E-49 EXPECTANCY TEORY Prof. Dr. Ir. Aida Vitayala S. Hubeis Studi Kasus : Pelaksanaan Training Sebagai Media Untuk Mewujudkan Harapan Karyawan di Suatu Perusahaan Jasa Kelompok 5 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. A.M. Heri Saktiyanto Febrianto Arif Wibowo Fitriana Purnamasari Harya Buntala Koostanto Husnul Insan Safitri Larasati Yogi Syamriadi P056132632.49E P056132742.49E P056132762.49E P056132772.49E P056132782.49E P056132922.49E P056132972.49E Expectancy Theory – Kelompok 5 [E49] DAFTAR ISI I PENDAHULUAN ........................................................................................................................ 1 I.1. LATAR BELAKANG ....................................................................................................... 1 I.2. PERUMUSAN MASALAH.............................................................................................. 3 I.3. TUJUAN ........................................................................................................................... 3 II. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................................................. 4 II.1. KONSEP DASAR TEORI MOTIVASI............................................................................ 4 II.2. JENIS-JENIS TEORI MOTIVASI ................................................................................... 7 II.2.1. TEORI MOTIVASI KEPUASAN (CONTENT THEORY) ......................................... 7 II.2.2. TEORI MOTIVASI PROSES (PROCESS THEORY) ................................................ 8 II.3. TEORI HARAPAN (EXPECTANCY THEORY) .............................................................. 8 II.3.1. KELEBIHAN EXPECTANCY THEORY ............................................................... 11 II.3.2. KETERBATASAN EXPECTANCY THEORY....................................................... 11 II.3.3. IMPLIKASI EXPECTANCY THEORY .................................................................. 11 III PEMBAHASAN ...................................................................................................................... 12 III.1. MOTIVASI MENGIKUTI PELATIHAN ...................................................................... 15 III.2. EVALUASI PELATIHAN.............................................................................................. 16 IV PENUTUPAN.......................................................................................................................... 21 IV. 1. KESIMPULAN ............................................................................................................... 21 IV. 2. SARAN ........................................................................................................................... 22 DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................... 23 LAMPIRAN .................................................................................................................................. 24 Expectancy Theory – Kelompok 5 [E49] i I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG Sumber daya manusia, merupakan salah satu komponen penting dalam suatu dunia usaha yang berkelanjutan. Sumber daya manusia dapat dinilai sebagai sebuah aset berharga dari sebuah perusahaan. Maka dari itu, untuk mencapai sebuah keberhasilan dari tujuan perusahaan tersebut, salah satu proses yang wajib dijalankan adalah bagaimana perusahaan dapat memanfaatkan secara efektif sumber daya manusia tersebut menjadi sebuah kekuatan yang superior sebagai salah satu faktor penting dalam mencapai tujuan perusahaan. Berbagai cara harus dilakukan untuk dapat mempertahankan aset berharga tersebut, hal ini menjadi penting karena jika sebuah perusahaan terlalu banyak melakukan turnover dalam penempatan posisi pegawai maka lambat laun akan menjadi sebuah kerugian tersendiri bagi perusahaan tersebut. Salah satu yang cara untuk dapat mempertahankan karyawan sebagai aset perusahaan adalah dengan memaksimalkan peran Expectancy Theory yang ditujukan kepada para karyawan perusahaan tersebut. Expectancy Theory berarti teori yang berhubungan dengan motivasi seseorang atau juga dapat diartikan sebagai teori harapan. Teori ini menyatakan bahwa intensitas kecendrungan untuk melakukan usaha dengan cara tertentu tergantung pada intensitas harapan bahwa kinerja akan diikuti dengan hasil yang pasti dan pada daya tarik hasil kepada seorang individu. Teori ini mengedepankan bahwa orang-orang akan termotivasi untuk melakukan halhal tertentu guna mencapai tujuan apabila mereka yakin akan tindakan mereka akan mengarah pada pencapaian tujuan tersebut. Hal ini adalah sebuah ekspektasi kepuasan yang diharapkan dan tidak aktual bahwa seorang karyawan mengharapkan untuk menerima setelah mencapai sebuah tujuan tertentu. Harapan adalah keyakinan bahwa upaya yang lebih baik akan menghasilkan kinerja yang lebih baik pula. Harapan dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti kepemilikan keterampilan yang sesuai Expectancy Theory – Kelompok 5 [E49] 1 untuk melakukan pekerjaan, ketersediaan sumber daya yang tepat, ketersediaan informasi penting dan mendapat dukungan yang diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan. Sebuah expentancy yang tinggi, akan dapat menghasilkan sebuah motivasi yang timbul lebih tinggi, namun jika keduanya rendah maka motivasi yang timbul akan rendah pula, dan jika salah satu tinggi maka motivasi yang timbul akan menjadi mendesak. Memelihara motivasi adalah salah satu kunci sukses. Banyak perusahaan menyadari bahwa salah satu cara yang efektif dalam mengelola pegawai adalah memberikan kesempatan untuk kreatif. Motivasi perlu diberikan untuk mendorong proses yang kreatif dan inovatif. Dalam banyak contoh, seseorang akan dihargai secara finansial untuk usaha-usaha yang sukses, dan dalam berbagai kasus, kebebasan dan kesempatan untuk menggunakan keterampilan yang kreatif akan menghasilkan sesuatu yang positif dengan sendirinya. Untuk menjalankan expectancy Theory ini, seorang atasan atau bahkan sebuah perusahaan juga dinilai harus berhati-hati dalam prakteknya, karena jika ekspektasi atau harapan yang diberikan kepada karyawan tidak sesuai dengan yang diekspektasikan di awal, dikhawatirkan akan menjadi boomerang bagi perusahaan itu sendiri dan bahkan dalam kasus terburuknya, perusahaan tersebut akan kehilangan aset berharganya yaitu sumber daya manusia yang kompeten. Expectancy Theory – Kelompok 5 [E49] 2 I.2. PERUMUSAN MASALAH Dari latar belakang yang telah dijabarkan, maka dapat kita pahami bahwa dalam memahami penerapan teori harapan terdapat beberapa pertanyaan sebagai berikut yang mungkin muncul dari masing masing individu : 1. Hasil apakah yang diperkirakan akan diperoleh dengan melakukan suatu pekerjaan tertentu? Hasil yang diharapkan itu tentunya dapat bersifat positif seperti penghasilan dalam bentuk upah atau gaji, keamanan, terpenuhinya kebutuhan sosial, kepercayaan, aneka ragam bonus dan keuntungan material lain, kesempatan memanfaatkan ketrampilan yang dimiliki dan kesempatan mengembangkan bakat tertentu serta hubungan dengan orang – orang dengan siapa pekerja berinteraksi. 2. Apakah dalam pandangan para pekerja hasil tersebut mempunyai daya tarik atau tidak? Pertanyaan ini bersifat individu karena jawaban seseorang terhadap berbagai pertanyaan tersebut diwarnai antara lain oleh kepribadian, nilai – nilai yang dianut dan kebutuhan orang yang bersangkutan. 3. Perilaku yang bagaimana yang harus ditunjukkan oleh seorang pekerja agar hasil tersebut diperolehnya? Hal ini penting karena hasil tersebut tidak akan mempunyai pengaruh apa – apa terhadap prestasi kerja seseorang kecuali ia mengetahui secara jelas apa yang harus ia lakukan untuk memperoleh hasil tersebut. 4. Bagaimana pendapat pekerja tentang peluangnya untuk berbuat sesuai dengan tuntutan tugas yang diberikan kepadanya? I.3. TUJUAN 1. Menganalisa motivasi harapan pegawai dan perusahaan dalam program pelatihan pegawai. 2. Menganalisa bagaimana perusahaan melakukan evaluasi pelatihan kaitannya dengan sejauh mana harapan pegawai dan perusahaan setelah mengikuti pelatihan telah tercapai. Expectancy Theory – Kelompok 5 [E49] 3 II. TINJAUAN PUSTAKA II.1. KONSEP DASAR TEORI MOTIVASI Salah satu aspek penting dalam perusahaan untuk meningkatkan atau menjaga etos kerja para karyawan agar tetap gigih dan giat dalam bekerja guna meningkatkan atau menjaga produktifitas kerja yaitu dengan memberikan motivasi (daya pemicu) bagi para karyawan supaya kegairahan bekerja para karyawan tidak menurun. Semangat para pekerja tersebut sangat dibutuhkan suatu perusahaan karena dengan semangat yang tinggi para karyawan dapat bekerja dengan segala daya dan upaya yang mereka miliki (tidak setengah-setengah) sehingga produktifitasnya maksimal dan memungkinkan terwujutnya tujuan yang ingin dicapai. Menurut George R. dan Leslie W. (dalam bukunya Matutina. dkk , 1993) mengatakan bahwa motivasi adalah “……getting a person to exert a high degree of effort ….” yang artinya motivasi membuat seseorang bekerja lebih berprestasi. Sedang Ravianto (1986) dalam bukunya ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi motivasi kinerja, yaitu atasan, rekan, sarana fisik, kebijaksanaan dan peraturan, imbalan jasa uang, jenis pekerjaan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa motivasi pada dasarnya adalah kondisi mental yang mendorong dilakukannya suatu tindakan (action atau activities) dan memberikan kekuatan yang mengarah kepada pencapaian kebutuhan, memberi kepuasan ataupun mengurangi ketidakseimbangan. Ada definisi yang menyatakan bahwa motivasi berhubungan dengan : 1. Pengaruh perilaku 2. Kekuatan reaksi (maksudnya upaya kerja), setelah seseorang karyawan telah memutuskan arah tindakan-tindakan 3. Persistensi perilaku, atau berapa lama orang yang bersangkutan melanjutkan pelaksanaan perilaku dengan cara tertentu (Campell , 1970) Sementara itu, menurut Cokroaminoto (2007), Teori Pengharapan (Expectancy Theory) pada dasarnya merupakan fungsi dari tiga karakteristik, yaitu : Expectancy Theory – Kelompok 5 [E49] 4 1. Persepsi pegawai bahwa upayanya mengarah pada suatu kinerja 2. Persepsi pegawai bahwa kinerjanya dihargai (misalnya dengan gaji atau pujian) 3. Nilai yang diberikan pegawai terhadap imbalan yang diberikan Menurut Vroom’s Expectancy Theory, perilaku yang diharapkan dalam pekerjaan akan meningkat jika seseorang merasakan adanya hubungan yang positif antara usaha-usaha yang dilakukannya dengan kinerja (Simamora, 1999). Perilaku-perilaku tersebut selanjutnya meningkat jika ada hubungan positif antara kinerja yang baik dengan imbalan yang mereka terima, terutama imbalan yang bernilai bagi dirinya (Nelson, 1996). Para pegawai mendambakan bahwa kinerja mereka akan berkorelasi dengan imbalanimbalan yang diperoleh dari organisasi. Para pegawai menentukan pengharapan mengenai imbalan dan kompensasi yang diterima jika tingkat kinerja tertentu dicapai. Pengharapan ini menentukan tujuan dan tingkat kinerja di masa yang akan datang. Pada tahap berikutnya seorang pegawai melakukan pekerjaan pada tingkat kinerja tertentu yang dievaluasi oleh organisasi, dan organisasi memberikan imbalan terhadap kinerjanya. Selanjutnya pegawai mempertimbangkan hubungan antara kinerja yang telah mereka berikan pada organisasi, imbalan yang mereka terima yang dikaitkan dengan kinerja serta kewajaran hubungan tersebut. Pada akhirnya pegawai menentukan tujuan dan pengharapan baru berdasarkan pengalaman sebelumnya dalam organisasi. Jika pegawai melihat bahwa kerja keras dan kinerja yang tinggi diakui dan diberikan imbalan oleh organisasi, mereka akan mengharapkan hubungan seperti itu berlanjut terus di masa yang akan datang. Untuk mempertahankan sinergi antara kinerja dengan motivasi pegawai ini perlu adanya penilaian kinerja pegawai yang akurat, imbalan yang langsung berhubungan dengan tingkat kinerja dan umpan balik dari para manajerial. Dari teori di atas, diketahui bahwa : 1. Pegawai akan termotivasi untuk berperilaku sehingga mereka mendapatkan imbalan yang berimbang terhadap kinerja mereka 2. Pegawai termotivasi untuk memuaskan kebutuhan-kebutuhannya Expectancy Theory – Kelompok 5 [E49] 5 3. Pegawai termotivasi untuk berperilaku dalam cara-cara yang mendapat pengukuhan dari pimpinan mereka atau pegawai lainnya 4. Pegawai akan termotivasi untuk mencapai tujuan-tujuan yang mereka tentukan secara pribadi dan menerimanya meskipun khusus dan sulit Sementara itu, untuk meningkatkan kinerja pegawai, secara teoritis ada tiga kelompok variabel yang mempengaruhinya, yaitu : 1. Variabel Individu Kelompok variabel individu terdiri dari variabel kemampuan dan keterampilan, latar belakang pribadi dan demografis. Variabel kemampuan dan keterampilan merupakan faktor utama yang mempengaruhi perilaku kerja dan kinerja individu. Sedangkan variabel demografis mempunyai pengaruh yang tidak langsung. 2. Variabel Psikologis Kelompok variabel psikologis terdiri dari variabel persepsi, sikap, kepribadian, belajar dan motivasi. Variabel ini menurut Gibson (1987) banyak dipengaruhi oleh keluarga, tingkat sosial, pengalaman kerja sebelumnya dan variabel demografis. 3. Variabel Organisasi Kelompok variabel organisasi terdiri dari variabel sumber daya, kepemimpinan, imbalan, struktur dan disain pekerjaan. Menurut Kopelman (1986), variabel imbalan akan berpengaruh terhadap variabel motivasi, yang pada akhirnya secara langsung mempengaruhi kinerja individu. Menurut Mitchell (1999) dalam Timpe, motivasi bersifat individu, dalam arti bahwa setiap orang termotivasi oleh berbagai pengaruh hingga berbagai tingkat. Mengingat sifatnya ini, untuk peningkatan kinerja individu dalam organisasi, menuntut para manajer untuk mengambil pendekatan tidak langsung, menciptakan motivasi melalui suasana organisasi yang mendorong para pegawai untuk lebih propduktif. Suasana ini tercipta melalui pengelolaan faktor-faktor organisasi dalam bentuk sistem imbalan, standar, peraturan dan kebijakan, serta pemeliharaan komunikasi dan gaya kepemimpinan yang mendorong rasa saling percaya. Expectancy Theory – Kelompok 5 [E49] 6 Motivasi atau dorongan kepada karyawan untuk bersedia bekerja bersama demi tercapainya tujuan bersama ini terdapat dua macam, yaitu : a) Motivasi Finansial, yaitu dorongan yang dilakukan dengan memberikan imbalan finansial kepada karyawan. Imbalan tersebut sering disebut insentif. b) Motivasi Non-Finansial, yaitu dorongan yang diwujudkan tidak dalam bentuk finansial/ uang, akan tetapi berupa hal-hal seperti pujian, penghargaan, pendekatan manusia dan lain sebagainya (Gitosudarmo dan Mulyono , 1999) II.2. JENIS-JENIS TEORI MOTIVASI Teori motivasi dikelompokkan menjadi dua kelompok, yaitu Teori Kepuasan (content theory) dan Teori Proses (process theory). Teori ini dikenal dengan nama konsep Higiene, yang mana cakupannya adalah : Isi Pekerjaan Hal ini berkaitan langsung dengan sifat-sifat dari suatu pekerjaan yang dimiliki oleh tenaga kerja yang isinya meliputi : Prestasi, upaya dari pekerjaan atau karyawan sebagai aset jangka panjang dalam menghasilkan sesuatu yang positif di dalam pekerjaannya, pengakuan, pekerjaan itu sendiri, tanggung jawab, pengembangan potensi individu. Faktor Higienis Suatu motivasi yang dapat diwujudkan seperti halnya : gaji dan upah, kondisi kerja, kebijakan dan administrasi perusahaan, hubungan antara pribadi, kualitas supervisi. Pada teori tersebut bahwa perencanaan pekerjaan bagi karyawan haruslah menunjukkan keseimbangan antara dua faktor. II.2.1. Teori Motivasi Kepuasan (Content Theory) Teori ini merupakan teori yang didasarkan pada kebutuhan insan dan kepuasannya. Maka dapat dicari faktor-faktor pendorong dan penghambatnya. Pada teori kepuasan ini didukung juga oleh para pakar diantaranya : Teori Hirarki Kebutuhan (A. Maslow) Teori Tiga Motif Sosial (D. McClelland) Teori Dua Faktor (Frederick Herzberg) Expectancy Theory – Kelompok 5 [E49] 7 Teori E-R-G (Clayton Alderfer) II.2.2. Teori Motivasi Proses (Process Theory) Teori ini berusaha agar setiap pekerja giat sesuai dengan harapan organisasi perusahaan. Daya penggeraknya adalah harapan akan diperoleh si pekerja. Dalam hal ini teori motivasi proses yang dikenal seperti : Teori Harapan (Expectancy Theory), komponennya adalah : Harapan (Expectation), Nilai (Value) dan Pertautan (Instrumentality). Teori Keadilan (Equity Theory), hal ini didasarkan tindakan keadilan diseluruh lapisan serta obyektif di dalam lingkungan perusahaannya. Teori Pengukuhan (Reinforcement Theory), hal ini didasarkan pada hubungan sebab-akibat dari pelaku dengan pemberian kompensasi. Beberapa tokoh yang mendukung teori ini adalah : Equity Theory (S. Adams) Expectancy Theory (Victor Vroom) Goal Setting Theory (Edwin Locke) Reinforcement Theory (B.F. Skinner) X Y Theory (Mc Gregor) II.3. TEORI HARAPAN (EXPECTANCY THEORY) Teori Harapan/Teori Ekspektansi (Expectancy Theory of motivation) dikemukakan oleh Victor H. Vroom pada tahun 1964. Vroom lebih menekankan pada faktor hasil (outcomes), dibanding kebutuhan (needs) seperti yang dikemukakan oleh Maslow and Herzberg. Tiga asumsi pokok Vroom dari teorinya adalah sebagai berikut : 1. Setiap individu percaya bahwa bila ia berprilaku dengan cara tertentu, ia akan memperoleh hal tertentu. Ini disebut sebuah harapan hasil (outcome expectancy) sebagai penilaian subjektif seseorang atas kemungkinan bahwa suatu hasil tertentu akan muncul dari tindakan orang tersebut. Expectancy Theory – Kelompok 5 [E49] 8 2. Setiap hasil mempunyai nilai, atau daya tarik bagi orang tertentu. Ini disebut valensi (valence) sebagai nilai yang orang berikan kepada suatu hasil yang diharapkan. 3. Setiap hasil berkaitan dengan suatu persepsi mengenai seberapa sulit mencapai hasil tersebut. Ini disebut harapan usaha (effort expectancy) sebagai kemungkinan bahwa usaha seseorang akan menghasilkan pencapaian suatu tujuan tertentu. Teori ini menyatakan bahwa kekuatan yang memotivasi seseorang untuk bekerja giat dalam mengerjakan pekerjaannya tergantung dari hubungan timbal balik antara apa yang diinginkan dan dibutuhkan dari hasil pekerjaan itu. Vroom dalam Koontz (1990) mengemukakan bahwa orang-orang akan termotivasi untuk melakukan hal-hal tertentu guna mencapai tujuan apabila mereka yakin bahwa tindakan mereka akan mengarah pada pencapaian tujuan tersebut. Teori harapan ini didasarkan atas : Harapan (Expectancy) adalah suatu kesempatan yang diberikan akan terjadi karena perilaku atau suatu penilaian bahwa kemungkinan sebuah upaya akan menyebabkan kinerja yang diharapkan. Nilai (Valence) adalah akibat dari perilaku tertentu mempunyai nilai/martabat tertentu (daya/nilai motivasi) bagi setiap individu yang bersangkutan. Dengan kata lain, Valence merupakan hasil dari seberapa jauh seseorang menginginkan imbalan/ signifikansi yang dikaitkan oleh individu tentang hasil yang diharapkan. Pertautan (Instrumentality) adalah persepsi dari individu bahwa hasil tingkat pertama ekspektansi merupakan sesuatu yang ada dalam diri individu yang terjadi karena adanya keinginan untuk mencapai hasil sesuai dengan tujuan atau keyakinan bahwa kinerja akan mengakibatkan penghargaan. Ekspektansi merupakan salah satu penggerak yang mendasari seseorang untuk melakukan suatu tindakan. Karena dengan adanya usaha yang keras tersebut, maka hasil yang didapat akan sesuai dengan tujuan. Dalam teori ini disebutkan bahwa seseorang akan memaksimalkan sesuatu yang menguntungkan dan meminimalkan sesuatu yang merugikan bagi pencapaian tujuan akhirnya. Expectancy Theory – Kelompok 5 [E49] 9 Expectancy Theory berasumsi bahwa seseorang mempunyai keinginan untuk menghasilkan suatu karya pada waktu tertentu tergantung pada tujuan-tujuan khusus orang yang bersangkutan dan juga pemahaman seseorang tersebut tentang nilai suatu prestasi kerja sebagai alat untuk mencapai tujuan tersebut. Ini adalah kepuasan yang diharapkan dan tidak aktual bahwa seorang karyawan mengharapkan untuk menerima setelah mencapai tujuan. Harapan adalah keyakinan bahwa upaya yang lebih baik akan menghasilkan kinerja yang lebih baik. Harapan dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti kepemilikan keterampilan yang sesuai untuk melakukan pekerjaan, ketersediaan sumber daya yang tepat, ketersediaan informasi penting dan mendapatkan dukungan yang diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan. Notasi matematis Expectancy Theory adalah : M = [ ( E – P ) ] [( P – O ) V ] Keterangan : M = Motivasi (Motivation) E = Pengharapan (Expectation) P = Prestasi (Performance) O = Hasil (Outcome) V = Penilaian (Value) Jadi harapan seseorang mewakili keyakinan seorang individu bahwa tingkat upaya tertentu akan diikuti oleh suatu tingkat kinerja tertentu. Sehubungan dengan tingkat ekspektansi seseorang Craig C. Pinder (1948) dalam bukunya Work Motivation berpendapat bahwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi tingkat harapan atau ekspektansi seseorang yaitu : a. Harga diri b. Keberhasilan waktu melaksanakan tugas c. Bantuan yang dicapai dari seorang supervisor dan pihak bawahan Expectancy Theory – Kelompok 5 [E49] 10 d. Informasi yang diperlukan untuk melaksanakan suatu tugas e. Bahan-bahan baik dan peralatan baik untuk bekerja II.3.1. Kelebihan Expectancy Theory Expectancy Theory mendasarkan diri pada kepentingan individu yang ingin mencapai kepuasan maksimal dan ingin meminimalkan ketidakpuasan. Expectancy Theory menekankan pada harapan dan persepsi, apa yang nyata dan aktual. Expectancy Theory menekankan pada imbalan atau pay-off. Expectancy Theory sangat fokus terhadap kondisi psikologis individu dimana tujuan akhir dari individu untuk mencapai kesenangan maksimal dan menghidari kesulitan. II.3.2. Keterbatasan Expectancy Theory Expectancy Theory tampaknya terlalu idealis karena hanya individu tertentu saja yang memandang korelasi tingkat tinggi antara kinerja dan penghargaan. Penerapan teori ini terbatas sebab tidak langsung berkorelasi dengan kinerja di banyak organisasi. Hal ini terkait dengan parameter lain juga seperti posisi, tanggung jawab usaha, pendidikan, dan lain-lain. II.3.3. Implikasi Expectancy Theory Para manajer dapat mengkorelasikan hasil yang lebih disukai untuk tingkat kinerja yang ditujukan. Para manajer harus memastikan bahwa karyawan dapat mencapai tingkat kinerja yang ditujukan. Karyawan layak harus dihargai untuk kinerja luar biasa mereka. Sistem imbalan harus berlaku jujur dan adil dalam suatu organisasi. Organisasi harus merancang pekerjaan yang dinamis dan menantang. Tingkat motivasi karyawan harus terus dikaji melalui berbagai teknik seperti kuesioner, wawancara personal, dan lain-lain. Expectancy Theory – Kelompok 5 [E49] 11 III PEMBAHASAN Teori harapan merupakan teori yang paling baik dipandang menjelaskan motivasi seseorang dalam kehidupan organisasinya, walaupun teori motivasi memiliki kelemahan dan kelebihan. Kuatnya kecenderungan seseorang bertindak dengan cara tertentu bergantung pada kekuatan harapan bahwa tindakan tersebut akan diikuti oleh suatu hasil tertentu dan pada daya tarik dari hasil itu bagi orang yang bersangkutan. Teori ini memiliki 3 variabel yang mendukungnya daya tarik, hubungan antara prestasi kerja dengan imbalan serta hubungan antara usaha dan prestasi kerja. Daya tarik yaitu sepenting apa hasil atau imbalan yang diperoleh dalam penyelesaian tugasnya. Artinya, sejauh mana hasil yang diperoleh dalam bentuk imbalan memainkan peranan dalam pemuasan kebutuhannya. Prestasi kerja dan imbalan yaitu tingkat keyakinan seseorang tentang hubungan antara pencapaian tingkat prestasi kerjanya dengan pencapaian hasil tertentu. Sedangkan usaha dan prestasi kerja ialah persepsi seseorang tentang kemungkinan bahwa usaha tertentu akan menjurus kepada prestasi kerja. Teori harapan berkata apabila seseorang memiliki keinginan untuk menghasilkan sesuatu pada waktu tertentu tergantung pada tujuan khusus orang yang bersangkutan dan pada persepsi orang tersebut tentang nilai suatu prestasi. Model ekspetasi mendefinisikan bahwa motivasi adalah hasil dari seberapa besar hasrat seseorang terhadap sesuatu dan seberapa besar kemungkinannya dia akan berhasil memperoleh keinginan itu. Modifikasi perilaku adalah perilaku yang bergantung pada apa konskuensinya yang terjadi pada kegiatan demi kegiatan sehingga diperoleh pendekatan yang bervariasi seperti dorongan positif/negative dan pembentukan prosedur yang dapat menstimulasi. EKSPETASI X KONSEKUENSI = PERILAKU Teori harapan menunjukan hal – hal sebagai berikut : Expectancy Theory – Kelompok 5 [E49] 12 1. Kuatnya motivasi seseorang berprestasi yang tergantung pada pandangannya mengenai seberapa kuat keyakinan dalam dirinya bahwa yang diusahakannya akan dicapai. 2. Jika tujuan tercapai apakah akan diperoleh imbalan yang memuaskan tujuan dan kepentingannya. Kata kunci dari teori harapan ini adalah pemahaman tujuan individual dan kaitan antara usaha dan prestasi kerja, antara prestasi kerja dan imbalan serta antara imbalan dan pencapaian tujuan. Menurut teori ini, hanya karena dapat dipahami kebutuhan apa yang ingin dipuaskan oleh seseorang tidak menjamin bahwa orang yang bersangkutan mempunyai persepsi bahwa prestasi kerja yang tinggi berakibat pada pemuasan berbagai kebutuhannya. Daya tarik teori harapan ini terdapat dalam empat hal : 1. Teori ini menekankan imbalan. Menurut teori ini terdapat keyakinan bahwa imbalan yang diberikan oleh organisasi sejajar dengan apa yang diinginkan oleh pekerja. Dapat dikatakan bahwa teori harapan adalah suatu bentuk hedonisme yang kalkulatif dan psikologis dalam mana motif akhir dari setiap tindakan manusia adalah maksimalisasi kesenangan dan atau minimalisasi penderitaan. 2. Para manajer harus memperhitungkan daya tarik imbalan yang memerlukan pemahaman dan pengetahuan tentang nilai apa yang diberikan oleh pekerja pada imbalan yang diterimanya. 3. Teori harapan menekankan perilaku yang diharapkan dari para pekerja. Artinya teori ini menekankan pentingnya keyakinan dalam diri pekerja tentang apa yang diharapkan oleh perusahaan dari dirinya dan bahwa prestasi kerjanya dinilai. 4. Teori ini menyangkut harapan yaitu tidak menekankan apa yang realistik dan rasional namun yang ditekankan adalah harapan pekerja mengenai prestasi kerja, imbalan dan hasil pemuasan tujuan individu akan menentukan tingkat usahanya bukan hasil itu sendiri. Sesuai uraian di atas kita semua memahami pentingnya motivasi dalam mendukung tercapainya tujuan perusahaan. Namun kita sadari bersama bahwa teori motivasi hanya bermakna apabila diterapkan dalam manajemen sumber daya manusia dalam suatu organisasi, terlepas dari Expectancy Theory – Kelompok 5 [E49] 13 ukuran, struktur, tujuan, strategi, sasaran dan jenis-jenis kegiatan organisasi yang menerapkannya. Aplikasi teori motivasi dalam manejemen sumber daya manusia berarti bahwa setiap langkah yang diambil harus dikaitkan dengan aspek-aspek tertentu dari teori motivasi tersebut. Langkah – langkah dalam manajemen sumber daya manusia yang berkaitan erat dengan motivasi adalah : 1. Perencanaan tenaga kerja 2. Rekrutmen 3. Seleksi 4. Penempatan 5. Sistem Imbalan 6. Pembinaan 7. Pengembangan karir Dalam paper ini kami akan menganalisa penerapan teori motivasi harapan pegawai dan perusahaan terkait dengan salah satu langkah manajemen sumber daya manusia dalam program pembinaan pegawai berupa pelatihan/training. Disini kami akan memfokuskan pada pelaksanaan pelatihan bagi pegawai - pegawai di perusahaan jasa. Hal ini mengingat pentingnya pembinaan individu/pegawai di suatu perusahaan dalam hal peningkatan kemampuan individu itu sendiri serta pada akhirnya diharapkan dapat menunjang pencapaian kinerja perusahaan yang maksimal. Dari sini kita lihat bahwa dari program pembinaan individu/pelatihan pegawai terdapat penerapan teori motivasi harapan dari dua arah yaitu dari sisi pegawai serta perusahaan. Dari sisi pegawai berharap dengan ikutserta dalam pelatihan maka akan meningkat pula potensi dalam dirinya dan tentu akan meningkatkan pula harapan atas penghargaan yang akan diberikan oleh perusahaan atas dirinya. Sedangkan dari sisi perusahaan, program pendidikan dan pelatihan dapat ditujukan pada dua harapan perusahaan yaitu peningkatan atau keterampilan melaksanakan tugas sekarang atau mempersiapkan seseorang untuk penugasan baru di masa yang akan datang. Expectancy Theory – Kelompok 5 [E49] 14 III.1. MOTIVASI MENGIKUTI PELATIHAN Konsep motivasi sering kali ditekankan pada rangsangan yang muncul dari seseorang baik dari dalam (motivasi intrinsik), maupun dari luar (motivasi ekstrinsik). Faktor intrinsik adalah faktor-faktor dari dalam yang berhubungan dengan pelatihan, antara lain keberhasilan mencapai sesuatu dalam karir, pengakuan yang diperoleh dari institusi, sifat pekerjaan yang dilakukan, kemajuan dalam berkarir, serta pertumbuhan profesional dan intelektual yang dialami oleh seseorang dalam proses pelatihan yang berkualitas. Lebih lanjut motivasi adalah sesuatu yang memulai gerakan, sesuatu yang membuat orang bertindak atau berperilaku dalam cara-cara. Motivasi adalah keadaan pribadi seseorang yang mendorong keinginan individu melakukan kegiatan tertentu guna mencapai suatu tujuan motivasi mengikuti pelatihan berkaitan dengan hasil kerja individual sekaligus mempengaruhi kinerja organisasi. Motivasi seseorang memegang peranan penting dengan kinerja karyawan yang dihasilkan. Menurut penelitian merumuskan bahwa motivasi dipandang sebagai elemen sentral ketika melalui sebuah proses pembelajaran pada manusia. Jika sebuah organisasi tidak dapat memotivasi meningkatkan kemampuan karyawannya,pengetahuan dalam sebuah organisasi tidak akan dapat dipraktekkan dan dipergunakan secara maksimum. Selain itu di dalam perubahan organisasional, karyawan memiliki ekspektasi mengenai ketidakpastian kejadian masa depan dan menjadi perhatian pada organisasi untuk memperlakukan karyawan secara adil. Expectancy Theory adalah fungsi ekspektasi dimana tindakan yang diberikan akan dihasilkan dalam kinerja tertentu, sesuai dengan instrumen yang diterima dari kinerja untuk mencapai berbagai outcomes. Motivasi mengikuti pelatihan menjadi tujuan dari semua kesuksesan organisasi yang sedang belajar untuk menemukan faktor yang mampu memotivasi karyawan untuk secara terus menerus belajar dan memperoleh keunggulan dari pengetahuan yang di dapat sepanjang hidup. Pembinaan pegawai menyangkut bidang yang sangat luas dan memerlukan pendekatan yang beraneka ragam yang kesemuanya bertitik tolak dari pentingnya pemberian kesempatan kepada para pekerja untuk terlibat dalam penentuan nasibnya dan bermuara pada penghargaan para pekerjasebagai manusia yang mempunyai hak, harkat dan martabat yang diharapkan diakui, baik oleh sesama rekan dengan siapa mereka berinteraksi dalam pelaksanaan tugas maupun dengan para manajer yang menjadi atasan mereka. Expectancy Theory – Kelompok 5 [E49] 15 Semua teori motivasi mengakui pentingnya pemuasan kebutuhan manusia yang sifatnya pengembangan atau aktualisasi diri. Sasaran pemuasan kebutuhan ini adalah agar potensi, baik fisik maupun mental dan intelektual yang terdapat dalam diri manusia itu dapat di angkat ke permukaan sehingga menjadi kekuatan efektif. Sedangkan bagi perusahaan latar belakang dan harapan/motivasi yang mendasari penyelenggaraan pendidikan atau pelatihan bagi pegawai adalah agar selalu ada cara dan metode keja yang baru yang lebih baik dari yang hingga kini digunakan di perusahaan. Upaya memotivasi karyawan mencapai kinerja yang diharapkan mengacu pada programprogram seperti program pelatihan, teknik membangun sebuah tim, pertemuan-pertemuan dengan staf, seminar dan workshop. Tujuan memotivasi karyawan untuk mengikuti pelatihan adalah meningkatkan kendali karyawan untuk bekerja pada tingkat yang lebih tinggi lagi. Ketika organisasi tetap berpegang pada kebiasaan sehari-hari serta asumsi-asumsi dan keyakinan yang telah lama dipegang, tanpa berbagi pandangan maka individu akan nampak kurang dalam berbagi pengetahuan yang dominan misalnya misi bisnis atau hasil yang diharapkan. Orientasi pembelajaran merupakan elemen dari organisasi yang mempengaruhi inovasi. Beberapa pembelajaran akan lebih memungkinkan perusahaan untuk tidak hanya menyempurnakan melalui paradigma peningkatan seperti peningkatan kinerja karyawan juga paradigma perubahan seperti melalui motivasi. III.2. EVALUASI PELATIHAN Secara umum evaluasi adalah suatu proses sistematik untuk mengetahui tingkat keberhasilan dan efisiensi suatu program. Dalam konteks evaluasi di lingkungan pelatihan terdapat tiga istilah yang memiliki arti berbeda karena tingkat penggunaan yang berbeda, yaitu pengukuran (measurement), penilaian (evaluation) dan pengambilan keputusan (decision making). Ketiga istilah ini berkaitan erat dan merupakan suatu rangkaian aktivitas dalam evaluasi dalam dunia pelatihan. Expectancy Theory – Kelompok 5 [E49] 16 Tujuan evaluasi pelatihan adalah : 1. Menemukan bagian-bagian mana saja dari suatu pelatihan yang berhasil mencapai tujuan dan harapan dari pegawai dan perusahaan yang menjadi motivasi dalam keikutsertaan dalam pelatihan; 2. Memberi kesempatan kepada peserta untuk menyumbangkan pemikiran dan saran saran serta penilaian terhadap efektifitas program pelatihan yang dilaksanakan. 3. Mengetahui sejauh mana dampak kegiatan pelatihan terutama yang berkaitan dengan terjadinya perilaku di kemudian hari. 4. Identifikasi kebutuhan pelatihan untuk merancang dan merencanakan kegiatan pelatihan berikutnya. Pada umumnya, evaluasi training dapat dibagi menjadi 4 (empat) level, yaitu sebagai berikut : 1. Evaluasi Tingkat Reaksi (Reaction level) Pada evaluasi ini yang diukur dan dinilai adalah reaksi peserta. Dalam hal ini diukur tingkat kepuasan peserta terhadap program pelatihan yang diselenggarakan, apakah sesuai dengan bidang tugasnya, kecocokan isi program dengan harapan, cara trainer mengajar, dan lain-lain, sehingga dapat dilakukan perbaikan atas program tersebut. 2. Evaluasi Tingkat Pembelajaran (Learning Level) Evaluasi ini dilakukan dengan tujuan utama yaitu mengukur seberapa jauh perubahan kompetensi para peserta setelah training atau pelatihan berakhir, sebelum peserta training kembali bekerja. Dengan kata lain, tujuan evaluasi pada tingkat ini adalah peningkatan kompetensi peserta di dalam kelas dan untuk mengidentifikasikan. Biasanya dilakukan test sebelum training / pelatihan dilakukan dan test setelah training / pelatihan berakhir. 3. Evaluasi Tingkat Perilaku Dalam Pekerjaan (On The Job Behavioral Level) Evaluasi pada tingkat ini yang diukur adalah pengaruh program training atau pelatihan terhadap penerapan di tempat kerja. Dengan kata lain, tujuan evaluasi pada tahap ini adalah perbaikan perilaku peserta dalam pekerjaan. 4. Evaluasi Tingkat Hasil (Result Level) Expectancy Theory – Kelompok 5 [E49] 17 Evaluasi ini dilakukan dengan tujuan untuk mengukur seberapa jauh peningkatan produktivitas yang dicapai pekerja, serta unit kerja, setelah mengikuti program pelatihan. Atau untuk menentukan apakah manfaat pelatihan lebih tinggi dibanding dengan biaya yang telah dikeluarkan. Evaluasi di level 4 ini sering juga disebut dengan evaluasi terhadap dampak bisnis (business impact). Di tingkat inilah perusahaan dapat mengevaluasi harapan dari perusahaan atas keikutsertaan pegawainya pada pelatihan. Perusahaan jasa adalah perusahaan yang menjual jasa untuk memenuhi kebutuhan konsumen. Dengan kata lain, perusahaan jasa menjual “barang” tidak berwujud. Keberhasilan pemasaran di perusahaan jasa tidak cukup hanya dengan pemasaran ekternal tetapi harus diikuti pula dengan peningkatan kualitas atau keterampilan para personil yang ada dalam perusahaan. Kualifikasi yang tinggi yang dimiliki oleh perusahaan jasa akan menjadi faktor penentu dari perusahaan jasa dalam bersaing. Selain itu, juga harus ada kekompakan atau suatu tim yang tangguh dari personil yang ada dalam perusahaan tersebut, khususnya dalam menghadapi para pelanggan sehingga membawa kesan tersendiri yang meyakinkan pelanggan. Mengacu pada pernyataan di atas bahwa di perusahaan jasa, pegawai yang berkompeten merupakan aset utama dari seluruh perusahaan jasa. Oleh karena itu program peningkatan kompetensi pegawai di perusahaan jasa sangat penting untuk dilakukan secara terprogram dengan tepat dan berkelanjutan. Untuk mengevaluasi apakah program pelaksanaan pelatihan di perusahaan jasa telah tepat dilaksanaan dalam hal ini apakah pelatihan tersebut sudah memenuhi motivasi dan harapan pegawai yang ikut serta dalam pelatihan tersebut serta motivasi dan harapan perusahaan, evaluasi atas pelaksanaan diklat sangat perlu untuk dilakukan. Evaluasi pelaksanaan diklat sebagai salah satu upaya untuk memantau pelaksanaan keefektifan pelaksanaan diklat yang dilakukan dalam 2 tahap, yaitu : 1. Evaluasi Awal Pelaksanaan Diklat Evaluasi awal pelaksanaan diklat dilaksanakan untuk melihat harapan dan motivasi apa yang ada pada diri masing – masing peserta pada saat mengikuti pelatihan tersebut. Apakah materi pelatihan yang disampaikan dapat memenuhi harapan pegawai untuk menunjang pekerjaannya. Expectancy Theory – Kelompok 5 [E49] 18 Evaluasi awal pelaksanaan diklat dilakukan juga untuk mengukur respon peserta terhadap pelaksanaan diklat. Waktu pelaksanaan adalah segera setelah pelaksanaan pelatihan selesai. Evaluasi awal dapat dilakukan dengan menggunakan Formulir I. Evaluasi Awal Pelaksanaan Pendidikan dan Pelatihan. Evaluasi awal dilakukan atas seluruh pelatihan yang dilakukan oleh pegawai, baik pelatihan dilaksanakan in house atau publik. 2. Evaluasi Lanjutan Pelaksanaan Diklat Evaluasi lanjutan pelaksanaan diklat dilakukan untuk mengukur dampak pelaksanaan diklat dalam pelaksanaan pekerjaan peserta diklat. Dengan evaluasi lanjutan pelaksanaan diklat perusahaan dapat menilai sejauh mana harapan perusahaan dan pegawai atas keikutsertaan pada pelaksanaan diklat terpenuhi. Evaluasi lanjutan pelaksanaan diklat dibagi menjadi 2, yaitu : 1. Evaluasi Lanjutan Pelaksanaan Pendidikan dan Pelatihan ( Form A ) Evaluasi lanjutan pelaksanaan pendidikan dan pelatihan – Form A dilakukan oleh pegawai yang ikut serta dalam pelatihan tersebut. Gunanya adalah untuk mengevaluasi sejauh mana pelatihan yang diikuti oleh pegawai tersebut dapat memenuhi harapannya dalam hal peningkatan kemampuan kerjanya. Evaluasi form A ini menilai dari sisi pegawai. Dilakukan dengan menggunakan Formulir II. Evaluasi Lanjutan Pelaksanaan Pendidikan dan Pelatihan ( Form A ) 2. Evaluasi Lanjutan Pelaksanaan Pendidikan dan Pelatihan (Form B) Evaluasi lanjutan pelaksanaan pendidikan dan pelatihan – Form B dilakukan oleh atasan pegawai yang bersangkutan. Gunanya untuk menilai sejauh apa pelatihan yang diikuti dapat meningkatkan kinerja pegawai tersebut. Evaluasi form B menilai dari sisi perusahaan atas pegawai yang ikutserta pada pelatihan sejauh mana hasil dari keikutsertaan pegawai pada pelatihan sesuai dengan motivasi dan harapan dari Expectancy Theory – Kelompok 5 [E49] 19 perusahaan. Evaluasi ini dengan menggunakan Formulir III. Evaluasi Lanjutan Pelaksanaan Pendidikan dan Pelatihan ( Form B ). Evaluasi lanjutan dilakukan oleh peserta diklat dan atasan langsungnya minimal 6 bulan setelah pelatihan. Berdasarkan hasil evaluasi awal pelaksanaan diklat dan evaluasi lanjutan pelaksanaan diklat A dan B, bagian SDM perusahaan mengolah data hasil evaluasi dengan memasukkan data hasil evaluasi awal dan lanjutan pelatihan ke formulir : 1. Rekapitulasi Evaluasi Awal Pelatihan Menggunakan Formulir IV. Rekapitulasi Evaluasi Awal Pendidikan dan Pelatihan Publik. 2. Rekapitulasi Evaluasi Lanjutan pelatihan Menggunakan Formulir V. Rekapitulasi Evaluasi Lanjutan Pendidikan dan Pelatihan (Form A) dan Formulir VI. Rekapitulasi Evaluasi Lanjutan Pendidikan dan Pelatihan (Form B) Expectancy Theory – Kelompok 5 [E49] 20 IV PENUTUPAN Salah satu aspek penting dalam sebuah perusahaan untuk meningkatkan atau menjaga etos kerja para karyawannya agar tetap gigih dan giat dalam bekerja yaitu dengan memberikan motivasi (daya pemicu) bagi para karyawan supaya kegairahan bekerja para karyawan tidak menurun. Semangat para pekerja tersebut sangat dibutuhkan suatu perusahaan karena dengan semangat yang tinggi para karyawan dapat bekerja dengan segala daya dan upaya yang mereka miliki sehingga produktifitasnya maksimal dan memungkinkan terwujutnya tujuan yang ingin dicapai. Penerapan teori motivasi harapan pegawai dan perusahaan ini terkait dengan salah satu langkah manajemen sumber daya manusia dalam program pembinaan pegawai berupa pelatihan/training. Pentingnya pembinaan individu/pegawai di suatu perusahaan bertujuan untuk meningkatan kemampuan individu dan dapat menunjang pencapaian kinerja perusahaan secara maksimal. Dapat terlihat bahwa program pembinaan individu/pelatihan pegawai terdapat penerapan teori motivasi harapan dari dua arah yaitu dari sisi pegawai serta perusahaan. Dari sisi pegawai berharap dengan diikutsertakannya dalam pelatihan maka akan meningkatan potensi dirinya dan tentu akan meningkatkan pula harapan atas penghargaan yang akan diberikan oleh perusahaan atas dirinya. Sedangkan dari sisi perusahaan, program pendidikan dan pelatihan dapat ditujukan pada dua harapan perusahaan yaitu peningkatan atau keterampilan melaksanakan tugas sekarang atau mempersiapkan seseorang untuk penugasan baru di masa yang akan datang. IV. 1. KESIMPULAN Motivasi mengikuti suatu pelatihan menjadi tujuan dari semua kesuksesan organisasi yang sedang belajar untuk menemukan faktor yang mampu memotivasi karyawan untuk secara terus menerus belajar dan memperoleh keunggulan dari pengetahuan yang di dapat sepanjang hidupnya. Adapun tujuan dari adanya evaluasi pelatihan yang diselenggarakan yaitu 1). Expectancy Theory – Kelompok 5 [E49] 21 menemukan bagian-bagian mana saja dari suatu pelatihan yang berhasil mencapai tujuan dan harapan dari pegawai dan perusahaan yang menjadi motivasi dalam keikutsertaan dalam pelatihan, 2). memberi kesempatan kepada peserta untuk menyumbangkan pemikiran dan saran saran serta penilaian terhadap efektifitas program pelatihan yang dilaksanakan, 3). mengetahui sejauh mana dampak kegiatan pelatihan terutama yang berkaitan dengan terjadinya perilaku di kemudian hari, 4). identifikasi kebutuhan pelatihan untuk merancang dan merencanakan kegiatan pelatihan berikutnya. IV. 2. SARAN Motivasi harapan dalam sebuah organisasi harus tetap terbangun dan tercipta untuk mencapai tujuan bersama baik individu maupun organisasi. Kemudian sistem pelatihan training sangat tepat dilakukan dalam suatu perusahaan selain untuk menigkatkan kompetensi seorang pegawai juga dapat memicu harapan pegawai dalam pencapain karirnya. Expectancy Theory – Kelompok 5 [E49] 22 DAFTAR PUSTAKA B. Matutina. Domi dkk.1993. Manajemen Personalia. Jakarta: Rineka Cipta. Cokroaminoto. 2007. Teori Ekspektansi : Sebuah Pendekatan Konsep Pemberian Imbalan Untuk Meningkatkan Motivasi Pegawai. http://cokroaminoto.wordpress.com/2007/12/13/teori- ekspektansi-sebuah-pendekatan-konsep-pemberian-imbalan-untuk-meningkatkan-motivasipegawai, diakses 12 November 2013, 13.20 WIB. Indriyo, Gitosudarmo dan Agus, Mulyono. 1999. Prinsip Dasar Manajemen. Edisi Ketiga.Yogyakarta : BPFE. Kurnia Elqorni, Ahmad. 2009. Teori Motivasi dalam Manajemen http://elqorni.wordpress.com/2009/03/21/teori-motivasi-dalam-manajemen-sdm, SDM. diakses 12 November 2013 WIB. Mitchell, T. R. 1999. People In Organization : Under Standing Their Behaviors. New York : Mc GrowHill. R.E Kopelman. 1986. Managing Productivity in Organizations : A Practical, People-Oriented Perspective. New York : McGraw-Hill Book Co. Ravianto, J. 1986. Produktivitas dan Manusia Indonesia. Jakarta. Siup. Roen, Ferry. 2013. Teori Harapan. http://perilakuorganisasi.com/teori-harapan.html, diakses 12 November 2013, 10.55 WIB. Simamora, Hendry. 1999. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta. Expectancy Theory – Kelompok 5 [E49] 23 LAMPIRAN Formulir I. Evaluasi Awal Pelaksanaan Pendidikan dan Pelatihan PT. PT. Surveyor Surveyor Indonesia Indonesia(Surabaya) (Surabaya) FP-DSDM03-04 Rev.00 Evaluasi Awal Pelaksanaan Pendidikan dan Pelatihan Nama Peserta Unit Kerja Nama Diklat Nama Penyelenggara Tempat/Tanggal Diklat Berilah tanda silang ( x ) sesuai dengan pendapat saudara untuk pernyataan berikut ! 1. 2. 3. 4. Apakah materi pelatihan sesuai dengan yang saudara butuhkan dalam menunjang pekerjaan ? A. YA B. KURANG C. TIDAK Apakah pembicara pelatihan menguasai materi yang disampaikan ? A. YA B. KURANG C. TIDAK Apakah saudara menyukai cara presentasi/mengajar dari pembicara pelatihan ? A. YA B. KURANG C. TIDAK Apakah anda puas dengan penyelenggaraan pelatihan ini (fasilitas, peralatan yang mendukung proses pelaksanaan diklat ? A. YA Expectancy Theory – Kelompok 5 [E49] 24 B. KURANG C. TIDAK Komentar tentang seputar penyelenggaraan dan Pembicara ? Tanda Tangan Peserta Diklat Formulir II. Evaluasi Lanjutan Pelaksanaan Pendidikan dan Pelatihan (Form A) PT. Surveyor PT. Surveyor Indonesia Indonesia (Surabaya) (Surabaya) FP-DSDM03-08A Rev.00 Evaluasi Lanjutan Pelaksanaan Pendidikan dan Pelatihan (Form A) Nama Peserta Unit Kerja Tanggal Evaluasi Lanjutan Nama Diklat Nama Penyelenggara Tempat/Tanggal Diklat Berilah tanda silang ( x ) sesuai dengan pendapat saudara untuk pernyataan berikut ! 1. Apakah setelah mengikuti pelatihan tersebut ketrampilan saudara meningkat ? A. YA B. CUKUP C. TIDAK 2. Apakah pelatihan yang saudara ikuti menunjang kebutuhan pekerjaan ? A. YA B. KURANG C. TIDAK Expectancy Theory – Kelompok 5 [E49] 25 3. Apakah pelatihan yang saudara ikuti dapat diterapkan ditempat kerja ? A. YA B. BELUM C. TIDAK Tanda Tangan Peserta Diklat Saran : Formulir III. Evaluasi Lanjutan Pelaksanaan Pendidikan dan Pelatihan (Form B) FP-DSDM03-08B PT. Surveyor PT. Surveyor Indonesia Indonesia (Surabaya) (Surabaya) Rev.00 Evaluasi Lanjutan Pelaksanaan Pendidikan dan Pelatihan (Form B) Nama Atasan Langsung Unit Kerja Tanggal Evaluasi Lanjutan Nama Diklat Nama Penyelenggara Tempat/Tanggal Diklat Berilah tanda silang ( x ) sesuai dengan pendapat saudara untuk pernyataan berikut ! 1. Apakah setelah mengikuti pelatihan tersebut ketrampilan anak buah saudara meningkat ? A. YA B. TIDAK 2. Apakah pelatihan yang anak buah saudara ikuti menunjang kebutuhan pekerjaan ? A. YA B. TIDAK 3. Apakah pelatihan yang anak buah saudara ikuti diterapkan ditempat kerja ? A. YA Expectancy Theory – Kelompok 5 [E49] 26 B. TIDAK Saran : Tanda Tangan Atasan Langsung Formulir IV. Rekapitulasi Evaluasi Awal Pendidikan dan Pelatihan Publik Formulir V. Rekapitulasi Evaluasi Lanjutan Pendidikan dan Pelatihan (Form A) Expectancy Theory – Kelompok 5 [E49] 27 Formulir VI. Rekapitulasi Evaluasi Lanjutan Pendidikan dan Pelatihan (Form B) Expectancy Theory – Kelompok 5 [E49] 28