BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Manajemen 12), bahwa: Manajemen adalah kegiatan atau usaha yang dilakukan untuk mencapai tujuan dengan menggunakan atau mengkoordinasikan kegiatan-kegiatan orang lain. Pengertian manajemen menurut James A.F Stoner yang dialih bahasakan oleh T. Hani Handoko (2003:8), sebagai berikut: Manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan usaha-usaha para anggota organisasi dan penggunaan sumber daya organisasi lainnya agar mencapai tujuan organisasi yang ditetapkan. Sedangkan menurut Haiman yang dikutip oleh M. Manulang (2001:3), menyatakan bahwa, : Manajemen adalah fungsi untuk mencapai sesuatu melalui kegiatan orang lain dan mengawasi usaha-usaha individu untuk mencapai tujuan bersama. Dari definisi diatas dapat diambil kesimpulan bahwa manajemen adalah suatu proses perencanaan, pengarahan, pengorganisasian, dan pengawasan oleh satu atau lebih individu untuk mencapai hasil-hasil tujuan bersama. 10 repository.unisba.ac.id 2.1.1 Fungsi Manajemen Fungsi manajemen adalah elemen-elemen dasar yang akan selalu ada dan melekat didalam proses manajemen yang akan dijadikan acuan oleh manajer dalam melaksanakan kegiatan untuk mencapai tujuan. Fungsi manajemen diperkenalkan oleh seorang industrialis bernama Henry Fayol (Prancis) pada awal abad ke-20. Ia menyebutkan lima fungsi manajemen yaitu, merancang, mengorganisasir, memerintah, mengoordinasi, dan kelima fungsi tersebut telah diringkas menjadi tiga yaitu : 1. Perencanaan Perencanaan adalah memikirkan apa yang akan dikerjakan dengan sumber yang dimiliki. Perencanaan dilakukan untuk menentukan tujuan perusahaan secara keseluruhan untuk mencapai tujuan tersebut. 2. Pengorganisasian Pengorganisasian dilakukan dengan tujuan membagi suatu kegiatan besar menjadi kegiatan-kegiatan yang lebih kecil. 3. Pengarahan Pengarahan adalah satu tindakan untuk mengusahakan agar semua anggota kelompok berusaha untuk mencapai sasaran sesuai dengan perencanaan manajerial dan usaha. 11 repository.unisba.ac.id 2.1.2 Prinsip Manajemen Dalam buku Konsep Pengendalian Mutu (2012: 41), prinsip-prinsip manajemen berkaitan dengan: 1. Pembagian kerja 2. Wewenang dan tanggung jawab 3. Disiplin 4. Kesatuan perintah 5. Kesatuan pengarahan 6. Mengutamakan kepentingan organisasi diatas kepentingan sendiri 7. Penggajian pegawai 8. Pemutusan 9. Hierarki 10. Ketertiban 2.2 Pengertian Manajemen Produksi dan Operasi Pengertian manajemen operasi dan produksi menurut Sofjan Assauri (2004: 12) dalam bukunya yang berjudul Manajemen Produksi dan Operasi adalah : Manajemen Produksi adalah kegiatan untuk mengatur dan mengkoordinasi penggunaan sumbersumber daya yang berupa sumber daya manusia, sumber daya alat dan sumber daya lain serta bahan secara efektif dan efisien untuk menciptakan dan menambah kegunaan (utility) suatu barang atau jasa. 12 repository.unisba.ac.id Menurut Jay Heizer dan Barry Render (2004: 4) mengemukakan tentang manajemen operasional sebagai berikut : Manajemen Operasi adalah kegiatan yang berhubungan dengan penciptaan barang dan jasa melalui adanya pengubahan input menjadi output. Sedangkan menurut Eddy Harjanto dalam bukunya Manajemen Produksi dan Operasi (2003: 2) Manajemen produksi dan operasi adalah sebagai suatu proses yang berkesinambungan dan efektif menggunakan fungsi manajemen untuk mengintegrasikan berbagai sumber daya secara efisien dalam rangka mencapai tujuan. Menurut Sofjan Assauri (2004 : 12), manajemen produksi dan operasi merupakan proses pencapaian dan pengutilisasian sumber-sumber daya untuk memproduksi atau menghasilkan barang-barang atau jasa-jasa yang berguna sebagai usaha untuk mencapai tujuan dan sasaran organisasi. Dari definisi diatas dapat disimpulkan Manajemen Produksi dan Operasi adalah kegiatan untuk mengatur, mengkoordinasi, dan mengintegrasi berbagai sumber daya secara efisien untuk mencapai tujuan dan sasaran organisasi. 2.2.1 Pengertian Manajemen Produksi Pengertian Manajemen Produksi menurut Rudy Prihantoro (2012: 124) dalam perencanaan, pengoordinasian,penggerakan, dan pengendaliaan aktivitas organisasi atau perusahaan bisnis atau jasa yang berhubungan dengan proses pengolahaan masukan (input, sumber daya produksi) menjadi keluaraan (output, produk barang maupun jasa) dengan nilai tambahan yang lebih besar. 13 repository.unisba.ac.id Pengertian Produksi mrnurut Sofjan Assauri (2008: 18) dalam bukunya yang menghasilkan barang baik barang jadi maupun barang setengah jadi, dengan pengertiaan ini produksi dimaksud dengan kegiatan pengolahan dalam pabrik. Hasil produksinya dapat beupa barang-barang konsumsi maupun barang-barang industri. Sedangkan pengertian produksi dalam arti luas sebagai kegiatan yang mentransformasikan masukan (input) menjadi keluaran (output), tercakup semua aktivitas atau kegiatanyang menghasilkan barang atau jasa, serta kegiatan-kegiatan lain yang mendukung atau menunjang usaha untuk menghasilkan produk tersebut. 2.2.2 Pengertian Manajemen Operasi Menurut Richard L. Daft (2006 : 216) mendefinisikan Manajemen Operasi sebagai bidang manajemen yang mengkhususkan pada produksi barang. Artinya kegiatan operasi hanya berfokus pada kegiatan memproduksi barang dan memecahkan masalahmasalah yang berkaitan dengan sektor produksi. -dasar Manajemen Operasi dan atau proses konversi dimana sumber- input output Menurut Heizer dan Reader (2001) Manajemen Operasi adalah serangkaian kegiatan yang membuat barang dan jasa melalui perubahan dari masukan menjadi perubahan. 14 repository.unisba.ac.id Menurut Sofjan Assauri (2008: 19) Manajemen Operasi merupakan kegiatan untuk mengatur dan mengkoordinasi penggunaan sumber-sumber daya yang berupa sumber daya manusia, sumber daya alat dan sumber daya dana serta bahan, secara efektif dan efisien, untuk menciptakan dan menambah kegunaan (utility) suatu barang dan jasa. Dari beberapa pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa manajemen operasi merupakan kegiatan produksi dengan memanfaatkan sumberdaya yang ada sehingga menghasilkan nilai dalam bentuk barang dan jasa. 2.2.3 Fungsi-fungsi produksi dan operasi Secara umum fungsi produksi terkait dengan pertanggung jawaban dalam pengolahan dan pertansformasian masukan (inputs) menjadi keluaran (outputs) berupa barang atau jasa yang akan dapat memberikan hasil pendapatan bagi perusahaan. Untuk melaksanakan fungsi tersebut diperlukan serangkaian kegiatan yang merupakan keterkaitan dan menyatu serta menyeluruh sebagai suatu sistem. Berbagai kegiatan yang berkaitan dengan fungsi produksi dan operasi ini dilaksanakan oleh beberapa bagian yang terdapat dalam suatu perusahaan, baik perusahaan besar maupun perusahaan kecil. Manajemen Produksi Menurut Sofjan Assauri (2008 : 34-35) . Ada empat fungsi terpenting dalam fungsi produksi dan operasi adalah: 1. Proses pengolahan, merupakan metode atau teknik yang digunakan untuk pengolahan masukan (inputs). 2. Jasa-jasa penunjang, merupakan sarana yang berupa pengorganisasian yang perlu untuk penetapan teknik dan metode yang akan dijalankan, sehingga proses pengolahan dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien. 15 repository.unisba.ac.id 3. Perencanaan, merupakan penetapan keterkaitan dan pengorganisasian dari kegiatan produksi dan operasi yang akan dilakukan dalam suatu dasar waktu atau periode tertentu. 4. Pengendalian atau pengawasan, merupakan fungsi untuk menjamin terlaksananya kegiatan sesuai dengan yang direncanakan, sehingga maksud dan tujuan untuk penggunaan dan pengolahan masukan (inputs) pada kenyataannya dapat dilaksanakan. 2.2.4 Proses Produksi dan Operasi Proses produksi dan operasi merupakan rangkaian kegiatan yang dilakukan dengan menggunakan peralatan, sehingga masukan atau inputs dapat diolah menjadi keluaran yang berupa barang atau jasa, yang akhirnya dapat dijual kepada pelanggan untuk memungkinkan perusahaan memperoleh hasil keuntungan yang diharapkan. Proses produksi dan operasi yang dilakukan terkait dalam suatu sistem, sehingga pengolahan atau pentransformasian dapat dilakukan dengan menggunakan peralatan yang dimiliki. proses pengolahan dapat berupa: a. Produksi secara kelompok besar, dimana pengolahan dilakukan untuk suatu kelompok produk ysng bervariasi dengan kelompok produk yang dihasilkan yang lain, terutama variasi terlihat dari bahan-bahan yang terbatas. b. Sistem proses dari produksi dan operasi, dimana produk dihasilkan secara terus menerus dalam suatu pola atau rancangan tertentu, seperti penyulingan minyak atau produksi pupuk. Umumnya sistem proses ini banyak dipergunakan untuk 16 repository.unisba.ac.id pengolahan bahan baku menjadi bahan antara atau barang setengah jadi bagi industri lainnya. c. Produksi Massa- satu produk, dimana produksi dilakukan dalam jumlah banyak dan diperuntunkan bagi pasar melalui pengadaan persediaan barang jadi, dan umumnya terdapat dalam industri dan pengolahan dan rekayasa. d. Produksi Masa- banyak/multi produk, dimana produksi dilakukan untuk suatu seri dari komponen atau artikel yang sangat bervariasi, dengan menghasilkan serangkaian produk dalam berbagai produk dalam berbagai variasi. e. Proses kontruksi, dimana produksi dilakukan dengan membangun suatu produk dengan menggunakan bahan-bahan atau barang-barang serta komponenkomponen 2.2.5 Sistem Produksi dan Operasi Dalam buku Manajemen Produksi dan Operasi (2008: 39), seperti telah diketahui bahwa manajemen produksi dan operasi merupakan manajemen dari suatu sistem transformasi yang mengkonversikan masukan (inputs) menjadi keluaran (outputs) yang berupa barang atau jasa. Hal ini berkaitan dengan fungsi produksi dan operasi memerlukan serangkaian kegiatan yang merupakan suatu sistem. Sistem produksi mempunyai unsur-unsurnya adalah masukan pertanformasian dan keluaran.sedangkan produksi dan operasi sebenarnya adalah merupakan suatu sistem untuk menyediakan barang-barang atau jasa-jasa yang dibutuhkan dan akan dikonsumsi oleh masyarakat. Yang dimaksud dengan sistem adalah suatu rangkaian unsur-unsur yang saling terkait dan tergantung, serta saling memengaruhi satu dengan yang lainnya, 17 repository.unisba.ac.id yang keseluruhannya merupakan satu kesatuan bagi pelaksaan kegiatan guna untuk mencapai tujuan tertentu. Sedangkan yang dimaksud dengan sistem produksi dan operasi adalah suatu keterkaitan unsur-unsur yang berbeda secara terpadu, menyatu dan menyeluruh dalam pentransformasian masukan menjadi keluaran. Dalam komponen masukan dari suatu sistem produksi, seperti terlihat dalam gambar 2.1 terdiri dari bahan, tenaga kerja, energy, mesin, modal dan informasi. Anatara komponen dalam unsur masukan tidak dapat dipisah-pisahkan, tetapi secara bersama-sama membentuk suatu sistem dalam pentransformasian untuk mencpai suatu tujuan akhir bersama. Sistem produksi pengombinasikan atau menggambungkan dalam proses transformasi, komponen-komponen masukan tersebut yang berupa bahan, tenaga kerja, modal dan lainnya, dengan suatu cara pengorganisasian yang bertujuan untuk mencapai tujuan akhir yang sama. Gambar 2.1 Masukan transformmas - Bahan Tenaga kerja - Mesin - Energy Modal - informasi Transformasi Keluaran Barang atau jasa Proses Konvensi Sumber: Sofjan Assauri: Manajemen Produksi dan operasi: 2008:39 18 repository.unisba.ac.id Dari gambar diatas melihat bahwa masukan-masukan tersebut dikonversasikan kedalam barang atau jasa yang menjadi keluaran dengan menggunakan teknologi proses tertentu yang merupakan metode tertentu yang dipergunakan untuk mentransformasikan berbagai masukan menjadi keluaran. Dalam gambar tersebut terlihat bahwa informasi umpan balik dipergunakan untuk mengendalikan teknologi proses atau masukan. 2.3 Pengertian Mutu Mutu merupakan keseluruhan ciri serta sifat produk yang berpengaruh pada kemampuannya memenuhi kebutuhan yang dinyatakan atau yang tersirat. Definisi ini berpusat pada pelanggan, dimana pelanggan punya kebutuhan dan pengharapan tertentu. Selain itu mutu dapat diartikan jaminan kesetiaan pelanggan, pertahanan terbaik melawan saingan dari luar dan satu-satunya jalan menuju pertumbuhan dan pendapatan yang langgeng. Mutu menurut Darsono Prawironegoro dan Ari Purwanti (2008: 324) dalam buku adalah sebagai berikut: -pesaing kelas Pengertian mutu menurut Sofjan Assauri (2004: 205), dalam buku Produksi , adalah sebagai berikut: -faktor yang terdapat dalam suatu barang/hasil yang menyebabkan barang/hasil tersebut sesuai dengan tujuan untuk apa barang/hasil itu 19 repository.unisba.ac.id Menurut Sofjan Assauri (2004: 205), dalam buku oduksi dan , adalah sebagai berikut: Pengertian mutu menurut Goetsch dan Davis, yang dikutip oleh Fandy Tjiptono dan Anastasia Diana (2003: 4) dalam buku yang berjudul Total Quality Management , adalah sebagai berikut: merupakan suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, jasa, Pengertian mutu menurut Deming, yang dikutip oleh Fandy Tjiptono dan Anastasia Diana (2003: 24) dalam buku yang berjudul Total Quality Management , adalah sebagai berikut: Berdasarkan penjelasan di atas mengenai mutu tersebut maka dapat disimpulkan bahwa, mutu atau kualitas merupakan kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, jasa manusia, proses, dan lingkungan yang telah memenuhi persyaratan dan harapan pelanggan atau konsumen. Sehingga perusahaan dapat mengurangi tingkat kesalahan, mengulangi pengerjaan kembali dan pemborosan, serta meningkatkan hasil dan memperbaiki kinerja penyampaian produk atau jasa. 20 repository.unisba.ac.id 2.3.1 Dimensi Mutu Menurut David Garvin (2009: 4-5) terdapat 8 dimensi dari Mutu, yaitu : 1. 2. Performance : karakteristik utama dari suatu produk Reliability : fungsi suatu produk dalam suatu periode yang diukur dari rata-rata kegagalan 3. Durability : daya tahan produk 4. Aesthetics : nilai suatu produk yang dirasakan oleh suatu konsumen 5. Features : karakteristik sekunder sebagai penambah keistimewaan suatu produk 6. Serviceability: kemudahan suatu produk untuk diperbaiki 7. Perceived Quality : reputasi perusahaan atau produk yang diketahui oleh konsumen 8. Conformance to Standard : tingkat dimana suatu produk memenuhi suatu spesifikasi atau standar. 2.3.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Mutu Mutu dipengaruhi oleh faktor yang akan menentukan bahwa suatu barang dapat memenuhi tujuannya. Oleh karena itu, mutu merupakan tingkatan pemuasan suatu Manajemen barang. Menurut Sofjan Assauri (2004: 206) Produksi , tingkat mutu ditentukan oleh beberapa faktor, yaitu : 1. Fungsi suatu barang 2. Wujud luar 3. Biaya barang tersebut 21 repository.unisba.ac.id Adapun penjelasan dari uraian di atas adalah : 1.Fungsi suatu barang Suatu barang yang dihasilkan hendaknya memperhatikan fungsi untuk apa barang tersebut dipergunakan atau dimaksudkan, sehingga barang-barang yang dihasilkan harus dapat benar-benar memenuhi fungsi tersebut. Mutu yang hendak dicapai sesuai dengan fungsi kepuasan penggunaan barang tersebut digunakan atau dibutuhkan, tercermin pada spesifikasi dari barang tersebut. 2. Wujud Luar Salah satu faktor yang penting dan sering digunakan oleh konsumen dalam melihat suatu barang pertama kalinya, untuk menentukan mutu barang tersebut, adalah wujud luar barang itu. Kadang-kadang barang yang dihasilkan secara teknis atau mekanis telah maju, tetapi bila wujud luarnya kurang dapat diterima, maka hal ini dapat menyebabkan barang tersebut tidak disenangi oleh konsumen atau pembeli, karena dianggap mutunya kurang memenuhi syarat. Faktor wujud luar yang terdapat pada suatu barang tidak hanya terlihat dari bentuk, tetapi juga dari warna, dan hal-hal lainnya. 3. Biaya barang tersebut Umumnya biaya dan harga suatu barang akan dapat menentukan mutu barang tersebut. Hal ini terlihat dari barang-barang yang mempunyai biaya atau harga yang mahal, dapat menunjukkan bahwa mutu barang tersebut relatif lebih baik. Demikian pula sebaliknya, bahwa barang-barang yang mempunyai biaya atau harga yang murah dapat menunjukkan bahwa mutu barang tersebut relatif lebih rendah. Ini terjadi, karena biasanya untuk mendapatkan mutu yang baik dibutuhkan biaya yang lebih mahal. 22 repository.unisba.ac.id Mengenai biaya barang-barang ini perlu kiranya disadari bahwa tidak selamanya biaya suatu barang dapat menentukan mutu barang tersebut, karena biaya yang diperkirakan tidak selamanya biaya yang sebenarnya, sehingga terjadi adanya inefesiensi. Jadi tidak selalu biaya atau harga dari barang itu lebih rendah daripada nilai barang itu, tetapi kadang-kadang terjadi bahwa biaya atau harga dari suatu barang lebih tinggi daripada nilai yang sebenarnya, karena adanya inefisiensi dalam menghasilkan barang tersebut dan tingginya keuntungan yang diambil terhadap barang itu. 2.3.3 Biaya Mutu Seperti kita ketahui bahwa mutu suatu barang merupakan kesesuaian maksud tujuan dari barang tersebut. Hampir setiap produsen ingin berusaha memperbaiki mutu dari barang yang dihasilkannya. Didalam masalah mutu ini, biasanya produsen selalu berusaha untuk dapat bertindak efisien. Produsen selalu memikirkan untuk memperbaiki mutu dari barang yang dihasilkannya dengan biaya yang sama atau tetap, atau mencapai mutu yang tetap sama (dapat dipertahankan) dengan biaya yang lebih murah. Perlu kita ketahui bahwa sebenarnya untuk meningkatkan mutu selalu dibutuhkan biaya. Oleh karena itu pengawasan/produsen harus melihat biaya yang dikeluarkan dan basil dan keuntungan yang dapat diharapkan. Dalam hal ini perlu diperhatikan unsur-unsur atau komponen biaya apa saja yang terdapat dalam mutu. Adapun unsur-unsur atau komponen-komponen biaya dalam mutu adalah biaya barang-barang yang rusak atau apkir (scrap), biaya pemeriksaan atau inspeksi, biaya pembetulan atau pengerjaan kembali, biaya karena ketrelambatan produksi akibat mutu yang buruk dan kerugiaan karena kehilangan pasaran. Semua biaya yang dikeluarkan untuk mencapai suatu mutu 23 repository.unisba.ac.id tertentu dari produk yang dihasilkan, akan mengaruhi secara langsung besarnya biaya produksi dan produk akhir. Menurut Sofjan Assauri (2008 : 294-295) dalam buku yang Manajemen Produksi . Sebenarnya semua biaya mutu yang disebutkan diatas dapat dikelompokan kedalam tiga bagian atau macam biaya, yaitu : 1. Biaya-biaya pencegahan 2. Biaya-biaya penaksiran 3. Biaya-biaya kegagalan 1. Biaya Pencegahan Yang dimaksud dengan biaya pencegahan disini adalah biaya-biaya yang diperlukan dalam melakukan usaha-usaha untuk mencapai suatu mutu yang tertentu, agar jangan sampai terjadi barang-barang produk yang cacat atau apkir (scrap). Yang termasuk dalam biaya pencegahan ini adalah: a. Biaya-biaya untuk perencanaan mutu dan pengawasan proses, termasuk didalamnya biaya-biaya dari kegiatan-kegiatan untuk menyatakan desain dan hal-hal yang dibutuhkan pembeli/pelanggan kedalam proses dan spesifikasi pembuatan, serta perencanaan cara-cara pengawasan yang dianggap perlu untuk dikerjakan. b. Biaya-biaya untuk perencanaan dan pemasangan alat-alat maupun fasilitasfasilitas yang diperlukan guna mencapai mutu yang telah ditetapkan. c. Biaya-biaya untuk latihan (training) para pekerja atau karyawan mengenai pengertian dan cara-cara penggunaan prosedur-prosedur dan teknik-teknik 24 repository.unisba.ac.id pengawasan mutu, serta proyek-proyek khusus lainnya dalam usaha untuk memperbaiki mutu. 2. Biaya penaksiran Yang dimaksud biaya penaksiran disini adalah biaya-biaya yang dibutuhkan dalam melakukan pengecekan dan usaha-usaha lainnya yang diperlukan untuk menjaga mutu. Dengan per-kataan lain, biaya penaksiran merupakan biaya yang diperlukan untuk melakukan penilaian atas mutu dari barang-barang yang dihasilkan. Yang termasuk dalam biaya penakisran ini ialah: a. Biaya-biaya untuk pengecekan dan pemeriksaan bahan-bahan atau komponenkomponen yang diterima, termasuk juga pemeriksaan dalam laboratorium maupun pengukuran-pengukuran lainnya, serta kegiatan-kegiatan untuk menghubungi suplier dalam membecirakan mengenai masalah mutu bahanbahan yang diterima. b. Biaya-biaya untuk pemeriksaan dan penilaian mutu dari produk yang dihasilkan, baik pada saat masih dalam proses pengolahan maupun sesudahnya. c. Biaya-biaya untuk pengecekan mutu dan penyortiran produk atau barangbarang asli. d. Biaya-biaya lainnya yang dikeluarkan untuk pencatatan-pencatatan pada saat pengecekan, maupun untuk perawatan alat-alat ukur dan alat-alat penguji. 25 repository.unisba.ac.id 3. Biaya Kegagalan Dalam biaya kegagalan ini terdapat biaya-biaya yang disebabkan oleh faktor-faktor internal yang dalam hal ini disebut kegagalan internal, seperti biaya-biaya yang dikeluarkan pada saat pengolahan (processing). Disamping itu juga terdapat biayabiaya yang disebabkan oleh faktor-faktor eksternal yang dalam hal ini disebut kegagalan eksternal, seperti biaya-biaya yang dikeluarkan sesudah produk yang dihasilkan sampai ketangan pembeli. Adapun biaya-biaya yang berhubungan dengan kegagalan internal adalah: a. Biaya-biaya pembetulan yang diperlukan terhadap barang-barang yang salah atau cacat, sehingga tidak mencapai mutu yang telah ditentukan dalam spesifikasi. b. Biaya-biaya yang timbul karena bahan-bahan atau barang-barang yang dinyatakan cacat atau apkir sebab tidak mencapai standar mutu yang telah ditetapkan. c. Biaya-biaya pembelian bahan-bahan atau komponen-komponen yang baru untuk menggantikan bahan-bahan atau komponen yang ternyata tidak dapat dipergunakan. d. Biaya-biaya penyelidikan dan pembetulan-pembetulan atas kondisi produksi ataupun kondisi-kondisi pengolahan (processing) yang ternyata tidak dapat menghasilkan barang-barang yang memenuhi standar mutu yang telah ditetapkan. 26 repository.unisba.ac.id Biaya-biaya yang berhubungan dengan kegagalan eksternal meliputi biaya-biaya yang dikeluarkan untuk perbaikan-perbaikan atau penggantian-penggantian dari produk yang gagal atau rusak sesudah sampai ditangan pembeli, maupun untuk usaha-usaha penyelidikan dan perubahan desain sebagai akibat gagalnya suatu produk dalam pasaran. 2.3.4 Karakteristik Mutu Produk disini berarti barang dan jasa. Secara nyata barang berbeda dengan produk, walau terkadang dalam suatu produk jasa dan barang sangat sulit terlepaskan. Jelasnya, Menurut Rudy Prihanto, dalam bukunya Konsep Pengendalian Mutu (2012: 35) barang dan jasa dapat disebabkan, antara lain : 1) Barang Barang bersifat fisik, sehingga dapat dilihat, disentuh ataupun dipegang dan dapat pula disimpan dan dipindahkan. Barag ada yang bisa tahan lama, seperti televisi, lemari es dan mobil. Ada juga barang yang habis dalam satu atau beberapa pemakaian, seperti makanan dan minuman. Barang biasanya di produksi, dijual kemudian dikonsumsi. 2) Jasa Jasa merupakan suatu aktivitas, manfaat atau kepuasaan yang ditawarkan untuk dijual. Jasa hanya bisa dikonsumsi tetapi tidak dimiliki. Contohnya seperti, jasa perbankan, bengkel dan transportasi. Jasa pada umumnya dijual dahulu kemudian diproduksi dan jasa konsultasi. Jasa merupakan komoditas tidak tahan 27 repository.unisba.ac.id lama. Jasa akan hilang begitu saja karena tidak dapat disimpan untuk dipergunakan diwaktu lain. Dengan demikian efektivitas individu yang menyampaikan jasa merupakan unsur yang penting. Kunci keberhasilan bisnis jasa ada pada proses perekrutan, kompensasi, pelatihan,dan pengembangan karyawannya. 2.3.5 Perspektif terhadap Mutu Menurut David Garvin Pendekatan Mutu itu dikategorikan menjadi lima alternatif Total Quality Management Fandy Tjiptono dan Anastasia Diana (2003: 24), yaitu : 1. Berdasarkan Perasaan, yang berarti bahwa mutu tidak dapat didefinisikan secara tepat karena hanya dapat dirasakan, diketahui, atau dilihat. Suatu perusahaan akan mempromosikan produknya dengan pernyataan seperti tempat belanja yang menyenangkan untuk supermarket, kelembutan, dan kehalusan kulit untuk sabun mandi dan berbagai hal lainnya. 2. Berdasarkan Produk, mutu dianggap sebagai karakteristik atau atribut yang dapat dikuantifikasikan dan dapat diukur. Mutu suatu produk akan berbeda dengan produk lainnya dilihat dari jumlah unsur atau atribut yang dimiliki suatu produk (bersifat objektif). 3. Berdasarkan Pengguna, mutu tergantung pada orang yang memandangnya dimana produk yang berkualitas tinggi adalah produk yang dapat memenuhi keinginan dan harapan seseorang secara maksimum (bersifat subjektif). 28 repository.unisba.ac.id 4. Berdasarkan Perusahaan, mutu disini ditentukan berdasarkan standar yang ditetapkan perusahaan. Jadi kebijakan penerapan standar mutu sudah digariskan sebelumnya oleh perusahaan bersangkutan dan perubahaan atas standar mutu hanya terjadi jika disertai perubahaan kebijakan perusahaan tersebut. 5. Berdasarkan nilainya, mutu disini dilihat dari kemampuan suatu barang untuk menyediakan produk atau jasa dengan biaya yang rendah atau harga yang dapat diterima konsumen. Dalam banyak hal, value based lebih banyak ditentukan oleh presepsi konsumen sendiri (relatif), ada konsumen yang mengaggap bahwa harga yang rendah belum memastikan kualitas produk tersebut jelek. Dan ada juga konsumen yang berani membeli dengan harga yang tinggi berarti kualitas (mutu) terjamin tetapi yang paling bernilai adalah produk yang paling tepat. 2.3.6 Kinerja Mutu Definisi kinerja mutu secara umum kinerja mutu dapat didefinisikan sebagai prestasi dari mutu atau kualitas produk dan manajemen yang dapat dicapai oleh suatu perusahaan selama suatu jangka waktu tertentu. Prestasi yang dimaksud adalah efektivitas dan effesiensi operasional perusahaan yang dilihat dari segi ekonomi (laporan keuangan), manajemen tingkat kepuasaan konsumen . tujuan dari pengukuran kinerja mutu adalah untuk menetukan beban kerja dalam operasi dan jumlah pekerja yang diperlukan untuk melakukan pekerjaan secara efisien. Penegrtian diatas dilandasi oleh keyakinan bahwa organisasi pada dasarnya dijalnkan oleh manusia, maka penilaian kinerja mutu sesungguhnya merupakan penilaian atas perilaku manusia dalam melaksanakan peranan mereka. 29 repository.unisba.ac.id Standar Mutu ISO 9000 adalah kependekan dari Intrernasional Standard Organizations yang merupakan organisasi yang anggotanya terdiri dari badan standar nasional dari European Community (EC) dan EFTA (European Free Trade Association) yang berpusat di Geneva, Swiss. ISO 9000 merupakan suatu standar jaminan mutu yang dikeluarkan oleh The Internasional Organization for Standarization yang dipublikasikan pada tahun 1987. Organisasi ISO menyatakan bahwa standar tersebut merupakan generalisasi dari semua prinsip mutu yang ada pada umumnya ditetapkan di dunia, suatu sistem mutu yang paling praktis, dan merupakan puncak dari kesepakatan otoritas standar yang paling maju di dunia yang merupakan dasar dari era manajemen mutu baru. Hal ini sesuai dengan apa yang dikatakam oleh Dr. Lawrence D. Eicher, Secretary General ISO, bahwa practice could be usefully standardized, giving mutual benefit to procedurers and users alike standar jaminan mutu, yang diarahkan pada suatu bentuk mutu yang dapat dipastikan, yang pada akhirnya diaktuaisasikan dalam bentuk tindakan. ISO 9000 juga merupakan suatu sistem secara keseluruhan bermanfaat untuk menjamin berlangsungnya operasi terus menerus dari seluruh proses yaitu mulai dari pembelian material sampai dengan pengiriman akhir produk jadi, yang secara keseluruhan dipandu dalam suatu standar manajemen mutu. ISO 9000 adalah suatu rangkaian dari lima standar mutu internasional yang dikembangkan oleh The International Organizatiom for Standardization yang terdiri dari lima model yaitu : pertama, ISO 9000 yang merupakan standar manajemen dan jaminan 30 repository.unisba.ac.id mutu pemandu untuk pemilihan dan penggunaan standar. Kedua, ISO 9001 yang merupakan sistem mutu model untuk jaminan mutu dalam perancangan atau pengembangan produksi, instalasi dan pelayanan jasa. Merupakan standar lengkap ynag melibatkan semua unsur sistem mutu. Ketiga, ISO 9002 yang merupakan sistem mutu model untuk jaminan mutu dan instalasi. Merupakan suatu sistem yang didesain dan spesifikasi terhadap produknya telah ditetapkan terlebih dahulu. Sehingga sistem mutu tersebut lebih terfokuskan pada kemampuan produksi dan instalasi. Keempat, ISO 9003 yang merupakan sistem mutu model untuk jaminan mutu dalam inspeksi akhir dan tes. Sistem mutu yang terfokuskan pada kemampuan inspeksi dan tes. Kelima, ISO 9004 merupakan elemen-elemen manajemen mutu dan sistem mutu pemandu/pedoman. 2.4 Pengendalian Mutu Pengendalian Mutu adalah suatu aktivitas keteknikan dan manjemen sehingga ciri-ciri kualitas (mutu) dapat diukur dan dibandingkan dengan spesifikasinya. Kemudian dapat diambil tindakan perbaikan yang sesuai apabila terdapat perbedaan atau penyimpangan antara penampilan yang sebenarnya dengan yang standar tanggung jawab untuk mutu dimulai dari ketika pemasaran menetukan persyaratan menegtahui aap yang diinginkan oleh pelanggan (Yamit, 2004). Tanggung jawab mutu didelegasikan ke beberapa bagian dengan otoritas untuk membuat keputusan. Sebagai tambahan, klarifikasi pertanggung jawaban seperti biaya, tingkat kesalahan, atau unit yang tidak sesuai termasuk kedalam tanggung jawab dan otoritas tersebut. 31 repository.unisba.ac.id Kegiatan pengendalian mutu merupakan bidang pekerjaan yang sangat luas dan kompleks karena semua variabel yang mempengaruhi mutu harus diperhatikan. Menurut (Prawirosentono, 2004), secara garis besarnya, pengendalian mutu dapat diklasifiksikan yaitu pengendalian mutu bahan baku, pengendalian dalam proses pengolahan (work in process), dan pengendalian mutu produk akhir. Hill (2000) menyatakan ada dua fungsi yang berbeda tugas dan peran dalam pembuatn dan penyediaan produk dan jasa, yaitu penjaminan mutu (quality assurance) dan pengendalian mutu (Quality Control). Penjamninan mutu merupakan suatu pendekatan terencana dan sistematis dengan penuh keyakinan, mejamin bahwa prosedur pengerjaan yang dipergunakan serta jenis dan frekuensi pengujian mutu dalam sitem yang telah sesuai dengan spesifikasi yang ada, dan keluaran produk atau jasatelahsesuai dengan desain yang telah ditentukan. Selanjutnya, penegndalian mutu yang berkaitan dengan pemeriksaan atas penyelesia berbagai tugas pengerjaan untuk memastikan bahwa tugas telah dilaksanakan sebagaimana mestinya sehingga keluaran memenuhi spesifikasi mutu yang telah ditentukan. Sasarannya ialah melalui pemeriksaan sampel yang ditarik, dapat dipastikan apakah proses produksi telah bekerja seperti yang diharapakan atau tidak. Dari ahsil pengerjaan dan pengujian tersebut dapat dipastikan bahwa proses produksi telah menghasilkan keluaran yang memenuhi standar atau sebaliknya, sehingga dapat ditentukan apakah proses produksinya dapat dilanjutkan atau harus dihentikan (Haming, dan Mahfud, 2007). 32 repository.unisba.ac.id 2.4.1 Tujuan Pengendalian Mutu Dalam melakukan kegiatan pengendalian mutu, pasti ada tujuan tertentu yang ditetapkan oleh perusahaan karena kegiatan pengendalian ini juga merupakan hal penting yang menunjang keberhasilan dalam proses produksi agar hasil produk yang dihasilkan sesuai dengan standar yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Secara terperinci dapatlah dikatakan bahwa tujuan dari pengendalian mutu adalah sebagai berikut (Sofjan Assauri 2008: 299) : 1. Agar barang hasil produksi dapat mencapai standar mutu yang telah ditetapkan. 2. Mengusahakan agar biaya inspeksi dapat diperkecil sekecil mungkin. 3. Mengusahakan agar biaya desain produk dan proses dengan menggunakan mutu produksi tertentu dapat menjadi sekecil mungkin. 4. Mengusahakan agar biaya produksi dapat menjadi serendah mungkin. Dengan adanya berbagai tujuan dari pengendalian mutu diatas, diharapkan kegiatan pengendalian mutu dapat dilakukan sebaik mungkin untuk mencapai tujuan tujuan seperti diatas atau tujuan spesifik yang telah ditetapkan oleh perusahaan, tergantung dari kebijaksanaan perusahaan itu sendiri. Tujuan dari pengendalian kualitas sendiri haruslah tujuan yang terpadu agar sehingga produk produk yang dihasilkan dapat memenuhi keinginan atau harapan dari konsumen. Selain itu agar tujuan tersebut tercapai dengan baik ada beberapa hal penting yang harus diperhatikan seperti penjelasan tujuan tersebut kepada pihak pihak yang 33 repository.unisba.ac.id berkaitan agar tidak terjadi kesalahpahaman yang akan menyebabkan hal fatal untuk kedepannya 2.4.2 Konsep Pengendalian Mutu Dalam buku konsep pengendalian mutu (2001: 6-9), Pengendalian mutu adalah suatu sistem kendali yang efektif untuk mengoordinasikan usaha-usaha penjagaan kualitas, dan perbaikan mutu dari kelompok-kelompok dalam organisasi produksi, sehingga diperoleh suatu produksi yang sangat ekonomis serta dapat memuaskan kebutuhan dan keinginan konsumen. Beberapa alasan mengapa mengapa pengendalian mutu harus diterapkan : a. Agar produk yang dihasilkan sesuai dengan spesifikasi yang telah ditentukan sebelumnya, sehingga dapat memuaskan konsumen di dalam memenuhi kebutuhan dan keinginannya. b. Kesalahan-kesalahan yang mungkin terjadi dapat dihindarkan sehingga akan menghemat pemakaian bahan baku, dan sumber daya lainnya, serta produkproduk yang cacat atau rusak dapat dikurangi. Ada beberapa konsep pengendalian mutu yang sering diterapkan : 1. Market in (Costumer Oriented Action). market- dapat dijabarkan sebagai berikut : 1) ditempatnya). 34 repository.unisba.ac.id 2) Sediakan produk atau jasa yang sekiranya dapat diterima konsumen dan layak bagi konsumen. 3) Konsumen bukan Tuhan, tetapi raja atau ratu. 2. Quality First (Costumer Full Satisfaction). Konsep yang dijabarkan sebagai berikut : Mutu jasa atau produk merupakan prioritas tertinggi dalam manajemen bisnis yang memiliki dominasi lebih tinggi daripada peningkatan penjualan, pengurangan biaya, peningkatan produktivitas, dan perolehan pasar. Mutu merupakan perpaduan bukan hanya dari mutu atau produk namun juga harga, biaya, waktu, keselamatan, moral pekerja dan output setiap karyawan dalam 3. Vital-Few (Oriented Action-Brain, Time & Fond Constraint). Konsep ini dijabarkan sebagai berikut : Manusia hanya memiliki satu otak dan tidak ada ruang otak yang tersedia untuk lebih dari satu konsentrasi pada saat yang sama, terkecuali genius. Identifikasi dan pisahkan apa isu atau item yang cukup pantas untuk mendapat perhatian pada saat ini dengan keterbatasan akan kerja pikiran, waktu dengan dana yang ada. 4. Fact and Data Appreciation (Scientific Approach). Konsep ini dijabarkan sebagai berikut : Kegagalan atau kesalahan mungkin saja terjadi, maka dari itu harus dilakukan pengawasan yang tepat dengan membuat indikator kegagalan apa yang terjadi. Jika terjadi kegagalan, periksa bukti (kegagalan, cacat, kalim, atau keluhan), kemudian ambil tindakan dengan dasar data yang ada. 35 repository.unisba.ac.id 5. Process Control (Prevention Plan & Implementation) Pengendalian proses berarti setiap pekerja pada setiap tingkatan dari setiap organisasi melakukan pekerjaan dengan benar pada pertama kali dan setiap saat sesuai dengan spesifikasi Standard Operational Procedure (SOP), gambar, spesifikasi, dan proses standar dengan metodologi Pada konsep produk - - dan - untuk konsumen yang diartikan untuk pemenuhan kesesuaian terhadap konsumen - dan konsumen sebenarny. Pada saat bersamaan, masing-masing tahapan memiliki sub-prosesnya sendiri untuk melakukan tanggung jawab. 6. Dispersion Control Dewasa ini pengendalian mutu tidak memiliki arti bila tidak mengendalikan penyebaran yang terjadi pada beberapa kasus seperti manusia, mesin, material, metode, dan lingkungan. 7. Next Down-Stream Shops are Costumer Konsumen adalah raja atau ratu. Namun demikian, terkecuali orang-orang sales atau marketing, banyak karyawan tidak memiliki kontak secara langsung dengan konsumen dimana konsep ini menjadi agak tidak mungkin untuk dimengerti dan diikuti oleh orang-orang di - . Untuk menjawab masalah ini, maka proses tahapan lebih lanjut dari suatu proses dianggap sebagai konsumen yang dikatakan disini sebagai karena itu maka karyawan - - konsumen. Oleh sebelumnya harus memastikan mutu terhadap 36 repository.unisba.ac.id pekerjaannya sebelum dilanjutkan karyawan - pada tahapan proses berikutnya. 8. Upper Stream Control Bagian pemasaran distiuasikan pada mutu produk atau jasa, namun demikian tanggung jawab itu tidak hanya dipakai oleh mereka, tetapi juga oleh bagian desain dan perencanaan. Untuk melaksanakan hal ini, maka dibutuhkan pertimbangan dan persiapan untuk : 1) Tetapkan pembanguna diagram alir produk baru dan sistem pemastian mutu untuk pengendalian secara terpadu dari atas hingga bawah untuk 2) Tetapkan sistem penyebaran mutu dan identifikasi kepuasaan pelanggan. 3) Evaluasi pada hasil setiap untuk setiap yang ditentukan untuk identifikasi bila tercapai atau tidak. Jika tidak tercapai, janagn abaikan hingga perbaiakn dilakukan. 4) Perkiraan setiap kesulitan atau masalah pada tahapan perencanaan, litbang, desain, maupun produksi untuk mencegah kesulitan yang bakal timbul di - . 5) Tingkatkan alur proses dengan meningkatkan tiap proses untuk fase pembangunan. 6) Identifikasi akar masalah dari kesulitan atau masalah dengan organisasi - - . 37 repository.unisba.ac.id 7) Persiapkan berbagai SOP, diagram alir, standar proses, aturan-aturan atau lembar periksa (check-sheet) untuk mengindari kegagalan dan memastikan kepuasaan pelanggan. 9. Recurrent Preventive Action ( Repetitive Failure is Shame) Pada proses PDCA, berikut ini adalah alir yang harus diikuti oleh setiap karyawan yang di mana pada saat ditemukan sesuatu yang salah pada tahapan pemeriksaan. adalah satu keharusan untuk tahapan dan untuk tidak terulang kembali dengan penyebab yang sama. 10. Respect Employees as Human Being (Employees are Precious Assets) Untuk menangani dan memperlakukan karyawan sebagai manusia dewasa maka perlakuan manajemen puncak adalah sebagai berikut : 1) Sediakan varitas kerja untuk mencegah kejenuhan. 2) Perluas pekerjaan untuk mendapatkan keterampilan dan kemampuan pekerja. 3) Sediakan umpan baik terhadap kinerja. 4) Sediakan aturan kerja atau identifikasi kerja - merupakan aspek yang penting dari pekerjaan. 5) Kesempatan untuk belajar keterampilan baru. 6) Partisipasi dalam menyelesaikan masalah, perencanaan dan pengendalian. 38 repository.unisba.ac.id 7) Top Management Commitment (Employees Full Participation). Manajemen puncak perlu mengumumkan secara pasti mengapa pengendalian mutu terpadu (Total Quality Control) adalah sebuah keharusan yang perlu dilaksanakan pada saat menjelaskan tentang : 1.Situasi Perusahaan. 2. Visi dan Strategi Perusahaan. 3. Pesaing 4. Status inovasi teknikal atau teknologikal. 2.4.3 Organisasi Pengendalian Mutu Mutu yang dipersepsikan yaitu citra dan reputasi produk serta tanggung jawab perusahaan terhadapnya. Organisasi Pengendalian Mutu Menurut Sofjan Assauri dalam bukunya Manajemen Produksi (2004: 211) berpendapat bahwa pengendalian kualitas merupakan salah satu fungsi yang penting dari suatu perusahaan, sehingga kegiatan ini ditangani oleh bagian pengendalian kualitas yang ada di perusahaan itu. Tugas dari bagian pengendalian mutu itu sendiri adalah menyelenggarakan atau melihat kegiatan atau hasil yang dikerjakan serta mengumpulkan dan menyalurkan kembali keteranganketerangan yang dikumpulkan selama pekerjaan itu sesudah dianalisa. Tugas-tugas ini meliputi : 39 repository.unisba.ac.id a. Pengendalian atas penerimaan dari bahan-bahan yang masuk. b. Pengendalian atas kegiatan dibermacam-macam tingkat proses dan diantara tingkat-tingkat proses jika perlu. c. Pengendalian terakhir atas produk-produk hasil sebelum dikirimkan kepada langganan. d. Test-test dari para pemakai. e. Penyelidikan atas sebab-sebab kesalahan yang timbul selama pembuatan. 2.4.4 Sistem Pengendalian Mutu Dalam buku Konsep Pengendalian Mutu (2012: 13-14). Sistem Pengendalian Mutu adalah stuktur kerja operasi pada seluruh perusahaan atau pabrik yang disepakati, didokumentasi dalam prosedur-prosedur teknis manajerial yang terpadu dan efektif, untuk membingbing tindakan-tindakan yang terkoordinasi dari tenaga kerja, mesin, dan informasi perusahaan, serta pabrik melalui cara yang terbaik dan paling peraktis untuk menjamin kepuasaan pelanggan akan mutu dan biaya mutu yang ekonomis. Secara umum,sistem pengendalian mutu adalah susunan komponen-komponen fisik yang dirakit sedemikian rupa sehingga mampu mengatur sistemnya sendiri atau sistem diluarnya. Sistem control adalah proses pengaturan atau pengendalian terhadap satu atau beberapa besaran (variabel, parameter) sehingga berada pada suatu harga range tertentu. Istilah lain sistem control atau teknik kendali adalah teknik pengaturan, sistem pengendalian, atau sistem pengentrolan. 40 repository.unisba.ac.id Gambar 2.2 Sistem Pengendalian Input Output Proses Sistem Sumber: Rudi Prihantoro: Konsep Pengendalian Mutu: PT. Remaja Rosdakarya: 13 Secara umum ada empat aspek yang berkaitan dengan sistem pengendalian yaitu masukan, keluaran, sistem dan proses. Masukan (input) adalah rangsangan dari luar yang diterapkan ke sebuah sistem kendali untuk memperoleh tanggapan tertentu dari sistem pengaturan. Pengeluaran (output) adalah tanggapan sebenarnya yang didapatkan dari suatu sistem kendali. Tanggapan ini bias sama dengan masukan atau mungkin juga tidak sama dengan tanggapan pada masukannya. Pendekatan sistem terhadap mutu dimulai dari prinsip-prinsip dasar pengendalian mutu, yaitu bahwa kepuasaan pelanggan tidak dapat dicapai dengan berkonsentrasi pada salah satu pabrik atau perusahaan saja (kerekayasaan rancangan, analisis ketrendalan, perlengkapan pemeriksaan mutu, pencarian gangguan penyebab penolakan, pendidikan operator dan telah tentang kemampuan pemeliharaan) 41 repository.unisba.ac.id yang terpenting dalam setiap fase, tetapu pencapaian lebih tergantung pada seberapa baik dan seksama tindakan-tindakan mutu ini bekerja secara sendiri dan bekerjasama. Sistem pengendalian mutu merupakan landasan pengendalian mutu yang selalu menyediakan tempat arus aktivitas produk yang saling berkaitan. Dalam pengendalian mutu, yang menyebabkan masalah adalah hilangnya salah satu atau lebih aktivitas dari sistem pengendalian mutu. Sistem pengendalian mutu membantu perusahaan untuk memberikan perhatian pengendalian terhadap mutu secara kontinu dan terpadu pada semua aktivitas utama. Gambar 2.3 menunjukkan analisis tentang akar penyebab masalah pada mutu yang biasanya menunjukkan bahwa masalah ini berada pada banyak bidang produk. Gambar tersebut memperlihatkan spektrum yang luas dari analisis sebab-sebab produk yang khas, dalam hal ini pengembalian hasil produk oleh konsumen lebih kecil karena mutu dan keamanan yang dapat diterima konsumen. 42 repository.unisba.ac.id Gambar 2.3 Permasalahan pada Mutu Analisis sebab-sebab masalah produk terhadap produk yang dikembalikan Sebab-sebab Kekurangan pada bahan dari pemasok Kesalahan kerekayasaan rancangan Sebab-sebab Tidak konsisten proses-proses pabrik Kesalahan operator pabrik Kesalahan pemeriksaan Kesalahan penggunaan dan kesalahan pemberian label Kesalahan pelayanan produk Sumber: Rudi Prihantoro: Konsep Pengendalian Mutu: PT. Remaja Rosdakarya: 15 2.4.4.1 Rancangan Sistem Pengendalian Mutu Dalam buku Konsep Pengendalian Mutu (2012: 18) ada beberapa langkah dalam merancang sistem pengendalian mutu, yaitu : 1. Menetapkan bagian dari jalur sistem produksi yang dilakukan pemeriksaan, yaitu: a. Pada tempat bahan mentah pertama kali dating. b. Pada waktu proses sedang berjalan. Kaitannya dengan biaya penambahan nilai jauh besar daripada biaya pemeriksaan. 43 repository.unisba.ac.id c. Pada produk yang sudah selesai menjadi barang jadi. 2. Memutuskan apa jenis pengukuran nilai yang digunakan berdasarkan: a. Pengukuran variabel atau skala pengukuran. b. Pengukuran atribut yang menggunakan skala yang dihitung berdasarkan kondisi, seperti baik atau buruk, panas atau dingin. c. Memutuskan beberapa jumlah produk yang harus diperiksa. d. Menentukan siapa yang berwenang melakukan inspeksi. 2.5 Statistical Quality Control 2.5.1 Pengertian Statistical Quality Control Menurut Sofjan Assauri (2004: 219) mengemukakan bahwa Statistical Quality Control adalah suatu sistem yang dikembangkan untuk menjaga standar yang uniform dari kualitas hasil produksi, pada tingkat biaya yang minimum dan merupakan bantuan untuk mencapai efisiensi. Sedangkan menurut Richard B. Chase, Nicholas J. Aquilano and F. Robert Jacobs. (2001: 291) Statistical Quality Control diartikan sebagai berikut : Pengendalian Kualitas secara Statistik adalah satu teknik berbeda yang di desain untuk mengevaluasi kualitas ditinjau dari sisi kesesuaian dengan spesifikasinya. Dari kedua pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa Statistical Quality Control adalah suatu sistem yang dikembangkan untuk menjaga standar dari kualitas hasil produksi dengan satu teknik berbeda yang di desain untuk mengevaluasi dari sisi kesesuaian dan spesifikasinya. 44 repository.unisba.ac.id 2.5.2 Keuntungan Statistical Quality Control Menurut Sofjan Assauri (2004: 274), keuntungan menggunakan metode Statistical Quality Control adalah pengawasan (control), dimana penyelidik yang diperlukan untuk dapat menerapkan Statistical Quality Control mengharuskan bahwa syarat-syarat kualitas pada situasi itu dan kemampuan prosesnya telah dipelajari hingga mendetail. Hal ini akan menghilangkan beberapa titik kesulitan tertentu, baik dalam spesifikasi maupun dalam proses. Pengerjaan kembali barang-barang yang telah diapkir (scrap-rework). Dengan dijalankannya pengontrolan, maka dapat dicegah terjadinya penyimpangan- penyimpangan dalam proses. Sebelum terjadi hal-hal yang serius, dan akan diperoleh kesesuaian yang lebih baik antara kemampuan proses (process capability) dengan spesifikasi, sehingga banyak barang-barang yang diapkir (scrap) dapat dikurangi sekali. Dalam perusahaan pabrik sekarang ini, biaya-biaya bahan sering kali mencapai 3 sampai 4 kali biaya buruh, sehingga dengan perbaiaknnya yang telah dilakukan dalam hal pemanfaatan bahan dapat memberikan penghematan yang menguntungkan. Biaya-biaya pemeriksaan, karena Statistical Quality Control dilakukan dengan cara mengambil sampel-sampel dan mempergunakan sampling techniques, maka hanya sebagian saja dari hasil produksi yang perlu untuk diperiksa. Akibatnya maka hal ini akan dapat menurunkan biaya-biaya pemeriksaan. 45 repository.unisba.ac.id 2.5.3 Tujuan Statistical Quality Control Tujuan Statistical Quality Control antara lain memperoleh jaminan kualitas dapat dilakuakn dengan rencana sampel penerimaan, menjaga konsistensi kualitas, dilaksanakan dengan Control Chart. 2.6 Konsep Penting Statistical Quality Control Konsep terpenting dalam Statistical Quality Control adalah variabilitas yaitu, variabilitas antara sampel (misalnya rata-rata atau nilai tengah) dan variabilitas dalam sampel (misalnya range atau standar deviasi). Selanjutnya penyelesaian masalah dalam statistik mencakup dua hal, antara lain melebihi batas pengendalian (jika proses dalam kondisi di luar kendali) dan tidak melibihi batas pengendalian (jika kondisis di luar kendali). Secara statistic, kondisi melebihi batas kendali dan tidak melebihi batas kendali erupakan hal yang digolongkan menjadi kesalahan tipe pertama dan kesalahan tipe kedua. kebetulan yang diambil sebagai sampel adalah produk cacat, padahal produk yang tidak diambil sebagai sampel adalah produk yang baik. Tetapi karena sampel tersebut ditolak berarti seluruh produk yang diproduksi pada waktu itu ditolak. Kesalahan tipe kedua atau karena menerima produk cacat. Hal ini karena secara kebetulan yang diambil sebagai sampel adalah produk baik, padahal produk yang tidak baik adalah produk cacat. Prosedur pengendalian statistik umumnya dirancang untuk meminimalkan kesalahan tipe pertama. Kesalahan tipe pertama dan tipe kedua ini digambarkan dengan kurva karakteristik operasi (operating characteristic curve). 46 repository.unisba.ac.id Kurva ini menunjukan probabilitas penerimaan sebagai fungsi dari berbagai tingkatan kualitas. Kesalahan tipe pertama adalah 1- probabilitas penerimaan (1da kualitas dapat diterima. Dalam system pengendalian mutu statistik yang mentolerir adanya kesalahan atau cacat produk kegiatan pengendalian mutu dilakukan oleh department pengendalian mutu yang ada pada penerimaan bahan baku, proses produksi dan produksi akhir. Perusahaan/organisasi dapat mengadakan inspeksi pada saat bahan baku atau penerimaan bahan baku, proses, dan produk akhir. Inspeksi dapat dilaksanakan dibeberapa waktu yaitu pada waktu bahan baku masih ada ditangan pemasok, pada bahan baku sampai ditangan perusahaan tersebut, sebelum proses dimulai, sealama proses produksi berlangsung dan sebelm dikirimkan ke pelanggan. Terdapat dua pilihan untuk inspeksi yaitu inspeksi 100% dan teknik sampling. Inspeksi 100% ialah perusahaan menguji semua bahan baku yang dating, seluruh produk selama masih ada dalam proses atau seluruh produk jadi yang telah dihasilkan. Kelebihannya adalah tingkat ketelitian tinggi karena seluruh produk diuji, sedangkan kelemahaannya adaah seringkali produk justru rusak dalam pengujian, dan membutuhkan biaya, waktu, tenaga yang tidak sedikit. Teknik sampling ialah menguji hanya pada produk yang diambil sebagai sampel dalam pengujiaan. Kelebihannya adalah lebih menghemat biaya, waktu, dan tenaga sedangkan kelemahannya adalah tingkat ketelitiannya rendah. 47 repository.unisba.ac.id 2.7 Metode Statistical Quality Control Menurut Roger G. Schroeder (2000: 156), terdapat 2 jenis metode Statistical Quality Control yang berbeda, yaitu : 1. Acceptance Sampling Pengendalian sampel penerimaan didefinisikan sebagai pengambialan satu sampel atau lebih secara acak dari suatu partai barang, memeriksa setiap barang di dalam sampel tersebut dan memutuskan berdasarkan hasil pemeriksaan itu, apakah menerima atau menolak keseluruhan partai. Jenis oemeriksaan ini dapat digunakan oleh pelanggan untuk menjamin bahwa pemasok memenuhi spesifikasi mutu atau oleh produsen untuk menjamin bahwa standar mutu dipenuhi sebelum pengiriman. Pengambilan sampel penerimaan lebih sering digunakan draipada pemeriksaan 100% karena biaya pemeriksaan jauh lebih besar dibandingkan dengan baiya lolosnya barang yang tidak sesuai kepada pelanggan. Apalgi bila biaya pemeriksaan keseluruhan partai terlalu mahal. Kadang-kadang pemeriksaan ini juga kurang efisien karena banyaknya waktu dan tenaga yang diperlukan untuk melaksanakan pemeriksaan tersebut. 2. Process Control Pengendalian proses menggunkan pemeriksaan produk atau jasa ketika brang teresebut masih sedang diproduksi (WIP / Work In Process). Sampel berkala diambil dari out[ut proses produksi. Apabila setelah pemeriksaan sampel terdapat alas an untuk mempercayai bahwa karakteristik mutu proses telah berubah, maka proses itu akan diberhentikan dan dicari penyebabnya. Penyebab tersebut dapat berupa perubahaan 48 repository.unisba.ac.id pada operator, mesin ataupun pada bahan. Apabila penyebab ini telah diketemukan dan diperbaiki, maka proses itu dapat dimulai kembali. Dengan memantau proses produksi tersebut melalui pengambilan sampel secara acak maka pengendalian yang konstan dapat dipertahankan. Pengendalian proses didasarkan atas dua asumsi pentingnya : a. Variabilitas Mendasar untuk setiap proses produksi. Tidak peduli bagaimana sempurnanya rancangan proses, pasti terdapat variabilitas dalam karakteristikmutu dari tiap unit. Variasi selama proses produksi tidak sepenuhnya dapat dihindari dan bahkan tidak pernah dapat dihilangkan sama sekali. Namun sebagian dari variasi tersebut dapat dicari penyebabnya serta diperbaiki. b. Proses Proses produksi tidak selalu berada dalam keadaan terkendali, karena lemahnya prosedur, operator yang tidak terlatih pemeliharaan mesin yang tidak cocok dan sebagainya, maka variasi produksi biasanya jauh lebih besar dari semestinya. 2.8 Alat Bantu Statistical Quality Control Pengendalian kualitas secara statistik dengan menggunakan SQC (Statistical Quality Control) mempunyai tujuh alat statistik utama yang dapat digunakan sebaga alat bantu untuk mengendalikan kualitas sebagaimana disebutkan juga oleh (Heiser, dan Render,2009) antara lain : 49 repository.unisba.ac.id 1. Lembar periksa (cheek sheet) Lembar periksa (cheek sheet) adalah suatu formulir yang dirancang untuk mencataat data. Dalam banyak aksus, pencatatan dilakukan sehingga saat data diambil, polanya dapat dilihat dengan mudah. Lembar periksa membantu analisis menentukan fakta atau pola yang mungkin dapat membantu analisis selanjutnya. Cheeksheet adalah alat yang sering digunakan untuk menghitung seberapa sering sesuatu itu terjadi dan sering digunakan dalam pengumpulan dan pencatan data. Data yang sudah terkumpul tersebut kemudian dimasukan kedalam grafikseperti diagram pareto ataupun histogram untuk kemudian dilakukan anlisis terhadapnya. Selain cheek sheet pengumpulan data dapat juga menggunakan data shee. Pada saat sheet, data khusus dicatat dalam ruangan pada lembar kerja. 2. Diagram Sebar Diagram sebar atau disebut juga peta korelasi adalah grafik yang menampilkan hubungan antara dua variable tersebut kuat atau tidak, yaitu antara factor proses yang mempengaruhi proses dengan kualitas produk. Pada dasarnya diagram sebar merupakan suatu alat interpretasi data yang digunakan untuk menguji bagaimana kuatnya hubungan antara dua variabel dan menentukan jenis hubungan dua variabel tersebut, apakah positif, negatif, atau tidak ada hubungan. Dua variabel yang ditunjukan dalam diagram sebar dapat berupa karakteristik kuat dan faktor yang mempengaruhinya. Diagram sebar (scatter) adalah gambaran yang menunjukan kemungkinan hubungan (kolerasi) antara pasangan dua macam variabel dan menunjukan keeratan hubungan antara dua variabel tersebut yang sering 50 repository.unisba.ac.id diwujudkan sebagai koefisien korelasi. Diagram ini berupa titik yang menghubungkan paling tidak dua variabel, X dan Y yang menunjukan keeratannya, sehingga dapat dilihat apakah suatu kesalahan dapat disebut berhubungan atau terkait dengan masalah atau kesalahan yang lain. 3. Diagram Sebab Akibat Diagram sebab akibat merupakan suatu gambar yang terdiri dari garis dan symbol untuk menggambarkan hubungan antara suatu sebab dan akibat. Untuk setiap akibat ada bermacam-macam sebab. Pada dasarnya diagram sebab akibat dapat digunakan untuk kebutuhan-kebutuhan berikut: a. Membantu mengidentifikasi akar penyebab suatu masalah. b. Membantu membangkitkan ide-ide untuk solusi suatu masalah. c. Membantu dalam pencarian fakta lebih lanjut. d. Menentukan standarisasi dari operasi yang sedang berjalan atau yang akan dijalankan. e. Sarana pengambilan keputusan dalam menentukan pelatihan tenaga kerja. Langkah-langkah dalam pembuatan diagram sebab akibat adalah sebagai berikut: 1. Mengidentifikasi masalah. 2. Menempatkan masalah utama tersebut disebelah kanan diagram. 3. Mengidentifikasi penyebab minor dan meletakannya pada diagram utama. 4. Mengidentifikasi penyebab minor dan meletakannya pada penyebab mayor. 5. Diagram telah selesai, kemudian dilakukan evaluasi untuk menentukan penyebab sesungguhnya 51 repository.unisba.ac.id Dibawah ini disajikan contoh diagram sebab akibat (fishbone). Gambar 2.4 Diagram sebab akibat (fishbone) Manusia Pengukuran Metode Karakteris tik kualitas Material Mesin Lingkungan Sumber: Vincent Gaspersz (2001: 30) 4. Diagram Pareto Diagram Pareto pareto merupakan diagram yang terdiri atas grafik balok dan grafik garis yang menggambarkan perbandingan masing-masing jenis data terhadap keseluruhan. Dengan memakai diagram pareto, dapat terlihat masalah mana yang dominan dan tentunya kita dapat mengetahui prioritas penyelesaian masalah. Kegunaan pareto adalah: 1. Menunjukan masalah utama. 2. Menyatakan perbandingan masing-masing persoalan terhadap keseluruhan. 3. Menunjukkan tingkat perbaikan setelah tindakan perbaikan pada daerah yang terbatas. 52 repository.unisba.ac.id 4. Menunjukkan perbandingan masing-masing persoalan sebelum dan setelah perbaikan. Diagram pareto digunakan untuk mengidentifikasi beberapa permasalahan yang penting, untuk mencari cacat terbesar dan yang paling berpengaruh. Digunakan asumsi bahwa apabila pengendalian kualitas yang dilakukan sangat ketat, besarnya 80% dari hasil keseluruhannya, 20% berupa produk yang rusak atau cacat. Jika pengendalian kualitas yang dilaksanakan biasa saja maka akan berlaku penilaian 50% dari hasil keseluruhan berupa produk yang rusak atau cacat.namun apabila pelaksanaan pengendalian kualitas tidak ketat atau renggang maka penilaian yang berlaku adalah 60% dari hasil keseluruhan 40% berupa produk rusak atau cacat. Pencarian cacat terbesar atau cacat yang paling berpengaruh, seperti yang dilakukan diatas dapat berguna untuk mencari beberapa wakil cacat dari cacat yang teridentifikasi diatas kemudian dapat digunakan untuk membuat diagram sebab akibat. Hal ini perlu untuk dilakukan mengingat sangat sulit untuk mencari penyebab dari semua cacat yang teridentifikasi. Apabila semua cacat dianlisis untuk dicari penyebab maka hal tersebut akan menghabiskan waktu dan biaya dengan sia-sia 53 repository.unisba.ac.id Langkah-langkah dalam membuat diagram pareto: 1. Menentukan metode dengan membagi-bagikan data berdasarkan permasalahannya, penyebabnya,, tipe dari ketidakcocokannya dan lain-lain. 2. Menentukan frekuensi yang akan digunakan untuk menggolongkan karakteristik. 3. Mengumpulkan data untuk jarak waktu yang tepat. 4. Meringkas data dan mengurunkan kategori dari yang terbesar sampai yang terkecil. 5. Menghitung persentase kumulatif bila digunakan. 6. Membuat diagram dan mendapatkan permasalahannya. 5. Histogram Histogram adalah yang digunakan untuk menunjukan variasi data pengukuran dan variasi setiap proses berbeda dengan pareto chartyang penyusunannya menurut urutan yang memiliki proposi terbesar ke kiri hingga proporsi terkecil, histogram ini penyususnannya tidak menggunakan urutan apapun. Dibawah ini disajikan contoh Histogram: 6. Diagram Alir/Diagram Proses (Process Flow Chart) Diagram alir secara garfis menunjukkan sebuah proses atau system dengan menggunakan kotak dan garis yang saling berhubungan. Diagram ini cukup sederhana, tetapi merupakan alat yang sangat baik untuk mencoba memahami sebuah proses atau menjelaskan langkah-langkah proses. Flow chart adalah gambaran skematik atau diagram yang menunjukkan seluruh langkah dalam suatu proses dan menunjukkan bagaimana langkah itu saling berinteraksi satu sama lain. Flow chart digambarkan dengan symbol-simbol, dan setiap 54 repository.unisba.ac.id orang yang bertanggung jawab untuk memperbaiki suatu proses harus mengetahui seluruh langkah dalam proses tersebut (Ariami,1999) Flow Chart digunakan untuk berbegai tujuan yaitu memberikan pengertian dan petunjuk tentang jalannya proses produksi, membandingkan proses sesungguhnya dengan proses ideal, mengetahui langkah-langkah yang duplikatif dan langkah-langkah yang tidak perlu, mengetahui dimana atau dalam bagian proses yang mana pengukuran dapat dilakukan, dan menggambarkan sistem total. 7. Peta Kendali Peta kendali adalah alat yang secara grafis digunakan untuk memonitor dan mengevaluasi apakah suatu aktivitas/proses berada dalam pengendalian kualitas secara statistika atau tidak sehingga dapat memecahkan masalah dan menghasilkan perbaikan kualitas. Peta kendali menunjukan adanya perubahan data dari waktu kewaktu, tetapi tidak menunjukkan penyebab penyimpangan meskipun penyimpangan itu akan terlihat pada peta kendali. Dengan mengetahui kondisi proses, maka kita dapat mengetahui sumber variasi proses, pada dasarnya variasi adalah ketidakseragaman dalam sistem sehingga menimbulkkan perbedaan dalam kualitas pada produk yang sama. Terdapat dua sumber atau penyebab timbulnya variasi (Deming dalam Gasperz, 2001), yaitu penyebab umum (common cause) adalah faktor-faktor di dalam sistem atau yang melekat pada proses operasi yang menyebabkan timbulnya variasi dalam sistem serta hasil-hasilnya. Penyebab umum menimbulkan variasi acak (random cause) atau penyebab sistem (system cause ). Sedangkan penyebab khusus (special cause) adalah kejadian-kejadian 55 repository.unisba.ac.id diluar sistem yang memengaruhi variasi dalam sistem. Penyebab khusu dapat bersumber dari factor seperti : manusia, peralatan, material, lingkungan, metode kerja, dll. Penyebab khusus ini dapat diidentifaksikan/ditemukan, sebab mereka tidak selalu aktif dalam proses tetapi memiliki pengaruh yang lebih kuat pada proses sehingga menimbulkan variasi. Secara umum grafik kendali ( control chart) dapatdigunakan untuk memperoleh informasi keampuan proses produksi, artinya apakah mesin-mesin masih berjalan baik secara rencana atau tidak dan pengendalia produk akhir, agar produk akhir tetap baik mutunya. Jadi, kegunaan control chart adalah untuk membatasi toleransi penyimpangan (variasi) yang masih dapat diterima, baik karena akibat tenaga kerja, mesin, dan sebagainya (Prawirosentono,2004). 56 repository.unisba.ac.id