analisis pengaruh financing to deposit ratio (fdr), dana pihak ketiga

advertisement
ANALISIS PENGARUH FINANCING TO DEPOSIT RATIO (FDR),
DANA PIHAK KETIGA (DPK), SERTIFIKAT BANK INDONESIA
SYARIAH (SBIS), DAN NON PERFORMING FINANCING (NPF)
TERHADAP RETURN ON ASSET (ROA), PERIODE JANUARI 2009 –
DESEMBER 2012
Oleh:
Dwi Rahayu Sulistianingrum
NIM: 109084000074
JURUSAN ILMU EKONOMI DAN STUDI PEMBANGUNAN
FAKULTAS ILMU EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1434 H/2013 M
ANALISIS PENGARUH FINANCING TO DEPOSIT RATIO (FDR), DANA PIHAK
KETIGA (DPK), SERTIFIKAT BANK INDONESIA SYARIAH (SBIS), DAN NON
PERFORMING FINANCING (NPF) TERHADAP RETURN ON ASSET (ROA),
PERIODE JANUARI 2009 – DESEMBER 2012
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Untuk Memenuhi Syarat-syarat untuk Meraih
Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh:
Dwi Rahayu Sulistianingrum
NIM: 109084000074
JURUSAN ILMU EKONOMI DAN STUDI PEMBANGUNAN
FAKULTAS ILMU EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1434 H/2013 M
fl
ANALISIS PENGARUH FINANCING TO DEPOSIT RATIO (FDR), DANA
PIHAK KETIGA (DPK), SERTIFIKAT BANK INDONESIA SYARIAH
(SBIS), DAN NON PERFORMING FINANCING (NPF) TERHADAP
RETURN ON ASSET EOA), PERIODE JANUART 2009- DESEMBER
2012
Skripsi
EkonomidanBisnis
DiajukankepadaFakultas
untukMeraihGelarSadanaEkonomi
Syarat-syarat
Untukmemenuhi
Oleh
DrviRahayuSulistianinqrum
NIM: 109084000074
Di BawahBimbingan
I
Pembimbing
II
Pembimbing
Dr. Ir. H. RoikhanMochamadAziz.MM
Yoehi Citra Pratama.M.Si
N I P .1 9 8 3 0 7 1270 1 1 0 1 0 1 1
JURUSAN ILMU EKONOMI DAN STUDI PEMBANGUNAN
FAKULTAS ILMU EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
M
1434H.12013
r
I, OT\Ti}
A [i. PEJ\IGF;.5..\
HENSTt.HAN UJIAN KOil,/tPRI,]
Hari ini Rabu.5 Juni2013telahdilakukanu.jiankornprehensif
atasmahasisrva:
l.
2.
3.
4.
Nama
NIN,I
Jurusan
Judulskripsi
Drvi RahayuSulistianingrurn
l 09084000074
Ilmu Ekonorri dan Studi Pernbangunalt
AnalisisPengaruhFinancingto DepositRatio GDR), DanaPihak
Ketiga(DPK), SertifikatBarikIndonesia
Syariah(SBIS),danrVon
PerformingFinancing(NPF) terliadapReturnon Asset(ROA),
PeriodeJanuari2009- Desernber2012
Setelahmencennatidan memperhatikanpenampilandan kemampuanyang bersangkutan
selamaprosesujian kornpreirensif,maka diputuskanbahlva mahasiswatersebutdiatas
dinyatakanlulus dan diberi keseurpatan
untuk melanjutkanke tahapujian skripsisebagai
salahsatr.r
syaratuntuk memperolehgelar SarjanaEkonomi padaFakultasEkonontidan
BisnisUniversitasIslamNegeri Syarif Hiclavatullah
Jakarta.
Jakarta,5 Juni 2013
1. Prof. Dr. Abdul Harnid,MS
NIP. 19s70617
1 9 8 s 0 3I 0 0 2
2. Dr. Lukman,M.Si
NIP. I 98207tO 20}gt2 2 002
Yoghi Citra Pratarna.M.Si
N I P .1 9 8 3 0 7 1270 1 t 0 11 0 1 1
PengujiAhli
{
LEI\,IBARPENGESAHANUJIAN SKRIPSI
H a r i S e n i n ,l 6 S e p t e m b e2r0 1 3t e l a hd i l a k u k a U
n j i a nS k r i p sai t a sm a h a s i s r v a :
l.
2.
3.
4.
Nama
NIM
Jurusan
JudulSkripsi
:
:
:
:
Dr.viRahayuSulistianingrum
109084000074
Ilmu EkonomidanStudiPembangunarr
AnalisisPengaruh
Financingto DepositRatio(FDR),DanaPihak
K e t i g a( D P K ) ,S e r t i f i k aBt a n kl n d o n e s iS
a y a r i a h( S B I S ) ,d a nN o n
P e r f o r t t t i t t g F i t t c u t c i t t g ( N P F ) t e l h a c l a pR e t t r t ' t ro t t A s s e t ( R O A ) .
P e r i o c lJea r r u a2r i0 0 9* D e s e r r b e2r0' 12
Setelahrnencennatidan i:remperhatikan
penarnpilan
dan kernarnpuan
yang bersangkutan
selamaprosesujian skripsi,maka diputuskan
tersebutdi atasdinyatakan
bahrvamahasiswa
lulus dan skripsi ini diterima sebagaisalahsatu syaratuntuk memperolehgelar Sarjana
Ekonomi pada FakultasEkonomi dan Bisnis Universitas
IslarnNegeri Syarif Hidayatullah
Jakarta.
Jakarta,l6 Septemb
er 2013
l . H e r n iA l i H T , S E ,M M
l.1IDN. 0422t25902
2. Dr. Lukman,M. Si
NIP. r 98207102009122 002
ans
3. ZuhairanY. Yunan, SE, M.Sc
NIP. 1980041
6 200912t002
PengujiAhli
4 . D r . I r . H . R o i k h a nM o c h a m a dA z i z . M M
P e m b i m b i nI g
1)Lt2.ltt-5 . Y o g h i C i t r aP r a t a m aM, . S i
N I P . I 9 8 3 0 7 1 72 0 n 0 1 I 0 l I
vU
PembimbingII
,{
I
LEMBAR PERNYATAAN
KEASLIAN KARYA ILMIAH
Yang bertandatangandibawahini:
NamaMahasiswa
:
Dwi RahayuSulistianingrum
NIM
109084000074
Jurusan
IlmuEkonomidanStudiPembansunan
Denganini menyatakanbahwadalampenulisanskripsiini, saya:
1. Tidak menggunakanide orang lain tanpa mampu mengembangkandan
mempertanggungiawabkan.
2. Tidak melakukanplagiat terhadapnaskahkarya orang lain.
3. Tidak menggunakankarya orang lain tanpa menyebutkansumber asli
atau tanpa ijin pemilik karya.
4. Tidak melakukanmanipulasidan pemalsuandata.
5. Mengerjakan sendiri karya ini dan mampu mempertanggungiawabkan
hasil karya ini.
Jikalau dikemudianhari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya dan telah
melalui bukti yang dapat dipertanggungjawabkan, ternyatamemangditemukan
bukti bahwa sayamelanggarpernyataandiatas,maka sayasiap untuk dikenakan
sanksi berdasarkanaturan yang berlaku di FakuktasEkonomi dan Bisnis UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
Demikianpernyataanini sayabuat dengansesungguhnya.
Jakarta,5 Septembe
r 20L3
Yang Menyatakan,
(Dwi RahayuSulistianingrum)
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
DATA PRIBADI
Nama
:
Dwi Rahayu Sulistianingrum
Tempat, Tanggal Lahir
:
Jakarta, 15 September 1991
Jenis Kelamin
:
Perempuan
Alamat
:
Jl. Mujahidin Rt. 007 Rw. 04 No. 4A, Ulujami,
Pesanggrahan, Jakarta Selatan, 12250.
Agama
:
Islam
No. Telepon/HP
:
-/085717587693
Email
:
[email protected]
Twitter
:
@dirabankai
PENDIDIKAN FORMAL
Tingkat Pendidikan
Perguruan Tinggi
Sekolah/Universitas
Universitas
Islam
Negeri
Syarif
Hidayatullah Jakarta
Sekolah Menengah SMA Negeri 47 Jakarta
Atas (SMA)
Sekolah Menengah SMP
Negeri
153
Pertama (SMP)
Jakarta
Sekolah Dasar (SD)
SD Negeri 17 pagi
Jakarta
i
Jurusan
Tahun
Ilmu
Ekonomi 2009-2013
dan
Studi
Pembangunan
IPS
2006-2009
2003-2006
1997-2003
ABSTRACT
This study aimed to analyze the influence of Financing to Deposit Ratio
(FDR), Third Party Funds (TPF), Bank Indonesia Sharia Certificate (SBIS), and
Non-Performing Financing (NPF) on Return on Assets (ROA) of Islamic banking
in Indonesia. Analyses were performed with less menggunakakn monthly time
series data published by Bank Indonesia in the study period of 2009 to 2012.
The method used in this study is the Ordinary Least Square (OLS) on the
program Eviews 5. The results of this study indicate that the Financing to Deposit
Ratio (FDR) has the t-count equal to 5.187609 with a significance level of 0.0000,
which means that the partial positive and significant impact on Return on Assets
(ROA). While in the Third Party Funds (TPF) obtained t-count equal to -2.985527
with a significance level of 0.0047 which means partially negative and significant
impact on Return on Assets (ROA). Next to the Indonesian Bank Syariah
Certificate (SBIS) obtained t-count equal to 1.149197 with a significance level of
0.2568, it means that no partial effect on Return on Assets (ROA). In addition, for
Non Performing Financing (NPF) obtained t-count equal to -3.026928 with a
significance level of 0.0042 which means partially negative and significant impact
on Return on Assets (ROA). The regression results also show F-statistic value of
9.447454 with a probability of 0.000014 so it can be concluded that the variable
Financing to Deposit Ratio (FDR), Third Party Funds (TPF), Bank Indonesia
Sharia Certificate (SBIS), and Non-Performing Financing (NPF) simultaneous or
together have an influence on the Return on Assets (ROA) on Islamic banking in
Indonesia.
Keywords: Islamic Banking, FDR, third party funding, SBIS, NPF, ROA
ii
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh Financing to Deposit
Ratio (FDR), Dana Pihak Ketiga (DPK), Sertifikat Bank Indonesia Syariah
(SBIS), dan Non Performing Financing (NPF) terhadap Return on Asset (ROA)
perbankan syariah di Indonesia. Analisis dilakukan dengn menggunakakn data
runtun waktu bulanan yang dipublikasikan oleh Bank Indonesia dalam penelitian
periode 2009 sampai dengan 2012.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Ordinary Least
Square (OLS) pada program Eviews 5. Hasil dari penelitian ini menunjukkan
bahwa Financing to Deposit Ratio (FDR) memiliki hasil t-hitung sebesar
5.187609 dengan tingkat signifikansi sebesar 0.0000, yang berarti secara parsial
berpengaruh positif dan signifikan terhadap Return on Asset (ROA). Sedangkan
padaDana Pihak Ketiga (DPK) diperoleh t-hitung sebesar-2.985527 dengan
tingkat signifikansi sebesar 0.0047 yang berarti secara parsial berpengaruh negatif
dan signifikan terhadap Return on Asset (ROA). Selanjutnya untuk Sertifikat
Bank Indonesia Syariah (SBIS) diperoleh t-hitung sebesar 1.149197 dengan
tingkat signifikansi sebesar 0.2568, itu berarti secara parsial tidak berpengaruh
terhadap Return on Asset (ROA). Selain itu, untuk Non Performing Financing
(NPF) diperoleh t-hitung sebesar -3.026928 dengan tingkat signifikansi sebesar
0.0042 yang berarti secara parsial berpengaruh negatif dan signifikan terhadap
Return on Asset (ROA). Hasil regresi ini juga menunjukkannilai F-statistik
sebesar 9.447454 dengan probabilitas sebesar 0.000014 sehingga dapat
disimpulkan bahwa variabel Financing to Deposit Ratio (FDR), Dana Pihak
Ketiga (DPK), Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS), dan Non Performing
Financing (NPF) secara simultan atau bersama-sama memiliki pengaruh terhadap
Return on Asset (ROA) pada perbankan syariah di Indonesia.
Kata Kunci : Perbankan Syariah, FDR, Dana Pihak Ketiga, SBIS, NPF, ROA
iii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Alhamdulillah, segala puji dan syukur kita panjatkan kehadiat Allah SWT
yang telah menurunkan Islam sebagai tuntunan kehidupan yang membawa kepada
kesejahteraan, keadilan, keberkahan, dan kesempurnaan dan juga atas segala
limpahan rahmat-Nya kepada kita semua sehingga kita dapat merasakan nikmat
Islam, nikmat Iman, dan nikmat sehat wal’afiat. Shalawat serta salam senantiasa
tercurahkan kepada Rasulullah Muhammad Salallahu A’laihi Wassalam,
pembawa risalah, penyampai amanah, dan pemberi nasihat kepada umat manusia,
serta para sahabat, keluarga dan orang-orang sholeh yang Allah ridhoi.
Hanya karena rahmat, karunia, dan keridhaan-Nya lah penulis memiliki
kekuatan, kemauan, kesmpatan, dan kemudahan dalam menyelesaikan skripsi ini
yang berjudul “Analisis Pengaruh Financing to Deposit Ratio (FDR), Dana
Pihak Ketiga (DPK), Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS), dan Non
Performing Financing (NPF) terhadap Return on Asset (ROA), periode
Januari 2009 – Desember 2012” dengan tujuan untuk memenuhi salah satu
syarat meraih gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Ilmu Ekonomi dan Bisnis di
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Alhamdulillah, dengan
pertolongan dan rahmat Allah Subhanahu Wata’ala, skripsi ini telah selesai,
walupun penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan skripsi
ini. Namun dari lubuk hati yang paling dalam, penulis berharap semoga skripsi ini
sedikit banyak mudah-mudahan insya Allah dapat bermanfaat bagi banyak orang,
Amin.
Skripsi ini tidak akan terwujud tanpa bantuan dari berbagai pihak. Untuk
itu penulis mengucapkan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya dan semoga
Allah SWT memberikan pahala atas amal kebaikan dari semua pihak yang telah
membantu penyelesaian skripsi ini, diantaranya adalah:
iv
1. Kedua orang tercinta yaitu Bapak Effendi dan Ibu Ramini, mungkin tiada kata
yang dapat menggambarkan beribu-ribu rasa terima kasih saya atas segala hal
yang telah diberikan hingga detik ini. Skripsi ini merupakan persembahan
untuk kedua orang tua saya agar membuat meraka bangga telah melahirkan
anak seperti saya.
2. Kakakku satu-satunya yang tercinta dan tersayang, Nur Mukharromah Hastuti,
terima kasih untuk semua hal yang telah diberikan kepada penulis. Terima
kasih karena selama ini telah menjadi sorang kakak yang paling baik dan
berperan sebagai ibu kedua buat saya dan juga menjadi sahabat terbaik di saat
saya membutuhkan tempat untuk mencurahkan hati dan berkeluh kesah.
Terima kasih atas saran-saran dan nasehatnya yang sangat bermanfaat bagi
saya dan juga untuk tidak pernah lelah mengingatkan saya agar senantiasa
berdoa, shalat tepat waktu, puasa sunah, shalat sunah, dan banyak-banyak
bersedekah agar segala sesuatu yang dilakukan diberikan kemudahan dan
kelancaran oleh Allah SWT. Semoga kita berdua bisa memberikan yang
terbaik dan bermanfaat bagi keluarga kita ya mba, Amin.
3. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid, M.Si selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Bapak Dr. Lukman, M.Si selaku Ketua Jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi
Pembangunan (IESP), yang telah memberikan dukungan untuk IESP dan
semua mahasiswanya.
5. Bapak Dr. Ir. H. Roikhan Mochamad Aziz, MM, sebagai penemu habslm
selaku Dosen Pembimbing I yang telah banyak membantu penulisan dalam
penyelesaian skripsi ini, juga memberikan motivasi, saran serta ilmunya dalam
membimbing sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
6. Bapak Yoghi Citra Pratama, M.Si, selaku Dosen Pembimbing II yang telah
memberikan bimbingan, pengarahan, motivasi, semangat, saran dengan
meluangkan waktu, pikiran, tenaga, dan juga memberikan ilmu dalam
membimbing penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.
Dan juga tak pernah lupa menyarankan penulis agar selalu rajin dalam
beribadah kepada Allah SWT dengan melaksanakan shalat wajib, shalat
v
sunah, puasa, sedekah dan motivasi spiritual lainnya pada setiap pertemuan
bimbingan skripsi.
7. Terima kasih banyak untuk sepupu saya, Nesti dan juga sahabat-sahabatnya
(Eva, Eni dan Marsha) yang telah memberikan motivasi, semangat dan
pengetahuannya serta berbagai informasi mengenai perkuliahan sehingga
penulis bisa menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
8. Terima kasih banyak kepada Zona, Rini, Rhomdhon, dan Kana untuk
kebersamaannya selama ini, semoga kebersamaan kita bisa terus terjalin
dengan baik.
9. Terima kasih juga kepada teman-teman seperjuangan, Lia, Anis, Ratna, Citra,
Naila, Ami, Lisa, Putri, dan Okta untuk semangat, keceriaan dan pengalaman
yang berharga bagi penulis dalam menjalani kegiatan perkuliahan.
10. Terima kasih juga untuk seluruh teman-teman di IESP angkatan 2009 yang
tidak bisa penulis sebutkan namanya satu persatu, semoga kita semua bisa
menjadi generasi penerus yang bisa membuat Negara Indonesia ini menjadi
lebih baik.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan, baik dari segi bahasa, isi maupun analisisnya, sehingga penulis
sangat
berharap
atas
kritik
dan
saran
dari
berbagai
pihak
untuk
penyempurnaannya.
Akhirkata, penulis ucapkan Alhamdulillahirrabil’alamin.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Jakarta, 5 September 2013
(Dwi Rahayu S)
vi
DAFTAR ISI
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
i
ABSTRACT
ii
ABSTRAK
iii
KATA PENGANTAR
iv
DAFTAR ISI
vii
DAFTAR TABEL
xii
DAFTAR GAMBAR
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
xiv
BAB I PENDAHULUAN
1
A.
Latar Belakang
1
B.
Rumusan Masalah
10
C.
Tujuan Penelitian
10
D.
Manfaat Penelitian
11
BAB IITINJAUAN PUSTAKA
13
A. Bank Syariah
13
1.
Pengertian Bank Syariah
13
2.
Prinsip Bank Syariah
18
3.
Produk Penyaluran Dana Bank Syariah
18
4.
Produk Penghimpunan Dana Bank Syariah
23
5.
Jasa Perbankan
25
B. Return on Asset (ROA)
25
C. Financing to Deposit Ratio (FDR)
29
D. Dana Pihak Ketiga (DPK)
32
vii
1.
Pengertian Dana Pihak Ketiga (DPK)
32
2.
Jenis-Jenis Dana Pihak Ketiga (DPK) Pada Bank Syariah
34
E. Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS)
36
1.
Pengertian Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS)
36
2.
Karakteristik SBIS
36
3.
Ketentuan Hukum SBIS
38
4.
Mekanisme Penerbitan SBIS
39
5.
Pihak-Pihak dalam Lelang SBIS
39
6.
Pembatalan Hasil dan Transaksi Lelang SBIS
40
7.
Sanksi SBIS
40
F. Non Performing Financing (NPF)
41
1.
Pengertian Non Performing Financing (NPF)
41
2.
Penilaian Kesehatan Pembiayaan Bermasalah
42
3.
Perhitungan Non Performing Financing (NPF)
43
G. Keterkaitan Antar Variabel
1.
44
Keterkaitan Antara Financing to Deposit Ratio (FDR) Dengan
Return on Asset (ROA)
2.
44
Keterkaitan Antara Dana Pihak Ketiga (DPK) Dengan Return on
Asset (ROA)
3.
45
Keterkaitan Antara Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) Dengan
Return on Asset (ROA)
4.
46
Keterkaitan Antara Non Performing Financing (NPF) Dengan
Return on Asset (ROA)
47
H. Penelitian Terdahulu
48
I. Kerangka Berpikir
62
J. Hipotesis
67
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
70
A. Ruang Lingkup Penelitian
70
B. Metode Pengumpulan Data
70
viii
C. Metode Analisis Data
71
1. Uji Asumsi Klasik
74
a. Uji Normalitas
74
b. Uji Multikolinieritas
75
c. Uji Heteroskedatisitas
76
d. Uji Autokorelasi
77
2. Pengujian Hipotesis Statistik
79
a. Uji Parsial (Uji-t)
79
b. Uji Signifikansi Stimultan (Uji Statistik F)
80
3. Uji Koefiesien Determinasi (Adjusted R2)
81
D. Operasional Variabel Penelitian
81
1. Variabel Dependen (Y)
81
2. Variabel Independen (X)
82
a. Financing to Deposit Ratio (FDR)
82
b. Dana Pihak Ketiga (DPK)
82
c. Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS)
83
d. Non Performing Financing (NPF)
83
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian
84
84
1. Sejarah Perkembangan Bank Syariah di Dunia
84
a. Praktik Perbankan di Masa Rasulullah
84
ix
b. Perbankan Syariah Modern
85
2. Perkembangan Bank Syariah di Indonesia
86
3. Perkembangan Return on Asset (ROA)
89
4. Perkembangan Financing to Deposit Ratio (FDR)
91
5. Perkembangan Dana Pihak Ketiga (DPK)
93
6. Perkembangan Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS)
95
7. Perkembangan Non Performing Financing (NPF)
97
B. Hasil Analisis dan Pembahasan
98
1. Uji Asumsi Klasik
99
a. Uji Normalitas
99
b. Uji Multikolinieritas
100
c. Uji Heteroskedatisitas
102
d. Uji Autokorelasi
103
2. Pengujian Hipotesis Statistik
104
a. Uji Parsial (Uji-t)
105
b. Uji Signifikansi Simultan (Uji-F)
107
3. Koefiesien Determinasi
108
C. Analisis Ekonomi
109
BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI
118
A. Kesimpulan
118
B. Implikasi
119
x
DAFTAR PUSTAKA
121
LAMPIRAN
127
xi
DAFTAR TABEL
No.
1.1
Keterangan
Halaman
Komposisi Return on Asset (ROA), FDR, DPK, SBIS, NPF Periode 2009 –
2012 Di Indonesia
2.1
7
Perhitungan NPF Berdasarkan Kemampuan Bayar Nasabah (Debitur) di
Bank Syariah
43
2.2
Penelitian Terdahulu
57
4.1
Uji Normalitas Jarque-Bera
99
4.2
Hasil Uji Correlation Matrix
101
4.3
Hasil Uji White Heteroskedasticity Test
103
4.4
Hasil Uji Langrange Multiple Test (LM-Test)
104
4.5
Hasil regresi Metode Ordinary Least Square (OLS)
104
xii
DAFTAR GAMBAR
No.
Keterangan
Halaman
2.1
Skema SBIS
38
2.2
Kerangka Berpikir
66
4.1
Perkembangan Return on Asset (ROA) Periode Januari 2009 – Desember
2012
4.2
90
Perkembangan Financing to Deposit Ratio (FDR) Periode Januari 2009 –
Desember 2012
4.3
91
Perkembangan Dana Pihak Ketiga (DPK Periode Januari 2009 – Desember
2012
4.4
93
Perkembangan Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) Periode Januari
2009 – Desember 2012
4.5
4.6
96
Perkembangan Non Performing Financing (NPF) Periode Januari 2009 –
Desember 2012
97
Uji Heteroskedastisitas Dengan Melihat pola Residual
102
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
No.
Keterangan
Halaman
1
Data Penelitian Januari 2009 – Desember 2012
127
2
Uji Normalitas
129
3
Uji Multikolinieritas
129
4
Uji Heterokedastisitas
130
5
Uji Autokorelasi
130
6
Hasil regresi Metode Ordinary Least Square
131
xiv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bagi suatu negara bank dapat dikatakan sebagai darahnya perkonomian
suatu negara. Oleh karena itu, peranan perbankan sangat mempengaruhi kegiatan
ekonomi suatu negara. Dengan kata lain kemajuan suatu bank di suatu negara
dapat pula dijadikan ukuran kemajuan negara yang bersangkutan. Semakin maju
suatu negara, maka semakin besar peranan perbankan dalam mengendalikan
negara tersebut.Artinya, keberadaan dunia perbankan semakin dibutuhkan
pemerintah dan masyarakatnya (Kasmir, 2004:7).
Dengan didirikannya lembaga keuangan seperti perbankan di Indonesia,
diharapkan bisa menjadi solusi bagi pihak-pihak yang membutuhkan dana untuk
menjalankan perekonomian masyarakat. Selain itu, pendirian bank ini
diharapkan tidak hanya sebagai lembaga keuangan yang hanya berorientasi pada
laba dan hanya bertujuan untuk mendapatkan keuntungan maksimal, tetapi juga
harus mempunyai kontribusi di dalam pengembangan ekonomi suatu negara.
Perkembangan perbankan syariah di Indonesia dimulai pada tahun
1991 ketika berdirinya bank umum syariah pertama di Indonesia yaitu Bank
Muamalat
Indonesia.
Kemudian,
untuk
mempercepat
pertumbuhan
perekonomian syariah di Indonesia, pemerintah merubah UU Perbankan
Syariah No. 7 Tahun 1992 tentang Perbanakan menjadi UU No. 10 Tahun
1998 dimana berisi tentang arahan bagi Bank Konvensional dalam membuka
Unit Usaha Syariah (UUS) atau mengkonversi menjadi Bank Umum Syariah
1
1
(BUS). Namun, hingga memasuki pertengahan tahun 2000 tidak banyak
tercatat berdirinya BUS yang baru, tapi hanya sebatas membuka UUS, ini
dikarenakan para pakar ekonomi berpendapat bahwa UU No. 10 Tahun 1998
belum sepenuhnya membahas tentang Perbankan Syariah. Oleh karena itu,
pada tanggal 16 Juli 2008 pemerintah berhasil membuat suatu landasan
hukum yang secara penuh dan spesifik mengatur tentang perbankan syariah
yaitu UU No. 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah (Antonio, 2011:26).
Perkembangan perbankan syariah dari tahun ke tahun merupakan
fenomena tersendiri dalam percaturan dunia perbankan di Indonesia. Riset yang
dilakukan MC Consulting salah satu lembaga konsultan yang didukung Forum
Silahturahmi Studi Ekonomi Islam (FoSSEI) sebagaimana dikutip Dahmi
Ahmad dalam bisnis.com (25 September 2006) menunjukkan bahwa bank
syariah hanya sebagai tempat menyimpan uang bukan pilihan berinvestasi.
Makna sederhananya, para responden memilih mencari tambahan penghasilan di
bank konvensional dan hanya mencari ketenangan batin di bank syariah.Hasil
survey tersebut menunjukkan bahwa perkembangan perbankan syariah selama
ini masih mengedepankan isu halal-haram daripada kinerja yang professional.
Oleh karena itu, perbankan syariah dituntut tidak lagi mengedepankan aspek
kehalalannya saja, tapi juga bagaimana mencetak profit yang tinggi, prospektif
dan kompetitif, karena bagi setiap perusahaan aspek profitabilitas merupakan
aspek yang sangat penting sebagai bukti kinerja yang professional dari
keunggulan sistem yang dijalankan. (Romdhona dalam Bambang Agus
Pramuka, 2010:64)
2
Salah satu indikator performance atau kinerja profitabilitas bank
adalah return on asset (ROA). Rasio ini digunakan untuk mengukur sejauh
mana asset khususnya aktiva produktif (pembiayaan) yang dimiliki bank dapat
menghasilkan laba yang menjadi tujuan dari bisnis perbankan. ROA
memberikan informasi mengenai efisiensi bank yang dijalankan karena return
on asset (ROA) menunjukkan berapa banyak laba yang dihasilkan secara ratarata dari $1 asetnya. (Mishkin, 2008:172)
Semakin besar ROA suatu bank, semakin besar pula tingkat
keuntungan yang dicapai bank tersebut dan semakin baik pula posisi bank
tersebut dari segi penggunaan asset (Dendawijaya, 2009:118). Semakin besar
ROA menunjukkan kinerja perusahaan semakin baik, karena tingkat
pengembalian (return) yang diperoleh semakin besar. Sebagaimana halnya
bank konvensional, bank syariah juga merupakan lembaga keuangan yang
berorientasi pada laba (profit oriented). Laba bukan hanya untuk kepentingan
pemilik atau pendiri, tetapi juga untuk pengembangan usaha. Dalam rangka
mmeningkatkan profitabilitasnya bank syariah menempatkan dana yang telah
dihimpun dalam bentuk kredit atau pembiayaan, baik bersifat jangka pendek
maupun jangka panjang (Muhammad dalam Bambang Agus Pramuka,
2010:64).
Pertumbuhan bisnis perbankan syariah selalu menunjukkan kinerja
positif, dapat dilihat dari dari penghimpunan dana yang selalu meningkat
setiap tahunnya dan meningkat sangat pesat di tahun 2009 dengan
pertumbuhan sebesar 41,84%. Demikian pula halnya dengan pembiayaan yang
3
tumbuh 22,76%. Meskipun pertumbuhan bisnis perbankan syariah meningkat,
tingkat ROA yang merupakan proksi dari profitabilas selalu mengalami
fluktuasi (Kharisma, 2012:2).
Dalam perkembangan bank syariah di Indonesia memperlihatkan
kinerja yang cukup baik, penghimpunan dana pihak ketiga juga mengalami
kenaikan pesat di atas industri perbankan secara umum. Optimalisasi itu
tercermin dari membaiknya rasio pembiyaan dana pihak ketiga financing to
deposit ratio (FDR) bank syariah yang mencapai 100%, data per desember
2012, asset perbankan syariah mencapai Rp 195.018 triliun meningkat dari
periode yang sama pada tahun sebelumnya yaitu sebesar Rp 49.551 triliun (BI
Desember, 2012:38).
Tingginya FDR bank syariah ini tidak terlepas dari karakteristik utama
bank syariah yang senantiasa mengaitkan kegiatan perbankan dengan aktivitas
sektor riil, hal ini didasari pada prinsip-prinsip perbankan syariah yang dalam
kegiatan operasionalnya tidak dibenarkan melakukan pembiayaan (investasi)
pada jenis usaha yang dapat menimbulkan kemudharatan, seperti melakukan
masyir, gharar, riba, dan bathil serta ikhtikar (spekulasi), dan lain-lain
(Mariyam, 2009:3).
Peningkatan return on asset (ROA) juga salah satunya berasal dari
sumber dana. Sumber dana yang dimiki perbankan syariah berasal dari modal
inti dan dari Dana Pihak Ketiga (DPK). Dana Pihak Ketiga (DPK) adalah
modal yang paling banyak dihimpun oleh bank dari masyarakat yang berupa
tabungan mudharabah, giro wadiah dan deposito mudharabah. Dana Pihak
4
Ketiga (DPK) yang terkumpul kemudian akan disalurkan dalam bentuk
pembiayaan, dari pembiayaan tersebut bank akan mendapatkan keuntungan
dimana keuntungan tersebut akan menambah return on asset (ROA) bank.
Dana Pihak Ketiga Bank syariah terdiri dari dua kategori mata uang yaitu
rupiah dan dollar (Muhammad, 2004:162).
Sumber dana merupakan hal terpenting bagi bank untuk dapat
meningkatkan jumlah kredit atau pembiayaan yang akan dilempar ke
masyarakat. Dalam memberikan kredit atau pembiayaan, sektor perbankan
memerlukan ketersediaan sumber dana. Semakin banyak dana yang dimiliki
oleh bank, maka akan semakin besar peluang bank untuk menjalankan
fungsinya. Dana-dana yang dimaksud meliputi dana yang bersumber dari bank
itu sendiri, dana yang bersumber dari lembaga lainnya, dan dana yang
bersumber dari masyarakat (Kasmir, 2002:62).
Dalam menghimpun dana dari masayarakat, bank syariah menawarkan
berbagai macam kemudahan dan jenis simpanan yang dapat dipilih oleh
nasabah. Penghimpun dana di bank syariah dapat berbentuk giro, tabungan dan
deposito (Karim, 2007:107). Dana yang bersumber dari masyarakat luas atau
dana pihak ketiga (DPK) merupakan sumber dana terpenting bagi kegiatan
opersional suatu bank dan merupakan ukuran keberhasilan bank jika mampu
membiayai operasinya dari sumber dana ini (Kasmir, 2010:64).
Bank memerlukan tempat untuk menyalurkan dana-dana yang
terkumpul salah satunya dalam bentuk investasi berupa Sertifikat Bank
Indonesia Syariah (SBIS) dengan akad jua‟lah sesuai dengan peraturan yang
5
dikeluarkan Bank Indonesia pada Nomor 10/11/PBI/2008 dengan persetujuan
Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia berdasarkan Fatwa DSNMUI Nomor 63/DSN-MUI/XII/2007 tentang Sertifikat Bank Indonesia Syariah
(SBIS) dan Fatwa DSN-MUI Nomor 64/DSN-MUI/XII/2007 tentang sertifikat
Bank Indonesia Syariah jua‟lah untuk menerbitkan Sertifikat Bank Indonesia
Syariah (SBIS). Bank Indonesia menetapkan imbalan atas Sertifikat Bank
Indonesia Syariah (SBIS) yang diterbitkan, imbalan yang diterbitkan tersebut
akan mempengaruhi tingkat return on asset (ROA) bank (Sulistyaningsih,
2012:6).Hadirnya SBIS setidaknya merupakan langkah awal dan sinyal untuk
memantapkan dan meningkatkan industri perbankan syariah dan masalah
penempatan likuiditas. Dengan tingkat pengembalian yang setara atau
mendekati bunga Sertifikat Bank Indonesia membuat pilihan instrumen
investasi ini menarik digunakan disaat perbankan mengalami kelebihan
likuiditas.
Menurut Arifin (2009:199), apabila bank syariah mempunyai
kelebihan dana pada tingkat likuiditas maka dana kelebihan tersebut dapat
dititipkan kepada Bank Indonesia yang dalam operasi moneternya melalui
penerbitan SBIS mengumumkan target penyerapan likuiditas kepada bankbank syariah sebagai upaya pengendalian moneter dan menjanjikan imbalan
(reward/‟iwadh,ju‟l) dari bank Indonesia kepada perbankan syariah.
Dalam sebuah teori disebutkan bahwa dana pihak ketiga merupakan
tulang punggung dari kegiatan operasional bank. Dana tersebut akan
disalurkan oleh bank dalam bentuk pembiayaan, baik pembiayaan dengan
6
akad bagi hasil (mudharabah dan musyarakah), jual beli (murabahah) atau
akad pelengkap lainnya. Pembiayaan tersebut menghasilkan revenue bagi hasil
untuk nasabah dan juga untuk bank yang nantinya akan mempengaruhi besar
kecilnya profitabilitas bank. Namun pembiayaan yang besar tentunya memiliki
risiko NPF yang cukup tinggi. NPF adalah pembiayaan yang tidak menepati
jadwal angsuran sehingga terjadi tunggakan.NPF merupakan risiko dari adanya
pembiayaan yang disalurkan oleh Bank kepada nasabah. Besar kecilnya NPF
akan berpengaruh pada profitabilitas, karena hal tersebut mungkin dapat
menurunkan tingkat profitabilitas pada tahun berjalan (Kharisma, 2012:2).
Berikut ini merupakan data tabel yang menggambarkan secara umum
tentang Return on Asset (ROA), Financing to Deposit Ratio (FDR), Dana
Pihak Ketiga (DPK), Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS), dan Non
Performing Financing (NPF) yang terjadi pada tahun 2009 sampai dengan
2012.
Tabel 1.1
Komposisi Return on Asset (ROA), FDR, DPK, SBIS, dan NPF
Periode 2009 - 2012 Di Indonesia
Tahun
ROA
FDR (%)
(%)
DPK
SBIS
NPF
(Rp/Milyar)
(Rp/Milyar)
(%)
2009
1,48
89,70
52.271
3.076
4,01
2010
1,67
89,67
76.036
5.408
3,02
2011
1,79
88,94
115.415
9.244
2,52
2012
2,14
100
147.512
4.993
2,26
Sumber: Bank Indonesia (data diolah 2009-2012)
7
Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa Return on Asset (ROA)
mengalami peningkatan setiap tahunnya sebesar 0,66% dari 1,48% pada tahun
2009 meningkat menjadi 2,14 pada tahun 2012. Peningkatan nilai ROA yang
terus bertambah juga menggambarkan bahwa bank syariah di Indonesia telah
mengalami perkembangan yang pesat pada tahun-tahun terkahir. Pertumbuhan
perbankan syariah di Indonesia juga tidak terlepas dari adanya peran performa
kinerja perbankan syariah itu sendiri yang dapat diukur dari nilai FDR dan
NPF yang relatif terkontrol.
Pada kolom Financing to Deposit Ratio (FDR), terlihat bahwa nilai
FDRsempat mengalami penurunan, dimana pada tahun 2010 sebesar 89,67%
menurun sebesar 0,73% menjadi 88,94% pada tahun 2011. Penurunan ini
menunjukkan bahwa perbankan syariah sempat kesulitan untuk menutup
simpanan nasabah dengan jumlah pembiayaan yang ada. Namun hal terbut
bisa segera diatasi oleh perbankan syariah, hal tersebut terlihat dari
meningkatnya nilai FDR sebesar 11,06% pada tahun 2012.
Sedangkan pada kolom Dana Pihak Ketiga (DPK) setiap tahunnya juga
mengalami peningkatan. Hal ini terlihat dari angka nominal yang terus
bertambah yang juga menggambarkan bahwa perbankan syariah di Indonesia
telah mengalami perkembangan yang pesat pada tahun-tahun terakhir.
Peningkatan DPK bisa terlihat pada tabel di atas, dimana pada tahun 2009
hanya sebesar Rp 52.271 miliar menjadi meningkat sebesar Rp 95.241 miliar
menjadi Rp 147.512 miliar pada tahun 2012.
8
Kemudian pada kolom Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS), nilai
tertinggi terjadi pada tahun 2011 yaitu sebesar Rp 9.244 miliar.Sedangkan
nilai terendah terjadi pada tahun 2009 yaitu Rp 3.076 miliar karena bank
menyalurkan kelebihan dananya pada investasi Pasar Uang Antarbank Syariah
(PUAS).
Dan pada kolom Non Performing Financing (NPF) terlihat bahwa nilai
NPF semakin mengecil setiap tahunnya.Besar kecilnya NPF dapat
mempengaruhi kinerja perbankan.Rata-rata NPF pada perbankan syariah di
Indonesia mencapai 3-4 % (BI, Januari 2013:38). Dengan nilai NPF yang
rendah membuat kinerja perbankan syariah meningkat karena pembiayaan
bermasalah yang terjadi pada bank syariah hanya sedikit sehingga dengan
meningkatnya kinerja perbankan tersebut akan membuat probitabilitas yang
dihasilkan menjadi ikut meningkat.
Atas dasar hal-hal tersebut di atas, maka bisa dikatakan terdapat faktorfaktor yang mempengaruhi tingkat profitabilitas pada perbankan syariah.
Selain itu, penelitian terhadap Return on Asset (ROA) beserta faktor yang
mempengaruhinya perlu dilakukan, karena saat ini ROA merupakan salah satu
alat ukur untuk mengetahui kemampuan manajemen bank dalam memperoleh
laba secara keseluruhan dari total aktiva yang dimiliki.
Berdasarkan latar belakang di atas maka peneliti tertarik untuk
membahas skripsi tentang “Analisis Pengaruh Financing to Deposit Ratio
(FDR), Dana Pihak Ketiga (DPK), Sertifikat Bank Indonesia Syariah
9
(SBIS), dan Non Performing Financing (NPF) terhadap Return on Asset
(ROA), Periode Januari 2009 –Desember 2012”.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengaruh financing to deposit ratio (FDR) secara parsial
terhadap return on asset (ROA) periode Januari 2009 – Desember 2012?
2. Bagaimana pengaruh dana pihak ketiga (DPK) secara parsial terhadap
return on asset (ROA) periode Januari 2009 – Desember 2012?
3. Bagaimana pengaruh Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) secara
parsial terhadap return on asset (ROA) periode Januari 2009 – Desember
2012?
4. Bagaimana pengaruh non performing financing (NPF) secara parsial
terhadap return on asset (ROA) periode Januari 2009 – Desember 2012?
5. Bagaimana pengaruh Financing to Deposit Ratio (FDR), Dana Pihak
Ketiga (DPK), Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS), dan Non
Performing Financing (NPF) secara simultan atau bersama-sama terhadap
Return on Asset (ROA) periode Januari 2009 – Desember 2012?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk menganalisis besarnya pengaruh financing to deposit ratio (FDR)
secara parsial terhadap return on asset (ROA) periode Januari 2009 –
Desember 2012.
2. Untuk menganalisis besarnya pengaruh dana pihak ketiga (DPK) secara
parsial terhadap return on asset (ROA) periode Januari 2009 – Desember
2012.
10
3. Untuk menganalisis besarnya pengaruh Sertifikat Bank Indonesia Syariah
(SBIS) secara parsial terhadap return on asset (ROA) periode Januari
2009 – Desember 2012.
4. Untuk menganalisis besarnya pengaruh non performing financing (NPF)
secara parsial terhadap return on asset (ROA) periode Januari 2009 –
Desember 2012.
5. Untuk menganalisis besarnya pengaruh Financing to Deposit Ratio
(FDR), Dana Pihak Ketiga (DPK), Sertifikat Bank Indonesia Syariah
(SBIS), dan Non Performing Financing (NPF) secara simultan atau
bersama-sama terhadap Return on Asset (ROA) periode Januari 2009 –
Desember 2012.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Mahasiswa
a. Dapat mengetahui wawasan atau pengetahuan mengenai pola
hubungan Financing to Deposit Ratio (FDR), dana pihak ketiga
(DPK), Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS), Non Performing
Financing (NPF) terhadap Return on Asset (ROA), periode Januari
2009 – Desember 2012.
b. Memperoleh kesempatan menerapkan pengetahuan teoritis yang
didapat selama menimba ilmu diperkuliahan di dalam berbagai kasus
riil dunia kerja maupun di kehidupan sehari-hari.
11
2. Bagi Praktisi Lembaga Keuangan
Memberikan informasi kepada masayarakat khususnya para
praktisi lembaga pemberdayaan umat serta praktisi lembaga-lembaga
keuangan, khusunya perbankan sayriah yang mempunyai komitmen
sebagai lembaga pemberdayaan umat terutama para pelaku ekonomi
mengenai peran serta lembaga keuangan dan kebijakan-kebijakan yang
dapat mengembangkan dunia usaha.
3. Perguruan Tinggi
Penelitian ini dapat digunakan sebagai data awal dan referensi bagi
penelitian selanjutnya serta memberikan sumbangsih data dalam kaitannya
dengan pertumbuhan dan perkembangan lembaga keuangan atau lembaga
binaan berbasis syariah dalam hal ini adalah perbankan syariah sebagai
lembaga pemberdayaan umat.
12
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Bank Syariah
1. Pengertian Bank Syariah
Secara umum, bank adalah lembaga yang melaksanakan tiga fungsi
utama, yaitu menerima simpanan uang, meminjamkan uang, dan
memberikan jasa pengiriman uang. Di dalam sejarah perekonomian umat
Islam, pembiayaan yang dilakukan dengan akad yang sesuai syariah telah
menjadi bagian dari tradisi umat Islam sejak zaman Rasulullah SAW.
Praktik-praktik seperti menerima titipan harta, meminjamkan uang untuk
keperluan konsumsi dan untuk keperluan bisnis, serta melakukan
pengiriman uang, telah lazim dilakukan sejak zaman Rasulullah SAW.
Dengan demikian fungsi-fungsi utama perbankan modern telah menjadi
bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan umat Islam, bahkan sejak
zaman Rasulullah SAW. (Karim, 2004:18)
Bank Islam atau selanjutnya disebut dengan Bank Syariah, adalah
bank yang beroperasi dengan tidak mengandalkan pada bunga. Bank
syariah
juga
dapat
yang operasional dan
diartikan sebagai lembaga keuangan/perbankan
produknya
dikembangkan
Qur’an dan Hadits Nabi SAW. Antonio
berlandaskan
Al-
membedakan menjadi dua
pengertian, yaitu Bank Islam dan Bank yang beroperasi dengan prinsip
13
13
syariah Islam. Bank Islam adalah bank yang beroperasi dengan prinsip
syariah Islam dan bank yang tata cara beroperasinya mengacu kepada
ketentuan-ketentuan Al- Qur’an dan Hadits.
sesuai
dengan
prinsip
Bank yang beroperasi
syariah Islam adalah bank yang dalam
beroperasinya mengikuti ketentuan-ketentuan syariah Islam, khususnya
yang menyangkut tata cara bermuamalat secara Islam (Antonio, 2001).
Dalam Islam, uang itu sendiri tidak menghasilkan bunga atau laba dan
tidak dipandang sebagai komoditi. Kedudukan bank Islam dalam
hubungan dengan para kliennya adalah sebagai mitra investor dan
pedagang, sedangkan dalam hal bank di Barat, hubungannya adalah
sebagai kreditur atau debitur (Mannan, 1995:164).
Menurut Pasal 1 angka 1 Undang-Undang No.21 tahun 2000
tentang Perbankan Syariah, yang dimaksud dengan Perbankan Syariah
adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang Bank Syariah dan Unit
Usaha Syariah, yang mencakup kelembagaan, kegiatan usaha serta cara dan
proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya.
Bank Islam atau di Indonesia disebut Bank Syariah merupakan
lembaga keuangan yang berfungsi memperlancar mekanisme ekonomi di
sektor riil melalui aktivitas kegiatan usaha (investasi, jual beli, atau
lainnya) berdasarkan prinsip syariah, yaitu aturan perjanjian berdasarkan
hukum islam antara bank dan pihak lain untuk penyimpanan dana dan
atau pembiayaan kegiatan usaha, atau kegiatan lainnya yang dinyatakan
sesuai dengan nilai-nilai syariah yang bersifat makro maupun mikro.
14
Nilai-nilai makro yang dimaksud adalah keadilan, maslahah, sistem
zakat, bebas dari bunga (riba), bebas dari kegiatan spekulatif dan yang
non produktif seperti perjudian (maysir), bebas dari hal-hal yang tidak
jelas dan meragukan (gharar), bebas dari hal-hal yang rusak atau tidak
sah (bathil) dan penggunaan uang sebagai alat tukar. Sementara itu, nilainilai mikro yang harus di miliki oleh pelaku perbankan syariah adalah
sifat-sifat mulia yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW, yaitu shidiq,
amanah, tablig dan fatonah (Ascarya, 2007:30).
Berdasarkan definisi-definisi di atas maka dapat simpulkan bahwa
bank yang melaksanakan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip islam, yaitu
aturan perjanjian (akad) antar-bank dengan pihak lain (nasabah) berdasarkan
hukum islam. Sehingga perbedaan antara Bank Islam dengan Bank
Konvensional terletak pada prinsip dasar operasinya
yang tidak
menggunakan bunga, akan tetapi menggunakan prinsip bagi hasil, jual beli,
dan prinsip lain yang sesuai dengan prinsip islam, karena bunga diyakini
mengandung unsur riba yang diharamkan (dilarang) oleh agama islam
(Veithzal, 2007: 758).
Perbankan syariah merupakan bank yang menerapkan nilai-nilai
syariah, salah satu diantaranya pelarangan unsur riba, seperti dijelaskan
oleh ayat Al-Qur’an di bawah ini:

Surat An-Nisaa’ ayat 161 yang memiliki makna:
“Dan,
disebabkan
mereka
memakan
riba
(bunga)
padahal
sesungguhnya mereka telah dilarang darinya, dan karena mereka
15
memakan harta orang lain dengan cara yang batil. Kami telah
menyediakan bagi orang-orang kafir di antar mereka itu azab yang
pedih”.

Surat Al-Baqarah ayat 276 yang memiliki makna:
“Allah SWT memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah dan Allah
SWT tidak menyukai setiap orang yang tetap dalam kekafiran”.

Dalam amanat terkhirnya pada tanggal 9 Dzulhijjah tahun 10 Hijriah,
Rasulullah SAW, masih menekankan sikap islam yang melarang riba
(Antonio, 2001:51).
“Ingatlah bahwa kamu akan menghadap Tuhanmu dan Dia pasti akan
menghitung amalanmu. Allah telah melarang kamu mengambil riba.
Oleh karena itu, utang akibat riba harus dihapuskan. Modal (uang
pokok) kamu adalah hak kamu. Kamu tidak akan menderita ataupun
mengalami ketidakadilan”.
Sebetulnya, tidak ada perbedaan antara bunga dan Riba. Islam
dengan tegas melarang semua bentuk bunga betapapun hebat, dan
meyakinkannya nama yang diberikan padanya. Tetapi dalam ekonomi
kapitalis bunga adalah pusat berputarnya sistem perbankan. Dikemukakan
bahwa tanpa bunga, sistem perbankan menjadi tanpa nyawa, dan seluruh
ekonomi akan lumpuh. Sedangkan Islam adalah kekuatan dinamis dan
progresif, dan jelas dapat dibuktikan bahwa konsep Islam tentang suatu
sistem perbankan bebas bunga lebih unggul dari perbankan modern
(Mannan, 1995:165).
16
Prinsip perbankan syari’ah adalah aturan perjanjian berdasarkan
hukum Islam antara bank dan pihak lain untuk penyimpanan dana dan
pembiayaan kegiatan usaha atau kegiatan lainnya yang sesuai dengan
syari’ah. Beberapa prinsip tersebut adalah sebagai berikut:
1. Pembayaran terhadap pinjaman dengan nilai yang berbeda dari nilai
pinjaman dengan nilai ditentukan sebelumnya tidak diperbolehkan.
2. Pemberi dana harus turut berbagi keuntungan dan kerugian sebagai
akibat hasil usaha institusi yang meminjam dana.
3. Islam tidak memperbolehkan "menghasilkan uang dari uang".
4. Uang hanya merupakan media pertukaran dan bukan komoditas
karena tidak memiliki nilai intrinsik.
5. Unsur gharar (ketidakpastian, spekulasi) tidak diperkenankan.
6. Kedua belah pihak harus mengetahui dengan baik hasil yang akan
mereka peroleh dari sebuah transaksi.
7. Investasi hanya boleh diberikan pada usaha-usaha yang tidak
diharamkan dalam islam. Usaha minuman keras misalnya tidak boleh
didanai oleh perbankan syariah.
Bank berdasarkan prinsip syariah dalam penentuan harga
pokoknya sangat jauh berbeda dengan bank yang berdasarkan prinsip
konvensional. Bank
berdasarkan
prinsip
syariah
adalah
aturan
perjanjian berdasarkan hukum islam antara bank dengan pihak lain untuk
menyimpan dana atau pembiayaan usaha atau kegiatan perbankan lainnya.
17
2. Prinsip Bank Syariah
Menurut Rodoni (2009:123) prinsip syariah adalah aturan atau
perjanjian berdasarkan hukum islam antara bank dan pihak lain untuk
menyimpan dana dan/atau pembiayaan kegiatan usaha, atau kegiatan
lainnya yang sesuai dengan syariah. Bank syariah didirikan dengan tujuan
untuk mempromosikan dan mengembangkan penerapan prinsip-prinsip
Islam ke dalam transaksi keuangan dan perbankan serta bisnis lain yang
terkait. Prinsip utama yang diikuti oleh bank Islami itu adalah:
a. Larangan riba dalam berbagai bentuk transaksi.
b. Melakukan kegiatan usaha dan perdagangan berdasarkan perolehan
keuntungan yang sah.
c. Memberikan zakat.
Jadi bisa dikatakan bahwa prinsip syariah adalah aturan atau
perjanjian berdasarkan hukum Islam antara bank dan pihak lain untuk
menyimpan dana dan/atau pembiayaan kegiatan usaha, atau kegiatan
lainnya yang sesuai dengan syariah.
3. Produk Penyaluran Dana Bank Syariah
Bank Islam/Bank Syariah tidak menggunakan metode pinjammeminjam uang dalam rangka kegiatan komersial, karena setiap pinjammeminjam uang yang dilakukan dengan persyaratan atau janji
pemberian imbalan adalah termasuk riba (Arifin, 2009:22). Oleh karena
itu mekanisme operasional perbankan syariah dijalankan dengan
18
menggunakan piranti-piranti keuangan yang mendasarkan pada prinsipprinsip berikut:
a. Prinsip Jual Beli
Landasan hukum prinsip jual beli yaitu Q.S. Al-Baqarah (2)
ayat 275 yang artinya “… Allah menghalalkan jual-beli (al-ba‟i) dan
melarang riba…”, menunjukkan bahwa praktik bunga adalah tidak
sesuai dengan semangat Islam. Pengertian jual-beli meliputi berbagai
akad penukaran antara suatu barang dan jasa dalam jumlah tertentu
atas barang dan jasa lainnya. Penyerahan jumlah atau harga barang
dan jasa tersebut dapat dilakukan segera ataupun secara tangguh.
Tingkat keuntungan bank ditentukan di depan dan menjadi bagian
harga atas barang yang dijual (Karim, 2004:97).
1) Pembiayaan Murabahah
Murabahah berasal dari kata ribhu (keuntungan), adalah
transaksi jual beli di mana bank menyebut jumlah keuntungannya.
Bank bertindak sebagai penjual, sementara nasabah sebagai
pembeli.
2) Pembiayaan Salam
Salam adalah transaksi jual beli di mana barang yang
diperjual belikan belum ada. Oleh karena itu, barang diserahkan
secara tangguh sementara pembayaran dilakukan secara tunai.
Bank bertindak sebagai pembeli, sementara nasabah sebagai
penjual. Salah satu landasan syariah mengenai pembiayaan salam
19
yaitu Sabda Rasulullah: “Janganlah kamu menjual barang yang
tidak ada padamu” (HR Ahmad, at-Tarmidzi, dan Ibn Hibban)
yang menunjukkan bahwa menjual sesuatu yang tidak ada pada diri
penjual tidak diperbolehkan sehingga dalam pemiayaan salam
harus ada jaminan bahwa penyediaan barang yang dipesan dapat
dipenuhi (Arifin, 2009:29).
3) Pembiayaan Istishna’
Produk istishna’ menyerupai produk salam, tapi dalam
istishna’ pembayarannya dapat dilakukan oleh bank dalam
beberapa kali (termin) pembayaran. Skim istishna’ dalam bank
syariah umumnya diaplikasikan pada pembiayaan manufaktur dan
konstruksi.
b. Prinsip Bagi Hasil
Prinsip bagi hasil digunakan untuk usaha kerja sama yang
ditujukan guna mendapatkan barang dan jasa sekaligus. Pembiayaan
yang menggunakan prinsip bagi hasil (syirkah) yaitu:
1) Pembiayaan Musyarakah
Transaksi musyarakah dilandasi adanya keinginan para
pihak yang bekerja sama untuk meningkatkan nilai aset yang
mereka miliki secara bersama-sama. Semua bentuk usaha yang
melibatkan dua pihak atau lebih di mana mereka secara bersamasama memadukan seluruh bentuk sumber daya yang berwujud
yang tidak berwujud.
20
2) Pembiayaan Mudharabah
Mudharabah merupakan bentuk kerja sama antara dua atau
lebih
pihak
dimana
pemilik
modal
(shahib
al-maal)
mempercayakan sejumlah modal kepada pengelola (mudharib)
dengan suatu perjanjian pembagian keuntungan. Bentuk ini
menegaskan kerja sama dalam paduan kontribusi 100% modal kas
dari shahib al-maal dan keahlian dari mudharib.
c. Akad Pelengkap Dalam Penyaluran Dana
Akad pelengkap ini tidak ditujukan untuk mencari keuntungan,
tapi ditujukan untuk mempermudah pelaksanaan pembiayaan (Karim,
2004:105).
1) Hiwalah/Hawalah (Alih Utang-Piutang)
Tujuan fasilitas hiwalah adalah untuk membantu supplier
mendapatkan modal tunai agar dapat melanjutkan produksinya.
Bank mendapat ganti-biaya atas jasa pemindahan piutang.
Hiwalah/hawalah juga bisa dikatakan sebagai pengalihan utang dari
orang
yang
berutang
kepada
orang
lain
yang
wajib
menanggungnya. Kontrak hiwalah dalam perbankan biasanya
diterapkan pada Factoring (anjak piutang), Post-dated check,
dimana bank bertindak sebagai juru tagih tanpa membayarkan
dulu piutang tersebut.
2) Rahn (Gadai)
21
Tujuan akad rahn adalah untuk memberikan jaminan
pembayaran
kembali
kepada
bank
dalam
memberikan
pembiayaan. Barang yang digadaikan wajib memenuhi kriteria: 1.
Milik nasabah sendiri; 2. Jelas ukuran, sifat, dan nilainya
ditentukan berdasarkan nilai riil pasar; 3. Dapat dikuasai namun
tidak boleh dimanfaatkan oleh Bank. Bank dapat melakukan
penjualan barang yang digadaikan atas perintah hakim. Nasabah
mempunyai hak untuk menjual barang tersebut dengan seizin
bank. Apabila hasil penjualan melebihi kewajibannya, kelebihan
tersebut menjadi milik nasabah. Dalam hal hasil penjualan tersebut
lebih kecil dari kewajibannya, maka nasabah harus menutupi
kekurangannya.
3) Qardh
Qardh adalah pemberian harta kepada orang lain yang
dapat ditagih atau diminta kembali atau dengan kata lain
meminjamkan tanpa mengharapkan
imbalan.
Produk
ini
digunakan untuk membantu usaha kecil dan keperluan sosial.
Dana ini diperoleh dari dana zakat, infaq dan shadaqah.
4) Wakalah (Perwakilan)
Nasabah memberi kuasa kepada bank untuk mewakili
dirinya melakukan pekerjaan jasa tertentu, seperti transfer.
5) Kafalah (Garansi Bank)
22
Jaminan yang diberikan oleh penanggung kepada pihak
ketiga untuk memenuhi kewajiban pihak kedua atau yang
ditanggung.
4. Produk Penghimpunan Dana Bank Syariah
Prinsip operasional syariah yang diterapkan dalam penghimpunan
dana masyarakat terdiri dari:
a. Prinsip Wadi‟ah (Titipan atau Simpanan)
Al-Wadiah dapat diartikan sebagai titipan murni dari satu
pihak ke pihak lain, baik individu maupun badan hukum, yang
harus dijaga dan dikembalikan kapan saja si penitip menghendaki.
Secara umum terdapat/tidak terdapat dua jenis al-wadiah,
yaitu:
1) Wadiah Yad Al-Amanah (Trustee Depository) adalah akad
penitipan barang/uang dimana pihak penerima titipan tidak
diperkenankan menggunakan barang/uang yang dititipkan dan
tidak
bertanggung jawab
atas
kerusakan
atau
kehilangan
barang titipan yang bukan diakibatkan perbuatan atau kelalaian
penerima
titipan. Adapun aplikasinya dalam perbankan syariah
berupa produk safe deposit box.
2) Wadiah Yad adh-Dhamanah (Guarantee Depository) adalah
akad penitipan barang/uang dimana
pihak
penerima
titipan
dengan atau tanpa izin pemilik barang/uang dapat memanfaatkan
barang/uang titipan dan harus bertanggung jawab terhadap
23
kehilangan atau kerusakan barang/uang titipan. Semua manfaat
dan keuntungan yang diperoleh dalam penggunaan barang/uang
titipan menjadi hak penerima titipan. Prinsip ini diaplikasikan
dalam produk giro dan tabungan.
b. Prinsip Mudharabah
Al-Mudharabah adalah akad kerjasama usaha antara dua
pihak dimana pihak pertama (shahibul maal) menyediakan seluruh
(100%) modal,
sedangkan
(mudharib). Keuntungan
menurut
pihak
usaha
lainnya
secara
menjadi
mudharabah
pengelola
dibagi
kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak, sedangkan
apabila rugi ditanggung oleh pemilik modal selama kerugian itu
bukan akibat kelalaian si pengelola. Seandainya kerugian ini
diakibatkan karena kecurangan atau kelalaian si pengelola, si
pengelola harus bertanggung jawab atas kerugian tersebut. Akad
mudharabah secara umum terbagi menjadi dua jenis:
1) Mudharabah Mutlaqah
Adalah bentuk kerjasama antara shahibul maal dan
mudharib yang cakupannya sangat luas dan tidak dibatasi oleh
spesifikasi jenis usaha, waktu, dan daerah bisnis.
2) Mudharabah Muqayyadah
Adalah bentuk kerjasama antara shahibul maal dan
mudharib dimana mudharib memberikan batasan kepada shahibul
maal mengenai tempat, cara, dan obyek investasi.
24
5. Jasa Perbankan
Selain
menjalankan
fungsinya
sebagai
intermediaries
(penghubung) antara pihak yang mebutuhkan dana (deficit unit) dengan
pihak yang kelebihan dana (surplus unit), bank syariah dapat pula
melakukan berbagai pelayanan jasa perbankan kepada nasabah dengan
mendapat imbalan berupa sewa atau kekuntungan. Jasa perbankan
tersebut antara lain berupa:
a. Sharf (Jual Beli Valuta Asing)
Pada prinsipnya jual beli valuta asing sejalan dengan prinsip
sharf. Jual beli mata uang yang tidak sejenis ini, penyerahannya harus
dilakukam pada waktu yang sama (spot). Bank mengambil
keuntungan dari jual beli valuta asing ini.
b. Al-ijarah (Sewa) adalah akad pemindahan hak guna atas barang
atau jasa, melalui pembayaran upah sewa, tanpa diikuti dengan
pemindahan hak kepemilikan
atas barang itu sendiri. Al-ijarah
terbagi kepada dua jenis: 1) Ijarah, sewa
murni. 2)
ijarah al
muntahiya bit tamlik merupakan penggabungan sewa dan beli,
dimana si penyewa mempunyai hak untuk memiliki barang pada akhir
masa sewa.
B. Return on Asset (ROA)
Return on asset (ROA) adalah rasio yang digunakan untuk mengukur
kemampuan manajemen bank dalam memperoleh keuntungan (laba) secara
keseluruhan. Semakin tinggi ROA suatu bank, semakin besar pula tingkat
25
keuntungan yang dicapai bank tersebut dan semakin baik pula posisi bank
tersebut dari segi penggunaan asset. Pembiayaan merupakan pendapatan bank
dari sisi asset disebabkan bank syariah dalam menyalurkan dana pihak ketiga
menggunakan pendekatan asset allocation approach dimana pengelompokan
sumber dana pihak ketiga baik itu tabungan, giro, dan deposito dibedakan
jenis dan karakteristiknya. Oleh karena itu, tabungan, giro, dan deposito dalam
aplikasinya menggunakan akad yang berbeda. (Dendrawijaya, 2005:156)
Return on assets (ROA) merupakan salah satu rasio profitabilitas yang
dapat mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dari aktiva
yang digunakan. Rasio ini digunakan untuk
mengukur kemampuan
manajemen bank dalam memperoleh keuntungan (laba) secara keseluruhan.
Semakin besar ROA suatu bank, semakin besar pula tingkat keuntungan
yang dicapai bank tersebut dan semakin baik pula posisi bank tersebut dari
segi penggunaan aset. Return on assets merupakan perbandingan antara laba
sebelum bunga dan pajak (EBIT) dengan total aktiva yang dimiliki
perusahaan. Return on assets (ROA) yang positif menunjukkan bahwa dari
total aktiva yang dipergunakan untuk beroperasi, perusahaan mampu
memberikan laba bagi perusahaan. Sebaliknya apabila return on assets yang
negatif menunjukkan bahwa dari total aktiva yang dipergunakan, perusahaan
mendapatkan kerugian. Jadi jika suatu perusahaan mempunyai ROA yang
tinggi maka perusahaan tersebut berpeluang besar dalam meningkatkan
pertumbuhan. Tetapi jika total aktiva yang digunakan perusahaan tidak
26
memberikan laba maka perusahaan akan mengalami kerugian dan akan
menghambat pertumbuhan.
Riyadi (2006:156) mengungkapkan bahwa yang dimaksud Return on
Asset (ROA) adalah rasio profitabilitas yang menunjukkan perbandingan
antara laba dengan total asset bank, rasio ini menunjukkan tingkat efisiensi
pengelolaan asset yang dilakukan oleh bank yang bersangkutan.
Menurut Muhammad (2004:161), ROA ini merupakan perbandingan
antara laba bersih sebelum pajak dibagi dengan total aktiva. Rumus ini
digunakan untuk mengukur seberapa efektif perusahaan memanfaatkan
sumber ekonomi yang berupa total aktiva untuk menciptakan keuntungan.
Rumus yang digunakan adalah:
Laba Sebelum Pajak
ROA (Return on Assets) :
X 100%
Total Aktiva
1. Keunggulan ROA (Return On Asset)
a. ROA merupakan pengukuran yang komprehensif dimana seluruhnya
mempengaruhi laporan keuangan yang tercermin dari rasio ini.
b. ROA mudah dihitung, dipahami, dan sangat berarti dalam nilai
absolut.
c. ROA merupakan denominator yang dapat diterapkan pada setiap unit
organisasi yang bertanggung jawab terhadap profitabilitas dan unit
usaha.
2. Kelemahan ROA
27
Pengukuran kinerja dengan menggunakan ROA membuat manajer
divisi memiliki kecenderungan untuk melewatkan project-project yang
menurunkan divisional ROA, meskipun sebenarnya proyek-proyek
tersebut dapat meningkatkan tingkat keuntungan perusahaan ecara
keseluruhan. Manajemen juga cenderung untuk berfokus pada tujuan
jangka pendek dan bukan tujuan jangka panjang.
Sebuah project dalam ROA dapat meningkatkan tujuan jangka
pendek, tetapi project tersebut mempunyai konsekuensi negatif dalam
jangka panjang. Yang berupa pemutusan beberapa tenaga penjualan,
pengurangan budget pemasaran, dan pengguaaan bahan baku yang relatif
murah sehingga menurunkan kualitas produk dalam jangka panjang.
Kelemahan utama pada pengukuran akuntansi tradisional seperti
ROA sebagai pengukur penciptaan nilai adalah mengabaikan adanya biaya
modal, sehingga sulit untuk mengetahui apakah suatu perusahaan telah
menciptakan nilai atau tidak.
Sebagaimana lembaga-lembaga keuangan lainnya, profit adalah
salah satu bagian dari tujuan didirikannya suatu usaha, profit adalah salah
satu bagian dari tujuan didirikannya suatu usaha, termasuk perbankan
syariah didalamnya. Namun berbeda dengan bank konvensional, dalam
meraih profit bank syariah diharuskan memperhatikan kepedulian social
dan keadilan dalam kegiatan opersionalnya, sehingga tetap sesuai dengan
kaidah-kaidah Islam.
28
Oleh karena itu, dalam operasinya bank syariah tidak menerapkan
sistem bunga seperti bank konvensional tetapi menerapkan sistem bagi
hasil. Hal ini sesuai dengan fatwa MUI taggal 16 Desember 2003 yang
menggolongkan bunga bank termasuk riba, dan menurut Al-Qur’an riba
itu haram.
C. Financing to Deposit Ratio (FDR)
Pada perbankan syariah tidak mengenal kredit (loan) dalam penyaluran
dana yang dihimpunnya. Oleh karena itu, aktivitas penyaluran dana yang
dilakukan bank syariah lebih mengarah kepada pembiayaan (financing).
Menurut Muhammad (2005:17), penyaluran pembiayaan adalah
pendanaan yang dikeluarkan untuk mendukung investasi yang direncanakan.
Variabel ini diwakili oleh FDR (Financing to Deposit Ratio). FDR merupakan
perbandingan antara pembiayaan yang diberikan oleh Bank dengan dana pihak
ketiga yang berhasil dihimpun perbankan syariah.
Hal mendasar mengapa bank itu diperlukan adalah karena institusi
keuangan ini bisa memainkan perannya sebagai lembaga intermediasi anatara
penyimpan dana dan peminjam dana. Karena itu wajar saja bila mengukur peran
bank dalam perekonomian suatu Negara adalah dilihat dari seberapa besar
fungsi intermediasi ini bisa dimainkan. Dari fungsi intermediasi, perbankan
syariah menunjukkan kinerja yang mengagumkan. Hal ini bisa dilihat dari tahun
ke tahun besarnya fungsi intermediasi mendekati 100 persen bahkan pernah
melampaui. Dengan kata lain, hampir 100 persen dana pihak ketiga yang ada di
Bank Syariah disalurkan kembali kepada masyarakat. Sementara bank
29
konvensional paling tinggi mendekati 70 persen (Amin, 2009:41). Fakta ini
menunjukkan bahwa Bank Syariah lebih pro dalam mengembangkan sektor riil
atau fungsi perbankan syariah jauh lebih tangguh dibanding agregat perbankan
konvensional.
Rasio FDR dipergunakan untuk mengukur sejauh mana dana pinjaman
yang berhasil dikerahkan oleh bank kepada nasabah peminjam yang bersumber
dari dana pihak ketiga. Tinggi rendahnya rasio ini menunjukkan tingkat
likuiditas bank tersebut. Sehingga semakin tinggi angka FDR suatu bank, berarti
digambarkan sebagai bank yang kurang likuid dibanding dengan bank yang
nilai FDRnya lebih kecil.
Berdasarkan Surat Edaran Bank Indonesia No. 26/5/BPPP tanggal 2 Mei
1993, besarnya FDR ini dtetapkan oleh Bank Indonesia tidak boleh melebihi
110%. Itu artinya bank boleh memberikan kredit atau pembiayaan melebihi
jumlah dana pihak ketiga yang berhasil dihimpun asalkan tidak melebihi 110%.
Jadi, besarnya FDR yang diijinkan adalah 80% < FDR < 110%, artinya
minimum FDR adalah 80% dan maksimum FDR adalah 110%. (A. Riawan
Amin, 2009:41).
Berdasarkan Surat Edaran Bank Indonesia No.9/24/DPbS tanggal 30
Oktober 2007, rasio FDR dapat dirumuskan sebagai berikut:
Pembiayaan yang diberikan
FDR (Financing to Deposit Ratio) =
X100%
Dana Pihak Ketiga (DPK)
30
FDR dihitung dari perbandingan antara total pembiayaan yang
diberikan bank dengan dana pihak ketiga. Total pembiayaan yang dimaksud
adalah pembiayaan yang diberikan kepada pihak ketiga (tidak termasuk kredit
kepada bank lain). Dana pihak ketiga yang dimaksud yaitu antara lain giro,
tabungan, dana deposito (tidak termasuk antarbank). (Furqan, 2012:4)
Menurut Peraturan bank Indonesia No. 12/19/PBI/2010 Tentang Giro
Wajib Minimum Bank Umum Pada Bank Indonesia Dalam Rupiah dan Valuta
Asing, rasio likuiditas memiliki batas bawah sebesar 78% dan batas atas
sebesar 100%. Perhitungan FDR sendiri merupakan salah satu indikator untuk
mengetahui kemampuan likuiditas bank ketika terjadi penarikan dalam jumlah
besar.
Dana pembiayaan adalah dana yang dibutuhkan untuk menggerakkan
sektor riil dan diharapkan mampu untuk memicu pertumbuhan ekonomi.
Begitu pula sebaliknya, bila dana FDR bank syariah tidak dapat disalurkan
dengan baik maka dampaknya selain penggerakkan sektor riil terhambat, juga
mengakibatkan
dana
masyarakat
tersebut
menganggur
dan
dapat
mempengaruhi berkurangnya jumlah uang berdar.
FDR menunjukkan sejauh mana kemampuan Bank Syariah dalam
membayar kembali penarikan dana yang telah dilakukannya kepada nasabah
deposan. Pembayaran yang dilakukan oleh Bank Syariah kepada nasabah
deposan dilakukan dengan mengandalkan pembiayaan yang telah diberikan
oleh Bank Syariah tersebut. Dengan kata lain, FDR ini digunakan untuk
31
melihat seberapa jauh pembiayaan kepada nasabah dapat mengimbangi
kewajiban untuk segera memenuhi hutang jangka pendeknya kepada nasabah
deposan yang ingin menarik kembali uangnya yang telah digunakan oleh bank
untuk memberikan pembiayaan tersebut. Rasio ini juga digunakan untuk
melihat kemampuan dan kerawanan dari suatu Bank Syariah.
Financing to deposit ratio (FDR) dapat pula digunakan untuk menilai
strategi suatu bank. Manajemen bank konservatif bisasanya cenderung
memiliki FDR yang relatif rendah. Sebaliknya bila FDR melebihi batas
toleransi dapat dikatakan manajemen bank yang bersangkutan sangat
ekspansif atau agresif (Siamat, 2001: 32). Rasio ini juga digunakan untuk
memberi isyarat apakah suatu pinjaman masih dapat mengalami ekspansi atau
sebaliknya dibatasi. Jika bank syariah memiliki FDR yang terlalu kecil maka
bank akan kesulitan untuk menutup simpanan nasabah dengan jumlah
pembiayaan yang ada. Jika bank memiliki FDR yang sangat tinggi maka bank
akan mempunyai resiko tidak tertagihnya pinjaman yang tinggi dan pada titik
tertentu bank akan mengalami kerugian (Susilo, 1999:24).
D. Dana Pihak Ketiga
1. Pengertian Dana Pihak Ketiga (DPK)
Salah satu kendala bagi perusahaan dalam menjalankan kegiatannya
adalah masalah kebutuhan dana. Hampir setiap perusahaan memerlukan
dana untuk membiayai kegiatan usahanya, baik untuk biaya rutin maupun
untuk keperluan perluasan usaha. Pentingnya dana membuat setiap
perusahaan berusaha keras untuk mencari sumber-sumber dana yang
32
tersedia, termasuk perusahaan lembaga keuangan semacam bank (Kasmir,
2008:61).
Bagi bank, dana merupakan faktor yang paling utama dalam
operasional bank. Tanpa dana yang cukup, bank tidak dapat berbuat apaapa, atau dengan kata lain bank tidak berfungsi sama sekali. Dana adalah
uang tunai yang dimiliki atau dikuasai oleh bank dalam bentuk tunai, atau
aktiva lain yang dapat segera diubah menjadi uang tunai. Uang tunai yang
dimiliki atau dikuasai oleh bank tidak hanya berasal dari para pemilik bank
itu sendiri, tetapi juga berasal dari titipan atau penyertaan dana orang lain
atau pihak lain yang sewaktu-waktu atau pada suatu saat tertentu akan
ditarik kembali, baik sekaligus maupun secara berangsur-angsur (Arifin,
2009:57).
Menurut Kasmir (2008:62), secara garis besar sumber-sumber dana
bank adalah:
a. Dana yang bersumber dari bank itu sendiri.
b. Dana yang bersumber dari lembaga lain.
c. Dana yang bersumber dari masyarakat luas.
Dana yang berasal dari masyarakat luas adalah dana pihak ketiga
yang dititipkan pada bank. Pada umumnya motivasi utama orang
menitipkan dana pada bank adalah untuk keamanan dana mereka dan
memperoleh keleluasaan untuk menarik kembali dananya sewaktu-waktu
(Arifin, 2009:60).
Pencarian dana dari masyarakat luas ini relatif paling mudah
33
dibandingkan dengan sumber-sumber lainnya karena mudah didapatkan dan
tidak terbatas asalkan bank bisa memberikan bunga yang relatif lebih tinggi
dan dapat memberikan fasilitas menarik lainnya seperti hadiah dan
pelayanan yang memuaskan. Kerugian dari sumber ini yaitu biaya bunga
maupun biaya promosi relatif lebih mahal bila dibandingkan dari dana bank
itu sendiri.
Jadi, dana pihak ketiga adalah dana yang dimiliki bank yang
bersumber dari pihak luar atau masyarakat yang bertujuan untuk menimpan
sebagian harta/uangnya di bank agar aman dan dapat ditarik bila dibutuhkan
oleh masyarakat yang bertindak sebagai nasabah. Dana pihak ketiga ini
merupakan sumber dana yang terpenting bagi kegiatan operasional suatu
bank.
2. Jenis-Jenis Dana Pihak Ketiga (DPK) Pada Bank Syariah
Meskipun jenis produk simpanan di bank syariah mirip dengan bank
konvensional, namun dalam bank syariah terdapat perbedaan-perbedaan
yang prinsipil (Antonio, 2001: 155).
a. Simpanan Giro
Menurut Undang-Undang Perbankan Syariah Nomor 21 Tahun
2008, giro adalah simpanan berdasarkan akad wadi’ah atau akad lain
yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah yang penarikannya dapat
dilakukan setiap saat dengan menggunakan cek, bilyet giro, sarana
perintah pembayaran lainnya, atau dengan perintah pemindahbukuan.
Giro ada dua jenis: 1. Giro yang tidak dibenarkan secara syariah yang
34
berdarkan perhitungan bunga; 2. Giro yang dibenarkan secara syariah
yaitu giro yang berdasarkan prinsip mudharabah dan wadi‟ah.
b. Simpanan Tabungan
Dalam Undang-Undang Perbankan Syariah Nomor 21 Tahun
2008, yang dimaksud tabungan adalah simpanan berdasarkan akad
wadi‟ah atau investasi dana berdasarkan akad mudharabah atau akad
lain yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah yang penarikannya
dapat dilakukan dengan menurut syarat dan ketentuan tertentu yang
disepakati, tetapi tidak dapat ditarik dengan cek, bilyet giro, dan/atau
alat lainnya yang dipersamakan dengan alat itu. Tabungan terdiri dari
dua jenis: 1. Tabungan yang tidak dibenarkan secara syariah yaitu
tabungan yang berdarkan perhitungan bunga; 2. Tabungan yang
dibenarkan secara syariah yaitu tabungan yang berdasarkan prinsip
mudharabah dan wadi‟ah.
c. Simpanan Deposito
Pengertian
deposito
menurut
Undang-Undang
Perbankan
Syariah Nomor 21 Tahun 2008 adalah investasi dana berdasarkan akad
mudharabah atau akad lain yang tidak bertentangan dengan prinsip
syariah yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu
berdasarkan akad antara nasabah penyimpan dan bank syariah dan/atau
UUS. Deposito ada dua jenis: 1. Deposito yang tidak dibenarkan secara
syariah yaitu deposito yang berdasarkan perhitungan bunga; 2. Deposito
yang dibenarkan secara syariah yaitu tabungan yang berdasarkan prinsip
35
mudharabah dan wadi‟ah.
E. Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS)
1. Pengertian Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS)
Menurut Peraturan Bank Indonesia Nomor 10/11/PBI tanggal 31
Maret 2008 tentang Sertifikat Bank Indonesia Syariah adalah surat berharga
berdasarkan prinsip syariah berjangka waktu pendek dalam mata uang
rupiah yang diterbitkan oleh Bank Indonesia.
Menurut Arifin (2009:198), yang dimaksud Sertifikat Bank
Indonesia Syariah (SBIS) adalah sertifikat yang diterbitkan Bank Indonesia
sebagai bukti penitipan dana jangka pendek. SBIS merupakan piranti
moneter yang sesuai prinsip pada bank syariah yang diciptakan dalam
rangka pelaksanaan pengendalian moneter. Bank Indonesia menerbitkan
instrumen moneter berdasarkan prinsip syariah dan dapat dimanfaatkan oleh
bank syariah untuk mengatasi bila terjadi kelebihan pada tingkat likuiditas.
Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) diterbitkan oleh Bank
Indonesia sebagai salah satu instrumen operasi pasar terbuka dalam rangka
pengendalian moneter yang dilakukan berdasarkan prinsip syariah dengan
menggunakan akad ju‟alah. Akad ju‟alah adalah janji atau komitmen
(iltizam) untuk memberikan imbalan tertentu („Iwadh/ju‟l) atas pencapaian
hasil (natijah) yang ditentukan dari suatu pekerjaan.
2. Karakteristik SBIS
a. Menggunakan akad ju‟alah (berdasarkan fatwa Dewan Syariah Nasional
dan Majelis Ulama Indonesia, SBIS juga dapat diterbitkan dengan
36
menggunakan akad mudharabah, musyarakah, wadiah, qardh, dan
wakalah).
b. Diterbitkan oleh Bank Indoneisa.
c. Berjangka waktu paling kurang 1 (satu) bulan dan paling lama 12 (dua
belas) bulan.
d. Diterbitkan tanpa warkat (scripless).
e. Dapat diagunkan kepada Bank Indonesia.
f. Merupakan instrumen kebijakan moneter dan saran penitipan dana
sementara.
g. Tidak dapat diperdagangkan di pasar sekunder. (www.bi.go.id)
Bank Indonesia (BI) telah menerbitkan instrumen moneter berbasis
syariah yaitu SBIS yang menjadi alternatif tambahan bank syariah, Badan
Usaha Syariah (BUS) atau Unit Usaha Syariah (UUS) dalam pengelolaan
dana investasinya. Dengan adanya instrumen tersebut, bank syariah tidak
perlu takut menerima dana pihak ketiga dari individu atau kelompok dalam
jumlah besar. Saat ini banyak bank umum ataupun unit usaha syariah yang
tidak mau menerima dana masyarkat yang bernilai besar karena ragu tidak
mampu menyalurkannya. Bila hal tersebut dipaksakan, akibatnya bagi hasil
yang diterima pemilik dana justru akan mengecil dan tingkat pembiayaan
bermasalah pun akan meningkat. Kehadiran SBIS dan pemberlakuan UU
Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) dan pemberlakuan UU Perbankan
Syariah maka akan mendorong optimalisasi pengembangan bisnis treasury
lembaga keuangan dna perbankan syariah. Penerbitan SBIS tidak akan
37
menggangu perekonomian akibat perbankan lebih senang menempatkan
dananya di SBIS disbanding menyalurkannya.
3. Ketentuan Hukum SBIS
Ketentuan hukum SBIS adalah sebagai berikut:
a. SBIS sebagai instrumen pengendalian moneter boleh diterbitkan untuk
memenuhi kebutuhan Operasi Pasar Terbuka (OPT).
b. Bank Indonesia memberikan imbalan kepada pemegang SBIS sesuai
dengan akad yang dipergunkan.
c. Bank Indonesia wajib mengembalikan dana SBIS kepada pemegangnya
pada saat jatuh tempo.
d. Bank Syariah boleh memiliki SBIS untuk memanfaatkan dananya yang
belum dapat disalurkan ke sektor riil. (Zulkifli, 2008:76)
Gambar 2.1
Skema SBIS
Muwaddi‟
a. Akad
c. Pengembalian uang plus bonus
(Bank)
Mustawda‟
(Bank
Indonesia)
b. Penerbitan SBIS
Keterangan:
a. Antara Bank Indonesia (Mustawda‟) dengan Bank Syariah (Muwaddi‟)
melakukan akad terlebih dahulu.
b. Lalu Bank Indonesia menerbitkan SBIS kepada Bank Syariah.
c. Bank Syariah mendapatkan uang yang ditipkannya serta bonus dari
Bank Indonesia. (Zulkifli, 2008:78)
38
4. Mekanisme Penerbitan SBIS
Berdasarkan fatwa DSN-MUI dan peraturan Bank Indonesia,
instrument SBIS dilaksanakan dengan menggunakan mekanisme lelang
sebagaimana hal ini pun diberlakukan bagi SBI konvensional. Berdarkan
Surat Edaran Bank Indonesia No. 10/40/DPM Tanggal 17 November
2008 tentang tata cara
penerbitan Sertifikat Bank Indonesia Syariah
melalui lelang dan Peraturan Bank Indonesia No. 10/11/PBI 2008 tentang
Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS). Berikut ini adalah penjelasan
atas hal-hal yang berkaitan dengan peraturan diatas. Berkaitan dengan
penatausahaan SBIS, sebagaimana yang telah dioperasikan terhadap SBI
Konvensional, BI menggunkan sistem pencatatan dan penatausahaan
secara elektronis yang dikenal dengan sistem BI-SSSS (Scripless
Securities Settlement System) atau Sistem Penyelesaian Surat Berharga
Tanpa Warkat, yaitu transaksi dengan Bank Indonesia termasuk
penatausahaannya dan penatausahaan surat berharga secara elektronik dan
terhubung langsung antara peserta, penyelenggara dan sistem Bank
Indonesia Real Time Gross Settlement (BI-RTGS).
5. Pihak-Pihak dalam Lelang SBIS
a. Bank Umum Syariah (BUS) atau Unit Usaha Syariah (UUS) atau
pialang yang bertindak untuk dan atas nama BUS/UUS.
b. BUS atau UUS, baik sebagai peserta langsung maupun tidak langsung,
wajib memenuhi persyaratan Financing to Deposit Ratio (FDR) yang
ditetapkan Bank Indonesia. (Soemitra, 2009:217)
39
6. Pembatalan Hasil dan Transaksi Lelang SBIS
a. Hasil lelang SBIS dapat dibatalkan oleh Bank Indonesia.
b. Transaksi SBIS (Settlement lelang SBIS, Settlement first leg Repo
SBIS dan Settlement second leg Repo SBIS) dinyatakan batal apabila
saldo rekening giro dan saldo rekening surat berharga BUS atau UUS
di Bank Indonesia tidak mencukupi. (www.bi.go.id)
7. Sanksi SBIS
Peraturan Bank Indonesia Nomor 12/18/PBI/2010. Bank Indonesia
mengenakan sanksi kepada BUS dan UUS atas transaksi SBIS yang
dinyatakan batal berupa (www.bi.go.id) :
a. Teguran tertulis.
b. Kewajiban membayar sebesar 0,01% (satu per sepuluh ribu) dari nilai
transaksi SBIS yang dinyatakan batal, paling sedikit sebesar
Rp10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah) dan paling banyak sebesar
Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah) untuk setiap transaksi SBIS
yang dinyatakan batal.
Dengan tidak mengurangi sanksi tersebut diatas, dalam hal BUS
atau UUS melakukan transaksi SBIS dan/atau transaksi operasi moneter
syariah lainnya sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Bank Indonesia
yang mengatur mengenai operasi moneter syariah, yang dinyatakan batal
sebanyak tiga kali dalam kurun waktu 6 (enam) bulan, maka BUS atau
UUS dikenakan sanksi berupa penghentian sementara untuk mengikuti
kegiatan operasi moneter syariah selama 5 (lima) hari kerja berturut-turut.
40
F. Non Performing Financing (NPF)
1. Pengertian Non Performing Financing (NPF)
Dalam Kamus Bank Indonesia, Non Performing Financing (NPF)
adalah pembiayaan bermasalah yang terdiri dari pembiyaan yang
berklarifikasi kurang lancar, diragukan dan macet. Sedangkan menurut
Sudarsono (2007:123), pembiayaan non lancar atau yang juga dikenal
dengan istilah NPF dalam perbankan syariah adalah jumlah kredit yang
tergolong lancar yaitu dengan kualitas kurang lancar, diragukan dan macet
berdasarkan ketentuan Bank Indonesia tentang kualitas aktiva produktif.
Menurut Veithzal (2007:477), yang dimaksud dengan NPF atau
pembiayaan bermasalah adalah pembiayaan yang dalam pelakasanaannya
belum mencapai atau memenuhi target yang diinginkan pihak bank seperti:
pengembalian pokok atau bagi hasil yang bermaslah; pembiayaan yang
memiliki kemungkinan timbulnya resiko di kemudian hari bagi bank;
pembiayaan yang termasuk golongan perhatian khusus, diragukan dan
macet serta golongan lancar yang berpotensi terjadi penunggakan dalam
pengembalian.
Status NPF pada prinsipnya didasarkan pada ketepatan waktu bagi
nasabah untuk membayarkan kewajiban, baik berupa bunga maupun
pengembalian pokok pinjaman. Proses pemberian dan pengelolaan kredit
yang baik diharapkan dapat menekan NPF sekecil mungkin, dengan kata
lain tingginya NPF sangat dipengaruhi oleh kemampuan bank-bank
syariah dalam menjalan proses pemberian kredit dengan baik maupun
41
dalam hal pengelolaan kredit, termasuk tindakan pemantauan (monitoring)
setelah kredit disalurkan dan tindakan pengendalian bila terdapat indikasi
penyimpangan kredit maupun indikasi gagal bayar.
2. Penilaian Kesehatan Pembiayaan Bermasalah
Besarnya NPF yang di perbolehkan di Bank Indonesia adalah 5 %,
jika melebihi 5% akan mempengaruhi penilaian tingkat kesehatan bank
yang bersangkutan yaitu akan mengurangi nilai skor yang di peroleh.
Kredit atau pembiayaan yang tergolong non lancar yaitu dengan kualitas
kurang lancar, diragukan dan macet berdasarkan ketentuan Bank Indonesia
tentang kualitas aktiva produktif. Tindakan pengendalian bila terdapat
indikasi penyimpangan pembiayaan maupun indikasi gagal bayar.
Persamaannya adalah sebagai berikut:
Pembiayaan Bermasalah
NPF =
X 100%
Total Pembiayaan
Standar terbaik NPF menurut Bank Indonesia adalah bila NPF
berada di bawah 5%, variabel ini mempunyai bobot nilai 20% dengan nilai
NPF ditentukan sebagai berikut:
Jika nilai NPF:
o Lebih dari 8%, skor nilai = 0
o Antara 5% - 8%, skor nilai = 80
o Antara 3% - 5%, skor nilai = 90
o Kurang dari 3%, skor nilai = 100
42
Bila resiko pembiayaan meningkat, margin/bunga kredit akan
meningkat pula. Sementara itu, dalam ekonomi Islam sektor perbankan
tidak mengenal instrumen bunga, sistem keuangan Islam menerapkan
sistem pembagian keuntungan dan kerugian, bukan kepada tingkat bunga
yang telah menetapkan tingkat keuntungan di muka.
3. Perhitungan Non Performing Financing (NPF)
Tabel 2.1
Perhitungan NPF Berdasarkan Kemampuan Bayar Nasabah
(Debitur) di Bank Syariah
Jenis
Pembiayaan
Kategori yang
Kurang
Lancar
Murabahah,
Tunggakan
Istishna’, Ijarah, lebih dari 90
Qard
hari s.d 180 hari
Salam
Telah
jatuh
tempo s.d 60
hari
Mudharabah,
Tunggakan s.d
Musyarakah
90 hari realisasi
bagi hasil di
atas 30% s.d
90%
dari
proyek
pendapatan
Diperhitungkan
Diragukan
Dalam NPF
Macet
Tunggakan lebih
dari 180 hari s.d
270 hari
Telah jatuh tempo
s.d 90 hari
Tunggakan
lebih dari 270
hari
Lebih dari 90
hari
Tunggakan lebih
dari 90 s.d 180
hari; realisasi bagi
hasil kurang dari
3%
Tunggakan
lebih 180 hari;
realisasi
pendapatan
kurang
dri
30%
dari
proyeksi
pendapatan
lebih dari 3
periode
pembayaran
Sumber: (Ihsan, 2011:23)
43
G. KETERKAITAN ANTAR VARIABEL
1. Keterkaitan antara Financing to Deposit Ratio (FDR) dengan Return
On Asset (ROA)
Menurut Rahadian (2004, dalam Bambang Agus Pramuka, 2010:
64), kecenderungan semakin menumpuknya dana masyarakat di perbankan
syariah dari periode ke periode membuat sektor jasa keuangan ini
mengalami likuiditas yang menumpuk (overliquidity) seperti yang terjadi
pada perbankan konvensional. Maka dari itu sejumlah bank syariah mulai
menerapkan strategi untuk mengantisipasi masalah ini diantaranya dengan
membuka unit layanan yang melancarkan akses masyarakat kepada
pembiayaan.
Financing to Deposit Ratio merupakan alat ukur untuk mengukur
besarnya volume pembiayaan sehingga rasio FDR ini dapat menunjukkan
kesehatan bank dalam memberikan pembiayaannya. Bambang Agus
Pramuka (2010:69) menjelaskan semakin tinggi FDR mengindikasikan
bahwa sebuah bank lebih menekankan keuangannya pada penyaluran
hutang/pembiayaan yang lebih banyak. Semakin kecil FDR semakin baik
likuiditas bank tersebut. Hasil penelitian Bambang Agus Pramuka ini
menunjukkan
bahwa
FDR
berpengaruh
searah/positif terhadap profitabilitas
signifikan
dan
sejalan
(ROA) bank umum syariah. Itu
artinya, semakin tinggi rasio ini menunjukkan bahwa semakin optimalnya
fungsi intermediasi yang dijalankan bank syariah, sehingga meningkatkan
profitabilitas.
44
2. Keterkaitan antara Dana pihak Ketiga (DPK) dengan Return On Asset
(ROA)
Dana pihak ketiga (DPK) merupakan salah satu sumber dana
terbesar yang diperoleh dari masyarakat. Bank dapat memanfaatkan dana
dari pihak ketiga ini untuk menghasilkan pendapatan bagi bank, salah
satunya yaitu dalam bentuk pembiayaan. Peningkatan dana pihak ketiga
akan mengakibatkan pertumbuhan pembiayaan yang besar pula sehingga
profitabilitas bank akan meningkat.
Dapat dipahami secara konsep bahwa dana pihak ketiga dihimpun
kemudian disalurkan oleh bank kepada masyarakat dalam bentuk aktiva
produktif berupa kredit, dalam bank syariah berupa pembiayaan.
Kredit/pembiayaan merupakan sumber pendapatan dan keuntungan bank
yang terbesar. Dana yang tertanam dalam bentuk kredit/pembiayaan yang
diberikan
merupakan
bagian
terbesar
dari
aktiva
operasional.
Kredit/pembiayaan inilah yang dimaksudkan dengan total asset yang
digunakan untuk menghitung ROA sebuah bank. Oleh sebab itu, setiap
perubahan yang terjadi pada jumlah dana pihak ketiga serta jumlah
kredit/pembiayaan yang disalurkan akan berdampak pula pada perubahan
besar kecilnya persentase ROA suatu bank. (Kurniawan, 2012:4)
Dalam penelitian Sigit Setiawan dan Winarsih (2011:13),
menunjukkan bahwa dana masyarakat berpengaruh positif terhadap
pertumbuhan laba. Hal ini mengindikasikan bahwa dana masyarakat yang
dihimpun dan disalurkan kembali ke masyarakat cukup optimal dan
45
mengakibatkan laba yang diperoleh bank sudah optimal, sehingga
pertumbuhan laba menjadi positif.
3. Keterkaitan antara Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) dengan
Return On Asset (ROA)
Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) merupakan surat
berharga berdasarkan prinsip syariah berjangka pendek dalam mata uang
rupiah. SBIS merupakan salah satu instrument pasar uang (kebijakan
moneter kontraktif) yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia berdasarkan
prinsip syariah dengan tujuan untuk menyerap kelebihan likuiditas
didalam sistem perbankan syariah, sebagaimana bank konvensional yang
menetapkan cadangannya pada SBI, dengan harapan memperoleh
penghasilan tambahan. (Nurhasanah, 2012:31)
Menurut hasil penelitian dari Linda Dwi Octavia (2009:9),
menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara suku bunga
SBI terhadap kinerja keuangan perusahaan sebelum dan sesudah
privatisasi. Dari hasil tersebut maka dapat kita kaitkan bahwa SBIS yang
terdapat pada bank syariah berupa surat berharga akan mempengaruhi
return on asset (ROA) walaupun fee hasil penerbitan SBIS tersebut masih
mengacu pada ketetapan bunga Bank Indonesia namun instrumen moneter
syariah ini merupakan instrumen yang bermanfaat untuk mengatasi
likuiditas bank syariah yang berlebih khususnya dalam jangka pendek.
Adanya penempatan dana pada SBIS akan membuat tingkat pembiayaan
bermasalah berkurang karena kelebihan dana tersebut dialihkan ke SBIS,
46
berkurangnya pembiayaan bermasalah ini akan meningkatkan bagi hasil
yang diterima oleh pemilik dana dan meningkatkan keuntungan/laba
(ROA) pada bank syariah.
Menurut hasil penelitian Puspitasari (2009:95) menyatakan bahwa
suku bunga SBI tidak berpengaruh terhadap Return on Asset (ROA). Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa kenaikan Suku Bunga SBI akan
meningkatkan suku bunga kredit pinjaman dan meningkatkan juga biaya
bunga kreditnya, tetapi selisih peningkatan bunga kreditnya dengan
pendapatan bunga kreditnya kecil, dan fluktuasi per tahunnya juga kecil
atau rendah. Hal inilah yang menyebabkan mengapa pada penelitian
Puspitasari ini Suku Bunga SBI tidak berpengaruh terhadap ROA.
4. Keterkaitan antara Non Performing Financing (NPF) dengan Return
On Asset (ROA)
Dalam penelitian Dea Naufal Kharisma (2012:3), NPF dijadikan
variabel independen yang mempengaruhi ROA didasarkan hubungannya
dengan tingkat risiko bank yang bermuara pada profitabilitas bank (ROA).
Menurut Kasmir (2006, dalam Dea Naufal Kharisma) menyatakan bahwa
NPF yang tinggi akan memperbesar biaya, sehingga berpotensi terhadap
kerugian bank. Semakin tinggi rasio ini maka akan semakin buruk kualitas
pembiayaan bank yang menyebabkan jumlah pembiayaan non lancar
semakin besar, dan oleh karena itu bank harus menanggung kerugian
dalam kegiatan operasionalnya sehingga berpengaruh terhadap penurunan
laba (ROA) yang diperoleh bank.
47
Siamat (2005, dalam Aulia dan Ridha, 2011:2) juga menjelaskan
pembiayaan bermasalah adalah pinjaman yang mengalami kesulitan
pelunasan akibat adanya faktor kesengajaan dan atau karena faktor
eksternal diluar kemampuan/kendali nasabah peminjam. Jadi, besar
kecilnya NPF ini menunjukkan kinerja suatu bank dalam pengelolaan dana
yang disalurkan. Apabila porsi pembiayaan bermasalah membesar, maka
hal tersebut pada akhirnya menurunkan besaran pendapatan yang
diperoleh bank (Ali, 2004 dalam Aulia dan Ridha, 2011:4). Sehingga pada
akhirnya akan dapat mempengaruhi tingkat profitabilitas bank syariah.
Menurut penelitian Bambang Agus Pramuka (2010:77), hubungan
antara resiko pembiayaan (NPF) terhadap profitabilitas (ROA) adalah
berlawanan. Artinya, peningkatan resiko pembiayaan (NPF) akan
menyebabkan penurunan profitabilitas (ROA) dan juga sebaliknya
penurunan resiko pembiayaan (NPF) akan menyebabkan peningkatan
profitabilitas (ROA).
H. PENELITIAN TERDAHULU
Beberapa penelitian terdahuluakan diuraikan secara ringkas oleh
penulis karena penelitian ini mengacu pada beberapa penelitian sebelumnya.
Meskipun ruang lingkup hampir sama tetapi karena obyek, periode waktu, dan
alat analisis yang digunakan berbeda maka terdapat banyak hal yang tidak
sama sehingga dapat dijadikan sebagai referensi untuk saling melengkapi.
Penelitian pertamayaitu jurnal yang dilakukan oleh Dea Naufal
Kharisma, Fakultas Administrasi Bisnis dan Keuangan, Institut Manajemen
48
Telkom (2012) yang berjudul “Pengaruh Dana Pihak Ketiga dan Non
Performing Finance Terhadap Profitabilitas Perbankan Syariah”. Variabel
yang digunakan yaitu dana pihak ketiga, Non Performing Finance (NPF), dan
Return on Asset (ROA). Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh dana
pihak ketiga dan Non Performing Finance terhadap profitabilitas perbankan
syariah. Dalam penelitian ini teknik analisisyang digunakan adalah metode
regresi linier berganda.Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa dana pihak
ketiga berpengaruh positif terhadap profitabilitas, sedangkan non performing
finance tidak berpengaruh terhadap profitabilitas.
Penelitian kedua yaitu jurnal yang dilakukan oleh Bambang Agus
Pramuka, Jurusan Akuntansi, Mnajemen Bisnis dan Sektor Publik (JAMBSP),
Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto (2010) yang berjudul “FaktorFaktor yang Berpengaruh Terhadap Tingkat Profitabilitas
Bank Umum
Syariah”. Variabel yang digunakan adalah Return on Asset (ROA), Financing
to Deposit Ratio (FDR), dan Non Performing Financing (NPF). Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaran yang lengkap tentang
faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi tingkat laba bank khususnya Bank
Syariah. Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi
linear berganda. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa volume pembiayaan
(FDR) dan resiko pembiayaan (NPF) secara bersam-sama berpengaruh
signifikan terhadap profitabilitas (ROA) bank umum syariah. Secara parsial,
FDR mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap profitabilitas
49
(ROA) bank umum syariah, sedangkan NPF mempunyai pengaruh negatif dan
signifikan terhadap profitabilitas (ROA) bank umum syariah.
Penelitian ketiga yaitu jurnal yang dilakukan oleh Lyla Rahma Adyani
dan Drs. R. Djoko Sampurno, MM (2011) yang berjudul “Analisis FaktorFaktor Yang Mempengaruhi Profitabilitas (ROA)”. Variabel yang digunakan
yaitu Return on Asset (ROA), Capital Adequacy Ratio (CAR), Non
Performing Financing (NPF), Biaya Operasional Pendapatan Operasional
(BOPO), Financing to Deposit Ratio (FDR). Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui bagaimana peranan rasio keuangan dalam memperediksi tingkat
profitabilitas pada bank umum syariah.Teknik analisis yang digunakan dalam
penelitian ini yaitu teknik analisis regresi berganda.Hasil penelitian
menunjukkan bahwa variabel CAR dan FDR tidak berpengaruh signifikan
positif terhadap profitabilitas (ROA) bank.Sedangkan NPF dan BOPO
berpengaruh negatif signifikan terhadap profitabilitas (ROA) bank.Secara
stimultan dari hasil penelitian juga dapat disimpulkan bahwa CAR, NPF,
BOPO, dan FDR secara bersama-sama berpengaruh terhadap profitabilitas
(ROA) bank.
Penelitian keempat yaitu jurnal yang dilakukan Muh.Sabir. M,
Muhammad Ali, Abd. Hamid Habbe, Jurusan Manajemen Keuangan, Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Unhas Makassar (2012) yang meneliti tentang “Pengaruh
Rasio Kesehatan Bank Terhadap Kinerja Keuangan Bank Umum Syariah dan
Bank Konvensional di Indonesia”. Variabel yang digunakan adalah Return on
Asset (ROA), Capital Adequacy Ratio (CAR), Biaya Operasional terhadap
50
Pendapatan Operasional (BOPO), Net Operating Margin (NOM), Non
Performing Financing (NPF), Financing to Deposit Ratio (FDR), Net Interest
Margin (NIM), Non Performing Loan (NPL), dan Loan to Deposit Ratio
(LDR). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis
pengaruh tingkat rasio kesehatan bank yang diukur dengan CAR, BOPO,
NOM, NPF, FDR, NIM, NPL, dan LDR terhadap Kinerja Keuangan Bank
Umum Syariah dan Bank Konvensional di Indonesia serta untuk mengetahui
perbedaan kinerja keuangan antara Bank Umum Syariah dengan Bank
Konvensional di Indonesia. Alat analisis yang digunakan adalah analisis
regresi berganda dan uji beda dua rata-rata dengan bantuan program SPSS 16
for windows yang menunjukkan hasil bahwa terdapat perbedaan Kinerja
Keuangan antara Bank Umum Syariah dengan Bank Konvensional di
Indonesia.
Penelitian kelima yaitu jurnal yang dilakukan oleh Aulia Fuad Rahman
dan Ridha Rochmanika, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Brawijaya
(2011) yang berjudul “Pengaruh Pembiayaan Jual Beli, Pembiayaan Bagi
Hasil, dan Rasio Non Performing Financing terhadap Profitabilitas Bank
Umum Syariah di Indonesia”. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini
adalah Return on Asset (ROA), pembiayaan jual beli, pembiayaan bagi hasil,
dan Non Performing Financing (NPF). Penelitian ini bertujuan untuk
memberikan bukti empiris mengenai pengaruh pembiayaan jual beli,
pembiayaan bagi hasil, dan rasio Non Performing Financing (NPF) terhadap
profitabilitas Bank Umum Syariah di Indonesia periode Januari 2009 sampai
51
September 2011. Alat analisis yang digunakan adalah dengan metode analisis
Regresi Linier Berganda dengan bantuan program aplikasi SPSS (Statistical
and Service Solution). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara
parsial,pembiayaan jual beli dan rasio NPF berpengaruh signifikan positif
terhadap profitabilitas yang diproksikan melalui ROA pada bank umum
syariah di Indonesia. Sedangkan pembiayaan bagi hasil berpengaruh
signifikan negatif terhadap profitabilitas (ROA) pada bank umum syariah di
Indonesia karena pembiayaan bagi hasil yang disalurkan masih belum
produktif serta masih kurang diminatinya pembiayaan bagi hasil pada
perbankan syariah.
Penelitian keenam yaitu jurnal yang dilakukan oleh Sigit Setiawan
(Alumni STIE Bank BPD Jateng) dan Winarsih (Dosen STIE Bank BPD
Jateng)
(2011)
yang
berjudul
“Faktor-Faktor
Yang
Mempengaruhi
Pertumbuhan Laba Bank Syariah di Indonesia.Variabel yang digunakan yaitu
permodalan, pembiayaan, Non Performance Finance (NPF), dana masyarakat,
dan biaya operasional”.Variabel yang digunakan adalah Return on Asset
(ROA), permodalan, pembiayaan, non performance finance, dana masyarakat,
biaya operasional. Penelitian ini bertujuan untuk menguji faktor-faktor yang
mempengaruhi pertumbuhan laba pada bank syariah.Teknik analisis yang
digunakan analisis regresi linier berganda dan menggunakan program aplikasi
SPSS versi 15. Hasil penelitian dengan pengujian secara stimultan (uji F)
diperoleh hasil bahwa permodalan, pembiayaan, Non Performance Finance,
dana masyarakat, dan biaya operasional secara bersam-sama mempengaruhi
52
pertumbuhan laba bank syariah di Indonesia. Di sisi lain, hasil pengujian secar
parsila (uji t), membuktikan bahwa permodalan, pembiayaan, dan dana
masyarakat berpengaruh positif terhadap pertumbuhan laba sedangkan non
performance finance dan biaya operasional memberikan pengaruh negatif
terhadap pertumbuhan laba.
Penelitian ketujuh yaitu jurnal yang dilakukan oleh Linda Dwi
Octavia, Fakultas Ekonomi Universitas Gunadarma (2009) yang berjudul
“Pengaruh Suku Bunga SBI, Nilai Tukar Rupiah, dan Inflasi Terhadap Kinerja
Keuangan Perusahaan Sebelum dan Sesudah Privatisasi (Studi Kasus Pada PT.
Telekomunikasi Indonesia, Tbk)”. Variabel yang dignakan dalam penelitian
ini yaitu suku bunga SBI (Sertifikat Bank Indonesia), nilai tukar rupiah,
inflasi, dan kinerja keuangan yang terdiri dari Return On Asset (ROA), Return
on Equity (ROE), dan Net Profit Margin (NPM). Penelitian ini bertujuan
untuk menegtahui pengaruh suku bunga SBI, nilai tukar rupiah, dan inflasi
terhadap kinerja keuangan PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk sebelum dan
sesudah privatisasi periode 2000-2001 serta untuk mengetahui apakah terdapat
perbedaan yang signifiakan pada kinerja keuangan PT. Telekomuniaksi
Indonesia, Tbk antara sebelum dan sesudah privatisasi. Alat analisis yang
digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi linier berganda.Hasil
penelitian pengujian statistik sebelum privatisasi perusahaan menunjukkan
bahwa secara parsial hanya variabel suku bunga SBI yang berpengaruh
terhadap kinerja keuangan perusahaan, sedangkan nilai tukar rupiah dan
inflasi tidak berpengaruh terhadap kinerja perusahaan.Pengujian stastistik
53
sesudah privatisasi peruhaan menunjukkan bahwa secara parsial suku bunga
SBI dan inflasi berpengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan, dan hanya
nilai tukar rupiah yang tidak berpengaruh terhadap kinerja keuangan
perusahaan.Selain itu, hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa tidak
terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja keuangan perusahaan
sebelum dan sesudah privatisasi perusahaan.
Penelitian kedelapan adalah tesis yang dilakukan oleh Diana
Puspitasari, Alumni Program Studi Magister Mananjemen, Universitas
Diponegoro(2009) yang berjudul “Analisis Pengaruh CAR, NPL, PDN, NIM,
BOPO, LDR, Dan Suku Bunga SBI Terhadap ROA”. Varibel dalam penelitian
ini terdiri dari CAR, NPL, PDN, NIM, BOPO, LDR, dan Suku Bunga SBI,
dan Return on Asset (ROA). Tujuan utama penelitian ini adalah untuk menguji
pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Loan (NPL), Posisi
Devisa
Netto
(PDN),
Net
Interest
Margin
(NIM),
Biaya
Operasional/Pendapatan Operasional (BOPO), Loan to Deposit Ratio (LDR),
dan Suku Bunga SBI terhadap Return On Asset (ROA). Teknik analisis data
yang digunakan adalah regresi linier berganda dengan persamaan kuadarat
terkecil.Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel PDN dan Suku
Bunga SBI tidak menunjukkan pengaruh signifikan terhadap ROA. Variabel
CAR, NIM, dan LDR berpengaruh positif signifikan terhadap ROA,
sedangkan variabel NPL dan BOPO berpengaruh negatif signifikan terhadap
ROA.
54
Penelitian kesembilan adalah jurnal yang dilakukan oleh Hamisu
Suleiman Kargi, Ahmadu Bello University, Zaria-Nigeria (2011) yang
berjudul “Credit Risk And The Performance of Nigerian Banks (Risiko Kredit
dan Kinerja Bank Nigeria)”. Variabel yang digunakan adalah Loan and
Advances (LA), Non Performing Loan (NPL), Total Deposits, Return on Asset
(ROA).Tujuan penelitian ini adalah untuk mengevaluasi dampak dari risiko
kredit terhadap profitabilitas Bank Nigeria.Teknik analisis yang digunakan
adalah analisis regresi.Data yang digunakan bersumber dari laporan tahunan
dan rekening bank tahun 2004-2008.Hasil penenlitian ini menunjukkan bahwa
manajemen risiko kredit memiliki dampak yang signifikan terhadap
profitabilitas Bank Nigeria.
Peneltian kesepuluh yaitu penelitian yang dilakukan oleh Muhammad
Farhan Akhtar, Khizer Ali, Shama Sadaqat, University of The Punjab,
Pakistan (2011) yang berjudul “Factors Influencing the Profitability of Islamic
Banks of Pakistan (Faktor-faktor yang mempengaruhi profitabilitas Bank
Islam di Pakistan). Variabel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Tujuan
dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana faktor-faktor
profitabilitas
berpengaruh
terhadap
kinerja
Perbankan
Islam
di
Pakistan.Penelitian ini menggunakan data sampel Bank Syariah di Pakistan
dari tahun 2006-2009.Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Ordinary Least Square (OLS).Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa
bahwa sebagian besar bank syariah menghadapi kerugian dalam beberapa
tahun terakhir. Dari hasil penelitian ini, diharapkan peneliti dan praktisi lain
55
bisa saling bekerja sama untuk meningkatkan literatur keuangan dan ekonomi
sehubungan dengan profitabilitas bank syariah.
56
Tabel 2.2
Penelitian Terdahulu
No.
Nama Peneliti
Judul
Variabel
1.
Linda
Dwi
Octavia (2009)
Pengaruh Suku
Bunga SBI, Nilai
Tukar
Rupiah,
dan
Inflasi
Terhadap Kinerja
Keuangan
Perusahaan
Sebelum
dan
Sesudah
Privatisasi (Studi
Kasus Pada PT.
Telekomunikasi
Indonesia, Tbk)
Variabel
Independen:
Suku bunga SBI
(Sertifikat Bank
Indonesia) dan
Nilai
tukar
rupiah, inflasi
Analisis
Pengaruh CAR,
NPL, PDN, NIM,
BOPO,
LDR,
Dan Suku Bunga
SBI
Terhadap
ROA
Variabel
Independen:
Capital
Adequacy Ratio
(CAR),
Non
Performing
Loan
(NPL),
Posisi
Devisa
Netto
(PDN),
Net
Interest
Margin (NIM),
2.
Diana
Puspitasari
(2009)
Variabel
Dependen:
Kinerja
keuangan yang
terdiri
dari
Return On Asset
(ROA), Return
on
Equity
(ROE), dan Net
Profit Margin
(NPM)
Metodologi, Hasil Penelitian,
dan Variabel Pembeda
Alat analisis yang digunakan
dalam penelitian ini adalah
analisis regresi linier berganda.
Hasil
penelitian
pengujian
statistic sebelum privatisasi
perusahaan menunjukkan bahwa
secara parsial hanya variabel
suku
bunga
SBI
yang
berpengaruh terhadap kinerja
keuangan
perusahaan,
sedangkan nilai tukar rupiah dan
inflasi
tidak
berpengaruh
terhadap kinerja perusahaan.
Penguian stastistik sesudah
privatisasi
peruhaan
menunjukkan bahwa
secar
parsial suku bung SBI dan
inflasi berpengaruh terhadap
kinerja keuangan perusahaan,
dan hanya nilai tukar rupiah
yang
tidak
berpengaruh
terhadap
kinerja
keuangan
perusahaan. Selain itu, hasil
penelitian ini juga menunjukkan
bahwa tidak terdapat perbedaan
yang signifikan anatara kinerja
keuangan perusahaan sebelum
dan
sesudah
privatisasi
perusahaan.
Penulis menambahkan variabel
Financing to Deposit Ratio
(FDR), Dana Pihak Ketiga
(DPK) dan Non Performing
Financing
(NPF)
sebagai
variabel independen untuk
membedakan skripsi ini dengan
penelitian yang dilakukan oleh
Linda.
Teknik abalisis data yang
digunakan adalah regresi linier
berganda dengan persamaan
kuadarat
terkecil..
Hasil
penelitian ini menunjukkan
bahwa variabel PDN dan Suku
Bunga SBI tidak menunjukkan
pengaruh signidikan terhadap
ROA. Variabel CAR, NIM, dan
LDR
berpengaruh
positif
signifikan
terhadap
ROA,
57
Biaya
Operasional/Pen
dapatan
Operasional
(BOPO), Loan
to Deposit Ratio
(LDR),
dan
Suku
Bunga
SBI
3.
Bambang Agus
Pramuka
(2010)
Faktor-Faktor
yang
Berpengaruh
Terhadap Tingkat
Profitabilitas
Bank
Umum
Syariah
Variabel
Dependen:
Return On Asset
(ROA)
Variabel
Independen:
Financing
to
Deposit Ratio
(FDR) dan Non
Performing
Financing
(NPF)
Variabel
Dependen:
Return on Asset
(ROA)
4.
Lyla
Rahma
Adyani dan R.
Djoko
Sampurno,
MM (2011)
Analisis FaktorFaktor
Yang
Mempengaruhi
Profitabilitas
(ROA)
Variabel
Independen:
Capital
Adequacy Ratio
(CAR),
Non
Performing
Financing
(NPF),
Biaya
Operasional
Pendapatan
Operasional
(BOPO),
Financing
to
Deposit Ratio
(FDR)
sedangkan variabel NPL dan
BOPO berpengaruh negatif
signifikan terhadap ROA.
Penulis menambahkan variabel
Financing to Deposit Ratio
(FDR), Dana Pihak Ketiga
(DPK) dan Non Performing
Financing
(NPF)
sebagai
variabel independen untuk
membedakan skripsi ini dengan
penelitian yang dilakukan oleh
Diana.
Teknik analisis yang digunakan
dalam penelitian ini adalah
regresi linear berganda. Hasil
penelitian ini menunjukkan
bahwa volume pembiayaan
(FDR) dan resiko pembiayaan
(NPF) secara bersam-sama
berpengaruh signifikan terhadap
profitabilitas
(ROA)
bank
umum syariah. Secara parsial,
FDR mempunyai pengaruh
positif dan signifikan terhadap
profitabilitas
(ROA)
bank
umum syariah, sedangkan NPF
mempunyai pengaruh negatif
dan
signifikan
terhadap
profitabilitas
(ROA)
bank
umum syariah.
Penulis menambahkan variabel
Dana Pihak Ketiga (DPK) dan
Sertifikat
Bank
Indonesia
Syariah (SBIS) sebagai variabel
independen untuk membedakan
skripsi ini dengan penelitian
yang dilakukan oleh Bambang.
Teknik analisis yang digunakan
dalam
penelitian
ininyaitu
teknik analisis regresi berganda.
Hasil penelitian menunjukkan
bahwa variabel CAR dan FDR
tidak berpengaruh signifikan
positif terhadap profitabilitas
(ROA) bank. Sedangkan NPF
dan BOPO berpengaruh negatif
signifikan terhadap profitabilitas
(ROA) bank. Secara stimultan
dari hasil penelitian juga dapat
disimpulkan bahwa CAR, NPF,
BOPO, dan FDR secara
bersama-sama
berpengaruh
terhadap profitabilitas (ROA)
58
Variabel
Dependen:
Return on Asset
(ROA)
5.
Sigit Setiawan
dan Winarsih
(2011)
Faktor-Faktor
Yang
Mempengaruhi
Pertumbuhan
Laba
Bank
Syariah
di
Indonesia
Variabel
Independen:
permodalan,
pembiayaan,
non
performance
finance,
dana
masyarakat,
biaya
operasional
Variabel
Dependen:
Laba
6.
Hamisu
Suleiman
Kargi (2011)
Credit Risk And
The Performance
of
Nigerian
Banks
(Risiko
Kredit
dan
Kinerja
Bank
Nigeria)
Variabel
Independne:
Loan
and
Advances (LA),
Non Performing
Loan
(NPL),
Total Deposits
Variabel
Dependen:
Return on Asset
(ROA)
bank.
Penulis menambahkan variabel
Dana Pihak Ketiga (DPK) dan
Sertifikat
Bank
Indonesia
Syariah (SBIS) sebagai variabel
independen untuk membedakan
skripsi ini dengan penelitian
yang dilakukan oleh Lyla dan
Djoko.
Teknik analisis yang digunakan
analisis regresi linier berganda
dan menggunakan program
aplikasi SPSS versi 15. Hasil
penelitian dengan pengujian
secara
stimultan
(uji
F)
diperoleh
hasil
bahwa
permodalan, pembiayaan, Non
Performance Finance, dana
masyarakat,
dan
biaya
operasional secara bersam-sama
mempengaruhi
pertumbuhan
laba bank syariah di Indonesia.
Di sisi lain, hasil pengujian
secar
parsila
(uji
t),
membuktikan
bahwa
permodalan, pembiayaan, dan
dana masyarakat berpengaruh
positif terhadap pertumbuhan
laba
sedangkan
non
performance finance dan biaya
operasional
memberikan
pengaruh
negatif
terhadap
pertumbuhan laba.
Penulis menambahkan variabel
Financing to Deposit Ratio
(FDR)
dan Sertifikat Bank
Indonesia
Syariah
(SBIS)
sebagai variabel independen
untuk membedakan skripsi ini
dengan
penelitian
yang
dilakukan oleh Sigit dan
Winarsih.
Teknik analisis yang digunakan
adalah analisis regresi. Data
yang digunakan bersumber dari
laporan tahunan dan rekening
bank tahun 2004-2008. Hasil
penenlitian ini menunjukkan
bahwa manajemen risiko kredit
memiliki
dampak
yang
signifikan terhadap profitabilitas
Bank Nigeria.
Penulis menambahkan variabel
Financing to Deposit Ratio
(FDR), Dana Pihak Ketiga
59
7.
Muhammad
Farhan Akhtar,
Khizer
Ali,
Shama Sadaqat
(2011)
Factors
Influencing the
Profitability of
Islamic Banks of
Pakistan (Faktorfaktor
yang
mempengaruhi
profitabilitas
Bank Islam di
Pakistan)
Penelitian
ini
menggunakan
data
sampel
Bank Syariah di
Pakistan
dari
tahun
20062009
8.
Dea
Naufal
Kharisma
(2012)
Pengaruh Dana
Pihak Ketiga dan
Non Performing
Finance
Terhadap
Profitabilitas
Perbankan
Syariah
Variabel
Independen:
Dana
pihak
ketiga,
Non
Performing
Finance (NPF)
Pengaruh Rasio
Kesehatan Bank
Terhadap Kinerja
Keuangan Bank
Umum Syariah
dan
Bank
Konvensional di
Indonesia
Variabel
Independen:
Capital
Adequacy Ratio
(CAR), Biaya
Operasional
terhadap
Pendapatan
Operasional
(BOPO),
Net
Operating
Margin (NOM),
Non Performing
Financing
(NPF),
Financing
to
9.
Muh. Sabir. M,
Muhammad
Ali,
Abd.
Hamid Habbe
(2012)
Variabel
Dependen:
Return on Asset
(ROA)
(DPK) dan Sertfikat Bank
Indonesia
Syariah
(SBIS)sebagai
variabel
independen untuk membedakan
skripsi ini dengan penelitian
yang dilakukan oleh Hamisu.
Alat analisis yang digunakan
dalam penelitian ini adalah
Ordinary Least Square (OLS).
Hasil dari penelitian ini
menunjukkan bahwa bahwa
sebagian besar bank syariah
menghadapi kerugian dalam
beberapa tahun terakhir. Dari
hasil penelitian ini, diharapkan
peneliti dan praktisi lain bisa
saling bekerja sama untuk
meningkatkan
literatur
keuangan
dan
ekonomi
sehubungan
dengan
profitabilitas bank syariah.
Dalam penelitian ini teknik
analisis yang digunakan adalah
metode regresi linear berganda.
Dari
hasil
penelitian
menunjukkan bahwa dana pihak
ketiga
berpengaruh
psoitif
terhadap
profitabilitas,
sedangkan non performing
finance
tidak
berpengaruh
terhadap profitabilitas.
Penulis menambahkan variabel
Financing to Deposit Ratio
(FDR) dan Sertifikat Bank
Indonesia
Syariah
(SBIS)
sebagai variabel independen
untuk membedakan skripsi ini
dengan
penelitian
yang
dilakukan oleh Dea.
Alat analisis yang digunakan
adalah analisis regresi berganda
dan uji beda dua rata-rata
dengan bantuan program SPSS
16
for
windows
yang
menunjukkan
hasil
bahwa
terdapat perbedaan Kinerja
Keuangan antara Bank Umum
Syariah
dengan
Bank
Konvensional di Indonesia.
Penulis menambahkan variabel
Dana Pihak Ketiga (DPK) dan
Sertifikat
Bank
Indonesia
Syariah (SBIS) sebagai variabel
independen untuk membedakan
skripsi ini dengan penelitian
60
Deposit Ratio
(FDR),
Net
Interest Margin
(NIM),
Non
Performing
Loan
(NPL),
dan Loan to
Deposit Ratio
(LDR)
10.
Aulia
Fuad
Rahman
dan
Ridha
Rochmanika
(2012)
Pengaruh
Pembiayaan Jual
Beli, Pembiayaan
Bagi Hasil, dan
Rasio
Non
Performing
Financing
terhadap
Profitabilitas
Bank
Umum
Syariah
di
Indonesia
Variabel
Dependen:
Return on Asset
(ROA)
Variabel
Independen:
Pembiayaan jual
beli,
Pembiayaan
bagi hasil, dan
Non Performing
Financing
(NPF)
Variabel
Dependen:
Return on Asset
(ROA)
yang dilakukan
Sabir. M dkk.
oleh
Muh.
Alat analisis yang digunakan
adalah dengan metode analisis
Regresi Linier Berganda dengan
bantuan program aplikasi SPSS
(Statistical
and
Service
Solution). Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa secara
parsial, pembiayaan jual beli
dan rasio NPF berpengaruh
signifikan
positif
terhadap
profitabilitas yang diproksikan
melalui ROA pada bank umum
syariah di Indonesia. Sedangkan
pembiayaan
bagi
hasil
berpengaruh signifikan negatif
terhadap profitabilitas (ROA)
pada bank umum syariah di
Indonesia karena pembiayaan
bagi hasil yang disalurkan msih
belum produktif serta masih
kurang diminatinya pembiayaan
bagi hasil pada perbankan
syariah.
Penulis menambahkan variabel
Financing to Deposit Ratio
(FDR), Dana Pihak Ketiga
(DPK) dan Sertifikat Bank
Indonesia
Syariah
(SBIS)
sebagai variabel independen
untuk membedakan skripsi ini
dengan
penelitian
yang
dilakukan oleh Aulia dan Ridha.
Sumber: Diolah dari berbagai referensi
61
I. KERANGKA BERPIKIR
Kerangka pemikiran merupakan sintesa dari serangkaian teori yang
tertuang dalam tinjauan pustaka, yang pada dasarnya merupakan gambaran
istematis dari kinerja teori dalam memberikan solusi atau alternatif solusi dari
serangkaian masalah yang ditetapkan (Hamid, 2012:25). Berikut penjelasan
dari kerangka pemikiran dalam penelitian yang dilakukan:
Semakin ketatnya persaingan antar bank syariah maupun dengan bank
konvensional, membuat bank syariah dituntut untuk memiliki kinerja yang
baik agar dapat bersaing dalam memperebutkan pasar perbankan nasional di
Indonesia. Salah satu ukuran kinerja perbankan syariah dan perbankan
konvensional adalah profitabilitas yang diwakili oleh Return on Asset (ROA)
dimana kemampuan bank dalam memperoleh laba dan diinvestasikan kembali
dalam bentuk asset. Peningkatan Return on Asset (ROA) merupakan indikasi
utama untuk melihat kinerja keuangan perbankan dimana perkembangan bank
syariah di Indonesia dari sejak didirikan menunjukkan fluktuasi pada Return
on Asset (ROA) bank syariah di dalam kehidupan perekonomian Indonesia.
Selain itu, peneliti juga dikuatkan dengan penelitian terdahulu untuk meneliti
lebih lanjut dengan judul Analisis Pengaruh Financing to Deposit Ratio
(FDR), Dana Pihak Ketiga (DPK), Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS),
dan Non Performing Financing (NPF) terhadap Return on Asset (ROA),
periode Januari 2009 – Desember 2012.
Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh perubahan variabel
independen bebas yaitu Financing to Deposit Ratio (FDR), Dana Pihak Ketiga
62
(DPK), Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS), dan Non Performing
Financing (NPF) terhadap variabel dependen yaitu Return on Asset (ROA)
yang dalam realisasinya tidak pernah lepas dari kondisi internal maupun
eksternal. Data dari masing-masing variabel didapatkan oleh peneliti dari situs
resmi
Bank
Indonesia
yaitu
Statistik
Perbankan
Syariah
yang
mempublikasikan Laporan Publikasi Bank Indonesia.
Setelah memperoleh data dari setiap variabel, peneliti mulai melakukan
analisis regresi berganda menggunakan software Eviews 5 dengan metode
Ordinary Least Square (OLS), dengan melakukan Uji Asumsi Klasik yang
terdiri dari Uji Normalitas, Uji Multikolinieritas, Uji Heteroskedastisitas, dan Uji
Autokorelasi.
Ordinary Least Square merupakan metode estimasi yang sering
digunakan untuk mengestimasi fungsi regresi populasi dari fungsi regresi
sampel (Ajija, 2011:23). Dalam penelitian ini data yang digunakan adalah data
log natural (ln) dimana variabel Dana pihak Ketiga dan Sertifikat Bank
Indonesia Syariah di log sedangkan variabel ROA, FDR, dan NPF tidak di log
karena untuk penyertaan data dari variabel tersebut satuan datanya berbeda.
Menurut Gujarati (1999) alasan menggunakan regresi dalam
transformasi logaritma natural adalah:
1. Parameter (β) dapat langsung menunjukkan koefisien elastisitas, yaitu
persentase perubahan dalam variabel dependen untuk persentase
perubahan tertentu dalam variabel independen.
63
2. Gejala heterokedastisitas dapat dikurangi karena transformasi logaritma
akan dapat memperkecil skala variabel-variabel yang diukur.
Hubungan variabel ROA dengan variabel FDR, SBIS, dan NPF
diformulasikan sebagai berikut:
Y = f(X1, X2, X3, X4 e)
Sedangkan model ekonometrika ditulis:
Y = β0 + β1X1 + β2X2 +β3X3 +β4X4 + e ………………………… (3.1)
ROA = β0 +β1FDR + β2DPK +β3SBIS +β4NPF + e …………… (3.2)
Selanjutnya
dengan
menggunakan
model
logaritma
natural,
formulasinya dapat dibentuk lebih nyata sebagai berikut:
ROA = β0 +β1FDR + β2LnDPK +β3LnSBIS +β4NPF + e…….. (3.3)
Dimana:
ROA =Return on Asset (ROA)
β0= Konstanta
β1,β2, β3, β4= Koefisien regresi dari masing-masing variabel yang
mempengaruhi ROA
FDR = Financing to Deposit Ratio (FDR)
LnDPK = Dana Pihak Ketiga (DPK)
LnSBIS = Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS)
NPF =Non Performing Financing (NPF)
e = error terms (Variabel diluar model tetapi tidak ikut berpengaruhterhadap
variabel terikat atau bisa disebut faktor penggangu/residual)
64
Selanjutnya peneliti melakukan Uji t, Uji F, dan Uji Koefisien
Determinasi agar penelitian dapat diuji dengan baik dan benar sesuai metodologi
penelitian untuk kemuadian mengambil hasil dan interprestasi data yang akan
menghasilkan kesimpulan dari penelitian ini.
Dari pembahasan yang telah diuraikan diatas, berikut ini adalah
kerangka pemikiran dari penelitian yang akan dilakukan. Untuk mewujudkan
kerangka pemikiran dalam penelitian ini jika divisualisasikan dalam bentuk
skema atau model sederhana adalah sebagai berikut:
65
Gambar 2.2
Kerangka Berpikir
Data dari masing-masing variabel didapatkan oleh peneliti dari situs resmi
Bank Indonesia yaitu Statistik Perbankan Syariah yang mempublikasikan
Laporan Publikasi Bank Indonesia, periode Januari 2009 – Desember 2012
Financing to
Deposit Ratio
(FDR)
Sertifikat Bank
Indonesia
Syariah (SBIS)
Dana Pihak
Ketiga (DPK)
Non Performing
Financing
(NPF)
Variabel Dependen:
ROA (Return on
Asset)
Analisis Regresi Linier Berganda
Uji Asumsi Klasik:
1.
2.
3.
4.
Normalitas
Multikolinieritas
Heteroskedastisitas
Autokorelasi
Pengujian Hipotesis Statistik:
1. Uji Statistik t
2. Uji Statistik F
Koefisien Determinasi
Hasil dan Interpretasi
Kesimpulan dan
Implikasi
66
J. HIPOTESIS
Hipotesis adalah suatu konklusi yang sifatnya masih sementara atau
pernyataan berdasarkan pada pengetahuan tertentu yang masih lemah dan
harus dibuktikan kebenarannya. Dengan demikian hipotesa merupakan dugaan
sementara yang nantinya akan diuji dan dibuktikan kebenarannya melalui
analisa data (Suharsimi Arikunto, 2002:68).
Bambang Agus Pramuka (2010:69) menjelaskan semakin tinggi FDR
mengindikasikan bahwa sebuah bank lebih menekankan keuangannya pada
penyaluran hutang/pembiayaan yang lebih banyak. Semakin kecil FDR
semakin baik likuiditas bank tersebut. Hasil penelitian Bambang Agus
Pramuka ini menunjukkan bahwa FDR berpengaruh signifikan dan sejalan
searah/positif terhadap profitabilitas (ROA) bank umum syariah.
Dana yang tertanam dalam bentuk kredit/pembiayaan yang diberikan
merupakan bagian terbesar dari aktiva operasional. Kredit/pembiayaan inilah
yang dimaksudkan dengan total asset yang digunakan untuk menghitung ROA
sebuah bank. Oleh sebab itu, setiap perubahan yang terjadi pada jumlah dana
pihak ketiga serta jumlah kredit/pembiayaan yang disalurkan akan berdampak
pula pada perubahan besar kecilnya persentase ROA suatu bank. (Kurniawan,
2012:4)
Menurut Diana Puspitasari (2009), kenaikan Suku Bunga SBI akan
meningkatkan suku bunga kredit pinjaman dan meningkatkan juga biaya
bunga kreditnya, tetapi selisih peningkatan bunga kreditnya dengan
pendapatan bunga kreditnya kecil, dan fluktuasi per tahunnya juga kecil atau
67
rendah. Hal inilah yang menyebabkan mengapa pada penelitian Puspitasari ini,
Suku Bunga SBI tidak berpengaruh terhadap ROA. Bila hasil tersebut
dikaitkan dengan SBIS pada perbankan syariah yang menjadi variabel
penelitian ini maka kemungkinan yang bisa dijelaskan yaitu peningkatan pada
SBIS akan meningkatkan pembiayaan dan meningkatkan pula tingkat bagi
hasil, tetapi selisih peningkatan pembiayaan dengan tingkat bagi hasil, serta
fluktuasinya yang per tahunnya juga tidak terlalu besar membuat SBIS tidak
terlalu memiliki pengaruh yang besar terhadap peningkatan ROA.
Siamat (2005, dalam Aulia dan Ridha, 2011:2) juga menjelaskan
pembiayaan bermasalah adalah pinjaman yang mengalami kesulitan pelunasan
akibat adanya faktor kesengajaan dan atau karena faktor eksternal diluar
kemampuan/kendali nasabah peminjam. Jadi, besar kecilnya NPF ini
menunjukkan kinerja suatu bank dalam pengelolaan dana yang disalurkan.
Apabila porsi pembiayaan bermasalah membesar, maka hal tersebut pada
akhirnya menurunkan besaran pendapatan yang diperoleh bank (Ali, 2004
dalam Aulia dan Ridha, 2011:4). Sehingga pada akhirnya akan dapat
mempengaruhi tingkat profitabilitas bank syariah.
Berdasarkan teori-teori tersebut maka hipotesis yang dapat diajukan
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.
H0: Diduga FDR tidak berpengaruh secara parsial dan signifikan
terhadap ROA periode Januari 2009 – Desember 2012.
H1: Diduga FDR berpengaruh secara parsial signifikan terhadap ROA
periode Januari 2009 – Desember 2012.
68
2.
H0: Diduga Dana Pihak Ketiga tidak berpengaruh secara parsial dan
signifikan terhadap ROA periode Januari 2009 – Desember 2012.
H1: Diduga Dana Pihak Ketiga berpengaruh secara parsial dan signifikan
terhadap ROA periode Januari 2009 – Desember 2012.
3.
H0: Diduga SBIS tidak berpengaruh secara parsial dan signifikan
terhadap ROA periode Januari 2009 – Desember 2012.
H1: Diduga SBIS berpengaruh secara parsial dan signifikan terhadap
ROA periode Januari 2009 – Desember 2012.
4.
H0: Diduga NPF tidak berpengaruh secara parsial dan signifikan
terhadap ROA periode Januari 2009 – Desember 2012.
H1: Diduga NPF berpengaruh secara parsial dan signifikan terhadap
ROA, periode Januari 2009 – Desember 2012.
5.
H0: Diduga FDR, DPK, SBIS, dan NPF tidak berpengaruh secara simultan
(bersama-sama) terhadapROA periode Januari 2009 – Desember 2012.
H1: Diduga FDR, DPK, SBIS, dan NPF berpengaruh secara simultan
(bersama-sama) terhadap ROA, periode Januari 2009 –
Desember
2012.
69
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Dalam penelitian ini penulis memfokuskan variabel dependen yaitu
Return on Asset (ROA). Dan variabel independennya difokuskan pada
Financing to Deposit Ratio (FDR), Dana Pihak Ketiga (DPK), Sertifikat Bank
Indonesia Syariah (SBIS), dan Non Performing Financing (NPF). Penelitian
ini merupakan penelitian analisis pengaruh, karena tujuan penelitian ini adalah
meneliti hubungan pengaruh anatara dua variabel, yaitu variabel independen
(FDR, DPK, SBIS, dan NPF) dengan variabel dependen (ROA).
Tempat penelitian pada perbankan syariah di Indonesia dengan
menggunakan data operasionalnya yaitu runtun waktu (time series). Semua
data dalam bulanan yaitu periode Januari 2009 sampai dengan Desember 2012
yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia serta dari sumber-sumber lainnya yang
terkait.
B. Metode Pengumpulan Data
Metode yang digunakan dalam pengumpulan data untuk melakukan
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Field Research
Data yang digunakan adalah data sekunder.Definisi data sekunder
yaitu “Data yang telah dikumpulkan oleh lembaga pengumpul data dan
dipublikasikan kepada masyarakat pengguna data” (Kuncoro, 2009:148).
Data ini seperti referensi dari Bank Indonesia (BI).
70
70
2. Library Research
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data yang
diperoleh dari membaca literature, buku, artikel, jurnal dan sejenisnya
yang berhubungan dengan aspek yang diteliti sebagai upaya untuk
memperoleh data yang valid.
3. Internet Research
Terkadang buku referensi atau literatur yang kita miliki atau
pinjam di perpustakaan tertinggal selama beberapa waktu atau kadaluarsa,
karena ilmu selalu berkembang. Oleh karena itu, untuk mengantisipasi hal
tersebut penulis melakukan penelitian dengan teknologi yang juga
berkembang yaitu internet sehingga data yang diperoleh merupakan data
yang sesuai dengan perkembangan zaman.
C. Metode Analisis Data
Penelitian ini menggunakan metode data kuantitatif, yaitu dimana data
yang digunakan dalam penelitian berbentuk angka. Untuk menguji hipotesis
dari variabel-variabel indenpend yang mempengaruhi variabel dependen,
penelitian ini menggunakan teknik analisis regresi linier berganda (Multiple
Regression Analysis Model) dengan persamaan kuadrat terkecil (Ordinary
Least Square) yang digunakan untuk mencapai penyimpangan atau error yang
minimum dengan lebih dari variabel bebas. Penelitian ini juga akan diperkuat
perhitungannya dengan menggunakan bantuan dari program Excel 2007 dan
program komputer yaitu program Eviews 5.
71
Ordinary Least Square merupakan metode estimasi yang sering
digunakan untuk mengestimasi fungsi regresi populasi dari fungsi regresi
sampel (Ajija, 2011:23). Dalam penelitian ini data yang digunakan adalah data
log natural (ln) dimana variabel Dana pihak Ketiga dan Sertifikat Bank
Indonesia Syariah di log sedangkan variabel ROA, FDR, dan NPF tidak di log
karena untuk penyertaan data dari variabel tersebut satuan datanya berbeda.
Menurut Gujarati (1999) alasan menggunakan regresi dalam
transformasi logaritma natural adalah:
3. Parameter (β) dapat langsung menunjukkan koefisien elastisitas, yaitu
persentase perubahan dalam variabel dependen untuk persentase
perubahan tertentu dalam variabel independen.
4. Gejala heterokedastisitas dapat dikurangi karena transformasi logaritma
akan dapat memperkecil skala variabel-variabel yang diukur.
Hubungan variabel ROA dengan variabel FDR, SBIS, dan NPF
diformulasikan sebagai berikut:
Y = f(X1, X2, X3, X4 e)
Sedangkan model ekonometrika ditulis:
Y = β0 + β1X1 + β2X2 +β3X3 +β4X4 + e ………………………… (3.1)
ROA = β0 +β1FDR + β2DPK +β3SBIS +β4NPF + e …………… (3.2)
Selanjutnya
dengan
menggunakan
model
logaritma
natural,
formulasinya dapat dibentuk lebih nyata sebagai berikut:
ROA = β0 +β1FDR + β2LnDPK +β3LnSBIS +β4NPF + e…….. (3.3)
72
Dimana:
ROA =Return on Asset (ROA)
β0= Konstanta
β1,β2, β3, β4= Koefisien regresi dari masing-masing variabel yang
mempengaruhi ROA
FDR = Financing to Deposit Ratio (FDR)
LnDPK = Dana Pihak Ketiga (DPK)
LnSBIS = Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS)
NPF = Non Performing Financing (NPF)
e = error terms (Variabel diluar model tetapi tidak ikut berpengaruhterhadap
variabel terikat atau bisa disebut faktor penggangu/residual)
Nilai koefisien regresi sangat berarti sebagai dasar analisis. Koefisien α
akan bernilai positif (+) jika menunjukkan hubungan yang searah antara
variabel independen dengan variabel dependen. Artinya kenaikan variabel
independen akan mengakibatkan kenaikan variabel dependen, begitu pula
sebaliknya jika variabel independen mengalami penurunan. Sedangkan nilai α
akan negatif jika menunjukkan hubungan yang berlawanan. Artinya kenaikan
variabel independen akan mengakibatkan penurunan variabel dependen,
demikian pula sebaliknya. Model persamaan yang diperoleh dari pengolahan
data diupayakan tidak terjadi gejala multikolinieritas, heterokedastisitas, dan
autokorelasi. Untuk mengetahui ada tidaknya gejala-gejala tersebut akan
dilakukan uji terlebih dahulu dengan uji asumsi klasik.
73
1. Uji Asumsi Klasik
Model regresi yang baik adalah model regresi yang menghasilkan
estimasi linier tidak bias (Best Linier Unbias Estimator/BLUE). Kondisi
ini akan terjadi jika dipenuhi beberapa asumsi, yang disebut dengan
asumsi klasik. Asumsi-asumsi dasar tersebut mencakup normalitas,
multikolinearitas, heteroskedastistas, dan autokorelasi.
a. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan umtuk menguji apakah dalam model
regresi, variabel penggangu atau residual memiliki distribusi normal
atau tidak.Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi normal
atau mendekati normal.
Uji normalitas residual metode Ordinary Least Square formal
dapat dideteksi dari metode yang dikembangkan oleh Jarque-Bera
(JB).Deteksi dengan melihat Jarque Bera yang merupakan asimtosis
(sampel besar dan didasarkan atas residual Ordinary Least Square).
(Gujarati, 2006:165)
Langkah pengujian sebagai berikut:
Hipotesis :
H0 : Model berdistribusi normal
H1 : Model tidak berdistribusi normal
Pengambilan keputusan dilakukan dengan kriteria:
o Bila probabilitas Obs*R2> 0.05 maka hasil Signifikan, H0 diterima
o Bila probabilitas Obs*R2 < 0.05 maka hasil Tidak Signifikan, H0
ditolak
74
Artinya adalah apabila probabilitas Obs*R2 lebih besar dari
0.05 maka model tersebut dikatakan normal.Apabila probabiitas
Obs*R2 lebih kecil dari 0.05 maka model tersebut dikatakan tidak
normal. (Winarmo, 2009:5.37)
b. Uji Multikolinieritas
Multikolinieritas
berarti
adanya
hubungan
linear
yang
sempurna atau pasti, di antara beberapa atau semua variabel yang
menjelaskan dari model regresi.Ada atau tidaknya multikolinieritas
dapat diketahui atau dilihat dari koefisien korelasi masing-masing
variabel bebas (Ajija, 2011:35). Dengan kata lain, uji multikolineritas
dilakukan untuk menguji apakah pada model regresi ditemukannya
korelasi antar variabel-variabel independen yaitu varibel FDR, DPK,
SBIS, dan NPF. Jika terjadi korelasi, maka dinamakan terdapat
masalah multikolinieritas.Model regresi yang baik seharusnya tidak
terjadi korelasi antar variabel independennya (Widarjono, 2005:133).
Cara yang digunkana untuk mendekteksi ada tidaknya masalah
multikolinieritas di dalam model dengan melakukan korelasi antar
variabel-variabel
independen.Ajija
(2011:35)
mengatakan
jika
koefisien korelasi di antar masing-masing variabel bebas lebih besar
dari 0.8 maka terjadi multikolinieritas.
Jadi, multikolinieritas dapat dideteksi dengan ketentuan sebagai
berikut:

Nilai korelasi < 0.8 artinya tidak terdapat multikolinieritas.
75

Nilai korelasi > 0.8 artinya terdapat multikolinieritas.
Ada
beberapa
cara
untuk
mengatasi
masalah
adanya
multikolinieritas, antara lain: melihat informasi sejenis yang ada,
mengeluarkan variabel, mencari tambahan data. (Nachrowi, 2006:104)
c. Uji Heteroskedastisitas
Heteroskedastisitas merupakan keadaan di mana semua
gangguan yang muncul dalam fungsi regresi populasi tidak memiliki
varians yang sama. (Ajija, 2011:36)
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam
model regresi terjadi kesamaan variance dari residual satu pengamatan
ke pengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan
ke pengamatan lain tetap, maka disebut Homoskedastisitas dan jika
variance
tidak
heteroskedastisitas.
konstan
Model
atau
berubah-ubah
regresi
yang
baik
disebut
adalah
dengan
yang
homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas. (Nachrowi,
2008:109)
Uji heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melihat pola
residual dari hasil estimasi regresi. Jika residual bergerak konstan,
maka tidak ada heteroskedatisitas. Akan tetapi, jika residual
membentuk suatu pola tertentu, maka hal tersebut mengindikasikan
adanya heteroskedastisitas. (Ajija, 2011:36)
76
Untuk melacak keberadaan heteroskedastisitas dalam penelitian
ini juga digunakan Uji White. Dengan langkah-langkah pengujian
sebagai berikut:
Hipotesis: H0: Model tidak terdapat heteroskedastisitas
H1: Model terdapat heteroskedastisitas
Pengambilan keputusan dilakukan dengan kriteria:
o Bila probabilitas Obs*R2> 0.05 maka hasil Signifikan, H0 diterima
o Bila probabilitas Obs*R2 < 0.05 maka hasil Tidak Signifikan, H0
ditolak
Apabila probabilitas Obs*R2 lebih besar dari 0.05 maka model
tersebut tidak terjadi heteroskedastisitas. Sebaliknya jika probabilitas
Obs*R2 lebih kecil dari 0.05 maka model tersebut dipastikan terdapt
heteroskedatisitas. Jika model tersebut terkena heteroskedastisitas
maka harus ditanggulangi melalui transformasi logaritma natural
dengan car membagi persamaan regresi dengan variabel independen
yang mengandung heteroskedastisitas.
d. Uji Autokorelasi
Menurut Ajija (2011:40), yang dimaksud autokorelasi (atau
otokorelasi) menunjukkan korelasi di antara anggota serangkaian
observasi yang diurutkan menurut waktu atau ruang. Uji autokorelasi
bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi linier ada
korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan
pengganggu pada periode t-1 atau periode sebelumnya.Apabila ada
77
korelasi maka dapat dikatakan bahwa terdapat masalah autokorelasi.
Masalah ini muncul karena residual (kesalahan pengganggu) tidak
bebas dari satu observasi ke observasi lainnya.
Beberapa akibat adanya autokorelasi adalah persamaan regresi
tidak efisien karena memiliki variance yang rendah sehingga t-test dan
F-test menjadi bias. Apabila data yang kita analisis mengandung
autokorelasi, maka estimator yang kita dapatkan memiliki karakteristik
estimator metode kuadrat terkecil masih linier, tidak bias dan tidak
mempunyai varian minimum. Autokorelasi juga hanya bersifat LUE ,
tidak lagi BLUE. (Winarmo, 2009:5.27)
Untuk melihat ada tidaknya penyakit autokorelasi dapat juga
digunakan uji Langrange Multiplier (LM Test) atau yang disebut Uji
Breusch-Godfrey dengan membandingkan nilai probabilitas R-Squared
dengan α = 0.05. Langkah-langkah pengujian sebagai berikut
(Gujarati, 2006:112):
Hipotesis: H0: Model tidak terdapat autokorelasi
H1: Model terdapat autokorelasi
Pengambilan keputusan dilakukan dengan kriteria:
o Bila probabilitas Obs*R2> 0.05 maka hasil Signifikan, H0 diterima
o Bila probabilitas Obs*R2 < 0.05 maka hasil Tidak Signifikan, H0
ditolak
78
Apabila probabilitas Obs*R2 lebih besar dari 0.05 maka model
tersebut tidak terdapat autokorelasi.Apabila probabilitas Obs*R2 lebih
kecil dari 0.05 maka model tersebut terdapat autokorelasi.
2. Pengujian Hipotesis Statistik
Hipotesis adalah pernyataan atau dugaan yang bersifat sementara
terhadap suatu maslah penelitian yang kebenarannya masih lemah
sehingga harus di uji secara empiris. Pengujian hipotesis, merupakan
prosedur yang akan menghasilkan suatu keputusanm yaitu menolak atau
menerima hipotesis tersebut. Uji hipotesis statistik dilakukan dengan cara:
a. Uji Parsial (Uji-t)
Uji t digunakan untuk menguji apakah setiap variabel bebas
(Independen) secara masing-masing parsial atau individu memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikat (dependen) pada
tingkat signifikansi 0.05 (5%) dengan menganggap variabel bebas
bernilai konstan. Langkah-langkah yang harus dilakukan dengan uji-t
yaitu dengan pengujian, yaitu (Nachrowi, 2006:17):
Hipotesis:
H0 : βi = 0, artinya masing-masing variabel bebas tidak ada
pengaruh yang signifikan dari variabel terikat.
H1 : βi ≠ 0, artinya masing-masing variabel bebas ada pengaruh
yang signifikan dari variabel terikat.
Pengambilan keputusan dilakukan dengan kriteria:
79

Bila probabilitas > α 5% maka variabel bebas tidak signifikan atau
tidak mempunyai pengaruh terhadap variabel terikat (H0 diterima,
H1ditolak).

Bila probabilitas < α 5% maka variabel bebas signifikan atau
mempunyai pengaruh terhadap variabel terikat (H0 ditolak, H1
diterima).
b. Uji Signifikansi Stimultan (Uji Statistik F)
Uji Statistik F digunakan untuk mengetahui untuk mengetahui
apakah seluruh variabel bebas (independen) secara bersam-sama
berpengaruh terhadap variabel terikat (dependen) pada tingkat
signifikansi 0.05 (5%). Pengujian semua koefisien regresi secara
bersama-sama dilakukan dengan uji-F dengan pengujian, yaitu
(Nachrowi, 2006:16):
Hipotesis:
H0 : βi = 0, artinya secara bersama-sama tidak ada pengaruh
yang signifikan antara variabel bebas terhadap variabel terikat.
H1 : βi ≠ 0, artinya secara bersama-sama ada pengaruh yang
signifikan antara variabel bebas terhadap variabel terikat.
Pengambilan keputusan dilakukan dengan kriteria:

Bila probabilitas > α 5% maka variabel bebas tidak signifikan atau
tidak mempunyai pengaruh terhadap variabel terikat (H0 diterima,
H1 ditolak).
80

Bila probabilitas < α 5% maka variabel bebas signifikan atau
mempunyai pengaruh terhadap variabel terikat (H0 ditolak, H1
diterima).
3. Uji Koefisien Determinasi (Adjusted R2)
Koefisien determinasi ini menunjukkan kemampuan garis regresi
menerangkan variasi variabel terikat [proporsi (persen) variasi variabel
terikat yang dapat dijelaskan oleh variabel bebas]. Nilai R2 atau (R2
Adjusted) berkisar antara 0 sampai 1.Semakin mendekati 1, semakin baik.
(Ajija, 2011:34).
Adapun yang digunakan dalam penelitian ini adalah nilai Adjusted
2
R pada saat mengevaluasi model regresi terbaik. Tidak seperti R2, nilai
Adjusted R2 dapat naik atau turun apabila satu variabel independen
ditambahkan ke dalam model.
D. Operasional Variabel Penelitian
Variabel adalah objek penelitian atau apa yang menjadi titik penelitian
suatu penelitian (Arikunto, 2002:96). Dalam penelitian ini ada 2 (dua) variabel
yang diungkap, yaitu:
1. Variabel Dependen (Y)
Variabel dependen adalah variabel yang dijelaskan atau terikat
(Kuncoro, 2009:50). Dalam penelitian ini yang merupakan variabel
dependen adalah Return on Asset (ROA) dalam Bank Syariah. ROA
dipilih karena merupakan salah satu rasio profitabilitas yang digunakan
untuk mengukur efektivitas perusahaan dalam menghasilkan keuntungan
dengan memanfaatkan total asetyang dimilikinya. Data operasional yang
digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari Bank Indonesia yaitu
81
Statistik Perbankan Syariah berdasarkan perhitungan bulanan, yaitu dari
Januari 2009 – Desember 2012 yang dinyatakan dalam bentuk persen.
2. Variabel Independen (X)
a. Financing to Deposit Ratio (FDR)
Menurut Muhammad (2005:17), penyaluran pembiayaan
adalah pendanaan yang dikeluarkan untuk mendukung investasi yang
direncanakan. Variabel ini diwakili oleh FDR (Financing to Deposit
Ratio). FDR merupakan perbandingan antara pembiayaan yang
diberikan oleh Bank dengan dana pihak ketiga yang berhasil dihimpun
perbankan syariah. Data operasional yang digunakan dalam penelitian
ini diperoleh dari Bank Indonesia yaitu Statistik Perbankan Syariah
berdasarkan perhitungan bulanan, yaitu dari Januari 2009 – Desember
2012 yang dinyatakan dalam bentuk persen.
b. Dana Pihak Ketiga (DPK)
Dana pihak ketiga adalah dana yang dimiliki bank yang
bersumber dari pihak luar atau masyarakat yang bertujuan untuk
menimpan sebagian harta/uangnya di bank agar aman dan dapat ditarik
bila dibutuhkan oleh masyarakat yang bertindak sebagai nasabah. Dana
pihak ketiga ini merupakan sumber dana yang terpenting bagi kegiatan
operasional suatu bank. Data operasional yang digunakan dalam
penelitian ini diperoleh dari Bank Indonesia yaitu Statistik Perbankan
Syariah berdasarkan perhitungan bulanan, yaitu dari Januari 2009 –
Desember 2012 dengan menggunakan satuan rupiah.
82
c. Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS)
Sertifikat Bank Indonesia Syairah (SBIS) adalah sertifikat
berdasarkan prinsip syariah sebagai penitipan dana berjangka waktu
pendek dalam mata uang rupiah yang diterbitkan oleh bank Indonesia.
Data operasional yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari
Bank Indonesia yaitu Statistik Perbankan Syariah berdasarkan
perhitungan bulanan, yaitu dari Januari 2009 – Desember 2012 dengan
menggunakan satuan rupiah.
d. Non Performing Financing (NPF)
Non Performing Financing (NPF) adalah rasio antara
pembiayaan yang bermasalah dengan total pembiayaan yang
disalurkan oleh bank syariah. Data operasional yang digunakan dalam
penelitian ini diperoleh dari Bank Indonesia yaitu Statistik Perbankan
Syariah berdasarkan perhitungan bulanan, yaitu dari Januari 2009 –
Desember 2012 yang dinyatakan dalam bentuk persen.
83
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian
1. Sejarah Perkembangan Bank Syariah di dunia
a. Praktik Perbankan di Masa Rasulullah
Bank Syariah atau yang bisa jug disebut bank Islam adalah
bank yang beroperasi dengan menggunakan tata cara Islam yaitu
mengacu pada ketentuan Al-Qur’an dan Al-Hadits. Oleh karena itu,
bank syariah tidak beroperasi berbasis bunga tetapi menggunakan
sistem bagi hasil .hal ini disebbakan Islam melarang adanya riba dan
dalam Islam bunga bank termasuk riba. Sebagaimana disebutkan
dalam Al-Qur’an Surat Al-Baqarah ayat 278-279:
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan
tinggalkanlah sisa riba (yang belum dipungut) jika kamu orang-orang
yang beriman. Maka, jika kamu tidak mengerjakan (meninggalkan sisa
riba),
maka
ketahuilah
bahwa
Allah
dan
Rasul-Nya
akan
memerangimu. Dan jika kamu bertobat (dari pengambilan riba) maka
bagimu pokok hartamu; kamu tidak menganiaya dan tidak (pula)
dianiaya.” (Al-Qur’an, Surah 2:278-279)
Perkembangan Bank Syariah sebenarnya telah dimulai sejak
zaman Nabi Muhammad SAW dimana pada masa itu kegiatan
operasional perbankan masih bersifat sederhana yaitu menerima titipan
harta, meminjamkan uang untuk keperluan konsumsi dan untuk
84
84
keperluan bisnis, serta melakukan pengiriman uang.Pada masa
Rasulullah tersebut satu orang melakukan satu fungsi saja. Kemudian
pada masa Abbasiyah, ketiga fungsi perbankan tersebut dilakukan oleh
satu individu. Dalam perkembangan selanjutnya, kegiatan perbankan
yang dilakukan perorangan ini dilakukan oleh institusi yang pada masa
ini dikenal sebagai institusi bank (Karim,2004).
Kegiatan perbankan selain dilakukan oleh bansa Arab ternyata
juga dilakukan di seluruh dunia, termasuk di Eropa. Pada mulanya
dalam menjalankan praktik perbankan bangsa Eropa menggunakan
sistem bunga. Seiring dengan semakin majunya peradaban mereka,
bangsa Eropa mulai melakukan penjelajahan dan penjelajahan. Sebagai
akibatnya, perekonomian mulai didominasi oleh bangsa Eropa. Adanya
ketidakadilan dalam perekonomian ini membuat beberapa Negara
muslim di dunia membuat alternatif lembaga keuangan yang bebas
bunga.
b. Perbankan Syariah Modern
Di dunia Arab, pengalaman modern pertama dengan perbankan
syariah adalah melalui Mit Gharm Local Saving Bank di Mesir.
Beroperasinya Mit Gharm Local Saving Bank di Mesir pada tahun
1963 merupakan tonggak sejarah perkembangan sistem perbankan
Islam. Pada tahun 1967 pengoperasian Mit Ghamr diambil alih oleh
National Bank of Egpt dan Bank Sentral Mesir disebabkan adanya
kekacauan politik. Di Yodarnia, berdiri Bank Islam Yordania dan
85
kemudian disusul berdirinya Bank Sosial Nasser di Mesir. Pada tahun
1975 berdiri juga IDB (Islamic Bank Development) dan Bank Islam
Dubai di Arab Suadi berdiri atas prakarsa dari sidang menteri luar
negeri dalam sidang tersebut diusulkan pengahapusan sistem keuangan
berdasarkan bunga dan menggantinya dengan sistem bagi hasil.
Pada periode perkembangan di tahun 1976 sampai awal
1980an, ditandai dengan menyebarnya perbankan dalam dari wilayah
Teluk Arab ke Asia (Timur), dan selanjutnya ke Eropa (Barat).
Kemudian sekitar tahun 1983 hingga kini, perbankan telah mengalami
kemajuan. Pada tahun 1983 di Malysia berdiri Bank Islam Malysia
Berhad lalu disusul dengan berdirinya Lembaga keuangan perseroan
perbaikan investasi (al rajhi) di Arab Saudi dan Al-barakah Turkish
Finance House di Turki pada tahun 1985.
Berkembangnya bank-bank Syariah di Negara-negara Islam
berpengaruh ke Indonesia awal periode 1980-an telah banyak diskusi
mengenai bank Syariah sebagai pilar ekonomi Islam. Akan tetapi
prakarsa untuk mendirikan bank Islam baru dimulai pada tahun 1990.
2. Perkembangan Bank Syariah di Indonesia
Upaya intensif pendirian bank Islam atau bank Syariah di
Indonesia dapat ditelusuri sejak 1998, yaitu pada saat pemerintah
mengeluarkan Paket Kebijakan Oktober (Pakto) yang mengatur deregulasi
industri perbankan di Indonesia. Para ulama waktu itu telah berusaha
untuk mendirikan bank bebas bunga, tapi tidak ada satu pun perangkat
86
hukum yang dapat dirujuk kecuali adanya penafsiran dari peraturan
perundang-undangan yang ada bahwa perbankan dapat saja menetapkan
bunga sebesar 0% (nol persen). (Arifin, 2009:7)
Setelah adanya rekomendasi dari Lokakarya Ulama tentang Bunga
Bank dan Perbankan di Cisarua (Bogor) pada 19-22 Agustus 1990, yang
kemudian diikuti dengan diundangkannya UU No. 7/1992 tentang
Perbankan di mana perbankan bagi-hasil mulai diakomodasi, maka
berdirilah Bank Muamalat Indonesia (BMI), yang merupakan bank umum
Islam pertama yang beroperasi di Indonesia. Pembentukan BMI ini diikuti
oleh pendirian bank-bank perkreditan rakyat syariah (BPRS). Namun
karena lembaga ini masih dirasakan kurang mencukupi dan belum sanggup
menjangkau masyarakat Islam lapisan bawah, maka dibangunlh lembagalembaga simpan pinjam yang disebut Bait al Maal wat Tamwil (BMT)
atau Bait al Qiradh menurut masyarakat Aceh.
Pada tahun 1998, keluar UU No.10 Tahun 1998 tentang perubahan
UU No. 7 Tahun 1992 yang mengakui kebradaan banksyariah dan
konvensional
seta
memperkenankan
bank
konvensional
serta
memperkenankan bank konvensional membuka kantor cabang syariah
(Soemitra, 2009:62). Beberapa lembaga hukum baru secara sukarela
maupun wajib dan Komite Perbankan Sayariah. Terdapat berapa PBI
(Peraturan Bank Indonesia) yang secara khusus merupakan peraturan
pelaksana dari Undang-Undang 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah
dan telah diundangkan hingga saat ini antara lain:
87
1. PBI No.10/16PBI 2008 tentang Perubahan Atas PBI No.9/19/PBI/2007
tentang Pelaksanaan Prinsip Syariah dalam Kegiatan Penghimpunan
Dana dan Penyaluran Dana Serta Pelayanan Jasa Bank Syariah.
2. PBI No. 10/17/PBI/2008 tentang Produk Bank Syariah dan Unit Usaha
Syariah.
3. PBI No. 10/18/PBI/2008 tentang Restrukturisasi Pembiayaan Bagi
Bank Syariah.
4. PBI No. 10/23/PBI/2008 tentang Perubahan Kedua Atas PBI No.
6/21/PBI/2004 tantang Giro Wajib Minimum dalam Rupiah dan Valuta
Asing bagi Bank Umum yang Melaksanakan Kegiatan Usaha
Berdasarkan Prinsip Syariah.
5. PBI No.10/24/PBI/2008 tentang Perubahan Kedua Atas PBI No.
8/21/PBI/2006 tentang Penilaian Kualitas Aktiva Bank Umum yang
Melaksanakan Kegiatan Usaha Berdasarkan Prinsip Syariah.
6. PBI No. 10/32/PBI/2008 tentang Komite Perbankan Syariah.
7. PBI No. 11/3/PBI/2009 tentang Bank Umum Syariah
Dengan diundangkannya UU No. 10/1998 tentang Perubahan UU
No. 7/1992 tentang Perbankan, maka secara tegas Sistem Perbankan
Syariah ditempatkan sebagai bagian dari Sistem Perbankan Nasional. UU
tersebut telah diikuti dengan ketentuan pelaksanaan dalam beberapa Surat
Keputusan Direksi Bank Indonesia tanggal 12 Mei 1999, yaitu tentang
Bank Umum, Bank Umum Berdasarkan Prinsip Syariah, Bank Perkreditan
Rakyat (BPR), dan BPR Berdasarkan Prinsip Syariah. Hal yang sangat
88
penting dari penuturan baru itu adalah bahwa bank-bank umum dan bankbank perkreditan rakyat konvensional dapat menjalankan transaksi
perbankan syariah melalui pembukaan kantor-kantor cabang syariah, atau
mengkonversikan kantor cabang konvensional menjadi kantor cabang
syariah. Perangkat hukum itu diharapkan telah memberi dasar hukum yang
lebih kokoh dan peluang yang lebih besar dalam pengembangan perbankan
syariah di Indonesia. (Arifin, 2009:10)
3. Perkembangan Return on Asset (ROA)
ROA digunakan untuk mengukur efektivitas bank/perusahaan di
dalam menghasilkan keuntungan degan memanfaatkan aktiva yang
dimilikinya. ROA adalah rasio yang mengukur kemampuan perusahaan
dalam menghasilkan laba dengan menggunakan total aset (kekayaan) yang
dimiliki perusahaan setelah disesuaikan dengan biaya-biaya yang
menandai asset tersebut.
Return on Asset (ROA) merupakan salah satu indikator yang
mengukur sehat atau tidaknya suatu bank dalam memanfaatkan asset yang
dimiliki untuk menghasilkan laba. Asset yang berkualitas tentu akakn
mendukung kinerja perbankan syariah dalam menghasilkan profit guna
keberlangsungan kinerja perbankan pada periode-periode salanjutnya.Di
bawah ini adalah gambaran perkembangan ROA dari periode tahun 2009
sampai dengan tahun 2012.
89
ROA
3.00%
2.50%
2.00%
1.50%
1.00%
0.50%
0.00%
ROA
2009-Mar
2009-Jun
2009-Sep
2009-Des
2010-Mar
2010-Jun
2010-Sep
2010-Des
2011-Mar
2011-Jun
2011-Sep
2011Des
2012-Mar
2012-Jun
2012-Sep
2012-Des
PERSENTASE
Gambar 4.1
Perkembangan Return on Asset (ROA) Periode Januari 2009Desember 2012
Sumber: Bank Indonesia (data diolah tahun 2013)
Dapat dilihat pada Gambar 4.1, tingkat profitabilitas perbankan
syariah pada tahun 2010 yang dalam penelitian ini dinilai dari Return on
Asset (ROA) menunjukkan kinerja yang membaik. Terlihat bahwa ROA
industri perbankan syariah meningkat dari 1,48% pada tahun 2009 menjadi
1,67% pada tahun 2010. Kemudian pada tahun 2011, ROA perbankan
syariah juga meningkat menjadi sebesar 0,12% dikarenakan laba yang
didapatkan BUS dan UUS yang merupakan bagian perbankan syariah
mengalami peningkatan sejalan dengan pengembalian aset yang juga
meningkat.
Dengan
adanya
pencapaian
(kenaikan)
produktivitas
aset,
penyesuaian distribusi return kepada nasabah dan peningkatan efisiensi
operasi membuat profitabilitas perbankan syariah ikut meningkat pada
tahun 2012 sebesar 0,35% dari 1,79% pada tahun 2011 menjadi 2,14%
90
pada tahun 2012. Dibandingkan dengan perbankan secara nasional yang
memiliki ROA 3,1%, tingkat profitabilitas bank-bank syariah sebenarnya
masih cukup bersaing jika kita tidak memperhitungkan kemampuan
menghasilkan pendapatan selain dari kegiatan penyaluran dana dimana
Bank Umum Konvensional memiliki kapasitas yang melebihi bank-bank
syariah.
4. Perkembangan Financing to Deposit Ratio (FDR)
Financing to Deposit Ratio(FDR) merupakan perbandingan antara
pembiayaan yang diberikan oleh bank dengan dana pihak ketiga yang
berhasil dihimpun perbankan syariah. Tinggi rendahnya rasio ini
menunjukkan tingkat likuiditas bank tersebut, semakin tinggi angka FDR
suatu bank, digambarkan sebagai bank yang kurang likuid dibandingkan
dengan bank yang memiliki angka rasio yang lebih kecil.Di bawah ini
adalah gambar perkembangan FDR dari periode tahun Januari 2009 –
Desember 2012.
110.00%
100.00%
90.00%
80.00%
70.00%
FDR
FDR
2009-Mar
2009-Jun
2009-Sep
2009-Des
2010-Mar
2010-Jun
2010-Sep
2010-Des
2011-Mar
2011-Jun
2011-Sep
2011Des
2012-Mar
2012-Jun
2012-Sep
2012-Des
PERSENTASE
Gambar 4.2
Perkembangan Financing to Deposit Ratio (FDR) Periode
Januari 2009- Desember 2012
Sumber: Bank Indonesia (data diolah tahun 2013)
91
Berdasarkan gambar grafik di atas dapat kita lihat pada desember
2009, nilai FDR menurun menjadi 89,70%. Menurunnya FDR perbankan
syariah bukan berarti perbankan syariah tak lagi ekspansif dalam
melakukan pembiayaan, penurunan ini terjadi juga karena perbankan
syariah sedang berlomba-lomba dalam menghimpun dana dan mnyalurkan
pembiayaan ke sektor riil.
Krisis moneter yang terjadi pada 2009 memberi pengaruh positif
terhadap pertumbuhan bank syariah karena memperlihatkan industri ini
sebagai tempat investasi yang aman dan cukup bertahan dari krisis
ekonomi global. Industri syariah yang berbasis pada underlying business
membuat industry ini tak terkena dampak yang terlalu besar sebagaimana
perbankan konvensional. Pertumbuhan jumlah pembiayaan yang tidak
secepat pertumbuhan DPK menyebabkan FDR bank syariah mengalami
penurunan yaitu dari 89.67% pada triwulan IV tahun 2010 menjadi
88,94% pada triwulan IV tahun 2011.
Laju pertumbuhan FDR yang dihimpun perbankan syariah pada
tahun 2011 sebesar Rp 115,415 Miliar, meningkat sebesar Rp 39,379
Miliar dari tahun 2010. Berdasarkan data pada statistik perbankan
Indonesia, pada triwulan III 2012, FDR bank umum syariah dan unit usaha
syariah mencapai 102,10%. Hal ini dikarekan tingkat pembiayaan yang
dikeluarkan
lebih
besar
dari
dana
pihak
ketiga
yang
telah
terkumpul.Namun demikian, sekalipun FDR meningkat, tingkat likuiditas
masih aman dan terjaga.
92
5. Perkembangan Dana Pihak Ketiga (DPK)
Dana pihak ketiga (DPK) adalah dana yang dipercayakan oleh
masyarakat kepada bank berdasarkan akad penyimpanan dana dalam
bentuk giro, tabungan, dan deposito dan atau bentuk lain yang
dipersamakan dengan itu dengan menggunakan prinsip syariah. Dana
pihak ketiga disini adalah kumpulan dana yang diperoleh dari nasabah,
dalam arti nasabah sebagai masyarakat individu, perusahaan, koperasi,
yaysan, dan lain-lain baik dalam mata uang rupiah maupun dalam valuta
asing yang dialokasikan atau dikelola oleh perbankan syariah dan
kemudian jikalau ada keuntungan maka keuntungan tersebut akan dibagi
antara kedua belah pihak baik bank dan nasbah. Di bawah ini adalah
gambar grafik perkembangan DPK periode 2009 sampai dengan 2012.
Gambar 4.3
Perkembangan Dana Pihak Ketiga (DPK) Periode Januari
2009- Desember 2012
MILIAR
200000
DPK
DPK
150000
100000
50000
2009-Mar
2009-Jun
2009-Sep
2009-Des
2010-Mar
2010-Jun
2010-Sep
2010-Des
2011-Mar
2011-Jun
2011-Sep
2011Des
2012-Mar
2012-Jun
2012-Sep
2012-Des
0
Sumber: Bank Indonesia (data diolah tahun 2013)
Berdasarkan pada grafik diatas terlihat bahwa penghimpunan pihak
ketiga meningkat di setiap tahunnya, mulai tahun 2009 sampai dengan
93
2012. Penghimpuna dana tertinggi terjadi pada Desember 2012 yaitu
sebesar Rp 147,512 Miliar. Peningkatan ini merefleksikan preferensi
nasabah kepada instrument investasi yang meningkat dan memberi
indikasi bahwa nasbah banyak menggunakan jasa perbankan syariah
sebagai alternatif jasa keuangan untuk investasi dana mereka.
Tingginya pertumbuhan DPK juga didorong oleh semakin
kompetitifnya imbal bagi hasil yang ditawarkan bank syariah. Imbal hasil
bank syariah yang menarik terutama apada produk deposito mmembuat
paroduk tersebut lebih diminati masayrakat dibandingkan alternatif
penempatan dana lainnya yaitu tabungan dna giro. Sejauh ini bank syariah
telah memberikan imbal hasil dengan equivalent rate yang mencoba tetap
menjadi pilihan bagi masyarkat untuk menabung ataupun investasi.
Karakteristiknya memang sama sekali berbeda, yaitu dalam bank sayriah
imbalan yang diberikan sesuai dengan syariat Islam yang dibenarkan dan
bukan tergolong riba sebagaimana bunga bank pada umumnya
Perkembangan tersebut menunjukkan dukungan kuat perbankan
syariah dalam meningkatkan akses keuangan masyarakat. Peningkatan
akses dan preferensi nasabah atas produk dan layanan perbankan syariah
senantiasa menjadi sasaran yang terus diupayakan pencapiannya oleh
Bank Indonesia antara lain mellaui program iBcampaign bersama industry
perbankan syariah, edukasi masyarakat dan pengaturan serta perizinan
perluasan jariangan.
94
6. Perkembangan Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS)
Serrtifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) diterbitkan oleh Bank
Indonesia sebagai salah satu instrumen operasi pasar terbuka dalam rangka
pengendalian moneter yang dilakukan berdasarkan prinsip syariah dengan
menggunakan akad ju‟alah. Akad ju‟alah adalah janji atau komitmen
(iltizam) untuk memberikan imbalan tertentu („iwadh/ju‟l) atas pencapaian
hasil (natijah) yang ditentuka dari suatu pekerjaan.
Sertifikat yang diterbitkan Bank Indonesia yang dibuat dalam
rangka pengendalian moneter berdasarkan prinsip syariah dan sebagai
salah satu upaya untuk mengatasi likuiditas bank syariah. Fee yang
diterima dari penerbitan SBIS akan memperngaruhi ROA, walaupun masih
berfluktuatif namun SBIS merupakan salah satu instrument moneter yang
sangat bermanfaat dalam pengendalian likuiditas bank syariah. Berikut ini
merupakan grafik perkembangan Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS)
periode 2009 sampai sengan 2012.
95
Gambar 4.4
Perkembangan Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS)
Periode 2009-2012
SBIS
2009-Mar
2009-Jun
2009-Sep
2009-Des
2010-Mar
2010-Jun
2010-Sep
2010-Des
2011-Mar
2011-Jun
2011-Sep
2011Des
2012-Mar
2012-Jun
2012-Sep
2012-Des
MILIAR
SBIS
10000
8000
6000
4000
2000
0
PERIODE
Sumber: Bank Indonesia (data diolah tahun 2013)
Seperti halnya SBI, kenaikan penenmpatan dana perbankan syariah
disebabkan oleh peningkatan belanja pemerintah pada akhir tahun
sehingga berdampak pada likuidnya kondisi perbankan. Salah satu faktor
yang mempengaruhi fluktuasi SBIS adalah penurunan BI Rate yang diikuti
dengan penurunan suku bunga simpanan oleh perbankan konvensional,
yang ditengarai mendorong terjadinya perpindahan dana nasabah bank
konvensional ke bank syariah karena tingkat imbalan yang ditawarkan
oleh bank syariah menjadi lebih menarik. Hal ini terlihat dari kenaikan
DPK perbankan syariah yang lebih cepat disbanding pertumbuhan
pembiayaan.
Nilai SBIS setiap tahunnya berfluktuasi, SBIS tertinggi dicapai
pada triwulan keempat pada tahun 2011, hal ini dikarekan tingkat
pengembalian dari dana pihak ketiga yang dihimpun sebagian dialokasikan
96
pada SBIS. Namun SBIS pernah mengalami penurunan pada triwulan
kedua tahun 2009 dikarenakan suku bunga yang menjadi acuan fee untuk
SBIS menurun, penurunan suku bunga ini dilakukan Bank Indonesia untuk
menumbuh kembangkan sektor riil dan peningkatan investasi.
7. Perkembangan Non Performing Financing (NPF)
Non Performing Financing (NPF) adalah rasio yang menunjukkan
pembiayaan
bermasalah
sebagai
akibat
ketidakmampuan
nasabah
mengembalikan jumlah pinjaman yang diterima dari bank syariah beserta
imbalannya sesuai dengan jangka waktu yang telah ditentukan, yang
terdiri dari pembiayaan yang berklarifikasi kurang lancar, diragukan, dan
macet. Berikut ini merupakan gambaran perkembangan Non Performing
Financing (NPF) periode 2009 - 2012.
Gambar 4.5
Perkembangan Non Performing Financing (NPF) Periode
7.00%
6.00%
5.00%
4.00%
3.00%
2.00%
1.00%
0.00%
NPF
2009-Mar
2009-Jun
2009-Sep
2009-Des
2010-Mar
2010-Jun
2010-Sep
2010-Des
2011-Mar
2011-Jun
2011-Sep
2011Des
2012-Mar
2012-Jun
2012-Sep
2012-Des
PERSENTASE
2009-2012
NPF
PERIODE
Sumber: Bank Indonesia (data diolah tahun 2013)
97
Perbankan syariah semakin efektif dan efisien dalam menyalurkan
pembiayaan. Hal itu terlihat dari data Bank Indonesia (BI) per Juni 2010.
Data itu menunjukkan rasio pembiayaan bermasalah atau Non Performing
Fianancing (NPF) perbankan syariah sebesar 3,89%, lebih rendah dari
NPF di periode yang sama tahun lalu, sebesar 4,39%. Penurunan NPF ini
terjadi karena perbankan syariah semakin selektif
memilih nasabah,
dimana pemilihan nasabah disesuaikan dengan kemampuan pembiayaan
bank.
Selain itu, penurunan Non Performing Financing selama beberapa
tahun ini juga menunjukkan peningkatan pada kinerja perbankan syariah
dan membuktikan bahwa perbankan syariah mampu menjaga kulitas
pembiayaannya dengan memperkecil adanya pembiayaan bermasalah.
Kondisi ini juga memperlihatkan bahwa bank syariah semakin hati-hati
dalam menyalurkan pembiayaanya dan kemampuan pengelolaan resiko
perbankan syariah semakin membaik.
B. Hasil Analisis dan Pembahasan
Semua data yang digunakan dalam analisis ini merupaka data sekunder
deret waktu (time series) mulai tahun 2009 sampai dengan 2012. Penelitian
mengenai profitabilitas (ROA) perbankan syariah disini menggunakan data
pada perbankan syariah di Indonesia sebagai variabel dependen (variabel tidak
bebas). Sedangkan variabel independen terdiri dari Financing to Deposit Ratio
(FDR), Dana Pihak Ketiga (DPK), Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS),
98
dan Non Performing Financing (ROA). Keseluruhan dari data yang digunakan
sebagai bahan penelitian diperoleh dari laporan bulan Bank Indonesia.
Sebagaimana yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya model yang
digunakan peneliti sebagai alat analisis regresi berganda adalah Ordinary
Least Square (OLS). Model OLS merupakan model estimasi yang sering
digunakan untuk mengestimasi fungsi regresi populasi dari fungsi regresi
sampel (Ajija, 2011:23). Pengolahan data dilakukan secara elektronik dengan
menggunakan Microsoft Excel 2007 dan Eviews 5 untuk mempercepat hasil
yang dapat menjelaskan varabel-variabel yang akan diteliti.
1. Uji Asumsi Klasik
a. Uji Normalitas
Uji Normalitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah
menggunakan uji Jarque Bera dengan melihat nilai probability. Jika
probability lebih besaar dari nilai derajat α = 0.05, maka penelitian ini
tidak ada permasalahan normalitas atau dengan kata lain, data
terdistribusi normal, begitu pula sebaliknya.jika nilai probabilitasnya
lebih kecil dari derajat kesalahan α = 0.05, maka dalam penitian ini ada
permasalahan normalitas atau dengan kata lain, data tidak terdistribusi
normal.
Tabel 4.1
Uji Normalitas Jarque-Bera
Jarque-Bera
0.123263
Probability
0.940229
99
8
Series: Residuals
Sample 2009M01 2012M12
Observations 48
7
6
5
4
3
2
1
0
-0.004
-0.002
0.000
0.002
Mean
Median
Maximum
Minimum
Std. Dev.
Skewness
Kurtosis
3.85e-17
5.65e-05
0.004396
-0.004689
0.001909
-0.102305
2.859407
Jarque-Bera
Probability
0.123263
0.940229
0.004
Sumber: Lampiran 2 (data BI diolah)
Berdasarkan Tabel 4.1, terlihat nilai probability sebesar
0.940229, lebih besar dari tingkat signifikansi sebesar 0.05, artinya
data terdistribusi normal yang berarti H0 diterima.
b. Uji Multikolinieritas
Uji multikolinieritas dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya
hubungan (korelasi) yang signifikan di antara dua atau lebih variabel
independen dalam model regresi. Deteksi adanya multikolinieritas
dilakukan dengan menggunakan uji korelasi parsial antar variabel
independen. Dengan melihat nilai koefisien korelasi (r) antar variabel
independen, dapat diputuskan apakah data terkena multikolinieritas
atau tidak, yaitu dengan emnguji koefisien korelasi antar variabel
independen, jika terjadi korelasi, maka terdapat multikolinieritas,
dimana model regresi yang baik adalah tidak terjadi multikolinieritas
antar variabel independen dengan variabel dependen. Hasil pengujian
100
multikolinieritas menggunakan uji korelasi (r) dapat dilihat sebagai
berikut:
Tabel 4.2
Hasil Uji Correlation Matrix
FDR
LNDPK
LNSBIS
NPF
FDR
1.000000
-0.181828
-0.561479
0.233885
LNDPK
-0.181828
1.000000
0.633318
-0.926464
LNSBIS
-0.561479
0.633318
1.000000
-0.672005
NPF
0.233885
-0.926464
-0.672005
1.000000
Sumber: Lampiran 3 (data BI diolah)
Dari tabel 4.2 diatas dapat dilihat hasil analisis uji
multikolinieritas dengan Correlation Matrix menunjukkan bahwa
korelasi antar variabel independen antara FDR dan LNDPK
mapupun sebaliknya sebesar -0.181828, antara FDR dengan
LNSBIS maupun sebaliknya sebesar -0.561479, antara FDR dan
NPF maupun sebaliknya sebesar 0.233885.
Terlihat dari tabel 4.2 diatas nilai korelasi variabel
independen (yaitu FDR, DPK, SBIS, dan NPF) tertinggi hanya
mencapai 0.633318 yaitu antara LNDPK dengan LNSBIS maapun
sebaliknya.Karena nilai 0.633318 < 0.8 sehingga diputuskan tidak
terdapat multikolinieritas. Hasil ini menginformasikan model
Ordinary Least Square (OLS) yang dilakukan dapat dikatakan
terbebas dari gejala multikolinieritas.
101
c. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah
dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual
satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance dari
residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut
Homoskedastisitas dan jika variance tidak konstan atau berubahubah disebut dengan Heterokedastisitas. Metode pertama yang
digunakan untuk mendeteksi adanya heterokedastisitas pada
penelitian ini adalah dengan melihat pola residualnya.
Gambar 4.6
Uji Heteroskedatisitas Dengan Melihat Pola Residual
.028
.024
.020
.006
.016
.004
.012
.002
.000
-.002
-.004
-.006
2009
2010
Residual
2011
Actual
2012
Fitted
Sumber : Lampiran 4 (data BI diolah)
Dengan melihat hasil tersebut, kita dapat menduga bahwa
tidak terjadi heteroskedastisitas pada hasil estimasi, di mana
residualnya tidak membentuk suatu pola. Dengan kata lain,
residual cenderung konstan.
102
Selanjutnya model kedua yang dapat dilakukan untuk
mendeteksi adanya adanya heteroskedastisitas pada penelitian ini
adalah dengan melakukan Uji White.
Tabel 4.3
Hasil Uji White Heteroskedasticity Test
White Heteroskedasticity Test:
F-statistic
1.477777 Probability
Obs*R-squared
18.49668 Probability
Sumber : Lampiran 4 (data BI diolah)
0.174220
0.185086
Dari tabel 4.3 di atas diketahui bahwa nilai Obs*R Squared
sebesar 18.49668 dan probabilitas sebesar 0.185086 yang mana
lebih besar dari nilai α sebesar 0.05. Karena nilai probabilitas lebih
besar dari α = 5% maka dalam hal ini H0 diterima sehingga dapat
disimpulkan
bahwa
dalam
model
tidak
ada
masalah
heteroskedastisitas.
d. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi untuk mengetahui apakah dalam model
regresi ada korelasi antara kesalahan pada periode waktu yang lain.
Untuk mendeteksi masalah autokorelasi digunakan uji Breuesch
Godfrey atau lebih dikenal dengan uji Langrange Multiplier (LMTest) (Pengganda Langrange). Uji autokorelasi dilihat dari nilai
probabilitas. Jika nilai probabilitas lebih besar dari tingkat
signifikansi 5% maka tidak terdapat autokorelasi dan sebaliknya
jika probabilitas lebih kecil dari 5% maka terdapat autokorelasi.
103
Tabel 4.4
Hasil Uji Langrange Multiple Test (LM-Test)
Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test:
F-statistic
1.241584 Probability
Obs*R-squared
2.741107 Probability
Sumber : Lampiran 5 (data BI diolah)
0.299561
0.253966
Dari tabel di atas diketahui bahwa nilai Obs*R Squared
sebesar 2.741107 dan nilai probabilitas 0.253966 yang lebih besar
dari nilai α sebesar 0.05.karena nilai probabilitas lebih besar dari α
= 5% maka H0 diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa di
dalam model tidak terdapat masalah autokorelasi.
2. Pengujian Hipotesis Statistik
Hasil pengolahan data atau hasil estimasi yang dilakukan dengan
menggunakan program komputer Eviews 5 dengan menggunakan metode
regresi linier berganda atau Ordinary Least Square (OLS) yang
ditampilkan pada tabel berikut:
Tabel 4.5
Hasil Regresi Metode Ordinary Least Square (OLS)
Variabel
Koefisien
t-Statistik
C
0.124662
1.799718
FDR
0.046037
5.187609
LNDPK
-0.005565
-2.985527
LNSBIS
0.001291
1.149197
NPF
-0.256407
-3.026928
F-Statistik
9.447454
Probabilitas
0.000014
Adjusted R-squared
0.418243
Durbin-Watson Stat
1.534132
Sumber : Lampiran 6 (data BI diolah)
Probabilitas
0.0789
0.0000
0.0047
0.2568
0.0042
104
Dari tabel 4.5 di atas, maka dapat disusun persamaan regresi linier
ROA = 0.124662 + 0.046037 FDR - 0.005565 DPK + 0.001291 SBIS –
0.256407 NPF
1) Jika segala sesuatu variabel independen dianggap konstan atau
bernilai nol, artinya variabel independen tidak terjadi kenaikan atau
penurunan maka besarnya nilai Return on Asset (ROA) adalah
sebesar 0.124662 persen.
2) Nilai koefisien regresi Financing to Deposit Ratio (FDR) sebesar
0.046037 persen yang berarti setiap peningkatan FDR sebesar 1
persen maka akan meningkatkan ROA sebesar 0.046037 persen.
3) Nilai koefisien regresi Dana Pihak Ketiga (DPK) sebesar 0.005565 persen yang berarti setiap penurunan DPK sebesar 1
persen maka akan meningkatkan ROA sebesar 0.005565 persen.
4) Nilai koefisien regresi Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS)
sebesar 0.001291 persenyang berarti setiap peningkatan SBIS
sebesar 1 persen akan meningkatkan ROA sebesar 0.001291
persen.
5) Nilai koefisien regresi Non Performing Financing (NPF) sebesar 0.256407 yang berarti setiap penurunan NPF sebesar 1 persen akan
meningkatkan ROA sebesar 0.256407 persen.
a. Uji Parsial (Uji t)
Uji-t bertujuan untuk mengetahui pengaruh secara parsial
(individu) variabel-variabel independen (FDR, LNDPK, LNSBIS,
105
NPF) terhadap variabel dependen yaitu ROA. Salah satu cara untuk
melakukan uji t adalah dengan melihat nilai probabilitas pada tabel uji
statistik t. Apabila nilai probabilitas lebih kecil dari signifikansi α =
0.05
berarti
variabel
independen
secar
parsial
(individu)
mempengaruhi variabel dependen.
Dari tabel 4.5, didapatkan hasil uji statistik t yang dilakukan
yaitu sebagai berikut:
1) Pengaruh t-statistik untuk Financing to Deposit Ratio (FDR)
terhadap Return on Asset (ROA)
Berdasarkan pada tabel 4.5, diperoleh hasil t-hitung sebesar
5.187609 dengan tingkat signifikansi sebesar 0.0000.Karena
tingkat signifikansi lebih kecil dari 0.05 maka secara parsial FDR
berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap ROA.Dengan
demikian H0 ditolak, H1 diterima.
2) Pengaruh t-statistik untuk Dana Pihak Ketiga (DPK) terhadap
Return on Asset (ROA)
Berdasarkan pada tabel 4.5, diperoleh hasil t-hitung sebesar
-2.985527 dengan tingkat signifikansi sebesar 0.0047.Karena
tingkat signifikansi lebih kecil dari 0.05 maka secara parsial DPK
berpengaruh secara negatif dan signifikan terhadap ROA.Dengan
demikian H0 ditolak, H1 diterima.
3) Pengaruh t-statistik untuk Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS)
terhadap Return on Asset (ROA)
106
Berdasarkan pada tabel 4.5, diperoleh hasil t-hitung sebesar
1.149197 dengan tingkat signifikansi sebesar 0.2568.Karena
tingkat signifikansi lebih besar dari 0.05 maka secara parsial SBIS
tidak berpengaruh secara signifikan terhadap ROA.Dengan
demikian H0 diterima, H1 ditolak.
4) Pengaruh t-statistik untuk Non Performing Financing (NPF)
terhadap Return on Asset (ROA)
Berdasarkan pada tabel 4.5, diperoleh hasil t-hitung sebesar 3.026928 dengan tingkat signifikansi sebesar 0.0042.Karena
tingkat signifikansi lebih kecil dari 0.05 maka secara parsial NPF
berpengaruh secara negatif dan signifikan terhadap ROA.Dengan
demikian H0 ditolak, H1 diterima.
b. Uji Signifikansi Simultan (Uji-F)
Uji-F bertujuan untuk mengetahui pengaruh semua variabel
independen (FDR, LNDPK, LNSBIS, NPF) secara simultan (bersamasama) terhadap variabel dependen yaitu Return on Asset (ROA).
Berdasarkan tabel 4.5, diperoleh hasil F-Statistik sebesar 9.447454
dengan nilai probabilitas (F-Statistik) sebesar 0.000014. Karena hasil
probabilitas (signifikansi) lebih kecil dari nilai α = 0.05 (0.00 < 0.05)
berarti dapat disimpulkan bahwa FDR, DPK, SBIS, dan NPF secara
bersama-sama signifikan mempunyai perngaruh terhadap ROA.
107
3. Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi R2 (R Square) yang digunakan dalam
penelitian ini adalah menggunakan nilai Adjusted R2 pada saat
mengevaluasi model regresi terbaik.Hal tersebut dikarenakan variabel
independen yang digunakan dalam penelitian ini lebih dari satu.
Berdasarkan hasil regresi yang bersumber dari data BI (2009-2012)
seperti terlihat pada tabel 4.5 dapat diketahui bahwa nilai Adjusted R
Squared sebesar 0.418. Hal ini menunjukkan bahwa variasi variabel
dependen (ROA) secara bersama-sama dapat dijelaskan oleh variabel
independen (FDR, DPK, SBIS, NPF) sebesar 41.8%, sedangkan sisanya
58,2% dijelaskan oleh faktor atau variabel lain diluar variabel yang diteliti.
Hasil Adjusted R Squared tersebut juga menunjukkan bahwa
pengaruh variabel independen yang dilakukan oleh peneliti tidak terlalu
memiliki penjelasan yang cukup besar bila dibandingkan dengan variabel
lain diluar variabel yang diteliti. Hal tersebut terjadi karena hasil regresi
nilai koefisien determinasi dari variabel independen yang diteliti nilainya
tidak terlalu besar dan nilai koefisien determinasi terkecil diperoleh dari
variabel Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) sebesar 0.001291,
sedangkan nilai koefien terbesar yang dapat dihasilkan dari hasil regresi
diperoleh dari variabel Non Performing Financing (NPF) dengan nilai
hanya sebesar -0,256407.
108
C. Analisis Ekonomi
Berdasarkan hasil perhitungan statistik yang telah dilakukan dapat
disimpulkan bahwa regresi yang dihasilkan cukup baik unyuk menerangkan
perkembangan Return on Asset (ROA) pada Perbankan Syariah di Indonesia.
Dari seluruh variabel utama yang dimasukkan ke dalam model, ternyata tidak
semua variabel bebas signifikan. Hal ini berarti Return on Asset (ROA) pada
Perbankan Syariah hanya dipengaruhi oleh sebagian dari variabel bebas yang
diuji.
Selanjutnya hasil interpretasi dari hasil regresi tersebut terhadap
signifikansni masing-masing variabel ang diteliti dijelaskan sebagai berikut:
1. Pengaruh Financing to Deposit Ratio (FDR) Terhadap Return on Asset
(ROA)
Hasil regresi ROA menunjukkan bahwa nilai yang diperoleh dari
hasil koefisien sebesar 0.046037 dengan tingkat signifikansi sebesar
0.0000.Hal ini berarti Financing to Deposit Ratio (FDR) memiliki
pengaruh yang positif dan signifikan Terhadap Return on Asset (ROA).
Dimana apabila nilai Financing to Deposit Ratio (FDR) meningkat maka
akan meningkatkan Return on Asset (ROA) Perbankan Syariah.
Sebaliknya apabila Financing to Deposit Ratio (FDR) menurun maka akan
menurunkan tingkat Return on Asset (ROA) yang dimiliki oleh Perbankan
Syariah. Hal ini menunjukkan bahwa hubungan antara volume pembiayaan
(FDR) dengan profitabilitas (ROA) adalah sejalan/positif. Semakin tinggi
rasio ini mengindikasikan semakin optimalnya fungsi intermediasi yang
109
dijalankan bank syariah, sehingga meningkatkan profitabilitas.Hasil
penelitian ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh
Bambang Agus Pramuka (2010) yang menyatakan bahwa Financing to
Deposit Ratio (FDR) berpengaruh terhadap profitabilitas (ROA) Bank
Syariah yang diterima.
Penelitian ini juga memperkuat hasil penelitian dari Muh.Sabir.M,
dkk (2012) yang menyatakan bahwa FDR berpengaruh positif dan
signifikan terhadap ROA pada bank umum syariah.Itu artinya, semakin
tinggi FDR mengindikasikan bahwa bank lebih banyak menekankan
keuangannya pada penyaluran hutang/pembiayaan yang lebih banyak.
Semakin kecil FDR semakin baik likuiditas bank tersebut. Menurut
Arthesa dan Edia (2009 dalam Lyla Rahma Adyani dan R. Djoko
Sampurno, 2011:20) menyatakan bahwa besarnya rasio FDR diupayakan
pada posisi 85% hingga 110% agar dana yang disimpan dapat disalurkan
dengan optimal. Nilai positif pada variabel FDR menunjukkan bahwa
semakin tinggi FDR maka semakin tinggi pendapatan bank atau
kredit/pembiayaan yang disalurkan semakin banyak dan ROA meningkat.
Hasil penelitian ini sesuai dengan perkembangan data yang telah
diolah. Dimana pada bulan Februari 2012 FDR mengalami peningkatan
sebesar 90.49% dari yang sebelumnya sebesar 89.67% pada bulan
Desember 2010dan membuat ROA ikut meningkat sebesar 1.79% dari
nilai ROA sebelumnya sebesar 1.67%pada bulan Desember 2010.
110
Namun dalam penelitian Lyla Rahma Adyani dan R. Djoko
Sampurno (2011)menunjukkan bahwa FDR tidak berpengaruh signifikan
positif terhadap profitabilitas (ROA) bank sehingga hasil penelitian
mereka tidak mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti.
Berdasarkan hasil penelitian ini diharapkan manajemen perbankan
syariah dapat meningkatkan volume pembiayaan yang dicerminkan oleh
FDR.Hal tersebut dilakukan guna memaksimalkan pendapatan yang bisa
didapatkan dari penyaluran pembiayaan dan juga dapat mendukung
kegiatan investasi yang dilakukan oleh masyarakat.
2. Pengaruh Dana Pihak Ketiga (DPK) Terhadap Return on Asset (ROA)
Hasil regresi ROA menunjukkan bahwa nilai yang diperolehdari
hasil koefisien sebesar -0.005565 dengan tingkat signifikansi sebesar
0.0047.Hal ini berarti DPK berpengaruh secara negatif dan signifikan
terhadap ROA dan menunjukkan bahwa menurunnya nilai dana pihak
ketiga akan membuat ROA pada bank syariah meningkat.
Namun, hasil penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian
sebelumnya yang dilakukan oleh Dea Naufal Kharisma (2012) yang
menyatakan bahwa secara parsial terdapat pengaruh yang signifikan antara
dana pihak ketiga terhadap profitabilitas dan dengan arah yang positif. Hal
itu berarti semakin tinggi jumlah dana pihak ketiga yang dihimpun oleh
bank maka akan meningkatkan profitabilitas bank.
Penelitian dari Sigit Setiawan dan Winarsih (2011) juga
menyatakan bahwa dana masyarakat atau yang biasa disebut dana pihak
111
ketiga terbukti berpengaruh positif terhadap pertumbuhan laba. Hal ini
mengindikasikan bahwa dana masyarakat yang dihimpun dan disalurkan
kembali ke masyarakat cukup optimal dan mengakibatkan laba yang
diperoleh bank sudah optimal, sehingga pertumbuhan laba menjadi positif.
Dari penjelasan di atas, dapat peneliti simpulkan bahwa dana
masyarakat atau dana pihak ketiga seharusnya memberikan pengaruh yang
positif terhadap ROA. Akan tetapi, hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa dana masyarakat justru berpengaruh negatif terhadap ROA.
Rahadian (2004, dalam Bambang Agus Pramuka, 2010:64) menyatakan
kecenderungan semakin menumpuknya dana masyarakat di perbankan
syariah dari periode ke periode membuat sektor jasa keuangan ini
mengalami likuiditas yang menumpuk (overliquidity) seperti yang terjadi
pada
perbankan
konvensional.
Berdasarkan
pernyataan
tersebut,
kemungkinan penjelasan yang bisa diberikan untukmenjelaskan mengapa
dana pihak ketiga yang dihasilkan dalam penelitian ini justru menunjukkan
pengaruh nengatif signifikan adalahkarena banyaknya dana pihak ketiga
yang dihimpun membuat bank syariah kurang maksimal didalam
penyaluran dana tersebut sehingga dana pihak ketiga yang seharusnya bisa
menjadi salah satu sumber yang bisa meningkatkan profit justru malah
membuat laba yang dihasilkan menjadi menurun. Kurang optimalnya bank
syariah didalam mengelola penyaluran dana dari masyarakat yang begitu
besar berdampak pada menurunnya nilai laba atau profit yang dihasilkan
oleh bank syariah.
112
Hasil penelitian ini sesuai dengan perkembangan data yang telah
diolah. Dimana pada bulan Januari 2012 Dana Pihak Ketiga (DPK)
mengalami peningkatan sebesar Rp 116.518 miliar yang membuat ROA
menurun menjadi 1.36% dibandingkan dengannilai DPK sebelumnya pada
bulan Desember 2010 sebesar Rp 76.036 dengan ROA sebesar 1.67%.
Selain itu, Buchory (2006, dalam Renniwaty Siringoringo,
2010:65) menyatakan bahwa fungsi intermediasi dapat dilaksanakan
dengan optimal jika didukung permodalan yang memadai. Karena
meskipun dana pihak ketiga yang dihimpun sangat besar namun apabila
tidak diimbangi oleh tambahan modal maka bank akan terbatas
dalammenyalurkan kredit/pembiayaannya. Apabila kredit/pembiayaannya
terbatas maka akan menyebabkan tingkat pengembalian menjadi menurun
dan membuat profit yang didapatkan juga ikut menurun. Berdasarkan teori
tersebut maka bisa disimpulkan bahwa dana pihak ketiga dapat
berpengaruh negatif dan signifikan terhadap profitabilitas yang dalam
penelitian ini dicerminkan oleh Return on Asset (ROA).
Berdasarkan hasil penelitian ini, diharapkan untuk masa yang akan
datang, perbankan syariah lebih bisa meningkatkan penghimpunan dana
dari masyarakat yang biasa disebut sebagai dana pihak ketiga. Hal ini
karenadana pihak ketiga merupakan sumber dana terpenting bagi kegiatan
operasi suatu bank dan merupakan ukuran keberhasilan bank jika
membiayai operasinya dari sumber dana ini. Namun peningkatan sumber
dana pihak ketiga ini juga harus diimbangi dengan penyaluran dananyadan
113
pengelolaan dana yang baik sehingga dana pihak ketiga ini bisa membuat
profit yang dihasilkan meningkat dan bukannya menurun seperti yang
ditunjukkan dalam hasil penelitian ini.
3. Pengaruh Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) Terhadap Return on
Asset (ROA)
Hasil regresi ROA menunjukkan bahwa koefisien yang diperoleh
sebesar 0.001291 dengan tingkat signifikansi sebesar 0.2568. Hal ini
berarti Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) tidak memiliki pengaruh
terhadap Return on Asset (ROA) perbankan syariah. Hal ini dikarenakan
fee based income bank syariah yaitu komisi atau ongkos atau keuntungan
yang diterima dari pengalokasian dana yang berlebihan pada SBIS baru
akan diterima 9 bulan kemudian setelah penerbitan SBIS. Hal ini sesuai
dengan penelitian yang dilakukan oleh Diana Puspitasari (2009).Hasil
penelitiannya menunjukkan bahwa kenaikan Suku Bunga SBI akan
meningkatkan suku bunga kredit pinjaman dan meningkatkan juga biaya
bunga kreditnya, tetapi selisih peningkatan bunga kreditnya dengan
pendapatan bunga kreditnya kecil, dan fluktuasi per tahunnya juga kecil
atau rendah. Hal inilah yang menyebabkan mengapa pada penelitian
Puspitasari ini, Suku Bunga SBI tidak berpengaruh terhadap ROA. Bila
hasil tersebut dikaitkan dengan SBIS pada perbankan syariah yang
menjadi variabel penelitian ini maka kemungkinan yang bisa dijelaskan
yaitu peningkatan pada SBIS akan meningkatkan pembiayaan dan
meningkatkan pula tingkat bagi hasil, tetapi selisih peningkatan
114
pembiayaan dengan tingkat bagi hasil, serta fluktuasinya yang per
tahunnya juga tidak terlalu besar membuat SBIS tidak terlalu memiliki
pengaruh yang besar terhadap peningkatan ROA.
Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan
oleh Linda Dwi Octavia (2009) yang dalam penelitiannya menunjukkan
bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara suku bunga SBI terhadap
kinerja keuangan karena suku bunga merupakan salah satu instrumen
untuk mengendalikan laju pertumbuhan tingkat inflasi, dimana inflasi yang
tinggi menyebabkan menurunnya profitabilitas suatu perusahan, sehingga
variabel suku bunga SBI berpengaruh terhadap kinerja keuangan
perusahaan.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut, diharapkan SBIS dapat
membantu perbankan syariah dalam pengelolaan likuiditas hariannya
termasuk apabila terdapat pencarian pembiayaan.Dengan menyalurkan
sebagian
pembiayaan
pada
SBIS,
setidaknya
dapat
mendorong
meningkatnya profitabilitas (ROA) yang dihasilkan oleh perbankan
syariah.
4. Pengaruh Non Performing Financing (NPF) Terhadap Return on Asset
(ROA).
Hasil regresi ROA pada tabel 4.5 menunjukkan bahwa koefisien
yang diperoleh sebesar -0.256407 dengan tingkat signifikansi sebesar
0.0042.Hal itu berarti NPF berpengaruh secara negatif dan signifikan
terhadap ROA.Penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian dari Sigit
115
Setiawan dan Winarsih (2011) yang munjukkan NPF terbukti memiliki
pengaruh negatif terhadap pertumbuhan laba. Jadi apabila nilai Non
Performing Financing (NPF) tinggi akan mengakibatkan laba yang
diperoleh bank menurun atau kurang optimal, sehingga laba yang kurang
optimal mengakibatkan pertumbuhan laba menjadi kurang optimal
pula.Hasil penelitian tersebut juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan
oleh Bambang Agus Pramuka (2010) serta Lyla Rahma Adyani dan R.
Djoko Sampurno (2011).
Munurut Arthesa dan Edia (2009 dalam Lyla Rahma Adyani dan
R. Djoko Sampurno, 2011:19) menyatakan semakin tinggi rasio NPF,
maka ancaman bank dari kredit/pembiayaan bermasalah seamkin besar.
Pengaruh negatif yang ditunjukkan oleh NPF mengindikasikan bahwa
semakin tinggi kredit macet dalam penglolaan kredit/pembiayaan bank
maka akan menurunkan tingkat pendapatan bank yang tercermin melalui
ROA.
Hasil penelitian ini juga sesuai dengan perkembangan data yang
telah diolah. Dimana pada bulan Mei 2010, nilai ROA mengalami
penurunan sebesar 1.25% dari sebelumnya sebesar 2.06% pada bulan April
2010 disebabkan oleh meningkatnya nilai NPF sebesar 4.77% pada bulan
Mei 2010 dari yang seblumnya hanya 4.47% pada bulan April 2010. Akan
tetapi, pada bulan Maret 2012 ROA mengalami peningkatan sebesar
1.83% dari sebelumnya sebesar 1.79% pada bulan Februari 2012 karena
116
NPF mengalami penurunan sebesar 2.76% pada bulan Maret 2012 dari
bulan sebelumnya sebesar 2.82%.
Namun hasil penelitian ini tidak didukung oleh Muh.Sabir, dkk
(2012) dan juga Dea Naufal Kharisma (2012) yang menunjukkan bahwa
NPF tidak berpengaruh terhadap ROA.Sedangkan hasil penelitian dari
Aulia Fuad Rahman dan Ridha Rochmanika (2012) menunjukkan bahwa
rasio NPF justru berpengaruh positif terhadap ROA.Mereka menyatakan,
kemungkinan penjelasan yang dapat diberikanadalah return dari
penyaluran dana selain pembiayaan seperti penempatan pada bank lain,
investasi surat berharga, atau penyertaan mampu menutupi kerugian yang
terjadi
atas
pembiayaan
bermasalah,
sehingga
NPF
seolah-olah
berpengaruh positif terhadap ROA.
Berdasarkan hasil penelitian ini, diharapkan untuk masa yang akan
datang perbankan syariah lebih memperketat pengawasan kegiatan
nasabahnya agar tidak terjadi side striming atau penggunaan dana yang
tidak sesuai dengan yang disebutkan dalam kontrak serta mengawasi agar
tidak terjadinya penyembunyian keuntungan oleh nasabah bila nasabahnya
tidak jujur sehingga resiko besarnya NPF dapat dikendalikan dan dapat
meningkatkan profit.
117
BAB V
KESIMPULAN DAN IMPLIKASI
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengolahan data dari penelitian yang berjudul
“Analisis Pengaruh Financing to Deposit Ratio (FDR), Dana Pihak Ketiga
(DPK), Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS), dan Non Performing
Financing (NPF) terhadap Return on Asset (ROA), Periode Januari 2009 –
Desember 2012”, didapat beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Secara parsial variabel Financing to Deposit Ratio (FDR) berpengaruh
positif dan signifikan terhadap Return on Asset (ROA)perbankan syariah.
Sedangkan Dana Pihak Ketiga (DPK) dan Non Performing Financing
(NPF) berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Return on Asset (ROA)
perbankan syariah. Selain itu, hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa
Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) tidak berpengaruh terhadap
Return on Asset (ROA) perbankan syariah di Indonesia.
2. Secara simultan variabel Financing to Deposit Ratio (FDR), Dana Pihak
Ketiga (DPK), Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS), dan Non
Performing
Financing
(NPF)
secara
bersama-sama
berpengaruh
terhadapReturn on Asset (ROA) perbankan syariah di Indonesia.
3. Nilai Adjusted R Square yang dihasilkan pada penelitian ini adalah sebesar
0.418. Hal ini menunjukkan bahwa sebanyak 41,8% variasi dependen
(ROA) bisa dijelaskan atau dipengaruhi oleh variasi independen
(Financing to Deposit Ratio, Dana Pihak Ketiga, Sertifikat Bank Indonesia
118
118
Syariah, dan Non Performing Financing). Sedangkan sisanya sebesar
58,2% dipengaruhi oleh variabel lain diluar variabel yang diteliti.
B. Implikasi
Berdasarkan fakta-fakta yang ditemukan pada penelitian tentang
analisis pengaruh Financing to Deposit Ratio (FDR), Dana Pihak Ketiga,
Sertifikat Bank Indonesia Syariah, dan Non Performing Financing (NPF)
maka dapat ditarik implikasi teoritis yaitu:
1. Bagi pemerintah untuk mengevaluasi dan lebih mengembangkan kinerja
perbankan secara profesional dari sistem perbankan syariah yang telah
dijalankan saat ini sehingga dapat meningkatkan profitabilitas perbankan
syariah di Indonesia.
2. Bagi bank syariah diharapkan untuk meningkatkan kinerja keuangannya
dengan lebih baik sehingga bisa memkasimalkan tingkat profitabilitas
yang mana dalam penelitian ini diwakili oleh Return on Asset (ROA).
Selain itu, manajemen perbankan syariah diharapkan untuk lebih
memfokuskan Financing to Deposit Ratio (FDR), karena FDR merupakan
rasio volume pembiayaan yang menunjukkan kesehatan bank dalam
memberikan pembiayaan sehingga dapat mendukung kegiatan investasi
yang dilakukan oleh masyarakat. Perbankan syariah juga perlu melakukan
riset tingkat lanjut secara terfokus mengenai pengembangan perbankan
syariah dan bagaimana cara-cara untuk menyentuh elemen masyarakat dari
tingkat atas hingga tingkat bawah sehingga produk-produk perbankan
119
syariah dapat dinikmati seluruh kalangan dengan kemudahan dan
kenyamanan dalam menikmati layanan produk perbankan syariah.
3. Bagi peneliti selanjutnnya diharapkan dapat menambahkan variabelvariabel lain yang kemungkinan dapat mempengaruhi pembentukan
Return on Asset (ROA). Selain itu, diharapkan peneliti selanjutnya dapat
menambahkan periode yang lebih lagi untuk memperoleh hasil yang lebih
akurat.
120
DAFTAR PUSTAKA
A. Buku
Al-Qur’an
Ajija, Shochrul Rohmatul, dkk. “Cara Cerdas Menguasai Eviews”, Salemba
Empat, Jakarta, 2011.
Antonio, Muhammad Syafi’I. “Bank Syariah dari Teori ke Praktik”, Gema
Insani, Jakarta, 2001.
Arifin, Zainul. “Dasar-Dasar Manajemen Bank Syariah”, Cet. 7, Azkia
Publisher, Tangerang, 2009.
Arikunto, Suharsimi. “Prosedur Penelitian”, Rineka Cipta, Jakarta, 2002.
Ascarya.“Akad dan Produk Bank Syariah”, PT RajaGrafindo Persada, Jakarta,
2007.
Dendawijaya, Lukman. “Manajemen Perbankan”, Ghalia Indonesia, Jakarta,
2005.
Djumhana, Muhammad. “Hukum Perbankan di Indonesia”, Edisi ke 2, Cet. 2,
Citra Aditya Bakti, Bandung, 2000.
Gujarati, Damodar. “Ekonometrika Dasar”, Erlangga, Jakarta, 2006.
Hamid, Abdul. “Panduan Penulisan Skripsi”, FEB UIN Press, Jakarta, 2012.
Judisseno, Rimsky K. “Sistem Moneter dan Perbankan di Indonesia”, PT
Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2005.
Karim, A. Adiwarman. “Bank Islam Analisis Fiqh dan Keuangan”, PT Raja
Grafindo Persada, Jakarta, 2004.
Karim, A. Adiwarman. “Bank Islam Analisis Fiqh dan Keuangan”, PT Raja
Grafindo Persada, Jakarta, 2006.
Kasmir. “Manajemen Perbankan”, PT RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2002.
Kasmir, “Dasar-Dasar Perbankan”, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2008.
Kasmir.“Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya”, PT Raja Grafindo Persada,
Jakarta, 2009.
121
Kasmir. “Manajemen Perbankan”, Cet. 9, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta,
2010
Kuncoro, Mudrajad. “Metode Riset untuk Bisnis dan Ekonomi. Bagaimana
Meneliti dan Menulis Tesis?”, Erlangga, Jakarta, 2009.
Mannan, M. Abdul. “Teori dan Praktek Ekonomi Islam”, PT Dana Bhakti
Wakaf, Yogyakarta, 1995
Mishkin, Frederic. “Ekonomi Uang, Perbankan Dan Pasar Keuangan”,
Salemba Empat, Jakrta, 2008.
Muhammad. “Bank Syariah (Analisis Kekuatan, Kelemahan, Peluang, dan
Ancaman)”, Ekonisia, Yogyakarta, 2002.
Muhammad. “Manajemen Dana Bank Syariah”, Ekonisia, Yogyakarta, 2004.
Muhammad, “Manajemen Pembiayaan Bank Syariah”, (UPP) AMP YKPN,
Yogyakarta, 2005.
Muhammad, “Manajemen Bank Syariah”, Edisi Revisi, UII Press,
Yogyakarta, 2005.
Nachrowi, Nachrowi D, Hardius Usman. “Pendekatan Populer dan Praktis
Ekonometrikal Untuk Analisis Ekonomi dan Keuangan”, FEUI, Jakarta,
2006.
Nejatullah Sidiqqi, Muhammad. “Bank Islam”, Pustaka, Bandung, 1984.
Puspopranoto, Salwodjo. “Keuangan Perbankan dan Pasar Keuangan”,
LP3ES, Jakarta, 2004.
Rahman, Hasanudin. “Aspek-Aspek Hukum Pemberian Kredit Perbankan di
Indonesia”, Citra Aditya Bakti, Bandung, 1995.
Riyadi, Slamet. “Banking Asset and Liability Management”, Lembaga
Penerbit FE UI, Jakarta, 2006.
Rodoni, Ahmad. “Investasi Syariah”, Lembaga Penelitian UIN, Jakarta, 2009.
Sembiring, Sentosa. “Aspek-Aspek Hukum Dalam Perbankan
Pengasuransian Syari‟ah di Indonesia”, Kencana, Jakarta, 2006.
dan
Siamat, Dahlan. “Manajemen Lembaga Keuangan”, Edisi ke-4, Badan
Penerbit Fakultas Ekonomi I, Jakarta, 2004.
122
Soemitra, Andri. “Bank dan Lembaga Keuangan Syariah Deskripsi dan
Ilustrasi”, Ekonisia, Yogyakarta, 2007.
Sudarsono, Heri. “Bank dan Lembaga Keuangan Syariah Deskripsi dan
Ilustrasi”, Ekonisia, Yogyakarta, 2007.
Sukirno, Sadono, “Teori Pengantar Ekonomi Makro”, PT Raja Grafindo
Persada, Jakarta, 2004.
Suyatno, Thomas, et al. “Dasar-Dasar Perkreditan”, PT Gramedia Pustaka
Utama, Jakarta, 1992.
Veithzal, Rivai. “Bank and Financial Institution Management Conventional
and Sharia System”, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2007.
Widarjono, Agus. “Ekonomi: Teori dan Aplikasi Untuk Ekonomi dan Bisnis”,
Ekonisia, Yogyakarta, 2005.
Winamo, Sigit. Ismaya, Sujana. “Kamus Besar Ekonomi”, Pustaka Grafika,
Bandung, 2007.
Winarmo, W Wahyu.“Ekonometrika dan Statistik dengan Eviews”, Edisi ke 3,
Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen YKPN, Yogyakarta, 2009.
Zulkifli, Sunarto. “Panduan Praktis Transaksi Perbankan Syariah”, Zikrul
Hakim, Jakarta, 2008.
B. Penelitian/Jurnal
Adyani, Lyla Rahma dan Sampurno, R. Djoko. “Analisis Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Profitabilitas (ROA)”, Jakarta, 2011.
Farhan Akhtar, Muhammad. Ali, Khizer. Sadaqat, Shama. “Factors
Influencing the Profitability of Islamic Banks of Pakistan”, International
Research Journal of Finance and Economics, University of The Punjab,
Pakistan, 2011.
Ferdiawan, Iqbal. “Analisis Pengaruh Dana Pihak Ketiga (DPK),
Pembiayaan, Non Performing Financing (NPF), dan Jumlah Uang
Beredar Terhadap Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) Periode
Januari 2009 – Desember 2011”, Skripsi Sarjana, Fakultas Ilmu Ekonomi
dan Bisnis UIN, Jakarta, 2012.
Ihsan, Muntoha. “Pengaruh Gross Domestic Product, Inflasi, dan Kebijakan
Jenis Pembiayaan Terhadap Rasio Non Performing Financing Bank
Umum Syariah di Indonesia Periode 2005 sampai 2010”, Skripsi Sarjana,
123
Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro, Semarang, 2011.
Kargi, Hamisu Suleiman. “Credit Risk and The Performance Of Nigerian
Banks”, Journal Faculty of Administration, Nigeria. 2011.
Kharisma, Dea Naufal. “Pengaruh Dana Pihak Ketiga dan Non Performing
Finance Terhadap Profitabilitas Perbankan Syariah”, Jurnal Fakultas
Administrasi Bisnis dan Keuangan, Institut Manajemen Telkom, 2012
Kurniawan, Rizal. “Analisis Pengaruh Dana Pihak Ketiga dan Penyaluran
Kredit Terhadap Return On Assets (ROA) (Survey pada PT. BPR Pola
Dana Tasikmalaya”, Jurnal Akutansi, Tasikmalaya, 2012.
Mariyam, Siti. “Pengaruh Financing to Deposit Ratio (FDR) dan tingkat
Inflasi Terhadap Non Performing Financing perbankan Syariah”, Skripsi
Sarjana, Fakultas Syariah dan Hukum UIN, Jakarta, 2009.
M, Muh. Sabir. Ali, Muhammad. Habbe, Abd. Hamid. “Pengaruh Rasio
Kesehatan Bank Terhadap Kinerja Keuangan Bank Umum Syariah dan
Bank Konvensional di Indonesia”, Jurnal Analisis Vo. 1, Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Unhas, Makassar, 2012.
Mukromah. “Analisis Pengaruh Nilai Tukar Rupiah (Kurs), Sertifikat Bank
Indonesia Syariah (SBIS), Dana Pihak Ketiga (DPK), Financing to
Deposit Ratio (FDR), terhadap Non Performing Financing (MPF)
Perbanakn Syariah di Indonesia”, Skripsi Sarjana, Fakultas Ilmu Ekonomi
dan Bisnis UIN, Jakarta, 2012.
Nurhasanah, Adha. “Analisis Pengaruh Non Performing Financing (NPF),
Deposito Mudharabah dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS)
Terhadap Aset Perbankan Syariah Di Indonesia Periode 2006 – 2011”,
Skripsi Sarjana, Fakultas Ilmu Ekonomi dan Bisnis UIN, Jakarta, 2012.
Oktavia, Linda Dwi. “Pengaruh Suku Bunga SBI, Nilai Tukar Rupiah, dan
Inflasi Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan Sebelum dan Sesudah
Privatisasi (Studi Kasus Pada PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk)”,
Jurnal Fakultas Ekonomi, Universitas Gunadarma, 2009.
Prabowo, Adi. “Analisis Pengaruh NPF, Pembiayaan, Aset, dan Inflasi
Terhadap Dana Pihak Ketiga Bank Syariah di Indonesia Periode Januari
2006 – September 2012”, Skripsi Sarjana, Fakultas Ilmu Ekonomi dan
Bisnis UIN, Jakarta, 2012.
Pramuka, Bambang Agus. “Faktor-Faktor yang berpengaruh Terhadap
Tingkat Profitabilitas Bank Umum Syariah”, Jurnal Akuntansi,
Manajemen Bisnis dan Sektor Publik, 2010.
124
Prihatiningsih.“Financing to Deposit Ratio (FDR) Perbankan Syariah Tahun
2006-2011”, Jurnal Orbith Vol.8 Polikteknik Negeri, Semarang, 2012.
Rahman, Aulia Fuad dan Rochmanika, Ridha. “Pengaruh Pembiayaan Jual
Beli, Pembiayaan Bagi Hasil, dan Rasio Non Performing Financing
Terhadap Profitabilitas Bank Umum Syariah di Indonesia”, Jurnal
Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Brawijaya, 2012.
Puspitasari, Diana. “Analisis Pengaruh CAR, NPL, PDN, NIM, BOPO, LDR,
Dan Suku Bunga SBI Terhadap ROA (Studi Pada Bank Devisa di
Indonesia Periode 2003-2007)”, Tesis Sarjana Magister Manajemen,
Universitas Diponegoro, 2009.
Setiawan, Sigit dan Winarsih.“Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Pertumbuhan Laba Bank Syariah di Indonesia”, Jurnal STIE Bank BPD,
Jawa Tengah, 2011.
Siringoringo, Renniwaty. “Karakteristik dan Fungsi Intermediasi Perbankan
Di Indonesia”, Jurnal Universitas Putera Batam, Kepulauan Riau, 2010.
Sulistianingsih, Venie. “Analisis Pengaruh Dana Pihak Ketiga (DPK),
Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS), Nilai Tukar , dan Inflasi
Terhadap Return on Asset (ROA) Perbankan Syariah di Indonesia Periode
Januari 2006 – Juni 2011”, Skripsi Sarjana, Fakultas Ilmu Ekonomi dan
Bisnis UIN, Jakarta, 2012.
C. Laporan
Laporan Bank Indonesia Statistik Perbankan Indonesia
Laporan Bank Indonesia Statistik Perbankan Syariah
Laporan Perkembangan Perbankan Syariah 2009
Laporan Perkembangan Perbankan Syariah 2010
Laporan Perkembangan Perbankan Syariah 2011
Laporan Perkembangan Perbankan Syariah 2012
Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan
Undang-Undang No. 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah
125
D. Website
www.bi.go.id
www.bps.go.id
www.google.com
www.republika.co.id
126
Lampiran 1 : Data Penelitian, Januari 2009 – Desember 2012
ROA
TAHUN (persentase)
2009.1
2.11
2
2.15
3
2.44
4
2.29
5
2.22
6
2.16
7
2.12
8
2.08
9
1.38
10
1.46
11
1.48
12
1.48
2010.1
1.65
2
1.76
3
2.13
4
2.06
5
1.25
6
1.66
7
1.67
8
1.63
9
1.77
10
1.79
11
1.83
12
1.67
2011.1
2.26
2
1.81
3
1.97
4
1.90
5
1.84
6
1.84
7
1.86
8
1.81
9
1.80
10
1.75
DPK (Rp)
38195000000000
38651000000000
38040000000000
39193000000000
40288000000000
42103000000000
43004000000000
44019000000000
45381000000000
46500000000000
47887000000000
52271000000000
53163000000000
53299000000000
52811000000000
54043000000000
55067000000000
58078000000000
60462000000000
60972000000000
63912000000000
66478000000000
69086000000000
76036000000000
75814000000000
75085000000000
79651000000000
79567000000000
82861000000000
87025000000000
89786000000000
92021000000000
97756000000000
101811000000000
FDR
NPF
(persentase) (persentase)
100.02
4.39
100.50
4.61
103.33
5.14
101.36
5.17
101.06
4.77
100.22
4.39
99.59
5.15
99.71
5.61
98.11
5.72
97.30
5.51
95.49
5.54
89.70
4.01
88.67
4.36
90.96
4.75
95.07
4.53
95.57
4.47
96.65
4.77
96.08
3.89
95.32
4.14
98.86
4.10
95.40
3.95
94.76
3.95
95.45
3.99
89.67
3.02
91.97
3.28
95.16
3.66
93.22
3.60
95.17
3.79
94.88
3.76
94.93
3.55
94.18
3.75
98.39
3.53
94.97
3.50
95.24
3.11
SBIS (Rp)
3488000000000
3192000000000
2704000000000
2058000000000
2539000000000
1819000000000
1253000000000
2321000000000
2635000000000
2835000000000
2142000000000
3076000000000
3373000000000
2972000000000
2425000000000
3027000000000
1656000000000
2734000000000
2576000000000
1882000000000
2310000000000
2783000000000
3287000000000
5408000000000
3968000000000
3659000000000
5870000000000
4042000000000
3879000000000
5011000000000
5214000000000
3647000000000
5885000000000
5656000000000
127
11
12
2012.1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
1.78
1.79
1.36
1.79
1.83
1.79
1.99
2.05
2.05
2.04
2.07
2.11
2.09
2.14
105330000000000
115415000000000
116518000000000
114616000000000
114318000000000
114018000000000
115206000000000
119279000000000
121018000000000
123673000000000
127678000000000
134453000000000
138671000000000
147512000000000
94.40
88.94
87.27
90.49
87.13
95.39
97.95
98.59
99.91
101.03
102.10
100.84
101.19
100.00
2.74
2.52
2.68
2.82
2.76
2.85
2.93
2.88
2.92
2.78
2.74
2.58
2.50
2.26
6447000000000
9244000000000
10663000000000
4243000000000
6668000000000
3825000000000
3644000000000
3936000000000
3036000000000
2918000000000
3412000000000
3321000000000
3242000000000
4993000000000
128
Lampiran 2 : Uji Normalitas
8
Series: Residuals
Sample 2009M01 2012M12
Observations 48
7
6
5
4
3
2
1
0
-0.004
-0.002
0.000
0.002
Mean
Median
Maximum
Minimum
Std. Dev.
Skewness
Kurtosis
3.85e-17
5.65e-05
0.004396
-0.004689
0.001909
-0.102305
2.859407
Jarque-Bera
Probability
0.123263
0.940229
0.004
Lampiran 3 : Uji Multikolinieritas
FDR
LNDPK
LNSBIS
NPF
FDR
1.000000
-0.181828
-0.561479
0.233885
LNDPK
-0.181828
1.000000
0.633318
-0.926464
LNSBIS
-0.561479
0.633318
1.000000
-0.672005
NPF
0.233885
-0.926464
-0.672005
1.000000
129
Lampiran 4 : Uji Heteroskedastisitas
.028
.024
.020
.006
.016
.004
.012
.002
.000
-.002
-.004
-.006
2009
2010
Residual
2011
Actual
2012
Fitted
White Heteroskedasticity Test:
F-statistic
Obs*R-squared
1.477777
18.49668
Probability
Probability
0.174220
0.185086
Test Equation:
Dependent Variable: RESID^2
Method: Least Squares
Date: 08/20/13 Time: 15:29
Sample: 2009M01 2012M12
Included observations: 48
Lampiran 5 : Uji Autokorelasi
Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test:
F-statistic
Obs*R-squared
1.241584
2.741107
Probability
Probability
0.299561
0.253966
Test Equation:
Dependent Variable: RESID
Method: Least Squares
Date: 08/20/13 Time: 15:32
130
Lampiran 6 : Hasil Regresi Metode Ordinary Least Square (OLS)
Dependent Variable: ROA
Method: Least Squares
Date: 08/20/13 Time: 15:25
Sample: 2009M01 2012M12
Included observations: 48
Variable
Coefficient Std. Error
t-Statistic
Prob.
FDR
LNDPK
LNSBIS
NPF
C
0.046037
-0.005565
0.001291
-0.256407
0.124662
5.187609
-2.985527
1.149197
-3.026928
1.799718
0.0000
0.0047
0.2568
0.0042
0.0789
R-squared
Adjusted R-squared
S.E. of regression
Sum squared resid
Log likelihood
Durbin-Watson stat
0.467755
0.418243
0.001996
0.000171
232.9351
1.534132
0.008874
0.001864
0.001124
0.084709
0.069268
Mean dependent var
S.D. dependent var
Akaike info criterion
Schwarz criterion
F-statistic
Prob(F-statistic)
0.018742
0.002617
-9.497294
-9.302377
9.447454
0.000014
131
Download