Kode/Nama Rumpun Ilmu : 356 LAPORAN AKHIR PENELITIAN DOSEN PEMULA ANALISIS KUALITAS AIR MINUM PADA DEPOT AIR MINUM ISI ULANG DITINJAU DARI PROSES OZONISASI ULTRAVIOLET DAN REVERSED OSMOSIS DI KOTA BUKITTINGGI Tahun ke Dua Dari Rencana Dua Tahun TIM PENGUSUL KETUA Hj. EVI SUSANTI, SST, M.Biomed NIDN : 1008083701 ANGGOTA DESTI NATARIA, SST NIDN : 1005128801 SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PRIMA NUSANTARA BUKITTINGGI OKTOBER 2014 1 2 RINGKASAN Air merupakan kebutuhan mutlak bagi kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya .Akan tetapi air juga dapat berperan sebagai media penularan penyakit. Oleh karena itu sebelum dikonsumsi, air harus diolah terlebih dahulu untuk menghilangkan atau menurunkan kadar bahan tercemar sampai pada tingkat yang aman. Air yang semakin bermasalah, mendorong munculnya depot-depot air minum isi ulang. Depot air minum isi ulang sampai saat ini belum ada standarisasi baku untuk pemrosesan air minum mau pun masalah perizinan. Tujuan penelitian ini untuk menganalisis kualitas air minum pada depot air minum isi ulang di tinjau dari proses Ozonisasi, UV dan RO di Kota Bukittinggi. Kota Bukittinggi saat ini memiliki 110 depot air minum isi ulang yang belum tentu terjamin kualitasnya, untuk itu dilakukan penelitian ini agar dapat masyarakat dapat mengetahui kualitas air minum pada depot air mimun isi ulang. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan didapatkan bahwa dari 20 depot air minum yang diteliti ada sebanyak 5 depot air minum isi ulang yang terkontaminasi bakteri coligormn dengan kadar berbeda-beda tiap 100 ml per sampel, da nada 1 depot air minum isi ulang yang terkontaminasi bakteri coliform dan juga E. coli per 100 ml sampel. Key Word :Kualitas air minum, depot isi ulang 3 PRAKATA Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah Subhanahuwata’ala, karena berkat rahmat-Nya kami bisa menyelesaikan Laporan Kemajuan Penelitian Dosen Pemula yang berjudul Analisis Kualitas Air Minum Pada Depot Air Minum Isi Ulang di Tinjau Dari Proses Ozonisasi Ultraviolet dan Reversed Osmosis di Kota Bukittinggi. Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu sehingga Laporan Kemajuan Penelitian Dosen Pemula ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Laporan Kemajuan Penelitian Dosen Pemula ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan demi sempurnanya Penelitian ini. Semoga Laporan Penelitian Dosen Pemula ini memberikan informasi bagi masyarakat dan bermanfaat untuk pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita semua. Bukittinggi, Oktober 2014 Peneliti 4 DAFTAR ISI HALAMAN PENGESAHAN RINGKASAN PRAKATA DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN …………………………………………………….. 6 A. Latar Belakang …………………………………………………….. 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Air …………………………………………….. 9 …………………………………………………………………….. 9 B. Air Minum …………………………………………………………….. 13 C. Depot Air Minum …………………………………………………….. 14 D. Kondisi Global, Nasional, Regional Bakteri Patogen pada Air Minum 15 E. Kondisi Global, Nasional, Regional Filtrasi Pada DAMIU …………….. 16 BAB III TUJUAN DAN MANFAAT …………………………………….. 18 A. Tujuan …………………………………………………………………….. 18 B. Manfaat …………………………………………………………….. 20 BAB IV METODE PENELITIAN …………………………………………….. 11 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN ……………………………………. 22 BAB VI PENUTUP ……………………………………………………………. 26 Daftar Pustaka 5 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air adalah sangat penting bagi kehidupan manusia. Manusia akan lebihcepat meninggal karena kekurangan air dari pada kekurangan makanan. Di dalam tubuh manusia sendiri sebagian besar terdiri dari air. Tubuh orang dewasa, sekitar 55-60 % berat badan terdiri dari air, untuk anak-anak sekitar 65 %, dan untuk bayi sekitar 80 %. Kebutuhan manusia akan air sangat kompleks antara lain untuk minum, masak, mandi, mencuci dan sebagainya. Di antara kegunaankegunaan air tersebut yang sangat penting adalah kebutuhan untuk minum.Oleh karena itu, untuk keperluanminum air harus mempunyai persyaratan yang sehat agar air tersebut tidak menimbulkan penyakit bagi manusia (Notoatmodjo, 2003). Air bersih di alam dipergunakan bagi aneka keperluan.Sebagian kembalike alam, namun sudah terkotori dan tercemar.Tanpa pemrosesan yang memadai,air yang tercemar itu membebani bahkan melampaui kesanggupan alam untukmembersihkannya.Air yang ada di bumi umumnya tidak dalam keadaan murni(H2O), melainkan mengandung berbagai bahan baik terlarut maupun tersuspensi,termasuk mikroba. Oleh karena itu sebelum dikonsumsi, air harus diolah terlebihdahulu untuk menghilangkan atau menurunkan kadar bahan tercemar sampaipada tingkat yang aman. Air bersih adalah air yang jernih tidak berwarna, dan tidak berbau.Meskipun demikian, air jernih yang tidak berwarna dan tidak berbaubelum tentu aman dikonsumsi (Suprihatin, 2004). Masalah utama yang harus dihadapi dalam pengolahan air adalah semakin tingginya tingkat pencemaran air, baik pencemaran yang berasal dari air limbah rumah tangga maupun limbah industri, sehingga upaya-upaya bar uterus dilakukan untuk mendapatkan sumber air, khususnya untuk pemenuhan akan air minum yang memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan (Radji, dkk, 2008). 6 Air bersih yang semakin bermasalah, mendorong munculnya trend baru dalam beberapa tahun, yaitu air minum dalam kemasan atau plastik botolan, yang dijual dengan harga antara Rp. 7.500 – Rp. 8.000 (Sutjahyo, 2000), tak kurangdari 100 merek air kemasan beredar di Indonesia. Ternyata kebersihan dan kesehatannya tidak terjamin 100 %, sebagaimana diberitakan berbagai media dan diteliti Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) sampai BATAN. Telah teridentifikasi jamur 6 Rhizopus nigricans, kotoran serta bakteri pada air dalam kemasan sehingga dapat menimbulkan sakit perut bagi orang yang meminumnya. Saat ini banyak bermunculan depot-depot air minum isi ulang yangharganya lebih terjangkau yaitu berkisar antara Rp. 3.000 – Rp. 5.000 per gallon.Menurut catatan Asosiasi Pengusaha Depot Air Minum Indonesia (ASPADA) yang mewadahi pengusaha depot air mimun isi ulang, usaha itu muncul sekitar tahun 1997 dengan 400 unit.Jumlahnya melonjak drastis menjadi 1200 pada tahun 2002. Usaha dalam bidang air minum khususnya air minum isi ulang berkembang pesat.Agar perkembanganya tersebut mempunyai manfaat yang optimal dalam kehidupan manusia maka perlu peningkatan pengawasan secara menyeluruh, baik produsen, masayarakat maupun pemerintah, disamping upayaupaya pembinaan yang perlu dilakukan. Mengingat begitu pentingnya air minum maka perlu diadakan pengenadalian mutu untuk melindungi dari akibat buruk yang ditimbulkan jika tidak memenuhi syarat kesehatan bagi masyarakat yang mengkonsumsinya. Usaha pengamanan dan pengendalian mutu air minum dengan melakukan pemantauan kualitas yang meliputi fisik, kimia, mikrobiologi dan radioaktivitas. Sejumlah pengujian contoh air minum isi ulang diperoleh gambaran cemaran bakteri coliform berkisar 10%-20%.Meski masih cukup aman, namun ini menunjukkan adanya cemaran yang harus diwaspadai.Hal ini perlu 7 pengawasan lebih ketat dari pihak terkait serta kesadaran pengusaha depot karena bisa merugikan mereka sendiri. Mengingat masih banyaknya kandungan kuman dan bakteri yang terkandung dalam air isi ulang dan semakin banyaknya depot air isi ulang yang bermuculan dan demikian untuk melindungi konsumen ataupun masyarakat yang menggunakan air isi ulang sebagai alternative yang murah dalam memenuhi kebutuhan air minum.Menteri Kesehatan mengeluarkan Surat Edaran nomor 860/Menkes/VII/2002 tentang pembinaan dan pengawasan Hygiene Sanitasi. Depot Air Minum Isi Ulang. Menindak lanjuti surat edaran tersebut Dinas Kesehatan dengan rutin telah melakukan pengawasan dan pembinaan kepada produsen. Namun demikian masih ada beberapa pendapat dari beberapa kalangan yang menyatakan bahwa pengawasan kualitas air minum isi ulang masih lemah, hal ini dapat dilihat dari sampel pengujian air minum isi ulang yang dikirim oleh ASPADA bukan diambil langsung oleh dinas kesehatan, yang dapat menimbulkan pemikiran tentang betul tidaknya air tersebut berasal dari produsen air minum isi ulang yang seharusnya diperiksa sampel airnya. Keterbatasan wewenang dari dinas kesehatan untuk memaksa produsen air minu isi ulang untuk setiap saat juga berpengaruh dalam konstinuitas pemeriksaan kualitas air minum isi ulang. Penelitian yang dilakukan oleh Rido Wandrivel, Netty Suharti, Yuniar Lestari (2012) di Kecamatan Bungus Kota Padang menunjukkan bahwa 55,6% depot air minum di Kecamatan Bungus menghasilkan air minum yang kualitasnya tidak memenuhi persyaratan mikrobiologi yang telah ditetapkan pemerintah. Beberapa factor yang dapat mempengaruhi adalah air baku, kondisi depot, kebersihan operator, dan penanganan terhadap wadah pembeli. Perkembangan depot air minum isi ulang di Kota Bukittinggi cukup pesat, pada tahun 2013 ada 100 depot air minum yang ada di Kota Bukittinggi, dan sampai dengan Juni 2014 sudah ada sebanyak 109 depot air minum isi ulang yang berada di Kota Bukittinggi. 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Air 1. Definis Air Air adalah semua air yang terdapat pada diatas ataupun dibawah permukaan tanah, termasuk dalam pengertian ini air permukaan, air tanah, air hujan dan air laut yang berada didarat (UU RI No 7, 2004). air merupakan salah satu kebutuhan hidup dan merupakan dasar bagi perikehidupan dibumi. Tanpa air, berbagai proses kehidupan tidak dapat berlangsung. Oleh karena itu, penyediaan air merupakan salah satu kebutuhan utama bagi manusia untuk keberlangsungan hidup dan menjadi faktor penentu dalam kesehatan dan kesejahteraan manusia (Sumantri, 2010). Sumberdaya air dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan antara lain ; untuk kepentingan rumah tangga (domestik), industri, pertanian, perikanan, dan sarana angkutan air. Sesuai dengan kebutuhan akan air dan kemajuan teknologi, air permukaan dapat dimanfaatkan lebih luas lagi antara lain untuk sumber baku air minum dan industri (Sumantri, 2010). 2. Sumber Air Menurut Azwar 1990 dalam Sousa 2012, pada umumnya sumber air yang digunakan oleh manusia berasal dari : a. Air hujan, embun ataupun salju, yakni air yang didapat dari angkasa, karena terjadinya proses presipitasi dari awan, atmosfir yang mengadung uap air. b. Air permukaan tanah, dapat berupa air yang tergenang atau air yang mengalir, seperti danau, sungai, laut, air dari sumur yang dangkal adalah juga air permukaan tanah. 9 c. Air dalam tanah, yakni air permukaan tanah yang meresap kedalam tanah, jadi telah mengalamai penyaringan oleh tanah ataupun batu-batuan. Menurut Notoatmodjo 2003, pada prinsipnya semua air dapat diproses menjadi air minum, sumber-sumber air tersebut adalah : a. Air hujan Air hujan dapat ditampung kemudian dijadikan air minum. Tetapi air hujan ini tidak mengandung kalsium. Oleh karena itu, agar dijadikan air minum yang sehat perlu ditambahkan kalsium didalamnya. b. Air sungai dan danau Menurut asalnya sebagaian dari air sungai dan air danau ini juga dari air hujan yang mengalir melalui saluran-saluran kedalam sungai ataupun danau ini. Kedua sumber air ini sering juga disebut air permukaan. Oleh karena itu, air sungai dan danau ini sudah terkontaminasi atau tercemar berbagai macam kotoran, maka bila akan dijadikan air minum harus diolah terlebih dahulu. c. Mata air Air yang keluar dari mata air ini biasanya berasal dari air tanah yang muncul secara alamiah. Oleh karena itu, air dari mata air ini, bila belum tercemar oleh kotoran sudah dapat dijadikan air minum langsung. Tetapi karena kita belum yakin apakah betul belum tercemar, maka alangkah baiknya air tersebut direbus dahulu sebelum diminum. d. Air sumur dangkal Air ini keluar dalam tanah, maka juga disebut air tanah. Air berasal dari lapisan air didalam tanah yang dangkal. Dalam lapisan air ini dari permukaan tanah dari tempat yang satu ke tempat yang lain berbeda-beda. Biasanya berkisar antara 5 sampai 15 meter dari permukaan tanah. Air sumur pompa dangkal ini belum begitu sehat, karena kontaminiasi kotoran dari permukaan tanah masih ada. Oleh karena itu, perlu direbus dahulu sebelum diminum. 10 3. Manfaat dan Fungsi Air Air sangat penting bagi tubuh manusia, bila kekurangan air akan terjadi dehidrasi dan menganggu kerja tubuh. Fungsi air dalam tubuh manusia : a. Air sebagai alat angkut sebagai pelarut zat-zat gizi berupa monosakarida, asam amino, lemak, vitamin dan mineral serta bahan-bahan lain yang diperlukan seperti oksigen dan hormone. Zat-zat gizi dan hormone ini dibawa keseluruh bagian tubuh yang membutuhkan. Disamping itu, air juga berperan sebagai alat angkut berbagai komponen sisa metabolisme termasuk karbondioksida dan urea yang dikeluarkan dari tubuh melalui paru-paru, ginjal dan kulit. b. Air sebagai katalisator atau komponen yang mempermudah dan mempercepat berbagai reaksi biologic di dalam tubuh, termasuk didalam saluran pencernaan. Air juga diperlukan untuk mencegah dan menghidrolisasi zat gizi kompleks menjadi bentuk yang lebih sederhana (Sousa, 2012) 4. Air dan Penyakit Penyakit yang menyerang manusia dapat ditularkan dan menyebar secara langsung maupun tidak langsung melalui air. Penyakit yang ditularkan melalui air disebut sebagai waterborne disease atau water related disease. Terjadinya suatu penyakit tertentu memerlukan adanya agen dan terkadang vector. Berikut beberapa contoh penyakit yang dapat ditularkan melalui air berdasarkan tipe agen penyebabnya. a. Penyakit viral, misalnya, hepatitis viral, poliomyelitis. b. Penyakit bacterial, misalnya, kolera, disentri, tifoid, diare. c. Penyakit protozoa, misalnya, amebiasis, giardiasis. d. Penyakit helmitik, misalnya, askarisi, whip worm, hydatid disease. e. Leptospiral, misalnya, weil’s disease. Berbagai penyakit yang ditularkan melalui air ini di dalam penularan terkadang membutuhkan hospes, biasanya disebut sebagai aquatic host. 11 Hospes akuatik tersebut berdasarkan sifat multiplikasinya dalam air terbagai menjadi dua, yaitu : a. Water multiplied Contoh penyakit dari hospes semacam ini adalah skistosomiasis (vector keong) b. Not multiplied Contoh agen penyakit dari hospes semacam ini adalah cacing Guinea dan fish tape worm (vector cyclop). Kira-kira teradapat 20 sampai 30 macam penyakit infektif yang didapat dipengaruhi oleh perubahan penyediaan air. Biasanya penyakit-penyakit itu diklasifikasikan menurut mikroba penyebabnya yaitu : virus, bakteri, protozoa dan cacing. Akan tetapi, cara ini tidak banyak menolong dalam memahami efek perbaikan penyediaan air. Sementara itu, penyakit-penyakit yang berhubungan dengan air dapat dibagi dalam kelompok-kelompok berdasarkan cara penularannya. Mekanisme penularan penyakit sendiri terbagi menjadi empat, yaitu : a. Waterborne mechanism Di dalam mekanisme ini, kuman pathogen dalam air yang dapat menyebabkan penyakit pada manusia ditularkan kepada manusia melalui mulut dan sistem pencernaan. Contoh penyakit yang ditularkan melalui mekanisme ini antara lain kolera, tifoid, hepatitis viral, disentri basiler, dan poliometris. b. Waterwashed mechanism Mekanisme penularan semacam ini berkaitan dengan kebersihan umum dan perseorangan. Pada mekanisme ini terdapat tiga cara penularan, yaitu : 1) Infeksi melalui alat pencernaan, seperti diare pada anak-anak. 2) Infeksi melalui kulit dan mata, seperti scabies dan trachoma. 12 3) Penularan melalui binatang pengerat seperti pada penyakit leptospirosis. Selain penyakit B. Air Minum Air minum adalah air yang melalui proses pengolahan atau tanpa prosespengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum. Airminum aman bagi kesehatan apabila memenuhi persyaratan kesehatan fisik, mikrobiologis, kimiawi dan radioaktif yang dimuat dalam parameter wabij danvparameter tambahan. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI, no 492 Tahun 2010, bahwa parameter-parameter dengan kadar maksimum yang diperbolehkan sebagai persyaratan kualitas air minum yaitu parameter mikrobiologi (E.Coli, Totalbakteri coliform), parameter kimia anorganik (Arsen, Flourida, Total Kromium, Kadmium, Nitrit, Nitrat, Sianida, Silinium), Parameter fisik (bau, rasa, total zat pelarut, kekeruhan, suhu) dan parameter kimia (aluminium, besi, kesadarah,khlorida, mangan, pH, seng, sulfat, tembaga, ammonia) dan parameterradioaktifitas (Gross alpha activity, Gross beta activity). Menurut Azwar (1990) untuk menjamin air aman dikonsumsi, maka airtersebut harus memenuhi syarat yang dikehendaki, secara umum dibedakan atastiga hal yakni : 1. Syarata fisik Bahwa air yang sebaiknya dipergunakan untuk minum ialah air yang tidak berwarna, tidak berasa, tidak berbau, jernih sebaiknya di suhu udara sedemikian rupa sehingga menimbulkan rasa nyaman. 2. Syarat bakteriologi Bahwa semua air minum hendaknya dapat terhindar dari kemungkinan terkontaminasi dengan bakteri, terutama yang bersifat pathogen, E.colisebagai patokan utama untuk menentukan apakah air minum memenuhi syarat 13 bakteriologis atau tidak ialah karena pada umumnya bibit penyakit ini ditemui pada kotoran manusia 3. Syarat Kimia Bahwa air minum yang baik adalah air minum yang tidak tercemar secara berlebihan oleh zat-zat kimia ataupun mineral, terutama oleh zat-zat atau pun mineral yang berbahaya bagi kesehatan. Menurut Notoatmodjo (2003) syarat-syarat air minum sehat adalah : 1. Syarat fisik Persyaratan fisik untuk air minum yang sehat adalah bening (tidak berwarna) dan tidak berasa, suhu dibawah suhu udara diluarnya 2. Syarat bakteriologis Air untuk keperluan minum yang sehat harus bebas dari segala bakteri, terutama bakteri pathogen. Cara untuk mengetahui apakah air minum terkontaminasi oleh bakteri pathogen adalah dengan memeriksa sampel (contoh) air tersebut. Dan bila dari pemeriksaan 100 cc air terdapat 4 bakteri E.coli maka air tersebut sudah memenuhi syarat kesehatan. 3. Syarat kimia : air minum yang sehat harus mengandung zat-zat tertentu didalam jumlah yang tertentu pula. Kekurangan atau kelebihan salah satu zat kimia di dalam air akan menyebabkan gangguan fisiologi pada manusia. C. Depot Air Minum Depot air minum (Permenkes RI 2010) adalah suatu usaha industri yang melakukan proses pengolahan air baku menjadi air minum dan menjual langsung kepada konsumen. Kualitas air produksi depot air minum isi ulang akhir-akhir ini ditengarai semakin menurun, dengan permasalahan secara umum antara lain pada peralatan DAM yang tidak dilengkapi alat strelisasi atau mempunyai daya bunuh rendah terhadap bakteri atau pengusaha belum mengetahui peralatan DAM yang baik dan cara pemeliharaannya. Dasar pelaksanaan penyehatan depot air minum 14 isi ulang adalah Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 907/MENKES/SK/VII/2002 tentang syarat dan pengawasan kualitas air minum. Kebutuhan penduduk terhadap air minum dapat dipenuhi melalui air yang dilayani oleh sistem perpipaan (PAM), air minum dalam kemasan maupun depot air minum isi ulang. Air tanah dangkal dari sumur-sumur gali atau pompa serta airhujan yang diolah penduduk menjadi air minum setelah dimasak terlebih dahulu. Air minum isi ulang merupakan air baku yang telah diolah tanpa melalui proses pemanasan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum. Air minum isi ulang aman bagi kesehatan apabila memenuhi persyaratan fisik, mikrobiologis, kimiawi dan radiokatif yang dimuat dalam parameter wajib dan parameter tambahan pada PERMENKES RI NO.492 tahun 2010 mengenai persyaratan kualitas air minum. Ozonisasi Ultraviolet Reversed Osmosis Kandungan Oksigen di udara, diambil dan dilewatkan melalui loncatan arus listrik sehingga secara alami akan berubah menjadi zat bernama ozon. Ozon ini kemudian disemprotkan ke dalam air. Air dialirkan melalui tabung dengan lampu ultraviolet berintensitas tinggi, sehingga bakteri terbunuh oleh radiasi sinar ultraviolet, harus diperhatikan bahwa intensitas lampu ultraviolet yang dipakai harus cukup. Reversed osmosis adalah suatu proses pemurnian air melalui membrane semi permiabel dengan tekanan tinggi (50-60 psi). membrane semi permiabel merupakan selaput penyaring skala molekul yang dapat ditembus oleh molekul air dengan mudah, akan tetapi tidak dapat atau sulit dilalui oleh molekul lain yang lebih besar dari molekul air. D. Kondisi Global, Nasional, Regional Bakteri Patogen pada Air Minum Kontaminasi bakteri pathogen pada air minum sudah menyebabkan berbagai penyakit yang mengganggu kesehatan dan menyebabkan waterborne disease atau penyakit berbasis air di berbagai belahan dunia. Diantaranya Vibrio 15 cholera yang dilaporkan sebagai endemic di banyak wilayah asia, walaupun jarang ditemukandi Amerika dan Eropa. Akan tetapi, ledakan endemic kolera karena Vibriocholera dan demam tipus pernah terdokumentasi di Peru dan Chili yang disebabkan karena mengkonsumsi sayuran yang telah terkontaminasi aleh air limbah domenstik. Sama halnya dengan Vibrio cholera, bakteri salmonella merupakan bakteri penyebab penyakit yang patut diwaspadai. Diperkirakan hampir 0,1 % dari penduduk mengeluarkan salmonella di dalam tinja. Di Amerika Serikat. Salmonellosis biasanya disebabkan oleh kontaminasi makanan, namun transmisilewat air minum masih menjadi perhatian yang utama. Bakteri Shigella juga merupakan bakteri pathogen yang berbahaya. Walaupun perpindahan atau penularan shigella melalui kontak orang ke orang merupakan cara penularan yang utama, tetapi penularan melalui makanan atau melalui air juga diperhatikan. Berdasarkan laporan yang ada, diketahui bahwa penggunaan air tanah mempunyai andil terhadap shigellosis yang terjadi di Florida, yang telah menginfeksi sekitar 1200 orang. Meskipun demikian shigella kurang tahan dilingkungan dibandingkan dengan fecal coliform. Dinegara tropis, Escherichia coli adalah indikator penting terjadinya diarepada anak-anak. Escherichia coli jenis enterotoksigenik menyebabkan 1115%, diare wisatawan/traveler’s diarrhea pada orang yang berkunjung ke Negara berkembang dan 30-40 % menyebabkan diare pada pengunjung Meksiko. Indonesia sendiri menempati urutan kedua setelah Tiongkok sebagai Negara dengan angka kematian diare terbanyak di Asia. E. Kondisi Global, Nsional, Regional Filtrasi pada DAMIU Dalam dunia Internasional, proses filtrasi pada air minum dan pengolahan limbahcair sudah banyak digunakan dan diteliti.Salah satunya pada jurnal CSA Proquest yang menjelaskan tentang kesepakatan mengenai mekanisme filtrasi. Pertama, filtrasi air dipengaruhi oleh parameter fisik hanya dapat dibandingkan jika efek parameter kimia yang konstan dan begitu pula sebaliknya. Kedua, tidak ada dasar untuk mengasumsikan bahwa hanya satu mekanisme pengangkutan 16 yang penting dalam filtrasi air. Ives, seorang peneliti tentang sistem filtrasi telah menyarankan bahwa penyelesaian secara gravitasi dan difusi dapat signifikan. Demikian pula tidak ada dasar untuk mengasumsikan bahwa interaksi lapisan diffuse merupakan satu-satunya kumpulan koloid kimia yang mengendalikan partikel tambahan. Di Indonesia, proses filtrasi konvensional yang digunakan depot memiliki beberapa kelemahan dimana sterilisasi dan proses lainnya pada air minum isiulang tidak efektif menghilangkan bakteri pathogen. Terdapat beberapa penelitian yang dapat membuktikan hasil kerja dari filtrasi tersebut, diantaranya masih ditemukan bakteri coliform pada air minum isi ulang di Semarang yang sudah melalui proses desinfeksi, baik sinar UV maupun ozonisasi. Hal ini membuktikan bahwa desinfeksi pada proses filtrasi masih belum dapat menghilangkan bakteri pathogen pada air minum. Selain itu, keberadaan DAMIU, seperti penelitian di Medan yang menemukan cemaran pada air dari sumber air baku dan air dari mobil tangki DAMIU. 17 BAB III TUJUAN DAN MANFAAT A. Tujuan 1. Tujuan Umum Mengetahui kualitas air minum pada depot air minum isi ulang di tinjau dari proses ozonisasi ultraviolet dan reversed osmosis di Kota Bukittinggi. 2. Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui sistem pengawasan dan pembinaan terhadap proses produksi air minum isi ulang oleh Dinas Kesehatan Kota Bukittinggi dan Pengelola Depot Air Minum itu sendiri. b. Mendeskripsikan dan menganalisis prosedur proses pengolahan air minum yang dilaksanakan pada depot air minum di Kota Bukittiinggi. c. Untuk mengetahui kualitas air minum yang dijual kepada konsumen dan bagaimana kondisi hygiene dan sanitasi depot air minum isi ulang di Kota Bukittinggi. d. Untuk mengetahui Status Depot Air Minum Isi ulang yang ada di Kota Bukittinggi (Izin Usaha). B. Manfaat 1. Bagi Instansi Terkait Sebagai bahan masukan dalam upaya peningkatan dan pengawasan serta pengambilan kebijakan dalam peningkatan kualitas air minum isi ulang. 2. Bagi Produsen dan Pekerja Depot Air Minum Isi Ulang 18 Sebagai bahan masukan dalam upaya peningkatan kondisi depot air minum isi ulang, baik kepada produsen maupun pekerja sehingga kualitas air minum isi ulang tetap terjaga. 3. Bagi Masyarakat Memberikan informasi dan pedoman bagi masyarakat dalam memilih dan mengkonsumsi air minum isi ulang dengan benar. 4. Bagi Institusi Pendidikan Menambah khasanah khususnya dalam hal mikrobiologi air minum isi ulang, serta sebagai data awal penelitian sejenis. 19 BAB IV METODE PENELITIAN Metode dalam penelitian dibagi menjadi dua tahap dimana tiap-tiap tahap berlangsung selama satu tahun. Tahap/tahun pertama adalah untuk mengumpulka data studi tentang hygiene sanitasi dan mikrobiologi. Tahap/tahun kedua untuk mengumpulkan dan pengolahan data tentang kualitas biologis didepot air minum kota Bukittinggi. Rincian Kegiatan Tahun Pertama : 1. Mengidentifikasi kondisi sumber air baku yang digunakan oleh Depot Air Minum Isi Ulang. 2. Mendeskripsikan kondisi peralatan yang digunakan oleh Depot Air Minum Isi Ulang. 3. Mendeksripsikan kondisi proses pengolahan air minum pada Depot Air Minum Isi Ulang. 4. Mendeskripsikan kondisi hygiene pekerja depot air minum isi ulang. 5. Mendeskripsikan kondisi sanitasi depot air minum isi ulang 6. Menghitung Angka Kuman Air Minum Isi Ulang pada tingkat produsen,untuk air baku dan air minum setelah pengolahan. 7. Menghitung jumlah kandungan bakteri Coliform Air Minum Isi Ulang padatingkat produsen, untuk air baku dan air minun setelah pengolahan 8. Menghitung kandungan Escherichia Coli air minum isi ulang pada tingkatprodusen, untuk air baku dan air minum setelah pengolahan. 9. Mendeskripsikan pengolahan air minum dengan sisten ozonisasi, ultravioletdan RO 20 10. Menghitung Angka Kuman Air Minum Isi Ulang pada tingkat produsen,untuk air baku dan air minum setelah pengolahan 11. Menghitung jumlah kandungan bakteri Coliform Air Minum Isi Ulang padatingkat produsen, untuk air baku dan air minun setelah pengolahan 12. Menghitung kandungan Escherichia Coli air minum isi ulang pada tingkatprodusen, untuk air baku dan air minum setelah pengolahan. 13. Menunggu hasil uji laboratorium biologis kualitas air minum pada depot airminum isi ulang di Kota Bukittinggi Rincian Kegiatan Tahun kedua : 1. Entry data hasil penelitian 2. Editing data hasil penelitian 3. Cleaning data hasil penelitian 4. Analisis data hasil penelitian 5. Penyusunan laporan penelitian 6. Melaporkan hasil penelitian padaDinas Kesehatan Kota Bukittinggi 7. Seminar laporan penelitian di Dinas Kesehatan Kota Bukittinggi 8. Seminar laporan penelitian di STIKes Prima Nusantara Bukittinggi 9. Publikasi ilmiah hasil penelitian 21 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Hygiene Karyawan Depot Air Minum Isi Ulang Kota Bukittinggi Tabel 5.1 : Hygiene Karyawan Depot Air Minum Isi Ulang Kota Bukittinggi Tahun 2014 Yang Diamati Perilaku Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan pekerjaan Tidak merokok saat bekerja Tidak makan dan minum saat bekerja Kuku pendek dan tidak dicat Rambut bersih dan rapi Kesehatan Diri : Keadaan fisik secara umum sehat Bebas luka dan penyakit kulit Periksa kesehatan setiap 6 bulan Pakaian kerja : Memakai pakaian khusus kerja Pakaian rapid an bersih Melakukan (%) Tidak Melakukan (%) 0 83 100 100 100 100 17 0 0 0 100 100 0 0 0 100 0 100 100 0 Pada tabel 5.1 dapat dilihat bahwa semua responden tidak pernah mencuci tangan pada saat melakukan pekerjaannya. Karyawan sepertinya kurang menyadari bahwa mereka dapat menyebabkan kontaminasi pada air minum jika tidak menjaga kebersihan tangan. Penyebaran penyakit melalui makanan ataupun minuman dapat terjadi karena adanya karyawan yang tidak sehat, carier, tidak memperhatikan hygiene perorangan. Penularan dapat melalui pernafasan, luka terbuka, bisul, tinja karyawan yang mengkontaminasi peralatan ataupun kontak langsung dengan makanan dan minuman dan kemudian dikonsumsi oleh seseorang yang rentan. Apabila kondisi kurang 22 atau kekebalan tubuh seseorang tersebut kurang baik, maka akan terjadinya penyakit bahkan kematian. Pada saat dilakukan penelitian, secara umum kondisi fisik responden dalam keadaan sehat, namun tidak ada yang melakukan pemeriksaan kesehatan secara berkala tiap 6 (enam) bulan. Seseorang penjamah makanan atau minuman diharuskan melakukan pemeriksaan terhadap kesehatannya secara berkala tiap 6 (enam) bulan sekali (Purnawijayanti, 2001). Semua responden tidak memakai pekerjaan khusus. Pakaian kerja sebaiknya bukanlah pakaian biasa yang digunakan sehari-hari, pakaian dalam keadaan bersih dan sopan, berwarna terang, tidak bermotif dan bersih (BBPOM, 2004). Warna terang pada pakaian lebih memudahkan untuk dapat mendeteksi jika ada kotoran pada baju dan berpotensi untuk mengkontaminasi pada produk makanan dan minuman (Purnawijayanti, 2001). 2. Sumber air baku Pada tabel dibawah ini akan dijelaskan sumber air baku yang digunakan oleh depot air minum isi ulang Tabel 5.2 : Sumber Air Baku Depot Air Minum Isi Ulang No 1 2 3 Sumber Air Baku Gunung Sumur BOR Sumur Gali Jumlah f 15 2 3 20 % 75,0 10,0 15,0 100,0 Dari tabel 5.2 diatas dapat diketahui bahwa dari 20 depot air minum ada sebanyak 15 (75,0 %) depot air minum menggunakan sumber air baku berasal dari air pegunungan. 3. Peralatan Ultraviolet Tabel 5.3 : Peralatan Ultraviolet Pada Depot Air Minum Isi Ulang No 1 Peralatan Ultraviolet Ya f 16 % 80,0 23 2 Tidak Jumlah 4 20 20,0 100,0 Dari tabel 5.3 diatas dapat diketahui bahwa dari 20 depot air minum ada sebanyak 16 (80,0 %) depot air minum menggunakan peralatan Ultraviolet. 4. Peralatan Ozonisasi Tabel 5.4 : Peralatan Ozonisasi Pada Depot Air Minum Isi Ulang No 1 2 Peralatan Ozonisasi Ya Tidak Jumlah f 13 7 20 % 65,0 35,0 100,0 Dari tabel 5.4 diatas dapat diketahui bahwa dari 20 depot air minum ada sebanyak 13 (65,0 %) depot air minum menggunakan peralatan ozonisasi. 5. Peralatan Reserved Osmosis Tabel 5.5 : Peralatan Reserved Osmosis Depot Air Minum Isi Ulang No 1 2 Peralatan Reserved Osmosis Ya Tidak Jumlah f 1 19 20 % 5,0 95,0 100,0 Dari tabel 5.5 diatas dapat diketahui bahwa dari 20 depot air minum ada sebanyak 19 (95,0 %) depot air minum tidak menggunakan perlatan reserved osmosis dalam peggolahan air minum isi ulang. 6. Hasil Uji Laboratorium Tabel 5.6 : Hasil Uji Laboratorium Parameter Biologis No 1 2 3 Parameter Biologis Bakteri Coliform E.Coli Tidak Ada f 5 1 15 Satuan Jumlah per 100 Ml sampel 24 Jumlah Depot 20 Dari hasil uji laboratorium dengan parameter Biologis yaitu untuk melihat keberadaan bakteri Coliform dan E.Coli, dari 20 depot air minum yang diuji pada laboratorium didapatkan ada sebanyak 5 depot air minum isi ulang yang menggadnung Bakteri Coliform dengan hasil yang berbeda-beda dan ada 1 depot air minum isi ulang yang menggandung E.Coli. Depot air minum isi ulang yang mengandung bakteri coliform dengan hasil yang berbeda-beda tiap depot. Terdapat depot air minum isi ulang yang menggandung bakteri coliform sebesar 15 per 100 ml sampel, terdapat 5 per 100 ml sampel, 4,4 per 100 ml sampel, dan 2 depot air minum isi ulang memiliki kandungan yang sama yaitu 2,2 per 100 ml sampel. Untuk depot air minum isi ulang yang menggadung E.Coli terdapat 1 depot dengan jumlah 5 per 100 ml sampel. Penyebaran kelompok bakteri coli di alam sangat luas, diantaranya adalah hidup dan berkembang di dalam usus manusia dan binatang berdarah panas. Perbedaan antara bakteri coli dengan E.Coli adalah (1) menurut tempat asalnya, yaitu yang berasal dari usus binatang dan usus manusia; (2) suhu inkubasi pada saat analisis sampel air, yaitu suhu inkubasi 35oC selama 24-48 jam untuk bakteri yang berasal dari usus binatang dan suhu inkubasi 44,50C selama 24-48 jam untuk bakteri yang berasal dari usus manusia. Selain bakteri koli, di dalam usus hewan beradarh panas juga terdapat fecal streptococcus yang termasuk dalam family streptococcuaceae, namun jumlahnya lebih sedikit dibandingkan bakteri fecal coli. Walaupun demikian, daya tahan hidup bakteri fecal streptococcus dalam suatu perairan lebih kuat bila dibandingkan dengan kelompok bakteri coli (Sembiring, 2008) Pemeriksaan bakteri ini merupakan indikator sanitasi, maksudnya keberadaannya dalam makanan dan minuman dapat menunjukkan bahawa makanan dan minuman tersebut tercemar oleh feses manusia yang berasal dari 25 usus manusia dan berpotensi mengadung bakteri pathogen yang berbahaya bagi kesehatan. BAB VI PENUTUP Kesimpulan dan Saran Disimpulkan kondisi hygiene karyawan Depot Air Minum Isi ulang yang perlu mendapat perhatian adalah kebiasaan tidak mencuci tangan sebelum melaksanakan pekerjaan, tidak memeriksakan kesehatannya secara rutin tiap 6 bulan sekali, tidak memakai pakaian khusus kerja, dan perlu di ikutkan kursus penjamah makanan. Kondisi sanitasi bangunan dan alat pengolahan depot air minum isi ulang secara umum baik, namun perlu diperhatikan adalah keberadaan fasilitas sanitasi seperti tempat cuci tangan berikut perlengkapannya, dimana seluruh depot air minum air minum isi ulang tidak menyediakan. Secara umum kondisi sanitasi air produksi kurang baik, dimana pemeriksaan terhadap keberadaan bakteri coliform dan e.coli masih ada pada depot air minum isi ulang yang terkontaminasi bakteri coliform dan E.Coli. Disarankan bagi Dinas Kesehatan Kota Bukittinggi sebagai instansi yang berwenang melakukan pengawasan dan pembinaan Depor Air Minum Isi ulang mengadakan pemeriksaan secara rutin terhadap depot air minum isi ulang. 26 DAFTAR PUSTAKA Aulia, Yovita Salysa. 2012. Efektivitas Biofiltrasi Pada Proses Penyaringan Air Minum Isi Ulang Sebagai Pencegahan Penyebaran Bakteri Patogen di Salah Satu DAMIU Pancoran Mas Depok tahun 2012. Skripsi FKM Universitas Indonesia. Asfawi, Supriyono. 2004. Analisis Faktor Yang Behubungan Dengan Kualitas Bakteriologis Air Minum Isi Ulang Pada Tingkat Produsen Di Kota Semarang Tahun 2004. [Tesis] Program Pasca Sarjana Univesitas Diponegoro. Bali.Subardi.Kandungan Logam Berat (Timbal, Kadmium) Amoniak, Nitrit dalam AirMinum Isi Ulang di Pekanbaru. Jurnal Helath Care Volume 2, Nomor 1 Desember 2012 diakses dari http://repository.unri.ac.id tanggal 01 Desember 2013. Daryanto & Agung Suprihatin. 2013. Pengantar Pendidikan Lingkungan Hidup. Yogyakarta : Penerbit Gava Medika Direktorat penyehatan Lingkungan.2006.Pedoman Pelaksanaan Penyelenggaraan Hygiene Sanitasi Depot Air Minum.Jakarta : Departemen Kesehatan. Dinas Kesehatan Kota Bukittinggi.Data Depot Air Minum Tahun 2010 – 2014.Bukittinggi : DKK Program Penyehatan Lingkungan Jamaluddin.2007. Analisis Higiene Sanitasi dan Kualitas Mikrobiologis Air Minum Isi Ulang Pada Depot Air Minum Di Kota Langsa Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam.Tesis Pasca Sarjana Kesehatan Masyarakat Universitas GajahMada Yogyakarta. Juniar, Asrid. 2010. Studi Kelayakan Pendirian Pabrik Air Minum Dalam Kemasan PDAM Kabupaten Hulu Sungai Utara Di Tinjau Dari Aspek Keuangan.JurnalVolume 11 Nomor 1.Fakultas Ekonomi Universitas Lambung MangkuratBanjarmasin. 27 Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 907/MENKES/SK/VII/2002.Tentang Syarat-Syarat dan Pengawasan Kualitas Air Minum. Lestari, Yuniar dkk.Kualitas Air Minum yang Diproduksi Depot Air Minum Isi Ulang di Kecamatan Bungus Padang Berdasarkan Persyaratan Mikrobiologi.JurnalKesehatan Andalas 2012 diakese dari http://jurnal.fk.unand.ac.id diakesetanggal 2 Desember 2013. Mulia, Richi M. 2005. Kesehatan Lingkungan.Yogyakarta : Graha Ilmu. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No 492/Menkes/Per/IV/2010 Tentang Persyaratan Kualitas Air Minum. Radji, Maksum, dkk. Pemeriksaan Bakteriologis Air Minum Isi Ulang diDaerah Lenteng Agung dan Srengseng Sawah Jakarta Selatan.Majalah IlmuKefarmasian Vol V, No. 2 Agustus 2008 101-109 ISSN : 1693-9883 diaksespada tanggal 02 desember 2013. Sitorus, Saibun. 2009. Analisis Kualitas Air Minum Melalui Proses Ozonisasi, Ultraviolet dan Reserve Osmosis. Jurnal Kimia Mulawarman Volume 5Nomor 2, ISSN 1693-5616 (isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/62093032.pdf,diakses 01 Desember 2013) Soemirat. 2011. Kesehatan Lingkungan.Yogyakarta : Gajah Mada University Press. Sousa, Tomasia A. M. Do R. 2012. Hubungan E.coli pada Depot Air Minum Isi Ulang dengan Kejadian Daire Pada Balita di Kecamatan Dom Aleixo Kabupaten Dili Timor-Leste Tahun 2012.Skripsi FKM Universitas Indonesia. Sumantri, Arif DR. 2012. Kesehatan Lingkungan (Edisi Revisi). Jakarta : Kencana Predana Media Group. Suprihatin & Ono Suparno. 2013. Teknologi Proses Pengolahan Air. Bogor : Penerbit IPB Press 28 29