BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
I.1
Latar Belakang Masalah
Manusia adalah makhluk individu dan makhluk sosial. Dalam hubungannya dengan
manusia sebagai makhluk sosial, terkandung suatu maksud bahwa manusia bagaimanapun
juga tidak lepas dari individu lainnya. Secara kodrati manusia akan selalu hidup bersama.
Hidup bersama antarmanusia akan berlangsung dalam berbagai bentuk komunikasi dan
situasi. Dalam kehidupan semacam inilah terjadi interaksi. Dengan demikian kegiatan hidup
manusia akan selalu dibarengi dengan proses interaksi atau komunikasi, baik interaksi dengan
alam lingkungan, interaksi dengan sesama, maupun interaksi dengan Tuhannya, baik itu
sengaja maupun tidak disengaja.
Interaksi sosial merupakan kebutuhan kodrati yang dimiliki oleh manusia. Kebutuhan
berinteraksi dengan orang lain telah dirasakan sejak usia enam bulan, disaat itu mereka telah
mampu mengenal manusia lain, terutama ibu dan anggota keluarganya. Anak mulai mampu
membedakan arti senyum dan perilaku sosial lain, seperti marah (tidak senang mendengar
suara keras) dan kasih sayang. Bonner (Gerungan, 1986: 57) merumuskan interaksi sosial
sebagai hubungan antara dua orang atau lebih dimana kelakuan individu yang satu
mempengaruhi, mengubah, atau memperbaiki kelakuan individu yang lain atau sebaliknya.
Pada awal manusia dilahirkan manusia itu belum bersifat sosial, dalam artian belum
memiliki kemampuan dalam berinteraksi dengan orang lain. Kemampuan sosial anak
diperoleh dari berbagai kesempatan dan pengalaman bergaul dengan orang-orang di
lingkungannya. Pada dasarnya anak-anak mempunyai kebutuhan yang besar untuk
berinteraksi dengan teman seusianya. Namun, tidak selalu mereka mendapatkan situasi yang
mudah untuk dilalui atau bahkan untuk dipahami oleh mereka sendiri. Orang tua dan orang-
Universitas Sumatera Utara
orang yang berada disekitar anak harus menjadi motor yang positif bagi anak sehingga dapat
membantu perkembangan keterampilan sosial anak dan sekaligus membantu perkembangan
psikologis anak menjadi lebih optimal. Keterampilan sosial pada anak merupakan salah satu
hal penting dalam membantu anak untuk bisa mempunyai teman dan berinteraksi dengan
orang lain. Keterampilan sosial ini membantu perkembangan anak dalam menjalani tugas
perkembangannya.
Keterampilan tersebut harus mulai dikembangkan sejak anak masih berada pada
rentangan usia dini yakni pada usia 0-6 tahun. Pengembangan keterampilan sosial pada anak
dapat dilakukan misalnya dengan memberikan waktu yang cukup buat anak untuk bermain
atau bercanda dengan teman sebayanya, memberikan tugas dan tanggungjawab sesuai dengan
perkembangan anak dan berbagai upaya lainnya yang dapat merangsang tumbuhnya
keterampilan sosial dalam diri anak. Dengan mengembangkan keterampilan tersebut sejak
dini maka akan memudahkan anak dalam memenuhi tugas-tugas perkembangan berikutnya
sehingga ia dapat berkembang secara normal dan sehat saat ia remaja atau dewasa.
Lingkungan pertama tempat anak melatih keterampilan sosial selain di lingkungan
keluarga adalah lingkungan sekolah dan pihak yang cukup berkompeten dalam mengenalkan
bagaimana cara berinteraksi dengan lingkungan adalah guru di Taman Kanak-kanak (TK).
TK adalah salah satu bentuk pendidikan prasekolah yang menyediakan program pendidikan
dini bagi anak usia 4 tahun sampai memasuki pendidikan dasar. Tujuan program kegiatan
belajar di TK adalah untuk membantu meletakkan dasar kearah perkembangan sikap,
pengetahuan, keterampilan dan daya cipta yang diperlukan oleh anak didik dalam
menyesuaikan diri dengan lingkungannya, untuk pertumbuhan serta perkembangan
selanjutnya.
Kemampuan berkomunikasi sejak anak usia dini harus mendapat perhatian baik dari
para orang tua maupun guru. Anak perlu dilatih berkomunikasi dengan baik sebagai bekal
Universitas Sumatera Utara
dalam hubungan sosial mereka. Keterampilan berkomunikasi bukan sekedar kemampuan
berbicara, melainkan kemampuan dalam menyampaikan kata-kata atau kalimat dengan baik
kepada orang lain sekaligus juga mampu memahami dan merespon atau mampu menjalin
komunikasi yang baik dan efektif. Dengan demikian kemampuan berkomunikasi ini menjadi
inti dari sosialisasi. TK mempersiapkan anak secara fisik dan psikis sehingga anak siap dan
mampu menapak ke dunia baru dengan lebih nyaman. TK juga dijadikan sebagai tempat
menyenangkan bagi anak untuk bermain dan belajar serta mengembangkan diri sebagai
makhluk sosial, sehingga keterampilan sosial perlu dipelajari oleh anak di TK.
Peran guru sebagai fasilitator dalam pelaksanaan pendidikan untuk anak usia dini
harus mampu memberikan kemudahan kepada anak untuk mempelajari berbagai hal yang
terdapat dalam lingkungannya. Anak usia dini memiliki rasa ingin tahu dan sikap antusias
yang kuat terhadap segala sesuatu serta memiliki sikap berpetualang dan minat yang kuat
untuk mengobservasi lingkungan. Mereka selalu ingin tahu tentang segala apa yang mereka
temui di lingkungannya, akan timbul pertanyaan-pertanyaan jika mereka menemui sesuatu
yang baru baginya. Pengenalan terhadap lingkungan di sekitarnya merupakan pengalaman
yang positif untuk mengembangkan minat keilmuan anak usia dini. Maka dari itu seorang
guru harus peka terhadap kebutuhan ingin tahu dari anak usia dini ini dan juga seorang guru
harus dapat memenuhi kebutuhan tersebut.
Membangun pengetahuan pada anak sangat berbeda dengan orang dewasa.
Membangun pengetahuan pada anak khususnya anak usia dini haruslah berdasarkan kepada
bermain dan permainan. Dengan melalui kegiatan bermain anak-anak dapat mengembangkan
berbagai aspek yang diperlukan untuk persiapan masa depan. Bermain antara lain membantu
perkembangan tubuh, perkembangan emosional, perkembangan sosial, perkembangan
kognitif dan moral serta kepribadian maupun bahasa. Bermain juga bisa dijadikan media
Universitas Sumatera Utara
untuk membina hubungan yang dekat diantara anak atau antara anak dengan orang tua, guru,
maupun dengan orang dewasa lainnya sehingga tercipta komunikasi yang efektif.
Pada usia anak di TK, guru harus memberikan dasar-dasar ilmu pengetahuan yang
bermanfaat untuk perkembangan diri anak kelak, baik yang bersifat kurikuler maupun
ekstrakurikuler. Selain itu, seorang anak akan menghadapi berbagai tugas perkembangan,
seperti belajar menyesuaikan diri dengan teman seusianya, proses terbentuknya konsep diri
yang baik, mulai mengembangkan peran sosial sesuai gender-nya serta mengembangkan hati
nurani, akhlak dan tata nilai pengertian. Pada masa itu pula seorang anak tidak saja
membutuhkan bimbingan dari orang tua, tetapi juga guru, tokoh-tokoh masyarakat lainnya
dan juga teman-teman. Selain itu, kesempatan untuk memperoleh pengalaman belajar juga
memegang peran kritis, tidak seperti ketika berusia balita, dimana pengalaman belajar
tersebut dilakukan hanya dengan bantuan orang tua dan orang di sekitar lingkungan
terdekatnya.
Salah satu cara agar proses belajar anak memperoleh pengetahuan adalah melalui
kegiatan bermain sambil belajar. Dengan bermain dan belajar, seorang anak akan
memperoleh kesempatan untuk mempelajari berbagai hal baru. Belajar dan bermain bagi
mereka juga merupakan sarana dalam mengembangkan berbagai keterampilan sosialnya.
Dengan adanya kegiatan belajar dan bermain, seorang anak akan menemukan bahwa
merancang suatu hal baru dan berbeda dapat menimbulkan kepuasan dan pada akhirnya
seorang anak akan menjadi lebih kreatif dan inovatif. Hal ini sangat berguna bagi tumbuh
kembang anak yang masih berada pada rentangan usia dini.
Khusus mengenai pemahaman tentang peranan guru sebagai orang terdekat anak
disekolah harus pula dirubah. Guru tidak lagi sebagai orang dewasa dan pembimbing yang
hanya mengatur dan menjalankan kurikulum disekolah. Guru adalah orang dewasa yang
sangat harus disukai anak. Peran guru sebagai teman, model, motivator, dan fasilitator akan
Universitas Sumatera Utara
menjadikan anak senang datang ke sekolah dan akan menjadikan setiap proses belajar
menjadi bermaknadan menyenangkan bagi anak. Inilah yang akan selalu dituntut oleh
masyarakat di era sekarang ini dimana guru menjadi seorang profesional. Ia juga akan
dituntut kematangan yang mempersyaratkan willingness dan ability, baik secara intelektual
maupun pada kondisi yang prima. Profesionalisasi seperti ini harus dipandang sebagai proses
yang terus menerus.
Penelitian ini akan dilakukan pada guru kelas di Taman Kanak-kanak (TK) Sabila
Amanda Medan. TK Sabila Amanda adalah merupakan salah satu TK Al-Qur’an di kota
Medan yang memiliki metode pengajaran dengan mendekatkan para anak kepada pengajar
atau guru kelasnya. Hal ini dapat dilihat dengan panggilan “Bunda” oleh setiap anak kepada
para guru kelas. Panggilan ini dimaksudkan untuk mendekatkan anak secara emosional
dengan para pengajar. Mereka akan merasa seperti memanggil ibu kandung mereka sendiri
dirumah. Selain itu suasana belajar yang menyenangkan dengan menggunakan strategi,
metode, materi/bahan dan media yang menarik serta mudah diikuti oleh anak juga menjadi
pendukung terbentuknya interaksi yang intesif antara guru dengan anak maupun antara
sesama anak. Tidak hanya dalam suasana belajar, dalam suasana bermain juga mereka
dituntut untuk menjalin interaksi dengan sesamanya. Beberapa permainan sengaja dirancang
untuk membangun keterampilan sosial mereka.
Metode pengajaran dengan persentase 70% belajar dan 30% bermain juga merupakan
suatu keunggulan tersendiri dari TK Sabila Amanda. TK ini membuat metode pengajaran
dimana lebih banyak persentase belajar dengan maksud agar anak didik lebih siap dari segi
akademik untuk memasuki jenjang pendidikan selanjutnya yaitu sekolah dasar (SD). Hal ini
juga dikarenakan tuntutan zaman, dimana saat sekarang ini kebanyakan SD membuat
persyaratan untuk anak yang akan masuk SD harus sudah lulus dari TK. Metode pengajaran
yang digunakan adalah metode yang membuat para anak merasa nyaman dan santai dengan
Universitas Sumatera Utara
menyisipkan metode bermain sambil belajar sehingga tanpa disadari anak telah memperoleh
pelajaran saat mereka bermain. TK Sabila Amanda juga telah banyak mencetak prestasi,
diantaranya memperoleh juara dalam berbagai perlombaan, diantaranya perlombaan
mewarnai, peragaan busana daerah, menyanyi, menari dan hapalan surah-surah Al-Qur’an.
Berdasarkan uraian diatas, peneliti merasa tertarik untuk meneliti bagaimana pola
strategi komunikasi antarpribadi guru dan keterampilan sosial anak usia dini di TK Sabila
Amanda Medan.
I.2
Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka dapat dirumuskan
permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : “Bagaimanakah pola strategi
komunikasi antarpribadi guru dan keterampilan sosial anak usia dini di TK Sabila Amanda
Medan?”
I.3
Pembatasan Masalah
Untuk menghindari ruang lingkup penelitian yang terlalu luas sehingga dapat
mengaburkan penelitian, maka peneliti membatasi masalah yang akan diteliti. Adapun
pembatasan masalah yang akan diteliti adalah sebagai berikut:
1. Penelitian ini bersifat deskriptif yang hanya memaparkan suatu situasi atau
peristiwa secara sistematis, tidak mencari atau menjelaskan hubungan, tidak
menguji hipotesis atau membuat prediksi.
2. Penelitian ini terbatas pada pola strategi komunikasi antarpribadi guru dan
keterampilan sosial anak usia dini di TK Sabila Amanda Medan.
3. Subjek penelitian adalah guru kelas di TK Sabila Amanda Medan dan objek
penelitiannya adalah keterampilan sosial anak usia dini di TK Sabila Amanda Medan.
Universitas Sumatera Utara
4. Lokasi penelitian adalah TK Sabila Amanda Jln. Raya Menteng Gg. Benteng No.
1 Medan.
5. Penelitian ini dilakukan pada bulan Desember 2011, dengan lama penelitian yang
akan disesuaikan dengan tingkat kebutuhan.
I.4
Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :
Untuk mengetahui pola strategi komunikasi antarpribadi yang dilakukan oleh guru dalam
membentuk keterampilan sosial anak usia dini di TK Sabila Amanda Medan.
I.5
Manfaat Penelitian
1. Secara akademis, penelitian ini diharapkan dapat memperluas atau menambah
khasanah penelitian komunikasi khususnya penelitian mengenai komunikasi
antarpribadi di lingkungan FISIP USU.
2. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan berguna untuk menambah ilmu
pengetahuan dan wawasan peneliti mengenai pola strategi komunikasi
antarpribadi guru dan keterampilan sosial anak usia dini.
3. Secara praktis, penelitian ini dapat memberikan sumbangan pemikiran dan
kontribusi kepada siapa saja yang tertarik terhadap pengetahuan yang
berhubungan dengan komunikasi antarpribadi serta dapat menjadi masukan bagi
TK tempat penelitian dilakukan yaitu TK Sabila Amanda Medan.
Universitas Sumatera Utara
I.6
Kerangka Acuan Berpikir
Kerangka Acuan Berpikir Peneliti
Taman Kanakkanak
(TK)
Anak Usia
Dini
Guru TK
Pola Strategi
Komunikasi
Antarpribadi
Keterampilan
Sosial Anak
Usia Dini
Sumber : Peneliti 2011
Universitas Sumatera Utara
Download