ANALISIS PENGARUH FINANCING TO DEPOSIT RATIO (FDR), DANA PIHAK KETIGA (DPK), SERTIFIKAT BANK INDONESIA SYARIAH (SBIS), DAN NON PERFORMING FINANCING (NPF) TERHADAP RETURN ON ASSET (ROA), PERIODE JANUARI 2009 – DESEMBER 2012 Oleh: Dwi Rahayu Sulistianingrum NIM: 109084000074 JURUSAN ILMU EKONOMI DAN STUDI PEMBANGUNAN FAKULTAS ILMU EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1434 H/2013 M ANALISIS PENGARUH FINANCING TO DEPOSIT RATIO (FDR), DANA PIHAK KETIGA (DPK), SERTIFIKAT BANK INDONESIA SYARIAH (SBIS), DAN NON PERFORMING FINANCING (NPF) TERHADAP RETURN ON ASSET (ROA), PERIODE JANUARI 2009 – DESEMBER 2012 SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Untuk Memenuhi Syarat-syarat untuk Meraih Gelar Sarjana Ekonomi Oleh: Dwi Rahayu Sulistianingrum NIM: 109084000074 JURUSAN ILMU EKONOMI DAN STUDI PEMBANGUNAN FAKULTAS ILMU EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1434 H/2013 M fl ANALISIS PENGARUH FINANCING TO DEPOSIT RATIO (FDR), DANA PIHAK KETIGA (DPK), SERTIFIKAT BANK INDONESIA SYARIAH (SBIS), DAN NON PERFORMING FINANCING (NPF) TERHADAP RETURN ON ASSET EOA), PERIODE JANUART 2009- DESEMBER 2012 Skripsi EkonomidanBisnis DiajukankepadaFakultas untukMeraihGelarSadanaEkonomi Syarat-syarat Untukmemenuhi Oleh DrviRahayuSulistianinqrum NIM: 109084000074 Di BawahBimbingan I Pembimbing II Pembimbing Dr. Ir. H. RoikhanMochamadAziz.MM Yoehi Citra Pratama.M.Si N I P .1 9 8 3 0 7 1270 1 1 0 1 0 1 1 JURUSAN ILMU EKONOMI DAN STUDI PEMBANGUNAN FAKULTAS ILMU EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA M 1434H.12013 r I, OT\Ti} A [i. PEJ\IGF;.5..\ HENSTt.HAN UJIAN KOil,/tPRI,] Hari ini Rabu.5 Juni2013telahdilakukanu.jiankornprehensif atasmahasisrva: l. 2. 3. 4. Nama NIN,I Jurusan Judulskripsi Drvi RahayuSulistianingrurn l 09084000074 Ilmu Ekonorri dan Studi Pernbangunalt AnalisisPengaruhFinancingto DepositRatio GDR), DanaPihak Ketiga(DPK), SertifikatBarikIndonesia Syariah(SBIS),danrVon PerformingFinancing(NPF) terliadapReturnon Asset(ROA), PeriodeJanuari2009- Desernber2012 Setelahmencennatidan memperhatikanpenampilandan kemampuanyang bersangkutan selamaprosesujian kornpreirensif,maka diputuskanbahlva mahasiswatersebutdiatas dinyatakanlulus dan diberi keseurpatan untuk melanjutkanke tahapujian skripsisebagai salahsatr.r syaratuntuk memperolehgelar SarjanaEkonomi padaFakultasEkonontidan BisnisUniversitasIslamNegeri Syarif Hiclavatullah Jakarta. Jakarta,5 Juni 2013 1. Prof. Dr. Abdul Harnid,MS NIP. 19s70617 1 9 8 s 0 3I 0 0 2 2. Dr. Lukman,M.Si NIP. I 98207tO 20}gt2 2 002 Yoghi Citra Pratarna.M.Si N I P .1 9 8 3 0 7 1270 1 t 0 11 0 1 1 PengujiAhli { LEI\,IBARPENGESAHANUJIAN SKRIPSI H a r i S e n i n ,l 6 S e p t e m b e2r0 1 3t e l a hd i l a k u k a U n j i a nS k r i p sai t a sm a h a s i s r v a : l. 2. 3. 4. Nama NIM Jurusan JudulSkripsi : : : : Dr.viRahayuSulistianingrum 109084000074 Ilmu EkonomidanStudiPembangunarr AnalisisPengaruh Financingto DepositRatio(FDR),DanaPihak K e t i g a( D P K ) ,S e r t i f i k aBt a n kl n d o n e s iS a y a r i a h( S B I S ) ,d a nN o n P e r f o r t t t i t t g F i t t c u t c i t t g ( N P F ) t e l h a c l a pR e t t r t ' t ro t t A s s e t ( R O A ) . P e r i o c lJea r r u a2r i0 0 9* D e s e r r b e2r0' 12 Setelahrnencennatidan i:remperhatikan penarnpilan dan kernarnpuan yang bersangkutan selamaprosesujian skripsi,maka diputuskan tersebutdi atasdinyatakan bahrvamahasiswa lulus dan skripsi ini diterima sebagaisalahsatu syaratuntuk memperolehgelar Sarjana Ekonomi pada FakultasEkonomi dan Bisnis Universitas IslarnNegeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Jakarta,l6 Septemb er 2013 l . H e r n iA l i H T , S E ,M M l.1IDN. 0422t25902 2. Dr. Lukman,M. Si NIP. r 98207102009122 002 ans 3. ZuhairanY. Yunan, SE, M.Sc NIP. 1980041 6 200912t002 PengujiAhli 4 . D r . I r . H . R o i k h a nM o c h a m a dA z i z . M M P e m b i m b i nI g 1)Lt2.ltt-5 . Y o g h i C i t r aP r a t a m aM, . S i N I P . I 9 8 3 0 7 1 72 0 n 0 1 I 0 l I vU PembimbingII ,{ I LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH Yang bertandatangandibawahini: NamaMahasiswa : Dwi RahayuSulistianingrum NIM 109084000074 Jurusan IlmuEkonomidanStudiPembansunan Denganini menyatakanbahwadalampenulisanskripsiini, saya: 1. Tidak menggunakanide orang lain tanpa mampu mengembangkandan mempertanggungiawabkan. 2. Tidak melakukanplagiat terhadapnaskahkarya orang lain. 3. Tidak menggunakankarya orang lain tanpa menyebutkansumber asli atau tanpa ijin pemilik karya. 4. Tidak melakukanmanipulasidan pemalsuandata. 5. Mengerjakan sendiri karya ini dan mampu mempertanggungiawabkan hasil karya ini. Jikalau dikemudianhari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya dan telah melalui bukti yang dapat dipertanggungjawabkan, ternyatamemangditemukan bukti bahwa sayamelanggarpernyataandiatas,maka sayasiap untuk dikenakan sanksi berdasarkanaturan yang berlaku di FakuktasEkonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Demikianpernyataanini sayabuat dengansesungguhnya. Jakarta,5 Septembe r 20L3 Yang Menyatakan, (Dwi RahayuSulistianingrum) DAFTAR RIWAYAT HIDUP DATA PRIBADI Nama : Dwi Rahayu Sulistianingrum Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 15 September 1991 Jenis Kelamin : Perempuan Alamat : Jl. Mujahidin Rt. 007 Rw. 04 No. 4A, Ulujami, Pesanggrahan, Jakarta Selatan, 12250. Agama : Islam No. Telepon/HP : -/085717587693 Email : [email protected] Twitter : @dirabankai PENDIDIKAN FORMAL Tingkat Pendidikan Perguruan Tinggi Sekolah/Universitas Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Sekolah Menengah SMA Negeri 47 Jakarta Atas (SMA) Sekolah Menengah SMP Negeri 153 Pertama (SMP) Jakarta Sekolah Dasar (SD) SD Negeri 17 pagi Jakarta i Jurusan Tahun Ilmu Ekonomi 2009-2013 dan Studi Pembangunan IPS 2006-2009 2003-2006 1997-2003 ABSTRACT This study aimed to analyze the influence of Financing to Deposit Ratio (FDR), Third Party Funds (TPF), Bank Indonesia Sharia Certificate (SBIS), and Non-Performing Financing (NPF) on Return on Assets (ROA) of Islamic banking in Indonesia. Analyses were performed with less menggunakakn monthly time series data published by Bank Indonesia in the study period of 2009 to 2012. The method used in this study is the Ordinary Least Square (OLS) on the program Eviews 5. The results of this study indicate that the Financing to Deposit Ratio (FDR) has the t-count equal to 5.187609 with a significance level of 0.0000, which means that the partial positive and significant impact on Return on Assets (ROA). While in the Third Party Funds (TPF) obtained t-count equal to -2.985527 with a significance level of 0.0047 which means partially negative and significant impact on Return on Assets (ROA). Next to the Indonesian Bank Syariah Certificate (SBIS) obtained t-count equal to 1.149197 with a significance level of 0.2568, it means that no partial effect on Return on Assets (ROA). In addition, for Non Performing Financing (NPF) obtained t-count equal to -3.026928 with a significance level of 0.0042 which means partially negative and significant impact on Return on Assets (ROA). The regression results also show F-statistic value of 9.447454 with a probability of 0.000014 so it can be concluded that the variable Financing to Deposit Ratio (FDR), Third Party Funds (TPF), Bank Indonesia Sharia Certificate (SBIS), and Non-Performing Financing (NPF) simultaneous or together have an influence on the Return on Assets (ROA) on Islamic banking in Indonesia. Keywords: Islamic Banking, FDR, third party funding, SBIS, NPF, ROA ii ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh Financing to Deposit Ratio (FDR), Dana Pihak Ketiga (DPK), Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS), dan Non Performing Financing (NPF) terhadap Return on Asset (ROA) perbankan syariah di Indonesia. Analisis dilakukan dengn menggunakakn data runtun waktu bulanan yang dipublikasikan oleh Bank Indonesia dalam penelitian periode 2009 sampai dengan 2012. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Ordinary Least Square (OLS) pada program Eviews 5. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa Financing to Deposit Ratio (FDR) memiliki hasil t-hitung sebesar 5.187609 dengan tingkat signifikansi sebesar 0.0000, yang berarti secara parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap Return on Asset (ROA). Sedangkan padaDana Pihak Ketiga (DPK) diperoleh t-hitung sebesar-2.985527 dengan tingkat signifikansi sebesar 0.0047 yang berarti secara parsial berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Return on Asset (ROA). Selanjutnya untuk Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) diperoleh t-hitung sebesar 1.149197 dengan tingkat signifikansi sebesar 0.2568, itu berarti secara parsial tidak berpengaruh terhadap Return on Asset (ROA). Selain itu, untuk Non Performing Financing (NPF) diperoleh t-hitung sebesar -3.026928 dengan tingkat signifikansi sebesar 0.0042 yang berarti secara parsial berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Return on Asset (ROA). Hasil regresi ini juga menunjukkannilai F-statistik sebesar 9.447454 dengan probabilitas sebesar 0.000014 sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel Financing to Deposit Ratio (FDR), Dana Pihak Ketiga (DPK), Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS), dan Non Performing Financing (NPF) secara simultan atau bersama-sama memiliki pengaruh terhadap Return on Asset (ROA) pada perbankan syariah di Indonesia. Kata Kunci : Perbankan Syariah, FDR, Dana Pihak Ketiga, SBIS, NPF, ROA iii KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahim Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Alhamdulillah, segala puji dan syukur kita panjatkan kehadiat Allah SWT yang telah menurunkan Islam sebagai tuntunan kehidupan yang membawa kepada kesejahteraan, keadilan, keberkahan, dan kesempurnaan dan juga atas segala limpahan rahmat-Nya kepada kita semua sehingga kita dapat merasakan nikmat Islam, nikmat Iman, dan nikmat sehat wal’afiat. Shalawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada Rasulullah Muhammad Salallahu A’laihi Wassalam, pembawa risalah, penyampai amanah, dan pemberi nasihat kepada umat manusia, serta para sahabat, keluarga dan orang-orang sholeh yang Allah ridhoi. Hanya karena rahmat, karunia, dan keridhaan-Nya lah penulis memiliki kekuatan, kemauan, kesmpatan, dan kemudahan dalam menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Analisis Pengaruh Financing to Deposit Ratio (FDR), Dana Pihak Ketiga (DPK), Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS), dan Non Performing Financing (NPF) terhadap Return on Asset (ROA), periode Januari 2009 – Desember 2012” dengan tujuan untuk memenuhi salah satu syarat meraih gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Ilmu Ekonomi dan Bisnis di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Alhamdulillah, dengan pertolongan dan rahmat Allah Subhanahu Wata’ala, skripsi ini telah selesai, walupun penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan skripsi ini. Namun dari lubuk hati yang paling dalam, penulis berharap semoga skripsi ini sedikit banyak mudah-mudahan insya Allah dapat bermanfaat bagi banyak orang, Amin. Skripsi ini tidak akan terwujud tanpa bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya dan semoga Allah SWT memberikan pahala atas amal kebaikan dari semua pihak yang telah membantu penyelesaian skripsi ini, diantaranya adalah: iv 1. Kedua orang tercinta yaitu Bapak Effendi dan Ibu Ramini, mungkin tiada kata yang dapat menggambarkan beribu-ribu rasa terima kasih saya atas segala hal yang telah diberikan hingga detik ini. Skripsi ini merupakan persembahan untuk kedua orang tua saya agar membuat meraka bangga telah melahirkan anak seperti saya. 2. Kakakku satu-satunya yang tercinta dan tersayang, Nur Mukharromah Hastuti, terima kasih untuk semua hal yang telah diberikan kepada penulis. Terima kasih karena selama ini telah menjadi sorang kakak yang paling baik dan berperan sebagai ibu kedua buat saya dan juga menjadi sahabat terbaik di saat saya membutuhkan tempat untuk mencurahkan hati dan berkeluh kesah. Terima kasih atas saran-saran dan nasehatnya yang sangat bermanfaat bagi saya dan juga untuk tidak pernah lelah mengingatkan saya agar senantiasa berdoa, shalat tepat waktu, puasa sunah, shalat sunah, dan banyak-banyak bersedekah agar segala sesuatu yang dilakukan diberikan kemudahan dan kelancaran oleh Allah SWT. Semoga kita berdua bisa memberikan yang terbaik dan bermanfaat bagi keluarga kita ya mba, Amin. 3. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid, M.Si selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 4. Bapak Dr. Lukman, M.Si selaku Ketua Jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan (IESP), yang telah memberikan dukungan untuk IESP dan semua mahasiswanya. 5. Bapak Dr. Ir. H. Roikhan Mochamad Aziz, MM, sebagai penemu habslm selaku Dosen Pembimbing I yang telah banyak membantu penulisan dalam penyelesaian skripsi ini, juga memberikan motivasi, saran serta ilmunya dalam membimbing sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. 6. Bapak Yoghi Citra Pratama, M.Si, selaku Dosen Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan, pengarahan, motivasi, semangat, saran dengan meluangkan waktu, pikiran, tenaga, dan juga memberikan ilmu dalam membimbing penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Dan juga tak pernah lupa menyarankan penulis agar selalu rajin dalam beribadah kepada Allah SWT dengan melaksanakan shalat wajib, shalat v sunah, puasa, sedekah dan motivasi spiritual lainnya pada setiap pertemuan bimbingan skripsi. 7. Terima kasih banyak untuk sepupu saya, Nesti dan juga sahabat-sahabatnya (Eva, Eni dan Marsha) yang telah memberikan motivasi, semangat dan pengetahuannya serta berbagai informasi mengenai perkuliahan sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi ini dengan baik. 8. Terima kasih banyak kepada Zona, Rini, Rhomdhon, dan Kana untuk kebersamaannya selama ini, semoga kebersamaan kita bisa terus terjalin dengan baik. 9. Terima kasih juga kepada teman-teman seperjuangan, Lia, Anis, Ratna, Citra, Naila, Ami, Lisa, Putri, dan Okta untuk semangat, keceriaan dan pengalaman yang berharga bagi penulis dalam menjalani kegiatan perkuliahan. 10. Terima kasih juga untuk seluruh teman-teman di IESP angkatan 2009 yang tidak bisa penulis sebutkan namanya satu persatu, semoga kita semua bisa menjadi generasi penerus yang bisa membuat Negara Indonesia ini menjadi lebih baik. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, baik dari segi bahasa, isi maupun analisisnya, sehingga penulis sangat berharap atas kritik dan saran dari berbagai pihak untuk penyempurnaannya. Akhirkata, penulis ucapkan Alhamdulillahirrabil’alamin. Wassalamu’alaikum Wr. Wb. Jakarta, 5 September 2013 (Dwi Rahayu S) vi DAFTAR ISI DAFTAR RIWAYAT HIDUP i ABSTRACT ii ABSTRAK iii KATA PENGANTAR iv DAFTAR ISI vii DAFTAR TABEL xii DAFTAR GAMBAR xiii DAFTAR LAMPIRAN xiv BAB I PENDAHULUAN 1 A. Latar Belakang 1 B. Rumusan Masalah 10 C. Tujuan Penelitian 10 D. Manfaat Penelitian 11 BAB IITINJAUAN PUSTAKA 13 A. Bank Syariah 13 1. Pengertian Bank Syariah 13 2. Prinsip Bank Syariah 18 3. Produk Penyaluran Dana Bank Syariah 18 4. Produk Penghimpunan Dana Bank Syariah 23 5. Jasa Perbankan 25 B. Return on Asset (ROA) 25 C. Financing to Deposit Ratio (FDR) 29 D. Dana Pihak Ketiga (DPK) 32 vii 1. Pengertian Dana Pihak Ketiga (DPK) 32 2. Jenis-Jenis Dana Pihak Ketiga (DPK) Pada Bank Syariah 34 E. Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) 36 1. Pengertian Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) 36 2. Karakteristik SBIS 36 3. Ketentuan Hukum SBIS 38 4. Mekanisme Penerbitan SBIS 39 5. Pihak-Pihak dalam Lelang SBIS 39 6. Pembatalan Hasil dan Transaksi Lelang SBIS 40 7. Sanksi SBIS 40 F. Non Performing Financing (NPF) 41 1. Pengertian Non Performing Financing (NPF) 41 2. Penilaian Kesehatan Pembiayaan Bermasalah 42 3. Perhitungan Non Performing Financing (NPF) 43 G. Keterkaitan Antar Variabel 1. 44 Keterkaitan Antara Financing to Deposit Ratio (FDR) Dengan Return on Asset (ROA) 2. 44 Keterkaitan Antara Dana Pihak Ketiga (DPK) Dengan Return on Asset (ROA) 3. 45 Keterkaitan Antara Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) Dengan Return on Asset (ROA) 4. 46 Keterkaitan Antara Non Performing Financing (NPF) Dengan Return on Asset (ROA) 47 H. Penelitian Terdahulu 48 I. Kerangka Berpikir 62 J. Hipotesis 67 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 70 A. Ruang Lingkup Penelitian 70 B. Metode Pengumpulan Data 70 viii C. Metode Analisis Data 71 1. Uji Asumsi Klasik 74 a. Uji Normalitas 74 b. Uji Multikolinieritas 75 c. Uji Heteroskedatisitas 76 d. Uji Autokorelasi 77 2. Pengujian Hipotesis Statistik 79 a. Uji Parsial (Uji-t) 79 b. Uji Signifikansi Stimultan (Uji Statistik F) 80 3. Uji Koefiesien Determinasi (Adjusted R2) 81 D. Operasional Variabel Penelitian 81 1. Variabel Dependen (Y) 81 2. Variabel Independen (X) 82 a. Financing to Deposit Ratio (FDR) 82 b. Dana Pihak Ketiga (DPK) 82 c. Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) 83 d. Non Performing Financing (NPF) 83 BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian 84 84 1. Sejarah Perkembangan Bank Syariah di Dunia 84 a. Praktik Perbankan di Masa Rasulullah 84 ix b. Perbankan Syariah Modern 85 2. Perkembangan Bank Syariah di Indonesia 86 3. Perkembangan Return on Asset (ROA) 89 4. Perkembangan Financing to Deposit Ratio (FDR) 91 5. Perkembangan Dana Pihak Ketiga (DPK) 93 6. Perkembangan Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) 95 7. Perkembangan Non Performing Financing (NPF) 97 B. Hasil Analisis dan Pembahasan 98 1. Uji Asumsi Klasik 99 a. Uji Normalitas 99 b. Uji Multikolinieritas 100 c. Uji Heteroskedatisitas 102 d. Uji Autokorelasi 103 2. Pengujian Hipotesis Statistik 104 a. Uji Parsial (Uji-t) 105 b. Uji Signifikansi Simultan (Uji-F) 107 3. Koefiesien Determinasi 108 C. Analisis Ekonomi 109 BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI 118 A. Kesimpulan 118 B. Implikasi 119 x DAFTAR PUSTAKA 121 LAMPIRAN 127 xi DAFTAR TABEL No. 1.1 Keterangan Halaman Komposisi Return on Asset (ROA), FDR, DPK, SBIS, NPF Periode 2009 – 2012 Di Indonesia 2.1 7 Perhitungan NPF Berdasarkan Kemampuan Bayar Nasabah (Debitur) di Bank Syariah 43 2.2 Penelitian Terdahulu 57 4.1 Uji Normalitas Jarque-Bera 99 4.2 Hasil Uji Correlation Matrix 101 4.3 Hasil Uji White Heteroskedasticity Test 103 4.4 Hasil Uji Langrange Multiple Test (LM-Test) 104 4.5 Hasil regresi Metode Ordinary Least Square (OLS) 104 xii DAFTAR GAMBAR No. Keterangan Halaman 2.1 Skema SBIS 38 2.2 Kerangka Berpikir 66 4.1 Perkembangan Return on Asset (ROA) Periode Januari 2009 – Desember 2012 4.2 90 Perkembangan Financing to Deposit Ratio (FDR) Periode Januari 2009 – Desember 2012 4.3 91 Perkembangan Dana Pihak Ketiga (DPK Periode Januari 2009 – Desember 2012 4.4 93 Perkembangan Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) Periode Januari 2009 – Desember 2012 4.5 4.6 96 Perkembangan Non Performing Financing (NPF) Periode Januari 2009 – Desember 2012 97 Uji Heteroskedastisitas Dengan Melihat pola Residual 102 xiii DAFTAR LAMPIRAN No. Keterangan Halaman 1 Data Penelitian Januari 2009 – Desember 2012 127 2 Uji Normalitas 129 3 Uji Multikolinieritas 129 4 Uji Heterokedastisitas 130 5 Uji Autokorelasi 130 6 Hasil regresi Metode Ordinary Least Square 131 xiv BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bagi suatu negara bank dapat dikatakan sebagai darahnya perkonomian suatu negara. Oleh karena itu, peranan perbankan sangat mempengaruhi kegiatan ekonomi suatu negara. Dengan kata lain kemajuan suatu bank di suatu negara dapat pula dijadikan ukuran kemajuan negara yang bersangkutan. Semakin maju suatu negara, maka semakin besar peranan perbankan dalam mengendalikan negara tersebut.Artinya, keberadaan dunia perbankan semakin dibutuhkan pemerintah dan masyarakatnya (Kasmir, 2004:7). Dengan didirikannya lembaga keuangan seperti perbankan di Indonesia, diharapkan bisa menjadi solusi bagi pihak-pihak yang membutuhkan dana untuk menjalankan perekonomian masyarakat. Selain itu, pendirian bank ini diharapkan tidak hanya sebagai lembaga keuangan yang hanya berorientasi pada laba dan hanya bertujuan untuk mendapatkan keuntungan maksimal, tetapi juga harus mempunyai kontribusi di dalam pengembangan ekonomi suatu negara. Perkembangan perbankan syariah di Indonesia dimulai pada tahun 1991 ketika berdirinya bank umum syariah pertama di Indonesia yaitu Bank Muamalat Indonesia. Kemudian, untuk mempercepat pertumbuhan perekonomian syariah di Indonesia, pemerintah merubah UU Perbankan Syariah No. 7 Tahun 1992 tentang Perbanakan menjadi UU No. 10 Tahun 1998 dimana berisi tentang arahan bagi Bank Konvensional dalam membuka Unit Usaha Syariah (UUS) atau mengkonversi menjadi Bank Umum Syariah 1 1 (BUS). Namun, hingga memasuki pertengahan tahun 2000 tidak banyak tercatat berdirinya BUS yang baru, tapi hanya sebatas membuka UUS, ini dikarenakan para pakar ekonomi berpendapat bahwa UU No. 10 Tahun 1998 belum sepenuhnya membahas tentang Perbankan Syariah. Oleh karena itu, pada tanggal 16 Juli 2008 pemerintah berhasil membuat suatu landasan hukum yang secara penuh dan spesifik mengatur tentang perbankan syariah yaitu UU No. 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah (Antonio, 2011:26). Perkembangan perbankan syariah dari tahun ke tahun merupakan fenomena tersendiri dalam percaturan dunia perbankan di Indonesia. Riset yang dilakukan MC Consulting salah satu lembaga konsultan yang didukung Forum Silahturahmi Studi Ekonomi Islam (FoSSEI) sebagaimana dikutip Dahmi Ahmad dalam bisnis.com (25 September 2006) menunjukkan bahwa bank syariah hanya sebagai tempat menyimpan uang bukan pilihan berinvestasi. Makna sederhananya, para responden memilih mencari tambahan penghasilan di bank konvensional dan hanya mencari ketenangan batin di bank syariah.Hasil survey tersebut menunjukkan bahwa perkembangan perbankan syariah selama ini masih mengedepankan isu halal-haram daripada kinerja yang professional. Oleh karena itu, perbankan syariah dituntut tidak lagi mengedepankan aspek kehalalannya saja, tapi juga bagaimana mencetak profit yang tinggi, prospektif dan kompetitif, karena bagi setiap perusahaan aspek profitabilitas merupakan aspek yang sangat penting sebagai bukti kinerja yang professional dari keunggulan sistem yang dijalankan. (Romdhona dalam Bambang Agus Pramuka, 2010:64) 2 Salah satu indikator performance atau kinerja profitabilitas bank adalah return on asset (ROA). Rasio ini digunakan untuk mengukur sejauh mana asset khususnya aktiva produktif (pembiayaan) yang dimiliki bank dapat menghasilkan laba yang menjadi tujuan dari bisnis perbankan. ROA memberikan informasi mengenai efisiensi bank yang dijalankan karena return on asset (ROA) menunjukkan berapa banyak laba yang dihasilkan secara ratarata dari $1 asetnya. (Mishkin, 2008:172) Semakin besar ROA suatu bank, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank tersebut dan semakin baik pula posisi bank tersebut dari segi penggunaan asset (Dendawijaya, 2009:118). Semakin besar ROA menunjukkan kinerja perusahaan semakin baik, karena tingkat pengembalian (return) yang diperoleh semakin besar. Sebagaimana halnya bank konvensional, bank syariah juga merupakan lembaga keuangan yang berorientasi pada laba (profit oriented). Laba bukan hanya untuk kepentingan pemilik atau pendiri, tetapi juga untuk pengembangan usaha. Dalam rangka mmeningkatkan profitabilitasnya bank syariah menempatkan dana yang telah dihimpun dalam bentuk kredit atau pembiayaan, baik bersifat jangka pendek maupun jangka panjang (Muhammad dalam Bambang Agus Pramuka, 2010:64). Pertumbuhan bisnis perbankan syariah selalu menunjukkan kinerja positif, dapat dilihat dari dari penghimpunan dana yang selalu meningkat setiap tahunnya dan meningkat sangat pesat di tahun 2009 dengan pertumbuhan sebesar 41,84%. Demikian pula halnya dengan pembiayaan yang 3 tumbuh 22,76%. Meskipun pertumbuhan bisnis perbankan syariah meningkat, tingkat ROA yang merupakan proksi dari profitabilas selalu mengalami fluktuasi (Kharisma, 2012:2). Dalam perkembangan bank syariah di Indonesia memperlihatkan kinerja yang cukup baik, penghimpunan dana pihak ketiga juga mengalami kenaikan pesat di atas industri perbankan secara umum. Optimalisasi itu tercermin dari membaiknya rasio pembiyaan dana pihak ketiga financing to deposit ratio (FDR) bank syariah yang mencapai 100%, data per desember 2012, asset perbankan syariah mencapai Rp 195.018 triliun meningkat dari periode yang sama pada tahun sebelumnya yaitu sebesar Rp 49.551 triliun (BI Desember, 2012:38). Tingginya FDR bank syariah ini tidak terlepas dari karakteristik utama bank syariah yang senantiasa mengaitkan kegiatan perbankan dengan aktivitas sektor riil, hal ini didasari pada prinsip-prinsip perbankan syariah yang dalam kegiatan operasionalnya tidak dibenarkan melakukan pembiayaan (investasi) pada jenis usaha yang dapat menimbulkan kemudharatan, seperti melakukan masyir, gharar, riba, dan bathil serta ikhtikar (spekulasi), dan lain-lain (Mariyam, 2009:3). Peningkatan return on asset (ROA) juga salah satunya berasal dari sumber dana. Sumber dana yang dimiki perbankan syariah berasal dari modal inti dan dari Dana Pihak Ketiga (DPK). Dana Pihak Ketiga (DPK) adalah modal yang paling banyak dihimpun oleh bank dari masyarakat yang berupa tabungan mudharabah, giro wadiah dan deposito mudharabah. Dana Pihak 4 Ketiga (DPK) yang terkumpul kemudian akan disalurkan dalam bentuk pembiayaan, dari pembiayaan tersebut bank akan mendapatkan keuntungan dimana keuntungan tersebut akan menambah return on asset (ROA) bank. Dana Pihak Ketiga Bank syariah terdiri dari dua kategori mata uang yaitu rupiah dan dollar (Muhammad, 2004:162). Sumber dana merupakan hal terpenting bagi bank untuk dapat meningkatkan jumlah kredit atau pembiayaan yang akan dilempar ke masyarakat. Dalam memberikan kredit atau pembiayaan, sektor perbankan memerlukan ketersediaan sumber dana. Semakin banyak dana yang dimiliki oleh bank, maka akan semakin besar peluang bank untuk menjalankan fungsinya. Dana-dana yang dimaksud meliputi dana yang bersumber dari bank itu sendiri, dana yang bersumber dari lembaga lainnya, dan dana yang bersumber dari masyarakat (Kasmir, 2002:62). Dalam menghimpun dana dari masayarakat, bank syariah menawarkan berbagai macam kemudahan dan jenis simpanan yang dapat dipilih oleh nasabah. Penghimpun dana di bank syariah dapat berbentuk giro, tabungan dan deposito (Karim, 2007:107). Dana yang bersumber dari masyarakat luas atau dana pihak ketiga (DPK) merupakan sumber dana terpenting bagi kegiatan opersional suatu bank dan merupakan ukuran keberhasilan bank jika mampu membiayai operasinya dari sumber dana ini (Kasmir, 2010:64). Bank memerlukan tempat untuk menyalurkan dana-dana yang terkumpul salah satunya dalam bentuk investasi berupa Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) dengan akad jua‟lah sesuai dengan peraturan yang 5 dikeluarkan Bank Indonesia pada Nomor 10/11/PBI/2008 dengan persetujuan Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia berdasarkan Fatwa DSNMUI Nomor 63/DSN-MUI/XII/2007 tentang Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) dan Fatwa DSN-MUI Nomor 64/DSN-MUI/XII/2007 tentang sertifikat Bank Indonesia Syariah jua‟lah untuk menerbitkan Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS). Bank Indonesia menetapkan imbalan atas Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) yang diterbitkan, imbalan yang diterbitkan tersebut akan mempengaruhi tingkat return on asset (ROA) bank (Sulistyaningsih, 2012:6).Hadirnya SBIS setidaknya merupakan langkah awal dan sinyal untuk memantapkan dan meningkatkan industri perbankan syariah dan masalah penempatan likuiditas. Dengan tingkat pengembalian yang setara atau mendekati bunga Sertifikat Bank Indonesia membuat pilihan instrumen investasi ini menarik digunakan disaat perbankan mengalami kelebihan likuiditas. Menurut Arifin (2009:199), apabila bank syariah mempunyai kelebihan dana pada tingkat likuiditas maka dana kelebihan tersebut dapat dititipkan kepada Bank Indonesia yang dalam operasi moneternya melalui penerbitan SBIS mengumumkan target penyerapan likuiditas kepada bankbank syariah sebagai upaya pengendalian moneter dan menjanjikan imbalan (reward/‟iwadh,ju‟l) dari bank Indonesia kepada perbankan syariah. Dalam sebuah teori disebutkan bahwa dana pihak ketiga merupakan tulang punggung dari kegiatan operasional bank. Dana tersebut akan disalurkan oleh bank dalam bentuk pembiayaan, baik pembiayaan dengan 6 akad bagi hasil (mudharabah dan musyarakah), jual beli (murabahah) atau akad pelengkap lainnya. Pembiayaan tersebut menghasilkan revenue bagi hasil untuk nasabah dan juga untuk bank yang nantinya akan mempengaruhi besar kecilnya profitabilitas bank. Namun pembiayaan yang besar tentunya memiliki risiko NPF yang cukup tinggi. NPF adalah pembiayaan yang tidak menepati jadwal angsuran sehingga terjadi tunggakan.NPF merupakan risiko dari adanya pembiayaan yang disalurkan oleh Bank kepada nasabah. Besar kecilnya NPF akan berpengaruh pada profitabilitas, karena hal tersebut mungkin dapat menurunkan tingkat profitabilitas pada tahun berjalan (Kharisma, 2012:2). Berikut ini merupakan data tabel yang menggambarkan secara umum tentang Return on Asset (ROA), Financing to Deposit Ratio (FDR), Dana Pihak Ketiga (DPK), Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS), dan Non Performing Financing (NPF) yang terjadi pada tahun 2009 sampai dengan 2012. Tabel 1.1 Komposisi Return on Asset (ROA), FDR, DPK, SBIS, dan NPF Periode 2009 - 2012 Di Indonesia Tahun ROA FDR (%) (%) DPK SBIS NPF (Rp/Milyar) (Rp/Milyar) (%) 2009 1,48 89,70 52.271 3.076 4,01 2010 1,67 89,67 76.036 5.408 3,02 2011 1,79 88,94 115.415 9.244 2,52 2012 2,14 100 147.512 4.993 2,26 Sumber: Bank Indonesia (data diolah 2009-2012) 7 Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa Return on Asset (ROA) mengalami peningkatan setiap tahunnya sebesar 0,66% dari 1,48% pada tahun 2009 meningkat menjadi 2,14 pada tahun 2012. Peningkatan nilai ROA yang terus bertambah juga menggambarkan bahwa bank syariah di Indonesia telah mengalami perkembangan yang pesat pada tahun-tahun terkahir. Pertumbuhan perbankan syariah di Indonesia juga tidak terlepas dari adanya peran performa kinerja perbankan syariah itu sendiri yang dapat diukur dari nilai FDR dan NPF yang relatif terkontrol. Pada kolom Financing to Deposit Ratio (FDR), terlihat bahwa nilai FDRsempat mengalami penurunan, dimana pada tahun 2010 sebesar 89,67% menurun sebesar 0,73% menjadi 88,94% pada tahun 2011. Penurunan ini menunjukkan bahwa perbankan syariah sempat kesulitan untuk menutup simpanan nasabah dengan jumlah pembiayaan yang ada. Namun hal terbut bisa segera diatasi oleh perbankan syariah, hal tersebut terlihat dari meningkatnya nilai FDR sebesar 11,06% pada tahun 2012. Sedangkan pada kolom Dana Pihak Ketiga (DPK) setiap tahunnya juga mengalami peningkatan. Hal ini terlihat dari angka nominal yang terus bertambah yang juga menggambarkan bahwa perbankan syariah di Indonesia telah mengalami perkembangan yang pesat pada tahun-tahun terakhir. Peningkatan DPK bisa terlihat pada tabel di atas, dimana pada tahun 2009 hanya sebesar Rp 52.271 miliar menjadi meningkat sebesar Rp 95.241 miliar menjadi Rp 147.512 miliar pada tahun 2012. 8 Kemudian pada kolom Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS), nilai tertinggi terjadi pada tahun 2011 yaitu sebesar Rp 9.244 miliar.Sedangkan nilai terendah terjadi pada tahun 2009 yaitu Rp 3.076 miliar karena bank menyalurkan kelebihan dananya pada investasi Pasar Uang Antarbank Syariah (PUAS). Dan pada kolom Non Performing Financing (NPF) terlihat bahwa nilai NPF semakin mengecil setiap tahunnya.Besar kecilnya NPF dapat mempengaruhi kinerja perbankan.Rata-rata NPF pada perbankan syariah di Indonesia mencapai 3-4 % (BI, Januari 2013:38). Dengan nilai NPF yang rendah membuat kinerja perbankan syariah meningkat karena pembiayaan bermasalah yang terjadi pada bank syariah hanya sedikit sehingga dengan meningkatnya kinerja perbankan tersebut akan membuat probitabilitas yang dihasilkan menjadi ikut meningkat. Atas dasar hal-hal tersebut di atas, maka bisa dikatakan terdapat faktorfaktor yang mempengaruhi tingkat profitabilitas pada perbankan syariah. Selain itu, penelitian terhadap Return on Asset (ROA) beserta faktor yang mempengaruhinya perlu dilakukan, karena saat ini ROA merupakan salah satu alat ukur untuk mengetahui kemampuan manajemen bank dalam memperoleh laba secara keseluruhan dari total aktiva yang dimiliki. Berdasarkan latar belakang di atas maka peneliti tertarik untuk membahas skripsi tentang “Analisis Pengaruh Financing to Deposit Ratio (FDR), Dana Pihak Ketiga (DPK), Sertifikat Bank Indonesia Syariah 9 (SBIS), dan Non Performing Financing (NPF) terhadap Return on Asset (ROA), Periode Januari 2009 –Desember 2012”. B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana pengaruh financing to deposit ratio (FDR) secara parsial terhadap return on asset (ROA) periode Januari 2009 – Desember 2012? 2. Bagaimana pengaruh dana pihak ketiga (DPK) secara parsial terhadap return on asset (ROA) periode Januari 2009 – Desember 2012? 3. Bagaimana pengaruh Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) secara parsial terhadap return on asset (ROA) periode Januari 2009 – Desember 2012? 4. Bagaimana pengaruh non performing financing (NPF) secara parsial terhadap return on asset (ROA) periode Januari 2009 – Desember 2012? 5. Bagaimana pengaruh Financing to Deposit Ratio (FDR), Dana Pihak Ketiga (DPK), Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS), dan Non Performing Financing (NPF) secara simultan atau bersama-sama terhadap Return on Asset (ROA) periode Januari 2009 – Desember 2012? C. Tujuan Penelitian 1. Untuk menganalisis besarnya pengaruh financing to deposit ratio (FDR) secara parsial terhadap return on asset (ROA) periode Januari 2009 – Desember 2012. 2. Untuk menganalisis besarnya pengaruh dana pihak ketiga (DPK) secara parsial terhadap return on asset (ROA) periode Januari 2009 – Desember 2012. 10 3. Untuk menganalisis besarnya pengaruh Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) secara parsial terhadap return on asset (ROA) periode Januari 2009 – Desember 2012. 4. Untuk menganalisis besarnya pengaruh non performing financing (NPF) secara parsial terhadap return on asset (ROA) periode Januari 2009 – Desember 2012. 5. Untuk menganalisis besarnya pengaruh Financing to Deposit Ratio (FDR), Dana Pihak Ketiga (DPK), Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS), dan Non Performing Financing (NPF) secara simultan atau bersama-sama terhadap Return on Asset (ROA) periode Januari 2009 – Desember 2012. D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Mahasiswa a. Dapat mengetahui wawasan atau pengetahuan mengenai pola hubungan Financing to Deposit Ratio (FDR), dana pihak ketiga (DPK), Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS), Non Performing Financing (NPF) terhadap Return on Asset (ROA), periode Januari 2009 – Desember 2012. b. Memperoleh kesempatan menerapkan pengetahuan teoritis yang didapat selama menimba ilmu diperkuliahan di dalam berbagai kasus riil dunia kerja maupun di kehidupan sehari-hari. 11 2. Bagi Praktisi Lembaga Keuangan Memberikan informasi kepada masayarakat khususnya para praktisi lembaga pemberdayaan umat serta praktisi lembaga-lembaga keuangan, khusunya perbankan sayriah yang mempunyai komitmen sebagai lembaga pemberdayaan umat terutama para pelaku ekonomi mengenai peran serta lembaga keuangan dan kebijakan-kebijakan yang dapat mengembangkan dunia usaha. 3. Perguruan Tinggi Penelitian ini dapat digunakan sebagai data awal dan referensi bagi penelitian selanjutnya serta memberikan sumbangsih data dalam kaitannya dengan pertumbuhan dan perkembangan lembaga keuangan atau lembaga binaan berbasis syariah dalam hal ini adalah perbankan syariah sebagai lembaga pemberdayaan umat. 12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Bank Syariah 1. Pengertian Bank Syariah Secara umum, bank adalah lembaga yang melaksanakan tiga fungsi utama, yaitu menerima simpanan uang, meminjamkan uang, dan memberikan jasa pengiriman uang. Di dalam sejarah perekonomian umat Islam, pembiayaan yang dilakukan dengan akad yang sesuai syariah telah menjadi bagian dari tradisi umat Islam sejak zaman Rasulullah SAW. Praktik-praktik seperti menerima titipan harta, meminjamkan uang untuk keperluan konsumsi dan untuk keperluan bisnis, serta melakukan pengiriman uang, telah lazim dilakukan sejak zaman Rasulullah SAW. Dengan demikian fungsi-fungsi utama perbankan modern telah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan umat Islam, bahkan sejak zaman Rasulullah SAW. (Karim, 2004:18) Bank Islam atau selanjutnya disebut dengan Bank Syariah, adalah bank yang beroperasi dengan tidak mengandalkan pada bunga. Bank syariah juga dapat yang operasional dan diartikan sebagai lembaga keuangan/perbankan produknya dikembangkan Qur’an dan Hadits Nabi SAW. Antonio berlandaskan Al- membedakan menjadi dua pengertian, yaitu Bank Islam dan Bank yang beroperasi dengan prinsip 13 13 syariah Islam. Bank Islam adalah bank yang beroperasi dengan prinsip syariah Islam dan bank yang tata cara beroperasinya mengacu kepada ketentuan-ketentuan Al- Qur’an dan Hadits. sesuai dengan prinsip Bank yang beroperasi syariah Islam adalah bank yang dalam beroperasinya mengikuti ketentuan-ketentuan syariah Islam, khususnya yang menyangkut tata cara bermuamalat secara Islam (Antonio, 2001). Dalam Islam, uang itu sendiri tidak menghasilkan bunga atau laba dan tidak dipandang sebagai komoditi. Kedudukan bank Islam dalam hubungan dengan para kliennya adalah sebagai mitra investor dan pedagang, sedangkan dalam hal bank di Barat, hubungannya adalah sebagai kreditur atau debitur (Mannan, 1995:164). Menurut Pasal 1 angka 1 Undang-Undang No.21 tahun 2000 tentang Perbankan Syariah, yang dimaksud dengan Perbankan Syariah adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah, yang mencakup kelembagaan, kegiatan usaha serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya. Bank Islam atau di Indonesia disebut Bank Syariah merupakan lembaga keuangan yang berfungsi memperlancar mekanisme ekonomi di sektor riil melalui aktivitas kegiatan usaha (investasi, jual beli, atau lainnya) berdasarkan prinsip syariah, yaitu aturan perjanjian berdasarkan hukum islam antara bank dan pihak lain untuk penyimpanan dana dan atau pembiayaan kegiatan usaha, atau kegiatan lainnya yang dinyatakan sesuai dengan nilai-nilai syariah yang bersifat makro maupun mikro. 14 Nilai-nilai makro yang dimaksud adalah keadilan, maslahah, sistem zakat, bebas dari bunga (riba), bebas dari kegiatan spekulatif dan yang non produktif seperti perjudian (maysir), bebas dari hal-hal yang tidak jelas dan meragukan (gharar), bebas dari hal-hal yang rusak atau tidak sah (bathil) dan penggunaan uang sebagai alat tukar. Sementara itu, nilainilai mikro yang harus di miliki oleh pelaku perbankan syariah adalah sifat-sifat mulia yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW, yaitu shidiq, amanah, tablig dan fatonah (Ascarya, 2007:30). Berdasarkan definisi-definisi di atas maka dapat simpulkan bahwa bank yang melaksanakan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip islam, yaitu aturan perjanjian (akad) antar-bank dengan pihak lain (nasabah) berdasarkan hukum islam. Sehingga perbedaan antara Bank Islam dengan Bank Konvensional terletak pada prinsip dasar operasinya yang tidak menggunakan bunga, akan tetapi menggunakan prinsip bagi hasil, jual beli, dan prinsip lain yang sesuai dengan prinsip islam, karena bunga diyakini mengandung unsur riba yang diharamkan (dilarang) oleh agama islam (Veithzal, 2007: 758). Perbankan syariah merupakan bank yang menerapkan nilai-nilai syariah, salah satu diantaranya pelarangan unsur riba, seperti dijelaskan oleh ayat Al-Qur’an di bawah ini: Surat An-Nisaa’ ayat 161 yang memiliki makna: “Dan, disebabkan mereka memakan riba (bunga) padahal sesungguhnya mereka telah dilarang darinya, dan karena mereka 15 memakan harta orang lain dengan cara yang batil. Kami telah menyediakan bagi orang-orang kafir di antar mereka itu azab yang pedih”. Surat Al-Baqarah ayat 276 yang memiliki makna: “Allah SWT memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah dan Allah SWT tidak menyukai setiap orang yang tetap dalam kekafiran”. Dalam amanat terkhirnya pada tanggal 9 Dzulhijjah tahun 10 Hijriah, Rasulullah SAW, masih menekankan sikap islam yang melarang riba (Antonio, 2001:51). “Ingatlah bahwa kamu akan menghadap Tuhanmu dan Dia pasti akan menghitung amalanmu. Allah telah melarang kamu mengambil riba. Oleh karena itu, utang akibat riba harus dihapuskan. Modal (uang pokok) kamu adalah hak kamu. Kamu tidak akan menderita ataupun mengalami ketidakadilan”. Sebetulnya, tidak ada perbedaan antara bunga dan Riba. Islam dengan tegas melarang semua bentuk bunga betapapun hebat, dan meyakinkannya nama yang diberikan padanya. Tetapi dalam ekonomi kapitalis bunga adalah pusat berputarnya sistem perbankan. Dikemukakan bahwa tanpa bunga, sistem perbankan menjadi tanpa nyawa, dan seluruh ekonomi akan lumpuh. Sedangkan Islam adalah kekuatan dinamis dan progresif, dan jelas dapat dibuktikan bahwa konsep Islam tentang suatu sistem perbankan bebas bunga lebih unggul dari perbankan modern (Mannan, 1995:165). 16 Prinsip perbankan syari’ah adalah aturan perjanjian berdasarkan hukum Islam antara bank dan pihak lain untuk penyimpanan dana dan pembiayaan kegiatan usaha atau kegiatan lainnya yang sesuai dengan syari’ah. Beberapa prinsip tersebut adalah sebagai berikut: 1. Pembayaran terhadap pinjaman dengan nilai yang berbeda dari nilai pinjaman dengan nilai ditentukan sebelumnya tidak diperbolehkan. 2. Pemberi dana harus turut berbagi keuntungan dan kerugian sebagai akibat hasil usaha institusi yang meminjam dana. 3. Islam tidak memperbolehkan "menghasilkan uang dari uang". 4. Uang hanya merupakan media pertukaran dan bukan komoditas karena tidak memiliki nilai intrinsik. 5. Unsur gharar (ketidakpastian, spekulasi) tidak diperkenankan. 6. Kedua belah pihak harus mengetahui dengan baik hasil yang akan mereka peroleh dari sebuah transaksi. 7. Investasi hanya boleh diberikan pada usaha-usaha yang tidak diharamkan dalam islam. Usaha minuman keras misalnya tidak boleh didanai oleh perbankan syariah. Bank berdasarkan prinsip syariah dalam penentuan harga pokoknya sangat jauh berbeda dengan bank yang berdasarkan prinsip konvensional. Bank berdasarkan prinsip syariah adalah aturan perjanjian berdasarkan hukum islam antara bank dengan pihak lain untuk menyimpan dana atau pembiayaan usaha atau kegiatan perbankan lainnya. 17 2. Prinsip Bank Syariah Menurut Rodoni (2009:123) prinsip syariah adalah aturan atau perjanjian berdasarkan hukum islam antara bank dan pihak lain untuk menyimpan dana dan/atau pembiayaan kegiatan usaha, atau kegiatan lainnya yang sesuai dengan syariah. Bank syariah didirikan dengan tujuan untuk mempromosikan dan mengembangkan penerapan prinsip-prinsip Islam ke dalam transaksi keuangan dan perbankan serta bisnis lain yang terkait. Prinsip utama yang diikuti oleh bank Islami itu adalah: a. Larangan riba dalam berbagai bentuk transaksi. b. Melakukan kegiatan usaha dan perdagangan berdasarkan perolehan keuntungan yang sah. c. Memberikan zakat. Jadi bisa dikatakan bahwa prinsip syariah adalah aturan atau perjanjian berdasarkan hukum Islam antara bank dan pihak lain untuk menyimpan dana dan/atau pembiayaan kegiatan usaha, atau kegiatan lainnya yang sesuai dengan syariah. 3. Produk Penyaluran Dana Bank Syariah Bank Islam/Bank Syariah tidak menggunakan metode pinjammeminjam uang dalam rangka kegiatan komersial, karena setiap pinjammeminjam uang yang dilakukan dengan persyaratan atau janji pemberian imbalan adalah termasuk riba (Arifin, 2009:22). Oleh karena itu mekanisme operasional perbankan syariah dijalankan dengan 18 menggunakan piranti-piranti keuangan yang mendasarkan pada prinsipprinsip berikut: a. Prinsip Jual Beli Landasan hukum prinsip jual beli yaitu Q.S. Al-Baqarah (2) ayat 275 yang artinya “… Allah menghalalkan jual-beli (al-ba‟i) dan melarang riba…”, menunjukkan bahwa praktik bunga adalah tidak sesuai dengan semangat Islam. Pengertian jual-beli meliputi berbagai akad penukaran antara suatu barang dan jasa dalam jumlah tertentu atas barang dan jasa lainnya. Penyerahan jumlah atau harga barang dan jasa tersebut dapat dilakukan segera ataupun secara tangguh. Tingkat keuntungan bank ditentukan di depan dan menjadi bagian harga atas barang yang dijual (Karim, 2004:97). 1) Pembiayaan Murabahah Murabahah berasal dari kata ribhu (keuntungan), adalah transaksi jual beli di mana bank menyebut jumlah keuntungannya. Bank bertindak sebagai penjual, sementara nasabah sebagai pembeli. 2) Pembiayaan Salam Salam adalah transaksi jual beli di mana barang yang diperjual belikan belum ada. Oleh karena itu, barang diserahkan secara tangguh sementara pembayaran dilakukan secara tunai. Bank bertindak sebagai pembeli, sementara nasabah sebagai penjual. Salah satu landasan syariah mengenai pembiayaan salam 19 yaitu Sabda Rasulullah: “Janganlah kamu menjual barang yang tidak ada padamu” (HR Ahmad, at-Tarmidzi, dan Ibn Hibban) yang menunjukkan bahwa menjual sesuatu yang tidak ada pada diri penjual tidak diperbolehkan sehingga dalam pemiayaan salam harus ada jaminan bahwa penyediaan barang yang dipesan dapat dipenuhi (Arifin, 2009:29). 3) Pembiayaan Istishna’ Produk istishna’ menyerupai produk salam, tapi dalam istishna’ pembayarannya dapat dilakukan oleh bank dalam beberapa kali (termin) pembayaran. Skim istishna’ dalam bank syariah umumnya diaplikasikan pada pembiayaan manufaktur dan konstruksi. b. Prinsip Bagi Hasil Prinsip bagi hasil digunakan untuk usaha kerja sama yang ditujukan guna mendapatkan barang dan jasa sekaligus. Pembiayaan yang menggunakan prinsip bagi hasil (syirkah) yaitu: 1) Pembiayaan Musyarakah Transaksi musyarakah dilandasi adanya keinginan para pihak yang bekerja sama untuk meningkatkan nilai aset yang mereka miliki secara bersama-sama. Semua bentuk usaha yang melibatkan dua pihak atau lebih di mana mereka secara bersamasama memadukan seluruh bentuk sumber daya yang berwujud yang tidak berwujud. 20 2) Pembiayaan Mudharabah Mudharabah merupakan bentuk kerja sama antara dua atau lebih pihak dimana pemilik modal (shahib al-maal) mempercayakan sejumlah modal kepada pengelola (mudharib) dengan suatu perjanjian pembagian keuntungan. Bentuk ini menegaskan kerja sama dalam paduan kontribusi 100% modal kas dari shahib al-maal dan keahlian dari mudharib. c. Akad Pelengkap Dalam Penyaluran Dana Akad pelengkap ini tidak ditujukan untuk mencari keuntungan, tapi ditujukan untuk mempermudah pelaksanaan pembiayaan (Karim, 2004:105). 1) Hiwalah/Hawalah (Alih Utang-Piutang) Tujuan fasilitas hiwalah adalah untuk membantu supplier mendapatkan modal tunai agar dapat melanjutkan produksinya. Bank mendapat ganti-biaya atas jasa pemindahan piutang. Hiwalah/hawalah juga bisa dikatakan sebagai pengalihan utang dari orang yang berutang kepada orang lain yang wajib menanggungnya. Kontrak hiwalah dalam perbankan biasanya diterapkan pada Factoring (anjak piutang), Post-dated check, dimana bank bertindak sebagai juru tagih tanpa membayarkan dulu piutang tersebut. 2) Rahn (Gadai) 21 Tujuan akad rahn adalah untuk memberikan jaminan pembayaran kembali kepada bank dalam memberikan pembiayaan. Barang yang digadaikan wajib memenuhi kriteria: 1. Milik nasabah sendiri; 2. Jelas ukuran, sifat, dan nilainya ditentukan berdasarkan nilai riil pasar; 3. Dapat dikuasai namun tidak boleh dimanfaatkan oleh Bank. Bank dapat melakukan penjualan barang yang digadaikan atas perintah hakim. Nasabah mempunyai hak untuk menjual barang tersebut dengan seizin bank. Apabila hasil penjualan melebihi kewajibannya, kelebihan tersebut menjadi milik nasabah. Dalam hal hasil penjualan tersebut lebih kecil dari kewajibannya, maka nasabah harus menutupi kekurangannya. 3) Qardh Qardh adalah pemberian harta kepada orang lain yang dapat ditagih atau diminta kembali atau dengan kata lain meminjamkan tanpa mengharapkan imbalan. Produk ini digunakan untuk membantu usaha kecil dan keperluan sosial. Dana ini diperoleh dari dana zakat, infaq dan shadaqah. 4) Wakalah (Perwakilan) Nasabah memberi kuasa kepada bank untuk mewakili dirinya melakukan pekerjaan jasa tertentu, seperti transfer. 5) Kafalah (Garansi Bank) 22 Jaminan yang diberikan oleh penanggung kepada pihak ketiga untuk memenuhi kewajiban pihak kedua atau yang ditanggung. 4. Produk Penghimpunan Dana Bank Syariah Prinsip operasional syariah yang diterapkan dalam penghimpunan dana masyarakat terdiri dari: a. Prinsip Wadi‟ah (Titipan atau Simpanan) Al-Wadiah dapat diartikan sebagai titipan murni dari satu pihak ke pihak lain, baik individu maupun badan hukum, yang harus dijaga dan dikembalikan kapan saja si penitip menghendaki. Secara umum terdapat/tidak terdapat dua jenis al-wadiah, yaitu: 1) Wadiah Yad Al-Amanah (Trustee Depository) adalah akad penitipan barang/uang dimana pihak penerima titipan tidak diperkenankan menggunakan barang/uang yang dititipkan dan tidak bertanggung jawab atas kerusakan atau kehilangan barang titipan yang bukan diakibatkan perbuatan atau kelalaian penerima titipan. Adapun aplikasinya dalam perbankan syariah berupa produk safe deposit box. 2) Wadiah Yad adh-Dhamanah (Guarantee Depository) adalah akad penitipan barang/uang dimana pihak penerima titipan dengan atau tanpa izin pemilik barang/uang dapat memanfaatkan barang/uang titipan dan harus bertanggung jawab terhadap 23 kehilangan atau kerusakan barang/uang titipan. Semua manfaat dan keuntungan yang diperoleh dalam penggunaan barang/uang titipan menjadi hak penerima titipan. Prinsip ini diaplikasikan dalam produk giro dan tabungan. b. Prinsip Mudharabah Al-Mudharabah adalah akad kerjasama usaha antara dua pihak dimana pihak pertama (shahibul maal) menyediakan seluruh (100%) modal, sedangkan (mudharib). Keuntungan menurut pihak usaha lainnya secara menjadi mudharabah pengelola dibagi kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak, sedangkan apabila rugi ditanggung oleh pemilik modal selama kerugian itu bukan akibat kelalaian si pengelola. Seandainya kerugian ini diakibatkan karena kecurangan atau kelalaian si pengelola, si pengelola harus bertanggung jawab atas kerugian tersebut. Akad mudharabah secara umum terbagi menjadi dua jenis: 1) Mudharabah Mutlaqah Adalah bentuk kerjasama antara shahibul maal dan mudharib yang cakupannya sangat luas dan tidak dibatasi oleh spesifikasi jenis usaha, waktu, dan daerah bisnis. 2) Mudharabah Muqayyadah Adalah bentuk kerjasama antara shahibul maal dan mudharib dimana mudharib memberikan batasan kepada shahibul maal mengenai tempat, cara, dan obyek investasi. 24 5. Jasa Perbankan Selain menjalankan fungsinya sebagai intermediaries (penghubung) antara pihak yang mebutuhkan dana (deficit unit) dengan pihak yang kelebihan dana (surplus unit), bank syariah dapat pula melakukan berbagai pelayanan jasa perbankan kepada nasabah dengan mendapat imbalan berupa sewa atau kekuntungan. Jasa perbankan tersebut antara lain berupa: a. Sharf (Jual Beli Valuta Asing) Pada prinsipnya jual beli valuta asing sejalan dengan prinsip sharf. Jual beli mata uang yang tidak sejenis ini, penyerahannya harus dilakukam pada waktu yang sama (spot). Bank mengambil keuntungan dari jual beli valuta asing ini. b. Al-ijarah (Sewa) adalah akad pemindahan hak guna atas barang atau jasa, melalui pembayaran upah sewa, tanpa diikuti dengan pemindahan hak kepemilikan atas barang itu sendiri. Al-ijarah terbagi kepada dua jenis: 1) Ijarah, sewa murni. 2) ijarah al muntahiya bit tamlik merupakan penggabungan sewa dan beli, dimana si penyewa mempunyai hak untuk memiliki barang pada akhir masa sewa. B. Return on Asset (ROA) Return on asset (ROA) adalah rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam memperoleh keuntungan (laba) secara keseluruhan. Semakin tinggi ROA suatu bank, semakin besar pula tingkat 25 keuntungan yang dicapai bank tersebut dan semakin baik pula posisi bank tersebut dari segi penggunaan asset. Pembiayaan merupakan pendapatan bank dari sisi asset disebabkan bank syariah dalam menyalurkan dana pihak ketiga menggunakan pendekatan asset allocation approach dimana pengelompokan sumber dana pihak ketiga baik itu tabungan, giro, dan deposito dibedakan jenis dan karakteristiknya. Oleh karena itu, tabungan, giro, dan deposito dalam aplikasinya menggunakan akad yang berbeda. (Dendrawijaya, 2005:156) Return on assets (ROA) merupakan salah satu rasio profitabilitas yang dapat mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dari aktiva yang digunakan. Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam memperoleh keuntungan (laba) secara keseluruhan. Semakin besar ROA suatu bank, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank tersebut dan semakin baik pula posisi bank tersebut dari segi penggunaan aset. Return on assets merupakan perbandingan antara laba sebelum bunga dan pajak (EBIT) dengan total aktiva yang dimiliki perusahaan. Return on assets (ROA) yang positif menunjukkan bahwa dari total aktiva yang dipergunakan untuk beroperasi, perusahaan mampu memberikan laba bagi perusahaan. Sebaliknya apabila return on assets yang negatif menunjukkan bahwa dari total aktiva yang dipergunakan, perusahaan mendapatkan kerugian. Jadi jika suatu perusahaan mempunyai ROA yang tinggi maka perusahaan tersebut berpeluang besar dalam meningkatkan pertumbuhan. Tetapi jika total aktiva yang digunakan perusahaan tidak 26 memberikan laba maka perusahaan akan mengalami kerugian dan akan menghambat pertumbuhan. Riyadi (2006:156) mengungkapkan bahwa yang dimaksud Return on Asset (ROA) adalah rasio profitabilitas yang menunjukkan perbandingan antara laba dengan total asset bank, rasio ini menunjukkan tingkat efisiensi pengelolaan asset yang dilakukan oleh bank yang bersangkutan. Menurut Muhammad (2004:161), ROA ini merupakan perbandingan antara laba bersih sebelum pajak dibagi dengan total aktiva. Rumus ini digunakan untuk mengukur seberapa efektif perusahaan memanfaatkan sumber ekonomi yang berupa total aktiva untuk menciptakan keuntungan. Rumus yang digunakan adalah: Laba Sebelum Pajak ROA (Return on Assets) : X 100% Total Aktiva 1. Keunggulan ROA (Return On Asset) a. ROA merupakan pengukuran yang komprehensif dimana seluruhnya mempengaruhi laporan keuangan yang tercermin dari rasio ini. b. ROA mudah dihitung, dipahami, dan sangat berarti dalam nilai absolut. c. ROA merupakan denominator yang dapat diterapkan pada setiap unit organisasi yang bertanggung jawab terhadap profitabilitas dan unit usaha. 2. Kelemahan ROA 27 Pengukuran kinerja dengan menggunakan ROA membuat manajer divisi memiliki kecenderungan untuk melewatkan project-project yang menurunkan divisional ROA, meskipun sebenarnya proyek-proyek tersebut dapat meningkatkan tingkat keuntungan perusahaan ecara keseluruhan. Manajemen juga cenderung untuk berfokus pada tujuan jangka pendek dan bukan tujuan jangka panjang. Sebuah project dalam ROA dapat meningkatkan tujuan jangka pendek, tetapi project tersebut mempunyai konsekuensi negatif dalam jangka panjang. Yang berupa pemutusan beberapa tenaga penjualan, pengurangan budget pemasaran, dan pengguaaan bahan baku yang relatif murah sehingga menurunkan kualitas produk dalam jangka panjang. Kelemahan utama pada pengukuran akuntansi tradisional seperti ROA sebagai pengukur penciptaan nilai adalah mengabaikan adanya biaya modal, sehingga sulit untuk mengetahui apakah suatu perusahaan telah menciptakan nilai atau tidak. Sebagaimana lembaga-lembaga keuangan lainnya, profit adalah salah satu bagian dari tujuan didirikannya suatu usaha, profit adalah salah satu bagian dari tujuan didirikannya suatu usaha, termasuk perbankan syariah didalamnya. Namun berbeda dengan bank konvensional, dalam meraih profit bank syariah diharuskan memperhatikan kepedulian social dan keadilan dalam kegiatan opersionalnya, sehingga tetap sesuai dengan kaidah-kaidah Islam. 28 Oleh karena itu, dalam operasinya bank syariah tidak menerapkan sistem bunga seperti bank konvensional tetapi menerapkan sistem bagi hasil. Hal ini sesuai dengan fatwa MUI taggal 16 Desember 2003 yang menggolongkan bunga bank termasuk riba, dan menurut Al-Qur’an riba itu haram. C. Financing to Deposit Ratio (FDR) Pada perbankan syariah tidak mengenal kredit (loan) dalam penyaluran dana yang dihimpunnya. Oleh karena itu, aktivitas penyaluran dana yang dilakukan bank syariah lebih mengarah kepada pembiayaan (financing). Menurut Muhammad (2005:17), penyaluran pembiayaan adalah pendanaan yang dikeluarkan untuk mendukung investasi yang direncanakan. Variabel ini diwakili oleh FDR (Financing to Deposit Ratio). FDR merupakan perbandingan antara pembiayaan yang diberikan oleh Bank dengan dana pihak ketiga yang berhasil dihimpun perbankan syariah. Hal mendasar mengapa bank itu diperlukan adalah karena institusi keuangan ini bisa memainkan perannya sebagai lembaga intermediasi anatara penyimpan dana dan peminjam dana. Karena itu wajar saja bila mengukur peran bank dalam perekonomian suatu Negara adalah dilihat dari seberapa besar fungsi intermediasi ini bisa dimainkan. Dari fungsi intermediasi, perbankan syariah menunjukkan kinerja yang mengagumkan. Hal ini bisa dilihat dari tahun ke tahun besarnya fungsi intermediasi mendekati 100 persen bahkan pernah melampaui. Dengan kata lain, hampir 100 persen dana pihak ketiga yang ada di Bank Syariah disalurkan kembali kepada masyarakat. Sementara bank 29 konvensional paling tinggi mendekati 70 persen (Amin, 2009:41). Fakta ini menunjukkan bahwa Bank Syariah lebih pro dalam mengembangkan sektor riil atau fungsi perbankan syariah jauh lebih tangguh dibanding agregat perbankan konvensional. Rasio FDR dipergunakan untuk mengukur sejauh mana dana pinjaman yang berhasil dikerahkan oleh bank kepada nasabah peminjam yang bersumber dari dana pihak ketiga. Tinggi rendahnya rasio ini menunjukkan tingkat likuiditas bank tersebut. Sehingga semakin tinggi angka FDR suatu bank, berarti digambarkan sebagai bank yang kurang likuid dibanding dengan bank yang nilai FDRnya lebih kecil. Berdasarkan Surat Edaran Bank Indonesia No. 26/5/BPPP tanggal 2 Mei 1993, besarnya FDR ini dtetapkan oleh Bank Indonesia tidak boleh melebihi 110%. Itu artinya bank boleh memberikan kredit atau pembiayaan melebihi jumlah dana pihak ketiga yang berhasil dihimpun asalkan tidak melebihi 110%. Jadi, besarnya FDR yang diijinkan adalah 80% < FDR < 110%, artinya minimum FDR adalah 80% dan maksimum FDR adalah 110%. (A. Riawan Amin, 2009:41). Berdasarkan Surat Edaran Bank Indonesia No.9/24/DPbS tanggal 30 Oktober 2007, rasio FDR dapat dirumuskan sebagai berikut: Pembiayaan yang diberikan FDR (Financing to Deposit Ratio) = X100% Dana Pihak Ketiga (DPK) 30 FDR dihitung dari perbandingan antara total pembiayaan yang diberikan bank dengan dana pihak ketiga. Total pembiayaan yang dimaksud adalah pembiayaan yang diberikan kepada pihak ketiga (tidak termasuk kredit kepada bank lain). Dana pihak ketiga yang dimaksud yaitu antara lain giro, tabungan, dana deposito (tidak termasuk antarbank). (Furqan, 2012:4) Menurut Peraturan bank Indonesia No. 12/19/PBI/2010 Tentang Giro Wajib Minimum Bank Umum Pada Bank Indonesia Dalam Rupiah dan Valuta Asing, rasio likuiditas memiliki batas bawah sebesar 78% dan batas atas sebesar 100%. Perhitungan FDR sendiri merupakan salah satu indikator untuk mengetahui kemampuan likuiditas bank ketika terjadi penarikan dalam jumlah besar. Dana pembiayaan adalah dana yang dibutuhkan untuk menggerakkan sektor riil dan diharapkan mampu untuk memicu pertumbuhan ekonomi. Begitu pula sebaliknya, bila dana FDR bank syariah tidak dapat disalurkan dengan baik maka dampaknya selain penggerakkan sektor riil terhambat, juga mengakibatkan dana masyarakat tersebut menganggur dan dapat mempengaruhi berkurangnya jumlah uang berdar. FDR menunjukkan sejauh mana kemampuan Bank Syariah dalam membayar kembali penarikan dana yang telah dilakukannya kepada nasabah deposan. Pembayaran yang dilakukan oleh Bank Syariah kepada nasabah deposan dilakukan dengan mengandalkan pembiayaan yang telah diberikan oleh Bank Syariah tersebut. Dengan kata lain, FDR ini digunakan untuk 31 melihat seberapa jauh pembiayaan kepada nasabah dapat mengimbangi kewajiban untuk segera memenuhi hutang jangka pendeknya kepada nasabah deposan yang ingin menarik kembali uangnya yang telah digunakan oleh bank untuk memberikan pembiayaan tersebut. Rasio ini juga digunakan untuk melihat kemampuan dan kerawanan dari suatu Bank Syariah. Financing to deposit ratio (FDR) dapat pula digunakan untuk menilai strategi suatu bank. Manajemen bank konservatif bisasanya cenderung memiliki FDR yang relatif rendah. Sebaliknya bila FDR melebihi batas toleransi dapat dikatakan manajemen bank yang bersangkutan sangat ekspansif atau agresif (Siamat, 2001: 32). Rasio ini juga digunakan untuk memberi isyarat apakah suatu pinjaman masih dapat mengalami ekspansi atau sebaliknya dibatasi. Jika bank syariah memiliki FDR yang terlalu kecil maka bank akan kesulitan untuk menutup simpanan nasabah dengan jumlah pembiayaan yang ada. Jika bank memiliki FDR yang sangat tinggi maka bank akan mempunyai resiko tidak tertagihnya pinjaman yang tinggi dan pada titik tertentu bank akan mengalami kerugian (Susilo, 1999:24). D. Dana Pihak Ketiga 1. Pengertian Dana Pihak Ketiga (DPK) Salah satu kendala bagi perusahaan dalam menjalankan kegiatannya adalah masalah kebutuhan dana. Hampir setiap perusahaan memerlukan dana untuk membiayai kegiatan usahanya, baik untuk biaya rutin maupun untuk keperluan perluasan usaha. Pentingnya dana membuat setiap perusahaan berusaha keras untuk mencari sumber-sumber dana yang 32 tersedia, termasuk perusahaan lembaga keuangan semacam bank (Kasmir, 2008:61). Bagi bank, dana merupakan faktor yang paling utama dalam operasional bank. Tanpa dana yang cukup, bank tidak dapat berbuat apaapa, atau dengan kata lain bank tidak berfungsi sama sekali. Dana adalah uang tunai yang dimiliki atau dikuasai oleh bank dalam bentuk tunai, atau aktiva lain yang dapat segera diubah menjadi uang tunai. Uang tunai yang dimiliki atau dikuasai oleh bank tidak hanya berasal dari para pemilik bank itu sendiri, tetapi juga berasal dari titipan atau penyertaan dana orang lain atau pihak lain yang sewaktu-waktu atau pada suatu saat tertentu akan ditarik kembali, baik sekaligus maupun secara berangsur-angsur (Arifin, 2009:57). Menurut Kasmir (2008:62), secara garis besar sumber-sumber dana bank adalah: a. Dana yang bersumber dari bank itu sendiri. b. Dana yang bersumber dari lembaga lain. c. Dana yang bersumber dari masyarakat luas. Dana yang berasal dari masyarakat luas adalah dana pihak ketiga yang dititipkan pada bank. Pada umumnya motivasi utama orang menitipkan dana pada bank adalah untuk keamanan dana mereka dan memperoleh keleluasaan untuk menarik kembali dananya sewaktu-waktu (Arifin, 2009:60). Pencarian dana dari masyarakat luas ini relatif paling mudah 33 dibandingkan dengan sumber-sumber lainnya karena mudah didapatkan dan tidak terbatas asalkan bank bisa memberikan bunga yang relatif lebih tinggi dan dapat memberikan fasilitas menarik lainnya seperti hadiah dan pelayanan yang memuaskan. Kerugian dari sumber ini yaitu biaya bunga maupun biaya promosi relatif lebih mahal bila dibandingkan dari dana bank itu sendiri. Jadi, dana pihak ketiga adalah dana yang dimiliki bank yang bersumber dari pihak luar atau masyarakat yang bertujuan untuk menimpan sebagian harta/uangnya di bank agar aman dan dapat ditarik bila dibutuhkan oleh masyarakat yang bertindak sebagai nasabah. Dana pihak ketiga ini merupakan sumber dana yang terpenting bagi kegiatan operasional suatu bank. 2. Jenis-Jenis Dana Pihak Ketiga (DPK) Pada Bank Syariah Meskipun jenis produk simpanan di bank syariah mirip dengan bank konvensional, namun dalam bank syariah terdapat perbedaan-perbedaan yang prinsipil (Antonio, 2001: 155). a. Simpanan Giro Menurut Undang-Undang Perbankan Syariah Nomor 21 Tahun 2008, giro adalah simpanan berdasarkan akad wadi’ah atau akad lain yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan menggunakan cek, bilyet giro, sarana perintah pembayaran lainnya, atau dengan perintah pemindahbukuan. Giro ada dua jenis: 1. Giro yang tidak dibenarkan secara syariah yang 34 berdarkan perhitungan bunga; 2. Giro yang dibenarkan secara syariah yaitu giro yang berdasarkan prinsip mudharabah dan wadi‟ah. b. Simpanan Tabungan Dalam Undang-Undang Perbankan Syariah Nomor 21 Tahun 2008, yang dimaksud tabungan adalah simpanan berdasarkan akad wadi‟ah atau investasi dana berdasarkan akad mudharabah atau akad lain yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah yang penarikannya dapat dilakukan dengan menurut syarat dan ketentuan tertentu yang disepakati, tetapi tidak dapat ditarik dengan cek, bilyet giro, dan/atau alat lainnya yang dipersamakan dengan alat itu. Tabungan terdiri dari dua jenis: 1. Tabungan yang tidak dibenarkan secara syariah yaitu tabungan yang berdarkan perhitungan bunga; 2. Tabungan yang dibenarkan secara syariah yaitu tabungan yang berdasarkan prinsip mudharabah dan wadi‟ah. c. Simpanan Deposito Pengertian deposito menurut Undang-Undang Perbankan Syariah Nomor 21 Tahun 2008 adalah investasi dana berdasarkan akad mudharabah atau akad lain yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu berdasarkan akad antara nasabah penyimpan dan bank syariah dan/atau UUS. Deposito ada dua jenis: 1. Deposito yang tidak dibenarkan secara syariah yaitu deposito yang berdasarkan perhitungan bunga; 2. Deposito yang dibenarkan secara syariah yaitu tabungan yang berdasarkan prinsip 35 mudharabah dan wadi‟ah. E. Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) 1. Pengertian Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) Menurut Peraturan Bank Indonesia Nomor 10/11/PBI tanggal 31 Maret 2008 tentang Sertifikat Bank Indonesia Syariah adalah surat berharga berdasarkan prinsip syariah berjangka waktu pendek dalam mata uang rupiah yang diterbitkan oleh Bank Indonesia. Menurut Arifin (2009:198), yang dimaksud Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) adalah sertifikat yang diterbitkan Bank Indonesia sebagai bukti penitipan dana jangka pendek. SBIS merupakan piranti moneter yang sesuai prinsip pada bank syariah yang diciptakan dalam rangka pelaksanaan pengendalian moneter. Bank Indonesia menerbitkan instrumen moneter berdasarkan prinsip syariah dan dapat dimanfaatkan oleh bank syariah untuk mengatasi bila terjadi kelebihan pada tingkat likuiditas. Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) diterbitkan oleh Bank Indonesia sebagai salah satu instrumen operasi pasar terbuka dalam rangka pengendalian moneter yang dilakukan berdasarkan prinsip syariah dengan menggunakan akad ju‟alah. Akad ju‟alah adalah janji atau komitmen (iltizam) untuk memberikan imbalan tertentu („Iwadh/ju‟l) atas pencapaian hasil (natijah) yang ditentukan dari suatu pekerjaan. 2. Karakteristik SBIS a. Menggunakan akad ju‟alah (berdasarkan fatwa Dewan Syariah Nasional dan Majelis Ulama Indonesia, SBIS juga dapat diterbitkan dengan 36 menggunakan akad mudharabah, musyarakah, wadiah, qardh, dan wakalah). b. Diterbitkan oleh Bank Indoneisa. c. Berjangka waktu paling kurang 1 (satu) bulan dan paling lama 12 (dua belas) bulan. d. Diterbitkan tanpa warkat (scripless). e. Dapat diagunkan kepada Bank Indonesia. f. Merupakan instrumen kebijakan moneter dan saran penitipan dana sementara. g. Tidak dapat diperdagangkan di pasar sekunder. (www.bi.go.id) Bank Indonesia (BI) telah menerbitkan instrumen moneter berbasis syariah yaitu SBIS yang menjadi alternatif tambahan bank syariah, Badan Usaha Syariah (BUS) atau Unit Usaha Syariah (UUS) dalam pengelolaan dana investasinya. Dengan adanya instrumen tersebut, bank syariah tidak perlu takut menerima dana pihak ketiga dari individu atau kelompok dalam jumlah besar. Saat ini banyak bank umum ataupun unit usaha syariah yang tidak mau menerima dana masyarkat yang bernilai besar karena ragu tidak mampu menyalurkannya. Bila hal tersebut dipaksakan, akibatnya bagi hasil yang diterima pemilik dana justru akan mengecil dan tingkat pembiayaan bermasalah pun akan meningkat. Kehadiran SBIS dan pemberlakuan UU Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) dan pemberlakuan UU Perbankan Syariah maka akan mendorong optimalisasi pengembangan bisnis treasury lembaga keuangan dna perbankan syariah. Penerbitan SBIS tidak akan 37 menggangu perekonomian akibat perbankan lebih senang menempatkan dananya di SBIS disbanding menyalurkannya. 3. Ketentuan Hukum SBIS Ketentuan hukum SBIS adalah sebagai berikut: a. SBIS sebagai instrumen pengendalian moneter boleh diterbitkan untuk memenuhi kebutuhan Operasi Pasar Terbuka (OPT). b. Bank Indonesia memberikan imbalan kepada pemegang SBIS sesuai dengan akad yang dipergunkan. c. Bank Indonesia wajib mengembalikan dana SBIS kepada pemegangnya pada saat jatuh tempo. d. Bank Syariah boleh memiliki SBIS untuk memanfaatkan dananya yang belum dapat disalurkan ke sektor riil. (Zulkifli, 2008:76) Gambar 2.1 Skema SBIS Muwaddi‟ a. Akad c. Pengembalian uang plus bonus (Bank) Mustawda‟ (Bank Indonesia) b. Penerbitan SBIS Keterangan: a. Antara Bank Indonesia (Mustawda‟) dengan Bank Syariah (Muwaddi‟) melakukan akad terlebih dahulu. b. Lalu Bank Indonesia menerbitkan SBIS kepada Bank Syariah. c. Bank Syariah mendapatkan uang yang ditipkannya serta bonus dari Bank Indonesia. (Zulkifli, 2008:78) 38 4. Mekanisme Penerbitan SBIS Berdasarkan fatwa DSN-MUI dan peraturan Bank Indonesia, instrument SBIS dilaksanakan dengan menggunakan mekanisme lelang sebagaimana hal ini pun diberlakukan bagi SBI konvensional. Berdarkan Surat Edaran Bank Indonesia No. 10/40/DPM Tanggal 17 November 2008 tentang tata cara penerbitan Sertifikat Bank Indonesia Syariah melalui lelang dan Peraturan Bank Indonesia No. 10/11/PBI 2008 tentang Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS). Berikut ini adalah penjelasan atas hal-hal yang berkaitan dengan peraturan diatas. Berkaitan dengan penatausahaan SBIS, sebagaimana yang telah dioperasikan terhadap SBI Konvensional, BI menggunkan sistem pencatatan dan penatausahaan secara elektronis yang dikenal dengan sistem BI-SSSS (Scripless Securities Settlement System) atau Sistem Penyelesaian Surat Berharga Tanpa Warkat, yaitu transaksi dengan Bank Indonesia termasuk penatausahaannya dan penatausahaan surat berharga secara elektronik dan terhubung langsung antara peserta, penyelenggara dan sistem Bank Indonesia Real Time Gross Settlement (BI-RTGS). 5. Pihak-Pihak dalam Lelang SBIS a. Bank Umum Syariah (BUS) atau Unit Usaha Syariah (UUS) atau pialang yang bertindak untuk dan atas nama BUS/UUS. b. BUS atau UUS, baik sebagai peserta langsung maupun tidak langsung, wajib memenuhi persyaratan Financing to Deposit Ratio (FDR) yang ditetapkan Bank Indonesia. (Soemitra, 2009:217) 39 6. Pembatalan Hasil dan Transaksi Lelang SBIS a. Hasil lelang SBIS dapat dibatalkan oleh Bank Indonesia. b. Transaksi SBIS (Settlement lelang SBIS, Settlement first leg Repo SBIS dan Settlement second leg Repo SBIS) dinyatakan batal apabila saldo rekening giro dan saldo rekening surat berharga BUS atau UUS di Bank Indonesia tidak mencukupi. (www.bi.go.id) 7. Sanksi SBIS Peraturan Bank Indonesia Nomor 12/18/PBI/2010. Bank Indonesia mengenakan sanksi kepada BUS dan UUS atas transaksi SBIS yang dinyatakan batal berupa (www.bi.go.id) : a. Teguran tertulis. b. Kewajiban membayar sebesar 0,01% (satu per sepuluh ribu) dari nilai transaksi SBIS yang dinyatakan batal, paling sedikit sebesar Rp10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah) dan paling banyak sebesar Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah) untuk setiap transaksi SBIS yang dinyatakan batal. Dengan tidak mengurangi sanksi tersebut diatas, dalam hal BUS atau UUS melakukan transaksi SBIS dan/atau transaksi operasi moneter syariah lainnya sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Bank Indonesia yang mengatur mengenai operasi moneter syariah, yang dinyatakan batal sebanyak tiga kali dalam kurun waktu 6 (enam) bulan, maka BUS atau UUS dikenakan sanksi berupa penghentian sementara untuk mengikuti kegiatan operasi moneter syariah selama 5 (lima) hari kerja berturut-turut. 40 F. Non Performing Financing (NPF) 1. Pengertian Non Performing Financing (NPF) Dalam Kamus Bank Indonesia, Non Performing Financing (NPF) adalah pembiayaan bermasalah yang terdiri dari pembiyaan yang berklarifikasi kurang lancar, diragukan dan macet. Sedangkan menurut Sudarsono (2007:123), pembiayaan non lancar atau yang juga dikenal dengan istilah NPF dalam perbankan syariah adalah jumlah kredit yang tergolong lancar yaitu dengan kualitas kurang lancar, diragukan dan macet berdasarkan ketentuan Bank Indonesia tentang kualitas aktiva produktif. Menurut Veithzal (2007:477), yang dimaksud dengan NPF atau pembiayaan bermasalah adalah pembiayaan yang dalam pelakasanaannya belum mencapai atau memenuhi target yang diinginkan pihak bank seperti: pengembalian pokok atau bagi hasil yang bermaslah; pembiayaan yang memiliki kemungkinan timbulnya resiko di kemudian hari bagi bank; pembiayaan yang termasuk golongan perhatian khusus, diragukan dan macet serta golongan lancar yang berpotensi terjadi penunggakan dalam pengembalian. Status NPF pada prinsipnya didasarkan pada ketepatan waktu bagi nasabah untuk membayarkan kewajiban, baik berupa bunga maupun pengembalian pokok pinjaman. Proses pemberian dan pengelolaan kredit yang baik diharapkan dapat menekan NPF sekecil mungkin, dengan kata lain tingginya NPF sangat dipengaruhi oleh kemampuan bank-bank syariah dalam menjalan proses pemberian kredit dengan baik maupun 41 dalam hal pengelolaan kredit, termasuk tindakan pemantauan (monitoring) setelah kredit disalurkan dan tindakan pengendalian bila terdapat indikasi penyimpangan kredit maupun indikasi gagal bayar. 2. Penilaian Kesehatan Pembiayaan Bermasalah Besarnya NPF yang di perbolehkan di Bank Indonesia adalah 5 %, jika melebihi 5% akan mempengaruhi penilaian tingkat kesehatan bank yang bersangkutan yaitu akan mengurangi nilai skor yang di peroleh. Kredit atau pembiayaan yang tergolong non lancar yaitu dengan kualitas kurang lancar, diragukan dan macet berdasarkan ketentuan Bank Indonesia tentang kualitas aktiva produktif. Tindakan pengendalian bila terdapat indikasi penyimpangan pembiayaan maupun indikasi gagal bayar. Persamaannya adalah sebagai berikut: Pembiayaan Bermasalah NPF = X 100% Total Pembiayaan Standar terbaik NPF menurut Bank Indonesia adalah bila NPF berada di bawah 5%, variabel ini mempunyai bobot nilai 20% dengan nilai NPF ditentukan sebagai berikut: Jika nilai NPF: o Lebih dari 8%, skor nilai = 0 o Antara 5% - 8%, skor nilai = 80 o Antara 3% - 5%, skor nilai = 90 o Kurang dari 3%, skor nilai = 100 42 Bila resiko pembiayaan meningkat, margin/bunga kredit akan meningkat pula. Sementara itu, dalam ekonomi Islam sektor perbankan tidak mengenal instrumen bunga, sistem keuangan Islam menerapkan sistem pembagian keuntungan dan kerugian, bukan kepada tingkat bunga yang telah menetapkan tingkat keuntungan di muka. 3. Perhitungan Non Performing Financing (NPF) Tabel 2.1 Perhitungan NPF Berdasarkan Kemampuan Bayar Nasabah (Debitur) di Bank Syariah Jenis Pembiayaan Kategori yang Kurang Lancar Murabahah, Tunggakan Istishna’, Ijarah, lebih dari 90 Qard hari s.d 180 hari Salam Telah jatuh tempo s.d 60 hari Mudharabah, Tunggakan s.d Musyarakah 90 hari realisasi bagi hasil di atas 30% s.d 90% dari proyek pendapatan Diperhitungkan Diragukan Dalam NPF Macet Tunggakan lebih dari 180 hari s.d 270 hari Telah jatuh tempo s.d 90 hari Tunggakan lebih dari 270 hari Lebih dari 90 hari Tunggakan lebih dari 90 s.d 180 hari; realisasi bagi hasil kurang dari 3% Tunggakan lebih 180 hari; realisasi pendapatan kurang dri 30% dari proyeksi pendapatan lebih dari 3 periode pembayaran Sumber: (Ihsan, 2011:23) 43 G. KETERKAITAN ANTAR VARIABEL 1. Keterkaitan antara Financing to Deposit Ratio (FDR) dengan Return On Asset (ROA) Menurut Rahadian (2004, dalam Bambang Agus Pramuka, 2010: 64), kecenderungan semakin menumpuknya dana masyarakat di perbankan syariah dari periode ke periode membuat sektor jasa keuangan ini mengalami likuiditas yang menumpuk (overliquidity) seperti yang terjadi pada perbankan konvensional. Maka dari itu sejumlah bank syariah mulai menerapkan strategi untuk mengantisipasi masalah ini diantaranya dengan membuka unit layanan yang melancarkan akses masyarakat kepada pembiayaan. Financing to Deposit Ratio merupakan alat ukur untuk mengukur besarnya volume pembiayaan sehingga rasio FDR ini dapat menunjukkan kesehatan bank dalam memberikan pembiayaannya. Bambang Agus Pramuka (2010:69) menjelaskan semakin tinggi FDR mengindikasikan bahwa sebuah bank lebih menekankan keuangannya pada penyaluran hutang/pembiayaan yang lebih banyak. Semakin kecil FDR semakin baik likuiditas bank tersebut. Hasil penelitian Bambang Agus Pramuka ini menunjukkan bahwa FDR berpengaruh searah/positif terhadap profitabilitas signifikan dan sejalan (ROA) bank umum syariah. Itu artinya, semakin tinggi rasio ini menunjukkan bahwa semakin optimalnya fungsi intermediasi yang dijalankan bank syariah, sehingga meningkatkan profitabilitas. 44 2. Keterkaitan antara Dana pihak Ketiga (DPK) dengan Return On Asset (ROA) Dana pihak ketiga (DPK) merupakan salah satu sumber dana terbesar yang diperoleh dari masyarakat. Bank dapat memanfaatkan dana dari pihak ketiga ini untuk menghasilkan pendapatan bagi bank, salah satunya yaitu dalam bentuk pembiayaan. Peningkatan dana pihak ketiga akan mengakibatkan pertumbuhan pembiayaan yang besar pula sehingga profitabilitas bank akan meningkat. Dapat dipahami secara konsep bahwa dana pihak ketiga dihimpun kemudian disalurkan oleh bank kepada masyarakat dalam bentuk aktiva produktif berupa kredit, dalam bank syariah berupa pembiayaan. Kredit/pembiayaan merupakan sumber pendapatan dan keuntungan bank yang terbesar. Dana yang tertanam dalam bentuk kredit/pembiayaan yang diberikan merupakan bagian terbesar dari aktiva operasional. Kredit/pembiayaan inilah yang dimaksudkan dengan total asset yang digunakan untuk menghitung ROA sebuah bank. Oleh sebab itu, setiap perubahan yang terjadi pada jumlah dana pihak ketiga serta jumlah kredit/pembiayaan yang disalurkan akan berdampak pula pada perubahan besar kecilnya persentase ROA suatu bank. (Kurniawan, 2012:4) Dalam penelitian Sigit Setiawan dan Winarsih (2011:13), menunjukkan bahwa dana masyarakat berpengaruh positif terhadap pertumbuhan laba. Hal ini mengindikasikan bahwa dana masyarakat yang dihimpun dan disalurkan kembali ke masyarakat cukup optimal dan 45 mengakibatkan laba yang diperoleh bank sudah optimal, sehingga pertumbuhan laba menjadi positif. 3. Keterkaitan antara Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) dengan Return On Asset (ROA) Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) merupakan surat berharga berdasarkan prinsip syariah berjangka pendek dalam mata uang rupiah. SBIS merupakan salah satu instrument pasar uang (kebijakan moneter kontraktif) yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia berdasarkan prinsip syariah dengan tujuan untuk menyerap kelebihan likuiditas didalam sistem perbankan syariah, sebagaimana bank konvensional yang menetapkan cadangannya pada SBI, dengan harapan memperoleh penghasilan tambahan. (Nurhasanah, 2012:31) Menurut hasil penelitian dari Linda Dwi Octavia (2009:9), menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara suku bunga SBI terhadap kinerja keuangan perusahaan sebelum dan sesudah privatisasi. Dari hasil tersebut maka dapat kita kaitkan bahwa SBIS yang terdapat pada bank syariah berupa surat berharga akan mempengaruhi return on asset (ROA) walaupun fee hasil penerbitan SBIS tersebut masih mengacu pada ketetapan bunga Bank Indonesia namun instrumen moneter syariah ini merupakan instrumen yang bermanfaat untuk mengatasi likuiditas bank syariah yang berlebih khususnya dalam jangka pendek. Adanya penempatan dana pada SBIS akan membuat tingkat pembiayaan bermasalah berkurang karena kelebihan dana tersebut dialihkan ke SBIS, 46 berkurangnya pembiayaan bermasalah ini akan meningkatkan bagi hasil yang diterima oleh pemilik dana dan meningkatkan keuntungan/laba (ROA) pada bank syariah. Menurut hasil penelitian Puspitasari (2009:95) menyatakan bahwa suku bunga SBI tidak berpengaruh terhadap Return on Asset (ROA). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kenaikan Suku Bunga SBI akan meningkatkan suku bunga kredit pinjaman dan meningkatkan juga biaya bunga kreditnya, tetapi selisih peningkatan bunga kreditnya dengan pendapatan bunga kreditnya kecil, dan fluktuasi per tahunnya juga kecil atau rendah. Hal inilah yang menyebabkan mengapa pada penelitian Puspitasari ini Suku Bunga SBI tidak berpengaruh terhadap ROA. 4. Keterkaitan antara Non Performing Financing (NPF) dengan Return On Asset (ROA) Dalam penelitian Dea Naufal Kharisma (2012:3), NPF dijadikan variabel independen yang mempengaruhi ROA didasarkan hubungannya dengan tingkat risiko bank yang bermuara pada profitabilitas bank (ROA). Menurut Kasmir (2006, dalam Dea Naufal Kharisma) menyatakan bahwa NPF yang tinggi akan memperbesar biaya, sehingga berpotensi terhadap kerugian bank. Semakin tinggi rasio ini maka akan semakin buruk kualitas pembiayaan bank yang menyebabkan jumlah pembiayaan non lancar semakin besar, dan oleh karena itu bank harus menanggung kerugian dalam kegiatan operasionalnya sehingga berpengaruh terhadap penurunan laba (ROA) yang diperoleh bank. 47 Siamat (2005, dalam Aulia dan Ridha, 2011:2) juga menjelaskan pembiayaan bermasalah adalah pinjaman yang mengalami kesulitan pelunasan akibat adanya faktor kesengajaan dan atau karena faktor eksternal diluar kemampuan/kendali nasabah peminjam. Jadi, besar kecilnya NPF ini menunjukkan kinerja suatu bank dalam pengelolaan dana yang disalurkan. Apabila porsi pembiayaan bermasalah membesar, maka hal tersebut pada akhirnya menurunkan besaran pendapatan yang diperoleh bank (Ali, 2004 dalam Aulia dan Ridha, 2011:4). Sehingga pada akhirnya akan dapat mempengaruhi tingkat profitabilitas bank syariah. Menurut penelitian Bambang Agus Pramuka (2010:77), hubungan antara resiko pembiayaan (NPF) terhadap profitabilitas (ROA) adalah berlawanan. Artinya, peningkatan resiko pembiayaan (NPF) akan menyebabkan penurunan profitabilitas (ROA) dan juga sebaliknya penurunan resiko pembiayaan (NPF) akan menyebabkan peningkatan profitabilitas (ROA). H. PENELITIAN TERDAHULU Beberapa penelitian terdahuluakan diuraikan secara ringkas oleh penulis karena penelitian ini mengacu pada beberapa penelitian sebelumnya. Meskipun ruang lingkup hampir sama tetapi karena obyek, periode waktu, dan alat analisis yang digunakan berbeda maka terdapat banyak hal yang tidak sama sehingga dapat dijadikan sebagai referensi untuk saling melengkapi. Penelitian pertamayaitu jurnal yang dilakukan oleh Dea Naufal Kharisma, Fakultas Administrasi Bisnis dan Keuangan, Institut Manajemen 48 Telkom (2012) yang berjudul “Pengaruh Dana Pihak Ketiga dan Non Performing Finance Terhadap Profitabilitas Perbankan Syariah”. Variabel yang digunakan yaitu dana pihak ketiga, Non Performing Finance (NPF), dan Return on Asset (ROA). Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh dana pihak ketiga dan Non Performing Finance terhadap profitabilitas perbankan syariah. Dalam penelitian ini teknik analisisyang digunakan adalah metode regresi linier berganda.Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa dana pihak ketiga berpengaruh positif terhadap profitabilitas, sedangkan non performing finance tidak berpengaruh terhadap profitabilitas. Penelitian kedua yaitu jurnal yang dilakukan oleh Bambang Agus Pramuka, Jurusan Akuntansi, Mnajemen Bisnis dan Sektor Publik (JAMBSP), Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto (2010) yang berjudul “FaktorFaktor yang Berpengaruh Terhadap Tingkat Profitabilitas Bank Umum Syariah”. Variabel yang digunakan adalah Return on Asset (ROA), Financing to Deposit Ratio (FDR), dan Non Performing Financing (NPF). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaran yang lengkap tentang faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi tingkat laba bank khususnya Bank Syariah. Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi linear berganda. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa volume pembiayaan (FDR) dan resiko pembiayaan (NPF) secara bersam-sama berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas (ROA) bank umum syariah. Secara parsial, FDR mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap profitabilitas 49 (ROA) bank umum syariah, sedangkan NPF mempunyai pengaruh negatif dan signifikan terhadap profitabilitas (ROA) bank umum syariah. Penelitian ketiga yaitu jurnal yang dilakukan oleh Lyla Rahma Adyani dan Drs. R. Djoko Sampurno, MM (2011) yang berjudul “Analisis FaktorFaktor Yang Mempengaruhi Profitabilitas (ROA)”. Variabel yang digunakan yaitu Return on Asset (ROA), Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Financing (NPF), Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO), Financing to Deposit Ratio (FDR). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana peranan rasio keuangan dalam memperediksi tingkat profitabilitas pada bank umum syariah.Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini yaitu teknik analisis regresi berganda.Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel CAR dan FDR tidak berpengaruh signifikan positif terhadap profitabilitas (ROA) bank.Sedangkan NPF dan BOPO berpengaruh negatif signifikan terhadap profitabilitas (ROA) bank.Secara stimultan dari hasil penelitian juga dapat disimpulkan bahwa CAR, NPF, BOPO, dan FDR secara bersama-sama berpengaruh terhadap profitabilitas (ROA) bank. Penelitian keempat yaitu jurnal yang dilakukan Muh.Sabir. M, Muhammad Ali, Abd. Hamid Habbe, Jurusan Manajemen Keuangan, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unhas Makassar (2012) yang meneliti tentang “Pengaruh Rasio Kesehatan Bank Terhadap Kinerja Keuangan Bank Umum Syariah dan Bank Konvensional di Indonesia”. Variabel yang digunakan adalah Return on Asset (ROA), Capital Adequacy Ratio (CAR), Biaya Operasional terhadap 50 Pendapatan Operasional (BOPO), Net Operating Margin (NOM), Non Performing Financing (NPF), Financing to Deposit Ratio (FDR), Net Interest Margin (NIM), Non Performing Loan (NPL), dan Loan to Deposit Ratio (LDR). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh tingkat rasio kesehatan bank yang diukur dengan CAR, BOPO, NOM, NPF, FDR, NIM, NPL, dan LDR terhadap Kinerja Keuangan Bank Umum Syariah dan Bank Konvensional di Indonesia serta untuk mengetahui perbedaan kinerja keuangan antara Bank Umum Syariah dengan Bank Konvensional di Indonesia. Alat analisis yang digunakan adalah analisis regresi berganda dan uji beda dua rata-rata dengan bantuan program SPSS 16 for windows yang menunjukkan hasil bahwa terdapat perbedaan Kinerja Keuangan antara Bank Umum Syariah dengan Bank Konvensional di Indonesia. Penelitian kelima yaitu jurnal yang dilakukan oleh Aulia Fuad Rahman dan Ridha Rochmanika, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Brawijaya (2011) yang berjudul “Pengaruh Pembiayaan Jual Beli, Pembiayaan Bagi Hasil, dan Rasio Non Performing Financing terhadap Profitabilitas Bank Umum Syariah di Indonesia”. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Return on Asset (ROA), pembiayaan jual beli, pembiayaan bagi hasil, dan Non Performing Financing (NPF). Penelitian ini bertujuan untuk memberikan bukti empiris mengenai pengaruh pembiayaan jual beli, pembiayaan bagi hasil, dan rasio Non Performing Financing (NPF) terhadap profitabilitas Bank Umum Syariah di Indonesia periode Januari 2009 sampai 51 September 2011. Alat analisis yang digunakan adalah dengan metode analisis Regresi Linier Berganda dengan bantuan program aplikasi SPSS (Statistical and Service Solution). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara parsial,pembiayaan jual beli dan rasio NPF berpengaruh signifikan positif terhadap profitabilitas yang diproksikan melalui ROA pada bank umum syariah di Indonesia. Sedangkan pembiayaan bagi hasil berpengaruh signifikan negatif terhadap profitabilitas (ROA) pada bank umum syariah di Indonesia karena pembiayaan bagi hasil yang disalurkan masih belum produktif serta masih kurang diminatinya pembiayaan bagi hasil pada perbankan syariah. Penelitian keenam yaitu jurnal yang dilakukan oleh Sigit Setiawan (Alumni STIE Bank BPD Jateng) dan Winarsih (Dosen STIE Bank BPD Jateng) (2011) yang berjudul “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Laba Bank Syariah di Indonesia.Variabel yang digunakan yaitu permodalan, pembiayaan, Non Performance Finance (NPF), dana masyarakat, dan biaya operasional”.Variabel yang digunakan adalah Return on Asset (ROA), permodalan, pembiayaan, non performance finance, dana masyarakat, biaya operasional. Penelitian ini bertujuan untuk menguji faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan laba pada bank syariah.Teknik analisis yang digunakan analisis regresi linier berganda dan menggunakan program aplikasi SPSS versi 15. Hasil penelitian dengan pengujian secara stimultan (uji F) diperoleh hasil bahwa permodalan, pembiayaan, Non Performance Finance, dana masyarakat, dan biaya operasional secara bersam-sama mempengaruhi 52 pertumbuhan laba bank syariah di Indonesia. Di sisi lain, hasil pengujian secar parsila (uji t), membuktikan bahwa permodalan, pembiayaan, dan dana masyarakat berpengaruh positif terhadap pertumbuhan laba sedangkan non performance finance dan biaya operasional memberikan pengaruh negatif terhadap pertumbuhan laba. Penelitian ketujuh yaitu jurnal yang dilakukan oleh Linda Dwi Octavia, Fakultas Ekonomi Universitas Gunadarma (2009) yang berjudul “Pengaruh Suku Bunga SBI, Nilai Tukar Rupiah, dan Inflasi Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan Sebelum dan Sesudah Privatisasi (Studi Kasus Pada PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk)”. Variabel yang dignakan dalam penelitian ini yaitu suku bunga SBI (Sertifikat Bank Indonesia), nilai tukar rupiah, inflasi, dan kinerja keuangan yang terdiri dari Return On Asset (ROA), Return on Equity (ROE), dan Net Profit Margin (NPM). Penelitian ini bertujuan untuk menegtahui pengaruh suku bunga SBI, nilai tukar rupiah, dan inflasi terhadap kinerja keuangan PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk sebelum dan sesudah privatisasi periode 2000-2001 serta untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan yang signifiakan pada kinerja keuangan PT. Telekomuniaksi Indonesia, Tbk antara sebelum dan sesudah privatisasi. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi linier berganda.Hasil penelitian pengujian statistik sebelum privatisasi perusahaan menunjukkan bahwa secara parsial hanya variabel suku bunga SBI yang berpengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan, sedangkan nilai tukar rupiah dan inflasi tidak berpengaruh terhadap kinerja perusahaan.Pengujian stastistik 53 sesudah privatisasi peruhaan menunjukkan bahwa secara parsial suku bunga SBI dan inflasi berpengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan, dan hanya nilai tukar rupiah yang tidak berpengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan.Selain itu, hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja keuangan perusahaan sebelum dan sesudah privatisasi perusahaan. Penelitian kedelapan adalah tesis yang dilakukan oleh Diana Puspitasari, Alumni Program Studi Magister Mananjemen, Universitas Diponegoro(2009) yang berjudul “Analisis Pengaruh CAR, NPL, PDN, NIM, BOPO, LDR, Dan Suku Bunga SBI Terhadap ROA”. Varibel dalam penelitian ini terdiri dari CAR, NPL, PDN, NIM, BOPO, LDR, dan Suku Bunga SBI, dan Return on Asset (ROA). Tujuan utama penelitian ini adalah untuk menguji pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Loan (NPL), Posisi Devisa Netto (PDN), Net Interest Margin (NIM), Biaya Operasional/Pendapatan Operasional (BOPO), Loan to Deposit Ratio (LDR), dan Suku Bunga SBI terhadap Return On Asset (ROA). Teknik analisis data yang digunakan adalah regresi linier berganda dengan persamaan kuadarat terkecil.Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel PDN dan Suku Bunga SBI tidak menunjukkan pengaruh signifikan terhadap ROA. Variabel CAR, NIM, dan LDR berpengaruh positif signifikan terhadap ROA, sedangkan variabel NPL dan BOPO berpengaruh negatif signifikan terhadap ROA. 54 Penelitian kesembilan adalah jurnal yang dilakukan oleh Hamisu Suleiman Kargi, Ahmadu Bello University, Zaria-Nigeria (2011) yang berjudul “Credit Risk And The Performance of Nigerian Banks (Risiko Kredit dan Kinerja Bank Nigeria)”. Variabel yang digunakan adalah Loan and Advances (LA), Non Performing Loan (NPL), Total Deposits, Return on Asset (ROA).Tujuan penelitian ini adalah untuk mengevaluasi dampak dari risiko kredit terhadap profitabilitas Bank Nigeria.Teknik analisis yang digunakan adalah analisis regresi.Data yang digunakan bersumber dari laporan tahunan dan rekening bank tahun 2004-2008.Hasil penenlitian ini menunjukkan bahwa manajemen risiko kredit memiliki dampak yang signifikan terhadap profitabilitas Bank Nigeria. Peneltian kesepuluh yaitu penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Farhan Akhtar, Khizer Ali, Shama Sadaqat, University of The Punjab, Pakistan (2011) yang berjudul “Factors Influencing the Profitability of Islamic Banks of Pakistan (Faktor-faktor yang mempengaruhi profitabilitas Bank Islam di Pakistan). Variabel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana faktor-faktor profitabilitas berpengaruh terhadap kinerja Perbankan Islam di Pakistan.Penelitian ini menggunakan data sampel Bank Syariah di Pakistan dari tahun 2006-2009.Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah Ordinary Least Square (OLS).Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa bahwa sebagian besar bank syariah menghadapi kerugian dalam beberapa tahun terakhir. Dari hasil penelitian ini, diharapkan peneliti dan praktisi lain 55 bisa saling bekerja sama untuk meningkatkan literatur keuangan dan ekonomi sehubungan dengan profitabilitas bank syariah. 56 Tabel 2.2 Penelitian Terdahulu No. Nama Peneliti Judul Variabel 1. Linda Dwi Octavia (2009) Pengaruh Suku Bunga SBI, Nilai Tukar Rupiah, dan Inflasi Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan Sebelum dan Sesudah Privatisasi (Studi Kasus Pada PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk) Variabel Independen: Suku bunga SBI (Sertifikat Bank Indonesia) dan Nilai tukar rupiah, inflasi Analisis Pengaruh CAR, NPL, PDN, NIM, BOPO, LDR, Dan Suku Bunga SBI Terhadap ROA Variabel Independen: Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Loan (NPL), Posisi Devisa Netto (PDN), Net Interest Margin (NIM), 2. Diana Puspitasari (2009) Variabel Dependen: Kinerja keuangan yang terdiri dari Return On Asset (ROA), Return on Equity (ROE), dan Net Profit Margin (NPM) Metodologi, Hasil Penelitian, dan Variabel Pembeda Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi linier berganda. Hasil penelitian pengujian statistic sebelum privatisasi perusahaan menunjukkan bahwa secara parsial hanya variabel suku bunga SBI yang berpengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan, sedangkan nilai tukar rupiah dan inflasi tidak berpengaruh terhadap kinerja perusahaan. Penguian stastistik sesudah privatisasi peruhaan menunjukkan bahwa secar parsial suku bung SBI dan inflasi berpengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan, dan hanya nilai tukar rupiah yang tidak berpengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan. Selain itu, hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan anatara kinerja keuangan perusahaan sebelum dan sesudah privatisasi perusahaan. Penulis menambahkan variabel Financing to Deposit Ratio (FDR), Dana Pihak Ketiga (DPK) dan Non Performing Financing (NPF) sebagai variabel independen untuk membedakan skripsi ini dengan penelitian yang dilakukan oleh Linda. Teknik abalisis data yang digunakan adalah regresi linier berganda dengan persamaan kuadarat terkecil.. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel PDN dan Suku Bunga SBI tidak menunjukkan pengaruh signidikan terhadap ROA. Variabel CAR, NIM, dan LDR berpengaruh positif signifikan terhadap ROA, 57 Biaya Operasional/Pen dapatan Operasional (BOPO), Loan to Deposit Ratio (LDR), dan Suku Bunga SBI 3. Bambang Agus Pramuka (2010) Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap Tingkat Profitabilitas Bank Umum Syariah Variabel Dependen: Return On Asset (ROA) Variabel Independen: Financing to Deposit Ratio (FDR) dan Non Performing Financing (NPF) Variabel Dependen: Return on Asset (ROA) 4. Lyla Rahma Adyani dan R. Djoko Sampurno, MM (2011) Analisis FaktorFaktor Yang Mempengaruhi Profitabilitas (ROA) Variabel Independen: Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Financing (NPF), Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO), Financing to Deposit Ratio (FDR) sedangkan variabel NPL dan BOPO berpengaruh negatif signifikan terhadap ROA. Penulis menambahkan variabel Financing to Deposit Ratio (FDR), Dana Pihak Ketiga (DPK) dan Non Performing Financing (NPF) sebagai variabel independen untuk membedakan skripsi ini dengan penelitian yang dilakukan oleh Diana. Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi linear berganda. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa volume pembiayaan (FDR) dan resiko pembiayaan (NPF) secara bersam-sama berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas (ROA) bank umum syariah. Secara parsial, FDR mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap profitabilitas (ROA) bank umum syariah, sedangkan NPF mempunyai pengaruh negatif dan signifikan terhadap profitabilitas (ROA) bank umum syariah. Penulis menambahkan variabel Dana Pihak Ketiga (DPK) dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) sebagai variabel independen untuk membedakan skripsi ini dengan penelitian yang dilakukan oleh Bambang. Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ininyaitu teknik analisis regresi berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel CAR dan FDR tidak berpengaruh signifikan positif terhadap profitabilitas (ROA) bank. Sedangkan NPF dan BOPO berpengaruh negatif signifikan terhadap profitabilitas (ROA) bank. Secara stimultan dari hasil penelitian juga dapat disimpulkan bahwa CAR, NPF, BOPO, dan FDR secara bersama-sama berpengaruh terhadap profitabilitas (ROA) 58 Variabel Dependen: Return on Asset (ROA) 5. Sigit Setiawan dan Winarsih (2011) Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Laba Bank Syariah di Indonesia Variabel Independen: permodalan, pembiayaan, non performance finance, dana masyarakat, biaya operasional Variabel Dependen: Laba 6. Hamisu Suleiman Kargi (2011) Credit Risk And The Performance of Nigerian Banks (Risiko Kredit dan Kinerja Bank Nigeria) Variabel Independne: Loan and Advances (LA), Non Performing Loan (NPL), Total Deposits Variabel Dependen: Return on Asset (ROA) bank. Penulis menambahkan variabel Dana Pihak Ketiga (DPK) dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) sebagai variabel independen untuk membedakan skripsi ini dengan penelitian yang dilakukan oleh Lyla dan Djoko. Teknik analisis yang digunakan analisis regresi linier berganda dan menggunakan program aplikasi SPSS versi 15. Hasil penelitian dengan pengujian secara stimultan (uji F) diperoleh hasil bahwa permodalan, pembiayaan, Non Performance Finance, dana masyarakat, dan biaya operasional secara bersam-sama mempengaruhi pertumbuhan laba bank syariah di Indonesia. Di sisi lain, hasil pengujian secar parsila (uji t), membuktikan bahwa permodalan, pembiayaan, dan dana masyarakat berpengaruh positif terhadap pertumbuhan laba sedangkan non performance finance dan biaya operasional memberikan pengaruh negatif terhadap pertumbuhan laba. Penulis menambahkan variabel Financing to Deposit Ratio (FDR) dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) sebagai variabel independen untuk membedakan skripsi ini dengan penelitian yang dilakukan oleh Sigit dan Winarsih. Teknik analisis yang digunakan adalah analisis regresi. Data yang digunakan bersumber dari laporan tahunan dan rekening bank tahun 2004-2008. Hasil penenlitian ini menunjukkan bahwa manajemen risiko kredit memiliki dampak yang signifikan terhadap profitabilitas Bank Nigeria. Penulis menambahkan variabel Financing to Deposit Ratio (FDR), Dana Pihak Ketiga 59 7. Muhammad Farhan Akhtar, Khizer Ali, Shama Sadaqat (2011) Factors Influencing the Profitability of Islamic Banks of Pakistan (Faktorfaktor yang mempengaruhi profitabilitas Bank Islam di Pakistan) Penelitian ini menggunakan data sampel Bank Syariah di Pakistan dari tahun 20062009 8. Dea Naufal Kharisma (2012) Pengaruh Dana Pihak Ketiga dan Non Performing Finance Terhadap Profitabilitas Perbankan Syariah Variabel Independen: Dana pihak ketiga, Non Performing Finance (NPF) Pengaruh Rasio Kesehatan Bank Terhadap Kinerja Keuangan Bank Umum Syariah dan Bank Konvensional di Indonesia Variabel Independen: Capital Adequacy Ratio (CAR), Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO), Net Operating Margin (NOM), Non Performing Financing (NPF), Financing to 9. Muh. Sabir. M, Muhammad Ali, Abd. Hamid Habbe (2012) Variabel Dependen: Return on Asset (ROA) (DPK) dan Sertfikat Bank Indonesia Syariah (SBIS)sebagai variabel independen untuk membedakan skripsi ini dengan penelitian yang dilakukan oleh Hamisu. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah Ordinary Least Square (OLS). Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa bahwa sebagian besar bank syariah menghadapi kerugian dalam beberapa tahun terakhir. Dari hasil penelitian ini, diharapkan peneliti dan praktisi lain bisa saling bekerja sama untuk meningkatkan literatur keuangan dan ekonomi sehubungan dengan profitabilitas bank syariah. Dalam penelitian ini teknik analisis yang digunakan adalah metode regresi linear berganda. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa dana pihak ketiga berpengaruh psoitif terhadap profitabilitas, sedangkan non performing finance tidak berpengaruh terhadap profitabilitas. Penulis menambahkan variabel Financing to Deposit Ratio (FDR) dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) sebagai variabel independen untuk membedakan skripsi ini dengan penelitian yang dilakukan oleh Dea. Alat analisis yang digunakan adalah analisis regresi berganda dan uji beda dua rata-rata dengan bantuan program SPSS 16 for windows yang menunjukkan hasil bahwa terdapat perbedaan Kinerja Keuangan antara Bank Umum Syariah dengan Bank Konvensional di Indonesia. Penulis menambahkan variabel Dana Pihak Ketiga (DPK) dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) sebagai variabel independen untuk membedakan skripsi ini dengan penelitian 60 Deposit Ratio (FDR), Net Interest Margin (NIM), Non Performing Loan (NPL), dan Loan to Deposit Ratio (LDR) 10. Aulia Fuad Rahman dan Ridha Rochmanika (2012) Pengaruh Pembiayaan Jual Beli, Pembiayaan Bagi Hasil, dan Rasio Non Performing Financing terhadap Profitabilitas Bank Umum Syariah di Indonesia Variabel Dependen: Return on Asset (ROA) Variabel Independen: Pembiayaan jual beli, Pembiayaan bagi hasil, dan Non Performing Financing (NPF) Variabel Dependen: Return on Asset (ROA) yang dilakukan Sabir. M dkk. oleh Muh. Alat analisis yang digunakan adalah dengan metode analisis Regresi Linier Berganda dengan bantuan program aplikasi SPSS (Statistical and Service Solution). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara parsial, pembiayaan jual beli dan rasio NPF berpengaruh signifikan positif terhadap profitabilitas yang diproksikan melalui ROA pada bank umum syariah di Indonesia. Sedangkan pembiayaan bagi hasil berpengaruh signifikan negatif terhadap profitabilitas (ROA) pada bank umum syariah di Indonesia karena pembiayaan bagi hasil yang disalurkan msih belum produktif serta masih kurang diminatinya pembiayaan bagi hasil pada perbankan syariah. Penulis menambahkan variabel Financing to Deposit Ratio (FDR), Dana Pihak Ketiga (DPK) dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) sebagai variabel independen untuk membedakan skripsi ini dengan penelitian yang dilakukan oleh Aulia dan Ridha. Sumber: Diolah dari berbagai referensi 61 I. KERANGKA BERPIKIR Kerangka pemikiran merupakan sintesa dari serangkaian teori yang tertuang dalam tinjauan pustaka, yang pada dasarnya merupakan gambaran istematis dari kinerja teori dalam memberikan solusi atau alternatif solusi dari serangkaian masalah yang ditetapkan (Hamid, 2012:25). Berikut penjelasan dari kerangka pemikiran dalam penelitian yang dilakukan: Semakin ketatnya persaingan antar bank syariah maupun dengan bank konvensional, membuat bank syariah dituntut untuk memiliki kinerja yang baik agar dapat bersaing dalam memperebutkan pasar perbankan nasional di Indonesia. Salah satu ukuran kinerja perbankan syariah dan perbankan konvensional adalah profitabilitas yang diwakili oleh Return on Asset (ROA) dimana kemampuan bank dalam memperoleh laba dan diinvestasikan kembali dalam bentuk asset. Peningkatan Return on Asset (ROA) merupakan indikasi utama untuk melihat kinerja keuangan perbankan dimana perkembangan bank syariah di Indonesia dari sejak didirikan menunjukkan fluktuasi pada Return on Asset (ROA) bank syariah di dalam kehidupan perekonomian Indonesia. Selain itu, peneliti juga dikuatkan dengan penelitian terdahulu untuk meneliti lebih lanjut dengan judul Analisis Pengaruh Financing to Deposit Ratio (FDR), Dana Pihak Ketiga (DPK), Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS), dan Non Performing Financing (NPF) terhadap Return on Asset (ROA), periode Januari 2009 – Desember 2012. Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh perubahan variabel independen bebas yaitu Financing to Deposit Ratio (FDR), Dana Pihak Ketiga 62 (DPK), Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS), dan Non Performing Financing (NPF) terhadap variabel dependen yaitu Return on Asset (ROA) yang dalam realisasinya tidak pernah lepas dari kondisi internal maupun eksternal. Data dari masing-masing variabel didapatkan oleh peneliti dari situs resmi Bank Indonesia yaitu Statistik Perbankan Syariah yang mempublikasikan Laporan Publikasi Bank Indonesia. Setelah memperoleh data dari setiap variabel, peneliti mulai melakukan analisis regresi berganda menggunakan software Eviews 5 dengan metode Ordinary Least Square (OLS), dengan melakukan Uji Asumsi Klasik yang terdiri dari Uji Normalitas, Uji Multikolinieritas, Uji Heteroskedastisitas, dan Uji Autokorelasi. Ordinary Least Square merupakan metode estimasi yang sering digunakan untuk mengestimasi fungsi regresi populasi dari fungsi regresi sampel (Ajija, 2011:23). Dalam penelitian ini data yang digunakan adalah data log natural (ln) dimana variabel Dana pihak Ketiga dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah di log sedangkan variabel ROA, FDR, dan NPF tidak di log karena untuk penyertaan data dari variabel tersebut satuan datanya berbeda. Menurut Gujarati (1999) alasan menggunakan regresi dalam transformasi logaritma natural adalah: 1. Parameter (β) dapat langsung menunjukkan koefisien elastisitas, yaitu persentase perubahan dalam variabel dependen untuk persentase perubahan tertentu dalam variabel independen. 63 2. Gejala heterokedastisitas dapat dikurangi karena transformasi logaritma akan dapat memperkecil skala variabel-variabel yang diukur. Hubungan variabel ROA dengan variabel FDR, SBIS, dan NPF diformulasikan sebagai berikut: Y = f(X1, X2, X3, X4 e) Sedangkan model ekonometrika ditulis: Y = β0 + β1X1 + β2X2 +β3X3 +β4X4 + e ………………………… (3.1) ROA = β0 +β1FDR + β2DPK +β3SBIS +β4NPF + e …………… (3.2) Selanjutnya dengan menggunakan model logaritma natural, formulasinya dapat dibentuk lebih nyata sebagai berikut: ROA = β0 +β1FDR + β2LnDPK +β3LnSBIS +β4NPF + e…….. (3.3) Dimana: ROA =Return on Asset (ROA) β0= Konstanta β1,β2, β3, β4= Koefisien regresi dari masing-masing variabel yang mempengaruhi ROA FDR = Financing to Deposit Ratio (FDR) LnDPK = Dana Pihak Ketiga (DPK) LnSBIS = Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) NPF =Non Performing Financing (NPF) e = error terms (Variabel diluar model tetapi tidak ikut berpengaruhterhadap variabel terikat atau bisa disebut faktor penggangu/residual) 64 Selanjutnya peneliti melakukan Uji t, Uji F, dan Uji Koefisien Determinasi agar penelitian dapat diuji dengan baik dan benar sesuai metodologi penelitian untuk kemuadian mengambil hasil dan interprestasi data yang akan menghasilkan kesimpulan dari penelitian ini. Dari pembahasan yang telah diuraikan diatas, berikut ini adalah kerangka pemikiran dari penelitian yang akan dilakukan. Untuk mewujudkan kerangka pemikiran dalam penelitian ini jika divisualisasikan dalam bentuk skema atau model sederhana adalah sebagai berikut: 65 Gambar 2.2 Kerangka Berpikir Data dari masing-masing variabel didapatkan oleh peneliti dari situs resmi Bank Indonesia yaitu Statistik Perbankan Syariah yang mempublikasikan Laporan Publikasi Bank Indonesia, periode Januari 2009 – Desember 2012 Financing to Deposit Ratio (FDR) Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) Dana Pihak Ketiga (DPK) Non Performing Financing (NPF) Variabel Dependen: ROA (Return on Asset) Analisis Regresi Linier Berganda Uji Asumsi Klasik: 1. 2. 3. 4. Normalitas Multikolinieritas Heteroskedastisitas Autokorelasi Pengujian Hipotesis Statistik: 1. Uji Statistik t 2. Uji Statistik F Koefisien Determinasi Hasil dan Interpretasi Kesimpulan dan Implikasi 66 J. HIPOTESIS Hipotesis adalah suatu konklusi yang sifatnya masih sementara atau pernyataan berdasarkan pada pengetahuan tertentu yang masih lemah dan harus dibuktikan kebenarannya. Dengan demikian hipotesa merupakan dugaan sementara yang nantinya akan diuji dan dibuktikan kebenarannya melalui analisa data (Suharsimi Arikunto, 2002:68). Bambang Agus Pramuka (2010:69) menjelaskan semakin tinggi FDR mengindikasikan bahwa sebuah bank lebih menekankan keuangannya pada penyaluran hutang/pembiayaan yang lebih banyak. Semakin kecil FDR semakin baik likuiditas bank tersebut. Hasil penelitian Bambang Agus Pramuka ini menunjukkan bahwa FDR berpengaruh signifikan dan sejalan searah/positif terhadap profitabilitas (ROA) bank umum syariah. Dana yang tertanam dalam bentuk kredit/pembiayaan yang diberikan merupakan bagian terbesar dari aktiva operasional. Kredit/pembiayaan inilah yang dimaksudkan dengan total asset yang digunakan untuk menghitung ROA sebuah bank. Oleh sebab itu, setiap perubahan yang terjadi pada jumlah dana pihak ketiga serta jumlah kredit/pembiayaan yang disalurkan akan berdampak pula pada perubahan besar kecilnya persentase ROA suatu bank. (Kurniawan, 2012:4) Menurut Diana Puspitasari (2009), kenaikan Suku Bunga SBI akan meningkatkan suku bunga kredit pinjaman dan meningkatkan juga biaya bunga kreditnya, tetapi selisih peningkatan bunga kreditnya dengan pendapatan bunga kreditnya kecil, dan fluktuasi per tahunnya juga kecil atau 67 rendah. Hal inilah yang menyebabkan mengapa pada penelitian Puspitasari ini, Suku Bunga SBI tidak berpengaruh terhadap ROA. Bila hasil tersebut dikaitkan dengan SBIS pada perbankan syariah yang menjadi variabel penelitian ini maka kemungkinan yang bisa dijelaskan yaitu peningkatan pada SBIS akan meningkatkan pembiayaan dan meningkatkan pula tingkat bagi hasil, tetapi selisih peningkatan pembiayaan dengan tingkat bagi hasil, serta fluktuasinya yang per tahunnya juga tidak terlalu besar membuat SBIS tidak terlalu memiliki pengaruh yang besar terhadap peningkatan ROA. Siamat (2005, dalam Aulia dan Ridha, 2011:2) juga menjelaskan pembiayaan bermasalah adalah pinjaman yang mengalami kesulitan pelunasan akibat adanya faktor kesengajaan dan atau karena faktor eksternal diluar kemampuan/kendali nasabah peminjam. Jadi, besar kecilnya NPF ini menunjukkan kinerja suatu bank dalam pengelolaan dana yang disalurkan. Apabila porsi pembiayaan bermasalah membesar, maka hal tersebut pada akhirnya menurunkan besaran pendapatan yang diperoleh bank (Ali, 2004 dalam Aulia dan Ridha, 2011:4). Sehingga pada akhirnya akan dapat mempengaruhi tingkat profitabilitas bank syariah. Berdasarkan teori-teori tersebut maka hipotesis yang dapat diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. H0: Diduga FDR tidak berpengaruh secara parsial dan signifikan terhadap ROA periode Januari 2009 – Desember 2012. H1: Diduga FDR berpengaruh secara parsial signifikan terhadap ROA periode Januari 2009 – Desember 2012. 68 2. H0: Diduga Dana Pihak Ketiga tidak berpengaruh secara parsial dan signifikan terhadap ROA periode Januari 2009 – Desember 2012. H1: Diduga Dana Pihak Ketiga berpengaruh secara parsial dan signifikan terhadap ROA periode Januari 2009 – Desember 2012. 3. H0: Diduga SBIS tidak berpengaruh secara parsial dan signifikan terhadap ROA periode Januari 2009 – Desember 2012. H1: Diduga SBIS berpengaruh secara parsial dan signifikan terhadap ROA periode Januari 2009 – Desember 2012. 4. H0: Diduga NPF tidak berpengaruh secara parsial dan signifikan terhadap ROA periode Januari 2009 – Desember 2012. H1: Diduga NPF berpengaruh secara parsial dan signifikan terhadap ROA, periode Januari 2009 – Desember 2012. 5. H0: Diduga FDR, DPK, SBIS, dan NPF tidak berpengaruh secara simultan (bersama-sama) terhadapROA periode Januari 2009 – Desember 2012. H1: Diduga FDR, DPK, SBIS, dan NPF berpengaruh secara simultan (bersama-sama) terhadap ROA, periode Januari 2009 – Desember 2012. 69 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian Dalam penelitian ini penulis memfokuskan variabel dependen yaitu Return on Asset (ROA). Dan variabel independennya difokuskan pada Financing to Deposit Ratio (FDR), Dana Pihak Ketiga (DPK), Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS), dan Non Performing Financing (NPF). Penelitian ini merupakan penelitian analisis pengaruh, karena tujuan penelitian ini adalah meneliti hubungan pengaruh anatara dua variabel, yaitu variabel independen (FDR, DPK, SBIS, dan NPF) dengan variabel dependen (ROA). Tempat penelitian pada perbankan syariah di Indonesia dengan menggunakan data operasionalnya yaitu runtun waktu (time series). Semua data dalam bulanan yaitu periode Januari 2009 sampai dengan Desember 2012 yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia serta dari sumber-sumber lainnya yang terkait. B. Metode Pengumpulan Data Metode yang digunakan dalam pengumpulan data untuk melakukan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Field Research Data yang digunakan adalah data sekunder.Definisi data sekunder yaitu “Data yang telah dikumpulkan oleh lembaga pengumpul data dan dipublikasikan kepada masyarakat pengguna data” (Kuncoro, 2009:148). Data ini seperti referensi dari Bank Indonesia (BI). 70 70 2. Library Research Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh dari membaca literature, buku, artikel, jurnal dan sejenisnya yang berhubungan dengan aspek yang diteliti sebagai upaya untuk memperoleh data yang valid. 3. Internet Research Terkadang buku referensi atau literatur yang kita miliki atau pinjam di perpustakaan tertinggal selama beberapa waktu atau kadaluarsa, karena ilmu selalu berkembang. Oleh karena itu, untuk mengantisipasi hal tersebut penulis melakukan penelitian dengan teknologi yang juga berkembang yaitu internet sehingga data yang diperoleh merupakan data yang sesuai dengan perkembangan zaman. C. Metode Analisis Data Penelitian ini menggunakan metode data kuantitatif, yaitu dimana data yang digunakan dalam penelitian berbentuk angka. Untuk menguji hipotesis dari variabel-variabel indenpend yang mempengaruhi variabel dependen, penelitian ini menggunakan teknik analisis regresi linier berganda (Multiple Regression Analysis Model) dengan persamaan kuadrat terkecil (Ordinary Least Square) yang digunakan untuk mencapai penyimpangan atau error yang minimum dengan lebih dari variabel bebas. Penelitian ini juga akan diperkuat perhitungannya dengan menggunakan bantuan dari program Excel 2007 dan program komputer yaitu program Eviews 5. 71 Ordinary Least Square merupakan metode estimasi yang sering digunakan untuk mengestimasi fungsi regresi populasi dari fungsi regresi sampel (Ajija, 2011:23). Dalam penelitian ini data yang digunakan adalah data log natural (ln) dimana variabel Dana pihak Ketiga dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah di log sedangkan variabel ROA, FDR, dan NPF tidak di log karena untuk penyertaan data dari variabel tersebut satuan datanya berbeda. Menurut Gujarati (1999) alasan menggunakan regresi dalam transformasi logaritma natural adalah: 3. Parameter (β) dapat langsung menunjukkan koefisien elastisitas, yaitu persentase perubahan dalam variabel dependen untuk persentase perubahan tertentu dalam variabel independen. 4. Gejala heterokedastisitas dapat dikurangi karena transformasi logaritma akan dapat memperkecil skala variabel-variabel yang diukur. Hubungan variabel ROA dengan variabel FDR, SBIS, dan NPF diformulasikan sebagai berikut: Y = f(X1, X2, X3, X4 e) Sedangkan model ekonometrika ditulis: Y = β0 + β1X1 + β2X2 +β3X3 +β4X4 + e ………………………… (3.1) ROA = β0 +β1FDR + β2DPK +β3SBIS +β4NPF + e …………… (3.2) Selanjutnya dengan menggunakan model logaritma natural, formulasinya dapat dibentuk lebih nyata sebagai berikut: ROA = β0 +β1FDR + β2LnDPK +β3LnSBIS +β4NPF + e…….. (3.3) 72 Dimana: ROA =Return on Asset (ROA) β0= Konstanta β1,β2, β3, β4= Koefisien regresi dari masing-masing variabel yang mempengaruhi ROA FDR = Financing to Deposit Ratio (FDR) LnDPK = Dana Pihak Ketiga (DPK) LnSBIS = Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) NPF = Non Performing Financing (NPF) e = error terms (Variabel diluar model tetapi tidak ikut berpengaruhterhadap variabel terikat atau bisa disebut faktor penggangu/residual) Nilai koefisien regresi sangat berarti sebagai dasar analisis. Koefisien α akan bernilai positif (+) jika menunjukkan hubungan yang searah antara variabel independen dengan variabel dependen. Artinya kenaikan variabel independen akan mengakibatkan kenaikan variabel dependen, begitu pula sebaliknya jika variabel independen mengalami penurunan. Sedangkan nilai α akan negatif jika menunjukkan hubungan yang berlawanan. Artinya kenaikan variabel independen akan mengakibatkan penurunan variabel dependen, demikian pula sebaliknya. Model persamaan yang diperoleh dari pengolahan data diupayakan tidak terjadi gejala multikolinieritas, heterokedastisitas, dan autokorelasi. Untuk mengetahui ada tidaknya gejala-gejala tersebut akan dilakukan uji terlebih dahulu dengan uji asumsi klasik. 73 1. Uji Asumsi Klasik Model regresi yang baik adalah model regresi yang menghasilkan estimasi linier tidak bias (Best Linier Unbias Estimator/BLUE). Kondisi ini akan terjadi jika dipenuhi beberapa asumsi, yang disebut dengan asumsi klasik. Asumsi-asumsi dasar tersebut mencakup normalitas, multikolinearitas, heteroskedastistas, dan autokorelasi. a. Uji Normalitas Uji normalitas bertujuan umtuk menguji apakah dalam model regresi, variabel penggangu atau residual memiliki distribusi normal atau tidak.Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi normal atau mendekati normal. Uji normalitas residual metode Ordinary Least Square formal dapat dideteksi dari metode yang dikembangkan oleh Jarque-Bera (JB).Deteksi dengan melihat Jarque Bera yang merupakan asimtosis (sampel besar dan didasarkan atas residual Ordinary Least Square). (Gujarati, 2006:165) Langkah pengujian sebagai berikut: Hipotesis : H0 : Model berdistribusi normal H1 : Model tidak berdistribusi normal Pengambilan keputusan dilakukan dengan kriteria: o Bila probabilitas Obs*R2> 0.05 maka hasil Signifikan, H0 diterima o Bila probabilitas Obs*R2 < 0.05 maka hasil Tidak Signifikan, H0 ditolak 74 Artinya adalah apabila probabilitas Obs*R2 lebih besar dari 0.05 maka model tersebut dikatakan normal.Apabila probabiitas Obs*R2 lebih kecil dari 0.05 maka model tersebut dikatakan tidak normal. (Winarmo, 2009:5.37) b. Uji Multikolinieritas Multikolinieritas berarti adanya hubungan linear yang sempurna atau pasti, di antara beberapa atau semua variabel yang menjelaskan dari model regresi.Ada atau tidaknya multikolinieritas dapat diketahui atau dilihat dari koefisien korelasi masing-masing variabel bebas (Ajija, 2011:35). Dengan kata lain, uji multikolineritas dilakukan untuk menguji apakah pada model regresi ditemukannya korelasi antar variabel-variabel independen yaitu varibel FDR, DPK, SBIS, dan NPF. Jika terjadi korelasi, maka dinamakan terdapat masalah multikolinieritas.Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi antar variabel independennya (Widarjono, 2005:133). Cara yang digunkana untuk mendekteksi ada tidaknya masalah multikolinieritas di dalam model dengan melakukan korelasi antar variabel-variabel independen.Ajija (2011:35) mengatakan jika koefisien korelasi di antar masing-masing variabel bebas lebih besar dari 0.8 maka terjadi multikolinieritas. Jadi, multikolinieritas dapat dideteksi dengan ketentuan sebagai berikut: Nilai korelasi < 0.8 artinya tidak terdapat multikolinieritas. 75 Nilai korelasi > 0.8 artinya terdapat multikolinieritas. Ada beberapa cara untuk mengatasi masalah adanya multikolinieritas, antara lain: melihat informasi sejenis yang ada, mengeluarkan variabel, mencari tambahan data. (Nachrowi, 2006:104) c. Uji Heteroskedastisitas Heteroskedastisitas merupakan keadaan di mana semua gangguan yang muncul dalam fungsi regresi populasi tidak memiliki varians yang sama. (Ajija, 2011:36) Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi kesamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut Homoskedastisitas dan jika variance tidak heteroskedastisitas. konstan Model atau berubah-ubah regresi yang baik disebut adalah dengan yang homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas. (Nachrowi, 2008:109) Uji heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melihat pola residual dari hasil estimasi regresi. Jika residual bergerak konstan, maka tidak ada heteroskedatisitas. Akan tetapi, jika residual membentuk suatu pola tertentu, maka hal tersebut mengindikasikan adanya heteroskedastisitas. (Ajija, 2011:36) 76 Untuk melacak keberadaan heteroskedastisitas dalam penelitian ini juga digunakan Uji White. Dengan langkah-langkah pengujian sebagai berikut: Hipotesis: H0: Model tidak terdapat heteroskedastisitas H1: Model terdapat heteroskedastisitas Pengambilan keputusan dilakukan dengan kriteria: o Bila probabilitas Obs*R2> 0.05 maka hasil Signifikan, H0 diterima o Bila probabilitas Obs*R2 < 0.05 maka hasil Tidak Signifikan, H0 ditolak Apabila probabilitas Obs*R2 lebih besar dari 0.05 maka model tersebut tidak terjadi heteroskedastisitas. Sebaliknya jika probabilitas Obs*R2 lebih kecil dari 0.05 maka model tersebut dipastikan terdapt heteroskedatisitas. Jika model tersebut terkena heteroskedastisitas maka harus ditanggulangi melalui transformasi logaritma natural dengan car membagi persamaan regresi dengan variabel independen yang mengandung heteroskedastisitas. d. Uji Autokorelasi Menurut Ajija (2011:40), yang dimaksud autokorelasi (atau otokorelasi) menunjukkan korelasi di antara anggota serangkaian observasi yang diurutkan menurut waktu atau ruang. Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 atau periode sebelumnya.Apabila ada 77 korelasi maka dapat dikatakan bahwa terdapat masalah autokorelasi. Masalah ini muncul karena residual (kesalahan pengganggu) tidak bebas dari satu observasi ke observasi lainnya. Beberapa akibat adanya autokorelasi adalah persamaan regresi tidak efisien karena memiliki variance yang rendah sehingga t-test dan F-test menjadi bias. Apabila data yang kita analisis mengandung autokorelasi, maka estimator yang kita dapatkan memiliki karakteristik estimator metode kuadrat terkecil masih linier, tidak bias dan tidak mempunyai varian minimum. Autokorelasi juga hanya bersifat LUE , tidak lagi BLUE. (Winarmo, 2009:5.27) Untuk melihat ada tidaknya penyakit autokorelasi dapat juga digunakan uji Langrange Multiplier (LM Test) atau yang disebut Uji Breusch-Godfrey dengan membandingkan nilai probabilitas R-Squared dengan α = 0.05. Langkah-langkah pengujian sebagai berikut (Gujarati, 2006:112): Hipotesis: H0: Model tidak terdapat autokorelasi H1: Model terdapat autokorelasi Pengambilan keputusan dilakukan dengan kriteria: o Bila probabilitas Obs*R2> 0.05 maka hasil Signifikan, H0 diterima o Bila probabilitas Obs*R2 < 0.05 maka hasil Tidak Signifikan, H0 ditolak 78 Apabila probabilitas Obs*R2 lebih besar dari 0.05 maka model tersebut tidak terdapat autokorelasi.Apabila probabilitas Obs*R2 lebih kecil dari 0.05 maka model tersebut terdapat autokorelasi. 2. Pengujian Hipotesis Statistik Hipotesis adalah pernyataan atau dugaan yang bersifat sementara terhadap suatu maslah penelitian yang kebenarannya masih lemah sehingga harus di uji secara empiris. Pengujian hipotesis, merupakan prosedur yang akan menghasilkan suatu keputusanm yaitu menolak atau menerima hipotesis tersebut. Uji hipotesis statistik dilakukan dengan cara: a. Uji Parsial (Uji-t) Uji t digunakan untuk menguji apakah setiap variabel bebas (Independen) secara masing-masing parsial atau individu memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikat (dependen) pada tingkat signifikansi 0.05 (5%) dengan menganggap variabel bebas bernilai konstan. Langkah-langkah yang harus dilakukan dengan uji-t yaitu dengan pengujian, yaitu (Nachrowi, 2006:17): Hipotesis: H0 : βi = 0, artinya masing-masing variabel bebas tidak ada pengaruh yang signifikan dari variabel terikat. H1 : βi ≠ 0, artinya masing-masing variabel bebas ada pengaruh yang signifikan dari variabel terikat. Pengambilan keputusan dilakukan dengan kriteria: 79 Bila probabilitas > α 5% maka variabel bebas tidak signifikan atau tidak mempunyai pengaruh terhadap variabel terikat (H0 diterima, H1ditolak). Bila probabilitas < α 5% maka variabel bebas signifikan atau mempunyai pengaruh terhadap variabel terikat (H0 ditolak, H1 diterima). b. Uji Signifikansi Stimultan (Uji Statistik F) Uji Statistik F digunakan untuk mengetahui untuk mengetahui apakah seluruh variabel bebas (independen) secara bersam-sama berpengaruh terhadap variabel terikat (dependen) pada tingkat signifikansi 0.05 (5%). Pengujian semua koefisien regresi secara bersama-sama dilakukan dengan uji-F dengan pengujian, yaitu (Nachrowi, 2006:16): Hipotesis: H0 : βi = 0, artinya secara bersama-sama tidak ada pengaruh yang signifikan antara variabel bebas terhadap variabel terikat. H1 : βi ≠ 0, artinya secara bersama-sama ada pengaruh yang signifikan antara variabel bebas terhadap variabel terikat. Pengambilan keputusan dilakukan dengan kriteria: Bila probabilitas > α 5% maka variabel bebas tidak signifikan atau tidak mempunyai pengaruh terhadap variabel terikat (H0 diterima, H1 ditolak). 80 Bila probabilitas < α 5% maka variabel bebas signifikan atau mempunyai pengaruh terhadap variabel terikat (H0 ditolak, H1 diterima). 3. Uji Koefisien Determinasi (Adjusted R2) Koefisien determinasi ini menunjukkan kemampuan garis regresi menerangkan variasi variabel terikat [proporsi (persen) variasi variabel terikat yang dapat dijelaskan oleh variabel bebas]. Nilai R2 atau (R2 Adjusted) berkisar antara 0 sampai 1.Semakin mendekati 1, semakin baik. (Ajija, 2011:34). Adapun yang digunakan dalam penelitian ini adalah nilai Adjusted 2 R pada saat mengevaluasi model regresi terbaik. Tidak seperti R2, nilai Adjusted R2 dapat naik atau turun apabila satu variabel independen ditambahkan ke dalam model. D. Operasional Variabel Penelitian Variabel adalah objek penelitian atau apa yang menjadi titik penelitian suatu penelitian (Arikunto, 2002:96). Dalam penelitian ini ada 2 (dua) variabel yang diungkap, yaitu: 1. Variabel Dependen (Y) Variabel dependen adalah variabel yang dijelaskan atau terikat (Kuncoro, 2009:50). Dalam penelitian ini yang merupakan variabel dependen adalah Return on Asset (ROA) dalam Bank Syariah. ROA dipilih karena merupakan salah satu rasio profitabilitas yang digunakan untuk mengukur efektivitas perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan total asetyang dimilikinya. Data operasional yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari Bank Indonesia yaitu 81 Statistik Perbankan Syariah berdasarkan perhitungan bulanan, yaitu dari Januari 2009 – Desember 2012 yang dinyatakan dalam bentuk persen. 2. Variabel Independen (X) a. Financing to Deposit Ratio (FDR) Menurut Muhammad (2005:17), penyaluran pembiayaan adalah pendanaan yang dikeluarkan untuk mendukung investasi yang direncanakan. Variabel ini diwakili oleh FDR (Financing to Deposit Ratio). FDR merupakan perbandingan antara pembiayaan yang diberikan oleh Bank dengan dana pihak ketiga yang berhasil dihimpun perbankan syariah. Data operasional yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari Bank Indonesia yaitu Statistik Perbankan Syariah berdasarkan perhitungan bulanan, yaitu dari Januari 2009 – Desember 2012 yang dinyatakan dalam bentuk persen. b. Dana Pihak Ketiga (DPK) Dana pihak ketiga adalah dana yang dimiliki bank yang bersumber dari pihak luar atau masyarakat yang bertujuan untuk menimpan sebagian harta/uangnya di bank agar aman dan dapat ditarik bila dibutuhkan oleh masyarakat yang bertindak sebagai nasabah. Dana pihak ketiga ini merupakan sumber dana yang terpenting bagi kegiatan operasional suatu bank. Data operasional yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari Bank Indonesia yaitu Statistik Perbankan Syariah berdasarkan perhitungan bulanan, yaitu dari Januari 2009 – Desember 2012 dengan menggunakan satuan rupiah. 82 c. Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) Sertifikat Bank Indonesia Syairah (SBIS) adalah sertifikat berdasarkan prinsip syariah sebagai penitipan dana berjangka waktu pendek dalam mata uang rupiah yang diterbitkan oleh bank Indonesia. Data operasional yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari Bank Indonesia yaitu Statistik Perbankan Syariah berdasarkan perhitungan bulanan, yaitu dari Januari 2009 – Desember 2012 dengan menggunakan satuan rupiah. d. Non Performing Financing (NPF) Non Performing Financing (NPF) adalah rasio antara pembiayaan yang bermasalah dengan total pembiayaan yang disalurkan oleh bank syariah. Data operasional yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari Bank Indonesia yaitu Statistik Perbankan Syariah berdasarkan perhitungan bulanan, yaitu dari Januari 2009 – Desember 2012 yang dinyatakan dalam bentuk persen. 83 BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian 1. Sejarah Perkembangan Bank Syariah di dunia a. Praktik Perbankan di Masa Rasulullah Bank Syariah atau yang bisa jug disebut bank Islam adalah bank yang beroperasi dengan menggunakan tata cara Islam yaitu mengacu pada ketentuan Al-Qur’an dan Al-Hadits. Oleh karena itu, bank syariah tidak beroperasi berbasis bunga tetapi menggunakan sistem bagi hasil .hal ini disebbakan Islam melarang adanya riba dan dalam Islam bunga bank termasuk riba. Sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur’an Surat Al-Baqarah ayat 278-279: “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan tinggalkanlah sisa riba (yang belum dipungut) jika kamu orang-orang yang beriman. Maka, jika kamu tidak mengerjakan (meninggalkan sisa riba), maka ketahuilah bahwa Allah dan Rasul-Nya akan memerangimu. Dan jika kamu bertobat (dari pengambilan riba) maka bagimu pokok hartamu; kamu tidak menganiaya dan tidak (pula) dianiaya.” (Al-Qur’an, Surah 2:278-279) Perkembangan Bank Syariah sebenarnya telah dimulai sejak zaman Nabi Muhammad SAW dimana pada masa itu kegiatan operasional perbankan masih bersifat sederhana yaitu menerima titipan harta, meminjamkan uang untuk keperluan konsumsi dan untuk 84 84 keperluan bisnis, serta melakukan pengiriman uang.Pada masa Rasulullah tersebut satu orang melakukan satu fungsi saja. Kemudian pada masa Abbasiyah, ketiga fungsi perbankan tersebut dilakukan oleh satu individu. Dalam perkembangan selanjutnya, kegiatan perbankan yang dilakukan perorangan ini dilakukan oleh institusi yang pada masa ini dikenal sebagai institusi bank (Karim,2004). Kegiatan perbankan selain dilakukan oleh bansa Arab ternyata juga dilakukan di seluruh dunia, termasuk di Eropa. Pada mulanya dalam menjalankan praktik perbankan bangsa Eropa menggunakan sistem bunga. Seiring dengan semakin majunya peradaban mereka, bangsa Eropa mulai melakukan penjelajahan dan penjelajahan. Sebagai akibatnya, perekonomian mulai didominasi oleh bangsa Eropa. Adanya ketidakadilan dalam perekonomian ini membuat beberapa Negara muslim di dunia membuat alternatif lembaga keuangan yang bebas bunga. b. Perbankan Syariah Modern Di dunia Arab, pengalaman modern pertama dengan perbankan syariah adalah melalui Mit Gharm Local Saving Bank di Mesir. Beroperasinya Mit Gharm Local Saving Bank di Mesir pada tahun 1963 merupakan tonggak sejarah perkembangan sistem perbankan Islam. Pada tahun 1967 pengoperasian Mit Ghamr diambil alih oleh National Bank of Egpt dan Bank Sentral Mesir disebabkan adanya kekacauan politik. Di Yodarnia, berdiri Bank Islam Yordania dan 85 kemudian disusul berdirinya Bank Sosial Nasser di Mesir. Pada tahun 1975 berdiri juga IDB (Islamic Bank Development) dan Bank Islam Dubai di Arab Suadi berdiri atas prakarsa dari sidang menteri luar negeri dalam sidang tersebut diusulkan pengahapusan sistem keuangan berdasarkan bunga dan menggantinya dengan sistem bagi hasil. Pada periode perkembangan di tahun 1976 sampai awal 1980an, ditandai dengan menyebarnya perbankan dalam dari wilayah Teluk Arab ke Asia (Timur), dan selanjutnya ke Eropa (Barat). Kemudian sekitar tahun 1983 hingga kini, perbankan telah mengalami kemajuan. Pada tahun 1983 di Malysia berdiri Bank Islam Malysia Berhad lalu disusul dengan berdirinya Lembaga keuangan perseroan perbaikan investasi (al rajhi) di Arab Saudi dan Al-barakah Turkish Finance House di Turki pada tahun 1985. Berkembangnya bank-bank Syariah di Negara-negara Islam berpengaruh ke Indonesia awal periode 1980-an telah banyak diskusi mengenai bank Syariah sebagai pilar ekonomi Islam. Akan tetapi prakarsa untuk mendirikan bank Islam baru dimulai pada tahun 1990. 2. Perkembangan Bank Syariah di Indonesia Upaya intensif pendirian bank Islam atau bank Syariah di Indonesia dapat ditelusuri sejak 1998, yaitu pada saat pemerintah mengeluarkan Paket Kebijakan Oktober (Pakto) yang mengatur deregulasi industri perbankan di Indonesia. Para ulama waktu itu telah berusaha untuk mendirikan bank bebas bunga, tapi tidak ada satu pun perangkat 86 hukum yang dapat dirujuk kecuali adanya penafsiran dari peraturan perundang-undangan yang ada bahwa perbankan dapat saja menetapkan bunga sebesar 0% (nol persen). (Arifin, 2009:7) Setelah adanya rekomendasi dari Lokakarya Ulama tentang Bunga Bank dan Perbankan di Cisarua (Bogor) pada 19-22 Agustus 1990, yang kemudian diikuti dengan diundangkannya UU No. 7/1992 tentang Perbankan di mana perbankan bagi-hasil mulai diakomodasi, maka berdirilah Bank Muamalat Indonesia (BMI), yang merupakan bank umum Islam pertama yang beroperasi di Indonesia. Pembentukan BMI ini diikuti oleh pendirian bank-bank perkreditan rakyat syariah (BPRS). Namun karena lembaga ini masih dirasakan kurang mencukupi dan belum sanggup menjangkau masyarakat Islam lapisan bawah, maka dibangunlh lembagalembaga simpan pinjam yang disebut Bait al Maal wat Tamwil (BMT) atau Bait al Qiradh menurut masyarakat Aceh. Pada tahun 1998, keluar UU No.10 Tahun 1998 tentang perubahan UU No. 7 Tahun 1992 yang mengakui kebradaan banksyariah dan konvensional seta memperkenankan bank konvensional serta memperkenankan bank konvensional membuka kantor cabang syariah (Soemitra, 2009:62). Beberapa lembaga hukum baru secara sukarela maupun wajib dan Komite Perbankan Sayariah. Terdapat berapa PBI (Peraturan Bank Indonesia) yang secara khusus merupakan peraturan pelaksana dari Undang-Undang 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah dan telah diundangkan hingga saat ini antara lain: 87 1. PBI No.10/16PBI 2008 tentang Perubahan Atas PBI No.9/19/PBI/2007 tentang Pelaksanaan Prinsip Syariah dalam Kegiatan Penghimpunan Dana dan Penyaluran Dana Serta Pelayanan Jasa Bank Syariah. 2. PBI No. 10/17/PBI/2008 tentang Produk Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah. 3. PBI No. 10/18/PBI/2008 tentang Restrukturisasi Pembiayaan Bagi Bank Syariah. 4. PBI No. 10/23/PBI/2008 tentang Perubahan Kedua Atas PBI No. 6/21/PBI/2004 tantang Giro Wajib Minimum dalam Rupiah dan Valuta Asing bagi Bank Umum yang Melaksanakan Kegiatan Usaha Berdasarkan Prinsip Syariah. 5. PBI No.10/24/PBI/2008 tentang Perubahan Kedua Atas PBI No. 8/21/PBI/2006 tentang Penilaian Kualitas Aktiva Bank Umum yang Melaksanakan Kegiatan Usaha Berdasarkan Prinsip Syariah. 6. PBI No. 10/32/PBI/2008 tentang Komite Perbankan Syariah. 7. PBI No. 11/3/PBI/2009 tentang Bank Umum Syariah Dengan diundangkannya UU No. 10/1998 tentang Perubahan UU No. 7/1992 tentang Perbankan, maka secara tegas Sistem Perbankan Syariah ditempatkan sebagai bagian dari Sistem Perbankan Nasional. UU tersebut telah diikuti dengan ketentuan pelaksanaan dalam beberapa Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia tanggal 12 Mei 1999, yaitu tentang Bank Umum, Bank Umum Berdasarkan Prinsip Syariah, Bank Perkreditan Rakyat (BPR), dan BPR Berdasarkan Prinsip Syariah. Hal yang sangat 88 penting dari penuturan baru itu adalah bahwa bank-bank umum dan bankbank perkreditan rakyat konvensional dapat menjalankan transaksi perbankan syariah melalui pembukaan kantor-kantor cabang syariah, atau mengkonversikan kantor cabang konvensional menjadi kantor cabang syariah. Perangkat hukum itu diharapkan telah memberi dasar hukum yang lebih kokoh dan peluang yang lebih besar dalam pengembangan perbankan syariah di Indonesia. (Arifin, 2009:10) 3. Perkembangan Return on Asset (ROA) ROA digunakan untuk mengukur efektivitas bank/perusahaan di dalam menghasilkan keuntungan degan memanfaatkan aktiva yang dimilikinya. ROA adalah rasio yang mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dengan menggunakan total aset (kekayaan) yang dimiliki perusahaan setelah disesuaikan dengan biaya-biaya yang menandai asset tersebut. Return on Asset (ROA) merupakan salah satu indikator yang mengukur sehat atau tidaknya suatu bank dalam memanfaatkan asset yang dimiliki untuk menghasilkan laba. Asset yang berkualitas tentu akakn mendukung kinerja perbankan syariah dalam menghasilkan profit guna keberlangsungan kinerja perbankan pada periode-periode salanjutnya.Di bawah ini adalah gambaran perkembangan ROA dari periode tahun 2009 sampai dengan tahun 2012. 89 ROA 3.00% 2.50% 2.00% 1.50% 1.00% 0.50% 0.00% ROA 2009-Mar 2009-Jun 2009-Sep 2009-Des 2010-Mar 2010-Jun 2010-Sep 2010-Des 2011-Mar 2011-Jun 2011-Sep 2011Des 2012-Mar 2012-Jun 2012-Sep 2012-Des PERSENTASE Gambar 4.1 Perkembangan Return on Asset (ROA) Periode Januari 2009Desember 2012 Sumber: Bank Indonesia (data diolah tahun 2013) Dapat dilihat pada Gambar 4.1, tingkat profitabilitas perbankan syariah pada tahun 2010 yang dalam penelitian ini dinilai dari Return on Asset (ROA) menunjukkan kinerja yang membaik. Terlihat bahwa ROA industri perbankan syariah meningkat dari 1,48% pada tahun 2009 menjadi 1,67% pada tahun 2010. Kemudian pada tahun 2011, ROA perbankan syariah juga meningkat menjadi sebesar 0,12% dikarenakan laba yang didapatkan BUS dan UUS yang merupakan bagian perbankan syariah mengalami peningkatan sejalan dengan pengembalian aset yang juga meningkat. Dengan adanya pencapaian (kenaikan) produktivitas aset, penyesuaian distribusi return kepada nasabah dan peningkatan efisiensi operasi membuat profitabilitas perbankan syariah ikut meningkat pada tahun 2012 sebesar 0,35% dari 1,79% pada tahun 2011 menjadi 2,14% 90 pada tahun 2012. Dibandingkan dengan perbankan secara nasional yang memiliki ROA 3,1%, tingkat profitabilitas bank-bank syariah sebenarnya masih cukup bersaing jika kita tidak memperhitungkan kemampuan menghasilkan pendapatan selain dari kegiatan penyaluran dana dimana Bank Umum Konvensional memiliki kapasitas yang melebihi bank-bank syariah. 4. Perkembangan Financing to Deposit Ratio (FDR) Financing to Deposit Ratio(FDR) merupakan perbandingan antara pembiayaan yang diberikan oleh bank dengan dana pihak ketiga yang berhasil dihimpun perbankan syariah. Tinggi rendahnya rasio ini menunjukkan tingkat likuiditas bank tersebut, semakin tinggi angka FDR suatu bank, digambarkan sebagai bank yang kurang likuid dibandingkan dengan bank yang memiliki angka rasio yang lebih kecil.Di bawah ini adalah gambar perkembangan FDR dari periode tahun Januari 2009 – Desember 2012. 110.00% 100.00% 90.00% 80.00% 70.00% FDR FDR 2009-Mar 2009-Jun 2009-Sep 2009-Des 2010-Mar 2010-Jun 2010-Sep 2010-Des 2011-Mar 2011-Jun 2011-Sep 2011Des 2012-Mar 2012-Jun 2012-Sep 2012-Des PERSENTASE Gambar 4.2 Perkembangan Financing to Deposit Ratio (FDR) Periode Januari 2009- Desember 2012 Sumber: Bank Indonesia (data diolah tahun 2013) 91 Berdasarkan gambar grafik di atas dapat kita lihat pada desember 2009, nilai FDR menurun menjadi 89,70%. Menurunnya FDR perbankan syariah bukan berarti perbankan syariah tak lagi ekspansif dalam melakukan pembiayaan, penurunan ini terjadi juga karena perbankan syariah sedang berlomba-lomba dalam menghimpun dana dan mnyalurkan pembiayaan ke sektor riil. Krisis moneter yang terjadi pada 2009 memberi pengaruh positif terhadap pertumbuhan bank syariah karena memperlihatkan industri ini sebagai tempat investasi yang aman dan cukup bertahan dari krisis ekonomi global. Industri syariah yang berbasis pada underlying business membuat industry ini tak terkena dampak yang terlalu besar sebagaimana perbankan konvensional. Pertumbuhan jumlah pembiayaan yang tidak secepat pertumbuhan DPK menyebabkan FDR bank syariah mengalami penurunan yaitu dari 89.67% pada triwulan IV tahun 2010 menjadi 88,94% pada triwulan IV tahun 2011. Laju pertumbuhan FDR yang dihimpun perbankan syariah pada tahun 2011 sebesar Rp 115,415 Miliar, meningkat sebesar Rp 39,379 Miliar dari tahun 2010. Berdasarkan data pada statistik perbankan Indonesia, pada triwulan III 2012, FDR bank umum syariah dan unit usaha syariah mencapai 102,10%. Hal ini dikarekan tingkat pembiayaan yang dikeluarkan lebih besar dari dana pihak ketiga yang telah terkumpul.Namun demikian, sekalipun FDR meningkat, tingkat likuiditas masih aman dan terjaga. 92 5. Perkembangan Dana Pihak Ketiga (DPK) Dana pihak ketiga (DPK) adalah dana yang dipercayakan oleh masyarakat kepada bank berdasarkan akad penyimpanan dana dalam bentuk giro, tabungan, dan deposito dan atau bentuk lain yang dipersamakan dengan itu dengan menggunakan prinsip syariah. Dana pihak ketiga disini adalah kumpulan dana yang diperoleh dari nasabah, dalam arti nasabah sebagai masyarakat individu, perusahaan, koperasi, yaysan, dan lain-lain baik dalam mata uang rupiah maupun dalam valuta asing yang dialokasikan atau dikelola oleh perbankan syariah dan kemudian jikalau ada keuntungan maka keuntungan tersebut akan dibagi antara kedua belah pihak baik bank dan nasbah. Di bawah ini adalah gambar grafik perkembangan DPK periode 2009 sampai dengan 2012. Gambar 4.3 Perkembangan Dana Pihak Ketiga (DPK) Periode Januari 2009- Desember 2012 MILIAR 200000 DPK DPK 150000 100000 50000 2009-Mar 2009-Jun 2009-Sep 2009-Des 2010-Mar 2010-Jun 2010-Sep 2010-Des 2011-Mar 2011-Jun 2011-Sep 2011Des 2012-Mar 2012-Jun 2012-Sep 2012-Des 0 Sumber: Bank Indonesia (data diolah tahun 2013) Berdasarkan pada grafik diatas terlihat bahwa penghimpunan pihak ketiga meningkat di setiap tahunnya, mulai tahun 2009 sampai dengan 93 2012. Penghimpuna dana tertinggi terjadi pada Desember 2012 yaitu sebesar Rp 147,512 Miliar. Peningkatan ini merefleksikan preferensi nasabah kepada instrument investasi yang meningkat dan memberi indikasi bahwa nasbah banyak menggunakan jasa perbankan syariah sebagai alternatif jasa keuangan untuk investasi dana mereka. Tingginya pertumbuhan DPK juga didorong oleh semakin kompetitifnya imbal bagi hasil yang ditawarkan bank syariah. Imbal hasil bank syariah yang menarik terutama apada produk deposito mmembuat paroduk tersebut lebih diminati masayrakat dibandingkan alternatif penempatan dana lainnya yaitu tabungan dna giro. Sejauh ini bank syariah telah memberikan imbal hasil dengan equivalent rate yang mencoba tetap menjadi pilihan bagi masyarkat untuk menabung ataupun investasi. Karakteristiknya memang sama sekali berbeda, yaitu dalam bank sayriah imbalan yang diberikan sesuai dengan syariat Islam yang dibenarkan dan bukan tergolong riba sebagaimana bunga bank pada umumnya Perkembangan tersebut menunjukkan dukungan kuat perbankan syariah dalam meningkatkan akses keuangan masyarakat. Peningkatan akses dan preferensi nasabah atas produk dan layanan perbankan syariah senantiasa menjadi sasaran yang terus diupayakan pencapiannya oleh Bank Indonesia antara lain mellaui program iBcampaign bersama industry perbankan syariah, edukasi masyarakat dan pengaturan serta perizinan perluasan jariangan. 94 6. Perkembangan Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) Serrtifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) diterbitkan oleh Bank Indonesia sebagai salah satu instrumen operasi pasar terbuka dalam rangka pengendalian moneter yang dilakukan berdasarkan prinsip syariah dengan menggunakan akad ju‟alah. Akad ju‟alah adalah janji atau komitmen (iltizam) untuk memberikan imbalan tertentu („iwadh/ju‟l) atas pencapaian hasil (natijah) yang ditentuka dari suatu pekerjaan. Sertifikat yang diterbitkan Bank Indonesia yang dibuat dalam rangka pengendalian moneter berdasarkan prinsip syariah dan sebagai salah satu upaya untuk mengatasi likuiditas bank syariah. Fee yang diterima dari penerbitan SBIS akan memperngaruhi ROA, walaupun masih berfluktuatif namun SBIS merupakan salah satu instrument moneter yang sangat bermanfaat dalam pengendalian likuiditas bank syariah. Berikut ini merupakan grafik perkembangan Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) periode 2009 sampai sengan 2012. 95 Gambar 4.4 Perkembangan Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) Periode 2009-2012 SBIS 2009-Mar 2009-Jun 2009-Sep 2009-Des 2010-Mar 2010-Jun 2010-Sep 2010-Des 2011-Mar 2011-Jun 2011-Sep 2011Des 2012-Mar 2012-Jun 2012-Sep 2012-Des MILIAR SBIS 10000 8000 6000 4000 2000 0 PERIODE Sumber: Bank Indonesia (data diolah tahun 2013) Seperti halnya SBI, kenaikan penenmpatan dana perbankan syariah disebabkan oleh peningkatan belanja pemerintah pada akhir tahun sehingga berdampak pada likuidnya kondisi perbankan. Salah satu faktor yang mempengaruhi fluktuasi SBIS adalah penurunan BI Rate yang diikuti dengan penurunan suku bunga simpanan oleh perbankan konvensional, yang ditengarai mendorong terjadinya perpindahan dana nasabah bank konvensional ke bank syariah karena tingkat imbalan yang ditawarkan oleh bank syariah menjadi lebih menarik. Hal ini terlihat dari kenaikan DPK perbankan syariah yang lebih cepat disbanding pertumbuhan pembiayaan. Nilai SBIS setiap tahunnya berfluktuasi, SBIS tertinggi dicapai pada triwulan keempat pada tahun 2011, hal ini dikarekan tingkat pengembalian dari dana pihak ketiga yang dihimpun sebagian dialokasikan 96 pada SBIS. Namun SBIS pernah mengalami penurunan pada triwulan kedua tahun 2009 dikarenakan suku bunga yang menjadi acuan fee untuk SBIS menurun, penurunan suku bunga ini dilakukan Bank Indonesia untuk menumbuh kembangkan sektor riil dan peningkatan investasi. 7. Perkembangan Non Performing Financing (NPF) Non Performing Financing (NPF) adalah rasio yang menunjukkan pembiayaan bermasalah sebagai akibat ketidakmampuan nasabah mengembalikan jumlah pinjaman yang diterima dari bank syariah beserta imbalannya sesuai dengan jangka waktu yang telah ditentukan, yang terdiri dari pembiayaan yang berklarifikasi kurang lancar, diragukan, dan macet. Berikut ini merupakan gambaran perkembangan Non Performing Financing (NPF) periode 2009 - 2012. Gambar 4.5 Perkembangan Non Performing Financing (NPF) Periode 7.00% 6.00% 5.00% 4.00% 3.00% 2.00% 1.00% 0.00% NPF 2009-Mar 2009-Jun 2009-Sep 2009-Des 2010-Mar 2010-Jun 2010-Sep 2010-Des 2011-Mar 2011-Jun 2011-Sep 2011Des 2012-Mar 2012-Jun 2012-Sep 2012-Des PERSENTASE 2009-2012 NPF PERIODE Sumber: Bank Indonesia (data diolah tahun 2013) 97 Perbankan syariah semakin efektif dan efisien dalam menyalurkan pembiayaan. Hal itu terlihat dari data Bank Indonesia (BI) per Juni 2010. Data itu menunjukkan rasio pembiayaan bermasalah atau Non Performing Fianancing (NPF) perbankan syariah sebesar 3,89%, lebih rendah dari NPF di periode yang sama tahun lalu, sebesar 4,39%. Penurunan NPF ini terjadi karena perbankan syariah semakin selektif memilih nasabah, dimana pemilihan nasabah disesuaikan dengan kemampuan pembiayaan bank. Selain itu, penurunan Non Performing Financing selama beberapa tahun ini juga menunjukkan peningkatan pada kinerja perbankan syariah dan membuktikan bahwa perbankan syariah mampu menjaga kulitas pembiayaannya dengan memperkecil adanya pembiayaan bermasalah. Kondisi ini juga memperlihatkan bahwa bank syariah semakin hati-hati dalam menyalurkan pembiayaanya dan kemampuan pengelolaan resiko perbankan syariah semakin membaik. B. Hasil Analisis dan Pembahasan Semua data yang digunakan dalam analisis ini merupaka data sekunder deret waktu (time series) mulai tahun 2009 sampai dengan 2012. Penelitian mengenai profitabilitas (ROA) perbankan syariah disini menggunakan data pada perbankan syariah di Indonesia sebagai variabel dependen (variabel tidak bebas). Sedangkan variabel independen terdiri dari Financing to Deposit Ratio (FDR), Dana Pihak Ketiga (DPK), Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS), 98 dan Non Performing Financing (ROA). Keseluruhan dari data yang digunakan sebagai bahan penelitian diperoleh dari laporan bulan Bank Indonesia. Sebagaimana yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya model yang digunakan peneliti sebagai alat analisis regresi berganda adalah Ordinary Least Square (OLS). Model OLS merupakan model estimasi yang sering digunakan untuk mengestimasi fungsi regresi populasi dari fungsi regresi sampel (Ajija, 2011:23). Pengolahan data dilakukan secara elektronik dengan menggunakan Microsoft Excel 2007 dan Eviews 5 untuk mempercepat hasil yang dapat menjelaskan varabel-variabel yang akan diteliti. 1. Uji Asumsi Klasik a. Uji Normalitas Uji Normalitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan uji Jarque Bera dengan melihat nilai probability. Jika probability lebih besaar dari nilai derajat α = 0.05, maka penelitian ini tidak ada permasalahan normalitas atau dengan kata lain, data terdistribusi normal, begitu pula sebaliknya.jika nilai probabilitasnya lebih kecil dari derajat kesalahan α = 0.05, maka dalam penitian ini ada permasalahan normalitas atau dengan kata lain, data tidak terdistribusi normal. Tabel 4.1 Uji Normalitas Jarque-Bera Jarque-Bera 0.123263 Probability 0.940229 99 8 Series: Residuals Sample 2009M01 2012M12 Observations 48 7 6 5 4 3 2 1 0 -0.004 -0.002 0.000 0.002 Mean Median Maximum Minimum Std. Dev. Skewness Kurtosis 3.85e-17 5.65e-05 0.004396 -0.004689 0.001909 -0.102305 2.859407 Jarque-Bera Probability 0.123263 0.940229 0.004 Sumber: Lampiran 2 (data BI diolah) Berdasarkan Tabel 4.1, terlihat nilai probability sebesar 0.940229, lebih besar dari tingkat signifikansi sebesar 0.05, artinya data terdistribusi normal yang berarti H0 diterima. b. Uji Multikolinieritas Uji multikolinieritas dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan (korelasi) yang signifikan di antara dua atau lebih variabel independen dalam model regresi. Deteksi adanya multikolinieritas dilakukan dengan menggunakan uji korelasi parsial antar variabel independen. Dengan melihat nilai koefisien korelasi (r) antar variabel independen, dapat diputuskan apakah data terkena multikolinieritas atau tidak, yaitu dengan emnguji koefisien korelasi antar variabel independen, jika terjadi korelasi, maka terdapat multikolinieritas, dimana model regresi yang baik adalah tidak terjadi multikolinieritas antar variabel independen dengan variabel dependen. Hasil pengujian 100 multikolinieritas menggunakan uji korelasi (r) dapat dilihat sebagai berikut: Tabel 4.2 Hasil Uji Correlation Matrix FDR LNDPK LNSBIS NPF FDR 1.000000 -0.181828 -0.561479 0.233885 LNDPK -0.181828 1.000000 0.633318 -0.926464 LNSBIS -0.561479 0.633318 1.000000 -0.672005 NPF 0.233885 -0.926464 -0.672005 1.000000 Sumber: Lampiran 3 (data BI diolah) Dari tabel 4.2 diatas dapat dilihat hasil analisis uji multikolinieritas dengan Correlation Matrix menunjukkan bahwa korelasi antar variabel independen antara FDR dan LNDPK mapupun sebaliknya sebesar -0.181828, antara FDR dengan LNSBIS maupun sebaliknya sebesar -0.561479, antara FDR dan NPF maupun sebaliknya sebesar 0.233885. Terlihat dari tabel 4.2 diatas nilai korelasi variabel independen (yaitu FDR, DPK, SBIS, dan NPF) tertinggi hanya mencapai 0.633318 yaitu antara LNDPK dengan LNSBIS maapun sebaliknya.Karena nilai 0.633318 < 0.8 sehingga diputuskan tidak terdapat multikolinieritas. Hasil ini menginformasikan model Ordinary Least Square (OLS) yang dilakukan dapat dikatakan terbebas dari gejala multikolinieritas. 101 c. Uji Heteroskedastisitas Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut Homoskedastisitas dan jika variance tidak konstan atau berubahubah disebut dengan Heterokedastisitas. Metode pertama yang digunakan untuk mendeteksi adanya heterokedastisitas pada penelitian ini adalah dengan melihat pola residualnya. Gambar 4.6 Uji Heteroskedatisitas Dengan Melihat Pola Residual .028 .024 .020 .006 .016 .004 .012 .002 .000 -.002 -.004 -.006 2009 2010 Residual 2011 Actual 2012 Fitted Sumber : Lampiran 4 (data BI diolah) Dengan melihat hasil tersebut, kita dapat menduga bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas pada hasil estimasi, di mana residualnya tidak membentuk suatu pola. Dengan kata lain, residual cenderung konstan. 102 Selanjutnya model kedua yang dapat dilakukan untuk mendeteksi adanya adanya heteroskedastisitas pada penelitian ini adalah dengan melakukan Uji White. Tabel 4.3 Hasil Uji White Heteroskedasticity Test White Heteroskedasticity Test: F-statistic 1.477777 Probability Obs*R-squared 18.49668 Probability Sumber : Lampiran 4 (data BI diolah) 0.174220 0.185086 Dari tabel 4.3 di atas diketahui bahwa nilai Obs*R Squared sebesar 18.49668 dan probabilitas sebesar 0.185086 yang mana lebih besar dari nilai α sebesar 0.05. Karena nilai probabilitas lebih besar dari α = 5% maka dalam hal ini H0 diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa dalam model tidak ada masalah heteroskedastisitas. d. Uji Autokorelasi Uji autokorelasi untuk mengetahui apakah dalam model regresi ada korelasi antara kesalahan pada periode waktu yang lain. Untuk mendeteksi masalah autokorelasi digunakan uji Breuesch Godfrey atau lebih dikenal dengan uji Langrange Multiplier (LMTest) (Pengganda Langrange). Uji autokorelasi dilihat dari nilai probabilitas. Jika nilai probabilitas lebih besar dari tingkat signifikansi 5% maka tidak terdapat autokorelasi dan sebaliknya jika probabilitas lebih kecil dari 5% maka terdapat autokorelasi. 103 Tabel 4.4 Hasil Uji Langrange Multiple Test (LM-Test) Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test: F-statistic 1.241584 Probability Obs*R-squared 2.741107 Probability Sumber : Lampiran 5 (data BI diolah) 0.299561 0.253966 Dari tabel di atas diketahui bahwa nilai Obs*R Squared sebesar 2.741107 dan nilai probabilitas 0.253966 yang lebih besar dari nilai α sebesar 0.05.karena nilai probabilitas lebih besar dari α = 5% maka H0 diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa di dalam model tidak terdapat masalah autokorelasi. 2. Pengujian Hipotesis Statistik Hasil pengolahan data atau hasil estimasi yang dilakukan dengan menggunakan program komputer Eviews 5 dengan menggunakan metode regresi linier berganda atau Ordinary Least Square (OLS) yang ditampilkan pada tabel berikut: Tabel 4.5 Hasil Regresi Metode Ordinary Least Square (OLS) Variabel Koefisien t-Statistik C 0.124662 1.799718 FDR 0.046037 5.187609 LNDPK -0.005565 -2.985527 LNSBIS 0.001291 1.149197 NPF -0.256407 -3.026928 F-Statistik 9.447454 Probabilitas 0.000014 Adjusted R-squared 0.418243 Durbin-Watson Stat 1.534132 Sumber : Lampiran 6 (data BI diolah) Probabilitas 0.0789 0.0000 0.0047 0.2568 0.0042 104 Dari tabel 4.5 di atas, maka dapat disusun persamaan regresi linier ROA = 0.124662 + 0.046037 FDR - 0.005565 DPK + 0.001291 SBIS – 0.256407 NPF 1) Jika segala sesuatu variabel independen dianggap konstan atau bernilai nol, artinya variabel independen tidak terjadi kenaikan atau penurunan maka besarnya nilai Return on Asset (ROA) adalah sebesar 0.124662 persen. 2) Nilai koefisien regresi Financing to Deposit Ratio (FDR) sebesar 0.046037 persen yang berarti setiap peningkatan FDR sebesar 1 persen maka akan meningkatkan ROA sebesar 0.046037 persen. 3) Nilai koefisien regresi Dana Pihak Ketiga (DPK) sebesar 0.005565 persen yang berarti setiap penurunan DPK sebesar 1 persen maka akan meningkatkan ROA sebesar 0.005565 persen. 4) Nilai koefisien regresi Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) sebesar 0.001291 persenyang berarti setiap peningkatan SBIS sebesar 1 persen akan meningkatkan ROA sebesar 0.001291 persen. 5) Nilai koefisien regresi Non Performing Financing (NPF) sebesar 0.256407 yang berarti setiap penurunan NPF sebesar 1 persen akan meningkatkan ROA sebesar 0.256407 persen. a. Uji Parsial (Uji t) Uji-t bertujuan untuk mengetahui pengaruh secara parsial (individu) variabel-variabel independen (FDR, LNDPK, LNSBIS, 105 NPF) terhadap variabel dependen yaitu ROA. Salah satu cara untuk melakukan uji t adalah dengan melihat nilai probabilitas pada tabel uji statistik t. Apabila nilai probabilitas lebih kecil dari signifikansi α = 0.05 berarti variabel independen secar parsial (individu) mempengaruhi variabel dependen. Dari tabel 4.5, didapatkan hasil uji statistik t yang dilakukan yaitu sebagai berikut: 1) Pengaruh t-statistik untuk Financing to Deposit Ratio (FDR) terhadap Return on Asset (ROA) Berdasarkan pada tabel 4.5, diperoleh hasil t-hitung sebesar 5.187609 dengan tingkat signifikansi sebesar 0.0000.Karena tingkat signifikansi lebih kecil dari 0.05 maka secara parsial FDR berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap ROA.Dengan demikian H0 ditolak, H1 diterima. 2) Pengaruh t-statistik untuk Dana Pihak Ketiga (DPK) terhadap Return on Asset (ROA) Berdasarkan pada tabel 4.5, diperoleh hasil t-hitung sebesar -2.985527 dengan tingkat signifikansi sebesar 0.0047.Karena tingkat signifikansi lebih kecil dari 0.05 maka secara parsial DPK berpengaruh secara negatif dan signifikan terhadap ROA.Dengan demikian H0 ditolak, H1 diterima. 3) Pengaruh t-statistik untuk Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) terhadap Return on Asset (ROA) 106 Berdasarkan pada tabel 4.5, diperoleh hasil t-hitung sebesar 1.149197 dengan tingkat signifikansi sebesar 0.2568.Karena tingkat signifikansi lebih besar dari 0.05 maka secara parsial SBIS tidak berpengaruh secara signifikan terhadap ROA.Dengan demikian H0 diterima, H1 ditolak. 4) Pengaruh t-statistik untuk Non Performing Financing (NPF) terhadap Return on Asset (ROA) Berdasarkan pada tabel 4.5, diperoleh hasil t-hitung sebesar 3.026928 dengan tingkat signifikansi sebesar 0.0042.Karena tingkat signifikansi lebih kecil dari 0.05 maka secara parsial NPF berpengaruh secara negatif dan signifikan terhadap ROA.Dengan demikian H0 ditolak, H1 diterima. b. Uji Signifikansi Simultan (Uji-F) Uji-F bertujuan untuk mengetahui pengaruh semua variabel independen (FDR, LNDPK, LNSBIS, NPF) secara simultan (bersamasama) terhadap variabel dependen yaitu Return on Asset (ROA). Berdasarkan tabel 4.5, diperoleh hasil F-Statistik sebesar 9.447454 dengan nilai probabilitas (F-Statistik) sebesar 0.000014. Karena hasil probabilitas (signifikansi) lebih kecil dari nilai α = 0.05 (0.00 < 0.05) berarti dapat disimpulkan bahwa FDR, DPK, SBIS, dan NPF secara bersama-sama signifikan mempunyai perngaruh terhadap ROA. 107 3. Koefisien Determinasi Koefisien determinasi R2 (R Square) yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan nilai Adjusted R2 pada saat mengevaluasi model regresi terbaik.Hal tersebut dikarenakan variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini lebih dari satu. Berdasarkan hasil regresi yang bersumber dari data BI (2009-2012) seperti terlihat pada tabel 4.5 dapat diketahui bahwa nilai Adjusted R Squared sebesar 0.418. Hal ini menunjukkan bahwa variasi variabel dependen (ROA) secara bersama-sama dapat dijelaskan oleh variabel independen (FDR, DPK, SBIS, NPF) sebesar 41.8%, sedangkan sisanya 58,2% dijelaskan oleh faktor atau variabel lain diluar variabel yang diteliti. Hasil Adjusted R Squared tersebut juga menunjukkan bahwa pengaruh variabel independen yang dilakukan oleh peneliti tidak terlalu memiliki penjelasan yang cukup besar bila dibandingkan dengan variabel lain diluar variabel yang diteliti. Hal tersebut terjadi karena hasil regresi nilai koefisien determinasi dari variabel independen yang diteliti nilainya tidak terlalu besar dan nilai koefisien determinasi terkecil diperoleh dari variabel Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) sebesar 0.001291, sedangkan nilai koefien terbesar yang dapat dihasilkan dari hasil regresi diperoleh dari variabel Non Performing Financing (NPF) dengan nilai hanya sebesar -0,256407. 108 C. Analisis Ekonomi Berdasarkan hasil perhitungan statistik yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa regresi yang dihasilkan cukup baik unyuk menerangkan perkembangan Return on Asset (ROA) pada Perbankan Syariah di Indonesia. Dari seluruh variabel utama yang dimasukkan ke dalam model, ternyata tidak semua variabel bebas signifikan. Hal ini berarti Return on Asset (ROA) pada Perbankan Syariah hanya dipengaruhi oleh sebagian dari variabel bebas yang diuji. Selanjutnya hasil interpretasi dari hasil regresi tersebut terhadap signifikansni masing-masing variabel ang diteliti dijelaskan sebagai berikut: 1. Pengaruh Financing to Deposit Ratio (FDR) Terhadap Return on Asset (ROA) Hasil regresi ROA menunjukkan bahwa nilai yang diperoleh dari hasil koefisien sebesar 0.046037 dengan tingkat signifikansi sebesar 0.0000.Hal ini berarti Financing to Deposit Ratio (FDR) memiliki pengaruh yang positif dan signifikan Terhadap Return on Asset (ROA). Dimana apabila nilai Financing to Deposit Ratio (FDR) meningkat maka akan meningkatkan Return on Asset (ROA) Perbankan Syariah. Sebaliknya apabila Financing to Deposit Ratio (FDR) menurun maka akan menurunkan tingkat Return on Asset (ROA) yang dimiliki oleh Perbankan Syariah. Hal ini menunjukkan bahwa hubungan antara volume pembiayaan (FDR) dengan profitabilitas (ROA) adalah sejalan/positif. Semakin tinggi rasio ini mengindikasikan semakin optimalnya fungsi intermediasi yang 109 dijalankan bank syariah, sehingga meningkatkan profitabilitas.Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Bambang Agus Pramuka (2010) yang menyatakan bahwa Financing to Deposit Ratio (FDR) berpengaruh terhadap profitabilitas (ROA) Bank Syariah yang diterima. Penelitian ini juga memperkuat hasil penelitian dari Muh.Sabir.M, dkk (2012) yang menyatakan bahwa FDR berpengaruh positif dan signifikan terhadap ROA pada bank umum syariah.Itu artinya, semakin tinggi FDR mengindikasikan bahwa bank lebih banyak menekankan keuangannya pada penyaluran hutang/pembiayaan yang lebih banyak. Semakin kecil FDR semakin baik likuiditas bank tersebut. Menurut Arthesa dan Edia (2009 dalam Lyla Rahma Adyani dan R. Djoko Sampurno, 2011:20) menyatakan bahwa besarnya rasio FDR diupayakan pada posisi 85% hingga 110% agar dana yang disimpan dapat disalurkan dengan optimal. Nilai positif pada variabel FDR menunjukkan bahwa semakin tinggi FDR maka semakin tinggi pendapatan bank atau kredit/pembiayaan yang disalurkan semakin banyak dan ROA meningkat. Hasil penelitian ini sesuai dengan perkembangan data yang telah diolah. Dimana pada bulan Februari 2012 FDR mengalami peningkatan sebesar 90.49% dari yang sebelumnya sebesar 89.67% pada bulan Desember 2010dan membuat ROA ikut meningkat sebesar 1.79% dari nilai ROA sebelumnya sebesar 1.67%pada bulan Desember 2010. 110 Namun dalam penelitian Lyla Rahma Adyani dan R. Djoko Sampurno (2011)menunjukkan bahwa FDR tidak berpengaruh signifikan positif terhadap profitabilitas (ROA) bank sehingga hasil penelitian mereka tidak mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti. Berdasarkan hasil penelitian ini diharapkan manajemen perbankan syariah dapat meningkatkan volume pembiayaan yang dicerminkan oleh FDR.Hal tersebut dilakukan guna memaksimalkan pendapatan yang bisa didapatkan dari penyaluran pembiayaan dan juga dapat mendukung kegiatan investasi yang dilakukan oleh masyarakat. 2. Pengaruh Dana Pihak Ketiga (DPK) Terhadap Return on Asset (ROA) Hasil regresi ROA menunjukkan bahwa nilai yang diperolehdari hasil koefisien sebesar -0.005565 dengan tingkat signifikansi sebesar 0.0047.Hal ini berarti DPK berpengaruh secara negatif dan signifikan terhadap ROA dan menunjukkan bahwa menurunnya nilai dana pihak ketiga akan membuat ROA pada bank syariah meningkat. Namun, hasil penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Dea Naufal Kharisma (2012) yang menyatakan bahwa secara parsial terdapat pengaruh yang signifikan antara dana pihak ketiga terhadap profitabilitas dan dengan arah yang positif. Hal itu berarti semakin tinggi jumlah dana pihak ketiga yang dihimpun oleh bank maka akan meningkatkan profitabilitas bank. Penelitian dari Sigit Setiawan dan Winarsih (2011) juga menyatakan bahwa dana masyarakat atau yang biasa disebut dana pihak 111 ketiga terbukti berpengaruh positif terhadap pertumbuhan laba. Hal ini mengindikasikan bahwa dana masyarakat yang dihimpun dan disalurkan kembali ke masyarakat cukup optimal dan mengakibatkan laba yang diperoleh bank sudah optimal, sehingga pertumbuhan laba menjadi positif. Dari penjelasan di atas, dapat peneliti simpulkan bahwa dana masyarakat atau dana pihak ketiga seharusnya memberikan pengaruh yang positif terhadap ROA. Akan tetapi, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dana masyarakat justru berpengaruh negatif terhadap ROA. Rahadian (2004, dalam Bambang Agus Pramuka, 2010:64) menyatakan kecenderungan semakin menumpuknya dana masyarakat di perbankan syariah dari periode ke periode membuat sektor jasa keuangan ini mengalami likuiditas yang menumpuk (overliquidity) seperti yang terjadi pada perbankan konvensional. Berdasarkan pernyataan tersebut, kemungkinan penjelasan yang bisa diberikan untukmenjelaskan mengapa dana pihak ketiga yang dihasilkan dalam penelitian ini justru menunjukkan pengaruh nengatif signifikan adalahkarena banyaknya dana pihak ketiga yang dihimpun membuat bank syariah kurang maksimal didalam penyaluran dana tersebut sehingga dana pihak ketiga yang seharusnya bisa menjadi salah satu sumber yang bisa meningkatkan profit justru malah membuat laba yang dihasilkan menjadi menurun. Kurang optimalnya bank syariah didalam mengelola penyaluran dana dari masyarakat yang begitu besar berdampak pada menurunnya nilai laba atau profit yang dihasilkan oleh bank syariah. 112 Hasil penelitian ini sesuai dengan perkembangan data yang telah diolah. Dimana pada bulan Januari 2012 Dana Pihak Ketiga (DPK) mengalami peningkatan sebesar Rp 116.518 miliar yang membuat ROA menurun menjadi 1.36% dibandingkan dengannilai DPK sebelumnya pada bulan Desember 2010 sebesar Rp 76.036 dengan ROA sebesar 1.67%. Selain itu, Buchory (2006, dalam Renniwaty Siringoringo, 2010:65) menyatakan bahwa fungsi intermediasi dapat dilaksanakan dengan optimal jika didukung permodalan yang memadai. Karena meskipun dana pihak ketiga yang dihimpun sangat besar namun apabila tidak diimbangi oleh tambahan modal maka bank akan terbatas dalammenyalurkan kredit/pembiayaannya. Apabila kredit/pembiayaannya terbatas maka akan menyebabkan tingkat pengembalian menjadi menurun dan membuat profit yang didapatkan juga ikut menurun. Berdasarkan teori tersebut maka bisa disimpulkan bahwa dana pihak ketiga dapat berpengaruh negatif dan signifikan terhadap profitabilitas yang dalam penelitian ini dicerminkan oleh Return on Asset (ROA). Berdasarkan hasil penelitian ini, diharapkan untuk masa yang akan datang, perbankan syariah lebih bisa meningkatkan penghimpunan dana dari masyarakat yang biasa disebut sebagai dana pihak ketiga. Hal ini karenadana pihak ketiga merupakan sumber dana terpenting bagi kegiatan operasi suatu bank dan merupakan ukuran keberhasilan bank jika membiayai operasinya dari sumber dana ini. Namun peningkatan sumber dana pihak ketiga ini juga harus diimbangi dengan penyaluran dananyadan 113 pengelolaan dana yang baik sehingga dana pihak ketiga ini bisa membuat profit yang dihasilkan meningkat dan bukannya menurun seperti yang ditunjukkan dalam hasil penelitian ini. 3. Pengaruh Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) Terhadap Return on Asset (ROA) Hasil regresi ROA menunjukkan bahwa koefisien yang diperoleh sebesar 0.001291 dengan tingkat signifikansi sebesar 0.2568. Hal ini berarti Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) tidak memiliki pengaruh terhadap Return on Asset (ROA) perbankan syariah. Hal ini dikarenakan fee based income bank syariah yaitu komisi atau ongkos atau keuntungan yang diterima dari pengalokasian dana yang berlebihan pada SBIS baru akan diterima 9 bulan kemudian setelah penerbitan SBIS. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Diana Puspitasari (2009).Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa kenaikan Suku Bunga SBI akan meningkatkan suku bunga kredit pinjaman dan meningkatkan juga biaya bunga kreditnya, tetapi selisih peningkatan bunga kreditnya dengan pendapatan bunga kreditnya kecil, dan fluktuasi per tahunnya juga kecil atau rendah. Hal inilah yang menyebabkan mengapa pada penelitian Puspitasari ini, Suku Bunga SBI tidak berpengaruh terhadap ROA. Bila hasil tersebut dikaitkan dengan SBIS pada perbankan syariah yang menjadi variabel penelitian ini maka kemungkinan yang bisa dijelaskan yaitu peningkatan pada SBIS akan meningkatkan pembiayaan dan meningkatkan pula tingkat bagi hasil, tetapi selisih peningkatan 114 pembiayaan dengan tingkat bagi hasil, serta fluktuasinya yang per tahunnya juga tidak terlalu besar membuat SBIS tidak terlalu memiliki pengaruh yang besar terhadap peningkatan ROA. Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Linda Dwi Octavia (2009) yang dalam penelitiannya menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara suku bunga SBI terhadap kinerja keuangan karena suku bunga merupakan salah satu instrumen untuk mengendalikan laju pertumbuhan tingkat inflasi, dimana inflasi yang tinggi menyebabkan menurunnya profitabilitas suatu perusahan, sehingga variabel suku bunga SBI berpengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, diharapkan SBIS dapat membantu perbankan syariah dalam pengelolaan likuiditas hariannya termasuk apabila terdapat pencarian pembiayaan.Dengan menyalurkan sebagian pembiayaan pada SBIS, setidaknya dapat mendorong meningkatnya profitabilitas (ROA) yang dihasilkan oleh perbankan syariah. 4. Pengaruh Non Performing Financing (NPF) Terhadap Return on Asset (ROA). Hasil regresi ROA pada tabel 4.5 menunjukkan bahwa koefisien yang diperoleh sebesar -0.256407 dengan tingkat signifikansi sebesar 0.0042.Hal itu berarti NPF berpengaruh secara negatif dan signifikan terhadap ROA.Penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian dari Sigit 115 Setiawan dan Winarsih (2011) yang munjukkan NPF terbukti memiliki pengaruh negatif terhadap pertumbuhan laba. Jadi apabila nilai Non Performing Financing (NPF) tinggi akan mengakibatkan laba yang diperoleh bank menurun atau kurang optimal, sehingga laba yang kurang optimal mengakibatkan pertumbuhan laba menjadi kurang optimal pula.Hasil penelitian tersebut juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Bambang Agus Pramuka (2010) serta Lyla Rahma Adyani dan R. Djoko Sampurno (2011). Munurut Arthesa dan Edia (2009 dalam Lyla Rahma Adyani dan R. Djoko Sampurno, 2011:19) menyatakan semakin tinggi rasio NPF, maka ancaman bank dari kredit/pembiayaan bermasalah seamkin besar. Pengaruh negatif yang ditunjukkan oleh NPF mengindikasikan bahwa semakin tinggi kredit macet dalam penglolaan kredit/pembiayaan bank maka akan menurunkan tingkat pendapatan bank yang tercermin melalui ROA. Hasil penelitian ini juga sesuai dengan perkembangan data yang telah diolah. Dimana pada bulan Mei 2010, nilai ROA mengalami penurunan sebesar 1.25% dari sebelumnya sebesar 2.06% pada bulan April 2010 disebabkan oleh meningkatnya nilai NPF sebesar 4.77% pada bulan Mei 2010 dari yang seblumnya hanya 4.47% pada bulan April 2010. Akan tetapi, pada bulan Maret 2012 ROA mengalami peningkatan sebesar 1.83% dari sebelumnya sebesar 1.79% pada bulan Februari 2012 karena 116 NPF mengalami penurunan sebesar 2.76% pada bulan Maret 2012 dari bulan sebelumnya sebesar 2.82%. Namun hasil penelitian ini tidak didukung oleh Muh.Sabir, dkk (2012) dan juga Dea Naufal Kharisma (2012) yang menunjukkan bahwa NPF tidak berpengaruh terhadap ROA.Sedangkan hasil penelitian dari Aulia Fuad Rahman dan Ridha Rochmanika (2012) menunjukkan bahwa rasio NPF justru berpengaruh positif terhadap ROA.Mereka menyatakan, kemungkinan penjelasan yang dapat diberikanadalah return dari penyaluran dana selain pembiayaan seperti penempatan pada bank lain, investasi surat berharga, atau penyertaan mampu menutupi kerugian yang terjadi atas pembiayaan bermasalah, sehingga NPF seolah-olah berpengaruh positif terhadap ROA. Berdasarkan hasil penelitian ini, diharapkan untuk masa yang akan datang perbankan syariah lebih memperketat pengawasan kegiatan nasabahnya agar tidak terjadi side striming atau penggunaan dana yang tidak sesuai dengan yang disebutkan dalam kontrak serta mengawasi agar tidak terjadinya penyembunyian keuntungan oleh nasabah bila nasabahnya tidak jujur sehingga resiko besarnya NPF dapat dikendalikan dan dapat meningkatkan profit. 117 BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI A. Kesimpulan Berdasarkan hasil pengolahan data dari penelitian yang berjudul “Analisis Pengaruh Financing to Deposit Ratio (FDR), Dana Pihak Ketiga (DPK), Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS), dan Non Performing Financing (NPF) terhadap Return on Asset (ROA), Periode Januari 2009 – Desember 2012”, didapat beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Secara parsial variabel Financing to Deposit Ratio (FDR) berpengaruh positif dan signifikan terhadap Return on Asset (ROA)perbankan syariah. Sedangkan Dana Pihak Ketiga (DPK) dan Non Performing Financing (NPF) berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Return on Asset (ROA) perbankan syariah. Selain itu, hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) tidak berpengaruh terhadap Return on Asset (ROA) perbankan syariah di Indonesia. 2. Secara simultan variabel Financing to Deposit Ratio (FDR), Dana Pihak Ketiga (DPK), Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS), dan Non Performing Financing (NPF) secara bersama-sama berpengaruh terhadapReturn on Asset (ROA) perbankan syariah di Indonesia. 3. Nilai Adjusted R Square yang dihasilkan pada penelitian ini adalah sebesar 0.418. Hal ini menunjukkan bahwa sebanyak 41,8% variasi dependen (ROA) bisa dijelaskan atau dipengaruhi oleh variasi independen (Financing to Deposit Ratio, Dana Pihak Ketiga, Sertifikat Bank Indonesia 118 118 Syariah, dan Non Performing Financing). Sedangkan sisanya sebesar 58,2% dipengaruhi oleh variabel lain diluar variabel yang diteliti. B. Implikasi Berdasarkan fakta-fakta yang ditemukan pada penelitian tentang analisis pengaruh Financing to Deposit Ratio (FDR), Dana Pihak Ketiga, Sertifikat Bank Indonesia Syariah, dan Non Performing Financing (NPF) maka dapat ditarik implikasi teoritis yaitu: 1. Bagi pemerintah untuk mengevaluasi dan lebih mengembangkan kinerja perbankan secara profesional dari sistem perbankan syariah yang telah dijalankan saat ini sehingga dapat meningkatkan profitabilitas perbankan syariah di Indonesia. 2. Bagi bank syariah diharapkan untuk meningkatkan kinerja keuangannya dengan lebih baik sehingga bisa memkasimalkan tingkat profitabilitas yang mana dalam penelitian ini diwakili oleh Return on Asset (ROA). Selain itu, manajemen perbankan syariah diharapkan untuk lebih memfokuskan Financing to Deposit Ratio (FDR), karena FDR merupakan rasio volume pembiayaan yang menunjukkan kesehatan bank dalam memberikan pembiayaan sehingga dapat mendukung kegiatan investasi yang dilakukan oleh masyarakat. Perbankan syariah juga perlu melakukan riset tingkat lanjut secara terfokus mengenai pengembangan perbankan syariah dan bagaimana cara-cara untuk menyentuh elemen masyarakat dari tingkat atas hingga tingkat bawah sehingga produk-produk perbankan 119 syariah dapat dinikmati seluruh kalangan dengan kemudahan dan kenyamanan dalam menikmati layanan produk perbankan syariah. 3. Bagi peneliti selanjutnnya diharapkan dapat menambahkan variabelvariabel lain yang kemungkinan dapat mempengaruhi pembentukan Return on Asset (ROA). Selain itu, diharapkan peneliti selanjutnya dapat menambahkan periode yang lebih lagi untuk memperoleh hasil yang lebih akurat. 120 DAFTAR PUSTAKA A. Buku Al-Qur’an Ajija, Shochrul Rohmatul, dkk. “Cara Cerdas Menguasai Eviews”, Salemba Empat, Jakarta, 2011. Antonio, Muhammad Syafi’I. “Bank Syariah dari Teori ke Praktik”, Gema Insani, Jakarta, 2001. Arifin, Zainul. “Dasar-Dasar Manajemen Bank Syariah”, Cet. 7, Azkia Publisher, Tangerang, 2009. Arikunto, Suharsimi. “Prosedur Penelitian”, Rineka Cipta, Jakarta, 2002. Ascarya.“Akad dan Produk Bank Syariah”, PT RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2007. Dendawijaya, Lukman. “Manajemen Perbankan”, Ghalia Indonesia, Jakarta, 2005. Djumhana, Muhammad. “Hukum Perbankan di Indonesia”, Edisi ke 2, Cet. 2, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2000. Gujarati, Damodar. “Ekonometrika Dasar”, Erlangga, Jakarta, 2006. Hamid, Abdul. “Panduan Penulisan Skripsi”, FEB UIN Press, Jakarta, 2012. Judisseno, Rimsky K. “Sistem Moneter dan Perbankan di Indonesia”, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2005. Karim, A. Adiwarman. “Bank Islam Analisis Fiqh dan Keuangan”, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2004. Karim, A. Adiwarman. “Bank Islam Analisis Fiqh dan Keuangan”, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2006. Kasmir. “Manajemen Perbankan”, PT RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2002. Kasmir, “Dasar-Dasar Perbankan”, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2008. Kasmir.“Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya”, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2009. 121 Kasmir. “Manajemen Perbankan”, Cet. 9, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2010 Kuncoro, Mudrajad. “Metode Riset untuk Bisnis dan Ekonomi. Bagaimana Meneliti dan Menulis Tesis?”, Erlangga, Jakarta, 2009. Mannan, M. Abdul. “Teori dan Praktek Ekonomi Islam”, PT Dana Bhakti Wakaf, Yogyakarta, 1995 Mishkin, Frederic. “Ekonomi Uang, Perbankan Dan Pasar Keuangan”, Salemba Empat, Jakrta, 2008. Muhammad. “Bank Syariah (Analisis Kekuatan, Kelemahan, Peluang, dan Ancaman)”, Ekonisia, Yogyakarta, 2002. Muhammad. “Manajemen Dana Bank Syariah”, Ekonisia, Yogyakarta, 2004. Muhammad, “Manajemen Pembiayaan Bank Syariah”, (UPP) AMP YKPN, Yogyakarta, 2005. Muhammad, “Manajemen Bank Syariah”, Edisi Revisi, UII Press, Yogyakarta, 2005. Nachrowi, Nachrowi D, Hardius Usman. “Pendekatan Populer dan Praktis Ekonometrikal Untuk Analisis Ekonomi dan Keuangan”, FEUI, Jakarta, 2006. Nejatullah Sidiqqi, Muhammad. “Bank Islam”, Pustaka, Bandung, 1984. Puspopranoto, Salwodjo. “Keuangan Perbankan dan Pasar Keuangan”, LP3ES, Jakarta, 2004. Rahman, Hasanudin. “Aspek-Aspek Hukum Pemberian Kredit Perbankan di Indonesia”, Citra Aditya Bakti, Bandung, 1995. Riyadi, Slamet. “Banking Asset and Liability Management”, Lembaga Penerbit FE UI, Jakarta, 2006. Rodoni, Ahmad. “Investasi Syariah”, Lembaga Penelitian UIN, Jakarta, 2009. Sembiring, Sentosa. “Aspek-Aspek Hukum Dalam Perbankan Pengasuransian Syari‟ah di Indonesia”, Kencana, Jakarta, 2006. dan Siamat, Dahlan. “Manajemen Lembaga Keuangan”, Edisi ke-4, Badan Penerbit Fakultas Ekonomi I, Jakarta, 2004. 122 Soemitra, Andri. “Bank dan Lembaga Keuangan Syariah Deskripsi dan Ilustrasi”, Ekonisia, Yogyakarta, 2007. Sudarsono, Heri. “Bank dan Lembaga Keuangan Syariah Deskripsi dan Ilustrasi”, Ekonisia, Yogyakarta, 2007. Sukirno, Sadono, “Teori Pengantar Ekonomi Makro”, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2004. Suyatno, Thomas, et al. “Dasar-Dasar Perkreditan”, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 1992. Veithzal, Rivai. “Bank and Financial Institution Management Conventional and Sharia System”, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2007. Widarjono, Agus. “Ekonomi: Teori dan Aplikasi Untuk Ekonomi dan Bisnis”, Ekonisia, Yogyakarta, 2005. Winamo, Sigit. Ismaya, Sujana. “Kamus Besar Ekonomi”, Pustaka Grafika, Bandung, 2007. Winarmo, W Wahyu.“Ekonometrika dan Statistik dengan Eviews”, Edisi ke 3, Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen YKPN, Yogyakarta, 2009. Zulkifli, Sunarto. “Panduan Praktis Transaksi Perbankan Syariah”, Zikrul Hakim, Jakarta, 2008. B. Penelitian/Jurnal Adyani, Lyla Rahma dan Sampurno, R. Djoko. “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Profitabilitas (ROA)”, Jakarta, 2011. Farhan Akhtar, Muhammad. Ali, Khizer. Sadaqat, Shama. “Factors Influencing the Profitability of Islamic Banks of Pakistan”, International Research Journal of Finance and Economics, University of The Punjab, Pakistan, 2011. Ferdiawan, Iqbal. “Analisis Pengaruh Dana Pihak Ketiga (DPK), Pembiayaan, Non Performing Financing (NPF), dan Jumlah Uang Beredar Terhadap Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) Periode Januari 2009 – Desember 2011”, Skripsi Sarjana, Fakultas Ilmu Ekonomi dan Bisnis UIN, Jakarta, 2012. Ihsan, Muntoha. “Pengaruh Gross Domestic Product, Inflasi, dan Kebijakan Jenis Pembiayaan Terhadap Rasio Non Performing Financing Bank Umum Syariah di Indonesia Periode 2005 sampai 2010”, Skripsi Sarjana, 123 Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro, Semarang, 2011. Kargi, Hamisu Suleiman. “Credit Risk and The Performance Of Nigerian Banks”, Journal Faculty of Administration, Nigeria. 2011. Kharisma, Dea Naufal. “Pengaruh Dana Pihak Ketiga dan Non Performing Finance Terhadap Profitabilitas Perbankan Syariah”, Jurnal Fakultas Administrasi Bisnis dan Keuangan, Institut Manajemen Telkom, 2012 Kurniawan, Rizal. “Analisis Pengaruh Dana Pihak Ketiga dan Penyaluran Kredit Terhadap Return On Assets (ROA) (Survey pada PT. BPR Pola Dana Tasikmalaya”, Jurnal Akutansi, Tasikmalaya, 2012. Mariyam, Siti. “Pengaruh Financing to Deposit Ratio (FDR) dan tingkat Inflasi Terhadap Non Performing Financing perbankan Syariah”, Skripsi Sarjana, Fakultas Syariah dan Hukum UIN, Jakarta, 2009. M, Muh. Sabir. Ali, Muhammad. Habbe, Abd. Hamid. “Pengaruh Rasio Kesehatan Bank Terhadap Kinerja Keuangan Bank Umum Syariah dan Bank Konvensional di Indonesia”, Jurnal Analisis Vo. 1, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unhas, Makassar, 2012. Mukromah. “Analisis Pengaruh Nilai Tukar Rupiah (Kurs), Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS), Dana Pihak Ketiga (DPK), Financing to Deposit Ratio (FDR), terhadap Non Performing Financing (MPF) Perbanakn Syariah di Indonesia”, Skripsi Sarjana, Fakultas Ilmu Ekonomi dan Bisnis UIN, Jakarta, 2012. Nurhasanah, Adha. “Analisis Pengaruh Non Performing Financing (NPF), Deposito Mudharabah dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) Terhadap Aset Perbankan Syariah Di Indonesia Periode 2006 – 2011”, Skripsi Sarjana, Fakultas Ilmu Ekonomi dan Bisnis UIN, Jakarta, 2012. Oktavia, Linda Dwi. “Pengaruh Suku Bunga SBI, Nilai Tukar Rupiah, dan Inflasi Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan Sebelum dan Sesudah Privatisasi (Studi Kasus Pada PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk)”, Jurnal Fakultas Ekonomi, Universitas Gunadarma, 2009. Prabowo, Adi. “Analisis Pengaruh NPF, Pembiayaan, Aset, dan Inflasi Terhadap Dana Pihak Ketiga Bank Syariah di Indonesia Periode Januari 2006 – September 2012”, Skripsi Sarjana, Fakultas Ilmu Ekonomi dan Bisnis UIN, Jakarta, 2012. Pramuka, Bambang Agus. “Faktor-Faktor yang berpengaruh Terhadap Tingkat Profitabilitas Bank Umum Syariah”, Jurnal Akuntansi, Manajemen Bisnis dan Sektor Publik, 2010. 124 Prihatiningsih.“Financing to Deposit Ratio (FDR) Perbankan Syariah Tahun 2006-2011”, Jurnal Orbith Vol.8 Polikteknik Negeri, Semarang, 2012. Rahman, Aulia Fuad dan Rochmanika, Ridha. “Pengaruh Pembiayaan Jual Beli, Pembiayaan Bagi Hasil, dan Rasio Non Performing Financing Terhadap Profitabilitas Bank Umum Syariah di Indonesia”, Jurnal Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Brawijaya, 2012. Puspitasari, Diana. “Analisis Pengaruh CAR, NPL, PDN, NIM, BOPO, LDR, Dan Suku Bunga SBI Terhadap ROA (Studi Pada Bank Devisa di Indonesia Periode 2003-2007)”, Tesis Sarjana Magister Manajemen, Universitas Diponegoro, 2009. Setiawan, Sigit dan Winarsih.“Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Laba Bank Syariah di Indonesia”, Jurnal STIE Bank BPD, Jawa Tengah, 2011. Siringoringo, Renniwaty. “Karakteristik dan Fungsi Intermediasi Perbankan Di Indonesia”, Jurnal Universitas Putera Batam, Kepulauan Riau, 2010. Sulistianingsih, Venie. “Analisis Pengaruh Dana Pihak Ketiga (DPK), Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS), Nilai Tukar , dan Inflasi Terhadap Return on Asset (ROA) Perbankan Syariah di Indonesia Periode Januari 2006 – Juni 2011”, Skripsi Sarjana, Fakultas Ilmu Ekonomi dan Bisnis UIN, Jakarta, 2012. C. Laporan Laporan Bank Indonesia Statistik Perbankan Indonesia Laporan Bank Indonesia Statistik Perbankan Syariah Laporan Perkembangan Perbankan Syariah 2009 Laporan Perkembangan Perbankan Syariah 2010 Laporan Perkembangan Perbankan Syariah 2011 Laporan Perkembangan Perbankan Syariah 2012 Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan Undang-Undang No. 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah 125 D. Website www.bi.go.id www.bps.go.id www.google.com www.republika.co.id 126 Lampiran 1 : Data Penelitian, Januari 2009 – Desember 2012 ROA TAHUN (persentase) 2009.1 2.11 2 2.15 3 2.44 4 2.29 5 2.22 6 2.16 7 2.12 8 2.08 9 1.38 10 1.46 11 1.48 12 1.48 2010.1 1.65 2 1.76 3 2.13 4 2.06 5 1.25 6 1.66 7 1.67 8 1.63 9 1.77 10 1.79 11 1.83 12 1.67 2011.1 2.26 2 1.81 3 1.97 4 1.90 5 1.84 6 1.84 7 1.86 8 1.81 9 1.80 10 1.75 DPK (Rp) 38195000000000 38651000000000 38040000000000 39193000000000 40288000000000 42103000000000 43004000000000 44019000000000 45381000000000 46500000000000 47887000000000 52271000000000 53163000000000 53299000000000 52811000000000 54043000000000 55067000000000 58078000000000 60462000000000 60972000000000 63912000000000 66478000000000 69086000000000 76036000000000 75814000000000 75085000000000 79651000000000 79567000000000 82861000000000 87025000000000 89786000000000 92021000000000 97756000000000 101811000000000 FDR NPF (persentase) (persentase) 100.02 4.39 100.50 4.61 103.33 5.14 101.36 5.17 101.06 4.77 100.22 4.39 99.59 5.15 99.71 5.61 98.11 5.72 97.30 5.51 95.49 5.54 89.70 4.01 88.67 4.36 90.96 4.75 95.07 4.53 95.57 4.47 96.65 4.77 96.08 3.89 95.32 4.14 98.86 4.10 95.40 3.95 94.76 3.95 95.45 3.99 89.67 3.02 91.97 3.28 95.16 3.66 93.22 3.60 95.17 3.79 94.88 3.76 94.93 3.55 94.18 3.75 98.39 3.53 94.97 3.50 95.24 3.11 SBIS (Rp) 3488000000000 3192000000000 2704000000000 2058000000000 2539000000000 1819000000000 1253000000000 2321000000000 2635000000000 2835000000000 2142000000000 3076000000000 3373000000000 2972000000000 2425000000000 3027000000000 1656000000000 2734000000000 2576000000000 1882000000000 2310000000000 2783000000000 3287000000000 5408000000000 3968000000000 3659000000000 5870000000000 4042000000000 3879000000000 5011000000000 5214000000000 3647000000000 5885000000000 5656000000000 127 11 12 2012.1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1.78 1.79 1.36 1.79 1.83 1.79 1.99 2.05 2.05 2.04 2.07 2.11 2.09 2.14 105330000000000 115415000000000 116518000000000 114616000000000 114318000000000 114018000000000 115206000000000 119279000000000 121018000000000 123673000000000 127678000000000 134453000000000 138671000000000 147512000000000 94.40 88.94 87.27 90.49 87.13 95.39 97.95 98.59 99.91 101.03 102.10 100.84 101.19 100.00 2.74 2.52 2.68 2.82 2.76 2.85 2.93 2.88 2.92 2.78 2.74 2.58 2.50 2.26 6447000000000 9244000000000 10663000000000 4243000000000 6668000000000 3825000000000 3644000000000 3936000000000 3036000000000 2918000000000 3412000000000 3321000000000 3242000000000 4993000000000 128 Lampiran 2 : Uji Normalitas 8 Series: Residuals Sample 2009M01 2012M12 Observations 48 7 6 5 4 3 2 1 0 -0.004 -0.002 0.000 0.002 Mean Median Maximum Minimum Std. Dev. Skewness Kurtosis 3.85e-17 5.65e-05 0.004396 -0.004689 0.001909 -0.102305 2.859407 Jarque-Bera Probability 0.123263 0.940229 0.004 Lampiran 3 : Uji Multikolinieritas FDR LNDPK LNSBIS NPF FDR 1.000000 -0.181828 -0.561479 0.233885 LNDPK -0.181828 1.000000 0.633318 -0.926464 LNSBIS -0.561479 0.633318 1.000000 -0.672005 NPF 0.233885 -0.926464 -0.672005 1.000000 129 Lampiran 4 : Uji Heteroskedastisitas .028 .024 .020 .006 .016 .004 .012 .002 .000 -.002 -.004 -.006 2009 2010 Residual 2011 Actual 2012 Fitted White Heteroskedasticity Test: F-statistic Obs*R-squared 1.477777 18.49668 Probability Probability 0.174220 0.185086 Test Equation: Dependent Variable: RESID^2 Method: Least Squares Date: 08/20/13 Time: 15:29 Sample: 2009M01 2012M12 Included observations: 48 Lampiran 5 : Uji Autokorelasi Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test: F-statistic Obs*R-squared 1.241584 2.741107 Probability Probability 0.299561 0.253966 Test Equation: Dependent Variable: RESID Method: Least Squares Date: 08/20/13 Time: 15:32 130 Lampiran 6 : Hasil Regresi Metode Ordinary Least Square (OLS) Dependent Variable: ROA Method: Least Squares Date: 08/20/13 Time: 15:25 Sample: 2009M01 2012M12 Included observations: 48 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. FDR LNDPK LNSBIS NPF C 0.046037 -0.005565 0.001291 -0.256407 0.124662 5.187609 -2.985527 1.149197 -3.026928 1.799718 0.0000 0.0047 0.2568 0.0042 0.0789 R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood Durbin-Watson stat 0.467755 0.418243 0.001996 0.000171 232.9351 1.534132 0.008874 0.001864 0.001124 0.084709 0.069268 Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion F-statistic Prob(F-statistic) 0.018742 0.002617 -9.497294 -9.302377 9.447454 0.000014 131