BAB III KONTROVERSI RIWAYAT

advertisement
BAB III
KONTROVERSI RIWAYAT-RIWAYAT TENTANG USIA PERNIKAHAN
KHADIJAH DENGAN NABI MUHAMMAD SAW
A. Riwayat-riwayat Pernikahan Khadijah
Benarkah beberapa riwayat yang menceritakan mengenai umur Khadijah
pada saat pernikahannya dengan Nabi Muhammad Saw, dapat dibuktikan
keabsahannya atau kesahihannya? Untuk itu, penulis akan menyajikan beberapa
argumen untuk mengkritisinya. Metode yang dipakai dalam penelitian ini adalah
metode kritik hadis, yang dalam ilmu hadis dikenal sebagai ilmu takhrij al-hadis.
Kritik dilakukan baik secara eksternal (naqd al-khariji: kritik sanad), maupun
internal (naqd al-dakhili: kritik matan). Kritik eksternal adalah upaya penelitian
yang mengarah pada uji kredibilitas dan kualitas (tsiqah) serta uji ketersambungan
muttasil para rawi. Sedangkan kritik internal lebih mengarah pada uji materi.
Apakah matan tersebut mengandung cacat atau terdengar janggal.
Khadijah adalah Umul Mukminin anak Khuwailid bin Asad bin Abdul
Azza bin Kilab bin Murrah bin Ka‟ab bin Luai bin Ghalib bin Fihr, yang dikenal
dengan nama Ibunya bernama Fatimah binti Zaidah bin Al-Asham bin Rawahah
bin Hajar bin Abd bin Ma‟ish bin Amir bin Luai bin Ghalib bin Fihr 1. Ia wanita
Quraisy yang paling mulia nasabnya, wanita paling terhormat, dan wanita terkaya.
Riwayat-riwayat tentang Khadijah sangat banyak dan bervariasi. Para ahli
sejarah menulis banyak hal mengenai persoalan ini. Dan pembahasan
1
hlm. 94.
Ibnu Hisyam , Al-Sirah An-Nabawiyah, (Egypt: Dar Al-Ghad Al-Gadeed, 2007) jilid 1,
68
mengenainya memang tidak pernah membosankan. Tetapi tidaklah layak
mengharapkan sebuah bab yang singkat ini akan mencakup semua informasi yang
telah ditulis oleh banyak orang tersebut. Sebagai perbandingan, beberapa literatur
tentang Khadijah maka cukuplah bila pada pembahasan ini penulis akan
merangkum beberapa hal paling penting yang harus dibahas.
Teknik dan langkah-langkah penelitian yang dilakukan dalam penelitian
ini adalah; pertama, mengungkapkan data yang paling penting yang dianggap
memadai di bidang sirah, tarikh, atau thabaqat. Yang menjadi sorotan dan obyek
kajian ini, yaitu kitab al-Sirah al-Nabawiyah Ibnu Hisyam, Thabaqat Kubra,
Tarikh al-Rusul wa al-Muluk, al-Kamil Fi al-Tarikh, dan al-Bidayah Wa alNihayah.
Kedua, mengungkapkan riwayat-riwayat pernikahan Khadijah sebelum
dengan Rasulullah Saw dan Pernikahan Khadijah dengan Rasulullah Saw. Setelah
itu, penulis akan menganalisis riwayat-riwayat itu dengan menggunakan kritik
hadis yang dalam ilmu hadis dikenal sebagai ilmu takhrij al-hadis. Kritik
dilakukan baik secara eksternal (naqd al-khariji: kritik sanad), maupun internal
(naqd al-dakhili: kritik matan).
Ketiga, mengumpulkan berbagai interpretasi terhadap usia Khadijah
menikah dengan Nabi Muhammad Saw. Terakhir, interpretasi alternatif sebagai
hasil penelitian penulis terhadap kontroversi riwayat-riwayat usia Khadijah
menikah dengan Nabi Muhammad Saw.
69
1. Pernikahan Khadijah Sebelum dengan Rasulullah Saw
Adapun beberapa riwayat yang dijadikan dalil mengenai pernikahan
Khadijah sebelum dengan Nabi Muhammad Saw adalah sebagai berikut:
Riwayat dari Ibnu Hisyam (w. 213 H) sebagai berikut:
Total istri yang dinikahi Rasulullah Saw adalah tiga belas orang : Khadijah
binti Khuwailid adalah isteri pertama Rasulullah Saw. Beliau dinikahkan oleh
ayahnya sendiri, Khuwailid bin Asad. Ada yang menyatakan oleh saudaranya,
Amr bin Khuwailid. Rasulullah Saw menikahi Khadijah binti Khuwailid dengan
mahar dua puluh ekor anak unta. Khadijah binti Khuwailid melahirkan seluruh
anak Rasulullah Saw, kecuali Ibrahim. Sebelumnya, Khadijah binti Khuwailid
diperistri Abu Halah bin Malik salah seorang warga Bani Usaid bin Amr bin
Tamim, sekutu Bani Abd Daar dan melahirkan Hindun bin Abu Halah dan Zainab
binti Abu Halah. Sebelum diperistri Abu Halah, Khadijah binti Khawailid
diperistri Atiq bin Abdullah bin Umar bin Makzum dan melahirkan Abdullah dan
Jariyah.3 Ibnu Hisyam berkata Jariyah adalah gadis, yang menikah dengan Shayfi
bin Abi Rifa‟ah.
Riwayat dari Ibnu Sa‟ad (w. 230 H) sebagai berikut:
2
Ibid., jilid 4, hlm. 164.
Ibnu Hisyam, Sirah Nabawiyah Ibnu Hisyam, terjemahan Fadhli Bahri (Jakarta: PT
Darul Falah, 2009), jilid. 2, hlm. 631.
3
70
Jumlah istri-istri Rasulullah Saw.
Telah mengabarkan kepada kami Muhammad bin Umar, telah
menceritakan kepada kami Muhammad bin Abdillah dari Az-Zuhri berkata: telah
menceritakan kepada kami Katsir bin Zaid dari Al-Muthalib bin Abdullah bin
Hanthab, keduanya berkata: wanita pertama yang dinikahi Rasulullah sebelum
masa kenabian adalah Khadijah binti Khuwailid bin Asad bin Abdil Uzza bin
Qushay, dimana sebelum dengan beliau Khadijah menikah dengan Atiq bin Abid
Al-Mahzumi dan melahirkan anak darinya Jariyah kemudian Hindun, setelah
Khadijah dengan Atiq kemudian Abu Halah bin Nabbas bin zurarah Attamimi
sekutu Bani Abd Daar dan melahirkan anak darinya seorang laki-laki yang
dipanggil dengan Hidun. Kemudian ia dinikahi Rasulullah dimana pada saat itu
Rasulullah berumur dua puluh lima tahun, dan Khadijah berumur empat puluh
tahun dan melahirkan darinya Qasim, Thahir, dia adalah yang disucikan kemudian
meninggal sebelum masa kenabian. Khadijah melahirkan anak perempuan darinya
Zainab yang menikah dengan Abu Ashi Ibnu Rabi‟, ia adalah anak Nabi yang
terbesar (anak pertama), kemudian Ruqayyah dinikahi oleh Utaibah bin Abi
Lahab kemudian bercerai sebelum menggaulinya kemudian menikah lagi dengan
Utsman bin Affan setelah masa kenabian, kemudian Khadijah melahirkan lagi
darinya Ummu Kultsum kemudian dinikahi Utsman setelah Ruqayyah, kemudian
Khadijah melahirkan lagi darinya Fatimah yang dinikahi oleh Ali bin Abi Thalib.
Khadijah meninggal karena sakit pada bulan ramadhan pada tahun kesepuluh dari
masa kenabian sebelum hijrah tiga tahun yaitu pada umur enam puluh lima tahun.
4
Ibnu Sa‟ad, Kitab al-Thabaqat al-Kubra, (Qahir: Annasir Maktabah al-Khanji, 2001),
juz. 10, hlm. 205-206.
71
Riwayat dari al-Thabary (224-310 H) sebagai berikut:
Keterangan tentang istri-istri Rasulullah Saw Siapa dari istri-istri yang
masih hidup setelahnya dan siapa di antara istrinya yang berpisah dari
kehidupannya, yang perpisahannya disebabkan karena ajalnya. Dan siapa istri-istri
yang meninggal sebelumnya.
Telah menceritakan kepadaku Harits, ia berkata: telah menceritakan
kepada kami Ibnu Sa‟ad, ia berkata: telah menceritakan kepada kami Hisyam bin
Muhammad, ia berkata: telah mengabarkan kepadaku ayahku bahwa
sesungguhnya Rasulullah Saw menikah dengan lima belas wanita, termasuk dari
(yang tidak digauli) berjumlah tiga belas, adapun yang digauli beliau ada sebelas
istri, dan yang meninggal (ada dua orang) dari sembilan.
Pernikahan beliau pada masa jahiliah, beliau menikah pada usia dua puluh
tahun dengan Khadijah binti Khuwailid bin Asad bin Abdil Azza, pertama
Khadijah Menikah sebelum beliau dengan Atiq bin „Abid ibnu Abdillah bin Umar
bin Umar bin Mahzumi, ibu Khadijah adalah Fatimah binti Jaidah bin Asham bin
Warahah bin Hajar bin Ma‟is bin Lu‟ay. Khadijah melahirkan anak dari Atiq
bernama Jariyah. Kemudian Atiq meninggal dan Khadijah menikah lagi dengan
Abu Halah bin Zhurah bin Nabas Zhurah bin Habib bin Salamah bin Uzza bin
Jurwah bin Asaid bin Umar bin Tamim, dan ia dari Bani Abdul Dar bin Qasay.
5
160-161.
Al-Thabary, Tarikh al-Rusul wa al-Muluk, (Mesir: Darul Ma‟rif, 1967), juz. 3, hlm.
72
Dan melahirkan dari Abu Halah yaitu Hindun bin Abi Halah, kemudian Abu
Halah meninggal dan Khadijah pun menikah lagi dengan Rasulullah dan
bersamanya (Khadijah) anak dari Abu Halah yaitu Hidun. Ia melahirkan delapan
anak dari Rasulullah yaitu: Qasim, Thaib, Thahir, Abdullah, Zainab, Waraqah,
Ummu Kultsum, dan Fatimah.
Riwayat dari Ibnu Atsir (w. 630 H) sebagai berikut:
Jumlah istri-istri Rasulullah Saw.
Ibnu Kalabi berkata: bahwa sesungguhnya Nabi Saw menikah dengan lima
belas wanita, termasuk dari (yang tidak digauli) berjumlah tiga belas, adapun yang
digauli beliau ada sebelas istri, dan yang meninggal (ada dua orang) dari
sembilan. Wanita pertama yang dinikahi adalah Khadijah binti Khuwailid dimana
Khadijah dinikahi sebelumnya dengan Atiq bin Aizd bin Abdillah bin Mahzumi
dan meninggal, setelah dengan Atiq dinikahi lagi dengan Abu Halah bin Zurarah
bin Nabas At-Tamimi dan melahikan darinya Hindun bin Abu Halah, kemudian
Abu Halah meninggal dan dinikahi Rasulullah Saw, Khadijah melahirkan darinya
berjumlah delapan anak yaitu: Qasim, Thayib, Thahir, Abdullah, Zainab,
Ruqayyah, Ummu Kultsum, dan Fatimah. Adapun anak-anak laki meninggal
ketika mereka masih kecil dan anak-anak perempuan sampai nikah dan
melahirkan, Rasulullah tidak menikah dengan seseorang selama hidupnya.
Khadijah meninggal tiga tahun sebelum hijrah. Tidak ada yang melahirkan
darinya anak selain darinya (Khadijah) kecuali Ibrahim.
6
175.
Ibnu Atsir, al-Kamil fi al-Tarikh,(Beirut: Dar al-Kitab al-Ma‟rif, 1987), juz. 2, hlm. 174-
73
Riwayat dari Ibnu Katsir (701-774 H) sebagai berikut:
Al-Zuhri berkata: Khadijah binti Khuwailid sebelum menikah dengan
Rasulullah Saw dengan dua orang, pertama Atiq bin Abid bin Mahzumi dan
melahirkan darinya Jariyah ia adalah Ummu Muhammad bin Shayfi, kedua Abu
Halah al-Tamimi dan melahirkan darinya Hindun bin Hindun sungguh begitulah
ia dinamai, Ibnu Ishaq berkata kemudian setelah Halah Abid Abu Halah al-Nabas
bin zurarah salah satu Bani Umar bin Tamim sekutu Bani Abd al-Dar dan
melahirkan darinya seorang laki-laki dan wanita kemudian meninggal, dan
kemudian menikah lagi dengan Rasulullah Saw dan melahirkan anak darinya
anak-anak perempuannya berjumlah empat, kemudian setelah mereka yaitu
Qasim, Thayib, Thahir, yang semuanya telah pergi (meninggal) dan mereka ridha.
Berdasarkan data-data8 yang penulis rujuk di atas dikatakan bahwa
sebelum Khadijah menikah dengan Rasulullah, ia telah menikah sebelumnya
dengan dua orang. Pertama Khadijah dinikahi oleh Atiq bin Abid bin Abdillah
bin Mahzumi dan kemudian setelah beberapa lama ia meninggal (menurut Ibnu
Hisyam, mereka mempunyai anak yang bernama Abdullah dan Jariyah. Adapun
menurut Ibnu Sa‟ad, mereka mempunyai anak yang bernama Jariyah dan Hindun.
Selain itu, menurut Ibnu Katsir dan al-Thabary mereka mempunyai satu anak
yaitu Jariyah. Sedangkan Ibnu Atsir tidak menyebut apakah pernikahan mereka
mempunyai anak atau tidak).
7
Ibnu Katsir, al-Bidayah wa al-Nihayah,(Hajar, 1997) juz. 8, hlm. 205-206.
Referensi yang dimaksud adalah al-Sirah al-Nabawiyah Ibnu Hisyam, Thabaqat Kubra,
Tarikh al-Rusul wa al-Muluk, al-Kamil Fi al-Tarikh, dan al-Bidayah Wa al-Nihayah.
8
74
Setelah dengan Atiq, kedua Khadijah menikah lagi dengan Abu Halah bin
Zurarah bin Nabas At-Tamimi dan melahikan darinya (menurut Ibnu Hisyam
anak mereka yaitu Hindun bin Abu Halah dan Zainab binti Abu Halah. Sedang
menurut Ibnu Sa‟ad, Al-Thabary, Ibnu Atsir, dan Ibnu Katsir mereka mempunyai
anak yaitu Hindun). Kemudian Abu Halah meninggal dan dinikahi Rasulullah
Saw.
2. Pernikahan Khadijah dengan Rasulullah Saw
Riwayat dari Ibnu Hisyam (w. 213 H) sebagai berikut:
Pernikahan Rasulullah Saw dengan Khadijah ra.
Ibnu Hisyam berkata, “Ketika Rasulullah Saw berusia dua puluh lima tahun,
beliau menikah dengan Khadijah binti Khuwailid bin Asad bin Abdul Uzza bin
Qushay bin Kilab bin Murrah bin Luai bin Ghalib bin Fihr seperti dikatakan
kepadaku oleh banyak sekali ulama dari Abu Amr Al-Madani.”10
Riwayat Ibnu Sa‟ad (w. 230 H) sebagai berikut:
9
Hisyam, Op. Cit., jilid 1, hlm. 97.
Ibnu Hisyam, Sirah Nabawiyah Ibnu Hisyam, terjemahan Fadhli Bahri (Jakarta: PT
Darul Falah, 2009), jilid 1, hlm. 155.
10
75
Pernikahan Rasulullah Saw dengan Khadijah binti Khuwailid
Berkata Ibnu Sa‟ad : Telah mengabarkan kepada kami Muhammad bin
Umar bin Waqidi al-Aslami, telah mengabarkan kepada kami Musa bin Saibah
dari Umairah binti Abdillah bin Ka‟ib bin Malik dari Ummu Said binti Said bin
al-Rabi‟ dari Nafisah binti Munayyah ia berkata: Khadijah binti Khuwailid bin
Asad bin Abdul Uzza bin Qushay adalah seorang wanita yang bijaksana, kuat
(sabar), mulia, beserta Allah meridainya kemuliaan dan kebaikan, dia yang
bernasab Quraisy dengan keagungan kemuliaannya dan banyaknya harta. Semua
Kaumnya ingin menikahinya jika mempunyai kemampuan. Mereka sungguh ingin
melamarnya dengan merendah pada Khadijah karena harta, Khadijah mengutusku
(Nafisah binti Munayyah) untuk menyelidiki Muhammad setelah ia kembali pada
kafilahnya dari Syam. Ia (Nafisah binti Munayyah) bertanya: wahai Muhammad
apa yang mencegahmu untuk menikah? Ia (Muhammad) menjawab aku orang
tidak punya, apa ada yang mau menikah denganku? Nafisah berkata: bagaimana
kalau ada, ia seorang cantik, kaya, mulia, berkemampuan, bahkan tulus hatinya.
Muhammad bertanya: siapakah dia? Nafisah menjawab: Khadijah, Muhammad
berkata: bagaimana dengan aku tentang itu? Nafisah menjawab: aku berkata,
serahkan padaku, ia berkata: saya akan melakukannya: maka aku (Nafisah) pergi
dan mengabarkan kepada Khadijah, dan aku mengirim pesan padanya
(Muhammad) tentang waktunya dan aku mengirim pesan kepada pamannya Amr
bin Asad untuk menikahkannya (Khadijah) maka Rasulullah Saw hadir dan masuk
ke tempat umum (publik) dan menyertainya bersatu (berkumpul dengan mereka
(ke umum) Amr bin Asad berkata pernikahan ini sesuatu yang baik. Rasulullah
Saw menikahi Khadijah ketika ia berumur 25 tahun sedang Khadijah saat itu
berumur 40 tahun, dan ia lahir sebelum tahun Gajah pada umur 25 tahun.
11
Ibnu Sa‟ad, Kitab al-Thabaqat al-Kabir, (Qahir: Annasir Maktabah al-Khanji, 2001),
juz. 1, hlm. 109.
76
Riwayat dari al-Thabary (224-310 H) sebagai berikut:
.
Pernikahan Nabi dengan Khadijah.
Hisyam bin Muhammad berkata Rasulullah Saw menikah dengan
Khadijah ketika ia berumur 25 tahun sedang Khadijah saat itu berumur 40 tahun.
Riwayat Ibnu Atsir (w. 630 H) sebagai berikut:
Pernikahan Nabi Saw dengan Khadijah
Rasulullah Saw menikah dengan Khadijah binti Khuwailid ketika ia
(Rasulullah) berumur 25 tahun, sedang Khadijah saat itu berumur 40 tahun. Sebab
atau alasan pendorong (motif) itu bahwa Khadijah binti Khuwailid bin Asad bin
Abdul Uzza bin Qushay seorang pedagang Quraisy ketika sampai padanya tentang
Rasulullah Saw kejujuran perkataan, keagungan amanah kemulian akhlak,
Khadijah mengutus padanya untuk mendagangkan barangnya ke Syam dan
memberinya keutamaan terhadap apa yang ia (Khadijah) beri selainnya bersama
Maisarah maka Rasulullah Saw menerima tawarannya dan keluar bersamanya
Maisarah hingga sampai ke Syam. Ia berteduh pada bayangan pohon dekat dari
pertapaan Rahib Rahib mengawasi kepalanya terhadap Maisarah, Rahib bertanya
281.
569.
12
Al-Thabary, Tarikh al-Rusul wa al-Muluk, (Mesir: Darul Ma‟rif, 1967), juz. 2, hlm.
13
Ibnu Atsir, al-Kamil fi al-Tarikh, (Beirut: Dar al-Kitab al-Ma‟rif, 1987), juz. 1, hlm.
77
siapa dia? Maisarah menjawab ia adalah seorang lelaki dari suku Quraisy, maka
Rahib berkata tidak akan mampir ke pohon ini kecuali Nabi.
Riwayat dari Ibnu Katsir (701-774 H) sebagai berikut:
.
Ibnu Hisyam berkata, umur Rasulullah Saw ketika menikah dengan
Khadijah adalah 25 tahun telah menceritakan kepadaku tidak ada selain itu dari
ahli ilmu, mereka adalah Abu Umar al-Madani dan berkata Ya‟kub bin Sufyan
aku menulis dari Ibrahim bin al-Manzuri telah menceritakan kepadaku Umar bin
Abu Bakar al-Mumali telah menceritakan kepadaku tidak ada seorang pun
bahwasanya Amr bin Asad menikahkan Khadijah dengan Rasulullah saw dan
umurnya 25 tahun dari kabilah Quraisy penjaga Ka‟bah. Pernyataan demikian
dikutip dari al-Baihaqi, dari al-Hakim bahwasanya Umur Rasulullah Saw ketika
menikah dengan Khadijah yaitu 25 tahun sedang umur Khadijah sekitar 35 tahun
dan ada yang menyatakan 25 tahun.
Pada riwayat al-Zuhri berkata bahwa umur Rasulullah Saw ketika menikah
dengan Khadijah yaitu 21 tahun, dan ada yang menyatakan 25 tahun. Saat Ka‟bah
14
15
Ibnu Katsir, al-Bidayah wa al-Nihayah,(Hajar, 1997) juz. 3, hlm. 465-466.
Ibnu Katsir, al-Bidayah wa al-Nihayah,(Hajar, 1997) juz. 8, hlm. 204.
78
dibangun dan Al-Waqidi berkata dengan menambahkan bahwa umur Khadijah 45
tahun. Adapun ahli ilmu yang menyatakan bahwa umur Rasulullah saat itu 30
tahun dan dari Hakim bin Hizam berkata: bahwa umur Rasulullah ketika menikah
dengan Khadijah yaitu 25 tahun sedang umur Khadijah 40 tahun. Dari Ibnu
Abbas: bahwa umur Khadijah saat itu 28 tahun diriwayatkan keduanya oleh Ibnu
Asakir. Dan berkata Ibnu Jarir: bahwa umur Rasulullah Saw saat itu 37 tahun
ketika Khadijah melahirkan Qasim dan ia diberi gelar olehku Thayib, Thahir,
Zainab, Riqayyah, Ummu Kultsum dan Fatimah.
Berdasarkan data-data16 yang penulis rujuk di atas dikatakan tentang
pernikahan Khadijah dengan Rasulullah Saw; Ibnu Hisyam hanya menjelaskan,
“Ketika Rasulullah Saw berusia dua puluh lima tahun, beliau menikah dengan
Khadijah binti Khuwailid bin Asad bin Abdul Uzza bin Qushay bin Kilab bin
Murrah bin Luai bin Ghalib bin Fihr seperti dikatakan kepadaku oleh banyak
sekali ulama dari Abu Amr Al-Madani.” Adapun Ibnu Sa‟ad, al-Thabary, dan
Ibnu Atsar memberikan keterangan bahwa Khadijah saat itu berumur 40 tahun.
Sedang Ibnu Katsir dengan mengutip dari al-Baihaqi, dari al-Hakim bahwasanya
umur Rasulullah ketika menikah dengan Khadijah yaitu 25 tahun sedang umur
Khadijah sekitar 35 tahun dan ada yang menyatakan 25 tahun. Akan tetapi Ibnu
Katsir juga menyatakan dengan mengutip dari Hakim bin Hizam bahwa umur
Rasulullah Saw yaitu 25 tahun sedang umur Khadijah 40 tahun, dan ada juga yang
menyatakan umur Khadijah saat itu 28 tahun dikutipnya dari Ibnu Abbas.
16
Referensi yang dimaksud adalah al-Sirah al-Nabawiyah Ibnu Hisyam, Thabaqat
Kubra, Tarikh al-Rusul wa al-Muluk, al-Kamil Fi al-Tarikh, dan al-Bidayah Wa al-Nihayah.
79
B. Kritik atas Riwayat-riwayat Pernikahan Khadijah dengan Pendekatan
Studi Hadis
Untuk mencermati riwayat tentang usia pernikahan Khadijah memang
bukan hal yang mudah, untuk itu dibutuhkan sikap kritis supaya tidak terjebak
pada kesimpulan yang salah. Siapa pun yang menulis riwayat hidup Khadijah
harus membandingkan sekian banyak riwayat lalu menelitinya secara kritik.
Penilaian itu tidak saja berdasarkan reputasi orang yang meriwayatkannya,
melainkan juga berdasarkan urutan peristiwa penting yang terjadi pada masa-masa
awal.
Untuk mengetahui sumber-sumber informasi tentang sirah nabawiyah
lebih khusus tentang usia Khadijah ketika menikah dengan Nabi Muhammad Saw,
penulis berusaha menyajikan al-Sirah al-Nabawiyah Ibnu Hisyam, Thabaqat
Kubra, Tarikh al-Rusul wa al-Muluk, al-Kamil Fi al-Tarikh, dan al-Bidayah Wa
al-Nihayah yang merupakan sumber awal sirah Nabawiyah pada masa Islam
seperti yang telah disebutkan di atas. Kemudian penulis mengkritik riwayat sirah
tersebut dengan menggunakan kritik hadis yang dalam ilmu hadis dikenal sebagai
ilmu takhrij al-hadis. Kritik dilakukan baik secara eksternal (naqd al-khariji: kritik
sanad), maupun internal (naqd al-dakhili: kritik matan).
80
Riwayat Pernikahan Khadijah Sebelum dengan Rasulullah Saw
Muthallib bin Abdillah bin Hanthab
Katsir Bin Zaid (w. 107 H)
ayahku (Muhammad bin Saib bin Kalaby)
Zuhri ( w. 122 H (perkiraan))
Ibnu Kalaby (Hisyam bin Muhammad)
Muhammad bin Abdillah
Ibnu Ishaq (w. 151 H)
Muhammad bin Umar
Ibnu Hisyam (w. 213 H)
Ibnu Sa’ad (w. 230 H)
Harits
al-Thabary (224-310 H)
Ibnu Atsir (w. 630 H)
Ibnu Katsir (701-774 H)
Skema Sanad Pernikahan Khadijah Sebelum dengan Rasulullah Saw
Skema sanad di atas perlu dijelaskan dengan kritik sanad, karena riwayat
pernikahan Khadijah sebelum dengan Rasulullah Saw itu sebenarnya:
1.) Pada riwayat dari Ibnu Hisyam (w. 213 H),17 tanpa sanad (ringkasan al-Sirah
karya Ibnu Ishaq) berarti hanya menyandarkan pada Ibnu Ishaq (w. 151/761).
Jadi riwayat ini mu‟allaq.18
17
Nama lengkap Ibnu Hisyam ialah Abu Muhammad Abdul Malik bin Hisyam bin
Ayyub Al-Himyari Al-Muafiri Al-Basri. Ibnu Hisyam dilahirkan di Basrah (tanggal kelahirannya
tidak diketahui), dan mencari ilmu disana. Ketika dewasa, ia pergi ke Mesir dan menetap di sana.
Ibnu hisyam adalah ulama pengemban ilmu. Ia pakar tentang nasab, dan nahwu (gramatika bahasa
Arab). Ia mempunyai buku tentang nasab orang-orang Himsyar dan raja-raja yang bernama AtTijan. Buku tersebut ia riwayatkan dari Wahb bin Munabbih. Ibnu Hisyam meninggal dunia di
Fusthath Mesir pada tahun 213 H. Abu Sa‟id Abdurrahman bin Ahmad bin Yunus berkata, “Ibnu
Hisyam meninggal dunia pada tanggal 13 Rabiul Awal tahun 218 H (Mei 834 M). lihat Ibnu
Hisyam, Sirah Nabawiyah Ibnu Hisyam, terjemahan Fadhli Bahri (Jakarta: PT Darul Falah, 2009),
jilid 1, hlm. x-xi, Lihat juga Ibnu Hisyam , Al-Sirah An-Nabawiyah, (Egypt: Dar Al-Ghad AlGadeed, 2007) jilid 1, hlm. 7.
81
2.) Riwayat dari Ibnu Sa‟ad (w. 230 H)19 dengan sanad Muhammad bin Umar,20
Muhammad bin Abdillah,21 Zuhri,22 Katsir Bin Zaid,23 Muthallib bin Abdillah
bin Hanthab.
3.) Riwayat dari al-Thabary (224-310 H)24 dengan sanad Harits, Ibnu Sa‟ad,25
Hisyam bin Muhammad26 dan ayahku (Muhammad…). Dan pada penjelasan
18
Mu‟allaq menurut Istilah adalah hadis yang pada bagian awal sanadnya dibuang, baik
seorang rawi atau pun lebih secara berturut-turut. Bentuk hadis mu‟allaq: (1) jika dibuang
(dihilangkan) seluruh sanadnya, kemudian dikatakan –misalnya-: “Rasulullah Saw bersabda
begini dan begini”. (2) bentuk lainnya adalah jika dibuang seluruh sanadnya kecuali sahabat, atau
kecuali sahabat dan tabi‟in. hadis muallaq hukumnya mardud (tertolak), karena hilangnya salah
satu syarat diterimanya suatu hadis yaitu sanadnya harus bersambung. Mahmud Thahan, Ilmu
Hadits Praktis, terjemahan Abu Fuad (Bogor: Pustaka Thariqul Izzah, 2010), hlm. 81-82.
19
Muhammad ibn Sa‟ad lahir di Basrah pada tahun 168 H/784 M dan wafat di Baghdad
pada tahun 230 H/844 M. Dia adalah seorang ahli hadis dan sejarawan muslim yang terkenal
dalam penulisan at-Thabaqat (peringkat-peringkat para tokoh). Setelah belajar berbagai ilmu
keagamaan kepada banyak guru, dia kemudian secara khusus belajar pada al-Waqidi dan bahkan
menjadi asiten dan sekretarisnya. Al-Dzahabi seorang kritikus hadis, menilainya sebagai seorang
yang kuat menghafal, menguasai banyak ilmu secara mendalam, dan meriwayatkan hadis yang
dapat dijadikan hujah. Al-Khatib al-Baghdadi (ahli hadis, sejarawan) dan Ibnu Hajar al-Asqalani
(ahli dan kritikus hadis) menilainya sebagai seorang ahli hadis yang jujur dan adil. Bahkan alAsqalani menambahkan bahwa ia termasuk seorang perawi hadis yang sangat berhati-hati dalam
meriwayatkan hadis. Badri Yatim, Historiografi Islam, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997), hlm.
87-88.
20
Muhammad bin Abi al-Wazir adalah Muhammad bin Umar. Ibnu Hajar, Tahdzib alTahdzib, (Beirut: Dar Sader, 1968) juz 9, hlm. 502.
21
Abu al-„Anbas al-Atsaqafi namanya adalah Muhammad bin Abdillah. Ia meriwayatkan
hadis diantaranya dari ayahnya, dari Abdullah bin Umr bin „As, dari Usman bin al-Maghirah...
Abu Hatim menyebutnya tsiqah. Ibid., juz 12, hlm 188-189.
22
Muhammad bin Muslim bin Ubaidillah bin Abdillah bin Syihab bin Abdillah bin Harits
bin Kilab bin Maratu al-Qurasy al-Zuhri. Ia meriwayatkan hadis diantaranya dari Abdullah bin
Umar bin Khathab, dari Abdullah bin Ja‟far, dari Rabi‟ah bin „Abad… Adapun yang
meriwayatkan darinya diantaranya dari Atha‟ bin Abi Rabbih, dari Muhammad bin Abdillah Abi
„Atiq, dari Muhammad bin Abdillah anaknya saudara al-Zuhri… Ibnu Sa‟ad berkata bahwa alZuhri itu tsiqah katsiran hadis. Abu Daud berkata dari Ahmad bin Shaleh dikatakan (diperkirakan)
beliau lahir pada tahun 50 H adapun menurut Khalifah beliau lahir pada tahun 51 H. menurut
Zubair bin Bakar beliau wafat dalam usia 72 tahun. Para sejarawan berbeda pendapat tentang
tahun kelahirannya wafatnya. Ibid., juz 9, hlm 445-451.
23
Katsir bin Zaid al-Aslamy, ia meriwayatkan hadis diantaranya dari Muthallib bin
Abdillah bin Hanthab, dari Rabih bin Abdirrahman bin Abi Sa‟id, dari Salim bin Ibnu Abdillah bin
Umar… Ibnu Mu‟in mengomentarinya Laisa bihi ba’sa, Muawiyah mengomentarinya Shalih
(baik), Abu Jur‟ah mengomentarinya Shaduq , Abu Hatim mengomentarinya Shalih (baik), Ibnu
Hibban mengomentarinya dengan tsiqaah. Ia wafat pada tahun 107 H. Ibid., juz 8, hlm 413-415.
24
Nama lengkapnya Muhammad bin Jarir bin Yazid bin Khalid bin Kasir Abu Ja‟far atTabariat-Tabary, berasal dari Amol, lahir dan wafat di Baghdad. Dilahirkan pada 224 H dan wafat
pada 310 H. Ia adalah seorang ulama yang sulit dicari bandingnya, banyak meriwayatkan hadis,
luas pengetahuannya dalam bidang penukilan dan pen-tarjih-an (penyeleksian untuk memilih yang
kuat) riwayat-riwayat, serta mempunyai pengetahuan luas dalam bidang sejarah para tokoh dan
82
riwayat pernikahan Khadijah sebelum dengan Rasulullah tanpa sanad. Jadi
riwayat ini mu‟allaq.27
4.) Riwayat dari Ibnu Atsir (w. 630 H) hanya dengan sanad Ibnu Kalaby.28 Jadi
riwayat ini mu‟allaq.29
5.) Riwayat dari Ibnu Katsir (701-774 H)30 hanya dengan sanad Zuhri31. Jadi
riwayat ini mu‟allaq.32
Setelah dilakukan penelusuran di atas, penulis tidak menemukan
ketersambungan riwayat antara guru ke murid pada riwayat-riwayat di atas,
kecuali riwayat Ibnu Sa‟ad itu pun tidak semua tersambung.
Setelah analisis sanad di atas dilakukan, penulis akan mengklasifikasi versi
kandungan teks (matan) riwayat sirah tersebut. Walaupun terdapat perbedaan
dalam susunan lafazhnya, pada dasarnya teks (matan) riwayat sirah dari kitab
yang penulis rujuk itu semuanya sama. Teks (matan) riwayat sirah semuanya
menunjukkan persamaan bahwa Khadijah telah menikah dengan dua orang
umat terdahulu. Manna‟ Khalil al-Qattan, Studi Ilmu-ilmu Qur’an, terjemahan Mudzakir AS
(Bandung: Pustaka Litera AntarNusa, 2009), hlm. 526.
25
Yatim, Loc. Cit.
26
Dari kuniyah Abu Munjir dengan nama Hisyam bin Muhammad bin Saib bin
Kalaby(disebut juga Ibnu Kalaby). Ibnu Hajar, Lisan al-Mizan, Juz 3 dari huruf waw dan dari
kuniyah Abu Maula dan Abu. Program CD Maktabah Syamilah.
27
Thahan, Loc. Cit.
28
Ibnu Kalaby adalah dari kuniyah Abu Munjir dengan nama Hisyam bin Muhammad bin
Saib bin Kalaby. Ibnu Hajar, Lisan al-Mizan, Juz 3 dari huruf waw dan dari kuniyah Abu Maula
dan Abu. Program CD Maktabah Syamilah.
29
Thahan, Loc. Cit.
30
Ia adalah Isma‟il bin „Amr al-Quraisyi bin Kasir al-Basri ad-Dimasyqi „Imaduddin
Abul Fida‟ al-Hafiz al-Muhaddis asy-Syafi‟i. di lahirkan pada 705 H dan wafat pada 774 H.
sesudah menempuh kehidupan panjang yang sarat dengan keilmuan. Ia adalah seorang ahli Fiqh
yang sangat ahli, ahli hadis yang cerdas, sejarawan ulung dan mufasir paripurna. Al-Hafidz Ibnu
Hajar menjelaskan, “Ia adalah seorang ahli hadis yang faqih. Karangan-karangannya tersebar luas
di berbagai negeri semasa hidupnya dan dimanfaatkan untuk orang banyak setelah wafatnya.”
Manna‟ Khalil al-Qattan, Studi Ilmu-ilmu Qur’an, terjemahan Mudzakir AS (Bandung: Pustaka
Litera AntarNusa, 2009), hlm. 527.
31
. Hajar Op. Cit., juz 9, hlm 445-451.
32
Thahan, Loc. Cit.
83
sebelum menikah dengan Rasulullah Saw, perbedaannya hanya terkait dengan
persoalan anak.
Atiq bin Abid suami pertama dari Khadijah; versi Ibnu Hisyam meyatakan
bahwa mereka mempunyai anak yaitu Abdullah dan Jariyah. Versi Ibnu Sa‟ad,
mereka mempunyai anak yang bernama Jariyah dan Hindun. Selain itu, versi
Ibnu Katsir dan al-Thabary mereka mempunyai satu anak yaitu Jariyah. Adapun
Ibnu Atsir tidak menyebutkan, apakah pernikahan mereka mempunyai anak atau
tidak.
Abu Halah suami kedua Khadijah; versi Ibnu Hisyam menyatakan anak
mereka adalah Hindun bin Abu Halah dan Zainab binti Abu Halah. Sedang versi
Ibnu Sa‟ad, Al-Thabary, Ibnu Atsir, dan Ibnu Katsir menyatakan mereka
mempunyai anak yaitu Hindun.
Semua referensi yang penulis kutip di atas, menyatakan bahwa Khadijah
sudah janda ketika menikah dengan Nabi Muhammad Saw.
84
Riwayat Pernikahan Khadijah Sebelum dengan Rasulullah Saw
Hakim bin Hizam
Nafisah binti Munayyah
Ibnu Abbas (w. 78 H)
Ummu Sa‟ad binti Sa‟ad bin al-Rabi
Umairah binti Abdillah bin Ka‟ab bin Malik
Ibnu Kalaby (Hisyam bin Muhammad)
Musa bin Saibah
Ibnu Ishaq (w. 151 H)
Muhammad bin Umar bin al-Waqidi ( w. 207)
Ibnu Hisyam (w. 213 H)
Ibnu Sa’ad (w. 230 H)
al-Thabary (224-310 H)
al-Hakim ( w. 405 H)
al-Baihaqi (l. 384 H)
Ibnu Atsir (w. 630 H)
Ibnu Katsir (701-774 H)
Skema Sanad Riwayat Pernikahan Khadijah dengan Rasulullah Saw
Skema sanad di atas perlu dijelaskan dengan kritik sanad, karena riwayat
pernikahan Khadijah dengan Rasulullah Saw itu sebenarnya:
1.) Pada riwayat dari Ibnu Hisyam (w. 213 H)33 tanpa sanad (ringkasan al-Sirah
karya Ibnu Ishaq) berarti hanya menyandarkan pada Ibnu Ishaq (w. 151/761).
Jadi riwayat ini mu‟allaq.34
2.) Riwayat dari Ibnu Sa‟ad (w. 230 H)35 dengan sanad Muhammad bin Umar
bin al-Waqidi al-Aslami,36 Musa bin Saibah,37 Umairah binti Abdillah bin
33
Hisyam, Loc. Cit.
Thahan, Loc. Cit.
35
Yatim, Loc. Cit.
34
85
Ka‟ib bin Malik, Ummu Sa‟ad binti Sa‟ad bin
al-Rabi‟,38 Nafisah binti
Munayyah.
3.) Riwayat dari al-Thabary (224-310 H)39 dengan sanad Hisyam bin
Muhammad.40 Jadi riwayat ini mu‟allaq.41
4.) Riwayat dari Ibnu Atsir (w. 630 H) tanpa sanad. Jadi riwayat ini mu‟allaq.42
5.) Riwayat dari Ibnu Katsir (701-774 H) yaitu: Pertama, Usia Khadijah yang
menyatakan 45 tahun dengan sanad dari al-Waqidi.43 Kedua, Usia Khadijah
yang menyatakan 35 tahun dan 25 tahun dengan sanad dari al-Baihaqi.44 dari
al-Hakim45 Ketiga, Usia Khadijah 40 tahun dengan satu sanad dari Hakim bin
36
Muhammad bin Umar bin al-Waqidi al-Aslami, yaitu Abu Abdillah al-Madani, ia
menjadi Hakim Baghdad, ia meriwayatkan hadis di antaranya dari Usamah bin Zaid bin Aslam,
dari Usamah bin Zaid al-Laitsy, dari Ismail bin Ibrahim bin „Uqbah dan lain-lain. Ada pun yang
meriwayatkan darinya diantaranya dari Ahmad bin al-Khalil al-Burjulany, dari Ahmad bin Raja alFiryaby, dari Ahmad bin Ubaid bin Nashih al-Annahwa Abu „Asidah dan lain-lain. Al-Bukhari
berkata bahwa al-Waqidi Madani tinggal di Madinah, ia mendustakan hadis (cacat) sehingga ia
ditnggalkan (tidak dipercaya) oleh Ahmad, Ibnu Namir, Ibnu Mubarak, Ismail bin Zakariya. Pada
kesempatan yang lain Ahmad ia dianggap pendusta. Muawiyah bin Shalih berkata bahwa Ahmad
bin Hanbal pernah berkata padaku bahwa dia kazab. masih dari Muawiyah dari Yahya bin Ma‟in
berkomentar ia dhaif. dan masih banyak komentar-komentar yang lain. Lebih jelas lihat Al-Mizzi,
Tahdzib al-Kamil fi Asma’ al-Rijal, (Beirut: Muasasatul Risalah, 1992), juz 26, hlm. 180-195.
37
Musa bin Syaibah bin Amr bin Abdillah bin Ka‟ab bin Malik al-Anshary al-Sulamy
Madani. meriwayatkan dari Paman-paman bapaknya: Umairah binti Abdillah bin Ka‟ib bin Malik,
dari Anu‟man bin Abdillah bin Ka‟ib bin Malik, Kharijah bin Abdillah bin Ka‟ib bin Malik.
Meriwayatkan darinya Zabalah al-Mahzumi, Abdillah bin al-Zubair al-Humayid dan lain-lain. Abu
Hatim mengomentarinya Shalihul al-Hadis. Ibid., juz 29, hlm. 79-80.
38
Ummu Sa‟ad binti Sa‟ad bin al-Rabi‟ bin Amr bin Abi Zuhair. Hajar, Op. Cit., juz 12,
hlm 470-471.
39
Khalil al-Qattan, Loc. Cit.
40
Dari kuniyah Abu Munjir dengan nama Hisyam bin Muhammad bin Saib bin
Kalaby(disebut juga Ibnu Kalaby). Ibnu Hajar, Lisan al-Mizan, Juz 3 dari huruf waw dan dari
kuniyah Abu Maula dan Abu. Program CD Maktabah Syamilah.
41
Thahan, Loc. Cit.
42
Thahan, Loc. Cit.
43
Al-Mizzi, Loc. Cit.
44
Nama lengkapnya adalah Abu Bakar Ahmad ibn al-Husain ibn „Aliy ibn „Abd Allah
ibn Musa al-Baihaqi. Ia dilahirkan pada pada bulan Sya‟ban tahun 384 H di desa Khasraujir,
daerah Baihaqi. Di antara guru al-Baihaqi adalah al-Hakim al-Naisaburi. lebih jelas lihat Tim
Penyusun. Studi Kitab Hadis, (Yogyakarta: Teras, 2003), hlm. 196-214.
45
Nama lengkapnya Abu „Abdillah Muhammad bin „Abdullah bin Muhammad bin
Hamdun bin hakam bin Mu‟aim bin al-Bayyi‟ al-Dabbi al-Tahmani al-Naisaburi dilahirkan di
Naisabur pada hari Senin 12 Rabiul Awwal 321 H. Ibid., hlm. 239-257.
86
Hizam. Keempat, Usia Khadijah 28 tahun dengan satu sanad dari Ibnu
Abbas.46 Jadi riwayat ini mu‟allaq.47
Setelah dilakukan penelusuran di atas, penulis tidak menemukan
ketersambungan riwayat antara guru ke murid pada riwayat-riwayat di atas,
kecuali riwayat Ibnu Sa‟ad itu pun tidak semua tersambung.
Setelah analisis sanad di atas dilakukan, penulis akan mengklasifikasi versi
kandungan teks (matan) riwayat sirah tersebut. Walaupun terdapat perbedaan
dalam susunan lafazhnya, pada dasarnya teks (matan) riwayat sirah dari kitab
yang penulis rujuk itu semuanya sama. Teks (matan) riwayat sirah semuanya
menunjukkan persamaan bahwa ketika Khadijah berusia 40 tahun, ia menikah
dengan Rasulullah Saw. Meskipun ada sedikit perbedaan seperti yang dikutip
Ibnu katsir bahwa umur Khadijah saat itu ada yang menyatakan; 25 tahun, 28
tahun, 35 tahun, 45 tahun. Bagaimana pun juga, perbedaan versi-versi itu tidak
mengaburkan kenyataan Teks (matan) riwayat sirah semuanya menunjukkan
persamaan bahwa Khadijah berusia 40 tahun ketika menikah dengan Rasulullah
Saw.
Sesuai dengan uraian di atas, berdasarkan analisis ilmu hadis dalam rangka
proses tabayyun (klarifikasi). Jika ditilik dari kesahihan sanad riwayat-riwayat
tentang usia Khadijah ketika menikah dengan Nabi Muhammad saw berstatus
lemah (dhaif). Akan tetapi, jika dilihat dari teks (matan) riwayatnya hampir semua
riwayat-riwayat yang penulis kutip tidak ada pertentangan. sebagaimana Imam al46
Beliau sangat alim, sanpai disebut „tinta‟nya umat Islam. Juga sebagai ahli fiqih pada
masa itu, tokoh ahli-ahli tafsir, dan sepupu Nabi Saw. lahir di Syi‟b Bani Hasyim tiga tahun
sebelum hijriah. Lebih jelas lihat M. M. Azami, Hadis Nabawi dan Sejarah Kondifikasinya,
terjemahan Ali Mustafa Yaqub, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 2006), hlm.162-167.
47
Thahan, Loc. Cit.
87
Suyuti dalam kitabnya Tadrib al-Rawi seperti yang dikutip Ismail al-Anshari,48
berkata: “Sebuah hadis dapat dinilai sahih apabila para ulama menerimanya,
meskipun dari segi sanadnya hadis tersebut tidak sahih.”
Berdasarkan analisis ilmu hadis di atas, terhadap riwayat-riwayat Khadijah
berusia 40 tahun ketika menikah dengan Rasulullah Saw, maka riwayat tersebut
bisa diterima.
C. Berbagai Interpretasi Riwayat-riwayat tentang Usia Pernikahan Khadijah
Perlu dijelasakan pula, bahwa literatur-literatur klasik mengumpulkan
sebanyak mungkin riwayat tentang Khadijah dan Nabi Muhammad Saw tanpa
melakukan seleksi yang ketat. Akibatnya, muncul beberapa interpretasi di
antaranya:
Ja‟far Murtadha al-‟Amili, mempertanyakan apakah Khadijah pernah
menikah dengan seseorang sebelum Nabi Saw? terhadap riwayat yang
menyatakan bahwa sesungguhnya Rasulullah Saw belum pernah menikah dengan
seorang perawan selain Aisyah. Adapun yang menyatakan sungguh Khadijah
telah menikah sebelum dengan Nabi Saw dengan dua orang lelaki, dan
mempunyai anak dari mereka. Mereka adalah Atiq bin Abid al-Mahzumi dan Abu
Halah a-Tamimi.49 Lebih jauh Ja‟far Murtadha al-‟Amili, meragukan akan
pernyataan (riwayat) itu, mungkin sekali banyak pernyataan terhadap hal ini yang
berkemungkinan sungguh telah dibuat oleh tangan (kelompok) politik.50
48
Ismail al-Anshari, Otentitas Hadis Shalat Tarawih 20 Rakaat Sanggahan Terhadap alAlbani, terjemahan Mahfud Hidayat Lukman, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 2003), hlm. 30.
49
Ja‟far Murtadha al-„Amili, Al- Shahih min Sirat al-Nabiy al-‘Azham Saw, tth. Jilid 1.
hlm. 121.
50
Ibid.
88
Lebih lanjut Ja‟far Murtadha menganalisis itu dengan mengungkapkan
dari Ibnu Syahrasyub bahwa ada riwayat dari Ahmad al-Baladzuri dan Abu alQasim al-Khufi dalam kitab mereka. Juga al-Murtadha di kitab al-Syafi, dan Abu
Ja‟far di kitab al-Talkhis menyatakan bahwa Rasulullah Saw menikah dengan
Khadijah dan ia seorang gadis perawan („adzra‟). Menguatkan pernyataan itu
seperti yang disebutkan di kitabnya (Ja‟far Murtadha) al-Anwar al-Bida‟ bahwa
Ruqayyah dan Zainab adalah anaknya Halah saudara perempuan Khadijah.51
Kemudian Ja‟far Murtadha mengutip dari Abu al-Qasim al-Khufi
menyatakan sesungguhnya ijma‟ secara khusus dan umum dari ahli bahwa fitnah
khabar (khadijah pernah menikah), itu sesungguhnya belum pasti benar yang
merupakan kisah kemulian Quraisy, derajat Quraisy itulah yang menjadikan
mereka, kecuali orang-orang yang melamar Khadijah menghendaki menikah
dengannya. Khadijah menolak kelompok itu; ketika khadijah dinikahi oleh
Rasululllah Saw, wanita-wanita Quraisy marah padanya dengan perkataan keji
(kotor), mereka berkata padanya (Khadijah): orang mulia Quraisy melamarmu dan
putera mahkota (pemimpin) sedang kamu tidak menikahi salah satu di antara
mereka. Akan tetapi kamu menikah dengan Muhammad Saw seorang yang yatim,
yang diasuh Abi Thalib yang fakir, dan tidak mempunyai harta?. Mengherankan
menurut orang yang paham terhadap Khadijah, yang mana sebelumnya ia dinikahi
oleh orang Badwi dari Bani Tamimi dan menolak pemuka-pemuka Quraisy,
kemulian Quraisy terhadap apa yang direnungkan? Kecuali yang mengetahui
51
Ibid.
89
orang-orang yang
mempertimbangkan dengan pikiran penglihatan apakah ia
memang sepadan dan orang yang memandang dengan mata?52
Ja‟far Murtadha menyatakan seharusnya sebagian pernyataan yang
mengubah terhadap nasab Khadijah siapa anaknya bukan dari Nabi Saw, dengan
mengungkapkan; pertama, Ja‟far Murtadha mengutip dari Abu Halal al-„Askari
telah disebutkan orang yang pertama syahid pada masa Islam adalah anaknya
Khadijah, namanya Harits Abu Halah, ketika Rasulullah Saw telah menyebarkan
dakwahnya. Akan tetapi bagaimana mereka menjadikannya menjadi sanad yang
sahih, dari Qatadah bahwa yang pertama syahid pada masa Islam dia bernama
Sumayyah anaknya Umar? Dan ini dari riwayat dari Majahir.53
Kedua, Ja‟far Murtadha mengutip dari Nasab Quraisy karya Mush‟ab alZubairi; telah diriwayatkan bahwa Khadijah memiliki saudara perempuan yang
bernama Halah yang dinikahi oleh seorang lelaki Mahzumi melahirkan anak
darinya seorang anak perempuan yang bernama Halah. Kemudian saudaranya
(Halah) itu menikah lagi dengan lelaki Bani Tamim ia adalah Abu Hindun yang
melahirkan darinya seorang lelaki bernama Hindun. Dan Bani Tamim ini
mempunyai perempuan (isteri) yang lain dan melahirkan darinya yaitu Zainab dan
Ruqayyah, kemudian perempuan (isteri) yang lain itu meninggal, Tamim juga
meninggal. Anaknya yang bernama Hindun mengikuti kaumnya (Bani Tamim)
sedang Halah saudaranya Khadijah tinggal dan 2 anak-anak perempuan yang
masih kecil yang dari bani Tamimi dan istrinya yang lain (Zainab dan Ruqayyah);
berkumpul (bersama) Khadijah, kemudian setelah menikah dengan Rasulullah
52
53
Ibid., hlm. 122.
Ibid.
90
Saw, Halah meninggal dan tinggal dua anak yang dalam penjagaan Khadijah dan
Rasulullah Saw.54
Ja‟far Murtadha menyatakan orang Arab menduga bahwa anak perempuan
yang diasuh itu keduanya dari nasab Rasulullah Saw, padahal sesungguhnya
kedua anak perempuan itu (Zainab dan Ruqayyah) adalah anak Abu Hindun (dari
isteri yang lain) yang menikah dengan Halah (saudara perempuan Khadijah) dan
begitu juga terhadap hal nasab Hindun (dari Abu Hindun).
Adapun tentang umur Khadijah ketika menikah dengan Nabi Muhammad
Saw menurut Ja‟far Murtadha mengutip dari Tarikh Khamis, al-Sirah alHalabiyah, Sirah Maghalutha, al-Bihar dan al-Bidayah wa al-Nihayah. Ja‟far
Murtadha hanya mengungkapkan berbagai pertentangan terhadap umur Khadijah
ketika pernikahannya dengan Rasulullah Saw yaitu; Khadijah saat itu 25 tahun,
adapun yang lainnya menyatakan 28 tahun, ketiga menyatakan 30 tahun, keempat
menyatakan 35 tahun, kelima menyatakan 40 tahun, keenam 45 tahun, kembali ke
bagian pernyataan yang pertama dan yang masyhur pernyataan yang kelima.55
Menurut Abdul Mun‟im Muhammad Umar, Khadijah lahir lima belas
tahun sebelum Rasulullah. Khadijah muda adalah seorang gadis yang cantik dan
berperilaku baik. Suami pertamanya adalah Abu Halah an-Nabbasy ibnu Zurrah
at-Taymi. Pernikahan ini berakhir ketika Abu Halah wafat meninggalkan dua anak
laki-laki, Hindun dan Halah. Khadijah kemudian menikah lagi dengan Atiq ibnu
Aid al-Makhzumi. Dari suaminya yang kedua ini, Khadijah memiliki seorang
54
55
Ibid., hlm. 123.
Ibid., hlm. 126-127.
91
anak perempuan yang lagi-lagi diberi nama Hindun.56 Abdul Mun‟im menyatakan
dengan mengutip riwayat dari Hakim ibnu Khuwailid, keponakan Khadijah,
“Rasulullah Saw menikah pada usia 25 tahun, sedangkan Khadijah 2 tahun lebih
tua daripada aku. Ia dilahirkan 15 tahun sebelum Tahun Gajah dan aku dilahirkan
13 tahun sebelum Tahun Gajah.”57
Dengan berbagai versi di kalangan para sejarawan tentang siapa lelaki
pertama yang menikahi Khadijah, Abdul Mun‟im meyatakan sebagian besar data
mengenai Khadijah bersumber dari Zubair ibnu Awwam. Padahal ia baru lahir
kira-kira 16 tahun sebelum Muhammad diangkat menjadi Rasul. Artinya Zubair
lahir kira-kira setahun sebelum Khadijah menikah dengan Rasulullah. Karena itu,
wajar saja bila beberapa hal yang diriwayatkannya bersumber dari penuturan
Khadijah, bukan sesuatu yang bersumber disaksikannya sendiri.58
Lebih lanjut, Abdul Mun‟im Muhammad Umar menyatakan bahwa
riwayat-riwayat yang berasal dari Zubair itu bertolak belakang satu sama lain.
Dalam beberapa riwayat disebutkan bahwa lelaki pertama yang menikahi
Khadijah adalah Abu Halah ibnu Nabbasy at-Tamimi. Dari pernikahan ini, lahir
dua anak. Setelah Abu Halah meninggal, Khadijah menikah dengan Atiq ibnu
Abid al-Makhzumi dan memperoleh seorang anak perempuan. Sementara dalam
riwayat-riwayatnya yang lain, Zubair justru menyatakan bahwa lelaki yang
pertama kali menikahi Khadijah adalah Atiq ibnu Abid, salah seorang sepupunya
56
Abdul Mun‟im Muhammad Umar, Khadijah Ummul Mu’minin; Nazharat fi Isyraqi
Fajril Islam, terjemahan Ghozi M. dengan judul: Khadijah: The True Love Story of Muhammad
(Jakarta: Pena Pundi Aksara, 2010). hlm. 6-7. Pendapat inilah yang diambil Abdul Mun‟im
Muhammad Umar ( lihat halaman 319 pada buku yang sama).
57
Ibid., hlm. 19.
58
Ibid., hlm. 318.
92
sendiri, dan pasangan itu dikarunia seorang anak perempuan. Barulah kemudian ia
menikah dengan Abu Halah at-Tamimi.59 Karena kontradiksi-kontradiksi itu,
Abdul Mun‟im memutuskan untuk menggunakan pendapat Ibnu Sa‟ad dan Ibnu
Abdil Barr. Keduanya menyatakan bahwa suami pertama Khadijah adalah Abu
Halah at-Tamimi. Dari pernikahan itu, lahir dua orang anak laki-laki yang masingmasing diberi nama Hindun dan Halah. Setelah Abu Halah wafat, Khadijah
menikah lagi dengan Atiq ibnu Abid al-Makhzumi. Pasangan ini dikaruniai anak
perempuan yang kemudian juga diberi nama Hindun.60
Dalam hal ini, Abdul Mun‟im Muhammad Umar berasumsi bahwa Sejarah
Khadijah masih menyisakan banyak pertanyaan yang belum terjawab. Misalnya,
pada usia berapa Khadijah menikah pertama kali? Kapan suaminya itu meninggal
dunia? Berapa tahun Khadijah menjanda sebelum ia menikah lagi? Kapan ia
menikah untuk kali kedua? Beberapa lama umur pernikahan itu? Satu-satunya
yang dapat diambil dengan pasti bahwa selepas kematian suaminya yang kedua,
Khadijah menjanda dalam waktu yang relatif lama. Ia lalui masa itu dengan
mendidik anak-anaknya dan mengelola perdagangannya. Ia juga menolak lamaran
banyak bangsawan Quraisy. Dan hal itu terus berlangsung hingga akhirnya ia
menikah dengan Muhammad ibnu Abdillah.61
Ada sedikit perbedaan pendapat mengenai usia Khadijah ketika menikah
dengan Muhammad. Abdul Mun‟im Muhammad Umar menganggap hal yang
paling tepat adalah riwayat Hakim ibnu Hizam ibnu Khuwailid al-Asadi,
59
Ibid.
Ibid., hlm. 319.
61
Ibid.
60
93
keponakan Khadijah, yang menyatakan bahwa usia bibinya ketika pernikahan itu
adalah 40 tahun.62 Alasannya, Hakim lahir 13 tahun sebelum tahun Gajah, 2 tahun
setelah Khadijah lahir. Ia juga menyaksikan pernikahan Muhammad Saw dan
Khadijah. Karena itu, riwayatnya dapat dianggap sebagai kesaksian dari tangan
pertama. Dan itu merupakan koreksi terhadap sebuah riwayat lain yang
dinisbatkan secara salah kepada Ibnu Abbas. Dalam riwayat itu, dinyatakan
bahwa usia Khadijah ketika menikah dengan Muhammad adalah 28 tahun.63
Fuad Hashem,64 meragukan tentang riwayat usia Khadijah ketika menikah
dengan Rasulullah Saw, mengapa empat puluh tahun? Mungkin usia empat puluh
itu ada hubungannya dengan mistik, bernilai magis yang mendekati “mukjizat”.
Mungkin petanda datangnya sangat arif
bijaksana seperti syarat untuk
menjadikan anggota mala’ atau senat Quraisy. Atau sangat mungkin usia itu
adalah bagian usaha mengagungkan klan Quraisy sepeninggal Muhammad. Ketika
Islam bergaul dengan dunia non-Arab, kehebatan Quraisy ditonjolkan. Apalagi
ada hadis “Pemimpin dari Quraisy”. Al-Qur‟an menggunakan dialek Quraisy. Saat
62
Ibid. menurutnya Mayoritas umat Islam meyakini kebenaran riwayat Hakim ibnu
Hizam ini. Penulis sependapat dengan pendapat ini, oleh karenanya penulis mencukupkan hanya
mencantumkan pendapat-pendapat tersebut pada sumber awal yang menjadi rujukan.
63
Ibid., hlm. 320.
64
Menurutnya Suami pertama – Atiq bin „Aidh dari Khan Makhzum berakhir dengan
perceraian, dan meninggalkan seorang anak yang kini sudah gadis. Yang kedua – Abu Halah dari
khan Tamim – belum lama ini meninggal, meninggalkan putra bernama Halah, berusia sekitar tiga
tahun. Tidak banyak jejak mengenai kedua putra khadijah ini, kecuali Halah yang diberitakan
tewas membela Ali melawan Mu‟awiyah dalam perang Shiffin tahun 657. Fuad Hasyem
menganggap musykil jika saat itu Khadijah binti Khawalid telah berusia empat puluh tahun dan
menjanda dua kali. Kalau benar putra keduanya berusia tiga tahun, maka terakhir ia melahirkan
pada usia tiga puluh tahun. Sedang anak yang sulung lahir ketika ia berusia sekitar dua puluh
tahun. Jumlah anak bersama Nabi Muhammad Saw kelak yang jumlahnya lima atau tujuh orang
membuat Khadijah melahirkan anak pada usia yang menurut ilmu kedokteran, jarang terjadi.
Apalagi di negeri gurun dengan banyak laporan pernikahan usia muda sepuluh tahun, usia
Khadijah yang empat puluh itu membuatnya sudah sangat tua. Anehnya, penulis lama seperti Ibnu
Ishaq, Ibnu Hisyam, dan al-Thabari tidak memberi komentar sedikit pun, kecuali Sa‟ad yang
menyatakan bahwa setiap tahun Khadijah melahirkan satu anak. Fuad Hashem, Sirah Muhammad
Rasulullah Suatu Penafsiran Baru, (Bandung: Mizan, 1996), hlm. 98.
94
itu kantor pemerintahan penuh dengan silsilah Quraisy dan banyak ahli terjun
meneliti kelebihan klan ini. Mereka kata Ibnu Sa‟ad, berhidung begitu mancung
“sehingga kalau minum, lebih dulu menyentuh mangkuk ketimbang bibirnya.”
Seorang penulis lain, Ibnu „Abd Rabih seperti yang dikutip Fuad Hashem bahwa
nilai yang berlaku waktu itu: bahwa kaum Quraisy masih dapat melahirkan
sampai usia enam puluh tahun, bangsa Arab lima puluh tahun, sedang bangsa lain,
paling hanya bisa melahirkan di usia 45 tahun.65
Menurut Fuad Hashem, bahwa usia empat puluh tahun agaknya adalah
hasil
memutarbalikan
yang
didukung
penguasa
sebagai
bagian
usaha
mengagungkan Quraisy dan mendapatkan legitimasi atas kekuasaan khalifah dan
kerajaan supaya tidak digugat oleh umat Islam. Maka usia empat puluh tahun
Khadijah adalah korban pengagungan. Jadi umur Khadijah saat itu sekitar 28 atau
30, atau malahan lebih muda.66
Maka sepanjang usia tiga puluh tahun ini, ia merupakan orang kaya
terkemuka, matang dengan pengalaman. Menurut berita, banyak yang
melamarnya tetapi Khadijah menolak, curiga atas motif mereka. Ia hidup dengan
kekayaan yang melimpah, dengan mengenakan pakaian pilihan dan perabotan
mewah. Mudah saja ia memesan ini melalui agennya dalam kafilah ke manca
negara. Rumah Khadijah tergolong besar, terletak di sebelah utara menghadap
menghadap Ka‟bah, di jalan Damaskus. Rumahnya bersayap dua, sebelah kiri ada
tembok batu setinggi sekitar satu meter, yang pernah digunakan Rasul sebagai
pengalang ketika ia dilempari batu oleh pemuda yang dihasut Quraisy. Bagian
65
66
Ibid.
Ibid.
95
belakang rumahnya bertingkat dua dengan sebuah balkon sebagai tempat
mengaso.67
Menurut Jalaluddin Rakhmat, sebenarnya Khadijah menikah dalam usia
25 tahun dalam posisi sebagai gadis. Alasan mengapa ada riwayat Khadijah
menikah dengan Nabi Muhammad Saw setelah menjadi janda adalah perkataan
Aisyah, “Rasulullah tidak pernah menikah dengan seorang perawan kecuali
dengan aku.” Ada pula riwayat yang menyatakan, Khadijah pernah menikah
dengan Atiq bin al-Mahzum dan Abu Halah at-Tamimi, yang menurut riwayat
lain adalah suami saudara perempuan Khadijah. Ini ada hubungannya dengan dua
putri Rasulullah dari Khadijah yaitu Ruqayyah dan Ummu Kultsum. Padahal
keduanya adalah putra saudara Khadijah yang dipelihara Nabi Muhammad Saw
dan Khadijah. Karena itu, dalam tarikh mereka disebut rabibah, yang berarti anak
asuh.68
Dalam riwayat lain, Abu Halah ini bernama An-Nabasy bin Zurarah. Tapi
ada satu riwayat An-Nabasy bin Zurarah adalah Abu Hind yang termasuk sahabat
dan masuk Islam. Jadi riwayat tentang hal
itu bermacam-macam. Ada yang
menyatakan putra Khadijah itu Hind. Ada yang menyatakan putranya itu laki-laki
yang disebutkan meninggal dunia bersama Ali pada Perang Jamal, dan ada yang
menyatakan meninggal karena kolera di Basrah. Ini merupakan pertentangan.
Tidak mungkin keduanya didamaikan sebab tidak mungkin seorang mati dua kali.
67
Ibid.
Jalaluddin Rakhmat, Al-Musthathafa Manusia Pilihan Yang Disucikan, (Bandung:
Simbiosa Rekatama Media, 2008). hlm. 159. Perlu diketahui Jalaluddin Rakhmat menjelaskan
dalam kata pengantar bukunya, ia menjadikan buku Ja‟far Murtadha al-„Amili, Al- Shahih min
Sirat al-Nabiy al-‘Azham Saw,sebagai rujukan utama dalam penulisan bukunya tersebut (lihat hlm.
xi).
68
96
Tidak mungkin juga dengan menyatakan putra Khadijah itu setengah mati pada
Perang Jamal, kemudian dibawa pulang dan dalam perjalanan (di Basrah)
meninggal.69
Jalaluddin Rakhmat mengutip dari Ibnu Syahrasyub dalam Manaqib Ali
bin Abi Thalib menulis, Ahmad al-Baladzuri, Abul Qasim al-Kufi, dalam kitab
mereka, Al-Murtadha dalam Al-Syafi, Abu Ja‟far dalam Al-Talkhish menyatakan,
“Rasulullah menikah dengan Khadijah dan Khadijah itu perawan.” Abul Qasim
al-Kufi dalam Al-Istighatsah 1: 70 menceritakan bahwa tokoh Quraisy pernah
melamarnya, dan semua ditolak oleh Khadijah. Diantara yang pernah melamar
Khadijah adalah Uqbah bin Mu‟it, Abu Jalal, dan Abu Sufyan. Khadijah menolak
semuanya sehingga kemudian mereka menjauhi dan membenci Khadijah.70
Di tempat lain, Jalaluddin Rakhmat menjelaskan ketika Khadijah memilih
Nabi Muhammad Saw dan menolak para pembesar Quraisy, para wanita Quraisy
mengejek Khadijah dengan berkata, “Melamar kamu pemuka-pemuka Quraisy
dan pemimpin mereka, tetapi engkau menolak untuk menikah dengan salah
seorang diantaranya. Kemudian engkau menikah dengan Muhammad, yatimnya
Abu Thalib yang fakir, tidak ada kekayaan padanya.”71 Maka kata Abu Qasim alKufi seperti yang dikutip Jalaluddin Rakhmat, mengherankan bagi orang-orang
yang memiliki pengertian tentang mengapa Khadijah menolak para pemuka
Quraisy dan malah menikah dengan seorang A‟rabi dari Bani Tamim. Dua orang
suami Khadijah terdahulu juga A‟rabi yaitu orang Arab gunung atau orang Badui,
69
Ibid., hlm. 160.
Ibid.
71
Ibid.
70
97
dan derajatnya dalam status sosial ketika itu sangat rendah, juga tidak dikenal.
Para pembesar tadi adalah tokoh-tokoh yang terpandang. Kata-kata A‟rabi tidak
disebut-sebut para wanita Quraisy ketika mengejeknya.72
Mengenai putra Khadijah dengan Nabi Muhammad Saw menurut riwayat
dari Sa‟id bin Abu „Urwah dari Qatadah, Khadijah melahirkan putra sebelum
bi‟tsah yaitu Abdu Manan yang kemudian meninggal dunia ketika masih kecil.
Setelah bi‟tsah, Khadijah melahirkan dua putra dan empat putri. Kedua putranya
ialah Qasim dan Abdullah. Makanya, Nabi Muhammad Saw digelari Abul Qasim.
keduanya meninggal juga ketika masih kecil. Empat putrinya, yaitu Ummu
Kultsum, Zainab, Ruqayyah, dan Fatimah. Jadi jumlahnya 7 putra. 73 Jika
menerima riwayat Khadijah menikah dengan Nabi Muhammad Saw ketika berusia
40 tahun sungguh Khadijah sangat produktif. Katakanlah jarak kelahirannya 2
tahun, maka sampai usia 54 tahun masih melahirkan Fatimah. Mungkin jarak 1
atau ¾ tahun, tapi tetap lebih dari 40 tahun masih produktif. Dalil lain, mungkin
wanita-wanita waktu itu masih kuat, dan usia 40 tahun masih sangat produktif.74
72
Ibid., hlm. 161.
Ibid.
74
Ibid., hlm. 162.
Abdul Mun‟im menjelaskan dalam bukunya; bahwa Qasim lahir ketika Muhammad
berusia 29 tahun. Anak keduanya Zainab saat usia beliau 30 tahun, sedang usia Khadijah sendiri
45 tahun. Akan tetapi Qasim meninggal (saat ia berusia 2 tahun (lebih jelas lihat hlm. 323-324)),
ternyata setelah itu Khadijah melahirkan anak kembali yang diberi nama Ruqayyah saat itu
Muhammad Saw berusia 33 tahun. Kemudian Khadijah melahirkan anak kembali yang diberi
nama Ummu Kultsum. Khadijah melahirkan anak kembali yang diberi nama Fatimah saat itu, usia
Beliau 35 tahun dan Khadijah 50 tahun sepuluh tahun sudah lamanya sepasang suami isteri ini
mengarungi hidup bersama (hlm. 30-42). Setelah itu Abdullah lahir setelah Muhammad diangkat
menjadi Rasul dan usia usia beliau pada saat itu 41 tahun sedang Khadijah usianya saat itu
mendekati 56 tahun (hlm. 99), hampir seluruh literature sepakat mengenai hal ini karena itu
Abdullah dijuluki ath-thayyib „yang baik‟ dan ath-thahir „yang suci‟ ia meninggal sebelum
mencapai usia dua tahun. Mun‟im, Op. Cit., hlm. 324.
Menurut Ibnu Syathi‟ urutan kelahiran putra-putri Nabi Muhammad Saw adalah Zainab,
Ruqayyah, Ummu Kultsum, Fatimah, Qasim lalu Abdullah. Menurutnya (endnotes) para
sejarawan, penulis Sirah dan ahli nasab sepakat atas urutan kelahiran putra-putri Nabi Muhammad
73
98
Ummu Kultsum, Zainab, Ruqayyah dan Fatimah dilahirkan setelah
bi‟tsah. Ada beberapa riwayat yang menarik, yaitu kisah Rasulullah menikahkan
Usman dengan Ruqayyah, kemudian Ruqayyah ikut hijrah bersama Usman ke
Habsy. Di perjalanan Ruqayyah mengalami keguguran. Hijrah ke Habsy itu
terjadi pada tahun kelima setelah bi‟tsah. Sedangkan Ruqayyah lahir setelah
bi‟tsah atau pada tahun yang sama dengan bi‟tsah, maka Ruqayyah menikah
dengan Usman dalam usia yang sangat kecil. Katakanlah Ruqayyah lahir beberapa
saat setelah bi‟tsah, artinya pada usia lima tahun dia hijrah dan mengalami
keguguran. Ini sukar diterima.75
Riwayat lain menyebutkan, Ummu Kultsum menikah dengan Uttaibah
putranya Abu Lahab dan Ruqayyah menikah dengan „Utbah juga putra Abu Lahab
sebelum bi‟tsah, kemudian diceraikan dan setelah bi‟tsah menikah dengan Usman.
Ini makin membingungkan, siapa sebenarnya Ruqayyah yang menikah dengan
Usman apakah Ruqayyah putri Rasulullah atau Ruqayyah yang lahir sebelum
bi‟tsah. Termasuk hal yang mengherankan juga kisah yang menyebutkan bahwa
Zainab menikah dengan Abul Ash bin Rabi‟ bin Abul „Uzza bin Abi Syam bin
yang telah disebutkan tersebut menurutnya tiada lain setelah melakukan perbandingan beberapa
riwayat dari beragam referensi induk. Pendapatnya tersebut adalah nukilan dari: Sirah: I/202. Ibnu
Ishaq berkata, “Pendapat inilah yang paling masyhur.” Pendapat ini juga terdapat dalam Al-Isti‟ab:
IV/1818, Ibnu Ibdil Bar memberitakan bahwa urutan sudah merupakan ijma‟ dan Ibnu Hajar
dalam Al-Ishabah: VIII/157 berkata, “Pendapat ini adalah pendapat yang meyakinkan. „Aisyah
„Abdurrahman binti Syathi‟, Banaat An-Nabi. terjemahan Muhammad M. dengan judul: Putriputri Rasulullah (Jakarta: Rihlah Press, 2004), hlm. 93-100.
75
Rakhmat, Loc. Cit.
Pendapat Jaluluddin Rahkmat ini bertentangan dengan pendapat Abdul Mun‟im Umar
yang menyatakan dengan mengutip dari Abd al-Barr bahwa ketika Ruqayyah lahir, saat itu
Muhammad berusia 33 tahun berarti sebelum masa bi‟tsah „kerasulan’ (hlm. 35). Ummu Kultsum
lebih muda setahun dari pada Ruqayyah (saat Ruqayyah baru menginjak usia 7 tahun, sementara
Ummu Kultsum baru berusia 6 tahun), para sejarawan sepakat bahwa akad nikah kedua putri
Rasulullah ini dengan dua putra Abu Lahab terjadi sebelum beliau diangkat menjadi Nabi.
Ruqayyah dan Ummu Kultsum sendiri tidak pernah hidup bersama kedua suaminya itu. Mun‟im,
Op. Cit., hlm. 58.
99
Abi Manaf sebelum bi‟tsah. Ketika hijrah, Zainab diserang seseorang sampai
keguguran. Dan yang lebih mengherankan adalah Zainab dilahirkan ketika usia
Rasulullah 30 tahun. Jadi 10 tahun sebelum bi‟tsah. Kemudian dinikahi oleh Abu
Ash bin Rabi‟ sebelum bi‟tsah dan melahirkan Ali yang meninggal ketika masih
kecil serta Ummah yang Masuk Islam pada awal bi‟tsah.76
Peristiwa tersebut mengherankan sebab tadi disebutkan bahwa Zainab
lahir setelah bi‟tsah. Katakanlah ada cerita tentang Zainab yang lain yang lahir
ketika usia Rasululah 30 tahun atau 10 tahun sebelum bi‟tsah, dan ketika bi‟tsah
anaknya yang mernama Ummah masuk Islam. Artinya, Umamah sudah dewasa.
Berarti Zainab menikah pada usia yang masih sangat kecil.77 Memang ada
Ruqayyah yang menikah dengan Usman. Juga ada Ummu Kultsum yang menikah
dengan Usman. Tapi semuanya lahir sebelum bi‟tsah. Padahal, ahli tarikh sepakat
bahwa putri-putri Rasulullah lahir setelah bi‟tsah. Akhirnya Jalaluddin Rakhmat
menyatakan, karena masalah tersebut tidak dapat didamaikan ada beberapa
kesimpulan: (1) Ruqayah dan Kultsum tidak pernah ada. Jadi, keduanya
merupakan tokoh fiktif yang dimunculkan oleh sejarah. (2) mereka ada tetapi
76
Rakhmat, Op. Cit., hlm. 162-163.
Adapun menurut Abdul Mun‟im mendekati usia sepuluh tahun, Zainab menikah dengan
Abul Ash. Beberapa saat sebelum Rasulullah diperintahkan untuk berdakwah secara terbuka
(setelah tiga tahun diangkat menjadi Rasul barulah Allah memerintahkan beliau untuk melakukan
dakwah secara terbuka dan menyampaikan ajaran Islam kepada seluruh manusia (hlm. 112)).
Zainab melahirkan seorang anak perempuan yang diberinya nama Ummah (Zainab lahir saat usia
Nabi 30 tahun sedang usia Khadijah sendiri 45 tahun. Berarti ketika beliau berdakwah secara
terbuka umur beliau 43 tahun sedang umur Zainab saat melahirkan Ummah yaitu sekitar 13 tahun).
Anak kedua Zainab lahir beberapa saat sebelum Khadijah meninggal dunia pada usia 65 tahun
(hlm. 312-313). Anak itu diberi nama Ali. Ali terus beranjak dewasa. Pada usianya yang kesebelas,
terjadi peristiwa fathul Makkah. Saat itu Rasulullah masuk ke kota Mekah dengan membonceng
cucunya itu di atas unta. Ali dan ibunya, Zainab, meninggal pada tahun yang sama. Mun‟im, Op.
Cit., hlm. 326-327.
77
Ibid., hlm. 163.
100
bukan Ruqayyah, Ummu Kultsum dan Zainab putra-putri Rasulullah, melainkan
nama-nama lain yang dikacaukan oleh ahli tarikh.78
Menurut Ashaff Murtadha, lebih jauh lagi karena diasumsikan telah
memiliki beberapa orang anak agar tampak logis-rasional-faktual mereka pun
membuat asumsi tambahan dan mencatatkan dalam buku-buku mereka bahwa saat
menikah dengan beliau, Khadijah berusia 40 tahun. Dengan asumsi bahwa
Khadijah telah memiliki tiga atau empat orang anak, ditambah waktu menyendiri
beberapa tahun sebelum menikah dengan Rasulullah, maka asumsi yang
dipandang pantas adalah bahwa Khadijah berusia 40 tahun.79
Begitulah berita yang dicatat oleh sebagian kalangan dalam buku-buku
mereka, lalu dipublikasikan kepada umat Islam dari generasi ke generasi.
Memang inilah yang dibaca, dipahami, diyakini, dan disebarkan dari mulut ke
mulut hingga saat ini. Padahal itu adalah asumsi sejarah atau sebuah versi sejarah
belaka. Selain versi ini masih ada versi sejarah yang lain. Yang diketahui oleh
mayoritas umat Islam hingga saat ini, adalah berita bahwa Khadijah sudah
menjadi seorang janda saat menikah dengan Rasulullah Saw dan bahwa Khadijah
berusia 40 tahun dan saat itu Rasulullah Saw berusia 25 tahun.80
Pada saat yang sama, sangat jarang diketahui adanya versi lain yang ditulis
oleh banyak penulis sirah, tarikh, dan thabaqat. Versi-versi lain itu antara lain
menyatakan bahwa Khadijah menikah dengan Rasulullah Saw saat ia berusia 45
tahun, 35 tahun, dan 30 tahun. Ada juga yang menulis usia Khadijah saat menikah
78
79
Ibid., hlm. 162.
Ashaff Murtadha, Difference for excellence, (Bandung: Oase Mata Air Makna, 2009),
hlm. 122.
80
Ibid.
101
dengan Rasulullah pada umur 28 tahun, bahkan ada juga versi yang menyebut 25
tahun yakni sebaya dengan Rasulullah Saw sendiri.81
Selanjutnya Ashaff Murtadha menyatakan yang lebih tidak diketahui lagi,
versi yang tidak dikenal bahwa Khadijah menikah dengan Rasulullah Saw dalam
keadaan masih perawan („adzra‟). Ini seperti yang diriwayatkan oleh Ahmad al
Baladzuri dan Abu al Qasim dalam buku keduanya, juga al Murtadha dalam
bukunya al-Syafi dan Abu Ja‟far dalam bukunya al-Talkhish. Artinya, Khadijah
belum menikah dengan lelaki mana pun sebelum dengan Rasulullah Saw.82
D. Interpretasi Alternatif
Interpretasi alternatif dalam berbagai pendapat yang diungkapkan di atas,
dapat dipahami bahwa para penulis kontemporer menghadapi kesulitan yang
sangat besar. Untuk menentukan mana di antara sekian banyak riwayat itu yang
dapat diterima bagi penulis, studi hadis harus menjadi pedoman untuk menilai
riwayat-riwayat sirah itu. Maka sirah nabawiyah tentang pernikahan Nabi
Muhammad Saw dengan Khadijah harus dilihat dalam kesesuaian yang utuh
dengan peristiwa-peristiwa lain yang telah disepakati waktu kejadiannya.
Hal yang perlu diperhatikan oleh seorang pengkaji hadis sebelum ia
memahami dan memberikan interpretasi atas riwayat-riwayat sirah adalah
menetapkan otentitasnya (teks-teks sejarah); keabsahan suatu riwayat pertama,
tergantung pada kecocokannya dengan Al-Qur‟an. Kedua, kecocokannya dengan
hadis sahih. Ketiga, apabila riwayat tentang peristiwa tersebut tidak bisa
dikonfirmasikan secara langsung melalui Al-Qur‟an dan hadis sahih, maka ahli
81
82
Ibid ., hlm. 123.
Ibid.
102
sejarah harus mencari dukungan dari hadis lain (misalnya yang tidak sahih), yang
terakhir di dalam kitab-kitab sirah yang terkenal. Berdasarkan prinsip-prinsip
kritik tekstual di atas yang dikembangkan,83 jika ada ketidakcocokan antara suatu
riwayat dalam kitab-kitab sirah dengan satu riwayat dalam suatu hadis, maka
penulis akan mendahulukan apa yang ada dalam hadis. Begitu pula jika
ketidakcocokan ditemukan antara riwayat-riwayat dalam kitab-kitab hadis dan
riwayat seorang muhadis yang juga seorang faqih, maka yang terakhir ini yang
diambil.
Dengan demikian, langkah-langkah di atas merupakan bagian dari
metodologi dalam rangka menemukan periwayatan yang benar terhadap
kontroversi riwayat-riwayat usia Khadijah saat menikah dengan Nabi Muhammad
Saw.
Seluruh muslim setuju bahwa Al-Qur‟an adalah sumber utama sebagai
petunjuk. Jadi, sangat perlu mencari petunjuk dari Al-Qur‟an untuk membersihkan
kabut kebingungan yang diciptakan oleh para periwayat pada periode klasik Islam
mengenai usia Khadijah dan pernikahannya. Sayangnya tidak ada ayat yang
secara eksplisit menjelaskan tentang hal itu. Setelah itu, penulis menelusuri84 pada
kitab-kitab hadis (kutub al-sittah atau al-tis’ah), di mana hadis sirah nabawiyah
yang membahas secara khusus bab tentang pernikahan Nabi Muhammad Saw
dengan Khadijah hanya terdapat pada kitab al-Bukhari akan tetapi tidak ada
keterangan yang jelas tentang usia Khadijah saat menikah dengan Nabi
83
Lebih jelas lihat Badri Khaeruman, Otentitas Hadis Studi Kritis atas Kajian Hadis
Kontemporer, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004), hlm. 12. Lihat juga Rakhmat, Op.Cit.,
hlm. 38-39.
84
Dengan menggunakan CD program Matabah Syamilah dan Mausu‟at al-Hadits al-Syarif
103
Muhammad Saw.85 Ada pula, beberapa hadis yang mengenai Rasulullah Saw
belum pernah menikahi gadis selain Aisyah. Matan hadis tersebut yaitu:
Telah menceritakan kepada kami Isma'il bin Abdullah ia berkata;
Telah menceritakan kepadaku saudaraku dari Sulaiman dari Hisyam bin
Urwah dari bapaknya dari Aisyah ra, ia berkata; Aku pernah bertanya
kepada, "Wahai Rasulullah, bagaimanakah sekiranya Anda singgah di
suatu lembah, dan di dalam lembah itu terdapat pohon yang buahnya telah
dimakan, lalu Anda mendapatkan satu pohon yang buahnya belum di
makan, maka pada pohon manakah Anda akan menambatkan Unta Anda?"
belia pun menjawab: "Pada pohon yang belum dijamah." Maksudnya,
adalah bahwa Rasulullah Saw belum pernah menikahi gadis selainnya.86
Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Al Mutsanna
Telah menceritakan kepada kami Yahya dari 'Umar bin Sa'id bin Abu
Hushain berkata; Telah menceritakan kepadaku Ibnu Abu Mulaikah dia
berkata; sebelum wafat Aisyah, Ibnu 'Abbas meminta izin untuk
menemuinya yang pada waktu itu Aisyah dalam keadan sangat lemah.
Aisyah berkata; Aku takut ia akan memujiku. Lalu di katakan kepadanya,
ia adalah putra paman Rasulullah Saw dan pembesar kaum muslimin.
Maka Aisyah pun berkata; izinkanlah ia masuk. Setelah masuk Ibnu Abbas
berkata; bagaimana keadaamu? Aisyah menjawab; saya dalam keadaan
baik-baik jika saya bertakwa. Ibnu Abbas berkata; sebagai istri Rasulullah
Saw, Insya Allah engkau dalam akan selalu dalam keadaan baik, beliau
tidak menikahi seorang perawan selain engkau. Dan dari langit Allah telah
membebaskanmu dari tuduhan keji. Ketika Ibnu Abbas pulang, Ibnu Jubair
masuk. Lalu Aisyah berkata; Barusan Ibnu Abbas masuk, dan ia telah
memujiku. Aku ingin sekali bisa melupakannya (pujiannya). Telah
menceritakan kepada kami Muhammad bin Al Mutsanna Telah
menceritakan kepada kami 'Abdul Wahhab bin 'Abdul Majid Telah
menceritakan kepada kami Ibnu 'Aun dari Al Qasim bahwa Ibnu 'Abbas ra
meminta izin untuk menemui Aisyah -dengan Hadis yang serupa- namun
dia tidak menyebutkan kalimat; 'Aku ingin sekali bisa melupakannya.87
Selain hadis di atas, ada beberapa hadis yang menjelaskan tentang
Khadijah di antarannya; keutamaan Khadijah, cemburunya Aisyah pada Khadijah,
85
Shahih Bukhari (Kitab: Perilaku budi pekerti yang terpuji, Bab: Pernikahan Nabi Saw
dengan Khadijah, no. 3531-3536 ) Lihat Lidwa Pusaka Web Kitab 9 Imam Hadits (Lembaga Ilmu
dan Dakwah Publikasi Sarana Keagamaan), lihat Matabah Syamilah dan lihat juga Mausu‟at alHadits al-Syarif (lampiran).
86
Shahih Bukhari (Kitab: Nikah Bab: Menikahi gadis, no. 4687). Ibid.
87
Shahih Bukhari (Kitab: Tafsir Al Qur`an Bab: [Bab] Surat An Nuur ayat 16, no. 4384).
Ibid.
104
dan sebagainya. Hadis-hadis itu, tercatat juga dalam kitab-kitab hadis seperti
Sahih Bukhari, Sahih Muslim, Sunan Ibnu Majah, Sunan Abu Dawud, Musnad
Imam Ahmad, dan lain-lain.88
Riwayat sirah yang sangat populer tentang usia pernikahan Khadijah
dengan Rasulullah Saw bahwa Khadijah berusia 40 tahun dan janda. Sebelumnya,
Khadijah pernah melahirkan beberapa anak dari suami terdahulu. Kendati riwayat
itu telah populer dan diyakini kebenaran riwayatnya oleh mayoritas umat Islam,
namun masih ada yang mengganggapnya tidak secara mutlak kebenarannya.
Karena, masih banyak versi-versi yang berbeda yang menyatakan umur Khadijah
saat itu di antaranya; 25 tahun, 28 tahun, 35 tahun, dan 45 tahun.
Fuad Hashem, menganggap usia 40 tahun itu adalah bagian usaha
mengagungkan klan Quraisy. Khadijah kelak melahirkan anak lima atau tujuh
orang, menurutnya berdasar ilmu kedokteran hal itu jarang terjadi. Maka usia
empat puluh tahun Khadijah adalah korban pengagungan. Akhirnya, Fuad
Hashem menyimpulkan bahwa umur Khadijah saat itu sekitar 28 atau 30, atau
malahan lebih muda.89
Memang benar faktor paling penting yang mempengaruhi kesuburan
adalah umur. Namun, tuduhan pengagungan tersebut tidak mempunyai dasar yang
kuat. Di mana tingkat kesuburan berkurang itu bertahap,90 apalagi usia orangorang zaman dahulu (Khadijah) tidak bisa disamakan dengan zaman sekarang.
Selain itu, secara kesehatan aktivitas orang-orang dahulu dan makanannya sangat
88
Ibid.
Fuad hashem, Op. Cit., hlm. 98.
90
Mariam Stoppard, Buku Panduan Kehamilan dan Persalinan Modern, terjemahan
Obed Doni (Yogyakarta: Media Abadi, 2009), hlm. 23-26.
89
105
berbeda dengan zaman sekarang, sehingga umur orang-orang zaman dahulu lebih
panjang dengan zaman sekarang.
Ja‟far Murtadha juga meragukan bahwa Khadijah seorang janda saat
menikah dengan Rasulullah Saw.91 Selain itu, Jalaluddin Rakhmat menyatakan,
ketika Khadijah memilih Nabi Muhammad Saw dan menolak para pembesar
Quraisy, para wanita Quraisy mengejek Khadijah dengan berkata, “Melamar
kamu pemuka-pemuka Quraisy dan pemimpin mereka, tetapi engkau menolak
untuk menikah dengan salah seorang diantaranya. Kemudian engkau menikah
dengan Muhammad, yatimnya Abu Thalib yang fakir, tidak ada kekayaan
padanya.” Maka kata Abu Qasim al-Kufi seperti yang dikutip Jalaluddin
Rakhmat, mengherankan bagi orang-orang yang memiliki pengertian tentang
mengapa Khadijah menolak para pemuka Quraisy dan malah menikah dengan
seorang A‟rabi dari Bani Tamim. Dua orang suami Khadijah terdahulu juga
A‟rabi yaitu orang Arab gunung atau orang Badui, dan derajatnya dalam status
sosial ketika itu sangat rendah, juga tidak dikenal. Para pembesar tadi adalah
tokoh-tokoh yang terpandang. Kata-kata A‟rabi tidak disebut-sebut para wanita
Quraisy ketika mengejeknya.92 Sayangnya pernyataan Jalaluddin Rakhmat di atas
hanya mengutip dari Abu Qasim al-Kufi yang masih bersifat dugaan.
Selanjutnya Ja‟far Murtadha mengutip dari Nasab Quraisy karya Mush‟ab
al-Zubairi, telah diriwayatkan bahwa Khadijah memiliki saudara perempuan yang
bernama Halah yang dinikahi oleh seorang lelaki Mahzumi, melahirkan anak
darinya seorang anak perempuan yang bernama Halah. Kemudian saudaranya
91
92
Ja‟far Murtadha, Op. Cit., hlm. 121.
Rakhmat, Op. Cit., hlm. 160.
106
(Halah) itu menikah lagi dengan lelaki Bani Tamim ia adalah Abu Hindun yang
melahirkan darinya seorang lelaki bernama Hindun. Dan Bani Tamim ini
mempunyai perempuan (isteri) yang lain dan melahirkan darinya yaitu Zainab dan
Ruqayyah, kemudian perempuan (isteri) yang lain itu meninggal, Tamim juga
meninggal. Anaknya yang bernama Hindun mengikuti kaumnya (Bani Tamim)
sedang Halah saudaranya Khadijah tinggal dan 2 anak-anak perempuan yang
masih kecil yang dari bani Tamimi dan istrinya yang lain (Zainab dan Ruqayyah);
berkumpul (bersama) Khadijah, kemudian setelah menikah dengan Rasulullah
Saw, Halah meninggal dan tinggal dua anak yang dalam penjagaan Khadijah dan
Rasulullah Saw.93
Berdasarkan riwayat tersebut, Jalaluddin Rakhmat meragukan Ruqayyah
dan Zainab, menurutnya dua orang itu adalah dua putri asuh Rasulullah Saw
bukan putri Rasulullah Saw.94 Demikian pula Ashoff Murtadha menjelaskan, dan
menyimpulkan dari penjelasan di atas; bahwa dua orang (Atiq al-Makzumi dan
Abu Halah) itu bukan suami Khadijah, melainkan Suami Halah.95 Namun setelah
penulis telusuri kitab Nasab Quraisy karya Mush‟ab al-Zubairi, riwayat tersebut
tidak penulis temukan.
Menurut Abdul Mun‟im Muhammad Umar, perbedaan pendapat mengenai
usia Khadijah ketika menikah dengan Muhammad Saw yang paling tepat adalah
riwayat Hakim ibnu Hizam ibnu Khuwailid al-Asadi, keponakan Khadijah, yang
93
Ja‟far Murtadha, Op. Cit., hlm. 123. lihat juga Rakhmat, Op. Cit., hlm. 164-165. Ashoff
Murtadha, Op. Cit., hlm. 119-120.
94
Rakhmat, Op. Cit., hlm. 165-166.
95
Ashoff Murtadha, Op. Cit., hlm. 121.
107
menyatakan bahwa usia bibinya ketika pernikahan itu adalah 40 tahun.96
Alasannya, Hakim lahir 13 tahun sebelum tahun Gajah, 2 tahun setelah Khadijah
lahir. Ia juga menyaksikan pernikahan Muhammad dan Khadijah. Karena itu,
riwayatnya dapat dianggap sebagai kesaksian dari tangan pertama.
Banyak versi-versi yang menyatakan umur Khadijah saat menikah dengan
Nabi Muhammad Saw di antaranya; 25 tahun, 28 tahun, 30 tahun, 35 tahun, 40
tahun, dan 45 tahun. Namun, seperti yang telah penulis ungkapkan pada sub bab
kritik atas riwayat khadijah, jika ditilik dari kesahihan sanadnya riwayat-riwayat
tentang usia Khadijah saat menikah dengan Nabi Muhammad Saw itu tidak kuat
(dhaif).
Berdasarkan penjelasan di atas,
menurut penulis riwayat sirah yang
mendekati kebenaran tentang usia pernikahan Khadijah dengan Rasulullah Saw
adalah Khadijah berusia 40 tahun dan janda. Sebelumnya, Khadijah pernah
melahirkan beberapa anak dari suami terdahulu. Ini diperkuat dengan hadis yang
menyatakan bahwa Rasulullah Saw belum pernah menikahi gadis selain Aisyah.
Selain itu, riwayat tersebut telah populer dan diyakini kebenaran riwayatnya oleh
mayoritas umat Islam. Harus diakui, riwayat sirah umur Khadijah saat menikah
dengan Nabi Muhammad Saw, integritas periwayatannya, dan ketersambungan
sanadnya tidak perlu sampai pada tingkatan selektifitas hadis Nabi. Sebab jika
bersikap ketat terhadap sirah sebagaimana halnya hadis, maka terjadilah
kekosongan dan keterputusan episode sirah.
96
Abdul Mun‟im, Loc. Cit. (Mayoritas umat Islam meyakini kebenaran riwayat Hakim
ibnu Hizam ini).
108
Namun bersikap ekstrem terhadap pendapat itu bukan merupakan sikap
terbaik, karena dapat menghasilkan bersikap anti terhadap yang lain. Oleh karena
itu, yang lebih penting dari itu semua bahwa sirah nabawiyah dan sirah para
sahabat merupakan sumber kekuatan iman dan feeling religious paling kuat yang
dimiliki umat ini. Karenanya, mengetahui keadaan para sahabat, kehidupan, sifat,
dan akhlak mereka yang mulia, benar-benar bisa menerangi jalan di hadapan
orang-orang mukmin yang hendak mengikuti sunnah Rasulullah Saw.97
97
Muhammad yusuf al-Kandahlawy, Sirah Shahabat Keteladanan Orang-orang di
Sekitar Nabi, terjemahan Kathur Suhardi, (Jakarta: Pustaka al-Kautsar, 2004), hlm ix-xix.
Download