34 BAB III TINJAUAN TEORITIS A. Pengertian Konsumsi dalam

advertisement
BAB III
TINJAUAN TEORITIS
A. Pengertian Konsumsi dalam Islam
Di dalam siklus ekonomi yang bermula dengan perolehan kekayaan,
konsumsi barangkali merupakan tahap yang terakhir dan paling penting.Di
dalam ilmu ekonomi, konsumsi bermakna membelanjakan kekayaan untuk
memenuhi keinginan manusia seperti makanan, pakaian, perumahan, barangbarang kebutuhan sehari-hari, pendidikan, kesehatan, kebutuhan pribadi
maupun keluarga lainnya, dan sebagainya.26
Sebuah mekanisme yang terkadang tanpa pernah kita sadari, lebih dari
berjuta-juta komoditi atau jasa tersedia, tetapi kita berhasil untuk meilih
rangkaian barang dan jasa tersebut. Ketika membuat pilihan kita membuat
penilaian tertentu tentang nilai relative segala komoditas yang berjuta-juta
jenis tersebut. Sekitas 500 tahun setelah hijrahnya Rasulullah, Imam AlGhazai, telah mampu menuliskan bagaimana fungsi kesejahteraan, utilitas
(kepuasan) dan maximizer seorang muslim terbentuk.27
Konsumsi dapat diuraikan menjadi dua hal, yaitu kebutuhan (hajat)
dan kegunaan atau kepuasan (manfaat).Maksudnya adalah pengkonsumsi
suatu barang adalah orang yang membutuhkan sekaligus mendapatkan
manfaat dari barang tersebut. Kedua unsur ini dalam ekonomi Islam
mempunyai kaitan yang sangat erat (interpendensi) dengan konsumsi itu
26
Muhammad Sharif Chaudy, Sistem Ekonomi Islam, (Jakarta: Kencana, 2014) hlm. 137
Adiwaran A. Karim, Ekonomi Mikro Islami, (Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada, 2007)
27
hlm 61
34
35
sendiri karena ketika konsumsi dalam Islam diartikan sebagai penggunaan
terhadap komoditas yang baik dan jauh dari sesuatu yang diharamkan, maka
sudah tentu motivasiyang mendorong seseorang untuk melakukan aktifitas
konsumsi juga harus sesuai dengan prinsip konsumen itu sendiri.28
Kebutuhan yaitu keinginan manusia menggunakan sumber daya yang
tersedia, guna mendorong pengembangan potensinya dengan tujuan
membangun dan menjaga bumi dan isinya.
Manfaat adalah terminologi Islam mencakup kemaslahatan, faidah dan
tercegahnya bahaya.Manfaat bukan sekedar kenikmatan yang hanya bisa
dirasakan oleh anggota tubuh semata, tetapi merupakan cermin dari
terwujudnya kemaslahatan hakiki dan nilai guna maksimal yang tidak
berpotensi mendatangkan dampak negative dikemudian hari.29
1. Prinsip-prinsip Konsumsi
Ada tiga prinsip dasar konsumsi yang digariskan oleh Islam, yakni
konsumsi barang halal, konsumsi barang suci dan bersih, dan tidak
berlebihan.30
Pertama, Prinsip Halal: seorang muslim diperintah oleh Islam untuk
makan-makanan yang halal (sah menurut hokum dan diizinkan) dan tidak
mengambil yang haram (tidak sah menurut hukum dan terlarang).
28
Hendra Riofita, Sistem Ekonomi Islam, (Pekanbaru: PT. Sunta Benta Perkasa, 2013)
hlm. 18
29
Ibid, hlm. 19
Muhammad Sharif Chaudy, Loc.Cit
30
36
Al-Quran surah Al-Maidah ayat 88 yang menyatakan:




Artinya: “makanlah makanan yang halal lagi baik dari apa yang telah
Allah rezekikan kepadamu, dan bertakwalah kepada Allah yang
kmau beriman kepadanya.”
Prinsip
halal-haram
juga
berlaku
bagi
hal
selain
makanan.Contohnya untuk kosmetika, dan lain-lain.Pemeluk Islam
diharuskan membelanjakan pendapatannya hanya pada barang yang halal
saja dan dilarang membelanjakannya pada barang haram seperti minuman
keras, narkotika, pelacuran, judi, kemewahan, dan sebagainya.31
Kedua,
prinsip
kebersihan
dan
menyehatkan:
Al-Quran
memerintahkan manusia dalam surah Al-baqarah ayat 168 yang
menyatakan:





Artinya: “Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa
yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkahlangkah syaitan; karena sesungguhnya syaitan itu adalah
musuh yang nyata bagimu.”
31
Ibid, hlm. 138
37
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, makanlah di antara rezki
yangbaik-baik yang Kami berikan kepadamu dan bersyukurlah
kepada Allah, jika benar-benar kepada-Nya kamu
menyembah.”(Al-baqarah (2) : 172)
Ketiga, prinsip kesederhanaan: prinsip kesederhanaan dalam
konsumsi berarti bahwa orang haruslah mengambil makanan dan minuman
sekadarnya dan tidak berlebihan karena makan berlebihan itu berbahaya
bagi kesehatan. Al-quran surah Al-A’raaf ayat 31 yang menyatakan:





Artinya: “Makandan minumlahjanganlahberlebih-lebihan.Sesungguhnya
Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebihan.”
2. Prilaku Konsumen dalam Islam
Ada beberapa karakteristik konsumsi dalam perspektif ekonomi
Islam, yaitu:32
1. Konsumsi bukanlah atifitas tanpa batas, melainkan juga terbatasi oleh
sifat kehalalan dan keharaman yang telah digariskan oleh syara’.
Firman Allah SWT dalam surat Al-Maidah ayat 87:





Artinya:“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu haramkan
apa-apa yang baik yang telah Allah halalkan bagi kamu,
32
Hendra Riofita, Op.Cit, hlm. 19
38
dan janganlah kamu melampaui batas. Sesungguhnya Allah
tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas.”
2. Konsumen yang rasional membelanjakan pendapatan untuk jenis
barang
kebutuhan
jasmani
maupun
rohani
demi
tercapainya
keseimbangan hidup.
3. Menjaga keseimbangan konsumsi dengan bergerak antara ambang
batas atas dari ruang gerak konsumsi yang diperbolehkan dalam
ekonomi Islam (mustawa al-kifayah). Mustawa kifayah adalah ukuran,
batas maupun ruang gerak yang tersedia bagi konsumen muslim untuk
menjalankan aktifitas konsumsi. Di bawah Mustawa kifayah,
seseorang akan terjerembab pada kebakhilan, kekikiran, kelaparan,
hingga berujung pada kematian. Sedangkan di atas mustawa al-kifayah
seseorang akan terjerumus pada tingkat yag berlebih-lebihan. Kedua
tingkatan ini dilarang dalam Islam sebagaimana Al-Quran surah AlFurqan ayat 67:



Artinya: “Dan orang-orang yang apabila membelanjakan (harta),
mereka tidak berlebihan, dan tidak (pula) kikir, dan adalah
(pembelanjaan itu) di tengah-tengah antara yang
demikian.”
4. Prioritas konsumsi antara dharuriyat, hajiyat, dan takmiliyat.
Dharuriyat adalah kemaslahatan yang menegakkan kehidupan asasi
manusia baik yang berkaitan dengan agama maupun dunia.Jika dia
luput dari kehidupan manusia maka mengakibatkan rusaknya tatanan
39
kehidupan manusia tersebut.Hajiyat adalah sesuatu yang oleh hukum
syara’ tidak dimaksudkan untuk memelihara lima hal pokok yaitu
agama, jiwa, akal, keturunan, dan harta, akan tetapi dimaksudkan
untuk menghilangkan kesulitan, kesusahan, kesempitan, dan ihtiyath
(berhati-hati) terhadap lima hal pokok tersebut. Takmiliyat adalah
komoditi pelengkap yang dalam penggunaannya tidak boleh melebihi
dua prioritas konsumsi diatas.
Islam juga memberikan pedoman kepada penganutnya dalam
berkonsumsi.
Berikut
adalah
empat
pedoman
syariah
dalam
berkonsumsi:33
1. Azas maslahat dan manfaat membawa maslahat manfaat bagi jasmani
dan rohani dan sejalan dengan nilai maqasid syariah. Termasuk dalam
hal ini kaitan konsumsi dengan halal dan thoyyib.
2. Azas kemandirian yaitu adanya perencanaan dan tabungan, mengutang
adalah kehinaan.
3. Azas kesederhanaan yaitu bersifat qanaah, tidak mubazir
4. Azas social yaitu anjuran berinfaq.
B. Merek
Dalam mempelajari pemasaran, akan dilakukan pembahasan tentang
pengembangan suatu produk baru, sehingga salah satu aspek yang
harusdifikirkan adalah “brand” apa yang akan dipakai. Selanjutnya
Hermawan Kartajaya mengatakan bahwa merek adalah kelengkapan suatu
33
Ibid, hlm. 22
40
produk.Sehingga sebuah produk harus mempuyai merek.Merek juga berfungsi
memberikan kualitas dengan merek pesaing agar konsumen mengetahui
perbedaannya, pemasar tidak boleh sembarangan dalam membuat produk,
karena menjadi jaminan dari pemasar atas hasil karyanya.34
Kata merek merupakan istilah yang luas. Merek adalah nama, istilah
symbol, atau desain khusus, atau beberapa kombinasi unsur-unsur ini yang
dirancang untuk mengidentifikasi barang atau jasa sebuah perusahaan dari
produk saingannya. Nama merek terdiri dari huruf-huruf, kata-kata dan/atau
angka-angka yang terbaca.35
Merek tidak hanya sebuah nama bagi produk, tetapi lebih dari itu
merupakan identitas untuk membedakan dari produk-produk pesaing yang
dihasilkan perusahaan lain, dengan identitas khusus produk tertentu akan lebih
mudah dikenali oleh konsumen dan pada gilirannya tentu akan memudahkan
pada pembelian ulang produk tersebut.Merek merupakan suatu atribut yang
dianggap penting terutama dalam menumbuhkan persepsi yang positif dan
konsumen akan percaya setelah menilai atribut yang dimiliki oleh suatu
merek. Persepsi yang positif dan kepercayaan konsumen terhadap suatu merek
tersebut akan menciptakan citra merek (Brand Image) dan pada akhirnya
merupakan salah satu factor yang akan mempengaruhi keputusan pembelian
konsumen. Ada definisi merek dari beberapa ahli pemasaran, Menurut
34
Hermawan Kartajaya, Marketing Plus 2000 “Siasat Memenangkan Persaingan
Global”, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 1997, hlm 15
35
William J. Stanton, dk, Prinsip Pemasaran,Edisi Ketujuh Jilid Ke 1, (Jakarta:
Erlangga), hlm. 269
41
American
Marketing
Association
yang
dikutip
oleh
Freddy
Rangkutimendefinisikan merek sebagai berikut:
“Merek adalah suatu nama, istilah tanda symbol, rancangan atau
kombinasi dari hal-hal tersebut yang bertujuan untuk mengidentifikasikan
produk atau jasa yang dihasilkannya sehingga berbeda dari produk atau jasa
yang dihasilkan oleh pesaing “36
Pengertian lainnya yang dikutip oleh Rangkuti adalah:
a.
b.
Brand Name (yang merupakan bagian dari yang dapat diucapkan)
Brand Mark (yang merupakan sebagian dari merek yang dapat dikenali
namun tidak dapat diucapkan, seperti lambing, desain huruf atau warna
khusus)
Trade Mark (yang merupakan merk atau sebagian dari merek yang
dilindungi hukum karena kemampuannya untuk menghasilkan sesuatu
yang istimewa)
Copyright (yang merupakan hak istimewa yang dilindugi oleh undangundang untuk memproduksinya, menerbitkannya dan menjual karya tulis,
karya music atau karya seni)37
c.
d.
Merek pada dasarnya merupakan janji penjual untuk secara konsisten
memberikan keistimewaan manfaat, dan jasa tertentu pada pembeli.merekmerek terbaik memberikan jaminan mutu akan tetapi merek lebih dari sekedar
symbol.
Menurut Kottler, merek lebh dari sekedar jainan kualitas karena di
dalamnya tercakup enam pengertian berikut:38
1.
2.
36
Atribut Produk.
Merek mengingatkan pada atribut tertentu
Manfaat.
Freddy Rangkuti, The Power of Brands- Teknik Mengelola Brand Equity dan Strategi
Pengembangan Merek, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2004), hlm 2
37
Ibid, hlm.2
38
Philip Kotler, Manajemen Peasaran (Analisis, Perencanaan, Implementasi, dan
Pengendalian, Edisi Keenam Jilid I, (Jakarta: Erlangga Ciracas, 2002), hlm. 460
42
3.
4.
5.
6.
Atribut perlu diterjemahkan menjadi manfaat fungsional dan
emosional.Konsumen sebenarnya ebeli anfaat dari produk yang
dibelinya.
Nilai.
Merek menyatakan sesuatu tentang nilai produsen.
Budaya.
Merek mencerminkan budaya tertentu.
Kepribadian.
Merek mencerminkan kepribadian tertentu.
Pemakai.
Merek mencerminkan jenis konsumen yang embeli atau menggunakan
produk tertentu.
Saat ini hampir semua produk diberi merek.Bahkan produk yang
sebelunya tak bermerek kini sudah memakai merek. Selain memiliki nilai bila
mereknya kuat, merek juga bermanfaat bagi pelanggan, perantara, produsen
maupun publik, yaitu:
1.
Bagi pembeli, manfaat merek adalah:
a. Sesuatu kepada pembeli tentang mutu
b. Membantu perhatian pembeli terhadap produk-produk baru yang
bermanfaat bagi mereka
2. Bagi penjual, manfaat merek adalah:
a. Meudahkan penjual mengolah pesanan dan menelusuri masalahmasalah yang timbul
b. Memungkinkan untuk menarik sekelompok pembeli yang setia dan
menguntungkan
c. Membantu penjual melakukan segmentasi pasar
3. Bagi masyarakat, merek bermanfaat dalam hal:
43
a. Pemberian merek memungkinkan mutu produk lebih terjamin dan
konsisten
b. Meningkatkan efisiensi pembeli karena merek dapat menyediakan
informasi tentang produk dan dimana membelinya
c. Meningkatnya inovasi-inovasi produk baru, karena produsen
terdorong
untuk
menciptakan
keunikan-keunikan
baru
guna
mencegah peniruan oleh pesaing39.
1. Strategi Merek
Setelah meninjau beberapa keputusan tentang merek, sapailah pada
pembahasan strategi merek, ada empat pilihan strategi merek yaitu line
extension, brand extension, multibrand, dan newbrand, keepat strategi ini
diturunkan dengan melihat aspek kategori produk nama merek.40
a. Line extension adalah pengembangan produk yang menggunakan
merek yang sama untuk kategori yang sama.
b. Brand Extension adalah pengembangan produk baru dala kategori yang
baru tapi menggunakan brand lama
c. Multi brand adalah pengembangan dilakukan untuk kategori yang
sama namun dengan brand yang berbeda
d. New brand adalah pengembangan menggunakan nama merek baru,
untuk sebuah kategori baru.
2. Kesadaran Merek
39
Bilson Simamora, Remarketing for Bussines Recovery- Sebuah Pendekatan Riset,
(Jakarta: PT. Pustaka Utama, 2001), hlm. 155
40
Taufik Amir, Dinamika Pemasaran, (Bandung: PT. Raja Grafindo Persada, 2005), hlm.
152-153
44
Berdasarkan defenisi diatas, dapat disimpulkan bahwa kesadaran
merek merupakan kesanggupan seorang calon pembeli untuk mengenali
atau mengingat kembali suatu merek sebagai bagian dari suatu kategori
produk tertentu.Peran kesadaran erek dalam ekuitas merek tergantung pada
sejauh mana tigkatan kesadaran yang dicapai oleh suatu merek.41
Peran kesadaran merek dalam membantu merek dapat dipahami
dengan mengkaji bagaimana kesadaran merek menciptakan suatu nilai.
Kesadaran merek memberikan nilai melalui empat cara, seperti pada
gambar II.142
Gambar II.1. Nilai-Nilai Kesadaran Merek
Kesadaran
Merek
Mempertimbangkan
Merek
Jangkar tempat tautan
berbagai asosiasi
Familier/Rasa Suka
Substansi/Komitmen
Penjelasan dari keempat nilai tersebut adalah sebagai berikut:
a. Jangkar tempat tautan berbagai asosiasi
Suatu merek yang kesadarannya tinggi dibenak konsumen akan
membantu asosiasi-asosiasi elekat pada merek tersebut karena daya
jelajah merek tersebut menjadi sangat tinggi dibenak konsumen.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa jika kesadaran suatu
41
Freddy Rangkuti, Op.Cit, hlm. 40
Durianto Darmadi, dkk, Stretegi Menaklukkan Pasar melalui Riset Ekuitas dan Prilaku
Merek, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2001), hlm. 7
42
45
merek rendah, maka asosiasi yang diciptakan oleh pemasar akan sulit
melekat pada merek tersebut.
b. Familier/Rasa Suka
Jika kesadaran atas merek sangat tinggi, konsumen akan sangat
akrab dengan merek tersebut, dan lama-kelamaan akan timbul rasa
suka yang tinggi terhadap merek tersebut.
c. Substansi/Komitmen
Kesadaran merek dapat menandakan keberadaan, komitmen,
dan inti yang sangat penting bagi suatu perusahaan. Jadi jika kesadaran
atas merek tinggi, kehadiran merek itu akan selalu dapat kita rasakan.
Sebuah merek dengan kesadaran konsumen tinggi biasanya disebabkan
oleh beberapa factor, yaitu diiklankan secara luas, eksistensi yang
sudah teruji oleh waktu, jangkauan distribusi yang luas, dan merek
tersebut dikelola dengan baik.
d. Mempertimbangkan Merek
Langkah pertama dalam suatu proses pembelian adalah
menyeleksi merek-merek yang dikenal dala suatu kelompok untuk
dipertimbangkan dan diputuskan merek mana yang akan dibeli.
Menurut Asker dalam Simamora, kesadaran merek adalah
kemampuan seseorang untuk mengenali atau mengingat kembali bahwa
suatu merek merupakan bagian dari kategori produk tertentu.Sedangkan
46
menurut Durianto, kesadaran merek merupakan kesanggupan seorang
calon pembeli untuk mengenali, mengingat kembali suatu merek sebagai
bagian dari kategori produk tertentu.43
C. Brand Image (Citra Merek)
Brand dapat disebut merek.Brand dapat membantu penjual dan
berkaitan dengan kepercayaan konsumen terhadap suatu produk dan layanan,
yang diyakini tidak saja dapat memenuhi kebutuhan mereka tetapi dapat
memberikan kepuasan yang lebih baik dan terjamin.Brand muncul ketika
persaingan produk semakin tajam dan menyebabkan perlunya penguatan peran
label untuk mengelompokkan produk dan layanan yang dimilikidalamsuatu
kesatuan guna membedakan produk itu dengan produk bersaing.Brand banyak
membantu perusahaan besar menguasai pasar.44
Menurut Kotler dan Amstrong, proses keputusan pembelian terdiri dari
lima tahap, yaitu tahap pengenalan kebutuhan, pencarian informasi, evaluasi
alternative, keputusan pembelian, dan prilaku pasca pembelian. 45 Adapun
manfaat brand image yaitu:
a. Brand image dapat dilihat sebagai tujuan didalam strategi pemasaran
b. Brand image dapat dipakai sebagai sesuatu dasar untuk bersaing dengan
brand lain
c. Brand image dapat membantu memperbaharui perjalanan suatu brand
43
Bilson Simamora, Op.Cit, hlm. 74
John E. Kennedy, dk, Marketing Communication, Taktik dan Strategi, (Jakarta: PT.
Bhuana Ilmu Populer, 2006), hlm. 111-112
45
Philip Kotler, Loc.cit, hlm. 70
44
47
d. Brand image dapat dipergunakan untuk mengevaluasi efek kualitas dari
strategi pemasaran
e. Brand image dapat dihasilkan dari faktor-faktor lain di luar usaha-usaha
strategi pemasaran
Citra merek mempresentasikan persepsi keseluruhan atas merek yang
dibentuk dari informasi mengenai merek dan juga pengalaman masa
lampau.Citra merek memberikan kesan kepada konsumen tentang suatu
produk serta sebagai pembeda produk tersebut dari produk lainnya.Citra
merek juga dapat memberikan ingatan tersendiri kepada konsumen agar
konsumen terus membeli brand tersebut.
Brand image terbentuk dari faktor-faktor sebagai berikut:46
a. Kualitas dan mutu, berkaitan dengan kualitas produk barang yang
ditawarkan oleh produsen dengan merek tertentu
b. Dapat dipercaya atau dihandalkan, berkaitan dengan pendapatan atau
kesepakatan yang dibentuk oleh masyarakat tentang suatu produk yang
dikonsumsi
c. Kegunaan atau manfaat, terkait dengan fungsi dari suatu produk yang bias
dimanfaatkan oleh konsumen
d. Pelayanan, berkaitan dengan besar kecilnya akibat atau untung serta rugi
yang mungkin dialami oleh konsumen
46
Ibid, hlm. 80
48
e. Resiko, berkaitan dengan besar kecilnya akibat atau banyak sedikitnya
jumlah uang yang dikeluarkan konsumen untuk mempengaruhi suatu
produk dan dapat mempengaruhi citra jangka panjang
Adapun dimensi citra merek (Brand Image) adalah sebagai berikut:
a. Citra produk (product
image),
yaitu sekumpulan asosiasi
yang
dipersepsikan konsumen terhadap suatu produk. Meliputi kualitas produk,
manfaat bagi konsumen, dan kemasan produk tersebut.
b. Citra
konsumen
(user
image),
yaitu
sekumpulan
asosiasi
yang
dipersepsikan konsumen terhadap pemakai yang menggunakan suatu
barang dan jasa. Meliputi produk yang mudah dicari, produk yang mudah
dikenali, dan mudah diingat.
D. Minat Beli
Menurut Schiffan Kanuk, minat beli dianggap sebagai pengukuran
kemungkinan konsumen membeli produk tertentu, dimana tingginya mina beli
akan berdampak pada keungkinan yang cukup besar dalam terjadinya
keputusan pembelian.Minat beli adalah sesuatu diperoleh dari proses belajar
dan proses pemikiran yang yang membentuk suatu persepsi. Minat beli ini
menciptakan suatu motivasi yang terus terekam dalam benaknya dan menjadi
suatu keinginan yang sangat kuat yang pada akhirnya ketika seorang
konsumen harus memenuhi kebutuhannya akan mengaktualisasikan apa yang
49
ada didalam benaknya itu.Minat beli merupakan bagian dari komponen
perilaku dalam sikap mengkonsumsi.Menurut Kinnear dan Taylor dalam
Tjiptono minat beli adalah tahap kecenderungan responden untuk bertindak
sebelum keputusan membeli benar-benar dilaksanakan. Menurut Mowen
dalam Oliver efek hierarki minat beli digunakan untuk menggambarkan urutan
proses munculnya keyakinan (beliefs). Sikap (attitudes) dan perilaku
pengetahuan kognitif yang dimiliki konsumen dengan mengaitkan atribut,
manfaat, dan obyek (dengan mengevaluasi informasi), sementara itu sikap
mengacu pada perasaan atau respon efektifnya.Sikap berlaku sebagai acuan
yang mempengaruhi dari lingkungannya.47
Perilaku menurut Mowen dalam Oliver adalah segala sesuatu yang
dikerjakan konsumen untuk membeli, membuang, dan menggunakan produk
dan jasa.Secara teoritis urutan ketiga komponen efek hierarki bisa
berbeda‐beda bergantung pada tingkat involvement‐nya (Loudon dan Dela
Bitta, 2004), atau bahkan masing‐masing unsur bisa berbentuk secara parsial
(Mowen dalam Oliver (2006) namun dalam penelitian ini bahwa ketiga
komponen bergerak dalam formasi standar, yakni kognisi, sikap, dan
perilaku.Munculnya ketiga komponen tersebut tidak lepas dari informasi yang
diterima konsumen.48
Menurut William J Stanton ada enam tahapan konsumen mengambil
keputusan. Pada waktu proses beli dimulai, calon pembeli yang serius dapat
saja membatalkan dalam setiap tahapan proses sebelum ia melakukan
47
Mutiara, Minat Beli, artikel diakses
http://mutiaralumpur.blogspot.com/2011/ 11/ minat-beli.html
48
Ibid.
pada
29
Mei
2015
dari
50
pembelian yang sebenarnya. Ancangan yang mencakup enam tahapan ini
dipakai dalam situasi tertentu, misalnya pembelian suatu produk uktuk
pertama kali atau pebelian suatu produk yang mahak dan jarag
dilakukan.Untuk kebanyakan produk, prilaku beli hanyalah kegiatan rutin.
Artinya kebutuhan yang terangsang cukup dipuaskan melalui pembelian ulang
merek produk yang sama. Ini berarti bahwa pengalaman masa lampau
langsung mempengaruhi seseorang untuk melakukan pembelian. Enam
tahapan tersebut yaitu:49
1. Pengenalan kebutuhan yang belum terpuaskan
Proses dimulai ketika motif (kebutuhan yang belum terpuaskan)
menimbulkan ketegangan didalam diri. Kebutuhan itu bias berupa
kebutuhan biogenic yang terangsang dari dalam (misalnya, orang yng
terangsang kebutuhan biogeniknya akan merasa lapar, haus dan lain
sebagainya) atau kebutuhan yang terpendam tidak terlihat sampai ia
terangsang dari luar seperti terangsang oleh iklan atau melihat suatu
produk. Ketegangan pada diri seseorang dapat juga timbul apabila produk
yang biasa dipakai tidak memuaskan dirinya.
Pada saat konsumen itu menyadari bahwa iaa embutuhkan sesuatu,
seringkali ia akan mulai menyadari bahwa ia egalami konflik atau
persaingan mengenai penggunaan sumberdaya uangnya atau waktunya
yang terbatas. Misalnya saja seorang suami yang mempunyai keinginan
untuk membangun kola renang dengan biaya Rp. 6 Juta di halaman
49
William J. Stanton, Log.cit, hlm. 163
51
belakang rumah. Si istri bisa saja mengingatkan suaminya bahwa mereka
juga akan membutuhkan perabot yang baru untuk ruang keluarga. Atau
juga si suami merasa khawatir bahwa salah satu kelompok acuan kunci
yang dekat dengan dirinya tidak menyetujui apa yang diinginkannya.
Karena itu dia harus memecahkan konflik-konflik ini sebelum bertindak.
Jika tanpa pemecahan maka proses beli hanya akan berhenti pada titik ini.
2. Indikasi berbagai alternative (pilihan)
Pada waktu seseorang mulai menyadari kebutuhannya, pilihan
akan produk dan merek harus diidentifikasikan. Misalnya, seorang istri
ingin membuat tangannya terasa lebih lembut. Beberapa pemecahan
alternativenya adalah: mebeli mesin cuci baru, memakai sarung tangan
karet, atau mencoba bubuk pencuci lain dan sabun cuci baru. Atau dia juga
dapat meminta tolong pada suai dan anak-anaknya untuk mencuci pakaian
dan mengepel lantai. Jika salah satu alternative sudah terpilih, masih ada
beberapa merek produk lain yang bias dipilih. Mencari berbagai
alternative dipengaruhi oleh fakto-faktor seperti
a. Berapa banyak biaya uang dan waktu (untuk membeli hamburger
diperlukan waktu yang lebih singkat dibandingakan membeli antel
untuk musim dingin)
b. Berapa banyak informasi dari masa lalu dan dari sumber-sumber lain
yang sudah dimiliki oleh konsumen.
c. Jumlah resiko yang akan dipikul jika seleksi alternative ternyata salah.
3. Evaluasi Alternatif
52
Jika semua alternative yang wajar telah diidentifikasikan,
konsumen harus engevaluasinya satu persatu sebagai persiapan untuk
mengadakan
mencakup
pembelian.Kriteria
pengalaman
masa
evaluasi
lalu
dan
yang
sikap
dipakai
konsumen
terhadap
aneka
merek.Konsumen juga memakai pendapat para anggota keluarganya dan
kelompok acuan lainnya untuk dipakai sebagai tuntunan dalam melakukan
evaluasi.
4. Keputusan untuk membeli
Setelah mencari dan mengevaluasi berbagai alternative, konsumen
pada titik tertentu harus memutuskan antara membeli atau tidak membeli,
konsumen harus membuat rangkaian keputusan yang menyangkut merek,
harga, took, warna dan lain sebagainya.
Banyak sekali orang yang mengalami kesukaran dalam membuat
keputusan, karena itu apa saja yang bias diusahakan oleh para pemasar
untuk menyederhanakan keputusan para wisatawan yang menyangkut
transportasi, hotel, dan wisata-wisata mana yang dipilih dalam satu paket
wisata.
Dalam proses beli, pada titik ini pemasar berusaha untuk
menentukan motif beli pelindung dari konsumen. Motif beli pelindung
adalah alasan-alasan seorang konsumen melindungi (berbelanja di) toko
tertentu.Motif ini berbeda dengan motif beli produk yang berarti alasanalasan seorang konsumen membeli sebuah produk tertentu. Beberapa motif
beli pelindung yang penting dikemukakan adalah:
53
a.
Kenyamanan lokasi
b.
Kecepatan pelayanan
c.
Kemudahan dalam mencari barang
d.
Kondisi toko yang tidak hiruk pikuk
e. Harga
f. Aneka pilihan barang
g. Pelayananan yang ditawarkan
h. Penampilan toko yang menarik
i. Kaliber tenaga-tenaga penjualnya.
Seluruh langka dalam proses beli sampai titik ini hanya
menyangkut kegiatan sebelum atau selama pembelin dilakukan. Padahal,
perasaan pembeli setelah melakukan pembelian juga sama pentingnya
bagi para pemasar. Perasaan ini dapat mempengaruhi pembelian ulang
dan juga ditambah dengan apa yang akan dikatakan oleh sipembeli
kepada teman-temannya tentang produk yang dibelinya.50
5. Tingkah Laku Setelah Pembelian
Setelah membeli sebuah produk, konsumen akan merasa puas atau
tidak puas. Setelah pembelian, konsumen juga akan melakukan tingkah
laku yang menarik perhatian pemasar. Tugas pemasar tidak berakhir
begitu saja setelah produk dibeli, namun terus berlangsung selama periode
setelah pembelian berlangsung.51
50
51
William J. Stanton, Loc.Cit, hlm.166
Philip Kotler, Log.Cit, hlm. 130
54
Para konsumen membentuk harapan-harapan mereka berdasarkan
pesan-pesan yang mereka peroleh dari para penjual, kawan-kawan, atau
sumber-sumber informasi lain. Apabila penjual membesar-besarkan
prestasi produk, para konsumen akan mempunyai harapan yang terlalu
tinggi, yang akhirnya menghasilkan ketidakpuasan. Semakin lebar jarak
antara harapan dan prestasi, semakin parah pula ketidakpuasan konsumen.
Hal ini menunjukkan bahwa penjual seharusnya ebuat keterangan
tentang produk yang benar-benar mencerminkan prestasi produk yang
sebenarnya, agar para pembeli terpuaskan.Beberapa penjual malahan
berusaha memperkecil prestasi produk agar para konsumen memperoleh
kepuasan lebih tinggi terhadap produk daripada yang mereka harapkan.52
E. Produk
Di dalam mengembangkan sebuah program untuk mencapai pasar
yang diinginkan, sebuah perusahaan mulai dengan produk atau jasa yang
dirancang
untuk
memuaskan
keinginan
pasar.Para
eksekutif
harus
merencanakan, mengembangkan dan mengelola produk perusahaan baik
secara gabungan maupun secara tersendiri.Tugas ini bukannya tugas yang
ringan, terbukti dengan banyaknya produk yang gagal dalam dunia
perdagangan.53
Dalam maknanya yang sempit, produk adalah sekumpulan atribut fisik
nyata yang terkait dalam sebuah bentuk yang dapat diidentifikasikan. Setiap
52
Ibid, hlm. 130
William J. Hanston, Loc.Cit, hlm. 221
53
55
produk menyandang nama deskriptif yang dikenal secara umum, seperti buah
manga, baja atau tas sekolah. Atribut produk yng menarik motivasi konsumen
atau pola beli konsumen tidak tercakup dalam defenisi sempit ini.
Interprestasi yang lebih luas memandang setiap merek sebagai produk
yang terpisah.Dalam interprestasi ini, kemeja Arrow dan kemeja Tira
merupakan dua produk yang terbatas. Aspirin Bayer dan Aspirin Dr. Bode
(Bodrex) juga dua produk yang berbeda, meskipun perbedaan yang nyata
mungkin hanya pada nama merek perusahaan. Tetapi naa merek merupakan
pembeda produk bagi konsumen dan dari sinilah timbul konsep pemuas
keinginan konsumen.
Setiap perubahan dalam bentuk fisik (desain, warna, ukuran, kemasan)
dalam bentuk terkecil sekalipun, menciptakan produk lain. setiap perubahan
seperti itu memberi peluang bagi penjual untuk memanfaatkan daya tarik baru
dalam usaha memperoleh pasar yang baru54. Bedak (Wardah dan Ponds)
dalam bentuk padat merupakan produk yang berbeda dengan bentuk serupa
tetapi dalam bentuk dan warna yang berbeda pula.
Menurut William J. Stanton, tiga kategori produk adalah:55
a. Produk yang benar-benar inovatif. Yaitu produk yang sampai sekarang
belum ditemukan padahal sangat dibutuhkan. Dalam kategori ini kita juga
dapat memasukkan produk yang berbeda dari produk yang ada tetapi
sama-sama memuaskan keinginan. Contoh dari produk ini adalah televisi
yang menggantikan radio serta bioskop, plastik yang menjadi saingan kayu
54
Ibid, hlm. 222
Ibid, hlm. 224
55
56
dan besi, dan tenaga matahari yang menyaingi sumber-sumber energi
lainnya.
b. Produk penggatnti yang benar-benar berbeda dari produk yang ada. Kopi
instan menggantikan kopi tubruk dan kopi giling di berbagai pasar, tetapi
tak lama keudian kopi instant juga diganti oleh kopi kering yang
dibekukan. Produsen biji-bijian untuk dimakan memperkenalkan produk
baru karena produk lama tidak menguntungkan lagi. Sama halnya dengan
model-model baru dalam pakaian dan mobil.
c. Produk imitatif merupakan produk yang baru bagi perusahaan tertentu,
tetapi di dalam pasar sudah bukan produk baru lagi. Perusahaan ini hanya
mau ikut mengambil bagian saja dari pasar yang sudah ada.
Mungkin kriteria pokok untuk menilai sebuah produk itu baru atau
tidak bisa dilihat bagaimana pasar sasaran menanggapinya. Jika pembeli
menganggap sebuah barang tertentu benar-benar berbeda (dari barang yang
digantikannya) dalam beberapa karakteristik (penampilan, wujud), barang ini
bias dianggap sebagai barang baru.
Strategi Bauran Produk
Bauran produk (product mix)adalah daftar lengkap dari seluruh
produk yang ditawarkan untuk dijual oleh perusahaan. Struktur bauran
produk terdiri dari dua matra (dimensions), kedalaman (depth) dan keluasan
(breadth).Matra kedalaman diukur dari bermacam-macam ukuran, warna, dan
model yang terdapat dalam setiap barisan produk. Matra keluasan diukur dari
jumlah lini produk Lini produk (product line) merupakan sekelopok besar
57
produk yang pada pokonya dirancang untuk penggunaan yang sama serta
memiliki karakter fisik yang serupa. Produk pakaian adalah salah satu contoh
dari lini produk.Tetapi dalam konteks yang berbeda, misalnya dalam sebuah
tokokhusus yang kecil, perlengkapan pria (jas, jaket, dan mantel) masingmasing berbentuk lini produk. Dalam konteks lain, pakaian pria merupakan
satu lini produk tersendiri jika dikontraskan dengan pakaian wanita, perabot
rumah atau produk olahraga.56
1. Ekspansi bauran produk.
Sebuah perusahaan bisa melakukan ekspansi bauran produknya
melalui peningkatan matra kedalaman dan/atau matra keluasan.Lini
produk baru bisa di kaitkan atau dipisahkan dari produk yang ada
sekarang.
2. Kontraksi bauran produk
Strategi bauran produk yang lain adalah penciutan bauran produk,
bisa dengan menghapus seluruh produk atau hanya menyederhanakan
macam produk dalam satu lini. Pergeseran dari lini produk yang gemuk ke
lini yang lebih kecil dirancang untuk menghapuskan produk-produk yang
menghasilkan sedikit laba dengan memusatkan hanya pada sedikit produk
tetapi menghasilkan laba lebih besar.
3. Perubahan produk yang ada
Sebagai pilihan untuk mengembangkan produk yang benar-benar
baru, manajemen harus meninjau dengan pikiran jernih produk-produk
56
Ibid, hlm. 244
58
perusahaan yang ada. Seringkali, meningkatkan produk yang sudah
berjalan dapat lebih menguntungkan dan sedikit resikonya dibandingkan
mengembangkan produk yang sama sekali baru.
4. Memposisikan produk (Positioning the product)
Kemampuan manajemen untuk meletakkan posisi produk secara
tepat di pasar merupakan factor penentu utama dalam laba perusahaan.
Penetapan posisi produk merupakan citra produk ditengah-tengah produk
saingan dan produk lainnya dari perusahaan yang sama. Sayangnya istilah
memposisikan produk sendiri tidak mempunyai defenisi yang secara
umum terterimakan sehingga konsep sepenting ini sukar diukur.
5. Perdagangan ke atas dan perdagangan ke bawah
Pada dasarnya strategi ini menekankan espansi lini produk dan
perubahan dalam posisi produk.Perdagangan ke atas berarti menambahkan
produk prestise yang berharga lebih mahal ke dalam barisan produk
dengan sasaran meningkatkan penjualan produk yang berharga murah.
Sebuah perdagangan mempunyai strategi perdagangan ke bawah bila ia
menambahkan produk-produk berharga lebih murah ke barisan produk
prestise. Perusahaan berharap bahwa konsumen yang tidak dapat
membayar produk asli mau membeli produk baru yang mengemban status
dari produk berprestise.
6. Perbedaan produk dan segmentasi pasar
59
Perbedaan produk mencakup kegiatan mempromosikan perbedaan
yang ada antara produk perusahaan dengan produk saingannya.Strategi ini
didayagunakan sehingga perusahaan dapat menghindari persaingan
harga.Jika berjaalan, perusahaan dapat bersaing atas dasar anpa harga
tetapi atas dasar poduk ini berbeda atau lebih baik dari produk
saingan.Segmentasi dalam mendayagunakan strategi segmentasi pasar,
penjual menghadapi kenyataan bahwa pasar heterogen perusahaan terdiri
dari berbagai segmen homogeny yang kecil-kecil.Setiap segmen yang
kecil
memiliki
aneka
keinginan,
motivasi,
dan
karakteristik
lainnya.Segmentasi pasar berusaha melakukanpenetrasi pasar terbatas
secara mendalam, sedangkan perbedaan pasar mencari keluasan dalam
pasar yang lebih umum.57
F. Pandangan Islam
1. Citra Merek
Rasulullah telah memberi contoh melalui cara beliau berdagang
untuk membangun sebuah citra atau brand image yang positif, yakni
dengan penampilan. Dengan cara tidak membohongi pelanggan, baik yang
menyangkut kuantitas maupun kualitas. Seperti yang dijelaskan dalam
surah Asy-Syu’araa ayat 181-183:





57
Ibid, hlm. 251
60


Artinya: “Sempurnakanlah takaran dan janganlah kau termasuk orangorang yang merugikan. Dan timbanglah dengan timbangan
yang lurus.Dan janganlah kamu merugikan manusia pada hakhaknya dan janganlah kau merajalela di muka bumi dengan
mebuat kerusakan”.(Asy Syu’araa 181-183)
Dari
ayat
diatas
dapat
disimpulkan
bahwa
ketika
kita
sedangberdagang kita tidak boleh merugikan orang lain (konsumen). Oleh
karena itu sebagai seorang pedagang kita harus selalu memberikan yang
terbaik kepada konsumen dengan jujur menjual sehingga konsumen
semakin puas menggunakan produk tersebut.
Image dalam pandangan Islam yang tertera juga dalam al-quran
surat Al-Ahzab ayat 21 yakni:58





Artinya: “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu
suritauladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang
mengharap rahmat dari Allah dn (kedatangan) hari kiamat dan
Dia banyak menyebut Allah”. (Al-Azhab ayat 21)
Berdasarkan firman Allah diatas yang mengindikasikan suatu
pekara itu baik atau buruk, jadi apa yang telah dilakukan oleh seseorang
tidak lepas dari apa yang telah dipaparkan dalam ajaran Islam, maka akan
timbul kesan baik. Dan jika seseorang tersebut berbuat sebaliknya maka
kesan yang timbul tersebut bukanlah uatu kesan yang baik bahkan buruk.59
58
Amirudin, Loc.Cit, hlm. 23
Ibid, hlm. 24
59
61
2. Prilaku Konsumen
Imam Al-Ghozali mendefenisikan aspek ekonomi dari fungsi
kesejahteraan sosialnya dalam kerangka sebuah perilaku konsumen yang
meliputi: kebutuhan (dhoruriat), kesenangan atau kenyamanan (hajaat) dan
kemewahan (tahsiniyat).60
Perilaku konsumen dalam pandangan Islam juga tertera dalam AlQuran surat Yaa siin ayat 47 yakni:







Artinya: “Dan apabila dikatakan kepada mereka: “Nafkahkanlah
sebahagian dari reski yang diberikan Allah kepadamu”, maka
orang-orang yang kafir itu berkata kepada orang-orang yang
beriman: “Apakah kamiakan memberi makan kepada orangorang yang jika Allahmenghendaki tentulah Dia akan
memberinya makan, tiadalah kau melainkan dalam kesesatan
yang nyata”.(Yaa Siin ayat 47).
3.
Produk
Seorang muslim harus menghindari produk haram, karena ini
dilarang oleh Allah SWT dan Rasulnya. Segala macam produk makanan
dan minuman termasuk yang diproduksi oleh perusahaan mana saja harus
halal dan menghindari berbagai produk yang diharamkan serta
menghindari segala sesuatu yang tidak jelas hukumnya atau syubha,
sebagaimana di isyaratkan dalam salah satu sabda Nabi SAW:
60
Ibid
62
Artinya: “Dari Abu ‘Abdillah an Nu’man bin Basyir Radhiyallahu
‘anhuma, an Nu’man berkata : aku mendengar Rasulullah
Muhammad SAW bersabda : “Sesungguhnya yang halal itu
jelas dan yang haram itu jelas, dan diantara keduanya ada halhal yang syubhat (menyerupai halal atau menyerupai haram),
Banyak orang tidak mengetahui hal-hal yang syubhat itu.
Barang siapa yang menjaga diri dari yang syubhat maka ia
telah membebaskan diri dari yang haram untuk agama dan
kehormatannya, dan barang siapa yang terjatuh pada syubhat,
jatuh pada hal yang haram, ia seperti penggembala yang
menggembala di sekitar kebun yang dijaga, pastinya
gembalaannya akan memasuki kebun itu. Sesungguhnya setiap
raja memiliki batas wilayah yang dijaganya, Adapun batasan
Allah di bumiNya adalah hal-hal yang diharamkannya.
Sungguh dalam tubuh ada segumpal daging, jika baik maka
baiklah seluruh tubuhnya, dan jika rusak maka rusaklah
seluruh tubuhnya, Sungguh ia adalah jantung” (HR Bukhari
dan Muslim)61
Produk dalam pandangan Islam tertera dalam Al-Quran surat AlBaqarah ayat 172 yakni:



61
Nashiruddin Al-Albani, Ringkasan Shahih Muslim, (Jakarta: Gema Insani, 2007) Hlm.
452-453
63


Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, makanlah di antara rezki
yang baik-baik yang Kami berikan kepadamu dan bersyukurlah
kepada Allah, jika benar-benar kepada-Nya kamu
menyembah”.
Download