Bab 2 - Widyatama Repository

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Pengkreditan
2.1.1 Pengertian Kredit
Istilah Credit, berasal dari kata Credo, yang berarti I Believe, I
Trust, Saya percaya atau Saya menaruh kepercayaan. Perkataan Credo
berasal
dari kombinasi perkataan Sansekerta
cred
yang berarti
kepercayaan (trust) dan perkataan lain do, yang berarti saya menaruh.
Sesudah kombinasi tersebut menjadi bahasa latin, kata kerjanya dan kata
bendanya
masing-masing
menjadi
credere
dan
creditium.
(http://repository.usu.ac.id/bitstream/)
Istilah yang merupakan pasangan kredit merupakan utang (debt).
Kredit dan utang merupakan istilah-istilah untuk satu perbuatan ekonomi
(perbuatan yang menimbulkan akibat-akibat ekonomi) yang dilihat dari
arah yang berlawanan.
Menurut Rivai dan Veithzal (2006) kredit adalah:
“Penyerahan barang, jasa, atau uang dari satu pihak (kreditor/atau
pemberi pinjaman) atas dasar kepercayaan kepada pihak lain
{nasabah atau pengutang (borrower)} dengan janji membayar dari
penerima kredit kepada pemberi kredit pada tanggal yang telah
disepakati kedua belah pihak”.
Beberapa definisi lain tentang kredit adalah sebagai berikut:
Berdasarkan Pasal 1 ayat 11 UU Perbankan, kredit adalah
penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu,
berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank
dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi
utangnya
setelah
jangka
waktu
bunga.Widiyono (2009)
12
tertentu
dengan
pemberian
13
Pengertian Kredit menurut Malayu (2008) bahwa kredit adalah:
“Semua jenis pinjaman yang harus dibayar kembali bersama
bunganya oleh peminjam sesuai dengan perjanjian yang telah
disepakati”.
Dengan demikian, dalam rangka praktiknya kredit adalah:
1. Penyerahan nilai ekonomi sekarang atas kepercayaan dengan
harapan mendapatkan kembali suatu nilai ekonomi yang sama
dikemudian hari.
2. Suatu tindakan atas dasar perjanjian dimana dalam perjanjian
tersebut terdapat jasa dan balas jasa (prestasi dan kontra
prestasi) yang keduanya dipisahkan oleh unsur waktu.
3. Suatu hak, yang dengan hak tersebut seorang dapat
mempergunakan untuk tujuan tertentu dan atas pertimbangan
tertentu pula.
2.1.2 Unsur-unsur Kredit
Kredit diberikan atas dasar kepercayaan sehingga pemberian kredit
adalah pemberian kepercayaan. Hal ini berarti bahwa prestasi yang
diberikan benar-benar diyakini dapat dikembalikan oleh penerima kredit
sesuai dengan waktu dan syarat-syarat yang telah disepakati bersama.
Berdasarkan hal di atas, menurut Rivai dan Veitzhal (2006) unsur-unsur
dalam kredit tersebut adalah sebagai berikut:
1. Adanya 2 pihak, yaitu pemberi kredit (kreditor) dan penerima
kredit (nasabah). Hubungan pemberi kredit dan penerima kredit
merupakan hubungan kerja sama yang saling menguntungkan.
2. Adanya kepercayaan pemberi kredit kepada penerima kredit
yang didasarkan atas credit rating penerima kredit.
3. Adanya persetujuan, berupa kesepakatan pihak bank dengan
pihak lainnya yang berjanji membayar dari penerimaan kredit
kepada pemberi kredit. Janji membayar tersebut dapat berupa
14
janji lisan, tertulis (akad kredit) atau berupa instrument (credit
instrument).
4. Adanya penyerahan barang, jasa, atau uang dari pemberi kredit
kepada penerima kredit.
5. Adanya unsur waktu (time element). Unsur waktu merupakan
unsur essential kredit. Kredit dapat ada karena unsur waktu,
baik waktu dilihat dari pemberi kredit maupun dilihat dari
penerima kredit. Misalnya, penabung memberikan kredit
sekarang untuk konsumsi lebih besar dimasa yang akan datang.
Produsen memerlukan kredit karena adanya jarak waktu antara
produksi dan konsumsi.
6. Adanya unsur risiko (degree of risk) baik di pihak pemberi
kredit maupun pihak penerima kredit. Risiko di pihak pemberi
kredit adalah risiko gagal bayar (risk of default), baik karena
kegagalan usaha (pinjaman komersial) atau ketidakmampuan
bayar (pinjaman konsumen) atau karena ketidaksediaan
membayar. Risiko di pihak nasabah adalah kecurangan dari
pihak kreditor, antara lain berupa pemberian kredit yang
semula dimaksudkan oleh pemberi kredit untuk mengambil
perusahaan yang diberi kredit atau tanah yang dijaminkan.
7. Adanya unsur bunga sebagai kompensasi (prestasi) kepada
pemberi kredit. Bagi pemberi kredit, bunga tersebut terdiri dari
berbagai komponen seperti biaya modal (cost of capital), biaya
umum (overhead cost), risk premium, dan sebagainya. Jika
credit rating penerima kredit tinggi, risk premium dapat
dikurangi dengan safety discount.
2.1.3 Tujuan kredit
1. Untuk mendorong program pembangunan dibidang ekonomi
pertanian, industri dan jasa (kepentingan pemerintah)
15
2. Untuk mendorong kegiatan perusahaan/ bisnis yang melayani
kebutuhan masyarakat. (kepentingan masyarakat)
3. Memperoleh laba untuk kelangsungan hidup perusahaan,
sehingga
dapat
(kepentingan
memperluas
pemilik
modal
usaha
dan
bank/lembaga
pelayanannya
perkreditan).
(http://ocw.gunadarma.ac.id/course/economics/managemen
t-s1/bank-lembaga-keuangan-1/kredit-perbankan)
Menurut Kasmir (2004), tujuan pemberian kredit adalah sebagai
berikut :
1. Mencari keuntungan
2. Membantu usaha nasabah
3. Membantu pemerintah.
2.1.4 Fungsi kredit
Fungsi pokok dari kredit pada dasarnya adalah untuk pemenuhan
jasa pelayanan terhadap kebutuhan masyarakat (to server the society)
dalam rangka mendorong dan melancarkan perdagangan, produksi, dan
jasa-jasa, yang keseluruhannya itu ditujukan untuk meningkatkan taraf
hidup masyarakat. Seperti yang dikemukakan Firdaus dan Arianti (2004),
menyatakan : “Fungsi kredit dewasa ini pada dasarnya ialah pemenuhan
jasa untuk melayani kebutuhan masyarakat (to server the society) dalam
rangka mendorong dan melancarkan perdagangan, produksi, jasa-jasa dan
bahkan konsumsi yang kesemuanya itu pada akhirnya ditujukan untuk
menaikkan taraf hidup rakyat banyak. Kalau dijabarkan lebih rinci, maka
fungsi-fungsi kredit adalah sebagai berikut :
a. Kredit dapat memajukan arus tukar menukar barang-barang
dan jasa-jasa
b. Kredit dapat mengaktifkan alat pembayaran yang idle
c. Kredit dapat menciptakan alat pembayaran baru
d. Kredit sebagai alat pengendalian harga
16
e. Kredit
dapat
mengaktifkan
dan
meningkatkan
manfaat/faedah/kegunaan potensi-potensi ekonomi yang ada.
(http://docs.google.com/viewer?a=v&q=cache:XnUuiAfICp
4J:elib.unikom.ac.id)
2.1.5 Jenis-jenis kredit
Kasmir (2004), menyatakan: Jenis-jenis kredit dalam perbankan di
Indonesia, yaitu:
1. Dilihat dari segi kegunaannya
a. Kredit Investasi
b. Kredit Modal Kerja
2. Dilihat dari segi tujuan kredit
a. Kredit Produktif
b. Kredit Konsumtif
c. Kredit perdagangan
3. Dilihat dari segi jangka waktu
a. Kredit jangka pendek
b. Kredit jangka menengah
c. Kredit jangka panjang
4. Dilihat dari segi jaminan
a. Kredit dengan jaminan
b. Kredit tanpa jaminan
5. Dilihat dari sektor usaha
a. Kredit pertanian
b. Kredit peternakan
c. Kredit industri
d. Kredit pertambangan
e. Kredit pendidikan
f. Kredit profesi
g. Kredit perumahan
h. Dan sektor-sektor lainnya
17
2.2
Pemberian Kredit
2.2.1 Prosedur pemberian kredit
Menurut Widiyono (2009), menyatakan :
Sistem dan prosedur umum pemberian kredit adalah sebagai
berikut :
1. Permohonan Kredit
Permohonan fasilitas kredit mencakupi :
a. Permohonan baru untuk mendapatkan suatu jenis fasilitas
kredit
b. Permohonan tambahan suatu kredit yang sedang berjalan
c. Permohonan perpanjangan atau pembaharuan masa kredit
yang telah berakhir jangka waktunya
d. Permohonan-permohonan lainnya untuk perubahan fasilitas
kredit yang sedang berjalan
2. Penyidikan dan Analisis Kredit
Yang dimaksud dengan penyidikan kredit adalah pekerjaan
yang meliputi :
a. Wawancara dengan permohonan kredit (debitur)
b. Pengumpulan data yang berhubungan dengan permohonan
kredit yang diajukan nasabah
c. Pemeriksaan atas kebenaran dan kewajiban mengenai halhal yang dikemukakan nasabah dan informasi lain yang
diperoleh
d. Penyusunan laporan seperlunya mengenai hasil penyidikan
yang telah dilaksanakan.
Sedangkan analisis kredit adalah pekerjaan yang meneliti :
a. Mempersiapkan pekerjaan-pekerjaan penguraian dari segala
aspek, baik keuangan maupun non keuangan untuk
mengetahui
kemungkinan
dapat
dipertimbangkan suatu permohonan kredit
atau
tidaknya
18
b. Menyusun laporan analisis yang diperlukan, yang berisi
penguraian dan kesimpulan serta penyajian alternatifaltenatif sebagai bahan pertimbangan untuk pengambilan
keputusan pimpinan atau permohonan kredit nasabah.
3. Keputusan atas pemohonan kredit
Dalam hal ini yang dimaksudkan dengan keputusan adalah
setiap tindakan pejabat yang berdasarkan wewenangnya berhak
mengambil keputusan berupa menolak, menyetujui dan atau
mengusulkan permohonan fasilitas kredit kepada pejabat yang
lebih tinggi.
Setiap keputusan pemohonan kredit harus memperhatikan
penilaian syarat-syarat umum yang pada dasarnya tercantum
dalam laporan pemeriksaan kredit dan analisis kredit.
4. Penolakan permohonan kredit
Penolakan permohonan kredit terjadi apabila :
a. Penolakan permohonan kredit yang secara nyata dianggap
oleh bank secara teknis tidak memnuhi persyaratan
b. Adanya keputusan penolakan dari direksi mengenai
permohonan kredit.
5. Persetujuan Permohonan Kredit
Persetujuan permohonan kredit adalah keputusan Bank untuk
menyetujui sebagian atau seluruh permohonan kredit dari calon
debitur.
Untuk
melindungi
kepentingan
bank
dalam
pelaksanaan persetujuan tersebut, maka biasanya ditegaskan
terlebih dahulu syarat-syarat fasilitas kredit dan prosedur yang
harus ditempuh oleh nasabah, langkah-langkah yang harus
diambil antara lain :
a. Surat penegasan persetujuan permohonan kredit kepada
pemohon
b. Peningkatan jaminan
c. Penandatanganan perjanjian kredit
19
d. Informasi untuk bagian lain
e. Pembayaran bea materai kredit
f. Asuransi barang jaminan
g. Asuransi kredit.
6. Pencairan fasilitas kredit
Pencairan fasilitas kredit adalah setiap transaksi dengan
menggunakan kredit yang telah disetujui oleh bank. Dalam
prakteknya, pencairan kredit ini berupa pembayaran dan atau
pemindahbukuan atau beban rekening pinjaman atau fasilitas
lainnya.
Bank hanya menyetujui pencairan kredit oleh nasabah, bila
syarat-syarat yang harus dipenuhi nasabah telah dilaksanakan.
Perlu
diketahui
bahwa
peningkatan
jaminan
dan
penandatanganan warkat-warkat kredit (perjanjian kredit)
mutlak harus mendahului pencairan kredit.
7. Pelunasan fasilitas kredit
Pelunasan fasilitas adalah dipenuhinya semua kewajiban
nasabah terhadap bank yang berakibat hapusnya ikatan
perjanjian kredit.
2.2.2 Penyidikan dan Analisis Kredit
2.2.2.1 Pengertian dan Ketentuan
1. Yang dimaksud dengan penyidikan (investigasi) kredit adalah
pekerjaan yang meliputi : Widiyono (2009)
a. Wawancara dengan pemohon kredit atau debitur.
b. Pengumpulan data yang berhubungan dengan permohonan
kredit yang diajukan nasabah, baik data intern bank
maupun data ekstern. Dalam hal ini termasuk informasi
antar bank dan pemeriksaan pada daftar-daftar hitam dan
daftar-daftar kredit macet.
20
c. Pemeriksaan/penyidikan atas kebenaran dan kewajiban
mengenai hal-hal yang dikemukakan nasabah dan informasi
lainnya yang diperoleh.
d. Penyusunan laporan seperlunya mengenai hasil penyidikan
yang telah dilaksanakan.
2. Yang dimaksud dengan analisis kredit adalah pekerjaan yang
meliputi: Widiyono (2009)
a. Mempersiapkan pekerjaan-pekerjaan penguraian dari segala
aspek,
baik
keuangan
mengetahui
maupun
kemungkinan
nonkeuangan
dapat/tidak
untuk
dapat
dipertimbangkan suatu permohonan kredit.
b. Menyusun laporan analisis yang diperlukan, yang berisi
penguraian dan kesimpulan serta penyajian alternatifalternatif sebagai bahan pertimbangan untuk pengambilan
keputusan pimpinan dari permohonan kredit nasabah.
2.2.2.2 Berkas dan Pencatatan
Berkas-berkas permohonan dan dokumen-dokumen laporan untuk
penyidikan dan analisis harus diperlakukan sesuai dengan sifat rahasia dari
informasi yang diperoleh.
Petugas penyidikan dan petugas analisis memelihara catatancatatan seperlunya mengenai pekerjaannya, sehingga dapat dijadikan alat
untuk mengetahui dan mentransir pekerjaan yang sudah dan sedang
dilakukannya. Widiyono (2009)
2.2.3 Keputusan Atas Permohonan Kredit
2.2.3.1 Pengertian
Dalam hal ini yang dimaksud dengan keputusan adalah setiap
tindakan pejabat yang bedasarkan wewenangnya berhak mengambil
keputusan
berupa
menolak,
menyetujui
dan
atau
mengusulkan
21
permohonan
fasilitas
kredit
kepada
pejabat
yang
lebih
tinggi.
(http://repository.usu.ac.id/bitstream/)
2.2.3.2 Bahan Pertimbangan Pengambilan Keputusan
Setiap keputusan permohonan kredit, harus memperhatikan
penilaian syarat-syarat umum yang pada dasarnya tercantum dalam
laporan pemeriksaan kredit dan analisis kredit. Bahan pertimbangan atau
informasi-informasi
keputusan,
harus
lainnya
yang
dibubuhkan
diperoleh
secara
pejabat
tertulis
pengambilan
(disposisi-disposisi).
Widiyono (2009)
2.2.3.3 Wewenang Mengambil Keputusan
1. Wewenang Kepala Bagian Kredit/Cabang
a. Sampai dengan jumlah permohonan dalam jenis kredit yang
ditentukan oleh direksi/kantor pusat, kepala bagian
kredit/kepala cabang diberi wewenang untuk memutuskan
permohonan dalam batas-batas tertentu tanpa mengusulkan
terlebih dahulu kepada kantor pusat.
b. Jika permohonan berada di luar batas kewenangannya,
cabang harus mengusulkan terlebih dahulu permohonan
fasilitas kredit tersebut kepada direksi/kantor pusat disertai
hasil penilaian serta kesimpulan-kesimpulan dan usul-usul
yang definitive.
2. Wewenang Direksi/Kantor Pusat
Direksi/kantor pusat memberikan keputusan permohonan
fasilitas kredit yang dilakukan oleh bagian kredit/cabang
setalah mengadakan penilaian permohonan fasilitas kredit
yang diusulkan.
3. Direksi/Kantor Pusat dengan Bank Indonesia
Tentang jenis-jenis kredit yang menurut ketentuan memerlukan
persetujuan dari Bank Indonesia, terlebih dahulu kantor pusat
akan meneruskan permohonan kredit tersebut kepada Bank
22
Indonesia. Pemberitahuan keputusan kepada cabang, baru
dilakukan setelah mendapatkan keputusan dari Bank Indonesia.
Widiyono (2009)
2.2.4 Penolakan Permohonan Kredit
Penolakan pemohonan kredit dapat terjadi:
1. Oleh Bagian Kredit atau Cabang
Penolakan ini adalah untuk permohonan kredit yang nyatanyata dianggap oleh bank secara teknis tidak memenuhi
persyaratan. Langkah-langkah yang harus diperhatikan:
a. Semua keputusan penolakan harus disampaikan secara
tertulis
kepada
nasabah
dengan
disertai
alasan
penolakannya.
b. Surat penolakan permohonan minimal dibuat dalam
rangkap tiga:

Asli dikirimkan kepada pemohon

Lembar kedua beserta copy (salinan) surat permohonan
nasabah dikirim kepada direksi, dan

Lembar ketiga untuk arsip bagian kredit atau kantor
cabang.
c. Dalam hal penolakan permohonan baru, maka jika diminta
semua berkas permohonan dapat dikembalikan kepada
pemohon kecuali surat permohonannya.
d. Dalam hal penolakan permohonan perpanjangan, berarti
jangka waktu kredit diperpanjang. Bank harus menegaskan
kepada
nasabah
agar
segera
menyelesaikan
semua
kewajibannya kepada bank atau mengajukan rencana
pelunasan.
e. Dalam hal penolakan tambahan kredit, maka harus
ditegaskan bahwa nasabah hanya tetap menikmati limit
kredit yang telah di setujui semula. Berkas-berkas
23
permohonan
tambahan
tidak
dikembalikan
kepada
pemohon.
f. Dalam hal penolakan perubahan persyaratan lainnya dari
kredit
yang
sedang
berjalan,
maka
nasabah
tetpa
mempunyai hak dan kewajiban sesuai dengan syarat-syarat
yang telah disetujui semula.
Apabila
permohonan
perubahan
syarat-syarat
ini
menunjukkan hubungan dengan gejala-gejala yang tidak
sehat, maka harus diambil tindakan pengamanan berupa
inventarisasi jaminan dan memberikan bimbingan dan
pengawasan yang lebih ketat terhadap nasabah.
2. Oleh Bagian Kredit atau Cabang Setelah Mendapat Keputusan
Direksi. Widiyono (2009)
2.2.5 Persetujuan Permohonan Kredit
Yang dimaksud persetujuan permohonan kredit menurut Widiyono
(2009) adalah keputusan bank untuk mengabulkan sebagian atau seluruh
permohonan kredit dari calon debitur. Untuk melindungi kepentingan bank
dalam melaksanakan persetujuan tersebut, maka biasanya ditegaskan
terlebih dahulu syarat-syarat fasilitas kredit dan prosedur yang harus
ditempuh oleh nasabah. Langkah-langkah yang harus diambil antara lain,
seperti dibawah ini:
2.2.5.1 Surat Penegasan Persetujuan Permohonan Kredit Kepada
Pemohon
1. Persetujuan atas permohonan kredit disampaikan kepada
pemohon secara tertulis (surat penegasan).
2. Surat penegasan tersebut harus mencantumkan syarat-syarat,
antara lain:
a. Maksimum/limit fasilitas kredit.
b. Jangka waktu berlakunya fasilitas kredit.
24
c. Bentuk pinjaman.
d. Tujuan penggunaan kredit secara jelas.
e. Suku bunga.
f. Bea materai kredit yang harus dibayar.
g. Provisi kredit commitment fee management fee.
h. Keharusan menandatangani surat perjanjian kredit, yaitu
keharusan menandatangani surat aksep khusus bagi kredit
yang mendapat bantuan likuiditas dari Bank Indonesia.
Surat aksep tersebut harus diperbaharui setiap jatuh waktu
sesuai masa berlaku kredit likuiditas Bank Indonesia yang
bersangkutan, perincian barang-barang jaminan, serta surat
pemilikan dan cara pengikatannya.
i. Penutupan asuransi barang-barang jaminan.
j. Sanksi-sanksi seperti:

Denda terlambat pembayaran bunga

Denda
terlambatnya
pembayaran
angsuran,
atau
terlambatnya pelunasan

Denda atas Overdraft

Sanksi untuk penyimpangan dari syarat-syarat lainnya
dalam perjanjian kredit.
k. Ketentuan-ketentuan lain yang ditentukan sesuai keperluan
(jaminan pribadi/borgtocht dan lain-lain).
l. Syarat-syarat untuk pengajuan permohonan perpanjangan
dan tambahan fasilitas kredit.
3. Apabila surat perjanjian kredit telah ditandatangani, maka surat
penegasan ini merupakan satu kesatuan yang tidak dapat
dipisahkan dari surat perjanjian kredit, karena dengan tegas
telah disebutkan nomor dan tanggalnya.
4. Surat penegasan tersebut dibuat minimal dalam lima rangkap:
a. Asli dan lembar kedua (duplikat) dikirim kepada nasabah.
25
b. Lembar kedua (duplikat) setelah ditandatangani nasabah
dikembalikan kepada bank sebagai tanda persetujuan atas
syarat-syarat penyediaan fasilitas kredit. Lembar kedua
tersebut setelah diterima kembali dari nasabah, kemudian
disimpan pada berkas khusus (map warkat-warkat kredit).
c. Lembar ketiga dikirim sebagai tembusan untuk direksi,
bersama-sama dengan perjanjian kredit dan salinan akte.
d. Lembar keempat untuk berkas surat menurut seri.
e. Lembar kelima untuk berkas per nasabah yang merupakan
arsip harian bagian kredit.
f. Apabila diperlukan copy tambahan untuk tembusan kepada
biro/bagian/seksi
lain,
dapat
dibuat
sesuai
dengan
kebutuhan. Widiyono (2009)
2.2.5.2 Pengikat Jaminan
Dalam pengikatan jaminan kredit, harus diperhatikan hal-hal
sebagai berikut:
Perbedaan jenis jaminan:
1. Jaminan pokok yang terdiri dari barang-barang bergerak
maupun
tidak
bergerak
dan/tagihan
yang
langsung
berhubungan dengan aktivitas usahanya yang dibiayai dengan
kredit.
2. Jaminan tambahan berupa:
a. Jaminan pribadi atau jaminan perusahaan yang dibuat
secara notariel serta jaminan bank.
b. Barang-barang tidak bergerak dan barang-barang bergerak
yang tidak dijaminkan sebagai jaminan pokok, pada
umumnya berupa: tanah dari agrarian, BPKB (Buku
Pemilik Kendaraan Bermotor) dan surat-surat bukti
pemilikan lainnya, harus disimpan dalam berkas khusus
26
(map warkat kredit) yang disimpan didalam khasanah tahan
api.
3. Peminjaman dokumen yang telah ada dalam penguasaan bank
kepada nasabah tidak diperkenankan. Apabila peminjaman
tersebut dimaksudkan untuk keperluan urusan dengan instansiinstansi yang berwenang, nasabah dapat meminta bantuan pada
bank. Widiyono (2009)
2.2.5.3 Penandatangan Perjanjian Kredit
1. Nasabah harus menandatangani duplikat surat penegasan
pemberian
kredit
di
atas
materai
yang
cukup
dan
mengembalikannya kepada bank. Duplikat surat penegasan
tersebut harus disimpan pada map warkat-warkat kredit.
2. Nasabah harus menandatangani surat perjanjian kredit.
3. Surat perjanjian kredit harus diberi nomor urut yang dicatat
pada register tersendiri.
4. Banyak lembar surat perjanjian kredit ditentukan minimal
dalam rangkap 4 (empat):
a. Asli untuk bank (cabang) yang harus disimpan pada warkat
kredit,
b. Lembar kedua untuk nasabah,
c. Lembat ketiga untuk kantor pusat, dan
d. Lembar keempat untuk berkas a/n nasabah.
5. Kelengkapan dan kebenaran pengisian surat perjanjian kredit
harus diteliti oleh pejabat yang berwenang. Pejabat yang
melakukan
penelitian
dan
pemeriksaan
tersebut
harus
membubuhkan parafnya. Widiyono (2009)
2.2.5.4 Penandatangan Surat Aksep
1. Khususnya untuk kredit yang diberikan dengan bantuan
likuiditas Bank Indonesia di luar KIK/KMKP, nasabah harus
27
menandatangani surat aksep sebesar limit kreditnya untuk
minimal jangka waktu 12 bulan. Setelah jatuh tempo apabila
kreditnya belum lunas, surat aksep ini harus segera
diperbaharui.
2. Banyak surat lembar aksep dibuat minimal dalam rangkap 4
(empat):
a. Asli untuk Bank Indonesia
b. Lembar kedua untuk nasabah
c. Lembar ketiga untuk direksi
d. Lembar keempat untuk berkas nasabah
3. Surat aksep harus diberi nomor urut dan dicatat dalam buku
register.
4. Kelengkapan dan kebenaran pengisian surat aksep harus
diteliti. Tanda tangan nasabah harus diverifikasi keabsahannya
dengan bunyi akta perusahaannya/surat-surat kuasa serta
contoh tanda tangan.
5. Pejabat cabang yang melakukan verifikasi atas ketentuanketentuan dalam butir (4) di atas, harus membubuhkan
parafnya.
6. Surat aksep harus diberi materai yang cukup sesuai dengan
ketentuan.
7. Untuk persetujuan tambahan kredit apabila aksep sebelumnya
belum jatuh tempo, maka surat aksep dibuat sebesar jumlah
kenaikan kredit. Widiyono (2009)
2.2.5.5 Informasi untuk Bagian Lain
1. Karena penatausahaan rekening pinjaman berada di bagian kas,
maka dibuat memo kepada bagian kas untuk memberitahukan
dengan mencantumkan hal-hal yang harus diketahui oleh
bagian kas:
a. Nama dan alamat nasabah
28
b. Jenis kredit
c. Jumlah/limit
d. Jangka waktu
e. Suku bunga
f. Lain-lain
informasi
dan
syarat-syarat
kredit
yang
diperlukan.
2. Apabila perlu, disampaikan pula kepada bagian ekspor/impor
dengan pemberitahuan yang sama agar diketahui bahwa
nasabah
yang
bersangkutan
mendapat
fasilitas
kredit
ekspor/impor. Widiyono (2009)
2.2.5.6 Asuransi Barang Jaminan
1. Asuransi barang jaminan yang diserahkan bank, harus ditutup
asuransinya atas nama bank. Nasabah oleh maskapai asuransi
yang ditunjuk (atau yang disepakati bersama), sebesar harga
barang jaminan menurut harga pasar (full insurance). Hal
tersebut baik untuk jaminan pokok maupun jaminan tambahan
yang insurable.
2. Apabila barang jaminan telah ditutup asuransinya sebelum
nasabah memperoleh kredit dari bank maka perlu dimintakan
tambahan syarat banker’s clause dari polis asuransi yang
sedang berjalan tersebut. Setelah polis asuransi tersebut jatuh
tempo, maka bagi penutupan asuransi selanjutnya berlaku
ketentuan-ketentuan dalam butir 1.
3. Cara dan syarat-syarat pertanggungan untuk tiap-tiap jenis
barang jaminan, harus mengikuti ketentuan-ketentuan khusus,
antara lain:
a. Asuransi kebakaran
b. Asuransi pengangkutan
4. Polis asuransi diminta dari maskapai asuransi minimal 3
lembar:
29
a. Asli bermaterai cukup, disimpan pada berkas jaminan yang
harus disimpan oleh bagian kredit,
b. Lembar ke-2 (bermaterai cukup) diberikan kepada nasabah,
c. Lembar ke-3 untuk tembusan kepada direksi.
5. Penata usahaan polis-polis asuransi tersebut, seperti registrasi
dalam kartu, jurnal pembukuan, laporan-laporan penagihan dan
pembayaran premi/penerimaan komisi asuransi meliputi caracara yang ditentukan.
6. Berkas-berkas yang berhubungan dengan penutupan asuransi
disimpan tersendiri, secara normatif per nasabah. Berkas
tersebut berisi antara lain:
a. Surat permohonan penutupan asuransi dari bank kepada
perusahaan asuransi (tembusan atau copy),
b. Deklarasi asuransi (cover note),
c. Polis asuransi (lembar asli yang telah expired),
d. Bukti-bukti penagihan/pembukuan premi,
e. Surat-menyurat yang berhubungan dengan asuransi,
f. Surat-menyurat mengenai tagihan (claim), dan lain-lain.
Widiyono (2009)
2.2.5.7 Asuransi Kredit
Ada kalanya bahwa jenis-jenis kredit tertentu harus dipertanggung
jawabkan maka untuk jenis kredit tersebut harus pula dipenuhi syarat
“Asuransi kredit bank” (misal KIK/KMKP, kredit ekspor dibawah jumlah
tertentu). Widiyono (2009)
2.2.6 Pencairan Fasilitas Kredit
2.2.6.1 Pengertian
Pencairan
fasilitas
kredit
adalah
setiap
transaksi
dengan
menggunakan kredit yang telah disetujui oleh bank. Dalam praktiknya,
30
pencairan kredit ini berupa pembayaran dan/atau pemindahbukuan atas
beban rekening pinjaman atau fasilitas lainnya. Widiyono (2009)
2.2.6.2 Syarat Pencairan
Bank hanya menyetujui pencairan kredit oleh nasabah, bila syaratsyarat yang harus dipenuhi nasabah telah dilaksanakan. Pengikatan
jaminan secara sempurna dan penandatanganan warkat-warkat kredit
(perjanjian kredit/surat aksep borgtocht) mutlak harus mendahului
pencairan kredit. Widiyono (2009)
2.2.6.3 Bentuk Penyediaan Fasilitas Kredit
Fasilitas dapat berbentuk:
1. Penyediaan fasilitas kredit dengan suatu limit tertentu yang
ditarik menurut kebutuhan dengan sifat revolving.
2. Penyediaan fasilitas kredit yang pencairannya dilakukan
berdasarkan jadwal pencairan yang mencapai suatu limit yang
disetujui.
3. Penyediaan fasilitas kredit yang pencairannya sekaligus dengan
pembayaran kembali atau dengan angsuran menurut jadwal
tertentu
4. Pernyataan bank sebagai pinjaman atau menyanggupi ikatan
lainnya yang dapat mengakibatkan kewajiban bank untuk
membayar kepada pihak ketiga. Widiyono (2009)
2.2.6.4 Cara Pencairan Kredit
Cara pencairan kredit yang telah disetujui dapat dilakukan dengan
alat-alat dan cara yang ditentukan oleh bank, antara lain pencairan dengan
cara menarik cek atau giro bilyet, dengan kuitansi, dengan dokumendokumen lainnya yang oleh bank dapat diterima sebagai perintah
pembayaran, atau dengan pemindahbukuan atas beban rekening pinjaman
nasabah. Widiyono (2009)
31
2.2.6.5 Bukti Pencairan Kredit
Alat-alat
pencairan
kredit
seperti
cek,
kuitansi,
nota
pemindahbukuan, dan dokumen-dokumen lainnya tersebut akan menjadi
alat bukti pembukuan. Apabila diperlukan alat bukti tersebut untuk berkas
perkreditan, maka dapat dibuatkan duplikat atau fotokopinya. Widiyono
(2009)
2.2.6.6 Verifikasi Pencairan Kredit
Verifikasi meliputi pencocokan dan keabsahan pencairan, jumlah
serta syarat-syarat lainnya. Sebagai bukti verifikasi, pejabat tersebut harus
membubuhkan parafnya pada saldo rekening pinjaman. Widiyono (2009)
2.2.7 Administrasi Kredit
Sebagai alat penunjang dalam mengusahakan kredit sehat,
penyelenggaraan administrasi kredit dengan tertib, lengkap, efisien, dan up
to date merupakan suatu tuntutan. Administrasi kredit dapat didefinisikan
sebagai perencanaan perorganisasian dan pengadministrasian sumber daya
manusia, modal, mesin-mesin, teknologi, dan segala fungsi dalam
memberikan
nilai
ekonomi
kepada
seseorang
dengan
landasan
kepercayaan saat ini bahwa nilai ekonomi yang sama akan dikembalikan
kepada bank dalam waktu tertentu. Jadi administrasi kredit yang
dilaksanakan dengan baik diharapkan merupakan instrument pengawasan
kredit serta dapat memperjelas pertanggungjawaban pelaksanaan peraturan
dan kebijakan yang diterapkan pada bidang perkreditan. Widiyono (2009)
Feedback dari proses administrasi kredit ini adalah output berupa
sistem informasi yang memberikan manfaat dalam melaksanakan fungsifungsi manajemen bank.
Menurut Rivai dan Veitzal (2006) pengertian administrasi kredit, yaitu:
“Susunan kegiatan dalam proses kegiatan, dalam usaha mengumpulkan
dan menyajikan informasi, penguasaan dokumen, pencatatan secara
32
sistematis oleh unit kerja terkait, selain sebagai alat pelaksanaan fungsifungsi manajemen di bidang perkreditan”.
Dari pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa administrasi
kredit merupakan hal yang penting dalam setiap aspek kegiatan bank
karena dapat meminimalkan salah pengertian dan sekaligus yang
memisahkan
administrasi
kredit
dari
aspek
marketing,
aspek
produksi/operasional, dan aspek financial bank.
2.2.8 Prinsip-Prinsip Pemberian Kredit
Dalam
melakukan
penilaian
kriteria-kriteria
serta
aspek
penilaiannya tetap sama. Begitu pula dengan ukuran-ukuran yang
ditetapkan sudah menjadi standar penilaian setiap bank. Biasanya kriteria
penilaian yang harus dilakukan oleh bank untuk mendapatkan nasabah
yang benar-benar menguntungkan dilakukan dengan analisis 5C dan 7P.
Metode analisis 5 C adalah sebagai berikut :
1. Character
Watak (character) adalah pribadi, kelakuan, sikap, tingkah
laku, dan nilai-nilai dari debitur yang dapat dilihat dari track
record, yaitu sejarah hidup dan curriculum vetae dari debitur.
Data-data dan sumber ini dapat dilihat dari beberapa sumber
dan informasi, antara lain informasi tersebut dapat diminta
kepada Bank Indonesia.
2. Capacity
Kemampuan adalah kemampuan debitur untuk mengelola
fasilitas kredit yang diberikan sehingga dapat memberikan nilai
tambah, yang akhirnya dapat mengembalikkan fasilitas kredit
sesuai dengan waktu yang diperjanjikan. Oleh karena itu,
dalam pemberian kredit harus dianalisis, antara lain mengenai
kondisi keuangan yang bersangkutan, untuk meyakini tentang
jumlah fasilitas yang dibutuhkan dan kondisi perusahaan yang
sebenarnya.
Kemampuan
juga
menyangkut
mengenai
33
kecakapan. Oleh karena itu, kecakapan dan profesionalisme
debitur/pengurus dan karyawan perlu mendapatkan perhatian.
3. Capital
Modal adalah modal yang dimiliki oleh debitur, yaitu apa yang
dijadikan
modal
debitur
dalam
melakukan
usahanya.
Pengertian modal adalah termasuk juga modal dasar, modal
yang ditempatkan, dan modal yang disetor. Termasuk dalam
cakupan modal adalah sharing pembiayaan, yaitu jumlah
tertentu yang harus disediakan sendiri oleh debitur dalam suatu
pembiayaan terhadap objek kredit.
4. Colleteral
Agunan adalah benda bergerak dan benda tidak bergerak yang
diserahkan debitur kepada kreditor, untuk menjamin apabila
fasilitas kredit tidak dibayar kembali sesuai waktu yang
ditetapkan. Jika hal demikian terjadi, maka benda tersebut
dapat dijual untuk pelunasan fasilitas kredit tersebut. Jaminan
tersebut dapat berupa jaminan umum, di mana kreditor tidak
mempunyai hak preferent dan jaminan khusus, di mana
kreditor mempunyai hak preferent.
5. Condition
Prospek usaha adalah dukungan lingkungan, baik keadaan
ekonomi maupun peraturan perundang-undangan yang berlaku serta
keadaan daerah setempat yang memungkinkan suatu usaha yang dibiayai
dapat berjalan dengan baik dan menguntungkan. Widiyono (2009)
Metode analisis 7 P adalah sebagai berikut :
1. Personality
Menilai nasabah dari segi kepribadian atau tingkah lakunya
sehari-hari maupun masa lalunya. Selain itu juga mencakup
sikap, emosi, tingkah laku dan tindakan nasabah dalam
menghadapi masalah.
34
2. Party
Mengklasifikasikan
nasabah
ke
dalam
klasifikasi
atau
golongan-golongan tertentu berdasarkan modal, loyalitas, serta
karakternya, sehingga nasabah akan mendapatkan fasilitas yang
berbeda pula.
3. Purpose
Yaitu untuk mengetahui tujuan nasabah dalam mengambil
kredit, termasuk jenis kredit yang diinginkan nasabah. Tujuan
pengambilan kredit dapat bermacam-macam. Sebagai contoh
apakah untuk modal kerja atau investasi, konsumtif atau
produktif dan lain sebagainya.
4. Prospect
Yaitu untuk menilai usaha nasabah dimasa yang akan datang
menguntungkan atau tidak, atau dengan kata lain mempunyai
prospek atau tidak. Hal ini penting mengingat jika suatu
fasilitas kredit yang dibiayai tanpa mempunyai prospek, bukan
hanya bank yang rugi tetapi nasabah.
5. Payment
Merupakan ukuran bagaimana cara nasabah mengembalikan
kredit yang diambil atau dari sumber mana saja dana untuk
pengembalian kredit.
6. Profitability
Untuk menganalisis bagaimana kemampuan nasabah dalam
mencari laba. Profitability diukur dari periode apakah akan
tetap sama atau akan semakin meningkat, apalagi dengan
tambahan kredit yang diperolehnya.
7. Protection
Tujuannya adalah bagaimana menjaga agar usaha dan jaminan
mendapatkan perlindungan. Perlindungan dapat berupa jaminan
barang atau orang atau jaminan asuransi. Widiyono (2009)
35
2.2.9 Organisasi Pengkreditan
Untuk memberikan pemberian kredit yang sehat dan penerapan
unsur pengendalian intern mulai dari tahap awal proses kegiatan
pemberian perkreditan sampai dengan kredit yang bersangkutan lunas,
maka bank harus menetapkan struktur organisasi serta tugas dan
tanggungjawab masing-masing pejabat bank yang terkait dalam proses
pemberian kredit seperti komisaris, direksi, pejabat perkreditan lainnya
dan atau satuan-satuan kerja perkreditan. Disamping itu perlu juga
dipikirkan untuk membentuk suatu komite kebijakan perkreditan yang
anggotannya terdiri dari berbagai divisi (lintas unit kerja) yang bertugas
menyusun dan melakukan perbaikan terhadap pedoman kebijakan
perkreditan agar pedoman kebijakan perkreditan tersebut relevan dengan
perkembangan saat itu.
Dalam menetapkan struktur organisasi harus secara jelas menunjukkan
garis pertanggungjawaban masing-masing pejabat di setiap tingkatan
(garis komando). Dalam setiap tingkatan setiap pejabat bank yang terkait
dengan kredit harus ditetapkan secara jelas tentang fungsi, tugas,
wewenang dan tanggungjawabnya dalam perkreditan untuk menghidarkan
adanya tumpang tindih (overlapping) pekerjaan dan saling melempar
tanggung jawab apabila terjadi masalah. Hal ini dimaksudkan agar
masing-masing pejabat perkreditan dapat bekerja secara maksimal serta
terdapat unsur pengendalian internal sebagaimana mestinya. Widiyono
(2009)
2.3
Pengendalian Intern
2.3.1 Pengertian Pengendalian
Suatu organisasi juga biasa dikendalikan, yaitu harus ada
perangkat-perangkat untuk memastikan bahwa tujuan strategis organisasi
dapat tercapai. Akan tetapi, mengendalikan suatu organisasi adalah jauh
lebih rumit di bandingkan dengan mengemudikan sebuah mobil. Bagian
36
ini akan dimulai dengan menjelaskan proses pengendalian dalam sistem
yang lebih sederhana.
2. Assessor
Perangkat Kendali
Perbandingan
dengan ukuran
standar
1. Detector.
Informasi
mengenai apa yang
sedang terjadi
3. Effector
Perusahaan
yang sedang di
kendalikan
Perubahan
perilaku jika di
perlukan
Elemen-elemen Sistem Pengendalian
Setiap sistem Pengendalian sedikitnya memiliki empat elemen:
1. Pelacak (detector) atau sensor. Suatu perangkat yang mengukur
apa yang sesunggguhnya terjadi dalam proses yang sedang
dikendalikan.
2. Penilai
(assessor).
signifikasi
dari
Suatu
perangkat
peristiwa
aktual
yang
menentukan
dengan
cara
memperbandingkan dengan beberapa standar atau ekspektasi
dari apa yang yang seharusnya terjadi.
3. Effector. Suatu perangkat (yang sering disebut dengan “Umpan
Balik”) yang mengubah perilaku jika assessor mengindikasi
kebutuhan untuk melakukan hal tersebut.
4. Jaringan Komunikasi. Perangkat yang meneruskan informasi
antara detector dan assessor dan antara assessor dan effector.
(pksm.mercubuana.ac.id/new/elearning/files)
2.3.2 Pengertian Pengendalian Intern
Dalam semua audit, auditor harus memperoleh pemahaman tentang
pengendalian intern yang memadai untuk merencanakan audit dengan
melaksanakan prosedur untuk memahami desain pengendalian yang
37
relevan dengan audit atas laporan keuangan, dan apakah pengendalian
intern tersebut dioperasikan.
Pengendalian intern adalah suatu proses, yang dipengaruhi oleh
dewan komisaris, manajemen, dan personel lainnya dalam suatu entitas,
yang dirancang untuk memberikan keyakinan memadai guna mencapai
tujuan-tujuan berikut ini:
1. Keandalan pelaporan keuangan
2. Menjaga kekayaan dan catatan organisasi
3. Kepatuhan terhadap hukum dan peraturan
4. Efektivitas dan efisiensi operasi. Rahayu dan Suhayati (2010)
Tujuan pokok struktur pengendalian intern tersebut dapat dipenuhi
dengan pengendalian yang baik. Tujuan pertama dan kedua dapat dipenuhi
dengan pengendalian akuntansi, sedangkan tujuan ketiga dan keempat
dapat dipenuhi dengan pengendalian administrasi yang baik.
1. Pengendalian akuntansi
Meliputi rencana organisasi serta prosedur dan catatan yang
relevan dengan pengamanan aset, yang disusun untuk meyakinkan
bahwa:
a. Transaksi dilaksanakan sesuai dengan persetujuan pimpinan
b. Transaksi dicatat sehingga dapat dibuat ikhtisar keuangan
sesuai prinsip akuntansi yang berlaku serta menekankan
pertanggungjawaban atas harta perusahaan
c. Penguasaan atas aset diberikan hanya dengan persetujuan dan
otorisasi pimpinan
d. Jumlah aset dalam catatan dicocokan dengan aktiva yang ada
pada waktu yang tepat dan tindakan yang sewajarnya jika
terjadi perbedaan. Rahayu dan Suhayati (2010)
2. Pengendalian administratif
Pengendalian
yang
ditujukan
untuk
mendorong
operasional dan menjaga diikutinya kebijakan perusahaan.
efisiensi
38
Dapat berupa rencana organisasi dan prosedur juga catatan yang
relevan
dengan
pembuatan
keputusan
yang
mengantarkan
pimpinan perusahaan untuk menyetujui atau memberi wewenang
terhadap transaksi-transaksi.
Pelimpahan wewenang merupakan fungsi pimpinan perusahaan
yang secara langsung berhubungan dengan tanggung jawab untuk
mencapai tujuan organisasi dan itu merupakan titik tolak untuk
menciptakan pengendalian akuntansi atas transaksi. Rahayu dan
Suhayati (2010)
2.3.3 Tujuan Pengendalian Intern
Pengendalian intern dirancang dengan memperhatikan kepentingan
manajemen perusahaan dalam menyelenggarakan operasi perusahaannya
dan juga memperhatikan aspek biaya yang harus dikeluarkan, serta
manfaat yang diharapkan.
Arens (2008) menyebutkan tujuan pengendalian intern adalah
sebagai berikut:
1. Effectiveness and efficiency operations
2. Reability of financial reporting
3. Compliance with applicable law and regulations
Pernyataan di atas dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Operasi yang efektif dan efisien (Effectiveness and efficiency
of operation)
Tujuan pengendalian intern berhubungan dengan efektif dan
efisiensi operasi ditujukan untuk mencegah duplikasi usaha
yang tidak perlu atau pemborosan dalam segala hal kegiatan
bisnis dan untuk mencegah penggunaan sumber daya yang
tidak efisien. Suatu perusahaan dikatakan efektif bila telah
mencapai tujuan yang ditetapkan perusahaan, namun usaha
39
untuk pencapaian tujuan perusahaan itu harus efisien. Artinya
bahwa usaha-usaha untuk pencapaian tujuan itu harus
memberikan hasil yang lebih besaratau biaya-biaya yang
dikeluarkan untuk pencapaian tujuan itu harus lebih kecil dari
hasil yang diperoleh.
2. Keandalan dalam laporan keuangan (Reability of financial
reporting)
Manajemen memerlukan informasi keuangan yang diteliti dan
handal untuk menjalankan kegiatan usahanya. Banyak
informasi yang digunakan oleh manajemen untuk dasar
pengambilan keputusan yang penting. Pengendalian intern
dirancang untuk menjamin bahwa proses pengolahan data
akuntansi akan menghasilkan informasi keuangan yang teliti
dan handal. Agar bermanfaat, informasi yang dihasilkan juga
harus diandalkan. Karena itu pengendalian intern merupakan
alat bantu manajemen untuk menyediakan laporan keuangan
yang adapat diandalkan. Artinya bahwa informasi yang
dihasilkan harus bebas dari pengertian yang menyesatkan,
kesalahan yang material dan dapat dia andalkan pemakainya.
Laporan keuangan disajikan berdasarkan kenyataan yang ada
dalam perusahaan serta didukung oleh bukti-bukti yang kuat
dalam bentuk dokumen yang diotorisasi oleh pejabat yang
berwenang
sehingga
penggunaannya
dapat
dipertanggungjawabkan.
3. Kepatuhan pada Hukum dan Peraturan (Compliance with
applicable law and regulations)
Untuk pencapaian tujuan perusahaan, manajemen menetapkan
kebijakan dan prosedur, pengendalian intern yang memadai
ditujukan untuk memberikan jaminan yang memadai agar
kebijakan manajemen dipatuhi oleh karyawan. Pengendalian intern
merupakan alat bantu untuk mendorong ditaatinya ketentuan-
40
ketentuan dan kebijakan yang ditetapkan, dengan kata lain akan
memudahkan dalam usaha pencapaian tujuan. Rahayu dan
Suhayati (2010)
2.3.4 Konsep-konsep Dasar
1.
Pengendalian intern adalah suatu proses. Pengendalian intern
meliputi serangkaian tindakan yang berkaitan dan terintegrasi
bukan ditambahkan dengan infrastruktur suatu entitas
2.
Pengendalian intern dipengaruhi oleh manusia. Pengendalian
intern tidak hanya berupa pedoman-pedoman kebijakan dan
formulir-formulir, tetapi meliputi pula unsure manusianya
pada setiap level organisasi, termasuk dewan komisaris,
manajemen, dan personel lainnya.
3.
Pengendalian intern memberikan keyakinan memadai, bukan
keyakinan absolut.
4.
Pengendalian intern diarahkan kepada pencapain tujuan-tujuan
tertentu. Rahayu dan Suhayati (2010)
2.3.5 Pentingnya Pengendalian Intern
Alasan pentingnya pengendalian intern bagi manajemen dan
auditor adalah :
1.
Luas lingkup dan entitas bisnis semakin besar dan kompleks
2.
Pemeriksaan dan penelaahan bawaan dalam sistem yang baik
memberikan perlindungan terhadap kelemahan manusia dan
mengurangi kemungkinan kekeliruan dan ketidakberesan yang
terjadi
3.
Pengendalian intern yang baik akan mengurangi beban
pelaksanaan audit sehingga dapat mengurangi biaya audit
4.
Digunakan secara efektif untuk mencegah penggelapan
maupun penyimpangan dalam organisasi
41
5.
Auditor menggunakan perolehan pemahaman atas struktur
pengendalian intern untuk melakukan penaksiran risiko
pengendalian asersi dalam saldo akun, golongan transaksi, dan
komponen pengungkapan dalam laporan keuangan. Rahayu
dan Suhayati (2010)
2.3.6 Sasaran Pengendalian Intern adalah
1.
Validitas, transaksi yang dicatat adalah transaksi yang valid
bukan fiktif
2.
Kelengkapan, seluruh transaksi dicatat mewakili seluruh
kejadian yang terjadi dan tidak ada satu transaksi yang
dilewatkan
3.
Keabsahan pencatatan, transaksi yang rinci telah dimasukkan
dalam pencatatan secara akurat sesuai sumber dokumen.
Transaksi telah dinilai, dievaluasi, diklasifikasi, dicatat dan
diposting secara tepat waktu, dan benar sesuai dengan prinsip
akuntansi yang berlaku umum.
4.
Pengamanan, aset dan dokumen dapat diamankan dan diakses
hanya oleh pihak yang memiliki otorisasi
5.
Pertanggungjawaban, saldo tercatat atas setiap aset dan hutang
dibandingkan dengan yang benar-benar ada. Rahayu dan
Suhayati (2010)
2.3.7 Komponen Pengendalian Intern
Struktur pengendalian intern mencakup lima komponen dasar
kebijakan dan prosedur yang dirancang dan digunakan oleh manajemen
untuk memberikan keyakinan memadai bahwa tujuan pengendalian dapat
dipenuhi. Kepentingan auditor terutama berkaitan dengan pencegahan atau
pendekteksian salah saji yang material dalam laporan keuangan. Dalam
perencanaan audit, auditor harus memperoleh suatu pemahaman yang
memadai atas komponen pengendalian internal untuk merencanakan audit
42
dengan cara melaksanakan prosedur guna memahami desain pengendalian
yang relevan bagi penyusunan laporan keuangan.
Kelima komponen tersebut adalah: Arens (2008)
1.
Lingkungan Pengendalian (Control Environment)
Lingkungan
pengendalian
berkenaan
dengan
tindakan-
tindakan, kebijakan-kebijakan, dan prosedur-prosedur yang
merefleksikan
keseluruhan
sikap
manajemen,
dewan
komisaris, pemilik, dan pihak lainnya terhadap pentingnya
pengendalian intern bagi entitas.
Lingkungan pengendaian menetapkan corak dan suasana suatu
organisasi, mempengaruhi kesadaran pengendalian personil
dalam organisasi. Lingkungan pengendalian merupakan dasar
untuk semua komponen pengendalian intern yang lain, dengan
menciptakan dan menyediakan disiplin dan struktur.
Faktor-faktor yang membentuk lingkungan pengendalian
antara lain :
a.
Integritas dan nilai etika, adalah produk dari standar etika
dan perilaku entitas dan bagaimana standar tersebut
dikomunikasikan dan dijalankan dalam praktik. Integritas
dan nilai etika merupakan unsur pokok lingkungan
pengendalian
yang
mempengaruhi
perancangan
pengurusan dan pemantauan komponen pengendalian
intern lainnya. Efektivitas pengendalian tidak dapat
meningkat melampaui dari integritas dan nilai etika yang
menciptakan, mengurus dan memantaunya.
b.
Komitmen terhadap kompetensi, kompetensi merupakan
pengetahuan dan keahlian serta keterampilan yang
digunakan
dibebankan
untuk
pada
menyelesaikan
individu.
pekerjaan
Komitmen
yang
terhadap
kompetensi meliputi pertimbangan manajemen terhadap
tingkat kompetensi dari pekerjaan tertentu dan bagaimana
43
tingkatan tersebut berubah menjadi keterampilan dan
pengetahuan yang disyaratkan pada karyawan.
c.
Partisipasi dewan komisaris dan komite audit, perusahaan
yang sudah go public memerlukan penyerahan wewenang
dan segala aktifitas rapat umum pemegang saham kepada
dewan komisaris. Dewan komisaris yang efektif adalah
yang independen dari manajemen dan anggotanya aktif
dalam menilai aktifitas manajemen. Komite audit
biasanya dibebani tanggung jawab mengawasi proses
pelaporan keuangan, mencakup struktur pengendalian
intern, masalah keuangan dan pembelanjaan, sistem
informasi manajemen dan ketaatan kepada undangundang dan peraturan. Agar menjadi efektif komite audit
harus memelihara komunikasi yang terus menerus dengan
baik auditor intern maupun auditor ekstern.
d.
Falsafah manajemen dan gaya operasinya, manajemen
melalui aktifitas yang dilakukannya memberikan tanda
yang
jelas
kepada
pegawai
tentang
pentingnya
pengendalian. Filosofi dan gaya manajemen dapat
mempengaruhi mutu pengendalian intern. Manajemen
yang
menjaga
pengendalian
intern
dengan
mengkomunikasikan dukungannya terhadap prosedur
pengendalian
diseluruh
mengoptimalkan
organisasi
efektifitas
akan
dapat
pengendalian
intern
organisasinya.
e.
Struktur organisasi, suatu entitas membatasi garis
tanggung
jawab
menghubungkan
dan
garis
wewenang
arus
yang
komunikasi.
ada,
Struktur
organisasi merupakan bentuk dan sifat unit serta fungsi
manajemen dan hubungan pelaporan dengan sub unit.
Dalam
membangun
struktur
organisasi
entitas
44
memerlukan penentuan bidang kunci otorisasi dan
tanggung jawab serta garis pelaporan yang tepat. Entitas
membangun struktur organisasi dipengaruhi oleh luas,
sifat bisnisnya, dan kemajuan teknologi. Struktur
organisasi menyediakan kerangka untuk perencanaan,
pelaksanaan, pengendalian dan pemantauan aktifitas
bisnis. Struktur organisasi membagi wewenang, tanggung
jawab dan tugas diantara anggota organisasi untuk
pengambilan keputusan. Bila hal tersebut diterapkan,
prosedur untuk memantau pengambilan keputusan dari
manajer yang terlibat sangat penting.
f.
Penetapan wewenang dan tanggung jawab, dimaksudkan
agar mempermudah proses operasi, proses pelaporan dan
memperjelas tingkat kepemimpinan dalam perusahaan.
Didalamnya termasuk kebijakan yang berhubungan
dengan pelaksanaan usaha, pengetahuan, dan pengalaman
tokoh-tokoh kunci dalam perusahaan dan sumber daya
yang tersedia untuk menjalankan operasi perusahaan.
g.
Kebijakan dan praktik di bidang sumber daya manusia,
berhubungan dengan proses penerimaan, penempatan,
pelatihan, evaluasi, konseling, promosi, penggantian, dan
tindakan perbaikan.
2.
Penetapan
Risiko
Manajemen
(Risk
Assessment
Management)
Organisasi harus bisa mengetahui dan menghadapi risiko yang
ada. Organisasi harus memutuskan tujuan, menyatukan
kegiatan yang ada, pengaturan keuangan dan kegiatan yang
lainnya.
Sehingga
organisasi
dapat
dijalankan
dalam
kebersamaan organisasi juga harus membuat suatu mekanisme
untuk mengenali, menganalisis dan mengelola risiko-risiko
45
yang berhubungan. Risiko-risiko dapat timbul dalam keadaankeadaan sebagai berikut:
a.
Perubahan dalam lingkungan operasi perusahaan
Perubahan dalam lingkungan operasi perusahaan dapat
mengakibatkan perubahan dalam tekanan persaingan dan
risiko yang berbeda secara signifikan.
b.
Karyawan baru
Karyawan baru mungkin memiliki pandangan atau
pengertian yang lain atas pengendalian intern yang
sedang diterapkan dalam perusahaan.
c.
Sistem informasi baru
Perubahan yang pesat dalam sistem informasi dapat
mengubah risiko yang berhubungan dengan pengendalian
intern.
d.
Perubahan yang pesat
Pertumbuhan
pesat
operasi
perusahaan
dapat
meningkatkan risiko akibat dari pengendalian yang sudah
tidak berfungsi secara memadai.
e.
Teknologi baru
Teknologi baru yang ditetapkan pada proses transaksi
dalam hal ini pemberian kredit.
f.
Pengenalan divisi usaha atau produk baru
Dengan masuk ke bidang bidang bisnis atau transaksi
yang di dalamnya entitas belum memiliki pengalaman
dapat mendatangkan risiko baru yang berkaitan dengan
pengendalian intern
g.
Rekstukturisasi perusahaan
Rekstukturisasi dapat disertai dengan pengurangan staf
dan perubahan supervisi serta pemisahan tugas yang
dapat
mengubah
pengendalian intern.
risiko
yang
berkaitan
dengan
46
h.
Perluasan usaha ke luar negeri
Perluasan atau perolehan operasi luar negeri akan
membawa risiko baru atau unik yang berdampak terhadap
pengendalian intern, seperti risiko tambahan, risiko yang
berubah dari transaksi mata uang asing.
i.
Penerapan prinsip akuntansi yang baru
Pemakaian prinsip akuntansi baru, atau perubahan prinsip
akuntansi yang dapat berdampak terhadap risiko dalam
penyusunan laporan keuangan.
3.
Aktivitas Pengendalian (Control Activities)
Aktivitas pengendalian adalah kebijakan dan prosedur yang
membantu menjamin bahwa arahan manajemen dilaksanakan.
Aktivitas tersebut membantu memastikan bahwa tindakan
yang
diperlukan
untuk
menanggulangi
risiko
dalam
pencapaian tujuan entitas. Aktivitas pengendalian memiliki
berbagai tujuan dan diterapkan di berbagai tingkat organisasi
dan fungsi, dan pemrosesan data, serta diintegrasikan dalam
komponen-komponen
pengendalian
lainnya.
Kebijakan-
kebijakan dan prosedur-prosedur, selain yang termasuk ke
dalam komponen lainnya, yang membantu meyakinkan bahwa
tindakan-tindakan tertentu telah dijalankan guna mencapai
tujuan perusahaan. Kegiatan pengendalian dapat dikategorikan
ke dalam kebijakan dan prosedur sebagai berikut:
a. Tinjauan ulang atas penampilan kerja
Kegiatan
penjualan
dilakukan
dengan
mengadakan
perbandingan antara penampilan kerja aktual dengan
penampilan kerja sebelumnya, serta analisis-analisis yang
telah
dilakukan
dilaksanakan.
dan
tindakan
koreksi
yang
telah
47
b. Pengelolaan informasi
Berbagai
memeriksa
tindakan
pengendalian
keakuratan,
dilakukan
kelengkapan
dan
dengan
otorisasi
transaksi. Kegiatan pengendalian sistem informasi terdiri
dari:
1) Pengendalian umum ini meliputi organisasi, prosedur
dan standar untuk perubahan program, pengembangan
sistem dan pengoperasian fasilitas pengolahan data.
2) Pengendalian aplikasi
Pengendalian ini menjamin bahwa semua transaksi
yang telah diotorisasi, telah diproses sekali saja secara
lengkap, teliti serta menjamin bahwa pengelolaan data
benar dan sesuai dengan keadaan.
3) Pengendalian Preventif
Bertindak sebagai petunjuk untuk membantu sesuatu
terjadi seperti seharusnya terjadi. Meliputi unsur-unsur
diantaranya:
i. Otorisasi data sumber
ii. Konversi data
iii. Penyimpanan data sumber
iv. Turn around document
v. Formulir yang bernomor urut cetak
vi. Validasi masukan
vii. Pemutakhiran arsip dengan Komputer
viii. Pengendalian terhadap pengolahan data
4) Pengendalian Detektif
Memberi petunjuk dimana letak terjadinya masalah,
terdiri dari:
i. Data Transmission
ii. Control Register
iii. Control Totals
48
iv. Dokumentasi dan testing
v. Penggunaan label
vi. Output Check
5) Pengendalian Fisik
Pengendalian
fisik
ini
dilaksanakan
terhadap
pengendalian fisik atas aset dari peredaran perhitungan
antara catatan pengendalian dengan perhitungan fisik.
6) Pemisahan Tugas
Tujuan
utama
pemisahan
tugas
adalah
untuk
menghindari timbulnya kesalahan-kesalahan yang
disengaja atau tidak dalam pengotorisasian transaksi
dan sebagainya.
4.
Infomasi
dan
Komunikasi
(Information
and
Communication)
Untuk berfungsi secara efisien dan efektif, organisasi
memerlukan informasi relevan yang disediakan bagi orang
dan pada saat yang tepat. Selain itu informasi harus pula andal
dalam akurasi dan kelengkapannya. Komunikasi merupakan
proses pemahaman peran individu dan pertanggungjawaban
yang berhubungan
dengan pengendalian intern terhadap
laporan keuangan. Hal ini termasuk tingkatan pemahaman
seorang karyawan atas aktifitasnya yang berhubungan dengan
kegiatan karyawan lainnya dan arti dari pengecualian
pelaporan oleh tingkatan manajemen yang lebih tinggi dalam
perusahaan. Komunikasi biasanya dibuat berdasarkan panduan
kebijakan,
panduan
akurasi
dan
pelaporan
keuangan,
komunikasi juga dapat dibuat secara lisan dan melalui
tindakan yang dilakukan oleh manajemen.
5.
Pengawasan (Monitoring)
49
Salah satu tanggung jawab manajemen adalah menetapkan
dan
memelihara
pengendalian
intern,
manajemen
menindaklanjuti pengawasan berkesinambungan terhadap
kegiatan operasi perusahaan, evaluasi terpisah atau kombinasi
keduanya, seperti dengan cara mempelajari pengendalian
intern yang ada, laporan internal auditor dan laporan dari
pihak luar perusahaan seperti pemerintah dan Bank Indonesia,
umpan balik dari karyawan dan masukan dari nasabah.
2.3.8 Keterbatasan Pengendalian Intern
Sebaik-baiknya
desain
dan
operasi
pengendalian
intern,
pengendalian intern hanya memberikan keyakinan memadai bagi
manajemen dan dewan komisaris berkaitan dengan usaha untuk mencapai
tujuan pengendalian intern organisasi. Hal-hal tersebut disebabkan karena
pengaruh dari keterbatasan bawaan yang melekat dalam pengendalian
intern menurut Mulyadi dan Kanaka (1998), yaitu :
1. Pertimbangan manusia dalam pengambilan keputusan dapat
salah
2. Pengendalian intern dapat rusak karena kegagalan yang
sifatnya manusiawi seperti kekeliruan sederhana
3. Adanya kolusi antar personel sehingga pengendalian tidak
efektif
4. Manajemen yang mengabaikan pengendalian intern
5. Biaya pengendalian intern tidak boleh melebihi manfaat yang
diharapkan dari pengendalian tersebut.
Meski hubungan manfaat dan biaya merupakan kriteria utama yang
harus dipertimbangkan dalam mendesain pengendalian intern, pengukuran
tepat biaya dan manfaat umumnya tidak mungkin dilakukan. Maka
50
manajemen harus melakukan estimasi kualitatif dan kuantitatif serta
pertimbangan dalam menilai hubungan biaya manfaat tersebut.
Hal
yang
dapat
mencegah
atau
mengurangi
terjadinya
ketidakberesan yang dilakukan manajemen :
1. Adat istiadat dan kultur
2. Corporate governance system
3. Lingkungan pengendalian yang efektif
2.3.9 Klasifikasi Pengendalian Intern
1. Pengendalian Menurut Waktunya
a. Pengendalian sebelum terjadinya suatu kegiatan
b. Pengendalian selama berlangsungnya kegiatan
c. Pengendalian setelah berlangsungnya kegiatan
2. Pengendalian Menurut Sifatnya
a. Pengendalian akuntansi
Pengendalian akuntansi meliputi rencana organisasi serta
prosedur-prosedur dan pencatatan yang berkaitan dengan
penjagaan aktiva serta keandalan catatan finansial.
b. Pengendalian administrasif
Pengendalian administratif antara lain mencakup rencana
organisasi serta prosedur-prosedur dan pencatatan yang
berkaitan dengan proses pengambilan keputusan yang
mengarah pada otorisasi transaksi dan merupakan titik awal
dari pembuatan pengendalian akuntansi.
3. Pengendalian Menurut Tujuannya
a. Pengendalian preventif
Pengendalian ini bertujuan sama dengan pengendalian pra
tindak, yaitu untuk mencegah terjadinya kerugian atau
penyimpangan, disamping untuk mengarahkan kegiatankegiatan agar sesuai dengan yang direncanakan.
b. Pengendalian detektif
51
Pengendalian detektif dimaksudkan untuk menentukan dan
mengidentifikasikan adanya kesalahan yang terjadi dalam
pelaksanaan aktivitas tertentu, disamping untuk mengurangi
frekuensi terjadinya kesalahan itu.
c. Pengendalian korektif
Tujuan
dari
pengendalian
korektif
adalah
untuk
memberikan informasi yang diperlukan oleh personilpersonil yang terlibat dalam penyelidikan dan perbaikan
kesalahan yang telah terdeteksi oleh pengendalian detektif.
(http://rac.uii.ac.id/server/document/Public/)
2.4.
Pengendalian Intern dalam Perbankan
Beberapa bentuk aplikasi dari pengendalian intern dalam
perbankan dapatlah di uraikan sebagai berikut :
1. Division of duties
Dalam kegiatan perbankan dapat berupa pemisahan fungsifungsi administratif, operasional dan fungsi penyimpanan.
Disamping itu pembagian wewenang ini juga dapat dibedakan
dari tingkat jabatan yang ada.
2. Dual control
Kegiatan pengecekan kembali atas suatu pekerjaan yang telah
dilakukan oleh petugas sebelumnya untuk menetapkan :
a. Apakah petugas yang pertama tersebut, telah bertindak
sesuai dengan batas-batas wewenangnya untuk menangani
transaksi yang telah dilakukan.
b. Apakah transaksi-transaksi yang terjadi tersebut telah
dicatat, dibukukan, diadministrasikan dengan prosedur
yang benar.
c. Apakah transaksi-transaksi yang terjadi tersebut, telah
diselesaikannya dengan prosedur yang benar.
3. Joint custudy/dual custody
52
Suatu sistem pemegang kunci lebih dari satu orang.
4. Mandatory vacation
Program
pemberian
cuti
kepada
karyawan/pejabat
dan
pekerjaan yang ditinggalkan digantikan sementara oleh pihak
lain.
5. Number control
Penyusunan dengan pemberian nomor urut/nomor seri pada
arus pekerjaan dan formulir-formulir yang dipakai agar mudah
di cek.
6. Outside activities of bank personnel
Pengaturan kegiatan pegawai bank diluar pekerjaannya,
sehingga memberikan dampak yang positif bagi bank yang
bersangkutan.
7. Rotation of duty assignment
Mutasi pegawai, pejabat bank untuk menghilangkan kejenuhan
bekerja secara rutin untuk suatu jangka waktu yang relatif
lama.
8. Independence balancing
Praktek-praktek sistem akuntansi yang baik disuatu bank, akan
diperoleh keseimbangan secara otomatis antara saldo suatu
rekening
dengan
rekening
lainnya
selama
pencatatan,
klasifikasi, dan pelaporan transaksi-transaksi tersebut dilakukan
dengan benar. (http://rac.uii.ac.id/server/document/Public/)
2.4.1 Pengendalian Intern Pemberian Kredit
Bagi setiap bank, pemberian kredit merupakan salah satu usaha
pokoknya, dalam pemberian ini bank akan menarik keuntungan dari selisih
antara bunga yang diterima dengan bunga yang dibayarkan sehingga disini
pemberian kredit merupakan sumber pendapatan utama mendapatkan
pengamanan yang memadai agar terhindar dari segala penyelewengan
53
yang dapat merugikan perusahaan, maka perlu dirancang suatu
pengendalian intern pemberian kredit yang sebaik mungkin.
Pengendalian intern bagi suatu bank sangat penting untuk
mengamankan
kekayaan
bank
dan
biasa
dilaksanakan
menurut
Dendawijaya (2005) adalah sebagai berikut:
1. Perlu adanya pemisahan fungsi,
Pada aktivitas pemberian kredit:
a. Fungsi pembahasan kredit pada bagian analisa kredit
b. Fungsi realisasi kredit pada bagian penyelenggaraan kredit
atau administrasi kredit.
c. Fungsi pengawasan kredit berada pada bagian pengawasan
kredit.
Pada aktivitas keuangan:
a) Fungsi penguasaan (fiatur) pada kepala bagian keuangan.
b) Fungsi penyimpanan pada kas.
c) Fungsi pencatatan pada kas.
d) Fungsi pengawasan pada bagian pengawsan intern.
Pada aktivitas klering:
a. Fungsi penerimaan warkat (berkas) kliring pada petugas
teller.
b. Fungsi pengecekan tanda tangan pada petugas kartu
spesimen.
c. Fungsi pengecekan saldo giro.
d. Fungsi kliring pada petugas kliring.
e. Fungsi penguasaan pada bagian kepala bagian keuangan.
2. Perlu disusun pencatatan dan pelaporan harian yang baik dan
tepat waktu mengenai posisi dana-dana dan kredit.
3. Perlu penyusunan ikhtisar mutasi keuangan bulanan.
4. Perlu pelaksanaan inventarisasi fisik dalam waktu yang pendek
berikut pengawasan administratif.
54
5. Perlu
diciptakan
peraturan-peraturanintern
yang
menjamin keamanan atas kelayakan bank, baik
akan
secara
preventif maupun represif.
6. Penandatanganan surat-surat berhargaoleh dua orang pejabat
dan lain-lain.
7. Perlu diciptakan “paralel administrasi” atau “pembukuan
ganda”.
8. Perlu diciptakan “administrasi bayangan” untuk piutang kredit.
9. Perlu disusun sistem pencatatan dan pengarsipan surat-surat
dan berkas pembahasan kredit berikut rekening-rekening giro,
kredit dan lain-lain secara baik (filling system).
Untuk menciptakan sistem pengendalian intern yang baik perlu
disusun laporan harian mengenai posisi dana-dana (giro, deposito, dan
lain-lain) berikut kredit yang diberikan.
Download