BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Abraham Maslow adalah salah satu penganut aliran humanistic, ia terkenal dengan aktualisali diri, diamana aktualisasi diri adalah kebutuhan yang tertinggi, sebelumnya ada kebutuhan fisiologis, keamanan, cinta dan keberadaan, penghargaan dan baru naik ke aktualisasi diri. Maslow menyusun teori motivasi manusia, dimana variasi kebutuhan manusia dipandang tersusun dalam bentuk hirarki atau berjenjang. Setiap jenjang kebutuhan dapat dipenuhi hanya jenjang sebelumnya telah (relatif) terpuaskan. Secara ringkas empat jenjang basic need atau deviciency need, dan satu jenjang metaneeds atau growth needs. Jenjang motivasi bersifat mengikat, maksudnya kebutuhan pada tingkat yang lebih rendah harus relatif terpuaskan sebelum orang menyadari atau dimotivasi oleh kebutuhan yang jenjangnya lebih tinggi. Jadi kebutuhan fisiologis harus terpuaskan lebih dahulu sebelum muncul kebutuhan rasa aman. Sesudah kebutuhan fisiologis dan rasa aman terpuaskan, baru muncul kebutuhan cinta dan keberadaan, begitu seterusnya sampai kebutuhan akan aktualisasi diri muncul. Akan tetapi kebanyak orang setelah mencapai kebutuhan akan penghargaan tidak begerak ke kebutuhan akan aktualisasi diri. Terdapat beberapa karakterlistik tentang orang yang sudah mencapai aktualisasi diri dan berbagai hambatan untuk mencapai aktualisasi diri. 1.2 Rumusan Masalah 1. Apakah pengertian dari konsep aktualisasi diri ? 2. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi aktualisasi diri ? 3. Apa saja karakteristik aktualisasi diri ? 4. Bagaimanakah cara mencapai aktualisasi diri ? 5. Apa saja hambatan dalam akualisasi diri ? 1 1.3 Tujuan 1. Untuk mengetahui pengertian dari konsep aktualisasi diri 2. Untuk mengetahui apa sajakah faktor-faktor yang mempengaruhi konsep aktualisasi diri 3. Untuk mengetahui karakteristik dari konsep aktualisasi diri 4. Untuk mengetahui bagaimana cara mencapai konsep aktualisasi diri 5. Untuk mengetahui hambatan apa saja dalam mencapai konsep aktualisasi diri 1.4 Manfaat Adapun manfaat dari penulisan makalah ini ialah agar mahasiswa mampu mengetahui dan memahami lebih lanjut mengenai konsep aktualisasi diri agar memudahkan mahasiswa dalam melaksanakan praktikum ataupun kerja lapangan 2 BAB II PEMBAHASAN 2.1 Pengertian Aktualisasi diri adalah kebutuhan naluriah pada manusia untuk melakukan yang terbaik dari yang dia bisa. Maslow dalam (Arinato, 2009), menyatakan aktualisasi diri adalah proses menjadi diri sendiri dan mengembangkan sifat-sifat dan potensi psikologis yang unik. Aktualisasi diri akan dibantu atau dihalangi oleh pengalaman dan oleh belajar khususnya dalam masa anak-anak. Aktualisasi diri akan berubah sejalan dengan perkembangan hidup seseorang. Ketika mencapai usia tertentu (adolensi) seseorang akan mengalami pergeseran aktualisasi diri dari fisiologis ke psikologis. (Arianto, 2009). Aktualisasi diri dapat didefinisikan sebagai perkembangan yang paling tinggi dari semua bakat, pemenuhan semua kualitas dan kapasitas. Aktualisasi juga memudahkan dan meningkatkan pematangan serta pertumbuhan. Ketika individu makin bertambah besar, maka "diri" mulai berkembang. Pada saat itu juga, tekanan aktualisasi beralih dari segi fisiologis ke segi psikologis. Bentuk tubuh dan fungsinya telah mencapai tingkat perkembangan dewasa, sehingga perkembangan selanjutnya berpusat pada kepribadian Menurut konsep Hirarki Kebutuhan Abraham Maslow, manusia didorong oleh kebutuhan-kebutuhan universal dan dibawa sejak lahir. Kebutuhan ini tersusun dalam tingkatan-tingkatan dari yang terendah sampai tertinggi. Kebutuhan paling rendah dan paling kuat harus dipuaskan terlebih dahulu sebelum muncul kebutuhan tingkat selanjutnya. Kebutuhan paling tertinggi dalam hirarki 3 kebutuhan individu Abraham Maslow adalah aktualisasi diri. Aktualisasi diri sangat penting dan merupakan harga mati apabila ingin mencapai kesuksesan. Aktualisasi diri adalah tahap pencapaian oleh seorang manusia terhadap apa yang mulai disadarinya ada dalam dirinya. Semua manusia akan mengalami fase tersebut, hanya saja sebagian dari manusia terjebak pada nilai-nilai atau ukuranukuran pencapaian dari tiap tahap yang dikemukakan Maslow. Andai saja seorang manusia bisa cepat melampaui tiap tahapan itu dan segera mencapai tahapan akhir yaitu aktualisasi diri, maka dia punya kesempatan untuk mencari tahu siapa dirinya sebenarnya. (Arianto, 2009). Ahli jiwa termashur Abraham Maslow, dalam bukunya Hierarchy of Needs menggunakan istilah aktualisasi diri (self actualization) sebagai kebutuhan dan pencapaian tertinggi seorang manusia. Maslow menemukan bahwa tanpa memandang suku asalusul seseorang, setiap manusia mengalami tahap-tahap peningkatan kebutuhan atau pencapaian dalam kehidupannya. Kebutuhan tersebut meliputi: a. Kebutuhan fisiologis (physiological), meliputi kebutuhan akan pangan, pakaia, dan tempat tinggal maupun kebutuhan biologis, b. Kebutuhan keamanan dan keselamatan (safety), meliputi kebutuhan akan keamanan kerja, kemerdekaan dari rasa takut ataupun tekanan, keamanan dari kejadian atau lingkungan yang mengancam, c. Kebutuhan rasa memiliki, sosial dan kasih sayang (social), persahabatan, meliputi berkeluarga, kebutuhan akan berkelompok, interaksi dan kasih sayang, d. Kebutuhan akan penghargaan (esteem), meliputi kebutuhan akan harga diri, status, prestise, 4 respek, dan penghargaan dari pihak lain, e. Kebutuhan aktualisasi diri (self actualization), meliputi kebutuhan akan memenuhi keberadaan diri (self fulfillment) melalui memaksimumkan penggunaaan kemampuan dan potensi diri. Kebutuhan aktualisasi diri (Need For Self Actualization). Kebutuhan ini meliputi: a. Dapat mengenal diri sendiri dengan baik (mengenal dan memahami potensi diri) b. Belajar memenuhi kebutuhan diri sendiri c. Tidak emosional d. Mempunyai dedikasi yang tinggi e. Kreatif f. Mempunyai kepercayaan diri yang tinggi Berdasarkan uraian di atas dapat dikatakan bahwa aktualisasi diri merupakan suatu proses menjadi diri sendiri dengan mengembangkan sifat-sifat serta potensi individu sesuai dengan keunikannya yang ada untuk menjadi kepribadian yang utuh. 2.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi aktualisasi diri Orang yang mampu mengaktualisasikan dirinya sangat memahami bahwa ada eksistensi atau hambatan lain tinggal (indwelling) keberadaannya didalam sendiri (internal) yang atau di mengendalikan luar (eksternal) perilaku dan tindakannya untuk melakukan sesuatu. a. Internal Faktor internal ini merupakan bentuk hambatan yang berasal dari dalam diri seseorang, yang meliputi : 1) Ketidaktahuan akan potensi diri 2) Perasaan ragu dan takut mengungkapkan potensi diri, sehingga 5 potensinya tidak dapat terus berkembang. Potensi diri merupakan modal yang perlu diketahui, digali dan dimaksimalkan. Sesungguhnya perubahan hanya bisa terjadi jika kita mengetahui potensi yang ada dalam diri kita kemudian mengarahkannya kepada tindakan yang tepat dan teruji (Fadlymun, 2009). b. Eksternal Faktor eksternal merupakan hambatan yang berasal dari luar diri seseorang, seperti : 1) Budaya masyarakat yang tidak mendukung upaya aktualisasi potensi diri seseorang karena perbedaan karakter. Pada kenyataannya lingkungan masyarakat tidak sepenuhnya menunjang upaya aktualisasi diri warganya. 2) Faktor lingkungan Lingkungan masyarakat berpengaruh terhadap upaya mewujudkan aktualisasi diri. Aktualisasi diri dapat dilakukan jika lingkungan mengizinkannya. (Asmadi, 2008). Lingkungan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi terhadap pembentukan dan perkembangan perilaku individu, baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosio-psikologis (Sudrajat, 2008). 3) Pola asuh Pengaruh keluarga dalam pembentukan aktualisasi diri anak sangatlah besar. Banyak faktor dalam keluarga yang ikut berpengaruh dalam proses perkembangan anak. Salah satu faktor dalam keluarga yang mempunyai peranan penting dalam pengaktualisasian diri adalah praktik pengasuhan anak (Brown, 1961) Aktualisasi diri merupakan kemampuan seseorang untuk mengatur diri sendiri sehingga bebas dari berbagai tekanan, baik 6 yang berasal dari dalam diri maupun di luar diri. Kemampuan seseorang membebaskan diri dari tekanan internal dan eksternal dalam pengaktualisasian dirinya menunjukkan bahwa orang tersebut telah mencapai kematangan diri. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa aktualisasi diri tersebut secara penuh. Hal ini disebabkan oleh terdapatnya dua kekuatan yang saling tarik-menarik dan akan selalu pengaruh-mempengaruhi di dalam diri manusia itu sendiri sepanjang perjalanan hidup manusia. Kekuatan yang satu mengarah pada pertahanan diri, sehingga yang muncul adalah rasa takut salah atau tidak percaya diri, takut menghadapi risiko terhadap keputusan yang akan diambil, mengagungkan masa lalu dengan mengabaikan masa sekarang dan mendatang, ragu-ragu dalam mengambil keputusan atau bertindak, dan sebagainya. Sementara kekuatan yang lainnya adalah kekuatan yang mengarah pada keutuhan diri dan terwujudnya seluruh potensi diri yang dimiliki, sehingga yang muncul adalah kepercayaan diri dan penerimaan diri secara penuh. (Asmadi, 2008) 2.3 Karakteristik aktualisasi diri. Seseorang yang telah mencapai aktualisasi diri dengan optimal akan memiliki kepribadian yang berbeda dengan manusia pada umunya. Menurut Maslow pada tahun 1970 (Kozier dan Erb, 1998), ada beberapa karakteristik yang menunjukkan sseorang mencapai aktualisasi diri. Karakteristik tersebut antara lain sebagai berikut: a. Mampu melihat realitas secara lebih efisien Karakteristik atau kapasitas ini akan membuat seseorang untuk mampu mengenali kebohongan, kecurangan, dan kepalsuan yang dilakukan orang lain, serta mampu menganalisis secara kritis, logis, dan mendalam terhadap segala fenomena alam dan kehidupan. Karakter tersebut tidak menimbulkan sikap yang emosional, melainkan lebih objektif. Dia akan mendengarkan apa yang seharusnya didengarkan, 7 bukan mendengar apa yang diinginkan, dan ditakuti oleh orang lain. Ketajaman pengamatan terhadap realitas kehidupan akan menghasilkan pola pikir yang cemerlang menerawang jauh ke depan tanpa dipengaruhi oleh kepentingan atau keuntungan sesaat. b. Penerimaan terhadap diri sendiri dan orang lain apa adanya Orang yang telah mengaktualisasikan dirinya akan melihat orang lain seperti melihat dirinya sendiri yang penuh dengan kekurangan dan kelebihan. Sifat ini akan menghasilkan sikap toleransi yang tinggi terhadap orang lain serta kesabaran yang tinggi dalam menerima diri sendiri dan orang lain. Dia akan membuka diri terhadap kritikan, saran, ataupun nasehat dari orang lain terhadap dirinya. c. Spontanitas, kesederhaan dan kewajaran Orang yang mengaktualisasikan diri dengan benar ditandai dengan segala tindakan, perilaku, dan gagasannya dilakukan secara spontan, wajar, dan tidak dibuat-buat. Dengan demikian, apa yang ia lakukan tidak pura-pura. Sifat ini akan melahirkan sikap lapang dada terhadap apa yang menjadi kebiasaan masyarakatnya asal tidak bertentangan dengan prinsipnya yang paling utama, meskipun dalam hati ia menertawakannya. Namun apabila lingkungan atau kebiasaan di masyarakat sudah bertentangan dengan prinsip yang ia yakini, maka ia tidak segan-segan untuk mengemukakannya dengan asertif. Kebiasaan di masyarakat tersebut antara lain seperti adat-istiadat yang amoral, kebohongan, dan kehidupan sosial yang tidak manusiawi. d. Terpusat pada persoalan Orang yang mengaktualisasikan diri seluruh pikiran, perilaku, dan gagasannya bukan didasarkan untuk kebaikan dirinya saja, namun 8 didasarkan atas apa kebaikan dan kepentingan yang dibutuhkan oleh umat manusia. Dengan demikian, segala pikiran, perilaku, dan gagasannya terpusat pada persoalan yang dihadapi oleh umat manusia, bukan persoalan yang bersifat egois. e. Membutuhkan kesendirian Pada umumnya orang yang sudah mencapai aktualisasi diri cenderung memisahkan diri. Sikap ini didasarkan atas persepsinya mengenai sesuatu yang ia anggap benar, tetapi tidak bersifat egois. Ia tidak bergantung pada pada pikiran orang lain. Sifat yang demikian, membuatnya tenang dan logis dalam menghadapi masalah. Ia senantiasa menjaga martabat dan harga dirinya, meskipun ia berada di lingkungan yang kurang terhormat. Sifat memisahkan diri ini terwujud dalam otonomi pengambilan keputusan. Keputusan yang diambilnya tidak dipengaruhi oleh orang lain. Ia akan bertanggung jawab terhadap segala keputusan dan kebijakan yang diambil. f. Otonomi (kemandirian terhadap kebudayaan dan lingkungan) Orang yang sudah mencapai aktualisasi diri, tidak menggantungkan diri pada lingkungannya. Ia dapat melakukan apa saja dan dimana saja tanpa dipengaruhi oleh lingkungan (situasi dan kondisi) yang mengelilinginya. Kemandirian ini menunjukkan ketahanannya terhadap segala persoalan yang mengguncang, tanpa putus asa apalagi sampai bunuh diri. Kebutuhan terhadap orang lain tidak bersifat ketergantungan, sehingga pertumbuhan dan perkembangan dirinya lebih optimal. g. Kesegaran dan apresiasi yang berkelanjutan Ini merupakan manifestasi dari rasa syukur atas segala potensi yang dimiliki pada orang yang mampu mengakualisasikan dirinya. Ia akan diselimuti perasaan senang, kagum, dan tidak bosan terhadap 9 segala apa yang dia miliki. Walaupun hal ia miliki tersebut merupakan hal yang biasa saja. Implikasinya adalah ia mampu mengapresiasikan segala apa yang dimilikinya. Kegagalan seseorang dalam mengapresiasikan segala yang dimilikinya dapat menyebabkan ia menjadi manusia yang serakah dan berperilaku melanggar hak asasi orang lain. h. Kesadaran sosial Orang yang mampu mengaktualisasikan diri, jiwanya diliputi oleh perasaan empati, iba, kasih sayang, dan ingin membantu orang lain. Perasaan tersebut ada walaupun orang lain berperilaku jahat terhadap dirinya. Dorongan ini akan memunculkan kesadaran sosial di mana ia memiliki rasa untuk bermasyarakat dan menolong orang lain. i. Hubungan interpersonal Orang yang mampu mengaktualisasikan diri mempunyai kecenderungan untuk menjalin hubungan yang baik dengan orang lain. Ia dapat menjalin hubungan yang akrab dengan penuh rasa cinta dan kasih sayang. Hubungan interpersonal ini tidak didasari oleh tendensi pribadi yang sesaat, namun dilandasi oleh perasaan cinta, kasih sayang, dan kesabaran meskipun orang tersebut mungkin tidak cocok dengan perilaku masyarakat di sekelilingnya. j. Demokratis Orang yang mampu mengaktualisasikan diri memiliki sifat demokratis. Sifat ini dimanifestasikan denga perilaku yang tidak membedakan orang lain berdasarkan penggolongan, etis, agama, suku, ras, status sosial ekonomi, partai dan lain-lain. Sifat demokratis ini lahir karena pada orang yang mengaktualisasikan diri tidak mempunyai perasaan risih bergaul dengan orang lain. Juga karena sikapnya yang rendah hati, sehingga 10 ia senantiasa menghormati orang lain tanpa terkecuali. k. Rasa humor yang bermakna dan etis Rasa humor orang yang mengaktualisasikan diri berbeda dengan humor kebanyakan orang. Ia tidak akan tertawa terhadap humor yang menghina, merendahkan bahkan menjelekkan orang lain. Humor orang yang mengaktualisasikan diri bukan saja menimbulkan tertawa, tetapi sarat dengan makna dan nilai pendidikan. Humornya benar-benar menggambarkan hakikat manusiawi yang menghormati dan menjunjumg tinggi nilai-nilai kemanusiaan. l. Kreativitas Sikap kreatif merupakan karakteristik lain yang dimiliki oleh orang yang mengaktualisasikan diri. Kreativitas ini diwujudkan dalam kemampuannya melakukan inovasi-inovasi yang spontan, asli, tidak dibatasi oleh lingkungan maupun orang lain. m. Independensi Ia mampu mempertahankan pendirian dan keputusankeputusan yang ia ambil. Tidak goyah atau terpengaruh oleh berbagai guncangan ataupun kepentingan. n. Pengalaman puncak (peak experiance) Orang yang mampu mengaktualisasikan diri akan memiliki perasaan yang menyatu dengan alam. Ia merasa tidak ada batas atau sekat antara dirinya dengan alam semesta. Artinya, orang yang mampu mengaktualisasikan diri terbebas dari sekat-sekat berupa suku, bahasa, agama, ketakutan, keraguan, dan sekat-sekat lainnya. 11 Oleh karena itu, ia akan memiliki sifat yang jujur, ikhlas, bersahaja, tulus hati , dan terbuka. Karakter-karakter ini merupakan cerminan orang yang berada pada pencapaian kehidupan yang prima ( peak experience). Konsekuensinya ia akan merasakan bersyukur pada Tuhan, orang tua, orang lain, alam, dan segala sesuatu yang menyebabkan keberuntungan tersebut. Adapun beberapa langkah sederhana untuk mengaktualisasikan diri dalam mencapai sukses, yaitu: a. Kenali potensi dan bakat unik yang ada dalam diri Jangan pernah menyembunyikan bakat anda karena bakat diciptakan untuk digunakan, demikianlah nasehat dari Benjamin Franklin. Oleh karena itu anda harus dan wajib mengenali bakat dan potensi unik yang ada dalam diri anda. Ia adalah anugerah Tuhan yang tidak ternilai. Yakinilah masing-masing kita terlahir dengan bakat dan potensi yang luar biasa. Tugas kitalah untuk memahami, mendeteksi dan mengenali bakat dan potensi apa sajakah yang kita miliki. b. Asah kemampuan unik anda setiap hari Orang sukses adalah orang yang senantiasa mengasah kemampuan unik yang ada dalam dirinya, yang membedakan dirinya dengan 6 milyar orang lainnya. Tidak perlu malu, kemampuan sekecil apapun yang anda miliki sekarang adalah modal untuk menciptakan kesuksesan di masa depan. Petuah bijak mengatakan “Lakukanlah hal- hal kecil yang tidak anda sukai dengan disiplin tinggi, sehingga kelak anda dapat menikmati hal-hal besar yang sangat anda sukai. c. Buat diri anda berbeda dan jadilah “One in a million kind of 12 person” Kita semua terlahir berbeda dan diciptakan untuk membuat perbedaan hidup. Yakinilah anda adalah maha karya Tuhan yang luar biasa. Anda adalah tambang emas dan berlian yang tidak ternilai harganya. Maka buatlah diri berharga dengan menjadi yang berbeda dan bukan asal beda, tetapi harus unik. Berikanlah perbedaan besar dalam hidup sehingga hidup anda merupakan berkah dan anugerah bagi orang lain. Aktualisasi diri ini adalah level yang tertinggi, akan tetapi setelah kebutuhan akan perhargaan mereka terpenuhi jarang yang mencapai pada aktualisasi diri, kerana hanya orang yang mempunyai niali-nilai keindahan, kejujuran dan keadilan yang bisa mencapai pada level ini. Orang yang telah mencapai pada aktualisasi diri meraka dapat mempertahankan harga diri meraka ketika diremehkan dan ditolak oleh orang lain. 2.4 Mencapai Aktualisasi Diri Aktualisasi diri dapat dipandang sebagai kebutuhan tertinggi dari suatu hirarki kebutuhan, namun juga dapat di pandang sebagai tujuan final,tujuan ideal dari kehidupan manusia. Konsep tujuan hidup motivator ini mirip dengan konsep arsetif-self dari jung, kekuatan-kreatif-self dari adler, ataupun realisasi dari horney. Menurut Maslow, tujuan aktualisasi diri itu bersifat alami, yang dibawa sejak lahir. Kebutuhan neurotik merupakan perkembangan kebutuhan yang menyimpang dari jalur alami. Menurut Maslow penolakan,frustasi,dan perkembangan hakekat alami penyimpangan akan dari menimbulkan psikopatologi. Dalam pandangan ini,apa yang baik adalah semua yang mendekat ke aktualisasi diri, dan yang buruk atau abnormal adalah segala hal yang menggagalkan atau menghambat atau menolak aktualisasi diri sebagai hakekat 13 alami kemanusiaan. Karena itu psikoterapi adalah usia mengembalikan orang ke jalur aktualisasi dirinya dan perkembangan sepanjang lintasan yang diatur alam di dalam dirinya. 1. Pengembangan diri Orang gagal mencapai aktualisasi diri karena mereka takut menyadari kelemahan dirinya sendiri. Maslow mengemukakan dua jalur untuk mencapai aktualisasi diri, yang pertama yaitu jalur belajar (mengembangkan diri secara optimal pada semua tingkat kebutuhan hirarkis), dan yang kedua Jalur pengalaman puncak. Ada delapan model tingkahlaku yang harus di pelajari dan dilakukan agar orang dapat mencapai aktualisasi diri melalui jalur belajar-pengembangan diri, sebagai berikut: a. Alami sesuatu dengan utuh, gambling, dan tanpa pamrih. b. Hidup adalah perjalanan proses memilih antara keamanan (jauh kebutuhan bertahan) dari rasa dengan sakit rIsiko dan (demi c. d. e. kemajuan dan pengembangan). Biarkan self tegak. Apabila ragu, jujurlah. Dengar dengan seleramu sendiri,bersiaplah f. untuk tidak popular. Gunakan kecerdasanmu ,kerjakan sebaik mungkin apa yang ingin kamu kerjakan, apakah itu latihan jaru diatas tuas piano, mengingat setiap tulang-otot-hormon, atau belajar bagaimana memelitur kayu sehingga menjadi g. halus seperti sutra. Buatlah pengalaman puncak (peak experience) seperti buang ilusi, dan pandangan salah, pelajari apa yang tidak bagus dan kamu tidak potensial. 14 h. Temukan siapa dirimu, apa pekerjaanmu,apa yang kamu senangi dan apa yang tidak kamu senangi, apa yang baik dan buruk bagimu, kemana kamu pergi, dan apa misimu. 2. Pengalaman Puncak (Peak Experience) Maslow menemukan dalam penelitiannya bahwa banyak orang yang mencapai aktualisasi diri ternyata mengalami pengalaman puncak seperti suatu pengalaman mistik mengenai perasaan dan sensasi yang mendalam, psikologis dan fisiologis. Suatu keadaan dimana seseorang mengalami ekstasi-keajaiban-terpesona-kebahagiaan yang luar biasa seperti pengalaman keilahian yang mendalam, dimana saat transendesi. itu diri Maslow seperti menerima hilang atau gambaran mengalami pengalaman puncak yang disusun oleh William james, sebagai berikut: 1. Tak terlukiskan (Ineffability) Subjek sesudah mengalami pengalaman puncak segera mengatakan bahwa itu adalah ekspresi keajaiban, yang tidak dapat digambarkan dengan kata-kata, yang dapat di jelaskan kepada orang lain. 2. Kualitas kebenaran intelektual (Neotic Quality) Pengalaman puncak adalah pengalaman menemukan kebenaran dari hakikat intelektual. 3. Waktunya pendek (Transiency) Keadaan mistis tidak bertahan lama. Umumnya hanya berlangsung 30 menit atau paling lama satu atau dua jam ( jarang sekali ada yang berlangsung lebih lama), pengalaman itu menjadi kabur dan orang kembali ke dunianya sehari-hari. 4. Pasif (Passivity) Orang yang mengalami pengalaman mistis merasa kemauan dirinya tergusur (abeyance), dan terkadang dia 15 merasa terperangkap dan dikuasai oleh kekuatan yang sangat besar. Pada mulanya Maslow berpendapat bahwa pengalaman puncak ini hanya dapat dialami oleh orang-orang tertentu saja, khususnya mereka yang sudah mencapai aktualisasi diri akan mengalaminya secara teratur berkali- kali. Pengaruh pengalaman puncak berjangka lama-tidak mudah hilang(lasting). Aktualisasi diri yang dicapai melalui pengalaman puncak membuat orang lebih religius, mistikal, sholeh, dan indah dibandingkan dengan aktualisasi yang diperoleh melalui pengembangan diri (yang lebih praktis, membumi, terikat dengan urusan keduniaan). Namun secara umum orang mencapai aktualisasi diri mempunyai karakterlistik, diantaranya: 1. Persepsi yang lebih efisien dalam kenyataan Dengan sifat ini menurut Maslow orang yang telah mengaktualisasikan diri mereka lebih mudah bisa menemukan kebahagiaan sebab pandangan mereka tidak dicampuri oleh keinginan-keinginan atau harapan-harapan sehingga mereka bisa cermat dan efisien. Kemampuan seperti ini meliputi pengamatan pada bidang seni, musik, ilmu pengetahuan, politik, filsafat dan bidang kehidupan lainnya mereka mampu meramalkan kejadiankejadian yang akan datang dengan tepat. Mereka juga tidak dipengaruhi oleh kecenmasan-kecemasan, prasangka-prasangka atau optimisme dan pesimisme yang keliru. (Hall: 1993, 111). 2. Penerimaan akan diri, orang lain dan hal-hal alamiah. 3. Spontanitas Kesederhanaan dan kealamian, Tingkah laku orang-orang yang mengaktualisasikan diri adalah spontan, sederhana dan tidak dibuatbuat serta tidak terikat. Spontanitas, kesederhanaan, dan sangat wajar itu terjadi sebab tindakan mereka dalam mengaktualisasikan dirinya memiliki kode etik yang relatif otonom dan individual. Meski demikian, mereka juga 16 berusaha mengikuti upacaraupacara adat dan kebiasaan-kebiasaan yang berlaku dalam masyarakat selama tidak mengganggu tugas-tugas penting mereka. Selain itu mereka juga mengikuti aturan-aturan yang ada yang menurut mereka dengan aturan itu mereka merasa terlindungi. (Koeswara: 1991, 140). 4. Berpusat pada masalah Orang yang mengaktualisasikan diri mereka berorientasi pada masalah- masalah yang melampaui kebutuhan-kebutuhan mereka. Dedikasi terhadap tugas-tugas atau pekerjaan merupakan bagian dari misi hidup mereka. Mereka hidup untuk bekerja dan bukan bekerja untuk hidup. Pekerjaan mereka bersifat alami secara subjektif dan bersifat non personal. (Koeswara: 1991, 141). 5. Kebutuhan akan privasi Kebutuhan privasi orang-orang yang teraktualisasikan dirinya melebihi kebutuhan privasi orang biasa (kebanyakan orang) dalam pergaulan sosial mereka dianggap memisahkan diri, hati-hati, sombong dan dingin. Hal ini disebabkan mereka tidak membutuhkan orang lain dalam pergaulan biasa, sehingga mereka sepenuhnya percaya pada potensi-potensi yang mereka miliki. Selain itu, orang-orang yang mengaktualisasikan dirinya mereka mempunyai kemampuan konsentrasi yang kuat dari kebanyakan orang (Koeswara: 1991, 139). 6. Kemandirian Orang-orang yang mengaktualisasikan diri menjadikan mereka memiliki kadar arah yang tinggi. Mereka memandang diri mereka sebagai agen yang merdeka, aktif, bertanggung jawab, dan agen yang mendisiplinkan diri dalam menentukan nasibnya sendiri. Mereka cenderung menghindarkan diri dari penghormatan status, prestice, dan popularitas. Kepuasan yang berasal dari luar diri itu mereka anggap kurang penting ketimbang pertumbuhan diri. 7. Penghargaan yang selalu baru Maslow (1970) menulis bahwa “orang-orang yang mengaktualisasikan diri mempunyai kapasitas yang luar 17 biasa untuk menghargai hal-hal baik dari kehidupan, lagi dan lagi, secara baru dan polos, dengan kekaguman, kesenangan, kterkejutan, dan bahkan kebahagiaan yang berlebih”. 8. Pengalaman puncak Menurut Maslow, orang yang mengalami aktualisasi diri pada umumnya mengalami apa yang disebut sebagai pengalaman puncak atau pengalaman mistis. Menurut Maslow pengalaman puncak tidak perlu berupa pengalaman keagamaan atau spiritual, sebab hal itu bisa saja dialami melalui buku-buku, musik dan kegiatan-kegiatan aktual. Orang-orang yang mengalaminya merasakan diriya selaras dengan dunia, lupa akan dirinya dan bahkan melampauinya, juga merasakan silih berganti rasa kuat dan rasa lemah dari sebelumnya 9. Gemeinschaftsgefuhl (ketertarikan sosial) Menurut Maslow, orang-orang yang mangaktualisasikan dirinya mereka selalu simpatik pada orang lain walaupun bagaimana bodohnya seseorang itu. Walaupun orang-orang yang mengaktualisasikan diri kadang merasa terganggu, sedih, marah oleh kecacatan sesamanya. Maslow mencontohkan hal ini seperti hubungan saudara; meski saudaranya lemah, bodoh atau jahat mereka memiliki hasrat yang tulus untuk membantu memperbaiki sesamanya. 10. Hubungan interpersonal yang kuat Menurut Maslow, orang-orang yang mengaktualisasikan diri cenderung memiliki hubungan interpersonal yang kuat dibanding kebanyakan orang. Mereka cenderung membangun hubungan yang dekat dengan orang-orang yang memiliki kesamaan karakter, kesanggupan dan bakat yang biasanya dianggap persahabatan yang relatif kecil. (Iman: 1994, 96). Maslow menyatakan, subjeknya tabu untuk minta dikagumi, mencari pengikat, pengabdi, dan bila dipaksa masuk dalam pergaulan yang menyulitkan, mereka tetap tenang dan berusaha menghindari sebisanya. Hal ini tidak berarti bahwa mereka tidak memiliki diskriminasi sosial. Hal ini terbukti 18 ketika mereka bisa menjadi kasar apabila berhadapan dengan orangorang sombong dan munafik. 11. Struktur karakter demokratis Orang-orang yang mengaktualisasikan diri memiliki karakter demokrasi yang lebih baik. Mereka mampu belajar dari siapa saja yang bisa mengajar tanpa memandang derajat, pendidikan, usia, ras atau keyakinan politik, bukan berarti orang yang mengaktualisasikan diri menyamaratakan semua orang. Orang yang mengaktualisasikan diri adalah mereka yang elit dan memilih persahabatan secara elit. Elit disini adalah elit dalam karakter kesanggupan, bakat dan bukan elit dalam keturunan ras, darah, nama keluarga, usia, kemasyuran atau jabatan. Mereka menaruh hormat kepada semua orang karena condong hormat semata-mata karena mereka adalah individu yang manusiawi. Mereka tidak pernah berusaha merendahkan, mengurangi arti atau merusak martabat orang lain meskipun mereka penjahat. 12. Diskriminasi antara cara dan tujuan Ciri lain yang terdapat pada orang-orang yang mengaktualisasikan diri menurut Maslow adalah orang yang mampu membedakan antara cara dan tujuan. Mereka biasanya terpusat pada tujuan mereka, sehingga dengan tindakan itu mereka sering dapat menikmati perjalanan ke suatu tujuan maupun tibanya di tujuan itu. Dengan kata lain orang yang mengaktualisasikan diri bisa menjadikan kegiatan yang paling kecil menjadi kegiatan yang menyenangkan. 13. Humor yang filosofis Ciri lain orang yang mengaktualisasikan diri menurut Maslow adalah mereka yang memiliki rasa humor yang filosofis. Kebanyakan orang menyukai humor yang bertolak dari kelemahan dan penderitaan orang lain dengan tujuan untuk mengejek atau menertawakan oarang lain. Dengan rasa humornya yang filosofis orang-orang yang mengaktualisasikan diri menyukai humor yang mengekspresikan kritik atas kebodohan, kelancangan atau kecurangan manusia. Rasa humor yang filosofis, memancing senyum daripada tertawa. 19 14. Kreativitas Yang dimiliki orang yang mengaktualisasikan diri adalah bentuk tindakan asli, naïf dan spontan seperti yang dijumpai pada anak-anak yang masih polos dan masih jujur. Bentuk kreatifitas ini umumnya digunakan dalam bentuk kegitan-kegiatan seni, dan ilmu pengetahuan. Kreatifitas tidak harus berupa penciptaan karya ilmiah yang berat dan serius tetapi bisa juga berupa penciptaan sesuatu yang sederhana. Pada dasarnya, kreativitas berkisar pada daya temu dan penemuan hal-hal baru yang menyimpang dari gagasan lama. 15. Tidak mengikuti enkulturasi Ciri terakhir dari orang yang mengakualisasikan diri menurut Maslow adalah mereka yang otonomi yang berani membuat keputusan sendiri, meskipun berbeda dengan pendapat umum. Hal ini bukan berarti mereka pembangkang tetapi ini adalah usaha untuk mempertahankan sesuatu dan tidak terlalu terpengaruh oleh keadaan masyarakat. Tetapi merekapun bisa meninggalkan kepatuhan mereka pada kebiasaan-kebiasaan yang ada pada lingkungan. Mereka akan dengan mudah meninggalkannya apabila dengan adanya kepatuhan itu mengganggu atau terlalu mahal untuk dipertahankan. 16. Cinta, seks, dan aktualisasi diri, 2.5 Hambatan Dalam Akualisasi Diri Dalam teori Maslow kebutuhan akan aktualisasi diri merupakan kebutuhan manusia yang paling tinggi. Kebutuhan ini muncul dengan sendirinya apabila kebutuhannya yang lain sudah terpenuhi dengan baik. Kebutuhan akan aktualisasi diri adalah tanda (hasrat) dari individu untuk menyempurnakan dirinya dan menjadi seseorang dengan keinginan dan potensi yang ada pada dirinya. Maslow menyatakan bahwa aktualisasi diri bukan hanya pengungkapan kreasi atau karya atau kemampuan khusus, dengan kata lain setiap orang mampu mengaktualisasikan dirinya dengan cara melakukan hal yang terbaik, atau bekerja sebaik-baiknya sesuai dengan bidangnya masing- 20 masing tidak terlepas apakah dia itu orang tua, buruh, mahasiswa ataupun dosen bahkan sekretaris. Oleh karena itu bentuk dari aktualisasi diri pada setiap individu berbeda-beda. Lebih lanjut Maslow menyatakan bahwa untuk mencapai taraf aktualisasi diri tidaklah mudah seperti dalam pencapaian kebutuhan sebelumnya. Hal ini disebabkan karena upaya dalam pencapaian aktualisasi diri banyak dipenuhi oleh hambatan-hambatan. Hambatan-hambatan tersebut antara lain: 1. Berasal dari individu itu sendiri yakni berupa ketidak tahuan, keraguan 2. bahkan bisa karena ketakutan yang dialami oleh individu itu sendiri. Berasal dari luar atau masyarakat, biasanya berupa kecenderungan untuk mendispersonalisasikan individu, kerepresian sifat-sifat, bakat, potensi. Dengan kata lain aktualisasi diri hanya mungkin terjadi apabila kondisi lingkungan amat mendukung. Tetapi kenyataannya tidak ada satu pun lingkungan yang menunjang anggota masyarakatnya untuk melakukan aktualisasi diri walaupun ada anggota masyarakat yang 3. mampu melakukan aktualisasi diri. Berasal dari pengaruh yang dihasilkan dari kebutuhan yang kuat akan rasa aman. Maslow menyatakan jika masyarakat mengharapkan lebih banyak orang yang mampu mengaktualisasikan diri maka haruslah ada perubahan pada dataran dunia sehingga tercipta kesempatan yang luas bagi orang untuk memuaskan kebutuhan-kebutuhan dasarnya. Yang dimaksud perubahan disini menurut Maslow adalah perubahan struktur politk, ketentuan-ketentuan sosial. (Koeswara: 1991, 125-126). 21 BAB III PENUTUP 3.1 Simpulan Konsep aktualisasi diri adalah kebutuhan yang tertinggi, sebelumnya ada kebutuhan fisiologis, keamanan, cinta dan keberadaan, penghargaan dan baru naik ke aktualisasi diri. Maslow menyusun teori motivasi manusia, dimana variasi kebutuhan manusia dipandang tersusun dalam bentuk hirarki atau berjenjang. Setiap jenjang kebutuhan dapat dipenuhi hanya jenjang sebelumnya telah (relatif) terpuaskan. Jadi kebutuhan fisiologis harus terpuaskan lebih dahulu sebelum muncul kebutuhan rasa aman. Sesudah kebutuhan fisiologis dan rasa aman terpuaskan, baru muncul kebutuhan cinta dan keberadaan, begitu seterusnya sampai kebutuhan akan aktualisasi diri muncul. 3.1 Saran Dengan penulisan makalah ini penulis mengharapkan agar pembaca dalam melakukan praktek dan kerja lapangan mampu lebih efektif karena telah mengetahui bagaimana cara mencapai konsep aktualisasi diri, serta mengetahui hambatan yang akan ditemui pada saat akan mencapai aktualisasi diri tersebut. Dalam penyusunan / penulisan suatu karya tulis (makalah) sebaiknya menggunakan banyak literature walaupun nantinya tidak menutup kemungkinan dapat memperbesar dalam kesulitan penyusunan. 22 Daftar Pustaka Hidayat, A. Aziz Alimul. 2009. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia Aplikasi Konsep dan Proses Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika. Mubarak, Wahit Iqbal, SKM dan Ns. Nurul Chayatin, S. Kep. 2007. Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia Teori dan Aplikasi dalam Praktik. Jakarta: EGC. 23