BAB I PENDAHULUAN Penyakit jantung koroner (PJK)

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
Penyakit jantung koroner (PJK) merupakan problema kesehatan utama di negara
maju, yang menduduki peringkat pertama penyebab kematian.Di Amerika Serikat saja
diperkirakan 12,4 juta orang menderita penyakit ini dan 1,1 juta orang akan terkena
gangguan jantung serius. Tahun 2000, 16,7 juta penderita meninggal karena penyakit
ini, atau sekitar 30,3% dari total kematian di seluruh dunia. Lebih dari setengahnya
dilaporkan dari negara berkembang. Penelitian di Amerika menyebutkan bahwa
penyakit kardiovaskuler merupakan penyebab utama kesakitan dan kematian di
Amerika Serikat. Diperkirakan 62 juta orang dengan penyakit kardiovaskuler dan 50
juta orang dengan hipertensi ada di negara ini.1
Di Indonesia, PJK menempati posisi pertama sebagai penyakit yang paling
banyak menimbulkan kematian. Prevalensi penyakit jantung dari tahun ke tahun terus
meningkat. Di Indonesia telah terjadi pergeseran kejadian penyakit jantung dan
pembuluh darah dari urutan ke-l0 tahun 1980 menjadi urutan ke-8tahun 1986.
Sedangkan penyebab kematian tetap menduduki peringkat ke-3. Data Survei
Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) dari Departemen Kesehatan RI menyebutkan
bahwa tahun 1992 penyakit sirkulasi menimpa sekitar 16 persen penduduk
Indonesia.1,2
Banyak faktor yang mempengaruhi terjadinya PJK sehingga usaha
pencegahanpun bentuknya multifaktorial.Pencegahan harus diusahakan sedapat
mungkin dengan cara pengendalian faktor- faktor resiko PJK dan merupakan hal yang
cukup penting dalam usaha pencegahan PJK, baik primer maupun
sekunder.Pencegahan primer lebih ditujukan pada mereka yang sehat tetapi
mempunyai resiko tinggi, sedangkan sekunder merupakan upaya mencegah
memburuknya penyakit yang secara klinis telah diderita.
Penelitian epidemiologis akhirnya mendapatkan hubungan yang jelas antara
kematian dengan pengaruh keadaan sosial, kebiasaan merokok, pola diet, exercise,
dan sebagainya yang dapat dibuktikan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi
terjadinya PJK antara lain: umur, kelamin ras, geografis, keadaan sosial, perubahan
massa, kolesterol, hipertensi, merokok, diabetes, obesitas, exercise, diet, perilaku dan
kebiasaan lainnya, stress serta keturunan (Anwar, 2004; Baliarti, 2008; Nilawati,
2008).
Berdasarkan penyataan tersebut, jelaslah bahwa keadaan yang paling mendasar
salah satunya adalah kecenderungan pola makan yang kurang sehat pada masyarakat,
terlebih pada masyarakat perkotaan sering dikaitkan dengan PJK.Kesalahan pola
makan itu tidak lain karena ketidakseimbangan komposisi makanan yang dikonsumsi.
Fast food (makanan siap saji) yang makin menjamur di perkotaan mengandung
protein, lemak, karbohidrat yang tinggi, dan sebaliknya kandungan serat, vitamin dan
mineralnya rendah. Hal ini dapat menjadi pencetus dari berkembangnya penyakit
degeneratif, seperti PJK, hipertensi, diabetes, dan penyakit pembuluh darah lainnya.
Gaya hidup di perkotaan yang sering dilanda stres juga dapat memacu kerja jantung
dan meningkatkan tekanan darah. Kebiasaan itu masih diperparah dengan merokok.1
Makan adalah sesuatu yang sangat esensial sehingga menjadi prasyarat untuk
hidup. Di sisi lain makan secara tidak tepat dapat menimbulkan resiko kesehatan
individu. Tujuan utama makan dan minum adalah agar tubuh dapat berfungsi secara
normal. Namun saat ini gaya hidup barat menjadi trend setter, sehingga banyak orang
Asia termasuk Indonesia terpengaruh oleh gaya hidup barat termasuk gaya makan.
Berbagai macam diet pun dianjurkan untuk mengatasi persoalan penyakit ini.
Dengan melihat persoalan mendasar yaitu pola hidup sehat menjadi sesuatu yang sulit
dilakukan saat ini. Rutinitas membuat pola makan menjadi tidak teratur dan aktivitas
fisik pun makin minim dilakukan. Kurang kesadaran terhadap pola hidup sehat
menyebabkan berbagai masalah kesehatan rentan terjadi. Seperti peningkatan
kolesterol di dalam darah, yang pada akhirnya dapat memunculkan PJK.1
Adapun tujuan dari refarat ini adalah untuk mengetahui kebutuhan nutrisi pada
pasien yang mengalami gangguan pada sistem kardiovaskular atau jantung.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. NUTRISI
Nutrisi adalah proses pengambilan zat-zat makanan penting. Nutrisi adalah
jumlah dari seluruh interaksi antara organisme dan makanan yang
dikonsumsinya.Dengan kata lain nutrisi adalah apa yang manusia makan dan
bagaimana tubuh menggunakannya. Masyarakat memperoleh makanan atau nutrien
essensial untuk pertumbuhan dan pertahanan dari seluruh jaringan tubuh dan
menormalkan fungsi dari semua proses tubuh. Nutrien adalah zat kimia organik dan
anorganik yang ditemukan dalam makanan dan diperoleh untuk penggunaan fungsi
tubuh.1,3
Adapun jenis-jenis nutrient:
A. Karbohidrat
Karbohidrat merupakan senyawa yang terbentuk dari molekul karbon, hidrogen,
dan oksigen. Sebagai salah satu jenis zat gizi, fungsi utama karbohidrat adalah
penghasil energi di dalam tubuh. Tiap 1 gram karbohidrat yang dikonsumsi akan
menghasilkan energi sebesar 4kkal dan energi hasil proses oksidasi (pembakaran).
Karbohidrat ini kemudian akan digunakan oleh tubuh untuk menjalankan berbagai
fungsi-fungsinya seperti bernafas, kontrakso jantung dan otot serta juga untuk
menjalankan berbagai aktifitas fisik seperti berolahraga atau bekerja.
Karbohidrat dibagi atas :
a. Karbohidrat sederhana (gula) ; bisa berupa monosakarida (molekul tunggal yang
terdiri dari glukosa, fruktosa, dan galaktosa). Juga bisa berupa disakarida (molekul
ganda), contoh sukrosa (Glukosa+fruktosa), maltosa (glukosa+glukosa), laktosa
(glukosa+galaktosa)
b. Karbohidrat kompleks (amilum) adalah polisakarida karenan disusun banyak
molekul glukosa
c. Serat adalah jenis karbohidrat yang diperoleh dari tumbuh-tumbuhan, tidak dapat
dicerna oleh tubuh dengan sedikit atau tidak menghasilkan kalori tetapi dapat
meningkatkan volume feses.3,4
Di dalam sistem pencernaan dan juga usus halus, semua jenis karbohidrat ang
dikonsumsikan terkonversi menjadi glukosa untuk kemudian diabsorpsi oleh aliran
darah dan ditempatkan ke berbagai organ dan jaringan tubuh. Molekul glukosa hasil
konversi berbagai macam jenis karbohidrat inilah yang kemudian akan berfungsi
sebagai dasar bagi pembentukan energi di dalam tubuh.
Melalui berbagai tahapan dalam proses metabolisme, sel-sel yang terdapat di
dalam tubuh dapat mengoksidasi glukosa menjadi CO2& H2O, dimana proses ini juga
akan disertai dengan produksi energi. Proses metabolisme glukosa yang terjadi di
dalam tubuh ini akan memberikan kontribusi hampir lebih dari 50% bagi ketersediaan
energi. Di dalam tubuh, karbohidrat yang telah terkonversi menjadi glukosa tidak
hanya akan berfungsi sebagai sumber energi utama bagi kontraksi otot atau aktifitas
fisik tubuh, namun glukosa juga akan berfungsi sebagai sumber energi bagi sistem
syaraf pusat termasuk juga untuk kerja otak. Selain itu, karbohidrat yang dikonsumsi
juga dapat tersimpan sebagai cadangan energi dalam bentuk glikogen di dalam otot
dan hati. Glikogen otot merupakan salah satu sumber energi tubuh saat sedang
berolahraga sedangkan glikogen hati dapat berfungsi untuk membantu menjaga
ketersediaan glukosa di dalam sel darah dan sistem pusat syaraf.2,3
B. Lemak
Lemak merupakan sumber energi yang dipadatkan. Lemak dan minyak terdiri
atas gabungan gliserol dengan asam-asam lemak.5
Secara ilmu gizi, lemak dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
a) Lipid sederhana
• Lemak netral (monogliserida, digliserida, trigliserida),
• Ester asam lemak dengan alkohol berberat molekul tinggi
• Lipid majemuk : fosfolipid, lipoprotein.
b) Lipid turunan
• Asam lemak
• Sterol (kolesterol, ergosterol,dsb)
Secara klinis, lemak yang penting adalah :
 Kolesterol
 Trigliserida (lemak netral)
 Fosfolipid
 Asam Lemak
Fungsi lemak :3
 Sebagai sumber energi ; merupakan sumber energi yang dipadatkan dengan
memberikan 9 kal/gr.
 Ikut serta membangun jaringan tubuh.
 Perlindungan.
 Penyekatan/isolasi, lemak akan mencegah kehilangan panas dari tubuh.
 Perasaan kenyang, lemak dapat menunda waktu pengosongan lambung dan
mencegah timbul rasa lapar kembali segera setelah makan.
 Vitamin larut dalam lemak.
Salah satu fungsi lemak memang untuk mensuplai sejumlah energi, dimana
satu gram lemak mengandung 9 kalori, sedangkan 1 gram karbohidrat hanya
mengandung 4 kalori. Fungsi lain dari lemak adalah untuk membantu absorbsi
vitamin yang larut dalam lemak. Selain itu, lemak juga merupakan sumber asam-asam
lemak esensial yang tidak dapat dihasilkan tubuh dan harus disuplai dari makanan.
Fungsi lemak sebagai bahan baku hormon juga sangat berpengaruh terhadap proses
fisiologis di dalam tubuh, contohnya yaitu pembuatan hormon seks.3
Lemak tubuh dalam jaringan lemak (jaringan adipose) mempunyai fungsi
sebagai insulator untuk membantu tubuh mempertahankan temperaturnya, sedangkan
pada wanita dapat memberikan kontur khas feminim seperti jaringan lemak di bagian
bokong dan dada. Selain itu, lemak tubuh dalam jaringan lemak juga berperan sebagai
bantalan yang melindungi organ-organ seperti bola mata, ginjal, dan organ lainnya.
Sedangkan fungsi lemak dalam makanan yaitu dapat memberikan rasa gurih,
memberikan kualitas renyah (terutama pada makanan yang digoreng), serta
memberikan sifat empuk pada kue. Lemak yang terdapat dalam bahan makanan
sekitar 90%nya merupakan lemak dalam bentuk trigliserida, sedangkan sisanya 10%
adalah dalam bentuk kolesterol dan fosfolipid.
Lemak yang berasal dari produk hewani umumnya mengandung sejumlah
besar asam lemak jenuh. Sebaliknya produk makanan nabati, kecuali minyak kelapa,
mengandung sejumlah besar asam lemak tidak jenuh berantai panjang. Perlu
diketahui, semakin banyak lemak jenuh yang kita konsumsi, maka akan semakin
tinggi pula kadar kolesterol dalam darah kita.3,7
1)
2)
C.Protein
Protein disusun atas unsure karbon (C ), hydrogen (H), oksigen dan kadangkadang ada unsure phosphor (P) dan sulfur (S).3
Protein dibentuk dari asam amino yaitu :3
Asam amino esensial yaitu asam amino yang tidak dapat dibentuk oleh tubuh yang
berjumlah 8 yaitu isoleusin, leusin, lisin, metionin, valin, triptofan, tronin dan
fenilanin.
Asam amino non-esensial yaitu asam amino yang dapat disintesis oleh tubuh yaitu
alanin, asparagin, glisin, glutamine dan prolin.
Dalam tubuh kita protein mempunyai beberapa fungsi antara lain :
a) Bahan enzim untuk mengkatalisi reaksi-reaksi biokimia misalnya tripsin
b) Protein cadangan disimpan dalam beberapa bahan sebagai cadangan makanan
misalnya dalam lapisan aleuron (biji jagung) , ovalbumin (putih telur).
c) Proteintransport, mentransfer zat-zat atau unsure-unsur tertentu misalnya
hemoglobin untuk mengikat O2
d) Protein kontraktilitas, untuk kontraksi jaringan tertentu, misalnya myosin
untuk kontraksi otot.
e) Protein pelindung, melindungi tubuh terhadap zat-zat asing, misalnya antibody
yang mengadakan perlawanan terhadap masuknya molekul asing (antigen) ke
dalam tubuh.
f) Toksin, merupakan racun yang berasal dari hewan, tumbuhan, misalnya bisa
ular.
g) Hormon merupakan protein yang berfungsi sebagai pengatur proses dalam
tubuh, misalnya hormon insulin, pada hewan hormon auksin dan gibberellins
pada tumbuhan.
h) Protein structural, merupakan protein yang menyusun struktur sel, jaringan
dan tubuh organism hidup misalnya glikoprotein untuk dinding sel, keratin
untuk rambut dan bulu.
Berdasarkan sumbernya, protein ada dua macam yatu :
a) Protein hewani, yaitu protein yang berasal dari hewan contohnya daging, ikan,
telur.
b) Protein nabati, yaitu protein yang berasal dari tumbuh-tumbuhan contohnya
kacang-kacangnya.
•
•
D. Vitamin
Vitamin adalah bahan organik yang tidak dapat dibentuk oleh tubuh dan
berfungsi sebagai katalisator proses metabolisme tubuh. 3,4
Ada 2 jenis vitamin:
Vitamin larut lemak yaitu vitamin A, D, E, K.
Vitamin larut air yaitu vitamin B dan C (tidak disimpan dalam tubuh jadi harus ada
didalam diet setiap harinya).
E. Mineral dan Air
Mineral merupakan unsur esensial bagi fungsi normal sebagian enzim, dan
sangat penting dalam pengendalian sistem cairan tubuh. Mineral merupakan
konstituen esensial pada jaringan lunak, cairan dan rangka. Rangka mengandung
sebagian besar mineral. Tubuh tidak dapat mensintesis sehingga harus disediakan
lewat makanan. 3,5,6
1)
3)
Tiga fungsi mineral :
Konstituen tulang dan gigi ; contoh : calsium, magnesium, fosfor.
2) Pembentukan garam-garam yang larut dan mengendalikan komposisi cairan
tubuhcontoh Na, Cl (ekstraseluler), K, Mg, P (intraseluler).
Bahan dasar enzim dan protein.
Macam-Macam sumber Nutrisi yang perlu diperhatikan oleh pasien dengan
penyakit jantung:8,9
 Snacks dan makanan pencuci mulut
Buah-buahan dan es buah dapat dibuat snack dan makanan pencuci mulut
yang baik. Keripik goreng dan crackers tinggi lemak harus dihindari. Penukar
yang sesuai meliputi melba toast, Ry Krips, graham crackers, bagels, English
muufins dan sayuran. Sherbert, angel food cake, fruit flavored gelatin, kue-kue
rendah lemak seperti ginger snaps, newton cookies dan kadang-kadang yogurt
beku atau es susu rendah lemak dapat diterima. Cakes, pie, kue-kue yang terbuat
dari putih telur, pengganti telur, sususkim, dan minyak tak jenuh dapat digunakan
sekali-kali.
 Makanan di luar/di restaurant
Hindari makan goreng-gorengan, pada restoranfast food, pilih dari salad bar
atau makanan yang dibakar. Pesan makanan tanpa saus, mentega dan sour cream.
Gunakan margarine daripada mentega dan gunakan hanya dalam jumlah kecil.
Mintalah salad dressing disajikan disamping dan digunakan dalam jumlah
terbatas. Hindari topping tinggi lemak seperti bacon, telur potong, dan
keju,makanlah sedikit biji matahari dan zaitun.
 Makanan yang menyenangkan.
Umumnya makanan yang menyenangkan tinggi lemak jenuh atau
kolesterol.Salah satu cara mengatasi ini yaitu menyediakan terdahulu casseroles,
roti dan makanan pencuci mulut rendah lemak, komposisi rendah kolesterol lalu
bekukan untuk suatu acara ketika waktu penyiapan singkat. Saat ini beberapa
pabrik sudah membuat makanan beku rendah lemak,rendah kalori.
 Makanan tinggi serat.
Serat yang ‘’larut’’ termasuk pectin, permen karet dan beberapa hemiselulosa
adalah agen hipokolesterolemik. Ini ditemui dalam oat bran, bar ley, leguminosa
dan banyak buah-buahan dan sayuran. Serat yang ‘’ tidak larut’’ seperti selulose,
dijumpai dalam wheat bran, tidak mempunyai efek seperti itu. Pemasukan serat
makanan yang diinginkan adalah sekitar 25-30g/hari.
2.2 DIET
Diet adalah suatu aturan untuk mengatur pola makan dan frekuensi makan. Yang
dimaksud pola makan adalah suatu susunan hidangan yang terdiri dari makanan
pokok, lauk hewani, lauk nabati, sayur dan buah dalam sehari. Frekuensi makan
adalah banyaknya asupan makanan per orang dalam sehari. 2,3,4Penyebab penyakit
jantung adalah akibat proses berkelanjutan, di mana jantung secara berangsur
kehilangan kemampuannya untuk melakukan fungsi secara normal dan terjadi
penyempitan dan sumbatan dari pembuluh nadi jantung. Penyempitan disebabkan
oleh penumpukan zat-zat lemak (lipid kolestrol) yang makin lama makin banyak
langsung di bawah lapisan terdalam (endothelium) dari dinding pembuluh nadi. Pada
awal penyakit, jantung mampu mengkompensasi ketidakefisiensian fungsinya dan
mempertahankan sirkulasi darah normal melalui pembesaran dan peningkatan denyut
nadi.2,3
Penatalaksanaan diet3,4
 Kenali kebutuhan untuk perubahan permanen dan gaya hidup untuk
mengurangi resiko
 Kurangi lemak dan kolesterol dalam diet
 Tingkatkan pemasukan tinggi serat
 Ambil langkah-langkah untuk menurunkan trigliserida (bila memungkinkan)
 Capai dan pertahankan berat badan ideal
 Lakukan olahraga aerobik secara teratur
Tujuan pemberian diet3,4
 Memberikan makanan secukupnya tanpa memberatkan pekerjaan jantung
 Menurunkan BB bila penderita terlalu gemuk
 Mencegah/menghilangkan penimbunan garam/air
 Menurunkan kadar kolesterol LDL di bawah 130 mg/dl dan kadar kolesterol
total di bawah 200 mg/dl
 Mengubah jenis dan asupan lemak makanan
 Menurunkan asupan kolesterol makanan
 Meningkatkan asupan karbohidrat kompleks dan menurunkan asupan
karbohidrat sederhana.
Syarat–syarat diet penyakit jantung adalah :
Energi cukup, untuk mencapai dan mempertahankan berat badan normal. Bila
kegemukan, penurunan BB dapat dicapai dengan asupan energi yang rendah
dan meningkatkan aktivitas fisik. Penurunan BB biasanya menghasilkan
penurunan kadar trigliserida darah yang cepat.
Protein cukup yaitu 0,8 g/kg BB. 10 – 20 % dari kebutuhan energi total
Lemak sedang, yaitu 25-30% dari kebutuhan energi total, 10% berasal dari
lemak jenih,dan 10-15% lemak tidak jenuh.
< 10 % Diet Dislipidemia Tahap I
< 7 % Diet Dislipidemia Tahap II
<300 mg Diet Dislipidemia Tahap I
< 200 mg Diet Dislipidemia Tahap I
Kolesterol rendah.
Vitamin dam mineral cukup. Hindari penggunaan suplemen kalium, kalsium,
dan magnesium jika tidak dibutuhkan.
Garam rendah, 2-3 g/hari, jika disertai hipertensi atau edema.
Makanan mudah cerna dan tidak menimbulkan gas.
Serat cukup untuk menghindari konstipasi.
Cairan cukup, ±2 litar/hari sesuai kebutuhan.
Bentuk makanan disesuaikan dengan keadaan penyakit, diberikan dalam porsi
kecil.
Bila kebutuhan gizi tidak dapat dipenuhi melalui makanan dapat tambahkan
makananenternal, parenteral, atau suplemen gizi.
Jenis diet dan Indikasi Pemberian2,3,4,8
1)
Diet Jantung I
Diet Jantung I diberikan kepada pasien jantung akut atau gagal jantung seperti
Myocard Infact (MCI). Dasar dari diet jantung I karena fungsi jantung terganggu
maka aliran darah ginjal juga akan terganggu. Agar kadar ureum darah tidak
meningkat maka perlu diberikan protein yang rendah. Kegagalan jantung bisa
menyebabkan timbulnya oedema. Untuk mengurangi oedema, pemberian garam harus
dibatasi.
2) Diet Jantung II
Diet diberikan sebagai perpindahan dari Diet Jantung I atau setelah fase akut dapat
diatasi. Walaupun fungsi jantung terganggu, pengaruh terhadap fungsi ginjal belum
tampak, sehingga dapat diberikan tinggi protein. Untuk mencegah terjadinya oedema
perlu diberikan diet rendah garam.
3) Diet Jantung III
Diet diberikan sebagai perpindahan dari Diet Jantung II atau kepada pasien jantung
dengan kondisi yang tidak terlalu berat. Bentuk makanan lunak atau biasa perlu
diberikan makanan tinggi protein dan tinggi kalori.
4) Diet Jantung IV
Diet diberikan sebagai perpindahan dari Diet Jantung III atau kepada pasien jantung
dengan kondisi yang ringan.
2.3 Ciri Khas Diet Pasien Jantung
2.3.1 Pembatasan natrium
Sumber-sumber natrium dalam makanan2,3,8
 Natrium merupakan unsur alami yang terdapat pada semua bahan pangan. Daging,
ikan, susu dan telur mengandung lebih bnayak natrium daripada buah-buahan,
sereal dan sayur mayor.
 Natrium merupakan konstituen dalam garam dapur (natrium klorida) yang lazim
digunakan untuk memasak dan disediakan dimeja makan sebagai penambah rasa.
Natrium juga menjadi komponen beberapa bahan penyedap makanan dan aditif
seperti bumbu masak (monosodium glutamat), soda kue (natrium bikarbonat).
Unsur ini juga terdapat dalam bahan pengawet makanan seperti natrium benzoate
dan natrium sulfit (sendawa)
 Kandungan natrium dalam makanan semakin meningkat dengan diterapkannya
berbagai cara pengawetan seperti menambah garam dalam pembuatan ikan asin,
ebi, ham, lidah asap dan keju. Demikian pula, buah-buahan dan sayuran yang
diasinkan, acar dan sayur yang disimpan dalam botol atau kaleng, berbagai jenis
saus seperti taoco, saus tomat, sambal dan lain-lain
 Roti dan kue yang dikembangkan dengan soda kue atau natrium bikarbonat juga
turut menambah konsumsi natrium bagi mereka yang memiliki kebiasaan makan
roti atau kue sebagai camilan (snack).
2.3.2 Diet rendah garam
Pada sebagian besar kasus, derajat pembatasan yang moderat seperti yang
digambarkan secara garis besaroleh contoh diet rendah garam dibawah ini sudah
cukup memadai. Diet ini dapat dipakai untuk mengatasi hipertensi primer, khususnya
hipertensi ringan. Pada sebagian orang, penyakit hipertensi timbul bersamaan dengan
konsumsi garam yang tinggi.9,10
Sebagian besar preparat diuretikakan menorong ekskresi kalium disamping
ekskresi natrium. Untuk mencegah terjadinya deplesi kalsium selama pengobatan
dengan preparat diuretik diperlukan suplementasi unsur tersebut (misalnya dengan
pemberian tablet kalium, seperti aspar K, atau pemberian serbuk KCl).4,11
Modifikasi berikut ini dilakukan pada diet yang normal :3,12
o Garam digunakan dalam jumlah minimal (tidak lebih dari ½ sendok teh atau 2
gram garam dapur sehari) pada waktu memasak.
o Dimeja makan tidak boleh ditambahkan lagi garam dapur atau pun bahan
penyedap yang mengandung natrium, seperti bumbu masak, kecap, saus tomat
dan lain-lain.
o Konsumsi susu sapi harus dibatasi tidak boleh lebih dari 500 ml per hari.
Kalau mungkin, susu sapi diganti dengan susu nabati (susu kedelai) yang
kandungan natriumnya sangat sedikit.
o Makanan berikut ini harus dihindari :
- Makanan asin : ham, lidah asap, ikan asin, ebi, telur asin, keju, dendeng,
abon, korned, sardencis, dan sebagainya.
- Berbagai penyedap dari aditif : garam dapur, bumbu masak, vetsin, soda
kue, kecap, saus tomat, tauco, petis, terasi dan lain-lain.
- Makanan camilan : roti, kue, biscuit dan lain-lain yang diolah dengan soda
kue atau garam dapur.
- Makanan nabati yang diasinkan : pindakas (mentega kacang), kacang asin,
margari biasa dan lain-lain.
Untuk mengatasi rasa hambar pada diet rendah garam, dianjurkan penggunaan
bumbu yang tidak mengandung natrium seperti gula, cuka, bawang merah, bawang
putih, jahe, kunyit, laos, salam dan lain-lain. Di toko swalayan juga tersedia garam
kalsium khusus diet (Slim and Fit) yang terutama mengandung kalsium klorida.2,15
2.3.3 Diet Rendah Kolesterol Lemak Terbatas
Sejumlah penelitian yang membandingkan berbagai populasi pada berbagai
bagian dunia telah memperlihatkan bahwa kadar kolesterol darah yang tinggi
merupakan salah satu diantara sejumlah factor yang berkaitan dengan peningkatan
inidensi penyakit jantung koroner.3,4,17 Keadaan ini juga behubuingan dengan
konsumsi lemak jenuh dalam berbagai produk susu, telur dan daging, sementara
konsumsi lemak takj jenuh yang terdapat didalam minyak nabati seperti minyak
jagung dan minyak kedelai, relative lebih sedikit.4
Penurunan kadar kolesterol darah dimungkinkan dengan cara mengurangi
konsumsi lemak hewan. Makanan yang mengandung lemak mempunyai nilai kalori
yang tinggi. Masulan kalori sehingga terjadi penurunan berat badan. Apabila keadaan
obesitas tidak terdapat, ke dalam diet harus disertakan makanan ekstra yang
mengandung hidratarang kompleks. Misalnya, ekstra roti tanpa dibubuhi mentega.4,18
Pada beberapa keadaan juga diperlukan pengurangan konsumsi kolesterol.
Kolesterol ditemukan hganya pada lemak hewani. Beberapa bukti menunjukkan
bahwa peningkatan konsumsi lemak, yang kaya akan asam-asam lemak tak-jenuh
ganda, memberikan efek yang menguntungkan dalam penurunan kadar kolesterol
darah. (Contoh-contoh asam lemak omega-3 yang banyak terdapat dalam lemak ikan
trout, hering, salmon dan lemutu).4,19
Berikut ini Diet Rendah Kolesterol dan Lemak Terbatas (RKLT) :4,5,20
Diet RKLT : kaya akan asam-asam lemak tak-jenuh dan rendah kolesterol.
1.
Penggunaan susu skim atau susu kedelai untk menggantikan susu fullcream
atau susu penuh (whole milk).
2.
Mentega, margarine dan minyak goring yang lazim dipakai harus dihindari.
Sebaiknya digunakan minyak jagung atau minyak kedelai untuk menumis atau
memeasak. Untuk keperluan makan roti dapat digunakan margarine khusus yang
kaya akan asam lemak tak-jenuh. Contoh-contoh margarine ini adalah flora (Van
dan Berghs). Golden Corn (Kraft Foods Ltd), remia (Remia Ltd, Holland) yang
dapat dibeli di took swalayan.
3. (a) Sedapat mungkin memilih daging yang kurus, seperti daging ayam kampong
dan daging sapi yang kurus, dan gajih yang terlihat harus dibuang (kulit ayam,
brutu, kepala ayamn jangan dimakan).
(b) Ikan dapat dimakan sebagai pengganti daging bila anda menyukainya. Ikan
yang dagingnya putih memiliki kandungan lemak yang rendah, sedangkan
minyak yang terdapat dalam jaringan ikan yang gemuk atau berdaging gelap
sebagian besar mengandung lemak tak-jenuh.
(c) Kuning atau merah telur, khususnya ayam negeri (broiler) mempunyai
kandungan kolesterol dan lemak jenuh yang tinggi. Sebaiknya memilih telur
ayam kampung dan jumlah merah telur yang dimakan tidak melampaui dua
butir/minggu. Putih telur dapat dimakan bebas.
(d) Keju seharusnya dihindari, kecuali cottage cheese yang dapat dimakan tanpa
bebas.
2.3. Nutrisi pada penyakit jantung
2.3.1 Hipertensi
Hipertensi adalah suatu keadaan dimana tekanan darah meningkat melebihi
batas normal. Batas tekanan darah normal bervariasi sesuai dengan usia. Berbagai
factor dapat memicu terjadinya hipertensi, walaupun sebagian besar (90%) penyebab
hipertensi tidak diketahui (hipertensi essential). Penyebab tekanan darah meningkat
adalah peningkatan kecepatan denyut jantung, peningkatan resistensi (tahanan) dari
pembuluh darah tepi dan peningkatan volume aliran darah. Faktor gizi yang sangat
berhubungan dengan terjadinya hipertensi melalui beberapa mekanisme.
Aterosklerosis merupakan penyebab utama terjadinya hipertensi yang berhubungan
dengan diet seseorang, walaupun faktor usia juga berperan, karena pada usia lanjut
(usila) pembuluh darah cenderung menjadi kaku dan elastisitasnya berkurang.20
2.3.1.2 Nutrisi Preventif Hipertensi
Faktor penyebab utama terjadinya hipertensi adalah asteroklerosis yang
didasari dengan konsumsi lemak berlebih, oleh karena untuk mencegah timbulnya
hipertensi adalah mengurangi konsumsi lemak yang berlebih disamping pemberian
obat-obatan jika diperlukan.Pembatasan konsumsi lemak sebaiknya dimulai sejak dini
sebelum hipertensi muncul, terutama pada orang-orang yang mempunyai riwayat
keturunan hipertensi dan pada orang menjelang usia.4,20
Makanan dan pronsip yang harus dihindari atau dibatasi adalah:Capai dan
Pertahankan Berat Badan Ideal4,5,25
 Makanan yang berkadar lemak jenuh tinggi (otak, ginjal, paru, minyak
kelapa,gajih).
 Makanan yang diolah dengan menggunakan garam natrium (biscuit, craker, keripik
dan makanan kering yang asin)
 Makanan dan minuman dalam kaleng (sarden, sosis, korned, sayuran serta buahbuahan dalam kaleng, soft drink).
 Makanan yang diawetkan (dendeng, asinan sayur/buah, abon, ikan asin, pindang,
udang kering, telur asin, selai kacang)
 Susu full cream, mentega, margarine, keju mayonnaise, serta sumber protein
hewani yang tinggi kolesterol seperti daging merah (sapi/kambing), kuning telur,
kulit ayam)
 Bumbu-bumbu seperti kecap, maggi, terasi, saus tomat, saus sambal, tauco serta
bumbu penyedap lain yang pada umumnya mengandung garam natrium
 Alkohol dan makanan yang mengandung alkohol seperti durian, tape.
 Capai dan Pertahankan Kadar Kolesterol
Asam lemak ini terdapat pada produk makanan jadi yang mengandung minyak
tumbuhan yang terhidrogenasi sebagian seperti kue kering, kraker, makanan yang
dipanggang dan digoreng. Minyak yang digunakan pada makanan yang digoreng di
kebanyakan restoran kemungkinan mengandung asam lemak trans yang
tinggi.Disamping itu juga harus menurunkan konsumsi bahan makanan tinggi
kolesterol, peningkatan penggunaan serat untuk setiap gram dapat menurunkan
kolesterol LDL rata-rata 2,2 mg/dl. Sehingga dianjurkan diet tinggi serat yang
diperoleh dari sumber karbohidrat seperti nasi, jagung, ubi, gandum, kentang, talas,
oat.
 Pertahankan Tekanan Darah Normal
Asupan garam (Natrium Chlorida) dapat meningkatkan tekanan darah.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa rata-rata penurunan asupan natrium ± 1,8
gram/hari dapat menurunkan tekanan darah sistolik 4 mmHg dan diastolik 2
mmHg pada penderita hipertensi.4,26 Disarankan asupan garam <6 gram sehari atau
kurang dari 1 sendok teh penuh. Dianjurkan untuk tidak mengkonsumsi alkohol
atau bahan makanan yang mengandung alkohol karena dapat meningkatkan
tekanan darah. pemberian suplemen kalium dapat menurunkan tekanan darah.
Dengan suplementasi diet kalium 60-120 mmol/hari dapat menurunkan tekanan
darah sistolik dan diastolik 4,4 dan 2,5 mmHg pada penderita hipertensi dan 1,8
serta 1,0 mmHg pada orang normal.4,27
Pola makan sehat bertujuan untuk menurunkan dan mempertahankan berat
badan ideal, sehingga dianjurkan untuk menyeimbangkan asupan kalori dengan
kebutuhan energi total dengan membatasi konsumsi makanan yang mengandung
kalori tinggi dan atau makanan yang kandungan gula dan lemaknya tinggi.
Sehingga kebutuhan kalori harus dikurangi 500 – 1000 KKal/hari.4,26,27
Dianjurkan untuk meningkatkan penggunaan sayuran, buah-buahan, kacangkacangan dan produk biji-bijian serta mengurangi bahan makanan hewani (daging
merah), lemak atau minyak jenuh (mentega atau santan), karbohidrat murni (gula,
tepungtepungan) dan yang mengandung alkohol. Dalam menjalankan diet rendah
kalori,berhati-hati terjadinya kekurangan zat gizi mikro (vitamin dan mineral), oleh
karena itu, dianjurkan banyak makan sayuran dan buah-buahan.4,28
Tabel 1. Pembaguan makanan sehari-hari 4
Pembagian Makanan Sehari
Bahan Makanan
Pagi :
Nasi
Telor ayam/susu skim
Tempe/tahu
Sayuran
Berat(Gram)
Urt
100
55/30
25
50
¾ gls
1 btr/2 sdk mkn
½ ptg
½ gls
Jam 10.00 : Buah
100
1 ptg bsr
Siang :
Nasi
Daging/ayam
Tempe/tahu
Sayuran
Buah
Minyak utk menggoreng
100
25
25
50
100
15
¾ gls
½ ptg
1 ptg
½ gls
1 ptg bsr
1 sdm
Jam 16.00 : Buah
100
1 ptg bsr
100
25
25
50
100
¾ gls
½ ptg
½ ptg
½ gls
1 ptg bsr
Malam :
Nasi
Ikan
Tempe/tahu
Sayuran
Buah
Catatan :konsumsi garam dapur tidak
lebih dari ¼ - ½ sendok teh/hari
2.3.1.3 Nutrisi Kuratif Hipertensi
2.3.1.3.1Penatalaksanaan Gizi
Tujuan dari penatalaksanaan gizi adalah untuk mempertahankan dan membuat
tensi normal.
2.3.1.3.2 Intervensi dan pendidikan pasien
Intervensi dan pendidikan termasuk tindakan sebagai berikut:28
a) Penentuan kebutuhan untuk mengubah diet dan cara hidup
Pasien harus berpatisipasi dalam penilaian pola diet pribadi dan
olahraga, serta berat dan strategi dalam perencanaan perubhan yang permanen.
Perubahan bertahap mungkin lebih berhasil daripada perubahan yang tiba-tiba.
b) Pengurangan pemasukan natrium
Pembatasan natrium dapat membantu menurunkan tekanan darah pada
beberapa indivdu dengan hipertensi. Dokter biasanya menetukan kadar
pembatsan natrium dengan melihat seberapa berat hipertensinya. Kotak di bawah
ini menggambarkan tingkat pembatasan natrium. Pasien harus dianjurkan untuk
memilih rasa lainnya untuk menurunkan garam setelah 3 bulan dengan diet
pembatsan natrium.Pembatasan natrium dapat pula diaplikasikan dengan
penggunaan bumbu-bumbu rendah natrium. Daun-daunan dan bumbu (kecuali
yang tinggi natium spt : biji seledri, bawang putih, bawang merah atau garam
seledri) dan aroma seperti juz lemon dapat digunakan sebagai pengganti garam.
The American Health Association memberikan resep-resep makanan
rendah natrium termasuk untuk campuran bumbu yang digunakan sebagai
pengganti natrium. Garam pengganti biasanya mengandung kalium klorida
daripada natrium klorida. Hal ini merupakan resep dokter apabila pasien tidak
mengalami gangguan ginjal.15,28
Tabel 2. Makanan yang harus dihindari pada diet pembatasan natrium 4,5
Makanan yang harus dihindari pada diet pembatasan natrium
Pembatasan Ringan ( 2-3g/hari )
Jangan gunakan :
- Garam di meja ( gunakan sedikit garam pada waktu masak; 1sdt garam = 2300mg natrium )
- Makanan yang diasap, atau diawetkan atau diawetkan dengan garam seperti ikan asin, ham,
bacon, sosis, cold cuts, kornet sapi , kosher meats, sauerkraut, minyak zaitun.
- Makanan snack asin, seperti chips, pretzel, popcorn, crackers, kacang.
- Bumbu-bumbu seperti bawang, bawang putih dan garam seledri dan monosodium
glutamate, boulin, pelunak daging, saus seperti saus tomat, mustard, relishes, kecap
Worcestershire sause dan acar.
- Keju dan kacang.
Pembatasan sedang/moderat ( 1g/hari )
Jangan gunakan :
- Garam pada masakan dan dikonsumsi tanpa olahan
- Semua makanan yang sudah dilarang pada “Pembatasan Ringan”
Pembatasan Sedang/Moderat (1 g/hari)
Jangan gunakan:
- Makanan kaleng seperti daging, ikan, sayuran, jus buah (kecuali rendah natrium)
- Makanan yang dibekukan seperti ikan fillet
- Lebih dari satu sajian per hari
- Buttermilk
- Roti
- Sereal kering
- Instant oatmeal dan bubur jagung
- Kerang (kecuali tiram)
- Mentega dan margarin, salas dressing dan mayonaise
- Baking Powder
- Air yang diberi obat untuk melunakkan air
- Air botolan (kevuali diinformasikan rendah natrium)
- Soft drink biasa atau diet (kevuali diberi keterangan rendah natrium)
Pembatasan Keras (0,5 g/hari)
Jangan gunakan:
- Semua makanan yang tercantum pada pembatasan ringan dan sedang
- Lebih dari 2 gelas susu per hari
- Makanan komersial yang terbuat dari susu
Perlu Diperhatikan bahwa :
Konsumsi garam dapur tidak lebih dari ¼ - ½ sendok teh/hari atau dapat menggunakan garam
lain diluar natrium.
Tingkatkan pemasukan kalium
Memasukkan kalium tinggi (4,5-7 g atau 120-175 mEq/hari) dapat memberikan efek
penurunan tekanan darah. Ini juga membantu mengganti kehilangan kalium akibat
penggunaan diuretik. Buah-buahan dan sayuran segar biasanya tinggi kalium dan
rendah natrium. Kadar kalium pada beberapa makanan yang umum digunakan
adalah apel mentah dan lain sebagainya.
Tingkatkan pemasukan kalsium
Kecukupan kalsium penting untuk mencegah dan mengobati hipertensi: 2-3 gelas
susu skim atau 40 mg/hari, 115 gram keju rendah natrium dapat memenuhi
kebutuhan kalsium 250 mg/hari. Sedangkan kebutuhan kalsium perhari rata-rata 808
mg.
2.3.2 Penyakit Jantung Koroner
Jantung koroner merupakan salah satu penyakit pembunuh yang paling
ditakuti di seluruh dunia. Biasanya penyakit ini dialami oleh orang berusia produktif
dan menyerang secara mendadak hingga menimbulkan kematian.Penyakit jantung
koroner (PJK) terjadi bila ada timbunan (plak) yang mengandung lipoprotein,
kolesterol, sisa-sisa jaringan, dan terbentuknya kalsium pada intima, atau permukaan
bagian dalam pembuluh darah. Plak ini membuat intima menjadi kasar, dan trombosis
tertarik ke daerah yang kasar, membentuk gumpalan. Bila plak cukup besar untuk
menyumbat aliran darah, jaringan akan kekurangan oksigen dan zat gizi sehingga
menimbulkan daerah infark. PJK menunjukkan gejala bila terjadi infark miokard (MI)
atau bila terjadi iskemia miokard seperti angina pektoris.1,2,3
Kolesterol serum dibawa oleh beberapa lipoprotein yang diklasifikasikan
menurut densitasnya. Lipoprotein dalam urutan densitas yang meningkat adalah:
kilomokron, VLDL (very low density lipoprotein), LDL(low density lipoprotein), dan
HDL (high density lipopropotein). LDL membawa hampir semua kolesterol dan
merupakan yang paling aterogenik. HDL menurunkan risiko dari PJK dengan
memindahkan kolesterol dari jaringan ke hati, tempat kolesterol dimetabolisme dan
diekskresikan. Orang dewasa dapat diklasifikasikan sebagai berisiko PJK berdasarkan
jumlah total dan kadar kolesterol LDLnya.1,2
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Faktor risiko bagi penyakit jantung koroner:3
Jenis kelamin pria
PJK pada orang tua atau keluarga sebelum umur 55 tahun
Merokok lebih dari 10 batang per hari
Hipertensi
Konsentrasi HDL di bawah 35mg/dl
Diabetes melitus
Riwayat penyakit serebrovaskuler atau vaskuler perifer
Kelebihan berat badan lebih dari 30%
Menurut Krisnatuti prinsip diet yang dapat dianjurkan sebagai berikut:3
o Masukan energi yang seimbang, artinya harus sesuai dengan kebutuhan
o Energi yang berasal dari lemak tidak lebih dari 30%
o Membatasi konsumsi lemak
o Membatasi konsumsi alkohol dan kopi
o Lebih banyak dan lebih bervariasi menggunakan sayur dan buah
o Batasi penggunaan makanan yang diawetkan dan perbanyak makanan segar
o Tidak merokok.
Sedangkan syarat diet yang dianjurkan untuk penderita jantung koroner adalah
sebagai berikut: rendah kalori (terutama bagi penderita yang terlalu gemuk), protein
dan lemak sedang, cukup vitamin dan mineral, rendah garam bila ada tekanan darah
tinggi, mudah dicerna, tidak merangsang dan tidak menimbulkan gas, porsi kecil dan
frekuensi pemberian tergolong sering.29
Tabel 3. Klasifikasi kadar kolesterol serum5
Klasifikasi
Kolesterol serum (mg/dl)
Kolesterol total
Diinginkan
<200
Batas-tinggi
200-239
Tinggi
>240
Kolesterol LDL
*
Diinginkan
<130
Batas-risiko tinggi
130-159
Resiko tinggi
>160
*
Kolesterol LDL dapat dihitung dengan rumus :
Kolesterol LDL = kolesterol total – kolesterol HDL – (trigliserida/5)
2.3.2.1 Nutrisi Preventif Penyakit Jantung Koroner
Untuk mencegah terjadinya Jantung koroner, para penderita kolesterol darah
yang tinggi harus melakukan terapi diet untuk menjaga kestabilan kolesterol, seperti
tabel4. Penatalaksanaan diet perlu juga memperhatikan pola makan penderita sebelum
sakit. Ini dimaksudkan agar pola makan tidak terlalu menyimpang dari biasanya
sehingga makanan dapat mudah diterima oleh penderita.4
Tabel 4. Terapi diet untuk kolesterol darah yang tinggi
Zat gizi
Lemak total
Konsumsi yang dianjurkan
Diet tahap pertama
25-35% dari Kalori Total
Asam lemak jenuh
Kurang dari 7% kalori total
Asam lemak
polyunsaturated
> 10% kalori total
Asam lemak
monounsaturated
> 20% kalori total
Karbohidrat
50-60% dari kalori total, 15% dari
Diet tahap kedua
Kurang dari 10% kalori
total
Sampai 10% kalori total
Protein Kolesterol
total kalori
Kalori total
Kurang dari 300 mg/hari
Kurang dari 200mg/hari Sampai
mencapai dan mempertahankan
berat yang diinginkan
2.3.2.2 Nutrisi Kuratif Penyakit Jantung Koroner
Modifikasi diet merupakan bagian pengobatan untuk semua individu dengan
PJK, karena pengurangan pemasukan lemak jenuh dan kolesterol membantu
mengurangi kolesterol serum. Pada kasus-kasus berat, terapi obat-obatan mungkin
diperlukan. Obat-obatan yang umum digunakan adalah asam empedu sekuestrans
kolestiramin dan kolestipol; asam nikotinat, yang menurunkan total kolesterol dan
LDL serta trigliserida; inhibitor sintesis kolesterol, seperti lovastatin; turunan asam
fibrat seperti gemfibrozil dan klofibrat, yang menurunkan trigliserida dan
meningkatkan kolesterol HDL; dan prubocol, yang menurunkan kolesterol LDL dan
juga kolesterol HDL.33
Tabel 5 Makanan yang Boleh dan Tidak Boleh Diberikan kepada Penderita PJK4,5,30
Golongan bahan
Boleh diberikan
Tidak boleh diberikan
Sumber hidrat arang
Beras, bulgur, singkong, talas,
kentang, macaroni, mie, bihun,
roti, biscuit, tepung, gula
Daging sapi kurus, ayam, bebek,
ikan, telur, susu dalam jumlah
terbatas
Kacang kering maksimum 25
gram/hari, tahu, tempe, oncom
Kue yang terlalu manis dan gurih
seperti cake, tarcis, dodol
Sumber protein hewani
Sumber protein nabati
Semua daging berlemak ham,
sosis
Goreng-gorengan, santan kental
Sumber lemak
Minyak, margarin, mentega
sedapat mungkin tidak untuk
menggoreng, kelapa, santan encer
dalam jumlah terbatas.
Sayuran
Sayuran yang tidak mengandung
gas, bayam, kangkung, buncis,
kacang panjang, taoge, labu siam,
oyong, tomat dan wortel
Buah-buahan
Semua buah, nangka, durian,
advokad, hanya diperbolehkan
dalam jumlah terbatas
Bumbu
Bumbu dapur, pala, kayu manis,
asam, gula, garam
Cabai dan bumbu lain yang
merangsang
Minuman
Teh encer, cokelat, sirop, susu
dalam jumlah terbata
Kopi, teh kental, minuman yang
mengandung soda dan alkohol
Sayuran yang menimbulkan gas,
sawi, kol, lobak.
Makanan yang menolong bagi penderita penyakit jantung koroner adalah sebagai
berikut :
a) Sumber antioksidan, meliputi :
 Sumber B-Karoten, yaitu ubi jalar, wortel, labu kuning, mangga bayam dan
kailan
 Sumber vitamin E, yaitu asparagus, taoge, minyak sayur dan kacang-kacangan
 Sumber vitamin C, yaitu daun singkong, mangga, jeruk, brokoli, sawi dan
jambu biji.
b) Sumber asam lemak omega 3, yaitu jenis ikan laut (teri, sarden, tenggiri dan
tembang), serta minyak ikan.
c) Sumber asam folat, yaitu kacang-kacangan (kacang hijau, kacang merah dan
kacang polong), sari jeruk asli, bayam dan hati ayam
d) .Sumber vitamin B6, yaitu pisang, daging ayam tanpa lemak, beras merah,
oatmeal dan tuna putih dalam kaleng.
e)Sumber flavonoid, yaitu melon, anggur, jeruk, pepaya, mangga, kesemek dan
jambu biji.
f) Makanan tinggi serat, yaitu serealia, kacang-kacangan, labu, jagung, apel dan
sayuran.
g) Bawang putih
h) Sumberlycopene, yaitu tomat masak
i) Minyak zaitun.
Makanan yang harus dikurangi oleh penderita penyakit jantung koroner adalah
sebagai berikut : daging berlemak, telur, susu penuh (whole milk), jeroan, makanan
tinggi kolesterol dan lemak jenuh (Wirakusumah, 2001).
Banyak mengkonsumsi lemak hewani (lemak jenuh) akan meningkatkan
kolesterol dalam darah, dalam proses jangka panjang akan mengakibatkan
penimbunan (flak) di pembuluh darah sehingga aliran darah ke seluruh tubuh dapat
terganggu. Apabila perubahan ini terjadi pada pembuluh darah koronaria
menyebabkan PJK (Krisnatuti dan Yenrina, 2000).
2.3.3 Gagal Jantung Kongestif
Gagal jantung Kongestif terjadi akibat menurunnya efisiensi miocard yang
disebabkan oleh infark miokard, penyakit katub jantung, hipertensi, defisiensi tiamin
dan kondisi lainnya. Laju darah menurun dengan gangguan eksresi natrium dan air.
Sering sebagai akibatnya adalah edema perifer dan edema paru dan asites.
Terapi gizi bagi pasien –pasien gagal jantung kongestif (decompensasi
jantung) harus berfokos pada keseimbangan status cairan dan elektrolit :



Pemantauan status kalium jika pasien mendapatkan terapi deuretik; pada
hipokalemia, kalium dapat diberikan dalam bentuk makanan yang banyak
mengandung kalium seperti kacang hijau atau suplemen kalium.
Pembatasan asupan garam (natrium) hingga 2-3 g natrium perhari (konsumsi
garam yang berlebihan dapat menyebabkan retensi cairansehingga menambah
berat gejala edema yang biasa terjadi pada decompensasi jantung ). Diet
rendah natrium merupakan kontraindikasi pada salt-depleting renal diseases
seperti pielenofritis yang menggangu fungsi tubulus ginjal dalam menyerap
natrium.
Penyusuain pembatasan cairan dilakukan menurut :
a) Respons pasien terhadap pengobatan
b) Kepatuhan terhadap pembatasan natrium
c) Intensitas / prorestifitas penyakit
Pasien gagal jantung kongestif harus dianjurkan untuk membaca label pada
kemasan makanan sehingga mengetahui adanya natrium yang tersembunyi dlam
bentuk bahan – bahan aditif / pengawet makanan. Obat – obatan juga dapat
mengandung natrium dalam jumlah yang berarti ( barbiturat, antibiotik, alkalires
lambung, dll ) dan dengan demikian pasien harus berkonsultasi dengan dokter tentang
kandungan natrium dalam obat – obatan yang digunakan.
Pasien gagal jantung kongestif yang lanjut dapat menderita kakeksia (cardiac
cahexia) berat dan penurunan masa lemak maupun otot. Etiologi kakeksia jantung ini
mencakup anoreksia, hipermetabolisme yang berhubungan dengan kargiomegali, dan
kehilangan nitrogen yang berhubungan dengan hipoksia / malabsorpsi. Terapi
kakeksia jantung memerlukan dukungan gizi yang agresif yang umumnya mencakup
enteral feeding untuk membantu asupan oral. Kalau perlu , furmula enteral bagi
keperluan ini mengandung unsur – unsur gizi elemental seperti peptida, maltodekstrin
dan minyak rantai sedang (MCT) agar kalori yang cukup dapat diberikan tanpa
memboroskan banyak energi untuk menyerap unsur – unsur tersebut.
2.3.3.1 Nutrisi Preventif
Untuk mencegah penyakit koroner/ kardiovaskuler, kita perlu memperhatikan
beberapa hal berikut ini:4,30
 Mempertahankan kadar kolestrol total <200 mg/dL rasio kolesterol total: HDL
kolesterol <4,5 LDL-kolesterol <100 mg/dL (bila pasien pernah mengalami
serangan jantung koroner atau menderita penyakit diabetes)
 Mempertahankan IMT agar kurang dari 23 dan lingkaran perut kurang dari
80cm (pada wanita) serta kurang dari 90cm (pada laki-laki) jika hal ini di
mungkinkan.
 Mengurangi asupan lemak penuh hingga kurang dari 5% dari total kalori atau
gunakan hanya 2-3 sendok makan minyak ( khususnya minyak nabati yang
mengandung asam lemak tak-jenuh) per hari. Hindari makanan yang banyak
mengandung lemak jenuh seperti tercantum dalam tabel 3-2. Cara memasak
yang baik untuk mengurangi asupan lemak ini adalah merebus,mengukus,
menanak,menumis,memanggang,membakar dan memepes.
 Tingkatkan asupan lemak tak-jenuh tunggal (MUFA), seperti minyak
zaitun,minyak kanola,minyak kacang dan alpukat,hingga sekitar 20% dari
total kalori per hari. Makan makanan yang mengandung asam lemak omega-3
seperti ikan laut (lihat tabel 3-3) dan minyak tak jenuh-ganda (PUFA) dalam
jumlah sekitar 10% dari total kalori per hari. Dalam penelitian diet jantung di
Lyon (Lyon Diet Heart Study), Prancis, terhadap 600 orang responden dengan
riwayat serangan jantung koroner ternyata diet mediteranian yang terdiri atas
menu sayuran,buah,sereal utuh,ikan dan minyak zaitun atau kanola sebagai
sumber ternyata menghasilkan angka insidensi serangan jantung ulang yang
lebih kecil bila di bandingkan dengan kelompok sama yang makan biasa
(Lorgeril M.et al,1999).
 Jika kadar trigliserida tinggi,kurang konsumsi hidratarang sederhana seperti
gula pasir,gula aren,madu,dan makanan manis lainnya.perbanyak konsumsi
hidratarang kompleks seperti sayuran,buah,dan sereal/ bijian yang utuh serta
makanan
berserat
lainnya
(agar-agar,kolang-kaling,selasih,rumput
laut,cincau).
 Jika kadar homosistein dalam darah tinggi,diet yang dapat di lakukan untuk
menurunkannya adalah dengan meningkatkan konsumsi makanan nabati yang
kaya akan asam folat dan vitamin B6 seperti sayuran hijau serta biji-bijian atau
kacang-kacangan yang utuh.
 Tingkatkan asupan serat pangan hingga 35 gram/ hari dengan konsumsi jenisjenis makanan seperti di sebutkan di atas
 Makan makanan yang banyak mengandung nutrient antioksidan seperti
vitamin E,C dan beta-karoten (tabel 3-4,3-7,3-13,dan 3-18) yang akan
mengurangi kadar LDL teroksidasi. LDL teroksidasi lebih sukar difagositosis
oleh sel-sel fagosit seperti makrofag dari pada LDL biasa sehingga bentuk
teroksidasi ini lebih bertahan dalam serum.
 Pertimbangkan suplementasi 500 mg vitamin C dan 200 IU vitamin E per hari.
 Lakukan olahraga aerobic selama 30 menit per hari.
2.3.3.2 Nutrisi Kuratif
Adapun nutrisi kuratif untuk penyakit jantung koroner/kardiovaskular
4,8








adalah:
Pengurangan natrium pada diet untuk mengurangi retensi cairan
Jumlah natrium yang diijinkan berkisar 45-70 mg/kg/hari pada bayi, dan 2 g untuk
orang dewasa. Kotak pembatasan natrium memberikan petunjuk untuk mencapai
batasan natrium. Biasanya dibutuhkan untuk jangka panjang, sehingga pasien dan
keluarga nya perlu endapatkan instruksi tentang pembatasa natrium
Pengurangan untuk pemasukan cairan untuk membantu mengurangi volume
peredaran darah
Jumlah cairan yang dianjurkan berkisar 80-160 ml/kg/hari pada bayi dan 1,5-2 liter
perhari untuk orang dewasa. Ini termasuk makanan yang berasal dari makanan serta
cairan yangdiberikan bersama obat. Beberapa makanan padat pada suhu ruangan dan
cair pada suhu tubuh. Gelatin dapat dihitung 100% air, es krim 33% air, es buah da
sherbet 50% dan custard 75 %. Zat-zat gizi bila mungkin harus dienuhi dalam volume
kecil. Bila perlu diberikan makanan parenteral, 20% emulsi lemak (2kkal/ml) dapat
digunakan sebagai sumber lemak.
Tingkatkan pemasukan kalium menjadi 4,-7 g/hari, kecuali bila ada gangguan ginjal
Diuretik meningkatka kehilangan kalium dan terjadi hipokalemia sebagai predisposisi
dari toksisitas digitalis.
Bagi makanan yang akan dimakan dalam sehari dalam bentuk porsi kecil
Bagi pasien jantung dengan sesak napas, makan dalam 5-6 porsi kecil sehari lebih
dapat diterima dengan baik daripada 3 porsi besar sehari.
2.3.4 Trombosis Vena dalam
Trombosis vena dalam adalah suatu keadaan terjadinya gumpalan darah
(trombus) pada pembuluh darah balik (vena) dalam di daerah tungkai bawah.
Trombus yang terbentuk di tungkai bawah tersebut dapat lepas dari tempatnya dan
berjalan mengikuti aliran darah, disebut dengan emboli. Emboli yang terbentuk dapat
mengikuti aliran darah hingga ke jantung dan paru. Biasanya emboli tersebut akan
menyumbat di salah satu atau lebih pembuluh darah paru, menimbulkan suatu
keadaan yang disebut dengan embolisme paru.4,5,32
Tingkat keparahan dari embolisme paru tergantung dari jumlah dan ukuran
dari emboli tersebut. Jika ukuran dari emboli kecil, maka akan terjadi penyumbatan
pada pembuluh darah paru yang kecil, sehingga menyebabkan kematian jaringan paru
(pulmonary infarction). Namun jika ukuran emboli besar maka dapat terjadi
penyumbatan pada sebagian atau seluruh darah dari jantung kanan ke paru, sehingga
menyebabkan kematian.
2.3.4.1 Nutrisi Preventif Trombosis Vena Dalam
Sama dengan penatalaksanaan di atas.
2.3.4.2. Nutrisi Kuratif Trombosis Vena Dalam
Selain terapi di atas, trombosis vena dalam juga dapat diatasi dengan terapi
komplemen dan alternatif. Salah satu pengobatan komplemen dan alternatif yang
efektif dan aman untuk trombosis vena dalam adalah dengan nattokinase.Nattokinase
adalah salah satu jenis pangan fungsional yang dibuat dari natto, suatu makanan hasil
dari fermentasi kedelai dengan bantuan bakteri Bacillus subtilis natto. Natto
merupakan makanan populer di Jepang, dan sudah dikonsumsi selama lebih dari 1000
tahun. Dari suatu penelitian yang dilakukan oleh Dr. Hiroyuki Sumi dari Department
of Physiology, Miyazaki Medical College, Jepang, ternyata lendir dari natto
mengandung enzim nattokinase, yang dapat meningkatkan kemampuan tubuh secara
natural untuk memecah bekuan darah.
2.4 Jenis-Jenis Diet
2.4.1 Low-Fat Diets
Konsumsi diet rendah lemak berlaku umum di semua pedoman klinis pada
guidelinesCV prevention, dan karena itu tidak akan dibahas secara rinci dalam naskah
ini. Secara singkat, diet berdasarkan total konsumsi lemak 25% -35% dari total kalori,
yang, lemak jenuh (SFA) sebaiknya tidak lebih dari 7% -10%, lemak trans (TFA)
kurang dari 1%, tak jenuh lemak, lemak tak jenuh tunggal terutama (MUFA) dan
omega-3 tak jenuh ganda lemak (n-3 PUFA) harus mewakili sisa kalori dari lemak
dan kolesterol, untuk total kurang dari 300 mg / hari. Rekomendasi ini dapat dicapai
dengan memilih daging rendah lemak dan menekankan sayuran, produk susu rendah
lemak dan susu 1%, dan menurunkan makanan yang mengandung TFA. Umumnya,
diet ini meningkatkan asupan karbohidrat, dan kontroversi tetap tentang jenis dan
jumlah karbohidrat yang dikonsumsi.15
2.4.2 Low-Carbohydrate Diets
Diet rendah karbohidrat didefinisikan sebagai konsumsi 30-130 g karbohidrat
per hari atau sampai dengan 45% dari total kalori. Studi intervensi mengakibatkan
pengurangan trigliserida (TG) dan peningkatan HDL-kolesterol (HDL-C). Sistematis
review dan meta-analisis terbaru antara 1141 pasien obesitas, menunjukkan diet
rendah karbohidrat berhubungan dengan penurunan yang signifikan dalam berat
badan (-7.04 kg (95% CI -7.20 / -6.88)), massa tubuh indeks (BMI) (-2.09 kg / m2)
(95% CI -2.15 / -2.04), tekanan darah sistolik (-4.81 mmHg (95% CI -5.33 / -4.29)),
tekanan darah diastolik (-3.10 mmHg (95 % CI -3.45 / -2.74)), plasma TG (-29.71
mg / dL (95% CI -31.99 / -27.44)), serta peningkatan HDL-C (1.73 mg / dL) [95% CI
1.44 /2.01]. Low-density lipoprotein kolesterol (LDL-C) dan kreatinin tidak berubah
secara signifikan. Para penulis menyimpulkan bahwa diet rendah karbohidrat
menghasilkan efek menguntungkan pada berat badan dan faktor risiko kardiovaskuler
utama; Namun, efek pada kesehatan jangka panjang tidak diketahui. Sebuah dua
tahun Intervensi diet Acak Terkendali (DIRECT) trial di antara 322 peserta cukup
obesitas yang membandingkan rendah lemak, Mediterania, dan diet rendah
karbohidrat menemukan bahwa dibandingkan dengan diet lainnya, diet rendah
karbohidrat yang paling efektif dalam menurunkan berat badan, penurunan TG dan
meningkatkan kadar HDL-C. Namun, pada follow-up empat tahun setelah selesai
studi acak, berat kembali pada kelompok rendah karbohidrat juga yang paling
menonjol, yang mengakibatkan penurunan berat badan secara keseluruhan serupa di
antara kelompok rendah lemak dan rendah karbohidrat. Meskipun berat badan parsial
ini kembali, ada penurunan rasio LDL-C untuk HDL-C (pengurangan 0,16, p = 0,04),
dan penurunan tingkat TG (11,3 mg / dL, p = 0,02) tetap signifikan pada kelompok
rendah karbohidrat, menunjukkan, efek pasca-intervensi yang menguntungkan tahan
lama.16,17
2.4.3 Mediterranean Diet
Diet Mediterania awalnya dijelaskan di Crete dan Italia, dan ditandai oleh
asupan lemak relatif tinggi (40% -50% dari total kalori harian), yang terdiri dari SFA
≤8% dan MUFA15% -25% dari kalori. Hal ini ditandai dengan asupan omega-3 asam
lemak yang tinggi dari ikan dan sumber tanaman dan Omega-6 rendah: Omega-3 rasio
2: 1-1: 1 dibandingkan dengan 14: 1 di Eropa. Hal ini didasarkanpada musiman, lokal,
sayuran segar, buah-buahan, dan biji-bijian utuh roti, kacang-kacangan, kacangkacangan, dan minyak zaitun.Asupan moderat produk susu (rendah lemak), serta
telur, ikan, dan ayam diperbolehkan, sementara merahdaging dihindari. Kecil sampai
sedang jumlah anggur didorong dengan makanan. Kepatuhan terhadap diet
Mediterania dikaitkan dengan risiko rendah penyakit jantung koroner (PJK), seperti
yang ditunjukkan dalammeta-analisis dari tujuh studi kohort; peningkatan 2-titik
kepatuhan terhadap diet Mediterania terkait dengan penurunan yang signifikan dari
kematian secara keseluruhan. RR = 0.92; [95% CI 0.90-0.94], kejadian atau kematian
kardiovaskular (RR = 0,90; (95% CI 0,87-0,93)). Dalam intervensi acak trial multi
centre di Spanyol, peserta yang berada di risiko kardiovaskular tinggi, tapi tanpa
penyakit kardiovaskular dipendaftaran, dibagi ke salah satu dari tiga diet: diet
Mediterania dilengkapi dengan extra-virginminyak zaitun, diet Mediterania
dilengkapi dengan kacang campuran, atau diet kontrol (saran untuk mengurangi diet
lemak).Titik akhir primer adalah tingkat kejadian kardiovaskular utama (infark
miokard,stroke, atau kematian akibat kardiovaskuler). Atas dasar hasil analisis
sementara, sidangdihentikan setelah tindak lanjut median 4.8 tahun.HR multivariabeldisesuaikan adalah: HR = 0.70 (95% CI 0.54-0.92) dan 0.72 (95% CI, 0.54-0.96)
untuk kelompok ditugaskan untuk diet Mediterania dengan minyak zaitun extra-virgin
(96 peristiwa) dan kelompok ditugaskan untuk diet Mediterania dengan kacang (83
peristiwa), masing-masing, dibandingkan dengan kelompok kontrol (109 kejadian).
Tidak ada efek samping yang berhubungan dengan diet yang dilaporkan. Penelitian
ini menegaskan bahwa, di antara orang-orang yang berisiko tinggi kardiovaskular,
diet Mediterania dilengkapi dengan minyak zaitun extra-virgin atau kacang
mengurangi kejadian kejadian kardiovaskular utama. 18,19
Piramida diet Mediterranean19
2.4.4 Dash Diet
The Dietary Approach to Stop Hypertension (DASH) diet adalah program gizi
dirakit pada 1990-an dan dinilai dalam uji intervensi dikendalikan. Target utamanya
adalah untuk menurunkan tekanan darah, dan karena itu kejadian kardiovaskular,
dengan cara gizi. Diet DASH terdiri sayuran dan buah-buahan, serta produk susu
rendah lemak, biji-bijian, ayam, ikan, dan kacang-kacangan. Di sisi lain itu adalah
rendah lemak, daging, permen, dan soda. The DASH diet, dirangkum dalam Tabel5,
menyediakan lebih banyak kalsium, kalium, magnesium, dan serat makanan dan
sedikit lemak, SFA, kolesterol, dan sodium dari diet Barat yang khas.20
Tabel 5. Komposisi The Dietary Approach to Stop Hypertension (DASH)
Nutrient
Daily Quantity
Total fat
SFA
Carbohydrates
Protein
Cholesterol
Fiber
Potassium
Magnesium
Calcium
27% of total calories
6% of total calories
55% of total calories
18% of total calories
150 mg
31 g
4700 mg
500 mg
1240 mg
Dibandingkan dengan diet Barat yang khas, diet DASH mengurangi tekanan
darah sistolik dan diastolik sebesar 11,4 dan 5,5 mmHg, masing-masing, dan sebesar
7,2 dan 2,8 mmHg, masing-masing, pada pasien dengan hipertensi (HTN). Penurunan
tekanan darah yang diamati pada peserta normotensif serta. Menambahkan
pembatasan natrium untuk diet DASH lanjut mengurangi tekanan darah .Hal ini juga
meningkatkan fungsi otonom dan pembuluh darah dan menurunkan massa ventrikel
kiri pada pasien kelebihan berat badan dengan HTN. Pengaruh ini adalah yang paling
menonjol jika disertai dengan penurunan berat badan dan meningkatkan aktivitas
fisik.21 PREMIER trial gabungan diet DASH dengan program gaya hidup yang
bertujuan untuk mengurangi kelebihan berat badan, meningkatkan aktivitas fisik, dan
membatasi natrium dan asupan alkohol. Pada pasien dengan hipertensi, tekanan darah
sistolik dan diastolik berkurang 14,2 dan 7,4 mmHg, masing-masing. 21 Penurunan
tekanan darah diamati pada peserta normotensif. Berdasarkan data tersebut,
penurunan teoritis dalam skor resiko Framingham untuk PJK adalah 12% lebih besar
saat menambahkan perubahan gaya hidup untuk diet DASH.22
2.4.5 Japanese Diet
Makanan tradisional Jepang telah menarik banyak perhatian karena harapan
hidup tertinggi dan angka kematian PJK rendah di Jepang. Diet ini rendah lemak dan
gula dan termasuk kedelai, rumput laut, ikan mentah dan penggunaan dominan beras.
Sudah tinggi garam, tetapi konsumsi garam baru-baru ini menurun dalam menanggapi
pedoman Departemen Kesehatan Jepang. Ada juga tren terbaru terhadap peningkatan
konsumsi dan kolesterol plasma kadar lemak meningkat, dan pengaruhnya terhadap
tingkat kematian PJK perlu diawasi.23
2.4.6 Vegetarian Diet
Sebuah penurunan risiko kardiovaskular telah dilaporkan pada populasi
vegetarian yang tinggal di negara-negara makmur dan dalam hal perbandingan control
dalam mengembangkan negara. Mengurangi konsumsi lemak hewani dan peningkatan
konsumsi buah, sayuran, kacang-kacangan dan sereal mungkin mendasari seperti efek
perlindungan. Namun, diet vegetarian tidak sepenuhnya bagus. Jika tidak
direncanakan dengan baik, mereka dapat berisi sejumlah besar karbohidrat olahan dan
t-fatty acid ketika sedang kekurangan kadar sayuran dan konsumsi buah. Komposisi
diet vegetarian harus, karena itu, harus didefinisikan dalam hal konstituen pelindung
cardio dan bukan menggunakan atau mendukung 'vegetarian' label sebagai kategori
omnibus.24
2.4.7 'Prudent vs western patterns'
Pola 'prudent' ditandai dengan asupan tinggi sayuran, buah, kacang-kacangan,
biji-bijian, ikan dan unggas, sedangkan pola 'Barat' ditandai dengan asupan tinggi
daging merah, daging olahan, biji-bijian olahan, permen dan makanan penutup,
kentang goreng dan produk susu tinggi lemak. Setelah penyesuaian untuk usia dan
faktor risiko koroner lainnya, risiko relatif, dari yang terendah ke kuintil tertinggi skor
pola bijaksana, yang 1,0, 0,87, 0,79, 0,75 dan 0,70. Sebaliknya, risiko relatif, di
meningkatkan kuintil pola Barat, yang 1,0, 1,21, 1,36, 1,40 dan 1,64. Asosiasi ini
bertahan dalam analisis subkelompok menurut merokok, indeks massa tubuh dan
sejarah orangtua infark miokard.25
2.5 Penatalaksanaan Gizi
Tujuan penatalaksanaan gizi adalah untuk menurunkan risiko PJK pada orang
dewasa dengan kadar LDL kolesterol tinggi dengan:4
o Menurunkan kadar kolesterol LDL di bawah 130mg/dl pada individu dengan
PJK definitif atau dua fktor risiko tinggi kolesterol LDL.
o Menurunkan kadar kolesterol LDL di bawah 160mg/dl pada individu yang
tidak mempunyai PJK definitif ataupun dua faktor risiko PJK selain tingkat
risiko tinggi kolesterol LDL.
Penurunan pemasukan lemak jenuh dan kolesterol, bersamaan dengan
penurunan berat badan jika individu terebut mempunyai kelebihan berat, adalah cara
untuk mencapai tujuan ini. Walaupun pemantauan kadar kolesterol pada anak-anak
juga diperlukan tetapi tujuan khusus bagi mereka belum lagi dipublikasikan.26
2.5.1 Intervensi dan pendidikan pasien




Adapun intervensi dan pendidikan yang harus ditanamkan ke pasien adalah :27
Mengenali kebutuhan untuk perubahan permanent pada diet dan gaya hidup
untuk mengurangi risiko
Perubahan diet dan gaya hidup yang permanen termasuk pencapaian pegaturan
berat badan, penurunan lemak dan kolesterol diet, tidak merokok, dan
mengembangkan cara-cara membangun dalam menghadapi stress.
Perubahan ini mungkin lebih dapat diterima dan kurang mengecewakan jika
pasien dikonsultasikan untuk membuat perubahan secara perlahan. Misalnya,
mereka dapat dituntu untuk memilih satu atau dua kebiasaan, seperti merokok
atau makan daging 250gram setiap hari, dan membuat rencana untuk
mengubahnya. Ketika perubahan awal ini dibuat, pasien dapat memilih
beberapa kebiasaan lainnya untuk dikerjakan.
Mengurangi lemak dan kolesterol dalam diet
National Cholesterol Education Program (suatu badan di Amerika Serikat)
telah mengkampanyekan bahwa individu dengan kolesterol LDL lebih besar dari atau
sama dengan 160mg/dl dan mereka dengan batas-risiko tinggi kolesterol LDL yang
juga memiliki PJK definitive atau dua faktor risiko lainnya harus mendapat terapi diet
intensif. Program diet dua tahap untuk mengurangi pemasukan lemak jenuh dan
kolesterol telah dikembangan. Pemasukan lemak total juga dibatasi untuk membantu
menurunkan berat badan. Pada awalnya, pasien mendapat konseling tentang Tahap
Pertama, yang mengurangi sumber-sumber paling umum dan sangat nyata dari asam
lemak jenuh dan kolesterol dalam diet dan dapat dilaksanakan tanpa perubahan drastis
pada diet dan gaya hidup untuk hampir seluruh pasien. Jika, setelah melaksakan diet
tersebut selama tiga bulan, pasien tidak berhasil daam menurunkan kolesterol LDL ke
kadar yang diinginkan, dia boleh dipindah ke Diet Tahap Dua. Sementara dokter dan
perawat dapat sering menyediakan pendidikan tentng Diet Tahap Pertama, pengiriman
konsul ke ahli gizi sangat berharga bagi pasien yang mempunyai kesulitan dalam
mempertahankan dietnya atau mendapat respons diet yang mengecewakan. Bantun
ahli gizi terutama diperlukan oleh pasien yang berpindah ke Diet Tahap Kedua.28
Pendidikan diet harus menekankan fakta bahwa perubahan tidak harus
berkibat pada makanan yang sangat ketat atau tidak enak dimakan. Makanan yang
enak dan menarik dapat disiapkan dalam pedoman yang telah ditetapkan. 28
Informasi khusus tentang setiap kelompok makanan :4,29







Daging; Tidak lebih dari 150g daging tanpa lemak, ayam, kalkun, dan ikan
setiap harinya. Sajian 75g daging kira-kira sebesar dek kartu bridge. Potong
dan buang semua bentuk lemak yang terlihat sebelum memasaknya, kemudian
tuang dan buang semua lemak yang meleleh setelah dagingnya matang. Kulit
dan semua lemak yang terdapat di antara jaringan daging ayam harus dibuang
sebelum dimasak. Bagian anggota daging, termasuk otak, hati, jantung, daging
kelenjar perut dan kerongkongan adalah bagian yang kaya akan kolesterol dan
karenanya harus dihindari. Daging olahan seperti hot dog dan sosis kaya akan
lemak dan harus dihindari. Udang secara relatif kaya akan kolesterol tetapi
rendah lemak dan dapat dimakan sesekali.
Beberapa jenis ikan (misal: salmon, sardine, tuna/tongkol, dn ikan pedang)
adalah sumber dari asam lemak “omega 3” yang baik. Asam-asam lemak ini
telah dilaporkan dapat menurunkan trigeliserida serum dan menghambat
penggumpalan trombosit dan peradangan, yang mempunyai kontribusi
terhadap PJK, walaupun mereka tidak mempuyai pengaruh terhadap kolesterol
LDL. Tidak ada bukti bahwa suplemen minyak ikan mempunyai nilai dalam
menurunkan risiko PJK. Walaupun demikian, pada studi epidemiologi,
konsumsi ikan yang sering, apakah itu jenis yang kaya akan asam lemak
omega 3 ataupun bukan, berkaitan dengan penurunan risiko PJK.
Telur:Batasi kuning telur sampai tiga per minggu pada Diet Tahap Pertama
dan satu per minggu pada Diet Tahap Kedua. Kuning telur kaya akan lemak
dan kolesterol. Putih telur bebas lemak dan kolesterol dan dapat sering
digunakan. Pengganti telur bebas kolesterol juga telah tersedia.
Buah-buahan dan sayuran: Gunakan secara bebas. Buah-buahan dan sayuran
memberikan warna, tekstur, vitamin, mineral, dan serat dan harus digunakan
sebagai bagian dari makanan setiap bersantap. Bahan nabati tidak
mengandung kolesterol, dan hampir semua buah-buahan dan sayuran rendah
lemak. Terkecuali buah alpukat dan zaitun, yang didiskusikan pada lemak dan
minyak. Gorengan atau penambahan mentega, krim, atau saos keju
meningkatkan kandungan lemak buah-buahan dan sayuran sampai kadar yang
tidak diinginkan.
Sereal dan roti: Tingkatkan penggunaannya untuk menggantikan daging dalam
diet. Roti dan sereal merupakan sumber yang baik dari vitamin, mineral dan
biji-bijian utuh (whole grain) juga menyediakan serat. Walaupun demikian
roti-rotian yang dijual dan bahkan beberapa sereal sering tinggi lemak. Selain
itu pisang dan buah lainnya atau roti kacang, roti jagung, pancakes, dan
waffles mengandung sejumlah telur yang bermakna. Bahan yang dibuat di
rumah dengan putih telur atau pengganti telur dan lemak ataupun minyak
dapat diberikan.
Lemak dan minyak: Batasi sampai 6-8 sendok teh per hari. Lemak dan minyak
yang tinggi akan lemak jenuh dan/atau kolesterol harus sebanyak mungkin
dihindari. Mentega dan lemak hewan lainnya kaya akan lemak jenuh dan
kolesterol. Lemak nabati bebas kolesterol, kecuali minyak kelapa, kelapa
sawit, dan minyak tempurung kelapa sawit tinggi lemak jenuh. Minyak ini
sering digunakan dalam roti-rotian dan makanan olahan.
Lemak “tak jenuh” adalah lemak yang mengandung satu (monounsaturated)
atau lebih (polyunsaturated) ikatan rangkap. Lemak ini tidak meningkatkan
kolesterol darah, tetapi mereka tinggi kalori dan rendah dalam zat gizi lainnya.
Margarin yang dibuat dari lemak tidak jenuh lebih disenangi daripada
mentega. Walaupun demikian, baik margarin maupun shortening sebagian
dihidrogenisasi dan karenanya mengandung asam lemak trans, yang tidak
terjadi secara alami dan tidak boleh dimakan berlebihan (pada Diet Tahap
Pertama, shortening harus dihindari sama sekali).
Hampir semua biji-biijian dan kacang-kacangan mengandung lemak tidak
jenuh, tetapi mereka tinggi dalam kandungan lemak sehingga membuatnya tinggi
kalori. Jadi satu sendok makan kacang-kacangan atau 2 sendok teh keju kacang
(peanut butter) ekuivalen dengan satu sendok teh lemak. Makanan lain yang ekuivalen
dengan 1 sendok teh lemak adalah: 1 sendok makan salad dressing yang regular, 2
sendok teh mayonnaise atau margarin diet, 5 buah zaitun besar atau 10 buah zaitun
kecil, dan seperdelapan alpukat yang besarnya sedang.4,29
Untuk menghindari sajian tampaknya kurang banyak dan untuk menekankan
pentingnya pergesaran perencanaan makanan sekitar daging, kombinasikan sejumlah
kecil daging dengan sejumlah besar nasi, pasta, atau sayuran untuk memenuhkan
sajian. Kacang-kacangan kering dan kapri dan tahu rendah lemak dan tinggi protein,
dan bebas kolesterol dan dapat digunakan untuk menggantikan daging.5,29
Bahan olahan dari susu: Sedikitnya dua sajian susu skim atau ekuivalennya
setiap hari. Lemak susu pada umumnya jenuh, dan karena itu bahan olahan dari susu
harus direkomendasikan dibuat dari susu skim. Keju alami dan olahan pada umumnya
kaya akan lemak. Keju cottage yang rendah atau bebas lemak yang terbuat dari susu
skim, keju sintetik yang dibuat dari minyak nabati merupakan pilihan yang baik. Keju
cottage rendah lemak atau yogurt dapat disubstitusikan ke sour cream untuk saos
celupan camilan dan kuah salad atau pada kentang.28
Metode memasak yang menambah sedikit atau tanpa lemak ini lebih
disenangi. Mengukus, membakar, merebus, menggoreng pada wajan tidak lengket,
memasak dengan microwave, atau tumis dengan sedikit minyak, semuanya dapat
diterima. Sup, rebusan, dan kuah daging harus disiapkan Terlebih dahulu sehingga
dapat diinginkan setelah masak, dan lemak yang mengapung dapat diangkat dan
dibuang.4
Untuk individu dengan kadar trigliserida yang lebih tinggi, terutama bila lebih
besar dari 1000mg/fl, diet rendah lemak ( 10-20% ) akan membantu menurunkan
risiko pancreatitis. Pada pasien diabetes, pengontrolan yang baik akan glisemia
biasanya dapat menurunkan hipertrigliseridemia. Menghindari minum minuman
beralkohol juga akan menguntungkan.4,5
 Lakukan olahraga yang teratur
Kadar HDL sering meningkatkan dengan olahraga yang teratur dan olahraga
merupakan alat untuk membantu program penurunan berat badan. Individu dengan
riwayat PJK dan mereka yang berusia lebih dari 40 tahun memerlukan evaluasi dokter
sebelum memulai program olahraga.
 Buat fasilitas untuk henti jantung pada pasien dengan infark miokard akut.
Jika pasien PJK mengalami infark miokard usaha dilakukan untuk menghindari stress
pada jantung sebanyak mungkin selama periode penyembuhan awal. Biasanya, diet
rendah kalori ( 1200-1500 ) dengan porsi kecil digunakan untuk menghindari
kebutuhan metabolism akibat porsi yang lebih besar. Diet harus rendah lemak jenuh
dan kolesterol dan biasanya rendah garam untuk mengontrol kecenderungan edema
dan terjadinya gagal jantung kongestif. Makanan dengan temperature ekstrem
biasanya harus dihindari. Penelitian terbaru menyatakan bahwa pasien dapat
menertima cairan dingin ( air es ) dengan baik, tapi pasien dengan yang sedang
dipasang EKG menglami perubahan setelah minum air es.
BAB III
KESIMPULAN
Diet sehat harus mencakup keragaman makanan dan mempertahankan berat
badan yang sehat. Adalah lebih baik untuk makan makanan segar atau beku tanpa gula
tambahan, garam atau gravies berkalori tinggi, menggunakan metode memasak yang
mempertahankan nutrisi asli. Ini harus berisi berbagai sayuran dan buah-buahan,
kacang-kacangan, biji-bijian, roti gandum dan tinggi serat rendah garam makanan.
Minyak nabati, (terutama zaitun dan minyak canola, termasuk sawit dan minyak
kelapa), harus lebih disukai daripada lemak hewan. Elemen tambahan yang dapat
memberikan manfaat kesehatan termasuk alpukat, kacang-kacangan, almond dan
tahini, produk susu rendah lemak, teh hijau dan 2 sampai 3 porsi ikan berlemak setiap
pekan. Disarankan untuk mengurangi konsumsi daging tinggi lemak (daging olahan
terutama yang tinggi lemak dan sodium), margarin keras dan kue-kue dengan lemak
terhidrogenasi, dan makanan yang tinggi sodium dan gula. Dianjurkan untuk minum
banyak air, dan mengurangi konsumsi minuman manis serta jus segar.
Diet Mediterania telah terbukti mengurangi morbiditas dan mortalitas
kardiovaskular baik pencegahan primer dan sekunder. Pola diet lain yang telah
terbukti memberikan keuntungan dalam situasi medis tertentu termasuk diet rendah
lemak untuk individu yang berisiko tinggi kardiovaskular, DASH diet bagi penderita
hipertensi, dan diet rendah karbohidrat untuk orang gemuk dan sindrom metabolik.
DAFTAR PUSTAKA
1. Atmatsier, Sunita, 2005, Penuntun Diet Edisi Baru, Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta.
2. Atmawikarta, Arum, 2001, Komposisi Zat Makanan Indonesia, Pusat Penelitian
danPengembangan Gizi, Bogor.
3. Pocket guide to nutrition and diet therapy,mary courtney moore, editor:
melfiawati;alih bahasa: liniyanti d. Oswari, 1997, Jakarta.
4. Rydén, L.; Stand, L.E.; Bartnik, M.; van den Berghe, G.; Betteridge, J.; de Boer,
M.J.; Cosentino, F.; Jönsson, B.; Laakso, M.; Malmberg, K.; et al. Guidelines on
diabetes, pre-diabetes, and cardiovascular diseases: Executive summary. The Task
Force on Diabetes and Cardiovascular Diseases of the European Society of
Cardiology (ESC) and of the European Association for the Study of Diabetes (EASD).
Eur. Heart J. 2007, 28, 88–136.
5. Perk, J.; de Backer, G.; Gohlke, H.; Graham, I.; Reiner, Z.; Verschuren, M.; Albus,
C.; Benlian, P.; Boysen, G.; Cifkova, R.; et al. European Guidelines on
Cardiovascular Disease Prevention in Clinical Practice (version 2012). The Fifth Joint
Task Force of the European Society of Cardiology and Other Societies on
Cardiovascular Disease Prevention in Clinical Practice (constituted by representatives
of nine societies and by invited experts). Eur. Heart J. 2012, 33, 1635–1701.
6.American Heart Association Nutrition Committee; Lichtenstein, A.H.; Appel, L.J.;
Brands, M.; Carnethon, M.; Daniels, S.; Franch, H.A.; Franklin, B.; Kris-Etherton, P.;
Harris, W.S.; et al. Diet and lifestyle recommendations revision 2006: A scientific
statement from the American Heart Association Nutrition Committee. Circulation
2006, 114, 82–96.
7. Hooper, L.; Summerbell, C.D.; Thompson, R.; Sills, D.; Roberts, F.G.; Moore, H.J.;
Davey Smith, G. Reduced or modified dietary fat for preventing cardiovascular
disease. Cochrane Database Syst. Rev. 2012, 5, CD002137.
8. Eilat-Adar, S.; Goldbourt, U. Nutritional recommendations for preventing coronary
heart disease in women: Evidence concerning whole foods and supplements. Nutr.
Metab. Cardiovasc. Dis. 2010, doi:10.1016/j.numecd.2010.01.011.
9. Hu FB, Rimm EB, Stampfer MJ, et al. Prospective study ofmajor dietary patterns
and risk of coronary heart disease in men. American Journal of Clinical Nutrition
2000; 72: 912 – 21.
10. Trichopoulou A, Vasilopoulou E. Mediterranean diet and longevity. British Journal
of Nutrition 2000; 84(Suppl. 2): S205 – 9.
11. De Lorgeril, Renaud S, Mamelle N, et al. Mediterranean alpha-linolenic acid-rich
diet in secondary prevention of coronary heart disease. Lancet 1994; 343: 1454–9.
12. Rimm EB, Ascherio A, Giovannucci E, et al. Vegetable, fruit, and cereal fiber
intake and risk of coronary heart disease among men. Journal of the American
Medical Association 1996; 275: 447.
13. Gilman MW, Cupples LA, Gagnon DJ, et al. Protective effect of fruits and
vegetables on development of stroke in men. Journal of the American Medical
Association 1995; 273: 1113 – 7.
14. Pais P, Pogue J, Gerstein H, Zachariah E, et al. Risk factors for acute
myocardial infarction in Indians: a case – control study. Lancet 1996;348:358-63.
15. Hu FB, Rimm EB, Stampfer MJ, et al. Prospective study ofmajor dietary patterns
and risk of coronary heart disease in men. American Journal of Clinical Nutrition
2000; 72: 912 – 21.
16. Tice JA, Rose E, Coxson PG, et al. Cost-effectiveness ofvitamin therapy to lower
plasma homocysteine levels for the prevention of coronary heart disease. Effect of
grain fortification and beyond. Journal of the American Medical AssociatioN
2001;286:936 – 43.
18. Trichopoulou A, Kouris-Blazos A, Vassilakou T, et al. The diet and survival of
elderly Greeks; a link to the past. American Journal of Clinical Nutrition 1995;
61(Suppl.):1346S–50S.
19. Trichopoulou A, Vasilopoulou E. Mediterranean diet and longevity. British Journal
of Nutrition 2000; 84(Suppl. 2):S205–9.
20. Moore TJ, Conlin PR, Ard J, Svetkey LP for DASH Collaborative Research
Group, DASH (Dietary Approaches to Stop Hypertension) diet is effective treatment
for stage 1 isolated systolic hypertension. Hypertension 2001; 38: 155–8.
21. Obarzanek E, Sacks FM, Vollmer WM, et al. Effects on blood lipids of a blood
pressure-lowering diet: the Dietary Approaches to Stop Hypertension (DASH) Trial.
American Journal of Clinical Nutrition 2001; 74: 80–9.
22. Lang T. The public health impact of globalisation of food trade. In: Shetty PS,
McPherson K, eds. Diet, Nutrition and Chronic Disease. Lessons from Contrasting
Worlds. Chiche-ster:Wiley,1997,173 – 87.
23. Shimamoto T, Komachi Y, Inada H, et al. Trends for coronary heart disease and
stroke and their risk factors in Japan. Circulation 1989; 79: 503–15.
24. Rimm EB, Ascherio A, Giovannucci E, et al. Vegetable, fruit, and cereal fiber
intake and risk of coronary heart disease among men. Journal of the American
Medical Association 1996; 275: 447.
25. Hu FB, Rimm EB, Stampfer MJ, et al. Prospective study of major dietary patterns
and risk of coronary heart disease in men. American Journal of Clinical Nutrition
2000; 72: 912–21.
26. Gilman MW, Cupples LA, Gagnon DJ, et al. Protective effect of fruits and
vegetables on development of stroke in men. Journal of the American Medical
Association 1995; 273:1113–7.
27. Willett WC. Convergence of philosophy and science: the Third International
Congress on Vegetarian Nutrition.
28. Truswell AS. Review of dietary intervention studies: effect on coronary events and
on total mortality. Australian and New Zealand Journal of Medicine 1994; 24: 98–
106.
29. Seshadri N, Robinson K. Homocysteine, B Vitamins, and coronary artery disease.
Medical Clinics of North America 2000; 84: 215 – 37.
30. Hertog MGL, Feskens EJM, Hollman PCH, Katan MB, Kromhout D. Dietary
antioxidant flavonoids and risk of coronary heart disease. The Zutphen elderly study.
Lancet 1993;342:1007 – 11.
31. Keli SO, Hertog MGL, Feskens EJM, Kromhout D. Dietary flavonoids,
antioxidant vitamins and incidence of stroke. Archives
of
Internal Medicine
1996;154: 637 – 42.
32. Gibbs CR, Lip GYH, Beevers DG. Salt and cardiovascular disease: clinical and
epidemiological evidence. Journal of Cardiovascular
Risk 2000;7: 9 – 13.
33. INTERSALT Cooperative Research Group. INTERSALT: an international study
of electrolyte excretion and blood pressure. Results for 24hr urinary sodium and
potassium excretion. British Medical Journal 1988; 297: 319 – 28.
34. Elliott P, Stamler J, Nicholas R, Dyer AR, Stamler R, Marmot M, et al. for the
Intersalt Cooperative Research Group, Intersalt revisited: further analyses of 24hr
sodium excretion and blood pressure within and across popu- lations. British
Medical Journal
1996;312: 1249 – 55.
35. Mancilha Carvalho JJ, Baruzzi RG, Howard PF, et al. Blood pressure in four
remote populations in the Intersalt study. Hypertension 1989;14: 238 – 46.
36. Poulter NK, Khaw KT, Hopwood BEC, Mugambi M, Peart WS, Rose G, et al.
The Kenyan Luo migration study: observations on the initiation of a rise in blood
pressure. British Medical Journal
1990;300: 967 – 72.
37. Law MR, Frost MD, Wald NJ. By how much does salt reduction lower blood
pressure? III. Analysis of data from trials of salt reduction. British Medical Journal
1991; 302: 819 – 24.
38. Tuomilehto J, Jousilahti P, Rastenyte D, Moltchanov V, Tanskanen A, Pietinen P,
Nissinen A. Urinary sodium excretion and cardiovascular mortality in Finland: a
prospectivestudy. Lancet 2001;357:848 – 51.
39. Law MR, Frost CD, Wald NJ 3rd. Analysis of data from trials of salt reduction.
British Medical Journal 1991; 302: 819 – 24.
40. Geleijnse JM, Hofman A, Witteman JC, Hazebroek AA, Valkenburg HA, Grobbee
DE. Long-term effects of neonatal sodium restriction on blood pressure. Hypertension
1997; 29:913 – 7.(Published erratum in Hypertension 1997;29:1211.).
41. Whelton PK, Appel LJ, Espeland MA, et al. Sodium reduction and weight loss in
the treatment of hypertension in older persons. Journal of the American Medical
Association 1998;
279: 839 – 46.
42. Sacks FM, Svetkey LP, Vollmer WM, et al. Effects on blood pressure of reduced
dietary sodium and the dietary approaches to stop hypertension (DASH) diet. New
England Journal
of
Medicine 2001;344: 3 – 10.
Download