analisis metode penyusutan aktiva tetap (pajak - E

advertisement
ANALISA LIKUIDITAS, LEVERAGE, AKTIVITAS DALAM MENINGKATKAN EFISIENSI
MODAL KERJA PADA PERUSAHAAN DAGANG
SUSAN RACHMAWATI
Akademi Manajemen Informatika dan Komputer Bina Sarana Informatika
Jl. Margonda Raya No. 8 Depok Indonesia
e-mail : [email protected]
ABSTRAK
Salah satu indikator yang penting dalam kesuksesan jalannya suatu perusahaan adalah modal kerja. Terlalu
banyak atau pun terlalu sedikit modal kerja yang tersedia dapat berakibat buruk bagi jalannya perusahaan. Oleh
karena itulah maka penulis menggunakan analisis rasio yaitu Likuiditas, Leverage dan Aktifitas sehingga dapat
dihasilkan suatu alat pengukuran yang hampir sesuai dengan yang diharapkan dibandingkan kita hanya
memprediksi nilai yang digunakan. Rasio Likuiditas digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam
melunasi kewajiban jangka pendeknya. Rasio Leverage digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan
dalam memenuhi kewajiban bunga dan beban tetap lainnya, sedangkan rasio Aktivitas digunakan untuk
mengukur efektifitas perusahaan dalam mengoperasikan dana.
Jenis usaha yang digunakan dalam penulisan ini adalah perusahaan dagang, karena banyak sekali usaha
perdagangan yang mengalami kemunduran atau bahkan kebangkrutan karena tidak dapat mengelola modal kerja
yang dimiliki dengan maksimal. Salah satu indikatornya adalah banyaknya persediaan yang dimiliki sehingga
perputaran kas menjadi lambat. Dalam jangka pendek modal kerja terdiri dari aktiva lancar dan kewajiban
lancar sehingga modal kerja bersih menggambarkan selisih antara aktiva lancar dan kewajiban lancar dalam
perusahaan.
Kata Kunci : Rasio, Efisiensi Modal Kerja, Perusahaan Dagang
ABSTRACT
One important indicator of success running a company is working capital. Too much or too little working
capital that is available can be bad for the running of the company because of that the writer uses the analysis
of liquidity ratios, leverage and activity so as to produce a measurement tool that is almost as expected than we
used only the predicted value. Liquidity ratios are used to measure a company's ability to settle its current
liabilities. Leverage ratios used to measure the ability of the company to meet interest obligations and other
fixed expenses, while the ratio of activity used to measure the effectiveness of the company in operating funds.
Type of business used in this paper is a trading company because once stout trade business setbacks or
even bankruptcy because they could not manage working capital owned by a maximum of one indicator is the
amount of inventory held so that the velocity of cash to be slow. In the short term working capital consists of
current assets and current liabilities so that the net working capital describes the difference between current
assets and current liabilities in the company.
Key Words : Ratio, Working Capital Efficiency, Trading Company
I.
PENDAHULUAN
Jenis usaha apapun yang dijalankan oleh
semua perusahaan pasti memerlukan modal kerja,
yang berbeda hanyalah besar dan kecilnya modal
kerja yang dibutuhkan. Biasanya untuk perusahaan
jasa, modal kerja yang diperlukan tidak sebesar
perusahaan dagang dan industri. Pada umumnya
besar kecilnya modal yang diperlukan berbanding
lurus dengan biaya yang dikeluarkan.
Modal kerja secara kolektif mencakup aktiva
dan kewajiban lancar dalam jangka pendek. Oleh
karena itu itu modal kerja bersih menggambarkan
selisih antara aktiva lancar dan kewajiban lancar
dalam perusahaan. Jadi manajemen modal kerja
sangat berkaitan erat dengan manajemen investasi
dalam aktiva lancar serta kebijakan dalam
kewajiban lancarnya.
Komponen penting dalam aktiva lancar adalah
kas dan setara kas (termasuk diantaranya adalah
surat – surat berharga), dan komponen lainnya
adalah piutang yang terjadi karena perusahaan
menjual barang secara kredit serta persediaan
barang dagangan. Sedangkan dari sisi kewajiban
lancar komponen utamanya adalah utang dagang
yaitu pembelian kepada pemasok secara kredit. Di
dalam investasi untuk aktiva lancar, perusahaan
dapat membiayainya dengan melakukan utang
jangka pendek atau melalui kredit bank.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Modal Kerja
Menurut RD Kennedy dan SY Mc Mullen
dalam Manulang (2008:12-13), yang dimaksud
dengan modal kerja adalah sebagai berikut :
1.
2.
Working capital is the current assets over
current liabilities, the amount of current assets
that has been supplied by long term creditors
and the stockholders. In other words, working
capital represents the amount of current assets
that have not been supplied by current, short
term creditors. This definitions is qualitative of
current assets in excess of the current
liabilities.
Working capital is the amount of the current
assets. This interpretation is qualitative in
characters, since it represents the total amount
of funds used for current operating purposes.
Menurut Hendra S. Raharjaputra (2009:156),
inti dari manajemen modal kerja bagi perusahaan
adalah penataan administrasi dan pengendalian atas
aset lancar dengan menggunakan pendanaan jangka
pendek yaitu bersumber dari kewajiban lancar dan
modal kerja bersih.
Menurut Drs. Bambang Riyanto dalam
Manullang (2008:13) terdapat tiga konsep
pengertian modal kerja yaitu :
1. Konsep Kuantitatif
Konsep ini didasarkan atas kualitas dana yang
ditanam dalam unsur – unsur aktiva lancar,
yaitu aktiva yang dipakai sekali dan akan
kembali menjadi bentuk semula, atau aktiva
dengan dana tertanam di dalamnya yang akan
bebas lagi dalam waktu singkat. Konsep ini
sering disebut Gross Working Capital
2. Konsep Kualitatif
Aspek ini didasarkan pada aspek kualitatif
yaitu kelebihan aktiva lancar dari hutang
lancarnya. Modal kerja menurut konsep ini
adalah sebagian dari aktiva lancar yang benar –
benar digunakan untuk membiayai operasi
perusahaan yang bersifat rutin tanpa
mengganggu likuiditasnya. Konsep ini sering
disebut Net Working Capital.
3. Konsep Fungsional
Konsep ini didasarkan pada fungsi dana dalam
menghasilkan pendapatan. Setiap dana yang
digunakan dalam perusahaan dengan tujuan
untuk menghasilkan pendapatan, dengan
kalkulasi sebagian dana yang digunakan untuk
menghasilkan pendapatan pada periode
tersebut (current income) dan sebagian lagi
digunakan untuk menghasilkan pendapatan
pada periode – periode berikutnya (future
income).
Menurut Drs. Bambang Riyanto dalam
Manulang (2008:14-15) menetapkan klasifikasi
modal kerja sebagai berikut :
1. Modal kerja permanen (permanent working
capital), merupakan modal kerja yang harus
tetap ada pada perusahaan agar dapat
menjalankan fungsinya. Dengan kata lain
modal kerja permanen adalah modal kerja
yang terus menerus diperlukan bagi kelancaran
usaha. Modal kerja ini dibedakan menjadi :
a. Modal kerja primer (primary working
capital) adalah jumlah modal kerja
minimum yang harus tersedia pada
perusahaan untuk menjamin kontinuitas
usaha atau operasinya.
b. Modal kerja normal (normal woring
capital) adalah jumlah modal kerja yang
diperlukan untuk menyelenggarakan luas
produksi yang normal.
2.
Modal kerja variabel (variabel working
capital) adalah modal kerja yang jumlahnya
berubah – ubah karena keadaan darurat yang
tidak diketahui sebelumnya. Modal kerja ini
dibedakan menjadi :
a. Modal kerja musiman (seasonal working
capital) adalah modal kerja yang
jumlahnya berubah – ubah disebabkan
karena fluktuasi musim
b. Modal kerja siklus (cyclical woring
capital) adalah modal kerja yang
jumlahnya berubah – ubah disebabkan
karena fluktuasi konjungtur
c. Modal kerja darurat (emergency working
capital) modal kerja yang jumlahnya
berubah – ubah disebabkan karena adanya
keadaan darurat yang tidak diketahui
sebelumnya (misalnya adanya pemogokan
buruh, banjir, perubahan keadaan ekonomi
yang mendadak).
Menurut Siswanto Sutojo (2008:23) untuk
menjaga modal kerja yang sehat perusahaan paling
sedikit perlu memikirkan dua macam hal yaitu:
1. Jumlah optimal perlu ditanamkan dana dalam
modal kerja kotor
2. Keperluan dana modal kerja kotor dan
keperluan lain untuk mendukung keberhasilan
usaha.
Menurut Sugiono (2009:11), manajemen
modal kerja merupakan manajemen aktiva lancar
dan kewajiban lancar yang memiliki beberapa arti
penting bagi perusahaan :
1. Modal kerja menunjukkan besarnya investasi
yang dilakukan perusahaan dalam aktiva lancar
dan klaim atas perusahaan oleh adanya utang
dagang / utang lancar.
2. Investasi dalam aktiva yang bersifat likuid,
piutang dan persediaan bersifat sangat sensitif
terhadap tingkat produktivitas dan penjualan.
Menurut Sugiono (2009:12-13), faktor – faktor
yang menentukan besarnya modal kerja adalah :
1. Sifat dan jenis perusahaan
Pada umumnya modal kerja untuk suatu
perusahaan jasa relatif lebih kecil jika
2.
3.
4.
5.
dibandingkan dengan perusahaan dagang atau
manufaktur
Proses produksi
Jika proses produksi untuk suatu industri
cukup rumit dan memakan waktu yang lama,
tentu saja proses produksi itu akan
memerlukan modal kerja yang cukup besar
pula.
Sistem penjualan
Jika suatu perusahaan yang sebagian
penjualannya dilakukan dengan sistem kredit,
tentu saja modal kerja akan banyak terserap
terutama untuk membiayai piutang dagangnya.
Sistem persediaan
Sistem persediaan ini sangat mempengaruhi
modal kerja yang tertanam dalam perusahaan.
Hal ini dapat dilihat dari jenis barangnya
apakah mudah rusak atau tahan lama. Selain
itu bagi perusahaan yang membutuhkan bahan
baku perlu dipertimbangkan apakah harganya
sangat fluktuatif terhadap pasar komoditi serta
apakah bahan baku tersebut dapat diperoleh
secara lokal atau impor
Sikap dari pengambilan putusan (Manajemen
Perusahaan)
Sikap ini sangat penting untuk menentukan
tingkat modal kerja yang dibutuhkan oleh
perusahaan.
Menurut Manullang (2008:20-21), manfaat
dari modal kerja antara lain :
1. Melindungi perusahaan terhadap penurunan
nilai aktiva lancar.
2. Memungkinkan perusahaan untuk dapat
membayar semua kewajibannya tepat waktu
3. Menjamin perusahaan untuk memiliki credits
standing yang semakin besar sehingga
perusahaan selalu siap dalam menghadapi
bahaya – bahaya yang mungkin terjadi
4. Memungkinkan perusahaan untuk memiliki
credits standing yang semakin besar sehingga
perusahaan selalu siap dalam menghadapi
bahaya – bahaya yang mungkin terjadi
5. Memungkinkan
perusahaan
memiliki
persediaan dalam jumlah yang cukup untuk
melayani konsumen
6. Memungkinkan perusahaan untuk memberikan
syarat kredit yang lebih menguntungkan
kepada para pelanggan
7. Memungkinkan perusahaan untuk dapat
beroperasi dengan lebih efisien karena tidak
ada kesulitan dalam memperoleh barang atau
jasa yang dibutuhkan
Menurut Sugiono (2009:13-14), modal kerja
dapat dibiayai / didanai dari pinjaman yang berasal
dari luar, pada umumnya dengan meningkatnya
penjualan perusahaan kebutuhan akan modal kerja
semakin meningkat. Berikut ini adalah pola – pola /
sifat – sifat pembelanjaan :
1.
2.
3.
Pembelanjaan
moderat
adalah
suatu
pembelanjaan yang menyelaraskan waktu dan
lamanya aset yang ada dalam perusahaan
dengan dana yang digunakan untuk
membelanjai aset tersebut. Jadi, peningkatan
dalam modal kerja permanen akan dibelanjai
juga oleh modal yang permanen baik dalam
bentuk modal sendiri, pinjaman jangka
panjang maupun sumber – sumber dana lain
yang bersifat permanen.
Pembelanjaan agresif adalah bahwa aset
permanen (aktiva tetap) perusahaan didanai
oleh modal permanen. Sedangkan sebagian
dari modal kerja permanen dibelanjai dengan
menggunakan pinjaman jangka pendek. Jenis
pembelanjaan ini adalah pembelanjaan yang
berisiko tinggi karena cenderung untuk “gali
lubang tutup lubang”.
Pembelanjaan
konservatif
adalah
pembelanjaan yang memperlihatkan pola
modal kerja permanen yang membelanjai
sebagian dari kebutuhan modal kerja variabel.
Sifat pembelanjaan ini bertolak belakang
dengan pembelanjaan agresif dan cenderung
memiliki sifat berhati – hati.
Menurut Sugiono (2009:19), untuk membiayai
aktiva lancar dapat digunakan sumber pendanaan
dari pihak luar dengan memperhatikan pilihan
sumber pendanaan jangka pendek yaitu :
1. Dana tersedia pada saat dibutuhkan
2. Pemakaian biaya dengan efektif
Sumber pendanaan jangka pendek dapat
dikelompokkan dalam pinjaman dengan jaminan
(aguanan) dan pinjaman tanpa jaminan (tanpa
agunan). Pinjaman tanpa agunan merupakan
pinjaman yang didasarkan pada kepercayaan
kreditor dalam mengeluarkan pinjamannya serta
kepercayaannya mengenai kemampuannya untuk
mengembalikan pinjaman. Umumnya pinjaman
tanpa agunan memiliki biaya bunga yang lebih
tinggi. Yang termasuk dalam kategori ini adalah
utang dagang, commercial paper dan kredit bank
tanpa jaminan. Sedangkan pinjaman dengan
agunan merupakan sumber pendanaan yang
dijamin dengan kebendaan atau tagihan untuk
menutup kerugian apabila peminjam tidak dapat
melunasi utangnya, antara lain kredit bank, anjak
piutang (factory funding) dan jaminan piutang
(pledge receivable).
Menurut Sugiono (2009:20), terdapat beberapa
contoh bentuk pembiayaan / pendanaan jangka
pendek, yaitu :
1. Pinjaman Bank Jangka pendek
Seperti telah dijelaskan diatas bahwa pinjaman
bank jangka pendek ada yang dengan jaminan
dan tanpa jaminan. Selain itu ada istilah
pinjaman overdraft yaitu suatu kredit yang
diberikan dengan cara menetapkan suatu
2.
3.
plafon kredit dalam rekening koran nasabah.
Dengan demikian pemasok dapat menarik
uangnya di bank nasabah meskipun dananya
tidak mencukupi. Jika hal ini terjadi rekening
koran nasabah akan bersaldo negatif , kondisi
ini berbeda dengan cek kosong.
Utang Dagang (Trade Credits)
Utang dagang adalah bentuk yang lazim
dimiliki hampir semua perusahaan. Utang
dagang timbul sebagai akibat dari suatu
transaksi pembelian suatu barang secara kredit
yang syarat pembayarannya dinyatakan dalam
suatu credit terms.
Surat Berharga (Commercial Paper)
Surat berharga yang dimaksud adalah surat
berharga pasar uang yang berjangka pendek
dan merupakan suatu janji dari perusahaan
yang menerbitkannya untuk membayar pada
tanggal jatuh tempo. Jenis seperti ini biasanya
dikeluarkan oleh perushaan besar yang
memililki reputasi yang baik didalam dunia
bisnis.
Tujuan dibentuknya manajemen modal kerja
adalah mencari tingkat dan susunan aktiva lancar
dan pasiva lancar yang optimal. Tingkat atau
besarnya investasi dalam aktiva lancar ditentukan
oleh trade off antara manfaat dan biayanya.
Semakin besar posisi aktiva lancar semakin besar
biaya pengadaannya dan oppurtunity cost dari
investasinya, sedangkan tambahan manfaat akan
semakin berkurang dengan bertambahnya jumlah
modal kerja.
Menurut Sugiono (2009:17), untuk dapat
memilih suatu modal kerja tertentu diperlukan
suatu kerangka konsepsi yang dapat digunakan
untuk menghubungkan kebijaksanaan modal kerja
dengan kekayaan pemegang saham. Suatu kerangka
konsepsi yang dapat digunakan adalah sebagai
berikut :
1. Mempergunakan kebijaksanaan modal kerja
dengan tingkat likuiditas rendah, yaitu suatu
kebijaksanaan yang menentukan tingkat aktiva
lancar relatif terhadap penjualan adalah rendah
dan posisi utang lancar relatif terhadap aktiva
lancar yang tinggi.
2. Mempergunakan kebijaksanaan modal kerja
dengan tingkat likuiditas tinggi, yaitu suatu
kebijaksanaan yang menentukan tingkat aktiva
lancar relatif terhadap penjualan adalah tinggi
dan posisi utang lancar relatif terhadap aktiva
lancar yang rendah.
Menurut Sugiono (2009:17), perubahan
kebijaksanaan tingkat likuiditas dalam konsep ini
akan mempunyai pengaruh terhadap :
1. Tingkat dari total aktiva atau disebut pengaruh
investasi
2. Risiko yang berubah dan pengaruhnya
terhadap
tingkat
pengembalian
yang
3.
diinginkan oleh pemegang saham atau disebut
pengaruh tingkat diskonto
Biaya operasional dan pendapatan atau disebut
pengaruh cashflow
2.2. Jenis – Jenis Rasio
A. Rasio Likuiditas (Liquidity Ratio)
Rasio ini bertujuan untuk mengukur
kemampuan
perusahaan
dalam
memenuhi
kewajiban jangka pendeknya. Rasio ini terdiri atas
beberapa rasio sebagai berikut :
1. Current Ratio (CR)
Ratio ini digunakan untuk mengetahui
seberapa jauh aktiva lancar perusahaan
digunakan untuk melunasi utang (kewajiban)
lancar yang akan jatuh tempo.
Curent Ratio biasa digunakan untuk mengukur
solvensi jangka pendek.
Adapun rumus dari Current Ratio adalah
sebagai berikut :
Total Aktiva Lancar
CR = ----------------------------Total Kewajiban Lancar
2.
Quick Ratio (Acid Test Ratio)
Ratio ini merupakan ukuran kemampuan
perusahaan untuk memenuhi kewajiban –
kewajibannya
tanpa
memperhitungkan
persediaan. Hal ini disebabkan karena
persediaan memelukan waktu yang relatif lama
untuk ditunaikan menjadi uang cash.
Adapun rumus dari Quick Ratio adalah
sebagai berikut :
Total AL – Persediaan
QR = -----------------------------Total Kewajiban Lancar
3.
Cash Ratio
Ratio ini merupakan perbandingan antara kas
yang ada di perusahaan cash on hand dan di
bank (termasuk surat berharga seperi deposito)
dan total utang lancar. Ratio ini menunjukkan
kemampuan kas perusahaan untuk melunasi
utang lancarnya tanpa harus mengubah aktiva
lancar bukan kas (piutang dagang dan
persediaan) menjadi kas.
Adapun rumus dari Cash Ratio adalah sebagai
berikut
Kas
Cash Ratio = ----------------------------Total Kewajiban Lancar
B. Rasio Leverage
Rasio ini bertujuan untuk menganalisis
pembelanjaan yang dilakukan berupa komposisi
utang dan modal serta kemampuan perusahaan
untuk membayar bunga dan beban tetap lainnya.
Rasio ini terdiri atas beberapa rasio sebagai
berikut :
1. Debt Ratio (DR)
Ratio ini dikenal juga dengan sebutan Debt to
Asset yang membandingkan total utang dengan
total aktiva. Para kreditur mengharapkan nilai
debt ratio rendah karena semakin tinggi rasio
ini semakin tinggi tingkat resiko bagi para
kreditur.
Adapun rumus dari Debt Ratio adalah sebagai
berikut :
Total Kewajiban
DR = -------------------------Total Aktiva
2.
Financial Leverage (FL)
Ratio ini dikenal dengan sebutan DER (debt
equity ratio). Ratio ini menunjukkan
perbandingan utang dan modal. Rasio ini
merupakan salah satu rasio yang penting
karena berkaitan dengan masalah trading on
equity yang dapat memberikan pengaruh
positif dan negatif terhadap rentabilitas modal
sendiri dari perusahaan tersebut.
Adapun rumus dari Financial Leverage adalah
sebagai berikut :
Total kewajiban
FL = ---------------------Total Modal
C. Rasio Aktivitas atau Ratio Kegiatan
Rasio
ini
menggambarkan
tingkat
pendayagunaan harta atau sarana modal yang
dimiliki perusahaan, atau dengan kata lain rasio ini
bertujuan untuk mengukur efektivitas perusahaan
dalam mengoperasikan dana.
Rasio ini terdiri atas beberapa rasio sebagai
berikut :
1. Inventory Turn Over (ITO)
Ratio ini menunjukkan berapa kali persediaan
dapat berputar dalam setahun. Semakin tinggi
tingkat perputaran persediaan, semakin cepat
dana yang tertanam dalam persediaan berputar
kembali menjadi uang kas.
Adapun rumus dari Inventory Turn Over
adalah sebagai berikut :
Harga Pokok Penjualan
ITO = ---------------------------Persediaan
2.
Account Receivable Turn Over (ARTO)
Ratio ini menunjukkan berapa kali piutang
usaha dapat berputar dalam setahun. Rasio ini
seharusnya membandingkan penjualan kredit
(tidak termasuk penjualan tunai) dengan
piutang usaha. Namun dalam kondisi yang ada
kita sering sulit mendapatkan informasi hanya
mengenai penjualan kredit, sehingga yang
digunakan dalam penghitungan ratio adalah
total penjualan.
Adapun rumus dari Account Receivable Turn
Over adalah sebagai berikut :
Penjualan Bersih
ARTO = --------------------Piutang Usaha
3.
Working Capital Turn Over (WCTO)
Rasio ini menunjukkan kemampuan modal
kerja yang berputar dalam suatu siklus kas
(cash cycle) dari perusahaan.
Adapun rumus dari Working Capital Turn
Over adalah sebagai berikut :
Penjualan Bersih
WCTO = ------------------------------------Aktiva Lancar – Hutang Lancar
2.3. Perusahaan Dagang
Perusahaan dagang adalah perusahaan yang
kegiatan usahanya membeli barang dagangan dari
pihak luar dan selanjutnya menjual kembali kepada
pelanggan untuk mendapatkan keuntungan.
Perbedaannya dengan perusahaan jasa adalah
kegiatan yang dilakukan dalam perusahaan jasa
adalah menjual jasa kepada pemakai jasa, bukan
menjual barang seperti pada perusahaan dagang.
Rekening – rekening yang ada dalam perusahaan
dagang antara lain :
1. Retur dan Potongan Penjualan
2. Potongan Tunai Penjualan
3. Persediaan Barang Dagangan
4. Pembelian
5. Retur dan Potongan Pembelian
6. Potongan Tunai Pembelian
7. Potongan Rabat
8. Biaya Angkut
9. Biaya Angkut bagi Pembeli
10. Biaya Angkut bagi Penjual
11. Persediaan Akhir
12. Laba Kotor
13. Biaya Operasional
14. Laba Operasional
III. METODE PENELITIAN
Dalam penelitian ini penulis menggunakan
data sekunder dan variabel yang digunakan adalah
variabel independen berupa ratio likuiditas,
leverage dan aktivitas.
IV. HASIL PEMBAHASAN
Kondisi keuangan suatu perusahaan dapat
diketahui dari laporan keuangan yang terdiri atas
Neraca, Laporan Perhitungan Laba Rugi, serta
laporan – laporan lainnya. Analisis terhadap pos –
pos dalam neraca akan memberikan gambaran
mengenai posisi keuangan sedangkan analisis
terhadap laporan laba rugi akan memberikan
informasi mengenai hasil atau perkembangan usaha
dari perusahaan.
Secara umum dibutuhkan modal kerja yang
teratur dan permanen untuk menjalankan
perusahaan. Oleh sebab itu seorang pimpinan harus
dapat menyediakan modal kerja yang cukup ketika
aktivitas perusahaan meningkat dan sekaligus dapat
mengatasi agar tidak terjadi kelebihan modal kerja
dalam bentuk cash pada saat aktivitas perusahaan
sedang menurun.
Berikut ini adalah contoh dari laporan
keuangan yaitu neraca dan laba rugi PT XYZ tahun
20XX :
Tabel 1
Neraca PT XYZ
Per 31 Desember 20XX
Aktiva
Aktiva Lancar
Kas
11.600
Surat berharga
16.000
Piutang
104.000
Persediaan
112.000 +
Total Aktiva Lancar
243.600
Aktiva Tetap
Total Aktiva Tetap
193.400 +
Total Aktiva
437.200
Pasiva
Utang Lancar
Utang dagang
80.400
Utang Pajak
29.200 +
Total Utang Lancar
109.600
Utang Tetap
Utang bank
64.400
Utang Jangka Panjang
88.720 +
Total Utang Tetap
153.120
Total Utang
262.720
Modal Sendiri
174.480 +
Total Pasiva
437.200
Tabel 2
Laporan Laba Rugi
Tahun 20XX
Penjualan
1.306.400
Harga Pokok Penjualan
1.044.880
Laba Kotor
261.120
Biaya Operasional
Biaya Penjualan
(67.600)
Biaya Administrasi
(139.600)
Total Biaya Operasional
(207.200)
Laba Bersih
53.920
Biaya Di Luar Operasi
Biaya bunga
(12.342)
Laba Bersih Sebelum
Pajak
41.578
Pajak (40%)
(16.631)
Laba Bersih Sesudah
Pajak
24.947
Adapun Ratio yang dibuat berdasarkan laporan
keuangan diatas adalah sebagai berikut :
1. Rasio Likuiditas
a. Current Rasio
Total Aktiva Lancar
CR = ----------------------------Total Kewajiban Lancar
244.800
= ---------------- = 1,4
174.000
Artinya setiap Rp 1 kewajiban lancar
perusahaan dijamin pembayarannya oleh
Rp 1,4 aktiva lancar
b.
244.400 – 112.400
= ------------------------ = 0,76
174.000
Artinya setiap Rp 1 utang lancar
perusahaan dijamin pembayarannya oleh
Rp. 0,76 kas dan piutang yang ada tanpa
harus
menunggu
hasil
penjualan
persediaan yang dimiliki perusahaan.
c.
+
+
+
+
Cash Ratio
Kas
CR = ---------------------------Total Kewajiban Lancar
11.600
= ------------- = 0,07
174.000
Artinya perusahaan hanya mempunyai kas
sebesar Rp. 0,07 untuk melunasi setiap
utang lancar sebesar Rp 1
2.
_
Quick Ratio (Acid Test Ratio)
Total Aktiva Lancar – Persediaan
QR = --------------------------------------Total Kewajiban Lancar
Rasio Leverage
a. Debt Ratio
Total Kewajiban
DR = -------------------------Total Aktiva
262.720
= --------------- = 0,6
437.200
Artinya setiap Rp1 aktiva dibiayai oleh
utang sebesar Rp. 0,6
Semakin besar rasio ini berarti semakin
besar pula pembelian asset yang
menggunakan utang yang menunjukkan
semakin tinggi risiko kreditur (orang /
perusahaan yang memberikan pinjaman)
b.
1.306.000
= ---------------104.400
Financial Leverage
Total kewajiban
FL = --------------------Total Modal
= 12,51 dibulatkan 13
Artinya 13 kali dana yang ditanamkan
dalam piutang berputar dalam 1 periode.
Semakin tinggi rasio mengakibatkan
modal kerja yang ditanamkan dalam
piutang semakin rendah yang berdampak
baik bagi perusahaan. Sebaliknya jika
rasio ini rendah maka perputaran piutang
memberikan pemahaman tentang kualitas
piutang dan kesuksesan penagihan
piutang. Tinggi rendahnya rasio dapat
dibandingkan dengan tahun sebelumnya
atau dengan tahun sesudahnya.
Sedangkan untuk mengetahui rata – rata
penagihan piutang adalah 365 / 13 = 28
hari dengan asumsi syarat penjualan kredit
yang dilakukan 5/10, n/30. Artinya
perusahaan berhasil melakukan penagihan
piutang sebelum batas jatuh tempo.
Asumsi 1 tahun = 365 hari
262.720
= ------------- = 1,5
174.480
Artinya para kreditur menempatkan dana
sebesar Rp. 1,5 setiap Rp 1 modal sendiri.
3.
Rasio Aktivitas
a. Inventory
Turn
Over
(perputaran
persediaan)
Harga Pokok Penjualan
ITO = ---------------------------Persediaan
1.044.880
= ---------------- = 9,3
112.400
Rasio ini menunjukkan 9 kali persediaan
barang dagangan diganti dalam 1 tahun.
Semakin besar nilai inventory turn over
maka perusahaan semakin efisien dan
likuid persediaan semakin baik, sedangkan
jika nilai rasio semakin turun maka
perusahaan tidak efisien atau tidak
produktif dan banyak persediaan yang
menumpuk yang mengakibatkan investasi
dalam tingkat pengembalian yang rendah.
Sedangkan untuk mengetahui lamanya
umur persediaan terlebih dahulu harus
menghitung
rata
–
rata
umur
persediaannya.
“Asumsi dalam 1 tahun = 365 hari”
Rata – rata umur persediaan = 365 / 9 =
40,5 (dibulatkan 41 hari), yang artinya
persediaan akan berputar setiap 41 hari
sekali dalam setahun. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa managemen cukup
efektif dalam mengelola persediaan
perusahaan
b.
Account
Receivable
Turn
Over
(perputaran piutang)
Adalah berapa lama penagihan piutang
dalam 1 periode atau berapa kali dana
yang ditanam dalam piutang ini berputar
dalam 1 periode.
Penjualan Bersih
ARTO = -----------------------Piutang Usaha
c.
Working Capital Turn Over (perputaran
modal kerja)
Working Capital Turn Over merupakan
salah satu rasio yang mengukur atau
menilai
keefektifan
modal
kerja
perusahaan selama periode tertentu,
artinya berapa banyak modal kerja
berputar selama satu periode.
Perputaran modal kerja yang semakin
rendah menunjukkan perusahaan sedang
kelebihan
modal
kerja
yang
mengakibatkan rendahnya perputaran
persediaan atau meningkatnya saldo
piutang dan saldo kas sebaliknya jika
perputaran modal kerja semakin tinggi
mengakibatkan perputaran saldo piutang
dan saldo kas yang terlalu kecil.
Penjualan Bersih
WCTO = ------------------------------------Aktiva Lancar – Hutang Lancar
1.306.000
= ----------------------244.800 – 174.000
= 18,5 dibulatkan 19
Artinya setiap Rp 1 modal kerja akan
menghasilkan Rp 19 penjualan
V. KESIMPULAN
Analisis rasio terhadap modal kerja perusahaan
sangat perlu dilakukan untuk mengetahui dan
menginterpretasikan posisi keuangan jangka
pendek perusahaan serta meneliti efisiensi dan
penggunaan modal kerja dalam perusahaan.
Ratio yang digunakan adalah rasio likuiditas,
leverage dan aktifitas yang memiliki fungsi dan
peran yang berbeda – beda dalam menentukan
modal kerja yang baik bagi perusahaan.
Sumber modal kerja memilliki dua bagian
pokok yang penting, yaitu bagian yang tetap atau
permanen yang menunjukka jumlah minimum yang
harus tersedia agar perusahaan dapat berjalan
dengan lancar tanpa menemui kesulitan finansial
dan modal kerja variabel yang jumlahnya
bergantung pada aktivitas musiman dan kebutuhan
– kebutuhan di luar aktivitas normal.
Kebutuhan modal kerja permanen sebaiknya
ditanggung oleh pemilik perusahaan atau para
pemegang saham. Semakin besar jumlah modal
kerja yang dibiayai atau berasal dari investasi
pemilik perusahaan maka credit rating akan
semakin baik dan jaminan bagi kreditor jangka
pendek semakin besar.
DAFTAR PUSTAKA
Manullang, M. 2005. Pengantar Manajemen
Keuangan. Andi Offset. Yogyakarta.
Muslich, Mohamad. 2007. Manajemen Keuangan
Modern
“Analisis,
Perencanaan
dan
Kebijaksanaan”. Bumi Aksara. Jakarta.
Raharjaputra, S. Hendra. 2009. Buku Panduan
Praktis Manajemen Keuangan dan Akuntansi
untuk Eksekutif Perusahaan. Salemba Empat.
Jakarta.
Sugiono, Arief. 2009. Manajemen Keuangan untuk
Praktisi Keuangan. PT. Gramedia Widiasarana
Indonesia. Jakarta.
Sutojo, Siswanto. 2008. Manajemen Keuangan
Modern. PT Damar Mulia Pustaka. Jakarta.
Download