1 pengaruh terapi musik keroncong dan aromaterapi lavender

advertisement
PENGARUH TERAPI MUSIK KERONCONG DAN AROMATERAPI LAVENDER
(LAVANDULA ANGUSTIFOLIA) TERHADAP PENINGKATAN KUALITAS TIDUR
LANSIA DI PANTI WREDHA DHARMA BHAKTI KASIH SURAKARTA
2)
3)
Fefi Putri Novianty1), Wahyuningsih Safitri , Ariyani
Prodi S-1 Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta
3
RSUD Dr. Moewardi Surakarta
1,2
ABSTRAK
Peningkatan jumlah lansia akibat peningkatan harapan hidup akan menyebabkan
masalah di bidang kesehatan salah satunya mengalami gangguan tidur berupa kualitas
tidur buruk. Kualitas tidur buruk menyebabkan lansia mengalami kelelahan, sulit
berkonsentrasi, sering mengantuk disiang hari dan merasa tidak segar saat bangun tidur
di pagi hari. Hal ini dapat diatasi dengan terapi farmakologi dan nonfarmakologi. Terapi
nonfarmakologi yang dapat digunakan berupa terapi musik keroncong dan aromaterapi
lavender. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh terapi musik
keroncong dan aromaterapi lavender terhadap peningkatan kualitas tidur lansia. Jenis
penelitian ini adalah penelitian kuantitatif menggunakan rancangan quasi eksperiment
dengan desain penelitian pre and post test without control. Teknik pengambilan sampel
dalam penelitian ini menggunakan purposive sampling dengan sampel 20 responden di
Panti Wredha Dharma Bhakti Kasih Surakarta. Hasil analisis statistik menggunakan uji
Wilcoxon menunjukkan p value sebesar 0,001 artinya ada pengaruh pemberian terapi
musik keroncong dan aromaterapi lavender terhadap peningkatan kualitas tidur lansia.
Saran bagi lansia yang mengalami kualitas tidur buruk untuk dapat mengaplikasikan
terapi musik keroncong dan aromaterapi lavender dengan bantuan tenaga kesehatan
untuk meningkatkan kualitas tidur lansia.
Kata Kunci : Kualitas Tidur Lansia, Terapi Musik Keroncong, Aromaterapi Lavender
ABSTRACT
The increase number of elderly due to the increase in life expectancy will bring about
problems in health field. One of them is sleep disorder that is poor sleep quality. The
poor sleep quality will cause the elderly to experience fatigue, concentration difficulty,
frequent drowsiness during the day, and no fresh feeling soon after getting up in the
morning. Such problems may be dealt with pharmacological and non-pharmacological
therapies. The latter can be done by utilizing keroncong music therapy and lavender
aromatherapy. The objective of this research is to investigate the effect of keroncong
music therapy and lavender aromatherapy on the improvement of sleep quality of the
elderly. This research used the quasi experimental quantitative research method with
pretest and posttest without control design. The samples of the research were taken by
using the purposive sampling technique. They consisted of 20 elderly respondents at
Dharma Bhakti Kasih Nursing Home of Surakarta. The statistical analysis with the
Wilcoxon Test shows that the value of p is 0.001, meaning that there is an effect of the
administration of keroncong music therapy and lavender aromatherapy on the
improvement of sleep quality of the elderly at Dharma Bhakti Kasih Nursing Home of
Surakarta. Thus, the elderly experiencing the poor sleep quality are suggested to apply
keroncong music therapy and lavender aromatherapy with the aid of health practitioners
as to improve their sleep quality.
Keywords: Sleep quality of elderly, keroncong music therapy and lavender aromatherapy
1
PENDAHULUAN
Proses menua merupakan
proses alami yang disertai adanya
penurunan kondisi fisik, psikologis
maupun
sosial
yang
saling
berinteraksi satu sama lain. Keadaan
tersebut berpotensi menimbulkan
masalah kesehatan secara umum
maupun kesehatan jiwa secara
khusus pada lanjut usia (Anwar
2010). Jumlah penduduk lanjut usia
di indonesia pada tahun 2006 sebesar
19 juta jiwa atau 8,9% dengan usia
harapan hidup 66,2 tahun dan pada
tahun 2010 meningkat sebesar 23,9
juta jiwa atau 9,77% dengan usia
harapan hidup 67,4 tahun (Badan
Pusat Statistik 2010).
Peningkatan jumlah lanjut usia
akibat peningkatan usia harapan
hidup akan menyebabkan masalah di
bidang kesehatan antara lain
perasaan tidak berguna, mudah sedih,
stres, depresi, ansietas, demensia,
delirium dan mengalami gangguan
tidur
baik
kualitas
maupun
kuantitasnya
(Wayan
2006).
Gangguan tidur yang dialami oleh
lanjut usia antara lain sering terjaga
pada malam hari, sering terbangun
pada dini hari, sulit untuk tertidur,
dan rasa lelah pada siang hari
(Davison dan Neale 2006). Faktor
yang dapat menyebabkan terjadinya
gangguan tidur pada lanjut usia
antara lain perubahan lingkungan
sosial, penggunaan obat-obatan yang
meningkat, penyakit dan perubahan
aktivitas (Prayitno 2002). Prevalensi
gangguan tidur pada lanjut usia
cukup tinggi, dilaporkan 40-50% dari
populasi lanjut usia di dunia
menderita gangguan tidur (Sadock
dan Sadock 2007).
2
Beberapa
dampak
dari
gangguan tidur pada lanjut usia
antara lain penurunan nafsu makan,
kelemahan / kelelahan, peningkatan
angka kejadian kecelakaan baik di
rumah maupun di jalan, terjatuh,
iritabilitas, menyebabkan emosi
menjadi tidak stabil, sulit untuk
berkonsentrasi, dan kesulitan dalam
mengambil suatu keputusan (Wold
2004).
Cara yang dapat digunakan
untuk mengatasi masalah kualitas
tidur terdiri dari terapi farmakologi
dan
nonfarmakologi.
Terapi
farmakologi yang biasa digunakan
dan dianggap paling efektif adalah
obat tidur, dimana jika digunakan
terus-menerus
akan
mengalami
ketergantungan
(Soemardini,
Suharsono dan Kusuma 2013).
Terapi
nonfarmakologi
untuk
mengatasi gangguan tidur yaitu
terapi pengaturan tidur, terapi
psikologi, dan terapi relaksasi. Terapi
relaksasi dapat dilakukan dengan
cara terapi musik dan aromaterapi.
Penggunaan terapi musik ditentukan
oleh intervensi musikal dengan
maksud memulihkan, merelaksasi,
menjaga, memperbaiki emosi, fisik,
psikologis, dan kesehatan serta
kesejahteraan
spiritual
(Djohan
2006). Aromaterapi dapat diberikan
dengan tujuan untuk meningkatkan
kesehatan dan kesejahteraan tubuh,
pikiran, dan jiwa. Penyembuhan
nonfarmakologi terhadap gangguan
tidur sangat diperlukan untuk
meminimalkan
efek
terapi
farmakologi karena sifatnya yang
tidak memberikan efek samping dan
ketergantungan
(Soemardini,
Suharsono dan Kusuma 2013).
Penelitan
yang
berkaitan
dengan kualitas tidur pada lanjut usia
yaitu penelitian dengan judul
perbedaan efektifitas terapi musik
dengan relaksasi otot progresif
terhadap peningkatan kualitas tidur
lansia di Banjar Peken Desa Sumerta
Kaja didapatkan hasil sebelum
diberikan terapi musik kualitas tidur
lansia kurang yaitu sebesar 56,2%
dan setelah diberikan terapi musik
kualitas tidur sedang memiliki
proporsi yang paling banyak yaitu
sebesar 68,8% (Widyastuti, Achjar
dan Surasta 2011).
Berdasarkan
hasil
studi
pendahuluan di Panti Wredha
Dharma Bhakti Kasih Surakarta
didapatkan data terdapat 52 lansia
yang dirawat di sana. Hasil
wawancara dan observasi pada 52
orang lansia didapatkan bahwa
beberapa lansia mengeluh sulit untuk
tertidur pada malam hari, sering
terbangun malam hari dan merasa
tidur tidak nyeyak. Hal ini
dikarenakan
adanya
perubahan
lingkungan sosial yaitu suara yang
berisik dan teman sekamar yang
mengganggu kenyamanan lanjut usia
untuk tertidur. Hal yang dilakukan
oleh lansia untuk mengatasi masalah
gangguan tidur mereka dengan
berdoa dan memejamkan mata
sampai akhirnya mereka tertidur
dengan sendirinya dan cara tersebut
dianggap efektif untuk dapat tidur.
Lanjut usia di Panti Wredha Dharma
Bhakti Kasih Surakarta belum
mengetahui cara nonfarmakologis
yang
dapat
digunakan
dan
penerapannya. Berdasarkan data
tersebut diatas, peneliti ingin
mengetahui pengaruh terapi musik
keroncong dan aromaterapi lavender
terhadap peningkatan kualitas tidur
lansia.
METODOLOGI
Penelitian ini menggunakan
rancangan quasi eksperiment dengan
desain penelitian yang digunakan
yaitu kuantitatif dengan pre and post
test without control (Sugiyono 2013).
Pada desain penelitian ini, peneliti
hanya melakukan intervensi pada
satu kelompok tanpa pembanding.
Penelitian ini dilakukan di Panti
Wredha Dharma Bhakti Kasih
Surakarta pada tanggal 10 februari –
23 februari 2014. Populasi dalam
penelitian ini yaitu semua lansia
yang berada di Panti Wredha
Dharma Bhakti Kasih Surakarta
sebanyak
52
orang
lansia.
Pengambilan
sampel
dalam
penelitian ini menggunakan tehnik
purposive sampling dan didapatkan
20 orang responden memenuhi
kriteria inklusi.
Pengumpulan data dilakukan
dengan teknik wawancara dengan
menggunakan
kuesioner
PSQI
(Pittsburg Sleep Quality Index).
Kuesioner ini terdiri dari 19 poin
pertanyaan yang terdiri dari 7
komponen nilai yaitu kualitas tidur
subjektif, tidur laten, lama tidur,
efisiensi tidur, gangguan tidur,
pemakaian obat tidur dan disfungsi
siang hari. Dari sampel yang
didapatkan akan berada dalam satu
kelompok dan dilakukan pre test
menggunakan
kuesioner
PSQI
kemudian
responden
diberikan
terapi
musik
keroncong
dan
aromaterapi
lavender
secara
bersamaan dikamar masing-masing
yaitu satu kali sehari dalam waktu 30
menit selama 7 hari. Sesudah
diberikan intervensi berupa terapi
musik keroncong dan aromaterapi
lavender selama 7 hari kemudian
3
peneliti melakukan post test pada
responden dengan menggunakan
kuesioner PSQI. Data yang sudah
terkumpul akan dianalisa yaitu
menggunakan analisis univariat
untuk kualitas tidur dan analisis
bivariat menggunakan uji Wilcoxon
untuk mengetahui pengaruh sebelum
dan sesudah diberikan terapi musik
keroncong dan aromaterapi lavender
terhadap peningkatan kualitas tidur
lansia. Interpretasi dari uji Wilcoxon
yaitu dengan menggunakan taraf
signifikan (α = 0,05). Kaidah
keputusan analisa datanya yaitu
apabila p value ≤ 0,05 maka ada
pengaruh pemberian terapi musik
keroncong dan aromaterapi lavender
terhadap peningkatan kualitas tidur
lansia (Priyatno 2012).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Karakteristik Responden
Tabel 1 Distribusi
frekuensi
karakteristik
responden
berdasarkan usia di Panti
Wredha Dharma Bhakti
Kasih Surakarta tahun 2014
(n=20)
Usia
Jumlah
60-74 tahun
(lanjut usia
dini)
75-90 tahun
(lanjut usia
tua)
Total
15
Persentase
(%)
75
5
25
20
100
Berdasarkan Tabel 1 dapat
diketahui bahwa usia responden
terbanyak adalah usia 60-74 tahun
(lanjut usia dini) sebanyak 15 (75%)
orang dan usia 75-90 tahun (lanjut
4
usia tua) sebanyak 5 orang (25%).
Lanjut
usia
akan
mengalami
perubahan fisik berupa penurunan
fungsi organ sehingga rentan
terhadap berbagai penyakit seperti
nyeri pinggang, nyeri dada, nyeri
sendi, pusing dan gangguan tidur
(Bandiyah 2009). Hal tersebut dapat
terjadi pada lanjut usia dini karena
adanya proses degenerasi dan hal ini
dapat menyebabkan kualitas tidur
tidak adekuat (Erliana 2008).
Kualitas tidur yang kurang pada
lanjut usia terjadi karena adanya
penurunan yang progresif pada tahap
tidur NREM 3 dan 4, beberapa lansia
hampir tidak memiliki tahap tidur
NREM 4 dan tidur yang dalam
(Potter dan Perry 2006).
Tabel 2 Distribusi
frekuensi
karakteristik
responden
berdasarkan jenis kelamin di
Panti
wredha
Dharma
Bhakti Kasih Surakarta
tahun 2014 (n=20)
Jenis
Jumlah
Kelamin
Laki-laki
7
Perempuan
13
Total
20
Persentase
(%)
35
65
100
Berdasarkan Tabel 2 dapat
diketahui bahwa jenis kelamin
perempuan lebih banyak dibanding
jenis
kelamin
laki-laki
yaitu
responden perempuan sebanyak 13
orang (65%) sedangkan responden
laki-laki 7 orang (35%). Perempuan
cenderung memiliki kualitas tidur
buruk dibandingkan dengan laki-laki
karena perempuan lebih sering
mengalami gangguan pada faktor
psikis seperti stres atau depresi.
Perempuan menggunakan perasaan
untuk mengekspresikan sesuatu
sehingga perempuan lebih sering
merasa takut, gelisah dan tertekan
yang mengakibatkan stres. Keadaan
stres dapat membuat tidur tidak lelap,
susah tidur bahkan tidak bisa tidur.
Perubahan hormon juga terjadi pada
saat perempuan memasuki massa
menopause dimana terjadi penurunan
hormon estrogen dan progesteron
seperti yang dialami oleh lansia yang
mengakibatkan terjadinya gangguan
tidur (Widya 2010).
Analisis Univariat
Tabel 3 Distribusi frekuensi kualitas
tidur responden sebelum
diberikan
terapi
musik
keroncong dan aromaterapi
lavender di Panti Wredha
Dharma
Bhakti
Kasih
Surakarta
tahun
2014
(n=20)
Kualitas
tidur
Baik
Buruk
Total
Jumlah
0
20
20
Persentase
(%)
0
100
100
Berdasarkan Tabel 3 dapat
diketahui bahwa kualitas tidur
responden sebelum diberikan terapi
musik keroncong dan aromaterapi
lavender yang mengalami kualitas
tidur buruk adalah 20 orang (100%).
Lansia yang mengalami kualitas tidur
buruk terjadi karena gangguan fisik,
mental dan psikososial (Anwar
2010). Hal tersebut juga terjadi pada
lansia di di Panti Wredha Dharma
Bhakti Kasih. Gangguan fisik yang
terjadi antara lain
timbulnya
penyakit-penyakit seperti pegalpegal, pusing, gatal-gatal dan
penyakit lain seperti hipertensi.
Gangguan mental yang terjadi pada
lansia antara lain curiga, mudah
marah
dan
egois.
Gangguan
psikososial berdasarkan pernyataan
lansia yaitu kehilangan teman, jauh
dari keluarga sehingga menyebabkan
lansia merasa kesepian. Faktor
tersebut diatas dapat mempengaruhi
kualitas tidur pada lansia.
Tabel 4 Distribusi frekuensi kualitas
tidur responden sesudah
diberikan
terapi
musik
keroncong dan aromaterapi
lavender di Panti Wredha
Dharma
Bhakti
Kasih
Surakarta
tahun
2014
(n=20)
Kualitas
tidur
Baik
Buruk
Total
Jumlah
11
9
20
Persentase
(%)
55
45
100
Berdasarkan Tabel 4 dapat
diketahui bahwa sesudah diberikan
terapi
musik
keroncong
dan
aromaterapi lavender sebanyak 11
orang (55%) mengalami kualitas
tidur baik dan sebanyak 9 orang
(45%) masih mengalami kualitas
tidur buruk. Hal ini berarti terjadi
peningkatan pada kualitas tidur
lansia dimana sebelum diberikan
terapi
musik
keroncong
dan
aromaterapi lavender sebanyak 20
orang responden (100%) mengalami
kualitas tidur buruk. Menurut
seorang ahli dari pusat gangguan
tidur di Amerika menyatakan bahwa
terapi musik yang diberikan 30 menit
sampai satu jam setiap hari
menjelang waktu tidur, secara teratur
selama 1 minggu cukup efektif untuk
mengurangi gangguan tidur (Djohan
2006).
5
Teori tersebut diterapkan oleh
peneliti dengan menggunakan musik
keroncong. Musik keroncong yang
diberikan bertempo pelan sesuai
dengan kesukaan para lanjut usia.
Musik dengan tempo lamban
memberikan
rangsangan
pada
korteks serebri (korteks auditorius
primer dan sekunder) sehingga dapat
menyeimbangkan gelombang otak
menuju gelombang otak alpha yang
menandakan ketenangan (Wijayanti
2012). Terapi lain yang diberikan
kepada responden yaitu aomaterapi
lavender
.
Aroma
lavender
merupakan aroma yang baik
digunakan untuk mengatasi kualitas
tidur buruk karena aromaterapi
lavender memiliki kandungan kimia
linalyl ester
yang berkhasiat
menenangkan dan memberikan efek
rileks sistem saraf pusat dengan
menstimulasi
saraf
olfaktorius
(Stanley 2007). Semua impuls yang
melewati saraf olfaktorius mencapai
sistem limbik. Sistem limbik adalah
bagian dari otak yang berkaitan
dengan suasana hati, emosi, memori
dan belajar kita. Semua bau yang
mencapai sistem limbik memiliki
pengaruh kimia langsung pada
suasana hati kita (Sharma 2009). Hal
ini
sesuai
dengan
penelitian
mengenai kualitas tidur dengan
menggunakan aromaterapi lavender
yang diberikan 7 hari berturut-turut
memberikan perbaikan kualitas tidur
yang besar dan signifikan pada lansia
yang mengalami gangguan kualitas
tidur (Kurnia, Wardhani dan Rusca
2009).
6
Analisis Bivariat
Tabel 5 Pengaruh sebelum dan
sesudah pemberian terapi
musik
keroncong
dan
aromaterapi
lavender
terhadap
kualitas
tidur
responden di Panti Wredha
Dharma
Bhakti
Kasih
Surakarta
tahun
2014
(n=20)
Variabel
Z hitung
Z tabel
p
value
Kualitas
tidur
3,317
2,093
0,001
Berdasarkan Tabel 5 dapat
diketahui
bahwa
dengan
menggunakan uji Wilcoxon diperoleh
statistik Z hitung sebesar 3,371 dan Z
tabel sebesar 2,093 sehingga Z hitung
(3,371) > Z tabel (2,093) dengan p
value sebesar 0,001 (p value ≤ 0,05)
maka H0 ditolak artinya ada
pengaruh pemberian terapi musik
keroncong dan aromaterapi lavender
terhadap peningkatan kualitas tidur
lansia. Adanya pengaruh tersebut
berkaitan dengan terapi musik dan
aromaterapi yang diberikan. Terapi
musik yang diberikan memberi
rangsangan pada korteks auditorius
yang
menstimulasi
otak
dan
membangkitkan gelombang otak alfa
sehingga dapat merelaksasi (Djohan
2006). Sedangkan aromaterapi yang
diberikan memberi rangsangan pada
korteks
olfaktorius
yang
menstimulasi otak dan impuls
mencapai sistem limbik sehingga
mempengaruhi suasana hati (Sharma
2011). Kedua terapi tersebut saling
berkaitan
dimana
hasil
yang
didapatkan dari pemberian terapi
tersebut dapat membuat seseorang
menjadi rileks dan mempengaruhi
suasana hati sehingga adanya
pengaruh tersebut membuat lansia
mudah untuk tertidur dengan
nyenyak dan kualitas tidur akan
menjadi baik.
KETERBATASAN PENELITIAN
Dalam penelitian ini peneliti
merupakan peneliti pemula yang
masih asing dengan dunia penelitian
sehingga masih banyak hal yang
harus dipelajari oleh peneliti
bersamaan
dengan
jalannya
penelitian. Beberapa kendala yang
dialami peneliti yaitu responden yang
semuanya
adalah
lanjut
usia
memiliki tingkat emosi yang lebih
tinggi dan perubahan mood yang
terjadi menyebabkan responden
terkadang mengulur waktu untuk
mengikuti terapi yang diberikan
dengan melakukan aktivitas lain
seperti menonton tv atau bercerita
dengan teman sekamar. Oleh karena
itu peneliti tidak dapat melakukan
penelitian pada jam yang sama setiap
harinya. Selain itu pengisian data
kuesioner bersifat subjektif sehingga
kebenaran data sangat bergantung
pada kejujuran responden.
KESIMPULAN DAN SARAN
Dari hasil penelitian yang
dilakukan oleh peneliti maka dapat
disimpulkan bahwa ada pengaruh
pemberian terapi musik keroncong
dan aromaterapi lavender terhadap
peningkatan kualitas tidur lansia
dengan p value 0,001. Diharapkan
bagi
lansia
agar
dapat
mengaplikasikan
terapi
musik
keroncong dan aromaterapi lavender
dengan bantuan tenaga kesehatan di
Panti Wredha untuk meningkatkan
kualitas tidur.
DAFTAR PUSTAKA
Anwar, Z 2010. Penanganan
Gangguan Tidur pada Lansia.
diakses 7 November 2013.
(http://researchreport.umm.ac.id/
index.php/researchreport/article/
viewfile/341/435ummresearchre
portfulltext.pdf)
Badan Pusat Statistik. 2010. Data
Statistik Indonesia : Jumlah
penduduk menurut Kelompok
Umur, Jenis Kelamin, Provinsi
dan Kabupaten/ Kota 2005.
diakses 8 November 2013.
(http://demografi.bps.id/ versi1/
index.php?option=com-tabel&ta
st=&ltmid=1)
Bandiyah, S 2009. Lanjut Usia dan
Keperawatan Gerontik. Nuha
Medika. Yogjakarta
Davison, GC & Neale, JM 2006.
Psikologi Abnormal. Edisi 9.
Rajawali Pers. Jakarta
Djohan. 2006. Terapi Musik, Teori
dan Aplikasi. Galangpresss.
Yogyakarta
Erliana, E, Haroen, H & Susanti RD.
2008.
Perbedaan
Tingkat
Insomnia Lansia Sebelum dan
Sesudah Latihan Relaksasi Otot
Progresif di BPSTW Ciparay
Bandung. diakses pada tangga 5
Februari 2014. (http://www.kes
ehatan.lansia.com/2009/tingkatinsomnia-pada-lansia.pdf)
Kurnia, AD, Wardhan, V & Rusca,
KT. 2009. Aromaterapi Bunga
Lavender Memperbaiki Kualitas
Tidur pada Lansia. diakses 20
Februari 2014. (http://jkb.ub.ac.
id/index.php/jkb/article/viewFile
/174/164)
7
Potter, PA & Perry, AG. 2006. Buku
Ajar Fundamental Keperawatan
: Konsep, Proses dan Praktik.
E/4. Vol 2. EGC. Jakarta
Prayitno, A. 2002. Gangguan Pola
Tidur pada Kelompok Usia
Lanjut dan Penatalaksanaannya.
vol 21 No. 1. diakses 8
November 2013. (http://www.
univmed.org/wp-content/uploads
/2011/02/Prayitno.pdf)
Priyatno, D. 2012. Belajar Praktis
Analisis
Parametrik
dan
Nonparametrik dengan SPSS.
Gava Media. Yogyakarta
Sadock, BJ & Sadock, VA. 2007.
Kaplan and Saadock’s Synopsis
of Psychiatry. 10th ed. Wolter
Kluwer. Philadelphia
Sharma, S. 2009. Aromaterapi.
Kharisma Publishing Group.
Tangerang
Soemardini, Suharsono, T &
Kusuma, AM. 2013. Pengaruh
Aromaterapi Bunga Lavender
terhadap Kualitas Tidur Lansia
di Panti Werdha Pangesti
Lawang. diakses 7 November
2013. (http://old.fk.ub.ac.id/ar
tikel/id/filedownload/keperawata
n/arimiraku suama)
Stanley, M & Beare, PG. 2007. Buku
Ajar Keperawatan Gerontik.
Edisi 2. EGC. Jakarta
8
Sugiyono. 2013. Penelitian pendi
dikan pendekatan kuantitatif,
kualitatif dan R&D. Bandung.
Alfabeta
Wayan, P. 2006. Bisakah Lansia
Sehat dan Bahagia ?. diakses 10
November 2013. (http://balipost
cetak/2006/5/28/kel/html)
Widya. 2010. Mengatasi Insomnia.
Katahati. Jogjakarta
Widyastuti, Achjar, KAH & Surasta,
IW. 2011. Perbedaan Efektifitas
Terapi Musik dengan Teknik
Relaksasi Progresif terhadap
Peningkatan Kualitas Tidur
Lansia di Banjar Peken Desa
Sumerta Kaja. diakses 7
November 2013. (http://ojs.unud
.ac.id/index.php/coping/article/d
ownload/6127/4618)
Wijayanti, FY. 2012. ‘Perbedaan
Tingkat Insomnia pada Lansia
Sebelum
dan
Sesudah
Pemberian
Terapi
Musik
Keroncong di Pelayanan Sosial
Lanjut Usia Tulungagung’.
Skripsi. Universitas Brawijaya
Malang. Malang
Wold, GH. 2004. Basic Geriatric
Nursing. 3th ed. Mosby.
Amerika
Download