II. TINJAUAN PUSTAKA A. Strategi Pemasaran Strategi marupakan alat untuk mencapai tujuan (Rangkuti, 2004). Menurut Stoner et al. (1996) strategi adalah program luas untuk menentukan dan mencapai tujuan organisasi dan respon organisasi pada lingkunganya sepanjang waktu. Strategi dapat diartikan sebagai suatu rencana yang terpadu dan menyeluruh yang mengaitkan kekuatan perusahaan dalam menghadapi lingkungan usaha agar dapat mencapai tujuan yang diinginkan, yaitu laba. Strategi pemasaran menurut Kotler dan Amstrong (2001) dapat diartikan sebagai logika pemasaran yang digunakan oleh perusahaan dengan harapan agar unit bisnis dapat mencapai tujuan perusahaan. Kotler (1995) mengungkapkan bahwa strategi pemasaran adalah pendekatan pokok yang akan digunakan oleh unit bisnis dalam mencapai sasaran yang telah ditetapkan lebih dahulu di dalamnya tercantum keputusan-keputusan pokok mengenai target pasar, penempatan produk di pasar, bauran pemasaran, dan tingkat biaya yang diperlukan. B. Segmentation, Targetting, dan Positioning Menurut Rangkuti (2004), segmentasi pasar adalah tindakan mengidentifikasikan dan membentuk kelompok pembeli atau konsumen secara terpisah. Masing-masing segmen konsumen ini memiliki karakteristik, kebutuhan produk dan bauran pemasaran tersendiri. Menurut David (2004), segmentasi pasar dapat didefinisikan sebagai membagi pasar menjadi sub kelompok pelanggan berdasarkan kebutuhan dan kebiasaan membeli mereka. Kotler (2000) berpendapat bahwa segmentasi pasar merupakan suatu usaha untuk meningatkan ketepatan pemasaran perusahaan. Variabel segmentasi menurut Kotler (2000), terdiri dari : a. Segmentasi geografis Mengharuskan pembagian pasar menjadi unit-unit geografis yang berbeda seperti negara, negara bagian, wilayah, propinsi, kota, atau lingkungan rumah tangga. 4 b. Segmentasi demografis Pasar dibagi menjadi kelompok-kelompok berdasarkan variabel-variabel demografis seperti usia, ukuran keluarga, siklus hidup keluarga, jenis kelamin, penghasilan, pekerjaan, pendidikan, agama, ras, generasi, kewarganegaraan dan kelas sosial. c. Segmentasi psikografis Pembeli dibagi menjadi kelompok-kelompok yang berbeda berdasarkan gaya hidup atau kepribadian akan nilai. d. Segmentasi perilaku Pembeli dibagi menjadi kelompok-kelompok berdasarkan pengetahuan, sikap, pemakaian atau tanggapan mereka terhadap suatu produk. Setelah melakukan segmentasi pasar selanjutnya perusahaan menetapkan segmen mana yang akan dijadikan sasaran. Menurut Rangkuti (2004), targetting adalah suatu tindakan memilih satu atau lebih segmen pasar yang akan dimasuki. Targetting dapat dilakukan dengan menganalisis tiga faktor, yaitu ukuran dan pertumbuhan segmen, kemenarikkan struktural segmen serta sasaran dan sumber daya yang dimiliki perusahaan (Umar, 2003). Setelah menentukan segmen mana yang akan dimasuki, selanjutnya adalah menentukan posisi pasar atau disebut juga positioning. Keberhasilan suatu produk pada pasar sasaran akan sangat bergantung pada seberapa baik posisi produk tersebut di pasar. Tujuan positioning ini adalah untuk membangun dan mengkomunikasikan keunggulan bersaing produk yang ada di pasar ke dalam benak konsumen (Rangkuti, 2004). Positioning adalah tindakan merancang tawaran dan citra perusahaan sehingga menempati posisi yang terbedakan (diantara pesaing) di dalam benak pelanggan sasaran ( Kotler, 2000). C. Bauran Pemasaran Marketing mix (bauran pemasaran) menurut Kotler (2000) adalah seperangkat alat pemasaran yang digunakan perusahaan untuk terus menerus mencapai tujuan pemasaran di pasar sasaran. Tugas para pemasar tidak hanya merumuskan strategi pokok untuk mencapai sasaran pemasarannya tetapi juga merumuskan strategi pendukungnya berupa strategi pemasaran yang sangat 5 mempengaruhi keberhasilan atau kegagalan perusahaan dalam mencapai tujuannya. Menurut Kotler dan Keller (2006), alat bauran pemasaran terdiri dari produk, harga, distribusi, dan promosi. Produk merupakan alat bauran pemasaran yang paling mendasar. Komponen produk mencakup kualitas, rancangan, bentuk, merek, dan kemasan. Harga produk harus sebanding dengan penawaran nilai kepada pelanggan, jika tidak sebanding maka pelanggan akan berpaling ke produk pesaing. Distribusi merupakan berbagai kegiatan perusahaan yang dilakukan agar produk dapat diperoleh dan tersedia bagi pelanggan sasaran. Promosi meliputi semua kegiatan yang dilakukan perusahaan untuk mengkomunikasikan dan mempromosikan produknya ke pasar sasaran. Program komunikasi terdiri dari iklan, promosi penjualan, hubungan masyarakat, serta pemasaran langsung dan online. Sedangkan pesan iklan yang ideal adalah pesan iklan yang mampu menarik perhatian (attention), mempertahankan ketertarikan (interest), membangkitkan keinginan (desire) dan menggerakkan tindakan (action). a. Produk Produk merupakan salah satu variabel pemasaran yang langsung berhubungan dengan kebutuhan dan keinginan konsumen. Kotler (1995) mengungkapkan bahwa produk adalah sesuatu yang dapat ditawarkan ke dalam pasar untuk diperhatikan, dimiliki, dipakai, atau dikonsumsi untuk memenuhi kenginan dan kebutuhan. Umar (2003) menjelasakan bahwa produk meliputi objek fisik, jasa, kepribadian, tempat, organisasi, dan gagasan. Produk dapat dibedakan menjadi barang konsumsi yaitu barang yang dibeli oleh konsumen akhir untuk dikonsumsi, dan barang industri yaitu barang yang dibeli untuk dioleh kembali. b. Harga Harga adalah sejumlah nilai yang ditukarkan konsumen dengan manfaat memiliki atau menggunakan produk yang nilainya ditetapkan oleh pembeli dan penjual melalui tawar-menawar atau ditetapkan oleh penjual untuk satu harga yang sama terhadap semua pembeli (Umar, 2003). Menurut Lamb (2001), harga merupakan sesuatu yang diserahkan dalam pertukaran untuk 6 mendapatkan suatu barang maupun jasa. Sedangkan menurut David (2004), ada lima pihak utama yang berkepentingan (stakeholders) yang mempengaruhi keputusan penentuan harga yaitu konsumen, pemerintah, pemasok, distributor, dan pesaing. Kotler (2000) mengungkapkan bahwa harga merupakan satu-satunya unsur dalam bauran pemasaran yang menghasilan pendapatan, sedangkan unsur lainnya menimbulkan biaya. Harga juga merupakan salah satu unsur bauran pemasaran yang paling fleksibel dimana harga dapat berubah dengan cepat, tidak seperti tampilan produk dan perjanjian distribusi. c. Distribusi Strategi distribusi merupakan strategi yang berkaitan erat dengan upaya produsen untuk mendistribusikan atau menyalurkan produknya kepada konsumen agar tersedia dan terjangkau bagi pasar sasaran. Kotler (1995) berpendapat bahwa saluran pemasaran dapat dilihat sebagai kumpulan organisasi independen yang terlibat dalam proses membuat suatu produk atau jasa tersedia untuk digunakan atau dikonsumsi. Distribusi mencakup pergudangan, saluran dan cakupan distribusi, lokasi ritel, wilayah penjualan, tingkat dan lokasi persediaan, alat transportasi, perdagangan besar dan perdagangan ritel (David, 2004). d. Promosi Promosi merupakan suatu kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan untuk menginformasikan kelebihan produknya serta membujuk para konsumen agar memiliki perhatian, ketertarikan, keinginan dan tindakan untuk membeli produk tersebut. Umar (2003) berpendapat bahwa untuk mengkomunikasikan produk perlu disusun suatu strategi yang sering disebut dengan strategi bauran promosi (promotion mix) yang terdiri dari empat komponen utama, yaitu: 1. Periklanan : merupakan tiap-tiap bentuk penyajian dan promosi bukan pribadi yang dibayar, mengenai gagasan atau barang oleh sponsor yang teridentifikasi. 2. Promosi penjualan : adalah intensif jangka pendek untuk meningkatkan pembelian atau penjualan suatu produk dimana pembelian diharapkan dilakukan sekarag juga. Kegiatan promosi yang termasuk ke dalam 7 promosi penjualan adalah seperti misalnya pemberian kupon, obral, kontes, pameran dan lain-lain. 3. Hubungan masyarakat : bertujuan membangun hubungan yang baik dengan publik perusahaan dengan menghasilkan publisitas yang menyenangkan, menumbuhkembangkan suatu citra perusahaan yang baik, menangani atau melenyapkan desus-desus, ceritera atau peristiwa yang tidak menyenangkan. Humas atau PR merupakan sebuah konsep yang menggunakan banyak sasaran seperti siaran pers, publisitas produk, komunikasi perusahaan, lobbying dan penyuluhan. 4. Penjualan perorangan : manajemen armada-penjualan (para wiraniaga) adalah suatu analisis, perencanaan, implementasi dan pengendaian atas kegiatan para wiraniaga. Di dalamnya termasuk menetapkan sasaran, strategi armada penjualan, merekrut, menyeleksi, melatih, mensupervisi serta mengevaluasi armada penjual perusahaan. Pertanggungjawaban pemasaran juga berarti bahwa pemasar dapat lebih tepat memperkirakan pengaruh dari pemasaran yang berbeda yang dilakukan. Model analisis data bauran pemasaran dari berbagai macam sumber seperti peninjau data pengecer, data kiriman perusahaan, harga, media, dan data pengeluaran promosi, digunakan untuk memahami lebih tepat pengaruh dari aktivitas pemasaran yang spesifik (Kotler dan Keller, 2006). D. Brand Equity American Marketing Association mendefinisikan brand sebagai nama, ketentuan, tanda, atau model, atau gabungan diantaranya, yang bermaksud untuk memperkenalkan barang atau jasa dari suatu penjual atau kelompok penjual dan untuk membedakannya dari pesaingnya. Brand equity adalah nilai tambah yang diberikan kepada produk dan jasa. Nilai tersebut digambarkan pada bagaimana konsumen berfikir, merasakan, dan berbuat berkenaan dengan merek, sebagimana harga, pangsa pasar, dan keuntungan dari merek yang dituntut untuk perusahaan (Kotler dan Keller, 2006). Menurut Aaker (1996), brand equity adalah seperangkat aset dan liabilitas merek yang terkait dengan suatu merek, nama, simbol, yang mampu menambah atau mengurangi nilai yang diberikan oleh sebuah produk atau jasa 8 baik pada perusahaan maupun pelanggan. Brand equity dapat dikelompokkan dalam lima kategori, yaitu : 1. Brand Awareness (kesadaran merek) Menunjukkan kesanggupan seorang calon pembeli untuk mengenali atau mengingat kembali bahwa suatu merek merupakan bagian dari kategori produk tersebut. Tingkat kesadaran merek terbagi menjadi: a. Top of mind (puncak pikiran) Top of mind adalah brand awareness tertinggi yang merupakan pimpinan dari berbagai merek yang ada dalam pikiran konsumen. Top of mind menggambarkan merek yang pertama kali diingat responden atau pertama kali disebut ketika seseorang ditanya tentang suatu kategori produk. b. Brand recall (pengingatan kembali merek) Tingkatan ini disebut juga sebagai tingkatan pengingatan kembali merek tanpa bantuan (unaided recall) karena konsumen tidak perlu dibantu untuk mengingat merek. Brand recall didasarkan pada permintaan kepada seseorang untuk menyebutkan merek tertentu dalam suatu kelas produk. c. Brand recognition (pengenalan merek) Merupakan tingkatan minimal dari kesadaran merek. Hal ini penting pada saat seorang pembeli memilih suatu merek pada saat melakukan pembelian. Tahap ini disebut juga sebagai tingkatan pengingatan kembali dengan bantuan (aided recall). d. Unware brand (tidak menyadari merek) Tingkat ini merupakan tingkat terendah dalam piramida kesadaran merek, dimana konsumen tidak menyadari akan suatu merek. 2. Brand Association (asosiasi merek) Mencerminkan pencitraan suatu merek terhadap suatu kesan tertentu dalam kaitanya dengan kebiasaan, gaya hidup, manfaat, atribut produk, geografis, harga pesaing, selebritas, dan lain-lain. Asosiasi merek adalah segala yang muncul di benak seseorang yang terkait dengan ingatannya mengenai suatu merek. Kesan-kesan yang terkait merek akan semakin meningkat dengan semakin banyaknya pengalaman konsumen dalam mengkonsumsi suatu 9 merek atau dengan semakin seringnya penampakan merek tersebut dalam bauran promosinya. Fungsi asosiasi merek adalah sebagai berikut: a. Help process/retrive information (membantu proses penyusunan informasi) Asosiasi-asosiasi dapat membantu mengikhtisarkan sekumpulan fakta dan spesifikasi yang mungkin sulit diproses dan diakses para pelanggan. Sebuah asosiasi dapat menciptakan informasi padat bagi pelanggan yang memberikan suatu cara untuk menghadapinya. b. Differentiate (membedakan) Suatu asosiasi dapat memberikan landasan yang penting bagi upaya pembedaan suatu merek dari merek lain. c. Reason to buy (alasan untuk membeli) Brand asociation membangkitkan berbagai atribut produk atau manfaat bagi konsumen untuk membeli dan menggunakan merek tersebut. d. Create positive atitude/feelings (menciptakan sikap atau perasaan positif) Beberapa asosiasi mampu merangsang suatu perasaan positif yang pada gilirannya merembet ke merek yang bersangkutan. Asosiasi-asosiasi tersebut menciptakan perasaan positif atas dasar pengalaman mereka serta mengubah pengalaman tersebut menjadi sesuatu yang lain. e. Basis of extention (landasan untuk perluasan) Suatu asosiasi dapat menghasilkan landasan bagi suatu perluasan dengan menciptakan rasa kesesuaian antara merek dan sebuah produk baru atau dengan menghadirkan alasan untuk membeli perluasan tersebut. 3. Perceived Quality (persepsi kualitas) Mencerminkan persepsi pelanggan terhadap keseluruhan kualitas atau keunggulan suatu produk atau jasa layanan dengan maksud yang diharapkan. Perceived quality akan membentuk persepsi kualitas dari suatu produk di mata pelanggan. Hal ini dikarenakan perceived quality merupakan persepsi dari pelanggan maka perceived quality tidak dapat ditentukan secara objektif. Persepsi pelanggan akan melibatkan apa yang penting bagi pelanggan karena setiap pelanggan memiliki kepentingan yang berbeda-beda terhadap suatu produk atau jasa. 10 4. Brand Loyality (loyalitas merek) Mencerminkan tingkat keterikatan konsumen dengan suatu merek produk. Tingkatan brand loyality terdiri dari: berpindah-pindah (switcher), pembeli yang bersifat kebiasaan (habitual buyer), pembeli yang puas dengan biaya peralihan/switching cost (satisfied buyer), menyukai merek (linking the brand), dan pembeli yang komit (commited buyer). 5. Other proprietary brand asset (aset-aset merek lainnya) Aset-aset merek lainnya akan sangat bernilai jika aset-aset itu menghadapi dan mencegah para kompetitor menggerogoti loyalitas konsumen. Aset-aset merek lainnya meliputi paten, cap dagang dan saluran hubungan. E. Merek Howard (1994) menegaskan bahwa pengenalan merek terkait dengan tingkat pengenalan pembeli akan ciri atau keistimewaan produk dibandingkan produk-produk sejenis lainnya. Dalam hal ini, pengenalan merek merupakan pengenalan atribut merek secara fisik seperti halnya warna, ukuran dan bentuk sehingga kemasan dan desain produk sangat penting. Kesan merek secara keseluruhan terbentuk dari tiga eleman. yaitu : Pengenalan Merek (Brand Recognition), Sikap Konsumen (Attitude) dan Kepercayaan Konsumen terhadap produk (Confidence). Pengenalan merek merupakan landasan untuk terciptanya sikap dan keyakinan konsumen. Sikap konsumen terhadap merek dapat timbul setelah konsumen mengenali suatu merek atau langsung mendengar pesan iklan (informasi) yang disampaikan produsen. Aaker (1997) menyatakan bahwa merek adalah nama dan/atau simbol yang bersifat membedakan (seperti sebuah logo, cap, kemasan) dengan maksud mengidentifikasikan barang atau jasa dari penjual atau sebuah kelompok penjual tertentu, untuk membedakannnya dari barang-barang atau jasa yang dihasilkan kompetitor. F. Kopi Kopi adalah sejenis minuman, biasanya dihidangkan panas, dan dipersiapkan dari biji dari tanaman kopi yang dipanggang. Kopi merupakan 11 komoditas nomor 2 yang banyak diperdagangkan setelah minyak bumi. Total 6,7 juta ton kopi diproduksi dalam kurun waktu 1998-2000 saja. Diperkirakan tahun 2010 produksi kopi dunia akan mencapai 7 juta ton per tahun. Kopi merupakan sumber utama kafein (www.wikipedia.com). Komposisi kimia biji kopi berbeda-beda tergantung dari tipe kopi, tanah tempat tumbuh dan cara pengolahan biji kopi. Komposisi biji kopi sebagai bahan minuman yang terpenting adalah kandungan kaffeinnya yang berfungsi sebagai bahan perangsang dan kafeol adalah sebagai unsur flavour dan aroma. Kaffein mempunyai rasa pahit, berwarna putih dan merupakan senyawa yang termasuk grup alkaloid yang sangat penting gunanya dalam bidang obat-obatan sebagai bahan sedatif. Kandungan kaffein pada biji kopi Arabika berkisar antara 1 sampai 2 persen, dan pada biji kopi Robusta sekitar 1,5 persen. Semakin kecil kandungan kaffein dalam biji kopi semakin enak rasa kopinya (Ciptadi dan Nasution, 1981). Kaffein banyak memiliki manfaat dan telah banyak dipergunakan untuk obat anti shock, asthma, dan penyakit jantung, serta sebagai diuretikum. Dikatakan bahwa dengan dosis 183 – 250 mg kaffein/kg memberi akibat fatal yaitu menimbulkan kematian bagi si peminum. Kaffein mengeluarkan bau yang wangi, mempunyai rasa yang sangat pahit dan dapat mengembang dalam air (Ciptadi dan Nasution, 1981). Kaffein adalah suatu alkaloid yang merupakan turunan dari metil xanthin yaitu 1, 3, 7 teimetil-xanthin. Kaffein didapatkan dari ether theophilin secara metilasi dengan beberapa larutan metil, atau dapat pula disiapkan langsung dari asam “uric”. Berikut adalah rumus bangun kaffein: CH3 – N – C = O CH3 O = C C–N CH CH3 – N – C – N Caffein (Ciptadi dan Nasution, 1981). Mutu kopi pada umumnya dipengaruhi oleh keadaan khusus dari setiap daerah, letak ketinggian dan iklim suatu daerah, keadaan tanah, pemeliharan 12 tanaman, pemetikan buah dan pengolahan buah menjadi kopi beras. Selanjutnya komposisi kimia yang terkandung dalam biji kopi mempunyai peranan penting terhadap mutu kopi. Zat pemula (precursor) yang penting pada roma kopi adalah trigonelline, sukrosa, fruktosa, glukosa, asam amino dan peptida, sedangkan rasa dan seduhannya dipengaruhi oleh karboksilat dan asam fenolat. Keasaman dapat mempengaruhi flavour dan aroma kopi, sedangkan keasaman ini dipengarui oleh sifat botani, altitude, cara pengolahan, ketuaan biji, tingkat perendaman dan suhu (Ciptadi dan Nasution, 1981). Industri kopi olahan kelas besar merupakan industri pengolahan kopi yang menghasilkan kopi bubuk, kopi instan atau kopi mix dan kopi olahan lainnya yang produknya dipasarkan di berbagai daerah di dalam negeri atau diekspor. Beberapa nama industri kopi yang tergolong senagai industri kopi besar adalah PT. Sari Incofood Corp., PT. Nestle Indonesia, PT. Santos Jaya Abadi, PT. Aneka Cofee Industri, PT. Torabika Semesta, dll (www.aekiaice.org). G. Penelitian Terdahulu Taufiqurrahman (2003) menganalisis preferensi konsumen kopi bubuk merek Mikrolet di Kota Bogor. Teknik pengukuran dan pengolahan data yang dilakukan adalah dengan menggunakan Semantic Differential Scale dan model multiatribut Fishbein diukur dengan menggunakan skala Likert. Hasil analisis menyatakan bahwa tempat pembelian kopi bubuk yang umumnya dimanfaatkan responden adalah warung dan kios yang terletak di lokasi pemukiman. Sedangkan kemasan kopi bubuk yang paling sering dibeli oleh konsumen adalah kemasan berukuran kecil (≤250 gram) terutama kemasan sachet. Brand awareness dan penilaian terhadap atribut merek Mikrolet masih sangat rendah, sedangkan harga kopi Mikrolet sedikit lebih mahal dibandingkan dengan harga optimum kopi bubuk. Sianturi (2004) menganalisis ekuitas merek kopi bubuk di Kota Bogor, hasil analisis dari seluruh responden menyatakan bahwa top of mind tertinggi yaitu merek Kapal Api, kemudian Liong Bulan dan Nescafe. Selanjutnya adalah merek Oplet, ABC, Torabika, Indocafe, Bola Dunia, dan Piala yang masingmasing bernilai kurang dari 3% penilain responden. Kopi Kapal Api, Torabika, 13 Nescafe paling banyak dikenal responden dari media televisi, sedangkan Kopi Liong Bulan banyak dikenal dari mulut ke mulut. Merek yang paling banyak memiliki asosiasi atribut berturut-turut adalah kopi Nescafe, Kapal Api, Liong Bulan, Torabika, dan Ayam Merak. Kopi Kapal Api memiliki perceived quality atribut-atributnya berada pada sisi positif. Kopi Torabika memiliki produk dengan kualitas yang sudah memenuhi harapan pelanggan diantaranya rasa kopi, aroma, tingkat keamanan, dan mutu. Kopi Liong Bulan merupakan kopi yang diproduksi oleh perusahaan keluarga dan sudah ada di Kota Bogor sejak 1945. Kopi Liong Bulan memiliki brand image yang kuat dan telah dikenal luas serta dipercaya oleh masyarakat Bogor. 14