HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN PEMERIKSAAN PAP SMEAR PADA IBU DI DESA ROWOSARI KECAMATAN ROWOSARI KABUPATEN KENDAL Suprihatiningsih*) Heni Hirawati, P., S.SiT., M.Kes*) Yulia Nur Khayati., S.SiT*) *) Mahasiswa Prodi DIII Kebidanan Stikes Ngudi Waluyo **) Dosen Prodi DIII Kebidanan Stikes Ngudi Waluyo ABSTRACT Cervical cancer ranks second cause of death among women in Indonesia. the incidence of cervical cancer in Indonesia (age-standardized rate (ASR) of 15.7 per 100,000 with a mortality rate of 7,500 cases per year, alternative approaches to cervical cancer one of which is by way of visual inspection with acetic acid (VIA). The purpose of this study is to describe 20-30 years old maternal knowledge about a visual inspection to inspection acetic (IVA) Kelurahan Sekaran Semarang Kota subdistrict Gunungpati Design This study uses descriptive method with cross sectional approach. This study population old mother 20-30-year who never has a pair 318 the 77th sample the number of respondents. Proportionate sampling technique using simple random sampling and analysis of data using univariate analysis. The results showed knowledge of mothers aged 20-30 years of inspection visual inspection with acetic acid (VIA) in the village have now Subdistrict Semarang City Gunungpati mostly in the poor category (55,8%). Knowledge about the notion of checks IVA mostly in the poor category (48,1%), on the terms following the examination IVA mostly in good category (44,2%), examination of the benefits of IVA mostly in the poor category (87,0%), on the VIA examination procedure mostly in the poor category (83,1%). Old mother 20-30 years of age women should increase their knowledge about IVA examination by actively digging through health personnel directly, mengukuti counseling or seminars or read raw, literature or magazines related to inspection visual inspection with acetic acid (VIA). Keyword : Awareness mother age 20-30, IVA checks Bibliography: 30 (2005-2013) PENDAHUL UAN Angka kejadian ranker leher rahim di negara maju sangat kecil, hal ini dikarenakan keberhasilan dalam menekan jumlah maupun stadiumnya dengan pap smear. Pap smear sebagai alat diagnosis dini kanker serviks telah dilakukan sejak tiga dasa warsa terakhir. Pap smear di negera-negara maju telah terbukti menurunkan kejadian kanker serviks invasif 46-76% dan metalitas kanker serviks 50-60%. Kejadian kanker serviks di Indonesia diketahui sebesar 65%-77,7% diantara sepuluh kanker ginekologi, akan tetapi kebijakan penerapan program skrining kanker rahim masih mengalami banyak kendala. Adanya kendala yang dihadapi adalah masih rendahnya kesadaran masyarakat Indonesia terhadap pentingnya Pap smear (Suwiyoga, 2008). Pap smear di Indonesia telah terbukti mampu meningkatkan temuan kanker serviks stadium dini dan lesi prakanker. Hal ini dikarenakan bahwa kuantitas sumber daya manusia yang baik, prosedur tes pap smear yang komplek, akurasi pap smear yang sangat bervariasi dengan hasil negatif yang tinggi serta sistem pelaporan yang kurang praktis, wilayah sangat luas yang terkait dengan kesulitan transportasi dan komunikasi, dan para wanita sering enggan diperiksa karena ketidaktahuan, rasa malu, rasa takut dan faktor biaya. Hal ini dipengaruhi oleh kurangnya pengetahuan ibu tentang manfaat pap smear (Anna, 2008). Tujuan dari deteksi dini kanker servik atau pemeriksaan pap smear ini adalah untuk menemukan adanya kelainan pada mulut leher rahim. Meskipun kanker tergolong penyakit mematikan, namun sebagian besar dokter ahli kanker menyebutkan bahwa dari seluruh jenis kanker, kanker servik termasuk yang paling bisa dicegah dan diobati apabila terdeteksi sejak awal. Oleh karena itu, dengan mendeteksi kanker servik sejak dini diharapkan dapat mengurangi jumlah penderita kanker serviks (Wijaya, 2010). Kegawatdaruratan dapat tertangani apabila adanya deteksi dini serta manajemen medis yang baik dalam penangganan kanker akan memperpanjang lama hidup penderita. Dimana jika terdeteksi secara dini adanya perubahan sel rahim dimungkinkan suatu tindakan pengobatan sebelum sel-sel tersebut berkembang menjadi sel kanker dan semakin mudah menanganinya. Adanya pap smer dilakukan dengan melakukan pap smear tes, dimana tes ini sangat aman, murah dan telah dipakai bertahun-tahun oleh para ahli, sehingga semakin dini selsel abnormal tersebut terdeteksi semakin rendahnya resiko seseorang menderita kanker servik skrining (Anna, 2008). Pelaksanaan program ini masih banyak mengalami hambatan baik dari segi akurasi pap smear sendiri maupun dari segi sumber daya manusia, geografi dan wanita yang selayaknya menjalani skrining. Data jumlah wanita yang melakukan pap smear di Yayasan kanker Indonesia di Jawa Tengah pada tahun 2013 sebanyak 627 orang dari jumlah wanita usia subur. Sebagian besar peserta melaksanakan pap smear setelah mendapatkan pengarahan maupun anjuran dari orang lain dan banyak juga yang telah mcngetahui tentang pap smear dan telah mengikuti seminar tentang pap smear. Belum adanya kesadaran wanita melakukan pap smear karena wanita kurang dalam pengetahuan tentang pap smear sehingga berdampak pada belum menyadari tentang arti pentingnya pemeriksaan pap smear meskipun telah ada anggota pada tahun 2013 di Yayasan Kangker Indonesia (YKI) yang meninggal (PKBI, 2014).1 Pengetahuan (knowladge) merupakan hasil tahu dan terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt behaviour). Berdasarkan pengalaman dan penelitian teryata perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Peningkatan pengetahuan pada wanita tentang tentang pap smear, diharapkan sikap wanita yang sudah menikah dapat melakukan pemeriksaan pap smear secara rutin (Azwar, 2012). Menurut Yatim (2008), penyebab kejadian kanker serviks di antaranya adalah masih kurangnya pengetahuan masyarakat tentang pap smear, kurangnya sumber daya manusia sebagai pelaku skrining dan faktor ekonomi. Ibu yang mempunyai faktor resiko kanker serviks seperti umur, paritas dan mempunyai pengetahuan yang kurang baik tentang kanker serviks. Umur rata-rata perempuan yang terserang kanker serviks sekitar 3060an tahun. Namun pernah dilaporkan kasus kanker serviks berumur 20 tahun. Sekitar 1% penderita kanker serviks terdiagnosis pada waktu perempuan sedang hamil/baru saja selesai dari proses persalinan. Umumnya, mereka tidak mengetahui tentang manfaat, siapa yang harus menjalani dan dimana dapat melakukan pap smear. Sikap merupakan organisasi pendapat, keyakinan seseorang mengenai objek atau situasi yang relatifajeg, yang disertai adanya perasaan tertentu dan memberikan dasar kepada orang tersebut untuk membuat respon atau berperilaku dalam cara tertentu yang dipilihnya. Bila seseorang mempunyai sikap terhadap suatu objek, itu menunjukkan tentang pengetahuan orang tersebut terhadap objek sikap yang bersangkutan. Setelah pengetahuan dan sikap wanita yang sudah menikah menjadi lebih baik, diharapkan mereka akan bersikap kooperatif dalam melakukan pap smear lebih baik pula (Walgito, 2008). Penanggulangan kanker leher rahim yang harus dilakukan adalah upaya pendidikan kesehatan agar masyarakat paham pentingnya pemeriksaan dini dan bersedia melaksanakan pemeriksaan dini secara berkala. Hal juga perlu di dukung dengan tersedianya petugas di pelayanan kesehatan primer yang mampu membuat sediaan pap smear dan tersedianya laboratorium yang mampu melakukan pemeriksaan dalam skala masal dengan harga terjangkau. Yang perlu dipersiapkan pula adalah system rujukan untuk menangani kasus yang terdeteksi mengidap kanker (pada berbagai stadium) (Tapan, 2005). Upaya pemerintah Kabupaten Kendal dan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) untuk menyehatkan masyarakat, terus dilakukan. Salah satunya yang saat ini digencarkan pemeriksaan pap smear dan pemeriksaan IVA bagi peserta BPJS Kesehatan. Gerakan Nasional promotif preventif deteksi dini kanker leher rahim yang bekerjasama dengan Pemerintah Kabupaten Kendal, melakukan kerjasama untuk pemeriksaan pap smear, yang semua pembiayaannya di tanggung BPJS. Tujuan pemeriksaan ini, supaya masyarakat terjaga kesehatannya, terutama mencegah terjadinya kangker mulut rahim dan sejenisnya. Adanya program pemeriksaan pap smear ini, agar masyarakat khususnya yang sudah memiliki BPJS, segera ikutlah melakukan periksa. Pemeriksaan pap smear di Kabupaten Kendal dilakukan terhadap 5.278 orang dan pemeriksaan IVA 15.835 orang. Hasil pemeriksaan pap smear yang telah dilakukan ternyata ditemukan 12 orang peserta yang menderita kanker serviks (http://www.jatengprov.go.id). Hasil studi pendahuluan yang dilakukan pada bulan Desember 2014 diperoleh data jumlah ibu di Desa Rowosari Kecamatan Rowosari Kabupaten Kendal sebanyak 3.885 orang dan kejadian kanker serviks untuk tahun 2013 sebanyak 7 orang dan meningkat di tahun 2013 menjadi 8 orang. Hasil wawancara sederhana dengan 10 orang ibu diperoleh 8 orang ibu belum pernah mengikuti pemeriksanaan pap smear oleh bidan desa dimana 5 ibu menyatakan mengetahui pengertian dan manfaat pap smear dan setuju bahwa kanker rahim sangat berbahaya dan akan melakukan pap smear untuk mendeteksi dini dan 3 ibu menyatakan tidak mengetahui pengertian dan manfaat pap smear dan tidak setuju bahwa kanker rahim sangat berbahaya serta takut melakukan pap smear untuk mendeteksi dini. Ibu yang pernah mengikuti pemeriksanaan pap smear oleh bidan desa sebanyak 2 orang dimana seorang ibu menyatakan mengetahui pengertian dan manfaat pap smear dan setuju bahwa kanker rahim sangat berbahaya dan akan melakukan pap smear untuk mendeteksi dini dan seorang ibu menyatakan tidak mengetahui pengertian dan manfaat pap smear dan tidak setuju bahwa kanker rahim sangat berbahaya serta takut melakukan pap smear untuk mendeteksi dini. Pihak terkait diantaranya bidan desa sudah melakukan penyuluhan tentang pap smear baik melalui kegiatan posyandu maupun kegiatan penyuluhan lainnya. METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif korelasional dengan pendekatan cross sectional. Pengambilan data untuk variabel tingkat pengetahuan, sikap dan pemeriksaan pap smear dalam penelitian ini dilakukan hanya satu kali saja.Populasi dalam penelitian ini adalah ibu PUS di Desa Rowosari Kecamatan Rowosari Kabupaten Kendal sampai bulan Juni 2015 sebanyak 3.885 orang dengan sampel sebanyak 98 responden menggunakan teknik proportionate random sampling. Alat yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah kuesioner. Kuesioner yang digunakan dalam penelitian telah dilakukan uji validitas. Analisis bivariat yang digunakan dalam penelitian ini adalah chi square HASIL PENELITIAN A. Gambaran Tingkat Pengetahuan tentang Pemeriksaan Pap Smear pada Ibu Tabel 1 Distribusi Frekuensi Pengetahuan tentang Pemeriksaan Pap Smear pada Ibu Pengetahuan (f) (%) Kurang 36 36,7 Cukup 26 26,6 Baik 36 36,7 Jumlah 98 100,0 Berdasarkan tabel 1 di atas dapat diketahui bahwa pengetahuan tentang pemeriksaan pap smear pada ibu di Desa Rowosari Kecamatan Rowosari Kabupaten Kendal kategori kurang dan baik jumlahnya sama banyak yaitu masing-masing sebanyak 36 orang (36,7%). B. Gambaran Sikap terhadap Pemeriksaan Pap Smear pada Ibu Tabel 2 Distribusi Frekuensi Sikap tentang Pemeriksaan Pap Smear pada Ibu Sikap (f) (%) Kurang 33 33,7 Baik 65 66,3 Jumlah 98 100,0 Berdasarkan tabel 2 di atas dapat diketahui bahwa sikap tentang pemeriksaan pap smear pada ibu di Desa Rowosari Kecamatan Rowosari Kabupaten Kendal sebagian besar kategori baik yaitu sebanyak 65 orang (66,3%). C. Gambaran Pemeriksaan Pap Smear pada Ibu Tabel 3 Distribusi Frekuensi Pemeriksaan Pap Smear pada Ibu Pemeriksaan (f) (%) Pap Smear Belum pernah 79 80,6 Sudah pernah 19 19,4 Jumlah 98 100,0 Berdasarkan tabel 3 di atas dapat diketahui bahwa ibu di Desa Rowosari Kecamatan Rowosari Kabupaten Kendal sebagian besar belum pernah melakukan pemeriksaan pap smear yaitu sebanyak 79 orang (80,6%). D. Hubungan Pengetahuan dengan Pemeriksaan Pap Smear pada Ibu Tabel 4 Hubungan Pengetahuan dengan Pemeriksaan Pap Smear pada Ibu Pemeriksaan Pap Smear Pengetahuan belum sudah total X2 p value f % f % f % 24 66,7 12 33,3 36 100,0 8,887 0,012 Kurang 21 80,8 5 19,2 26 100,0 Cukup 34 94,4 2 5,6 36 100,0 Baik Jumlah 79 80,6 19 19,4 98 100,0 Hasil uji statistik dengan menggunakan uji chi square didapatkan nilai X2hitung sebesar 8,887 lebih besar dali nilai X2tabel yaitu 3,84 dan p-value sebesar 0,012 lebih kecil dari α (0,05), jadi dapat disimpulkan ada hubungan pengetahuan dengan pemeriksaan pap smear pada ibu di Desa Rowosari Kecamatan Rowosari Kabupaten Kendal. E. Hubungan Sikap dengan Pemeriksaan Pap Smear pada Ibu Tabel 5 Hubungan Sikap dengan Pemeriksaan Pap Smear pada Ibu Pemeriksaan Pap Smear belum sudah total X2 p value Sikap f % f % f % 23 69,7 10 30,3 33 100,0 2,813 0,094 Negatif 56 86,2 9 13,8 65 100,0 Positif Jumlah 79 80,6 19 19,4 98 100,0 Hasil uji statistik dengan menggunakan uji chi square didapatkan nilai X2hitung sebesar 2,813 lebih kecil dari nilai X2tabel yaitu 3,84 dan p-value sebesar 0,094 (α = 0,05), maka dapat disimpulkan tidak ada hubungan sikap dengan pemeriksaan pap smear pada ibu di Desa Rowosari Kecamatan Rowosari Kabupaten Kendal. PEMBAHASAN A. Gambaran Tingkat Pengetahuan tentang Pemeriksaan Pap smear pada Ibu di Desa Rowosari Kecamatan Rowosari Kabupaten Kendal Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan tentang pemeriksaan pap smear pada ibu di Desa Rowosari Kecamatan Rowosari Kabupaten Kendal kategori kurang yaitu sebanyak 36 orang (36,7%). Pengetahuan ibu di Desa Rowosari Kecamatan Rowosari Kabupaten Kendal tentang pemeriksaan pap smear kategori kurang diantaranya disebabkan oleh faktor usia. Menurut Nursalam (2010), usia merupakan umur individu yang terhitung mulai saat di lahirkan sampai berulang tahun. Menurut Hurclok (2008) semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berpikir dan bekerja. Dari segi kepercayaan masyarakat seseorang yang lebih dewasa dipercaya dari orang yang belum tinggi kedewasaannya. Hal ini akan sebagai pengalaman dan kematangan jiwa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan tentang pemeriksaan pap smear pada ibu di Desa Rowosari Kecamatan Rowosari Kabupaten Kendal kategori cukup sebanyak 26 orang (26,5%). Pengetahuan ibu di Desa Rowosari Kecamatan Rowosari Kabupaten Kendal tentang pemeriksaan pap smear kategori cukup diantaranya disebabkan oleh faktor pekerjaan. Adanya pekerjaan seseorang memerlukan banyak waktu untuk menyelesaikan pekerjaan yang dianggap penting memerlukan perhatian masyarakat yang sibuk akan memiliki waktu yang sedikit untuk memperoleh informasi, sehingga tingkat pengetahuan yang mereka miliki jadi kurang. Pekerjaan memiliki peran penting dalam menentukan kualitas manusia, pekerjaan membatasi kesenjangan antara informasi kesehatan dan praktek yang memotivasi seseorang untuk memperoleh informasi dan membuat sesuatu untuk menghindari masalah kesehatan (Notoatmodjo, 2010). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan tentang pemeriksaan pap smear pada ibu di Desa Rowosari Kecamatan Rowosari Kabupaten Kendal kategori baik sebanyak 36 orang (36,7%). Pengetahuan ibu di Desa Rowosari Kecamatan Rowosari Kabupaten Kendal tentang pemeriksaan pap smear kategori baik diantaranya disebabkan oleh faktor pendidikan. Pendidikan diperkirakan ada kaitannya dengan pengetahuan, hal ini dihubungkan dengan tingkat pengetahuan ibu bahwa seseorang yang mempunyai pendidikan lebih tinggi akan mempunyai pengetahuan yang lebih luas dibandingkan dengan tingkat pendidikan rendah (Notoadmodjo, 2010). Tingkat pendidikan ibu yang rendah mengakibatkan kurangnya pengetahuan ibu dalam menghadapi masalah. Pengetahuan diperoleh baik secara formal maupun informal. Sedangkan ibu-ibu yang mempunyai tingkat pendidikan yang lebih tinggi, umumnya terbuka menerima perubahan atau hal-hal baru guna memelihara kesehatannya (Arini, 2012). Seseorang yang bekerja harus membagi waktunya untuk keluarga dan pekerjaan sehingga mereka tidak memiliki kesempatan yang lebih luas untuk menggali informasi yang berkaitan dengan kesehatan reproduksi sehingga pemahaman mereka dan sikap mereka terhadap kesehatan reproduksi menjadi negatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sikap tentang pemeriksaan pap smear pada ibu di Desa Rowosari Kecamatan Rowosari Kabupaten Kendal kategori negatif yaitu sebanyak 33 orang (33,7%). Sikap ibu di Desa Rowosari Kecamatan Rowosari Kabupaten Kendal tentang pemeriksaan pap smear kategori positif didukung oleh faktor pendidikan. Seseorang yang mempunyai pendidikan yang tinggi cenderung mudah informasi termasuk yang berkaitan dengan perkembangan remaja sehingga pengetahuan dan pemahaman mereka lebih baik. Mereka juga lebih aktif menggali informasi termasuk berkonsultasi dengan psikiater ataupun menggali informasi melalui buku ataupun seminar-seminar. Pemahaman mereka yang baik tersebut mendukung sikap mereka terhadap perkembangan anak menjadi positif. B. Gambaran Sikap terhadap Pemeriksaan Pap Smear pada Ibu di Desa Rowosari Kecamatan Rowosari Kabupaten Kendal Hasil penelitian menunjukkan bahwa sikap tentang pemeriksaan pap smear pada ibu di Desa Rowosari Kecamatan Rowosari Kabupaten Kendal kategori positif yaitu sebanyak 65 orang (66,3%). Sikap ibu di Desa Rowosari Kecamatan Rowosari Kabupaten Kendal tentang pemeriksaan pap smear kategori positif didukung oleh faktor pekerjaan. C. Gambaran Pemeriksaan Pap Smear pada Ibu di Desa Rowosari Kecamatan Rowosari Kabupaten Kendal Hasil penelitian menunjukkan bahwa ibu di Desa Rowosari Kecamatan Rowosari Kabupaten yang yang sudah pernah melakukan pemeriksaan pap smear yaitu sebanyak 19 orang (19,4%). Hasil pemeriksaan pap smear biasanya keluar setelah dua atau tiga minggu. Pada akhir pemeriksaan pap smear, setiap wanita hendaknya menanyakan kapan bisa menerima hasilnya dan apa yang harus dilakukan setelah pemeriksaan. Pap smear hanyalah sebatas skirining, bukan diagnosis adanya kanker servik. Jadi apabila hasil pemeriksaan positif yang berarti terdapat sel-sel abnormal, maka harus segera dilakukan pemeriksaan lebih lanjut dan pengobatan oleh dokter ahli. Pemeriksaan tersebut berupa kolposkopi yaitu pemeriksaan dengan pembesaran (seperti mikroskop) yang digunakan untuk mengamati secara langsung permukaan serviks dan bagian serviks yang abnormal. Dengan kolposkopi, akan tampak jelas lesi-lesi pada permukaan serviks. Setelah itu, dilakukan biopsy pada lesi-lesi tersebut (Wijaya, 2010). Ibu di Desa Rowosari Kecamatan Rowosari Kabupaten pernah melakukan pemeriksaan pap smear dimungkinkan didukung oleh faktor pendidikan yang baik. Tingkat pendidikan merupakan faktor yang mempengaruhi perilaku masyarakat dalam kesehatan yang selanjutnya akan berdampak pada derajat kesehatan. Orang yang tidak berpendidikan atau golongan ekonomi rendah kurang memanfaatkan pelayanan kesehatan yang tersedia. Tinggi rendahnya pendidikan berkaitan dengan sosio ekonomi, kehidupan seks dan kebersihan (Muzaham, 2005). D. Hubungan Pengetahuan dengan Pemeriksaan Pap Smear pada Ibu di Desa Rowosari Kecamatan Rowosari Kabupaten Kendal Hasil uji statistik dengan menggunakan uji chi square 2 didapatkan nilai X hitung sebesar 8,887 lebih besar dali nilai X2tabel yaitu 3,84 dan p-value sebesar 0,012 (α = 0,05), maka dapat disimpulkan ada hubungan pengetahuan dengan pemeriksaan pap smear pada ibu di Desa Rowosari Kecamatan Rowosari Kabupaten Kendal. Ketidaktahuan atau rendahnya pengetahuan tentang pencegahan kanker serviks melalui pap smear dapat menyebabkan tidak terdeteksinya secara dini kanker serviks. Dan apabila seorang wanita memiliki pengetahuan yang luas maka akan menimbulkan kepercayaan terhadap deteksi dini kanker servik (Octavia, 2009). Pengetahuan (knowledge) adalah hasil tahu dari manusia, yang sekedar menjawab pertanyaan “What”, misalnya apa air, apa manusia, alam dan sebagainya (Notoatmodjo, 2010). E. Hubungan Sikap dengan Pemeriksaan Pap Smear pada Ibu di Desa Rowosari Kecamatan Rowosari Kabupaten Kendal Hasil uji statistik dengan menggunakan uji chi square didapatkan nilai X2hitung sebesar 2,813 lebih kecil dari nilai X2tabel yaitu 3,84 dan p-value sebesar 0,094 (α = 0,05), maka dapat disimpulkan tidak ada hubungan sikap dengan pemeriksaan pap smear pada ibu di Desa Rowosari Kecamatan Rowosari Kabupaten Kendal. Sikap merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulasi atau objek. Sikap itu tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari prilaku yang tertutup. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulasi tertentu (Notoatmodjo, 2010). Thurstone berpendapat bahwa sikap merupakan suatu tingkatan afeksi, baik bersifat positif maupun negatif dalam hubungannya dengan objekobjek psikologis, seperti simbol, frase, slogan, orang, lembaga, citacita dan gagasan. Sikap merupakan kecenderungan (tendency), untuk mendekati (approach), atau menjauhi (avoid), atau melakukan sesuatu, baik secara positif ataupun secara negatif terhadap suatu lembaga, peristiwa, gagasan atau konsep. Pendapat tersebut seiring dengan pendapat Sarwono, yang menyatakan bahwa sikap adalah kesiapan seseorang bertindak terhadap hal-hal tertentu (Febry, 2011). PENUTUP A. Kesimpulan 1. Pengetahuan tentang pemeriksaan pap smear pada ibu di Desa Rowosari Kecamatan Rowosari Kabupaten Kendal sebagian besar kategori kurang yaitu sebanyak 42 orang (42,9%). 2. Sikap tentang pemeriksaan pap smear pada ibu di Desa Rowosari Kecamatan Rowosari Kabupaten Kendal sebagian besar kategori baik yaitu sebanyak 60 orang (61,2%). 3. Ibu di Desa Rowosari Kecamatan Rowosari Kabupaten Kendal sebagian besar belum pernah melakukan pemeriksaan pap smear yaitu sebanyak 79 orang (80,6%). 4. Ada hubungan pengetahuan dengan pemeriksaan pap smear pada ibu di Desa Rowosari Kecamatan Rowosari Kabupaten Kendal, dengan p-value sebesar 0,000 (α = 0,05). 5. Tidak ada hubungan sikap dengan pemeriksaan pap smear pada ibu di Desa Rowosari Kecamatan Rowosari Kabupaten Kendal, dengan p-value sebesar 0,094 (α = 0,05). B. Saran 1. Bagi Institusi Sebaiknya prodi DIII kebidanan Stikes Ngudi Waluyo menambah literature yang berkaitan dengan pap smear dan menjadikan hasil penelitian ini sebagai landasan untuk penelitian selanjutnya 2. Bagi Masyarakat Sebaiknya masyarakat khusunya ibu-ibu meningkatkan pemahaman tentang pap smear dengan menggali informasi melalui tenaga kesehatan sehingga dapat mencegah kejadian kanker serviks 3. Bagi peneliti selanjutnya Sebaiknya peneliti selanjutnya meningkatkan hasil penelitian ini dengan mengendalikan faktor lain yang mempengaruhi perilaku pemeriksaan pap smear misalnya dukungan keluarga, sehingga diperoleh hasil penelitian yang lebih lengkap. DAFTAR PUSTAKA Aman 2007. Sosiologi Kesehatan, Universitas Indonesia -Press Anna, 2008. Kesehatan Reproduksi, Cetakan Pertama, Yogyakarta : Nuha Medika Arikunto, 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, PT Rineka Cipta, Cetakan Ketiga Belas, Jakarta. Arini, 2012. Mengapa Seorang Ibu Harus Menyusui. Yogyakarta: FlashBooks. Azwar, 2012. Sikap Manusia, Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. Darnindro, Nikko, dkk. 2007, Pengetahuan Sikap Perilaku Perempuanyang Sudah Menikah Mengenai Pap Smear dan FaktorFaktor yang Berhubungan Di Rumah Susun Klender Jakarta 2006. Jakarta,FKUI. Dianada dan Rama, 2008. Mengenal Seluk Beluk Kanker. Katahati, Yogyakarta. Evennett, 2010. Pap Smear Apa Yang Perlu Anda Ketahui. Jakarta: Arcan. Febry, 2011. Kesehatan Reproduksi. (http://bidanshop.blogspot.com. Diakses 20 Januari 2011) Fitria, 2007. Panduan Lengkap Kesehatan Wanita. Yokyakarta: Gala Ilmu. Hacker, 2011. Essensial Obstetri dan Ginekologi. Edisi Dua. Jakarta : Hipokrates. Hadiyanto,2009. Mencari Sosok Desentralisasi Manajemen Pendidikan di Indonesia, Jakarta: Rineka Cipta Hall dan Donan 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 9. Jakarta: EGC Hidayat, 2011. Kanker Serviks Displasia Dapat Disembuhkan. Medika No. 3 Tahun XXVIII Estu. 2011. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Keikutsertaan Pap Smear Pasangan Usia Subur (PUS) Di Daerah RW XII Perumahan Pucang Gading Semarang. Semarang : Fakultas Kesehatan Masyarakat UNDIP Hoepoedio, 2006. Pengembangan Pap Test di Indonesia. Medika nomor 9 tahun 12 Hurclok, 2008. Psikologi Perkembangan, Jakarta : Erlangga Irianto, 2007. Pendidikan Kebugaran Jasmani yang Efektif dan Aman. Yogyakarta: Lukman Offset. Machfoedz, 2007. Pendidikan Kesehatan Bagian Dari Promosi Kesehatan. Yogyakarta : Fitramaya Muzaham 2005. Sosiologi Kesehatan.Universitas Indonesia Notoatmodjo, 2010. Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta : PT Rineka Cipta Notoatmodjo, 2010. Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta : PT Rineka Cipta Nurcahyo, 2010. Awas!!! Bahaya Kanker Rahim dan Kanker Payudara, Wahana Totalita Publisher : Yogyakarta Nursalam, 2010. Pendidikan Dalam Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika. Nursalam, 2011. Konsep Dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu keperawatan. Edisi 2. Jakarta : Salemba Medika Octavia, 2009. Gambaran Pengetahuan mengenai pemeriksaan pap smear di Kelurahan Petisah Tengah. http:// repository. Usu. ac.id PKBI, 2008. Modul Kesehatan Reproduksi Remaja. Yogyakarta: PKBI. Purnomo, 2009. Pencegahan dan pengobatan penyakit yang paling mematikan. Yogyakarta: Buana Pustaka; 2009 Purwanto, 2008. Evaluasi Hasil Belajar. Surakarta : Pustaka Pelajar. Samadi, 2010. Kanker Serviks. Jakarta : PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri Sugiyono, 2011. Statistik untuk Penelitian. Bandung : Alphabeta. Sukaca 2009. Cara Cerdas Menghadapi Kanker Serviks (Leher Rahim), Yogyakarta : Genius Publisher Suwiyoga, 2008. Beberapa masalah pap smear sebagai alat diagnosa kanker serviks di Indonesia. Denpasar : Laboratorium Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Udayana. 20 Oktober 2013. http://ejournal.unud.ac.id/pap/pdf. Umar, 2011. Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis Bisnis, Jakarta : Raja Grafindo Persada. Walgito, 2008. Pengantar psikologi Umum. Jakarta: Penerbit Andi Wawan dan Dewi, 2010. Teori dan Pengukuran Pengetahuan , Sikap dan. Perilaku Manusia. Yogyakarta : Nuha Medika. Wijaya dan Delia, 2010. Pembunuh Ganas Itu Bernama Kanker Serviks. Yogyakarta : Sinar Kejora Wijaya, 2010. Pembunuh Ganas Itu Bernama Kanker Servik. Yogyakarta : Sinar Kejora Yusuf, 2006. Kenali Diri Raih Prestasi Seri Temukan Jati Diri. Jakarta: GEMA INSANI Zuriah, 2008. Pendidikan Moral & Budi Pekerti Dalam Perspektif Perubahan,. Jakarta: Bumi Aksara