POLA KOMUNIKASI ORGANISASI FORUM KOMUNIKASI PEMUDA INDONESIA Skripsi DiajukanUntukMemenuhiPersyaratanMemperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I) Oleh: Abdillah Kamal NIM: 107051003562 JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1435 H/2014 M POLA KOMUNIKASI ORGANISASI FORUM KOMUNIKASI PEMUDA INDONESIA SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Dakwah dan Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I) Oleh : Abdillah Kamal NIM : 107051003562 Dibawah Bimbingan Ade Rina Farida, M.Si NIP. 19770513 200701 2 018 JURUSAN KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1435 H/2014 M LEMBAR PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan: 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoloeh gelar strata 1 (S1) di Uiniversitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan skripsi ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan jiplakan dari hasil karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Jakarta, 26 Agustus 2014 Abdillah Kamal ABSTRAK ABDILLAH KAMAL (107051003562) POLA KOMUNIKASI FORUM KOMUNIKASI PEMUDA INDONESIA Pentingnya komunikasi tidak terbatas pada komunikasi personal tetapi juga dalam tataran komunikasi organisasi. Dimana dalam komunikasi organisasi itu terdapat komunikasi vertikal, horisontal serta komunikasi lintas saluran. Dengan Forum Komunikasi Pemuda Indonesia adalah Organisasi Kepemudaan yang bergerak di bidang sosial kemasyarakatan dan telah berdiri sejak 28 Oktober 2010 di Jakarta. Sebagai organisasi kepemudaan, Forum Komunikasi Pemuda Indonesia merangkul para pemuda Indonesia dengan berbagai latar belakang mulai dari suku, tingkat pendidikan sampai kepada agama demi mencapai tujuan organisasi yaitu turut serta mencerdaskan kehidupan bangsa dan membangun sumberdaya kepemudaan Indonesia. Berdasarkan pemaparan, maka penelitian ini merumuskan pertanyaan bagaimana peran dan pola komuniskasi organisasi serta hambatannya? Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui peran komunikasi organisasi dalam membentuk semangat kerja di Forum Komunikasi Pemuda Indonesia. Metodologi penelitian yang digunakan adalah explanasi kualitatif yang bertujuan untuk menjelaskan kedudukan variable-variabel yang diteliti serta hubungan antar satu variable dengan variable yang lain. Sedangkan teknik pengumpulan data yang digunakan adalah dengan wawancara, studi dokumen, observasi dan studi pustaka. Teori yang digunakan adalah teori komunikasi organisasi Horrison dan Doerfel “Komunikasi adalah variable kunci yang memungkinkan untuk membangun hubungan dalam satu organisasi serta berinteraksi dan berbagi informasi”, dan hambatan komunikasi organisasi yang dirumuskan oleh Gibson Ivansevich, Donnelly. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa komunikasi organisasi mempunyai peranan penting dalam meningkatkan semangat kerja Forum Komunikasi Pemuda Indonesia. Adapun peran komunikasi organisasi terhadap semangat kerja Forum Komunikasi Pemuda Indonesia adalah adanya rasa solidaritas dan kekeluargaan sehingga menghasilkan kenyamanan dalam bekerja. Timbulnya antusiasme dalam berorganisasi sehinga meningkatkan kinerja organisasi, adanya sikap disiplin yang sangat berpengaruh terhadap prestasi organisasi serta timbulnya sikap loyal sehingga antara organisasi dan anggotanya timbul rasa saling memiliki. i KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahim… Alhamdulillahirabbil’alamin, Tidak ada kata selain puji serta syukur penulis kepada Allah SWT yang telah memberikan petunjuk dan kekuatan sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini. Meskipun banyak kendala-kendala di tengah perjalanan yang terkadang menjadi beban penulis dan penghambat proses, tapi semua ini penulis jadikan pembelajaran dan pengalaman yang sangat berharga. Dengan usaha dan kerja keras, akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Pola Komunikasi Organisasi Forum Komunikasi Pemuda Indonesia.” Penulis menyadari sepenuhnya bahwa terwujudnya skripsi ini tidak lepas dari bantuan dan dukungan berbagai pihak, oleh karena itu penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada: 1. Dr. H. Arief Subhan, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi. 2. Dr. Suparto M.Ed, Ph.D selaku Pembantu Dekan I, Drs. Jumroni, M.Si selaku Pembantu Dekan II, Dr. H. Sunandar selaku Pembantu Dekan III, Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Rahmat Baihaky, MA Ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam, Fita Fathurokhmah, M.Si selaku Sekretaris Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi. 4. Ade Rina Farida, M.Si selaku Pembimbing Skripsi ini, yang telah sangat bijaksana, serta memberikan semangat dan masukan-masukan di tengahii tengah kesibukan beliau bersedia membimbing penulis dengan penuh kesabaran. 5. Segenap Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah memberikan ilmunya yang tidak akan habis dimakan waktu. Jasa mereka tak terbayarkan. 6. Seluruh pengelola dan karyawan Perpustakaan Utama,Perpustakaan Dakwah dan karyawan fakultas dakwah dan komunikasi yang telah melayani dan meyiapkan fasilitas literatur, selama penulis belajar sampai bisa menyelesaikan studi di UIN Jakarta. 7. Kedua Orang Tua Saya tercinta, Drs. H. Nurcholis M.pd dan Almarhumah Dra. Hj. Asriati M.Hum, yang dengan penuh rasa cinta dan kasih sayang yang tulus dan ikhlas mengasuh mendidik serta senantiasa mendo’akan penulis, sehingga penulis bisa mengenyam pendidikan formal tingkat perguruan tinggi, hingga selesai. Semoga selalu sehat dan tidak lelah menasihati serta mendo’akan anak-anaknya. Terkhusus kepada Almarhumah Mama tercinta, semoga kasih sayangmu yang luar biasa Allah tempatkan di tempat TerbaikNya. 8. Untuk kakak perempuan tersayang Nurul Kamilia yang telah mengisi hari-hari penulis. 9. Teman-teman terdekat yang selalu mendukung saya dalam keadaan apapun. 10. Kawan-kawan KPI A seperjuangan angkatan 2007 yang selalu memberi motivasi dan semangat yang kuat kepada penulis, serta kawan-kawan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi angkatan 2007 yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. iii 11. Teman-teman Alumni MAN 4 Jakarta yang juga mendukung serta mendoakan atas pembikinan skripsi ini yang saya tidak bisa sebutkan satu persatu. Pada kesempatan ini, Penulis mendo’akan semoga bantuan, dukungan, bimbingan, dan perhatian yang telah diberikan oleh semua pihak akan mendapatkan pahala yang berlipat ganda dari Allah SWT. Amin Ya Robbal ‘Alamin. Akhirnya besar harapan penulis bahwa apa yang terdapat dalam penyusunan skripsi ini bermanfaat bagi banyak pihak. Jakarta, 26 Agustus 2014 Abdillah Kamal iv DAFTAR ISI ABSTRAK ........................................................................................................... i KATA PENGANTAR .......................................................................................... ii DAFTAR ISI ........................................................................................................ v DAFTAR BAGAN ............................................................................................... vii BAB IPENDAHULUAN A. LatarBelakangMasalah .................................................................... 1 B. PerumusanMasalah ......................................................................... 3 C. TujuanPenelitian ............................................................................. 3 D. MetodologiPenelitian ...................................................................... 4 E. InstrumenPenelitian ........................................................................ 9 F. Analisis Data................................................................................... 10 G. AlurBerfikirAnalisisPenelitianKualitatif ......................................... 10 H. SistematikaPenelitian ...................................................................... 13 BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Komunikasi..................................................................................... 15 B. Proses Komunikasi.......................................................................... 17 C. HierarkiKomunikasi ........................................................................ 18 D. Jenis-jenisKomunikasi .................................................................... 19 E. PengertianOrganisasi ...................................................................... 24 F. PengertianKomunikasiOrganisasi .................................................... 25 G. Hambatan-hambatanKomunikasiDalamOrganisasi .......................... 26 H. IndikatorKomunikasiOrganisasi ...................................................... 28 I. Media KomunikasiOrganisasi ......................................................... 29 J. PerananKomunikasiOrganisasi ........................................................ 29 v BAB III GAMBARAN UMUM FORUM KOMUNIKASI PEMUDA INDONESIA A. Latarbelakangdansejarahsingkatberdirinya Forum KomunikasiPemuda Indonesia ........................................................ 34 B. Kepengurusan Forum Komunikasi Pemuda Indonesia ..................... 39 BAB IVPOLA KOMUNIKASI ORGANISASI FORUM KOMUNIKASI PEMUDA INDONESIA A. Pelaksanaankomunikasiorganisasidanperankomunikasiorganisasipe ngurus Forum KomunikasiPemuda Indonesia ................................... 44 B. Faktorpendukungterjadinyakomunikasiorganisasi di Forum KomunikasiPemuda Indonesia ......................................................... 55 C. Faktor Yang MenghambatTerjadinyaKomunikasiOrganisasi Di Organisasi Forum KomunikasiPemuda Indonesia ............................. 59 D. Usaha-Usaha DalamMengatasiHambatanDalamBerkomunikasi Di Organisasi Forum KomunikasiPemuda Indonesia ............................. 63 BAB VPENUTUP A. Kesimpulan ..................................................................................... 70 B. Saran-saran ..................................................................................... 73 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 74 LAMPIRAN vi DAFTAR BAGAN 1. Bagan 1.1. (Daftar Nama Informan) ................................................................ 6 2. Bagan 1.2. (Model Analisa Interaktif) ............................................................. 8 3. Bagan 2.1 (Proses Komunikasi) ...................................................................... 17 4. Bagan 3.1 (Stuktur DPP Forum Komunikasi Pemuda Indonesia ..................... 40 5. Bagan 3.2 (Stuktur DPD Forum Komunikasi Pemuda Indonesia .................... 43 vii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Komunikasi merupakan aktivitas dasar manusia. Dengan berkomunikasi, manusia dapat saling berhubungan satu sama lain baik dalam kehidupan seharihari di rumah tangga, di tempat pekerjaan, dipasar, dalam masyarakat atau dimana saja manusia berada. Tidak ada manusia yang tidak akan terlibat dalam komunikasi. Pentingnya komunikasi tidak terbatas pada komunikasi personal tetapi juga dalam tataran komunikasi organisasi. Dengan adanya komunikasi yang baik, suatu organisasi dapat berjalan dengan lancar dan berhasil begitu pula sebaliknya, kurangnya atau tidak adanya komunikasi, organisasi dapat macet dan berantakan. Dengan demikian komunikasi dalam setiap organisasi mempunyai peranan sentral. Forum Komunikasi Pemuda Indonesia sebagai Organisasi Kepemudaan (OKP) yang terdaftar di Dirjend Kesatuan Bangsa dan Politik yang sudah berdiri sejak 28 Oktober 2010, mencoba menerapkan visi dan misinya bahwa membangun bangsa serta mngembangkan sumberdaya kepemudaan adalah segalanya1. Sehingga Forum Komunikasi Pemuda Indonesia sebagai organisasi yang bekerja secara baik, bersikap berjiwa nasionalisme dan yang mampu bekerja dengan benar dalam sebuah kerja tim. Karena itulah, sebagai organisasi Forum 1 Anggaran dasar dan anggaran rumah tangga Forum Komunikasi Pemuda Indonesia tahun 2010 1 2 Komunikasi Pemuda Indonesia memandang komunikasi organisasi memegang peranan yang cukup penting dalam mencapai tujuan bersama. Permasalahan-permasalahan yang lazim dihadapi organisasi pada umumnya adalah ketidakharmonisan hubungan antara atasan dan pengurus disebabkan antara lain karena kurangnya kepercayaan atasan terhadap pengurus atau sebaliknya, tidak adanya transparansi dalam pengambilan kebijakan, kurangnya ruang komunikasi yang tersedia dan lain sebagainya. Forum Komunikasi Pemuda Indonesia menyadari arti pentingnya keberadaan komunikasi organisasi, karena komunikasi organisasi berperan dalam meningkatkan semangat kerja pengurus. Oleh karena itu, Forum Komunikasi Pemuda Indonesia selalu berupaya agar komunikasi organisasi di organisasi ini selalu terjalin dengan baik. Karena pembentukan komunikasi organisasi yang baik dipandang oleh Forum Komunikasi Pemuda Indonesia sebagai upaya untuk memberikan kepuasan kerja pengurusnya yang pada gilirannya dapat meningkatkan semangat kerja anggota organisasi. Terutama dalam melaksanakan tugas pokok yaitu memberikan yang terbaik untuk pemuda Indonesia di Forum Komunikasi Pemuda Indonesia. Menurut pengamatan penulis, Forum Komunikasi Pemuda Indonesia memiliki komunikasi organisasi yang cukup kondusif bagi kehidupan organisasi yang sehat. Hal ini dapat dilihat dari hubungan komunikasi yang harmonis antara pimpinan dan pengurus begitu juga sebaliknya, dan komunikasi dengan sesama pengurus serta tersediannya forum komunikasi informasi bagi setiap anggota organisasi. Suasana kerja yang mementingkan komunikasi terbuka, penuh 3 kepercayaan dan tanggung jawab desentralisasi pengambilan keputusan antara pimpinan dan pengurus dan anggota, memperlancar arus komunikasi terutama berkenaan dengan tugas-tugas organisasi. Berdasar dari pengamatan keadaan lingkungan di Forum Komunikasi Pemuda Indonesia di atas, maka penulis tertarik untuk meneliti apakah komunikasi organisasi yang ada di Forum Komunikasi Pemuda Indonesia memberikan peranan yang penting bagi pengurus sehingga semangat kinerja yang timbul pada organisasi tersebut dapat terus meningkat, serta sejauh mana peranan komunikasi organisasi dalam meningkatkan semangat kinerja pengurus. B. Perumusan Masalah Berdasarkan paparan di atas peneliti merumuskan permasalahan yang dikaji yaitu : 1. “Bagaimana pola komunikasi organisasi di Forum Komunikasi Pemuda Indonesia berperan penting bagi para pengurus sehingga meningkatkan semangat kerja pengurusnya”? 2. “Apa Faktor yang menghambat komunikasi organisasi dalam Forum Komunikasi Pemuda Indonesia”? C. Tujuan Penelitian Dari uraian yang dipaparkan diatas yang menjadi tujuan dari penelitian adalah: “ Untuk mengetahui peranan komunikasi organisasi terhadap semangat kerja pengurus di Forum Komunikasi Pemuda Indonesia”. 4 D. Metodologi Penelitian 1. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriftif sedangkan pendekatan yang dipakai dalam penelitian ini adalah kualitatif yaitu penelitian yang menghasilkan penemuan-penemuan yang tidak dapat dicapai dengan menggunakan prosedur statistik atau cara kuantifikasi lainnya. Penelitian kualitatif bertujuan untuk mendapatkan pemahaman yang sifatnya umum terhadap kenyataan sosial dari perspektif partisipan. Pemahaman tersebut tidak ditentukan terlebih dahulu, tetapi diperoleh setelah melakukan analisis terhadap kenyataan sosial yang menjadi fokus penelitian, Dan kemudian ditarik suatu kesimpulan berupa pemahaman umum tentang kenyataankenyataan tersebut.2 Penelitian dengan pendekatan kualitatif berusaha untuk mempelajari suatu masalah dengan kerangka berfikir induktif, yaitu berusaha mendapatkan kesimpulan tentang suatu masalah yang sedang dipelajari berdasarkan berbagai informasi yang berkaitan dengan masalah tersebut. Informasi yang dikumpulkan lebih banyak berkaitan dengan realitas internal yang terletak dalam diri manusia (pendapat, keyakinan, nilai) dan dirumuskan secara interpretatif subyektif. Fenomena yang timbul dalam kehidupan masyarakat yang relevan dengan masalah yang sedang diteliti merupakan data paling penting yang harus difahami dalam konteks interaksi antar manusia yang telah 2 Rosady Ruslan, Metode Penelitian Public Relations dan Komunikasi(Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2006), hal. 213. Page 2 5 menimbulkan fenomena tersebut. Untuk memahami fenomena secara utuh dalam kaitan dengan konteksnya (holistic), maka peneliti kualitatif harus terjun sendiri sebagai instrumen dan sekaligus pengumpul data. Sedangkan pendekatan yang digunakan adalah pendekatan hubungan antara dua variabel. Yaitu sejauh mana variable satu mempengaruhi atau berpengaruh terhadap variabel lainnya. 2. Lokasi penelitian Penelitian ini dilakukan di Forum Komunikasi Pemuda Indonesia dengan pertimbangan alasan ekonomis dan fisik dimana lokasi tersebut mudah dijangkau, dan peneliti sudah mengetahui seluk beluk Forum Komunikasi Pemuda Indonesia. 3. Subjek dan objek penelitian Adapun yang menjadi subjek penelitian ini adalah peneliti sendiri yang akan melakukan observasi lapangan serta wawancara informan. Seangkan yang menjadi objek dari penelitian ini adalah Forum Komunikasi Pemuda Indonesia. 4. Populasi dan sampel Populasi adalah jumlah keseluruhan unit analisa penelitian yang ciricirinya dapat diduga, dalam penelitian ini populasi yang dimaksud adalah Pengurusat Forum Komunikasi Pemuda Indonesia. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Purposive Sampling. Dimana dalam hal ini peneliti akan memilih informan di dalam populasi yang dianggap tahu dan dapat dipercaya untuk menjadi sumber data yang memiliki 6 kebenaran dan pengetahuan. Namun demikian informan yang dipilih dapat menunjukan informasi lain yang dipandang lebih tahu, maka pilihan akan informan dapat berkembang sesuai dengan kebutuhan dan kemantapan peneliti dalam memperoleh data. Berikut adalah daftar informan yang dimaksud : No Nama 1 Ahmad Hafis, MM Ketua Umum 2 Danny Mamelas Sekertaris Jendral 3 Ismawati Anggota Bidang Pengabdian Masyarakat 4 Azhari Ketua Bidang Ekonomi dan Wirausaha Jabatan/Posisi Bagan 1.1 Daftar nama informan 5. Sumber Data Data yang diperoleh adalah dari studi kepustakaan dan wawancara pada pihak-pihak yang terkait. Studi kepustakaan meliputi artikel, makalah dan dokumen-dokumen lainnya yang relevan dan memberi masukan data. 6. Metode Pengumpulan Data Penelitian ini menggunakan metode pengumpulan data sebagai berikut: a. Wawancara Jenis wawancara dalam penelitian ini adalah in-depth interview, dimana wawancara dilakukan dengan mengadakan pertemuan dan 7 perbincangan secara mendalam dengan informan dalam hal ini pengurus Forum Komunikasi Pemuda Indonesia sesuai dengan kebutuhan peneliti tentang akan berkembang dari konsep semula. kejelasan yang diteliti. Wawancara dilakukan secara formal dan informal, dalam wawancara formal peneliti menggadakan interview guide yaitu teknik penggumpulan data dengan menyusun panduan wawancara yang disiapkan sebelumnya secara sistematis. Sedangkan wawancara informal sesuai dengan spontanitas pertanyaan yang mungkin perlu diajukan dalam suasana percakapan yang biasa dan wajar, baik melalui tatap muka langsung (face to face) ataupun dengan menggunakan pesawat telepon, sehingga dimungkinkan pertanyaan. b. Studi Pustaka Adalah data-data penunjang dan teori yang dapat diperoleh dari buku-buku, artikel, makalah yang berhubungan dengan masalah dalam penelitian ini. c. Observasi Penelitian dilakukan dengan pengamatan langsung dilapangan. Fungsi pengamatan dalam penelitian ini adalah menjelaskan serta merinci gejala yang terjadi. 7. Teknik Analisa Data Analisis data yang digunakan adalah teknik analisa data model interaktif, dengan teknik ini setelah data terkumpul akan dilakukan analisa melalui tiga komponen yaitu reduksi data, penyajian data dan penarikan 8 kesimpulan. Masing-masing komponen dapat melihat kembali komponen yang lain sehingga data yang terkumpul akan benar-benar mewakili sesuai dengan permasalahan yang diteliti. Menurut Miles dan Hubberman model analisis interaktif dapat digambarkan sebagai berikut: Pengumpulan data Reduksi data Penyajian data Penarikan kesimpulan Bagan 1.2 Model analisa interaktif3 Sumber: Miles&Hubberman, 1992:20 Ketiga komponen tesebut diatas, yaitu reduksi data ; penyajian data dan penarikan kesimpulan / verifikai sebagai sesuatu yang jalin menjalin pada saat sebelum, selama, dan sesudah data dalam bentuk yang sejajar, untuk membangun wawasan umum yang disebut “analisis”. Untuk lebih jelas, masing-masing tahap dapat dijabarkan secara singkat sebagai berikut : Reduksi data, diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data yang kasar yang muncul dari catatan tertulis dilapangan. Reduksi data sudah dimulai sejak peneliti mengambil keputusan tentang kerangka kerja konseptual, tentang pemilihan kasus, pertanyaan yang diajukan dan tentang cara 3 Hamid Patilima,Metode Penelitian Kualitatif,Alfabeta, Bandung, 2005; hal 100 9 pengumpulan data yang dipakai. Reduksi data berlangsung terus-menerus selama penelitian berlangsung dan merupakan bagian dari analisis. Penyajian data, yaitu sekumpulan informasi tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Informasi disini termasuk didalamnya adalah matrik, skema, tabel dan jaringan kerja yang terkait dengan kegiatan penelitian. Dengan penyajian data peneliti akan mengerti apa yang terjadi dan dapat mengerjakan sesuatu pada analisis data ataupun langkah-langkah lain berdasarkan pengertian tersebut. Penarikan kesimpulan/verifikasi, yaitu mencari arti benda-benda, mencatat keteraturan, pola-pola, penjelasan, konfigurasi yang mungkin, alur sebabakibat dan proposisi. Singkatnya, makna-makna yang muncul dari data harus diuji kebenarannya, kekokohannya, dan kecocokannya yakni yang merupakan validitasnya. E. Instrumen Penelitian Dalam penelitian ini, peneliti memakai konsep human instrument (manusia sebagai intrumen). Konsep ini dipahami sebagai alat yang mengungkap fakta-fakta lapangan karena tidak ada alat yang paling elastis dan tepat untuk mengungkapkan data kualitatif kecuali peneliti sendiri. Locoln dan Guba menjelaskan bahwa manusia sebagai instrument pengumpul data memberikan 10 keuntungan, karena ia dapat bersikap fleksibel dan adatif, serta dapat menggunakan seluruh alat indera yang dimilikinya untuk memahami sesuatu.4 Oleh karena itu alat atau instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri. Peneliti berperan sebagai perencana, pelaksana pengumpul data, analisis, penafsir data, dan pelapor hasil penelitian. F. Analisis Data Karena penelitian ini adalah penelitian kualitatif maka analisis data dalam penelitian sudah dapat dilakukan semenjak data diperoleh dari lapangan. Agar data yang didapat tidak terkena bermacam-macam pengaruh, antara lain pikiran peneliti sehingga menjadi terpengaruh, karena apabila terlalu lama baru dianalisis dikhawatirkan data menjadi kadaluwarsa. Dari analisis data dapat diperoleh tema dan rumusan hipotesis. Dan untuk menuju pada tema dan mendapatkan rumusan hipotesis, tentu saja peneliti harus berpatokan pada tujuan penelitian dan rumusan masalahnya. G. Alur Berpikir Analisis Data Kualitatif Sesuai dengan alur berpikir dan pola konstruksi berpikir kualitatif di atas dapat dijelaskan proses penelitian analisis data kualitatif adalah sebagai berikut: a. Peneliti 4 Dikutip dari Djam’an Satori dan Aan Komariah, Metode Penelitian Kualitatif, hal. 62. 11 Penelitian analisis ini selalu dimulai dari peneliti, maksudnya sangat sarat dengan subjektivitas dan asumsi yang dibawa peneliti ke dalam penelitian.5 Semua berangkat dan bersumber dari peneliti. Berbeda dengan kuantitatif di mana semua penelitian sangat tergantung dari si obyek penelitian, biasanya diwakili dari responden dalam penelitian. b. Memahami Fenomena/Gejala Perlu diketahui analisis data kualitatif semua berangkat dari intepretasi dan tanggapan peneliti terhadap fenomena atau gejala alam yang ada. Di sinilah akar penyebab mengapa analisis data kualitatif disebut subjektif. Hal ini disebabkan analisis sangat tergantung pada intepretasi dan lingkup pemahamanan peneliti terhadap sebuah fenomena atau gejala alam. c. Intepretasi dan Analisis Intepretasi dan analisis ini dikaitkan dengan upaya peneliti memahami tentang fenomena yang ada. Biasanya peneliti harus melihat pola kerja dan sistem yang berlaku dalam fenomena yang dikaji. Pada intepretasi ini tentu saja tidak dibatasi pada segala hal, semua fenomena yang ada dikaji dalam keperluan pemenuhan temuan-temuan yang ada. d. Temuan dan Uji Teoritik Dalam memahami sebuah fenomena yang ada tentu saja peneliti diminta untuk memaparkan hasil temuan-temuan yang telah peneliti 5 Ilham Prisgunanto, Artikel: Metode Penelitian, Bab 3: Analisis Data Kualitatif (Jakarta: Pusat Pengembangan Bahan Ajar – Universitas Mercu Buana), h. 5. 12 dapatkan di medan penelitian. Temuan-temuan ini dipaparkan dalam berbagai bentuk mulai dari hanya bernarasi tentang suatu fenomena, membuat model bahkan ada yang menguji teori. Oleh sebab itu gambaran yang menyebutkan bahwa analisis data kualitatif tidak bisa menguji sebuah teori adalah salah. 6 e. Pencocokan Teori Pada tahap ini adalah proses pencocokan dengan teori yang ada. Pada banyak literatur menyebutkan konteks ini sama dengan intepretasi data saja, namun tarikan-tarikan teoritik yang digunakan menjadi permasalahan. Pencocokan teori dilakukan untuk mengetahui apakah pendapat peneliti sama dengan orang lain terdahulu melihat keberadaan model dari temuan-temuan yang ada di lapangan. f. Temuan-Temuan Baru Pada tahap ini sebenarnya ingin dijelaskan adanya temuan-temuan baru yang tidak disebutkan dalam kajian-kajian literatur yang ada dalam penelitian. Adanya temuan menunjukkan keautentikan data dan penelitian yang dilakukan oleh peneliti. Temuan-temuan yang ada bisa dalam bentuk berbagai macam, mulai dari model, pola atau kerja suatu fenomena yang ada.7 6 7 Ilham Prisgunanto, Artikel: Metode Penelitian, Bab 3: Analisis Data Kualitatif, h. 6-7. Ilham Prisgunanto, Artikel: Metode Penelitian, Bab 3: Analisis Data Kualitatif, h. 8. 13 H. Sistematika Penelitian Dalam laporan penelitian ini, peneliti akan menyusun laporan dengan kerangka penyusunan meliputi : 1. Bab pendahuluan berisikan tentang latar belakang masalah, pembatasan masalah dan perumusan masalah, tujuan penelitian dan manfaat penelitian, metodologi penelitian, instrumen penelitian, teknik penentuan subjek, teknik pengumpulan data, teknik pemeriksaan keabsahan data, analisis data, serta sistematika penelitian. 2. Kemudian pada bab ke dua, peneliti akan membahas tentang pengertian Organisasi Forum Komunikasi Pemuda Indonesia, Komunikasi Organisasi, Peran Komunikasi, serta Organisasi. 3. Pada bab ke tiga, peneliti akan membahas tentang latar belakang berdirinya Forum Komunikasi Pemuda Indonesia serta profile dan peranannya. 4. Adapun dalam bab ke empat, setelah peneliti mengelaborasikan teori dan gambaran umum objek penelitian maka peneliti akan membahas tentang analisis terhadap peran Komunikasi Organisasi Forum Komunikasi Pemuda Indonesia. 5. Akhirnya peneliti merangkum penelitian skripsi ini pada bab penutup sebagai rangkaian akhir dari penelitian skripsi, tulisan ini berisikan tentang kesimpulan dan saran-saran. Sebagai referensi 14 skripsi, peneliti menyajikan daftar pustaka yang menjadi rujukan dalam penelitian skripsi ini berikut lampiran-lampiran yang terkait. BAB II TINJAUAN TEORITIS Teori merupaan landasan yang mendasar sebagai acuan keilmuan dalam sebuah penelitian. Dari penelusuran pustaka diturunkan teori-teori yang berhubungan dengan masalah penelitian yang merupakan kerangka atau konsep yang digunakan dalam penelitian. 8 Dalam penelitian ini, penulis menggunakan beberapa pengertian sebagai kerangka teoritis meliputi: A. Komunikasi Komunikasi pengurus merupakan langkah yang menentukan bagi kesuksesan organisasi. Pimpinan yang baik didukung oleh anggota dan ditentukan oleh orang–orang yang kinerja dibawahnya serta ditentukan oleh keahlian dalam menciptakan suasana kerja yang dibutuhkan oleh pengurus. Koordinasi dan mediasi untuk melakukan semua itu adalah komunikasi. Komunikasi secara terminologis merujuk pada adanya proses penyampaian suatu pernyataan oleh seseorang kepada orang lain. Jadi dalam pengertian ini yang terlibat dalam komunikasi adalah manusia. Pengertian mengenai komunikasi manusia yaitu: “Human communication is the process through which individuals –in relationships, group, organizations and societies—respond to and create messages to adapt to the environment and one another”9 8 Pedoman Akademik Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta tahun akademik 2007-2008, h. 428. 9 Stewaed L. Tubbs Silvia Moss, Teoris Of Human Comminications, Konteks-konteks komunikasi, PT. Remaja Rosadakarya, Bandung, 2001, hal; 164 15 16 (Bahwa komunikasi manusia adalah proses yang melibatkan individuindividu dalam suatu hubungan, kelompok, organisasi dan masyarakat yang merespon dan menciptakan pesan untuk beradaptasi dengan lingkungan satu sama lain). Untuk memahami pengertian komunikasi tersebut sehingga dapat dilancarkan secara efektif para peminat komunikasi sering kali mengutip paradigma yang dikemukakan oleh Harold Lasswell dalam karyanya, The Structure and Function of Communication in Society. Lasswell mengatakan bahwa cara yang baik untuk untuk menjelaskan komunikasi ialah dengan menjawab pertanyaan sebagai berikut: Who Says What In Which Channel To Whom With What Effect?10 Paradigma Lasswell di atas menunjukkan bahwa komunikasi meliputi lima unsur sebagai jawaban dari pertanyaan yang diajukan itu,yaitu: 1. Who? (siapa/sumber). Sumber/komunikator adalah pelaku utama/pihak yang mempunyai kebutuhan untuk berkomunikasi atau yang memulai suatu komunikasi. 2. Says What ? ( pesan ). Apa yang akan disampaikan/dikomunikasikan kepada penerima (komunikan), dari sumber (komunikator) atau isi informasi. 10 Onong Uchjana Effendi, Ilmu Komunikasi, Teori dan Praktek, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2001; hal. 10 17 3. In Which Channel ? (saluran/media). Wahana / alat untuk menyampaikan pesan dari komunikator (sumber) kepada komunikan (penerima). 4. To Whom ? ( untuk siapa/penerima ). Orang/kelompok/organisasi/suatu negara yang menerima pesan dari sumber. 5. With What Effect? ( dampak/efek ). Dampak/efek yang terjadi pada komunikan(penerima) setelah menerima pesan dari sumber,seperti perubahan sikap,bertambahnya pengetahuan dan lain-lain. Jadi berdasarkan paradigma Lasswell tersebut, secara sederhana proses komunikasi adalah pihak komunikator membentuk (encode) pesan dan menyampaikannya melalui suatu saluran tertentu kepada pihak penerima yang menimbulkan efek tertentu. B. Proses komunikasi Secara sederhana proses komunikasi dapat digambarkan sebagai berikut: Gangguan Pengirim Pengunaan saluran untuk penyampaian pesan Balikan Bagan 2.1. Proses komunikasi11 11 Ibid hal 5 Penerima 18 Proses komunikasi adalah proses penyampaian pesan dari komunikator kepada komunikan. Komunikasi dimulai dengan pengiriman yang memiliki pikiran atau ide. Pikiran atau ide ini kemudian diolah sedemikian rupa sehingga dapat dimengerti oleh pengirim atau penerima (encoding). Penyampaian ide ini dilakukan melalui saluran yang menghubungkan pengirim dengan penerima pesan. Dan penerima pesan harus siap menerima pesan agar pesan itu dapat diubah menjadi pikiran (decoding). Tapi tidak jarang komunikasi dipengaruhi oleh gangguan yaitu segala sesuatu yang menghambat komunikasi, sehingga untuk mengetahui effektifitas komunikasi, maka penting artinya umpan balik. Umpan balik ini menunjukan apakah telah terjadi perubahan individual atau organisasi sebagai hasil dari komunikasi. C. Hierarki Komunikasi Menurut Stephen W. Littlejohn dalam bukunya ”Teoris of Human Communication”12 , hierarki komunikasi dibagi atas: 1. Komunikasi Interpersonal (Komunikasi individu yang terjadi antar manusia dengan media tatap muka). 2. Komunikasi Kelompok (Proses komunikasi antar manusia dalam sebuah group atau kelompok kecil). 3. Komunikasi Organisasi (Proses komunikasi antara manusia yang terjadi dalam sebuah organissasi atau kelompok kerja). 12 Stewaed L. Tubbs Silvia Moss, Op.Cit, hal 14 19 4. Komunikasi Massa (Proses komunikasi yang melibatkan kelompok manusia yang melibatkan komunikasi iterpersonal, komunikasi kelompok dan komunikasi organisasi D. Jenis-Jenis Komunikasi Apabila dalam organisasi dikenal susunan dalam organisasi formal dan organisasi informal, maka dalam komunikasi juga dikenal komunikasi formal dan komunikasi informal. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Mitfah thoha, sebagai berikut : ”Komunikasi organisasi formal mengikuti jalur hubungan fomal yang tergambar dalam susunan atau struktur organisasi. Adapun komunikasi organisasi informal arus informasinya sesuai dengan kepentingan dankehendak masingmasing pribadi yang ada dalam organisasi tersebut”13. Sedangkan Soekadi Ds memberikan pengertian komunikasi formal dan informal sebagai berikut : 1. Komunikasi formal adalah koomunikasi yang terjadi antara anggota orgainisasi yang secara tegas telah direncanakan dan tercantum didalam stuktur organisasi. 2. Komunikasi informal adalah komunikasi yang terjadi diantara atas dasar kehendak dan hasrat pribadi. 14 13 Miftah Thoha, Perilaku Organisasi, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2002, hal 163 Soekadi Darso Wiyono, Peranan Komunikasi di Dalam Organisasi, Bumi Kentingan, Surakarta, 1996, hal 28 14 20 Dari kedua pendapat tersebut maka dapat disimpulkan bahwa komunikasi formal ialah komunikasi yang terjadi diantara anggota organisasi secara formal dalam struktur organisasi. Sedangkan komunikasi informal adalah komunikasi yang terjadi diantara angggota diluar struktur organisasi. Proses hubungan komunikasi informal tidak mengikuti jalur struktural, sehingga bisa saja terjadi seseorang yang memilki struktur fomal berada dibawah berkomunikasi dengan seseorang ditingkat pimpinan. Struktur formal seperti yang dikemukakan diatas merupakan karakteristik dari komunikasi organisasi. Oleh karena itu membicarakan komunikasi organisasi secara implisit adalah membicarakan proses komunikasi dalam tataran struktur formal tersebut. Proses komunikasi dalam struktur formal tersebut pada hakekatnya dapat dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu : 1. Komunikasi vertikal. Komunikasi vertikal terdiri dari komunikasi dari atas ke bawah dan dari bawah keatas. Adapun penjelasannya sebagai berikut : a. Komunikasi vertikal dari atas ke bawah Menurut Soehardiman Yuwono komunikasi vertikal ke bawah adalah ”Komuikasi yang diberikan oleh pimpinan kepada angggota organisasi dengan maksud untuk memberikan pengertian kepada anggota organisasi mengenai apa yang harus mereka kerjakan di dalam kedudukan mereka sebagai anggota organisasi”.15 15 Suhaediman Yuwono, Ikhtiar komunikasi Administrasi, Liberty, Yogyakarta, 1985, hal 25 21 Dari pendapat tersebut diketahui bahwa komunikasi vertikal ke bawah dimulai dari manajemen puncak sampai ke pengurus dan posisi terendah. Komunikasi dari atas kebawah dapat berupa komunikasi lisan dan tertulis. Komunikasi lisan dapat berupa percakapan biasa, wawancara formal, konferensi atau rapat dan kontak telepon. Sedangkan komunikasi tertulis antara lain dalam bentuk memo, surat kabar, majalah, kotak informasi, papan pengumuman, buku petunjuk pengurus dan buletin. b. Komunikasi vertikal dari bawah ke atas Pengertian komunikasi ke atas menurut Soekardi Ds ialah “Kegiatan anggota untuk menyampaikan keterangan, ide, pendapat, dan pernyataan lain kepada pimpinan dengan maksud mempengaruhi tingkah laku dan perbuatan pimpinan”. 16 Dari pendapat tersebut dapat dimengerti bahwa komunikasi dari bawah ke atas diberikan oleh anggota kepada pimpinan dengan maksud memberikan keterangan maupun informasi yang dibutuhkan pimpinan agar dapat mempengaruhi tingkah laku dan perbuatannya. 2. Komunikasi horizontal. Dalam komunikasi horisontal berlangsung antara orang-orang yang berada dalam tingkat yang sama yang berada dalam hierarki organisasi, akan tetapi melakukan kegiatan yang 16 Soekadi Darso Wiyono, Op.Cit, hal 43 22 berbeda-beda. Hal ini senada dengan yang diungkapkan oleh Djoko Purwanto, yaitu : ”Komunikasi horizontal atau yang biasa disebut komunikasi lateral adalah komunikasi yang terjadi antara bagian-bagian yang mempunyai posisi sejajar atau sederajat dalam suatu organisasi”.17 Sedangkan menurut Muh. Arni pengertian komunikasi horizontal atau mendatar ialah : ”Pertukaran pesan diantara orang-orang yang sama tingkatan otoritasnya di dalam organisasi”. 18 Dari kedua penjabaran tersebut maka dapat tersebut maka dapat disimpulkan komunikasi horizontal adalah bahwa komunikasi yang dilakukan antar pejabat-pejabat atau anggota organisasi yang mempunyai kedudukan sederajat Komunikasi horizontal digunakan sebagai wahana untuk menyampaikan berbagai hal seperti informasi, nasehat dan saran sehingga berbagai satuan kerja dalam organisasi bergerak sebagai suatu kesatuan yang bulat, mempunyai persepsi yang sama tentang arah yang akan ditempuh serta langkah yang seirama dalam menghadapi berbagai masalah yang rumit. Bebeda dengan komunikasi vertikal yang sifatnya tidak formal. 3. Komunikasi eksternal atau komunikasi luar organisasi. Onong Uchjana Effendi mengemukakan bahwa 17 18 Djoko Purwanto, Komunikasi Bisnis, Erlangga, Jakarta, 1997, hal 53 Muh. Arni, Komunikasi Organisasi,Bumi Aksara, Jakarta, 2007, hal 121 23 “Komunikasi eksternal adalah komunikasi antara pimpinan organisasi dengan khalayak diluar organisasi”.19 Dengan kata lain komunikasi eksternal adalah komunikasi yang berlangsung antara organisasi dengan pihak masyarakat yang ada diluar organisasi. Komunikasi eksternal bertujuan untuk menjalin hubungan yang harmonis dengan masyarakat diluar organisasi, pelanggan dan pemerintah. Pada instansi-instansi pemerintah seperti departemen, direktorat, jawatan dan pada organisasi-organisasi besar, komunikasi lebih banyak dilakukan oleh kepala hubungan masyarakat (publik relation officer) daripada oleh pimpinan sendiri. Komunikasi yang dilakukan pimpinan hanya terbatas pada hal-hal yang dianggap sangat penting, yang tidak bisa diwakilkan kepada orang lain, misalnya perundingan ( negotiation ) yang menyangkut kebijakan organisasi. Hal lainnya dilakukan oleh kepala humas yang dalam kegiatan komunikasi eksternal merupakan tangan kanan pimpinan. Sedangkan menurut Steward L.Tubbs dan Sylvia Moss dalam Human Communication menguraikan ada tiga model dalam komunikasi: a. Model komunikasi linier (one-way traffic communication), dalam model ini komunikator memberikan suatu stimuli dan komunikan melakukan respon yang diharapkan tanpa mengadakan seleksi dan interpretasi. Komunikasinya bersifat monolog. 19 Onong Uchjana Effendi, Op.Cit, hal 128 24 b. Model komunikasi interaksional (two-way traffic communication) Sebagai kelanjutan dari model yang pertama, pada tahap ini sudah terjadi feedback atau umpan balik. Komunikasi yang berlangsung bersifat dua arah dan ada dialog, di mana setiap partisipan memiliki peran ganda, dalam arti pada satu saat bertindak sebagai komunikator, pada saat yang lain bertindak sebagai komunikan. c. Model komunikasi transaksional. Dalam model ini komunikasi hanya dapat dipahami dalam konteks hubungan (relationship) antara dua orang atau lebih. Pandangan ini menekankan bahwa semua perilaku adalah komunikatif. Tidak ada satupun yang tidak dapat dikomunikasikan.20 E. Pengertian Organisasi Everet M. Rogers dalam bukunya Communication in Organization, mendefinisikan organisasi sebagai suatu sistem yang mapan dari mereka yang bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama, melalui jenjang kepangkatan, dan pembagian tugas. Pengertian lain dari organisasi adalah organisasi memiliki karakteristik tertentu yaaitu mempunyai struktur, tujuan saling berhubungan satu bagian dengan bagian lain dan tergantung kepada komunikasi manusia untuk mengkoordinasikan aktivitas dalam organisasi tersebut.21 20 21 Stewaed L. Tubbs Silvia Moss, Op.Cit, hal 25 Muhhamad Arni, Op. Cit, hal 23 25 Dari definisi sederhana ini dapat ditemukan adanya berbagai faktor yang dapat menimbulkan organisasi, yaitu orang-orang, kerjasama, dan tujuan tertentu. Berbagai faktor tersebut tidak dapat saling lepas berdiri sendiri, melainkan saling kait dan merupakan suatu kebulatan. Maka dalam pengertian organisasi digunakan sebutan sistem yang berarti kebulatan dari berbagai factor yang terikat oleh berbagai asas tertentu. Setiap organisasi memerlukan koordinasi supaya masing-masing bagian dari organisai bekerja dengan semestinya dan tidak menganggu bagian lainya. Tanpa koordinasi akan menyulitkan organisasi itu untuk berfungsi dengan baik. F. Pengertian Komunikasi Organisasi Komunikasi merupakan proses yang penting dalam organisasi. Seperti yang diungkapkan oleh Harrison & Doerfel, dikutip dalam jurnal internasional “Communication is the key variable that allows interorganizational partners to facilitate mutual interaction, and information sharing and gathering”22 (Komunikasi adalah variable kunci yang memungkinkan seseorang untuk membangun hubungan dalam satu organisasi, serta berinteraksi dan berbagi informasi ). Dengan kata lain komunikasi komunikasi merupakan jalan bagi organisasi untuk saling memahami satu sama lain dan mengkoordinasikan kegiatan mereka untuk mempertahankan hubungan yang lebih baik. Untuk itulah komunikasi sangat diperlukan dalam sebuah organisasi. Untuk memahami komunikasi 22 Harrison & Doerfel (2006) The Antecendent Consequences of Utilization in International Srtategic alliance. Journal of International Business Disciplines, 3( 1) 26 organisasi dan membedakan dengan jenis komunikasi yang lain, Arni Muhammad mengutip definisi komunikasi organisasi menurut Goldharber : “Komunikasi organisasi adalah proses saling menciptakan dan saling menukar pesan dalam satu jaringan hubungan yang saling bergantung satu sama lain untuk mengatasi lingkungan yang tidak pasti atau selalu berubah-ubah”.23 Oleh karena itu, dengan adanya komunikasi yang baik suatu organisasi dapat berjalan dengan lancar dan berhasil, sebaliknya komunikasi yang tidak sehat dapat menyebabkan suatu organisasi macet dan tujuan yang ingin dicapai tidak optimal. G. Hambatan-hambatan Komunikasi Dalam Organisasi Gibson, ivansevich, donnelly dalam bukunya Organisasi dan Manajemen mengemukakan bahwa hambatan komunikasi dalam organisasi adalah sebagai berikut24 : 1. Kerangka acuan Seseorang yang mempunyai latar belakang pengetahuan yang berbedabeda, maka dalam memahami proses komunikasinya pun akan berbeda, hal ini akan menghambat proses komunikasi. 2. Bahasa Perbadaan bahasa berhubungan dengan adanya perbedaan persepsi karena seseorang akan membuat persepsi tentang sesuatu hal suatu informasi atau pesan dari orang ain yang menggunakan bahasa. 23 24 Ibid, hal 67 Ivansenvich Gibon & Donelly, Organisasi dan Manajemen, Erlangga, Jakarta, 1993, hal 28 27 3. Menyimak selektif Merupakan bentuk persepsi yang selektif dimana kita cenderung menghambat informasi baru, terutama jika informasi baru itu bertentangan dengan apa yang kita yakini. 4. Masalah semantik Komuniksasi telah didefinisikan sebagai penyampaian informasi dan pengertian dengan mengunakan tanda yang sama. Seringkali komunikasi terhambat karena ungkapan abstrak atau teknis yang dipahami setiap orang berbeda. 5. Kredibilitas sumber Perbedaan status yang dimaksudkan adalah perbedaan komunikasi dalam tingkat hierarki di suatu organisasi, antara lain oleh jabatan, kedudukan dan gelar seseorang. 6. Adanya perbedaan status Perbedaan status yang dimaksudkan adalah perbedaan komunikasi dalam tingkat hierarki di satu organisasi, antara lain oleh jabatan, kedudukan dan gelar seseorang 7. Tekanan waktu Dengan tekanan waktu ini menyababkan komunikasi yang dilakukan menjadi serampangan dan tergesa-gesa. 8. Beban layak komunikasi 28 Beban komunikasi yang terlalu berat adalah keadaan yang sering dialami ketika seseorang terlalu banyak menerima informasi sehingga seolah-olah tertimbun informasi. 9. Penyaringan Penyaringan ini biasanya terjadi dalam arus komunikasi disuatu organisasi. Anggota atau seseorang akan menutupi informasi yang kurang menyenangkan dalam menyampaikan informasi kepada atasannya. H. Indikator Komunikasi Organisasi Menurut Rosady Roslan, komunikasi dalam organisasi dikatakan efektif apabila : 1. Adanya keterbukaan manajemen organisasi terhadap para pengurus. 2. Saling menghormati atau saling menghargai satu sama lain, yaitu antara pimpinan dan anggota demi tercapainya tujuan utama organisasi. 3. Adanya kesadaran dan pengakuan dari pihak perusashaan akan arti pentingnya suatu komunikasi timbal balik dengan para pengurusnya. 4. Adanya media komunikasi yang baik dalam organisasi. 25 Berdasarkan pendapat diatas dapat diketahui bahwa untuk mencapai komunikasi organisasi yang efektif manusia-manusia yang mempunyai kemapuan untuk berkomunikasi. Karena komunikasi menyangkut masalah hubungan manusia dengan manusia, maka suksesnya komunikasi ditentukan oleh manusia25 Drs. Ig Wursanto, Dasar-Dasar Manajemen Personali, Dian Pustaka, Jakarta, 1989, hal 85 29 manusia yang terlibat dalam proses komunikasi itu. Dalam hal ini dibutuhkan rasa keterbukaan dari pihak organisasi kepada pengurus, adanya rasa saling menghormati antar pengurus, adanya kesadaran akan pentingnya komunikasi dan ketersediannya media untuk berkomunikasi. I. Media Komunikasi Organisasi Menurut Drs.Ig Wursanto media komunikasi organisasi adalah: “Media yang digunakan dalam komunikasi organisasi yang jangkauannya terbatas dalam kantor atau organisasi saja. Jenis yang dipergunakan tergantung pada bentuk atau jenis komunikasi, apakah secara langsung atau tidak. Media yang dipergunakan dalam komunikasi organisasi pada umumnya yaitu surat, telepon, pertemuan, wawancara dan kunjungan”. 26 Berdasarkan pendapat diatas dapat diketahui bahwa media atau sarana dalam komunikasi internal dapat melalui surat, pertemuan para pengurus, jaringan telepon, kegiatan wawancara dan mengadakan kunjungan. Semua media tersebut dipergunakan hanya dalam ruang lingkup organisasi dan organisasi. J. Peranan Komunikasi Organisasi Apabila komunikasi yang diperlukan dalam penyelenggaraan organisasi diatur dan diselenggarakan secara baik, maka akan terwujud dampak–dampak positif seperti tersebut di bawah ini : 1. Timbulnya kemahiran dalam pelaksanaan pekerjaan karena keterangan-keterangan yang diperlukan untuk melaksanaan pekerjaan menjadi tersedia dan menjadi jelas pula hal-hal diharapkan dari suatu tanggung jawab. Efek kemahiran kerja itu juga diperoleh karena 26 Ibid, hal85 30 komunikasi merupakan input yang mendorong cara berfikir yang kreatif 2. Timbulnya dorongan semangat kerja (kinerja) melalui komunikasi maka rasa ingin tahu yang kalau tidak tersalukan dapat mengurangi semanggat kerja tidak dapat dipenuhi. Dengan komunikasi dapat dipenuhi kebutuhan-kebutuhan personil dalam melaksanakan tugastugasnya, juga dapat dipahami mengapa mereka bekerja dan selanjutnya dapat didorong antusiasmenya. 3. Komunikasi merupaka alat yang utama bagi para personil untuk bekerja sama. Komunikasi membantu menyatukan organisasi dengan memungkinkan para personil mempengaruhi serta meniru satu dengan yang lainya. 27 Hal yang serupa juga diungkapkan oleh Zohorul dalam jurnalnya : “The role of Organizational communication are mainly to inform employees about their task, policy and other organizational issues, and secondly to create community within organizazion. Communication reduce urcertainly, increase job security within organization.”28 (Peran komunikasi organisasi terutama untuk menginformasikan pengurus tentang tugas mereka, kebijakan,dan isu-isu organisasi lain, dan kedua untuk membuat komunitas di dalam organisasi . komunikasi mengurangi ketidakpastian, meningkatkan keamanan, kerja dalam organisasi) 27 Suhardiman Yuwono, op. Cit, hal 4 Zohurul (2009). Does Ob Matter On Organizational Change? Evidence From Depz, Bangladesh. Journal of South asian. 28 31 Dengan adanya dampak komunikasi yang positif seperti dampak di atas, maka jelaslah bahwa tidak terselenggaranya secara baik komunikasi akan berakibat memperlemah keseluruhan organissasi dalam menjalankan operasinya. Dari uraian diatas dapat pula diketahui bahwa komunikasi berperan dalam meningkatkan semangat kerja suatu organisasi. Maka dari itu dalam suatu organisaasi harus terjamin dengan baik penyelenggaraan komunikasi, baik di dalam lingkungan organisasi publik/masyarakiat (ekstern). itu sendiri (intern) maupun dengan BAB III GAMBARAN UMUM FORUM KOMUNIKASI PEMUDA INDONESIA A. Latar belakang dan sejarah singkat berdirinya Forum Komunikasi Pemuda Indonesia Diawali dari sebuah diskusi kecil tentang problematika masyarakat terutama yang menyangkut usia muda dimana pemuda dan pemudi menjadi fokus pembicaraan karena permasalahan yang menyangkut mereka tidak ada habisnya, dari persoalan putus sekolah, kawin muda, kenakalan remaja, kesulitan ekonomi, degradasi moral, narkoba, kesempatan berusaha, tenaga kerja dan lain-lain. Pada acara syukuran pindahan rumah, dirumah saudara Ahmad Hafiz, Jl Raya Pondok Ranggon Rt. 003/003 Kecamatan Cipayung Jakarta Timur, yang hadir dan ikut diskusi pada waktu itu adalah, saudara Muhammad Fatihul Umam, Ahmad Hafiz (tuan rumah), Fajar Sidiq Al Afghani, La Ode Karsid dan Danni Mamelas. ”Pada acara syukuran itu terjadi diskusi ringan sambil menunggu acara dimulai, dari lontaran permasalahan dan berkembang menjadi semakin serius serta banyak memunculkan ide dan gagasan terhadap pemecahan masalah yang dihadapi anak muda saat ini, karena kami melihat diantara kawan-kawan kami yang lain juga terlibat pada masalah-masalah yang dibicarakan itu. Selanjutnya muncul ide dan gagasan dari saudara La Ode Karsid dengan melihat latar belakang potensi yang ada pada anak muda-anak 34 35 muda yang tak lain adalah kawan-kawan kita juga itu bisa dengan leluasa mengaktulisasikan kreatifitasnya.”29 Tanpa harus dihadang oleh persoalan-persoalan klasik terutama menyangkut keberanian untuk berusahan secara mandiri. Kemudian munculah gagasan untuk mendirikan sebuah lembaga yang independent untuk menampung kreatifitas pemuda, setelah mendengarkan usulan itu, diputuskan untuk mendirikan sebuah lembaga kepemudaan. Maka pada tanggal 28 Oktober 2010 terbentuklah sebuah organisasi yang bernama Forum Komunikasi Pemuda Indonesia. Tanggal 28 Oktober menjadi pilihan sebagai hari lahir organisasi ini sebagai momentum pergerakan pemuda Indonesia dengan semangat Sumpah Pemuda. Organisasi kepemudaan ini menganmbil nama Forum Komunikasi Pemuda Indonesia dengan maksud membentuk wadah atau ruang bagi pemuda Indonesia untuk sama-sama bergerak membangun semangat kebangsaan sebagai warga negara Indonesia serta membangun semangat pemuda Indonesia untuk meningkatkan sumberdaya pemuda Indonesia. Forum Komunikasi Pemuda Indonesia berkedudukan di Ibukota Negara Republik Indonesia. Sebagai organisasi Forum Komunikasi Pemuda Indonesia didirikan dengan berasaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 29 Timur Hasil wawancara dengan Ahmad Hafiz, MM pada hari Kamis 17 Juli 2014 Di Cipayung Jakarta 36 1945. Adapun status Forum Komunikasi Pemuda Indonesia adalah sebagai organisasi sosial dan kemasyarakatan yang bergerak di bidang Sumber Daya Kepemudaan. Organisasi ini bersifat independen, terbuka, non-sektarian, nonprimordial, dan non-diskriminatif. Sedangkan yang menjadi tujuan dasar dari organisasi ini terbagi menjadi dua nilai : 1. Turut serta mencerdaskan kehidupan Bangsa 2. Mengembangkan Sumber Daya Kepemudaan. 30 Turut mencerdaskan kehidupan bangsa di ambil dari bait kalimat Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia sebagai pokok tujuan serta dasar perjuangan dari organisasi ini. Forum Komunikasi Pemuda Indonesia berfungsi sebagai wadah pemuda kreatif, inovatif dan mandiri. 31 Sebagai Wadah pemuda kreatif Forum Komunikasi Pemuda Indonesia berfungsi sebagai wadah berhimpun pemuda Indonesia yang kreatif mengembangkan secara maksimal seluruh potensi pemuda Indonesia. 30 Anggaran Dasar Forum Komunikasi Pemuda Indonesia Pasal 7 Bab III tentang tujuan organisasi. 31 Anggaran Dasar Forum Komunikasi Pemuda Indonesia Pasal 8 Bab IV tentang fungsi organisasi. 37 Sebagai Wadah pemuda inovatif Forum Komunikasi Pemuda Indonesia senantiasa menciptakan inovasi-inovasi baru untuk pengembangan sumber daya Kepemudaan di Indonesia. Sebagai Wadah Pemuda Mandiri Forum Komunikasi Pemuda Indonesia sebagai wadah mengembangkan kreatifitas dan senantiasa menciptakan inovasi baru untuk kemandirian pemuda Indonesia. Dalam perkembangannya dasawarsa ini tantangan bagi pemuda sangatlah besar, mulai dari sisi sosial budaya yang sudah mulai diwarnai nilainilai yang lebih mengarahkan kepada nilai kapitalisme, liberalisme dan westernisasi. Kemudian Forum Komunikasi Pemuda Indonesia hadir dan mengambil peran sebagai laboratorium pengembangan sumber daya pemuda Indonesia. Artinya Forum Komunikasi Pemuda Indonesia adalah wadah yang akan mencoba memfasilitasi pemuda Indonesia untuk menjadi potensi penerus bangsa di segala bidang sesusai dengan bidang yang digelutinya. Adapun untuk mencapai cita-cita dari semua yang telah dirumuskan oleh Forum Komunikasi Pemuda Indonesia meliputi32 : 1. Mengembangkan karakter pemuda, dan mencetak pemuda yang berakhlak mulia. 2. Menciptakan pemuda Indonesia yang kreatif, inovatif dan mandiri. 32 Anggaran Dasar Forum Komunikasi Pemuda Indonesia Pasal 10 Bab IV tentang usaha organisasi. 38 3. Berperan aktif dalam menciptakan kesejahteraan masyarakat. Dalam usaha mengembangkan karakter pemuda yang berakhlaq mulia, Forum Komunikasi Pemuda Indonesia mencoba menyelenggarakan kegiatankegiatan motifasi baik dalam skala internal pengurus seperti kegiatan up gradingdan sebagainya, atau kegiatan yang melibatkan unsur-unsur organisasi pemuda (ekternal) yang berkerjasama dengan beberapa instansi baik pemerintah maupun swasta. Usaha ini dianggap penting oleh Forum Komunikasi Pemuda Indonesia karena karakter serta akhlaq adalah modal awal untuk membangun bangsa. Dengan karakter yang kuat serta nilai moral dan akhlaq yang luhur pemuda Indonesia akan mampu memberikan gagasangagasan cerdas dan inovatif untuk kemajuan bangsa. Kemudian dalam usaha menciptakan pemuda Indonesia yang kratif, inovatif dan mandiri, Forum Komunikasi Pemuda Indonesia juga melakukan program pelatihan wirausahan serta seminar-seminar enterpreneurship untuk meningkatkan kualitas pemuda Indonesia di dunia wirausaha agar menjadi pemuda yang kreatif, inovatif dan mandiri. Adapun usaha untuk menjadi bagian dari pembangunan bangsa dengan menciptakan masyarakat yang sejahtera adalah menanamkan misi sosial kemasyarakatan dengan seluruh program yang sedang dan akan dilaksanakan oleh Forum Komunikasi Pemuda Indonesia. 39 B. Kepengurusan Forum Komunikasi Pemuda Indonesia Forum Komunikasi Pemuda Indonesia adalah ruang yang mewadahi seluruh pemuda-pemudi Indonesia. Akan tetapi sebagai organisasi yang memiliki legitimasi, maka dalah tubuh Forum Komunikasi Pemuda Indonesia ada struktur kepengurusan yang bertanggung jawab menjalankan roda organisasi agar berjalan sesuai dengan tujuan, peran dan fungsinya. Dalam penetapan kepengurusan organisasi Forum Pemuda Indonesia ada beberapa kriteria yang menjadi syarat seseorang untuk menjadi pengurs dan anggota agar tertib dan sistematis. Adapun kriteria yang diatur dalam anggaran dasar organisasi sebagai berikut : 1. Pemuda Warga Negara Indonesia 2. Bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa 3. Telah mengikuti pelatihan yang dilaksanakan oleh Forum Komunikasi Pemuda Indonesia. 4. Mematuhi Anggaran Dasar /Anggaran Rumah Tangga Forum Komunikasi Pemuda Indonesia.33 Adapun hal yang diatur dalam anggaran rumah tangga dalam kepengurusan Forum Komunikasi Pemuda Indonesia adalah : 1. Pemuda kreatif, inovatif dan berusaha untuk mandiri yang telah mengikuti pelatihan Forum Komunikasi Pemuda Indonesia. 33 Anggaran Dasar Forum Komunikasi Pemuda Indonesia Pasal 11 Bab V tentang kriteria kepengurusan organisasi. 40 2. Bersedia dan mampu melaksanakan tugas-tugas kepengurusan Forum Komunikasi Pemuda Indonesia dengan segala konsekuensinya. 3. Mampu mengembangkan dan memobilisasi potensi-potensi yang tersedia untuk memberdayakan Forum Komunikasi Pemuda Indonesia. 34 Susunan Kepengurusan Dewan Pimpinan Pusat Forum Komunikasi Pemuda Indonesia Periode 2010 – 2015 adalah sebagai berikut 35 : Nama Pengurus Jabatan Organisasi Ahmad Hafiz, MM Ketua Umum Danni Mamelas Sekertaris Jendral Kurnisah Bendahara Umum Asyim Ketua Bidang Pengembangan Anggota dan Organisasi Roso Pangayubagyo Widiyoraharjo Anggota Bidang Pengembangan Anggota dan Organisasi Abdul Hamid Anggota Bidang Pengembangan Anggota dan Organisasi Agung Mulyono 34 Ketua Bidang Pendidikan dan Anggarn Rumah Tangga Forum Komunikasi Pemuda Indonesia Pasal 1 Bab I tentang kepengurusan organisasi 35 Surat Keputusan nomor 01/DPP-FKPI/A/10/2010 tentang susunan kepengurusan Dewan Pimpinan Pusat Forum Komunikasi Pemuda Indonesia periode 2010-2015 41 Penelitian Farihan Aziz Anggota Bidang Pendidikan dan Penelitian Subagyo S. Anggota Bidang Pendidikan dan Penelitian Farid Afif Sudrajat Ketua Bidang Pendidikan Pemuda Eduardus Wirawan Anggota Bidang Pendidikan Pemuda Marlon Novie Akay Anggota Bidang Pendidikan Pemuda Mustofa Ketua Bidang Komunikasi Lintas Agama Muhammad Abdul Syukur Anggota Bidang Komunikasi Lintas Agama Wahyu Himawan Anggota Bidang Komunikasi Lintas Agama Azhari Ketua Bidang Ekonomi dan Kewirausahaan M. Fadly Sangadji Anggota Bidang Ekonomi dan Kewirausahaan Fadlurrahman Mujahid Anggota Bidang Ekonomi dan Kewirausahaan 42 Rahmat Soleh Ketua Bidang Teknologi dan Kajian Ilmu Pengetahuan La Ode Karsid Anggota Bidang Teknologi dan Kajian Ilmu Pengetahuan Muhammad Brian Al Rasyid Anggota Bidang Teknologi dan Kajian Ilmu Pengetahuan Imam Faizin Ketua Bidang Hukum dan HAM Nur Dafiq Anggota Bidang Hukum dan HAM Fajar Sidiq Al Afghani N. Anggota Bidang Hukum dan HAM Mukti Widodo Ketua Bidang Pengabdian Masyarakat Ismawati Anggota Bidang Pengabdian Masyarakat Ikmaludin Anggota Bidang Pengabdian Masyarakat Ali Mahfud Ketua Bidang Kerjasama Antar Lembaga Syamsul Arief Anggota Bidang Kerjasama Antar Lembaga Hasto Prasetyo Anggota Bidang Kerjasama Antar Lembaga Muhammad Fatihul Umam Ketua Bidang Komunikasi dan 43 Informasi Sustiyo Wandi Anggota Bidang Komunikasi dan Informasi Dalu Nuzlul Kirom Anggota Bidang Komunikasi dan Informasi Bagan 3.1 Struktur DPP Forum Komunikasi Pemuda Indonesia Adapun Koordinator di tingkat Dewan Pimpinan Daerah adalah : Nama Pengurus Jabatan Organisasi Abdul Hamid DPD Aceh Darussalam Indra Kamil Hutagalung DPD Sumatera Utara Yanuar Aziz DPD Jawa Barat Yuliarti DPD Jawa Tengah Ayu Rahayu DPD Yogyakarta Ilham Hamidi DPD Jawa Timur Ahmad Ridho Budiman DPD Kalimantan Barat Putu Wahyu Wijaya DPD Bali Ihsan Andi Gunawan DPD Sulawesi Bagan 3.2 Struktur DPD Forum Komunikasi Pemuda Indonesia BAB IV POLA KOMUNIKASI ORGANISASI FORUM KOMUNIKASI PEMUDA INDONESIA A. Pola dan peran komunikasi organisasi pengurus Forum Komunikasi Pemuda Indonesia. Komunikasi organisasi dibagi menjadi dua dimensi yaitu komunikasi vertikal dan horizontal, komunikasi internal vertikal adalah komunikasi dari atas kebawah dari bawah ke atas atau komunikasi dari ketua kepada anggota dan dari anggota kepada ketua secara timbal balik (two way traffic communication). Dalam komunikasi vertikal, ketua memberikan instruksi, petunjuk, informasi, dan penjelasan kepada anggotanya. Kemudian anggotanya memberikan laporan, saran, pengaduan, dan sebagainya kepada ketua. Komunikasi dua arah secara timbal balik tersebut sangat penting dalam organisasi karena jika satu arah saja, misalnya dari ketua kepada anggotaya saja, maka roda organisasi tidak akan berjalan dengan baik. Komunikasi vertikal yang lancar, terbuka dan saling mengisi merupakan sikap ketua yang demokratis. Ketua perlu mengetahui laporan, tanggapan atau saran para pengurus sehingga satu keputusan atau kebijaksanaan dapat diambil dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Hal ini sesuai yang diungkapkan oleh informan 1 sebagai berikut : “Dengan menempatkan pengurus sesuai dengan keterampilan masingmasing, membagi tugas mereka dengan tepat, memberikan informasi 44 45 sejelelas–jelasnya tentang tugas dan kewajiban mereka, membangun komunikasi timbal-balik serta kerjasama yang baik antar bidang sehinggga segala sesuatunya dapat berjalan dengan seimbang tanpa adanya permasalahan yang berarti”36 Hal yang serupa juga diungkapkan oleh informan 1 sebagai berikut : “Saya selalu mencoba meluangkan waktu untuk melihat hasil kerja anggota saya, hal ini saya lakukan selain untuk menjaga komunikasi yang aktif dan berkesinambungan juga untuk mengurangi dan meminimalkan kesalahan. Jika hasil kerjanya baik akan saya berikan pujian agar mereka merasa dihargai, tapi jika salah atau kurang baik ya akan saya beri masukan agar kelak hasil kerjanya menjadi lebih baik.” 37 Apa yang dikemukakan informan tersebut di atas sesuai dengan apa yang dikatakan oleh Katz & Kahn dalam bukunya Djoko Purwanto yang diberi judul Komunikasi Bisnis. Bahwa tujuan komunikasi kebawah dibagi menjadi 5, yaitu: 1. Memberikan pengarahan atau instruksi kerja, 2. Memberikan informasi mengapa suatu pekerjaan harus dilakukan, 3. Memberikan proseur dan praktek organisaaional, 4. Memberikan umpan balik pelaksanaan kerja kepada pengurus, 5. Menyajikan informasi mengenai aspek ideology yang dapat membantu organisasi menanamkan pengertian tentang tujuan yang ingin dicapai. 38 36 Hasil wawancara dengan Ahmad Hafiz, MM pada hari Kamis 17 Juli 2014 pukul 14.00 Di Cipayung Jakarta Timur 37 ibid 38 Djoko Purwanto, op.Cit,, hal 23 46 Selain itu komunikasi vertikal dari atas kebawah juga harus dilandasi oleh rasa saling hormat menghormati, dilandasi rasa saling keterbukaan diantara keduanya dan adanya kesadaran pentingnya berkomunikasi antara ketua dan anggota. Hal ini sesuai yang dikemukakan oleh informan 2 sebagai berikut : “Setiap saran, kritik dan pendapat yang masuk dari pengurus ya.. kami tanggapi secara baik-baik kan kita harus saling menghormati dan menghargai. Saya sebagai sekjend (Sekertaris Jendral) menghargai mereka dengan memberikan tanggapan terhadap keluh kesah mereka. Agar tercipta saling keterbukaan, antara BPH (Badan Pengurus Harian) organisasi dan pengurus yang lain.”39 Hal yang serupa juga disampaikan oleh informan 3 sebagai berikut : “Selama saya bisa menyelesaikan masalah itu sendiri ya saya selesaikan sendiri tapi kalo udah mentok saya ngomong sama ketua …. Tanggapan ketua bidang saya pun bagus, ditanya masalahnya apa, mengapa sampai terjadi begitu, kenapa saya sampai melakukan kesalahan. Itu kan tandanya ketua saya menghormati saya, jika tidak apa mau nanya-nanya begitu yang ada malah saya langsung diomeli.”40 Komunikasi organisasi vertikal dari atas ke bawah harus diimbangi dengan komunikasi organisasi vertikal dari bawah ke atas., karena dalam memecahkan masalah yang terjadi di dalam suatu organisasi, dan dalam mengambil suatu keputusan sudah sepantasnya bila ketua memperhatikan aspirasi dari anggota. Dengan kata lain partisipasi anggota dalam proses pengambilan keputusan akan sangat membantu pencapaian tujuan organisasi. 39 40 Hasil wawancara dengan Danni Mamelas pada hari Jumat 18 Juli 2014 pukul 19.30 Di Kediaman Danni Mamelas Hasil wawancara dengan Ismawati pada hari Kamis 17 Juli 2014 pukul 20.00 Di Pondok Ranggon Jakarta Timur 47 Untuk mencapai keberhasilan komunikasi organisasi vertikal dari bawah ke atas, ketua harus memiliki rasa percaya kepada anggotanya. Kalau tidak informasi sebagus apapun yang muncul dari pengurus tidak akan bermanfaat bagi ketua, karena pada dasarnya ketua sudah tidak percaya pada anggota. Hal ini sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh informan 2 sebagai berikut: “Misalnya saja jika organisasi merencanakan sesuatu apapun itu biasanya pengurus diajak berunding. Misalnya saja organisasi akan mengadakan kegiatan/program. Maka setiap pengurus yang bertugas dibidang yang sesuai dengan rogram tersebut, akan diajak berunding diminta pendapat dan masukan dari anggotaya meski tidak semua pendapat akan kami pakai, setidaknya pendapat tersebut menjadi masukan bagi kami” 41 Hal yang sama juga diungkapkan oleh informan 10 sebagai berikut : “Wah perlu sekali, karena tugas yang saya lakukan memerlukan pengarahan dari ketua. Itulah sebabnya tiap pengukuhan kepanitiaan diadakan briefing pengurus. Saat akhir acara briefing biasanya ketua selalu memberikan waktu untuk bertanya dan menyampaikan pendapat. Meski kadang pendapat kami tidak langsung dipakai minimal kami sudah menyampaikan sehinggga itu bisa dipakai sebagai bahan pertimbangan baginya.”42 Dari hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan komunikasi secara vertikal di Forum Komunikasi Pemuda Indonesia berjalan dengan baik. Namun pelaksanaan komunikasi organisasi tidak hanya dilakukan antara ketua dan anggota atau secara vertikal saja, komunikasi organisasi secara horizontal juga harus dilakukan. 41 42 Hasil wawancara dengan Danni Mamelas pada hari Jumat 18 Juli 2014 pukul 19.30 Di Kediaman Danni Mamelas Hasil wawancara dengan Ismawati pada hari Kamis 17 Juli 2014 pukul 20.00 Di Pondok Ranggon Jakarta Timur 48 Komunikasi horizontal ialah komunikasi secara mendatar antara pengurus dengan sesama pengurus, ketua dengan sesama ketua dan sebagainya. Menurut Soekadi Ds, maksud dari pelaksaan komunikasi horizontal adalah melakukan persuasi, mempengaruhi, dan memberikan informasi kepada bidang lain atau kepada bagian yang memiliki kedudukan yang sejajar. Komunikasi horizontal sifatnya koordinatif di antara mereka yang memiliki posisi sederajat, baik di dalam suatu bidang maupun diantara beberapa department. Berbeda dengan komunikasi vertikal yang suasananya cenderung lebih formal, komunikasi horizontal yang dilakukan sesama anggota sering kali lebih bersifat tidak formal. Mereka berkomunikasi satu sama lain lebih santai entah saat kerja maupun diwaktu luang mereka, di dalam organisasi. Hal ini sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh informan 1 sebagai berikut : “Yo enggak.. masak organisasi ini mau saya jalani sendiri ya pasti saya butuh teman untuk diajak kerjasama. Disini kan kita berorganisasi jadi semua kita jalani bersama. Tinggal kita menjaga komunikasi dengan teman yang lain biar kerjasama kita lebih tok cer. Dan komunikasi itu tidak hanya dari satu bidang aja, tapi juga regu yang lain bahkan dari pengurus dan department yang lain juga.”43 Hal yang serupa juga dikemukakan oleh informan 2 sebagai berikut : “Kapan saja mas, namanya juga teman seperjuangan jadi kalo lagi kumpul-kumpul kayak gini pasti berkomunikasi. Kadang ya saat lagi dikampus, pas ketemu janjian makan siang, habis istirahat kerja kita juga ngobrol sama pengurus dari department lain, tak jarang juga sosialisasi ini saya lakukan diluar organisasi seperti saat pulang-pergi sekretariat, ato kayak 43 Hasil wawancara dengan Ahmad Hafiz, MM pada hari Kamis 17 Juli 2014 pukul 14.00 Di Cipayung Jakarta Timur 49 kemaren pas menghadiri undangan pengurus laen yang punya gawe saya juga bertemu banyak pengurus FKPI di sana.” 44 Selain komunikasi internal secara horizontal antara anggota dengan anggota, komunikasi horizontal antara ketua dan ketua pun harus dilaksanakan. Apabila pelaksanaan komunikasi organisasi secara horizontal yang dilaksanakan oleh anggota lebih banyak bersifat tidak formal, pelaksanaan komunikasi organisasi secara horizontal antara ketua dengan ketua lebih banyak bersifat formal, terutama apabila ada masalah-masalah dan kegiatan-kegiatan yang perlu penanganan khusus dalam organisasi yang membutuhkan koordinasi para ketua seperti rapat harian, rapat presidium, perubahan kebijaksanaan pemerintah dan sebagainya, para ketua melakukan koordinasi melalui rapat ketua. Hal ini sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh informan 4 sebagai berikut: “Biasanya saya bekerjasama dengan bidang DIKLAT untuk mengadakan diklat atau pelatihan bagi pengurus saya agar mereka selalu mengikuti perkembangan teknologi yang ada saat ini. Kadang saya menyampaikanya melalui surat edaran atau kalo tidak ya langsung saya sampaikan saat rapat harian pengurus yang diadakan tiap minggu kedua itu.”45 Hal serupa juga diungkapkan oleh informan 2 sebagai berikut : “Tentu karena setiap bidang disini saling terkait, jadi bagian PAO juga tidak luput dari kerjasama dengan department lain namanya juga organisasi, 44 Hasil wawancara dengan Danni Mamelas pada hari Jumat 18 Juli 2014 pukul 19.30 Di Kediaman Danni Mamelas 45 Hasil wawancara dengan Azhari pada hari Sabtu 19Juli 2014 pukul 09.00 Di Pondok Ranggon Jakarta Timur 50 tapi yang paling sering ya.. department PAO dan BPH jadi saya sering mengadakan rapat sendiri dengan para anggota dari bidang tersebut.”46 Apa yang dikemukakan di atas sesuai dengan pendapat Soekadi Ds, bahwa komunikasi organisasi dibagi menjadi dua yaitu komunikasi formal dan informal. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Mitfah Thoha sebagai berikut ; “Komunikasi organisasi formal mengikuti jalur hubungan formal yang tergambar dalam susunan atau sruktur organosasi. Adapun komunikasi informal arus informasinya sesuai dengan kepentingan dan kehendak masingmasing pribadi yang ada dalam organisasi tersebut”47 Dan berdasarkan hasil wawancara di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa penerapan di Forum Komunikasi Pemuda Indonesia berupa pelaksanaan komunikasi organisasi secara horizontal yang dilakukan para anggota cenderung bersifat informal, tetapi komunikasi organisasi secara horizontal yang dilakukan para ketua lebih bersifat formal. Berdasarkan jawaban - jawaban tersebut, maka dapat diketahui antara ketua dan anggota memiliki hubungan yang dekat, masing-masing mempunyai rasa saling hormat menghormati dan selalu terbuka dalam menghadapi masalah., serta adanya kesadaran akan arti pentingnya suatu komunikasi organisasi timbal balik. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh Rosady Roslan dalam bukunya yang berjudul Manajemen Hubungan 46 Hasil wawancara dengan Danni Mamelas pada hari Jumat 18 Juli 2014 pukul 19.30 Di Kediaman Danni Mamelas 47 Miftah Thoha, op.Cit, hal 163 51 Masyarakat dan Manajemen Komunikasi bahwa komunikasi organisasi dikatakan efektif apabila : “Adanya keterbukaan komunikasi antar manajemen organisasi dengan pengurus, adanya rasa saling menghormati serta menyadari akan arti pentingnya komunikasi timbal balik, saling menghormati atau saling menghargai satu sama lain yaitu antara ketua dan anggota demi tercapainya tujuan utama organisasi.”48 Dari pernyataan-pernyataan di atas maka dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan komunikasi organisasi di Forum Komunikasi Pemuda Indonesia berjalan dengan baik. Komunikasi organisasi merupakan salah satu faktor yang berperan dalam meningkatkan semangat kerja anggota organisasi. Dalam usaha pencapaian tujuan organisasi, masalah semangat kerja akan berpengaruh pada produktifitasnya. Agar produktifitas pengurus tetap terjaga ataupun meningkat, organisasi harus selalu berusaha menanamkan semangat dan gairah kerja dalam diri pengurus. Hal ini sesuai yang diungkapkan oleh informan 2 sebagai berikut : “Ibarat kereta maka pengurus adalah rodanya, tanpa adanya mereka maka FKPI tidak akan bisa berjalan. Mereka yang membuat Organisasi ini hidup. Bagaimanapun juga pengurus adalah aset organisasi, tanpa adanya pengurus yang memiliki etos kerja atau semangat kerja yang baik, organisasi ini pasti tidak akan maju, atau tidak akan mencapai tujuan yang ditetapkan oleh organisasi. Sebaliknya tidak ada organisasi yang merugi jika memperlakukan pengurus dengan baik dan menghargai prestasi mereka.”49 Dengan kata lain semangat kerja merupakan faktor penting untuk membuat organisasi menjadi lebih maju dan berkembang. Semangat kerja 48 49 Drs. Ig Wursanto, op.Cit, hal 85 Hasil wawancara dengan Danni Mamelas pada hari Jumat 18 Juli 2014 pukul 19.30 Di Kediaman Danni Mamelas 52 yang baik sendiri dapat dilihat dari berbagai hal seperti tingkat kedisiplinan pengurus, antusiasme kerja, hubungan yang harmonis dalam organisasi serta loyalitas. Tingkat kedisiplinan sendiri bisa diapresiasikan dengan berbagai cara. Hal yang serupa juga diungkapkan oleh informan 1 sebagai berikut : “Ya.. kan ada waktu dan klasifikasinya, klo ditanya mana yang lebih sering ya nggak mesti kadang di sekretariat lebih banyak ngomong, kadang seharian di depan komputer, kadang juga keluar untuk menghadiri acara. Yang penting saya tahu ketuanya gak mungkin saya akan bergosip berjamjam disekretariat, saya hanya akan berbicara mengenai masalah organisasi saja bila disekretariat kadang sesekali bercanda tapi itu hanya selingan untuk menghilangkan mencairkan suasana.”50 Dari hasil wawancara di atas dapat diketahui bahwa pengurus Organisasi FKPI selalu mencoba mematuhi peraturan yang telah ditetapkan oleh organisasi. Selain disiplin anggota, indikator yang lain dari semangat kerja adalah antusiasme kerja atau kegairahan kerja yang tinggi. Kegairahan kerja adalah kesenangan yang mendalam terhadap tugas yang dilakukan dan ketekunan dalam menjalankan tugas-tugasnya serta pantang menyerah dalam menghadapi kesulitan. Dengan kegairahan kerja maka pengurus tidak merasa terpaksa melakukan pekerjaannya. Seperti yang diugkapkan oleh informan 3 sebagai berikut : “Tidak banyak sih…, kadang persaingan terlalu ketat sehingga menimbulkan konflik. Atau kurangnya koordinasi dengan bagian lain 50 Hasil wawancara dengan Ahmad Hafiz, MM pada hari Kamis 17 Juli 2014 pukul 14.00 Di Cipayung Jakarta Timur 53 sehinnga menimbulkan kesalahpahaman. Tapi selama ini semua masih bisa di atasi dengan baik. Tak jarang juga, hambatan ini bisa menimbulkan hal yang positif seperti saat ketatnya persaingan antar anggota itu bisa membuat mereka semakin antusisas dalam berkarya”51 Hal yang serupa juga dikemukakan oleh informan sebagai 4 berikut : “….Saya agak takut sih…, tapi untungnya ketua saya seorang yang sabar. Saya ditanya mengapa bisa begitu kemudian saya menjelaskan duduk persoalanya. Hal itulah yang membuat saya semakin semangat menjalani tugas saya. Saya juga semakin antusias agar saya menjadi lebih baik dan lebih baik lagi dalam menjalani tugas saya.”52 Selain antusiasme kerja, kerjasama antar pengurus juga diperlukan. Kerjasama merupakan tindakan bersama-sama antara seseorang dengan orang lain, dimana setiap orang bekerja dengan menggerakkan tenaganya secara sukarela dan sadar untuk saling membantu guna mencapai tujuan bersama. Usaha kerjasama dari para pengurus di samping dapat dilihat dari kesukarelaan dalam membantu pengurus lain yang memerlukan bantuan, juga dapat dilihat dari kekompakan pengurus dalam menyelesaikan pekerjaan yang memerlukan penanganan beberapa pengurus. Seperti yang dikemukkakan oleh informan 4 sebagai berikut : “Ya.. itu mas bekerjasama dengan anggota. Kan tugas bidang saya ini membutuhkan ketelitian yang amat sangat jadi saat saya tidak konsen atau banyak masalah sering kali berdampak pada hasil kerja saya.” 53 51 Hasil wawancara dengan Ismawati pada hari Kamis 17 Juli 2014 pukul 20.00 Di Pondok Ranggon Jakarta Timur 52 Hasil wawancara dengan Azhari pada hari Sabtu 19Juli 2014 pukul 09.00 Di Pondok Ranggon Jakarta Timur 53 Ibid 54 Selain kerjasama semangat kerja yang baik juga dapat ditinjau dari loyalitas. Loyalitas adalah perasaran yang berwujud kesetiaan terhadap organisasi dan pekerjaannya sehingga ia merasa memiliki, menjaga nama baik organisasi dan bilamana perlu membela organisasinya. Hal tersebut dapat dilihat dalam kehidupan sehari-hari organisasi. Seperti yang dikemukakan oleh informan 3 sebagai berikut : “Saya dah banyak mendapat aktifitas yang menyenangkan. aktifitas yang menyenangkan disini jangan diartikan secara sempit karena yang saya maksud adalah kebersamaan, kegiatan, teman, pengalaman dan masih banyak lagi yang lainya.”54 Hal yang serupa juga diungkapkan oleh informan 2 sebagai berikut : “Saya manfaatkan fasilitas organisasi kayak komputer ya saya pake, relasi, semuanyalah mas. Selain itu saya juga memiliki kewajiban untuk menjaga semua fasilitas tersebut. Lawaong nanti kalo rusak saya sendiri yang repot. Masak kalo computer rusak mo nulis pake tangan kan gak mungkin.”55 Hal ini menunjukanan bahwa loyalitas di Forum Komunikasi Pemuda Indonesia tidak hanya berupa loyalitas antar pengurus, tapi juga loyalitas antara organisasi dengan pengurus dan loyalitas antar pengurus dengan organisasi. Dari hasil wawancara di atas menunjukan bahwa pengurus Forum Komunikasi Pemuda Indonesia bersikap disiplin terhadap tugas dan kewajibanya, berantusias dalam bekerja, mau bekerjasama dalam organisasi serta mempunyai sikap loyal entah itu loyal terhadap rekan sesama anggota, 54 55 Hasil wawancara dengan Ismawati pada hari Kamis 17 Juli 2014 pukul 20.00 Di Pondok Ranggon Jakarta Timur Hasil wawancara dengan Danni Mamelas pada hari Jumat 18 Juli 2014 pukul 19.30 Di Kediaman Danni Mamelas 55 loyal terhadap tugas di bidang masing-masing maupun loyal terhadap organisasi. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh Alex A. Nitisemito dalam bukunya yang diberi judul Manajemen Personalia bahwa semangat kerja yang baik dapat dilihat dari: 1. Disiplin kerja yang tinggi, 2. Antusiasme kerja, 3. Hubungan yang harmonis, 4. Loyalitas. 56 Sehingga dari semua hal itu dapat disimpulkan bahwa pengurus Forum Komunikasi Pemuda Indonesia memiliki samangat yang tinggi. Dan hal ini tak luput karena komunikasi organisasi yang lancar dan efektif sehingga menimbulkan semangat kerja yang tinggi hingga organisasi akan berjalan dengan lancar yang kemudian akan mengakibatkan keberhasilan dalam mencapai tujuan organisasi. B. Faktor pendukung terjadinya komunikasi organisasi di Forum Komunikasi Pemuda Indonesia Dalam pelaksanaanya komunikasi organisasi perlu didukung oleh berbagai media dalam berkomunikasi. Di Forum Komunikasi Pemuda Indonesia ada beberapa faktor pendukung terjadinya proses berkomunikasi. Seperti yang dikemukakan oleh informan 3 sebagai berikut : 56 Alex A. Nitisemito, op.Cit, hal 160 56 “Ya dikasih sama Kominfo (Komunikasi dan Informasi), klo gak yaa.. biasanya tiap awal bulan ditempel di mading organisasi yang ada di depan itu lho.”57 Hal yang tak jauh berbeda diungkapkan oleh informan 4 sebagai berikut : “Sangat terbantu sekali, seperti saat ada anggota yang menanyakan surat, saya tinggal mengunakan telpon untuk menghubungi sekertaris jadi saya tidak perlu menunggu berhari-hari ketika ketemu hanya untuk menanyakan itu.”58 Hal yang tak jauh berbeda diungkapkan oleh oleh informan 2 sebagai berikut : “Sebisa mungkin saya mencoba untuk menyampaikannya secara langsung untuk meminimalkan kesalahan tapi jika tidak bisa paling lewat saluran telepon, memo atau email.”59 Hal yang tak jauh berbeda diungkapkan oleh oleh informan 1 sebagai berikut : “Ada yang menyampaikanya langsung saat melalui forum resmi, ada yang menuliskanya dalam bentuk surat kemudian dimasukan dalam kotak saran dan tak jarang juga yang menyampaikanya melalui PAO. Tentang media yang mereka pilih itu tergantung isi dari pesan yang akan mereka sampaikan. Yang jelas media tersebut jangkauanya hanya dalam organisasi saja.”60 57 Hasil wawancara dengan Ismawati pada hari Kamis 17 Juli 2014 pukul 20.00 Di Pondok Ranggon Jakarta Timur 58 Hasil wawancara dengan Azhari pada hari Sabtu 19Juli 2014 pukul 09.00 Di Pondok Ranggon Jakarta Timur 59 Hasil wawancara dengan Danni Mamelas pada hari Jumat 18 Juli 2014 pukul 19.30 Di Kediaman Danni Mamelas 60 Hasil wawancara dengan Ahmad Hafiz, MM pada hari Kamis 17 Juli 2014 pukul 14.00 Di Cipayung Jakarta Timur 57 Apa yang diungkapkan oleh informan di atas sesuai dengan apa yang dikemukukun oleh Ig. Wursanto dalam bukunya yang berjudul Dasar-dasar Manajemen Personalia, yaitu: “Media yang digunakan dalam komunikasi organisasi yang jangkauanynya terbatas dalam sekretariat atau organisasi saja. Jenis yang dipergunakan tergantung pada bentuk atau jenis komunikasi, apakah secara langsung atau tdak. Media yang dipergunakan dalam komunikasi organisasi pada umumnya yaitu surat, telepon, pertemuan, wawancara dan kunjungan”.61 Sehingga berdasarkan hasil wawancara dan observasi di atas, dapat disimpulkan bahwa jaringan yang menghubungkan antara bidang yang satu dengan bidang yang lain dapat membantu kelancaran dalam penyampaian informasi yang sifatnya penting. Dan berdasarkan pernyataan-pernyataan di atas maka dapat disimpulkan bahwa terdapat faktor-faktor pendukung terjadinya komunikasi organisasi di Organisasi Forum Komunikasi Pemuda Indonesia seperti jaringan telepon yang menghubungkan bidang satu dengan bidang yang lain, email, memo, handphone, Intern Office Communications, madding serta kotak saran yang disediakan organisasi untuk menampung keluh-kesah mereka. Dengan adanya media sebagai penunjang terjadinya komunikasi organisasi di Forum Komunikasi Pemuda Indonesia membuat para pengurusnya merasa senang bekerja disana, pihak Forum Komunikasi Pemuda Indonesia sangat memperhatikan kebutuhan akan proses komunikasi para pengurusnya, tentu saja hal ini dapat menghasilkan respon yang baik dari para pengurusnya. 61 Drs. Ig Wursanto, op.Cit, hal 85 58 Media komunikasi yang lain adalah pertemuan. Pertemuan adalah media komunikasi secara langsung dan dapat dilakukan secara formal maupun informal. Pertemuan formal adalah pertemuan yang telah diatur acara, tempat, serta waktunya. Pertemuan formal ini biasanya disebut dengan rapat. Pertemuan merupakan faktor penunjang keberhasilan dalam komunikasi organisasi. Pertemuan informal di dalam Forum Komunikasi Pemuda Indonesia dilakukan sama halnya dengan pelaksanaan komunikasi secara horizontal antar para ketua dan antara ketua dengan anggota, yaitu ketika membahas agenda-agenda rutin, rapat tahunan, bulanan, dan mingguan antar kepala bidang. Hal ini sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh informan 2 sebagai berikut: “Dengan membagi kerja mereka hingga setiap bidang. mengetahui dan paham akan tugas masing-masing. Dan selanjutnya kita tinggal membangun komunikasi yang baik antar tiap bidang dengan mengadakan forum-forum resmi secara rutin dan bertahap dari mingguan, bulanan, hingga tahunan agar terjalin kerjasama yang maksimal.”62 Berdasarkan pernyataan-pernyataan di atas maka dapat disimpulkan bahwa pertemuan merupakan media pendukung terjadinya komunikasi internal. Pertemuan secara formal dilaksanakan untuk membahas agendaagenda rutin.seperti membahas masalah-masalah disetiap bidang, membahas rugi laba organisasi dan membahas serta mengevaluasi hasil kerja para 62 Hasil wawancara dengan Danni Mamelas pada hari Jumat 18 Juli 2014 pukul 19.30 Di Kediaman Danni Mamelas 59 pengurusnya. Pelaksanaan pertemuan ini bersamaan dengan pelaksanaan komunikasi secara horizontal antara ketua. Pertemuan secara informal adalah pertemuan yang terjadi setiap saat, tidak terikat oleh ketentuan formal. Pertemuan informal bersifat insidental, secara kebetulan, biasanya dilaksanakan disaaat senggang seperti saat istirahat dan pulang kerja. Hal yang serupa juga diungkapkan oleh informan 4 sebagai berikut : “….Tak jarang juga saya ngobrol santai dengan pengurus yang lain, masalah yang umum dibicarakan paling-paling tak jauh dari peralatan sekretariat seperti saat sampai ke kehidupan sehari-hari. Atau ketemu sekjend cerita komputernya kena virus solusinya bagaimana. Kadang saya tanggepin dengan bercanda.”63 Berdasarkan pertanyaan-pertanyaan di atas dapat disimpulkan bahwa pertemuan informal antara para pengurus lebih banyak dilakukan disaat mereka mempunyai waktu luang, seperti waktu istirahat, diskusi dan melaksanakan ibadah, pertemuan informal bersifat insedental, tidak ada rencana untuk bertemu. Dengan berbagai sarana yang tersedia sebagai faktor penunjang komunikasi internal, maka hal itu dapat berperan dalam membangun semangat kerja pengurus Forum Komunikasi Pemuda Indonesia. C. Faktor Yang Menghambat Terjadinya Komunikasi Organisasi Di Organisasi Forum Komunikasi Pemuda Indonesia. Dalam melaksanakan komunikasi internal adakalanya hasil yang dicapai tidak sesuai dengan yang diharapkan. Dengan kata lain komunikasi tidak efektif, tidak mencapai sasaran dengan baik. Di dalam pelaksananya, 63 Hasil wawancara dengan Azhari pada hari Sabtu 19Juli 2014 pukul 09.00 Di Pondok Ranggon Jakarta Timur 60 komuniksasi internal dapat terhambat oleh beberapa faktor, seperti antara pihak ketua dan anggota tidak atau kurang memahami proses komunikasi yang mereka lakukan, adanya perbedaan persepsi dalam memahami suatu masalah pekerjaan, adanya perbedaan jabatan antara ketua dan anggota dan perbedaan jabatan antara masing-masing bidang, terjadinya penumpukan informasi, adanya perbedaan bahasa yang digunakan oleh masing-masing pengurus, ada rasa tidak percaya dari penerima informasi terhadap pemberi informasi, dan adanya pemberian informasi yang tidak sesuai dengan kenyataan. Di Forum Komunikasi Pemuda Indonesia ada salah satu faktor yang menghambat terjadinya komunikasi internal yaitu adannya masalah ketika penyampaian pesan dari pengirim ke penerima karena faktor fisik misalnya alat komunikasi rusak, dan kesibukan pribadi yang yang padat. Meskipun gangguan-gangguan tersebut nampaknya sepele, namun menghambat proses komunikasi. Seperti yang dikemukakan oleh informan 4 sebagai berikut : “Yang sering jadi alasan itu paling-paling hape mas. Mungkin karena kita sering memakainya jadi pasti ada-ada saja masalahnya, ya gitu-gitu sich mas sepele tapi cukup menganggu selain itu paling conection error jadi pengurus tidak bisa mengirim email. Kadang klo bukan koneksinya ya.. gentian komputrnya yang terlalu banyak viruslah atau mousenya tidak bisa digerakinlah kayak gitu-gitu sih mas.”64 Sebagaimana penyampaian pesan dalam penerimaanpun tidak luput dari masalah. Seperti kurang jelasnya ketua dalam menyampaikan informasi 64 Hasil wawancara dengan Azhari pada hari Sabtu 19Juli 2014 pukul 09.00 Di Pondok Ranggon Jakarta Timur 61 tentang bagaimana tugas tersebut harus dilaksanakan oleh anggota dan keterlambatan dalam menerima informasi tentang pelaksanaan suatu pekerjaan. Contoh kasus dalam Forum Komunikasi Pemuda Indonesia ialah adanya keterlambatan dalam menerima informasi mengenai pelaksanaan suatu tugas atau pekerjaan sehingga pelaksanaannya pun juga mengalami keterlambatan. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh informan 3 sebagai berikut: “Pernah, seperti saat ada instruksi bahwa kami disuruh mengantar surat ke balai kota tapi instruksi itu sendiri disampaikannya terlambat lawong suratnya harus diantar sejak pagi trus siangnya baru ada instruksi mengantar trus gimana terlambat ngomongnya kami sendiri juga bingung jadinya harus gimana.”65 Hal yang serupa juga disampaikan oleh informan 2 sebagai berikut : “Lha gimana, memonya itu jatuh dibawah bangku. Baru setelah ketua menanyakannya ya saya binggung, kan saya merasa tidak mendapat instuksi apa-apa jadi ya pekerjaan yang diminta sama ketua belum saya kerjakan alhasil saya kena tegur lah.”66 Kondisi kesehatan di pengirim dan si penerima pesan juga dapat menimbulkan masalah dalam penyampaian pesan dan penerimaan pesan seperti sakit kepala, gangguan pada pendengaran dan sebagainya. Meskipun hal tersebut pengaruhnya tidak besar , namun hal itu dapat menghambat konsentrasi baik dari pengirim maupun dari pihak penerima. Hal yang sama dikemukakan oleh informan 1 sebagai berikut : 65 Hasil wawancara dengan Ismawati pada hari Kamis 17 Juli 2014 pukul 20.00 Di Pondok Ranggon Jakarta Timur 66 Hasil wawancara dengan Azhari pada hari Sabtu 19Juli 2014 pukul 09.00 Di Pondok Ranggon Jakarta Timur 62 “Yang paling sering adalah human error, yaitu saat pengurus sakit atau kurang konsentrasi dalam tugas sehingga membuat mereka kurang tepat atau kurang pas dalam menjalankan tugas organisasi dari saya. Disuruh ini malah yang dijalankan itu kadang saya kesel sendiri tapi saya juga harus bisa memaklumi keadaan.”67 Faktor lainnya yang menghambat terjadinya komunikasi internal di Organisasi FKPI ialah perasaan kurang percaya diri dalam mengemukakan pendapat dan permasalahan yang disebabkan oleh perbedaan jabatan dan latar belakang pendidikan yang berbeda, yang pada akhirnya dapat menghambat proses komunikasi. Seperti yang dikemukakan oleh informan 3 sebagai berikut : “Kadang-kadang saya merasakan sungkan dan tidak percaya diri apabila hendak mengemukakan pandapat atau ditanyai pendapat oleh ketua mengenai suatu hal, mungkin dengan melihat beliau adalah ketua yang mempunyai pengetahuan serta pengalaman yang luas sedangkan saya hanyalah anggota.”68 Apa yang diungkapkan oleh informan-informan tersebut di atas sesuai dengan yang diungkapkan oleh Djoko Purwanto bahwa faktor-faktor penghambat komunikasi ialah : 1. Masalah dalam pengembangan pesan, 2. Masalah dalam penyampaian pesan, 3. Masalah dalam menerima pesan, 4. Masalah dalam menafsirkan pesan.69 67 Hasil wawancara dengan Ahmad Hafiz, MM pada hari Kamis 17 Juli 2014 pukul 14.00 Di Cipayung Jakarta Timur 68 Hasil wawancara dengan Ismawati pada hari Kamis 17 Juli 2014 pukul 20.00 Di Pondok Ranggon Jakarta Timur 69 Djoko Purwanto, op.Cit, hal 11 63 Dan Berdasarkan hasil wawancara serta obsevasi maka dapat ditarik suatu kesimpulan faktor-faktor yang menghambat terjadinya komunikasi internal di Forum Komunikasi Pemuda Indonesia ialah adanya perbedaan dalam memahami suatu informasi atau tugas yang diberikan oleh ketua karena ketidak jelasan dan keterlambatan ketua dalam memberikan instruksi dan petunjuk tentang pelaksanaan tugas tersebut, adanya masalah pada jaringan internet serta handphone mengalami kerusakan, kondisi kesehatan dari si pengirim dan penerima pesan yang dapat menganggu konsentrasi dalam berkomunikasi dan adanya perasaan sungkan dan kurang percaya diri pada anggota dalam berkomunikasi dengan ketua karena perbedaan jabatan diantara mereka. D. Usaha-Usaha Dalam Mengatasi Hambatan Dalam Berkomunikasi Di Organisasi Forum Komunikasi Pemuda Indonesia Komunikasi organisasi di organisasi tidak akan selalu berjalan lancar, dalam pelaksanaannya selalu ada masalah-masalah yang ditemui, untuk itu perlu dilakukan suatu cara dan usaha untuk mengatasi agar komunikasi organisasi dapat berjalan dengan baik. Di Forum Komunikasi Pemuda Indonesia usaha yang dilakukan untuk mengatasi hambatan-hambatan tersebut adalah: Dari segi masalah dalam menerima dan menyampaikan pesan, alat komunikasi mengalami gangguan, sehingga proses komunikasi yang seharusnya lancar menjadi terhambat. Usaha yang dilakukan untuk mengatasinya ialah mengganti kabel dan pesawat telepon serta perlengkapan 64 komputer yang memiliki kualitas lebih bagus dan tahan lama. Karena jaringan komunikasi merupakan alat vital dalam berkomunikasi. Hal yang serupa juga diungkapkan oleh informan 2 sebagai berikut : “Ya itulah gunanya kerjasama, kami akan melaporkanya pada bidang bersangkutan. Mana yang perlu dibenahi harus segara dibenahi dan mana yang perlu diganti harus segera diganti agar tidak mengangu pelaksanaan tugas kami tersebut.”70 Dari hambatan mengenai keterlambatan dan ketidakjelasan ketua dalam memberikan instruksi dan penjelasan tentang suatu informasi atau tugas usaha yang dilakukan untuk mengatasinya ialah dengan meminta penjelasan yang sejelas-jelasnya kepada ketua mengenai tugas atau pekerjaannya Seperti yang diungkapkan oleh informan 4 sebagai berikut : “Ya pasrah saja saya juga yang salah yang pentingkan bagaimana kitanya agar tidak mengulangi kesalahan yang sama. Sekarang saya sudah tau bagaimana harus bersikap saya akan bertanya pada ketua apabila ada kesalahan dalam pekerjaan saya, dan meminta penjelasan pada beliau tentang kesalahan saya tersebut atau langsung meminta penjelasan ketika ketua memberikan pekerjaan tersebut.”71 Dari pihak ketua sendiripun mereka juga berusaha untuk menekan terjadinya kesalahan dan keterlambatan dalam penerimaan pesan kepada anggotanya. Seperti yang diungkapkan oleh informan sebagai 1 berikut : “Tangapan mereka selama ini baik, jika kurang jelas mereka langsung nanya selain itu saya juga memastikan setiap email atau memo saya dibaca 70 Hasil wawancara dengan Danni Mamelas pada hari Jumat 18 Juli 2014 pukul 19.30 Di Kediaman Danni Mamelas 71 Hasil wawancara dengan Azhari pada hari Sabtu 19Juli 2014 pukul 09.00 Di Pondok Ranggon Jakarta Timur 65 oleh mereka. Jadi walaupun saya sudah menulis memo saya tetap konfirmasi lagi dengan mereka untuk menayakan apakah mereka sudah mengerti mengenai instruksi saya tersebut.”72 Kondisi tubuh memang tidak selamanya sehat, suatu saat pasti berubah. Usaha dalam mengatasi hambatan pelaksanaan komunikasi yang disebabkan oleh kondisi kesehatan para pengurus yaitu disediakan klinik kesehatan yang bekerja sama dengan Forum Komunikasi Pemuda Indonesia, apabila kondisi kesehatan sudah tidak memungkinkan untuk beraktifitas organisasi, maka pengurus tersebut dianjurkan untuk istirahat. Berusaha untuk pecaya diri dalam mengemukakan suatu masalah atau pendapat ialah usaha dan cara yang harus dilakukan oleh anggota apabila mengalami krisis kepercayaan diri ketika berhadapan dengan ketua. Seperti yang diungkapkan oleh informan 3 sebagai berikut : “Masing-masing pribadi mempunyai cara yang berbeda dalam mengatasi krisis kepercayaan diri, kalau saya dengan mencoba melatih kepercayaan diri saya ketika berhadapan dengan ketua seperti mencoba mengemukakan pendapat dalam rapat, selalu berpikir baik dalam memahami keadaan. Dengan begitu perasaan minder dan sebaiknya dapat berkurang sedikitdemi sedikit.”73 Hal yang sama juga dikemukakan oleh informan 1 sebagai berikut : “Saya selalu mencoba untuk memahami keadaan pengurus saya. Karena karakter masing-masing pengurus disini berbeda, maka kita harus memahaminya satu persatu dengan berkomunikasi dengan mereka tak jarang juga saya mengikut sertakan pengurus saya untuk mengikuti program-progam 72 Hasil wawancara dengan Ahmad Hafiz, MM pada hari Kamis 17 Juli 2014 pukul 14.00 Di Cipayung Jakarta Timur 73 Hasil wawancara dengan Ismawati pada hari Kamis 17 Juli 2014 pukul 20.00 Di Pondok Ranggon Jakarta Timur 66 pengembangan diri yang diadakan oleh organisasi agar masalah rendah diri, dan pikiran negative itu jadi berkurang.”74 Dari sini dapat diketahui hal-hal yang dilakukan untuk mengatasi hambatan adalah seperti memperbaiki jaringan komunikasi yang sudah rusak dan menganti handphone yang sudah tidak bisa digunakan, berusaha untuk mendapatkan kejelasan perintah dan instruksi yang diberikan ketua pada anggota sehingga hasilnya sesuai dengan apa yang diharapkan ketua, melakukan pengobatan apabila kondisi kesehatan menurun, dan memupuk rasa percaya diri, serta mencoba memahami kondisi lingkungan dengan orang-orang yang terlibat di dalamnya. Dan dari semua hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa pengurus Forum Komunikasi Pemuda Indonesia bersikap disiplin terhadap tugas dan kewajibannya, berantusias dalam bekerja, mau bekerjasama dalam organisasi serta loyal terhadap organisasi, hal ini merupakan indikator semangat kerja yang baik sesuai yang diungkapkan Alex S. Nitisemito dalam bukunya yang diberi judul Manajemen Personalia. Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa pengurus Forum Komunikasi Pemuda Indonesia memiliki samangat kerja yang tinggi. Dan hal ini tak luput karena komunikasi organisasi yang lancar dan efektif terbukti dengan adanya rasa saling menghormati antar pengurus, adanya keterbukaan 74 Hasil wawancara dengan Ahmad Hafiz, MM pada hari Kamis 17 Juli 2014 pukul 14.00 Di Cipayung Jakarta Timur 67 organisasi dengan pengurusnya, adanya media komunikasi yang baik serta kesadaran yang tinggi akan pentingnya komunikasi organisasi timbal-balik. Dan hal ini menunjukankan bahwa komunikasi organisasi di Forum Komunikasi Pemuda Indonesia berjalan efektif seperti yang diungkapkap oleh Rosady Roslan dalam bukunya yang berjudul Manajemen Hubungan Masyarakat dan Manajemen Komunikasi. Dan komunikasi organisasi yang baik dan efektif menimbulkan semangat kerja yang tinggi sehingga organisasi akan berjalan dengan lancar yang kemudian akan mengakibatkan keberhasilan dalam mencapai tujuan organisasi. Selain itu, berdasarkan pernyataanpernyataan di atas maka dapat disimpulkan bahwa terdapat faktor-faktor pendukung terjadinya komunikasi organisasi di Forum Komunikasi Pemuda Indonesia seperti jaringan komunikasi yang menghubungkan bidang satu dengan bidang yang lain, email, memo, madding, kotak saran yang disediakan organisasi untuk menampung keluh-kesah mereka, serta adanya forum – forum khusus seperti rapat dan pertemuan. Pertemuan adalah media komunikasi secara langsung dan dapat dilakukan secara formal maupun informal. Selain adanya faktor yang mendukung maka terdapat pula faktor-faktor yang menghambat terjadinya komunikasi internal di Forum Komunikasi Pemuda Indonesia yaitu adanya perbedaan dalam memahami suatu informasi atau tugas yang diberikan, adanya masalah pada jaringan telepon atau media komunikasi yang lain, kondisi kesehatan dari si pengirim dan penerima pesan kurang baik dan adanya perasaan sungkan serta kurang percaya diri pada anggota. 68 Sedangkan usaha-usaha untuk mengatasi masalah tersebut adalah mengganti semua peralatan sekretariat yang rusak, berusaha untuk mendapatkan kejelasan perintah dan instruksi yang diberikan ketua, melakukan pengobatan apabila kondisi kesehatan menurun, dan memupuk rasa percaya diri, serta mencoba memahami kondisi lingkungan dengan orang-orang yang terlibat di dalamnya. Semua uraian di atas sesuai yang diungkapkan oleh Suhardiman Yuwono, bahwa apabila komunikasi yang diperlukan dalam penyelenggaraan komunikasi diatur dengan baik, maka akan terwujud dampak-dampak tersebut dibawah ini : 1. Timbulnya kemahiran dalam pelaksanaan pekerjaan karena keterangan-keterangan yang diperlukan untuk melaksanaan pekerjaan menjadi tersedia dan menjadi jelas pula hal-hal diharapkan dari suatu tanggung jawab. Efek kemahiran kerja itu juga diperoleh karena komunikasi merupakan input yang mendorong cara berfikir yang kreatif 2. timbulnya dorongan semangat kerja (kinerja) melalui komunikasi maka rasa ingin tahu yang kalau tidak tersalukan dapat mengurangi semanggat kerja tidak dapat dipenuhi. Dengan komunikasi dapat dipenuhi kebutuhan-kebutuhan personil dalam melaksanakan tugastugasnya, juga dapat dipahami mengapa mereka bekerja dan selanjutnya dapat didorong antusiasmenya. 3. Komunikasi merupaka alat yang utama bagi para personil untuk bekerja sama. Komunikasi membantu menyatukan organisasi 69 dengan memungkinkan para personil mempengaruhi serta meniru satu dengan yang lainya.75 Sehingga dapat diketahui bahwa komunikasi organisasi yang berjalan baik dan efektif di Forum Komunikasi Pemuda Indonesia mampu menimbulkan dorongan semangat kerja pengurus. Maka dari itu Forum Komunikasi Pemuda Indonesia merasa perlu menjamin dengan baik penyelenggaraan komunikasi, baik di dalam lingkungan organisasi itu sendiri (intern) maupun dengan para pemakai jasanya/publik (ekstern). 75 Suhaediman Yuwono, op.Cit, hal 4 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Pelaksanaan komunikasi organisasi di Forum Komunikasi Pemuda Indonesia sendiri dibagi menjadi dua dimensi yaitu komunikasi vertikal dan horizontal, komunikasi internal vertikal adalah komunikasi dari atas ke bawah dari bawah ke atas atau komunikasi dari ketua umum kepada anggota dan dari anggota kepada ketua umum secara timbal balik (two way traffic communication). Dalam komunikasi vertikal, ketua umum memberikan instruksi, petunjuk, informasi, dan penjelasan kepada anggotanya. Kemudian anggotanya memberikan laporan, saran, pengaduan, dan sebagainya kepada ketua umum. Komunikasi dua arah secara timbal balik tersebut sangat penting dalam organisasi karena jika satu arah saja, misalnya dari ketua umum kepada anggotaya saja, maka roda organisasi tidak akan berjalan dengan baik. Komunikasi vertikal yang lancar, terbuka dan saling mengisi merupakan sikap ketua umum yang demokratis. Ketua umum perlu mengetahui laporan, tanggapan atau saran para pengurus sehingga satu keputusan atau kebijaksanaan dapat diambil dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Agar komunikasi berjalan baik dan lancar maka diperlukan adanya media atau sarana sedangakan media komunikasi yang terdapat di Forum Komunikasi Pemuda Indonesia adalah 70 jaringan komunikasi yang 71 menghubungkan antar pengurus seperti email, memo, madding, kotak saran yang disediakan organisasi untuk menampung keluh-kesah mereka, serta adanya forum–forum khusus seperti rapat dan pertemuan. Pertemuan adalah media komunikasi secara langsung dan dapat dilakukan secara formal maupun informal. Pelaksanaan komunikasi organisasi di Forum Komunikasi Pemuda Indonesia tak luput dari hambatan. Hambatan-hambatan tersebut adalah adanya perbedaan dalam memahami suatu informasi atau tugas yang diberikan, adanya masalah pada jaringan komunikasi atau media komunikasi yang lain, kondisi kesehatan dari si pengirim dan penerima pesan kurang baik dan adanya perasaan sungkan serta kurang percaya diri anggota. Dan usahausaha untuk mengatasi masalah tersebut adalah mengganti semua peralatan sekretariat yang rusak, berusaha untuk mendapatkan kejelasan perintah dan instruksi yang diberikan ketua umum, melakukan pengobatan apabila kondisi kesehatan menurun, dan memupuk rasa percaya diri, serta mencoba memahami kondisi lingkungan dengan orang-orang yang terlibat di dalamnya. Semua usaha tersebut dilakukan guna memperlancar kembali komunikasi organisasi di Forum Komunikasi Pemuda Indonesia guna Mencapai tujuan organisasi. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa komunikasi organisasi pengurus di Forum Komunikasi Pemuda Indonesia kurang optimal. Hal ini khususnya di sebabkan kurang optimalnya komunikasi ke atas yaitu komunikasi dari anggota ke ketua. Kurang optimalnya komunikasi ke atas ini disebabkan karena anggota merasa segan 72 untuk memberikan kritik dan pendapatnya kepada ketua dan juga merasa segan untuk bertanya apabila mengalami kesulitan, karena anggota merasa takut berkomunikasi kepada ketua menyebabkan komunikasi ke atas kurang maksimal. Sedangkan komunikasi ke bawah yang dilakukan oleh ketua di Forum Komunikasi Pemuda Indonesia telah baik, hal ini ditunjukkan dengan ketua telah memberikan perintah secara jelas kepada pengurus. Selain itu komunikasi horizontal juga telah baik, hal ini ditunjukkan dengan adanya komunikasi antar rekan sekerja dalam hal menyelesaikan tugas dan kewajiban. Kinerja merupakan sikap atau kemampuan individu-individu atau sekelompok orang terhadap kesukarelaan dan kesediaannya untuk mencapai tujuan organisasi atau instansi dimana mereka bekerja. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa komunikasi organisasi di Forum Komunikasi Pemuda Indonesia berperan besar terhadap kinerja pengurus. Hal ini ditunjukkan baiknya informasi yang diberikan oleh ketua kepada anggota, baiknya informasi yang diberikan oleh anggota kepada ketua serta baiknya pertukaran informasi diantara pengurus akan mempengaruhi baiknya kedisiplinan pengurus dalam melakukan pekerjaannya, baiknya tanggung jawab pengurus terhadap pekerjaannya dan baiknya kerjasama diantara pengurus berkaitan dengan penyelesaian pekerjaan maupun kepentingan lain diantara pengurus. Serta baiknya sikap loyalitas anggota terhadap anggota yang lain atau sikap loyalitas pengurus terhadap organisasi berpengaruh terhadap kelangsungan organisasi ini sendiri. 73 B. Saran Saran yang dapat disimpulkan berdasarka simpulan diatas adalah : 1. Untuk pihak ketua agar anggota tidak merasa segan dalam memberikan kritik kepada ketua, maka ketua hendaknya selalu menciptakan suasana harmonis dengan anggota dengan cara selalu berkomunikasi dengan anggota mengenai organisasi. 2. Untuk anggota sendiri diharapkan untuk meningkatkan komunikasi dengan ketuanya. Anggota harus berani bertanya bila mengalami kesulitan kepada ketua, sehinnga terjadi komunikasi timbal-balik antara ketua dengan para anggota. Selain itu komunikasi antara pengurus yang sudah baik juga perlu dipertahankan dan ditingkatkan agar terjadi pertukaran informasi yang baik berkaitan dengan pekerjaan diantara anggota, sehingga apabila terjadi kesulitan kerja organisasi diatasi bersama-sama. DAFTAR PUSTAKA Djoko Purwanto, 1997, Komunikasi Bisnis, Erlangga, Jakarta. Drs. Ig Wursanto, 1989, Dasar-Dasar Manajemen Personali, Dian Pustaka, Jakarta. Hamid Patilima, 2005, Metode Penelitian Kualitatif,Alfabeta, Bandung, Harrison & Doerfel in Islam & Shiangtai (2006) The Antecendent Consequences of Utilization in International Srtategic alliance. Journal of International Business Disciplines, 3 (1), diakses 5 Agustus 2014. www.jibd.org HB. Sutopo, Metode Penelitian Kualitatif, Sebelas Maret Universiti Prees, Surakarta Ivansenvich Gibon & Donelly, 1993, Organisasi dan Manajemen, Erlangga, Jakarta. Jalaludin Rakmat, 2004, Metode Penelitian Komunikasi, Remaja Rosdakarya, Jakarta Miftah Thoha, 2002, Perilaku Organisasi, Raja Grafindo Persada, Jakarta Muhhamad Arni, 2001, Komunikasi Organisasi, PT. bumi Aksara, Jakarta. Onong Uchjana Effendi, 2001, Ilmu Komunikasi, Teori dan Praktek, Remaja Rosdakarya, Bandung. Pedoman Akademik Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta tahun akademik 20072008 Soekadi Darso Wiyono, Peranan Komunikasi di Dalam Organisasi, Bumi Kentingan, Surakarta. Stewart Silvia Moss, 2001, Human Comminications, Konteks-konteks Komunikasi, PT.Remaja Rosadakarya, Bandung. Suhaediman Yuwono, 1985, Ikhtiar komunikasi Administrasi, Liberty, Yogyakarta. Tubbs, Rosady Roslan, 2001, Manajemen Hubungan Masyarakat dan Manajemen Komunikasi, Raja Grafindo Persada, Jakarta. Team Depdikbud, 1989, Tata Laksana Sekretariat, Gramedia, Jakarta. Zohurul (2009). Does Ob Matter On Organizational Change? Evidence From Depz, Bangladesh. Journal of South asian. Diakses 5 Agustus 2014, dari wbiconpro.com/408-pdf 74