ANALISIS KINERJA PERUSAHAAN: SEBELUM DAN SESUDAH

advertisement
Muchtar Ahmad : Keterpaduan ekonomi karet alam Thailand
ANALISIS KINERJA PERUSAHAAN: SEBELUM DAN SESUDAH
INITIAL PUBLIC OFFERING DI BURSA EFEK INDONESIA
Adhisyahfitri Evalina Ikhsan
Universitas Syiah Kuala
Abstract : The purpose of this study was to examine and analyze the performance
differences before and after firms go public. population used in this study were nonfinancial companies that do an IPO on the Indonesia Stock Exchange in 2001-2004.
The process of selecting a population selected on the basis of certain criteria. Thus the
population of this study amounted to 22 companies. The results showed that a
decrease in performance of the company (operating performance) after the IPO.
Performance degradation is the result of management efforts to show good financial
performance in the periods prior to the IPO. Overall, this study found evidence of a
trend decline in operating performance post-IPO. The results show that there are
differences regarding both the performance of companies operating return on assets,
operating cash flow, sales growth, cash flow to net income and cash flow return on
sales before with after the Initial Public Offering unless the total asset turnover.
Keywords: the performance of companies and Initial Public Offering
PENDAHULUAN
Pasar modal saat ini telah mengalami
perkembangan yang pesat dan memegang
peranan penting dalam memobilisasi dana
dari pihak yang memiliki kelebihan dana
(investor) kepada pihak yang mengalami
kekurangan dana (perusahaan). Kebutuhan
akan dana pada dasarnya dapat diperoleh
melalui beberapa alternatif pendanaan,
salah satu alternatif pendanaan tersebut
adalah melalui penerbitan dan penjualan
saham di pasar modal. Proses penawaran
sebagian saham perusahaan kepada investor
melalui bursa efek disebut Initial Public
Offering (IPO) atau lebih dikenal dengan
istilah go public.
Undang-undang No. 25 tahun 2007
tentang Pasar Modal (sebagai pengganti
Undang-undang no 8 tahun 1995)
mendefinisikan penawaran umum perdana
sebagai kegiatan penawaran efek yang
dilakukan oleh emiten untuk menjual efek
kepada masyarakat berdasarkan tata cara
yang diatur dalam undang-undang dan
peraturan pelaksanaannya. Adapun yang
dimaksud sebagai efek adalah surat
berharga yaitu surat pengakuan hutang,
surat berharga komersial, saham, obligasi,
tanda bukti hutang, dan kontrak berjangka
atas efek.
Transaksi penawaran saham perdana
atau IPO untuk pertama kalinya terjadi di
pasar perdana (primary market), dimana
38
harga saham pada penawaran perdana
ditentukan
berdasarkan
kesepakatan
bersama antara perusahaan emiten dengan
underwriter (penjamin emisi efek) yang di
tunjuk oleh perusahaan emiten. Sehubungan
dengan IPO, perusahaan harus menerbitkan
prospektus yang berisi informasi yang akan
digunakan investor untuk pengambilan
keputusan investasi. Informasi dalam
prospektus memberikan gambaran tentang
kondisi, prospek ekonomi, rencana
investasi, ramalan laba, dan dividen yang
akan dijadikan dasar dalam pembuatan
keputusan. Penilaian investor terhadap
kondisi dan prospek perusahaan akan
menentukan besarnya dana yang dapat
diperoleh perusahaan dari pasar modal.
Laporan keuangan memiliki arti
penting yang akan digunakan sebagai
informasi
dalam
menilai
kinerja
perusahaan, sehingga mensyaratkan bahwa
laporan keuangan haruslah mencerminkan
keadaan perusahaan yang sebenarnya pada
kurun
waktu
tertentu,
sehingga
pengambilan keputusan yang berkaitan
dengan perusahaan tersebut menjadi tepat.
Dalam menilai apakah kinerja suatu
perusahaan itu bagus atau tidak perlu
dilakukan analisis atau pengukuran
terhadap kinerjanya salah satunya dengan
melakukan analisis rasio (Robbins dan
Coulter, 2003). Dengan rasio tersebut akan
tampak jelas berbagai indikator keuangan
Jurnal Ekonom, Vol 14, No.1 Januari 2011
yang dapat mengungkapkan kondisi
keuangan suatu perusahaan maupun kinerja
yang telah dicapai perusahaan untuk suatu
periode tertentu.
Pengujian terhadap kinerja operasi
perusahaan setelah IPO menarik untuk
dilakukan, karena ada bukti yang konsisten
di pasar modal bahwa praktek manajemen
laba (earning management) pada periode
sebelum go public adalah umum dilakukan
oleh perusahaan. Ada indikasi yang kuat
bahwa karena praktek manajemen laba pada
periode
sebelum
IPO,
manajemen
mengalami
kesulitan
untuk
mempertahankan kinerja laba setelah IPO
(Jain dan Kini 1994).
Berbagai penelitian sebelumnya juga
telah melaporkan hasil penelitian tentang
kinerja operasi setelah IPO di antaranya
McLaughlin et al (1996) menguji kinerja
operasi perusahaan yang melakukan
penawaran lanjutan (seasoned equity
offering). Mikkelson et al (1997), menguji
keterkaitan kinerja operasi dan tingkat
kepemilikan saham pada perusahaan yang
baru go public. Jain dan Kini (1994),
menguji kinerja operasi yang melakukan
IPO dalam kurun waktu dua belas tahun di
New York Stock Exchange. Secara umum
penelitian yang mencoba melihat kinerja
operasi perusahaan setelah IPO tersebut
menunjukkan bahwa kinerja operasi
mengalami penurunan. Jain dan Kini (1994)
menyatakan bahwa penurunan kinerja
operasi merupakan akibat dari upaya
manajemen untuk menampilkan kinerja
keuangan yang baik pada periode-periode
sebelum IPO.
Penelitian yang dilakukan oleh
Gumanti
(2007)
dengan
periode
pengamatan tahun 1995 dan 1996
memberikan hasil pengujian bahwa
perusahaan yang baru go public di pasar
modal
Indonesia
tidak
mampu
mempertahankan kinerja operasinya dalam
jangka waktu sampai dengan tiga tahun
setelah go public. Walaupun secara ratarata perusahaan mampu meningkatkan
penjualan dan total assetnya, tetapi
peningkatan tersebut tidak sepenuhnya
membawa dampak terhadap perbaikan
kinerja operasi. Penelitian yang dilakukan
oleh Gumanti (2007) menggunakan rasio
operating performance dengan indikatornya
yaitu operating return on asset, operating
cash flow, salesh growth dan total asset
turn over.
Penelitian ini menguji kembali hasil
penelitian yang telah pernah dilakukan
sehubungan dengan kinerja perusahaan
sebelum dan sesudah IPO. Penelitian ini
difokuskan hanya pada perusahaan non
keuangan yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia untuk periode tahun 2001 dan
2004. Alasan peneliti mengambil tahun
2001-2004 sebagai sampel di karenakan
pada tahun 2001 lebih banyak perusahaan
yang IPO di bandingkan dengan tahuntahun berikutnya, agar data yang di peroleh
tetap up to date maka peneliti mengambil
sampel hingga tahun 2004.
Initial Public Offering
Istilah Initial Public Offering atau go
public akhir-akhir ini menjadi hal yang
sangat sering didengar. Banyak perusahaan
besar semakin menyadari bahwa persaingan
bisnis semakin ketat, oleh karena itu
mereka perlu memperluas pasar. Tetapi
sering kali perusahaan dihadapkan pada
masalah
kekurangan
modal
serta
manajemen yang lemah dari perusahaan.
Untuk memecahkan masalah yang dihadapi,
go public merupakan jalan keluar, yaitu
dengan melakukan penawaran saham
perdana kepada publik (Initial Public
Offering atau IPO). Initial Public Offering
merupakan suatu peristiwa penawaran
saham yang dilakukan oleh perusahaan
(emiten) kepada masyarakat umum
(investor)
untuk
pertama
kalinya
(Sunariyah, 2003).
Penawaran saham perdana merupakan
salah satu cara efektif bagi perusahaan
untuk memenuhi kebutuhan dana sebagai
konsekuensi dari semakin besarnya atau
berkembangnya perusahaan yang pada
gilirannya membutuhkan dana yang tidak
sedikit. Dengan penawaran umum perdana
akan terjadi perubahan status perusahaan
dari perusahaan tertutup menjadi terbuka
dan memberikan konsekuensi tanggung
jawab kepada pihak manajemen untuk
meningkatkan
kinerjanya.
Sebagai
perusahaan publik, perusahaan akan selalu
menjadi perhatian masyarakat pemodal
karena ada andil yang perlu dipertanggung
jawabkan yakni modal yang ditanamkan,
sehingga peningkatan kinerja perusahan
setelah
menjadi
perusahaan
publik
39
Adhisyahfitri Evalina Ikhsan : Analisis kinerja perusahaan…
akan diharapkan oleh banyak pihak.
Banyak alasan yang melatarbelakangi
mengapa perusahaan memutuskan untuk
menjadi perusahaan publik, diantaranya
menurut Anoraga dan Puji (2001: 49)
manfaat yang diperoleh yaitu perusahaan
akan memperoleh dana yang relatif besar
dan diterima sekaligus, dikenal oleh banyak
pihak, pengelolaan yang profesional karena
diserahkan kepada orang-orang yang
mampu dibidangnya. Selain itu Anoraga
dan Piji juga menyebutkan adanya
konsekuensi yang harus ditanggung oleh
perusahaan go public yaitu “adanya
tuntutan untuk lebih terbuka dan harus
mengikuti peraturan-peraturan pasar modal
mengenai kewajiban pelaporan, serta
keharusan
untuk
meningkatkan
pertumbuhan perusahaan semakin kuat”.
Setelah melakukan penawaran saham
perdana perusahaan akan berubah status
menjadi perusahaan publik. Perubahan
status ini membawa banyak konsekuensi
lain, diantaranya adanya kewajiban untuk
menyampaikan laporan keuangan baik
kepada investor, masyarakat, maupun
kepada Badan Pengawas Pasar Modal dan
Lembaga Keuangan (BAPEPAM-LK) dan
adanya tuntutan pemisahan antara pemilik
dan manajemen. Dengan kata lain sebuah
perusahaan publik memiliki tanggung
jawab dan berkewajiban untuk mematuhi
peraturan pasar modal, sebagaimana yang
diwajibkan dalam Keputusan Menteri
Keuangan No. 1548/KMK.013/1990 dalam
Sunariyah (2003 : 41), perusahaan publik
harus memenuhi beberapa kesanggupan
yaitu :
1. Keharusan untuk keterbukaan (full
disclosure).
2. Keharusan untuk mengikuti peraturanperaturan pasar modal mengenai
kewajiban pelaporan.
3. Gaya manajemen yang berubah dari
informal ke formal.
4. Kewajiban membayar deviden.
5. Senantiasa berusaha meningkatkan
tingkat pertumbuhan perusahaan.
Proses go publik
Pada saat melakukan penawaran,
perusahaan harus menyediakan prospektus
yang di dalamnya memuat informasi
keuangan dan non-keuangan. Informasi
keuangan terdiri dari neraca (balance
40
sheet), laporan laba rugi (income
statement), laporan arus kas (cash flow
statement). Sedangkan informasi non
keuangan berisi antara lain informasi
mengenai underwriter, auditor, konsultan
hukum, nilai penawaran saham, persentase
saham yang ditawarkan, umur perusahaan,
dan informasi lain yang mendukung.
Sulistyanto dan Wibisono, (2003).
Informasi dalam prospektus tersebut
akan memberikan gambaran mengenai
kondisi, prospek ekonomi, rencana
investasi, serta ramalan laba dan dividen
yang akan dijadikan dasar dalam
pembuatan keputusan rasional mengenai
resiko dan nilai saham yang di tawarkan
perusahaaan (Firth dan Liu Tan 1998).
Melalui penawaran umum perdana
inilah para investor atau pemodal
melakukan penilaian terhadap perusahaan
yang melaksanakan IPO tersebut. Apabila
kinerja perusahaan yang tertuang dalam
prospektus baik serta proses penjaminan
dari underwriter juga bagus maka para
investor cenderung akan merespon dengan
baik saham yang di tawarkan oleh emiten.
Fenomena ini akan terlihat pada harga
saham yang dibeli dari perusahaan yang
bersangkutan. Pemesanan saham akan
melebihi jatah yang akan diterbitkan
(dijual), sehingga fenomena underpricing
akan ditemui. Underpricing adalah suatu
situasi dimana harga saham perusahaan
yang baru go public, biasanya dalam
hitungan hari, secara rata-rata lebih tinggi
daripada harga penawarannya. Tetapi tidak
sedikit perusahaan yang melakukan go
public direspon biasa atau bahkan direspon
negatif oleh para investor, yang akan
berakibat pada penurunan harga saham
pasca IPO. Peristiwa penurunan harga
saham pasca IPO biasa dikenal dengan
overpricing. Disamping itu, kondisi
perekonomian secara makro dan stabilitas
keamanan negara juga menjadi indikator
berhasil atau tidaknya proses penawaran
umum perdana.
Kinerja
Kinerja dapat diartikan sebagai
gambaran mengenai tingkat pencapaian
pelaksanaan suatu kegiatan/ program/
kebijakan dalam mewujudkan sasaran,
tujuan, misi dan visi organisasi yang
Jurnal Ekonom, Vol 14, No.1 Januari 2011
tertuang dalam skema strategis (strategic &
planning) suatu organisasi (Bastian 2001:
329). Lukman (2000 :30) menyatakan
bahwa kinerja adalah sesuatu yang di capai,
prestasi yang diperlihatkan dan kemampuan
kerja. Kinerja dapat juga di artikan suatu
kemampuan organisasi atau kelompok
untuk mencapai suau tujuan maupun
prestasi yang akan diperlihatkan kepada
orang lain atau kelompok lain.
Lebih lanjut Lukman (2000 : 31)
menyatakan pengukuran kinerja adalah
penentuan secara periodik efektifitas
operasional suatu bagian organisasi. Kinerja
perusahaan yang sering dipergunakan
menunjukkan hasil operasi perusahaan
selama
periode
tertentu,
biasanya
didapatkan
dari
laporan
keuangan
perusahaan, baik dari laporan neraca, laba
rugi dan arus kas. Dari laporan keuangan
yang diterbitkan perusahaan inilah para
analis maupun investor rela melakukan
analisis atas kinerja perusahaan tersebut,
serta melihat perkembangan perusahaan.
Ada banyak cara untuk mengukur
kinerja suatu perusahaan. Salah satu
pengukuran yang cukup baik adalah dengan
menggunakan rasio-rasio kinerja operasi
(operating performance) dan aliran kas
(cash Flow), (Jain dan Kini, 1994). Sebagai
wujud dari apa yang di capai perusahaan
dalam suatu periode tertentu, maka kinerja
keuangan harus senantiasa baik. Apabila
kinerja keuangan bagus, maka akan
menghasilkan prestasi yang bagus pula,
begitu juga sebaliknya.
Untuk mengetahui prestasi yang
dicapai oleh perusahaan perlu dilakukan
penilaian terhadap kinerja perusahaan
dalam kurun waktu tertentu (Helfert, dalam
gumanti 2007) mengemukakan bahwa
dalam
mengevaluasi/menilai
kinerja
perusahaan yang paling berkepentingan
adalah pemilik perusahaan dalam hal ini
investor, para manajer, kreditor, pemerintah
dan masyarakat. Mereka akan menilai
perusahaan dengan ukuran keuangan
tertentu sesuai dengan tujuannya.
Penilaian kinerja perusahaan dapat
diketahui melalui perhitungan rasio
keuangan dari semua laporan keuangan
yang disajikan perusahaan. Namun
demikian, umumnya ukuran yang lazim
dipakai dikategorikan kedalam 5 kelompok
utama, yaitu (a) rasio keuntungan, (b) rasio
aktivitas, (c) rasio leverage, (d) rasio
liquiditas, (e)rasio pertumbuhan. Sebagai
bagian dari alat penilaian kinerja
perusahaan terutama perusahaan industri
non keuangan, operating performance yang
pernah dipakai oleh Jain dan Kini (1994)
dapat digunakan sebagai alat penilaian
kinerja
perusahaan,
maka
dengan
menggunakan
operating
performance
diupayakan dapat menunjukkan kinerja
perusahaan yang sesungguhnya. Rasio
operating performance mencakup rasio
operating return on asset, operating cash
flow to total asset, sales growth, dan total
asset turn over.
Selain itu penilaian kinerja perusahaan
dapat dilakukan juga dengan menggunakan
analisis rasio aliran kas. Analisis sumber
dan penggunaan kas (aliran kas) merupakan
alat yang sangat penting bagi manajemen
keuangan untuk mengetahui aliran kas, dari
mana aliran kas tersebut dan kemana kas
tersebut digunakan. Sedangkan bagi
perusahaan digunakan untuk meningkatkan
kemampuannya dalam menghasilkan kas
sekaligus
untuk
menilai
tingkat
likuiditasnya agar tetap terjaga.
Informasi aliran kas sangat berguna
untuk menilai kemampuan perusahaan
dalam menghasilkan kas dan setara kas dan
memungkinkan
para
pemakai
mengembangkan model untuk menilai dan
membandingkan nilai sekarang dari arus
kas masa depan dari berbagai perusahaan.
Informasi arus kas tersebut juga
meningkatkan daya banding pelaporan
kinerja operasi berbagai perusahaan, karena
dapat meniadakan pengaruh penggunaan
perlakuan akuntansi yang berbeda terhadap
transaksi dan peristiwa yang sama.
Pihak manajemen dapat menggunakan
laporan sumber dan penggunaan kas untuk
menentukan kebijakan deviden, kas yang
berasal dari aktifitas operasi, dan kebijakan
investasi dan pendanaan. Sementara pihak
luar, seperti investor dan kreditur dapat
menggunakan laporan arus kas untuk
menentukan kemampuan perusahaan dalam
membayar deviden, kemampuan dalam
membayar hutang dan kas yang berasal dari
operasi dibandingkan dengan kas yang
berasal dari sumber penggunaannya.
41
Adhisyahfitri Evalina Ikhsan : Analisis kinerja perusahaan…
Hubungan antara Kinerja Perusahaan
Dangan Initial Public Offering (IPO)
Penilaian kinerja perusahaan setelah
menjadi perusahaan publik juga penting
dilakukan sebab apabila kinerja perusahaan
setelah menjadi perusahaan publik kurang
baik atau jelek, maka akan berpengaruh
pada harga saham yang beredar di pasar
sekunder atau bursa efek. Perusahaan
publik dituntut untuk selalu meningkatkan
kinerjanya secara terus menerus, agar para
investor atau pemegang saham aktif dalam
memperdagangkan sahamnya di pasar
modal, dan pada akhirnya harga dari saham
perusahaan yang bersangkutan bisa
bersaing secara kompetitif sehingga saham
tersebut bisa dikategorikan menjadi saham
yang blue chip.
Secara umum penelitian-penelitian
yang mencoba melihat kinerja operasi
perusahaan setelah IPO menunjukkan
bahwa kinerja perusahaan mengalami
penurunan. Jain dan Kini (1994)
mengklaim bahwa penurunan tersebut
identik dengan terjadinya upaya untuk
membuat laporan keuangan menjadi baik
pada periode-periode sebelum IPO. Upayaupaya dimaksud identik dengan praktek
manajemen laba. (Teoh et al dalam
Gumanti 2007) secara tegas menunjukkan
bahwa praktek manajemen laba pada
perusahaan yang akan go public ditemukan
merata. Artinya, secara rata-rata ada upaya
untuk menaikkan laba yang dilaporkan pada
tahun-tahun menjelang IPO. Aksi tersebut
nampaknya dipicu oleh adanya harapan
agar dengan kinerja keuangan yang baik
saham yang akan ditawarkan ke publik
dapat diterima pasar dengan baik pula. Jadi,
pemilik perusahaan termotivasi untuk
menaikkan laba yang dilaporkan dalam
upaya
memberikan
kesan
bahwa
perusahaan telah di kelola dengan baik.
Dari uraian diatas maka hipotesis
dalam penelitian ini dirumuskan sebagai
berikut :
Hipotesis : Terdapat perbedaan kinerja
operasi perusahaan sebelum dan
sesudah Initial Public Offering
METODE
Populasi Penelitian
Populasi yang digunakan dalam
penelitian ini adalah perusahaan non
keuangan yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia dengan kriteria sebagai berikut :.
1. Perusahaaan non keuangan yang
melakukan Initial Public Offreings
(IPO) tahun 2001 dan 2004.
2. Tersedianya laporan keuangan untuk
dua tahun buku sebelum dan tiga tahun
buku setelah IPO atau laporan keuangan
tahun 1999-2007.
3. Perusahaan yang mempunyal laba
berturut-turut dua tahun sebelum dan
tiga tahun sesudah IPO.
Tabel 1 : Proses Penentuan Sampel Penelitian
Perusahaan yang IPO tahun 2001-2004
(dikurangi) perusahaan kelompok keuangan (bank), Asuransi
Perusahaan yang laporan keuangannya lengkap
(dikurangi) Perusahaan yang rugi dua tahun berturut-turut
Total Sampel Penelitian
78 Perusahaan
27 Perusahaan
51 Perusahaan
29 Perusahaan
22 Perusahaan
Berikut ini daftar perusahaan yang menjadi sampel dalam penelitian ini :
Tabel 2 : Daftar Perusahaan Sampel Yang IPO di Bursa Efek Indonesia Tahun 2001-2004
NO
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
42
KODE
PERUSAHAAN
ARNA
BTON
CNKO
CLPI
KARK
DOID
IATG
KAEF
PLAS
PYFA
NAMA
PERUSAHAAN
Arwana Citra Mulia Tbk.
Betonjaya Manunggal Tbk.
Central Koporindo International Tbk.
Colorpak Indonesia Tbk.
Karya Yasa Profilia Tbk.
Daeyu Orchid Indonesia Tbk.
Infoasia Teknologi Global Tbk.
Kimia Farma Tbk.
Plastpack Prima Industri Tbk.
Pyridam Farma Tbk.
TANGGAL
IPO
15 Agustus 2001
18 juli 2001
1 November 2001
6 Juli 2001
25 Juli 2001
15 Juni 2001
15 November 2001
4 Juli 2001
16 Maret 2001
16 Oktober 2001
Jurnal Ekonom, Vol 14, No.1 Januari 2011
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
WAPO
RYAN
ANTA
FISH
FORU
IIKP
PTBA
ARTI
ENRG
MAPI
AKKU
PJAA
Wahana Phonix Mandiri Tbk.
Ryane Adibusana Tbk.
Anta Express Tour & Travel Service Tbk.
Fishindo Kusuma Sejahtera Tbk.
Fortune Indonesia Tbk.
Inti Indah Karya Plasindo Tbk.
Tambang Batubara Bukit Asam Tbk.
Arona Binasejati Tbk.
Energi Mega Persada Tbk.
Mitra Adiperkasa Tbk.
Aneka Kemasindo Utama Tbk.
Pembangunan Jaya Ancol Tbk.
Operasionalisasi Variabel
Operating return on aset
Operating return on asset diukur
sebagai rasio laba operasi terhadap total
asset. Tingkat pengembalian operasi
terhadap asset mencerminkan suatu
pengukuran efisiensi dalam pengggunaan
asset. Hal ini berarti bahwa nisbah tersebut
menunjukkan seberapa efisien asset yang
ada di perusahaan digunakan dalam
menghasilkan laba operasi.
Operating cash flow
Rasio ini mencerminkan kinerja
operasi yang baik karena aliran kas operasi
merupakan komponen utama dalam
perhitungan nilai sekarang bersih (net
present value) yang digunakan oleh
perusahaan. Investor secara langsung atau
tidak langsung lebih banyak menekankan
analisisnya
terhadap
kemampuan
perusahaan dalam memperoleh kas bersih
dari aktivitas operasi.
Sales growth
Sales growth atau pertumbuhan
penjualan
menunjukkan
kemampuan
perusahaan dalam meningkatkan kinerja
operasinya. Artinya, jika rasio pertumbuhan
penjualan meningkat, perusahaan secara
ekonomis akan mampu meningkatkan
pendapatan operasinya.
Total asset turn over
Tingkat perputaran total asset (total
asset turn over) diukur dengan rasi
penjualan terhadap total asset perusahaan.
Semakin tinggi rasio perputaran total asset
berarti
semakin
tinggi
kemampuan
perusahaan dalam mengoptimalkan asset-
11 Juni 2001
17 Oktober 2001
18 Januari 2002
18 Januari 2002
17 Januari 2002
14 Oktober 2002
23 Desember 2002
30 April 2003
7 Juni 2004
10 November 2004
4 November 2004
2 JUli 2004
asset yang dimiliki untuk menghasilkan
penjualan. Perusahaan dikatakan mengalami
peningkatan efisiensi penggunaan assetnya
jika rasio perputaran total asset dari waktu
ke waktu mengalami peningkatan.
Cash Flow to Net Income
Rasio ini mengukur kemampuan
perusahaan untuk menghasilkan kas pada
saat sekarang maupun dimasa depan.
Melalui rasio ini dapat diketahui seberapa
besar
kas
dari
aktifitas
operasi
dibandingkan dengan laba bersih yang
diperoleh.
Cash Flow Return on Sales
Rasio ini digunakan untuk mengetahui
sejauh mana perusahaan melakukan
investasi pada sumber-sumber dana yang
produktif.
Metode Analisis Data
Analisis data dilakukan dengan
menggunakan uji rata-rata yang bertujuan
untuk mengetahui perbedaan kinerja pada
perusahaan non keuangan yang terdaftar di
BEI sebelum dan sesudah perusahaan
melakukan IPO dari tahun 2001-2004 dan
diolah dengan menggunakan program
Statistical Package For Science (SPSS).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil pengolahan data
maka dapat dilihat perkembangan kinerja
perusahaan
yang diukur dengan rasio
operating return on asset, operating cash
flow, sales growth, total asset turn over,
cash flow to net income dan cash flow
return on sales pada 22 perusahaan yang
melakukan IPO di Bursa Efek Indonesia
tahun 2001-2004. Untuk lebih jelasnya
dapat dilihat pada tabel 3 berikut :
43
Adhisyahfitri Evalina Ikhsan : Analisis kinerja perusahaan…
Tabel 3 : Perkembangan Kinerja Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia
Sebelum dan Sesudah Initial Public Offering
Rasio
Operating Return on Asset
Operating Cash Flow
Sales Growth
Total Asset Turn Over
Cash Flow to Net Income
Cash Flow Return on Sales
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat
bahwa seluruh rasio keuangan yang
digunakan untuk mengukur kinerja
perusahaan rata-rata lebih baik sebelum
perusahaan melakukan IPO kecuali untuk
total
asset
turn
over.
Hal
ini
mengindikasikan bahwa terdapat perbedaan
kinerja perusahaan sebelum dan sesudah
melakukan IPO, selain itu juga hasil
penelitian ini membuktikan bahwa kinerja
perusahaan sesudah melakukan IPO
cenderung menurun.
Kinerja operasi yang menurun
kemudian naik, artinya berfluktuasi, pasca
IPO
mengindikasikan
adanya
ketidakmampuan
manajemen
dalam
menjaga kinerja operasi perusahaan.
Ditemukannya kecenderungan penurunan
kinerja operasi pasca IPO dapat dikaitkan
dengan adanya upaya untuk membuat
kinerja keuangan sebelum IPO meningkat.
Inidikasi bahwa manajemen perusahaan
melakukan aktivitas manajemen laba
(earnings management) pada periode
sebelum IPO bisa jadi merupakan salah satu
penyebab yang membuat kinerja pasca IPO
cenderung
menurun.
Artinya,
jika
perusahaan mencoba untuk meningkatkan
kinerja operasi sebelum IPO dengan
melakukan manajemen laba, maka dampak
dari manajemen laba akan dirasakan pada
periode pasca IPO.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis data
dapat
disimpulkan
bahwa
terdapat
perbedaan kinerja perusahaan yang dilihat
dari rasio operating return on asset,
operating cash flow, sales growth, total
asset turn over, cash flow to net income dan
cash flow return on sales sebelum dan
sesudah melakukan IPO. Selain itu
penelitian ini membuktikan bahwa adanya
penurunan kinerja perusahaan sesudah
melakukan IPO.
44
Rata-rata
Sebelum
0,075413223
0,070227016
0,893434438
1,112839467
6,670601972
0,070926383
Sesudah
0,059508106
0,027336310
0,348837001
1,103651663
4,803124830
0,014732648
Keterbatasan dan Implikasi Penelitian
Penelitian ini memiliki beberapa
keterbatasan sebagai berikut :
1. Kecilnya jumlah sampel penelitian.
2. Rentang waktu penelitian yang relatif
pendek
3. Tidak terbebasnya sampel penelitian
dari efek krisis ekonomi.
Untuk
penelitian
selanjutnya
disarankan :
1. Menambah jumlah sampel baik dalam
hal jumlah sektor industri maupun
rentang waktu penelitian.
2. Selain
menguji
kinerja
sesudah
melakukan IPO juga memperluas
pengujian dengan melihat ada tidaknya
praktek manajemen laba baik pada
periode sebelum maupun sesudah IPO.
DAFTAR RUJUKAN
Anoraga, Pandji dan Piji Pakarti, 2006,
Pengantar
Pasar
Modal.
Cetakan Kelima. Semarang:
Penerbit Rineka Cipta.
Bastian, Indra, 2001, Akuntansi Sektor
Publik.
Edisi
Pertama
Yogyakarta, BPFE-UGM.
Fakhruddin, M dan M Sopian Hadianto,
2001, Perangkat Dan Modal
Analisis Investasi Di Pasar
Modal. Buku 1, PT. Elex Media
Komputindo.
Firth, M., dan C. K. Liau-Tan, 1998,
“Auditor Quality, signaling, and
the Valuation of Initial Public
Offering”, Journal Of Business
Finance and Accounting, 25(1):
145-165.
Gumanti, Tatang A, dan Dwi Lusi T
Swastika 2007, “Kinerja Operasi
Sebelum dan Pasca Initial Public
Offerings di Bursa Efek Jakarta”.
The
First
Accounting
Conference,
Faculty
of
Economic Universitas Indonesia.
Jurnal Ekonom, Vol 14, No.1 Januari 2011
Husnan, Suad. 2005, Dasar-dasar Teori
Portofolio
dan
Analisis
Sekuritas. Yogyakarta, BPFE.
Jogianto, H.M, 2003, Teori Portofolio dan
Analisis Investasi. Edisi empat.
Jakarta: Salemba Empat.
Jain, B.A., dan O. Kini, 1994, ‘The PostIssue Operating Performance Of
IPO Firms’. Journal of Finance,
49(5): 1699-1726.
Kaplan,
S., 1989, ‘The
Effect
of
Management
Buyouts
on
Operating Performance and
Value’. Journal of Financial
Economics, 24 :217-254.
Keown et al, 2004, Manajemen Keuangan.
Prinsip dan Aplikasi. Edisi 9,
jilid 1. PT Indeks.
Kim, M., dan J.R. Ritter, 1999, “Valuing
IPO”, Journal of Financial
Economics. 53(3):409-437.
Kooli, Maher dan Jean Marc Suret, 2001,
“The Underpricing Of initial
public Offering : Further
Canadian Case”, Available,
http://www.ssrn.com.
Loughran, Tim dan Jay R. Ritter 2002,
“Why has IPO Underpricing
Change Overtime?”, Available,
http://www.ssrn.com.
Operating Performance of seasoned Equity
Issuers: Free Cash Flow And
Post-Issue
Performance”,
Journal
of
Financial
Management, 25(4): 41-53.
Meythi, 2006, “Pengaruh Arus Kas operasi
Terhadap Harga Saham dengan
Persistensi laba sebagai Variabel
Intervening”
Simposium
Nasional
Akuntansi
IX
(Padang).
Mikkelson, W. H., M. Partch, dan K. shah,
(1997),
“Ownership
and
Operating
Performance
of
Companies That Go Public”,
Journal of Finance, 44(3): 281307.
Sekaran, Uma, 2006, Metode Penelitian
Untuk Bisnis, Terjemahan dari
Willy. Buku 2, Edisi 2, Salemba
Empat.
Sugiono, 2005, Metode Penelitian Bisnis.
Bandung, Alfabeta.
Sunariyah, 2003, Pengantar Pengetahuan
Pasar Modal. Edisi ketiga.
Yogyakarta: AMP YPKN.
Undang-undang No. 25 tahun 2007 tentang
Pasar Modal.
Undang-undang N0. 40 tahun 2007 tentang
Perseroan Terbatas
45
Download