HUBUNGAN ANTARA TINGKAT RELIGIUSITAS DENGAN SIKAP TERHADAP PORNOAKSI PADA MAHASISWA SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI (STIE) PERBANAS SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi (S.Psi) Disusun Oleh RIFQI NIM : 204070002434 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1431 H / 20011 M HUBUNGAN ANTARA TINGKAT RELIGIUSITAS DENGAN SIKAP TERHADAP PORNOAKSI PADA MAHASISWA SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI (STIE) PERBANAS SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi (S.Psi) Disusun Oleh RIFQI 204070002434 Dibimbing Oleh Ikhwan Lutfi, M.Psi., Psi NIP. 150368809 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1431 H / 20011 M LEMBAR PENGESAHAN Skripsi yang berjudul hubungan antara tingkat religiusitas dengan sikap terhadap pornoaksi pada mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Perbanas telah diujikan dalam sidang munaqosyah Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 04 Agustus 2011. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Program Strata 1 (S1) pada Fakultas Psikologi. Jakarta, 04 Agustus 2011 Sidang Munaqosyah Dekan/ Pembantu Dekan/ Ketua Merangkap Anggota Sekretaris Merangkap Anggota Jahja Umar, Ph.D Dra. Fadhilah Suralaga, M.Si. NIP. 130 885 522 NIP. 19561223 198303 2001 Anggota Ikhwan Luthfi, M.Si NIP. 150368809 Gozi Saloom, M.Si.,Psi NIP. 1971121420070110104 LEMBAR PERNYATAAN Lembar Pernyataan Keaslian Skirpsi Saya yang bertanda tangan di bawah ini : Nama : Rifqi NIM : 204070002434 Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Hubungan Antara Tingkat Religiusitas dengan Sikap Terhadap Pornoaksi Pada Mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Perbanas” adalah benar merupakan karya sendiri dan tidak melakukan tindakan plagiat dalam dalam menyusun skripsi tersebut. Adapun kutipan-kutipan yang ada dalam penyusunan skripsi ini telah saya cantumkan sumber pengutipannya dalam daftar pustaka. Saya bersedia untuk melakukan proses yang semestinya sesuai sesuai dengan undang-undang jika ternyata skripsi ini secara prinsip merupakan plagiat atau jiplakan dari karya orang lain. Demikian pernyataan ini saya buat untuk dipergunakan sebaik-baiknya. Jakarta, 04 Agustus 2011 Rifqi NIM : 20407002434 “Tidak ada iri hati yang diperbolehkan kecuali dua hal, yaitu: Seseorang yang akan dikaruniai harta oleh Allah, kemudian dibelanjakannya dalam kebenaran, dan seseorang yang dikaruniai ilmu oleh Allah, diamalkan dan dikerjakannya”. (HR. Buchori Muslim) Karya Sederhana ini Kupersembahkan Untuk Yang Tercinta, Papa, Mama, dan Kakak ABSTRAK (A) Fakultas Psikologi (B) Maret 2011 (C) Rifqi (D) Hubungan Antara Tingkat Religiusitas Dengan Sikap Terhadap Pornoaksi Pada Mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Perbanas (E) Halaman : x + 57 halaman + 20 lampiran (F) Konsumen utama pornografi dan pornoakasi adalah para remaja yang mana umumnya mempunyai kecenderungan untuk mencoba hal-hal baru, sangat tingginya rasa ingin tahu mereka tentang seks, dan pengaruh informasi yang tidak benar serta perubahan-perubahan hormonal yang terjadi pada remaja mengakibatkan timbulnya dorongan emosi dan pemicu bagi hasrat seksual mereka. Selain itu banyak ditemukan kasus remaja yang melakukan perilaku negatif dan tindakan kriminal seksualitas. Salah satu tempat yang menjadi sasaran adalah mahasiswa. Dalam hal ini mahasiswa STIE Perbanas. Banyak faktor yang dapat mempengaruhi sikap remaja terhadap pornoaksi, antara lain tingkat religiusitas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara tingkat religiusitas dengan sikap terhadap pornografi pada mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) PERBANAS Penelitian kuantitatif dengan studi korelasional yang digunakan ini melibatkan 80 orang responden. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan incidental sampling. Instrumen yang digunakan berbentuk skala likert yang terdiri dari dua skala. Skala Sikap Terhadap Pornoaksi berjumlah 28 item dan skala Religiusitas berjumlah 35 item. Hasil penelitian menunjukkan tidak ada pengaruh negatif yang signifikan antara tingkat religiusitas dengan sikap terhadap pornoaksi mahasiswa yang dibuktikan dengan rh 0.289 < rt 0.364 pada taraf signifikansi 0,05%. Untuk penelitian selanjutnya, diharapkan dapat memperdalam lagi faktor-faktor apa sajakah yang dapat membentuk sikap remaja terhadap pornoaksi. i KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum, Wr. Wb Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya setiap saat, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Hubungan Antara Tingkat Religiusitas Dengan Sikap Terhadap Pornoaksi Pada Mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) PERBANAS”. Shalawat serta salam semoga Allah melimpahkan Nabi Muhammad SAW, atas segala perjuangannya sehingga kita dapat merasakan indahnya hidup di bawah naungan Islam. Penulis menyadari bahwa terselesaikannya skripsi ini tidak dapat terlepas dari bantuan dari banyak pihak. Oleh karena itu, perkenankanlah penulis untuk mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada: 1. Dekan Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah, Bapak Jahja Umar, Ph.D yang telah banyak memberika pengarahan dan perhatian kepada penulis selama menjalani proses perkuliahan dan penyusunan skripsi ini. 2. Pembimbing akademik, Bapak Bambang Suryadi, Ph.D atas bimbingannya selama penulis menjalani perkuliahan. 3. Bapak Ikhwan Luthfi, M.Si yang senantiasa memberikan bimbingan, saranm dan motivasi dalam penyusunan skripsi ini. 4. Pembimbing seminar skripsi, Ibu Yunita, yang tidak pernah bosan untuk menyumbangkan pendapatnya, memberikan saran yang membangun, motivasi, sehingga penulis dapat mengatasi kendala dalam penyusunan skripsi ini. 5. Para dosen Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah yang dengan penuh kesabaran dan keikhlasan untuk memberikan ilmu kepada penulis. 6. Ibu Christine Sulistyowati, sebagai Purek Non Akademik STIE Perbanas Jakarta, yang telah menijinkan penulis untuk melakukan penelitian. 7. Seluruh mahasiswa STIE Perbanas Jakarta Selatan yang bersedia menjadi sampel dalan penelitian ini. 8. Yang paling penulis hormati dan kasihi setelah Allah dan Rasul-Nya, Papa, ku Drs. Firdaus. HT, MM, dan mama ku Aryati BSc, paman ku Herni Ali. HT, SE., MM, dan bude ku Ir. Absari watining, dan kedua kakak ku Ira Nuryasanti, SE dan Asfa gandhy, SE , serta Cintya, SE dan Pritha S.M yang tidak pernah putus asa memberikan dorongan, doa, cinta dan kasih yang tulus kepada penulis. 9. Seluruh sahabat di Fakultas Psikologi, atas persahabatan dan dukungan yang telah kalian berikan. 10. Teman-teman, Untung Nugraha, Ikhsan, Abdu, Fachdi, Elyna, Fathin, Arniyati, Rizki, Dewi, Luthfi, Zaki, atas sefala motivasi yang tiada henti dan waktu yang disediakan untuk berbagi di setiap kesempatan. Semoga Allah memberikan pahala yang tiada henti-hentinya, sebagai balasan atas segala kebaikan dan bantuan yang diberikan. Harapan penulis, semoga skripsi imi memberi manfaat, khususnya bagi penulis dan umumnya bagi seluruh pihak terkait. untuk kesempurnaan karya ini, penulis harapkan saran dan kritiknya. Jakarta, 04 Agustus 2011 Rifqi DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PERSETUJUAN HALAMAN PENGESAHAN LEMBAR PERNYATAAN PERSEMBAHAN ABSTRAK KATA PENGANTAR DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah .................................................................................................1 1.2 Pembatasan Masalah dan Perumusan Masalah 1.2.1 Pembatasan Masalah ...........................................................................................3 1.2.2 Rumusan Masalah ................................................................................................3 1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian ..................................................................................................4 1.3.2 Manfaat Penelitian ................................................................................................4 1.4 Sistematika Penulisan ....................................................................................................5 BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Pornoaksi 2.1.1 Pengertian Pornoaksi ..........................................................................................7 2.1.2 Unsur-unsur Pornoaksi ........................................................................................8 2.1.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pornoaksi Mahasiswa .................................10 2.2. Sikap 2.2.1 Pengertian Sikap ..................................................................................................14 2.2.2. Komponen-Komponen atau Struktur Sikap .........................................................16 2.2.3. Ciri-Ciri Sikap ......................................................................................................17 2.2.4. Faktor yang Mempengaruhi Pembentukan dan Perubahan Sikap .....................18 2.3. Religi dan Religiusitas 2.3.1 Pengertian Religi .................................................................................................21 2.3.2 Pengertian Religiusitas ........................................................................................23 2.3.3 Dimensi-dimensi Religiusitas ...............................................................................25 2.3.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi religiusitas ....................................................29 2.4 Kerangka Berpikir ..........................................................................................................31 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian 3.1.1 Pendekatan penelitian ..........................................................................................35 3.1.2 Metode Penelitian .................................................................................................35 3.2 Variabel Penelitian 3.2.1 Definisi Variabel ....................................................................................................36 3.2.1.1. Definisi Konseptual ..................................................................................36 3.2.1.2. Definisi Operasional .................................................................................37 3.3 Pengambilan Sampel 3.3.1 Populasi ..............................................................................................................38 3.3.2 Sampel .................................................................................................................38 3.3.3. Teknik Pengambilan Sampel ...............................................................................39 3.4 Metode dan Instrumen Penelitian 3.4.1 Tipe Instrumen dan Cara Skoring ........................................................................41 3.5 Teknik Uji Instrumen 3.5.1 Uji Validitas ...........................................................................................................42 3.5.2 Uji Reliabilitas .......................................................................................................45 3.6 Teknik Analisis Data .......................................................................................................46 3.7 Prosedur Penelitian 3.7.1 Tahap Persiapan ..................................................................................................46 3.7.2 Tahap Pelaksanaan Penelitian .............................................................................47 BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Responden 4.1.1 Gambaran Responden Berdasarkan Usia .........................................................48 4.1.2 Gambaran Responden Berdasarkan Semester .................................................49 4.1 Kategorisasi 4.1.1 Kategorisasi Sikap Terhadap Pornoaksi ............................................................50 4.1.2 Kategorisasi Tingkat Religiusitas Responden ....................................................50 4.2 Hasil Uji Hipotesis BAB V KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN 5.1. Kesimpulan ....................................................................................................................53 5.2. Diskusi ...........................................................................................................................53 5.3. Saran 5.3.1. Saran Teoritis ......................................................................................................55 5.3.2. Saran Praktis .......................................................................................................56 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Hidup bermasyarakat memerlukan nilai-nilai yang bisa mengantarkan masyarakat menuju kehidupan yang lebih maju seiring dengan perkembangan zaman tetapi tetap tidak melanggar ketentuan nilai serta ajaran agama yang sudah ditetapkan. Seiring perkembangan zaman yang semakin modern, dengan tingkat perkembangan teknologi yang tidak terendung lagi, akses internet (dunia maya) sangatlah mudah. tidak terhitung lagi jumlah situs porno yang ada di internet. Dari sekedar hanya bacaan, video, sampai dengan menggunakan web cam. Baik itu yang bersifat lokal, maupun mancanegara. Kemudahan akses ini justru membuat pemerintah dan masyarakat sangat merasa gerah, dengan adanya pola mem-block situs-situs yang ada, itu merupakan salah satu langkah prepentif yang dilakukan, tetapi, tetap saja masih ada yang bisa di akses. Misalkan, kita membuka salah satu situs yang ada, sering sekali muncul pop-up desktop yang bertuliskan “click here to chat me”, atau, “Hai, namaku xxx, umurku xx tahun”, yang tentunya dengan memajang foto yang sangatlah erotis. bagi kalangan remaja, ini merupakan hal yang sangatlah menarik. mereka tahan berjam-jam duduk di warnet hanya untuk mendownload film porno atau chatting dengan lawan jenis dengan perbincangan seksual. 1 2 Ajaran agama mempunyai peranan penting dalam kehidupan karena ajaran agama itulah yang akan menjadi pedoman untuk melakukan segala aktivitas kehidupan. Agama menjadi pedoman dalam usaha, dalam bersikap, dalam menghadapi masalah, dan juga dalam pergaulan remaja. Belakangan ini banyak remaja yang terseret pada tindakan yang salah yang berupa pornoaksi. Sikap merupakan sebagai satu predisposisi atau kecenderungan yang relatif stabil dan berlangsung terus menerus untuk bertingkah laku dan bereaksi dengan suatu cara tertentu terhadap pribadi lain, objek, lembaga, atau persoalan tertentuDalam menyikapi pornografi dan pornografi yang marak berkembang di dunia sekarang ini ada agama. Agama merupakan salah satu filterisasi yang menyaring informasi yang masuk ke dalam diri kita. Bagaimana cara kita menyikapinya, itu semua tergantung dari kita sendiri. Agama hanyalah sebagai tameng, yang bisa melakukannya adalah kita sendiri. Adapun penelitian hendak melihat apakah sebuah stimulus yang negatif bisa menimbulkan perilaku yang negatif, atau stimulus itu akan terabaikan. Berdasarkan hal tersebut maka penulis mengambil judul skripsi “Hubungan Antara Tingkat Religiusitas Dengan SikapTerhadap Pornoaksi Mahasiswa STIE PERBANAS.” 1.2 Pembatasan Masalah dan Perumusan Masalah 1.2.1 Pembatasan Masalah 3 Agar penelitian yang dilakukan tidak terlalu luas maka penulis memberikan batasan masalah. Adapun batasan masalah dari peneliti ini adalah : Religiusitas adalah aktivitas keberagamaan. Religiusitas diidentifikasikan dalam lima macam dimensi keberagamaan, yaitu dimensi peribadatan atau praktik (ritualistik), dimensi penghayatan (eksperiensial), dimensi pengalaman (konsekuensial) dan dimensi pengetahuan agama (intelektual), seperti yang diungkapkan oleh Glock & Stark. Pornoaksi menurut definisi rancangan UU antipornografi : “Pornoaksi adalah bentuk ekspresi untuk memperlihatkan secara terang-terangan atau tersamar kepada publik alat vital dan bagianbagian tubuh serta gerakan-gerakan erotis yang menunjukkan sensualitas dan atau seksualitas serta segala bentuk perilaku seksual dan hubungan seks manusia yang patut diduga menimbulkan rangsangan nafsu birahi pada orang lain. Mahasiswa yang diteliti adalah mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) PERBANAS. 1.2.2 Rumusan Masalah Dari pembatasan masalah di atas, maka dapat dirumuskan dalam permasalahan sebagai berikut : “Apakah ada hubungan yang signifikan 4 antara tingkat religiusitas dengan sikap terhadap pornoaksi pada Mahasiswa STIE PERBANAS?” 1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui hubungan antara tingkat Religiusitas dengan sikap terhadap pornoaksi pada mahasiswa STIE PERBANAS. 1.3.2 Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini dapat ditinjau secara teoritis maupun praktis. Secara teoritis, penelitian ini dapat digunakan untuk menambah khasanah ilmu pengetahuan dalam bidang psikologi khususnya psikologi Islami dan psikologi perkembangan. Secara praktis, apabila religiusitas berhubungan terhadap pornoaksi mahasiswa dapat dijadikan sebagai pelajaran bagi para orang tua untuk mendidik anak-anaknya terutama lebih memberikan perhatian pada aspek religiusitasnya supaya dapat menjaga tingkah laku, sikap maupun kepribadiannya dan terhindar dari hal-hal yang menyimpang dari ketentuan agama dan nilai-nilai moral. 5 1.4 Sistematika Penulisan Bab I : Pendahuluan Pada bab ini berisi latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian dan sistematika penulisan. Bab II : Kajian Teori Meliputi teori-teori atas pornoaksi, faktor-faktor yang mempengaruhi pornoaksi, serta definisi religiusitas yang terdiri dari definisi religiusitas, fungsi religiusitas, dimensi religiusitas, sumber-sumber religiusitas serta definisi pornoaksi. Kerangka berpikir dan hipotesa penelitian. Bab III : METODOLOGI PENELITIAN Meliputi pendekatan penelitian, Variabel penelitian, populasi dan sampel penelitian, instrumen penelitian, teknik pengumpulan dan pengolahan data, serta prosedur penelitian. Bab IV : HASIL PENELITIAN Meliputi gambaran umum responden, gambaran responden berdasarkan usia, gambaran umum berdasarkan semester, uji persyaratan, dan hasil uji hipotesis. 6 Bab V : KESIMPULAN, DISKUSI, dan SARAN 7 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Pornoaksi 2.1.1 Pengertian Pornoaksi Menurut Nasseri (dalam Djubaedah, 2003) Pornoaksi berarti segala tindakan, perilaku, sikap, ucapan, gerakan-gerakan erotis yang dapat merangsang atau menimbulkan nafsu seksual. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia pornografi adalah penggambaran tingkah laku secara erotis dengan lukisan atau gambar untuk membangkitkan nafsu birahi. Pornografi merupakan produk visualisasi seperti gambar, foto, film dan jenis lainnya yang mengeksploitasi seks dengan cara asusila yang melecehkan hakikat dan martabat manusia, melanggar moral, ajaran agama, adat istiadat dan tradisi. Menurut RUU (Djubaedah 2003) pornoaksi adalah sikap, perilaku, perbuatan, gerakan tubuh, suara yang erotis dan sensual, baik dilakukan antara manusia dengan hewan, atau antara hewan yang sengaja dipertunjukkan oleh seorang atau lebih yang bertujuan untuk membangkitkan nafsu birahi orang, baik perbuatan pornoaksi yang dilakukan secara heteroseksual, homoseksual, lesbian, oral-sex, fellatio cunnilingus, onani, masturbasi, anal intercourse (sodomi), baik dilakukan oleh orang sejenis kelamin maupun berlawanan jenis kelamin, yang 7 8 ditujukan atau mengakibatkan orang yang melihatnya dan atau mendengarnya dan atau menyentuhnya timbul rasa yang menjijikkan dan atau memuakkan dan atau memalukan, yang bertentangan dengan agama dan atau adat-istiadat setempat. Dari pengertian pornoaksi, dalam RUU Pornoaksi, dapat diketahui bahwa perbuatan yang tergolong pornoaksi apabila segala perbuatan yang disebutkan dalam pengertian pornoaksi tersebut dilakukan di tempat umum/yang dianggap tempat umum, oleh orang yang tidak terikat hubungan suami isteri yang sah, dilakukan di depan umum baik yang ditonton oleh penonton tunggal atau bersama-sama. Pengertian dan ruang lingkup pornoaksi yang diajukan oleh Djubaedah dan RUU Pornoaksi ini, sampai dengan tulisan ini dibuat, Undang-undang Pornoaksi tersebut belum disahkan. 2.1.2 Unsur-unsur Pornoaksi Berdasarkan pengertian pornoaksi menurut RUU Pornoaksi, Djubaedah (2003) membagi unsur pornoaksi menjadi lima, yaitu: a. Sikap, baik yang berupa tataran kognitif serta afektif, dengan kognitif dimaksud adalah melakukan sikap yang membuat pikiran orang yang melihatnya menjadi ke arah seksual, sedangkan afektif yang dimaksud adalah melakukan tindakan tertentu yang membuat orang yang melihatnya menjadi terangsang secara seksual. 9 b. Gerakan tubuh yang sensual. Gerakan tubuh yang sensual ini dapat dilakukan dengan tarian maupun gerakan-gerakan yang menunjukkan kesensualan seseorang. Sebagai contoh cara berjalan dibuat berlenggok-lenggok agar terlihat lebih sensual untuk menarik lawan jenis. c. Suara yang erotis dan sensual. Suara yang erotis dan sensual adalah suara yang dikeluarkan oleh seseorang untuk membuat orang yang mendengarnya menjadi terangsang, baik secara langsung maupun melalui telepon. d. Memperlihatkan secara terang-terangan/tersamar pada publik alat vital dan atau bagian tubuh yang menunjukkan sensualitas. Perbuatan menunjukkan alat vital ini baik dilakukan secara sendiri-sendiri maupun bersama-sama. Contoh yang nyata dari tindakan memperlihatkan alat vital ini adalah gambar telanjang dari artis Anjasmara yang kemudian berujung pada dipidanakannya artis tersebut oleh FPI (Front Pembela Islam). e. Melakukan hubungan seksual dan dipertontonkan kepada orang lain. Hubungan seksual yang dimaksud dalam hal ini adalah hubungan seksual yang sengaja dilakukan di depan orang lain. Hubungan seksual merupakan pornoaksi yang sangat nyata karena dengan memperlihatkan hubungan seksual di depan orang lain akan membuat orang yang melihatnya menjadi terangsang dan juga akan tergiring kepada perbuatan pornoaksi. 10 Dari uraian di atas dapat disimpulakan bahwa suatu perbuatan dikatakan sebagai perbuatan pornoaksi apabila memiliki salah satu atau lebih dari satu unsur-unsur pornoaksi. 2.1.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pornoaksi Mahasiswa Faktor-faktor yang menyebabkan pornoaksi oleh remaja setidaktidaknya dipengaruhi oleh beberapa faktor berikut: a. Faktor nilai-nilai agama Nilai-nilai agama yang dianut oleh remaja menentukan sikapnya terhadap pornoaksi. Hal ini disebabkan agama mempunyai ajaranajaran tertentu atau ketentuan-ketentuan yang memberikan batasanbatasan yang tegas terhadap pornoaksi. Selain itu ajaran agama juga dapat memberantas, menanggulangi, mencegah, dan membendung pornoaksi, sepanjang kehidupan anggota masyarakat sesuai dengan ajaran agama yang dianutnya, khususnya ajaran agama Islam (Djubaedah, 2003). b. Faktor hukum Faktor hukum di sini dilihat dari hukum positif yang berlaku di Indonesia yaitu Hukum Pidana dan Hukum Islam. Hukum pidana di Indonesia melarang hal-hal yang bersifat pornografi dan pornoaksi melalui pasal-pasal yang berkaitan dengan kesusilaan. Berdasarkan penafsiran atas Pasal 281, 283, 532, 534, dan Pasal 535 Kitab Undang-undang Hukum Pidana, maka pengaturan pornografi dan 11 pornoaksi dapat dilihat dari penafsiran pasal-pasal tersebut (Djubaedah, 2003). Pengertian pornografi dan pornoaksi menurut ketentuan-ketentuan tersebut tidak hanya menyangkut perbuatan erotis dan sensual yang membangkitkan birahi seksual semata. Tetapi pengertian pornografi dan pornoaksi termasuk perbuatan erotis dan sensual yang menjijikkan, memuakkan, memalukan orang yang melihatnya dan atau mendengarnya dan atau menyentuhnya. Hal itu disebabkan oleh bangkitnya birahi seksual seseorang akan berbeda dengan yang lain. Apabila perbuatan erotis atau gerak tubuh maupun gambar, tulisan, karya seni berupa patung, alat kelamin, suara dalam nyanyiannyanyian maupun suara yang mendesah, humor, dan lain-lain yang terdapat dalam media komunikasi, baik cetak maupun elektronik, hanya diukur dengan perbuatan yang membangkitkan birahi seksual semata, maka sangat sulit untuk memberikan batasan pornografi dan pornoaksi yang dapat dikategorikan sebagai tindak pidana. Karena itu jenis pelanggaran kesusilaan pornografi dan pornoaksi seharusnya tidak hanya diukur oleh bangkitnya birahi seseorang, tetapi juga harus diukur dengan rasa memuakkan, menjijikkan, dan atau memalukan bagi orang yang melihatnya dan atau mendengarnya, dan atau menyentuhnya (Djubaedah, 2003). Dalam beberapa hadis Rasulullah yang melarang kita memakai pakaian yang tembus pandang, erotis, sensual, dan sejenisnya, serta 12 larangan bagi laki-laki dan perempuan berdua-duaan (berkhalwat) dengan perempuan yang bukan muhrimnya, ataupun laki-laki dengan laki-laki (homoseksual), maupun antara perempuan dengan perempuan (lesbian) (Djubaedah, 2003). c. Faktor kesusilaan Menurut Abdurrahman al-Maliki (Djubaedah, 2003) aspek kesusilaan diukur dari nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat. Oleh karena itu aspek ini sangat sulit untuk diseragamkan pada semua daerah, akan tetapi dari RUU Pornoaksi dan Pornografi yang sedang dibahas oleh DPR, batasan-batasan perbuatan yang melanggar kesusilaan antara lain: 1. Barangsiapa bercumbu, atau berbuat tidak sopan terhadap perempuan, maka akan dikenakan sanksi penjara selama 1 (satu) bulan. Jika hal itu dilakukan oleh seorang perempuan terhadap lakilaki, maka ia diberi sanksi serupa, dan ditambah dengan dera 10 (sepuluh) kali. 2. Setiap laki-laki yang menyamar dengan pakaian perempuan, kemudian masuk ke tempat khusus perempuan, atau ke tempat yang bagi laki-laki dilarang memasukinya – (saat kerja) selain perempuan saja, maka pelakunya akan dikenakan sanksi penjara sampai 6 (enam) bulan. 3. Barangsiapa yang mencetak atau menjual, atau menyimpan dengan maksud untuk dijual atau disebarkan, atau menawarkan 13 benda-benda perhiasan yang dicetak atau ditulis dengan tangan, atau foto-foto serta gambar-gambar porno, atau benda-benda lain yang dapat menyebabkan kerusakan akhlak, maka pelakunya dikenakan sanksi penjara 6 (enam) bulan. 4. Barangsiapa melihat perempuan yang sedang berjemur matahari dengan kondisi tidak sopan di tempat terbuka, atau terlihat di tempat umum, atau tempat yang diperbolehkan bagi umum, maka kepadanya akan dikenakan sanksi penjara 6 (enam) bulan. Bagi perempuan yang berjemur tersebut yang mudah dilihat laki-laki akan dikenakan sanksi serupa. 5. Setiap orang yang melakukan tindak tidak senonoh di tempat umum, atau di pertemuan umum, atau dalam kondisi yang memungkinkan seseorang yang ada di tempat itu melihatnya, maka pelakunya akan dikenakan sanksi penjara selama 6 (enam) bulan. 6. Setiap perempuan yang membuka auratnya selain wajah dan kedua tangannya dikenakan sanksi dera (jilid). Jika ia tidak menghentikan perbuatannya (jera), ia akan dikenakan sanksi pengasingan selama 6 (enam) bulan. 7. Setiap laki-laki yang terlihat (memakai) pakaian atau perhiasan, atau gerakan-gerakan yang tidak wajar, atau melanggar kesopanan, atau ia mirip perempuan, maka atasnya akan dikenakan sanksi jilid (dera). Jika (hukum jilid) tidak membuatnya 14 jera dari perbuatan tersebut, maka ia akan diasingkan selama 1 (satu) tahun. 8. Setiap orang yang mengintip rumah orang lain melalui lubang atau celah pintu, atau lainnya, maka ia akan dikenakan sanksi berupa pengasingan sampai 6 (enam) bulan penjara dan didera. Jika ia mengintip dari tempat yang lebih tinggi atau tempat yang lebih rendah, maka ia akan dikenakan sanksi dera (jilid). d. Faktor tokoh idola remaja Sebagai individu yang telah memasuki perkembangan kognitif masa operasi formal, maka membuktikan kemampuan remaja merasa intelektualnya. tertantang untuk Mereka umumnya mengidentifikasikan diri pada seorang tokoh yang dianggap idola, maka mereka berupaya bagaimana dirinya mampu menyerupai tokoh idolanya. Caranya dengan meniru sifat-sifat, kemampuan atau keahlian yang dimiliki tokoh idola itu. Seperti Inul Daratista dengan goyang ngebornya, Dewi Persik dengan goyang gergajinya, dan lainlainnya. 2.2 SIKAP 2.2.1 Pengertian Sikap Sikap dalam bahasa Inggris disebut attitude yaitu suatu cara bereaksi terhadap suatu perangsang. Sikap oleh Fishbein & Ajzen dalam 15 Azwar (2007) didefiniskan sebagai afek atau penilaian positif atau negatif terhadap suatu objek. Menurut G.W. Allport dalam Azwar (2007) sikap adalah keadaan mental dan saraf dari kesiapan, yang diatur melalui pengalaman yang memberikan pengaruh dinamik atau terarah terhadap respons individu pada semua objek dan situasi yang berkaitan dengannya. Menurut Krech dan Crutcchfield dalam David (1994) sikap adalah sebagai organisasi yang bersifat menetap dari proses motivasional, emosional, perseptual, dan kognitif mengenai beberapa aspek dunia individu. J.P Chaplin (2000) mengartikan sikap atau attitude sebagai satu predisposisi atau kecenderungan yang relatif stabil dan berlangsung terus menerus untuk bertingkah laku dan bereaksi dengan suatu cara tertentu terhadap pribadi lain, objek, lembaga, atau persoalan tertentu. Gerungan (2004) mendefinisikan sikap sebagai kesediaan beraksi terhadap sesuatu hal. Dari bebagai definisi diatas maka dapat disimpulkan bahwa sikap sebagai kecenderungan untuk bertingkah laku terhadap suatu objek yang bersifat menetap. Sikap terhadap pornoaksi merupakan kecenderungan untuk menyikapi semua yang berbau pornografi bisa bersifat positif atau pun negatif. Karena pornografi diibaratkan sebagai stimulus, dan pornoaksi diibaratkan sebagai respon. Untuk menyikapi hal tersebut dengan adanya 16 aspek kognitif yang merupakan penalaran dalam mencerna sesuatu informasi yang masuk kedalam STM (Short Term Memory) yang kemudian diteruskan ke LTM (Long Term Memory), yang kemudian dilanjutkan dengan menggunakan aspek afektif untuk merasakan apakan hal ini berdampak baik bagi kehidupan individu atau berdampak buruk. Dan, yang terakhir tercermin dari sisi perilaku. 2.2.1. Komponen-Komponen atau Struktur Sikap Menurut Mann (dalam Walgito, 2005) ada 3 aspek yaitu aspek kognitif, aspek afektif dan aspek konatif. 1. Aspek Kognitif (pengetahuan) Kognitif merupakan unsur pokok dalam mengadakan penalaran yang diawali dengan adanya pengetahuan tentang baik dan buruk.adanya pengetahuan itu adalah hasil dari perkembangan struktur kognisi. Komponen kognisi ini berisi kepercayaan seseorang dan pengalaman pribadi. Melalui pengetahuannya seseorang akan menentukan sikap untuk menerima atau menolak pornoaksi. 2. Aspek Afektif (perasaan) Afektif menyangkut masalah emosional seseorang terhadap suatu objek. Perasaan seseorang terhadap suatu objek akan mempengaruhi pandangannya terhadap objek tersebut. Berkaitan dengan hal tersebut maka apabila seseorang senang dengan pornoaksi maka ia akan 17 cenderung menerima pornoaksi, sebaliknya jika seseorang tidak senang dengan pornoaksi maka ia akan menolak pornoaksi. 3. Aspek Konatif (Perilaku) Perilaku seseorang akan sangat ditentukan oleh asumsi dasar bahwa pornoaksi adalah hal yang wajar, maka ia akan ikut berperilaku pornoaksi. Sebaliknya orang yang mempunyai asumsi dasar bahwa pornoaksi merupakan hal yang tidak wajar maka tidak akan mempunyai perilaku pornoaksi. Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa penerimaan seseorang terhadap pornoaksi sangat tergantung pada aspek kognitif, afektif, dan konatifnya. Dengan kata lain bagaimana tingkat pengetahuan seseorang tentang nilai baik dan buruk, bagaimana perasaan seseorang terhadap pornoaksi dan bagaimana penerimaannya terhadap perilaku pornoaksi akan sangat menentukan pandangannya mengenai pornoaksi. 2.2.2. Ciri-Ciri Sikap Gerungan (2004) menjabarkan tentang ciri-ciri sikap, yaitu: 1. Sikap tidak dibawa manusia sejak lahir, akan tetapi dibentuk atau dipelajari sepanjang perkembangan manusia tersebut dalam hubungan dengan objeknya. 2. Sikap dapat berubah-ubah, karena sikap dapat dipelajari. Atas dasar ini fungsi dari pendidikan, pelatihan, orasi politik, iklan, pemasaran, 18 dan lain sebagainya, yang semuanya ini diharapkan dapat mengubah sikap seseorang. 3. Sikap tidak berdiri sendiri, tetapi senantiasa mengandung relasi tertentu terhadap suatu objek. 4. Objek sikap dapat merupakan suatu hal tertentu dan dapat pula merupakan kumpulan dari hal-hal tersebut. 5. Sikap mempunyai segi-segi motivasi dan segi-segi perasaan 2.2.4. Faktor yang Mempengaruhi Pembentukan dan Perubahan Sikap Pembentukan sikap pada seseorang tidak terjadi begitu saja melainkan terbentuk melalui proses bagaimana individu berinteraksi dengan lingkungannya maupun dengan individu lainnya. Dalam hal ini faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan dan perubahan sifat menurut Azwar (2007) : a) Pengalaman pribadi Sesuatu yang telah dan sedang dialami akan membentuk dan mempengaruhi sikap seseorang terhadap sesuatu. Pembentukan kesan atau tanggapan akan menjadi salah satu dasar. Seseorang yang tidak mempunyai pengalaman atau kesan terhadap suatu objek cenderung akan membentuk sikap negatif terhadap objek tersebut. Pembentukan kesan atau tanggapan terhadap objek merupakan proses yang kompleks dalam individu yang melibatkan individu yang 19 bersangkutan, situasi dimana tanggapan itu terbentuk dan atribut atau ciri-ciri objektif yang dimiliki oleh stimulus. Sikap akan mudah terbentuk apabila pengalaman pribadi tersebut terjadi dalam situasi yang melibatkan faktor emosional. Karena ketika emosi dilibatkan penghayatan akan pengalaman lebih mendalam dan lebih lama berbekas. Namun dari semua hal diatas tidaklah sesederhana karena suatu pengalaman tunggal jarang sekali dapat menjadi dasar pembentukan sikap. b) Pengaruh orang lain yang dianggap penting Orang lain yang berada disekitar merupakan salah satu diantara komponen sosial yang ikut mempengaruhi sikap. Apalagi ketika seseorang yang berada disekitar itu dianggap penting dan diharapkan persetujuannya. Biasanya orang yang dianggap penting bagi individu adalah orang tua, orang yang status sosialnya lebih tinggi, temen sebaya, teman dekat, suami dan istri. c) Pengaruh kebudayaan Pembentukan sifat juga sangat dipengaruhi oleh kebudayaan. Ketika budaya dalam suatu tempat mempunyai peraturan norma yang longgar, maka budaya kebebasan akan semakin besar. Begitu juga ketika budaya dalam suatu tempat itu mempunyai peraturan norma yang ketat, maka budaya kebebasan akan semakin sempit. Tetapi seberapapun besarnya pengaruh kebudayaan terhadap sikap, 20 kepribadian individu yang telah mapan dan kuatlah yang mendominasi pembentukan sikap individual. d) Media massa Media massa seperti televisi, radio, surat kabar, majalah dan lain-lain mempunyai pengaruh besar dan memberikan sugesti yang dapat mengarahkan opini seseorang dan kepercayaan orang. Contoh pengaruh media massa terhadap pembentukan sikap adalah sugesti tayangan iklan yang dapat mempengaruhi penonton sehingga menjadi konsumtif. e) Lembaga pendidikan dan lembaga agama Lembaga pendidikan serta lembaga agama sebagai suatu sistem mempunyai pengaruh dalam pembentukan sikap, dikarenakan keduanya meletakan dasar pengertian dan konsep moral dalam diri individu. Lembaga agama dan pendidikan sangat menentukan sistem kepercayaan, konsep tersebut ikut berperan dalam menentukan sikap individu terhadap suatu hal. Ketika terjadi suatu hal yang sifatnya kontroversial orang akan mencari informasi untuk dapat memperkuat posisi sikapnya. Dalam hal seperti itu, ajaran moral yang diperoleh dari lembaga pendidikan atau dari lembaga agama seringkali menentukan sikap. f) Faktor pengaruh emosional menjadi determinan tunggal yang 21 Tidak semua bentuk sikap ditentukan oleh situasi lingkungan dan pengalaman pribadi seseorang. Kadang-kadang suatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang didasari oleh emosi yang berfungsi sebagai semacam penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego. Sikap yang timbul dari pengaruh emosional merupakan sikap sementara dan segera berlalu begitu frustasi telah hilang akan tetapi dapat pula merupakan sikap yang lebih persisten dan bertahan lama. Suatu contoh bentuk sikap yang didasari oleh faktor emosional adalah prasangka. 2.3 Religi dan Religiusitas 2.3.1 Pengertian Religi Menurut Harum Nasution (1974) agama berasal dari kata al-Din, religi (relegere, religare) dan agama. al-Din (semit) berarti undang-undang atau hukum. kemudian dalam Bahasa Arab, kata ini mengandung arti menguasai, menundukkan, patuh, utang, balasan, kebiasaan. sedangkan kata religi (latin) atau leregere berarti mengumpulkan dan membaca. kemudian lerigere berarti mengikat. kemudian kata agama (terdiri dari a=tidak; gam=pergi), mengandung arti tidak pergi, tetap di tempat atau diwariskan turun temurun (Jalaluddin, ed. Revisi, 2008). Bertitik tolak dari pengertian kata-kata tersebut menurut Harum Nasution, intisarinya adalah ikatan. karena itu agama dapat disimpulkan menjadi sebuah ikatan yang harus dipegang dan dipatuhi manusia. ikatan 22 tersebut berasal dari suatu kekuatan yang lebih tinggi dari manusia sebagai kekuatan gaib yang tidak dapat ditamkap oleh panca indera, namum mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap kehidupan sehari-hari. Secara definisi, menurut Harun Nasution, agama adalah (Jallaluddin, ed. Revisi, 2008): 1. Pengakuan terhadap adanya hubungan manusia dengan kekuatan gaib yang harus dipatuhi. 2. Pengakuan terhadap adanya kekuatan ghaib yang menguasai manusia. 3. Mengikat diri pada suatu bentuk hidup yang mengandung pengakuan pada suatu sumber yang berada di luar diri manusia dan yang mempengaruhi perbuatan-perbuatan manusia. 4. Kepercayaan pada suatu kekuatan gaib yang menimbulkan cara hidup tertentu. 5. Suatu sistem tingkah laku (code of conduct) yang berasal dari kekuatan gaib. 6. Pengakuan terhada adanya kewajiban-kewajiban yang diyakini bersumber pada suatu kekuatan gaib. 7. Pemujaan terhadap kekuatan gaib yang timbul dari perasaan lemah dan perasaan takut terhadap kekuatan misterius yang terdapat dalam alam sekitar manusia. 8. Ajaran-ajaran yang diwahyukan Tuhan kepada manusia melalui seorang Rasul. 23 Sedangkan menurut Robert H Thouless agama adalah sikap (cara penyesuaian diri) terhadap dunia yang mencakup acuan yang menunjukkan lingkunang yang lebih luas dari pada lingkungan dunia fisik yang terkait dengan ruang dan fisik – the spatiotemporal physical world (dalam hal ini yang dimaksudkan adalah dunia spiritual). definisi ini secara empiris lebih cocok untuk membedakan sikap-sikap keagamaan (religious) dari yang bukan keagamaan (irreligous), antara lain seperti Humanisme dan Komunisme (Jallaluddin, ed. Revisi, 2008). 2.3.2 Pengertian Religiusitas Pengertian religiusitas adalah keberagamaan yaitu suatu keadaan yang ada dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk bertingkah laku sesuai dengan kadar ketaatannya terhadap agama (Jalaluddin, 2003). Zakiah Daradjat berpendapat bahwa religiusitas merupakan satu sistem yang kompleks dari kepercayaan keyakinan dan sikap-sikap dan upacara-upacara yang menghubungkan individu dengan satu keberadaan atau kepada sesuatu yangbersifat ketuhanan (Daradjat: 1991). Pruyser (Jalaluddin, 2003) berpendapat bahwa religiusitas lebih bersifat personal dan mengatas namakan agama. Agama mencakup ajaran-ajaran yang berhubungan dengan Tuhan, sedangkan tingkat religiusitas adalah perilaku manusia yang menunjukkan kesesuaian dengan ajaran agamanya. Jadi berdasarkan agama yang dianut maka individu berlaku secara religius. 24 Religiusitas adalah suatu kesatuan unsur-unsur yang komprehensif, yang menjadikan seseorang disebut sebagai orang beragama (being religious), dan bukan sekadar mengaku mempunyai agama (having religion). Religiusitas meliputi pengetahuan agama, keyakinan agama, pengamalan ritual agama, pengalaman agama, perilaku (moralitas) agama, dan sikap sosial keagamaan. Dalam Islam, religiusitas pada garis besarnya tercermin dalam pengamalan akidah, syariah, dan akhlak, atau dengan ungkapan lain: iman, Islam, dan ihsan. Bila semua unsur itu telah dimiliki oleh seseorang, maka dia itulah insan beragama yang sesungguhnya. Di dalam buku ilmu jiwa agama, Daradjat (1991) mengemukakan istilah kesadaran agama (religious consciousness) dan pengalaman agama (religious experience). Kesadaran agama merupakan segi agama yang terasa dalam pikiran dan dapat diuji melalui introspeksi, atau dapat dikatakan sebagai aspek mental dari aktivitas agama. Pengalaman agama adalah unsur perasaan dalam kesadaran agama, yaitu perasaan yang membawa kepada keyakinan yang dihasilkan oleh tindakan. Sedangkan religiusitas merupakan suatu sistem yang kompleks dari kepercayaan sikap-sikap dan upacara-upacara yang menghubungkan individu dengan satu keberadaan atau makhluk yang bersifat ketuhanan, terdapat lima dimensi yang tidak dapat terpisahkan dan sudah merupakan kumpulan dari beberapa dimensi. Merujuk pada Glock dan Stark (dalam Jalaluddin, 2003), kelima dimensi religiusitas yaitu dimensi diantaranya 25 dimensi keyakinan (ideologis), dimensi praktik agama (ritualistik), dimensi penghayatan (eksperiensial), dimensi pengetahuan agama (intelektual), dimensi pengalaman dan konsekwensi. Kelima dimensi tersebut adalah merupakan aspek-aspek yang tidak bisa dipisahkan-pisahkan, karena hal tersebut merupakan satu kesatuan dalam religiusitas seseorang (Effendi, 2008 dalam http://www.scribd.com/doc/55834748/KAUUUUUP). Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa religiusitas adalah suatu ketentuan yang mengatur hubungan manusia dengan lingkungan sosialnya serta alam sekitar agar sesuai dengan norma kebenaran dan tata cara dalam melakukan peribadatan. Jadi, dapat dilihat adanya perbedaan agama/religi dengan religiusitas. hal yang paling mendasar adalah agama atau religi adalah aturan-aturan yang telah mengikat antara manusia dengan Tuhan (yang berhubunangan dengan alam gaib), sedangkan religiusitas merupakan cara bagaimana manusia menyikapi aturan-aturan yang baku itu dan mengimplementasikannya dalam kehidupan sehari-hari. 2.3.3 Dimensi-dimensi Religiusitas Religiusitas menurut Glock & Stark (dalam Jalaluddin, 2003) mempunyai 5 dimensi, yaitu: a. Dimensi Ideologi (The Idiological Dimension) Religious belief (the idiological dimension) atau disebut juga dimensi keyakinan adalah tingkatan sejauh mana seseorang menerima hal-hal 26 yang dogmatik dalam agamanya, misalnya kepercayaan kepada Tuhan, malaikat, surga dan neraka. Meskipun harus diakui setiap agama tentu memiliki seperangkat kepercayaan yang secara doktriner berbeda dengan agama lainnya, bahkan untuk agamanya saja terkadang muncul paham yang berbeda dan tidak jarang berlawanan. Pada dasarnya setiap agama juga minginginkan adanya unsur ketaatan bagi setiap pengikutnya. Dalam begitu adapun agama yang dianut oleh seseorang, makna yang terpenting adalah kemauan untuk mematuhi aturan yang berlaku dalam ajaran agama yang dianutnya. Jadi dimensi keyakinan lebih bersifat doktriner yang harus ditaati oleh penganut agama. (Ancok dan Suroso, 1995, dalam Hidayat, 2008). b. Dimensi Ritualistik (The Ritualistic Dimension) Religious ractice (the ritual dimension) yaitu tingkatan sejauh mana seseorang mengerjakan kewajiban-kewajiban ritual dalam agamanya. Unsur yang ada dalam dimensi ini mencakup pemujaan, kultur serta hal-hal yang lebih menunjukkan komitmen seseorang dalam agama yang dianutnya. Wujud dari dimensi ini adalah prilaku masyarakat pengikut agama tertentu dalam menjalankan ritus-ritus yang berkaitan dengan agama. Dimensi praktek dalam agama Islam dapat dilakukan dengan menjalankan ibadah shalat, puasa, zakat, haji ataupun praktek muamalah lainnya (Ancok dan Suroso, 1995, dalam Hidayat, 2008). c. Dimensi Perasaan (The Feeling Dimension) 27 Religious Feeling adalah perasaan-perasaan atau pengalaman yang pernah dialami dan dirasakan. Misalnya merasa dekat dengan Tuhan, merasa takut berbuat dosa, merasa doanya dikabulkan, diselamatkan oleh Tuhan, dan sebagainya. Ancok dan Suroso (1995) mengatakan kalau dalam Islam dimensi ini dapat terwujud dalam perasaan dekat atau akrab dengan Allah, perasaan bertawakal (pasrah diri dalam hal yang positif) kepada Allah. Perasaan khusyuk ketika melaksanakan shalat atau berdoa, perasaan tergetar ketika mendengar adzan atau ayat-ayat Al Qur’an, perasaan bersyukur kepada Allah, perasaan mendapat peringatan atau pertolongan dari Allah (Hidayat, 2008). d. Dimensi Intelektual (The Intelectual Dimension) Religious Knowledge (The Intellectual Dimension) atau dimensi pengetahuan agama adalah dimensi yang menerangkan seberapa jauh seseorang mengetahui tentang ajaran-ajaran agamanya, terutama yang ada di dalam kitab suci manapun yang lainnya. Paling tidak seseorang yang beragama harus mengetahui hal-hal pokok mengenai dasar-dasar keyakinan, ritus-ritus, kitab suci dan tradisitradisi. Dimensi ini dalam Islam menunjuk kepada seberapa tingkat pengetahuan dan pemahaman muslim terhadap ajaran-ajaran agamanya terutama mengenai ajaran pokok agamanya, sebagaimana yang termuat di dalam kitab sucinya (Ancok dan Suroso, 1995, dalam Hidayat, 2008) 28 e. Dimensi Konsekuensial (The Consequential Dimension) Yaitu sejauh mana perilaku seseorang konsekuen dengan ajaran agamanya. Dari kelima aspek religiusitas di atas, semakin tinggi penghayatan dan pelaksanaan seseorang terhadap kelima dimensi tersebut, maka semakin tinggi tingkat religiusitasnya. Tingkat religiusitas seseorang akan tercermin dari sikap dan perilakunya sehari-hari yang mengarah kepada perilaku yang sesuai dengan tuntunan agama. The consequential dimension yaitu dimensi yang mengukur sejauh mana perilaku seseorang dimotivasi oleh ajaran-ajaran agamanya dalam kehidupan sosial, misalnya apakah ia mengunjungi tetangganya sakit, menolong orang yang kesulitan, mendermakan hartanya, dan sebagainya. Ancok dan Suroso (1995) mengatakan bahwa dalam Islam, dimensi ini dapat diwujudkan dengan melakukan perbuatan atau perilaku yang baik sebagai amalan sholeh sebagai muslim, yaitu meliputi prilaku suka menolong, bekerjasama, berderma, mensejahterakan dan menumbuh kembangkan orang lain, menegakkan kebenaran dan keadilan, berlaku jujur, memaafkan, menjaga lingkungan hidup, menjaga amanat, tidak mencuri, tidak korupsi, tidak menipu, tidak berjudi, tidak meminum minuman yang memabukkan, mematuhi norma-norma Islam dalam prilaku seksual, berjuang untuk hidup sukses menurut ukuran Islam dan sebagainya. 29 30 2.3.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi religiusitas Thouless (Jalaluddin, 2003) mengemukakan bahwa ada empat faktor yang mempengaruhi seseorang dalam perilaku religiusnya, yaitu faktor sosial, faktor emosional, faktor intelektual dan faktor konflik moral. a. Faktor Sosial Menurut Thouless (1992) faktor sosial dalam agama terdiri dari berbagai pengaruh terhadap keyakinan dan perilaku religius dari pendidikan yang kita terima pada masa kanak-kanak. Berbagai pendapat dan sikap orang-orang disekitar kita, serta berbagai tradisi yang kita terima pada masa lampau. Sejak masa kanakkanak samapi masa tua kita menerima perilaku dari orang-orang disekitar kita dan dari apa yang mereka katakan berpengaruh terhadap sikap-sikap religius kita. Selain itu, pola-pola ekspresi emosional kita pun bisa dibentuk oleh lingkungan sosial kita. b. Faktor Emosional Setiap pemeluk agama memiliki pengalaman emosional dalam kadar tertentu yang berkaitan dengan agamanya, bahkan boleh jadi lebih mendalam tanpa membedakan jenisnya dari pengalamanpengalaman religius kebanyakan orang. Menurut Thouless (1992) ada peribadatan-peribadatan keagamaan lainnya yang juga dapat menimbulkan pengalaman-pengalaman emosional pada para pemeluknya, meskipun ini bukan merupakan tujuan utamanya. 31 Tanpa adanya pengalaman emosional, peribadatan-peribadatan itu akan terasa agak kosong dan bersifat formal semata-mata. c. Faktor Intelektual Rasionalisasi merupakan proses verbal yang digunakan untuk memberikan justifikasi terhadap kepercayaan yang dikukuhkan dengan landasan-landasan lain. Hampir tidak dapat diragukan lagi, bahwa rasionalisasi memainkan peran dalam pembentukan system kepercayaan keagamaan sebagaimana terjadi dalam sistem kepercayaan-kepercayaan lainnya, unsur-unsur emosional juga ikut. d. Konflik Moral Hukum moral bisa dianggap sebagai sistem tatanan sosial yang dikembangkan oleh suatu masyarakat dan diteruskan kepada generasi-generasi berikutnya melalui proses pengkondisian sosial. Thouless juga berpendapat bahwa hukum moral dapat dianggap sebagai sistem kewajiban yang mengikat manusia tanpa mempermasalahkan apakah sistem itu bermanfaat atau tidak, dilihat dari sisi sosial. Konflik moral menurut Thouless dapat dianggap sebagai salah satu fakta yang menentukan sikap religius. Konflik itu merupakan konflik antara kekuatan-kekuatan yang baik dan yang jahat dalam diri individu. 32 2.4 Kerangka Berpikir Telah dipaparkan sebelumnya bahwa masa remaja merupakan masa transisi, dimana individu akan berubah baik secara fisik maupun psikis dari seorang anak menjadi dewasa. Pada masa ini pula, remaja mudah terpengaruh oleh lingkungan sekitarnya seperti halnya media massa, film biru, buku-buku porno dan gambar-gambar porno. Kondisi tersebut bertambah parah dengan diputarnya film-film televisi maupun bioskop yang banyak mengumbar pornoaksi. Akibatnya, banyak remaja yang menirukan pola perilaku dalam film tersebut. Seperti yang kita ketahui bahwa perilaku yang mengumbar pornoaksi merupakan suatu hal yang bertentangan dengan norma-norma yang dianut oleh mayarakat dan ajaran agama. Untuk menghindari hal-hal tersebut remaja senantiasa membentengi diri dengan bekal iman dan tetap berpegah teguh pada nilai-nilai atau norma-norma yang berlaku, agar terhindari dari pengaruh lingkungan yang negatif. Oleh karena itu, tertanamnya juga nilai-nilai agama dan jiwa-jiwa agama dalam kehidupan sehari-hari mereka diharapkan mampu menuntun semua perilakunya. Sesuai dengan konsep yang dijelaskan oleh Glock & Stark (1975) mengenai Religiusitas terdapat 5 dimensi religiusitas, yaitu: 1). Dimensi Ideologi, 2). Dimensi Ritualistik, 3). Dimensi Perasaan, 4). Dimensi Intelektual, 5). Dimensi Seseorang yang memiliki keyakinan beragama akan mampu mengawasi segala tindakan, perkataan, dan perasaannya. Ketika tertarik 33 kepada sesuatu yang tampaknya menyenangkan, maka dengan keyakinan atau keimanannya akan bertindak, menimbang, dan meneliti apakah hal tersebut diperbolehkan atau tidak dalam agama, maka keyakinan beragama itulah yang menjadi bagian integral dari kepribadian seseorang. Tinggi rendahnya sikap pornoaksi ditunjukkan oleh skor total yang diperoleh individu dari skala sikap pornoaksi. Semakin tinggi skor total yang diperoleh semakin tinggi sikap pornoaksi individu, semakin rendah skor yang diperoleh semakin rendah sikap pornoaksi individu. Adapun unsur-unsur yang berkaitan dengan pornoaksi adalah unsur sikap, gerakan tubuh, suara yang erotis, memperlihatkan secara terang-terangan/tersamar pada publik alat vital dan atau bagian tubuh yang menunjukkan sensualitas, serta melakukan hubungan seks. Orang yang mengetahui ini akan segera menjauhinya, menjaga pandangan dan tingkah lakunya. semakin tingginya tingkat religiusitas yang dimilikinya, maka semakin semakin kuat usaha mereka untuk menjauhinya. sedangkan yang dipergunakan adalah skala sikap antara lain aspek kognitif, aspek afektif, dan aspek konatif. Jadi, semakin tinggi tingkat religiusitas, maka akan semakin negatif sikapnya terhadap pornoaksi. 34 Bagan 2.1 Kerangka Berfikir Penelitian Hubungan Antara Religiusitas Terhadap Sikap Pornoaksi pada Mahasiswa Religiusitas Sikap terhadap Pornoaksi 2.3.5 Hipotesis Berdasarkan tinjauan teori dan kerangka berpikir tersebut di atas, maka penulis mengajukan hipotesis penelitian dengan menggunakan hipotesis sebagai berikut: Ha : Ada hubungan negatif yang signifikan antara tingkat religiusitas dengan sikap terhadap pornoaksi mahasiswa STIE PERBANAS. 35 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian 3.1.1 Pendekatan penelitian Pendekatan penelitian yang digunakan adalah pendekatan Kuantitatif, dimana pada pendekatan kuantitatif data penelitian hanya akan dapat diinterpretasikan dengan lebih objektif apabila diperoleh melalui suatu pengukuran yang disamping valid dan reliabel, juga objektif. Dengan pendekatan kuantitatif akan diperoleh signifikansi perbedaan kelompok atau signifikansi hubungan antar variabel yang akan diteliti. (Azwar, 2005). 3.1.2 Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah korelasional. Hal ini sesuai dengan tujuan penelitian yang meneliti hubungan antara tingkat religiusitas dengan sikap terhadap pornoaksi mahasiswa STIE PERBANAS, dengan menggunakan rumus statistik atau data yang diperoleh dari penelitian ini berupa angka-angka, kemudian dianalisis dengan menggunakan rumus statistik. Menurut Sevilla, et. al. (1993), penelitian korelasional adalah penelitian yang dirancang untuk menetukan tingkat hubungan variabelvariabel yang berbeda dalam suatu populasi. Menurut Azwar (2005), 35 36 penelitian korelasional adalah penelitian yang bertujuan menyelidiki sejauh mana varians pada suatu variable berkaitan dengan variasi pada satu atau lebih variabel lain berdasarkan koefisien korelasi. Dengan penelitian korelasional, pengukuran terhadap beberapa variabel dan ada atau tidak adanya hubungan di antara variabel-variabel tersebut dapat dilakukan serentak dalam kondisi yang relistis. Penelitian korelasional ini dipilih karena dalam penelitian ini ingin melihat ada atau tidaknya hubungan antara variabel. 3.2 Variabel Penelitian Menurut Arikunto (2005), variabel adalah suatu objek penelitian atau sesuatu yang menjadi titik perhatian pada suatu penelitian. Variabel dalam penelitian ini terdiri dari variabel bebas (independent variable) dan variabel terikat (dependent variable). Variabel Bebas adalah Religiusitas Variabel Terikatnya adalah Sikap Terhadap Pornoaksi 3.2.1 Definisi Variabel 3.2.1.1. Definisi Konseptual Religiusitas merupakan suatu ketentuan yang mengatur hubungan manusia dengan lingkungan sosialnya serta alam sekitar agar sesuai dengan norma kebenaran dan tata cara dalam melakukan peribadatan. 37 Sikap terhadap pornoaksi merupakan kecenderungan untuk menyikapi semua yang berbau pornografi bisa bersifat positif atau pun negatif. Karena pornografi diibaratkan sebagai stimulus, dan pornoaksi diibaratkan sebagai respon. Untuk menyikapi hal tersebut dengan adanya aspek kognitif yang merupakan penalaran dalam mencerna sesuatu informasi yang masuk kedalam STM (Short Term Memory) yang kemudian diteruskan ke LTM (Long Term Memory), yang kemudian dilanjutkan dengan menggunakan aspek afektif untuk merasakan apakan hal ini berdampak baik bagi kehidupan individu atau berdampak buruk. Dan, yang terakhir tercermin dari sisi perilaku. 3.2.1.2. Definisi Operasional Definisi operasional variabel merupakan pengertian secara operasional mengenai variabel-variabel yang akan dipakai dalam penelitian, yaitu : Religiusitas menurut Glock dan Stark (dalam Ancok, 2001) menjelaskan sebagai sistem simbol, system keyakinan, sistem keyakinan, system nilai dan perillaku yang terlambangkan yang semuanya berpusat pada persoalan yang dihayati sebagai yang paling maknawi. 38 Menurut Djaelani (2004) bahwa sikap terhadap pornoaksi kecenderungan untuk memamerkan aurat secara berlebihan yang digelar dan ditonton secara langsung. 3.3 Pengambilan Sampel 3.3.1 Populasi Populasi adalah totalitas dari semua objek atau individu yang memiliki karakteristik tertentu, jelas dan lengkap yang akan diteliti (Hasan, 2002). Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah remaja putri dikampus perbanas Fakultas Ekonomi berjumlah 500 mahasiswi (berdasarkan data akademik STIE PERBANAS). 3.2.2 Sampel Sampel adalah beberapa bagian kecil dari populasi atau porsi dari suatu populasi yang akan diteliti (Sevilla, et al., 1995) mengingat karena luasnya populasi, maka penulis menetepkan mahasiswi Perbanas akan dijadikan sampel dalam penelitian ini, sampel yang akan diambil sebanyak 80 subjek dari 500 subjek. Hal ini juga didasarkan pada pendapat Guilford dan Fruchter (1981), bahwa jumlah sampel penelitian minimal adalah 30 orang. Sedangkan menurut Arikunto (2005), jika jumlah subjeknya besar, peneliti dapat mengambil antara 10-15% atau 20-25% atau lebih, tergantung setidak-tidaknya dari : a. Kemampuan peneliti dilihat dari tenaga, waktu dan dana. 39 b. Sempit luasnya wilayah pengamatan dari setiap subjek, karena hal ini menyangkut banyak sedikitnya data. c. Besar kecilnya resiko yang ditanggung oleh peneliti. Mengingat luasnya wilayah pengamatan dan banyaknya populasi yaitu 500 orang, peneliti mengambil data sebanyak 80 orang. Subjek yang diteliti dalam penelitian ini adalah mahasiswi Perbanas. Usia subjek sesuai dengan pendidikannya yaitu mahasiswa Perbanas yang berusia 18-24 tahun. 3.3.3. Teknik Pengambilan Sampel Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini yaitu dengan cara menyebarkan langsung instrumen penelitian (skala religiusitas dan skala pornoaksi mahasiswa Perbanas yang menjadi sampel penelitian. Adapun teknik yang diambil dalam pengambilan sampel menggunakan teknik Incidental sampling (mengambil sampel secara sembarang (kapanpun dan dimanapun menemukan) asal memenuhi syarat sebagai sampel dari populasi tertentu) (Arikunto, 2002). 3.4 Metode dan Instrumen Penelitian Penelitian ini menggunakan skala dengan model skala likert sebagai alat pengumpulan data, yang terdiri atas sejumlah pernyataan yang semuanya menunjukkan sikap terhadap suatu objek tertentu. Dalam 40 penelitian ini terdapat dua skala yaitu skala religiusitas dan skala sikap terhadap pornoaksi mahasiwa. Azwar (2003) mendefinisikan skala sebagai daftar pernyataan yang akan mengungkapkan performansi yang menjadi karakteristik tertentu, jelas, dan lengkap yang akan diteliti. Sedangkan instrumen yang digunakan dalam penelitian sebagai berikut : 1. Skala tryout sikap pornoaksi mahasiswa Item-item untuk skala tryout sikap terhadap pornoaksi disusun dengan mengacu pada definisi sikap menurut azwar (2007) sehingga dalam penyusunan indikatornya diambil dari atribut-atribut yang dimiliki oleh pornoaksi yang diteliti. Tabel 3.1 Blue Print Skala Tryout Sikap Pornoaksi Mahasiswa Indikator Pornoaksi mahasiswa Gerakan tubuh yang sensual Perbuatan menunjukan alat vital Jumlah Kognitif Afektif Konatif Fav Unfav Fav Unfav Fav Unfav Total 9, 23 16 7, 27 3 10, 24 4, 17 10 2, 22 1, 18, 25 8, 14, 26 5, 11, 19, 23 6, 13 18 4 4 5 5 4 28 2. Skala tryout religiusitas 12, 15, 20, 21, 28 6 41 Penyusunan item-item skala tryout religiusitas mengacu pada dimensi religiusitas yang diungkapkan oleh Glock & Stark (1975). Skala ini terdiri dari lima dimensi yang berisi 35 item untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 3.2 Blue Print Tryout Skala Religiusitas No 1 2 3 4 5 Aspek Keyakinan Pengalaman Praktek Agama Pengetahuan Pengamatan Jumlah Butir Soal Favorable Unfavorable 1, 4 2, 3, 5, 6 7, 10, 11, 12 8, 13, 14, 15 Total 6 8 16, 18, 20, 21 17, 19, 22, 23 8 9, 24, 25 30, 31, 32 15 26, 27, 28, 29 33, 34, 35 20 7 6 35 3.4.1 Tipe Instrumen dan Cara Skoring Instrumen yang digunakan adalah skala Religiusitas dan skala sikap pornoaksi mahasiswa. Pemberian skor pada skala tersebut menggunakan skala model likert dengan empat alternative jawaban yaitu SS (sangat setuju), S (setuju), TS (tidak setuju), STS (sangat tidak setuju). Skala dengan alternatif jawaban ini dipilih untuk menghindari terjadinya kecenderungan pemusatan atau menghindari jawaban subjek yang berada di tengah-tengah atau netral. Pernyataan tersebut bersifat Favourable dan Unfavourable dengan bobot skor jawaban berkisar antara 1-4. Untuk pernyataan favourable bobot skornya SS=4, S=3, TS=2, dan STS=1. Sedangkan untuk pernyataan unfavourable bobot skornya adalah SS=1, S=2, TS=3, STS=4. 42 Tabel 3.3 Format Penilaian Skala Jawaban Favorabel Unfavorabel Sangat Setuju (SS) 4 1 Setuju (S) 3 2 Tidak Setuju (TS) 2 3 Sangat Tidak Setuju (STS) 1 4 3.5 Teknik Uji Instrumen Sebelum penelitian dilaksanakan, peneliti melakukan uji instrument pada 500 orang mahasiswi Perbanas dengan total item sebanyak 86 item dari 2 (dua) skala, yaitu religiusitas sebanyak 40 dan skala pornoaksi mahasiswa sebanyak 36 item. Adapun maksud dan tujuan dari pelaksanaan uji instrumen ini dilakukan adalah untuk Mengetahui validitas instrumen, dimana skor tiap item dikorelasikan dengan skor total. Mengetahui tingkat reliabilitas instrumen yang digunakan untuk mengukur tingkat reliabilitas skala tersebut. 3.5.1 Uji Validitas Menurut Azwar (2005), validitas adalah ketepatan dan kecermatan skala dalam menjalankan fungsi ukurnya, atau dengan kata lain apakah 43 alat tersebut mampu mengukur apa yang hendak diukur. Tinggi rendahnya validitas instrumen menunjukkan sejauh mana data yang terkumpul tidak menyimpang dan gambaran tentang variabel yang dimaksud. Validitas skala dilakukan dengan mengkorelasikan antar skor masing-masing item dengan skor total. Dalam hal ini, peneliti menggunakan formula korelasi product moment person dengan rumus Product Moment yaitu : xy ( x) ( y)/n rxy [ x 2 ( x)2 /n] [ y 2 ( y)2 /n] Keterangan rumus: rxy = Koefisien korelasi variabel X dengan variabel Y ∑xy = Jumlah hasil perkalian skor X dan skor Y ∑x = Jumlah nilai tiap butir ∑y = Jumlah nilai skor total N = Jumlah sujek penelitian. Nilai validitas item yang didapat akan dibandingkan dengan koefisien korelasi pada r tabel untuk tarap signifikan 0,5%. Tabel 3.4 Blue Print Penelitian Skala Sikap Terhadap Pornoaksi Indikator Pornoaksi mahasiswa Gerakan tubuh yang sensual Kognitif Afektif Konatif Fav Unfav Fav Unfav Fav Unfav Total 9, 23 16 7, 27 3 10, 24 4, 17 10 44 Perbuatan menunjukan alat vital Jumlah 2, 22 1, 18*, 25 8, 14, 26 5, 11, 19, 23 4 3 5 5 12, 15, 20*, 21, 28* 4 6, 13 15 4 25 Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa dari 28 item skala sikap terhadap pornoaksi mahasiswi, ada beberapa item yang dapat dinyatakan valid, diantaranya item dengan nomor 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 19, 21, 22, 23, 24, 25, 26, 27. Sedangkan item yang tidak valid dengan nomot item 18, 20 dan item nomor 28. Dengan nilai reabilitas 0.7692, maka dapat dikatakan reliabel. Tabel 3.5 Blue Print Penelitian Skala Religiusitas No 1 2 3 4 5 Aspek Keyakinan Pengalaman Praktek Agama Pengetahuan Pengamatan Jumlah Butir Soal Favorable Unfavorable 1, 4 2, 3, 5*, 6 7, 10*, 11, 12 8, 13, 14, 15 Total 5 7 16, 18, 20, 21 17, 19*, 22, 23* 6 9, 24, 25 30, 31, 32 14 26, 27, 28*, 29 33, 34, 35 16 6 6 30 Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa dari 35 item skala religiusitas. Ada 30 item yang bisa dikatakan valid, yaitu item nomor 1, 2, 3, 4, 6, 7, 8, 9, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 20, 21, 22, 24, 25, 26, 27, 28, 29, 30, 31, 32, 33, 34 dan item nomor 35. Sedangkan item yang tidak valid adalah item nomor 5, 10, 19, 23, san item nomor 28. Dengan nilai reabilitas 0.8143, maka dapat dikatakan reliabel. 45 3.5.2 Uji Reliabilitas Azwar (2005) mengatakan bahwa reliabilitas adalah konsistensi atau kepercayaan hasil ukur, yang mengandung makna kecermatan pengukuran, atau dengan kata lain menunjukkan sejauh mana suatu alat ukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Untuk mengetahui tingkat reliabilitas digunakan rumus Formula Alpha Cronbach dengan perhitungannya menggunakan SPSS versi 11.5 Adapun rumusan perhitungannya adalah sebagai berikut : 2 k sj α 1 2 k 1 sx Keterangan : α = Koefisien reliabilitas alpha K = Banyaknya belahan Sj2 = Varians skor belahan Sx2 = Varians skor total Untuk mengetahui reliabilitas skala religiusitas dan skala sikap terhadap pornoaksi yang dapat dilihat pada kaidah reliabilitas Guilford. Tabel 3.6 Kaidah Reliabilitas Guilford Kriteria Koefisien Reliabilitas Sangat Reliabel > 0.9 Reliabel 0.7-0.9 46 Cukup Reliabel 0.4-0.7 Kurang Reliabel 0.2-0.4 Tidak reliabel 3.6 Teknik Analisis Data < 0.2 Analisis data diarahkan untuk menguji hipotesis yang diajukan. Untuk pengujian hipotesis yang menyatakan ada atau tidaknya hubungan antara orientasi religius dengan pengambilan keputusan dalam memilih pasangan hidup pada remaja akhir yaitu dengan menggunakan Korelasi Product Moment Pearson, jika hasil data menunjukkan salah satu atau kedua variabelnya bersifat normal atau homogen. Adapun rumus korelasi product moment Pearson adalah : Keterangan : rxy = Korelasi antara skor subjek pada item dan skor total subjek ∑xy = Jumlah hasil perkalian antara skor x dan y ∑y = Jumlah seluruh skor total ∑x = Jumlah skor item 3.7 Prosedur Penelitian 3.7.1 Tahap Persiapan Pada tahap ini dilakukan penentuan variabel penelitian, perumusan masalah, dan pelaksanaan studi pustaka untuk mendapatkan gambaran dan landasan teori yang tepat mengenai variabel penelitian. Selanjutnya 47 dilakukan penyusunan instrumen penelitian dan dilakukan uji coba instrumen (try out) untuk menghasilkan instrumen yang valid dan reliabel. 3.7.2 Tahap Pelaksanaan Penelitian Pada tahap ini peneliti mulai melakukan penelitian dengan menyebarkan instrumen kepada sampel yang telah ditentukan. Data yang diperoleh kemudian dianalisis dan diolah sehingga menghasilkan kesimpulan yang disusun dalam laporan penelitian. sebuah 48 BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Responden Berikut ini akan diuraikan gambaran umum responden penelitian berdasarkan usia, dan semester. 4.1.1 Gambaran Responden Berdasarkan Usia Berdasarkan usia, responden penelitian yang berjumlah 80 orang dapat digambarkan sebagai berikut : Tabel 4.1 Distribusi Responden Berdasarkan Usia Usia Frekuensi Persentase (%) 17 – 20 Tahun 50 orang 62.5% 21 – 24 Tahun 30 orang 37.5% Total 80 100% Tabel di atas memperlihatkan bahwa responden terbagi ke dalam dua rentang usia. Rentang usia yang pertama adalah 17 – 20 tahun yang berjumlah 50 orang (62.5%), dan sisanya yaitu 30 orang (37.5%) berada pada rentang usia kedua yaitu 21 – 24 tahun. 48 49 4.1.2 Gambaran Responden Berdasarkan Semester Berdasarkan semester, responden penelitian yang berjumlah 80 orang dapat digambarkan sebagai berikut : Tabel 4.2 Distribusi Responden Berdasarkan Semester Semester Frekuensi Persentase (%) II 31 orang 38.75% IV 30 orang 37.5% VI 10 orang 12.5% VIII 9 orang 11.25% Total 80 100% Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa responden berasal dari semester II sebanyak 31 orang (38.75%). Responden yang berasal dari semester IV sebanyak 30 orang (37.5%), yang berasal dari semester VI yaitu sebanyak 10 orang (12.5%), dan sisanya dari semester VIII sebanyak 9 orang (11.25%) 50 4.2 Kategorisasi 4.2.1 Kategorisasi Sikap Terhadap Pornoaksi Tabel 4.3 Klasifikasi Sikap Terhadap Pornoaksi Kategori Nilai Angka Frekuensi % Positif X > M + 1SD > 98 22 28% Cukup Positif M - 1SD > X > M + 1SD 99 - 106 47 59% Kurang Positif X < M - 1SD < 76 11 14% 80 100% Jumlah Sesuai dengan tabel kategorisasi di atas, maka data yang diperoleh berdasarkan sampel yang diambil yaitu responden yang termasuk kategori sikap kurang positif berjumlah 11 orang dengan persentase 14%. Responden yang memiliki sikap cukup positif berjumlah 47 orang dengan persentase 59%. Sedangkan responden yang memiliki sikap positif berjumlah 11 orang dengan persentasi 14%. 4.2.2 Kategorisasi Tingkat Religiusitas Responden Tabel 4.4 Klasifikasi Tingkat Religiusitas Kategori Nilai Angka Frekuensi % TINGGI X > M + 1SD > 98 12 15% SEDANG M - 1SD > X > M + 1SD 99 - 106 55 69% RENDAH X < M - 1SD < 76 13 16% 80 100% Jumlah Sesuai dengan tabel kategorisasi di atas, maka data yang diperoleh 51 berdasarkan sampel yang diambil yaitu responden yang termasuk kedalam tingkat kedalam tingkat religiusitas rendah berjumlah 12 orang dengan persentase 15%, responden dengan tingkat religiusitas sedang berjumlah 55 orang dengan persentase 69%. Sedangkan responden yang mempunyai tingkat religiusitas tinggi berjumlah 13 orang dengan persentasi 16%. 4.3 Hasil Uji Hipotesis Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan rumus uji korelasi Pearson, yaitu dengan mengkorelasikan jumlah skor variabel tingkat religiusitas terhadap pornoaksi mahasiswa. Rumus korelasi ini digunakan untuk mengetahui kekuatan hubungan antar dua variabel. Pengambilan keputusan untuk data penelitian ini menggunakan perbandingan probabilitas, jika pengambilan keputusan menggunakan probabilitas, maka kesimpulan yang dapat diambil adalah probabilitas > 0,05, maka H0 diterima. Sedangkan, probabilitas < 0,05, maka H0 ditolak. Selain menggunakan probabilitas, pengambilan keputusan untuk data penelitian ini juga menggunakan perbandingan nilai koefisien korelasi (r). Jika pengambilan keputusan menggunakan perbandingan nilai koefisien korelasi (r) maka kesimpulan yang dapat diambil adalah r hitung > r tabel = H0 ditolak, Ha diterima. Adapun hipotesis yang dapat diajukan adalah : Ha : Ada hubungan negatif yang signifikan antara tingkat religiusitas 52 dengan sikap terhadap pornoaksi mahasiswa. H0 : Tidak ada hubungan negatif yang signifikan antara antara tingkat religiusitas dengan sikap terhadap pornoaksi mahasiswa. Berdasarkan hasil uji hipotesa yang menggunakan program SPSS versi 11.5 dengan teknik Korelasi Spearman, diperoleh hasil sebagai berikut : Tabel 4.4 Correlations VAR00001 Religiusitas 1 .289 Sig. (2-tailed) . .000 80 .289 80 Pearson Correlation Sig. (2-tailed) .000 . 80 80 N Pornoaksi VAR00002 Pearson Correlation N 1 ** Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa nilai korelasi (r hitung) antara tingkat religiusitas dengan sikap terhadap pornoaksi mahasiswa menunjukkan angka sebesar 0.289 Dengan demikian nilai (rhitung) < (rtabel) pada taraf signifikansi 5% (0.364). Hal tersebut menunjukkan bahwa H 0 diterima dan Ha ditolak, yaitu tidak ada hubungan negatif yang signifikan antara tingkat religiusitas terhadap pornoaksi mahasiswa. Begitu juga sebaliknya, jika H0 ditolak dan Ha diterima, maka ada hubungan negatif yang signifikan antara tingkat religiusitas terhadap pornoaksi mahasiswa. 53 BAB V KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Seperti yang telah dijelaskan pada bab pendahuluan bahwa penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara tingkat religiusitas dengan pornoaksi mahasiswa STIE Perbanas. Berdasarkan hasil uji hipotesis dengan menggunakan uji korelasi Pearson terbukti bahwa tidak ada hubungan negatif yang signifikan antara tingkat religiusitas dengan sikap terhadap pornoaksi mahasiswa STIE Perbanas. 5.2. Diskusi Hasil penelitian membuktikan ada hubungan yang signifikan antara tingkat religiusitas dengan sikap terhadap pornoaksi. Sebagaimana penelitian sebelumnya yang telah dilakukan Lina Nisa Akmala (2007), dengan judul HUBUNGAN RELIGIUSITAS DENGAN SIKAP TERHADAP PORNOAKSI DIKALANGAN REMAJA PUTRI, yang menyatakan bahwa ada hubungan negatif yang signifikan antara religiusitas dengan sikap terhadap pornoaksi di kalangan remaja putri, dimana semakin tinggi religiusitas remaja putri maka semakin rendah sikap terhadap pornoaksi dan sebaliknya semakin rendah religiusitas remaja purti maka semakin tinggi sikap terhadap pornoaksi. 53 54 Adanya pengaruh religiusitas (nilai keagamaan) yang dapat menurunkan perilaku pornoaksi di kalangan remaja juga dapat dijelaskan dengan teori yang diajukan oleh (Jalaluddin, 2005) yang menyatakan bahwa agama berpengaruh sebagai motivasi dalam mendorong individu untuk melakukan suatu aktifitas, karena perbuatan yang dilakukan dinilai mempunyai unsur kesucian serta ketaatan. Keterkaitan ini akan memberi pengaruh seseorang untuk berbuat sesuatu. Sedangkan agama sebagai nilai etik karena dalam melakukan suatu tindakan seseorang akan terikat kepada ketentuan antara mana yang boleh dan mana yang tidak boleh menurut ajaran agama yang dianutnya. Nilai keagamaan yang dipegang oleh remaja akan membuatnya mempunyai perilaku yang tidak bertentangan dengan agama, termasuk dalam hal ini tidak akan melakukan hal-hal yang berbau pornoaksi. Nilainilai agama yang ada dalam diri seseorang akan mendorongnya untuk bertingkah laku sesuai dengan kadar ketaatannya terhadap agama. Dalam kaitannya dilakukannya dengan pornoaksi pornoaksi, oleh para agam jelas-jelas pemeluknya. Bahkan melarang agama memberikan ketentuan agar baik laki-laki maupun wanita menjaga auratnya. Dari ketentuan ini jelas bahwa pornoaksi bertentangan dengan ajaran agama. Oleh karena itulah orang yang memiliki tingkat religiusitas yang tinggi akan menolak melakukan pornoaksi. 55 Remaja membutuhkan keimanan yang kuat untuk menghadapi pornoaksi yang semakin marak di kalangan remaja. Keyakinan beragama menjadi bagian integral dari kepribadian seseorang. Keyakinan ini akan mengawasi segala tindakan, perkataan, bahkan perasaannya. Pada saat remaja menghadapi godaan yang mengarah pada pornoaksi, maka keimanannya akan menjadi benteng yang utama dalam menentukan perilakunya. (Daradjat 2005). Selain itu ada empat faktor yang mempengaruhi seseorang dalam perilaku religiusnya, yaitu faktor sosial, faktor emosional, faktor intelektual dan faktor konflik moral. (Thouless (1992) Sebagaimana yang dikemukakan oleh Adams & Gullota dalam (Sarwono, 2007) bahwa agama dapat menstabilkan tingkah laku dan bisa menerangkan mengapa dan untuk apa seseorang ada didunia. Agama menawarkan perlindungan dan rasa aman, khususnya bagi meraka yang sedang mencari identitas dirinya. 5.3. Saran 5.3.1. Saran Teoritis Berdasarkan hasil penelitian yang telah diperoleh, ada beberapa saran yang dapat digunakan sebagai pedoman dalam melakukan penelitian berikutnya, antara lain adalah : 1. Pada penelitian ini digunakan sampel sebanyak 80 orang dan diambil dari STIE Perbanas Jakarta. Untuk penelitian selanjutnya disarankan 56 untuk meneliti di luar dari lingkungan STIE Perbanas, agar dapat memperoleh hasil yang lebih mendalam dan dapat melihat apakah terdapat hubungan antara tingkat religiusitas terhadap pornoaksi mahasiswa yang kuliah di tempat lainnya. 2. Perlu ditelusuri lebih lanjut, faktor-faktor apa sajakah kiranya yang dapat membentuk sikap remaja terhadap pornoaksi. Sehingga hal ini dapat dijadikan sebagai tindakan preventif dalam mencegah semakin meningkatnya degradasi moral dikalangan remaja khususnya mahasiswa Indonesia, terkait dengan perbuatan pornoaksi. 3. Disarankan bagi peneliti selanjutnya untuk selalu mengupdate data terbaru tentang pornoaksi yang ada di Indonesia. 4. Disarankan bagi peneliti selanjutnya buatlah jadwal atau schedule time mengenai proses waktu yan diinginkan dalam melakukan penelitian, agar tidak berbenturan dengan jadwal dari pihak kampus. 5.3.2. Saran Praktis 1. Kepada para remaja agar dapat menghindari bahaya dari pornoaksi (memberikan gambaran kepada para mahasiswi khususnya remaja mengenai dampak dari pornografi, sehingga diharapkan mereka dapat menjaga pergaulannya dengan baik). 2. Sebagai referensi para pendidik, keluarga, serta praktisi terkait lainnya, sehingga dapat lebih memperhatikan, mengerti memahami kebutuhan serta kondisi anak-anak mereka. dan 57 3. Sebagai bahan masukan bagi pemerintah dan masyarakat agar saling bekerja sama dan lebih memperhatikan masalah ini dengan sebaikbaiknya, sehingga perilaku pornoaksi dapat ditekan. DAFTAR PUSTAKA Anwar, Saifuddin., 2007, Sikap manusia : teori dan pengukurnya, Yogyakarta: Pustaka Pelajar Bungin,Burhan., 2003, Pornomedia: kontruksi sosial teknologi telematika dan perayaan seks di media massa. Jakarta: Kencana. Chaplin, James P., 1968, Dictionary of psychology, New York, Dell Publishing Co., Inc., alih bahasa oleh Kartono, Kartini., 2002, Kamus lengkap psikologi (ed VIII), Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada. Daradjat, Zakiah., 2005, Ilmu jiwa agama, Jakarta: Bulan Bintang. Djubaedah, Neng., 2003. Pornografi & pornoaksi ditinjau dari hukum islam, Jakarta: Prenada Media Gerungan., 2004, Psikologi sosial., Bandung, PT. Refika Aditama Hurlock, Elizabert., 1980, Development psychology, a kite-span approach. Alih bahasa oleh Istiwidayanti. Psikologi perkembangan: suatu pendekatan sepanjang rentang kehidupan (ed. V). Jakarta: Penerbit Erlangga. Jalaluddin. 2008. Psikologi agama (ed. revisi), Jakarta: RajaGrafindo Persada Supranto, J., 1992, Teknik sampling untuk survei dan eksperimen, Jakarta, PT. Rineka Cipta Sarwono, Sarlito., 2005. Psikologi sosial: psikologi kelompok dan terapan, Jakarta: Balai Pustaka Vidya Puspa, Shella., 2010. Hubungan antara intensitas cinta dan sikap terhadap pornografi dengan perilaju seksual pada dewasa awal yang berpacaran, Semarang: Universitas Diponogoro. ARTIKEL Wulandari, Tjandra., 2008, Perempuan dan Pornografi: Sebuah Seni atau Eksploitasi SITUS INTERNET http://www.scribd.com/doc/51511541/17/Definisi-Perilaku-Religius http://www.scribd.com/doc/55834748/KAUUUUUP http://www.lontar.ui.ac.id/opac/themes/libri2/detail.jsp?id=75519&lokasi=lokal Tryout Skala Religiusitas Case Processing Summary N Cases Valid % 80 100.0 0 .0 80 100.0 a Excluded Total a. Listwise deletion based on all variables in the procedure. Reliability Statistics Cronbach's Alpha Based on Cronbach's Standardized Alpha Items .811 N of Items .814 35 Item Statistics Mean Std. Deviation N VAR00001 3.2750 .82638 80 VAR00002 3.2250 .57313 80 VAR00003 3.2000 .64435 80 VAR00004 3.2875 .74958 80 VAR00005 3.5500 .67317 80 VAR00006 3.4750 .59481 80 VAR00007 3.3250 .72522 80 VAR00008 3.1875 .74789 80 VAR00009 3.2875 .73250 80 VAR00010 3.0500 .70979 80 VAR00011 3.3125 .78907 80 VAR00012 3.2500 .60588 80 VAR00013 3.1500 .76473 80 VAR00014 3.1500 .76473 80 VAR00015 3.1500 .91541 80 VAR00016 3.2875 .67868 80 VAR00017 3.1625 .81821 80 VAR00018 2.9875 .78746 80 VAR00019 3.1625 .73680 80 VAR00020 3.1000 .68621 80 VAR00021 3.3625 .83049 80 VAR00022 3.1625 .70160 80 VAR00023 3.2250 .76266 80 VAR00024 3.3125 .82052 80 VAR00025 3.2375 .73336 80 VAR00026 3.3625 .71589 80 VAR00027 3.2750 .74587 80 VAR00028 3.3375 .67400 80 VAR00029 3.2250 .72871 80 VAR00030 3.0500 .82523 80 VAR00031 3.3000 .78595 80 VAR00032 3.1875 .69526 80 VAR00033 3.0625 .78505 80 VAR00034 3.0125 .83429 80 VAR00035 3.0250 .76266 80 Summary Item Statistics Maximum / Mean Item Means Minimum 3.220 Maximum 2.988 3.550 Range .562 Minimum Variance 1.188 N of Items .016 35 Item-Total Statistics Cronbach's Scale Mean if Item Deleted Scale Variance if Corrected Item- Squared Multiple Item Deleted Total Correlation Correlation Alpha if Item Deleted VAR00001 109.4375 83.692 .463 . .840 VAR00002 109.4875 87.418 .338 . .826 VAR00003 109.5125 87.164 .315 . .836 VAR00004 109.4250 83.716 .517 . .899 VAR00005 109.1625 87.328 .285 . .807 VAR00006 109.2375 85.956 .459 . .852 VAR00007 109.3875 86.316 .336 . .835 VAR00008 109.5250 85.569 .379 . .844 VAR00009 109.4250 86.551 .314 . .876 VAR00010 109.6625 85.492 .410 . .803 VAR00011 109.4000 84.597 .424 . .822 VAR00012 109.4625 85.163 .522 . .850 VAR00013 109.5625 87.034 .263 . .868 VAR00014 109.5625 84.401 .454 . .871 VAR00015 109.5625 82.933 .456 . .880 VAR00016 109.4250 87.083 .302 . .836 VAR00017 109.5500 83.491 .482 . .839 VAR00018 109.7250 84.708 .417 . .842 VAR00019 109.5500 85.390 .399 . .803 VAR00020 109.6125 86.772 .323 . .846 VAR00021 109.3500 84.230 .423 . .842 VAR00022 109.5500 87.922 .225 . .839 VAR00023 109.4875 91.494 -.048 . .819 VAR00024 109.4000 91.256 -.036 . .849 VAR00025 109.4750 90.328 .036 . .835 VAR00026 109.3500 88.104 .205 . .840 VAR00027 109.4375 87.642 .227 . .849 VAR00028 109.3750 90.794 .010 . .805 VAR00029 109.4875 87.823 .221 . .869 VAR00030 109.6625 87.720 .192 . .841 VAR00031 109.4125 87.714 .207 . .830 VAR00032 109.5250 87.518 .259 . .858 VAR00033 109.6500 87.218 .241 . .859 VAR00034 109.7000 88.618 .131 . .883 VAR00035 109.6875 85.509 .374 . .844 Scale Statistics Mean 1.1271E2 Variance 91.372 Std. Deviation 9.55887 N of Items 35 Tryout Skala Pornoaksi Case Processing Summary N Cases Valid % 80 100.0 0 .0 80 100.0 a Excluded Total a. Listwise deletion based on all variables in the procedure. Reliability Statistics Cronbach's Alpha Based on Cronbach's Standardized Alpha Items .757 N of Items .769 28 Item Statistics Mean Std. Deviation N VAR00001 3.1250 .90533 80 VAR00002 2.0125 .84933 80 VAR00003 3.2250 .84156 80 VAR00004 3.2625 .79147 80 VAR00005 3.2750 .81092 80 VAR00006 3.0500 .61418 80 VAR00007 3.1125 .65591 80 VAR00008 3.1250 .76927 80 VAR00009 3.4625 .69252 80 VAR00010 3.4000 .62844 80 VAR00011 3.3500 .59746 80 VAR00012 3.1375 .68886 80 VAR00013 3.1000 .82062 80 VAR00014 3.0125 .70250 80 VAR00015 3.0500 .74460 80 VAR00016 3.1625 .78666 80 VAR00017 2.8625 .80730 80 VAR00018 3.1875 .69526 80 VAR00019 3.2500 .78756 80 VAR00020 2.6625 .85601 80 VAR00021 2.6375 .73336 80 VAR00022 3.1625 .73680 80 VAR00023 3.0375 .97362 80 VAR00024 2.7625 .99675 80 VAR00025 3.4625 .69252 80 VAR00026 3.4000 .62844 80 VAR00027 3.3500 .59746 80 VAR00028 3.1375 .68886 80 Summary Item Statistics Maximum / Mean Item Means Minimum 3.099 Maximum 2.012 3.462 Range 1.450 Minimum Variance 1.720 N of Items .091 28 Item-Total Statistics Cronbach's Scale Mean if Item Deleted Scale Variance if Corrected Item- Squared Multiple Item Deleted Total Correlation Correlation Alpha if Item Deleted VAR00001 83.6500 54.711 .328 . .787 VAR00002 84.7625 61.956 -.206 . .779 VAR00003 83.5500 53.846 .435 . .780 VAR00004 83.5125 56.430 .241 . .792 VAR00005 83.5000 54.329 .413 . .781 VAR00006 83.7250 55.974 .389 . .775 VAR00007 83.6625 57.062 .245 . .782 VAR00008 83.6500 56.306 .262 . .771 VAR00009 83.3125 55.382 .394 . .794 VAR00010 83.3750 55.832 .394 . .785 VAR00011 83.4250 56.096 .388 . .775 VAR00012 83.6375 55.399 .395 . .774 VAR00013 83.6750 55.032 .346 . .786 VAR00014 83.7625 58.639 .074 . .790 VAR00015 83.7250 56.531 .253 . .771 VAR00016 83.6125 55.329 .340 . .786 VAR00017 83.9125 56.562 .223 . .783 VAR00018 83.5875 56.018 .329 . .747 VAR00019 83.5250 55.974 .283 . .790 VAR00020 84.1125 57.443 .135 . .759 VAR00021 84.1375 58.323 .095 . .769 VAR00022 83.6125 54.316 .466 . .789 VAR00023 83.7375 55.057 .271 . .771 VAR00024 84.0125 56.316 .175 . .788 VAR00025 83.3125 55.382 .394 . .794 VAR00026 83.3750 55.706 .408 . .774 VAR00027 83.4250 56.906 .295 . .789 VAR00028 83.6375 57.348 .201 . .754 Scale Statistics Mean 86.7750 Variance 59.923 Std. Deviation 7.74102 N of Items 28 ANGKET TRYOUT NAMA : USIA : JENIS KELAMIN : Dibawah ini terdapat sejumlah pernyataan-pernyataan yang berkaitan dengan “Sikap Terhadap Pornoaksi Pada Remaja Putri”. Berikan tanda silang (X), pada kolom jawaban yang anda pilih STS : Sangat Tidak Setuju TS : Tidak Setuju S : Setuju SS : Setuju Sekali Bacalah setiap pernyataan dengan cermat, kemudian pilihlah salah satu alternatif jawaban yang paling menggambarkan diri anda. tidak ada jawaban yang salah, semua jawaban adalah benar. jika anda mengisi pernyataan sesuai menggambarkan diri anda sebenarnya NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 PERNYATAAN Saya senang adanya lembaga sensor yang menyeleksi film-film yang akan beredar di Indonesia Gerakan erotis penari latar diatas panggung dapat menyemarakkan suasana Menurut saya melakukan gerakan yang sensual kurang layak dipertontonkan Saya sangat gembira dengan disahkannya Undang-undang anti pornografi dan pornoaksi Saya ingin video-video porno yang banyak beredar diperdagangakan oleh pedagang kaki lima dihapuskan Menurut saya seorang remaja putri yang melakukan hubungan intim dengan yang bukan muhrimnya termasuk perbuatan yang wajar Saya sangat tidak senang jika ada pembatasan jam tayang di TV tentang film-film adegan seks Kadang dalam hati kecil saya saya ingin meniru remaja putri lainnya dalam hal berpenampilan seksi Saya senang memamerkan bentuk tubuh untuk menarik perhatian orang disekeliling saya Dengan menari saya ingin menunjukkan sensualitas yang saya miliki kepada orang lain Saya benci melihat model wanita dengan pose yang menampilkan aurat Saya tidak suka dengan disahkannya Undang-undang anti pornografi dan pornoaksi Saya yakin bahwa melakukan gerakan secara sensual dudepan umum merupakan hal yang memalukan STS TS S SS 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 Saya senang menonton film yang berbau porno Saya ikut mendukung pelaksanaan dan penerapan undang-undang anti pornogragi dan pornoaksi Menurut saya perbuatan yang mempertontonkan adegan fulgar memiliki dampak negatif bagi saya Untuk mengantisipasi hal yang tidak diinginkan, saya berusaha sebaik mungkin dalam menjaga gerakan tubuh saya ketika berjalan Keseksian seorang remaja putri tidak harus dengan menonjolkan bagian vital tubuhnya Saya senang tayangan sinetron TV yang ada adegan seks dihapus tayangannya karena tidak baik untuk remaja untuk remaja putri yang menontonnya Saya senang melihat poster besar yang menonjolkan bentuk tubuh remaja putri Saya tidak senang senang adanya UU pornografi dan pornoaksi karena itu berarti membatasi ruang berekspresi Saya tidak menolak, apabila menerima ajakan untuk berfoto seksi Bergoyang sah-sah saja dilakukan dengan orang yang baru saya kenal Saya lebih cenderung menyukai pakaian yang menampilkan keseksian tubuh saya Terkadang saya meminta foto seksi oleh pacar Seseorang yang menunjukkan alat vitalnya menurut saya harus diberikan sanksi Saya suka memakai rok mini ketika berjalan ke mall Ketika stress melanda, saya tertarik untuk tidak berbusana dirumah Religiusitas NO PERNYATAAN 1 Saya percaya, Tuhan Maha Melihat dimanapun saya berada 2 Seringkali saya merasa jauh dari Tuhan 3 Saya tidak yakin dengan adanya Qadha dan Qadar yang ditentukan Allah 4 Saya yakin malaikat mencatat semua amal perbuatan manusia yang baik dan yang buruk 5 Saya tidak yakin adanya hari pembalasan diakhirat nanti 6 Saya tidak yakin pembawa kitab suci al-Qur’an adalah Nabi Muhammad SAW 7 Hati saya bergetar bila mendengar suara adzan 8 Saya merasa doa saya jarang dikabulkan oleh Allah 9 Saya merasa Allah selalu mengabulkan doa-doa saya 10 Saya mensyukuri nikmat yang telah Allah berikan kepada saya 11 Saya merasa Allah selalu menolong saya ketika menghadapi musibah 12 Menurut saya membaca al-Qur’an itu membuang-buang waktu 13 Adzan tidak membuat hati saya tersentuh 14 Saya tidak merasakan manfaat berpuasa 15 Saya selalu melaksanakan shalat sunah sebelum shalat wajib 16 Saya tidak peduli dengan aturan-aturan agama yang memberatkan umatnya 17 Dengan berdzikir tidak membuat hati saya menjadi tenang 18 Saya senantiasa berdo’a untuk orang tua saya setiap selesai shalat 19 Saya selalu berdzikir setelah melaksanakan shalat wajib 20 Dalan sehari saya hanya shalat kurang dari lima waktu 21 Saya menjalankan ibadah puasa dengan terpaksa 22 Belajar maupun bekerja merupakan salah satu bentuk pengamalan ajaran Islam 23 Menurut saya mengeluarkan zakat hanya membuang harta saja 24 Menghargai waktu dan disiplin menurut saya tidak ada manfaatnya 25 Ibadah haji tidak wajib bagi orang Islam 26 Disiplin dan menghargai waktu merupakan aktifitas yang dianjurkan dalam ajaran Islam 27 Saya sebagai wanita muslim tidak diwajibkan menutup aurat 28 Saya selalu menolong orang lain tanpa imbalan 29 Melaksanakan perintah agama selalu saya kerjakan, seperti shalat 30 Seseorang boleh saja melanggar hukum agama sepanjang tidak merugikan orang lain STS TS S SS 31 32 32 34 35 Menurut saya bertanggung jawab terhadap pekerjaan tidak perlu dilakukan Kita harus ikhlas memaafkan kesalahan orang lain walau kesalahan itu sangat menyakitkan bagi kita Menurut saya, marah tidak boleh lebih dari tiga hari Menurut saya, menolong sesama tidak perlu dilakukan jika tidak mendapatkan imbalan Saya tidak akan menolong orang lain yang berbeda keyakinan dengan saya ~TERIMA KASIH~ ANGKET PENELITIAN NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 PERNYATAAN Saya senang adanya lembaga sensor yang menyeleksi film-film yang akan beredar di Indonesia Gerakan erotis penari latar diatas panggung dapat menyemarakkan suasana Menurut saya melakukan gerakan yang sensual kurang layak dipertontonkan Saya sangat gembira dengan disahkannya Undang-undang anti pornografi dan pornoaksi Saya ingin video-video porno yang banyak beredar diperdagangakan oleh pedagang kaki lima dihapuskan Menurut saya seorang remaja putri yang melakukan hubungan intim dengan yang bukan muhrimnya termasuk perbuatan yang wajar Saya sangat tidak senang jika ada pembatasan jam tayang di TV tentang film-film adegan seks Kadang dalam hati kecil saya saya ingin meniru remaja putri lainnya dalam hal berpenampilan seksi Saya senang memamerkan bentuk tubuh untuk menarik perhatian orang disekeliling saya Dengan menari saya ingin menunjukkan sensualitas yang saya miliki kepada orang lain Saya benci melihat model wanita dengan pose yang menampilkan aurat Saya tidak suka dengan disahkannya Undang-undang anti pornografi dan pornoaksi Saya yakin bahwa melakukan gerakan secara sensual dudepan umum merupakan hal yang memalukan Saya senang menonton film yang berbau porno Saya ikut mendukung pelaksanaan dan penerapan undang-undang anti pornogragi dan pornoaksi Menurut saya perbuatan yang mempertontonkan adegan fulgar memiliki dampak negatif bagi saya Untuk mengantisipasi hal yang tidak diinginkan, saya berusaha sebaik mungkin dalam menjaga gerakan tubuh saya ketika berjalan Saya senang tayangan sinetron TV yang ada adegan seks dihapus tayangannya karena tidak baik untuk remaja untuk remaja putri yang menontonnya Saya tidak senang senang adanya UU pornografi dan pornoaksi karena itu berarti membatasi ruang berekspresi Saya tidak menolak, apabila menerima ajakan untuk berfoto seksi Bergoyang sah-sah saja dilakukan dengan orang yang baru saya kenal Saya lebih cenderung menyukai pakaian yang menampilkan keseksian tubuh saya Terkadang saya meminta foto seksi oleh pacar STS TS S SS 24 25 Seseorang yang menunjukkan alat vitalnya menurut saya harus diberikan sanksi Saya suka memakai rok mini ketika berjalan ke mall Religiusitas NO PERNYATAAN 1 Saya percaya, Tuhan Maha Melihat dimanapun saya berada 2 Seringkali saya merasa jauh dari Tuhan 3 Saya tidak yakin dengan adanya Qadha dan Qadar yang ditentukan Allah 4 Saya yakin malaikat mencatat semua amal perbuatan manusia yang baik dan yang buruk 5 Saya tidak yakin pembawa kitab suci al-Qur’an adalah Nabi Muhammad SAW 6 Hati saya bergetar bila mendengar suara adzan 7 Saya merasa doa saya jarang dikabulkan oleh Allah 8 Saya merasa Allah selalu mengabulkan doa-doa saya 9 Saya merasa Allah selalu menolong saya ketika menghadapi musibah 10 Menurut saya membaca al-Qur’an itu membuang-buang waktu 11 Adzan tidak membuat hati saya tersentuh 12 Saya tidak merasakan manfaat berpuasa 13 Saya selalu melaksanakan shalat sunah sebelum shalat wajib 14 Saya tidak peduli dengan aturan-aturan agama yang memberatkan umatnya 15 Dengan berdzikir tidak membuat hati saya menjadi tenang 16 Saya senantiasa berdo’a untuk orang tua saya setiap selesai shalat 17 Dalan sehari saya hanya shalat kurang dari lima waktu 18 Saya menjalankan ibadah puasa dengan terpaksa 19 Belajar maupun bekerja merupakan salah satu bentuk pengamalan ajaran Islam 20 Menghargai waktu dan disiplin menurut saya tidak ada manfaatnya 21 Ibadah haji tidak wajib bagi orang Islam 22 Disiplin dan menghargai waktu merupakan aktifitas yang dianjurkan dalam ajaran Islam 23 Saya sebagai wanita muslim tidak diwajibkan menutup aurat 24 Melaksanakan perintah agama selalu saya kerjakan, seperti shalat 25 Seseorang boleh saja melanggar hukum agama sepanjang tidak merugikan orang lain 26 Menurut saya bertanggung jawab terhadap pekerjaan tidak perlu dilakukan 27 Kita harus ikhlas memaafkan kesalahan orang lain walau kesalahan itu sangat menyakitkan bagi kita 28 Menurut saya, marah tidak boleh lebih dari tiga hari 29 Menurut saya, menolong sesama tidak perlu dilakukan jika tidak mendapatkan imbalan 30 Saya tidak akan menolong orang lain yang berbeda keyakinan dengan saya STS TS S SS Tabel r untuk df = 1 - 50 Tingkat signifikansi untuk uji satu arah 0.05 0.025 0.01 0.005 0.0005 Tingkat signifikansi untuk uji dua arah df = (N-2) 0.1 0.05 0.02 0.01 0.001 1 0.9877 0.9969 0.9995 0.9999 1.0000 2 0.9000 0.9500 0.9800 0.9900 0.9990 3 0.8054 0.8783 0.9343 0.9587 0.9911 4 0.7293 0.8114 0.8822 0.9172 0.9741 5 0.6694 0.7545 0.8329 0.8745 0.9509 6 0.6215 0.7067 0.7887 0.8343 0.9249 7 0.5822 0.6664 0.7498 0.7977 0.8983 8 0.5494 0.6319 0.7155 0.7646 0.8721 9 0.5214 0.6021 0.6851 0.7348 0.8470 10 0.4973 0.5760 0.6581 0.7079 0.8233 11 0.4762 0.5529 0.6339 0.6835 0.8010 12 0.4575 0.5324 0.6120 0.6614 0.7800 13 0.4409 0.5140 0.5923 0.6411 0.7604 14 0.4259 0.4973 0.5742 0.6226 0.7419 15 0.4124 0.4821 0.5577 0.6055 0.7247 16 0.4000 0.4683 0.5425 0.5897 0.7084 17 0.3887 0.4555 0.5285 0.5751 0.6932 18 0.3783 0.4438 0.5155 0.5614 0.6788 19 0.3687 0.4329 0.5034 0.5487 0.6652 20 0.3598 0.4227 0.4921 0.5368 0.6524 21 0.3515 0.4132 0.4815 0.5256 0.6402 22 0.3438 0.4044 0.4716 0.5151 0.6287 23 0.3365 0.3961 0.4622 0.5052 0.6178 24 0.3297 0.3882 0.4534 0.4958 0.6074 25 0.3233 0.3809 0.4451 0.4869 0.5974 26 0.3172 0.3739 0.4372 0.4785 0.5880 27 0.3115 0.3673 0.4297 0.4705 0.5790 28 0.3061 0.3610 0.4226 0.4629 0.5703 29 0.3009 0.3550 0.4158 0.4556 0.5620 30 0.2960 0.3494 0.4093 0.4487 0.5541 31 0.2913 0.3440 0.4032 0.4421 0.5465 32 0.2869 0.3388 0.3972 0.4357 0.5392 33 0.2826 0.3338 0.3916 0.4296 0.5322 34 0.2785 0.3291 0.3862 0.4238 0.5254 35 0.2746 0.3246 0.3810 0.4182 0.5189 36 0.2709 0.3202 0.3760 0.4128 0.5126 37 0.2673 0.3160 0.3712 0.4076 0.5066 38 0.2638 0.3120 0.3665 0.4026 0.5007 39 0.2605 0.3081 0.3621 0.3978 0.4950 40 0.2573 0.3044 0.3578 0.3932 0.4896 41 0.2542 0.3008 0.3536 0.3887 0.4843 42 0.2512 0.2973 0.3496 0.3843 0.4791 43 0.2483 0.2940 0.3457 0.3801 0.4742 44 0.2455 0.2907 0.3420 0.3761 0.4694 45 0.2429 0.2876 0.3384 0.3721 0.4647 46 0.2403 0.2845 0.3348 0.3683 0.4601 47 0.2377 0.2816 0.3314 0.3646 0.4557 48 0.2353 0.2787 0.3281 0.3610 0.4514 49 0.2329 0.2759 0.3249 0.3575 0.4473 50 0.2306 0.2732 0.3218 0.3542 0.4432 Diproduksi oleh: Junaidi (http://junaidichaniago.wordpress.com). 2010 Page 1 Tabel r untuk df = 51 - 100 df = (N-2) Tingkat signifikansi untuk uji satu arah 0.05 0.025 0.01 0.005 0.0005 Tingkat signifikansi untuk uji dua arah 0.1 0.05 0.02 0.01 0.001 51 0.2284 0.2706 0.3188 0.3509 0.4393 52 0.2262 0.2681 0.3158 0.3477 0.4354 53 0.2241 0.2656 0.3129 0.3445 0.4317 54 0.2221 0.2632 0.3102 0.3415 0.4280 55 0.2201 0.2609 0.3074 0.3385 0.4244 56 0.2181 0.2586 0.3048 0.3357 0.4210 57 0.2162 0.2564 0.3022 0.3328 0.4176 58 0.2144 0.2542 0.2997 0.3301 0.4143 59 0.2126 0.2521 0.2972 0.3274 0.4110 60 0.2108 0.2500 0.2948 0.3248 0.4079 61 0.2091 0.2480 0.2925 0.3223 0.4048 62 0.2075 0.2461 0.2902 0.3198 0.4018 63 0.2058 0.2441 0.2880 0.3173 0.3988 64 0.2042 0.2423 0.2858 0.3150 0.3959 65 0.2027 0.2404 0.2837 0.3126 0.3931 66 0.2012 0.2387 0.2816 0.3104 0.3903 67 0.1997 0.2369 0.2796 0.3081 0.3876 68 0.1982 0.2352 0.2776 0.3060 0.3850 69 0.1968 0.2335 0.2756 0.3038 0.3823 70 0.1954 0.2319 0.2737 0.3017 0.3798 71 0.1940 0.2303 0.2718 0.2997 0.3773 72 0.1927 0.2287 0.2700 0.2977 0.3748 73 0.1914 0.2272 0.2682 0.2957 0.3724 74 0.1901 0.2257 0.2664 0.2938 0.3701 75 0.1888 0.2242 0.2647 0.2919 0.3678 76 0.1876 0.2227 0.2630 0.2900 0.3655 77 0.1864 0.2213 0.2613 0.2882 0.3633 78 0.1852 0.2199 0.2597 0.2864 0.3611 79 0.1841 0.2185 0.2581 0.2847 0.3589 80 0.1829 0.2172 0.2565 0.2830 0.3568 81 0.1818 0.2159 0.2550 0.2813 0.3547 82 0.1807 0.2146 0.2535 0.2796 0.3527 83 0.1796 0.2133 0.2520 0.2780 0.3507 84 0.1786 0.2120 0.2505 0.2764 0.3487 85 0.1775 0.2108 0.2491 0.2748 0.3468 86 0.1765 0.2096 0.2477 0.2732 0.3449 87 0.1755 0.2084 0.2463 0.2717 0.3430 88 0.1745 0.2072 0.2449 0.2702 0.3412 89 0.1735 0.2061 0.2435 0.2687 0.3393 90 0.1726 0.2050 0.2422 0.2673 0.3375 91 0.1716 0.2039 0.2409 0.2659 0.3358 92 0.1707 0.2028 0.2396 0.2645 0.3341 93 0.1698 0.2017 0.2384 0.2631 0.3323 94 0.1689 0.2006 0.2371 0.2617 0.3307 95 0.1680 0.1996 0.2359 0.2604 0.3290 96 0.1671 0.1986 0.2347 0.2591 0.3274 97 0.1663 0.1975 0.2335 0.2578 0.3258 98 0.1654 0.1966 0.2324 0.2565 0.3242 99 0.1646 0.1956 0.2312 0.2552 0.3226 100 0.1638 0.1946 0.2301 0.2540 0.3211 Diproduksi oleh: Junaidi (http://junaidichaniago.wordpress.com). 2010 Page 2 Tabel r untuk df = 101 - 150 df = (N-2) Tingkat signifikansi untuk uji satu arah 0.05 0.025 0.01 0.005 0.0005 Tingkat signifikansi untuk uji dua arah 0.1 0.05 0.02 0.01 0.001 101 0.1630 0.1937 0.2290 0.2528 0.3196 102 0.1622 0.1927 0.2279 0.2515 0.3181 103 0.1614 0.1918 0.2268 0.2504 0.3166 104 0.1606 0.1909 0.2257 0.2492 0.3152 105 0.1599 0.1900 0.2247 0.2480 0.3137 106 0.1591 0.1891 0.2236 0.2469 0.3123 107 0.1584 0.1882 0.2226 0.2458 0.3109 108 0.1576 0.1874 0.2216 0.2446 0.3095 109 0.1569 0.1865 0.2206 0.2436 0.3082 110 0.1562 0.1857 0.2196 0.2425 0.3068 111 0.1555 0.1848 0.2186 0.2414 0.3055 112 0.1548 0.1840 0.2177 0.2403 0.3042 113 0.1541 0.1832 0.2167 0.2393 0.3029 114 0.1535 0.1824 0.2158 0.2383 0.3016 115 0.1528 0.1816 0.2149 0.2373 0.3004 116 0.1522 0.1809 0.2139 0.2363 0.2991 117 0.1515 0.1801 0.2131 0.2353 0.2979 118 0.1509 0.1793 0.2122 0.2343 0.2967 119 0.1502 0.1786 0.2113 0.2333 0.2955 120 0.1496 0.1779 0.2104 0.2324 0.2943 121 0.1490 0.1771 0.2096 0.2315 0.2931 122 0.1484 0.1764 0.2087 0.2305 0.2920 123 0.1478 0.1757 0.2079 0.2296 0.2908 124 0.1472 0.1750 0.2071 0.2287 0.2897 125 0.1466 0.1743 0.2062 0.2278 0.2886 126 0.1460 0.1736 0.2054 0.2269 0.2875 127 0.1455 0.1729 0.2046 0.2260 0.2864 128 0.1449 0.1723 0.2039 0.2252 0.2853 129 0.1443 0.1716 0.2031 0.2243 0.2843 130 0.1438 0.1710 0.2023 0.2235 0.2832 131 0.1432 0.1703 0.2015 0.2226 0.2822 132 0.1427 0.1697 0.2008 0.2218 0.2811 133 0.1422 0.1690 0.2001 0.2210 0.2801 134 0.1416 0.1684 0.1993 0.2202 0.2791 135 0.1411 0.1678 0.1986 0.2194 0.2781 136 0.1406 0.1672 0.1979 0.2186 0.2771 137 0.1401 0.1666 0.1972 0.2178 0.2761 138 0.1396 0.1660 0.1965 0.2170 0.2752 139 0.1391 0.1654 0.1958 0.2163 0.2742 140 0.1386 0.1648 0.1951 0.2155 0.2733 141 0.1381 0.1642 0.1944 0.2148 0.2723 142 0.1376 0.1637 0.1937 0.2140 0.2714 143 0.1371 0.1631 0.1930 0.2133 0.2705 144 0.1367 0.1625 0.1924 0.2126 0.2696 145 0.1362 0.1620 0.1917 0.2118 0.2687 146 0.1357 0.1614 0.1911 0.2111 0.2678 147 0.1353 0.1609 0.1904 0.2104 0.2669 148 0.1348 0.1603 0.1898 0.2097 0.2660 149 0.1344 0.1598 0.1892 0.2090 0.2652 150 0.1339 0.1593 0.1886 0.2083 0.2643 Diproduksi oleh: Junaidi (http://junaidichaniago.wordpress.com). 2010 Page 3 Tabel r untuk df = 151 - 200 df = (N-2) Tingkat signifikansi untuk uji satu arah 0.05 0.025 0.01 0.005 0.0005 Tingkat signifikansi untuk uji dua arah 0.1 0.05 0.02 0.01 0.001 151 0.1335 0.1587 0.1879 0.2077 0.2635 152 0.1330 0.1582 0.1873 0.2070 0.2626 153 0.1326 0.1577 0.1867 0.2063 0.2618 154 0.1322 0.1572 0.1861 0.2057 0.2610 155 0.1318 0.1567 0.1855 0.2050 0.2602 156 0.1313 0.1562 0.1849 0.2044 0.2593 157 0.1309 0.1557 0.1844 0.2037 0.2585 158 0.1305 0.1552 0.1838 0.2031 0.2578 159 0.1301 0.1547 0.1832 0.2025 0.2570 160 0.1297 0.1543 0.1826 0.2019 0.2562 161 0.1293 0.1538 0.1821 0.2012 0.2554 162 0.1289 0.1533 0.1815 0.2006 0.2546 163 0.1285 0.1528 0.1810 0.2000 0.2539 164 0.1281 0.1524 0.1804 0.1994 0.2531 165 0.1277 0.1519 0.1799 0.1988 0.2524 166 0.1273 0.1515 0.1794 0.1982 0.2517 167 0.1270 0.1510 0.1788 0.1976 0.2509 168 0.1266 0.1506 0.1783 0.1971 0.2502 169 0.1262 0.1501 0.1778 0.1965 0.2495 170 0.1258 0.1497 0.1773 0.1959 0.2488 171 0.1255 0.1493 0.1768 0.1954 0.2481 172 0.1251 0.1488 0.1762 0.1948 0.2473 173 0.1247 0.1484 0.1757 0.1942 0.2467 174 0.1244 0.1480 0.1752 0.1937 0.2460 175 0.1240 0.1476 0.1747 0.1932 0.2453 176 0.1237 0.1471 0.1743 0.1926 0.2446 177 0.1233 0.1467 0.1738 0.1921 0.2439 178 0.1230 0.1463 0.1733 0.1915 0.2433 179 0.1226 0.1459 0.1728 0.1910 0.2426 180 0.1223 0.1455 0.1723 0.1905 0.2419 181 0.1220 0.1451 0.1719 0.1900 0.2413 182 0.1216 0.1447 0.1714 0.1895 0.2406 183 0.1213 0.1443 0.1709 0.1890 0.2400 184 0.1210 0.1439 0.1705 0.1884 0.2394 185 0.1207 0.1435 0.1700 0.1879 0.2387 186 0.1203 0.1432 0.1696 0.1874 0.2381 187 0.1200 0.1428 0.1691 0.1869 0.2375 188 0.1197 0.1424 0.1687 0.1865 0.2369 189 0.1194 0.1420 0.1682 0.1860 0.2363 190 0.1191 0.1417 0.1678 0.1855 0.2357 191 0.1188 0.1413 0.1674 0.1850 0.2351 192 0.1184 0.1409 0.1669 0.1845 0.2345 193 0.1181 0.1406 0.1665 0.1841 0.2339 194 0.1178 0.1402 0.1661 0.1836 0.2333 195 0.1175 0.1398 0.1657 0.1831 0.2327 196 0.1172 0.1395 0.1652 0.1827 0.2321 197 0.1169 0.1391 0.1648 0.1822 0.2315 198 0.1166 0.1388 0.1644 0.1818 0.2310 199 0.1164 0.1384 0.1640 0.1813 0.2304 200 0.1161 0.1381 0.1636 0.1809 0.2298 Diproduksi oleh: Junaidi (http://junaidichaniago.wordpress.com). 2010 Page 4