analisis kestabilan model mangsa-pemangsa dengan interferensi

advertisement
ANALISIS KESTABILAN MODEL MANGSA-PEMANGSA
DENGAN INTERFERENSI ANTARPEMANGSA
FIKRI AZHARI
DEPARTEMEN MATEMATIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013
1
ABSTRAK
FIKRI AZHARI. Analisis Kestabilan Model Mangsa-Pemangsa dengan
Antarpemangsa. Dibimbing oleh ALI KUSNANTO dan TONI BAKHTIAR.
Interferensi
Dalam karya ilmiah ini direkonstruksi model mangsa-pemangsa dari tiga spesies hewan dalam
suatu rantai makanan, dengan dua spesies pemangsa dan satu spesies mangsa yang disusun oleh
Feng et al. (2010). Dari model tersebut diteliti pengaruh dari interferensi antarpemangsa
berdasarkan tingkat kejenuhan dan persaingannya. Hasil analisis diperoleh lima titik tetap, dimana
dua diantaranya bersifat sadel. Pengaruh tingkat kejenuhan dan persaingan terhadap dinamika
populasi ditunjukkan dengan pendekatan numerik, dari empat kondisi. Kondisi pertama, tingkat
kejenuhan kedua spesies pemangsa lebih besar dibandingkan dengan persaingannya, sedangkan
kondisi kedua tingkat persaingan pemangsa kedua spesies pemangsa lebih besar dibandingkan
dengan tingkat kejenuhannya. Kondisi ketiga tingkat kejenuhan pemangsa I lebih besar
dibandingkan dengan tingkat persaingannya, tetapi tingkat kejenuhan pemangsa II lebih kecil
dibandingkan tingkat persaingannya. Kondisi keempat tingkat kejenuhan pemangsa I lebih kecil
dibandingkan dengan tingkat persaingannya, tetapi tingkat kejenuhan pemangsa II lebih besar
dibandingkan tingkat persaingannya. Secara umum, melalui simulasi, disimpulkan bahwa tingkat
kejenuhan pemangsa I dan tingkat persaingan pemangsa II memengaruhi kestabilan populasi,
sedangkan tingkat kejenuhan pemangsa II dan tingkat persaingan pemangsa I tidak memengaruhi
kestabilan populasi.
Kata kunci:
analisis kestabilan, mangsa-pemangsa,
kejenuhan, tingkat persaingan.
interferensi
antarpemangsa,
tingkat
2
ABSTRACT
FIKRI AZHARI. Stability Analysis of Predator-Prey Model with Interference between Predators.
Supervised by ALI KUSNANTO and TONI BAKHTIAR.
In this study we reconstructed a predator-prey model of three animal species in a food chain,
which consist of two species of predator and one species of prey (Feng et al. (2010)). From this
model we investigated the effects of interference between predators based on the saturation and
competition levels. In the stability analysis five equilibrium points obtained, in which two of them
are unstable saddles. The effects of saturation and competition levels to population dynamics is
shown by using numerical approach, where four conditions are considered. In the first condition,
the saturation level of two predators is bigger than the competition level. In the second condition,
the saturation level of two predators is lower than the competition level. In the third condition, the
saturation level of predator I is bigger than its competition level, but saturation level of predator II
is lower than its competition level. The fourth condition, the saturation level of predator I is lower
than its competition level, but saturation level of predator II is bigger than its competition level. In
general, the simulation results of the four conditions above, concluded that the saturation level of
predator I and competition level of predator II effects the stability of populations, whereas
saturation level of predator II and competition level of predator I did not effects the stability of
populations.
Keyword: stability analysis, predator-prey, interference between predators, saturation level,
competition level.
3
ANALISIS KESTABILAN MODEL MANGSA-PEMANGSA
DENGAN INTERFERENSI ANTARPEMANGSA
FIKRI AZHARI
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Sains pada
Departemen Matematika
DEPARTEMEN MATEMATIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013
4
Judul
Nama
NRP
: Analisis Kestabilan Model Mangsa-Pemangsa dengan Interferensi
Antarpemangsa
: Fikri Azhari
: G54080072
Menyetujui,
Pembimbing I
Pembimbing II
Drs. Ali Kusnanto, M.Si.
NIP. 19650820 199003 1 001
Dr. Toni Bakhtiar, M.Sc.
NIP. 19720627 199702 1 002
Mengetahui,
Ketua Departemen Matematika
Dr. Berlian Setiawaty, MS.
NIP. 19650505 198903 2 004
Tanggal Lulus: ...........................................
5
PRAKATA
Syukur Alhamdulillah penulis mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang senantiasa
memberikan nikmat iman serta nikmat islam. Limpahan rahmat dan hidayah-Nya yang besar,
sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini. Keterbatasan dan ketidaksempurnaan
membuat penulis membutuhkan bantuan, dukungan dan semangat dari berbagai pihak, baik secara
langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu penulis ingin mengucapkan rasa terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada:
1. Mama dan Ayah yang telah memberikan didikan, kasih sayang, dukungan secara moril, materi,
nasihat dan motivasi, serta doa yang tiada henti-hentinya. Untuk kakak dan adik-adikku, Nisa
El Islami, Mohammad Haviz, Aulia Miftah El Karimi, dan Lutfiah Fazra El Ghifari, terima
kasih atas doa dan dukungannya,
2. Drs. Ali Kusnanto, M.Si. selaku dosen pembimbing I dan Dr. Toni Bakhtiar, M.Sc. selaku
dosen pembimbing II. Terima kasih atas waktu, ilmu yang diberikan dan kesabaran dalam
membimbing penulis,
3. Dr. Paian Sianturi selaku dosen penguji. Terima kasih atas waktu dan ilmu yang sangat
bermanfaat bagi penulis,
4. Semua dosen Departemen Matematika, terima kasih atas ilmu yang telah diberikan,
5. Bu Susi, Pak Yono, Bu Ade, Mas Heri, Mas Deni dan seluruh staf pegawai Departemen
Matematika, terima kasih atas bantuannya dalam memperlancar administrasi akademik bagi
penulis,
6. Surya Pratiwi atas doa, motivasi dan dukungannya, serta teman-teman mahasiswa Matematika
angkatan 44, 45, dan 46,
7. Teman-teman satu bimbingan: Dewi, Ade, dan Irma. Terima kasih atas doa, bantuan, dukungan
semangat dan nasihatnya,
8. Teman-teman satu kostan Alma: Bambang, Issanto, Wahyu, Lodian, Aldi, Afnan, Whendy,
Annas, dan Agus. Terima kasih atas doa, bantuan, dukungan semangat dan nasihatnya,
9. Teman-teman lainnya yang telah mendukung selama ini, yang tidak dapat disebutkan satu per
satu.
Penulis menyadari bahwa dalam karya ilmiah ini masih terdapat kekurangan, oleh karena itu
penulis mengharapkan saran dan kritik dari semua pihak. Semoga karya ilmiah ini dapat
bermanfaat bagi semua pihak yang memerlukan.
Bogor, Januari 2013
Fikri Azhari
v
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 19 Februari 1991 sebagai anak kedua dari empat
bersaudara, anak dari pasangan Bustanul Arifin dan Hanik Qomariyah. Penulis menyelesaikan
pendidikan Sekolah Dasar pada tahun 2002 di SD Negeri 04 Pagi Jakarta, Sekolah Menengah
Pertama Negeri 234 Jakarta tahun 2005, Sekolah Menengah Atas Negeri 89 Jakarta tahun 2008,
kemudian pada tahun yang sama penulis masuk Institut Pertanian Bogor melalui jalur Seleksi
Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri, jurusan Matematika, FMIPA.
Selama mengikuti perkuliahan, penulis menjadi anggota himpunan profesi Gugus Mahasiswa
Matematika (GUMATIKA) IPB sebagai staf Divisi Forum Silaturahmi Alumni Matematika IPB
pada tahun 2009/2010 serta staf Divisi Keilmuan pada tahun 2010/2011. Selain itu, penulis
mengajar Pengantar Matematika dan Kalkulus I di Bimbingan Belajar Gumatika, pengajar
Matematika SMA di Bimbingan Belajar Salemba Group, dan pengajar Matematika di VISION
Education and Personality Consultant. Penulis juga aktif pada kegiatan kemahasiswaan, sebagai
koordinator PDD Matematika Ria dalam Kompetisi Sains SMA Se-Indonesia pada November
2011.
vi
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................................ viii
DAFTAR TABEL ..................................................................................................................... viii
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................................................
I
ix
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................................................................
1.2 Tujuan Penulisan .........................................................................................................
1.3 Sistematika Penulisan .................................................................................................
1
1
1
LANDASAN TEORI
2.1 Sistem Persamaan Diferensial .....................................................................................
2.2 Titik Tetap ...................................................................................................................
2.3 Titik Tetap Stabil ........................................................................................................
2.4 Titik Tetap Takstabil ...................................................................................................
2.5 Pelinearan ...................................................................................................................
2.6 Nilai Eigen dan Vektor Eigen .....................................................................................
2.7 Analisis Kestabilan Titik Tetap ...................................................................................
2.8 Penondimensionalan ...................................................................................................
2
2
2
2
2
2
2
3
III PEMBAHASAN
3.1 Perumusan Model .......................................................................................................
3.2 Analisis Kestabilan Titik Tetap ...................................................................................
4
5
IV SIMULASI
4.1 Pengaruh Tingkat Kejenuhan Pemangsa I ( ) ...........................................................
4.2 Pengaruh Tingkat Kejenuhan Pemangsa II ( ) ..........................................................
4.3 Pengaruh Tingkat Persaingan Pemangsa I ( ) .........................................................
4.4 Pengaruh Tingkat Persaingan Pemangsa II ( ) ........................................................
7
9
10
12
V
SIMPULAN .......................................................................................................................
14
VI DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................
15
LAMPIRAN ..............................................................................................................................
16
II
vii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1
Pengaruh
pada kondisi
dan
2
Dinamika populasi
3
Bidang parametrik hubungan antara
4
Dinamika populasi
5
Bidang parametrik hubungan antara
6
Pengaruh
7
Dinamika populasi
8
Bidang parametrik hubungan antara
9
Pengaruh
pada kondisi
ketika
pada kondisi
10 Dinamika populasi
7
dan
..........................................
8
(kondisi ke-1)..................................................
8
.......................................................................
9
ketika
dan
pada kondisi
pada kondisi
...............................................................
dan
9
..............................................................
9
dan
.........................................
10
(kondisi ke-2)..................................................
10
.............................................................
11
.........................................
11
11 Bidang parametrik hubungan antara
(kondisi ke-3)..................................................
11
12 Dinamika populasi
........................................................................
12
............................................................
12
13 Pengaruh
pada kondisi
............................................
ketika
pada kondisi
dan
14 Dinamika populasi
pada kondisi
15 Dinamika populasi
ketika
dan
dan
.........................................
12
.....................................................................
13
DAFTAR TABEL
dan
Halaman
................................................................................
7
1
Kasus kestabilan titik tetap
2
Kondisi kestabilan titik tetap ..............................................................................................
13
viii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1
Penondimensionalan model mangsa-pemangsa .................................................................
17
2
Penentuan titik tetap ..........................................................................................................
20
3
Penentuan nilai eigen .........................................................................................................
24
4
Kode program untuk Gambar 1 .........................................................................................
28
5
Kode program untuk Gambar 2 .........................................................................................
29
6
Kode program untuk Gambar 3 .........................................................................................
30
7
Kode program untuk Gambar 4 .........................................................................................
31
8
Kode program untuk Gambar 5 .........................................................................................
31
9
Kode program untuk Gambar 6 .........................................................................................
32
10
Kode program untuk Gambar 7 .........................................................................................
33
11
Kode program untuk Gambar 8 .........................................................................................
33
12
Kode program untuk Gambar 9 .........................................................................................
34
13
Kode program untuk Gambar 10 .......................................................................................
35
14
Kode program untuk Gambar 11 .......................................................................................
36
15
Kode program untuk Gambar 12 .......................................................................................
37
16
Kode program untuk Gambar 13 .......................................................................................
37
17
Kode program untuk Gambar 14 .......................................................................................
38
18
Kode program untuk Gambar 15 .......................................................................................
39
ix
I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Makhluk hidup terdiri atas bermacammacam spesies yang membentuk komunitas
dan hidup bersama. Makhluk hidup selalu
bergantung kepada makhluk hidup lain. Ada
beberapa jenis hubungan yang dapat terjadi
antarspesies. Salah satu interaksi tersebut
adalah predasi, yaitu hubungan antara
mangsa (prey) dan pemangsa (predator).
Tiap pemangsa akan bersaing dengan
individu lain yang sejenis untuk memperoleh
mangsanya guna mempertahankan hidup. Di
dalam hubungan tersebut pemangsa juga
berperan sebagai pengontrol populasi
mangsa.
Awalnya
model
mangsa-pemangsa
berfokus hanya pada peran predasi, dengan
interferensi antarpemangsa diabaikan. Di
tahun 1975, Beddington-DeAngelis memperkenalkan suatu model mangsa-pemangsa
dengan ditambahkan adanya interferensi
antarapemangsa dengan jenis yang berbeda.
(Feng et al. 2010)
Dalam
sistem
mangsa-pemangsa
interferensi dapat diartikan sebagai adanya
persaingan dalam memangsa. Manfaat
persaingan antarpemangsa ialah untuk
mengatur besarnya populasi dan memastikan
ketersediaan makanan, ruang, dan sumber
daya lain yang diperlukan untuk eksistensi
dan reproduksi. Jadi, adanya persaingan di
dalam sistem mangsa-pemangsa dapat
memengaruhi kestabilan dinamika populasi.
Selain itu, persaingan dapat berdampak
positif pada kestabilan dan daya tahan jika
tingkat persaingan antarpemangsa rendah,
dan sebaliknya jika tingkat persaingan
antarpemangsa tinggi maka populasi
pemangsa semakin berkurang.
Selain tingkat persaingan antarpemangsa,
tingkat
kejenuhan
memangsa
juga
memengaruhi kestabilan sistem. Semakin
besar tingkat kejenuhan pemangsa maka
populasi pemangsa semakin berkurang.
Dalam karya ilmiah ini, direkonstruksi
model mangsa-pemangsa yang melibatkan
tiga spesies hewan yang membentuk suatu
rantai makanan, dengan dua spesies
pemangsa dan satu spesies mangsa yang
disusun oleh Feng et al. (2010). Dari model
tersebut akan diteliti efek dari interferensi
pemangsa dalam tingkatan yang berbeda
berdasarkan tingkat kejenuhan dan tingkat
persaingan antarpemangsa.
1.2 Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan karya ilmiah ini
ialah:
1. Memelajari model mangsa-pemangsa
Feng et al. (2010) dengan adanya
interferensi antarpemangsa.
2. Melihat pengaruh tingkat kejenuhan dan
persaingan
antarpemangsa
terhadap
kestabilan sistem.
1.3 Sistematika Penulisan
Karya ilmiah ini terdiri dari empat bab. Bab
pertama merupakan pendahuluan yang berisi
latar belakang dan tujuan penulisan. Bab kedua
berupa landasan teori yang menjadi konsep
dasar dalam penyusunan pembahasan. Bab
ketiga berisi penjelasan model mangsapemangsa
dengan
adanya
interferensi
antarpemangsa. Dalam bab ini juga disajikan
simulasi dinamika populasi mangsa maupun
pemangsa dari pengaruh tingkat kejenuhan dan
persaingan antarpemangsa. Bab keempat berisi
simpulan dari keseluruhan penulisan.
II LANDASAN TEORI
2.1 Sistem Persamaan Diferensial
Sistem persamaan diferensial orde satu
dengan persamaan dan buah fungsi yang
tak diketahui
dapat ditulis
sebagai berikut:
( ( ) )
̇( )
dengan
( ( ))
( ) ( ) (
).
( ( ))
Jika
linear maka sistem persamaan
diferensial di atas disebut linear, sebaliknya
jika
tidak linear maka sistem persamaan
diferensial di atas disebut taklinear. Jika
tidak bergantung secara eksplisit pada , yaitu
( ( ) )
( ( )), maka disebut sistem
persamaan diferensial mandiri.
Sistem persamaan diferensial linear
mandiri dapat ditulis sebagai berikut:
̇
,
dengan adalah matriks koefisien berukuran
dan
adalah vektor koefisien
berukuran
. Jika
maka sistem
persamaan diferensial di atas disebut
homogen.
Solusi dari sistem persamaan diferensial
linear mandiri homogen sebagai berikut:
,
disebut dengan solusi trivial. Jika tidak
demikian disebut solusi nontrivial.
dengan |
.
2.2 Titik Tetap
Misalkan diberikan sistem persamaan
diferensial sebagai berikut:
( )
̇
.
Titik
disebut titik tetap jika memenuhi
( )
. Titik tetap disebut juga titik kritis
atau titik keseimbangan.
(Tu 1994)
2.6 Nilai Eigen dan Vektor Eigen
Misalkan matriks
berukuran
.
Suatu vektor taknol
di
disebut vektor
eigen dari , jika untuk suatu skalar berlaku:
.
(2.3)
Vektor
disebut vektor eigen yang
bersesuaian dengan nilai eigen . Untuk
mencari nilai eigen dari matriks , maka
persamaan (2.3) dapat ditulis sebagai berikut:
(
)
,
(2.4)
dengan matriks identitas. Persamaan (2.4)
memunyai solusi taknol jika dan hanya jika:
(
)
.
(2.5)
Persamaan
(2.5)
disebut
persamaan
karakteristik dari matriks .
(Anton 1995)
2.3 Titik Tetap Stabil
Misalkan titik
adalah titik tetap sebuah
sistem persamaan diferensial mandiri dan ( )
adalah solusi yang memenuhi kondisi awal
( )
dengan
. Titik dikatakan
titik tetap stabil jika
dengan
|
|
|
, maka | ( )
.
(Verhulst 1990)
2.4 Titik Tetap Takstabil
Misalkan titik
adalah titik tetap sebuah
sistem persamaan diferensial mandiri dan ( )
adalah solusi yang memenuhi kondisi awal
( )
dengan
. Titik dikatakan
titik tetap takstabil jika
|
, maka | ( )
|
(Verhulst 1990)
2.5 Pelinearan
Untuk suatu sistem persamaan diferensial
taklinear, analisis kestabilannya dilakukan
melalui pelinearan. Misalkan diberikan sistem
persamaan diferensial taklinear sebagai
berikut:
̇
( ).
(2.1)
Dengan menggunakan ekspansi Taylor di
sekitar titik tetap , maka persamaan (2.1)
dapat ditulis sebagai berikut:
̇
( ).
(2.2)
Persamaan tersebut merupakan sistem
persamaan diferensial taklinear dengan
matriks Jacobi,
[
]
( ) suku berorde tinggi yang bersifat
( )
. Selanjutnya
pada
persamaan (2.2) disebut pelinearan dari sistem
taklinear persamaan (2.2) yang dituliskan
dalam bentuk
̇
.
(Tu 1994)
dan
2.7 Analisis Kestabilan Titik Tetap
Misalkan diberikan matriks
berukuran
sebagai berikut:
(
),
maka persamaan karakteristiknya menjadi
3
(
)
,
sedemikian sehingga diperoleh persamaan:
,
dengan
( )
,
( )
.
Dengan demikian diperoleh nilai eigen
dari matriks sebagai berikut:
√
Ada tiga kasus untuk nilai :
Kasus I
Jika
maka kedua nilai eigen bernilai
real dan berbeda tanda, sehingga titik tetap
bersifat sadel.
Kasus II
i Jika
dan
maka kedua
nilai eigen bernilai real dan positif,
sehingga titik tetap bersifat simpul tak
stabil. Jika
maka kedua nilai eigen
bernilai real dan negatif, sehingga titik
tetap bersifat simpul stabil.
ii Jika
dan
maka kedua
nilai eigen bernilai kompleks (
√
dengan
,
), sehingga
titik tetap bersifat spiral tak stabil. Jika
maka kedua nilai eigen bernilai
kompleks (
), sehingga titik
tetap bersifat spiral stabil. Jika
maka
kedua nilai eigen imajiner murni (
), sehingga titik tetap bersifat center.
iii
maka kedua nilai eigen
bernilai sama, sehingga pada kasus ini titik
tetap bersifat simpul sejati.
Kasus III
Jika
maka salah satu nilai eigen
bernilai nol, titik tetap bersifat degenerate.
(Strogatz 1994)
Analisis kestabilan titik tetap dapat juga
dikaji berdasarkan kondisi Routh-Hurwitz.
Misalkan a1 , a2 , a3 , , ak adalah bilangan-
bilangan real dengan a j  0 jika
jk.
persamaan
Semua
nilai
eigen
dari
karakteristik
p( )   k  a1 k 1   ak 2  2  ak 11  ak  0
memunyai bagian real yang negatif jika dan
hanya jika determinan dari matriks M j untuk
setiap j  1, 2,3,
, k adalah positif.
a2 j 1 
 a1 a3 a5
1 a a
a2 j  2 
2
4

M j   0 a1 a3
a2 j 3 




 0 0 0 0
0 
Menurut kondisi Routh-Hurwitz, untuk
k  2,3 berlaku bahwa titik tetap x* stabil
jika dan hanya jika
.
(Keshet 1988)
2.8 Penondimensionalan
Penondimensionalan adalah suatu metode
untuk menyederhanakan suatu persamaan
banyak parameter menjadi persamaan dengan
lebih
sedikit
parameter.
Biasanya
penondimensionalan
mengelompokkan
beberapa parameter dengan sebuah parameter
tunggal.
(Strogatz 1994)
Contoh:
Diberikan model mangsa pemangsa berikut:
̇
(2.7)
̇
Persamaan (2.7) memiliki empat parameter,
yaitu , , , dan . Dengan memisalkan
,
,
,
maka diperoleh model dengan satu parameter
yaitu,
̇
,
̇
.
4
III PEMBAHASAN
3.1 Perumusan Model
Dalam karya ilmiah ini dibahas model
mangsa-pemangsa yang menggambarkan
suatu rantai makanan antara dua spesies
pemangsa dan satu spesies mangsa dengan
adanya faktor kejenuhan memangsa dan
persaingan antarpemangsa. Berikut ini adalah
sistem persamaan modelnya:
(
)
(
)
(
)
(
)
(
)
(
)
di mana
menggambarkan laju pemangsaan dan
ketersediaan makanan (mangsa).
Laju pertumbuhan intirinsik mangsa ( )
dipengaruhi oleh laju pertumbuhan pemangsa
dan , di mana
tumbuh secara logistik.
Laju pertumbuhan populasi pemangsa
dipengaruhi oleh interferensi antarpemangsa
yaitu tingkat persaingan ( ) dan kejenuhan
( ) yang dikurangi oleh laju kematian
populasi pemangsa ( ), untuk
. Kedua
faktor tersebut akan dianalisis untuk melihat
pengaruh kestabilan sistem.
Untuk menyederhanakan model (3.1)
maka
dilakukan
penondimensionalan,
sehingga skala parameter yang digunakan,
yaitu:
x
(
)
(
)
dengan
: banyaknya populasi mangsa (
;
ekor),
: banyaknya populasi pemangsa I
(
; ekor),
: banyaknya populasi pemangsa II
(
; ekor),
: laju pertumbuhan intrinsik mangsa (per
hari),
: daya dukung lingkungan bagi mangsa,
: kemampuan maksimum pemangsa I
dalam mencari mangsa (per hari),
: kemampuan maksimum pemangsa II
dalam mencari mangsa (per hari),
: tingkat kejenuhan pemangsa I (ekor),
: tingkat kejenuhan pemangsa II (ekor),
: tingkat persaingan pemangsa I,
: tingkat persaingan pemangsa II,
: koefisien interaksi antara mangsa dan
pemangsa I,
: koefisien interaksi antara mangsa dan
pemangsa II,
: laju kematian pemangsa I (per hari),
: laju kematian pemangsa II (per hari).
) dan (
) merupakan
Besaran (
suatu interaksi (respon fungsional) yang
X
AY
AZ
, y 1 , z 2 ,
K
RK
RK
dengan ( )
, ( )
, dan ( )
Sistem persamaan yang baru menjadi:
.
xy
xz
dx
 x(1  x) 

b1  x  m1 y b2  x  m2 z
dt
dy
xy
 a1
 d1 y
dt
b1  x  m1 y
(3.2)
dz
xz
 a2
 d2 z .
dt
b2  x  m2 z
(bukti lihat Lampiran 1)
Titik tetap pada persamaan
dinyatakan ke dalam bentuk
juga dapat diperoleh dengan
,
, dan
persamaannya:
x(1  x) 
(3.2) dapat
*
+ dan
menentukan
, sehingga
xy
xz

0
b1  x  m1 y b2  x  m2 z
a1
xy
 d1 y  0
b1  x  m1 y
a2
xz
 d 2 z  0.
b2  x  m2 z
(3.3)
Dengan menyelesaikan sistem persamaan
(3.3) diperoleh lima titik tetap yaitu
(
), (
), ( ̅ ̅ ), ( ̃
̃ ),
dan (
).
(bukti lihat Lampiran 2)
5
3.2 Analisis Kestabilan Titik Tetap
Misalkan dari persamaan (3.3) dituliskan
sebagai berikut:
Analisis Kestabilan Titik Tetap
Matriks Jacobi yang berpadanan dengan
titik tetap A2  (1,0,0) ialah:


y
z
g1 ( x, y, z ) x  1  x 

x
b1  x  m1 y b2  x  m2 z 



x
g 2 ( x, y, z ) y   a1
 d1  y
 b1  x  m1 y


1
 1
1

b1


a1  d1 (b1  1)
J2   0
1  b1


 0
0

(3.4)


x
g 3 ( x , y , z ) z   a2
 d2  z .
 b2  x  m2 z





0
.

a2  d 2 (b2  1) 

1  b2

1
1  b2
Persamaan karakteristik titik tetap
det( J 2   I )  0 , sehingga diperoleh nilai
Dengan melakukan pelinearan pada
persamaan (3.4) maka diperoleh matriks
Jacobi sebagai berikut:
 g1
 g1
x
 x

g
J  y 2
x


g3
 z
x

g1
y
g
y 2  g2
y
g
z 3
y
x
eigennya:
g1 

z 
g 
y 2 .
z 

g3
z
 g3 
z

x
0 

0 .
d 2 
3 
a2  d 2 (b2  1)
.
1  b2
x
y
2  d1 , 3  d2 .
w1  w12  4a1b1d1m1
2a1m1
,
(a1  d1 ) x  b1d1
,
d1m1
dengan
Karena parameter diasumsikan taknegatif,
maka 1  0 dan 2 , 3  0 , sehingga
kestabilan titik tetapnya selalu bersifat sadel.

y
xy

1  2 x 
b

x

m
y
(
b

x
 m1 y ) 2
1
1
1


a1 y
a1 xy
J3  

b1  x  m1 y (b1  x  m1 y ) 2



0

a1  d1 (b1  1)
,
1  b1
Analisis Kestabilan Titik Tetap
Diberikan titik tetap
( ̅ ̅ ):
Nilai
eigen
diperoleh
dengan
menyelesaikan
persamaan
karakteristik
det( J1   I )  0, yaitu:
1  1 ,
2 
Jika
kestabilan titik tetap
bersifat stabil, tetapi jika sedikitnya ada satu
nilai eigen real
atau
yang positif maka
titik tetap
bersifat sadel. Agar titik tetap
(
)
bersifat stabil maka
dan
(
)
, selain itu akan bersifat
sadel.
Analisis Kestabilan Titik Tetap
Matriks Jacobi yang berpadanan dengan
titik tetap A1  (0,0,0) ialah:
1 0

J1   0 d1
0 0

1  1 ,
w1  a1m1  a1  d1 .
Di bawah ini merupakan matriks Jacobi
yang berpadanan dengan titik tetap
( ̅ ̅ ):

xym1
x

b1  x  m1 y (b1  x  m1 y ) 2
a1 x
a1 xym1

 d1
b1  x  m1 y (b1  x  m1 y ) 2
0

x

b2  x 

0
.


a2 x
 d 2 
b2  x


6
Matriks J 3 dimisalkan sebagai berikut:
(
Jika
dan kedua nilai eigen berbeda
tanda, maka titik tetap bersifat sadel,
sedangkan jika
, dan
kondisi akan bersifat spiral stabil.
),
Analisis Kestabilan Titik Tetap
Titik tetap
(̃
̃ ):
dari setiap elemen matriks J 3 diperoleh nilai
eigennya:
1,2 
3 
   2  4
2
x
,
a2 x
 d2 ,
b2  x
z
dengan
w2  w2 2  4a2b2 d 2 m2
2a2 m2
,
(a2  d 2 ) x  b2 d 2
,
d 2 m2
dengan
w2  a2 m2  a2  d2 .
Matriks Jacobi yang berpadanan dengan
titik tetap
(̃
̃ ):
,
.

z
xz

1  2 x 
b2  x  m2 z (b2  x  m2 z ) 2


a2 z
a2 xz
J4  

b

x

m
z
(
b

x  m2 z ) 2

2
2
2


0

Jika matriks J 4 dimisalkan sebagai berikut:

xzm2
x

b2  x  m2 z (b2  x  m2 z ) 2
a2 x
a2 xzm2

 d2
b2  x  m2 z (b2  x  m2 z ) 2
0
dengan Vij

x

b1  x 

0
.


a1 x
 d1 
b1  x


merupakan elemen dari matriks
J 5 , persamaan karakteristiknya menjadi:
(
 3  1 2   2    3  0,
),
di mana
diperoleh nilai eigen dari matriks J 4 , yaitu:
1,2 
   2  4
2
,
ax
3  1  d1 ,
b1  x
 3   V11V22V33  V12V21V33  V13V31V22  .
(bukti lihat Lampiran 3)
dengan
Berdasarkan kriteria Routh-Hurwitz, titik
*
* *
tetap A5  ( x , y , z ) stabil jika dan hanya
jika:
,
.
Jika
dan kedua nilai eigen berbeda
tanda, maka titik tetap bersifat sadel. Jika
, dan
, maka titik tetap
bersifat stabil atau spiral stabil.
Analisis Kestabilan Titik Tetap
Matriks Jacobi dari titik tetap
A5  ( x* , y* , z* ) diberikan sebagai berikut:
(
1  (V11  V22  V33 ),
 2  V11V22  V11V33  V22V33  V12V21  V13V31  ,
),
y* 
x* (a1  d1 )  b1d1
 0,
d1m1
z* 
x* (a2  d 2 )  b2 d 2
 0,
d 2 m2
1  0,  3  0, 1 2   3 .
Dari kelima titik tetap yang diperoleh,
kestabilan titik tetap
dan , dapat dilihat
pada Tabel 1.
7
Tabel 1 Kasus kestabilan titik tetap
Kasus
dan .
Titik Tetap
(
) dan
(
)
Sadel
Sadel
(
) dan
(
)
Sadel
Sadel
(
) dan
(
)
Sadel
Sadel
(
) dan
(
)
Sadel
Stabil
IV SIMULASI
Pengaruh persaingan antarpemangsa dan
tingkat kejenuhan pemangsa diamati dengan
kurva bidang solusi yang menunjukkan
hubungan banyaknya populasi dengan
variabel waktu . Solusi numerik dilakukan
dengan menyubstitusikan nilai parameter pada
persamaan (3.2). Kasus kestabilan titik tetap
yang digunakan dalam simulasi ini yaitu
(
) dan
(
) di
mana kestabilan kedua titik tetapnya bersifat
sadel, dengan nilai parameter , , , dan
tetap. Kasus tersebut merepresentasikan
peristiwa
mangsa-pemangsa di dalam
kehidupan nyata, di mana kemampuan
maksimum pemangsa dalam mencari mangsa
( ) lebih besar dibandingkan laju kematian
( ) yang dipengaruhi oleh kejenuhan
pemangsa ( ), untuk
. Dalam simulasi
diberikan empat kondisi, dengan setiap
kondisi akan diamati pengaruh persaingan dan
kejenuhan pemangsa terhadap dinamika
populasi.
4.1
Pengaruh
Tingkat
Kejenuhan
Pemangsa I ( )
Untuk mengetahui pengaruh tingkat
kejenuhan pemangsa I diberikan kondisi ke-1
di mana kejenuhan pemangsa I ( ) dan II
( ) lebih besar dibandingkan dengan tingkat
persaingan pemangsa I ( ) dan II ( ). Nilai
parameter yang digunakan ialah
,
,
,
,
,
, dan
. Pada Gambar
1 ditunjukkan hubungan populasi mangsa dari
kelima titik tetap terhadap ,
,
,
,
√
,
.
√
Garis
dan
menunjukkan kondisi
sadel, sedangkan garis
menunjukkan
kondisi stabil. Untuk nilai
, garis
menunjukkan kondisi takstabil, sedangkan
untuk nilai
menunjukkan kondisi
stabil.
𝑥𝐴
𝑥𝐴
𝑥𝐴
𝑥𝐴
𝑥𝐴
Gambar 1 Pengaruh
saat kondisi
dan
.
Dinamika Populasi pada Kondisi ke-1
Tingkat kejenuhan pemangsa I yang
diberikan ialah
dengan nilai awal
( )
, ( )
, ( )
. Diperoleh
empat titik tetap taknegatif,
(
) dan
(
) kestabilan titik tetapnya bersifat
sadel, sedangkan
(
)
bersifat spiral takstabil dengan nilai eigen
yang diperoleh yaitu (
).
8
mengalami penurunan jumlah populasi,
kemudian spesies mangsa mengalami
kenaikan jumlah populasi yang menyebabkan
populasi pemangsa I dan II pun juga
bertambah. Kejadian tersebut berosilasi secara
terus menerus.
Hasil simulasi yang ditunjukkan oleh
Gambar 3 merupakan hubungan populasi
spesies mangsa dengan populasi spesies
pemangsa I dan II dan hubungan pemangsa I
dengan pemangsa II. Hubungan populasi
tersebut tidak menuju ke suatu titik tertentu
pada waktu , sehingga terbentuk limit cycle.
𝑥
𝑦
𝑧
Gambar 2
Dinamika populasi
pada kondisi
.
dan
Gambar 2 menunjukkan populasi spesies
mangsa dan kedua spesies pemangsa bersifat
spiral takstabil. Awalnya populasi mangsa
mengalami penurunan jumlah populasi yang
sangat cepat. Hal tersebut menyebabkan
jumlah spesies pemangsa I dan II juga
Gambar 3
Bidang
parametrik
hubungan antara
.
Ketika tingkat kejenuhan pemangsa I ( )
dinaikkan menjadi
, populasi spesies
mangsa dan kedua spesies pemangsa awalnya
berosilasi, kemudian stabil di titik tetap
(
) dalam rentang
waktu tertentu. Nilai eigen yang diperoleh
9
yaitu (
dilihat pada Gambar 4.
). Dapat
𝑥
𝑦
𝑧
Gambar 4 Dinamika populasi
ketika
.
Hubungan populasi spesies mangsa
terhadap spesies pemangsa I dan II ketika
menunjukkan kestabilan yang
bersifat spiral stabil. Gambar 5 terlihat
hubungan tersebut menuju ke titik tetap
yang menggambarkan populasi pemangsa I
mengalami kepunahan dan populasi pemangsa
II stabil dalam rentang waktu tertentu.
4.2
Pengaruh
Tingkat
Kejenuhan
Pemangsa II ( )
Untuk mengetahui pengaruh tingkat
kejenuhan pemangsa II diberikan kondisi ke-2
di mana tingkat kejenuhan pemangsa I ( )
dan II ( ) lebih kecil daripada tingkat
persaingan pemangsa I ( ) dan II ( ). Nilai
parameter yang digunakan ialah
,
,
,
,
,
, dan
. Gambar 6
menunjukkan hubungan populasi mangsa dari
kelima titik tetap terhadap ,
,
,
,
√
,
√
𝑥𝐴
𝑥𝐴
Gambar 6
Gambar 5 Bidang parametrik hubungan
antara
ketika
.
𝑥𝐴
𝑥𝐴
.
𝑥𝐴
Pengaruh
pada kondisi
dan
.
Garis putus-putus
,
,
, dan
menunjukkan
kondisi
bersifat
sadel,
sedangkan garis
menunjukkan kondisi
stabil. Garis
dan
berpotongan di titik
, hal tersebut tidak memengaruhi
perubahan kestabilan sistem.
10
Dinamika Populasi pada Kondisi ke-2
Tingkat kejenuhan pemangsa II yang
diberikan ialah
dengan nilai awal
( )
, ( )
, ( )
. Jumlah
populasi spesies pemangsa I dan II meningkat
dengan cepat, namun ketika ketersediaan
makanan berkurang, kedua spesies pemangsa
mengalami penurunan jumlah populasi.
Dalam rentang waktu
tertentu populasi
ketiga spesies mengalami kestabilan di titik
tetap
(
) dengan
nilai eigen (
).
Dalam kondisi ini tingkat kejenuhan
pemangsa II ( ) tidak berpengaruh terhadap
kestabilan sistem, sehingga sistem akan tetap
stabil walaupun nilai parameter
dinaikkan
ataupun. Hasil simulasi dapat dilihat pada
Gambar 7.
𝑦
𝑧
Gambar 8
Bidang parametrik hubungan
antara
.
4.3
Pengaruh
Tingkat
Persaingan
Pemangsa I ( )
Untuk mengetahui pengaruh tingkat
persaingan pemangsa I diberikan kondisi ke-3
di mana tingkat kejenuhan pemangsa I ( )
lebih besar daripada tingkat persaingan I ( )
dan tingkat kejenuhan pemangsa II ( ) lebih
kecil daripada tingkat persaingan pemangsa II
( ). Nilai parameter yang digunakan ialah
,
,
,
,
,
, dan
.
Gambar 9 menunjukkan hubungan populasi
mangsa terhadap kelima titik tetap terhadap
,
,
,
𝑦
𝑧
Gambar 7
Dinamika populasi
pada kondisi
.
dan
Gambar 8 menunjukkan hubungan
populasi spesies mangsa terhadap spesies
pemangsa I dan II pada kondisi
dan
. Dari kurva tersebut terlihat
kestabilan sistem bersifat spiral stabil dalam
rentang waktu tertentu.
xA3 


1.66
0.3m1  0.27  (0.3m1  0.3)2  0.03m1 ,
m1
,
√
.
Garis putus-putus
,
, dan
menunjukkan kondisi sadel, serta garis
menunjukkan kondisi stabil. Untuk nilai
garis
menunjukkan kondisi
stabil.
11
Populasi mangsa dan kedua spesies
pemangsa awalnya berosilasi, kemudian
mencapai kestabilannya pada waktu tertentu
di titik tetap
(
)
dan nilai eigen yang diperoleh adalah
(
).
Dalam
kondisi ini populasi spesies pemangsa II lebih
banyak dibandingkan dengan spesies
pemangsa I.
𝑥𝐴
𝑥𝐴
Gambar 9
𝑥𝐴
𝑥𝐴
𝑥𝐴
Pengaruh
pada kondisi
dan
.
Dinamika Populasi pada Kondisi ke-3
Tingkat persaingan pemangsa I yang
diberikan ialah
dengan nilai awal
( )
,
( )
, ( )
. Hasil
simulasi dapat dilihat pada Gambar 10.
𝑦
𝑧
Gambar 11 Bidang parametrik hubungan
antara
.
Gambar 10
Dinamika populasi
pada kondisi
.
dan
Gambar 11 menunjukkan kurva bidang
parametrik hubungan spesies mangsa dan
kedua pemangsa bersifat spiral stabil. Untuk
melihat
pengaruh
tingkat
persaingan
pemangsa I ( ), maka
dinaikkan
menjadi
. Gambar 12 menunjukkan ketika
nilai parameter
dinaikkan, maka terjadi
12
perubahan kestabilan sistem dalam waktu
yang singkat menuju ke titik tetap
(
).
𝑥
𝑦
𝑧
Gambar 12
𝑥𝐴
𝑥𝐴
Dinamika populasi
ketika
.
4.4
Pengaruh
Tingkat
Persaingan
Pemangsa II ( )
Untuk mengetahui pengaruh tingkat
persaingan pemangsa II diberikan kondisi ke4 di mana tingkat kejenuhan pemangsa I ( )
lebih kecil daripada tingkat persaingan I ( )
dan tingkat kejenuhan pemangsa II ( ) lebih
besar daripada tingkat persaingan pemangsa
II ( ). Nilai parameter yang digunakan
adalah
,
,
,
,
,
, dan
. Gambar 13 menunjukkan hubungan
populasi mangsa terhadap kelima titik tetap
terhadap
,
,
,
,
√(
(
(
√
)
Gambar 13
𝑥𝐴
𝑥𝐴
𝑥𝐴
Pengaruh
pada kondisi
dan
.
Dinamika Populasi pada Kondisi ke-4
Tingkat persaingan pemangsa II yang
diberikan ialah
dengan nilai awal
( )
, ( )
, ( )
.
),
)
.
Garis
,
, dan
menunjukkan
kondisi
sadel
sedangkan
garis
menunjukkan kondisi stabil. Garis
pada
selang
menunjukkan
kondisi stabil.
𝑦
𝑧
Gambar 14 Dinamika populasi
pada kondisi
.
dan
13
Pada Gambar 14 populasi spesies mangsa
dan spesies pemangsa II
terjadi spiral
takstabil, sedangkan populasi pemangsa I
mengalami kepunahan. Populasi spesies
mangsa dan pemangsa II yang takstabil
diakibatkan tingkat persaingan kecil, sehingga
proses mangsa-memangsa menjadi tidak
teratur.
Ketika
ketersediaan
makanan
melimpah, jumlah populasi spesies pemangsa
II bertambah banyak. Dalam waktu yang cepat
populasi mangsa akan berkurang, sehingga
populasi spesies pemangsa II juga berkurang.
Kondisi seperti ini berosilasi secara terusmenerus.
Jika nilai parameter persaingan pemangsa
II ( ) dinaikkan menjadi
maka akan
terjadi perubahan kestabilan. Populasi
pemangsa I mengalami kepunahan dalam
rentang waktu tertentu sedangkan populasi
pemangsa II mengalami penjumlahan populasi
kemudian stabil pada titik tetap
(
). Kurva bidang solusinya
dapat dilihat pada Gambar 15.
Kondisi
b1  m1 dan
b2  m2
b1  m1 dan
𝑦
𝑧
Gambar 15
Ketika nilai parameter yang memengaruhi
kestabilan setimbang, maka dinamika populasi
mangsa dan kedua pemangsa akan stabil.
Sebaliknya, ketika salah satu nilai parameter
tidak setimbang maka dinamika populasi
menjadi tidak stabil.
Dari empat kondisi yang diteliti, titik tetap
dan
selalu bersifat sadel. Pada kondisi
pertama, titik tetap
memiliki nilai eigen
,
dan
bilangan-bilangan
kompleks dengan bagian real positif, sehingga
kestabilan bersifat spiral takstabil. Untuk
kondisi kedua dan ketiga, dinamika
populasinya bersifat spiral stabil menuju titik
tetap
, nilai eigen yang diperoleh yaitu
3  0 , 1 dan 2 adalah bilangan-bilangan
kompleks dengan bagian real negatif. Sistem
mengalami spiral takstabil pada kondisi
keempat. Nilai eigen yang diperoleh adalah
,
dan
bilangan-bilangan
kompleks dengan bagian real positif. Berikut
adalah tabel kondisi kestabilan dari hasil
simulasi, dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2 Kondisi kestabilan titik tetap.
Titik Tetap
Sadel
Sadel
Spiral takstabil
Sadel
Sadel
Sadel
b1  m1 dan
b2  m2
Sadel
Sadel
b1  m1 dan
b2  m2
Sadel
Sadel
b2  m2
Dinamika populasi
ketika
.
takstabil;
spiral
stabil
Sadel
takstabil;
spiral stabil
-
Sadel
Spiral
stabil
Sadel
Spiral
stabil
Spiral
takstabil
-
8
V SIMPULAN
Dari analisis model mangsa-pemangsa
dengan interferensi antarpemangsa yang terdiri
dari tiga spesies diperoleh lima titik tetap.
Kondisi kestabilan dari titik tetap yang
diperoleh tidak mungkin stabil secara
bersamaan. Dari kasus titik tetap
yang
digunakan, kondisi kestabilan titik tetap
dan
selalu bersifat sadel.
Pada dinamika populasi spesies pemangsa I
dan II, faktor persaingan dan kejenuhan
berpengaruh besar terhadap kestabilan sistem
rantai makanan. Tingkat persaingan dan
kejenuhan yang tidak seimbang akan
menyebabkan
jumlah
populasi
spesies
pemangsa ataupun spesies mangsa tidak stabil.
Semakin besar tingkat persaingan pemangsa
( ), jumlah populasi pemangsa semakin
berkurang, sedangkan semakin besar kejenuhan
pemangsa ( ), faktor kematian semakin kecil.
Dari empat kondisi yang diberikan, pada
kondisi pertama hanya diperoleh empat titik
tetap positif. Faktor tingkat kejenuhan
pemangsa I cukup memengaruhi kestabilan
sistem. Awalnya, dinamika populasi spesies
mangsa dan pemangsa tidak stabil. Namun
ketika tingkat kejenuhan pemangsa I dinaikkan,
sistem menjadi stabil. Pada kondisi kedua,
faktor tingkat kejenuhan pemangsa II tidak
memengaruhi kestabilan sistem. Ketika nilai
parameter tingkat kejenuhan pemangsa II
dinaikkan maupun diturunkan, sistem akan tetap
stabil ke titik tertentu dalam waktu . Untuk
kondisi ketiga sama halnya dengan kondisi
kedua, faktor tingkat persaingan pemangsa I
( ) tidak memengaruhi kestabilan sistem.
Pada kondisi keempat, kestabilan sistem dapat
dipengaruhi oleh faktor tingkat persaingan
pemangsa II ( ). Dalam kondisi ini populasi
pemangsa I mengalami kepunahan sedangkan
populasi mangsa dan pemangsa II tidak stabil.
Ketika nilai persaingan pemangsa II dinaikkan,
maka populasi spesies mangsa maupun kedua
spesies pemangsa stabil pada titik tertentu
dalam rentang waktu .
VI DAFTAR PUSTAKA
Anton H. 1995. Aljabar Linear Elementer. Ed
ke-5. Terjemahan Pantur Silaban dan I
Nyoman Susila. Jakarta: Erlangga.
Keshet LE. 1988. Mathematical Models in
Biology. New York: The Random
House.
Feng J, Zhu L & Wang H. 2010. Stability of
Ecosystem
Induced
by
Mutual
Interference between Predators. China:
Tianjin University.
Strogatz SH. 1994. Nonlinear Dynamics and
Chaos with Applications to Physics,
Biology, Chemistry, and Engineering.
New York: Perseus Books.
Tu PNV. 1994. Dynamical System, An
Introduction with Application in
Economics and Biology. Second Revised
and Enlarged Edition. Germany:
Springer Verlag.
Verhulst F. 1990. Nonlinear Differential
Equation
an
Dynamical System.
Germany: Springer Verlag.
LAMPIRAN
17
Lampiran 1 Penondimensionalan model mangsa-pemangsa
Diberikan sistem persamaan mangsa pemangsa:
(
)
(
)
(
)
(
)
(
)
(3.1)
,
dengan:
(
)
(
)
Dilakukan penondimensionalan untuk mendapatkan sistem persamaan dengan parameter yang
lebih sederhana:
dimisalkan
dY
dZ
dX
X,
Y ,
Z
dT
dT
dT
̇
̇
̇
(
)
(
)
(
)
(1)
(
)
(2)
(
)
(3)
X  xxˆ , Y  yyˆ , Z  zzˆ , T  t *
 Dari persamaan (1) diperoleh fungsi sebagai berikut:



A1 X
A2 X
X 

X  RX 1    
Y  
Z
 K   B1  X  M1Y 
 B2  X  M 2 Z 
A1 XY
A2 XZ
RX 2


K
B1  X  M1Y B2  X  M 2 Z

X  RX 

ˆ ˆ
ˆ ˆ
A1 xxyy
A2 xxzz
dxxˆ
R
 R( xxˆ )  ( xxˆ )2 

K
B1  xxˆ  M1 yyˆ B2  xxˆ  M 2 zzˆ
dt *
ˆ ˆ
ˆ ˆ
A1 xxyy
A2 xxzz
R
 xˆ  dx

   *  Rxxˆ  x 2 xˆ 2 
K
B1  xxˆ  M1 yyˆ B2  xxˆ  M 2 zzˆ
   dt
A1 xyyˆ
A2 xzzˆ
dx
R
 R x   x 2 xˆ 


K
B1  xxˆ  M1 yyˆ B2  xxˆ  M 2 zzˆ
dt *
pilih:
K
1
1
1
xˆ 
, ŷ 
, ẑ 
, R
A1
A2
R


dx
xy
xz
 x  x2 

R
R
dt *
B1  xK  M1 y
B2  xK  M 2 z
A1
A2
pilih:
` R  A1  A2
18

dx
xy
xz
 x  x2 

*
B1  xK  M1 y B2  xK  M 2 z
dt
pilih: K  1 , B1  b1 , B2  b2 , M1  m1 , M 2  m2

dx
xy
xz
 x  x2 

b1  x  m1 y b2  x  m2 z
dt *
dx
xy
xz
 x(1  x) 

dt
b1  x  m1 y b2  x  m2 z
(4)
 Dari persamaan (2) diperoleh fungsi sebagai berikut:


A1 X
Y  C1 
 Y  D1Y
 B1  X  M1Y 
 Y
C1 A1 XY
 D1Y
B1  X  M1Y
ˆ ˆ
C1 A1 xxyy
dyyˆ

 D1 yyˆ
*
dt  B1  xxˆ  M1 yyˆ
ˆ ˆ
C1 A1 xxyy
 yˆ  dy
 D1 yyˆ
   * 
ˆ
B1  xx  M1 yyˆ
   dt
pilih:
1
1
ŷ 
, A1  R 
A1


ˆ
C1 A1 xxy
dy

 D1 y
*
ˆ
B1  xx  M1 yyˆ
dt
pilih:
K
xˆ 
R
K
C1 A1 xy
dy
R

 D1 y

dt * B  x K  M y 1
1
1
R
A1


C1 xy
dy

 D1 y
*
B1  x  M1 y
dt
pilih: B1  b1 , C1  a1 , M1  m1 , D1 
d1

dy
xy
 a1
 d1 y
dt
b1  x  m1 y
 Dari persamaan (3) diperoleh fungsi sebagai berikut:


A2 X
Z  C2 
 Z  D2 Z
 B2  X  M 2 Z 
 Z
C2 A2 XZ
 D2 Z
B2  X  M 2 Z
ˆ ˆ
C2 A2 xxzz
dzzˆ

 D2 zzˆ
*
dt  B2  xxˆ  M 2 zzˆ
ˆ ˆ
C2 A2 xxzz
 zˆ  dz
 D2 zzˆ
   * 
ˆ

B

xx

M 2 zzˆ
dt
 
2
pilih:

(5)
19
ẑ 
1
1
, A2  R 
A2

ˆ
C2 A2 xxz
dz

 D2 z
*
B2  xxˆ  M 2 zzˆ
dt
pilih:
K
xˆ 
R
K
C2 A2 xz
dz
R

 D2 z

dt * B  x K  M z 1
2
2
R
A2

C2 xz
dz

 D2 z
dt * B2  x  M 2 z

pilih: B2  b2 , C2  a2 , M 2  m2 , D2 
d2

dz
xz
 a2
 d2 z
dt
b2  x  m2 z
Kemudian dari sistem persamaan (4), (5), dan (6) didapat skala baru yaitu:
X  xxˆ

X
 x
xˆ
K
1
dengan: xˆ 
, R  A1 

R
X
 x
K
 Y  yyˆ

y
Y
yˆ
dengan: ŷ 

y
1
RK
1
, K  1, R 
maka menjadi yˆ 
A1
A1

A1Y
RK
Z  zzˆ


z
Z
zˆ
dengan: ẑ 
A2 Z
RK
*
 T t 
T
 t* 

1
 t*  T

 t  RT

z
1
1
RK
, K  1, R 
maka menjadi zˆ 
A2
A2

(6)
20
Lampiran 2 Penentuan titik tetap
Titik tetap akan diperoleh dengan menetapkan
x(1  x) 


(ii)
a2
xz
 d2 z  0
b2  x  m2 z
(iii)


y
z
x  (1  x) 

0
b

x

m
y
b

x

m
z

1
1
2
2 
y
z
x  0 atau (1  x) 

0
b1  x  m1 y b2  x  m2 z
x  0 atau 1  x 
y
z

b1  x  m1 y b2  x  m2 z

x  0 atau x  1 
y
z

b1  x  m1 y b2  x  m2 z
Dari persamaan (ii) akan diperoleh nilai
xy
a1
 d1 y  0
b1  x  m1 y


xy
 d1 y  0
b1  x  m1 y


y  0 atau a1 x  d1b1  d1 x  d1m1 y

y  0 atau y 
(a1  d1 ) x  d1b1
d1m1
Dari persamaan (iii) akan diperoleh nilai
xz
a2
 d2 z  0
b2  x  m2 z

sebagai berikut:


a1 x
y
 d1   0
 b1  x  m1 y

a1 x
 d1
y  0 atau
b1  x  m1 y


(i)
a1
Dari persamaan (i) akan diperoleh nilai sebagai berikut:
xy
xz
x(1  x) 

0
b1  x  m1 y b2  x  m2 z


xy
xz

0
b1  x  m1 y b2  x  m2 z


a2 x
z
 d2   0
 b2  x  m2 z

a2 x
z  0 atau
 d2
b2  x  m2 z

z  0 atau a2 x  d2b2  d2 x  d2 m2 z

z  0 atau z 
(a2  d 2 ) x  d 2b2
d 2 m2
sebagai berikut:
21
Sehingga diperoleh titik tetap

(
(
)
) substitusi
Untuk memperoleh titik tetap (
y
z
x  1

, karena
dan
b1  x  m1 y b2  x  m2 z

x  1

x 1
(
Untuk memperoleh titik tetap
x  1
y
b1  x  m1 y
 1 x 
y
b1  x  m1 y

)
(
)
(
) substitusikan
dan y 
(a1  d1 ) x  d1b1
d1m1
y
z

, karena
b1  x  m1 y b2  x  m2 z
x  1

dan
0
0

b1  x  0 b2  x  0
Sehingga diperoleh titik tetap

)
1  x b1  x  m1 y   y
 b1  x  m1 y  b1 x  x 2  m1 xy  y
  x2  x  b1 x  b1  y  m1 y  m1 xy  0

x2  x  b1 x  b1  y  m1 y  m1 xy  0

x2  x  b1 x  b1  1  m1  m1 x  y  0 , karena y 

 (a  d ) x  d1b1 
x 2  x  b1 x  b1  1  m1  m1 x   1 1
0
d1m1


(a1  d1 ) x  d1b1
d1m1
 d1m1 x2  d1m1 x  b1d1m1 x  b1d1m1  1  m1  m1 x  (a1  d1 ) x  d1b1   0
 a1m1 x2  (a1m1  a1  d1 ) x  b1d1  0
dengan menggunakan rumus ABC didapatkan
x
x
(a1m1  a1  d1 )  (a1m1  a1  d1 ) 2  4a1b1d1m1
2a1m1
w1  w12  4a1b1d1m1
2a1m1
dengan
w1  a1m1  a1  d1
substitusi ̅ ke persamaan
y
(a1  d1 ) x  d1b1
d1m1
22
 w  w 2  4a b d m
1
1 1 1 1
(a1  d1 )  1

2a1m1

y
d1m1
Sehingga diperoleh titik tetap
(
)

  d1b1


( ̅ ̅ )

 w  w 2  4a b d m
1
1 1 1 1

(a1  d1 )  1

2a1m1
 w  w 2  4a b d m
1
1 1 1 1

A3   1
,
2a1m1
d1m1





(
Untuk memperoleh titik tetap
x  1
z
b2  x  m2 z
 1 x 
z
b2  x  m2 z

dan z 
) substitusikan
(a2  d 2 ) x  d 2b2
d 2 m2
y
z

, karena
b1  x  m1 y b2  x  m2 z
x  1



  d1b1 



,0




1  x b2  x  m2 z   z
 b2  x  m2 z  b2 x  x 2  m2 xz  z
  x2  x  b2 x  b2  z  m2 z  m2 xz  0

x2  x  b2 x  b2  z  m2 z  m2 xz  0

x2  x  b2 x  b2  1  m2  m2 x  z  0 , karena z 
(a2  d 2 ) x  d 2b2
d 2 m2

 (a  d 2 ) x  d 2b2
x 2  x  b2 x  b2  1  m2  m2 x   2
d 2 m2


0

 d2 m2 x2  d2 m2 x  b2 d2 m2 x  b2 d2 m2  1  m2  m2 x  (a2  d 2 ) x  d 2b2   0
 a2 m2 x2  (a2 m2  a2  d2 ) x  b2 d2  0
dengan menggunakan rumus ABC didapatkan
x
(a2 m2  a2  d 2 )  (a2 m2  a2  d 2 )2  4a2 b2 d 2 m2
2a2 m2
w2  w2  4a2b2 d 2 m2
2
x
2a2 m2
dengan
w2  a2 m2  a2  d2
substitusi ̃ ke persamaan
z
(a2  d 2 ) x  d 2b2
d 2 m2
23
 w  w 2  4a b d m
2
2 2 2 2
(a2  d 2 )  2

2a2 m2

z
d 2 m2
Sehingga diperoleh titik tetap
(
)
(̃

  d 2b2


̃)

 w  w 2  4a b d m
2
2 2 2 2

(a2  d 2 )  2

2a2 m2
 w  w 2  4a b d m
2
2 2 2 2

A4   2
, 0,
2a2 m2
d 2 m2





Untuk memperoleh titik tetap
(

  d 2b2










) substitusikan
(a  d ) x  d1b1
y 1 1
d1m1
z
(a2  d 2 ) x  d 2b2
d 2 m2
Karena perhitungannya sulit dilakukan secara manual, maka dilakukan perhitungan
menggunakan perangkat lunak matematika dengan kode sebagai berikut:
with(DEtools) :
Akan didapatkan persamaan
, sehingga diperoleh titik tetap
y* 
(a1  d1 ) x*  d1b1
d1m1
z* 
(a2  d 2 ) x*  d 2b2
d 2 m2
(
) dengan
24
Lampiran 3 Penentuan nilai eigen dari persamaan
Misalkan persamaan (3.3) dituliskan sebagai berikut:


y
z
g1 ( x, y, z ) x  1  x 

x
b

x

m
y
b

x

m
z

1
1
2
2 


x
g 2 ( x, y, z ) y   a1
 d1  y
 b1  x  m1 y



x
g 3 ( x , y , z ) z   a2
 d2  z
 b2  x  m2 z

Dengan melakukan pelinearan didapat matriks Jacobi sebagai berikut:
 g1
 g1
x
 x

g
J  y 2
x


g
 z 3
x

dengan

g1
y
g
y 2  g2
y
g
z 3
y
x
dideferensialkan terhadap
y
z
g1
 1 

2
(b1  x  m1 y )
(b2  x  m2 z ) 2
x
g1
m1 y
1


y
(b1  x  m1 y ) (b1  x  m1 y ) 2
g1
m2 z
1


z
(b2  x  m2 z ) (b2  x  m2 z ) 2

dideferensialkan terhadap
g 2
 a1 (b1  x  m1 y )  a1 x
x
g 2
a1m1 x

y
(b1  x  m1 y ) 2
g 2
0
z

dideferensialkan terhadap
g3
 a2 (b2  x  m2 z )  a2 x
x
g3
0
y
g3
a2 m2 x

z
(b2  x  m2 z ) 2
g1 

z 
g 
y 2 
z 

g
z 3  g3 
z

x
25

Pelinearan titik tetap
(
) akan diperoleh matriks Jacobi sebagai berikut:
1 0

J1   0 d1
0 0

0 

0 
d 2 
Kemudian dicari nilai eigennya dengan menggunakan persamaan karakteristik
det( J1   I )  0
sehingga diperoleh
1 
0
0
0
d1  
0
0
0
0
d 2  
(1   )(d1   )(d2   )  0
Jadi nilai eigennya adalah sebagai berikut:
1  1
2  d1
3  d2

Pelinearan titik tetap
(
) akan diperoleh matriks Jacobi sebagai berikut:

1
 1
1

b1


a1  d1 (b1  1)
J2   0
1  b1


 0
0





0


a2  d 2 (b2  1) 

1  b2

1
1  b2
Kemudian dicari nilai eigennya dengan menggunakan persamaan karakteristik
det( J 2   I )  0
sehingga diperoleh
1  
1
1  b1
1
1  b2
0
a1  d1 (b1  1)

1  b1
0
0
0
a2  d 2 (b2  1)

1  b2
0
26
Jadi nilai eigennya adalah sebagai berikut:
1  1

Pelinearan titik tetap
2 
a1  d1 (b1  1)
1  b1
3 
a2  d 2 (b2  1)
1  b2
( ̅ ̅ ) akan diperoleh matriks Jacobi sebagai berikut:

y
xy

1  2 x 
b1  x  m1 y (b1  x  m1 y ) 2


a1 y
a1 xy
J3  

b

x

m
y
(
b

x
 m1 y ) 2

1
1
1


0


xym1
x

b1  x  m1 y (b1  x  m1 y ) 2
a1 x
a1 xym1

 d1
b1  x  m1 y (b1  x  m1 y ) 2
0

x

b2  x 

0



a2 x
 d 2 
b2  x


Diperoleh nilai eigen dari matriks J 3 :
1,2 
   2  4
2
di mana
  G11  G22

y
xy
   1  2 x 

b

x

m
y
(
b

x
 m1 y )2
1
1

1
   1  2x 
 

a1 x
a1 xym1

 d1 

2
  b1  x  m1 y (b1  x  m1 y )

a1 x  y
xy  a1 xym1

 d1
b1  x  m1 y (b1  x  m1 y )2
  G11G22  G12G21



a1 x
a1 xym1
y
xy
   1  2 x  b  x  m y  (b  x  m y )2  b  x  m y  (b  x  m y )2  d1 
1
1
1

1
1
 1
1
1




xym1
a1 y
a1 xy
x
 


2 
2 
 b1  x  m1 y (b1  x  m1 y )  b1  x  m1 y (b1  x  m1 y ) 
dengan
merupakan elemen dari matriks J 3 . Jadi nilai eigennya adalah sebagai berikut:
1 
2 
   2  4
2
   2  4
2
a2 x
3 
 d2
b2  x

Pelinearan titik tetap
(̃
.
̃ ) akan diperoleh matriks Jacobi sebagai berikut:
27

z
xz

1  2 x 
b

x

m
z
(
b

x
 m2 z ) 2
2
2
2


a2 z
a2 xz
J4  

b

x

m
z
(
b

x  m2 z ) 2

2
2
2


0


xzm2
x

b2  x  m2 z (b2  x  m2 z ) 2
a2 x
a2 xzm2

 d2
b2  x  m2 z (b2  x  m2 z ) 2
0

x

b1  x 

0



a1 x
 d1 
b1  x


Diperoleh nilai eigen dari matriks J 4 :
1,2 
   2  4
2
di mana
,
.

 

a2 x
a2 xzm2
z
xz
   1  2 x 



 d2 
2 
2
b2  x  m2 z (b2  x  m2 z )   b2  x  m2 z (b2  x  m2 z )


   1  2x 
a2 x  z
xz  a2 xzm2

 d2
b2  x  m2 z (b2  x  m2 z )2
  G11G22  G12G21



a2 x
a2 xzm2
z
xz
   1  2 x  b  x  m z  (b  x  m z ) 2  b  x  m z  (b  x  m z ) 2  d 2 
2
2
2

2
2
 2
2
2




xzm2
a2 z
a2 xz
x
 


2 
2 
b

x

m
z
b

x

m
z
(
b

x

m
z
)
(
b

x

m
z
)
2
2
 2
2
2
 2
2
2

dengan
merupakan elemen dari matriks J 4 . Jadi nilai eigennya adalah sebagai berikut:
1 
2 
   2  4
2
   2  4
2
a1 x
3 
 d1
b1  x

Pelinearan titik tetap (
)
Dimisalkan matriks Jacobian dari titik tetap A5  ( x* , y* , z* ) :
 V11 V12 V13 


J 5   V21 V22 V23 
V V
V33 
32
 31
dengan Vij merupakan elemen dari matriks J 5 .
Kemudian dicari persamaan karakteristik
28
det( J 5   I )  0
Sehingga diperoleh
V11  
V12
V13
V21
V22  
V23  0
V31
V32
V33  
 V11   V22   V33     V12V23V31  V13V21V32  V13V31 V22     V23V32 V11     V12V21 V33     0
  3  V11  V22  V33   2  V11V22  V22V33  V11V33    V11V22V33  V12V23V31  V13V21V32
V13V31V22  V13V31  V11V23V32  V23V32   V12V21V33  V12V21  0
karena
dan
  3  V11  V22  V33   2  V11V22  V22V33  V11V33    V11V22V33  V13V31V22  V13V31  V12V21V33  V12V21  0
  3  V11  V22  V33   2  V11V22  V22V33  V11V33  V13V31  V12V21    V11V22V33  V13V31V22  V12V21V33  0
  3  1 2   2   3  0
dengan
 1   V11  V22  V33 
 2  V11V22  V22V33  V11V33  V13V31  V12V21 
 3  V11V22V33  V13V31V22  V12V21V33
Lampiran 4 Kode program untuk Gambar 1
29
Lampiran 5 Kode program untuk Gambar 2
30
Lampiran 6 Kode program untuk Gambar 3
31
Lampiran 7 Kode program untuk Gambar 4
Lampiran 8 Kode program untuk Gambar 5
32
Lampiran 9 Kode Program untuk Gambar 6
33
Lampiran 10 Kode Program untuk Gambar 7
Lampiran 11 Kode Program untuk Gambar 8
34
Lampiran 12 Kode Program untuk Gambar 9
35
Lampiran 13 Kode Program untuk Gambar 10
36
Lampiran 14 Kode Program untuk Gambar 11
37
Lampiran 15 Kode Program untuk Gambar 12
Lampiran 16 Kode Program untuk Gambar 13
38
Lampiran 17 Kode Program untuk Gambar 14
39
Lampiran 18 Kode Program untuk Gambar 15
Download