ANALISIS PENENTUAN SEKTOR UNGGULAN DI KABUPATEN

advertisement
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ANALISIS PENENTUAN SEKTOR UNGGULAN DI KABUPATEN
KLATEN TAHUN 2006-2010
Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat
Guna Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Ekonomi Pembangunan
Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta
Oleh :
RIDWAN NURHADI
F. 0108109
JURUSAN EKONOMI PEMBANGUNAN
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2012 to user
commit
i
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRAKSI
ANALISIS PENENTUAN SEKTOR UNGGULAN DI KABUPATEN KLATEN
TAHUN 2006-2010
Ridwan Nurhadi
F0108109
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi sektor-sektor unggulan perekonomian
di wilayah Kabupaten Klaten sebagai bahan informasi dan pertimbangan dalam perencanaan
pembangunan ekonomi. Penelitian ini menggunakan data sekunder berupa runtun waktu
(time series), yaitu Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Klaten dan Produk
Domestik Regional Bruto (PDRB) Provinsi Jawa Tengah 2006-2010. Alat analisis yang
digunakan dalam penelitian ini, yaitu analisis Tipologi Klassen, analisis LQ dan analisis
DLQ.
Hasil analisis tipologi klassen menunjukkan bahwa yang termasuk ke dalam kategori
sektor yang maju dan tumbuh dengan cepat adalah Sektor Penggalian dan Sektor Jasa-jasa.
Menurut penghitungan analisis Location Quation yang tergolong sebagai sektor unggulan
adalah Sektor Pertanian, Sektor Penggalian, Sektor Bangunan, Sektor Perdagangan, Sektor
Keuangan dan Sektor Jasa-jasa. Analisis Dynamic Location Quotient menunjukkan bahwa
sektor perekonomian yang diharapkan tetap menjadi sektor unggulan di masa yang akan
datang adalah sembilan sektor di Kabupaten Klaten yaitu Sektor Pertanian, Sektor
Penggalian, Sektor Industri Pengolahan, Sektor Listrik dan Air Bersih, Sektor Bangunan,
Sektor Perdagangan, Hotel dan restoran, Sektor Angkutan dan Komunikasi, Sektor
Keuangan, Persewaan dan Perusahaan dan Sektor Jasa-jasa.
Pemerintah Kabupaten Klaten diharapkan bisa mempertahankan posisi sektor
perekonomian yang tergolong dalam kriteria sektor yang maju dan tumbuh dengan cepat agar
sektor yang tergolong dalam kriteria tersebut bisa menciptakan lapangan pekerjaan baru yang
dapat menyerap tenaga kerja dan mengurangi pengangguran. Mengingat masih ada sektor
perekonomian yang belum menjadi sektor unggulan maka diharapkan pemerintah bisa lebih
mendongkrak sektor-sektor tersebut agar lebih optimal.
Kata Kunci : Tipologi Klassen, LQ, DLQ
commit to user
ii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
HALAMAN MOTTO
Setiap waktu yang anda miliki adalah hadiah. Gunakanlah untuk hal hal yang
penting. Jangan gunakan untuk berdiam dalam hal hal yang tidak membahagiakan.
Kita semua ada di sini karena alasan khusus. Berhentilah menjadi tahanan dari
masa lalu anda, jadilah arsitek untuk masa depan anda.
“All our dreams can come true – if we have the courage to pursue them.” – Walt
Disney.
Apapun yang anda tunggu, sedang menunggu anda. Ia takkan muncul hingga anda
melakukan yg perlu dilakukan - - karena hidup tidak terjadi pada anda, tapi terjadi
melalui anda.
Keberanian bukan berarti ketiadaan rasa takut, tapi dengan berjalan maju penuh
keteguhan mengatasi ketakutan itu.
“Only I can change my life. No one can do it for me”.
(Carol Burnett)
HALAMAN PERSEMBAHAN
Skripsi ini penulis persembahkan untuk :
Allah SWT
commit to user
yang tercinta Bapak, kakak, & semua keluarga besar
v
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Bubun ku yang selalu ngasih semangat n’ doa.
my close friends Jaka, Hanafi, Ali, Sadewo, Aris, Ira, Desi amel, Joko, Yudhi thanks
buat support dan do’anya. *Friends make everything better.
Thanks buat temen2 EP lainnya Ardhan, Ahong, Topik, Bambang, Dita, Ari, Dll.
Thanks buat hari- harinya selama 4 tahun di UNS
Thanks buat semuanya yang telah ikut berpartisipasi dalam pembuatan skripsi ini,
maaf apabila ada nama yang belum disebut.
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT tak henti-hentinya penulis ucapkan atas segala
commit
to userdapat menyelesaikan skripsi yang
rahmat, Hidayah dan InayahNya sehingga
penulis
vi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BERJUDUL ” ANALISIS PENENTUAN SEKTOR UNGGULAN DI KABUPATEN
KLATEN TAHUN 2006-2010 ” ini dengan baik. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah
satu syarat guna memperoleh gelar kesarjanaan pada Fakultas Ekonomi Jurusan Ekonomi
Pembangunan Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penulisan skripsi ini dapat selesai berkat
bantuan dari banyak pihak, maka pada kesempatan ini dengan rendah hati penulis ingin
mengucapkan terima kasih kepada :
1. Dr. Wisnu Untoro, MS, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret yang
secara langsung maupun tidak langsung telah banyak membantu penulis selama menuntut
ilmu di Fakulyas Ekonomi Universitas Sebelas Maret.
2. Dr. Agustinus Suryantoro, MS selaku pembimbing skripsi yang telah banyak membantu
dan membimbing penulis dalam penulisan skripsi ini.
3. Drs. Supriyono, M.si selaku Ketua Jurusan Ekonomi Pembangunan di Fakultas Ekonomi
UNS.
4. Bapak dan Ibu Dosen serta seluruh pegawai dan karyawan di Fakultas Ekonomi
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
5. Badan Pusat Statistik Kabupaten Klaten.
6. Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Tengah.
7. Orang tuaku yang aku sayangi.
8. Bubun ndud yang selalu memberi semangat.
9. Pak Man dan Pak Pur yang udah menjaga keamanan parkir motor di FE UNS.
10. Teman – teman angkatan 2008 Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret semua
jurusan terutama jurusan Ekonomi Pembangunan. Terima kasih atas segala yang
diberikan sehingga saya dapat berkembang sampai saat ini. Mohon maaf tidak disebutkan
satu per satu, semoga dapat terwakili.
commit to user
vii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Penulis sadar bahwa segalanya tak ada yang sempurna dan tidak dapat disangkal pula
jika dalam skripsi ini terdapat kekurangan. Akhir kata penulis berharap agar karya yang
sederhana ini dapat bermanfaat bagi penulis pribadi dan bagi para pembaca.
Surakarta,
November 2012
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i
commit to user
ABSTRAKSI ...................................................................................................
ii
viii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .............................................. iii
HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................... iv
HALAMAN MOTTO ...................................................................................... v
HALAMAN PERSEMBAHAN ...................................................................... vi
KATA PENGANTAR ..................................................................................... vii
DAFTAR ISI.................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ............................................................................................ xii
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xiii
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar belakang Masalah ............................................................. 1
B.
Perumusan Masalah ................................................................... 4
C.
Tujuan Penelitian ....................................................................... 4
D.
Manfaat Penelitian ..................................................................... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori ........................................................................... 6
1. Pembangunan Ekonomi ......................................................... 6
2. Pembangunan Ekonomi Regional .......................................... 7
3. Pertumbuhan Ekonomi Regional ........................................... 8
4. Pembangunan Ekonomi Daerah ............................................. 10
5. Teori Pembangunan Daerah ................................................... 13
a. Teori Ekonomi Neo Klasik ............................................... 13
b. Teori Basis Ekonomi (Economy Base Theory) ................. 14
c. Teori Lokasi ...................................................................... 15
d. Teori Tempat Sentral......................................................... 15
commit
to user
e. Teori Kausasi Kumulatif
...................................................
16
ix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
f. Model Daya Tarik ............................................................. 16
6. Perencanaan Pembangunan Daerah ....................................... 16
7. Pengertian Sektor Unggulan .................................................. 17
8. Otonomi Daerah ..................................................................... 20
9. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) ............................ 21
10. Teori Basis Ekonomi (Economic Base Theory) .................... 23
B. Penelitian Terdahulu ................................................................... 23
C. Kerangka Pemikiran ................................................................... 25
D. Hipotesis ..................................................................................... 27
BAB III METODE PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian.................................................................. 29
B. Jenis dan Sumber Data ...................................................................... 29
C. Metode Analisis Data ......................................................................... 30
1. Analisis Tipologi Klassen ...................................................... 30
2. Analisis LQ ............................................................................ 32
3. Analisis Dynamic Location Quotient (DLQ) ......................... 33
BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
A.Gambaran Umum Kabupaten Klaten ................................................... 36
1. Aspek Geografis................................................................... 36
2. Aspek Demografi ................................................................. 39
3. Aspek Ekonomi .................................................................... 42
B.
Gambaran Provinsi Jawa Tengah............................................... 43
1. Aspek Geografis................................................................... 43
2. Aspek Pemerintahan ............................................................ 44
commit to user
3. Aspek Demografi .................................................................
44
x
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
4. Aspek Ekonomi .................................................................... 46
C.
Analisis Data dan Pembahasan .................................................. 48
1. Analisis Tipologi Klassen .................................................... 48
2. Analisis Loqation Quotient (LQ) ......................................... 51
3. Analisis Dynamic Location Quotient (DLQ) ....................... 52
BAB V PENUTUP
A.
Kesimpulan ................................................................................ 54
B.
Saran .......................................................................................... 55
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1. PDRB Kabupaten Klaten Tahun 2006-2010
commit to user
ADHK Tahun 2000 ...................................................................... 3
xi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 3.1. Klasifikasi Sektor PDRB Menurut Tipologi Klassen ................ 32
Tabel 4.2. Pertumbuhan penduduk Kabupaten Klaten
Tahun 2006-2010 ....................................................................... 40
Tabel 4.3. Jumlah Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur
di Kabupaten Klaten Tahun 2006-2010 ..................................... 41
Tabel 4.4. PDRB Kabupaten Klaten Tahun 2006-2010
ADHK Tahun 2000 .................................................................... 42
Tabel 4.6. Penduduk Jawa Tengah Menurut Jenis Kelamin dan
Sex Ratio Tahun 2006-2010 ....................................................... 45
Tabel 4.4. PDRB Provinsi Jawa Tengah Tahun 2006-2010
ADHK Tahun 2000 .................................................................... 47
Tabel 4.8. Laju Pertumbuhan dan Kontribusi Sektor PDRB Kabupaten
Klaten dan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2006-2010 ................. 49
Tabel 4.9. Klasifikasi Sektor PDRB Klaten Tahun 2006-2010
Berdasarkan Tipologi Klassen.................................................... 50
Tabel 4.10. Nilai LQ Sektor Perekonomian Kabupaten Klaten
Tahun 2006-2010 ....................................................................... 51
Tabel 4.11. Nilai DLQ Sektor Perekonomian Kabupaten Klaten
Tahun 2006-2010 ....................................................................... 53
DAFTAR GAMBAR
commit to user
Gambar 2.1. Kerangka Pemikiran ............................................................... 27
xii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Gambar 4.1. Peta Kabupaten Klaten ........................................................... 37
Gambar 4.5. Peta Provinsi Jawa Tengah .................................................... 44
commit to user
xiii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pembangunan ekonomi pada umumnya didefinisikan sebagai suatu proses
yang menyebabkan kenaikan pendapatan riil per kapita (Arsyad dalam Titisari
2009). Pembangunan di negara-negara berkembang lebih ditekankan pada
peningkatan perekonomian masyarakat, hal ini disebabkan karena terjadinya
keterbelakangan ekonomi. Pembangunan di bidang ekonomi dapat mendukung
pencapaian tujuan atau mendorong perubahan-perubahan atau pembaharuan
bidang kehidupan lainnya. Hal tersebut sesuai dengan yang dikemukakan oleh
Siagian (1984:128) dalam Fachrurrazy (2009) bahwa keterbelakangan utama
yang dihadapi oleh negara-negara yang sedang berkembang adalah di bidang
ekonomi. Oleh karena itu tidak mengherankan, bahkan dapat dikatakan
merupakan tuntutan sejarah apabila pembangunan ekonomi mendapat perhatian
utama.
Proses pembangunan ekonomi tidak terjadi dengan sendirinya, tetapi
memerlukan berbagai usaha yang konsisten dari berbagai pihak untuk
memberikan kemakmuran yang sebesar-besarnya bagi umat manusia. Tujuan
pokok pembangunan ekonomi menurut Jhingan (1992:420) dalam Fachrurrazy
(2009) ialah untuk membangun peralatan modal dalam skala yang cukup untuk
meningkatkan produktivitas di bidang pertanian, pertambangan, perkebunan
dan industri. Modal juga diperlukan untuk mendirikan sekolah, rumah sakit,
commit to user
1
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
jalan raya, jalan kereta api, dan sebagainya. Singkatnya, hakekat pembangunan
ekonomi adalah penciptaan modal overhead sosial dan ekonomi.
Pembangunan ekonomi daerah merupakan suatu proses dimana
pemerintah
daerah dan masyarakatnya mengelola sumberdaya-sumberdaya
yang ada. Pembangunan ekonomi juga membentuk
pola kemitraan antara
pemerintah daerah dengan sektor
menciptakan lapangan
swasta
untuk
pekerjaan dan merangsang perkembangan kegiatan ekonomi (pertumbuhan
ekonomi) dalam wilayah tersebut (Arsyad,1999: 108).
Berdasarkan UU No. 22 tahun 1999 yang kemudian diganti dengan UU
No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, maka pemerintah
memberikan kewenangan yang seluas-luasnya kepada daerah, khususnya
daerah kabupaten/kota untuk menyelenggarakan pembangunan dan mengurus
rumah tangganya sendiri. Sedangkan dalam hal pembiayaan dan keuangan
daerah diatur dalam UU Nomor 25 Tahun 1999 yang kemudian diganti dengan
UU No. 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintahan
Pusat dan Pemerintahan Daerah tidak hanya kesiapan aparat pemerintah saja,
tetapi juga masyarakat untuk mendukung pelaksanaan Otonomi Daerah dengan
pemanfaatan sumber-sumber daya secara optimal.
Diberlakukannya otonomi daerah mengharuskan Pemerintah Daerah
menggali potensi-potensi ekonomi yang ada di wilayahnya agar mampu
bersaing dengan daerah lainnya (Titisari, 2009). Disamping itu dengan
diberlakukannya otonomi daerah, daerah diberi keleluasaan penuh untuk
menggali dan mengolah sumberdaya yang dimiliki di daerah bersangkutan.
commit to user
2
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Adanya kewenangan dan keleluasaan tersebut daerah mempunyai banyak
alternatif dalam mencapi tujuan pembangunan yang ditetapkan.
Pada tabel 1.1 dapat dilihat Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten
Klaten dari tahun 2006 sampai tahun 2010. Pada tahun 2006 PDRB Klaten
sebesar 4.253.788,00 juta rupiah, naik menjadi 4.394.688,02 juta rupiah pada
tahun 2007, tahun 2008 meningkat menjadi sebesar 4.567.200,96 juta rupiah,
meningkat lagi menjadi 4.761.018,67 juta rupiah, dan pada tahun 2010 sebesar
4.843.247,28 juta rupiah. Sektor pertanian juga memberikan kontribusi yang
cukup besar. Terlihat dari tahun ke tahun meningkat nilainya, hanya pada tahun
2010 menurun dari 1.045.720,97 pada tahun 2009 menjadi sebesar 949.998,50
pada tahun 2010.
Tabel 1.1 PDRB Kabupaten Klaten Atas Dasar Harga Konstan
(ADHK) Tahun 2000 Menurut Lapangan Usaha Tahun 2006-2010
(Milliar Rupiah)
Lapangan Usaha
Pertanian
Penggalian
Industri Pengolahan
Listrik dan Air Bersih
Bangunan/Konstruksi
Perdagangan, Hotel
dan Restoran
Angkutan dan
Komunikasi
Keuangan, Persewaan
dan Jasa Perusahaan
Jasa-jasa
PDRB
2006
943,06
53,33
841,65
27,84
365,82
2007
957,29
55,82
869,90
30,42
398,07
2008
997,73
60,92
891,04
31,94
404,62
2009
1.045,72
65,30
920,43
34,37
393,59
2010
949,98
69,77
978,87
37,08
353,54
1.191,77
1.230,41
1.273,34
1.322,03
1.399,42
113,98
119,38
126,57
137,50
144,86
148,96
567,32
4.253,78
156,90
576,44
4.394,68
166,93
614,08
4.567,20
178,23
663,82
4.761,01
191,23
718,43
4.843,24
Sumber: BPS Kabupaten Klaten
Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti mengambil judul
“Analisis Penentuan Sektor Unggulan di Kabupaten Klaten Tahun
2006-2010”
commit to user
3
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
B. Perumusan Masalah
Dari latar belakang masalah di atas maka dapat dikemukakan
beberapa perumusan masalah sebagai berikut :
1. Apakah sektor penggalian dan sektor jasa-jasa di Kabupaten Klaten
merupakan sektor yang maju dan tumbuh dengan pesat berdasarkan
Tipologi Klassen?
2. Apakah sektor pertanian, sektor penggalian, sektor bangunan, sektor
perdagangan, sektor keuangan dan sektor jasa-jasa di Kabupaten Klaten
menjadi sektor unggulan berdasarkan Analisis LQ?
3. Apakah sembilan sektor perekonomian di Kabupaten Klaten masih menjadi
sektor unggulan di masa yang akan datang berdasarkan Analisis DLQ?
4. Apakah sektor yang maju dan tumbuh dengan pesat berdasarkan analisis
tipologi klassen tergolong dalam sektor unggulan berdasarkan analisis LQ
dan masih menjadi sektor unggulan di masa yang akan datang berdasarkan
analisis DLQ di Kabupaten Klaten?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah dan perumusan diatas maka
tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Mengidentifikasi sektor penggalian dan sektor jasa-jasa sebagai sektor yang
maju dan tumbuh dengan pesat di Kabupaten Klaten berdasarkan Tipologi
Klassen.
2. Mengidentifikasi sektor pertanian, sektor penggalian, sektor bangunan,
sektor perdagangan, sektor keuangan dan sektor jasa-jasa sebagai sektor
commit to user
4
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
unggulan di Kabupaten Klaten berdasarkan Analisis LQ.
3. Mengidentifikasi sektor-sektor yang masih menjadi sektor unggulan di
Kabupaten Klaten di masa yang akan datang berdasarkan Analisis DLQ.
4. Mengidentifikasi sektor yang maju dan tumbuh dengan pesat berdasarkan
analisis tipologi klassen tergolong dalam sektor unggulan berdasarkan
analisis LQ dan masih menjadi sektor unggulan di masa yang akan datang
berdasarkan analisis DLQ di Kabupaten Klaten?
D. Manfaat Penelitian
Dari hasil penelitian yang dilakukan, diharapkan dapat memberi manfaat
baik secara langsung maupun tidak langsung. Adapun manfaat yang diberikan
yaitu :
1. Menambah wawasan serta pengetahuan, khususnya dalam bidang ilmu
ekonomi tentang Ekonomi Regional terutama mengenai perencanaan
pembangunan daerah yang merupakan salah satu alternatif pemecahan
masalah di daerah serta peningkatan pembangunan daerah yang dapat
meningkatkan kemajuan daerah/kabupaten di Provinsi Jawa Tengah.
2. Hasil
penelitian
diharapkan
dapat
dipergunakan
oleh
Pemerintah
Kabupaten Klaten sebagai masukan dan bahan pertimbangan pengambilan
kebijakan dalam rangka pengembangan potensi daerahnya.
3. Sebagai sumber informasi untuk para peneliti lain terutama yang tertarik
dalam bidang ekonomi regional dengan ruang lingkup dan kajian yang
berbeda.
commit to user
5
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Pembangunan Ekonomi
Pembangunan ekonomi pada umumnya didefinisikan sebagai suatu
proses yang menyebabkan kenaikan pendapatan riil perkapita penduduk
suatu Negara dalam jangka panjang yang disertai oleh perbaikan sistem
kelembagaan (Arsyad, 1999:55).
Jadi, pembangunan ekonomi sebagai proses dimana saling keterkaitan
dan saling mempengaruhi antara faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya
pembangunan ekonomi tersebut serta dapat diidentifikasi dan dianalisis
dengan seksama. Dengan cara tersebut dapat diketahui runtutan peristiwa
yang timbul yang akan mewujudkan peningkatan kegiatan ekonomi dan
taraf kesejahteraan masyarakat dari suatu tahap pembangunan ke tahap
pembangunan berikutnya.
Di negara-negara berkembang, perhatian utama terfokus pada masalah
pertumbuhan versus distribusi pendapatan. Keduanya sama-sama penting,
namun sulit diwujudkan secara bersama. Pengutamaan yang satu akan
menuntut dikorbankannya yang lain. Pembangunan ekonomi mensyaratkan
Gross National Product (GNP) yang lebih tinggi, dan untuk itu tingkat
pertumbuhan yang lebih tinggi merupakan pilihan yang harus diambil.
Namun yang menjadi masalah bukan hanya soal bagaimana caranya
memacu pertumbuhan, tetapi juga siapa melakukan dan berhak menikmati
commit to user
6
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
hasil-hasilnya, kalangan elit kaya yang minoritas atau mayoritas rakyat yang
miskin. Selanjutnya perlu dilakukan upaya peninjauan kembali terhadap
segenap
prioritas
pembangunan
dari
tujuan
memaksimalkan
laju
pertumbuhan GNP menjadi pengutamaan kepentingan masyarakat yang
lebih luas dan langsung, seperti pengentasan kemiskinan dan pengurangan
kesenjangan pendapatan. Namun terdapat jurang yang lebar antara upaya
penijauan
kembali
prioritas
pembangunan
dengan
pelaksanaannya.
Peninjauan kembali strategi pembangunan yang lebih menitikberatkan pada
perbaikan nasib golongan miskin akan berhadapan dengan berbagai macam
masalah dan kendali politik, kelembagaan dan hal-hal lainnya yang
berkaitan dengan struktur kekuasaan (Todaro, 2000: 177).
2. Pembangunan Ekonomi Regional
Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses di mana
Pemerintah Daerah dan masyarakatnya mengelola sumber daya yang ada
dan membentuk suatu pola kemitraan antara Pemerintah Daerah dengan
sektor swasta untuk menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang
perkembangan kegiatan ekonomi (pertumbuhan ekonomi) dalam wilayah
tersebut. Sebagai tolok ukur keberhasilan pembangunan dapat dilihat dari
pertumbuhan
ekonomi,
struktur
ekonomi
dan
semakin
kecilnya
ketimpangan pendapatan antar penduduk, antardaerah dan antar sektor.
Akan tetapi pada kenyataanya bahwa pertumbuhan ekonomi tidak
selamanya diikuti pemerataan secara memadai (Arifin, 2008).
Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses yang mencakup
pembentukan
institusi-institusi baru, pembangunan
commit to user
industri-industri
7
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
alternatif, perbaikan kapasitas tenaga kerja yang ada untuk menghasilkan
produk barang dan jasa yang baik, identifikasi pasar-pasar baru, alih ilmu
pengetahuan dan pengembangan pasar baru (Arsyad, 1999). Dijelaskan
lebih lanjut oleh Kuncoro dalam Wulandari (2010) bahwa pembangunan
regional sebaiknya lebih memperhatikan keunggulan-keunggulan dan
karakteristik khusus suatu daerah. Pembangunan juga harus dapat
meningkatkan pendapatan per kapita dari penduduk tersebut dan akan
meningkatkan daya tarik daerah untuk menarik investor-investor baru untuk
menanamkan modalnya di daerah, yang pada akhirnya akan mendorong
kegiatan ekonomi yang lebih tinggi. Tujuan pembangunan daerah akan
tercapai jika kebijaksanaan utama yang dilakukan adalah mengusahakan
semaksimal mungkin agar prioritas pembangunan daerah sesuai dengan
potensi yang dimiliki oleh daerah yang bersangkutan (Sjafrizal dalam
Wulandari, 2010).
Indikator keberhasilan pembangunan ekonomi suatu daerah dapat
ditunjukkan oleh pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi adalah
pertumbuhan pendapatan masyarakat secara keseluruhan sebagai cerminan
kenaikan seluruh nilai tambah (value added) yang tercipta di suatu wilayah
(Fachrurrazy, 2009).
3. Pertumbuhan Ekonomi Regional
Teori pertumbuhan ekonomi wilayah menganalisis suatu wilayah
sebagai suatu sistem ekonomi terbuka yang berhubungan dengan wilayahwilayah lain melalui arus perpindahan faktor-faktor produksi dan pertukaran
komoditas. Pembangunan dalam suatu wilayah akan mempengaruhi
commit to user
8
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
pertumbuhan wilayah lain dalam bentuk permintaan sektor untuk wilayah
lain yang akan mendorong pembangunan wilayah tersebut atau suatu
pembangunan ekonomi dari wilayah lain akan mengurangi tingkat kegiatan
ekonomi di suatu wilayah serta interrelasi.
Pertumbuhan ekonomi wilayah adalah peningkatan volume variabel
ekonomi dari suatu sub sistem spasial suatu bangsa atau negara dan juga
dapat
diartikan
sebagai
peningkatan
kemakmuran
suatu
wilayah.
Pertumbuhan yang terjadi dapat ditinjau dari peningkatan produksi sejumlah
komoditas yang diperoleh suatu wilayah.
Glasson (1977:86) dalam Fachrurrazy (2009) mengemukakan
pertumbuhan regional dapat terjadi sebagai akibat dari penentu-penentu
endogen ataupun eksogen, yaitu faktor-faktor yang terdapat di dalam daerah
yang bersangkutan ataupun faktor-faktor di luar daerah, atau kombinasi dari
keduanya. Penentu endogen, meliputi distribusi faktor-faktor produksi
seperti tanah, tenaga kerja, dan modal sedangkan penentu eksogen adalah
tingkat permintaan dari daerah lain terhadap komoditi yang dihasilkan oleh
daerah tersebut.
Perhatian terhadap pertumbuhan ekonomi daerah semakin meningkat
dalam era otonomi daerah. Hal ini cukup logis, karena dalam era otonomi
daerah masing-masing daerah berlomba-lomba meningkatkan pertumbuhan
ekonomi daerahnya, guna meningkatkan kemakmuran masyarakatnya. Oleh
karena itu, pembahasan tentang struktur dan faktor penentu pertumbuhan
daerah akan sangat penting artinya bagi pemerintah daerah dalam
commit to user
9
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
menentukan upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk mendorong
pertumbuhan ekonomi di daerahnya (Sjafrizal, 2008:86).
Menurut Richardson (2001:35) dalam Fachrurrazy (2009) perbedaan
pokok antara analisis pertumbuhan perekonomian nasional dan analisis
pertumbuhan daerah adalah bahwa yang dititikberatkan dalam analisis
tersebut belakangan adalah perpindahan faktor (factors movement).
Kemungkinan masuk dan keluarnya arus perpindahan tenaga kerja dan
modal menyebabkan terjadinya perbedaan tingkat pertumbuhan ekonomi
regional. Perkembangan dan pertumbuhan ekonomi daerah akan lebih cepat
apabila memiliki keuntungan absolute kaya akan sumber daya alam dan
memiliki keuntungan komparatif apabila daerah tersebut lebih efisien dari
daerah lain dalam melakukan kegiatan produksi dan perdagangan
(Sirojuzilam (2008) dalam Fachrurrazy, 2009).
4. Pembangunan Ekonomi Daerah
Para ahli banyak memberikan pengertian mengenai pembangunan
ekonomi daerah, diantaranya adalah pembangunan ekonomi daerah
diartikan
sebagai
suatu
proses
dimana
pemerintah
daerah
dan
masyarakatnya mengelola sumber daya-sumber daya yang ada dan
membentuk suatu pola kemitraan antara pemerintah daerah dengan sektor
swasta untuk
menciptakan lapangan kerja
baru dan merangsang
perkembangan kegiatan ekonomi (Arsyad, 1999: 298).
Masalah pokok dalam pembangunan daerah tersebut terletak pada
penekanan terhadap kebijakan-kebijakan pembangunan yang didasarkan
pada kekuasaan daerah yang bersangkutan dengan menggunakan potensi
commit to user
10
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
sumber daya manusia, kelembagaan, dan sumber daya fisik secara lokal
(daerah). Orientasi ini mengarah kepada pengambilan inisiatif-inisiatif yang
berasal dari daerah tersebut dalam proses pembangunan untuk menciptakan
kesempatan kerja baru dan merangsang peningkatan kegiatan ekonomi.
Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses yang mencakup
pembentukan
institusi-institusi
baru,
pembangunan
industri-industri
alternatif, perbaikan kapasitas tenaga kerja yang ada untuk menghasilkan
produk dan jasa yang lebih baik. Setiap upaya pembangunan ekonomi
daerah mempunyai tujuan utama yaitu untuk meningkatkan jumlah dan jenis
peluang kerja untuk masyarakat daerah. Dalam upaya untuk mencapai
tujuan tersebut, pemerintah daerah dan masyarakat harus secara bersamasama mengambil inisiatif pembangunan daerah. Oleh karena itu, pemerintah
daerah beserta partisipasi masyarakatnya dapat menggunakan sumber daya
yang ada, serta dapat menaksir potensi sumber daya yang diperlukan untuk
merancang dan membangun perekonomian daerah.
Perbedaan keadaan daerah membawa implikasi bahwa corak
pembangunan yang diterapkan berbeda pula. Peniruan pola pelaksanaan
kebijaksanaan yang pernah diterapkan dan dihasilkan pada suatu daerah,
belum tentu dapat memberikan manfaat yang sama bagi daerah lainnya. Jika
akan membangun suatu daerah, kebijakan yang diambil harus sesuai dengan
kondisi (masalah, kebutuhan, dan potensi) daerah yang bersangkutan. Tiga
pengertian daerah berdasarkan aspek ekonomi yaitu (Arsyad, 1999: 107108):
commit to user
11
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
a. Daerah Homogen adalah daerah yang dianggap ruang dimana kegiatan
ekonomi terjadi dan di dalam pelosok tuang terdapat sifat-sifat yang
sama. Kesamaan sifat-sifat tersebut antara lain perdagangan perkapita,
sosial budayanya, geografis, dan sebagainya;
b. Daerah Nodal adalah suatu daerah yang dianggap sebagai suatu ruang
ekonomi yang dikuasi oleh satu atau beberapa pusat kegiatan ekonomi;
dan
c. Daerah Perencanaan atau Daerah Administrasi adalah suatu daerah yang
ruang ekonomi berada di bawah satu administrasi tertentu seperti satu
propinsi, kabupaten, kecamatan, dan sebagainya.
Masalah pokok dalam pembangunan ekonomi adalah terletak pada
penekanan terhadap kebijakan-kebijakan pembangunan yang didasarkan
pada kekuasaan daerah yang bersangkutan dengan potensi sumberdaya
manusia, kelembagaan, dan sumber daya fisik secara lokal (daerah). Ada
empat peran yang diambil oleh pemerintah daerah dalam pembangunan
ekonomi daerah yaitu (Arsyad, 1999:120):
a. Enterpreneur
Pemerintah bertanggung jawab untuk menjalankan suatu usaha
bisnis. Pemerintah daerah bisa mengembangkan suatu usaha sendiri
(BUMD). Pemerintah daerah harus dapat mengelola asset dengan lebih
baik sehingga secara ekonomis dapat menguntungkan.
b. Koordinator
Pemerintah daerah dapat bertindak sebagai koordinator untuk
menetapkan
kebijakan
atau mengusulkan
commit to user
strategi-strategi
bagi
12
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
pembangunan daerahnya. Pemerintah daerah dapat mengikutsertakan
lembaga-lembaga pemerintah lainnya, dunia usaha, dan masyarakat
dalam proses penyusunan sasaran-sasaran ekonomi, rencana-rencana dan
strategi.
c. Fasilitator
Pemerintah dapat mempercepat pembangunan melalui perbaikan
lingkungan attitudinal (perilaku atau budaya masyarakat) di daerahnya.
Hal ini dapat mempercepat proses pembangunan dan prosedur
perencanaan serta mangatur penetapan daerah yang lebih baik.
d. Simulator
Pemerintah
daerah
dapat
menstimulasi
penciptaan
dan
pengembangan usaha melalui tindakan-tindakan khusus. Hal ini dapat
mempengaruhi perusahan-perusahan untuk masuk ke dalam dan menjaga
agar perusahaan-perusahaan yang ada sebelumnya tetap berada di daerah
tersebut.
5. Teori Pembangunan Daerah
Para ahli mengemukakan berbegai teori tentang pembangunan daerah
antata lain (Arsyad, 1999:115).
a. Teori Ekonomi Neo Klasik
Konsep pokok dalam pembangunan ekonomi daerah yaitu
keseimbangan (equlibrium) dan mobilitas faktor produksi. Sistem
perekonomian akan mencapai keseimbangan alamiah akan mencapai
modal akan bisa mengalir tanpa restrikasi (pembatasan). Modal akan
commit to user
13
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
mengalir dari daerah yang berupah tinggi menuju daerah yang berupa
rendah.
b. Teori Basis Ekonomi (Economic Base Theory)
Teori basis ekonomi menyatakan faktor penentu utama dari
pertumbuhan ekonomi daerah adalah adanya hubungan langsung dengan
permintaan akan barang dan jasa dari luar daerah. Pertumbuhan Industriindustri yang menggunakan sumberdaya lokal, termasuk tenaga kerja dan
bahan baku untuk diekspor, akan menghasilkan kekayaan daerah dan
penciptaan peluang kerja Teori basis ekonomi membagi kegiatan
ekonomi kedalam dua sektor yaitu sektor basis dan sektor non basis.
Kegiatan sektor basis merupakan kegiatan suatu masysrakat yang
hasilnya berupa barang dan jasa yang ditujukan untuk ekspor keluar,
regional, nasional, dan internasional. Kegiatan sektor non basisn
merupakan kegiatan masyarakat yang menghasilnya berupa barang dan
jasa yang diperuntukkan bagi masyarakat itu sendiri dalam kawasan
kehidupan ekonomi Masyarakat tersebut. (Rachmat Hendayana, 2003:3).
Penekanan terhadap arti penting bantuan (ald) kepada dunia usaha
yang mempunyai pasar secara nasional maupun internasional merupakan
strategi dari pembangunan daerah. Implementasi kebijakaanya mencakup
pengurangan hambatan atau batasan terhadap perusahaanperusahaan
yang berorientasi ekspor yang ada yang akan didirikan didaerah tersebut.
Ketergantungan yang tinggi terhadap kekuatan-kekuatan pasar secara
rasional maupun global merupakan kelemahan dari model ini. Model ini
juga berguna untuk menentukan keseimbangan antara jenis-jenis industri
commit to user
14
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dan sektor yang dibutuhkan masyarakat untuk mengembangkan stabilitas
ekonomi.
c. Teori Lokasi
Teori ini mengatakan bahwa lokasi mempengaruhi pertumbuhan
daerah khususnya dikaitkan dengan pembangunan kawasan industri.
Pemilihan lokasi yang tepat sepertoi memaksimumkan peluangnya untuk
mendekati pasar lebih dipilih perusahaan karena dapat meminimumkan
biaya. Model pengembangan industri kuno menyatakan bahwa lokasi
yang terbaik adalah biaya termurah antara lain bahan baku dengan pasar.
Keterbatasan dari teori lokasi ini adalah tehnologi dan komunikasi
modern yang telah mengubah siknifikan suatu lokasi tertentu untuk
kegiatan produksi dan distribusi barang.
d. Teori Tempat Sentral
Teori tempat sentral menganggap bahwa ada hierarki tempat dan
disetiap tempat sentral didukung oleh sejumlah tempat yang lebih kecil
yang menyediakan sumberdaya (industri dan bahan baku). Tempat
sentral merupakan suatu pemukiman yang menyediakan jasa-jasa bagi
penduduk daerah yang mendukungnya. Pembangunan ekonomi di daerah
perkotaan maupun pedesaan dapat menerapkan teori ini, misal perlu
pembedaan fungsi antara daerah-daerah yang bertentangan (berbatasan).
Beberapa daerah yang dapat menjadi wilayah penyedia jasa sedangkan
daerah lainya hanya sebagai daerah pemukiman.
commit to user
15
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
e. Teori Kausasi Komulatif
Teori kausasi menunjukkan daerah sekitar kota semakin buruk.
Kekuatan-kekuatan pasar cenderung memperoleh kesenjangan antara
daerah-daerah tersebut (maju versus terbelakang). Daerah yang maju
mengalami akumulasi keunggulan kompetitif dibandingkan dengan
daerah lainnya.
f. Model Daya Tarik
Teori daya tari industri merupakan model pembangunan ekonomi
yang paling banyak digunakan oleh masyarakat. Teori ekonomi yang
paling mendasari adalah suatu masyarakat dapat memperbaiki posisi
pasarnya tehadap industrialisasi melalui pemberian subsidi dan insentif.
6. Perencanaan Pembangunan Wilayah
Secara umum, hal penting yang perlu di analisis dalam konteks
perencanaa pembangunan ekonomi di suatu wilayah adalah bagaimana
perencanaan tersebut di arahkan untuk dapat memberikan akselerasi atau
percepatan pertumbuhan masing-masing sektor ekonomi, sehingga dapat
meningkatkan pendapatan bagi setiap sektor yang terdapat dalam
perekonomian terebut (Tabrani, 2008). Dalam perencanaan pembangunan
ekonomi suatu wilayah, saat ini perhatian diberikan tidak hanya pada
perekonomian wilayah secara umum, namun perhatian yang mendalam
perlu juga diberikan kepada upaya untuk melakukan identifikasi sektor
unggulan. Sektor unggulan dalam hal ini merupakan sektor basis yang dapat
memberikan aliran pendapatan ke dalam perokonomian suatu wilayah
(Richardson dalam Tabrani 2008).
commit to user
16
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Menurut Arsyad dalam Fachrurrazy (2009) fungsi-fungsi perencanaan
pembangunan secara umum adalah:
a. Dengan perencanaan, diharapkan terdapatnya suatu pengarahan kegiatan,
adanya pedoman bagi pelaksanaan kegiatan-kegiatan.
b. Dengan perencanaan, dapat dilakukan suatu perkiraan potensi-potensi,
prospek-prospek pengembangan, hambatan, serta resiko yang mungkin
dihadapi pada masa yang akan datang.
c. Perencanaan memberikan kesempatan untuk mengadakan pilihan yang
terbaik.
d. Dengan perencanaan, dilakukan penyusunan skala prioritas dari segi
pentingnya tujuan.
e. Perencanaan sebagai alat untuk mengukur atau standar untuk
mengadakan evaluasi.
Perencanaan pembangunan regional merupakan suatu entitas ekonomi
dengan unsur-unsur interaksi yang beragam. Aktivitas ekonomi wilayah
diidentifikasi berdasarkan analisa ekonomi regional, yaitu dievaluasi secara
komparatif dan kolektif terhadap kondisi dan kesempatan ekonomi skala
wilayah.
7. Pengertian Sektor Unggulan
Menurut pemikiran ekonomi klasik bahwa pembangunan ekonomi di
daerah yang kaya sumber daya alam akan lebih maju dan masyarakatnya
lebih makmur dibandingkan di daerah yang miskin sumber daya alam.
Hingga tingkat tertentu, anggapan ini masih bisa dibenarkan, dalam artian
sumber daya alam harus dilihat sebagai modal awal untuk pembangunan
commit to user
17
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
yang selanjutnya harus dikembangkan terus. Dan untuk ini diperlukan
faktor-faktor lain, diantaranya yang sangat penting adalah teknologi dan
sumber daya manusia (Tambunan (2001:198) dalam Pratomo, 2010).
Perbedaan tingkat pembangunan yang di dasarkan atas potensi suatu
daerah, berdampak terjadinya perbedaan sektoral dalam pembentukan
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Secara hipotesis dapat
dirumuskan bahwa semakin besar peranan potensi sektor ekonomi yang
memiliki nilai tambah terhadap pembentukan atau pertumbuhan PDRB di
suatu daerah, maka semakin tinggi laju pertumbuhan PDRB daerah tersebut.
Berdasarkan pengalaman negara-negara maju, pertumbuhan yang
cepat dalam sejarah pembangunan suatu bangsa biasanya berawal dari
pengembangan beberapa sektor primer. Pertumbuhan cepat tersebut
menciptakan efek bola salju (snow ball effect) terhadap sektor-sektor
lainnya, khususnya sektor sekunder.
Pembangunan ekonomi dengan mengacu pada sektor unggulan selain
berdampak pada percepatan pertumbuhan ekonomi juga akan berpengaruh
pada perubahan mendasar dalam struktur ekonomi. Pengertian sektor
unggulan pada dasarnya dikaitkan dengan suatu bentuk perbandingan, baik
itu perbandingan berskala internasional, regional maupun nasional. Pada
lingkup internasional, suatu sektor dikatakan unggul jika sektor tersebut
mampu bersaing dengan sektor yang sama dengan negara lain. Sedangkan
pada lingkup nasional, suatu sektor dapat dikategorikan sebagai sektor
unggulan apabila sektor di wilayah tertentu mampu bersaing dengan sektor
commit to user
18
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
yang sama yang dihasilkan oleh wilayah lain, baik di pasar nasional ataupun
domestik.
Penentuan sektor unggulan menjadi hal yang penting sebagai dasar
perencanaan pembangunan daerah sesuai era otonomi daerah saat ini, di
mana daerah memiliki kesempatan dan kewenangan untuk membuat
kebijakan yang sesuai dengan potensi daerah demi mempercepat
pembangunan ekonomi daerah untuk peningkatan kemakmuran masyarakat.
Rachbini (2001) dalam Pratomo (2010) mengemukakan bahwa ada
empat syarat agar suatu sektor tertentu menjadi sektor prioritas, yakni (1)
sektor tersebut harus menghasilkan produk yang mempunyai permintaan
yang cukup besar, sehingga laju pertumbuhan berkembang cepat akibat dari
efek permintaan tersebut; (2) karena ada perubahan teknologi yang teradopsi
secara kreatif, maka fungsi produksi baru bergeser dengan pengembangan
kapasitas yang lebih luas; (3) harus terjadi peningkatan investasi kembali
dari hasil-hasil produksi sektor yang menjadi prioritas tersebut, baik swasta
maupun pemerintah; (4) sektor tersebut harus berkembang, sehingga mampu
memberi pengaruh terhadap sektor-sektor lainnya. Data PDRB merupakan
informasi yang sangat penting untuk mengetahui output pada sektor
ekonomi
dan
melihat
pertumbuhan
di
suatu
wilayah
tertentu
(provinsi/kabupaten/kota). Dengan bantuan data PDRB, maka dapat
ditentukannya satu grup sektor/subsektor yang mampu mendorong kegiatan
ekonomi dan menciptakan kesejahteraan di suatu daerah terutama melalui
produksi, ekspor dan penciptaan lapangan pekerjaan, sehingga identifikasi
commit to user
19
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
sektor unggulan sangat penting terutama dalam rangka menentukan prioritas
dan perencanaan pembangunan ekonomi di daerah.
Manfaat mengetahui sektor unggulan, yaitu mampu memberikan
indikasi bagi perekonomian secara nasional dan regional. Sektor unggulan
dipastikan memiliki potensi lebih besar untuk tumbuh lebih cepat
dibandingkan sektor lainnya dalam suatu daerah terutama adanya faktor
pendukung terhadap sektor unggulan tersebut yaitu akumulasi modal,
pertumbuhan tenaga kerja yang terserap, dan kemajuan teknologi
(technological progress). Penciptaan peluang investasi juga dapat dilakukan
dengan memberdayakan potensi sektor unggulan yang dimiliki oleh daerah
yang bersangkutan.
8. Otonomi Daerah
Otonomi daerah adalah hak, wewenang dan kewajiban daerah untuk
mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri-sendiri sesuai dengan
perundang-undangan yang berlaku. Adapun tujuan pemberian otonomi
daerah adalah untuk memungkinkan daerah yang bersangkutan mengatur
dan mengurus rumah tangganya sendiri-sendiri untuk meningkatkan daya
guna
dan
pelayanan
hasil
guna
terhadap
penyelenggaraan
masyarakat
dan
pemerintah dalam rangka
pelaksanaan
pembangunan
(Kamaluddin, 1992:76).
Diberlakukannya UU RI No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintah
Daerah sebagai pengganti UU RI No. 22 Tahun 1999 dimaksudkan
untuk
mempercepat
terwujudnya
kesejahteraan
masyarakat
melalui
peningkatan pelayanan, pemberdayaan dan peran serta masyarakat. Dengan
commit to user
20
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
otonomi seluas-luasnya yang diberikan kepada daerah, diharapkan daerah
mampu
meningkatkan daya
saing
dengan memperhatikan prinsip
demokrasi, pemerataan, keadilan, serta potensi keanekaragaman daerah
dengan sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia (Anonim, 2004:61).
Potensi maupun keunggulan akibat diberlakukannya UU Otonomi
Daerah: (1) Otonomi memungkinkan terlaksananya bottom up planning
secara signifikan dan mengikis rantai birokrasi yang dirasakan sangat
menghambat pelayanan kepada masyarakat. (2) Memberdayakan partisipasi
masyarakat yang lebih besar dalam pelaksanaan pembangunan, sehingga
pembangunan akan berjalan sesuai dengan kebutuhannya di daerah. (3)
Pengelolaan dan pemecahan masalah pembangunan di daerah dapat lebih
bertanggung jawab (4) Terbukanya peluang untuk menggali potensi daerah
(5) Mengembangkan ekonomi pedesaan (Titisari, 2009).
9. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
PDRB didefinisikan sebagai jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh
seluruh unit usaha dalam suatu wilayah, atau merupakan jumlah seluruh
nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan seluruh unit ekonomi disuatu
wilayah. Wilayah domestik suatu daerah yang meliputi daratan dan lautan
yang berada didalam batas-batas geografis daerah tersebut.
Fachrurrazy (2009) menerangkan bahwa PDRB adalah jumlah nilai
tambah bruto (gross value added) yang timbul dari seluruh sektor
perekonomian di suatu wilayah dalam jangka waktu tertentu. Pengertian
nilai tambah bruto adalah nilai produksi (output) dikurangi dengan biaya
antara (intermediate cost). Komponen-komponen nilai tambah bruto
commit to user
21
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
mencakup komponen-komponen faktor pendapatan (upah dan gaji, bunga,
sewa tanah dan keuntungan), penyusutan dan pajak tidak langsung netto.
Jadi dengan menghitung nilai tambah bruto dari dari masing-masing sektor
dan kemudian menjumlahkannya akan menghasilkan Produk Domestik
Regional Bruto (PDRB).
Pada PDRB atas dasar harga berlaku menggambarkan nilai tambah
barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga pada setiap tahun,
sedangkan PDRB atas dasar harga konstan menunjukan nilai tambah barang
dan jasa yang dihitung menggunakan harga pada tahun tertentu sebagai
dasar. Produk Domestik Bruto atas dasar harga pasar adalah jumlah nilai
tambah bruto yang timbul dari seluruh sektor diwilayah itu (Tarigan 2005
dalam Wulandari 2010).
Sektor-sektor perekonomian berdasarkan lapangan usaha yang
tercakup dalam PDRB, yaitu:
1. Pertanian.
2. Pertambangan dan Penggalian.
3. Industri Pengolahan.
4. Listrik, Gas dan Air Bersih.
5. Bangunan/Konstruksi.
6. Perdagangan, Hotel dan Restoran.
7. Pengangkutan dan Komunikasi.
8. Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan.
9. Jasa-jasa.
commit to user
22
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
10. Teori Basis Ekonomi (Economic Base Theory)
Teori basis ekonomi mendasarkan pandangannya bahwa laju
pertumbuhan ekonomi disuatu wilayah ditentukan oleh besarnya kegiatan
ekspor diwilayah tersebut. Kegiatan ekonomi dikelompokkan menjadi
kegiatan basis dan non basis. Hanya kegiatan basis yang dapat mendorong
pertumbuhan ekonomi wilayah (Tarigan 2005 dalam Wulandari 2010).
Ricardson (1991) dalam Wulandari (2010) menjelaskan bahwa Teori
basis ekonomi merupakan model yang relatif sederhana. Teori ini
menyederhanakan suatu perekonomian regional terbagi menjadi dua sektor,
sektor pertama adalah sektor basis (sektor ekspor) dan sektor kedua adalah
sektor bukan basis (sektor lokal).
B. Penelitian Terdahulu
1. Rahmat Hendayana, Jurnal Informatika Pertanian Vol. 12 Edisi
Desember 2003. “Aplikasi Metode Location Quation (LQ) Dalam
Penentuan Komoditas Unggulan Nasional”. Penelitian ini menggunakan alat
analisis LQ. Hasil penelitian tersebut adalah metode LQ sebagai salah satu
pendekatan model ekonomi basis, relevan dan dapat digunakan sebagai
salah satu tehnik untuk mengidentifikasi penyearan komoditas pertanian.
Dalam hal ini komoditas yang memiliki nilai LQ > 1 dianggap memiliki
keunggulan komparatif karena tergolong basis. Komoditas pertanian yang
tergolong basis dan memiliki sebaran wilayah paling luas menjadi salah satu
indikator komoditas unggulan nasional.
2. Dr. Mohammad Abdul Mukhyi, 2007. “Analisis Peranan Subsektor
Pertanian Dan Sektor Unggulan Terhadap Pembangunan Kawasan Ekonomi
commit to user
23
perpustakaan.uns.ac.id
Propinsi
Jawa
digilib.uns.ac.id
Barat:
Pendekatan
Analisis
IRIO”.
Penelitian
ini
menggunakan alat analisis Shift Share. Hasil penelitian tersebut dapat
disimpulkan bahwa sumbangan terhadap Propinsi Jawa Barat adalah sektor
pertanian (sub sektor tanaman perkebunan, sub sektor peternakan, sub
sektor kehutanan dan sub sektor perikanan), sektor pertambangan dan
penggalian, sektor bangunan, dan sektor jasa-jasa. Hasil analisis Location
Quotient (LQ) diketahui bahwa Propinsi Jawa Barat mempunyai
keunggulan di sektor industri pengolahan, sektor listrik, gas dan air bersih,
dan sektor perdagangan, sedangkan sektor pertanian hanya sub sektor
tanaman bahan makanan. Hasil analisis IRIO dapat disimpulkan bahwa
multiplier terbesar Propinsi Jawa Barat terdiri atas sub sektor industri kertas
dan barang dari cetakan, sub sektor industri makanan, minuman, dan
tembakau, sub sektor industri semen, sektor listrik, gas dan air bersih, sub
sektor hotel dan restoran, sub sektor angkutan udara, sub sektor angkutan
air, sub sektor industri barang dari kayu dan hasil hutan, sektor bangunan.
3. Fachrurrazy, 2009. “Analisis Penentuan Sektor Unggulan Perekonomian
Wilayah Kabupaten Aceh Utara dengan Pendekatan Sektor Pembentuk
PDRB”. Hasil analisis Klassen Tipology menunjukkan sektor yang maju
dan tumbuh dengan pesat yaitu sektor pertanian dan sektor pengangkutan
dan komunikasi. Hasil analisis Location Quotient menunjukkan sektor
pertanian, sektor pertambangan dan penggalian, sektor industri pengolahan,
serta sektor pengangkutan dan komunikasi merupakan sektor basis di
Kabupaten Aceh Utara. Hasil analisis Shift Share menunjukkan bahwa
sektor yang merupakan sektor kompetitif, yaitu sektor pertanian, sektor
commit to user
24
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
bangunan dan konstruksi, sektor sektor bank dan lembaga keuangan lainnya.
Hasil analisis per sektor berdasarkan ketiga alat analisis menunjukkan
bahwa sektor yang merupakan sektor unggulan di Kabupaten Aceh Utara
dengan kriteria sektor maju dan tumbuh pesat, sektor basis, dan kompetitif
adalah sektor pertanian.
C. Kerangka Pemikiran
Otonomi
daerah
secara
langsung
akan
dapat
mempengaruhi
pembangunan daerah Kabupaten Klaten. Pembangunan daerah sendiri dibagi
menjadi dua sektor yaitu sektor perekonomian dan sektor nonperekonomian.
Sektor perekonomian meliputi sembilan sektor yaitu sektor pertanian, sektor
pertambangan dan penggalian, sektor industri pengolahan, sektor listrik dan air
minum, sektor bangunan, sektor perdagangan, sektor angkutan dan
komunikasi, sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan, sektor jasa-jasa.
Pembangunan daerah yang dilakukan dalam pembangunan ekonomi
bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pembangunan suatu
daerah harus didasari oleh kebijakan-kebijakan pembangunan yang tepat dari
pemerintah daerah. Dalam menentukan kebijakannya, pemerintah harus
mengetahui kemampuan dan keterbatasan yang dimiliki oleh daerahnya.
Pemerintah daerah harus mengetahui peran dan potensi sektor sub sektor
perekonomian yang merupakan basis ekonomi serta dapat dikembangkan untuk
menompang perekonomian daerah. Sehingga untuk dapat membangun daerah
dengan baik, pemerintah Kabupaten Klaten perlu mengetahui sektor/sub sektor
perekonomian apa saja yang menjadi sektor basis baik untuk masa sekarang
commit to user
25
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
maupun masa yang akan datang. Dengan bagian sektor/sub sektor tersebut
akan memberikan kontribusi yang beser bagi kesejahteraan masyarakat.
Untuk mengidentifikasi posisi perekonomian suatu daerah dengan
mengacu pada perekonomian daerah yang lebih tinggi digunakan Analisis
Tipologi Klassen. Hasil analisis akan menunjukkan posisi sektor dalam PDRB
yang diklasifikasikan atas sektor maju dan tumbuh pesat, sektor potensial atau
masih dapat berkembang, sektor relatif tertinggal, dan sektor maju tapi
tertekan. Berdasarkan klasifikasi ini dapat dijadikan dasar bagi penentuan
kebijakan pembangunan atas posisi perekonomian yang dimiliki terhadap
perekonomian daerah yang menjadi referensi.
Untuk mengetahui apakah suatu sektor/sub sektor perekonomian
termasuk sektor basis atau non basis adalah dengan menggunakan metode
Location Quaotient (LQ), dimana metode LQ ini merupakan perbandingan
pangsa relatif pendapatan sektor i Kabupaten Klaten terhadap pendapatan total
Kabupaten Klaten dengan pangsa relatif pendapatan sektor i di Propinsi Jawa
Tengah terhadap pendapatan total Propinsi Jawa Tengah. Apabila nilai LQ ≥ 1,
maka sektor/sub sektor tersebut merupakan sektor basis. Sedangkan apabila
nilai LQ < 1, maka sektor/sub sektor tersebut merupakan sektor non basis.
Metode LQ mempunyai kelemahan yaitu analisisnya yang bersifat statis
sehingga tidak dapat kemungkinan perubahan-perubahan yang terjadi untuk
waktu yang akan datang. Karena sektor basis pada saat ini belum tentu akan
menjadi sektor basis pada masa yang akan datang.
Dalam rangka mengatasi kelemahan metode LQ tersebut sehingga dapat
diketahui perubahan sektoral digunakan metode Dinamic Location Quotient
commit to user
26
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
(DLQ), yaitu dengan mengintroduksikan laju pertumbuhan dengan asumsi
bahwa setiap nilai tambah sektoral ataupun PDRB mempunyai rata-rata laju
pertumbuhan per tahun sendiri-sendiri selama kurun waktu tahun awal dan
tahun berjarak. Secara sekematis kerangka teori pendapatan, masalah ini dapat
di gambarkan sebagai berikut.
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran
Otonomi Daerah
Pembangunan
Daerah
PDRB
Metode LQ
Tipologi
Klassen
Metode DLQ
Sektor Unggulan
D. Hipotesis
Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian maka hipotesis yang
akan diuji dalam penelitian ini adalah:
1. Diduga sektor penggalian dan sektor jasa-jasa di Kabupaten Klaten
merupakan sektor yang maju dan tumbuh dengan pesat berdasarkan Tipologi
Klassen.
2. Diduga sektor pertanian, sektor penggalian, sektor bangunan, sektor
commit to user
27
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
perdagangan, sektor keuangan dan sektor jasa-jasa di Kabupaten Klaten
menjadi sektor unggulan berdasarkan Analisis LQ.
3. Diduga sembilan sektor perekonomian di Kabupaten Klaten masih menjadi
sektor unggulan di masa yang akan datang berdasarkan Analisis DLQ.
4. Diduga sektor yang maju dan tumbuh dengan pesat berdasarkan analisis
tipologi klassen tergolong dalam sektor unggulan berdasarkan analisis LQ
dan masih menjadi sektor unggulan di masa yang akan datang berdasarkan
analisis DLQ di Kabupaten Klaten.
commit to user
28
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Sebagaimana yang tercantum dalam perumusan masalah bahwa penelitian
ini mencoba menganalisis sektor unggulan di Kabupaten Klaten. Maka
berdasarkan penelitian tersebut, penulis merumuskan permasalahan yakni :
1. Apakah sektor penggalian dan sektor jasa-jasa di Kabupaten Klaten
merupakan sektor yang maju dan tumbuh dengan pesat berdasarkan Tipologi
Klassen?
2. Apakah sektor pertanian, sektor penggalian, sektor bangunan, sektor
perdagangan, sektor keuangan dan sektor jasa-jasa di Kabupaten Klaten
menjadi sektor unggulan berdasarkan Analisis LQ?
3. Apakah sembilan sektor perekonomian di Kabupaten Klaten masih menjadi
sektor unggulan di masa yang akan datang berdasarkan Analisis DLQ?
4. Apakah sektor yang maju dan tumbuh dengan pesat berdasarkan analisis
tipologi klassen tergolong dalam sektor unggulan berdasarkan analisis LQ
dan masih menjadi sektor unggulan di masa yang akan datang berdasarkan
analisis DLQ di Kabupaten Klaten?
commit to user
29
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
B. Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang
berbentuk time series tahun 2006 – 2010. Data yang digunakan meliputi data
PDRB dan data lainnya yang berhubungan yang diperoleh dari publikasi
Badan Pusat Statistik (BPS) dan sumber lainnya.
C. Metode Analisis Data
1. Tipologi Klassen
Tipologi Klassen merupakan salah satu alat analisis ekonomi regional
yang dapat digunakan untuk mengetahui klasifikasi sektor perekonomian di
Kabupaten Klaten. Analisis Tipologi Klassen digunakan dengan tujuan
mengidentifikasi posisi sektor perekonomian Kabupaten Klaten dengan
memperhatikan sektor perekonomian Provinsi Jawa Tengah sebagai daerah
referensi. Analisis Tipologi Klassen menghasilkan empat klasifikasi sektor
dengan karakteristik yang berbeda sebagai berikut (Sjafrizal, 2008 dalam
Fachrurrazy, 2009) :
a. Kuadran I, yaitu sektor yang maju dan tumbuh dengan pesat (developed
sector) . Kuadran ini merupakan kuadran yang laju pertumbuhan sektor
tertentu dalam PDRB (si) yang lebih besar dibandingkan laju
pertumbuhan sektor tersebut dalam PDRB daerah yang menjadi referensi
(s) dan memilki nilai kontribusi sektor terhadap PDRB (ski) yang lebih
besar dibandingkan kontribusi sektor tersebut terhadap PDRB daerah
yang menjadi referensi (sk). Klasifikasi ini dilambangkan dengan si > s
dan ski > sk.
commit to user
30
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
b. Kuadran II , yaitu sektor maju tapi tertekan (stagnant sector). Kuadran ini
merupakan kuadran yang laju pertumbuhan sektor tertentu dalam PDRB
(si) yang lebih kecil dibandingkan laju pertumbuhan sektor tersebut
dalam PDRB daerah yang menjadi referensi (s), tetapi memilki nilai
kontribusi sektor terhadap PDRB (ski) yang lebih besar dibandingkan
kontribusi sektor tersebut terhadap PDRB daerah yang menjadi referensi
(sk). Klasifikasi ini dilambangkan dengan si < s dan ski > sk.
c. Kuadran III, yaitu sektor potensial atau masih dapat berkembang
(developing sector). Kuadran ini merupakan kuadran yang laju
pertumbuhan sektor tertentu dalam PDRB (si) yang lebih besar
dibandingkan laju pertumbuhan sektor tersebut dalam PDRB daerah yang
menjadi referensi (s), tetapi memilki nilai kontribusi sektor terhadap
PDRB (ski) yang lebih kecil dibandingkan kontribusi sektor tersebut
terhadap PDRB daerah yang menjadi referensi (sk). Klasifikasi ini
dilambangkan dengan si > s dan ski < sk.
d. Kuadran IV, yaitu sektor relatif tertinggal (underdeveloped sector).
Kuadran ini merupakan kuadran yang laju pertumbuhan sektor tertentu
dalam PDRB (si) yang lebih kecil dibandingkan laju pertumbuhan sektor
tersebut dalam PDRB daerah yang menjadi referensi (s) dan sekaligus
memilki nilai kontribusi sektor terhadap PDRB (ski) yang lebih kecil
dibandingkan kontribusi sektor tersebut terhadap PDRB daerah yang
menjadi referensi (sk). Klasifikasi ini dilambangkan dengan si< s dan ski
< sk. Klasifikasi sektor PDRB menurut Tipologi Klassen sebagaimana
tercantum pada Tabel 3.1.
commit to user
31
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 3.1. Klasifikasi Sektor PDRB menurut Tipologi Klassen
Kuadran I
Kuadran II
Sektor yang maju dan
tumbuh dengan pesat
(developed sector)
Sektor maju tapi tertekan
(stagnant sector)
si > s dan ski > sk
si < s dan ski > sk
Kuadran III
Kuadran IV
Sektor potensial atau
masih dapat berkembang
(developing sector)
Sektor relatif tertinggal
(underdeveloped sector)
si > s dan ski < sk
si < s dan ski < sk
Sumber: Sjafrizal, 2008:180
2. Analisis Location Quotient (LQ)
Salah satu alat analisis yang dapat digunakan untuk menentukan
potensi relatif perekonomian suatu wilayah adalah LQ (Location Quotient).
LQ Dalam penelitian ini, digunakan untuk menentukan sektor-sektor
ekonomi yang dominan yang dapat dikategorikan sebagai sektor basis pada
kabupaten yang merupakan pusat pertumbuhan yang ada di Provinsi Jawa
Tengah dengan membandingkan besarnya peranan suatu sektor di
Kabupaten Klaten terhadap besarnya peranan suatu sektor yang sama pada
Provinsi Jawa Tengah. Metode LQ (Location Quotient) adalah suatu
perbandingan tentang besarnya peranan suatu sektor disuatu daerah terhadap
besarnya peranan sektor tersebut secara nasional. Besarnya LQ tersebut
diperoleh dengan menggunakan rumus: (Budiharsono (1995) dalam Ropingi,
2003)
commit to user
32
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Dimana :
LQ
= Indeks Location Quotient
= Pendapatan (PDRB) sektor/sub sektor i pada wilayah Kabupaten
Klaten
= Pendapatan (PDRB) total pada wilayah Kabupaten Klaten
Vi
= Pendapatan (PDRB) sektor/sub sektor i pada wilayah Propinsi
Jawa Tengah
Vt
= Pendapatan (PDRB) total pada Propinsi Jawa Tengah
Jika indeks LQ menunjukkan angka lebih besar atau sama dengan 1 maka
dapat dikatakan bahwa sektor i di wilayah Kabupaten Klaten sebagai
sektor basis. Jika LQ lebih kecil 1, sektor itu sektor non basis. Dengan
mengetahui sektor basis, maka sektor ini akan lebih mendapat prioritas
untuk dikembangkan sebagai potensi daerah Kabupaten Klaten.
3. Analisis Dynamic Location Quotient (DLQ)
Metode LQ bersifat statis yang hanya memberikan gambaran pada
waktu tertentu, sehingga untuk mengatasi kelemahan metode ini digunakan
metode Dynamic Location Quotient (DLQ) dengan rumus sebagai berikut
: (Ma’ruf, 2009)
commit to user
33
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Keterangan:
DLQ
= Indeks Dynamic Location Quotient
gij
= Rata-rata laju pertumbuhan PDRB sektor i di Kab. Klaten
gj
= Rata-rata laju pertumbuhan PDRB seluruh sektor Kab.
Klaten
Gi
= Rata-rata laju pertumbuhan sektor i Propinsi Jawa Tengah
Gj
= Rata-rata laju pertumbuhan PDRB seluruh sektor Propinsi Jawa
Tengah
t
= Jumlah tahun teknis
Kriteria :
a. DLQ lebih besar atau sama dengan 1, sektor i masih dapat diharapkan
untuk unggul dimasa yang akan datang.
b. DLQ lebih kecil 1, sektor i tidak dapat diharapkan untuk unggul di
masa yang akan datang.
Adapula diantara dua
metode tersebut
DLQ
dianggap
lebih
mendekati realitas, karena kelemahan LQ adalah bahwa kriteria sektor
basis bersifat statis yang hanya memberikan gambaran pada satu titik
waktu. Artinya sektor basis tahun ini belum tentu akan terjadi sektor
basis diwaktu yang akan datang, sebaliknya sektor yang belum basis
pada saat ini mungkin akan menjadi sektor basis dimasa yang akan datang.
Untuk mengatasi kelemahan LQ sehingga dapat diketahui reposisi atau
commitvarian
to userdari LQ yang disebut Dynamic
perubahan sektoral di gunakan
34
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Location Quotient (DLQ), yaitu dengan mengintroduksi laju pertumbuhan
dengan asumsi bahwa setiap nilai tambah sektor apapun PDRB mempunyai
rata-rata laju pertumbuhan pertahun sendiri-sendiri selama kurun waktu
tahun awal dan berjarak.
commit to user
35
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Kabupaten Klaten
1. Aspek Geografis
Secara geografis, Kabupaten Klaten terletak diantara 7032’19”7048’33” lintang selatan dan 110026’14”-110047’51” bujur timur. Disebelah
utara berbatasan dengan kabupaten Boyolali, sebelah selatan berbatasan
dengan Kabupaten Gunung Kidul Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta,
dengan Kabupaten Sukoharjo disebelah timur dan Kabupaten Sleman
Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta disebelah barat.
Jika dilihat dari ketingian air laut, maka terdapat 3,72% terletak di
antara ketinggian 0 – 100 meter diatas permukaan air laut, 83,52% terletak
di antara ketinggian 100 – 500 meter diatas permukaan air laut dan 12,76%
terletak diantara ketinggian 500 – 2500 meter diatas permukaan air laut.
Curah hujan di Kabupaten klaten selama tahun 2010 sebesar
91.979,00 mm dengan hari hujan sebanyak 4.740 hari hujan. Curah hujan
tertinggi terjadi pada bulan desember 2010 sebesar 12.568 mm dan yang
terendah terjadi pada bulan agustus 2010 sebesar 3.176 mm.
Adapun Kabupaten Klaten sendiri terbagi menjadi tiga dataran,
dimana disebelah utara adalah dataran lereng Gunung Merapi, yang meliputi
wilayah Kecamatan Kemalang, Karangnongko, Jatinom dan Tulung.
Disebelah timur membujur dataran rendah, yang meliputi seluruh wilayah
commit
to usersebagian kecil wilayah merupakan
kecamatan di Kabupaten Klaten,
kecuali
36
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dataran lereng Gunung Merapi dan Gunung Kapur, dan ada dataran gunung
kapur yang membujur di sebelah selatan meliputi sebagian kecil sebelah
selatan kecamatan Bayat dan Cawas.
Gambar 4.1 Peta Kabupaten Klaten
Sumber : KPDE Kabupaten Klaten
Melihat keadaan alamnya yang sebagian besar adalah dataran rendah
dan didukung dengan banyaknya sumber air maka daerah Kabupaten Klaten
merupakan daerah pertanian yang potensial disamping penghasil kapur, batu
kali dan pasir yang berasal dari GunungMerapi.
Klasifikasi Tanah di Kabupaten Klaten
a. Litosol : Bahan induk dari skis kristalin dan batu tulis terdapat di daerah
kecamatan Bayat.
b. Regosol Kelabu : Bahan induk abu dan pasir vulkanik termedier terdapat
di Kecamatan Cawas, Trucuk, Klaten Tengah, Kalikotes, Kebonarum,
Klaten Selatan, Karangnongko,
Klaten Utara, Ceper, Pedan,
commit toNgawen,
user
37
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Karangdowo, Juwiring, Wonosari, Delanggu, Polanharjo, Karanganom,
Tulung dan Jatinom.
c. Grumusol Kelau Tua : Bahan induk berupa abu dan pasir vulkan
intermedier terdapat di daerah Kecamatan Bayat, Cawas sebelah selatan.
d. Kompleks Regosol Kelabu dan Kelabu Tua : Bahan induk berupa batuk
apurnapal terdapat di daerah Kecamatan Klaten Tengah dan Kalikotes
sebelah selatan.
e. Regosol Coklat Kekelabuan : Bahan induk berupa abu dan pasir vulkan
intermedier terdapat di daerah Kecamatan Kemalang, Manisrenggo,
Prambanan, Jogonalan, Gantiwarno dan Wedi.
Luas wilayah Kabupaten Klaten seluas 65.556 Ha, terdiri dari lahan
pertanian seluas 39.781 Ha, turun sebesar 0,04% bila dibandingkan terhadap
tahun 2009, dan lahan pertanian seluas 25.775 Ha, naik sebesar 0,06% bila
dibandingkan dengan tahun 2009. Untuk sawah seluas 39.781 Ha dan lahan
bukan sawah seluas 6.383 Ha. Selama yahun 2010, terjadi perubahan lahan
dari sawah dan tegalan menjadi bangunan untuk perumahan, industri,
perusahaan dan jasa seluas 14,5405 Ha. Naik sebesar 1,31% bla
dibandingkan terhadap tahun 2009. Perubahan terbesar terjadi dari sawah
menjadi perumahan yaitu sebesar 100,90% bila dibandingkan dengan tahun
2009.
Secara Administrasi, Kabupaten Klaten dibagi menjadi 26 (dua puluh
enam) Kecamatan, 391 (tiga ratus Sembilan puluh satu) desa dan 10
(sepuluh) Kelurahan. Jumlah Rukun Tetangga (RT) sebanyak 9.559 RT,
commit to user
naik sebesar 0,76% bila dibandingkan terhadap tahun 2009 dan Rukun
38
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Warga (RW) sebanyak 3.663 RW turun sebesar 0,70% bila dibandingkan
terhadap tahun 2009.
Daerah Kabupaten Klaten terbentang diantara Daerah Istimewa
Yogyakarta dan Kota Surakarta yang dilewati jalan raya Yogya – Solo
mempunyai peranan sangat penting dalam memperlancar segala kegiatan
ekonomi.
Disamping daerah mediterania antara Daerah Istimewa Yogyakarta
dan Kota Surakarta masih terdapat pula beberapa obyek wisata antara lain :
Candi
: Candi Bubrah, Candi Sewu, Candi Plaosan dan Candi
Merak.
Makam
: Makam Sunan Bayat ( Ki Ageng Pandanaran), makam
Pujangga R. Ngabei Ronggo Warsito dan makam Ki Ageng
Perwito.
Lainnya
: Rowo Jombor, Deles Indah, Museum Gula dan Monumen
Juang 1945 serta Pemancingan Janti.
2. Aspek Demografi
Penduduk merupakan komponen yang sangat penting dalam
pembangunan. Terutama jika jumlah penduduk yang besar, itu mempunyai
tingkat produktivitas yang tinggi dari penduduk rendah, maka jumlah
penduduk yang banyak akan menjadi beban bagi masyarakat.
commit to user
39
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Penduduk Kabupaten Klaten pada tahun 2010 sebesar 1.307.562 jiwa,
naik sebesar 3.652 jiwa atau 0,28% bila dibandingkan terhadap tahun 2009.
Kenaikkan penduduk ini, menyebabkan kepadatan penduduk di Kabupaten
Klaten sebesar 1.995 per Kilo meter persegi. Apabila dilihat dari jenis
kelamin, penduduk laki – laki sebesar 640.187 jiwa, naik sebesar 0,35%,
perempuan sebesar 667.375 jiwa, naik sebesar 0,21
bila dibandingkan
terhadap tahun 2009. Data pertumbuhan penduduk Kabupaten Klaten sejak
tahun 2006 sampai dengan tahun 2010, seperti tabel berikut :
Tabel 4.2 Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Klaten
Tahun 2006 – 2010
Jumlah Penduduk
Tahun
2006
2007
2008
2009
2010
Laki-laki
631.231
633.552
635.528
637.939
640.187
Perempuan
662.011
663.435
664.966
665.971
667.375
Jumlah
1.293.242
1.296.987
1.300.494
1.303.910
1.307.562
Pertumbuhan Penduduk
Absolut
7.184
3.745
3.507
3.416
3.652
%
0,56
0,29
0,27
0,26
0,28
Sumber : BPS Kab. Klaten
Pertumbuhan penduduk Kabupaten Klaten dari tahun 2006 – 2010
mengalami penurunan. Hanya pada tahun 2009 – 2010 naik sebesar
0,28%. Sedangkan penduduk Kabupaten Klaten sejak tahun 2006
sampai dengan tahun 2010 menurut kelompok umur dapat dilihat tabel
berikut :
commit to user
40
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 4.3 Jumlah Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur di
Kabupaten Klaten Tahun 2006 – 2010
Rentang
Usia
(Tahun)
0–4
5–9
10 - 14
15 - 19
20 - 24
25 - 29
30 - 34
35 - 39
40 - 44
45 - 49
50 - 54
55 – 59
60 – 64
65+
Jumlah
Tahun
2006
93.801
104.760
115.091
132.768
107.303
100.189
102.517
97.558
87.331
70.861
56.728
53.374
52.096
112.803
1.293.242
2007
94.083
105.064
115.740
133.500
107.894
100.768
103.117
98.127
87.829
71.248
57.024
53.656
52.364
113.414
1.296.987
2008
94.347
105.355
116.385
134.262
108.507
101.339
103.705
98.679
88.322
71.650
57.336
53.951
52.646
114.010
1.300.494
2009
94.353
105.361
116.520
134.343
108.222
101.178
103.679
98.564
88.611
71.933
57.691
54.431
53.008
116.016
1.303.910
2010
94.531
105.599
116.821
134.644
108.289
101.154
103.649
98.701
88.553
71.938
57.662
54.260
52.967
118.796
1.307.562
Sumber : BPS Kab. Klaten
Pengelompokkan penduduk berdasarkan kelompok umur sebagai
dasar dalam pengambilan kebijakan utamanya dalam penataan jumlah
angkatan kerja penduduk yang umumnya adalah usia di atas 15 tahun
sampai dengan dibawah 64 tahun atau yang dikenal dengan usia produktif.
Usia produktif tersebut akan dikurangi perkembangannya tiap tahun pada
jumlah yang melanjutkan sekolah dan jumlah penduduk yang terserap pada
lapangan kerja maka selisihnya dikenal dengan angka pengangguran.
Apabila dilihat dari kelompok umur, maka kelompok umur 15 - 19 sebesar
134.644 jiwa pada tahun 2010 mendominasi penduduk Kabupaten Klaten,
sedangkan kelompok usia 60 – 64 berjumlah paling rendah yaitu hanya
sebesar 52.967 jiwa.
commit to user
41
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3. Aspek Ekonomi
Dalam mengukur perekonomian suatu daerah yang sering menjadi
indikator
adalah
Produk
Domestik
Regional
Bruto
daerah
yang
bersangkutan. Produk Domestik Regional Bruto juga digunakan untuk
mengukur kinerja daerah dalam melaksanakan pembangunan.
Tabel 4.4 Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Klaten
Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2006-2010 (Dalam Miliar Rupiah)
Lapangan Usaha
Pertanian
Penggalian
Industri Pengolahan
2006
2007
2008
2009
2010
943,06
957,29
997,73
1.045,72
949,98
53,33
55,82
60,92
65,30
69,77
841,65
869,90
891,04
920,43
978,87
Listrik dan Air Bersih
27,84
30,42
31,94
34,37
37,08
Bangunan/Konstruksi
365,82
398,07
404,62
393,59
353,54
1.191,77
1.230,41
1.273,34
1.322,03
1.399,42
Angkutan dan Komunikasi
Keuangan, Persewaan dan Jasa
Perusahaan
113,98
119,38
126,57
137,50
144,86
148,96
156,90
166,93
178,23
191,23
Jasa-jasa
567,32
576,44
614,08
663,82
718,43
4.253,78
4.394,68
4.567,20
4.761,01
4.843,24
Perdagangan, Hotel dan Restoran
PDRB
Sumber : BPS Kab. Klaten
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa dari sembilan sektor semua
mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, kecuali pada sektor pertanian
pada tahun 2010 mengalami penurunan dari 1.045,72 miliar pada tahun
2009 menjadi sebesar 949,98 miliar pada tahun 2010. Dari semua sektor
yang mempunyai nilai terbesar adalah sektor Perdagangan, Hotel dan
Restoran yang selalu bernilai di atas satu trilliun, lalu disusul oleh sektor
pertanian dan yang terendah adalah dari sektor listrik dan air bersih.
commit to user
42
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
B. Gambaran Umum Provinsi Jawa Tengah
1. Aspek Geografis dan Luas Wilayah
Jawa Tengah adalah sebuah Provinsi Indonesia yang terletak di bagian
tengah Pulau Jawa. Provinsi ini berbatasan dengan Provinsi Jawa Barat di
sebelah barat, Samudra Hindia dan Daerah Istimewa Yogyakarta di sebelah
selatan, Jawa Timur di sebelah timur, dan Laut Jawa di sebelah utara. Luas
wilayahnya 32.548 km², atau sekitar 25,04% dari luas pulau Jawa. Provinsi
Jawa Tengah juga meliputi Pulau Nusakambangan di sebelah selatan (dekat
dengan perbatasan Jawa Barat), serta Kepulauan Karimun Jawa di Laut
Jawa.
Secara administratif Provinsi Jawa Tengah terbagi menjadi 29
kabupaten dan 6 kota. Luas wilayah Jawa Tengah pada tahun 2010 tercatat
sebesar 32.548
. Luas yang ada, terdiri dari 991.524 hektar (30,47
persen) lahan sawah dan 2.262.888 hektar (69,53 persen) bukan lahan
sawah.
Menurut
penggunaannya,
persentase
lahan
sawah
yang
berpengairan teknis adalah 39,02 persen, tadah hujan 27,47 persen dan
lainnya berpengairan setengah teknis , sederhana, dan lain-lain.
commit to user
43
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Gambar 4.5 Peta Provinsi Jawa Tengah
Sumber : Dinas PSDA Provinsi Jawa Tengah
2. Aspek Pemerintahan
Secara administratif, Provinsi Jawa Tengah terdiri atas 29 kabupaten
dan 6 kota. Administrasi pemerintahan kabupaten dan kota ini terdiri atas
545 kecamatan dan 8.490 desa/kelurahan. Sebelum diberlakukannya
Undang-undang Nomor 22/1999 tentang Pemerintahan Daerah, Jawa
Tengah juga terdiri atas 4 kota administratif, yaitu Purwokerto, Purbalingga,
Cilacap, dan Klaten. Namun sejak diberlakukannya Otonomi Daerah tahun
2001 kota-kota administratif tersebut dihapus dan menjadi bagian dalam
wilayah kabupaten.
Menyusul otonomi daerah, 3 kabupaten memindahkan pusat
pemerintahan ke wilayahnya sendiri, yaitu Kabupaten Magelang (dari Kota
commit to user
44
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Magelang ke Mungkid), Kabupaten Tegal (dari Kota Tegal ke Slawi), serta
Kabupaten Pekalongan (dari Kota Pekalongan ke Kajen).
3. Aspek Demografi
Provinsi Jawa Tengah merupakan salah satu Provinsi dengan jumlah
penduduk terbesar di Indonesia. Berdasarkan Sensus Penduduk tahun 2010,
jumlah penduduk Jawa Tengah tercatat sebesar 32.282.657 jiwa atau sekitar
13,58 persen dari jumlah penduduk Indonesia. Ini menempatkan Jawa
Tengah sebagai provinsi ketiga di Indonesia dengan jumlah penduduk
terbanyak setelah Jawa Barat dan Jawa Timur.
Tabel 4.6 Penduduk Jawa Tengah Menurut Jenis Kelamin dan
Sex Rasio Tahun 2006-2010
Tahun
Laki-laki
Perempuan
Jumlah
Sex rasio
2006
16.054.473
16.123.257
32.177.730
99,57
2007
16.064.122
16.316.157
32.380.279
98,46
2008
16.192.295
16.434.095
32.626.390
98,53
2009
16.123.190
16.741.373
32.864.563
96,31
2010
16.091.112
16.291.545
32.382.657
98,77
Sumber : Survei Penduduk Tahun 2010, BPS Provinsi Jawa Tengah
Berdasarkan Tabel 4.6 diketahui pada tahun 2006, jumlah penduduk
Jawa Tengah tercatat sebesar 32.177.730 jiwa. Dengan jumlah penduduk
perempuan lebih besar yaitu 16.123.257 jiwa. Sedangkan jumlah penduduk
laki-laki sebesar 16.054.473 jiwa. Jumlah penduduk Jawa Tengah terus
meningkat dari tahun 2006 hingga tahun 2009, yaitu sebesar 32.864.563
jiwa. Pada tahun 2010 jumlah penduduk Jawa Tengah mengalami
commit to user
penurunan menjadi sebesar 32.382.657 jiwa. Ini menempatkan Jawa Tengah
45
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
sebagai provinsi ketiga di Indonesia dengan jumlah penduduk terbanyak
setelah Jawa Barat dan Jawa Timur. Jumlah penduduk perempuan lebih
besar dibandingkan jumlah penduduk laki-laki. Ini ditunjukkan oleh sex
rasio (rasio jumlah penduduk laki-laki terhadap jumlah penduduk
perempuan) sebesar 98,77%.
4. Aspek Ekonomi
Pertanian merupakan sektor utama perekonomian Jawa Tengah,
dimana mata pencaharian di bidang ini digeluti hampir separuh dari
angkatan kerja terserap. Kawasan hutan meliputi 20% wilayah provinsi,
terutama di bagian utara dan selatan. Daerah Blora-Grobogan merupakan
penghasil kayu jati. Jawa Tengah juga terdapat sejumlah industri besar dan
menengah. Daerah Semarang-Ungaran-Demak-Kudus merupakan kawasan
industri utama di Jawa Tengah. Kudus dikenal sebagai pusat industri rokok.
Cilacap terdapat industri semen. Blok Cepu di pinggiran Kabupaten Blora
(perbatasan Jawa Timur dan Jawa Tengah) terdapat cadangan minyak bumi
yang cukup signifikan, dan kawasan ini sejak zaman Hindia Belanda telah
lama dikenal sebagai daerah tambang minyak.
Pada Tabel 4.7 dapat dilihat kondisi/gambaran Produk Domestik
Regional Bruto (PDRB) Provinsi Jawa Tengah yang merupakan indikator
ekonomi utama untuk mengukur sejauh mana Provinsi Jawa Tengah
melakukan kegiatan pembangunan.
commit to user
46
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 4.7 Produk Domestik Regional Bruto Provinsi Jawa Tengah
Tahun 2006-2010 Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000 (juta rupiah)
Tahun
Sektor/Lapangan
Usaha
2006
2007
2008
2009
2010
31.002.199,11
31.862.697,60
32.880.707,85
34.101.148,13
34.955.957,64
16.782.99,61
1.782.886,65
1.851.189,43
1.952.866,7
2.091.257,42
Industri Pengolahan
48.189.134,86
50.870.785,69
55.348.962,88
57.444.175,45
61.390.101,24
Listrik, Gas dan Air
Bersih
1.256.430,34
1.340.845,17
1.408.666,12
1.489.552,65
1.614.857,68
Bangunan/Konstruksi
8.446.566,35
9.055.728,78
9.647.593.00
10.300.647,63
11.014.598,6
31.816.441,85
33.898.013,93
35.226.196,01
37.766.356,61
40.055.356,39
Pengangkutan dan
Komunikasi
7.451.506,22
8.052.597,04
8.581.544,49
9.192.949,9
9.805.500,11
Keuangan,
Persewaan dan Jasa
Perusahaan
5.399.608,70
5.767.341,21
6.218.053,97
6.701.533,13
7.038.128,91
15.442.467,70
16.479.357,72
16.871.569,54
17.724.216,37
19.029.722,65
150.682.654,74
159.110.253,79
168.034.483,29
176.673.456,57
186.995.489,65
Pertanian
Pertambangan dan
Galian
Perdagangan
Jasa-Jasa
PDRB
Sumber: Produk Domestik Regional Bruto Provinsi Jawa Tengah, data diolah
Berdasarkan Tabel 4.7 dapat dilihat bahwa PDRB atas dasar harga
konstan Provinsi Jawa Tengah di dominasi oleh 3 (tiga) sektor/lapangan
usaha yaitu sektor industri pengolahan, sektor perdagangan dan sektor
pertanian. Sektor industri pengolahan Pada tahun 2006 sebesar Rp
48.189.134,86 juta terus meningkat hingga tahun 2010 menjadi sebesar Rp
61.390.101,24 juta. Sektor perdagangan pada tahun 2006 sebesar Rp
31.816.441,85 juta terus meningkat hingga tahun 2010 menjadi sebesar Rp
40.055.356,39 juta. Sedangkan sektor pertanian pada tahun 2006 sebesar Rp
31.002.199,11 juga terus meningkat hingga tahun 2010 menjadi sebesar Rp
34.955.957,64.
commit to user
47
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
C. Analisis Data dan Pembahasan
1. Analisis Tipologi Klassen
Pendekatan Tipologi Klassen digunakan untuk mengetahui gambaran
tentang pola dan pertumbuhan ekonomi tiap-tiap daerah (Bank Indonesia,
2006 dalam Wardana, 2007). Pendekatan Tipologi Klassen pada dasarnya
membagi daerah berdasarkan dua indikator utama, yaitu pertumbuhan
ekonomi daerah dan pendapatan per kapita daerah.
Pada tabel dibawah ini dapat dilihat kontribusi dan pertumbuhan
sektor PDRB Kabupaten Klaten dan Provinsi Jawa Tengah. Kontribusi
terbesar di Kabupaten Klaten disumbangkan oleh sektor Perdagangan, Hotel
dan Restoran yaitu sebesar 28,11% kemudian sektor Pertanian sebesar
21,48%, lalu sektor Industri Pengolahan sebesar 19,73% dan sektor Jasajasa dengan nilai sebesar 13,74%, sedangkan sumbangan terendah berasal
dari sektor listrik dan air bersih yang sebesar 0,71%. Dilihat dari rata-rata
pertumbuhan
yang
mengalami
pertumbuhan
terbesar
yaitu
sektor
Penggalian dengan nilai sebesar 8,94%, lalu sektor Listrik dan Air bersih
sebesar 6,76%, kemudian sektor Jasa-jasa dengan nilai 5,85%, dan sektor
Angkutan dan Komunikasi dengan nilai pertumbuhan sebesar 5,83%,
sedangkan yang mengalami pertumbuhan terendah adalah sektor pertanian,
yaitu hanya mengalami pertumbuhan sebesar 0,76%. Dilihat dari rata-rata
pertumbuhan dan rata-rata kontribusi sektor PDRB Kabupaten Klaten tahun
2006-2010 tersebut bahwa sektor Pertanian dan sektor Listrik dan Air
Bersih selalu berbanding terbalik antara rata-rata pertumbuhan dengan ratacommit to user
rata kontribusi.
48
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 4.8 Laju Pertumbuhan dan Kontribusi Sektor PDRB
Kabupaten Klaten dan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2006-2010 (dalam
persen)
Jateng
Rata-rata
pertumbuhan
(S)
Lapangan Usaha
Klaten
Rata-rata
kontribusi(Sk)
Rata-rata
pertumbuha
n (Si)
Rata-rata
kontribusi
(Ski)
Pertanian
3,21
19,63
0,76
21,48
Penggalian
7,03
1,11
8,94
1,33
Industri Pengolahan
Listrik dan Air
Bersih
Bangunan/Konstru
ksi
Perdagangan, Hotel
dan Restoran
Angkutan dan
Komunikasi
Keuangan,
Persewaan dan Jasa
Perusahaan
Jasa-jasa
5,33
32,45
1,86
19,73
5,66
0,84
6,76
0,71
6,24
5,75
2,52
8,42
5,54
21,24
4,19
28,11
6,62
5,11
5,83
2,81
6,75
3,69
3,52
3,68
5,19
10,17
5,85
13,74
Sumber : Lampiran, diolah
Dilihat
dari
provinsi
sektor-sektor
yang
menyumbangkan
kontribusi terbesar adalah sektor Industri Pengolahan dengan nilai 32,45%,
sektor Perdagangan, hotel dan restoran sebesar 21,24%, sektor Pertanian
sebesar 19,63% dan sektor jasa-jasa sebesar 10,17%. Dilihat dari sisi
pertumbuhannya yang mengalami pertumbuhan terbesar adalah sektor
penggalian dengan nilai pertumbuhan sebesar 7,03%, sektor Keuangan,
Persewaan dan Jasa Perusahaan sebesar 6,75%, lalu sektor Angkutan dan
komunikasi sebesar 6,62% dan sektor Bangunan dengan nilai 6,24%. Sektor
yang mengalami pertumbuhan paling kecil di Provinsi Jawa Tengah adalah
sektor Pertanian, dengan nilai 3,21%.
commit to user
49
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 4.9 Klasifikasi Sektor PDRB Kabupaten Klaten Tahun 2006-2010
Berdasarkan Tipologi Klassen
Kuadran I
Kuadran II
Sektor yang maju dan tumbuh dengan
Sektor maju tapi tertekan
pesat (developed sector)
(stagnant sector)
si > s dan ski > sk
 Sektor Penggalian
 Sektor Jasa-jasa
si < s dan ski > sk
Kuadran III
 Sektor Pertanian
 Sektor Bangunan
 Sektor Perdagangan, Hotel
dan Restoran
Kuadran IV
Sektor potensial atau masih dapat
berkembang (developing sector)
Sektor relatif tertinggal
(underdeveloped sector)
si > s dan ski < sk
si < s dan ski < sk
 Sektor Litrik dan Air Bersih
 Sektor Pengangkutan dan
komunikasi
 Sektor Industri pengolahan
 Sektor Keuangan,
Persewaan dan Jasa
Perusahaan
Sumber : Lampiran, diolah
Keterangan :
si
: Rata-rata pertumbuhan sektor PDRB Klaten
s
: Rata-rata pertumbuhan sektor PDRB Jawa Tengah
ski
: Rata-rata kontribusi sektor terhadap PDRB Klaten
sk
: Rata-rata kontribusi sektor terhadap PDRB Jawa Tengah
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa di Kabupaten Klaten sektor
perekonomian yang masuk dalam kuadran I atau kategori sektor yang maju
dan tumbuh dengan cepat adalah Sektor Penggalian dan Sektor Jasa-jasa.
commit to user
Sektor Pertanian, Sektor Bangunan
dan Sektor Perdagangan, Hotel dan
50
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Restoran masuk dalam kuadran II yaitu sektor maju tapi tertekan, sedangkan
untuk kuadran III, kategori sektor potensial atau masih dapat berkambang
terdapat Sektor Listrik dan Air Bersih. Kuadran IV atau sektor relatif
tertinggal ditempati Sektor Industri Pengolahan, Sektor Angkutan dan
Komunikasi, Sektor Keuangan, Persewaan dan Perusahaan.
2. Analisis Location Quation (LQ)
Location Quation merupakan teknik analisis yang digunakan untuk
menganalisis sektor potensial atau basis dalam perekonomian suatu daerah
(Prishardoyo, 2008). Hasil dari analisis Location Quotient (LQ) Kabupaten
Klaten Provinsi Jawa Tengah tahun 2006-2010 dapat dilihat dalam Tabel
4.10.
Tabel 4.10 Nilai LQ Sektor Perekonomian Kabupaten Klaten
Provinsi Jawa Tengah Tahun 2006-2010
Lapangan Usaha
Pertanian
Penggalian
Industri Pengolahan
Listrik dan Air Bersih
Bangunan/Konstruksi
Perdagangan, Hotel dan Restoran
Angkutan dan Komunikasi
Keuangan, Persewaan dan Jasa
Perusahaan
Jasa-jasa
2006
2007
2008
2009
2010
1,08
1,13
0,62
0,78
1,53
1,33
0,54
1,09
1,13
0,62
0,82
1,59
1,31
0,54
1,12
1,21
0,59
0,83
1,54
1,33
0,54
1,14
1,24
0,59
0,86
1,42
1,30
0,56
1,05
1,29
0,62
0,89
1,24
1,35
0,57
ratarata
1,09
1,20
0,61
0,84
1,47
1,32
0,55
0,98
1,30
0,98
1,27
0,99
1,34
0,99
1,47
1,05
1,46
1,00
1,37
Sumber : Lampiran, diolah
Berdasarkan hasil analisis Location Quation (LQ) terhadap sembilan
sektor perekonomian di Kabupaten Klaten atas dasar harga konstan tahun
2006-2010, dapat dilihat bahwa enam dari sembilan sektor di Kabupaten
Klaten merupakan sektor unggulan, hal itu ditunjukkan dengan hasil LQ
commit to user
51
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
masing-masing sektor, dimana keenam sektor tersebut memiliki nilai LQ
diatas satu. Sektor perekonomian di Kabupaten Klaten yang tergolong
sektor unggulan adalah Sektor Pertanian, Sektor Penggalian, Sektor
Bangunan, Sektor Perdagangan, Sektor Keuangan dan Sektor Jasa-jasa.
Keenam sektor tersebut memiliki nilai rata-rata LQ>1 yang berarti bahwa
tingkat spesialisasi sektor-sektor perekonomian tersebut di tingkat
Kabupaten Klaten lebih besar dari sektor yang sama pada perekonomian
tingkat Provinsi Jawa Tengah sehingga sektor-sektor perekonomian tersebut
dapat memenuhi kebutuhan kebutuhan wilayahnya dan mampu mengekspor
keluar wilayah. Sedangkan tiga sektor lainnya adalah Sektor Industri
Pengolahan, Sektor Listrik dan Air Bersih dan Sektor Angkutan dan
Komunikasi. Ketiga sektor tersebut memiliki nilai rata-rata LQ<1 yang
artinya bahwa tingkat spesialisasi sektor-sektor perekonomian tersebut di
Kabupaten Klaten lebih kecil dari sektor yang sama pada perekonomian
tingkat Provinsi Jawa Tengah sehingga hanya mampu memenuhi kebutuhan
wilayahnya dan belum mampu mengekspor produksinya keluar wilayah.
3. Analisis Dynamic Location Quation (DLQ)
Dynamic Location Quotient (DLQ) adalah modifikasi dari SLQ,
dengan mengakomodasi faktor laju pertumbuhan keluaran sektor ekonomi
dari waktu ke waktu (Ma’ruf, 2009). Hasil dari analisis Dynamic Location
Quotient (DLQ) Kabupaten Klaten Provinsi Jawa Tengah tahun 2006-2010
dapat dilihat dalam Tabel 4.11.
commit to user
52
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 4.11 Nilai DLQ Sektor Perekonomian Kabupaten Klaten
Provinsi Jawa Tengah Tahun 2006-2010
Lapangan Usaha
Pertanian
Pertambangan dan
Penggalian
Industri Pengolahan
Listrik, Gas dan Air
Bersih
Bangunan/Konstruksi
Perdagangan
Pengangkutan dan
Komunikasi
Keuangan, Persewaan
dan Jasa Perusahaan
Jasa-Jasa
2008
2009
10,67
2006
3,57
2007
143,52
146,24
-17,47
2010 Rata-rata
57,31
1,27
0,02
4,32
8,46
4,94
3,80
16,31
9,73
1,94
1,08
13,65
8,54
0,12
2,63
0,27
2,87
4,86
2,15
458,50
78,93
0,24
0,06
-10,25
105,50
1,11
0,47
0,41
2,75
4,52
1,85
0,39
0,62
0,74
5,08
3,71
2,11
6,88
5,19
8,51
6,64
6,88
6,82
0,17
0,01
1,05
52,06
6,23
11,90
Sumber : Lampiran, diolah
Dari hasil analisis Dynamic Location Quation (DLQ) diatas dapat
dilihat bahwa sembilan sektor di Kabupaten Klaten yaitu Sektor Pertanian,
Sektor Penggalian, Sektor Industri Pengolahan, Sektor Listrik dan Air
Bersih, Sektor Bangunan, Sektor Perdagangan, Hotel dan restoran, Sektor
Angkutan dan Komunikasi, Sektor Keuangan, Persewaan dan Perusahaan
dan Sektor Jasa-jasa memiliki nilai rata-rata DLQ>1 yang berarti bahwa
potensi perkembangan sektor-sektor perekonomian tersebut di Kabupaten
Klaten lebih cepat dibandingkan sektor yang sama di Provinsi Jawa Tengah,
sehingga menunjukkan bahwa sektor-sektor tersebut masih bisa diharapkan
untuk menjadi sektor unggulan di masa yang akan datang bagi Kabupaten
Klaten.
commit to user
53
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB V
PENUTUP
Penelitian yang dilakukan tentang analisis penentuan sektor unggulan di
Kabupaten Klaten dengan periode pengamatan tahun 2006-2010, maka dapat
ditarik kesimpulan dan saran sebagai berikut ini :
A. Kesimpulan
1. Hasil tipologi klassen menunjukkan bahwa sektor yang tergolong dalam
kriteria sektor yang maju dan tumbuh dengan pesat adalah sektor
penggalian dan sektor jasa-jasa. Sektor perekonomian yang tergolong
dalam kriteria sektor maju tapi tertekan adalah sektor pertanian, sektor
bangunan dan sektor perdagangan, hotel dan restoran. Sektor listrik dan air
bersih masuk kedalam kriteria sektor potensial atau masih dapat
berkembang, sedangkan yang termasuk dalam sektor relatif tertinggal
adalah sektor pengangkutan dan komunikasi, sektor industri pengolahan,
sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan.
2. Berdasarkan analisis LQ yang merupakan sektor unggulan di Kabupaten
Klaten pada periode tahun 2006-2010 adalah sektor Pertanian, Sektor
Penggalian, Sektor Bangunan, Sektor Perdagangan, Sektor Keuangan dan
Sektor Jasa-jasa. Sektor perekonomian yang dimungkinkan masih menjadi
sektor unggulan di masa yang akan datang di Kabupaten Klaten adalah
sembilan sektor perekonomian itu.
commit to user
54
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, maka dapat dikemukakan beberapa
saran sebagai berikut:
1. Diharapkan Pemerintah Kabupaten Klaten bisa mempertahankan posisi
sektor perekonomian yang tergolong dalam kriteria sektor yang maju dan
tumbuh dengan cepat agar sektor yang tergolong dalam kriteria tersebut
bisa menciptakan lapangan pekerjaan baru yang dapat menyerap tenaga
kerja dan mengurangi pengangguran.
2. Diharapkan Pemerintah Kabupaten Klaten bisa lebih mengutamakan
pengembangan sektor-sektor unggulan yang ada dan dengan tetap
menggenjot
sektor-sektor
yang
belum
menjadi
unggulan
dalam
pelaksanaan pembangunan.
commit to user
55
Download