dimensi metodologis ilmu sosial dan humaniora

advertisement
DIMENSI METODOLOGIS
ILMU SOSIAL DAN HUMANIORA
DIMENSI METODOLOGIS
ILMU SOSIAL DAN HUMANIORA
Misri A Muchsin
Misri
A. Muchsin
Azman
Ismail
Azman
AslamIsmail
Nur
Fauzi Ismail
Khatib A. Latief
Reza Idria
Zulkhairi
Eka Srimulyani
Rasyad
Mahmud Saleh
Editor:
Hermansyah
FAKULTAS ADAB & HUMANIORA
UIN AR-RANIRY
DIMENSI METODOLOGIS
ILMU SOSIAL DAN HUMANIORA
Hak Cipta Penyusun
All Rights Reserved
Cetakan Pertama, 2013
Penulis:
Misri
A. Muchsin,
Azman
Ismail,
AslamFauzi
Nur, Fauzi
Ismail
Misri
A. Muchsin,
Azman
Ismail,
Ismail
Khatib A. Latief, Reza Idria, Zulkhairi,
Eka Srimulyani, Rasyad, Mahmud Saleh
Editor:
Hermansyah, M.Th., MA.Hum
Pracetak:
Slamat Trisila
Penerbit:
Pustaka Larasan
Jalan Tunggul Ametung IIIA No. 11B
Denpasar, Bali 80116
Telepon: 0361-2163433
Ponsel: 0817353433
Pos-el: [email protected]
www.pustaka-larasan.com
Fakultas Adab dan Humaniora
Universitas Islam Negeri Ar-Raniry
Banda Aceh
ISBN 978-602-1586-15-0
iv
Dimensi Metodologis Ilmu Sosial dan Humaniora
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ~ iii
KATA SAMBUTAN ~ v
KATA PENGANTAR ~ vii
1-20
PENGKAJIAN BIOGRAFI PEMIKIRAN
~ Misri A. Muchsin
21-40
AN-NAQDU AL-ADABY: Kritik Sastra
~ Azman Ismail
41-62
PARADIGMA DAN LANGKAH PRAKTIS METODOLOGI PENELITIAN KUALITATIF
~ Aslam Nur
63-86
AGAMA DAN MASYARAKAT:
Suatu Tinjauan Perspektif Teori Sosiologi Islam
dan Sosiologi Barat
~ Fauzi Ismail
87-106
BIBLIOMETRICS DAN HUKUM-HUKUMNYA:
Sebuah Pengantar
~ Khatib A. Latief
107-136
MEMBACA PETA KEILMUWAN ACEH:
Senarai Produksi Pengetahuan dan Relasi Kebijakan dalam Literatur tentang Aceh dari Masa
ke Masa
~ Reza Idria
v
Dimensi Metodologis Ilmu Sosial dan Humaniora
137-154
ANALISIS NOVEL KAJIAN PENDEKATAN
STRUKTURALISME
~ Zulkhairi
155-170
PENDEKATAN SOSIOLOGIS DAN
ANTROPOLOGIS: Pendekatan Non-Normatif
Dalam Studi Islam
~ Eka Srimulyani
171-190
TASAWUF DALAM TATARAN METODOLOGIS
~ Rasyad
191-200
KONTRIBUSI SASTRA IQBAL DALAM PEMBAHARUAN PEMIKIRAN:
Sebuah Pendekatan Kritik Sastra Modern
~ Mahmud Saleh
Tentang Para Penulis ~ 201
vi
Dimensi Metodologis Ilmu Sosial dan Humaniora
KATA SAMBUTAN
Bismillahirramanirrahim
P
uji syukur kita panjatkan ke hadirat Allah SWT, bahwa
buku Dimensi Metodologis Ilmu Sosial dan Humaniora
ini telah dapat dirampungkan.
Buku ini diharapkan menjadi referensi bagi para dosen dan
mahasiswa/i dalam pengembangan keilmuan dan penelitian
bagi dosen dan belajar bagi mahasiswa/i di Fakultas Adab dan
Humaniora (FAH), UIN Ar-Raniry dan pencinta ilmu umumnya.
Buku ini merupakan hasil curah pikir dosen FAH. Dengan
adanya buku metodologis ilmu sosial dan humaniora ini yang
menampilkan teori-teori yang aktual dan sesuai dengan bidang
pembahasan dari contoh-contoh penelitian yang diberikan oleh
setiap penulis, dapat memaknai sebagai pengayaan referensi
untuk mahasisswa dan dosen di FAH.
Buku ini disusun atas beberapa kajian penelitian para pengajar (dosen), baik dosen di bidang Sejarah Kebudayaan Islam,
Bahasa dan Sastra Arab, Ilmu Perpustakaan, dan ilmu-ilmu
humaniora lainnya yang dikembangkan sesuai dengan statuta
Fakultas Adab dan Humaniora di UIN Ar-Raniry.
Hadirnya buku ini menjadi rujukan bagi mahasiswa secara
khusus, dan dosen-dosen diharapkan mampu mengakomodir
serta menguraikan semua aktivitas Tri Dharma para dosen di
lingkungan UIN Ar-Raniry.
Kepada semua penulis yang telah mencurahkan waktu,
tenaga, dan pemikirannya dalam mempersiapkan buku ini disampaikan banyak terima kasih dan apresiasi yang tinggi. Semoga semua upaya dan kerja cerdas kita selalu mendapat Ridha
Allah SWT. Amin.
vii
Dimensi Metodologis Ilmu Sosial dan Humaniora
Atas nama pimpinan mengharapkan ke depan, buku metodologi ini di Fakultas Adab dan Humaniora sejenis dapat dilanjutkan dengan bidang-bidang ilmu lainnya yang belum tersentuh dalam buku ini.
Akhirnya, diakui buku ini bukan dari sebuah karya yang
sempurna, sebab tiada gading yang tak retak, maka, buku ini
perlu terus disempurnakan.
Semoga cita-cita dan semangat ini terus terawat.
Wassalam,
Pimpinan,
Dekan
Prof. Dr. H. Misri A Muchsin, M.Ag
viii
Dimensi Metodologis Ilmu Sosial dan Humaniora
KATA PENGANTAR
K
ami bersyukur kepada Allah SWT atas selesainya buku
“Dimensi Metodologis Ilmu Sosial dan Humaniora”
dari tulisan-tulisan para dosen di Fakultas Adab
dan Humaniora Universitas Islam Negeri (UIN) Ar-Raniry
Darussalam Banda Aceh. Selanjutnya shalawat dan salam
semoga terlimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah
mencerahkan dunia.
Buku dengan tajuk seperti tersebut di atas merupakan
penjabaran dari pedoman pendidikan Fakultas Adab dan
Humaniora (FAH), yang secara spesifik berisi tentang ranah
metodologi ilmu-ilmu sosial dan humaniora yang berguna untuk
kajian atau penulisan skripsi (penelitian), baik di Jurusan
Bahasa dan Sastra Arab (BSA), di Jurusan Sejarah Kebudayaan
Islam (SKI), dan di Ilmu Perpustakaan.
Tentunya, naskah metodologi ini telah dikaji secara
mendalam, walaupun tidak lepas dari kekurangan, atau juga
kajian spesiliasinya hanya dari satu aspek. Ke depan, perlu
adanya cerminan ilmu-ilmu humaniora yang spesialisasi serta
pengembangannya untuk tiap jurusan, terutama jurusan yang
mendalami bahasa asing seperti bahasa dan sastra Arab,
dan bahasa dan sastra Inggris, Sejarah Kebudayaan, Ilmu
Perpustakaan, sehingga akan lebih mudah mengaplikasikan
dalam proses penulisan karya-karya di bidang tersebut.
Buku ini menjadi terobosan yang dilakukan Fakultas Adab
dan Humaniora dalam menyongsong UIN Ar-Raniry Banda
Aceh, dengan harapan penuh semangat untuk mengembangkan
spesialisasi keilmuan dosen-dosen yang berbasis pada research.
ix
Dimensi Metodologis Ilmu Sosial dan Humaniora
Harapannya, menjadi cerminan bagi generasi selanjutnya
dalam melakukan penelitian di berbagai dimensi keilmuan di
tingkat lokal, nasional, ataupun Internasional.
Walaupun harus diakui, buku ini belum merangkum
seluruh metodologis ilmu sosial dan humaniora, dan tentunya
juga belum komprehensif dalam beberapa segi ilmu, namun
demikian, kajian-kajian yang disajikan di dalam buku ini dapat
memberikan satu wacana baru dan sekaligus memperkuat
metodologis penelitian UIN Ar-Raniry umumnya dan FAH
khususnya.
Akhirnya, ucapan terima kasih sebesar-besarnya kepada
tim penyusun, dan kepada penulis atas sumbangsih ilmu dan
pemikirannya, serta semua pihak yang telah mendukung
terwujudnya buku ini. Semoga Allah selalu membalas kebaikan
kita semua. Amiin
Tim Penyusun
x
1
PENGKAJIAN
BIOGRAFI
PEMIKIRAN
~ Misri A. Muchsin
Pendahuluan
alah satu aspek penelitian sejarah yang tidak kalah
pentingnya adalah penelitian biografi, di samping sejarah
social, sejarah kota, pedesaan, local, nasional, ekonomi dan
sejarah kebudayaan.1 Dalam Islam, penyelidikan dan penulisan
biografi tokoh-tokoh periode awal Islam mendapat perhatian
maksimal, karena dalam kenyataan telah menghasilkan karyakarya besar dalam aspek ini. Sirah Nabawiyah, dapat dianggap
karya monumental biografi Nabi, yang telah mengilhami karya-
S
1 Kuntowiwijoyo. Metodologi Sejarah, Yogyakarta: Tiara Wacana, 1994; dan
Moh. Nazir, Metode Penelitian, Jakarta: Ghalia Indonesia, 1983, hal. 89. Kemudian W.C. Smith dalam tulisannya “Modern Muslim Historical Writing in
English”, menyebutkan bidang garapan tulisan sejarah sarjana Muslim yaitu
sejarah secara umum, biografi, Sejarah Kesusastraan, pendidikan, ekonomi,
politik, kota, sejarah tumbuhnya jurusan arkeologi dan koleksi dokumen. A.
Muin Umar, Historiografi Islam, Jakarta: Rajawali Pers, 1988, hal. 7-8.
1
Dimensi Metodologis Ilmu Sosial dan Humaniora
karya lain, terutama menyangkut dengan biografi sahabat Nabi,
seperti biogrfi Abu Bakar, Umar bin Khattab, Usman bin Affan,
Ali bin Abi Thalib dan seterusnya,
Istilah “Biografi” berasal dari bahasa Yunani, yaitu bios yang
berarti hidup, dan graphien yang berarti tulisan. Dengan kata
lain biografi merupakan tulisan tentang kehidupan seseorang.
Biografi, secara sederhana dapat dikatakan sebagai sebuah
kisah riwayat hidup seseorang. 2 Biografi dapat berbentuk
beberapa baris kalimat saja, namun juga dapat berupa lebih
dari satu buku. Perbedaannya adalah biografi singkat hanya
memaparkan tentang fakta-fakta dari kehidupan seseorang dan
peran pentingnya, sementara biografi yang panjang meliputi,
tentunya, informasi-informasi penting namun dikisahkan
dengan lebih mendetail dan tentunya dituliskan dengan gaya
bercerita yang baik.
Dalam kajian lebih mendalam, biografi juga menganalisa
dan menerangkan kejadian-kejadian dalam hidup seseorang.
Lewat biografi, akan ditemukan hubungan (koneksi), hubungan
kausalitas, keterangan arti dari tindakan tertentu atau misteri
yang melingkupi hidup seseorang, serta penjelasan mengenai
tindakan dan perilaku hidupnya. Biografi biasanya dapat
bercerita tentang kehidupan seorang tokoh terkenal atau tidak
terkenal, namun demikian, biografi tentang orang biasa akan
menceritakan mengenai satu atau lebih tempat atau masa
tertentu. Biografi seringkali bercerita mengenai seorang tokoh
sejarah yang sudah tiada,3 namun tak jarang juga tentang orang
yang masih hidup. Banyak biografi ditulis secara kronologis,
dengan beberapa periode waktu tersebut dapat dikelompokkan
berdasarkan tema-tema utama tertentu, misalnya “masamasa awal yang susah” atau “ambisi dan pencapaian” dan
seterusnya.
2 Harimurti Kridalaksana,et al., Kamus Besar Bahasa Indonesia, edisi
kedua, Jakarta: Balai Pustaka, cet. Ke-10, 1999, hal. 136.
3 Harimurti Kridalaksana,et al., Kamus Besar... ibid.
2
Pengkajian Biografi Pemikiran ~ Misri A. Muchsin
Dilihat dari sumber untuk penulisan, biografi memerlukan
bahan-bahan utama atau asli (primer) dan bahan pendukung
(sekunder). Bahan utama dapat berupa buku karangan tokoh
yang bersangkutan, benda-benda seperti surat-surat, buku
harian, atau kliping koran. Sedangkan bahan-bahan pendukung
biasanya berupa biografi lain, buku-buku referensi atau sejarah
yang memaparkan peranan subyek biografi tersebut. Biografi
dengan demikian adalah suatu kisah atau keterangan tentang
kehidupan seseorang yang bersumber pada kisah nyata (nonfiction). Sebuah biografi lebih kompleks daripada sekadar daftar
tanggal lahir atau mati dan data-data pekerjaan seseorang,
tetapi juga menceritakan tentang perasaan yang terlibat dalam
mengalami kejadian-kejadian tersebut yang menonjolkan perbedaan
perwatakan termasuk pengalaman pribadi.
Menulis biografi dengan demikian seperti menceritakan
tentang riwayat hidup. Kalaulah menyangkut diri sendiri, maka
disebut otobiografi. Jadi penulis biografi semacam komoditi dari
menulis, seperti halnya puisi, cerpen, novel, atau juga artikel.
Meski hampir sama dalam teknik dasar penulisannya, ada tip
khusus yang berkaitan dengan menulis biografi (termasuk di
dalamnya otobiografi). Oleh karena biografi memuat semacam
kisah hidup seseorang, maka tentunya bahan yang digunakan
semuanya berasal dari ucapan, pikiran, dan tindakan orang
tersebut. Biografi ini memawakili siapa sosok yang ditulis
tersebut. Kita bisa mengenal lebih dekat tokoh yang ditulis
biografinya. Apalagi orang tersebut adalah orang besar selevel
tokoh Islam periode awal, yang dimulai dari kisah hidup Nabi
Muhammad SAW. (sirah Nabawiyah), kisah hidup Abu Bakkar
as-Shiddiq, Umar bin Khattab, Usman bin Affan, Ali bin Abi
Thalib, Umar bin Abdul Aziz dan seterusnya. Mungkin puluhan
ribu tokoh Islam yag bisa ditulis kembali biografinya, yang dapat
dijadikan referensi dalam pembentukan karakter dan moral
bangsa. Kalau di Indonesia, tokoh Ir. Soekarno, Mohammad
Hatta dan kawan-kawannya, merupakan tokoh-tokoh yang ideal
3
Dimensi Metodologis Ilmu Sosial dan Humaniora
untuk dibahas biografinya. Dengan demikian biografi dapat
berupa profil singkat seseorang atau detail dan panjang sampai
berbentuk buku. Ini terutama biografi seorang tokoh terkenal,
ulama, negarawan, olahragawan, politisi, tokoh pergerakan, dll.
Persoalannya, bagimana menulis biografi yang baik, dan lebih
khusus bagaimana jika ingin menulis pemikiran seseorang
yang disebut kemudian dengan biografi pemikiran atau biografi
intelektual? apa syarat dan kriteria yang harus terpenuhi?
Bagian-bagian berikut akan dipaparkan secara singkat, beserta
contah kajiannya, yaitu kajian biografi pemikiran atau biografi
intelektual Abdullah Ujong Rimba sebagai seorang pimpinan
ulama Aceh sejak tahun 1960-an sampai tahun 1980-an.
Memilih Tokoh untuk Kajian Biografi
Dari sekian banyak tokoh, dengan berbagai keunggulan dan
keunikan pemikiran mereka masing-masing, peneliti biografi
harus memilih satu di antara mereka, tentu yang memiliki
spesifik dan keunggulan tersendiri dari yang lainnya. Untuk
maksud tersebut, seorang peneliti biografi yang baik, kiranya
dapat mempertimbangkan hal-hal berikut ini:
a) Pilih seseorang yang menarik perhatian Anda;
b) Temukan fakta-fakta utama mengenai kehidupan orang
tersebut;
c) Mulailah dengan ensiklopedia dan catatan waktu;
d) Pikirkan, apa lagi yang perlu diketahui mengenai tokoh
tersebut;
e) Bagian mana dari hidupnya yang ingin lebih banyak
dituliskan; dan
f) Temukan dan eksplorasikan pemikirannya yang khusus,
unik dan brilian, tentu setelah dan dengan melakukan
komparasi dengan pemikiran tokoh lain.4
Hal yang terakhir disebutkan perlu mendapat perhatian
4 http://68site.blogspot.com/2009/03/biografi.html.
4
Pengkajian Biografi Pemikiran ~ Misri A. Muchsin
serius, karena jika tidak ada yang khusus dan unik di antara
buah pemikiran yang dimiliki tokoh yang bersangkutan, maka
kajiannya tidaklah menarik perhatian pembacanya. Oleh
karena itu memilih tokoh yang memiliki pemikiran menarik
perlu dipertimbangkan secara cermat dan terukur.
Kemudian dalam penyusunan focus pengkajiannya,
beberapa pertanyaan yang mungkin dapat dijadikan pertimbangan, misalnya:
a) Apa yang membuat orang ini istimewa atau menarik?
b) Dampak apa yang telah ia lakukan bagi dunia atau orang
lain?
c) Kata sifat apa yang mungkin akan sering digunakan untuk
menggambarkan orang ini?
d) Contoh apa yang dapat dilihat dari hidupnya yang
menggambarkan sifat tersebut?
e) Kejadian apa yang membentuk atau mengubah kehidupan
orang itu?
f) Apakah ia mampu mengatasi rintangan tersebut? Apakah
ia mengatasinya dengan mengambil resiko? Atau dengan
keberuntungan?
g) Apakah dunia (khususnya bidang kajian pemikirannya)
akan menjadi lebih baik atau lebih buruk jika orang ini
tidak pernah hidup? Bagaimana bisa dan mengapa?
h) Lakukan juga penelitian lebih lanjut dengan bahanbahan dari perpustakaan atau internet untuk membantu
menjawab pertanyaan-pertanyaan di atas serta supaya
ceritanya lebih menarik.5
Kehadiran tokoh yang dikaji dan dengan biografinya
dimaksud dengan kata lain apa perubahan yang dihadirkan
dengan pemikirannya, adalah khas kajian menyangkut dengan
dampak dari pemikiran yang dimunculkan seseorang. Dampak
perubahan dimaksudkan baik terhadap dunia ilmu-pemikiran
5 http://pelitaku.sabda.org/bagaimana_menulis_biografi
5
Dimensi Metodologis Ilmu Sosial dan Humaniora
yang digeluti tokoh kajian, ataupun dampak perubahan dari
rancang bangun pemikirannya kepada masyarakat luas. Hal
yang disebutkan terakhir adalah merupakan signifikansi atau
kegunaan kajian satu pemikiran tokoh yang perlu diungkapkan
dan diformulasi sedemikian rupa oleh seorang pengkaji
biografi.
Penulisan biografi secara umum dapat dilihat jenis dan
macamnya, dengan khasnya masing-masing, yaitu dapat
dikelompokkan pada dan berdasarkan sisi penulis, berdasarkan
Isinya, berdasarkan persoalan yang dibahas, dan berdasarkan
penerbitannya. Berdasarkan sisi penulis dikelompokkan berikut
ini:
1. Autobiografi, adalah ditulis sendiri oleh tokoh bersangkutan,
yang mencatat perjalanan hidupnya.
2. Biografi, yaitu ditulis oleh orang lain, berdasarkan izin
penulisan dan dibagi atas :
• Authorized biography, yaitu biografi yang penulisannya
seizin atau sepengetahuan tokoh didalamnya
• Unauthorized biography, yaitu ditulis seseorang tanpa
sepengetahuan atau izin dari tokoh di dalamnya
(biasanya karena telah wafat).
Berdasarkan isinya, kajian biografi dapat dibedakan
anatara dan dalam dua hal:
Pertama Biografi Perjalanan Hidup, isinya berupa
perjalanan hidup lengkap atau sebagian paling berkesan.
Kedua, Biografi Perjalanan Karir, isinya berupa perjalanan
karir dari awal karir hingga karir terbaru, atau sebagian
perjalanan karir dalam mencapai sukses tertentu.
Berdasarkan persoalan yang dibahas, kajian biografi
memiliki jenis berikut pula:
Pertama, Biografi politik, yaitu penulisan tokoh-tokoh anak
negeri dari sudut politik. Dalam biografi semacam ini bahanbahan dikumpulkan biasanya melalui riset. Namun, biografi
6
Pengkajian Biografi Pemikiran ~ Misri A. Muchsin
semacam ini kadang kala tidak lepas dari kepentingan penulis
ataupun sosok yang ditulisnya.
Kedua, intelektual biografi, yang juga disusun melalui riset
dan segenap temuan yang dituangkan penulisnya dalam gaya
penulisan ilmiah.
Ketiga, Biografi jurnalistik ataupun biografi sastra, yaitu
materi penulisan biasanya diperoleh dari hasil wawancara
terhadap tokoh yang akan ditulis maupun yang menjadi rujukan
sebagai pendukung penulisan. Kajian biografi jenis ini lebih
ringan karena cuma keterampilan dan wawancara.6
Pelaksanaan Penulisan Biografi
Biasanya dalam penulisan biografi; Pertama, diadakan
pertemuan dengan klien atau keluarga tokoh, untuk membicarakan rencana penulisan. Klien akan diberi penjelasan
lebih jauh tentang sistem penulisan biografi yang diterapkan
serta hal-hal lain yang perlu diketahui klien. Klien kemudian
menetapkan bentuk dan jenis biografi yang diinginkan.
Kedua, Keinginan klien akan dibawa dalam pertemuan
dengan sesama anggota kalau ada timnya, untuk didiskusikan
dan direncanakan. Setelah itu dihubungi klien untuk melakukan
pembicaraan lebih lanjut. Bila semuanya sudah dianggap final,
akan diadakan penandatanganan kontrak penulisan.
Selanjutnya hasil penyusunan dalam bentuk naskah
tertulis akan diserahkan kepada klien untuk dikoreksi. Lama
pengoreksian oleh klien maksimal satu minggu. Setelah itu,
naskah dikembalikan lagi kepada pengkaji atau peneliti biografi.
Langkah keempat, Perbaikan serta pemprosesan akhir. Bila ada
yang kurang jelas, klien akan sedia dihubungi lagi. Terakhir
adalah Tahap penulisan dianggap selesai.
Hasil akhir berupa naskah jadi dalam bentuk print-out
(cetak) dan CD diserahkan kepada klien. Untuk memperbanyak
dalam bentuk buku atau CD akan diadakan pembicaraan
6 http://mgmpbinsmpbangkalan.blogspot.com/2008_02_01_archive.html.
7
Dimensi Metodologis Ilmu Sosial dan Humaniora
lanjutan antara pengkaji dan klien. Saat menulis biografi,
seorang penulis berupaya menyajikan perjalanan kehidupan
seorang tokoh. Biasanya, ungkapan ekspresi waktu yang
bervariasi dapat menjadikan tulisan lebih menarik dan tidak
menoton.
Pengkajian Pemikiran atau Biografi Intelektual
Pemikiran dalam bahasa inggris disebut Inference yang
berarti penyimpulan atau menarik kesimpulan, berarti
mengeluarkan suatu hasil berupa kesimpulan, ada juga yang
menyebut penuturan dan penalaran. Apa yang dimaksud
pembicaraan dalam bagian ini adalah: kegiatan akal manusia,
mencermati suatu pengetahuan yang telah ada, untuk
mendapatkan atau mengeluarkan pengetahuan yang baru.
Pemikiran adalah gerak dari hal yang diketahui menuju
hal yang tidak diketahui. Nah, hal yang diketahui tadi dapat
berwujud kebenaran yang umum (universal) sifatnya, atau
dapat juga suatu kejadian khusus tertentu atau lebih atau juga
sekadar ingin mengetahui suatu fakta individual. Pemikiran
yang bergerak dari hal yang umum ke hal yang lebih khusus
disebut pemikiran deduksi, sedangkan pemikiran yang bergerak
dari hal yang khusus ke hal umum disebut pemikiran induktif
dan macam pemikaran ketiga, yakni sekadar ingin mengetahui
tentang fakta individual, disebut argumen komulatif.
Ada dua macam pemikiran yang biasanya ditemukan
adalah:
Pertama, Pemikiran langsung, adalah pemikiran yang
hanya mempergunakan satu pangkal pikir atau langsung
disimpulkan. Asas pemikiran ini pada ilmu logika yang banyak
dibicarakan pada konversi, inversi dan kontraposisi dalam
keputusan.
Kedua, Pemikiran tidak langsung, adalah pemikiran
yang mempergunakan lebih dari satu pangkal pikir, jadi
berarti pemikiran yang mempergunakan banyak keputusan
8
Pengkajian Biografi Pemikiran ~ Misri A. Muchsin
atau minimal lebih dari satu keputusan untuk menetapkan
kesimpulan. Misalnya pemikiran yang terjadi melalui jalan
induksi, deduksi dan silogisme (syllogisme).
Asas–Asas Pemikiran
Ada tiga asas–asas pemikiran tersebut adalah :
1) Asas Persamaan
Menurut asas ini, lebih dahulu harus diakui oleh semua
orang bahwa setiap sesuatu hanya mengandung arti
kesamaan pada dirinya sendiri.
2) Asas Pertentangan
Menurut asas ini, tidak dapat disamakan antara
pengertian yang satu dengan pengertian yang lain yang
menentangnya.
3) Asas menolak kemungkinan
Menurut asas ini, maka jika terdapat dua pendapat yang
bertentangan, seperti contoh pada asas yang kedua, maka
disamping keduanya tidak mungkin semua benar juga tidak
mungkin keduanya salah, maka tidak mungkin pula pada
pendapat yang ketiga. Kebenarannya hanya terdapat pada
salah satu dari kedua pendapat tersebut.
Sehubungan dengan benar dan lurusnya suatu pemikiran,
maka baiklah dikemukakan hukum-hukum pemikiran yang
berlaku untuk semua pemikiran. Ada dua hukum pemikiran
dapat dikatakan bahwa: 1. Jika primis-primis benar, tetapi
kesimpulan salah, maka jalan pikirannya (bentunya) tidak
lurus; dan 2. Jika jalan pikirannya (bentuknya) lurus, tetapi
kesimpulannya tidak benar, maka primis-primisnya (materinya)
salah, dari salahnya kesimpulan dapat dibuktikan salahnya
primis-primis.
Prinsip-Prinsip Dasar Pemikiran
Ada beberapa prinsip dasar pemikiran yang dapat diaplikasi
oleh seseorang (peneliti)
9
Dimensi Metodologis Ilmu Sosial dan Humaniora
a) Prinsip identitas adalah dasar dari semua pemikiran.
Artinya ialah pengakuan bahwa benda ini adalah benda ini,
dan bukan benda lain; bahwa benda itu adalah benda itu,
dan bukan benda lain. Dalam bahasa latin dirumuskan: ens
est quod ests A adalah A. Suatu benda adalah benda itu
sendiri. Setiap benda identik dengan diringan sendiri.
b) Prinsip pembatalan (principle of contradiction, principium
contradictionis): prinsip ini sebanyaklah rumusan negatif
dari prinsip identitas. Rumusannya: Idem nequit simul esse
et non esse sub eodem respectu.
c) Prinsip-penyisihan-kemungkinan-ketiga
(principle
of
excluded middle, principium exclusi tertii): prinsip yang
mengatakan bahwa tidak terdapat kemungkinan ketiga.
Yang dimaksudkan adalah apabila terdapat dua proposisi
yang kontradiktoris, yang satu merobohkan yang lain,
pastilah salah satu dari proposisi itu salah. Tidak mungkin
terdapat kemungkinan ketiga.
d) Prinsip-alasan-yang-mencukupi (principle of sufficient
reason,principiun rationis sufficientis): karena sifat
keumumannya, prinsip alasan yang mencukupi dapat kita
beri tempat disni juga. Rumusannya: sesuatu yang ada
mempunyai alasan yang mencukupi untuk adanya. Segala
sesuatu mempunyai dasar atau alasan yang mencukupi
untuk adanya, atau segala sesuatu dapat dapat dimengerti.
Tetapi waspadalah untuk tidak memperluas penerapan
prinsip ini pada semua realitas, atau apa sesuatu yang
hanya satu, sebab tidak semua realitas dapat dimengerti
secara memadai oleh pikiran kita yang terbatas.7
Kajian Biografi Pemikiran Abdullah Ujong Rimba
Teungku Haji Abdullah Ujong Rimba yang lahir pada
bulan Rabi’ul Awwal 1328 H/1907 M8 nama utamanya adalah
7 http://mgmpbinsmpbangkalan.blogspot.com/2008_02_01_archive.html.
8 Abdullah Ujong Rimba, Hakikat Islam, (Banda Aceh: MUI Aceh, 1980),
hlm. vi-vii.
10
Pengkajian Biografi Pemikiran ~ Misri A. Muchsin
Abdullah, sedangkan nama Teungku (Tgk) merupakan gelar
atau penyebutan karena ia merupakan salah seorang ulama. Di
Aceh, seseorang diberikan gelar Teungku, syaratnya yaitu pernah
menyantri di pesantren dan mengabdi kepada agama, baik
sebagai khatib Jum’at, imam, pemimpin do’a, serta memimpin
dayah. Gelar Teungku terdiri dari beberapa tingkatan, yaitu
yang paling rendah disebut Teungku Lebe (Lebai), Teungku
Meunasah, dan yang paling tingggi disebut Teungku Chik.
Selanjutnya, nama Ujong Rimba merupakan laqab atau gelar
yang diberikan masyarakat tempat kelahirannya, yaitu desa
Ujong Rimba Kabupaten Pidie, Sigli.
Ayah Abdullah Ujong Rimba bernama Tgk. H. Hasyim.
Mengenai gelar pada ayahnya, sebagian penulis menyebutkan
bergelar Teungku, akan tetapi sebagian lain (seperti Ismail
Yakub) menyebutnya bergelar Teuku, yaitu keturunan
uleebalang Keumangan.9 Sebaliknya, Ali Hasjmy menyangkal
pendapat yang menyebutkan Abdullah Ujong Rimba bergelar
teuku atau keturunan bangsawan.10 Akan tetapi berdasarkan
penelitian (di dalam karya Abdullah Ujong Rimba), Tgk. H.
Hasyim merupakan seorang ulama (teungku) yang juga bergelar
Teuku. Oleh karena itu, Abdullah Ujong Rimba (putranya)
menyandang gelar keduanya (dengan demikian pendapat
Ismail Yakub dan Ali Hasjmy berhubungan). Selanjutnya
ditegaskan bahwa Abdullah Ujong Rimba bergelar teuku yang
bersifat teungku. Hal ini karena ia merupakan seorang ulama
dan ia lebih menyukai bergelar teungku (karena gelar Teungku
merupakan gelar yang mulia, terhormat dan suri teladan yang
baik di Aceh). Berdasarkan hal tersebut, penulis menetapkan
Abdullah Ujong Rimba berasal dari keturunan uleebalang dan
keturunan ulama yang mengutamakan dan berkiprah dalam
9 Ismail Yakub, “Gambaran Pendidikan di Aceh sesudah Perang AcehBelanda Sampai sekarang”, dalam Ismail Suny (ed.), Bunga Rampai Tentang
Aceh, (Jakarta: Bhratara, 1980), hlm. 349.
10 Ali Hasjmy, Ulama Aceh: Mujahid Pejuang Kemerdekaan dan Pembangunan Tamadun Bangsa, (Jakarta: Bulan Bintang, 1997), hlm. 149.
11
Dimensi Metodologis Ilmu Sosial dan Humaniora
tugas keulamaan.
Riwayat pendidikannya yang ditempuh oleh Abdullah
masih kecil dari orang tuanya mengajarkan membaca al-Qur’an,
bahasa Arab, pokok-pokok ajaran Islam, seperti Aqidah, Akhlak,
Fiqh, dan kitab Minhaj Ushul al-Fiqh. Kemudian pada tahun
1336 H/ 1917 M (ketika ia berusia 10 tahun), ia melanjutkan
pendidikan ke dayah Ie Leubeu Meunasah Blang, Pidie. Di
sini ia memperdalam bahasa Arab, hukum Islam (fiqh), tafsir,
dan tasawuf11 pada Tgk. Ali (ulama daerah Pidie, Aceh Pidie).
Kemudian pada tahun 1341 H/ 1922 M ia pindah ke dayah Lamsi
di daerah Banda Aceh, yang merupakan lembaga pendidikan
yang dipimpin T. Panglima Polem Muhammad Daud Syah.
Di dayah ini ia memperdalam ilmunya, seperti tafsir, hadist,
dan fiqh selama tiga tahun. Selanjutnya, untuk mendapat
peningkatan pencerahan, Abdullah Ujong Rimba pindah ke
dayah Krueng Kalee Siem (dipimpin oleh Tgk. Hasan Krueng
Kalee) yang mengajarkan tarekat Al-Haddadiyah.12
Pada tahun 1346 H, Abdullah Ujong Rimba berangkat ke
Mekkah untuk menunaikan ibadah haji dan belajar selama tiga
tahun di sana. Ia belajar kepada Mursyid yang mengajarkan
tarekat Al-Haddadiyah (tarekat yang diajarkan oleh Tgk. Hasan
Krueng Kalee di Siem, Aceh Besar).13
Akan tetapi, hingga tulisan ini diturunkan, penulis tidak
menemukan nama guru Abdullah Ujong Rimba ketika ia belajar
11 Abdullah Ujong Rimba, Hakikat Islam ... hlm. vii; Ali Hasjmy, Ulama
Aceh ... hlm. 149-150.
12 Seputar pengajaran Tgk. Hasan Krueng Kalee tentang ajaran tarekat
al-Haddadiyah, kebenarannya dapat ditelusuri dengan keterangan dan pegangan ulama ini melalui satu karyanya. Lih. Muhammad Hasan Krueng Kalee,
Risalah li Tayfiyah: fiy adab al-Zikir wa tah}lil wa kaifiyah tilawah al-Samadiyyah ‘ala tariqah Qutub al-Irsyad al-H{abib ‘Abdu Allah al-Hadad, tp., 1345 H.
13 Berkenaan dengan Tgk. Hasan Krueng Kalee sebagai guru dan
pengembang tarekat Hadadiyah, dan Abdullah Ujong Rimba sebagai salah seorang muridnya ketika menjadi santri ulama ini, lebih jauh dapat ditelusuri
karya penulis berikut. Ali Hasjmy, Ulama Aceh ... hlm. 149; Ali Hasjmy, “Dari
Khazanah Masa Lalu Ulama Tgk. H. Abdullah Ujong Rimba Pelopor Haramkan
Ajaran Komunisme”, Waspada, (Medan: Percetakan Waspada, 29 September
1983), hlm. VIII.
12
Pengkajian Biografi Pemikiran ~ Misri A. Muchsin
di Mekkah (termasuk ulama tasawuf yang berada di Mekah) dan
penulis juga tidak menemukan orang-orang yang berhubungan
dengan Abdullah Ujong Rimba ketika ia belajar di Mekah.
Selama di Mekkah, Abdullah Ujong Rimba mendalami
dasar-dasar ilmu Islam (yang sudah didapatkannya ketika ia
kecil) dan mendalami ajaran wahabiyah. Hal ini dikarenakan
masyarakat di Mekah menganut paham wahabiyah, sehingga
ia terpengaruh paham tersebut (mengalahkan pendirian
dan pengetahuan ajaran tasawufnya sebelumnya). Hal ini
merupakan keadaan yang menyebabkan ia berperan ganda
(multi-faceted) di dalam ajaran tasawuf.
Perubahan pemikiran pada Abdullah Ujong Rimba tersebut
bersifat wajar. Hal ini dikarenakan pemikiran tasawuf yang
berasal dari Mekah lebih murni dibandingkan dengan ajaran
tasawuf yang berasal dari selain daerah Mekah.
Sikap dan Politik Abdullah Ujong Rimba
Tgk. H. Sofyan Hamzah mengatakan, ketika Abdullah Ujong
Rimba menjadi ulama, ia berbicara dan bersikap jujur dalam
berbagai kondisi. Hal ini karena ia berpendidikan, sehingga hal
tersebut membuat ia berprestasi dan bermartabat.14
Pada tahun 1347 H, Abdullah Ujong Rimba membangun
dayah di Ujong Rimba Cot, Pidie bersama dengan Tgk.
Muhammad Daud Beureueh dan ulama lainnya. Kemudian
pada tahun tahun 1348 H/ 1929 M, ia mendirikan organisasi
Islam yang bernama Taman Jama’ah Diniyah dan Madrasah
Sa’adah Abadiyah di daerah Blang Paseh, Sigli, Pidie.
Selanjutnya, bersama dengan Tgk. Muhammad Daud Beureueh
ia mendirikan negara Islam di Aceh yang disebut dengan DI/TII
pada tahun 1953. Akan tetapi, setelah melakukan pertimbangan
yang matang, pada tahun 1956 ia kembali kepada NKRI (Negara
Kesatuan Republik Indonesia).
14 Wawancara, dengan Tgk. Sofyan Hamzah, Imam Besar Masjid Raya
Baitur Rahman dan para ketua MUI Aceh sejak masa Abdullah Ujong Rimba
sampai waktu wawancara, 26 Januari, 2002.
13
Dimensi Metodologis Ilmu Sosial dan Humaniora
Faktor utama Abdullah Ujong Rimba keluar dari gerakan
DI/TII, kelihatannya terinspirasi dan terpengaruh dengan
pendapat beberapa ulama kenamaan ketika itu, yaitu Tgk.
Muda Wali al-Khalidy, Tgk. Hasan Krueng Kalee dan lainnya
menyebutkan gerakan DI/TII sebagai bughah mazmun
(pemberontakan tercela). Menurut mereka, pengikut gerakan
tersebut menyalahi hukum Allah dan Rasul-Nya, sebab mereka
dianggap memberontak pada pemerintahan yang sah dan
memberontak pemimpin Muslim.15
Pada masa penjajahan Jepang di Aceh, Abdullah Ujong
Rimba diserahi tugas sebagai Syuko Hoin (Mahkamah Tinggi
Agama Daerah Aceh). Kemudian, pada tanggal 1 Juli 1946
(setelah proklamasi Kemerdekaan RI), berdasarkan prestasi dan
profesionalismenya, Abdullah Ujong Rimba diangkat menjadi
Ketua Mahkamah Syar’iyah Kabupaten Pidie di daerah Sigli. Ia
diangkat berdasarkan SK Kepala Pejabat Agama Daerah Aceh
tanggal 12 Agustus 1946, No. I/ P.W.A.16 Karir yang dicapai
Abdullah Ujong Rimba selama di pengadilan meningkat pesat.
Hal ini ditandai dengan penetapannya pada jabatan anggota
dan wakil Ketua Pengadilan Agama Provinsi Daerah Istimewa
Aceh oleh pemerintah, dengan pangkat Penghulu Muda (D2/III)
pada tanggal 1 September 1957.
Selanjutnya, ia diangkat sebagai Act. Ketua Pengadilan
Agama/Mahkamah Syari’ah Kutaraja (Pengadilan Tinggi
Agama Banda Aceh), berdasarkan SK Menteri Muda Agama (3
Juni 1960 Nomor C/VI-3/3067), dengan jabatan sebagai Ketua
Pengadilan Tinggi Agama Tingkat I (ES/III). Kemudian ketika
ia pensiun ditandai dengan SK Menteri Agama (pada tanggal 24
Mei 1971, nomor B/III-3-C/2535). 17 Sesuatu hal yang menarik
15 M. Isa Sulaiman, Sejarah Aceh: Sebuah Gugatan Terhadap Tradisi,
(Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1997), hlm. 359-360.
16 Musdaruddin MS, Teungku Haji Abdullah Ujong Rimba dan Kebijaksanaan Dakwahnya di Aceh, Skripsi, (Banda Aceh: Fakultas Dakwah IAIN ArRaniry, 1995), hlm. 22.
17 Abdullah Ujong Rimba, Hakikat Islam ... hlm. vii; Ali Hasjmy, Ulama
Aceh ... hlm. 150-151.
14
Pengkajian Biografi Pemikiran ~ Misri A. Muchsin
dan menunjukkan semangat kerjanya yang luar biasa, setelah
memasuki masa pensiun Abdullah Ujong Rimba kembali bekerja
kepada Pemerintah Daerah sebagai hakim agama (tidak tetap)
di Pengadilan Tinggi Agama (PTA) Banda Aceh.
Abdullah Ujong Rimba bersama Tgk. M. Daud Beureueh
termasuk pendiri Persatuan Ulama Seluruh Aceh (PUSA) yang
hanya menjadi anggota (tidak aktif). Hal ini karena Abdullah
Ujong Rimba juga ikut dalam partai politik Islam Masyumi
dan menjadi ketua umum MUI Aceh (1965-1982). Kemudian
pada tahun 1968 ia menjadi Anggota DPA RI; pada tahun
1973 mendapat Bintang Maha Putra; pada tahun 1977-1982 ia
terpilih sebagai Anggota MPR RI dari utusan partai Golkar.18
Dengan kiprahnya seperti tersebut di atas, berarti selain
sebagai seorang ulama yang tertarik pada ajaran tasawuf,
Abdullah Ujong Rimba juga aktif dalam bidang politik, yaitu
sebagai anggota DPR dan MPR. Padahal politik dan tasawuf
merupakan dua sisi dan dan ranah kajian yang berbeda.
Tasawuf lebih terarah dan bersifat ukhrawi, sementara politik
bersifat duniawi.19 Menurut penelitian, dapat disimpulkan
bahwa ia memiliki pemikiran yang berbeda dari yang lain
karena mempunyai ragam tasawuf modern yang khas, sehingga
ia disebut sebagai pembaharu Islam di daerah Aceh.
Selama menjadi ketua MUI Provinsi Aceh, ia telah
mengantarkan lembaga tersebut kepada kemapanan dan
melahirkan beberapa fatwa sebagai undang-undang terhadap
18 Abdullah Ujong Rimba, Hakikat Islam ... hlm. iii-iv.
19 Dalam terma Abdullah Ujong Rimba, politik itu semacam daya helah
yang diusahakan untuk mencapai sesuatu tujuan; segala usaha yang ada
hubungannya dengan kemaslahatan negara. Menurutnya politik dibedakan
pula antara politik halus dan kasar. Politik halus disebut dengan tipu muslihat,
sedangkan politik kasar disebut juga dengan peperangan atau perlawanan.
Oleh karenanya manusia banyak yang menggunakan politik halus, sebab hanya
membawa kerugian (baik lawan maupun pihak sendiri) hanya harta benda,
tidak ikut nyawa. Ajaran Islam sendiri mengandung nilai politik. Politik Islam
supaya manusia, kalau mungkin masuk Islam seluruhnya; jadi sebaliknya
politik non-Islam, seperti orientalis. Ia juga malah menganggap politik itu
sebagai alat dalam menangkis politik pihak lain, yang ingin merong-rong Islam.
Lih. Abdullah Ujong Rimba, Hakikat Islam... hlm. 88-89.
15
Dimensi Metodologis Ilmu Sosial dan Humaniora
segala permasalahan umat. Fatwa-fatwa tersebut, baik dalam
bidang fiqh mu’amalah, bidang ‘aqidah, aliran kepercayaan,
maupun dalam gerakan masyarakat Aceh pada saat itu,
contohnya gerakan pemberontakan.
Selain itu, Abdullah Ujong Rimba juga mengajar mata
kuliah Fiqh Mu’amalah di Fakultas Syari’ah IAIN Ar-Raniry,
Banda Aceh. Menurut penuturan Sulaiman Ibrahim (salah
satu mahasiswanya), ia menghubungkan materi kuliah dengan
kenyataan atau realitas kekinian masyarakat. Selanjutnya
Sulaiman Ibrahim menambahkan dan mengakui bahwa gaya
dan metode mengajarnya tidak menarik.20 Hal ini karena ia
tidak memiliki dan mmendapatkan pengetahuan dan skill
metode mengajar secara formal.
Berdasarkan beberapa uraian di atas, di samping konsisten
terhadap ajaran syari’at, Abdullah Ujong Rimba juga menyukai
pada kajian seputar ajaran tasawuf. Ia ingin menciptakan
pembaruan dalam masyarakat, yaitu pembaruan yang tidak
terlepas dari ajaran syari’at.
Kajian Intelektual Pemikiran Abdullah Ujong Rimba
Selain mengajar dan memimpin MUI Aceh, Abdullah Ujong
Rimba juga aktif menulis dan seminar (lokakarya) ataupun
pertemuan ilmiah. Dalam hal menulis, ia menulis beberapa
artikel yang dipublikasikan dan yang dipresentasikan dalam
seminar-seminar.
Pedoman Penolak Salik Buta, merupakan karyanya
yang pertama yang diterbitkan dan dianggap sebagai karya
monumentalnya. Karya ini berisikan pemikiran Abdullah Ujong
Rimba yang berhubungan dengan syari’at, tasawuf, tarekat,
hakikat, dan ma’rifat. Selain itu, ia juga mengungkapkan
tarekat sufi; aliran tasawuf, dan berbagai jenis tarekat Islam,
serta sejarah perkembangan tasawuf di Nusantara (terutama
20 Wawancara dengan mantan mahasiswanya, Sulaiman Ibrahim, terakhir menjabat Kepala Perpustakaan IAIN Ar-Raniry, di Banda Aceh, pada 3
April 2001.
16
Pengkajian Biografi Pemikiran ~ Misri A. Muchsin
di Aceh yang merupakan asal berkembangnya ajaran tasawuf di
Nusantara). Kemudian dalam buku ini, ia juga mengungkapkan
ragam aliran tasawuf Salik Buta beserta ajaran, praktik dan
metode dakwahnya (dalam bentuk syair).
Karya Abdullah Ujong Rimba yang lain yaitu Ilmu Tarekat
dan Hakikat. Penulis menemukan karya tersebut terdiri dari
dua bentuk, yaitu berbentuk tulisan tangan (manuskrip)
dengan huruf Arab-Jawi dan berbentuk cetak (huruf Latin)
yang diterbitkan oleh MUI Aceh.
Bagian pertama karya ini membahas latar belakang
lahirnya aliran dan timbulnya perpecahan dalam Islam; aliran
(seperti Syi’ah, Khawarij, dan Ahlussunnah wal Jama’ah).
Bagian kedua membahas sejarah tasawuf beserta gerakannya;
hubungan antara syari’at, tarekat, dan hakikat (yang dibahas
secara spesifik pada bab ketiga dan keempat). Buku ini juga
dilengkapi dengan pembahasan sejarah perkembangan tarekat
Suluk di daerah Aceh dan ajaran Martabat Tujuh. Bab kelima
(sebagai bab penutup) membahas aliran dan jenis tasawuf yang
dianggap khas, serta sejumlah fatwa ulama mengenai ajaran
tasawuf di daerah Aceh.
Karya Abdullah Ujong Rimba selanjutnya yaitu Hakikat
Islam (diterbitkan oleh MUI Aceh pada tahun 1980) yang
membahas dasar-dasar ajaran dan pedoman agama Islam,
yaitu al-Qur’an, al-Hadist, Ijmak, dan Qiyas. Ia juga membahas
tokoh-tokoh yang memiliki motivasi dalam mengembangkan
karir dan kerja, sehingga dapat dibedakan antara tokoh yang
termotivasi oleh agama, penjajahan, perdagangan, politik, dan
pendidikan, dengan tokoh yang hanya termotivasi pada bidang
akademik murni.
Selain itu, Abdullah Ujong Rimba juga membahas tentang
hubungan Islam dengan manusia, serta hubungan Islam
dengan perempuan. Dalam pembahasannya tentang hubungan
Islam dengan manusia, ia menjelaskan posisi manusia dalam
hubungan dengan Allah (sebagai penciptanya). Kemudian dalam
17
Dimensi Metodologis Ilmu Sosial dan Humaniora
pembahasannya mengenai hubungan Islam dengan perempuan,
ia membicarakan konsep jender dalam Islam yang ditinjau
melalui perspektif sejarah pra-Islam, konsep ketidakadilan
jender, dan menolak terhadap sistem perbudakan dalam Islam,
termasuk perbudakan pada kaum wanita.
Pada Bab 6-12 karyanya yang kedua dimaksud, Abdullah
Ujong Rimba membahas tentang hubungan Islam dengan dunia,
hubungan Islam dengan politik, toleransi beragama, penegakan
hukum, mazhab-mazhab, modernisasi dan konsep pembangunan
dalam Islam, sunnatullah dan pemikiran tasawuf (termasuk
aliran-aliran kebatinan di Indonesia).
Akhir dari bahasan karya kedua Abdullah Ujong Rimba
mengungkapkan mengenai tasawuf sebagai salah satu aliran
dalam Islam, sehingga hal tersebut merupakan salah satu faktor
latar belakang masalah dalam tema penelitian ini. Oleh karena
itu ketiga karya ini menjadi sumber primer dalam penelitian
ini.
Selain ketiga buku di atas, sumber lain yang membantu
penelitian ini berupa makalah yang berjudul Masalah Talqin
dan Qunut (makalah ini disampaikan dalam Musyawarah
Alim Ulama Se-daerah Istimewa Aceh pada tanggal 21-26
November 196721). Di dalam makalah tersebut, ia menjelaskan
(berdasarkan sejumlah al-Hadist, meskipun hadist yang disebut
dha’if) bahwa talqin diperbolehkan dalam Islam ketika sakratul
maut. Talqin adalah upacara penguburan mayat yang tidak
berlawanan dengan hukum Islam. Aktivitas tersebut bermaksud
memberi perhatian, menghormati mayat, dan dengan talqin
tersebut, diharapkan dapat menambah keimanan kepada umat
(mengenai alam kubur).
Adapun mengenai pembacaan qunut (membaca do’a
setelah ruku’ pada raka’at kedua salat subuh), banyak ulama
yang berbeda pendapat mengenai hal itu. Menurut Abdullah
21 Abdullah Ujong Rimba, “Masalah Talqin dan Qunut”, Keputusan
Musyawarah Alim Ulama Sedaerah Provinsi Daerah Istimewa Atjeh, (Banda
Aceh: MUI Aceh, 21-26 November 1967), hlm. 19-24.
18
Pengkajian Biografi Pemikiran ~ Misri A. Muchsin
Ujong Rimba hal itu merupakan furu’iyah, yang berarti tidak
perlu dipermasalahkan. Selanjutnya, buku tersebut merupakan
penjelasan mengenai perdebatan dalam masyarakat Aceh. Hal
ini membuktikan bahwa Abdullah Ujong Rimba merupakan
ulama yang merespon segala permasalahan umat, dan sebagai
moderator.
Artikel lain (yang diseminarkan dan dipublikasikan) yang
berjudul Sejarah Kerajaan Islam Pase22 (makalah diseminarkan
di Medan pada tahun 1967) berisi tentang sejarah masuk dan
berkembangnya agama Islam di Aceh yang bersumber dan
berdasarkan oendekatan Arkeologis, yaitu dengan mengkaji
tulisan yang terdapat pada batu nisan kompleks makam rajaraja di daerah Pase, kecamatan Blang Me Geudung Pase, Aceh
Utara. Berdasarkan artikel tersebut, Abdullah Ujong Rimba
menggemari sejarah dan arkeologi (meskipun tidak belajar
secara formal).
Berdasarkan tiga karya tulis tersebut, Abdullah Ujong
Rimba adalah seorang ulama yang memberi perhatian besar
pada ajaran tasawuf dan mengimplementasi dalam kehidupan
kesehariannya, dengan terbukti, seperti informasi dari sejumlah
informan, bahwa ia terkenal memiliki sikap tawadhu’, jujur,
dan low profile.
Selain itu, Abdullah Ujong Rimba merupakan seorang
ulama yang tidak mementingkan duniawi, seperti kekayaan
dan kenikmatan berlebihan dalam hidup, sehingga ia tidak
memiliki harta (kecuali sebuah rumah yang terletak di daerah
Pasar Peunayong, Banda Aceh). Menurut data yang diperoleh,
ia tidak memiliki keturunan (padahal ia memiliki dua orang
isteri). Oleh karena itu rumah peninggalannya diwariskan
kepada keluarga dekatnya (ketika ia menjelang meninggal pada
tanggal 11 September 1983). Begitu juga dengan bangunan
pengajian (dayah) yang terletak di gampong Ujong Rimba, Tiro
22 Abdullah Ujong Rimba, “Sejarah Kerajaan Islam Pase”, dalam Majalah
Dwi Bulanan Santunan, No. 10 Tahun II, (Banda Aceh: Departemen Agama
Provinsi Daerah Istimewa Aceh, Maret-April 1977), hlm. 22-23 & 36.
19
Dimensi Metodologis Ilmu Sosial dan Humaniora
yang masih utuh, ditinggalkan untuk keluarganya.
Simpulan
Menulis biografi seperti menceritakan tentang riwayat
hidup. Penulisan atau pengkajian jenis ini boleh untuk diri
sendiri (otobiografi), bisa juga menuliskan untuk kajian
biografi orang lain. Biografi berasal dari bahasa Yunani, yaitu
bios diartikan hidup, dan graphien yang berarti tulis. Dengan
kata lain biografi merupakan tulisan tentang kehidupan
seseorang. Biografi, secara sederhana dapat dikatakan sebagai
sebuah kisah riwayat hidup seseorang. Biografi menganalisa
dan menerangkan kejadian-kejadian dalam hidup seseorang.
Lewat biografi, akan ditemukan hubungan, keterangan arti
dari tindakan tertentu atau misteri yang melingkupi hidup
seseorang, serta penjelasan mengenai tindakan dan perilaku
hidupnya.
Riwayat hidup adalah catatan singkat tengtang gambaran
diri seseorang. Selain berisi data pribadi, gambaran diri itu
paling tidak harus diisi keterangan tentang pendidikan atau
keahlian dan pengalaman. Dengan data itu riwayat hidup dan
pemikirannya akan memberikan gambaran atau kualifikasi
seseorang.
Inference sebagai penyimpulan dan menarik kesimpulan
dengan mengeluarkan suatu hasil sebagai penuturan dan
penalaran. Buah pemikiran seseorang dimaksud yang tertuang
dalam karya-karyanya. Dari itu kajian pemikiran seseorang
telah mensyaratkan adanya karya tulis, baik berupa buku,
artikel dan tulisan lainnya walaupun surat-surat tokoh yang
bersangkutan. Hal itu karena dengan tulisan-tulisan itu
yang lebih akurat dan orisinal dibedah pemikiran seseorang,
walaupun sudah terjadi perubahan seiring dengan pergantian
zaman. Wallahu A’lam bish-shawab.[]
20
Download