Protein-protein yang disintesis oleh sel hati adalah albumin (mempertahankan tekanan
osmotik koloid dan sebagai transport dalam darah), globulin (mengangkut hormon lipid),
fibrinogen dan protrombin (pembekuan darah), transferin (mengikat dan mengangkut zat
besi), lipoprotein (distribusi lemak dalam darah), seloroplasmin (mengangkut tembaga), dan
haptoglobin(mengikat dan mengangkut hemoglobin) (8).
Virus hepatitis C (HCV) harus menempel dan menginfeksi sel-sel hati dalam rangka
untuk melaksanakan siklus hidup dan bereproduksi . Karena itu, HCV sangat berkaitan
dengan penyakit hati. Seperti virus lain, HCV harus menyelesaikan beberapa langkah kunci
untuk melaksanakan siklus hidupnya. Pertama, virus akan menempel pada sel hati dengan
memanfaatkan protein khusus virus yang menempel pada reseptor di bagian luar sel hati.
Kemudian inti protein virus menembus membran plasma dan masuk ke dalam sel. Mantel
protein HCV kemudian larut untuk melepaskan RNA virus ke dalam sel. Lalu RNA virus
mengambil alih ribosom dan mulai memproduksi bahan-bahan untuk reproduksi virus baru.
Setelah transcriptase RNA memadai, RNA menciptakan versi antisense dari dirinya sebagai
template pembentukan RNA virus baru. RNA virus lalu disalin ratusan atau ribuan kali untuk
membuat materi genetik untuk virus baru. Beberapa dari RNA baru akan bermutasi. Setelah
itu, RNA virus mengatur produksi kapsomer berbasis protein sebagai mantel protein
pelindung virus. Kapsomer yang telah selesai lalu menyusun RNA virus yang baru ke dalam
partikel virus yang baru. Virus yang baru terbentuk kemudian melakukan perjalanan ke
bagian dalam membran plasma dan menempel serta menghasilkan tunas baru. Setiap virus
yang masih hidup, yang tidak dihancurkan oleh sistem kekebalan tubuh atau faktor
lingkungan dapat menghasilkan ratusan atau ribuan keturunan. Seiring waktu, siklus ini akan
berujung pada kerusakan yang signifikan pada sel hati (9).
Sel hati yang semula normal, termutasi sehingga pertumbuhannya tidak dapat
dikontrol lagi. Sel ini dinamakan sel kanker. Pada sel normal, ada 2 macam gen dan 3 sistem
back-up tubuh yang bekerja dengan baik, namun tidak pada sel kanker. Gen yang dimaksud
adalah gen supresor tumor dan gen proto-onkogen. Proto-onkogen mendorong pembelahan
sel. Satu kategori gen, yang disebut proto-onkogen, mendorong pembelahan sel, sedangkan
gen supresor tumor menghambat pembelahan sel. Kedua gen ini bersama-sama mengontrol
siklus pertumbuhan sel. Biasanya, sinyal dalam siklus dimulai dengan produksi growth factor
yaitu protein yang merangsang pembelahan. Protein bergerak melalui ruang antara sel dan
menempel pada protein reseptor spesifik yang terletak pada permukaan sel-sel tetangga. Lalu
reseptor menyampaikan sinyal stimulasi protein di sitoplasma. Protein ini memancarkan
sinyal stimulasi pada protein lain dalam sel sampai pesan mencapai inti sel dan mengaktifkan
pertumbuhan sel.
Onkogen, bentuk bermutasi dari proto-onkogen, menyebabkan protein yang terlibat
dalam pertumbuhan mempromosikan jalur sinyal untuk menjadi overaktif. Dengan demikian,
sel berproliferasi lebih cepat. Onkogen lain mengganggu bagian dari kaskade sinyal yang
terjadi dalam sitoplasma sel sehingga inti sel menerima pesan stimulasi terus-menerus. Pada
sel kanker, gen supresor tumor termutasi sehingga menjadi tidak aktif. Sel yang biasanya peka
terhadap pesan penghambatan menjadi tidak peka.
Sistem yang pertama adalah sistem perbaikan DNA. Sistem ini beroperasi di hampir
setiap sel dalam tubuh, mendeteksi dan mengoreksi kesalahan dalam DNA. Apabila sistem
terganggu, kesalahan yang terjadi (yaitu mutasi) akan terjadi terus-menerus pada sel itu
maupun keturunannya. Sistem yang kedua adalah sistem yang membuat sel untuk bunuh diri
(apoptosis) jika beberapa komponen penting rusak atau sistem kontrol beregulasi. Hal ini
berkaitan dengan bekerjanya protein p53. Dalam bentuk normal, protein ini tidak hanya
menghentikan pembelahan sel, tetapi juga menginduksi apoptosis pada sel-sel abnormal.
Dalam sel kanker, p53 tidak aktif. Sistem yang ketiga adalah sistem yang membatasi berapa
kali suatu sel dapat membelah dan memastikan bahwa sel tidak dapat mereproduksi tanpa
henti. Sistem ini diatur oleh mekanisme penghitungan yang melibatkan segmen DNA pada
ujung kromosom. Segmen yang dinamakan telomere ini memendek setiap kali kromosom
bereplikasi. Setelah pendek telomere melebihi batas, mereka memicu sinyal internal yang
menyebabkan sel untuk berhenti membelah. Sel kanker dapat membelah secara tidak terbatas.
Hal ini disebabkan oleh adanya enzim telomerase yang secara sistematik menggantikan
telomere yang memendek pada setiap tahap pembelahan sel (10).
Untuk mengetahui adanya kerusakan pada hati, penyakit hati, atau karsinoma hati
dapat digunakan pemeriksaan enzim atau penanda tumor. Bila terjadi kerusakan pada sel hati,
enzim-enzim di dalam sel hati akan keluar ke aliran darah. Ini mengakibatkan meingkatnya
jumlah enzim di dalam aliran darah. Pemeriksaan enzim dapat dibagi dalam beberapa bagian:
1) Enzim yang berhubungan dengan kerusakan sel yaitu AST, ALT, GLDH, dan LDH. 2)
Enzim yang berhubungan dengan penanda kolestasis seperti gamma GT dan fosfatase alkali.
3) Enzim yang berhubungan dengan kapasitas sintesis hati misalnya kolinesterase.(11).
Penanda tumor merupakan senyawa spesifik yang dihasilkan oleh sel-sel ganas atau
merupakan reaksi sekunder akibat proses pertumbuhan sel kanker yang dibebaskan ke dalam
sirkulasi. Oleh karena itu penanda tumor dapat digunakan untuk menunjukkan adanya proses
keganasan. Penanda tumor secara fisiologis juga terbentuk pada masa pertumbuhan fetus
sebagai hormon, protein spesifik atau konstituenserum normal dan dapat menjadi penanda
tumor jika dapat ditemukan dalam serum pada waktu dan kadar yang abnormal. Penanda
tumor pada hati diantaranya AFP (Alfa–fetoprotein), CEA (Carcinormbryonic antigen), dan
DCP (Des-gamma carboxy protombin) (12).
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA
1.
Sherwood L. Fisiologi sel. In: Yesdelita N, editor. Fisiologi manusia: dari sel ke sistem.
6th ed. Jakarta: EGC; 2011. p. 24-46.
2.
Campbell A, Reece JB, Mitchel LG. Sel. In: Safitri A, Simarmata L, Hardani HW,
editors. Biologi. 5th ed. Jakarta: Erlangga; 2002. p. 116-35.
3.
Guyton AC, Hall JE. Sel dan fungsinya. In: Rachman LY, Hartanto H, Novrianti A,
Wulandari N, editors. Buku ajar fisiologi kedokteran. 11th ed. Jakarta: EGC; 2007. p. 128.
4.
Alberts B, Johnson A, Lewis J, Raff M, Roberts K, Walter P. Chromosomal DNA and its
packaging in the chromatin fiber. Molecular biology of the cell. 2002. Available at:
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/bv.fcgi?highlight=packaging,dna,chromosomal&rid=
mboc4.section.608. Accessed November 5, 2011.
5.
Patricia D. Nucleosome. In: Kumala P, Komala S, Santoso AH, Sulaiman JR, Rienita Y,
Nuswantari D, editors. Kamus saku kedokteran Dorland. 25th ed. Jakarta: EGC; 1998. p.
784.
6.
Campbell A, Reece JB, Mitchel LG. Dari gen ke protein. In: Safitri A, Simarmata L,
Hardani HW, editors. Biologi. 5th ed. Jakarta: Erlangga; 2002. p. 317-8
7.
Perhimpunan dokter spesialis penyakit dalam Indonesia. Fisiologi dan biokimia hati. In:
Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S, editors. Buku ajar ilmu
penyakit dalam. 5th ed. Jakarta: Interna Publishing; 2009. p. 628-9.
8.
Ganong WF. Sirkulasi. In: Andita N, Dany F, Resmisari T, Rachman LY, Muttaqin H,
Nugroho AW, et al, editors. Buku ajar fisiologi kedokteran. 22nd ed. Jakarta: EGC; 2008.
p. 560.
9.
The C. Everett Koop Institute. The life cycle of hepatitis C. 2011. Available at:
http://epidemic.org/thefacts/hepatitisc/lifeCycle.php. Accessed November 3, 2011.
10. Anonymous.
Understanding
cancer.
2011.
Available
at:
education.nih.gov/supplements/nih1/cancer/guide/understanding2.htm.
http://scienceAccessed
November 5, 2011.
11. Perhimpunan dokter spesialis penyakit dalam Indonesia. Fisiologi dan biokimia hati. In:
Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S, editors. Buku ajar ilmu
penyakit dalam. 5th ed. Jakarta: Interna Publishing; 2009. p. 640-1.
12. Suweino. Tumor marker. Modul pengantar biokimia medik. Jakarta: Fakultas Kedokteran
Universitas Trisakti; 2012.
Download