BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam

advertisement
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah
Dalam penerapan Good Corporate Governance (GCG), sering seringkali
yang kita ingat adalah penerapan GCG dalam perusahaan swasta atau BUMN.
Namun pada realitanya, GCG tidak hanya dibutuhkan oleh perusahaan semata,
tapi juga dibutuhkan oleh semua organisasi yang mempunyai visi dan misi yang
jelas. Dan memiliki cita- cita dalam eksistensinya dalam jangka panjang kedepan,
terutama organisasi yang sudah berbadan hukum Era globalisasi saat ini,
persaingan bisnis semakin meningkat, banyak peluang bisnis yang bermunculan
dari berbagai sektor, termasuk sektor jasa yang dapat memperluas adanya
kesempatan kerja. Rendahnya penerapan Good Corporate Governance (GCG) di
Indonesia berdampak pada rendahnya daya saing produk dan daya saing
perusahaanperusahaan di Indonesia.
Buruknya kinerja Badan Usaha Milik Negara (BUMN) tidak bisa terlepas
dari kinerja sumber daya manusia yang bekerja di BUMN yang ditandai dengan
budaya organisasi tidak disiplin, karyawan yang tidak jujur, sifat malas, KKN,
menghindari tanggung jawab serta tidak memiliki kompetensi yang sesuai dengan
posisi atau jabatan yang di amanahkan yang kemudian pada akhirnya membuat
kinerja tidak optimal sehingga tidak bisa menghasilkan nilai yang baik bagi
stakeholders.
Dalam hal ini berarti, GCG merupakan salah satu factor keberhasilan
organisasi dalam meraih cita- cita tiap jenis organisasi, khusunya organisasi yang
bergerak di bidang ekonomi. Perkembangan terbaru membuktikan bahwa
manajemen tidak cukup hanya memastikan bahwa proses pengelolaan manajemen
suatu organisasi berjalan dengan efisien. Sulit dipungkiri, selama sepuluh tahun
terakhir ini, istilah Good Corporate Governance (GCG) kian populer. Tak hanya
populer, istilah tersebut juga ditempatkan di posisi terhormat. Pertama, GCG
merupakan salah satu kunci sukses perusahaan untuk tumbuh dan menguntungkan
dalam jangka panjang, sekaligus memenangkan persaingan bisnis global. Kedua,
krisis ekonomi di kawasan Asia dan Amerika Latin yang diyakini muncul karena
kegagalan penerapan GCG (Daniri, 2005:21).
Perusahaan sebagai organisasi bisnis, agar tetap bisa bertahan dan mampu
bersaing dengan para kompetitor lainnya perlu melakukan suatu upaya untuk
mengelola kinerja perusahaan termasuk kinerja pegawai, yang hingga sekarang ini
masih menjadi salah satu faktor penentu dari keberhasilan suatu perusahaan. Oleh
sebab itu, perusahaan dituntut untuk selalu melakukan perbaikan secara terusmenerus. Perusahaan akan dapat malakukan perbaikan apabila perusahaan
tersebut mengukur kinerjanya dengan baik. Dimana selama ini, pengukuran
kinerja yang banyak digunakan oleh perusahaan adalah pengukuran kinerja yang
menitikberatkan pada ukuran keuangan. Ukuran keuangan saja tidak dapat
memberikan
gambar
riil
mengenai
keadaan
perusahaan
karena
tidak
memperhatikan hal-hal lain, seperti kinerja pegawai. Kinerja pegawai yang baik
akan memberikan upaya pada pencapaian tujuan perusahaan. Oleh sebab itu untuk
menghasilkan kinerja yang baik, suatu organisasi atau perusahaan diharapkan
untuk menerapkan tata kelola perusahaan yang baik atau yang sering dikenal
Good Corporate Governance (GCG).
Mulai populernya istilah “tata kelola perusahaan yang baik” atau yang lebih
dikenal dengan istilah asing good corporate governance (GCG) tidak dapat
dilepaskan dari maraknya skandal perusahaan yang menimpa perusahaanperusahaan besar, baik yang ada di Indonesia. Agoes dan Ardana, (2009:23)
menyatakan bahwa pola krisis di Indonesia sebagaimana juga di beberapa negara
Asia lainnya sekitar tahun 1997 diawali oleh aksi para spekulan mata uang (yang
notabene juga merupakan pelaku bisnis perdagangan mata uang asing) sehingga
memberi tekanan berat pada mata uang lokal di beberapa negara di Asia (dolar
Hongkong, bath, peso, rupiah). Akibatnya terjadi penurunan nilai mata uang lokal,
naiknya suku bunga bank, meningkatnya kredit macet, dan anjloknya indeks harga
saham.
Beberapa perusahaan besar di Indonesia ada yang bermasalah dan bahkan
tidak mampu lagi meneruskan kegiatan usahanya akibat menjalankan praktik tata
kelola perusahaan yang buruk (bad corporate governance), untuk menghindari hal
tersebut, maka perlu diterapkannya tata kelola perusahaan yang baik. Penerapan
dan pengelolaan Good Corporate Governance yang baik diharapkan dapat
mencapai tujuan perusahaan, dan merupakan sebuah konsep yang menekankan
pentingnya hak pemegang saham untuk memperoleh informasi dengan benar,
akurat, dan tepat waktu. Selain itu juga menunjukkan kewajiban perusahaan untuk
mengungkapkan semua informasi kinerja keuangan perusahaan secara akurat,
tepat waktu dan transparan. Oleh karena itu, baik perusahaan publik maupun
tertutup harus memandang Good Corporate Governance (GCG) bukan sebagai
aksesoris belaka, tetapi sebagai upaya peningkatan kinerja dan nilai perusahaan
(Tjager et al., 2003).
Untuk mewujudkan Good Corporate Governance maka harus diterapkan
prinsip-prinsip Good Corporate Governance. Dalam hubungannya dengan tata
kelola perusahaan, Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Menteri Negara BUMN
juga mengeluarkan Keputusan Nomor Kep-117/M-MBU/2002 tentang Penerapan
Good Corporate Governance. Ada lima prinsip menurut keputusan ini, yaitu
keterbukaan, akuntabilitas, pertanggungjawaban, kemandirian, dan kewajaran
(Agoes dan Ardana, 2009). Pedoman Good Corporate Governance yang telah
diterbitkan merupakan langkah awal yang patut dihargai dan memerlukan
penjabaran dalam implementasinya. Jika ternyata pada awalnya suatu perusahaan
tersebut belum terkelola dengan baik, maka dengan adanya Good Corporate
Governance akan menunjukkan adanya perubahan.
Dalam rangka mencerdaskan dan membangun bangsa Indonesia khususnya
warga Kabupaten Nganjuk, salah satu upaya yang dilakukan Pemerintah Provinsi
Jawa Timur dalam membina tenaga kerja adalah memperhatikan kompetensi atau
kemampuan melakukan suatu pekerjaan tertentu. Melalui Balai Latihan Kerja
Daerah Nganjuk yang merupakan Unit Pelaksana Teknis (UPT) dari Dinas
Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Disnakertrans) Provinsi Jawa Timur, Pemerintah
Provinsi Jawa Timur melaksanakan Pelatihan Ketrampilan Kerja sehingga
generasi muda mendatang memiliki kompetensi sesuai bidang yang diinginkan
sebagai modal utama untuk mencapai sukses. Balai latihan kerja yang biasa
disebut BLK, merupakan prasarana dan sarana tempat pelatihan untuk
mendapatkan keterampilan atau yang ingin mendalami keahlian dibidangnya
masing-masing. Secara umum keberadaan BLK adalah membuka beberapa bidang
kejuruan seperti, Kejuruan Teknik Sepeda Motor, Kejuruan Teknisi Komputer,
Kejuruan Operator Komputer, Kejuruan Tata Busana, Kejuruan Teknik
Pendingin, Kejuruan Tata Graha, Kejuruan Tata Boga dan lain sebagainya.
Sebagai organisasi sektor publik pemerintah daerah dituntut agar memiliki
kinerja yang berorientasi pada kepentingan masyarakat, dan mendorong
pemerintah untuk senantiasa tanggap akan tuntunan lingkunganya dengan
berupaya memberikan pelayanan terbaik secara transparan, akuntabilitas dan
berkualitas, serta adanya pembagian tugas yang baik pada pemerintah, sehingga
pelayanan masyarakat dapat di laksanakan dengan sebaik-baiknya.
Baik buruknya kinerja para aparatur pemerintahan dapat ditentukan oleh
beberapa faktor, namun faktor yang dijadikan pertimbangan ada dua faktor yaitu
penerapan prinsip-prinsip good corporate governance dan komitmen organisasi.
Dalam sebuah penelitian disebutkan bahwa empat faktor good corporate
governance yang meliputi akuntabilitas, transparansi, keadilan dan partisipasi
berpengaruh terhadap kinerja pegawai (Ningsih dkk, 2011). Berdasarkan latar
belakang tersebut di atas penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai
pengaruh penerapan prinsip prinsip Good Corporate Governance (GCG) terhadap
kinerja pegawai (studi pada Balai Latihan Kerja Kabupaten Nganjuk).
1.2
Rumusan Masalah
Dari latar belakang masalah yang telah dikemukakan, maka prumusan
masalah. yang diajukan dalam penelitian ini yaitu:
1. Apakah keterbukaan berpengaruh terhadap kinerja pegawai?
2. Apakah akuntabilitas berpengaruh terhadap kinerja pegawai?
3. Apakah pertanggungjawaban berpengaruh terhadap kinerja pegawai?
4. Apakah kemandirian berpengaruh terhadap kinerja pegawai?
5. Apakah kewajaran berpengaruh terhadap kinerja pegawai?
1.3
Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah di atas maka tujuan penelitian ini adalah
1. Untuk menguji pengaruh keterbukaan terhadap kinerja pegawai.
2. Untuk menguji pengaruh akuntabilitas terhadap kinerja pegawai.
3. Untuk menguji pengaruh pertanggungjawaban terhadap kinerja pegawai.
4. Untuk menguji pengaruh kemandirian terhadap kinerja pegawai.
5. Untuk menguji pengaruh kewajaran terhadap kinerja pegawai.
1.4
Manfaat Penelitian
Dari data dan informasi yang dikumpulkan dari hasil penelitian, maka
diharapkan memberikan manfaat:
1. Kontribusi Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan memberikan sumbangan saran, pemikiran dan
informasi yang bermanfaat yang berkaitan dengan penerapan prinsip-prinsip
nilai yang baik: Good Corporate Governance (GCG) terhadap kinerja pegawai.
Dengan adanya penelitian ini diharapkan perusahaan asuransi lainnya
memperoleh gambaran mengenai pengaruh penerapan prinsip-prinsip Good
Corporate Governance (GCG) terhadap kinerja pegawai sehingga mampu
meningkatkan kinerja pegawai.
2. Kontribusi Teoretis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan refrensi dan
pertimbangan bagi pembaca yang akan melakukan penelitian pada bidang yang
sama. Untuk peneliti dapat memperoleh pengetahuan tentang pengaruh
penerapan prinsip-prinsip Good Corporate Governance terhadap kinerja
pegawai pada suatu perusahaan.
1.5 Ruang Lingkup Penelitian
Agar arah dalam penelitian ini tidak mengalami kesalah pahaman, untuk
menghindari meluasnya pembahasan dan lebih mengarah
terhadap
permasalahan agar tidak terjadi kesimpang siuran dalam pembahasan, penulis
membatasi beberapa hal untuk memfokuskan penelitian ini, batasan ini
dilakukan agar tidak menyimpang dari arah dan tujuan. Penelitian ini dibatasi
pada
penerapan
keterbukaan
prinsip-prinsip
(transparency),
good
corporate
akuntabilitas
governance,
yakni
(accountability),
pertanggungjawaban (responsibility), kemandirian (independency), dan
kewajaran (fairness). Obyek yang diteliti yaitu Balai Latihan Kerja
Kecamatan Nganjuk. Penelitian ini dilaksanakan untuk mengetahui pengaruh
antara penerapan prinsip-prinsip Good Gorporate Governance (GCG) pada
kinerja pegawai BLK Kabupaten Nganjuk
Download