http://sumut.kemenag.go.id/ Belajar Dari Masa Lalu Untuk Menyongsong Masa Depan Oleh : Drs.H.Abd. Rosyid Siregar Memperingati Maulid Nabi Muhammad Saw tentunya bukan sekedar mengenang ulang tahun kelahiran beliau dengan mengucapkan Happy Birthday To You, tetapi untuk aktualisasi totalitas nilai kepribadian dan dann risalahnya yang harus kita jadikan teladan serta pedoman dalam setiap sesi kehidupan yang multi dimensi saat ini sampai akhir nanti. Sudah merupakan qaidah sejarah dan juga fitrah manusia bahwa semakin jauh jarak waktu kita dengan sesuatu peristiwa, maka akan semakin melemah ingatan dan kehangatan nilai peristiwa itu sendiri bahkan bisa menyimpang jauh apalagi adanya upaya sengaja yang ingin menyalahgunakan artinya. Tidak ada maksud mengajak para pembaca untuk bersifat permissif dan pesimis terhadap kehidupan beragama ini, tetapi Rasulullah telah memberikan rumus global bahwa kehidupan beragama menghadapi banyak tantangan terutamaan godaan glamornya kehidupan di dunia yang fana dan bersifat sementara. Kiamat pasti datang sebagai batas berakhirnya kehidupan dunia. Namun Rasulullah juga mengisyaratkan bahwa kiamat tidak akan terjadi selama masih ada yang beriman/bertauhid (mengucapkan Laa Ilaaha Illallaah). Kondisi kehidupan beragama dewasa ini makin memprihatinkan sehingga muncul rumusan “agama pasti habis”. Tetapi bagi kita sebagai umat penerus risalah beliau tentu tidak boleh terjebak dalam rumusan itu, dan yang pasti penulis yakin bahwa tidak satupun diantara kita yang bisa menerima vonis bahwa hancur apalagi habisnya agama ini terjadi pada era atau generasi kita. Inilah yang mendorong kita untuk tetap berupaya membangun kehidupan yang agamais, sekalipun fakta dalam realita di hadapan kita pengabdian agama itu semakin nyata. Oleh sebab itu pulalah penulis tetap merasa terpanggil untuk memberikan sekedar sumbangan pikiran sebagai wujud kepedulian dan keprihatinan terhadap situasi keberagaman umat saat ini dan tentunya juga ke depan nanti. Dalam sebuah Hadits Rasulullah Saw menegaskan bahwa “Islam ini mula-mula datangnya dirasa aneh atau ganjil oleh umat manusia saat itu, pengikutnya juga demikian, tetapi sungguh beruntunglah orang yang dianggap aneh atau ganjil itu yakni mereka yang konsekwen memegang Sunnah Rasulullah saat manusia tidak mengindahkan ajaran agama lagi” 9HR. Muslim). Bahkan Rasulullah Saw mereka tuduh gila (majnun) yang bantahannya Allah abadikan dalam Al-Qur’an Surah Al Qalam ayat 2. Salah satu makna sejarah ialah mengenal masa lalu untuk dijadikan pelajaran atau setidaknya sebagai bahan perbandingan. Memperingati Maulid Nabi Muhammad Saw harus masuk dalam konteks http://sumut.kemenag.go.id/ ini, sejalan dengan firman Allah “sesungguhnya pada kisah-kisah merek itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal” (QS. Yusuf : 111). Makna kisah-kisah itu sendiri bagi Rasulullah Saw adalah untuk menguatkan pendiriannya bahwa Rasul-Rasul sebelumnya juga mengalami hal yang sama berupa cobaan-cobaan berat, sehingga membuat Rasulullah Saw tidak merasa gentar, takut apalagi putus asa menghadapi berbagai tantangan dalam mengemban tugas risalahnya dan tentu demikian juga mestinya bagi kita sebagai umatnya. Bahan Analogi Sekaligus Analisa Merujuk kepada Hadits yang disebut sebelumnya bahwa kondisi persepsi atau image masyarakat Jahiliah kepada pengikut ajaran Nabi Muhammad Saw di awal Islam akan muncul kembali berupa pendiskreditan terhadap umat Islam, sekaligus menjadi tantangan apakah risalah agama ini akan berakhir. Sebagai bahan perbandingan kaitannya dengan statemen Rasulullah Saw itu. Berikut ini lukisan kehidupan moral bangsa Arab pra Islam versi Muhammad Saw untuk kita relevansikan dengan kehidupan masyarakat kita saat ini : 1. Minuman keras, minum tuak atau arak merupakan adat kebiasaan bangsa Arab, hanya beberapa manusia saja yang tidak pecandu minuman yang memabukkan itu. Bersamaan dengan itu mereka juga sambil berjudi. Siapa yang menang maka dia menyembelih unta yang kadang-kadang sampai puluhan jumlahnya. Kemudian dagingnya dibagi-bagikan kepada para fakir miskin di samping pesta bersama yang dihibur wanita-wanita cantik. Bahkan diantara sahabat rasulullah Saw masih ada yang gemar minum khamar sebelum turunnya ayat yang melarang minuman keras itu. Bila kita bandingkan dengan masyarakat kita sekarang bagaimana gemarnya dengan minuman keras, narkoba dan sejenisnya, kita telah melanda masyarakat kolong sampai ke atas panggung 2. Perjudian, merupakan kegemaran bangsa Arab pra Islam, bahkan berjudi mereka anggap sebagai tindakan social yang sangat mulia karena taruhan mereka umumnya unta yang kadang-kadang sampai puluhan ekor disembelih dan dagingnya dibagikan kepada para fakir miskin, sehingga orang yang tidak mau berjudi mereka anggap dan tuduh sebagai orang kikir/pelit yang mereka istilahkan “Barm” dan orang yang kawin dengan si Bar mini dipandang hina. 3. Pelacuran, dianggap pekerjaan biasa yang tidak mengakibatkan rendahnya martabat seseorang PSK. Tidak sedikit para penyair yang melukiskan perbuatan keji itu dengan indah dalam syairnya, digantungkan di Ka’bah sebagai aksesoris yang membanggakan. Para budak perempuan dijadikan mata pencaharian dengan menyewakan mereka untuk melacur yang hasilnya diserahkan kepada tuannya. Seorang istri boleh menyerahkan dirinya kepada laki-laki yang gagah perkasa atau http://sumut.kemenag.go.id/ bangsawan untuk mendapatkan keturunannya. Apabila lahir anak dari hasil salome itu maka ibu si anak memilih diantara laki-laki yang telah member andil lahirnya anak tersebut untuk menjadi ayahnya. Begitulah umumnya perlakuan bangsa Arab waktu itu dan sangat sedikit yang tidak terlibat. 4. Pencurian, juga hal yang biasa baik laki-laki maupun perempuan. Pencuri sering diculik, dirampas dan ditawan. Kalau pencurinya laki-laki dijadikan hamba sahaya atau budak. Jika pencuri itu wanita maka dijadikan gundik atau dijual. Karena kegemaran dan keberanian mencuri ini, barang-barang berharga yang dipersembahkan di Ka’bah tak luput dari sasaran pencurian. 5. Kekejaman, telah jelas dalam sejarah bagaimana anak-anak perempuan ditanam hidup-hidup, adakalanya dimasukkan dalam tong besar kemudian dijatuhkan dari tempat yang amat tinggi. Ada lagi yang diikat ke ekor kuda kemudia kuda dipacu lari kencang sampai orang tersebut mati diseret, terkadang musuh yang kalah dipotong telinga, hidung dan anggota tubuh lainnya (mutilasi) dijadikan kalung dan tengkorak kepalanya untuk tempat minum arak. Ada lagi yang tidak diberi makan dan minum sampai mati, dengan keyakinan mereka kelak bila si penyiksa meninggal unta tersebut jadi kenderaannya. 6. Makan dan Minum, tidak ada makanan dan minuman yang disebut kotor dan menjijikkan apalagi yang makruh dan haram. Bangkai dimakan, binatang yang hidup disayat sebagian dagingnya seperti punuk unta, dibakar dan dimakan, minum darah dan sebagainya. Dalam sebuah riwayat orang yang pertama sekali memproklamirkan beloh memakan bangkai adalah Amr bin Lubayyi setelah merubah syari’at Nabi Ibrahim dan Isma’il. 7. Kesopanan, ketika thawaf lekiling Ka’bah di zaman jahiliyah, laki-laki dan perempuan tawaf tanpa busana karena pakaian dianggap sudah dicemari dosa. 8. Pertengkaran dan Perkelahian, antara kabilah/suku yang satu dan lainnya merupakan hal yang biasa sampai kadang-kadang bertahun-tahun perang, misalnya perang Dahis dengan Ghubra hanya karena perselisihan dalam pacuan kuda yang mengakibatkan perang saudara selama 40 tahun. Inilah gambaran sekilas keadaan bangsa Arab pra Islam yang apabila kita bandingkan dengan kehidupan umat saat ini, mungkin sekedar plus minusnya saja. Cenderung mengarah kepada kondisi kehidupan Jahiliah itu. Tetapi mencoba belajar dari masa lalu untuk menghadapi masa kini dan menyongsong masa depan adalah merupakan suatu keharusan dalam memaknai sejarah termasuk peringatan Maulid Nabi Muhammad Saw. Bagi para pemerhati dakwah Islam dan agama ini tentu mempelajari sejarah termasuk dalam upaya menentukan sikap diri, mungkin atu sisi untuk tidak terlalu memaksa-kan kehendak agama melawan arus kehidupan ini, tetapi disisi lain agar jangan bersikap skeptis dan masa bodoh, pejam mata tidak mau peduli memperjuangkan kebenaran di tengah pergumulan kebatilan. Ingatlah sekalipun kita dipinggirkan, dianggap ketinggalan zaman karena menegakkan http://sumut.kemenag.go.id/ kebenaran, keadilan dan kejujuran, tetapi yakinlah bahwa orang-orang seperti inilah yang memperoleh kemenangan dan kebahagiaan. Itulah statmen sekaligus pesan rasulullah Saw “Fathubaa lil ghuraba”, sekalipun dianggap terpinggirkan tapi dialah yang mulia. Siapa diantara kita yang siap ke sana? Tentunya para umatnya yang istiqamah memperjuangkan kebenaran agamanya, Semoga tidak minoritas ditengah mayoritas, aamiin!