Muchtar Ahmad : Keterpaduan ekonomi karet alam Thailand ANALISIS KINERJA PERUSAHAAN: SEBELUM DAN SESUDAH INITIAL PUBLIC OFFERING DI BURSA EFEK INDONESIA Adhisyahfitri Evalina Ikhsan Universitas Syiah Kuala Abstract : The purpose of this study was to examine and analyze the performance differences before and after firms go public. population used in this study were nonfinancial companies that do an IPO on the Indonesia Stock Exchange in 2001-2004. The process of selecting a population selected on the basis of certain criteria. Thus the population of this study amounted to 22 companies. The results showed that a decrease in performance of the company (operating performance) after the IPO. Performance degradation is the result of management efforts to show good financial performance in the periods prior to the IPO. Overall, this study found evidence of a trend decline in operating performance post-IPO. The results show that there are differences regarding both the performance of companies operating return on assets, operating cash flow, sales growth, cash flow to net income and cash flow return on sales before with after the Initial Public Offering unless the total asset turnover. Keywords: the performance of companies and Initial Public Offering PENDAHULUAN Pasar modal saat ini telah mengalami perkembangan yang pesat dan memegang peranan penting dalam memobilisasi dana dari pihak yang memiliki kelebihan dana (investor) kepada pihak yang mengalami kekurangan dana (perusahaan). Kebutuhan akan dana pada dasarnya dapat diperoleh melalui beberapa alternatif pendanaan, salah satu alternatif pendanaan tersebut adalah melalui penerbitan dan penjualan saham di pasar modal. Proses penawaran sebagian saham perusahaan kepada investor melalui bursa efek disebut Initial Public Offering (IPO) atau lebih dikenal dengan istilah go public. Undang-undang No. 25 tahun 2007 tentang Pasar Modal (sebagai pengganti Undang-undang no 8 tahun 1995) mendefinisikan penawaran umum perdana sebagai kegiatan penawaran efek yang dilakukan oleh emiten untuk menjual efek kepada masyarakat berdasarkan tata cara yang diatur dalam undang-undang dan peraturan pelaksanaannya. Adapun yang dimaksud sebagai efek adalah surat berharga yaitu surat pengakuan hutang, surat berharga komersial, saham, obligasi, tanda bukti hutang, dan kontrak berjangka atas efek. Transaksi penawaran saham perdana atau IPO untuk pertama kalinya terjadi di pasar perdana (primary market), dimana 38 harga saham pada penawaran perdana ditentukan berdasarkan kesepakatan bersama antara perusahaan emiten dengan underwriter (penjamin emisi efek) yang di tunjuk oleh perusahaan emiten. Sehubungan dengan IPO, perusahaan harus menerbitkan prospektus yang berisi informasi yang akan digunakan investor untuk pengambilan keputusan investasi. Informasi dalam prospektus memberikan gambaran tentang kondisi, prospek ekonomi, rencana investasi, ramalan laba, dan dividen yang akan dijadikan dasar dalam pembuatan keputusan. Penilaian investor terhadap kondisi dan prospek perusahaan akan menentukan besarnya dana yang dapat diperoleh perusahaan dari pasar modal. Laporan keuangan memiliki arti penting yang akan digunakan sebagai informasi dalam menilai kinerja perusahaan, sehingga mensyaratkan bahwa laporan keuangan haruslah mencerminkan keadaan perusahaan yang sebenarnya pada kurun waktu tertentu, sehingga pengambilan keputusan yang berkaitan dengan perusahaan tersebut menjadi tepat. Dalam menilai apakah kinerja suatu perusahaan itu bagus atau tidak perlu dilakukan analisis atau pengukuran terhadap kinerjanya salah satunya dengan melakukan analisis rasio (Robbins dan Coulter, 2003). Dengan rasio tersebut akan tampak jelas berbagai indikator keuangan Jurnal Ekonom, Vol 14, No.1 Januari 2011 yang dapat mengungkapkan kondisi keuangan suatu perusahaan maupun kinerja yang telah dicapai perusahaan untuk suatu periode tertentu. Pengujian terhadap kinerja operasi perusahaan setelah IPO menarik untuk dilakukan, karena ada bukti yang konsisten di pasar modal bahwa praktek manajemen laba (earning management) pada periode sebelum go public adalah umum dilakukan oleh perusahaan. Ada indikasi yang kuat bahwa karena praktek manajemen laba pada periode sebelum IPO, manajemen mengalami kesulitan untuk mempertahankan kinerja laba setelah IPO (Jain dan Kini 1994). Berbagai penelitian sebelumnya juga telah melaporkan hasil penelitian tentang kinerja operasi setelah IPO di antaranya McLaughlin et al (1996) menguji kinerja operasi perusahaan yang melakukan penawaran lanjutan (seasoned equity offering). Mikkelson et al (1997), menguji keterkaitan kinerja operasi dan tingkat kepemilikan saham pada perusahaan yang baru go public. Jain dan Kini (1994), menguji kinerja operasi yang melakukan IPO dalam kurun waktu dua belas tahun di New York Stock Exchange. Secara umum penelitian yang mencoba melihat kinerja operasi perusahaan setelah IPO tersebut menunjukkan bahwa kinerja operasi mengalami penurunan. Jain dan Kini (1994) menyatakan bahwa penurunan kinerja operasi merupakan akibat dari upaya manajemen untuk menampilkan kinerja keuangan yang baik pada periode-periode sebelum IPO. Penelitian yang dilakukan oleh Gumanti (2007) dengan periode pengamatan tahun 1995 dan 1996 memberikan hasil pengujian bahwa perusahaan yang baru go public di pasar modal Indonesia tidak mampu mempertahankan kinerja operasinya dalam jangka waktu sampai dengan tiga tahun setelah go public. Walaupun secara ratarata perusahaan mampu meningkatkan penjualan dan total assetnya, tetapi peningkatan tersebut tidak sepenuhnya membawa dampak terhadap perbaikan kinerja operasi. Penelitian yang dilakukan oleh Gumanti (2007) menggunakan rasio operating performance dengan indikatornya yaitu operating return on asset, operating cash flow, salesh growth dan total asset turn over. Penelitian ini menguji kembali hasil penelitian yang telah pernah dilakukan sehubungan dengan kinerja perusahaan sebelum dan sesudah IPO. Penelitian ini difokuskan hanya pada perusahaan non keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia untuk periode tahun 2001 dan 2004. Alasan peneliti mengambil tahun 2001-2004 sebagai sampel di karenakan pada tahun 2001 lebih banyak perusahaan yang IPO di bandingkan dengan tahuntahun berikutnya, agar data yang di peroleh tetap up to date maka peneliti mengambil sampel hingga tahun 2004. Initial Public Offering Istilah Initial Public Offering atau go public akhir-akhir ini menjadi hal yang sangat sering didengar. Banyak perusahaan besar semakin menyadari bahwa persaingan bisnis semakin ketat, oleh karena itu mereka perlu memperluas pasar. Tetapi sering kali perusahaan dihadapkan pada masalah kekurangan modal serta manajemen yang lemah dari perusahaan. Untuk memecahkan masalah yang dihadapi, go public merupakan jalan keluar, yaitu dengan melakukan penawaran saham perdana kepada publik (Initial Public Offering atau IPO). Initial Public Offering merupakan suatu peristiwa penawaran saham yang dilakukan oleh perusahaan (emiten) kepada masyarakat umum (investor) untuk pertama kalinya (Sunariyah, 2003). Penawaran saham perdana merupakan salah satu cara efektif bagi perusahaan untuk memenuhi kebutuhan dana sebagai konsekuensi dari semakin besarnya atau berkembangnya perusahaan yang pada gilirannya membutuhkan dana yang tidak sedikit. Dengan penawaran umum perdana akan terjadi perubahan status perusahaan dari perusahaan tertutup menjadi terbuka dan memberikan konsekuensi tanggung jawab kepada pihak manajemen untuk meningkatkan kinerjanya. Sebagai perusahaan publik, perusahaan akan selalu menjadi perhatian masyarakat pemodal karena ada andil yang perlu dipertanggung jawabkan yakni modal yang ditanamkan, sehingga peningkatan kinerja perusahan setelah menjadi perusahaan publik 39 Adhisyahfitri Evalina Ikhsan : Analisis kinerja perusahaan… akan diharapkan oleh banyak pihak. Banyak alasan yang melatarbelakangi mengapa perusahaan memutuskan untuk menjadi perusahaan publik, diantaranya menurut Anoraga dan Puji (2001: 49) manfaat yang diperoleh yaitu perusahaan akan memperoleh dana yang relatif besar dan diterima sekaligus, dikenal oleh banyak pihak, pengelolaan yang profesional karena diserahkan kepada orang-orang yang mampu dibidangnya. Selain itu Anoraga dan Piji juga menyebutkan adanya konsekuensi yang harus ditanggung oleh perusahaan go public yaitu “adanya tuntutan untuk lebih terbuka dan harus mengikuti peraturan-peraturan pasar modal mengenai kewajiban pelaporan, serta keharusan untuk meningkatkan pertumbuhan perusahaan semakin kuat”. Setelah melakukan penawaran saham perdana perusahaan akan berubah status menjadi perusahaan publik. Perubahan status ini membawa banyak konsekuensi lain, diantaranya adanya kewajiban untuk menyampaikan laporan keuangan baik kepada investor, masyarakat, maupun kepada Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (BAPEPAM-LK) dan adanya tuntutan pemisahan antara pemilik dan manajemen. Dengan kata lain sebuah perusahaan publik memiliki tanggung jawab dan berkewajiban untuk mematuhi peraturan pasar modal, sebagaimana yang diwajibkan dalam Keputusan Menteri Keuangan No. 1548/KMK.013/1990 dalam Sunariyah (2003 : 41), perusahaan publik harus memenuhi beberapa kesanggupan yaitu : 1. Keharusan untuk keterbukaan (full disclosure). 2. Keharusan untuk mengikuti peraturanperaturan pasar modal mengenai kewajiban pelaporan. 3. Gaya manajemen yang berubah dari informal ke formal. 4. Kewajiban membayar deviden. 5. Senantiasa berusaha meningkatkan tingkat pertumbuhan perusahaan. Proses go publik Pada saat melakukan penawaran, perusahaan harus menyediakan prospektus yang di dalamnya memuat informasi keuangan dan non-keuangan. Informasi keuangan terdiri dari neraca (balance 40 sheet), laporan laba rugi (income statement), laporan arus kas (cash flow statement). Sedangkan informasi non keuangan berisi antara lain informasi mengenai underwriter, auditor, konsultan hukum, nilai penawaran saham, persentase saham yang ditawarkan, umur perusahaan, dan informasi lain yang mendukung. Sulistyanto dan Wibisono, (2003). Informasi dalam prospektus tersebut akan memberikan gambaran mengenai kondisi, prospek ekonomi, rencana investasi, serta ramalan laba dan dividen yang akan dijadikan dasar dalam pembuatan keputusan rasional mengenai resiko dan nilai saham yang di tawarkan perusahaaan (Firth dan Liu Tan 1998). Melalui penawaran umum perdana inilah para investor atau pemodal melakukan penilaian terhadap perusahaan yang melaksanakan IPO tersebut. Apabila kinerja perusahaan yang tertuang dalam prospektus baik serta proses penjaminan dari underwriter juga bagus maka para investor cenderung akan merespon dengan baik saham yang di tawarkan oleh emiten. Fenomena ini akan terlihat pada harga saham yang dibeli dari perusahaan yang bersangkutan. Pemesanan saham akan melebihi jatah yang akan diterbitkan (dijual), sehingga fenomena underpricing akan ditemui. Underpricing adalah suatu situasi dimana harga saham perusahaan yang baru go public, biasanya dalam hitungan hari, secara rata-rata lebih tinggi daripada harga penawarannya. Tetapi tidak sedikit perusahaan yang melakukan go public direspon biasa atau bahkan direspon negatif oleh para investor, yang akan berakibat pada penurunan harga saham pasca IPO. Peristiwa penurunan harga saham pasca IPO biasa dikenal dengan overpricing. Disamping itu, kondisi perekonomian secara makro dan stabilitas keamanan negara juga menjadi indikator berhasil atau tidaknya proses penawaran umum perdana. Kinerja Kinerja dapat diartikan sebagai gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan/ program/ kebijakan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi dan visi organisasi yang Jurnal Ekonom, Vol 14, No.1 Januari 2011 tertuang dalam skema strategis (strategic & planning) suatu organisasi (Bastian 2001: 329). Lukman (2000 :30) menyatakan bahwa kinerja adalah sesuatu yang di capai, prestasi yang diperlihatkan dan kemampuan kerja. Kinerja dapat juga di artikan suatu kemampuan organisasi atau kelompok untuk mencapai suau tujuan maupun prestasi yang akan diperlihatkan kepada orang lain atau kelompok lain. Lebih lanjut Lukman (2000 : 31) menyatakan pengukuran kinerja adalah penentuan secara periodik efektifitas operasional suatu bagian organisasi. Kinerja perusahaan yang sering dipergunakan menunjukkan hasil operasi perusahaan selama periode tertentu, biasanya didapatkan dari laporan keuangan perusahaan, baik dari laporan neraca, laba rugi dan arus kas. Dari laporan keuangan yang diterbitkan perusahaan inilah para analis maupun investor rela melakukan analisis atas kinerja perusahaan tersebut, serta melihat perkembangan perusahaan. Ada banyak cara untuk mengukur kinerja suatu perusahaan. Salah satu pengukuran yang cukup baik adalah dengan menggunakan rasio-rasio kinerja operasi (operating performance) dan aliran kas (cash Flow), (Jain dan Kini, 1994). Sebagai wujud dari apa yang di capai perusahaan dalam suatu periode tertentu, maka kinerja keuangan harus senantiasa baik. Apabila kinerja keuangan bagus, maka akan menghasilkan prestasi yang bagus pula, begitu juga sebaliknya. Untuk mengetahui prestasi yang dicapai oleh perusahaan perlu dilakukan penilaian terhadap kinerja perusahaan dalam kurun waktu tertentu (Helfert, dalam gumanti 2007) mengemukakan bahwa dalam mengevaluasi/menilai kinerja perusahaan yang paling berkepentingan adalah pemilik perusahaan dalam hal ini investor, para manajer, kreditor, pemerintah dan masyarakat. Mereka akan menilai perusahaan dengan ukuran keuangan tertentu sesuai dengan tujuannya. Penilaian kinerja perusahaan dapat diketahui melalui perhitungan rasio keuangan dari semua laporan keuangan yang disajikan perusahaan. Namun demikian, umumnya ukuran yang lazim dipakai dikategorikan kedalam 5 kelompok utama, yaitu (a) rasio keuntungan, (b) rasio aktivitas, (c) rasio leverage, (d) rasio liquiditas, (e)rasio pertumbuhan. Sebagai bagian dari alat penilaian kinerja perusahaan terutama perusahaan industri non keuangan, operating performance yang pernah dipakai oleh Jain dan Kini (1994) dapat digunakan sebagai alat penilaian kinerja perusahaan, maka dengan menggunakan operating performance diupayakan dapat menunjukkan kinerja perusahaan yang sesungguhnya. Rasio operating performance mencakup rasio operating return on asset, operating cash flow to total asset, sales growth, dan total asset turn over. Selain itu penilaian kinerja perusahaan dapat dilakukan juga dengan menggunakan analisis rasio aliran kas. Analisis sumber dan penggunaan kas (aliran kas) merupakan alat yang sangat penting bagi manajemen keuangan untuk mengetahui aliran kas, dari mana aliran kas tersebut dan kemana kas tersebut digunakan. Sedangkan bagi perusahaan digunakan untuk meningkatkan kemampuannya dalam menghasilkan kas sekaligus untuk menilai tingkat likuiditasnya agar tetap terjaga. Informasi aliran kas sangat berguna untuk menilai kemampuan perusahaan dalam menghasilkan kas dan setara kas dan memungkinkan para pemakai mengembangkan model untuk menilai dan membandingkan nilai sekarang dari arus kas masa depan dari berbagai perusahaan. Informasi arus kas tersebut juga meningkatkan daya banding pelaporan kinerja operasi berbagai perusahaan, karena dapat meniadakan pengaruh penggunaan perlakuan akuntansi yang berbeda terhadap transaksi dan peristiwa yang sama. Pihak manajemen dapat menggunakan laporan sumber dan penggunaan kas untuk menentukan kebijakan deviden, kas yang berasal dari aktifitas operasi, dan kebijakan investasi dan pendanaan. Sementara pihak luar, seperti investor dan kreditur dapat menggunakan laporan arus kas untuk menentukan kemampuan perusahaan dalam membayar deviden, kemampuan dalam membayar hutang dan kas yang berasal dari operasi dibandingkan dengan kas yang berasal dari sumber penggunaannya. 41 Adhisyahfitri Evalina Ikhsan : Analisis kinerja perusahaan… Hubungan antara Kinerja Perusahaan Dangan Initial Public Offering (IPO) Penilaian kinerja perusahaan setelah menjadi perusahaan publik juga penting dilakukan sebab apabila kinerja perusahaan setelah menjadi perusahaan publik kurang baik atau jelek, maka akan berpengaruh pada harga saham yang beredar di pasar sekunder atau bursa efek. Perusahaan publik dituntut untuk selalu meningkatkan kinerjanya secara terus menerus, agar para investor atau pemegang saham aktif dalam memperdagangkan sahamnya di pasar modal, dan pada akhirnya harga dari saham perusahaan yang bersangkutan bisa bersaing secara kompetitif sehingga saham tersebut bisa dikategorikan menjadi saham yang blue chip. Secara umum penelitian-penelitian yang mencoba melihat kinerja operasi perusahaan setelah IPO menunjukkan bahwa kinerja perusahaan mengalami penurunan. Jain dan Kini (1994) mengklaim bahwa penurunan tersebut identik dengan terjadinya upaya untuk membuat laporan keuangan menjadi baik pada periode-periode sebelum IPO. Upayaupaya dimaksud identik dengan praktek manajemen laba. (Teoh et al dalam Gumanti 2007) secara tegas menunjukkan bahwa praktek manajemen laba pada perusahaan yang akan go public ditemukan merata. Artinya, secara rata-rata ada upaya untuk menaikkan laba yang dilaporkan pada tahun-tahun menjelang IPO. Aksi tersebut nampaknya dipicu oleh adanya harapan agar dengan kinerja keuangan yang baik saham yang akan ditawarkan ke publik dapat diterima pasar dengan baik pula. Jadi, pemilik perusahaan termotivasi untuk menaikkan laba yang dilaporkan dalam upaya memberikan kesan bahwa perusahaan telah di kelola dengan baik. Dari uraian diatas maka hipotesis dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut : Hipotesis : Terdapat perbedaan kinerja operasi perusahaan sebelum dan sesudah Initial Public Offering METODE Populasi Penelitian Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan non keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dengan kriteria sebagai berikut :. 1. Perusahaaan non keuangan yang melakukan Initial Public Offreings (IPO) tahun 2001 dan 2004. 2. Tersedianya laporan keuangan untuk dua tahun buku sebelum dan tiga tahun buku setelah IPO atau laporan keuangan tahun 1999-2007. 3. Perusahaan yang mempunyal laba berturut-turut dua tahun sebelum dan tiga tahun sesudah IPO. Tabel 1 : Proses Penentuan Sampel Penelitian Perusahaan yang IPO tahun 2001-2004 (dikurangi) perusahaan kelompok keuangan (bank), Asuransi Perusahaan yang laporan keuangannya lengkap (dikurangi) Perusahaan yang rugi dua tahun berturut-turut Total Sampel Penelitian 78 Perusahaan 27 Perusahaan 51 Perusahaan 29 Perusahaan 22 Perusahaan Berikut ini daftar perusahaan yang menjadi sampel dalam penelitian ini : Tabel 2 : Daftar Perusahaan Sampel Yang IPO di Bursa Efek Indonesia Tahun 2001-2004 NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 42 KODE PERUSAHAAN ARNA BTON CNKO CLPI KARK DOID IATG KAEF PLAS PYFA NAMA PERUSAHAAN Arwana Citra Mulia Tbk. Betonjaya Manunggal Tbk. Central Koporindo International Tbk. Colorpak Indonesia Tbk. Karya Yasa Profilia Tbk. Daeyu Orchid Indonesia Tbk. Infoasia Teknologi Global Tbk. Kimia Farma Tbk. Plastpack Prima Industri Tbk. Pyridam Farma Tbk. TANGGAL IPO 15 Agustus 2001 18 juli 2001 1 November 2001 6 Juli 2001 25 Juli 2001 15 Juni 2001 15 November 2001 4 Juli 2001 16 Maret 2001 16 Oktober 2001 Jurnal Ekonom, Vol 14, No.1 Januari 2011 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 WAPO RYAN ANTA FISH FORU IIKP PTBA ARTI ENRG MAPI AKKU PJAA Wahana Phonix Mandiri Tbk. Ryane Adibusana Tbk. Anta Express Tour & Travel Service Tbk. Fishindo Kusuma Sejahtera Tbk. Fortune Indonesia Tbk. Inti Indah Karya Plasindo Tbk. Tambang Batubara Bukit Asam Tbk. Arona Binasejati Tbk. Energi Mega Persada Tbk. Mitra Adiperkasa Tbk. Aneka Kemasindo Utama Tbk. Pembangunan Jaya Ancol Tbk. Operasionalisasi Variabel Operating return on aset Operating return on asset diukur sebagai rasio laba operasi terhadap total asset. Tingkat pengembalian operasi terhadap asset mencerminkan suatu pengukuran efisiensi dalam pengggunaan asset. Hal ini berarti bahwa nisbah tersebut menunjukkan seberapa efisien asset yang ada di perusahaan digunakan dalam menghasilkan laba operasi. Operating cash flow Rasio ini mencerminkan kinerja operasi yang baik karena aliran kas operasi merupakan komponen utama dalam perhitungan nilai sekarang bersih (net present value) yang digunakan oleh perusahaan. Investor secara langsung atau tidak langsung lebih banyak menekankan analisisnya terhadap kemampuan perusahaan dalam memperoleh kas bersih dari aktivitas operasi. Sales growth Sales growth atau pertumbuhan penjualan menunjukkan kemampuan perusahaan dalam meningkatkan kinerja operasinya. Artinya, jika rasio pertumbuhan penjualan meningkat, perusahaan secara ekonomis akan mampu meningkatkan pendapatan operasinya. Total asset turn over Tingkat perputaran total asset (total asset turn over) diukur dengan rasi penjualan terhadap total asset perusahaan. Semakin tinggi rasio perputaran total asset berarti semakin tinggi kemampuan perusahaan dalam mengoptimalkan asset- 11 Juni 2001 17 Oktober 2001 18 Januari 2002 18 Januari 2002 17 Januari 2002 14 Oktober 2002 23 Desember 2002 30 April 2003 7 Juni 2004 10 November 2004 4 November 2004 2 JUli 2004 asset yang dimiliki untuk menghasilkan penjualan. Perusahaan dikatakan mengalami peningkatan efisiensi penggunaan assetnya jika rasio perputaran total asset dari waktu ke waktu mengalami peningkatan. Cash Flow to Net Income Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan untuk menghasilkan kas pada saat sekarang maupun dimasa depan. Melalui rasio ini dapat diketahui seberapa besar kas dari aktifitas operasi dibandingkan dengan laba bersih yang diperoleh. Cash Flow Return on Sales Rasio ini digunakan untuk mengetahui sejauh mana perusahaan melakukan investasi pada sumber-sumber dana yang produktif. Metode Analisis Data Analisis data dilakukan dengan menggunakan uji rata-rata yang bertujuan untuk mengetahui perbedaan kinerja pada perusahaan non keuangan yang terdaftar di BEI sebelum dan sesudah perusahaan melakukan IPO dari tahun 2001-2004 dan diolah dengan menggunakan program Statistical Package For Science (SPSS). HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil pengolahan data maka dapat dilihat perkembangan kinerja perusahaan yang diukur dengan rasio operating return on asset, operating cash flow, sales growth, total asset turn over, cash flow to net income dan cash flow return on sales pada 22 perusahaan yang melakukan IPO di Bursa Efek Indonesia tahun 2001-2004. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 3 berikut : 43 Adhisyahfitri Evalina Ikhsan : Analisis kinerja perusahaan… Tabel 3 : Perkembangan Kinerja Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Sebelum dan Sesudah Initial Public Offering Rasio Operating Return on Asset Operating Cash Flow Sales Growth Total Asset Turn Over Cash Flow to Net Income Cash Flow Return on Sales Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa seluruh rasio keuangan yang digunakan untuk mengukur kinerja perusahaan rata-rata lebih baik sebelum perusahaan melakukan IPO kecuali untuk total asset turn over. Hal ini mengindikasikan bahwa terdapat perbedaan kinerja perusahaan sebelum dan sesudah melakukan IPO, selain itu juga hasil penelitian ini membuktikan bahwa kinerja perusahaan sesudah melakukan IPO cenderung menurun. Kinerja operasi yang menurun kemudian naik, artinya berfluktuasi, pasca IPO mengindikasikan adanya ketidakmampuan manajemen dalam menjaga kinerja operasi perusahaan. Ditemukannya kecenderungan penurunan kinerja operasi pasca IPO dapat dikaitkan dengan adanya upaya untuk membuat kinerja keuangan sebelum IPO meningkat. Inidikasi bahwa manajemen perusahaan melakukan aktivitas manajemen laba (earnings management) pada periode sebelum IPO bisa jadi merupakan salah satu penyebab yang membuat kinerja pasca IPO cenderung menurun. Artinya, jika perusahaan mencoba untuk meningkatkan kinerja operasi sebelum IPO dengan melakukan manajemen laba, maka dampak dari manajemen laba akan dirasakan pada periode pasca IPO. KESIMPULAN Berdasarkan hasil analisis data dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan kinerja perusahaan yang dilihat dari rasio operating return on asset, operating cash flow, sales growth, total asset turn over, cash flow to net income dan cash flow return on sales sebelum dan sesudah melakukan IPO. Selain itu penelitian ini membuktikan bahwa adanya penurunan kinerja perusahaan sesudah melakukan IPO. 44 Rata-rata Sebelum 0,075413223 0,070227016 0,893434438 1,112839467 6,670601972 0,070926383 Sesudah 0,059508106 0,027336310 0,348837001 1,103651663 4,803124830 0,014732648 Keterbatasan dan Implikasi Penelitian Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan sebagai berikut : 1. Kecilnya jumlah sampel penelitian. 2. Rentang waktu penelitian yang relatif pendek 3. Tidak terbebasnya sampel penelitian dari efek krisis ekonomi. Untuk penelitian selanjutnya disarankan : 1. Menambah jumlah sampel baik dalam hal jumlah sektor industri maupun rentang waktu penelitian. 2. Selain menguji kinerja sesudah melakukan IPO juga memperluas pengujian dengan melihat ada tidaknya praktek manajemen laba baik pada periode sebelum maupun sesudah IPO. DAFTAR RUJUKAN Anoraga, Pandji dan Piji Pakarti, 2006, Pengantar Pasar Modal. Cetakan Kelima. Semarang: Penerbit Rineka Cipta. Bastian, Indra, 2001, Akuntansi Sektor Publik. Edisi Pertama Yogyakarta, BPFE-UGM. Fakhruddin, M dan M Sopian Hadianto, 2001, Perangkat Dan Modal Analisis Investasi Di Pasar Modal. Buku 1, PT. Elex Media Komputindo. Firth, M., dan C. K. Liau-Tan, 1998, “Auditor Quality, signaling, and the Valuation of Initial Public Offering”, Journal Of Business Finance and Accounting, 25(1): 145-165. Gumanti, Tatang A, dan Dwi Lusi T Swastika 2007, “Kinerja Operasi Sebelum dan Pasca Initial Public Offerings di Bursa Efek Jakarta”. The First Accounting Conference, Faculty of Economic Universitas Indonesia. Jurnal Ekonom, Vol 14, No.1 Januari 2011 Husnan, Suad. 2005, Dasar-dasar Teori Portofolio dan Analisis Sekuritas. Yogyakarta, BPFE. Jogianto, H.M, 2003, Teori Portofolio dan Analisis Investasi. Edisi empat. Jakarta: Salemba Empat. Jain, B.A., dan O. Kini, 1994, ‘The PostIssue Operating Performance Of IPO Firms’. Journal of Finance, 49(5): 1699-1726. Kaplan, S., 1989, ‘The Effect of Management Buyouts on Operating Performance and Value’. Journal of Financial Economics, 24 :217-254. Keown et al, 2004, Manajemen Keuangan. Prinsip dan Aplikasi. Edisi 9, jilid 1. PT Indeks. Kim, M., dan J.R. Ritter, 1999, “Valuing IPO”, Journal of Financial Economics. 53(3):409-437. Kooli, Maher dan Jean Marc Suret, 2001, “The Underpricing Of initial public Offering : Further Canadian Case”, Available, http://www.ssrn.com. Loughran, Tim dan Jay R. Ritter 2002, “Why has IPO Underpricing Change Overtime?”, Available, http://www.ssrn.com. Operating Performance of seasoned Equity Issuers: Free Cash Flow And Post-Issue Performance”, Journal of Financial Management, 25(4): 41-53. Meythi, 2006, “Pengaruh Arus Kas operasi Terhadap Harga Saham dengan Persistensi laba sebagai Variabel Intervening” Simposium Nasional Akuntansi IX (Padang). Mikkelson, W. H., M. Partch, dan K. shah, (1997), “Ownership and Operating Performance of Companies That Go Public”, Journal of Finance, 44(3): 281307. Sekaran, Uma, 2006, Metode Penelitian Untuk Bisnis, Terjemahan dari Willy. Buku 2, Edisi 2, Salemba Empat. Sugiono, 2005, Metode Penelitian Bisnis. Bandung, Alfabeta. Sunariyah, 2003, Pengantar Pengetahuan Pasar Modal. Edisi ketiga. Yogyakarta: AMP YPKN. Undang-undang No. 25 tahun 2007 tentang Pasar Modal. Undang-undang N0. 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas 45