Informasi laba dalam laporan keuangan pada umumnya penting

advertisement
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 2 No. 2 (2013)
PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN BANK UMUM SWASTA SEBELUM
DAN SESUDAH DIAKUISISI
Putu Ayu Anggraeni Roesady
[email protected]
Suwitho
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (STIESIA) Surabaya
ABSTRACT
The purpose of this research is to determine the difference in financial performance between the National Private
Commercial Bank of Foreign Exchange before and after the ownership dominated by the foreign ownership in
Indonesia. The objects of this research are using in 4 (four) National Private Bank of Foreign Exchange
dominantly owned by foreign ownership between 2006 and 2008, there are CIMB Niaga Bank, Bank ICB Bumi
putera, Bank Nusantara Parahyangan and OCBC NISP Bank. This research uses a paired sample of T-test
analyzes with a P Value of 5%. The ratio uses to compare in this research is based on CAMEL factors consisting
of: Capital Adequacy Ratio (CAR), Return on Risk Assets (RORA), Net Profit Margin (NPM), Return on
Assets (ROA), Return on Equity (ROE ), Operational Cost to Operating Income (BOPO) and the Loan to
Deposit Ratio (LDR). The results of this study indicate the ratio of RORA, NPM, ROA, BOPO and LDR have
no difference performance before and after dominated of ownership by the foreigners. On the other hand, the
CAR and ROE have a significant difference before and after dominated of ownership by the foreigners. It
suggests that capital adequacy and efficiency of the bank's capital is better after dominated by the foreign
ownership. However, asset quality, management quality, and bank operation have no different after dominated
by the foreign ownership.
Keywords: financial performance, CAMEL, the national private commercial bank of foreign exchange, paired
sample t-test
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan kinerja keuangan antara Bank Umum
Swasta Nasional Devisa sebelum dan sesudah didominasi oleh kepemilikan asing di Indonesia. Objek
penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah 4 (empat) Bank Swasta Nasional Devisa yang
didominasi pemilik asing antara tahun 2006 hingga tahun 2008, diantaranya Bank CIMB Niaga, Bank
ICB Bumiputera, Bank Nusantara Parahyangan dan Bank OCBC NISP.Teknik analisis yang
digunakan dalam penelitian ini adalah Paired Sample T-test dengan p value sebesar 5%. Rasio yang
digunakan untuk membandingkan penelitian ini didasari dari faktor-faktor CAMEL yang terdiri dari :
Capital Adequacy Ratio (CAR), Return On Risk Assets (RORA), Net Profit Margin (NPM), Return On Assets
(ROA), Return On Equity (ROE), Biaya Operasinal terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) dan Loan
to Deposits Ratio (LDR). Hasil penelitian ini menunjukkan rasio RORA, NPM, ROA, BOPO dan LDR
tidak ada perbedaan kinerja antara sebelum didominasi dengan sesudah didominasi pemilik asing.
Sedangkan untuk CAR dan ROE terdapat perbedaan yang signifikan antara sebelum didominasi dan
sesudah didominasi pemilik asing. Hal ini menunjukkan bahwa kecukupan modal dan efisiensi
modal bank lebih baik setelah didominasi pemilik asing. Namun kualitas aktiva, kualitas manajemen,
dan operasional bank tidak berbeda dari sebelum didominasi pemilik asing.
Kata kunci : kinerja keuangan, CAMEL, bank umum swasta nasional devisa, paired sample t-test
PENDAHULUAN
Bisnis perbankan di Indonesia di era tahun 1960-an dan 1970-an merupakan bisnis
yang belum begitu terkenal. Kesan bank masih “angker” karena bank tidak perlu mencari
nasabah, tetapi sebaliknya nasabah yang datang mencari bank (Kasmir, 2003:3)
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 2 No. 2 (2013)
2
Perbankan Indonesia telah memiliki rangkaian sejarah yang cukup panjang. Sejak
masa pemerintahan kolonial, telah banyak berdiri bank-bank asing baik dari Negara Belanda
maupun negara asing lainnya serta beberapa bank lokal. Bahkan pada masa pergerakan
nasional juga muncul beberapa bank yang bernuansa semangat nasional. Memasuki masa
kemerdekaan, pemerintah Republik Indonesia mulai mendirikan bank-bank pemerintah
seperti Bank Negara Indonesia (BNI), Bank Rakyat Indonesia (BRI), Bank Industri Negara
(BIN), dan Bank Tabungan Pos. Selain bank-bank pemerintah, pada masa itu juga telah
beroperasi beberapa bank swasta nasional, bank-bank asing (termasuk DJB), lumbung desa,
bank desa, dan yayasan kredit. Seluruh bank tersebut, baik bank pemerintah maupun
swasta, terus berkembang hingga masa-masa selanjutnya.
Adanya paket 27 Oktober 1988 (PAKTO 1988) yang isinya mendorong perkembangan
perbankan, antara lain melalui kemudahan-kemudahan mendirikan bank baru, membuka
kantor cabang baru serta ijin pembukaan kantor bank asing di beberapa ibu kota propinsi di
Indonesia, menjadikan bank tumbuh pesat di tanah air. Hal ini dapat terlihat dari jumlah
bank per Juni 1997 lebih kurang 239 bank yang terdiri dari Bank Pemerintah, Bank Swasta
Nasional, Bank Asing dan Campuran serta Bank Pembangunan Daerah (BPD). Bahkan
secara keseluruhan peranan perbankan sebagai faktor penggerak perekonomian nasional
menunjukkan peningkatan.
Kepemilikan asing di Indonesia sudah mencapai 48,51% dari asset total perbankan
Indonesia per akhir 2005. Jumlah ini jauh lebih tinggi dari kepemilikan pemerintah yang
hanya sebesar 37,45%. Kepemilikan asing tidak hanya menyebar dicabang bank asing dan
bank campuran saja, tetapi juga mendominasi kepemilikan bank-bank swasta nasional
(Djalil, 2006). Dari sini dapat diambil kesimpulan bahwa bank swasta nasional Indonesia
pun nantinya dapat didominasi oleh pemilik dari Negara lain.
Setiap perusahaan, baik bank maupun non bank pada suatu waktu (periode tertentu)
akan melaporkan semua kegiatan keuangannnya. Laporan keuangan ini bertujuan untuk
memberikan informasi keuangan perusahaan, baik kepada pemilik, manajemen maupun
pihak luar yang berkepentingan terhadap laporan keuangan tersebut.
Isu kepemilikan asing di perbankan Indonesia kembali muncul setelah Bank Indonesia
mengeluarkan Peraturan BI Nomor 14/ 8 /PBI/2012 tanggal 13 Juli 2012 tentang
Kepemilikan Saham Bank Umum. Peraturan ini tidak mengubah peta perbankan Indonesia
yang saat ini sebagian besar dikuasai asing. Peraturan itu mengatur kepemilikan asing di
saham bank nasional dengan mengaitkan tingkat kesehatan bank dan praktik Good
Corporate Governance (GCG). Selama praktek GCG baik dan tingkat kesehatan bank baik,
asing masih boleh menggenggam saham bank Indonesia hingga 99%.
Pada regulasi tersebut hanya ditulis, kepemilikan 40 persen dari modal bank untuk
pemegang saham badan hukum lembaga keuangan bank dan lembaga keuangan bukan
bank. Sementara, untuk kategori pemegang saham berupa badan hukum bukan lembaga
keuangan, besarannya 30 persen. Sedangkan untuk kategori pemegang saham perorangan
pada bank umum konvensional, batasnya 20 persen dari modal bank. Khusus batas
maksimum kepemilikan saham untuk kategori pemegang saham perorangan pada bank
umum syariah, besarannya 25 persen dari modal bank.
Namun apabila ada institusi perbankan baik asing maupun lokal yang ingin memiliki
saham bank di atas batas yang ditentukan, tetap diperkenankan atas izin dari Bank
Indonesia. Selama ini pun, perpindahan kepemilikan perbankan atas izin dari BI, seperti
rencana DBS Holdings yang ingin menguasai Bank Danamon.
Hasilnya, kepemilikan asing di perbankan Indonesia pun makin mantap. Bahkan dari
sisi aset, dari sepuluh bank terbesar di Indonesia, enam tempat diisi oleh bank yang dimiliki
oleh pemodal asing misalnya; BCA (Mauritius), CIMB Niaga (Malaysia), Danamon
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 2 No. 2 (2013)
3
(Singapura), Panin (Australia), Permata (Inggris), BII (Malaysia). Sisanya ditempati oleh
bank plat merah. Di sinilah asing memiliki peluang baru untuk masuk ke pasar Indonesia
yang eksotis. Dengan ukuran jumlah penduduk yang besar, kelas menengah terus tumbuh,
perekonomian yang baik, plus masih 49 persen masyarakat belum tersentuh layanan
perbankan.
Berdasarkan pada latar belakang yang diuraikan diatas, maka rumusan masalah yang
dikemukakan adalah : Apakah terdapat perbedaan kinerja antara Bank Umun Swasta
Nasional Devisa sebelum dan sesudah didominasi oleh kepemilikan asing di Indonesia?
Tujuan yang hendak dicapai melalui penelitian kali ini adalah : untuk mengetahui
perbedaan kinerja antara Bank Umum Swasta Nasional Devisa sebelum dan sesudah
didominasi oleh kepemilikan asing di Indonesia.
TINJAUAN TEORETIS
Pengertian Bank
Menurut Kasmir (2004:8) pada awalnya bank hanya dikenal sebagai meja tempat
menukar uang, lalu semakin berkembang menjadi tempat penyimpanan uang dan
seterusnya. Dengan semakin berkembangnya dunia perbankan maka pengertian bank pun
ikut berubah. Kasmir (2004:8) menyebutkan bahwa bank merupakan lembaga keuangan
yang kegiatan usahanya adalah menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan
kembali dana tersebut ke masyarakat serta memberi jasa-jasa bank lainnya.
Jenis Bank
Taswan (2010:8) menyebutkan jenis atau bentuk bank bermacam-macam, tergantung
pada cara penggolongannya. Penggolongan dapat dilakukan berdasarkan hal-hal sebagai
berikut :
1. Berdasarkan UU No. 10 Tahun 1998 tentang perbankan, terdiri dari :
a. Bank Umum
b. Bank Perkreditan Rakyat (BPR)
2. Jenis bank dilihat dari fungsinya,terdiri dari :
a. Bank Komersial
b. Bank Pembangunan
c. Bank Tabungan
3. Jenis bank berdasarkan kepemilikannya :
a. Bank Pemerintah Pusat,
b. Bank Pemerintah Daerah
c. Bank Swasta Nasional
d. Bank Swasta Asing
e. Bank Swasta Campuran
4. Jenis bank berdasarkan kegiatan devisa :
a. Bank Devisa
b. Bank Non Devisa
5. Jenis bank berdasarkan dominasi pangsa pasarnya :
a. Retail Banking
b. Wholesale Banking
Kegiatan Usaha Bank
Menurut Martono (2002:24) mengemukakan kegiatan bank di Indonesia terutama kegiatan
bank umum adalah sebagai berikut :
1. Menghimpun dana dari masyarakat (funding)
Menghimpun dan menyalurkan dana kembali kepada masyarakat merupakan
kegiatan pokok perbankan. Sedangkan kegiatan memberikan jasa-jasa bank lainnya
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 2 No. 2 (2013)
4
merupakan kagiatan penunjang dari kegiatan pokok tersebut. Pengertian
menghimpun dana berarti mengumpulkan atau mencari dana dengan cara membeli
dari masyarakat luas dalam bentuk giro, tabungan dan deposito. Pembelian dana
dari masyarakat ini dilaksanakan oleh bank melalui berbagai strategi agar
masyarakat tertarik dan mau menginvestasikan dananya melalui lembaga keuangan
bank. Alternatif simpanan yang bisa dilakukan oleh masyarakat adalah simpanan
dalam bentuk giro, tabungan, sertifikat deposito serta deposito berjangka di mana
masing-masing jenis produk tersebut memiliki kelebihan dan keuntungan tersendiri.
Kegiatan penghimpunan dana ini disebut funding.
2. Menyalurkan dana kepada masyarakat (lending)
Menyalurkan dana berarti melemparkan kembali dana yang telah dihimpun
melalui simpanan giro, tabungan dan deposito kepada masyarakat dalam bentuk
pinjaman (lanable fund) bagi bank konvensional atau pembiayaan bagi bank syariah.
Bagi bank konvensional dalam memberikan pinjaman di samping dikenakan bunga,
juga dikenakan jasa pinjaman bagi penerima pinjaman (debitur) dalam bentuk biaya
administrasi serta biaya provisi dan komisi.
3. Memberikan jasa-jasa bank lainnya (service)
Jasa-jasa bank lainnya merupakan jasa pendukung kegiatan bank. Jasa-jasa ini
diberikan terutama untuk mendukung kelancaran kegiatan menghimpun dan
menyalurkan dana, baik yang berhubungan langsung maupun tidak langsung
terhadap kegiatan penyimpanan dan penyaluran kredit.
Akuisisi
Menurut Moin (2004:8) akuisisi adalah bentuk pengambilalihan kepemilikan
perusahaan oleh pihak pengakuisisi (acquirer) sehingga akan mengakibatkan berpindahnya
kendali atas perusahaan yang diambil alih (acquire) tersebut. Biasanya pihak pengakuisisi
memiliki ukuran yang lebih besar dibanding dengan pihak yang diakuisisi. Yang dimaksud
dengan pengendalian adalah kekuatan yang berupa kekuasaan untuk :
1. Mengatur kebijakan keuangan dan operasi perusahaan.
2. Mengangkat dan memberhentikan manajemen.
3. Mendapatkan hak suara mayoritas dalam rapat direksi.
Menurut Moin (2004:13) alasan perusahaan melakukan akuisisi adalah ada “manfaat
lebih” yang diperoleh darinya, meskipun asumsi ini tidak semuanya terbukti. Secara
spesifik, keunggulan dan manfaat akuisisi antara lain adalah :
1. Mendapatkan cashflow dengan cepat karena produk dan pasar sudah jelas.
2. Memperoleh kemudahan dana / pembiayaan karena kreditor lebih percaya dengan
perusahaan yang telah berdiri dan mapan.
3. Memperoleh karyawan yang telah berpengalaman.
4. Mendapatkan pelanggan yang telah mapan tanpa harus merintis dari awal.
5. Memperoleh system operasional dan administratif yang mapan.
6. Mengurangi risiko kegagalan bisnis karena tidak harus mencari konsumen baru.
7. Menghemat waktu untuk memasuki bisnis baru.
Analisis Rasio dan Kinerja
Menurut Kuncoro dan Suhardjono (2002:562) menyatakan CAMEL pada dasarnya
merupakan metode penilaian kesehatan bank, yang meliputi 5 kriteria yaitu :
1.
Capital Adequacy adalah kecukupan modal yang menunjukkan kemampuan bank
dalam mempertahankan modal yang mencukupi dan kemampuan manajemen bank
dalam mengidentifikasi, mengukur, mengawasi, dan mengontrol risiko-risiko yang
timbul yang dapat berpengaruh terhadap besarnya modal bank. Perhitungan dengan
capital adequacy ini didasarkan atas prinsip bahwa setiap penanamanyang mengandung
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 2 No. 2 (2013)
5
risiko harus disediakan jumlah modal sebesar persentase tertentu (risk margin) terhadap
jumlah penanamannya. Berdasarkan Pakfeb 1991, perbankan diwajibkan memenuhi
Kewajiban Penyertaan Modal Minimum, atau dikenal dengan CAR (Capital Adequacy
Ratio), yang diukur dari persentase tertentu terhadap Aktiva Tertimbang Menurut
Risiko (ATMR). Sejalan dengan standar yang ditetapkan Bank of Internasional
Settlements (BIS) terhadap seluruh bank di Indonesia diwajibkan untuk menyediakan
modal minimum sebesar 8% dari ATMR.
Mengingat keterbatasan data laporan keuangan bank yang ada terutama komponen –
komponen untuk menghitung ATMR, maka tidak dapat dilakukan perhitungan
besarnya ATMR, oleh karena itu untuk menghitung rasio ini digunakan rumus dari
Hampel & Simonson (1999:84) sebagai berikut :
Modal Bank
CAR =
X 100%
Total Aktiva
2.
Assets quality menunjukkan kualitas asset sehubungan dengan risiko kredit yang
dihadapi bank akibat pemberian kredit dan investasi dana bank pada portofolio yang
berbeda. Setiap penanaman dana bank dalam aktiva produktif dinilai kualitasnya
dengan menentukan tingkat kolektibilitasnya, yaitu apakah lancar, kurang lancar,
diragukan atau macet. Pembedaan tingkat kolektibilitas tersebut diperlukan untuk
mengetahui besarnya cadangan minimum penghapusan aktiva produktif yang harus
disediakan oleh bank untuk menutup risiko kemungkinan kerugian yang terjadi.
Berdasarkan Pakfeb 1991, bank wajib membentuk cadangan tersebut sekurangkurangnya sebesar 1% dari seluruh aktiva produktif.
Mengingat data yang dikumpulkan dari laporan publikasi informasi yang didapat
sangat terbatas, maka kualitas asset ini diproksikan dengan Return On Risked Asset
(RORA) (Merkusiwati, 2007).
Laba setelah pajak
RORA =
X 100%
Aktiva berisiko
3.
Management quality menunjukkan kemampuan manajemen bank untuk
mengidentifikasi, mengukur, mengawasi dan mengontrol risiko-risiko yang timbul
melalui kebijakan-kebijakan dan strategi bisnisnya untuk mencapai target. Berdasarkan
Pakfeb 1991, manajemen suatu bank diwajibkan mengelola banknya dengan baik sesuai
dengan peraturan di bidang perbankan yang berlaku agar bank tersebut sehat.
Keberhasilan dari manajemen bank didasarkan pada penilaian kualitatif terhadap
manajemen yang mencakup beberapa komponen. Komponen tersebut terdiri dari
manajemen permodalan, manajemen kualitas aktiva, manajemen umum, manajemen
rentabilitas, dan manajemen likuiditas yang keseluruhannya meliputi 250 aspek.
Manajemen bank dapat diklasifikasikan sebagai sehat apabila sekurang-kurangnya
telah memenuhi 81% dari seluruh aspek tersebut. Aspek manajemn pada penelitian
kinerja bank ini tidak dapat menggunakan pola yang ditetapkan Bank Indonesia, tetapi
diproksikan dengan profit margin (Merkusiwati, 2007)
NMP =
Laba Bersih
Pendapatan Operasional
X
100%
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 2 No. 2 (2013)
6
4.
Earning menunjukkan tidak hanya jumlah kuantitas dan trend earning tetapi juga
faktor-faktor yang mempengaruhi ketersediaan dan kualitas earning. Keberhasilan bank
didasarkan pada penilaian kuantitatif terhadap rentabilitas bank yang diukur dengan
dua rasio yang berbobot sama. Penilainnya dapat dilakukan dengan komponenkomponen berikut :
a. Return On Asset (ROA)
Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam
memperoleh keuntungan secara keseluruhan. Semakin besar ROA suatu bank,
semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank tersebut dan semakin
baik pula posisi bank tersebut dari segi penggunaan asset. Standar ROA yang
ditetapkan Bank Indonesia agar bank tersebut dinyatakan sehat adalah diatas
atau sama dengan 1,5%. Rasio ini dihitung dengan rumus :
Laba sebelum pajak
ROA =
X 100%
Total Aktiva
b. Return On Equity (ROE)
Return on equity menunjukkan efisiensi penggunaan modal yang dimiliki
bank dalam menghasilkan laba bersih. Rasio ini merupakan indikator
pengembalian laba bersih yang amat penting bagi para pemegang saham dan
calon investor di pasar modal yang ingin membeli saham bank yang
bersangkutan. Hal ini dikarenakan adanya kenaikan dalam rasio berarti terjadi
kenaikan laba bersih dari bank yang bersangkutan. Selanjutnya, kenaikan
tersebut akan menyebabkan kenaikan harga saham bank, yang membuat para
pemegang saham dan para investor ingin membeli saham tersebut. Nilai standar
ROE yang ditetapkan oleh Bank Indonesia adalah diatas atau sama dengan 12%
agar bank tersebut dinyatakan sehat. Rasio ini dihitung dengan menggunakan
rumus :
Laba setelah pajak
ROE =
X 100%
Modal sendiri
c. Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO)
Rasio ini adalah perbandingan antara biaya operasional dengan
pendapatan operasional dalam mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan bank
dalam melakukan kegiatan operasinya. Dalam hal ini perlu diketahui bahwa
usaha uatam bank adalah menghimpun dana dari masyarakat dan selanjutnya
menyalurkan kembali kepada masyarakat dalam bentuk kredit, sehingga beban
bunga dan hasil bunga merupakan porsi terbesar bagi bank. Rasio ini dihitung
dengan menggunakan rumus :
Biaya (Beban) Operasional
BOPO =
X 100%
Pendapatan Operasional
5.
Liquidity menunjukkan ketersediaan dana dan sumber dana bank pada saat ini dan
masa yang akan datang. Pengaturan likuiditas bank terutama dimaksudkan agar bank
setiap saat dapat memenuhi kewajiban-kewajiban yang harus segera dibayar.
Berdasarkan Pekfeb 1991, bank wajib memelihara likuiditasnya yang didasarkan pada
dua rasio dengan bobot yang sama.
Tingkat likuiditas bank salah satunya dengan menggunakan Loan to Deposit Rasio
(LDR). Rasio ini menggambarkan kemampuan bank dalam membayar kembali
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 2 No. 2 (2013)
7
penarikan dana oleh deposits dengan mengandalkan kredit yang diberikan sebagai
sumber likuiditasnya. Semakin tinggi rasio LDR memberikan indikasi semakin
rendahnya kemampuan likuiditas bank yang bersangkutan. Hal ini disebabkan karena
jumlah dana yang disalurkan untuk membiayai kredit menjadi semakin besar.
Rasio ini juga merupakan indikator kerawanan dan kemampuan dari suatu bank.
Sebagian praktisi perbankan menyepakati bahwa batas aman dari rasio LDR suatu
bank adalah sekitar 80%. Namun, batas toleransi berkisar antara 80% dan 100%
(Dendawijaya, 2005:117). Rasio ini dirumuskan dengan :
Jumlah Kredit yang Diberikan
LDR =
X 100%
Total Dana Pihak Ketiga
Penelitian Terdahulu
Penelitian yang berkaitan dengan penelitian ini antara lain penelitian yang dilakukan
oleh Sutjipto (2009) mengenai analisis perbandingan kinerja keuangan Bank Umum Swasta
Nasional Devisa Milik Lokal dan Bank Umum Swasta Nasional Devisa yang didominasi
pemilik asing di Indonesia. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya perbedaan kinerja
bank sebelum dan sesudah didominasi pemilik asing pada rasio RORA, NPM, BOPO, dan
LDR, sedangkan tidak terdapat perbedaan untuk CAR, ROA dan ROE. Kemudian ketika
dibandingkan antara kinerja bank milik lokal dan bank yang didominasi pemilik asing
terdapat perbedaan pada rasio BOPO dan tidak terdapat perbedaan perbedaan pada rasio
CAR, RORA, NPM, ROA, ROE dan LDR. Sedangkan ketika dibandingkan dengan bank-bank
milik lokal ternyata tidak terdapat perbedaan yang signifikan, namun bank-bank milik lokal
harus meningkatkan efisiensi dalam pelaksanaan operasional bank.
Kirana (2010) meneliti Perbandingan Kinerja Keuangan Bank Devisa dan Bank Non
Devisa di Indonesia. Setelah dilakukan perbandingan kinerja keuangan antara bank devisa
dan bank non devisa periode 2006-2007, ternyata baik ROA, ROE dan LDR tidak memiliki
perbedaan. Akan tetapi untuk ROE tahun 2006 terdapat perbedaan dimana perbedaan
komposisi modal memiliki pengaruh dalam mendapatkan laba. Ini terbukti pada
kemampuan bank non devisa dalam mencapai batas normal ketentuan Bank Indonesia. Pada
periode 2006 hanya terdapat 3 dari 16 bank non devisa yang mampu mencapai batas normal
ROE, sedangkan pada bank devisa terdapat 9 dari 16 bank yang mampu mencapai batas
normal ROE.
Febryani dan Zulfadin (2003) meneliti Kinerja Bank Devisa dan Bank Non Devisa di
Indonesia. Dengan kondisi perbankan yang sangat dinamis, hasil pengujian saat itu
menunjukkan bahwa pada tahun 2000 tidak terdapat perbedaan kinerja antara bank devisa
dan bank non devisa jika dilihat dari ROA, ROE, dan LDR. Hal ini kemungkinan terjadi
karena bank devisa tidak secara maksimal memanfaatkan peluang memperoleh laba dari
transaksi dengan mempergunakan mata uang asing. Faktor lain adalah besarnya kredit
macet yang dimiliki oleh bank devisa akibat melambungnya tingkat suku bunga. Hasil uji
statistik untuk tahun 2001 juga menunjukkan tidak adanya perbedaan kinerja antara bank
devisa dengan bank non devisa jika dilihat ROA dan ROE. Sedangkan untuk indikator LDR
hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan kinerja yang cukup signifikan
antara bank devisa dan bank non devisa. Hal ini disebabkan oleh membaiknya kondisi
perekonomian Indonesia, yang diikuti penurunan tingkat suku bunga perbankan sehingga
berdampak positif untuk sektor perbankan.
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 2 No. 2 (2013)
8
Rerangka Pemikiran
Bank Umum Swasta
Nasional Devisa
Kondisi keuangan sebelum
didominasi pihak asing
Kondisi keuangan sesudah
didominasi pihak asing
Perhitungan kinerja :
1. CAR
2. RORA
3. NPM
4. ROA
5. ROE
6. BOPO
7. LDR
Perhitungan kinerja :
1. CAR
2. RORA
3. NPM
4. ROA
5. ROE
6. BOPO
7. LDR
Bandingkan
Gambar 1
Rerangka Berfikir
Hipotesis
Terdapat perbedaan kinerja antara bank umum swasta nasional devisa sebelum dan
sesudah didominasi pemilik asing.
METODE PENELITIAN
Jenis Penelitian, Populasi dan Sampel
Jenis penelitian ini adalah penelitian kausal komparatif yang merupakan tipe
penelitian terhadap data-data yang dikumpulkan setelah terjadinya fakta atau peristiwa.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh bank umum swasta nasional devisa yang
terdapat di Indonesia.
Sampel ini ditetapkan dengan kriteria sebagai berikut :
1. Merupakan Bank devisa swasta nasional di Indonesia yang memiliki proporsi
kepemilikan asing lebih besar atau sama dengan 50%.
2. Merupakan Bank devisa swasta nasional yang didominasi oleh pemilik asing sejak
tahun 2006 hingga tahun 2008.
3. Merupakan Bank devisa swasta nasional di Indonesia yang masih beroperasi
berturut-turut dari tahun 2003 sampai dengan tahun 2012. Alasan pemilihan periode
tersebut adalah karena pada periode tahun 2005-2010 akuisisi semakin banyak terjadi
terutama bank kecil oleh bank asing, sementara tahun 2009-2011 merupakan tahuntahun setelah pemerintah melakukan divestasi saham dari bank-bank rekapitalisasi.
Periode tahun 2008 merupakan periode krisis ekonomi di Indonesia tidak
dimasukkan dalam periode penelitian karena dapat menimbulkan bias penelitian.
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 2 No. 2 (2013)
9
Teknik Pengumpulan Data
Data berupa laporan keuangan diperoleh dari pusat data refrensi pasar modal PT.
Bursa Efek Indonesia, Direktori Perbankan Indonesia dan situs masing-masing Bank.
Untuk mendapatkan data dalam penyusunan penelitian, penulisan menggunakan
prosedur antara lain :
1. Library research / studi kepustakaan
Yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui penggalian teori atau
literature serta sumber-sumber yang ada kaitannya dengan pokok pembahasan
pada penelitian.
2. Field research / studi lapangan
Yaitu teknik pengumpulan data yang diperoleh malalui Bursa Efek Indonesia
serta melalui situs masing-masing Bank dengan cara dokumentasi, yaitu
pengumpulan data dengan mencatat dari dokumen yang ada dalam laporan
keuangan perusahaan yang sesuai dengan penelitian.
Variabel dan Definisi Operasional Variabel
Berdasarkan perumusan masalah dalam penelitian ini, maka variabel-variabel yang
digunakan untuk mengukur kinerja keuangan dalam penelitian ini adalah :
1.
Capital adequacy ratio (CAR)
2.
Return On Risk Assets (RORA)
3.
Net Profit Margin (NPM)
4.
Return On Assets (ROA)
5.
Return On Equity (ROE)
6.
Biaya Operasinal terhadap Pendapatan Operasional (BOPO)
7.
Loan to Deposits Ratio (LDR)
Sesuai dengan identifikasi yang telah dijabarkan diatas, maka untuk mengetahui
kinerja keuangan diperlukan definisi operasional untuk menyesuaikan persepsi mengenai
pengertian variabel dalam analisis. Definisi operasional variabel yang digunakan dalam
penelitian ini adalah sebagi berikut :
1. Capital Adequacy Ratio (CAR) merupakan rasio untuk menunjukkan kemampuan bank
dalam mempertahankan modal yang mencukupi dan kemampuan manajemen bank
dalam mengidentifikasi, mengukur, mengawasi, dan mengontrol risiko-risiko yang
timbul yang dapat berpengaruh terhadap besarnya modal bank. Rasio ini dihitung
dengan membandingkan antara modal sendiri dengan total aktiva. Perhitungan CAR
ini didapat dari :
Modal Bank
CAR =
X
100%...................................................(1)
Total Aktiva
2. Return On Risk Assets (RORA) merupakan proksi dari penilaian kualitas aktiva, yang
mengukur kemampuan bank dalam berusaha mengoptimalkan aktiva yang dimiliki
untuk memperoleh laba. Rasio ini dihitung dengan membandingkan antara laba
setelah pajak terhadap aktiva berisiko. Perhitungan RORA didapat dari :
RORA =
Laba setelah pajak
Aktiva berisiko
X
100%.......................................(2)
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 2 No. 2 (2013)
10
3. Net Profit Margin (NPM) merupakan proksi dari penilaian kualitas manajemen. Rasio ini
didapat dengan membandingkan antara laba bersih dengan pendapatan oparasional.
Perhitungan NMP didapat dari :
Laba Bersih
NMP =
X
100%.....................................(3)
Pendapatan Operasional
4. Return On Assets (ROA) merupakan rasio untuk mengukur kemampuan bank dalam
memperoleh keuntungan secara keseluruhan. Rasio ini didapat dengan
membandingkan antara laba sebelum pajak dengan total aktiva. Perhitungan ROA
didapat dari :
Laba sebelum pajak
ROA =
X
100%...........................................(4)
Total Aktiva
5. Return On Equity (ROE) merupakan salah satu risiko untuk menilai aspek earning. Rasio
ini dihitung dari perbandingan antara laba setelah pajak dengan modal sendiri.
Perhitungan ROE didapat dari :
Laba setelah pajak
ROE =
X
100%...........................................(5)
Modal sendiri
6. Biaya Operasinal terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) merupakan pengukur
tingkar efisiensi dan kemampuan bank dalam melakukan kegiatan operasinya. Rasio
ini adalah perbandingan antara biaya operasional dengan pendapatan operasional.
Perhitungan BOPO didapat dari :
Biaya (Beban) Operasional
BOPO =
X
100%..............................(6)
Pendapatan Operasional
7. Loan to Deposits Ratio (LDR) menggambarkan kemampuan bank dalam membayar
kembali penarikan dana oleh deposit dengan mengembalikan kredit yang diberikan
sebagai sumber likuiditasnya. Rasio ini merupakan perbandingan antara jumlah kredit
yang diberikan dengan total dana pihak ketiga. Perhitungan LDR didapat dari :
LDR =
Jumlah Kredit yang Diberikan
Total Dana Pihak Ketiga
X
100%..............................(7)
Teknik Analisis Data
Langkah-langkah yang diambil untuk melakukan analisis dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut :
1. Langkah pertama yang terdiri dari :
a. Menghitung CAR dengan menggunakan persamaan (1).
b. Menghitung RORA dengan menggunakan persamaan (2).
c. Menghitung NPM dengan menggunakan persamaan (3).
d. Menghitung ROA dengan menggunakan persamaan (4).
e. Menghitung ROE dengan menggunakan persamaan (5).
f. Menghitung BOPO dengan menggunakan persamaan (6).
g. Menghitung LDR dengan menggunakan persamaan (7).
2. Langkah kedua adalah :
Mendeskripsikan nilai rata-rata setiap Bank umum Swasta Nasional sebelum dan
sesudah didominasi pemilik asing
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 2 No. 2 (2013)
11
3. Langkah ketiga adalah :
Mendeskrispsikan kondisi kinerja Bank Umum Swasta Nasional Devisa sebelum dan
sesudah didominasi Kepemilikan asing dengan menggunakan Analisis Deskriptif.
4. Langkah keempat adalah :
Menguji hipotesis menggunakan alat uji analisis Paired Sample T-test dengan p value
sebesar dari 5%.
Berikut ini merupakan hipotesis yang akan diuji :
H₀
: Tidak ada perbedaan kinerja keuangan Bank-bank umum swasta nasional
devisa antara sebelum didominasi pemilik asing dan setelah didominasi
pemilik asing.
H₁
: Ada perbedaan kinerja keuangan Bank-bank umum swasta nasional devisa
antara sebelum didominasi pemilik asing dan setelah didominasi pemilik
asing.
H₀ akan ditolak dan H₁ diterima jika p value kurang dari α = 5%. Jika p value lebih dari α
= 5% maka H₀ akan diterima dan H₁ ditolak.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Deskripsi Nilai Rata-Rata Setiap Bank Umum Swasta Nasional Devisa Sebelum dan
Setelah Didominasi Kepemilikan Asing
1. Aspek Capital Adequacy
Berdasarkan Tabel 8 dapat dilihat bahwa Bank Umum Swasta Nasional Devisa
sesudah didominasi pemilik asing memiliki rata-rata CAR lebih besar daripada sebelum
didominasi pemilik asing. Bank CIMB Niaga yang sebelum didominasi asing memiliki
rata-rata CAR sebesar 8,51% dan setelah didominasi naik menjadi 10,35%. Bank ICB
Bumiputera juga memiliki nilai rata-rata yang lebih besar setelah didominasi yaitu 8,17%
daripada sebelum didominasi yang hanya sebesar 7,59%. Bank Nusantara Parahyangan
yang sebelumnya juga memiliki rata-rata CAR sebesar 6,14%, naik hingga 3,23%.
Sedangkan Bank OCBC NISP memiliki nilai rata-rata CAR sebelum didominasi pemilik
asing sebesar 8,22% menjadi 8,47% setelah didominasi pemilik asing.
Bank CIMB Niaga yang memiliki nilai CAR tertinggi sebelum didominasi pada
tahun 2005 sebesar 9,54% dan nilai CAR terendah pada tahun 2004 sebesar 7,67%. Nilai
rata-rata CAR Bank CIMB Niaga pada tahun 2004 berada di bawah ketentuan Bank
Indonesia. Sedangkan setelah didominasi nilai rata-rata CAR berada diatas ketentuan
Bank Indonesia. Bank ICB Bumiputera memiliki nilai rata-rata CAR yang berada
dibawah ketentuan bank Indonesia pada tahun 2003 dan 2004 yaitu sebesar 7,50% dan
7,13%. Sesudah didominasi pemilik asing Bank ICB Bumiputera memiliki nilai rata-rata
CAR diatas ketentuan Bank Indonesia. Bank Nusantara Parahyangan sebelum
didominasi pemilik asing selalu berada dibawah batas ketentuan dan sesudah
didominasi pemilik asing justru berada diatas ketentuan yang diberikan oleh Bank
Indonesia. Berbeda dengan OCBC NISP yang pernah berada dibatas bawah ketentuan
saat sebelum didominasi dan sesudah didominasi pemilik asing yaitu pada tahun 2003
dan 2009 sebesar 6,89% dan 4,42%.
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 2 No. 2 (2013)
12
Tabel 1
Nilai-nilai Variabel CAR pada Bank Umum Swasta Nasional Devisa Sebelum dan Sesudah
Didominasi pemilik asing
(dalam persentase)
Nama Bank
Sebelum Didominasi
2003
2004
2005
Setelah Didominasi
Rata-rata
2009
2010
2011
Rata-rata
CIMB Niaga
8.32
7.67
9.54
8.51
10.47
9.58
11.01
10.35
ICB Bumiputera
7.50
7.13
8.14
7.59
7.73
8.24
8.54
8.17
Nusantara Parahyangan
6.40
6.25
5.76
6.14
9.48
9.76
8.87
9.37
OCBC NISP
6.89
7.85
9.92
8.22
9.99
4.42
11.01
8.47
2. Aspek Assets Quality
Tabel 9 menunjukkan nilai rata-rata RORA sebelum dan sesudah didominasi
pemilik asing. Bank CIMB Niaga memiliki nilai rata-rata yang lebih baik pada saat
sebelum didominasi pemilik asing sebesar 1,64% dan menurun menjadi 1,48% setelah
didominasi pemilik asing. Bank ICB Bumiputera juga memiliki nilai rata-rata RORA yang
lebih baik sebelum didominasi pemilik asing sebesar 0,55% dan menurun menjadi -0,33%
setelah didominasi pemilik asing. Bank Nusantara Parahyangan mengalami penurunan
nilai rata-rata RORA dari sebelum didominasi pemilik asing sebesar 0,92% menjadi
0,77% setelah didominasi pemilik asing. Sedangkan Bank OCBC NISP juga mengalami
penurunan sebesar 0,19% setelah didominasi pemilik asing, dengan nilai rata-rata
sebesar 1,01% sebelum didominasi pemilik asing dan sebesar 0,82% setelah didominasi
pemilik asing.
Tabel 2
Nilai-nilai Variabel RORA pada Bank Umum Swasta Nasional Devisa Sebelum dan Sesudah
Didominasi pemilik asing
(dalam persentase)
Nama Bank
Sebelum Didominasi
2003
2004
2005
Setelah Didominasi
Rata-rata
2009
2010
2011
Rata-rata
CIMB Niaga
1.82
1.99
1.10
1.64
1.27
1.53
1.65
1.48
ICB Bumiputera
0.74
0.78
0.14
0.55
0.10
0.13
-1.21
-0.33
Nusantara Parahyangan
0.94
0.99
0.82
0.92
0.63
0.80
0.90
0.77
OCBC NISP
0.86
1.33
0.85
1.01
0.84
0.57
1.04
0.82
3. Aspek Management Quality
Nilai rata-rata NPM (Net Profit Margin) sebelum didominasi pemilik asing lebih
rendah dibandingkan setelah didominasi pemilik asing. Tabel 10 menunjukkan nilai ratarata NPM Bank CIMB Niaga sebelum didominasi pemilik asing sebesar 16,95%
sedangkan setelah didominasi pemilik asing sebesar 16,45%. Bank ICB Bumiputera
sebelum didominasi pemilik asing memiliki nilai rata-rata NPM sebesar 5,07% dan
setelah didominasi pemilik asing mengalami penurunan menjadi -2,27%. Bank
Nusantara Parahyangan juga mengalami penurunan nilai rata-rata NPM, sebelum
didominasi asing nilai rata-rata NPM sebesar 12,65% turun hingga 3,19%. Bank OCBC
NISP memiliki nilai rata-rata NPM sebelum didominasi sebesar 12,39% dan setelah
didominasi memilik nilai rata-rata NPM sebesar 11,66%
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 2 No. 2 (2013)
13
Tabel 3
Nilai-nilai Variabel NPM pada Bank Umum Swasta Nasional Devisa Sebelum dan Sesudah
Didominasi pemilik asing
(dalam persentase)
Nama Bank
CIMB Niaga
Sebelum Didominasi
2003
2004
2005
Setelah Didominasi
Rata-rata
2009
2010
2011
Rata-rata
15.99
21.58
13.26
16.95
12.28
18.44
18.63
16.45
6.27
7.36
1.57
5.07
0.93
1.34
-9.07
-2.27
Nusantara Parahyangan
12.31
14.57
11.07
12.65
7.21
10.45
10.71
9.46
OCBC NISP
10.17
17.70
9.30
12.39
11.28
8.15
15.56
11.66
ICB Bumiputera
4. Aspek Earning
a. Return On Assets (ROA)
Berdasarkan tabel 11, tidak semua Bank Umum Swasta Nasional Devisa
mengalami penurunan nilai rata-rata ROA setelah didominasi pemilik asing. Bank
Umum Swasta Nasional Devisa yang mengalami penurunan setelah didominasi
pemilik asing adalah Bank ICB Bumiputera, Bank Nusantara Parahyangan dan Bank
OCBC NISP yang memilik nilai rata-rata sebelum didominasi pemilik asing berturutturut sebesar 0,92%, 1,58% dan 1,67%. Sedangkan nilai rata-ratanya setelah
didominasi pemilik asing adalah sebesar -0,45%, 1,22% dan 1,37%. Bank CIMB Niaga
memiliki nilai rata-rata yang lebih baik setelah didominasi pemilik asing sebesar
2,34% dari nilai rata-rata ROA sebelum didominasi pemilik asing yang hanya sebesar
2,04%.
Bank CIMB Niaga memiliki nili rata-rata ROA yang selalu diklasifikasikan
sehat saat sebelum didominasi dan sesudah didominasi pemilik asing. Bank ICB
Bumiputera dapat diklasifikasikan tidak sehat pada tahun 2005 karena memiliki nilai
ROA 0,23% (dibawah 1,2%) dan setelah didominasi pemilik asing juga selalu
diklasifikasikan tidak sehat karena memiliki nilai ROA yang berada dibawah 1,2%.
Bank Nusantara Parahyangan saat sebelum didominasi dan sesudah didominasi
pemilik asing selalu diklasifikasikan sehat karena memiliki nilai ROA diatas atau
sama dengan 1,2%. Bank OCBC NISP justru selalu diklasifikasikan sehat saat
sebelum didominasi pemilik asing, namun sesudah didominasi pemilik asing pada
tahun 2010 nilai ROAnya berada dibawah 1,2% yaitu sebesar 0,96%.
Tabel 4
Nilai-nilai Variabel ROA pada Bank Umum Swasta Nasional Devisa Sebelum dan Sesudah
Didominasi pemilik asing
(dalam persentase)
Nama Bank
Sebelum Didominasi
2003
2004
2005
Setelah Didominasi
Rata-rata
2009
2010
2011
Rata-rata
CIMB Niaga
1.88
2.45
1.79
2.04
2.02
2.36
2.63
2.34
ICB Bumiputera
1.27
1.26
0.23
0.92
0.16
0.20
-1.71
-0.45
Nusantara Parahyangan
1.58
1.72
1.43
1.58
1.06
1.20
1.40
1.22
OCBC NISP
1.45
2.12
1.45
1.67
1.48
0.96
1.68
1.37
b. Return On Equity (ROE)
Berdasarkan tabel 12 nilai rata-rata ROE Bank Umum Swasta Nasional Devisa
sesudah didominasi pemilik asing mengalami penurunan. Bank CIMB Niaga dan
Bank ICB Bumiputera mengalami penurunan sebesar 5,13% dan 7,09%. Bank
Nusantara Parahyangan sebelum didominasi pemilik asing memiliki nilai rata-rata
sebesar 17,99% dan setelah didominasi menjadi sebesar 9,62%. Sedangkan Bank
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 2 No. 2 (2013)
14
OCBC NISP memiliki nilai rata-rata ROE sebelum didominasi sebesar 15,59%
menurun menjadi sebesar 12,76%.
Tabel 5
Nilai-nilai Variabel ROE pada Bank Umum Swasta Nasional Devisa Sebelum dan Sesudah
Didominasi pemilik asing
(dalam persentase)
Nama Bank
Sebelum Didominasi
2003
2004
2005
Setelah Didominasi
Rata-rata
2009
2010
2011
Rata-rata
CIMB Niaga
23.66
27.94
13.77
21.79
14.05
18.63
17.29
16.66
ICB Bumiputera
11.59
12.41
2.01
8.67
1.40
18.63
-15.30
1.58
Nusantara Parahyangan
17.31
19.32
17.35
17.99
7.96
9.21
11.69
9.62
OCBC NISP
15.96
20.63
10.16
15.59
10.54
16.33
11.42
12.76
c. Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO)
Tabel 13 menunjukkan nilai rata-rata BOPO sebelum dan sesudah didominasi
pemilik asing mengalami kenaikan dan penurunan. Bank CIMB Niaga dan Bank
OCBC NISP memiliki nilai rata-rata BOPO sebelum didominasi pemilik sebesar
83,39% dan 81,71% lebih besar jika dibandingkan setelah didominasi pemilik asing
yang menurun sebesar 74,09% dan 81,32%. Sedangkan Bank Umum Swasta Nasional
Devisa yang mengalami kenaikan nilai rata-rata setelah didominasi pemilik asing
adalah Bank ICB Bumiputera dan Bank Nusantara Parahyangan, yang mengalami
kenaikan sebesar 5,43% dan 2,37%.
Tabel 6
Nilai-nilai Variabel BOPO pada Bank Umum Swasta Nasional Devisa Sebelum dan Sesudah
Didominasi pemilik asing
(dalam persentase)
Nama Bank
Sebelum Didominasi
2003
2004
2005
Setelah Didominasi
Rata-rata
2009
2010
2011
Rata-rata
CIMB Niaga
88.48
79.30
82.38
83.39
82.77
68.56
70.93
74.09
ICB Bumiputera
87.93
83.98
97.33
89.74
90.71
89.11
105.69
95.17
Nusantara Parahyangan
84.04
74.62
91.10
83.25
89.14
82.08
85.65
85.62
OCBC NISP
84.44
75.93
84.77
81.71
84.24
84.59
75.13
81.32
5. Aspek Liquidity
Berdasarkan tabel 14 nilai rata-rata LDR Bank Umum Swasta Nasional Devisa
setelah didominasi mengalami kenaikan dan penurunan daripada sebelum didominasi
pemilik asing. Bank CIMB Niaga, Bank Nusantara Parahyangan dan Bank OCBC NISP
memiliki nilai rata-rata LDR sebelum didominasi sebesar 79,08%, 48,53% dan 76,64% naik
menjadi sebesar 91,50%, 78,99% dan 120,91%. Sedangkan Bank ICB Bumiputera
mengalami penurunan sebesar 1,23%.
Bank CIMB Niaga sebelum didominasi pemilik asing pada tahun 2003 memiliki nilai
LDR sebesar 71,40% yang berada dibawah nilai wajar yang telah ditetapkan oleh Bank
Indonesia. Sedangkan sesudah didominasi pemilik asing selalu berada diatas nilai wajar
yang telah ditentukan. Bank ICB Bumiputera memiliki nilai LDR yang selalu berada
diatas batas wajar yang telah ditetapkan baik sebelum didominasi dan sesudah
didominasi pemilik asing. Bank Nusantara Parahyangan justru selalu berada dibawah
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 2 No. 2 (2013)
15
batas wajar, kecuali pada saat sesudah didominasi pemilik asing pada tahun 2011 yang
memiliki nilai LDR sebesar 84,10%. Hal yang sama juga terjadi pada Bank OCBC NISP
yang hanya memilik nilai wajar pada tahun 2011 sebesar 85,50%.
Tabel 7
Nilai-nilai Variabel LDR pada Bank Umum Swasta Nasional Devisa Sebelum dan Sesudah
Didominasi pemilik asing
(dalam persentase)
Sebelum Didominasi
Nama Bank
2003
2004
2005
Setelah Didominasi
Rata-rata
2009
2010
2011
Rata-rata
CIMB Niaga
71.40
82.43
83.40
79.08
96.04
85.16
93.28
91.50
ICB Bumiputera
95.80
82.72
81.25
86.59
90.26
83.57
82.25
85.36
Nusantara Parahyangan
39.13
50.47
55.98
48.53
73.13
79.73
84.10
78.99
OCBC NISP
77.61
75.75
76.56
76.64
70.44
78.42
85.50
78.12
Deskripsi Kondisi Kinerja Bank Umum Swasta Nasional Devisa Sebelum dan Setelah
Didominasi Kepemilikan Asing
1. Aspek Capital Adequacy
Berdasarkan perhitungan deskriptif dari rasio CAR (Capital Adequacy Ratio)
pada tabel 15, dapat dilihat nilai rata-rata CAR setelah didominasi pemilik asing
sebesar 9,09 % lebih besar dari sebelum didominasi pemilik asing yang sebesar
7,61%. Dilihat dari perhitungan rata-rata ini terdapat perbedaan antara rasio CAR
sebelum didominasi pemilik asing dan sesudah didominasi pemilik asing. Dari hasil
analisis deskriptif ini dapat disimpulkan bahwa CAR setelah didominasi pemilik
asing lebih baik dibandingkan CAR sebelum didominasi oleh pemilik asing.
Tabel 8
Descriptive Statistics CAR sebelum dan sesudah didominasi pemilik asing
N
Minimum Maximum Mean
Std. Deviation
Sebelum
12
5.76
9.92
7.6142
1.25785
Sesudah
12
4.42
11.01
9.0917
1.80051
Valid N (listwise) 12
2. Aspek Assets Quality
Tabel 16 menunjukkan analisis deskriptif dari data RORA (Return On Risk
Assets) sebelum dan setelah didominasi oleh pemilik asing. Sebelum didominasi
pemilik asing diketahui bahwa nilai rata-rata RORA sebesar 1,03%, sedangkan
setelah didominasi oleh pemilik asing nilai rata-rata RORA mengalami penurunan
yakni sebesar 0.71%. Nilai rata-rata RORA sebelum didominasi pemilik asing lebih
baik daripada setelah didominasi pemilik asing. Hal ini dapat disebabkan oleh aktiva
produktif yang semakin bertambah, sehingga dapat mengurangi penutupan risiko
yang dapat menyebabkan kerugian.
Tabel 9
Descriptive Statistics RORA sebelum dan sesudah didominasi pemilik asing
Sebelum
Sesudah
Valid N (listwise)
N
12
12
12
Minimum
.14
-1.21
Maximum
1.99
1.79
Mean
1.0300
.7092
Std. Deviation
.49492
.79513
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 2 No. 2 (2013)
16
3. Aspek Management Quality
Nilai rata-rata NPM (Net Profit Margin) sebelum didominasi pemilik asing
lebih rendah dibandingkan setelah didominasi pemilik asing. Tabel 17 menunjukkan
nilai rata-rata NPM sebelum didominasi sebesar 11,76% sedangkan setelah
didominasi pemilik asing sebesar 22,89%. Hal ini menunjukkan adanya perbedaan
yang cukup besar. Nilai rata-rata NPM sesudah didominasi pemilik asing lebih baik
jika dibandingkan dengan nilai rata-rata NPM sebelum didominasi pemilik asing.
Tabel 10
Descriptive Statistics NPM sebelum dan sesudah didominasi pemilik asing
N
Sebelum
12
Sesudah
12
Valid N (listwise) 12
Minimum
1.57
-9.07
Maximum
21.58
187.32
Mean
11.7625
22.8992
Std. Deviation
5.41420
52.30226
4. Aspek Earning
a. Return On Assets (ROA)
Berdasarkan tabel 18, ternyata nilai rata-rata ROA sebelum didominasi
pemilik asing lebih besar yakni 1,55% daripada nilai rata-rata ROA sesudah
didominasi pemilik asing yakni 1,12%. Perbedaan tersebut menunjukkan bahwa
nilai rata-rata ROA sebelum didominasi pemilik asing jauh lebih baik
dibandingkan sesudah didominasi pemilik asing.
Tabel 11
Descriptive Statistics ROA sebelum dan sesudah didominasi pemilik asing
N
Minimum
Maximum Mean
Std. Deviation
Sebelum
12
.23
2.45
1.5525
.54526
Sesudah
12
-1.71
2.63
1.1200
1.16626
Valid N (listwise) 12
b. Return On Equity (ROE)
Berdasarkan tabel 19 menunjukkan bahwa nilai rata-rata ROE sebelum
didominasi pemilik asing yakni 16,77%, nilai rata-rata ini lebih tinggi jika
dibandingkan dengan nilai rata-rata ROE sesudah didominasi pemilik asing
yakni 8,74%. Hal ini menunjukkan bahwa nilai rata-rata ROE sebelum didominasi
pemilik asing lebih baik dibandingkan sesudah didominasi pemilik asing.
Tabel 12
Descriptive Statistics ROE sebelum dan sesudah didominasi pemilik asing
Sebelum
Sesudah
Valid N (listwise)
N
12
12
12
Minimum
2.01
-15.30
Maximum
27.94
18.63
Mean
16.0092
8.7442
c. Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO)
Std. Deviation
6.77141
9.33172
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 2 No. 2 (2013)
17
Berdasarkan tabel 20, ternyata nilai rata-rata BOPO sesudah didominasi
pemilik asing cukup tinggi yakni sebesar 104,84%, nilai rata-rata ini lebih tinggi
jika dibandingkan dengan nilai rata-rata BOPO sebelum didominasi pemilik
asing yakni sebesar 84,53%. Namun kenaikan nilai rata-rata BOPO ini, tidak
mencerminkan kondisi Bank yang semakin baik. Hal ini dikarenakan pendapatan
operasi yang diterima oleh bank sesudah didominasi pemilik asing tidak
sebanding dengan kenaikan biaya operasi yang cukup besar.
Tabel 13
Descriptive Statistics BOPO sebelum dan sesudah didominasi pemilik asing
Sebelum
Sesudah
Valid N (listwise)
N
12
12
12
Minimum
74.62
70.93
Maximum
97.33
318.01
Mean
84.5250
104.8375
Std. Deviation
6.31678
67.67308
5. Aspek Liquidity
Berdasarkan perhitungan deskriptif nilai rata-rata LDR sesudah didominasi
pemilik asing memperlihatkan nilai yang cukup tinggi yakni 94,42%, sedangkan nilai
rata-rata LDR sebelum didominasi pemilik yakni 72,71%. Hal ini menunjukkan
bahwa rata-rata tingkat likuiditas bank sesudah didominasi pemilik asing lebih
rendah sebelum bank didominasi pemilik asing. Hal ini dikarenakan jumlah dana
yang disalurkan untuk membiayai kredit menjadi semakin besar. Namun nilai ratarata LDR sesudah didominasi pemilik asing masih berada pada batas toleransi yang
ditentukan yaitu antara 80-100%.
Tabel 14
Descriptive Statistics LDR sebelum dan sesudah didominasi pemilik asing
Sebelum
Sesudah
Valid N (listwise)
N
12
12
12
Minimum
39.13
70.44
Maximum
95.80
213.87
Mean
72.7083
94.4192
Std. Deviation
16.14410
38.38082
Uji Hipotesis Kinerja Bank Sebelum dan Sesudah Didominasi Pemilik Asing
Hasil pengolahan data penelitian dengan alat uji Paried Sampel t-test dengan tingkat
signifikansi 5% (0,05) adalah sebagai berikut :
Tabel 15
Hasil Uji Hipotesis Kinerja Bank Sebelum dan Setelah Didominasi Pemilik Asing
CAMEL
CAR
RORA
NPM
ROA
ROE
BOPO
LDR
T-test
-2.693
2,196
-0,788
1,942
4,480
-1,018
-1,923
Sign.
0.021
0,050
0,447
0,078
0,001
0,331
0,81
Keputusan H₀
Ditolak
Diterima
Diterima
Diterima
Ditolak
Diterima
Diterima
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 2 No. 2 (2013)
18
Jika nilai p (sign) kurang dari tingkat signifikansi sebesar 5% atau 0,05, maka H₀ ditolak dan
H₁ diterima. Jika nilai p (sign) lebih dari tingkat signifikansi 5% atau 0,05, maka H₀ diterima
dan H₁ ditolak. Dari tabel 4.15 diatas didapat penjelasan sebagai berikut :
Pembahasan Kinerja Bank Umum Swasta Nasional Devisa Sebelum dan Sesudah
Didominasi Pemilik Asing
1. Aspek Capital Adequacy
Menurut hasil deskripsi nilai rata-rata CAR bank sesudah didominasi pemilik
asing lebih besar daripada sebelum didominasi pemilik asing. Hal ini berarti bahwa
tingkat kecukupan modal bank setelah didominasi pemilik asing lebih baik dari
sebelum didominasi oleh pemilik asing. Uji statistik juga menyatakan bahwa CAR
antara sebelum dan sesudah didominasi pemilik asing memiliki perbedaan yang
signifikan. Hal ini memperlihatkan bahwa setelah didominasi pemilik asing, bankbank dalam sampel penelitian ini lebih mampu untuk menutupi kemungkinan
kerugian didalam kegiatan perkreditan dan perdagangan surat-surat berharga dengan
kemampuan permodalan yang ada. Namun hasil T-test yang menunjukkan nilai
negatif sebesar -2,693 menandakan adanya perbedaan yang semakin memburuk
setelah bank didominasi oleh pemilik asing.
Bank wajib menyediakan modal minimum sesuai profil resiko, sehingga tidak
hanya mampu menyerap potensi kerugian dari resiko kredit, resiko pasar, dan resiko
operasional, melainkan juga resiko-resiko lainnya seperti resiko likuiditas dan resiko
lain yang material. Nilai rata-rata CAR sebelum didominasi asing bernilai 7,61% masih
dibawah ketentuan Bank Indonesia, dimana bank yang dinyatakan sehat harus
memiliki CAR diatas 8%. Namun setelah didominasi oleh pemilik asing, nilai rata-rata
CAR berada diatas 8%, yakni 9,09%.
Nilai CAR perbankan yang cukup tinggi menunjukkan bahwa bank tersebut
memiliki kecukupan modal sehingga kepercayaan masyarakat akan semakin
meningkat. Namun bagi perusahaan perbankan yang telah go public, peningkatan
kepercayaan itu tercermin melalui kenaikan harga saham yang tentunya akan
menguntungkan bagi para investor. Selain itu, Bank yang memiliki struktur
permodalan yang kuat dan size yang besar akan diberi penilaian dari kepercayaan
yang positif oleh publik.
2. Aspek Assets Quality
Nilai rata-rata RORA bank-bank yang telah didominasi pemilik asing memiliki
nilai yang lebih kecil dari bank-bank sebelum didominasi pemilik asing. Namun hasil
tersebut tidak didukung dengan uji statistik, berdasarkan uji statistik tidak ada
perbedaan yang signifikan antara bank sesudah didominasi pemilik asing dengan
sebelum didominasi pemilik asing. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa
kualitas aktiva bank sebelum didominasi pemilik asing sama dengan kualitas aktiva
sesudah didominasi pemilik asing.
Dana yang berhasil dihimpun oleh bank akan menjadi beban bila dibiarkan saja. Oleh
sebab itu, Bank harus mengalokasikan dananya dalam bentuk aktiva produktif.
Penanaman dana bank pada aktiva produktif wajib dilaksanakan berdasarkan prinsip
kehati-hatian, sehingga bank harus menjaga kualitas aktiva produktifnya agar selalu
dalam keadaan baik. Pendapatan bank diharapkan semakin besar dari penanaman
dalam aktiva produktif, sehingga kesempatan untuk memperoleh laba semakin
meningkat. Perolehan laba akan memberikan penilaian positif bagi investor yang
menanamkan modalnya pada saham perbankan. Bank ICB Bumiputera mengalami
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 2 No. 2 (2013)
19
3.
4.
a.
b.
kerugian setelah pajak pada tahun 2011, berbeda dengan 3 Bank lainnya yang
mengalami kenaikan kenaikan laba setelah diakuisisi. Hal inilah yang membuktikan
bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara sebelum didominasi pemilik asing
dengan sesudah didominasi pemilik asing.
Aspek Management Quality
Berdasarkan tabel 4.3, menunjukkan nilai rata-rata NPM sebelum didominasi
pemilik asing lebih rendah daripada setelah didominasi pemilik asing. Hasil tersebut
ternyata tidak didukung dengan uji statistik yang menemukan bahwa tidak ada
perbedaan yang signifikan antara nilai rata-rata NPM sebelum didominasi pemilik
asing dengan nilai rata-rata NPM sesudah didominasi pemilik asing. Hal tersebut
menunjukkan bahwa kualitas manajemen dari bank yang sebelum didominasi pemilik
asing memang sudah baik bila dibandingkan dengan sesudah didominasi oleh pemilik
asing. Hal ini dibuktikan dengan berhasilnya bank-bank tersebut melewati krisis yang
melanda pada tahun 1990an. Bank ICB Bumiputera mampu bertahan sebagai Bank
sehat dengan kategori A tanpa membutuhkan rekapitalisasi. Hal ini berkat
kemampuan Bank ICB Bumiputera dalam mengelola operasional perbankan yang
sehat berdasarkan tata kelola perusahaan yang baik. Selain itu, bank CIMB Niaga juga
mampu menjadi penyedia produk dan layanan berkualitas yang terpercaya,
menawarkan nasabahnya layanan perbankan melalui mesin ATM di Indonesia dan
memberikan nasabahnya layanan perbankan online. Semua pencapaian tersebut terjadi
sebelum bank CIMB Niaga didominasi pemilik asing.
Aspek Earning
Return On Assets (ROA)
Hasil analisis deskriptif menunjukkan nilai rata-rata ROA bank sesudah didominasi
pemilik asing sebagian besar mengalami penuruanan dibandingkan dengan sebelum
didominasi pemilik asing. Namun hasil uji statistik menemukan bahwa tidak terdapat
perbedaan yang signifikan antara sebelum didominsi pemilik asing dengan sesudah
didominasi pemilik asing. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan bank sebelum
didominasi pemilik asing dalam mengoptimalkan aktiva yang dimiliki untuk
menghasilkan laba lebih baik dengan bank sesudah didominasi pemilik asing. Nilai
rata-rata ROA sebelum didominasi jauh lebih tinggi yakni 1,55% yang dibandingkan
sesudah didominasi nilai rata-rata ROA yang dimiliki menurun menjadi 1.12%. nilai
rata-rata ROA sesudah didominasi pemilik asing kurang dari 1,2%, yang berarti
tersebut dapat diklasifikasikan tidak sehat. Hal ini dapat disebabkan oleh bank yang
digunakan dalam sampel penelitian ini tidak mampu memperoleh laba dengan baik
dan melakukan efisiensi secara keseluruhan dalam pengelolaan asset yang dimiliki
setelah didominasi pemilik asing.
Return On Equity (ROE)
Rasio ini menunjukkan efisiensi penggunaan modal yang dimiliki bank dalam
menghasilkan laba bersih. Rasio ini merupakan indikator pengembalian laba bersih
yang amat penting bagi para pemegang saham dan calon investor dipasar modal. Hal
ini dikarenakan adanya kenaikan dalam rasio berarti terjadi kenaikan laba bersih yang
menyebabkan kenaikan harga saham bank.
Nilai rata-rata ROE sebelum didominasi pemilik asing lebih tinggi dibandingan
dengan sesudah didominasi pemilik asing. Hal inilah yang memperlihatkan bank-bank
yang menjadi sampel dalam penelitian ini menarik investor untuk menanamkan
modalnya yang dikarenakan pengembalian atas ekuitasnya yang cukup tinggi. Namun
hasil uji statistik yang menyatakan perbedaan yang signifikan antara sebelum dan
sesudah didominasi pemilik asing menghasilkan laba bersih dari modal sendiri yang
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 2 No. 2 (2013)
20
berbeda antara sebelum dan sesudah didominasi pemilik asing. Hasil T-test
menunjukkan nilai positif sebesar 4,480 yang menandakan adanya perbedaan yang
lebih baik dari sebelum didominasi oleh pemilik asing. Dari hasil tersebut dapat
disimpulkan bahwa bank sebelum didominasi pemilik asing mampu melakukan
efisiensi modal untuk menghasilkan laba bersih dibandingkan dengan setelah
didominasi pemilik asing. Meskipun demikian investor-investor asing ini tidak hanya
mempertimbangkan ROE saja dalam mengambil keputusan untuk melakukan
investasi, namun dikarenakan bank-bank yang menjadi sampel ini masih memiliki
obligasi rekap yang bunganya dibayar oleh pemerintah Indonesia.
c. Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO)
Rasio ini membandingkan antara biaya operasi dengan pendapatan operasionalnya
dalam mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan bank dalam melakukan kegiatan
operasinya. Semakin kecil angka rasio BOPO akan mencerminkan kondisi bank yang
semakin baik.
Hasil nilai rata-rata BOPO memperlihatkan bank sesudah didominasi pemilik asing
cukup tinggi dibandingkan dengan sebelum didominasi pemilik asing sama. Namun
hasil uji statistik menyatakan tidak ada perbedaan yang signifikan antara sebelum dan
sesudah didominasi pemilik asing. Ini menunjukkan bahwa perbaikan efisiensi dalam
hal operasional bank sebelum didominasi dan sesudah didominasi tidak jauh berbeda.
Berbeda dengan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Sutjipto (2009) yang
menyatakan adanya perbedaan kinerja bank sebelum dan sesudah didominasi pihak
asing pada rasio BOPO. Hal ini dikarenakan bank-bank yang dijadikan sampel dalam
penelitian tersebut terdapat bank-bank yang termasuk dalam daftar 10 bank besar di
tanah air seperti BCA, Danamon dan BII.
5. Aspek Liquidity
Rasio ini menggambarkan kemampuan bank dalam membayar kembali
penarikan dana oleh deposits dengan mengandalkan kredit yang diberikan sebagai
sumber likuiditasnya. Semakin tinggi rasio LDR memberikan indikasi semakin
rendahnya kemampuan likuiditas bank.
Perbandingan nilai rat-rata LDR setelah didominasi menunjukkan angka yang
lebih tinggi dibandingkan dengan sebelum didominasi pemilik asing. Hasil tersebut
tidak didukung dengan dengan hasil uji statistik yang menemukan tidak ada
perbedaan yang signifikan antara sebelum dan sesudah didominasi pemilik asing. Hal
tersebut menunjukkan bahwa sebelum atau sesudah didominasi pemilik asing bank
mampu membayar kembali penarikan yang dilakukan oleh para deposit dengan
mengandalkan sumber likuiditasnya. Namun ketika sebelum didominasi pemilik
asing, bank-bank yang menjadi sampel dalam penelitian ini memiliki nilai LDR ratarata sebesar 72,71%, sehingga bank-bank tersebut dapat dikategorikan sangat likuid
karena rasio berada diantara 50% - 75% (Taswan,2010:565). Sementara itu sesudah bank
didominasi pemilik asing nilai rata-rata LDR yang dimiliki menjadi 94,42% dimana
nilai ini masih berada pada rentang nilai LDR yang dianggap wajar oleh Bank
Indonesia yaitu 80-100%.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Berdasarkan atas hasil penelitian dan pembahasan yang penulis kemukakan pada bab-bab
sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Dari hasil perhitungan rasio CAR dan ROE ada perbedaan kinerja antara sebelum dan
sesudah didominasi pemilik asing. Hal ini mencerminkan kemampuan kecukupan
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 2 No. 2 (2013)
21
modal bank untuk menutupi kemungkinan kerugian yang mungkin terjadi semakin
lebih baik ketika sesudah didominasi pemilk asing. Bank juga mampu melakukan
efisiensi modal untuk menghasilkan laba bersih dibandingkan dengan setelah
didominasi pemilik asing.
2. Dari hasil perhitungan rasio RORA, NPM, ROA, BOPO dan LDR menunjukkan tidak
adanya perbedaan kinerja antara sebelum dan sesudah didominasi pemilik asing. Hal
ini menunjukkan bahwa kualitas aktiva bank sebelum didominasi pemilik asing sama
dengan kualitas aktiva sesudah didominasi pemilik asing, kualitas manajemen dari
bank yang sebelum didominasi pemilik asing memang sudah baik bila dibandingkan
dengan sesudah didominasi oleh pemilik asing, kemampuan bank sebelum didominasi
pemilik asing dalam mengoptimalkan aktiva yang dimiliki untuk menghasilkan laba
lebih baik dengan bank sesudah didominasi pemilik asing, perbaikan efisiensi dalam
hal operasional bank sebelum didominasi dan sesudah didominasi tidak jauh berbeda
dan bank mampu membayar kembali penarikan yang dilakukan oleh para deposit
dengan mengandalkan sumber likuiditasnya.
Saran
Dari simpulan atas hasil penulisan yang diuraikan pada bab-bab sebelumnya, maka saransaran yang dapat dikemukakan sebagai berikut :
1. Agar kinerja keuangan dapat lebih ditingkatkan, adanya pihak asing yang masuk
dalam manajemen bank seharusnya dapat menimbulkan perbedaan aspek kualitas
aktiva dan kualitas manajemen. Peningkatan kualitas aktiva dapat dilakukan dengan
memanfaatkan dana yang telah berhasil dihimpun sehingga dapat mengasilkan
aktiva yang produktif untuk mendapatkan pendapatan yang semakin besar.
Sedangkan peningkatan kualitas manajemen dapat dilakukan denagn penambahan
aplikasi teknologi perbankan yang dapat diterapkan dalam operasional perbankan
dan nantinya diharapkan dapat membawa keuntungan bagi bank.
2. Dalam usaha meningkatkan kinerja perbankan, usaha yang sebaiknya dilakukan
adalah dengan meningkatkan nilai rasio menjadi lebih baik dengan mengendalikan
faktor-faktor yang mempengaruhinya dengan cara meningkatkan pendapatan
operasional dan mengurangi biaya operasional serta menghimpun lebih banyak dana
pihak ketiga dan mengendalikan dengan hati-hati jumlah kredit yang disalurkan.
Keterbatasan
Keterbatasan utama yang terdapat dalam penelitian ini adalah bahwa data yang
digunakan dalam penilaian kinerja keuangan berasal dari laporan keuangan bank, sehingga
untuk menilai aspek manajemen dirasakan masih sangat kurang.
DAFTAR PUSTAKA
Dendawijaya, L. 2005. Manajemen Perbankan. Edisi ke-2. Penerbit Ghalia Indonesia. Bogor.
Djalil,M. 2006. Single Presence Policy. Infobank, No 323 Februari 2006.
Febryani, A dan Rahadian, Z. 2003. Analisis Kinerja Bank Devisa dan Bank Non Devisa di
Indonesia, Kajian Ekonomi dan Keuangan, Vol 7 No 4.
Hempel, G.H, and D.G Simonson. 1999. Bank Management Test and Cases Fifth Edition. John
Wiley & Sons Inc. USA
Hermawati, I.A. 2012. Analisis Perbedaan Kinerja Keuangan Sebelum dan Sesudah Merger
pada PT Bank CIMB Niaga tbk di Bursa Efek Indonesia. Skripsi. Program Strata Satu
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia. Surabaya.
Iqbal, H. 2002. Pokok-pokok Materi Metedologi Penelitian dan Aplikasinya. Ghalia Indonesia.
Kasmir. 2003. Manajemen Perbankan. Penerbit PT RajaGrafindo Persada. Jakarta.
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 2 No. 2 (2013)
22
. 2004. Pemasaran Bank Edisi ke 1. Penerbit Prasada Media. Jakarta.
Kirana,S.P.E. 2010. Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Bank Devisa dan Bank Non Devisa di
Indonesia. di unduh pada tanggal 22 November 2012.
Kuncoro, M, dan Suhardjono. 2002. Manajemen Perbankan : Teori dan Aplikasi. Penerbit BPFE.
Yogyakarta.
Martono. 2002. Bank dan Lembaga Keuangan Lain, Edisi Pertama. Penerbit Ekonisa.
Yogyakarta.
Merkusiwati, N.K.L.A. 2007. Evaluasi Pengaruh CAMEL Terhadap Kinerja Perusahaan,
Buletin Studi Ekonomi, Vol 12, No 1, p. 100-108
Moin, A. 2004. Merger, Akuisisi & Divestasi.Edisi kedua. Penerbit Ekonisia. Yogyakarta.
Muljono, T.P. 1990. Analisa Laporan Keuangan untuk Perbankan. Penerbit Djambatan. Jakarta.
Sjahrial, D. 2007. Manajemen Keuangan Lanjutan. Edisi Pertama. Penerbit Mitra Wacana
Media. Jakarta.
Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Bisnis. Penerbit CV Alfabeta. Bandung
Sutjipto,S. 2009. Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Bank Umum Swasta Nasional
Devisa Milik Lokal dan Bank Umum Swasta Nasional Devisa yang Didominasi Pemilik
Asing di Indonesia. Skripsi. Program Strata Satu Universitas Airlangga. Surabaya.
Taswan. 2010. Manajemen Perbankan. Edisi Kedua. Penerbit UPP STIM YKPN. Yogyakarta.
Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan.
Wiyono, G. 2011. 3 in one : Merancang Penelitian Bisnis dengan Alat Analisis SPSS 17.0 &
SmartPLS 2.0. Penerbit STIM YKPN. Yogyakarta.
●●●
Download