ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT UNDERPRICING PADA PENAWARAN UMUM PERDANA DI BURSA EFEK INDONESIA Oleh : MUHAMAD DERY FAZRI NIM : 107081003279 JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1432 H/ 2011 ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT UNDERPRICING PADA PENAWARAN UMUM PERDANA DI BURSA EFEK INDONESIA Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Untuk memenuhi Syarat-Syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi Oleh : MUHAMAD DERY FAZRI NIM : 107081003279 JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1432 H/ 2011 DAFTAR RIWAYAT HIDUP IDENTITAS DIRI Nama : Muhamad Dery Fazri Tempat / Tanggal Lahir : Tangerang, 17 November 1989 Agama : Islam Alamat : Desa Cihuni Rt 01/02 No 12 Pagedangan, Tangerang Telp / Hp : 085697139087 E-mail : [email protected] PENDIDIKAN FORMAL 2007-2011 : UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2004-2007 : SMAN 1 Cisauk (sekarang SMAN 2 Tangerang Selatan) 2001-2004 : SMPN 1 Serpong 1995-2001 : SDN Cihuni III i ABSTRACT The aim of this research was to analyze the underpricing IPO shares in the Indonesia Stock Exchange (IDX), from 2007 to 2010. This research also to analyze factors which affect underpricing in initial public offering (IPO). By using purposive sampling method, the number of samples in this study was 61 companies. Analysis of the data used one sample t-test and regression model. The results of one sample t-test showed that the IPO shares on the Stock Exchange is underpricing.The results of regression test found only ROE variable has significant effect on underpricing while the type of industry, and proceeds didn’t have a significant effect. The determination coefficient result showed 19,0%. That it’s about 19,0% indicated the ability of the independent variables explained the dependent variable while 81,0% explained by other variables. Keywords : Underpricing, Return On Equity, IPO ii ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis underpricing saham IPO di Bursa Efek Indonesia (BEI), dari tahun 2007 sampai 2010. Penelitian ini juga menganalisis faktor yang mempengaruhi underpricing pada penawaran umum perdana (IPO). Dengan menggunakan metode purposive sampling, banyaknya sampel dalam penelitian ini adalah 61 perusahaan. Analisis data yang digunakan one sample t-test dan model regresi. Hasil uji one sample t-test menunjukkan bahwa saham IPO di BEI adalah underpricing. Hasil uji regresi menemukan hanya variabel independen ROE yang berpengaruh signifikan terhadap underpricing, sedangkan variabel jenis industri, dan ukuran penawaran tidak berpengaruh signifikan. Hasil koefisien determinasi menunjukkan sebesar 19,0 % itu menandakan kemampuan variabel independen menjelaskan variabel dependen sementara 81,0% dijelaskan oleh variabel lain. Kata kunci : Underpricing, Return On Equity, IPO iii KATA PENGANTAR Alhamdulillaahirabbil’aalamiin. Segala puji dan syukur hanya bagi Allah SWT yang memiliki segala sesuatu yang ada di bumi dan di langit yang telah melimpahkan rahmat dan karunia yang tak terhingga sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Underpricing Pada Penawaran Umum Perdana Di Bursa Efek Indonesia”. Shalawat dan salam semoga selalu tercurahkan kepada Sang Suri Tauladan kita Nabi Muhammad Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam beserta para Sahabat, tabi’in, tabi’ut tabiin dan keluarga beliau yang telah membawa umatnya dari zaman jahiliyah ke zaman terang-benderang seperti sekarang ini. Penyusunan skripsi ini tidak lepas dari orang-orang di sekitar penulis yang begitu banyak memberi bantuan serta dukungan pada penulis. Untuk itulah, dengan selesainya penulisan skripsi ini sebagai prasyarat memperoleh gelar Sarjana Ekonomi, izinkan penulis mengucapkan rasa terima terima kasih yang tak terhingga kepada: 1. Ibunda (Supriati) dan Ayahanda (Mulyadi) yang sudah memberikan cinta, pengorbanan baik materil maupun non materil, dan kasih sayangnya serta segala sesuatu yang dimilikinya untuk membesarkan anak-anaknya. Do’a kalian selalu menyertai langkahku untuk menimba ilmu. Karena segala sesuatu yang telah kalian berikan tidak akan pernah tergantikan oleh apapun. Semoga Allah SWT membalas kebaikan yang tak terhingga kepada Ayah dan Ibu baik di dunia maupun akhirat. Amin. . . 2. Nenek, terima kasih atas doa yang terus kau panjatkan selalu untukku. 3. Adikku (Widya Adriati) yang selalu memberikan dukungannya. Serta segenap sanak saudara yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu. Terima kasih atas dorongan semangat serta doanya. iv 4. Prof. Dr. Abdul Hamid selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 5. Prof. Dr. Ahmad Rodoni selaku Pembantu Dekan Bidang Akademik Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan selaku Dosen Pembimbing I yang telah memberikan bimbingan dengan baik. 6. Ibu Amalia, SE, MSM selaku Dosen Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dengan baik. Terima kasih banyak atas masukan dan motivasinya. 7. Suhendra, S.Ag., MM selaku Ketua Jurusan Manajemen. 8. Leis suzanawati, SE, M.Si selaku Sekertaris Jurusan Manajemen. 9. Bapak dan Ibu Dosen Pengajar Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan. 10. Kekasih tercinta Siti Nugraha. Suka duka kita lewati bersama, yakin dan percaya kita pasti bisa. Terima kasih atas segala doa, dukungan, pengertian dan semangatnya. 11. Teman-teman Manajemen Keuangan B angkatan 2007 (Adit, Lingga, Fauzan, Andri, Rizky, Elvin, Dedy, Agus, Bimo, Andi, Aryanto, Qodar, Aji, Ramdan, Nidia, Ria, Eva, Umi, Ika, Emil, Oweng, Adlin, Tya, Diah, Susan, Weny, Pia, Anggi), Terima kasih sudah mewarnai hidupku. 12. Teman-teman Manajemen D angkatan 2007 : (Lingga, Andri, Rio, Ivan, Haikal, Adin, Dedy, Agus, Latif, Roby, Abi, Wahyudi, Qodar, Arul, Zia, Ferdy, Reza, Embe, Fityan, Vita, Nadya, Yana, Deta, Diah, Tya, Dewi, Susan, Lia, Ika, Isti, Rima, Tuty, Pipit), kenangan kalian terekam dan tak pernah mati. 13. Yandi dan Ichank, Friends forever. Senang bisa menjadi teman kalian. Hari bersama kalian penuh canda tawa. 14. Ka Asbah (Ketua Mentoring Kelompok Mudharabah Propesa Cinta), juga temanteman mentoring: Fityan, Ari (terima kasih printernya), Idris, Hasby, Soleh, Zia. 15. Teman-teman Fakultas Ekonomi dan Bisnis 2007 yang tidak dapat disebutkan namanya satu per satu. Senang bisa mewarnai hidup kalian. 16. Seluruh teman-teman baik dari Fakultas Ekonomi maupun dari Fakultas lain, terimakasih atas semangat dan dukungan kepada penulis. v 17. Para staf Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 18. Keluarga Besar Guru MI Nurul Falah Cihuni, terima kasih untuk segala kerja sama dan pengertiannya. Dan juga murid-murid ku yang penuh dengan canda tawa dan kegembiraan. 19. Seluruh pihak yang turut mendukung dan membantu penulis baik moril maupun materil, namun tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan, namun semua ini semata- mata karena keterbatasan penulis. Akhir kata, besar harapan penulis, skripsi ini dapat bermanfaat. Wassalamu’alaikum Wr.Wb. Jakarta, September 2011 Muhamad Dery Fazri vi DAFTAR ISI Daftar Riwayat hidup.............................................................................................. i Abstract...................... .............................................................................................. ii Abstrak..................... ................................................................................................ iii Kata Pengantar ........................................................................................................ iv Daftar Isi................................................................................................................... vii Daftar Tabel..................... ........................................................................................ x Daftar Gambar ........................................................................................................ xi Daftar Lampiran ..................................................................................................... xii BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1 A. Latar Belakang ............................................................................................ 1 B. Perumusan Masalah..................................................................................... 8 C. Tujuan dan Manfaat Penulisan .................................................................... 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................. 10 A. Pasar Modal................................................................................................. 10 B. Penawaran Umum Perdana (IPO) ............................................................... 19 C. Underpricing ............................................................................................... 22 D. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Underpricing..................................... 28 E. Penelitian Terdahulu.................................................................................... 31 F. Kerangka Berpikir........................................................................................ 35 G. Hipotesis Penelitian..................................................................................... 37 vii BAB III METODE PENELITIAN......................................................................... 38 A. Ruang Lingkup Penelitian........................................................................... 38 B. Metode Penentuan Sampel .......................................................................... 38 C. Metode Pengumpulan Data ......................................................................... 39 D. Metode Analisis Data .................................................................................. 39 E. Operasional Variabel Penelitian .................................................................. 47 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................. 50 A.Gambaran Umum Objek Penelitian ............................................................. 50 1. Perkembangan Pasar Modal DI Indonesia .............................................. 50 2. Struktur Pasar Modal Indonesia .............................................................. 51 B.Analisis Dan Pembahasan ............................................................................ 52 1. Analisis Deskriptif Tingkat Underpricing .............................................. 53 2. Deskriptif Variabel-Variabel yang Digunakan........................................ 58 3. Uji t-satu sampel...................................................................................... 61 4. Uji Asumsi Klasik ................................................................................... 63 5. Analisis Model Regersi ........................................................................... 67 6. Pengujian Hipotesis................................................................................. 69 7. Koefisien Determinasi............................................................................. 73 viii BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI .......................................................... 76 A.Kesimpulan .................................................................................................. 76 B.Implikasi ....................................................................................................... 77 DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 78 LAMPIRAN.......... ................................................................................................... 82 ix DAFTAR TABEL Nomor Keterangan Halaman 2.1 Penelitian Terdahulu 32 3.1 Pengambilan Keputusan Ada Tidaknya Autokorelasi 46 1.1 Perusahaan yang IPO Tahun 2007-2010 55 1.2 Seleksi Pemilihan Sampel 57 1.3 Sampel Yang Sesuai Kriteria 58 1.4 Statistik Deskriptif 60 1.5 Hasil Uji t-satu Sampel Tingkat Underpricing 61 1.6 Tabel Kolmogorov Smirnov 1 63 1.7 Tabel Kolmogorov Smirnov 2 64 1.8 Uji Autokorelasi 66 1.9 Uji Multikolinearitas 67 1.10 Hasil Regresi 68 1.11 Uji t (Parsial) 69 1.12 Uji F (Simultan) 73 1.13 Koefisien Determinasi 74 x DAFTAR GAMBAR Nomor Keterangan Halaman 2.1 Kerangka Berpikir Penelitian 37 4.1 Struktur Pasar Modal Indonesia 54 4.2 Grafik Scatterplot 65 xi DAFTAR LAMPIRAN Nomor Keterangan Halaman Lampiran 1 Daftar Variabel Yang Digunakan 84 Lampiran 2 Umur Perusahaan 86 Lampiran 3 Jenis Industri dan ROE 88 Lampiran 4 Ukuran Penawaran 90 Lampiran 5 Output SPSS 17 92 xii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Periode kesebelas dari pasar modal Indonesia dimulai bulan Januari 2008. Pada akhir bulan Januari 2008, pasar modal dikejutkan dengan pengungkapan kerugian Citybank sekitar 30% akibat dari kasus subprime mortgage di Amerika Serikat. Isu subprime mortgage yang sempat mencuat bulan Agustus tahun 2007 sebelumnya yang diperkirakan hanya mempunyai dampak jangka pendek dan tidak berkepanjangan, ternyata merupakan suatu bom waktu yang menunggu untuk meledak dan penyulutnya adalah pengungkapan kerugian dari beberapa bank dan lembaga keuangan lainnya. Akibat pengungkapan kerugian ini pasar modal Indonesia sempat terkoreksi turun dengan IHSG menjadi 2.294,524 pada tanggal 23 Januari 2008 (Jogiyanto, 2009 : 85) Pasar keuangan (pasar finansial) adalah pasar tempat sekuritas diterbitkan dan diperdagangkan. Sekuritas adalah aset keuangan yang diperdagangkan, seperti selembar saham. Bagi perseroan, pasar saham mungkin adalah pasar keuangan yang paling penting (Brealey, et.al, 2008 : 35). Perusahaan yang akan go public biasanya dimulai dengan keputusan melakukan initial public offerings (IPO) yang dilakukan di pasar perdana (primary market). Selanjutnya saham tersebut akan diperjual-belikan di pasar modal atau disebut pasar sekunder (secondary market). Harga saham pada penawaran perdana ditentukan berdasarkan kesepakatan antara perusahaan 1 1 emiten dengan penjamin emisi efek (underwriter) sebagai pihak yang membutuhkan dana, emiten menginginkan harga perdana tinggi. Sebaliknya, underwriter sebagai penjamin emisi berusaha meminimalkan resiko yang ditanggungnya. Dalam tipe full comitment, pihak underwriter akan membeli saham yang tidak di jual di pasar perdana. Keadaan tersebut membuat underwriter tidak berkeinginan untuk membeli saham yang tidak laku dijual. Upaya yang dilakukan adalah dengan bernegosiasi dengan emiten agar saham tersebut tidak terlalu tinggi harganya, bahkan cenderung underpriced (Amin, 2007 :2). Perkembangan pasar modal yang pesat, menciptakan berbagai peluang/alternatif investasi bagi investor. Disisi lain, perusahaan pencari dana harus saling bersaing dalam mendapatkan dana dari investor dalam pasar modal. Suatu hal yang menarik untuk diperhatikan adalah fenomena-fenomena yang terjadi di pasar modal, hal ini disebabkan fenomena yang terjadi merupakan refleksi dari para investor yang bereaksi di pasar (Saftiana dan Amelia, 2007:103). Penerbitan saham baru meningkatkan baik jumlah kas yang dipegang oleh perusahaan maupun jumlah saham yang dipegang oleh publik. Penerbitan seperti itu dikenal sebagai penerbitan primer, dan dijual di pasar primer. Tapi di samping membantu perusahaan mendapatkan kas baru, pasar keuangan juga memungkinkan investor untuk memperdagangkan sekuritas di antara mereka sendiri. Pembelian dan penjualan dari sekuritas yang sudah ada seperti ini dikenal dengan nama transaksi sekunder, dan terjadi di pasar sekunder. Pasar 2 saham juga disebut dengan pasar ekuitas,karena para pemegang saham dikatakan memiliki ekuitas bersama dari perusahaan. (Brealey, et.al, 2008: 36). Initial Public Offering (IPO) merupakan langkah awal yang menentukan dalam kelangsungan hidup perusahaan publik. Pendapat umum menyatakan bahwa penawaran publik mengindikasikan perusahaan berada pada tahapan bertumbuh sehingga perusahaan memerlukan dana untuk ekspansi dan/atau melakukan modernisasi. Keadaan ini menyebabkan semua perusahaan privat yang sedang dalam tahap pertumbuhan cepat atau lambat akan menjadi perusahaan publik untuk mendanai investasinya. (Almilia dan Silvy, 2003:1). Salah satu cara untuk mendapatkan tambahan dana dalam rangka pembiayaan atau pengembangan usaha bagi perusahaan yang sedang berkembang adalah dengan go public. Selain digunakan untuk keperluan ekspansi, dana yang diperoleh dari go public biasanya juga digunakan untuk melunasi hutang. Akhirnya dana ini diharapkan akan semakin meningkatkan posisi keuangan perusahaan di samping untuk memperkuat struktur permodalan (Yasa, 2008:145). Perusahaan dikatakan go public ketika perusahaan itu menjual penerbitan pertama sahamnya dalam penawaran umum kepada para investor. Penjualan saham pertama ini dikenal sebagai penawaran publik awal, atau IPO (initial public offering) (Brealey, et.al, 2008 : 414). Permasalahan penting yang dihadapi perusahan ketika melakukan penawaran saham perdana di pasar modal adalah penutupan besarnya harga penawaran perdana. Harga saham yang dijual di pasar perdana ditentukan 3 berdasarkan kesepakatan antara perusahaan emiten dan penjamin emisi (underwriter), sedangakan harga di pasar sekunder ditentukan oleh mekanisme pasar (permintaan dan penawaran). Jika penentuan harga saham saat IPO secara signifikan lebih rendah dibandingkan dengan harga yang terjadi di pasar sekunder di hari pertama, maka terjadi underpricing. Pihak emiten tentu menerapkan harga jual yang tinggi, karena dengan harga jual tinggi penerimaan dari hasil penawaran (proceeds) akan tinggi pula, yang berarti tingkat kesejahteraan (wealth) mereka juga akan semakin membaik. Di sisi lain, harga yang tinggi akan mempengaruhi respon atau minat calon investor untuk membeli atau memesan saham yang ditawarkan. Bila harga terlalu tinggi dan minat investor rendah, besar kemungkinan saham yang ditawarkan akan kurang menarik. Dengan demikian, jelas bahwa penetapan harga yang layak merupakan tugas antara emiten dan underwriter (Suyatmin dan Sujadi, 2006:12). Untuk menciptakan harga saham yang ideal, terlebih dahulu perlu dipelajari faktor-faktor yang mempengaruhi gejala underpricing. Dengan mengetahui faktor yang mempengaruhi underpricing akan dapat menghindarkan perusahaan yang akan go-public terhadap kerugian karena underestimate atas nilai pasar sahamnya, sedangkan bagi investor adalah sebaliknya. Beberapa faktor yang dapat dihubungkan dengan underpricing adalah reputasi auditor, reputasi underwriter, profitabilitas, pengalaman manajemen, besaran perusahaan, umur perusahaan, leverage keuangan, prosentase jumlah saham yang dipegang oleh pemilik lama, solvency ratio, 4 kondisi pasar. Dalam penelititan ini besarnya underpricing dalam hubungannya dengan faktor-faktor yang mempengaruhinya akan dibatasi oleh faktor-faktor yang dapat dianalisis di pasar modal Indonesia. Yang dimaksud dapat dianalisis di sini adalah faktor-faktor yang memang dapat dikuantifikasi serta datanya tersedia dalam bentuk data sekunder (Kusumawati dan Sudento, 2005:94). Dalam dua mekanisme penentuan harga tersebut sering terjadi perbedaan harga terhadap saham yang sama antara di pasar perdana dan di pasar sekunder. Apabila penentuan harga saham saat IPO secara sifnifikan lebih rendah dibandingkan dengan harga yang terjadi di pasar sekuder hari pertama, maka terjadi yang disebut dengan underpricing. Sebaliknya, apabila harga saat IPO secara signifikan lebih tinggi dibandingkan dengan harga yang terjadi di pasar sekunder pada hari pertama, gejala ini disebut overpricing (Yasa, 2008:145). Sebelum memutuskan harga penerbitan, para penjamin umumnya melakukan temu wicara yang memberi penjamin dan manajemen perusahaan kesempatan untuk berbicara dengan para investor potensial. Para investor bisa memperlihatkan reaksi mereka pada penerbitan ini, mengusulkan apa yang mereka anggap sebagai harga yang adil, dan menunjukkan berapa banyak saham yang akan mereka beli. Ini memungkinkan penjamin membuat pembukuan kemungkinan pemesanan. Meskipun tidak terikat pada isyarat yang mereka berikan tersebut, para investor sadar bahwa jika mereka ingin tetap 5 memiliki reputasi yang baik di mata pihak penjamin, mereka tidak akan melanggar janji tentang ekspresi minat mereka (Brealey, et. al, 2008: 416). Penetapan harga IPO bukanlah hal sepele, tidak semua IPO terjual lebih rendah dari seharusnya. Banyak saham menunjukkan penjualan yang buruk setelah pelepasan perdana dan lainnya ada yang tidak bisa dijual sepenuhnya ke pasar. Oleh penjamin emisi, saham yang tidak terjual diusahakan untuk dijual rugi di pasar sekunder. Bankir investasi dalam hal ini menanggung resiko harga atas saham yang tidak terjual (Bodie, et. al, 2006: 91). Harga saham pada saat IPO ditentukan berdasarkan kesepakatan antara penjamin saham. Pada umumnya penjamin lebih banyak mengetahui tentang informasi pasar modal dibandingkan dengan investor dan penjamin akan selalu berupaya bernegosiasi dengan emiten agar saham – saham tidak terlalu tinggi harganya karena jika tidak laku dijual, penjamin hrus membeli saham yang tidak laku dijual tersebut. Oleh sebab itu, harga yang terjadi pada saat IPO cenderung underpricing daripada overpricing (Khomsiyah, 2005:168). Underpricing terjadi karena kondisi extante uncertainty mengenai harga yang ditawarkan saat IPO serta adanya asimetri informasi (Beatty dan Ritter 1986) dan Rock (1986) dalam Saftiana dan Amelia (2007:104) juga berargumentasi bahwa underpricing di perusahaan IPO diperlakukan untuk mengkompensasi investor yang tidak mempunyai informasi (uninformed investor) dengan pihak yang lebih banyak mempunyai informasi. Gumanti (2007) dalam penelitiannya menunjukkan bahwa secara rata-rata perusahaan yang go public mengalami underpricing, yaitu sebesar 22, 9%. Dan 6 hasil penelitian menunjukkan bahwa ownership retention dan penggunaan dana IPO untuk investasi berpengaruh negatif dan signifikan terhadap initial return. Tingkat Underpricing dalam penelitian Saftiana dan Amelia (2007) cukup tinggi, yaitu sebesar 61, 5%. Temuan ini konsisten dengan temuan-temuan sebelumnya, yang menyatakan bahwa fenomena underpricing juga terjadi di pasar modal Indonesia. Yolana dan Martani (2005) melakukan penelitian dengan mengambil populasi perusahaan-perusahaan yang melakukan penawaran perdana antara tahun 1994-2001. Hasil penelitian menunjukkan rata-rata underpricing sebesar 38% dengan standar deviasi sebesar 63,5%. Berdasarkan uraian diatas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai underpricing. Hal yang membedakan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah variabel-variabel yang mempengaruhinya serta periode yang digunakan dari tahun 2007-2010 merupakan saat di mana krisis global terjadi sehingga diharapkan dapat mencerminkan dampak dari krisis global tersebut. Penelitian ini menggunakan variabel jenis industri, rasio profitabilitas (Return On Equity), dan ukuran penawaran. Variabel-variabel independen tersebut diambil karena dari berbagai penelitian terdahulu terdapat ketidak konsistenan hasil penelitian, sehingga masih perlu dilakukan penelitian kembali terhadap variabel-variabel tersebut. Atas dasar itulah, judul yang diangkat dalam penelitian ini adalah Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Underpricing Pada Penawaran Umum Perdana Di Bursa Efek Indonesia. 7 B. Perumusan Masalah Berbagai penelitian terdahulu yang telah dilakukan tentang fenomena underpricing pada penawaran saham perdana mendapatkan hasil penelitian yang berbeda-beda. Oleh sebab itu, penulis perlu melakukan penelitian lebih lanjut tentang fenomena underpricing pada penawaran saham perdana dengan rumusan sebagai berikut : 1. Apakah terdapat underpricing pada penawaran umum perdana (IPO) di BEI. 2. Bagaimanakah pengaruh jenis industri, ROE, dan ukuran penawaran terhadap tingkat underpricing pada penawaran umum perdana (IPO) di BEI. C. Tujuan dan Manfaat Penelitian Tujuan dari penelitian ini yaitu : 1. Untuk menganalisis underpricing pada penawaran umum perdana (IPO) di BEI 2. Untuk menganalisis pengaruh jenis industri, ROE, dan ukuran penawaran terhadap tingkat underpricing pada penawaran umum perdana (IPO) di BEI. Manfaat dari penelitian ini diantaranya : 1. Akademisi/Peneliti Diharapkan penelitian ini dapat menambah pengetahuan bagi penulis dan pembaca baik dari kalangan akademisi maupun non akademisi. Serta hasil penelitian ini dapat digunakan untuk menambah referensi yang dapat memberikan informasi bagi kemungkinan adanya penelitian lebih lanjut. 8 2. Investor Bagi calon investor sebagai informasi dalam pengambilan keputusan investasi dengan mempertimbangkan faktor–faktor yang dapat mempengaruhi underpricing pada penawaran umum perdana. 3. Pihak Bursa Diharapkan hasil penelitian ini bisa dimanfaatkan oleh pihak bursa untuk mengembangkan pasar modal yang lebih efisien yaitu pasar modal yang harga sahamnya mencerminkan seluruh informasi yang tersedia baik tersembunyi maupun yang dipublikasikan (informasi relevan). Dan penelitian ini juga bisa membantu pihak bursa dalam mendorong terciptanya iklim investasi yang kondusif dan saling menguntungkan karena bisa memacu investor baik lokal maupun asing untuk berinvestasi misalnya pada saat penawaran umum perdana. 4. Perusahaan Bagi perusahaan atau emiten yang akan melakukan penawaran umum perdana perlu mengetahui faktor– faktor yang dapat mempengaruhi saham perdana itu mengalami underpricing. Setidaknya perusahaan bisa menciptakan harga saham yang ideal bersama underwriter setelah mempelajari faktor – faktor yang mempengaruhi underpricing. 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A.Pasar Modal 1. Pengertian Pasar Modal Pasar modal adalah pasar yang relatif berjangka panjang (lebih lama dari waktu jatuh tempo satu tahun) untuk berbagai instrumen keuangan, seperti, obligasi dan saham. (Van Horne dan Wachowicz, 2007 : 322). Sedangkan menurut Brealey et, all (2008 : 37) pasar modal adalah pasar untuk ekuitas dan utang jangka panjang. Modal perusahaan adalah pendanaan jangka panjangnya. Sekuritas jangka pendek diperdagangkan di pasar uang. Jangka pendek berarti kurang dari 1 tahun. Brigham dan Houston (2009:150) mengungkapkan bahwa pasar modal (capital market) adalah pasar untuk saham – saham dan utang jangka panjang atau jangka menengah perusahaan. Pasar modal (capital market) merupakan pasar finansial yang khusus untuk jual beli sekuritas jangka panjang seperti saham dan obligasi (Herman Darmawi, 2005: 24). Pasar modal (capital market) adalah pasar keuangan untuk dana-dana jangka panjang dan merupakan pasar yang konkret. Dana jangka panjang adalah dana yang jatuh temponya lebih dari satu tahun. Pasar modal dalam arti yang sempit adalah suatu tempat dalam pengertian fisik yang terorganisasi tempat efek-efek diperdagangkan yang disebut bursa efek. 10 Pengertian bursa efek (stock exchange) adalah suatu sistem yang terorganisasi yang mempertemukan penjual dan pembeli efek yang dilakukan baik secara langsung maupun tidak langsung (Budisantoso dan Triandaru, 2006:279). Pengertian pasar modal sebagaimana pasar pada umumnya yaitu merupakan tempat bertemunya penjual dan pembeli. Di sini yang diperjualbelikan adalah modal atau dana. Jadi pasar modal mempertemukan penjual modal/dana dengan pembeli modal/dana yang lazim disebut investor (Yulfasni, 2005:1). Pasar modal (capital market) adalah lembaga keuangan bukan bank yang mempunyai kegiatan berupa penawaran dan perdagangan efek. Selain itu pasar modal juga merupakan lembaga profesi yang berkaitan dengan transaksi jual beli efek dan perusahaan publik yang berkaitan dengan efek. Dengan demikian, pasar modal dikenal sebagai tempat bertemunya penjual dan pembeli modal/dana (Arthesa dan Handiman, 2006: 215). Untuk mendapatkan dana, perusahaan dapat menggunakan pasar keuangan (financial market). Bagian dari pasar keuangan yang sumber pembelanjaan jangka panjang bagi perusahaan adalah pasar modal (capital market). Menurut Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995, tentang Pasar Modal, bahwa pengertian pasar modal adalah kegiatan yang bersangkutan dengan Penawaran Umum dan perdagangan Efek, Perusahaan Publik yang berkaitan dengan Efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek (Warsono, 2003:355). 11 Pasar modal dalam arti sempit adalah suatu tempat terorganisasi di mana efek-efek diperdagangkan yang disebut Bursa Efek. Bursa efek atau stock exchange adalah suatu sistem yang terorganisasi yang mempertemukan penjual dan pembeli efek yang dilakukan baik secara langsung maupun dengan melalui wakil-wakilnya. Fungsi Bursa Efek ini antara lain adalah menjaga kontinuitas pasar dan menciptakan harga efek yang wajar melalui mekanisme permintaan dan penawaran (Siamat Dahlan, 2001: 249). Selanjutnya definisi Pasar Modal menurut Kamus Pasar Uang dan Modal adalah kongkret atau abstrak yang mempertemukan pihak yang menawarkan dan yang memerlukan dana jangka panjang, yaitu jangka satu tahun ke atas. Abstrak dalam pengertian pasar modal adalah transaksi yang dilakukan melalui mekanisme over the counter (OTC) (Siamat Dahlan, 2001: 249). Pasar modal juga disebut sebagai bursa efek dalam bahasa Inggris disebut Securitas Exchange atau Stock Market, seperti tampak pada istilahnya yang berbeda, namun pada intinya sama yaitu merupakan tempat bertemunya penjual daan dan pembeli dana yang dipasar modal atau bursa tersebut diperantarai oleh para anggota bursa selaku pedagang perantara perdagangan efek untuk melakukan transaksi jual-beli (Yulfasni, 2005:1). Dermawan Sjahrial (2006: 15) mengungkapkan bahwa pengertian pasar modal ada dua, yaitu : 12 a. Dalam Arti Sempit Pasar modal merupakan kegiatan yang mempertemukan penjual dan pembeli dana jangka panjang. b. Dalam Arti Luas 1. Pasar modal adalah keseluruhan sistem keuangan yang terorganisasi termasuk bank-bank komersial dan semua perantara dibidang keuangan serta surat-surat berharga jangka panjang dan pendek. 2. Pasar modal adalah semua pasar yang terorganisasi dan lembagalembaga yang memperdagangkan warkat-warkat kredit (biasanya yang berjangka waktu lebih dari satu tahun) termasuk saham-saham, obligasi, hipotek dan tabungan serta deposito berjangka. 2. Fungsi pasar Modal Menurut Yulfasni (2005:2) pasar modal dapat memainkan peranan penting dalam suatu perkembangan ekonomi suatu negara. Karena suatu pasar modal berfungsi sebagai: a. Sarana untuk menghimpun dana-dana masyarakat untuk disalurkan ke dalam kegiatan-kegiatan yang produktif; b. Sumber pembiayaan yang mudah, murah, dan cepat bagi dunia usaha dan pembangunan nasional; c. Mendorong terciptanya kesempatan berusaha dan sekaligus menciptakan kesempatan kerja; d. Mempertinggi efisiensi alokasi sumber produksi; 13 e. Memperkokoh beroperasinya mekanisme market dalam menata sistem moneter, karena pasar modal dapat menjadi sarana “open market operation” sewaktu-waktu oleh Bank sentral; f. Menekan tingginya tingkat bunga menuju suatu “rate” yang reasonable; dan g. Sebagai alternatif investasi bagi para pemodal. 3. Pasar Perdana dan Pasar Sekunder a. Pasar Perdana (Primary Market) Terdapat dua jenis saham biasa (common stock) yang diterbitkan melalui pasar perdana. Pertama, penawaran perdana (initial public offering-IPO) adalah saham perusahaan yang dijual pertama kali ke publik oleh perusahaan yang tadinya berbentuk perseroan terbatas. Kedua, saham baru musiman (seasoned new issues) ditawarkan oleh perusahaan yang sudah pernah menerbitkan saham (Bodie, et.al, 2006: 86). Menurut Brigham dan Houston (2009:150) pasar primer atau pasar perdana adalah pasar dimana perusahaan – perusahaan mendapatkan modal baru. Jika suatu perusahaan ingin menerbitkan saham – saham biasa baru untuk mendapatkan modal, maka hal tersbut merupakan transaksi pasar primer. Perusahaan yang menjual saham yang baru diterbitkan tersebut akan menerima dana hasil penjualan atas penjualan di dalam suatu transaksi pasar primer. Sedangkan menurut Brealey et, all (2008 : 36) pasar primer adalah pasar untuk penjualan sekuritas baru oleh 14 perusahaan. Penerbitan saham baru meningkatkan baik jumlah kas yang dipegang oleh perusahaan maupun jumlah saham yang dipegang oleh publik. Pasar perdana adalah tempat penjamin emisi efek menjual efek baru untuk pertama kalinya kepada pemodal melalui penawaran umum. Penjamin emisi efek atas nama emiten wajib melakukan penawaran efek kepada masyarakat melalui pasar perdana selama berlangsungnya masa penawaran (offering period). Adapun pemasaran pendistribusian efek dilaksanakan penjamin efek dengan bantuan para agen penjual yang telah menjadi anggota bursa efek Indonesia(Yulfasni, 2005:48). Van Horne dan Wachowicz (2007 : 322) mengungkapkan pasar perdana (primary market) adalah pasar untuk “penerbitan” baru. Di pasar inilah dana dikumpulkan melalui penjualan arus sekuritas baru dari para pembeli sekuritas tersebut (sektor simpanan) kepada para penerbit sekuritas (sektor investasi). Kemudian Weston dan Copeland (1995:98) menambahkan bahwa pasar primer (primary market) merupakan pasar di mana saham dan obligasi pertama kali dijual. Pasar perdana merupakan penawaran surat berharga oleh penjamin emisi dibantu oleh broker pertama kali dibeli oleh kumpulan individu dan lembaga investasi (Dermawan Sjahrial, 2006: 15). Pasar primer (pasar perdana) adalah untuk penjualan sekuritas yang baru diterbitkan (Herman Darmawi, 2005: 24). 15 Perusahaan yang akan menerbitkan sekuritas, misalnya saham, membeli jasa bank investasi (investment bank) yang tugasnya melakukan proses penjaminan emisi (underwriting), yaitu menggaransi harga sekuritas dan menjualnya ke publik. Penjualan perdana sekuritas terjadi di pesar primer (primary market), yaitu dibeli oleh investor pelanggan bank investasi yang bersangkutan (Ktut Silvanita, 2009: 4). Apabila dalam pasar perdana terjadi kelebihan jumlah permintaan di atas jumlah penawaran (over subscription) maka pendostribusian efek didasarkan pada sistem penjatahan (allotment). Adapun pembayaran kembali atas kelebihan uang pesanan (refund) dilakukan penjamin emisi dalam waktu selambat-lambatnya 4 hari setelah penjatahan kepada pemodal. Selanjutnya pada tanggal yang telah ditentukan penjamin emisi wajib menyerahkan seluruh hasil penjualan efek(Yulfasni, 2005: 49). b. Pasar Sekunder (Secondary Market) Pasar sekunder adalah pasar untuk sekuritas yang telah ada (telah dibeli sebelumnya), bukan untuk emisi saham baru (Van Horne dan Wachowicz, 2007 : 322). Sedangkan menurut Brealey et, all (2008 : 37) pasar sekunder merupakan pasar tempat sekuritas yang diterbitkan sebelumnya diperdagangkan diantara investor. Brigham dan Houston (2009:150) mengungkapkan pasar sekunder (secondary market) adalah pasar dimana sekuritas yang telah ada dan beredar diperdagangkan diantara para investor. 16 Senada dengan Brigham dan Houston, Weston dan Copeland (1995:98) menambahkan bahwa pasar sekunder merupakan pasar di mana saham dan obligasi yang telah dijual di pasar perdana kemudian diperdagangkan. Pasar sekunder merupakan transaksi surat berharga oleh penjamin yang terjadi di pasar modal yang tidak akan mempengaruhi posisi keuangan perusahaan, dan pengaruhnya hanya pada komposisi kepemilikan saham perusahaan (Dermawan Sjahrial 2006: 15). Pasar sekunder adalah pasar untuk jual beli sekuritas lama, sebagai contoh adala bursa efek, bursa paralel, dan OTC (Herman Darmawi, 2005: 24). Kemudian Bodie, et. al (2006: 86 )menambahkan bahwa pasar sekunder (secondary market) merupakan tempat terjadinya pembelian dan penjualan antar investor atas sekuritas yang telah diterbitkan. Sekuritas yang dibeli di pasar primer dijual kembali kepada publik di pasar sekunder(secondary market). Dengan demikian, fungsi pasar sekunder adalah membuat sekuritas menjadi likuid. Selain itu, kondisi pasar sekunder sangat relevan untuk menentukan harga perdana(initial public offering, IPO) di pasar primer. Contoh pasar sekunder adalah pasar valuta asing (foreign exchange market), dan pasar keuangan derivatif, seperti future market, dan option market (Ktut Silvanita, 2009:4). 17 Setelah melakukan penawaran pada pasar perdana dan semua efek tercatat aats nama masing-masing investor atau efek yang bersangkutan berada di tangan para investor, baru saham dicatatkan di bursa efek. Ini berarti bahwa efek tersebut hanya boleh diperdagangkan di bursa efek, sehingga kegiatan jual-beli saham perusahaan terjadi di luar perusahaan. Uang hasil perdaganagn di pasar sekunder tidak masuk kepada perusahaan melainkan ke dalam kas si penjual saham yang bersangkutan, sang investor (Yulfasni, 2005: 50). Pembelian dan penjualan saham dan obligasi yang telah diperjualbelikan terjadi di pasar sekunder. Transaksi dalam pasar ini tidak memberikan tambahan dana untuk membeli pabrik baru atau peralatan baru. Akan tetapi, keberadaan pasar sekunder yang terus berjalan akan meningkatkan likuiditas sekuritas yang telah beredar. Tanpa likuiditas ini, perusahaan yang menerbitkan sekuritas baru membayar imbal hasil yang tinggi karena para investor kesulitan untuk mencari pasar penjualan kembali bagi saham dan obligasi mereka. Jadi, perdagangan yang berlangsung atas sekuritas yang telah diperjualbelikan sangat penting untuk operasi pasar perdana yang efisien atau untuk penerbitan baru sekuritas jangka panjang (Van Horne dan Wachowicz, 2007 : 346). 18 B. Penawaran Umum Perdana (IPO) Pasar penawaran perdana (initial public offering-IPO) adalah turunan dari pasar primer. Di sini perusahaan–perusahaan melakukan “go public” dengan menawarkan saham–sahamnya kepada publik untuk pertama kalinya. Di banyak IPO, pihak orang dalam akan menjual beberapa saham mereka plus perusahaan menjual saham baru untuk mendapatkan tambahan modal (Brigham dan Houston, 2009:151). Adapun penawaran umum menurut definisi Pasal I Undang-Undang Pasar Modal adalah kegiatan penawaran efek yang dilakukan oleh emiten untuk menjual efek kepada masyarakat berdasarkan tata cara yang diatur dalam Undang-Undang ini dan peraturan pelaksanaanya (Yulfasni, 2005:26) Pasar penawaran perdana (initial public offering-IPO) adalah saham perusahaan yang dijual pertama kali ke publik oleh perusahaan yang tadinya berbentuk perseroan terbatas (Bodie et. al, 2006: 86). Menurut Brealey et, al (2008 : 160) perusahaan menerbitkan lembaran saham biasa kepada publik ketika mereka perlu menggalang dana yang pada umumnya melibatkan perusahaan perbankan investasi untuk membantu mereka memasarkan saham–saham ini. Penjualan saham baru oleh perusahaan dikatakan terjadi pada pasar perdana. Ada dua tipe penerbitan saham perdana. Dalam penawaran publik awal, atau IPO (initial public offering), perusahaan yang dimiliki pribadi secara tertutup menjual saham pada publik untuk kali pertama. Perusahaan mapan yang telah menerbitkan saham kepada publik mungkin memutuskan untuk menggalang dana dari waktu ke waktu dengan 19 menerbitkan saham tambahan. Penjualan saham baru oleh perusahaan seperti ini juga merupakan penerbitan saham perdana, dan disebut dengan penawaran tambahan (seasoned offering). Ketika suatu perusahaan menerbitkan saham baru kepada publik, pemilik sebelumnya berbagi kepemilikan perusahaan dengan pemegang saham tambahan. Dalam hal ini, menerbitkan saham baru itu seperti memiliki mitra baru yang dilibatkan dalam perusahaan. Budisantoso dan Triandaru (2006: 285) mengungkapkan bahwa penawaran umum adalah kegiatan yang dilakukan oleh emiten untuk menjual efek kepada masyarakat, berdasarkan tata cara yang diatur oleh undang-undang dan peraturan pelaksanaanya. Kegiatan ini lebih populer disebut go public. Go public dapat menjadi strategi untuk mendapatkan dana dalam jumlah besar. Dana tersebut dapat digunakan untuk melakukan ekspansi, memperbaiki struktur permodalan, dan divestasi. Dengan adanya proses penawaran umum, perusahaan emiten akan mendapatkan banyak keuntungan. Keuntungan yang dapat diperoleh dengan adanya penawaran umum adalah: 1. Dapat memperoleh dana yang relatif besar dan diterima sekaligus tanpa melalui termin-termin. 2. Proses untuk melakukan go public relatif mudah sehingga biaya untuk go pubic juga menjadi relatif murah. 3. Perusahaan dituntut untuk lebih terbuka sehingga hal ini dapat memacu perusahaan untuk melakukan pengelolaan dengan lebih profesional. Untuk mendapatkan dana dari pasar modal, sebuah perusahaan dapat menerbitkan saham atau obligasi, tetapi tidak semua perusahaan dapat 20 melakukan hal tersebut. Perusahaan yang dapat menerbitkan saham, obligasi, atau bentuk sekuritas lain di pasar modal hanyalah perusahaan yang telah go public (Saftiana dan Amelia, 2007:103). Ketika saham dari sebuah perusahaan tertutup ditawarkan untuk yang pertama kalinya kepada masyarakat luas, maka perusahaan itu dikatakan masuk bursa (going public). Pasar untuk saham yang baru saja ditawarkan kepada publik itu disebut pasar penawaran perdana (initial public offering market). IPO mendapat banyak sorotan dalam beberapa tahun terakhir ini, terutama karena sejumlah penerbitan “panas” yang telah memberikan keuntungan yang spektakuler, sering kali dalam menit-menit pertama perdagangan (Brigham dan Houston, 2009:404). Van Horne dan Wachowicz (2007 :343) mengungkapkan bahwa jika perusahaan baru cukup berhasil, pemilik mungkin ingin “membawa perusahaan ke publik” dengan menjual saham biasa ke pihak luar. Sering kali keinginan ini diinspirasikan oleh para kapitalis perusahaan, yang ingin mendapatkan imbal hasil tunai atas investasi mereka. Dalam situasi lainnya, para pendiri mungkin hanya ingin menciptakan nilai, dan likuiditas, untuk saham biasa mereka. Apapun motivasinya, para pemilik dapat memutuskan untuk mengubah perusahaan mereka menjadi perusahaan publik. Terdapat pengecualian dalam pola kejadian ini: beberapa perusahaan besar dan berhasil memilih untuk tetap dimiliki secara terbatas. Perusahaan yang menerbitkan sekuritas di pasar modal pada dasarnya menghindari proses intermediasi keuangan. Dengan kata lain, pihak yang 21 kelebihan dana (para investor) menyerahkan langsung dananya ke pihak yang meemrlukan dana (perusahaan). Banyak pihak yang terlibat dalam penerbitan sekuritas di pasar modal. Banyaknya pihak yang terkait tersebut antara lain dimaksudkan agar tidak terjadi penipuan informasi kepada para pemodal (Husnan dan Pudjiastuti, 2002: 428). Perusahaan yang akan mencari dana tambahan dari masyarakat melalui pasar modal maka perusahaan tersebut harus melakukan suatu proses going public atau go public. Pada hakekatnya perusahaan yang go public adalah perusahaan yang membuka diri terhadap keikutsertaan masyarakat dalam suatu perusahaan yang pada walnya brsifat tertutup, baik dengan cara pemilikan maupun dengan penetapan kebijakan pengelolaan perusahaanya(Yulfasni, 2005:30). Sebuah perusahaan yang akan going public dapat mengikuti prosedur yang terdiri dari tiga tahapan utama. Yang pertama adalah persiapan diri. Yang kedua adalah memperoleh ijin regristrasi dari BAPEPAM-LK. Yang ketiga adalah melakukan penawaran perdana ke publik (initial public offering) dan memasuki pasar sekunder dengan mencatatkan efeknya di bursa. (Jogiyanto, 2009: 89). C. Underpricing Underpricing adalah adanya selisih positif antara harga saham di pasar sekunder dengan harga saham di pasar perdana atau pada saat IPO. Selisih harga inilah yang dikenal sebagai initial return (IR) atau positif return bagi 22 investor. Underpricing adalah fenomena yang umum dan sering terjadi di pasar modal manapun saat emiten melakukan IPO (Yolana dan Martani, 2005: 538). Underpricing adalah menerbitkan sekuritas pada harga penawaran yang ditetapkan di bawah nilai sekuritas sebenarnya (Brealey et, al, 2008 :416). Para manajer perusahaan ingin mengamankan harga setinggi mungkin untuk saham mereka, tapi para penjamin cenderung berhati-hati karena mereka bisa menanggung saham tak terjual jika mereka salah mengestimasi permintaan investor terlalu tinggi. Akibatnya para penjamin biasanya mencoba memperendah harga penawaran publik awal. Cara yang dikenal sebagai underpricing ini, menurut mereka, dibutuhkan untuk membujuk investor membeli saham dan mengurangi biaya pemasaran emisi pada pelanggan. Underpricing menggambarkan biaya bagi pemilik saat ini karena investor baru diizinkan membeli saham perusahaan pada harga yang menguntungkan (Brealey et, al, 2008 :416). Investor menanamkan dananya di pasar perdana bertujuan untuk memperoleh initial return yang diperoleh dari selisih lebih antara harga di pasar sekunder dengan harga perdananya. Adanya initial return ini mengindikasikan bahwa terjadi underpricing saham di pasar perdana ketika masuk ke pasar sekunder (Suyatmin dan Sujadi,2006:12). Para manajer perusahaan ingin mengamankan harga setinggi mungkin untuk saham mereka, tapi para penjamin cenderung berhati-hati karena mereka bisa menanggung saham tak terjual jika mereka salah mengestimasi permintaan investor terlalu tinggi. Akibatnya, para penjamin biasanya mencoba 23 memperendah harga penawaran publik awal. Cara yang dikenal sebagai underpricing ini, menurut mereka, dibutuhkan untuk membujuk investor membeli saham dan mengurangi biaya pemasaran emisi pada pelanggan. Underpricing menggambarkan biaya bagi pemilik saat ini karena investor baru diizinkan membeli saham perusahaan pada harga yang menguntungkan (Brealey, et. al, 2008:416). Beberapa teori tentang fenomena underpricing pada penawaran umum perdana diantaranya asymetric information, winner’s curse, dan signalings theory. 1. Asymetric Information Informasi yang tidak asimetris atau asimetrik informasi (information asymetric) adalah informasi privat yang hanya dimiliki oleh investorinvestor yang mendapat informasi saja (informed investrors). Asimetrik informasi dapat terjadi di pasar modal atau di pasar yang lain (Jogiyanto, 2009: 516). Intinya adalah para calon investor sekuritas memiliki lebih sedikit informasi daripada pihak manajemen, dan pihak manajemen cenderung untuk menerbitkan sekuritas ketika penilaian pasar terhadap nilai perusahaan lebih tinggi daripada penilaian pihak manajemen. Hal ini secara khusus berlaku untuk saham biasa, dengan para investor hanya memiliki klaim residual atas laba dan aktiva. Oleh karena arus kas akan terpengaruh ketika sekuritas baru akan ditawarkan, pengaruh informasi asimetris sulit 24 untuk dideteksi dengan menggunakan data dari peenrbitan baru tersebut (Van Horne dan Wachowicz, 2007 : 345). Jika manajer tahu bahwa saham dinilai terlalu tinggi (overvalued), posisinya adalah sebaliknya. Jika perusahaan menjual saham baru pada harga tinggi, perusahaan akan membantu pemegang saham saat ini dengan mengorbankan pemegang saham baru. Manajer mungkin siap menerbitkan saham meskipun kas baru hanya ditaruh di bank (Brealey et, al, 2008 :424). Pada model Baron, penjamin emisi memiliki informasi yang lebih baik mengenai permintaan terhadap saham-saham emiten dibandingkan dengan emiten. Penjamin emisi akan memanfaatkan informasi yang dimilikinya untuk memperoleh kesepakatan optimal dengan emiten yaitu dengan memperkecil risiko keharusan membeli saham yang tidak laku terjual. Karena emiten kurang memiliki informasi maka emiten harus menerima harga yang murah bagi penawaran sahamnya (Suyatmin dan Sujadi, 2006:12). Ringkasnya, penerbitan sekuritas baru, maupun tawaran pertukaran, tampak menyebabkan pengaruh informasi yang dapat mempengaruhi harga saham. Manajer keuangan harus sadar atas pengaruh potensial ini sebelum memutuskan untuk menerbitkan sekuritas (Van Horne dan Wachowicz, 2007 : 346). Jika diasumsikan manajer (yang memiliki informasi lebih baik tentang perusahaan daripada investor luar) tahu bahwa saham mereka dinilai 25 terlalu rendah (undervalued). Jika perusahaan menjual saham baru pada harga rendah ini, perusahaan akan memberi pemegang saham baru kesepakatan yang lebih baik dengan mengorbankan pemegang saham lama. Dalam kondisi ini manajer mungkin siap mengorbankan investasi baru daripada menjual saham pada harga yang terlalu rendah (Brealey et, al, 2008 :424). Pada model Rock, informasi asimetri terdapat pada kelompok informed investor dan uninformed investor. Informed investor mengetahui informasi lebih banyak mengenai prospek perusahaan emiten, sehingga kelompok informed investor hanya berpartisipasi pada saham-saham yang underpriced. Kelompok uninformed investor menerima alokasi yang tidak proporsional. Agar kelompok uninformed investor berpartisipasi dalam penawaran perdana maka emiten akan menerima harga yang murah (underpriced) bagi penawaran sahamnya (Suyatmin dan Sujadi, 2006:12). 2. Winner’s Curse Sayangnya, underpricing tidak berarti bahwa tiap orang bisa kaya dengan membeli saham dalam IPO. Jika emisinya di-underprice, semua orang mau membelinya dan penjamin tidak akan mempunyai cukup saham untuk diputar. Karena itu investor cenderung hanya mendapatkan sedikit saham dari emisi yang menggairahkan ini. Jika dihargai lebih tinggi dari seharusnya (overpricing), dan penjamin akan sangat senang menjualnya pada investor. Fenomena ini dikenal dengan kutukan pemenang (winner’s curse) (Brealey et, al, 2008 :417). 26 3. Signalings Theory Kepercayaan pada tekanan harga ini menyiratkan bahwa emisi baru menekan harga saham untuk sementara di bawah nilai sebenarnya. Akan tetapi, pandangan ini sepertinya tidak sepenuhnya cocok dengan paham efisiensi pasar. Jika harga saham turun hanya karena naiknya penawaran, maka saham itu akan menawarkan pengembalian yang lebih tinggi daripada saham yang setara dan investor akan tertarik padanya seperti semut melihat gula (Brealey et, al, 2008 :423). Ketika perusahaan publik mengumumkan penerbitan sekuritas, maka mungkin terdapat pengaruh informasi yang menyebabkan reaksi pasar saham. Di berbagai penelitian di mana faktor-faktor lain yang menyebabkan pergerakan pasar dianggap konstan, para peneliti menemukan rekasi harga saham yang negatif (atau “imbal hasil abnormal”) atas penerbitan saham biasa atau sekuritas dapat dikonversi. Pengumuman mengenai utang biasa dan saham preferen cenderung tidak menunjukkan pengaruh yang signifikan secara statistik (Van Horne dan Wachowicz, 2007 : 343). Kecenderungan harga saham untuk turun pada saat emisi mungkin tidak ada kaitannya dengan meningkatnya penawaran. Sebaliknya, emisi saham mungkin hanya sinyal bahwa manajer yang memiliki informasi percaya bahwa pasar telah menghargai saham terlalu tinggi (Brealey et, al, 2008 :423). 27 D. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Underpricing 1. Jenis Industri Jenis industri digunakan sebagai variabel independen untuk melihat apakah underpricing terjadi pada hampir semua jenis industri yang IPO atau hanya pada jenis industri tertentu saja. Variabel jenis industri mungkin saja mempengaruhi underpricing karena tiap industri memiliki resiko dan tingkat ketidakpastian berbeda sehingga dapat mempengaruhi investor dalam mengambil keputusan berinvestasi. Risiko untuk setiap sektor industri berbeda karena adanya perbedaan karakteristik. Perbedaan risiko ini menyebabkan tingkat keuntungan yang diharapkan oleh investor untuk setiap sektor juga berbeda. Sehingga tingkat underpricing saham perdana untuk tiap sektor industri mungkin akan berbeda (Yolana dan Martani, 2005:544). Setiap kelompok industri mempunyai karakteristik tertentu yang berbeda dari kelompok industri lain. Jenis industri merupakan variabel dummy. Pada hakekatnya variabel dummy ini dimaksudkan untuk menunjukkan apakah tingat underpriced perusahaan perusahaan dari industri manufaktur berbeda dengan perusahaan dari industri manufaktur (Suyatmin dan Sujadi, 2006:16). Penelitian Mischelly dan Shaw (1995) dalam Misnen Ardiansyah (2004:130) menemukan bahwa initial returns dipengaruhi oleh reputasi auditor, log offersize, reputasi penjamin emisi, dan variabel jenis industri dalam mempertimbangkan keputusan investasinya. 28 Permasalahan yang sering dihadapi adalah adanya variabel independen yang berskala ukuran non-metrik atau kategori. Jika variabel independen berukuran kategori atau dikotomi, maka dalam model regresi variabel tersebut harus dinyatakan sebagai variabel dummy dengan memberi kode 0 (nol) atau 1 (satu). Setiap variabel dummy menyatakan satu kategori variabel independen non-metrik, dan setiap variabel non-metrik dengan k kategori dapat dinyatakan dalam k-1 variabel dummy (Imam Ghozali, 2005: 128). 2. Return On Equity (ROE) Kim, Krinsky dan Lee (1993) dalam Saftiana dan Amelia (2007:108) berpendapat bahwa profitabilitas perusahaan dapat memberikan informasi kepada pihak luar perusahaan mengenai efektifitas operasional perusahaan, dimana profitabilitas yang tinggi menunjukkan tingginya kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba. Profitabilitas ini diukur melalui perbandingan antara laba bersih yang dihasilkan dengan total ekuitas atau modal sendiri (ROE). Profitabilitas ini merupakan salah satu potensi yang dimiliki oleh perusahaan untuk membantu menentukan harga (offering price). Hasil pengembalian ekuitas atau return on equity atau rentabilitas modal sendiri merupakan rasio untuk mengukur laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri. Rasio ini menunjukkan efisiensi penggunaan modal sendiri. Semakin tinggi rasio ini, semakin baik. Artinya posisi pemilik perusahaan semakin kuat, demikian pula sebaliknya (Kasmir, 2008: 204). 29 3. Ukuran Penawaran Pada saat perusahaan menawarkan saham baru maka terdapat aliran kas masuk dari proceeds (penerimaan dan pengeluaran saham). Proceeds menunjukkan besarnya ukuran penawaran saat IPO. Melalui IPO diharapkan akan menyebabkan membaiknya prospek perusahaan perusahaan yang terjadi karena ekspansi atau investasi yang akan dilakukan atas hasil IPO. Oleh karena itu, diduga bahwa proceeds berhubungan positif dengan harga pasar saham karena semakin tinggi proceeds, semakin rendah ketidakpastian yang berarti semakin tinggi harga saham. Dengan demikian semakin tinggi proceeds, initial returns semakin kecil (Misnen Ardiansyah, 2004:131). 30 E. Penelitian Terdahulu Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu NO Judul Penelitian Peneliti Sampel 1 Reputasi Penjamin emisi Saham, reputasi Auditor Dan Tingkat Underpricing Pada Penawaran Perdana Di Bursa Efek Jakarta Khomsiyah (2005) 48 2 Analisis FaktorFaktor Yang Mempengaruhi Underpricing Penawaran Umum Perdana (IPO) Di Bursa Efek Jakarta. Saftiana dan Amelia (2007) 34 Alat Statistik Analisis Regresi Berganda Analisis Regresi Berganda Kesimpulan Reputasi penjamin emisi saham mempunyai hubungan negatif signifikan terhadap tingkat underpricing, baik pengukuran reputasi yang menggunakan proksi market share saham yang dijamin maupun saham yang ditawarkan. Sedangkan reputasi auditor mempunyai hubungan negatif signifikan terhadap underpricing. Variabel persentase saham yang ditahan, umur perusahaan, Return on Asset, financial leverage, Earning Per Share, dan price Earning Ratio tidak mempunyai hubungan dengan tingkat undepricing. Sedngkan ukuran perusahaan secara signifikan mempunyai hubungan dengan tingkat underpricing. Hasil penelititan ini menunjukkan tingkat underpricing cukup tinggi, yaitu sebesar 61,5%. Dengan melihat hasil uji statistik, maka variabel skala/besaran perusahaan, umur perusahaan, persentase kepemilikan saham yang ditahan, financial leverage, dan profitabilitas perusahaan tidak berpengaruh secara signifikan dengan tingkat signifikansi 5% baik secara simultan maupun parsial. 31 Alat Statistik Analisis Regresi Berganda NO Judul Penelitian Peneliti Sampel 3 Penyebab Underpricing pada Penawaran Saham Perdana Di Bursa Efek Jakarta Yasa (2008) 215 4 Analisis Faktor- Trisnaningsih Faktor yang (2005) Mempengaruhi Tingkat Underpricing Pada Perusahaan yang Go Public di Bursa Efek Jakarta 23 Analisis Regresi Berganda 5 Analisis Pengaruh Profitabilitas (ROE), Ukuran Perusahaan (Size), dan Leverage Keuangan Terhadap Tingkat Underpricing pada Penawaran Perdana (Initial Public Offering/IPO) di Bursa Efek Jakarta Kusumawati dan Sudento (2005) 85 Analisis Regresi Berganda Kesimpulan initial return dipengarhi oleh reputasi underwriter dan profitabilitas perusahaan (ROA). Penelitian ini gagal untuk mendapatkan bukti bahwa ada hubungan antara reputasi auditor dengan tingkat underpricing. reputasi underwriter, financial leverage, dan Return on Asset (ROA) berpengaruh secara simultan terhadap tingkat underpricing. Sedangkan reputasi underwriter dan financial leverage berpengaruh secara parsial terhadap tingkat underpricing dengan tingkat signifikansi 5%. Nilai underpricing secara ratarata dalam penelitian ini cukup besar yaitu 44, 21% dengan standar deviasi sebesar 56, 18%. Variabel profitabilitas perusahaan, ukuran perusahaan dan leverage keuangan (solvabilitas) secara simultan berpengaruh signifikan terhadap tingkat underpricing pada penawaran perdana di Bursa Efek Jakarta (BEJ) untuk periode tahun 1997 sampai dengan tahun 2002. Secara terpisah (parsial), variabel profitabilitas perusahaan (ROE) dan leverage keuangan (solvabilitas) tidak berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat underpricing. Sedangkan variabel ukuran perusahaan yang diproksi dengan total aktiva berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat underpricing di Bursa Efek Jakarta. 32 Alat Statistik Analisis Regresi Berganda NO Judul Penelitian Peneliti Sampel 6 Ownership Retention, Jumlah Faktor Resiko, Tujuan Penggunaan Dana, dan Underpricing di Pasar Perdana Saham Variabel-Variabel yang Mempengaruhi Fenomena Underpricing pada Penawaran Saham Perdana di BEJ Tahun 1994-2001 Tatang Ary Gumanti (2007) 290 Yolana dan Martani (2005) 131 Analisis Regresi Berganda Pengaruh Variabel Keuangan terhadap return Awal dan Return 15 Hari Setelah IPO serta Moderasi besaran Perusahaan terhadap hubungan antara Variabel keuangan dengan Return Awal dan Return 15 Hari Setelah IPO di BEJ Misnen Ardiansyah (2004) 64 Analisis Regresi Berganda 7 8 Kesimpulan ownership retention dan penggunaan dana IPO untuk investasi berpengaruh negatif dan signifikan terhadap initial return Tingkat underpricing dalam penelitian ini cukup tinggi, yaitu 38%, secara simultan variabel bebas terbukti mempengaruhi variabel terikat underpricing. Dari hasil regresi diperoleh adjusted R-squared sebesar 28,15%. Keempat variabel bebas(rata-rata kurs, skala perusahaan, ROE, jenis industri) berhasil membuktikan bahwa sevara parsial – dengan asumsi variabel bebas lain konstan – mempengaruhi underpricing dengan alasan yang telah dipaparkan di atas pada masing-masing variabel bebas. Sedangkan variabel reputasi penjamin emisi ternyata tidak terbukti mempengaruhi underpricing dengan arah negatif secara parsial. Hasil analisis regresi pengaruh variabel keuangan terhadap initial return menunjukkan bahwa hanya earning per share yang berpengaruh signifikan. Informasi lain yaitu ROA, financial leverage, ukuran penawaran (proceed), pertumbuhan laba, current ratio, dan besaran perusahaan tidak berpengaruh terhadap initial return. 33 Alat Analisis Analisis Regresi Berganda NO Judul Penelitian Peneliti Sampel 9 Analisis Pengaruh Variabel Keuangan dan Non keuangan terhadap Initial Return dan Return 7 Hari Setelah Initial Public Offerings (IPO) Kurniawan (2007) 38 10 Would various benchmark measurements affect abnormal return performances of IPO? Evidence from Taiwan’s IPO market Ming-Yuan Leon Li (2008) 458 Purging marjet adjusted returns dan NonPurging marketadjusted returns 11 Local underwriter oligopolies and IPO underpricing Liu dan Ritter (2011) 4510 Odinary Least Square Regressio n Kesimpulan Hasil analisis regresi terhadap initial return menunjukkan bahwa secara parsial variabel total asset turnover, prosentase penawaran saham, ROE berpengaruh signifikan terhadap return awal di pasar perdana pada alpha 0,05. Variabel lain yaitu Current Ratio, Debt to Eqiuty Ratio, Earning Per Share, umur perusahaan dan ukuran perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap initial return. Berbagai pengukuran portofolio yang digunakan akan berdampak pada estimasi abnormal return IPO. Ratarata tingkat underpricing jangka pendek yang diukur dengan initial return adalah 28,42%, sedangkan pada jangka panjang menunjukkan tingkat underpricing yang lebih rendah. Tingkat underpricing di pasar modal Amerika pada periode 1993-1998 sebesar 15,9%, periode 1999-2000 sebesar 64,5%, dan periode 2001-2008 sebesar 12,1% sehingga ratarata underpricing sebesar 24,4%. Hasil analisis regresi terhadap initial return menunjukkan bahwa Reputasi Underwriter, Ukuran Perusahaan, dan jenis industri berpengaruh terhadap underpricing. Sedangkan umur perusahaan tidak berpengaruh terhadap tingkat underpricing. Sumber : Hasil Penelitian Terdahulu 34 Hal yang membedakan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya yaitu : 1. Periode yang digunakan dari tahun 2007-2010 merupakan saat di mana krisis global terjadi sehingga diharapkan dapat mencerminkan dampak dari krisis global tersebut terhadap penawaran perdana. 2. Penelitian ini menggunakan variabel jenis industri, rasio profitabilitas (Return On Equity), dan ukuran penawaran. Variabel-variabel independen tersebut diambil karena dari berbagai penelitian terdahulu terdapat ketidak konsistenan hasil penelitian, sehingga masih perlu dilakukan penelitian kembali terhadap variabel-variabel tersebut. 35 F. Kerangka Berpikir BEI Perusahaan Go Public IPO Variabel Independen 1. Jenis Industri 2. Return On Equity (ROE) 3. Ukuran Penawaran Variabel Dependen Tingkat Underpricing . One Sample t-test Model Regresi UP = β0 + β1 JI + β2 ROE + β3 K + e Asumsi Klasik Normalitas Multikolinearitas Autokorelasi Heteroskedastisitas Analisis Model Regresi Uji t (Parsial) Uji F (Simultan) Koefisien Determinasi Interpretasi Gambar 2.1 Kerangka Berpikir Penelitian 36 G. Hipotesis Penelitian 1. Ho : µ ≤ 0 tidak terjadi underpricing pada penawaran umum perdana (IPO) di Bursa Efek Indonesia. Ha : µ > 0 terjadi underpricing pada penawaran umum perdana (IPO) di Bursa Efek Indonesia. 2. Ho : β1 = 0 tidak terdapat pengaruh jenis industri terhadap tingkat underpricing secara parsial. Ha : β1 ≠ 0 terdapat pengaruh jenis industri terhadap underpricing secara parsial. 3. Ho : β2 = 0 tidak terdapat pengaruh ROE terhadap tingkat underpricing secara parsial. Ha : β2 ≠ 0 terdapat pengaruh ROE terhadap underpricing secara parsial. 4. Ho : β3 = 0 tidak terdapat pengaruh ukuran penawaran terhadap tingkat underpricing secara parsial. Ha : β3 ≠ 0 terdapat pengaruh ukuran penawaran terhadap underpricing secara parsial. 5. Ho : β1= β2=β3= 0 tidak terdapat pengaruh jenis industri, ROE, dan ukuran penawaran terhadap tingkat underpricing secara simultan. Ha : β1≠β2≠β3≠ 0 tidak terdapat pengaruh jenis industri, ROE, dan ukuran penawaran terhadap tingkat underpricing secara simultan 37 BAB III METODE PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis pengaruh variabel-variabel yang mempengaruhi tingkat underpricing pada penawaran umum perdana saham (IPO) di Bursa Efek Indonesia. Faktor–faktor tersebut adalah jenis industri, ROE dan ukuran penawaran. Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah seluruh perusahaan Go Public yang mengalami underpricing saat melakukan penawaran saham perdana (IPO) di Bursa Efek Indonesia (BEI) dari tahun 2007-2010. Periode pengamatan dari 20072010 dipilih dikarenakan pada periode tersebut terdapat krisis global pada tahun 2008 yang diawali dari krisis yang terjadi di Amerika Serikat. B. Metode Penentuan Sampel Sampel yang diambil untuk keperluan penelitian ini menggunakan metode purposive sampling yaitu pemilihan sampel secara tidak acak yang disesuaikan dengan tujuan dan target tertentu. Kualifikasi sampel digunakan dengan kriteria sebagai berikut : 1. Perusahaan melakukan penawaran saham perdana (IPO) pada periode 2007-2010. 2. Perusahaan mengalami underpicing pada penawaran perdana (IPO). Yaitu perusahaan yang memiliki nilai initial return lebih besar dari nol. 3. Memiliki informasi atau ketersediaan data yang akan digunakan dalam penelitian. 38 C. Metode Pengumpulan Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari Indonesian Stock Exchange (IDX), yahoofinances, jurnal, literatur, dan internet. Data yang digunakan meliputi : 1. JSX/IDX Fact Book pada periode 2007-2010. 2. Data perkembangan harga saham harian pada saat perusahaan melakukan penawaran perdana pada periode 2007-2010. 3. Laporan keuangan tahunan (annual report) perusahaan pada tahun perusahaan melakukan penawaran umum perdana pada periode 2007-2010. 4. Direktori Pasar Modal Indonesia (DPMI) atau Indonesian Capital Market Directory (ICMD). 5. Ringkasan kinerja perusahaan yang terdaftar di BEI. D. Metode Analisis 1. Menghitung initial return Untuk dapat menentukan variabel IR (initial return) diperlukan data harga penawaran perdana dan harga saham pada penutupan pada hari pertama saham tersebut dipedagangkan di pasar sekunder. Penentuan variabel IR dilakukan dengan rumus sebagai berikut: 39 IR = IR − 100% = Initial Return Offering Price = harga penawaran perdana saham IPO Closing Price = harga penutupan hari pertama setelah melakukan IPO Setelah IR dapat diketahui angkanya, kemudian ditentukan perusahaan sampel. Yaitu perusahaan yang memiliki IR lebih besar dari nol. 2. Uji-t satu sampel (one sample t-test) Uji-t satu sampel (one sample t-test) digunakan untuk menguji purata (mean) dari sampel tunggal terhadap suatu purata acuan (µ0) dengan asumsi data terdistribusi normal (Uyanto, 2006:77). Dalam penelitian ini objek yang akan diuji menggunakan uji-t satu sampel ini adalah seluruh IPO saham perusahaan dari tahun 2007 sampai dengan 2010 di Bursa Efek Indonesia. Penelitian ini akan menguji apakah telah terjadi underpricing di Bursa Efek Indonesia tahun 2007-2010 dengan α = 0,05. Jika hal ini benar, maka nilai initial return perusahaan akan lebih tinggi dari rata-rata µ0 = 0.; karena itu digunakan uji hipotesis satu sisi (one-sided atau one-tailed test) untuk sisi atas (upper tailed) dengan hipotesis: Ho : µ ≤ 0 Ha : µ > 0 40 Keputusan yang didapatkan apakah terjadi underpricing pada penawaran umum perdana (IPO) di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2007-2009. Kriteria pengujian hipotesisnya adalah sebagai berikut : Jika P-value < α, maka Ho ditolak Jika P-value ≥ α, maka Ho tidak dapat ditolak 3. Uji Asumsi Klasik Untuk mengetahui pengaruh perubahan variabel independen terhadap dependen baik secara parsial maupun secara simultan, maka digunakan regresi linear berganda (Multiple Regression) dan alpha yang digunakan adalah 5%. Sebelum dilakukan pengujian dengan regresi berganda, variabel-variabel penelitian diuji dengan asumsi klasik atau bisa dikenal dengan uji BLUE (Best Linear Unbiased Estimate) yaitu data terdistribusi normal (uji normalitas), tidak terjadinya heteroskedastisitas, tidak terjadinya autokorelasi dan tidak terjadinya multikolinearitas (Suyatmin dan Sujadi, 2006: 22). Uji asumsi klasik terdiri dari pengujian-pengujian sebagai berikut: a. Uji Normalitas Uji statistika Kolmogorov-Smirnov (K-S) merupakan uji yang digunakan untuk mengetahui apakah sampel berasal dari populasi dengan distribusi tertentu dalam hal ini adalah distribusi normal (Widarjono, 2010). Uji statistik yang digunakan untuk menguji normalitas residual adalah uji statistik non-parametrik Kolmogorov-Smirnov (K-S). Uji K-S dilakukan dengan membuat hipotesis (Imam Ghozali, 2005: 114): 41 H0 : Data residual berdistribusi normal Ha : Data residual tidak berdistribusi normal Kriteria pengujian hipotesisnya adalah sebagai berikut : Jika P-value < α, maka Ho ditolak Jika P-value ≥ α, maka Ho tidak dapat ditolak b. Uji Heteroskedastisitas Asumsi dalam model regrasi adalah: (1) residual (ei) memiliki nilai ratarata nol, (2) residual memiliki varian yang konstan atau var(ei)=σ2, dan (3) residual suatu observasi tidak saling berhubungan dengan residual observasi lainnya atau cov(epe)=0, sehingga menghasilkan estimator yang BLUE (Winarno, 2007: 5.8). Apabila asumsi (1) tidak terpenuhi, yang terpengaruh hanyalah slope estimator dan ini tidak membawa konsekuensi serius dalam analisis ekonometri. Sedangkan apabila asumsi (2) dan (3) dilanggar, maka akan membawa dampak serius bagi prediksi dengan model yang dibangun (Winarno, 2007: 5.8). Deteksi ada tidaknya heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot antara variabel dependen dan residualnya dimana sumbu Y adalah Y yang diprediksi, dan sumbu X adalah residual (Y prediksi- Y sesungguhnya) yang telah di studentized. Dasar analisis (Imam Ghozali, 2005: 105) : 42 1) Jika terdapat pola tertentu seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas. 2) Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedasatisitas. c. Uji Autokorelasi Autokrelasi (autocorrelation) adalah hubungan antara residual satu observasi dengan observasi lainnya. Autokorelasi lebih mudaah timbul pada data yang bersifat runtut waktu, karena berdasarkan sifatnya, data masa sekarang dipengaruhi oleh data pada masa-masa sebelumnya. Meskipun demikian, tetap dimungkinkan autokorelasi dijumpai pada data yang bersifat antarobjek (cross section) (Winarno, 2007: 5.24). Pada penelitian ini digunakan Uji Durbin Watson untuk mendeteksi ada tidaknya autokorelasi. Uji Durbin Watson hanya digunakan untuk autokorelasi tingkat satu (first order autocrrelation) dan mensyaratkan adanya intercept (konstanta) dalam model regresi dan tidak ada variabel lag di antara variabel independen (Imam Ghozali, 2005: 96). Hipotesis yang akan diuji adalah : Ho : tidak ada autokorelasi (r = 0) Ha : ada autokorelasi (r ≠ 0) 43 Tabel 3.1 Pengambilan Keputusan Ada Tidaknya Autokorelasi Hipotesis nol Keputusan Jika Tdk ada autokorelasi positif Tolak 0< d < dl Tdk ada autokorelasi positif No Decision dl ≤ d ≤ du Tdk ada autokorelasi negatif Tolak 4-dl < d < 4 Tdk ada autokorelasi negatif No Decision 4-du ≤ d ≤ 4-dl Tdk ada autokorelasi, Positif atau negatif Tdk ditolak du < d < 4-du Sumber : Imam Ghozali (2005: 96) d. Uji Multikolinearitas Masalah multikolinearitas muncul jika terdapat hubungan yang sempurna atau pasti di antara satu atau lebih variabel independen dalam model. Dalam kasus terdapat multikolinearitas yang serius, koefisien regresi tidak lagi menunjukkan pengaruh murni dari variabel independen dalam model (Utomo, 2007:161). Adanya multikolinearitas dapat dilihat dari tolerance value atau Variance Inflation Factor (VIF). Nilai cut off yang umum dipakai untuk menunjukkan adanya mulyikolinearitas adalah nilai tolerance < 0,10 atau sama dengan nilai VIF > 10 (Imam Ghozali, 2005: 92). 4. Analisis Model Regresi Regresi adalah alat analisis statistik yang berguna untuk mempelajari arah dan besarnya pengaruh dari satu atau lebih variabel (selanjutnya disebut sebagai variabel independen-independent variable) terhadap satu atau lebih variabel lain 44 (selanjutnya disebut sebagai vaiabel dependen-dependent variable). Regresi yang mengandung satu variabel indepeden sering disebut sebagai regresi sederhana (simple regression), sedangkan bila variabel independennya lebih dari satu sering disebut sebagai regresi berganda (multiple regression) (Utomo,2007: 147). Metode yang digunakan dalam penelititan ini adalah analisis regresi linear berganda (multiple regression). Analisis ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh variabel independen terhadap variabe dependen. Model persamaan regresi adalah sebagai berikut: UP = β0 + β 1 JI + β 2 ROE + β 3 K + e UP = Variabel dependen underpricing yang diwakili dengan Initial Return β0 = konstanta β1 – β3 = koefisien regresi dari setiap variabel bebas JI = Jenis industri ROE = Return On Equity K = Ukuran Penawaran e = error term 45 5. Pengujian Hipotesis a. Uji Parsial / Uji t Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh sautu variabel penjelas/ independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen (Imam Ghozali, 2005: 84). 1) Ho : βi = 0, artinya tidak terdapat pengaruh JI, ROE, dan K secara parsial terhadap UP. 2) Ha : βi ≠ 0, artinya terdapat pengaruh JI, ROE, dan K secara parsial terhadap UP. b. Uji Simultan / Uji F Uji statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel independen atau bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen/ terikat (Imam Ghozali, 2005: 84). 1) Ho : β1= β2= β3 = 0, artinya tidak terdapat pengaruh JI, ROE, dan K secara simultan terhadap UP. 2) Ha : β1≠ β2≠ β3 ≠ 0, artinya terdapat pengaruh JI, ROE, dan K secara simultan terhadap UP. c. Menentukan level of significance (α) Level of significance (α) ditentukan sendiri oleh penguji atau peneliti berdasarkan tingkat kesulitan pengumpulan data. Jika data sulit dikumpulkan, sebaiknya menggunakan alfa (α) yang relatif besar, dan bila pengumpulan data 46 lebih mudah, menggunakan α relatif kecil. Digunakan untuk membandingkan nilai sig pada uji t, apakah lebih besar dari α atau lebih kecil, dan pada uji F, dengan membandingkan nilai sig pada uji F atau pada tabel ANOVA, apakah lebih besar dan nilai atau tidak. (Danang, 2009: 13). Dalam penelitian ini digunakan α = 5%. 6. Koefisien Determinasi Koefisien determinasi (Adjusted R Square) pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai adjusted R2 berkisar antara 0 sampai dengan 1, bila adjusted R2 kecil berarti kemampuan variabel bebas dalam menjelaskan variasi variabel terikat amat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel babas memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel terikat. Secara umum koefisien determinasi untuk data silang (crossection) relatif rendah karena adanya variasi yang besar antara masing-masing pengamatan, sedangkan untuk data runtut waktu (time series) biasanya mempunyai nilai koefisien determinasi yang tinggi (Imam Ghozali, 2005: 83). Banyak peneliti menganjurkan untuk menggunakan nilai adjusted R2 pada saat mengevaluasi mana model regresi terbaik (Imam Ghozali, 2005: 83). E. Operasional Variabel Penelitian Penelitian ini menggunakan variabel terikat (dependent variable) dan variabel bebas (independent variable), diantaranya: 47 1. Variabel Terikat (Dependent Variable) Variabel terikat/ yang dipengaruhi (dependent variable) pada peneltian ini adalah tingkat underpricing. Underpricing (UP), variabel ini diukur dengan melihat selisih antara harga penutupan (closing price/CP) pada hari pertama diperdaganglan di bursa dengan harga di pasar perdana (offering price/OP), bila hasilnya positif berarti terjadi underpricing. Ukuran underpricing ini menggunakan initial return dan bukan abnormal return karena underpricing hanya dilihat dari beberapa capital gains yang dinikmati oleh pemodal pada hari pertama saham tersebut diperdagangkan di bursa tanpa dibandingkan dengan return pasar dan atau memperhatikan faktor resiko (Saftiana dan Amelia, 2007:110). Keterangan : IR = Initial Return (return awal) CP = Closing Price (harga penutupan hari pertama di pasar sekuder) OP = Offered Price (harga penawaran perdana saham IPO) 2. Variabel Bebas (Independent Variable) a. Jenis Industri Dalam penelitian ini, variabel ini merupakan variabel dummy, di mana sampel dikelompokkan ke dalam kelompok perusahaan manufaktur dan perusahaan non manufaktur. Kelompok perusahaan manufaktur diberi nilai 1 48 dan kelompok perusahaan non manufaktur diberi nilai 0 (Misnen Ardiansyah, 2004:137). b. Return On Asset (ROE) Besarnya nilai ROE diperoleh dari Direktori Pasar Modal Indonesia atau Indonesian Capital Market Directory dan ringkasan kinerja perusahaan yang terdaftar di BEI. c. Ukuran Penawaran Ukuran penawaran atau proceeds merupakan hasil yang diterima dari pengeluaran saham. Variabel ini diukur dengan nilai penawaran saham perusahaan pada saat melakukan IPO. Nilai penawaran saham ini dapat dihitung dengan harga penawaran (offering price) dikalikan dengan jumlah lembar saham yang diterbitkan. (Suyatmin dan Sujadi, 2006:21). 49 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Objek Penelitian 1. Perkembangan Pasar Modal di Indonesia Sebagaimana diketahui, bahwa pasar modal sangat erat hubungannya dengan perkembangan perekonomian suatu negara dan perekonomian sangat dipengaruhi oleh stabilnya politik. Dengan ekonomi dan politik yang stabil, maka pasar modal dapat berkembang sesuai dengan tahapan yang disebut dengan Panca Tahap Pasar Modal. Kelima tahapan dalam Panca Tahap Pasar Modal adalah : (1) Tahap Pembentukan, (2) Tahap Stimulasi, (3) Tahap Kebangkitan, (4) Tahap Kestabilan, dan (5) Tahap Kemapanan (Ahmad Rodoni, 2008: 41). Kemudian Siamat Dahlan (2001: 250) menambahkan untuk menggairahkan kembali pasar modal, pemerintah melakukan deregulasi di sektor keuangan dan perbankan termasuk pasar modal. Deregulasi yang dapat dianggap sangat mempengaruhi perkembangan pasaar modal Indonesia antara lain adalah Pakto 27, 1988 dan Pakdes 20, 1988. Pada masa orde baru, Panca tahap Pasar Modal Indonesia sudah dimulai, tidak seperti pada masa sebelumnya, hanya berada pada tahapan pertama kemudian hilang jarena kelesuan ekonomi (Ahmad Rodoni, 2008: 41). 50 Siamat Dahlan (2001: 250) mengungkapkan untuk merangsang perusahaan melakukan emisi, pemerintah memberikan keringanan atas pajak perseroan (Pps) sebesar 10%-20% selama 5 tahun sejak perusahaan yang bersangkutan go public. Selain itu kepada investor perorangan WNI yang membeli saham melalui pasar modal tidak dikenakan pajak pendapatan (Ppd) atas capital gain, pajak atas bunga, dividen, royalti dan pajak kekayaan atas nilai saham/bukti penyertaan modal. Selanjutnya, selama peiode 1983-1987, pasar modal kita kembali tidak bergairah. Hal tersebut terlihat dari tidak berubahnya jumlah emiten yaitu 23 perusahaan untuk emisi dan 3 perusahaan emisi obligasi. Penyebab berkurangnya minat perusahaan melakukan emisi pada periode tersebut antara lain sebagai berikut : a. Rasio laba bersih dengan modal sendiri untuk tahun terakhir minimal 10%. b. Penetapan harga(pricing) saham diteliti Bapepam. c. Pemeriksaan secara ketat dan intensif oleh Bapepam terhadap emiten. 2. Struktur Pasar Modal Indonesia Struktur pasar modal Indonesia telah diatur dalam Undang-Undang No. 8/1995 tentang Pasar Modal Indonesia (UUPM). Berdasarkan ketentuan dalam UUPM, Bapepam selaku Badan Pengawas Pasar Modal (The Capital Market Supervisory Board) melaksanakan pembinaan, pengaturan dan pengawasan sehari-hari pasar modal (Rodoni, 2005: 119). Badan serupa Bapepam di luar negeri biasanya disebut Securities and Exchange Commision. Bapepam yang dulu merupakan singkatan dari Badan 51 Pelaksana Pasar Modal (lahur tahun 1976), yang kemudian fungsinya diganti menjadi Badan Pengawas Pasar Modal sejak 1992. Bapepam merupakan salah satu unit di lingkungan Departemen Keuangan (Rodoni, 2005: 119). Menteri Keuangan Bapepam Lembaga Kliring dan Penjamin (LKP) Bursa Efek Perusahaan Efek - Penjamin Emisi - Pedagang Perantara Efek - Manajer Investasi Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian (LPP) Lembaga Penunjang Profesi Penunjang - Biro Administrasi - Akuntan Efek - Konsultasi - Bank Kustodian Hukum - Wali Amanat - Penilai - Penasehat Investasi - Notaris - Pemeringkat Efek2.1 Gambar Emiten - Perusahaan Publik - Reksa Dana Gambar. 4.1 Struktur Pasar Modal Indonesia Sumber : Ahmad Rodoni (2005 : 120) B. Analisis dan Pembahasan Penelitian ini dilakukan pada seluruh perusahaan yang melakukan IPO yang mengalami underpricing saat melakukan penawaran saham perdana (IPO) di Bursa Efek Indonesia (BEI) dari tahun 2007-2010 dengan metode purposive sampling. Pengamatan yang telah dilakukan dari tahun 2007-2010 terdapat 77 perusahaan yang 52 melakukan penawaran umum perdana (IPO). Namun, dari 77 perusahaan yang melakukan IPO tersebut hanya 61 perusahaan yang memenuhi persyaratan penelitian ini. 1. Analisis Deskriptif Tingkat Underpricing Tabel 4.1 Perusahaan Yang IPO Tahun 2007-2010 No Kode Nama Perusahaan Tanggal Listing Harga IR Penawaran Penutupan % 1 ACES Ace Hardware Indonesia Tbk 06/11/2007 820 980 19,51 2 ASRI Alam Sutera Realty Tbk 18/12/2007 105 178 69,52 3 BACA Bank Capital Indonesia Tbk 04/10/2007 150 205 36,67 4 BISI Bisi Internasional Tbk 28/05/2007 200 340 70 5 BKDP Bukit Darmo Property Tbk 15/06/2007 120 204 70 6 COWL Cowell Development Tbk 19/12/2007 130 221 70 7 CSAP Catur Sentosa Adiprana Tbk 12/12/2007 200 220 10 8 CTRP Ciputra Property Tbk 07/11/2007 700 610 -12,86 9 DEWA Darma Henwa Tbk 18/12/2007 335 565 68,66 10 DGIK Duta Graha Indah Tbk 19/12/2007 225 205 -8,89 11 GPRA Perdana Gapura Prima Tbk 10/10/2007 310 345 11,29 12 ITMG Indo Tambangraya Megah Tbk 18/12/2007 14000 19600 40 13 JKON Jaya Konstruksi Manggala Pratama Tbk 04/12/2007 615 980 59,35 14 JSMR Jasa Marga Tbk 12/11/2007 1700 2050 20,59 15 LCGP Laguna Cipta Griya Tbk 13/07/2007 125 212 69,6 16 MCOR PT Bank Windu Kentjana Internasional Tbk 03/07/2007 200 225 12,5 17 MNCN Media Nusantara Citra Tbk 22/06/2007 900 940 4,44 18 PKPK Perdana Karya Perkasa Tbk 11/07/2007 400 680 70 19 PTSN Sat Nusapersada Tbk 08/11/2007 580 640 10,34 20 SGRO Sampoerna Agro Tbk 18/06/2007 2340 2525 7,91 21 WEHA Panorama Transportasi Tbk 31/05/2007 245 415 69,39 22 WIKA Wijaya Karya Tbk 29/10/2007 420 560 33,33 23 ADRO Adaro Energy Tbk 16/07/2008 1100 1730 57,27 24 BAEK Bank Ekonomi Raharja Tbk 08/01/2008 1080 1320 22,22 25 BTPN Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk 12/03/2008 2850 2775 -2,63 26 BYAN Bayan Resources Tbk 12/08/2008 5800 5450 -6,03 27 BAPA Bekasi Asri Pemula Tbk 14/01/2008 150 255 70 53 N O KODE Nama Perusahaan Harga Tanggal Listing Penawaran Penutupan IR % 28 BSDE Bumi Serpong Damai Tbk 06/06/2008 550 560 1,82 29 PDES Destinasi Tirta Nusantara Tbk 08/07/2008 200 340 70 30 ELSA Elnusa Tbk 06/02/2008 400 515 28,75 31 GZCO Gozco Plantation Tbk 15/05/2008 225 275 22,22 32 HOME Hotel Mandarine Regency Tbk 17/07/2008 110 183 66,36 33 INDY Indika Energy Tbk 11/06/2008 2950 3425 16,1 34 KBRI Kertas Basuki Rahmat Tbk 11/07/2008 260 355 36,54 35 KOIN Kokoh Inti Arebama Tbk 09/04/2008 170 226 32,94 36 SIAP Sekawan Intipratama Tbk 17/10/2008 150 159 6 37 TRAM Trada Maritime Tbk 10/09/2008 125 159 27,2 38 TPIA Tri Polyta Indonesia Tbk 16/05/2008 2200 2850 29,55 39 TRIL Triwira Insanlestari 28/01/2008 400 680 70 40 VRNA Verena Oto Finance Tbk 25/06/2008 100 83 -17 41 YPAS Yanaprima Hastapersada 05/03/2008 545 640 17,43 42 AMRT Sumber Alfaria Trijaya Tbk 15/01/2009 395 395 0 43 BBTN Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk 17/12/2009 800 840 5 44 BCIP Bumi Citra Permai Tbk 11/12/2009 110 173 57,27 45 BPFI Batavia Prosperindo Finance Tbk 01/06/2009 110 121 10 46 BWPT BW Plantation Tbk 27/10/2009 550 570 3,64 47 DSSA Dian Swastatika Sentosa Tbk 10/12/2009 1500 2250 50 48 GDST Gunawan Dianjaya Steel Tbk 23/12/2009 160 131 -18,13 49 GTBO Garda Tujuh Buana Tbk 09/07/2009 115 105 -8,7 50 INVS Inovisi Infracom Tbk 03/07/2009 125 145 16 51 MKPI Metropolitan Kentjana Tbk 10/07/2009 2100 2750 30,95 52 NIKL Pelat Timah Nusantara Tbk 14/12/2009 325 300 -7,69 53 RINA Katarina Utama Tbk 14/07/2009 160 155 -3,13 54 TRIO Trikomsel Oke Tbk 21/08/2009 225 230 2,22 55 APLN Agung Podomoro Land Tbk 30/07/2004 365 410 12,33 56 BIPI Benakat Petroleum Energy Tbk 19/04/2007 140 191 36,43 57 BJBR Bank Pembangunan Daerah Jabar dan Banten 08/04/1999 600 900 50,00 58 BORN Borneo Lumbung Energi & Metal Tbk 15/03/2006 1170 1280 9,40 59 BRAU Berau Coal Energy Tbk 07/09/2006 400 445 11,25 60 BRMS Bumi Resources Minerals Tbk 06/08/2003 635 700 10,24 61 BSIM Bank Sinarmas Tbk 15/09/1989 150 255 70,00 62 BUVA PT Bukit Uluwatu Villa Tbk 15/12/2000 260 310 19,23 63 EMTK Elang Mahkota Teknologi Tbk 03/08/1983 720 730 1,39 64 GOLD Golden Retailindo Tbk 08/11/1995 350 520 48,57 54 No Kode Nama Perusahaan Harga Tanggal Listing Penawaran Penutupan IR % 65 GREN Evergreen Invesco Tbk 18/09/2003 105 178 69,52 66 HRUM Harum Energy Tbk 12/10/1995 5200 5450 4,81 67 ICBP Indofood CBP Sukses Makmur Tbk 02/09/2009 5395 5950 10,29 68 IPOL Indopoly Swakarsa Industry Tbk 24/03/1995 210 235 11,90 69 KRAS Krakatau Steel (Persero) Tbk 27/10/1971 850 1270 49,41 70 MFMI Multifiling Mitra Indonesia Tbk 09/07/1992 200 340 70,00 71 MIDI Midi Utama Indonesia Tbk 28/06/2007 275 410 49,09 72 PTPP PP (Persero) Tbk 26/08/1953 560 580 3,57 73 ROTI Nippon Indosari Corpindo Tbk 08/03/1995 1275 1490 16,86 74 SKYB Skybee Tbk 10/06/1995 375 560 49,33 75 TBIG PT Tower Bersama Infrastructure Tbk 08/11/2004 2025 2400 18,52 76 TOWR Sarana Menara Nusantara Tbk 02/06/2008 1050 1570 49,52 77 WINS Wintermar Offshore Marine Tbk 18/12/1995 380 335 -11,84 Sumber : data diolah Tabel 4.2 Seleksi Pemilihan Sampel Keterangan 1. Perusahaan yang IPO 2. Perusahaan yang tidak mengalami underpricing 3. Perusahaan yang datanya tidak lengkap 4. Perusahaan yang relisting Jumlah sampel yang memenuhi persyaratan Sumber : hasil olah data Jumlah Perusahaan 77 (11) (4) (1) 61 Perusahaan yang tidak mengalami underpricing ada 11 perusahaan diantaranya PT. Ciputra Property Tbk., PT Duta Graha Undah Tbk., PT. Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk., PT Bayan Resources Tbk., PT Berena Oto Finances Tbk., PT Sumber Alfaria Trujaya Tbk., PT Gunawan Dianjaya Steel Tbk., PT Garda Tujuh Buana Tbk., PT Pelat Timah Nusantara Tbk., PT Katarina Utama Tbk dan PT Wintermar Offshore Marine Tbk. Sedangkan perusahaan 55 yang relisting ada 1 peusahaan yaitu PT Tri Polyta Indonesia Tbk. Dan perusahaan yang tidak memiliki kelengkapan data penelitian yang dibutuhkan ada 4 perusahaan yaitu PT. Gozco Plantations Tbk, PT Dian Swastika Sentosa Tbk, PT Borneo Lumbung Energi dan Metal Tbk, dan PT Bumi Resources Minerals Tbk. Sehingga dari 77 perusahaan yang melakukan IPO di BEI pada tahun 20072010, hanya 61 perusahaan yang dapat dijadikan sampel dalam penelitian ini. Tabel 4.3 Sampel Yang Sesuai Kriteria No Kode 1 ACES 2 3 Nama Perusahaan Tanggal Listing Harga IR Penawaran Penutupan % Ace Hardware Indonesia Tbk 06/11/2007 820 980 19,51 ASRI Alam Sutera Realty Tbk 18/12/2007 105 178 69,52 BACA Bank Capital Indonesia Tbk 04/10/2007 150 205 36,67 4 BISI Bisi Internasional Tbk 28/05/2007 200 340 70 5 BKDP Bukit Darmo Property Tbk 15/06/2007 120 204 70 6 COWL Cowell Development Tbk 19/12/2007 130 221 70 7 CSAP Catur Sentosa Adiprana Tbk 12/12/2007 200 220 10 8 DEWA Darma Henwa Tbk 18/12/2007 335 565 68,66 9 GPRA Perdana Gapura Prima Tbk 10/10/2007 310 345 11,29 10 ITMG Indo Tambangraya Megah Tbk 18/12/2007 14000 19600 40 11 JKON Jaya Konstruksi Manggala Pratama Tbk 04/12/2007 615 980 59,35 12 JSMR Jasa Marga Tbk 12/11/2007 1700 2050 20,59 13 LCGP Laguna Cipta Griya Tbk 13/07/2007 125 212 69,6 14 MCOR PT Bank Windu Kentjana Internasional Tbk 03/07/2007 200 225 12,5 15 MNCN Media Nusantara Citra Tbk 22/06/2007 900 940 4,44 16 PKPK Perdana Karya Perkasa Tbk 11/07/2007 400 680 70 17 PTSN Sat Nusapersada Tbk 08/11/2007 580 640 10,34 18 SGRO Sampoerna Agro Tbk 18/06/2007 2340 2525 7,91 19 WEHA Panorama Transportasi Tbk 31/05/2007 245 415 69,39 20 WIKA Wijaya Karya Tbk 29/10/2007 420 560 33,33 21 ADRO Adaro Energy Tbk 16/07/2008 1100 1730 57,27 22 BAEK Bank Ekonomi Raharja Tbk 08/01/2008 1080 1320 22,22 23 BAPA Bekasi Asri Pemula Tbk 14/01/2008 150 255 70 24 BSDE Bumi Serpong Damai Tbk 06/06/2008 550 560 1,82 56 Harga Tanggal Listing Penawaran Penutupan IR % Destinasi Tirta Nusantara Tbk 08/07/2008 200 340 70 ELSA Elnusa Tbk 06/02/2008 400 515 28,75 27 HOME Hotel Mandarine Regency Tbk 17/07/2008 110 183 66,36 28 INDY Indika Energy Tbk 11/06/2008 2950 3425 16,1 29 KBRI Kertas Basuki Rahmat Tbk 11/07/2008 260 355 36,54 30 KOIN Kokoh Inti Arebama Tbk 09/04/2008 170 226 32,94 31 SIAP Sekawan Intipratama Tbk 17/10/2008 150 159 6 32 TRAM Trada Maritime Tbk 10/09/2008 125 159 27,2 33 TRIL Triwira Insanlestari 28/01/2008 400 680 70 34 YPAS Yanaprima Hastapersada 05/03/2008 545 640 17,43 35 BBTN Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk 17/12/2009 800 840 5 36 BCIP Bumi Citra Permai Tbk 11/12/2009 110 173 57,27 37 BPFI Batavia Prosperindo Finance Tbk 01/06/2009 110 121 10 38 BWPT BW Plantation Tbk 27/10/2009 550 570 3,64 39 INVS Inovisi Infracom Tbk 03/07/2009 125 145 16 40 MKPI Metropolitan Kentjana Tbk 10/07/2009 2100 2750 30,95 41 TRIO Trikomsel Oke Tbk 21/08/2009 225 230 2,22 42 APLN Agung Podomoro Land Tbk 30/07/2004 365 410 12,33 43 BIPI Benakat Petroleum Energy Tbk 19/04/2007 140 191 36,43 44 BJBR Bank Pembangunan Daerah Jabar dan Banten 08/04/1999 600 900 50,00 45 BRAU Berau Coal Energy Tbk 07/09/2006 400 445 11,25 46 BSIM Bank Sinarmas Tbk 15/09/1989 150 255 70,00 47 BUVA PT Bukit Uluwatu Villa Tbk 15/12/2000 260 310 19,23 48 EMTK Elang Mahkota Teknologi Tbk 03/08/1983 720 730 1,39 49 GOLD Golden Retailindo Tbk 08/11/1995 350 520 48,57 50 GREN Evergreen Invesco Tbk 18/09/2003 105 178 69,52 51 HRUM Harum Energy Tbk 12/10/1995 5200 5450 4,81 52 ICBP Indofood CBP Sukses Makmur Tbk 02/09/2009 5395 5950 10,29 53 IPOL Indopoly Swakarsa Industry Tbk 24/03/1995 210 235 11,90 54 KRAS Krakatau Steel (Persero) Tbk 27/10/1971 850 1270 49,41 55 MFMI Multifiling Mitra Indonesia Tbk 09/07/1992 200 340 70,00 56 MIDI Midi Utama Indonesia Tbk 28/06/2007 275 410 49,09 57 PTPP PP (Persero) Tbk 26/08/1953 560 580 3,57 58 ROTI Nippon Indosari Corpindo Tbk 08/03/1995 1275 1490 16,86 59 SKYB Skybee Tbk 10/06/1995 375 560 49,33 60 TBIG PT Tower Bersama Infrastructure Tbk 08/11/2004 2025 2400 18,52 61 TOWR Sarana Menara Nusantara Tbk 02/06/2008 1050 1570 49,52 No Kode 25 PDES 26 Nama Perusahaan Sumber : data diolah 57 2. Statistika Deskriptif Variabel-Variabel yang Digunakan Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 61 perusahaan, yaitu perusahaan yang mengalami underpricing (initial return > 0 ) dan mempunyai kelengkapan data untuk diteliti. Tabel 4.4 Daftar Sampel dan Variabel yang Digunakan No Nama Perusahaan Underpricing Jenis ROE Industri Ukuran Penawaran 1 Ace Hardware Indonesia Tbk 19,51 0 10,24 422.300.000.000.000 2 Alam Sutera Realty Tbk 69,52 0 1,2 329.900.000.000.000 3 Bank Capital Indonesia Tbk 36,67 0 6,76 75.000.000.000 4 Bisi Internasional Tbk 70 0 27,61 180.000.000.000 5 Bukit Darmo Property Tbk 70 0 0,45 480.000.000.000 6 Cowell Development Tbk 70 0 6,51 32.500.000.000 7 Catur Sentosa Adiprana Tbk 10 0 8,79 120.000.000.000 8 Darma Henwa Tbk 68,66 0 3,43 1.055.000.000.000.000 9 Perdana Gapura Prima Tbk 11,29 0 6,72 298.200.000.000.000 10 Indo Tambangraya Megah Tbk 40 0 12,23 3.164.000.000.000.000 11 Jaya Konstruksi Manggala Pratama Tbk 59,35 0 16,58 184.500.000.000.000 12 Jasa Marga Tbk 20,59 0 4,65 3.468.000.000.000.000 13 Laguna Cipta Griya Tbk 69,6 0 1,48 37.500.000.000 14 PT Bank Windu Kentjana Internasional Tbk 12,5 0 1,81 60.000.000.000 15 Media Nusantara Citra Tbk 4,44 0 10,99 3.713.000.000.000.000 16 Perdana Karya Perkasa Tbk 70 0 13,11 50.000.000.000 17 Sat Nusapersada Tbk 10,34 1 4,23 308.200.000.000.000 18 Sampoerna Agro Tbk 7,91 0 14,62 1.080.000.000.000 19 Panorama Transportasi Tbk 69,39 0 6,45 31.360.000.000.000 20 Wijaya Karya Tbk 33,33 0 10 775.400.000.000.000 21 Adaro Energy Tbk 57,27 0 6,33 12.250.000.000.000.000 22 Bank Ekonomi Raharja Tbk 22,22 0 16,08 291.600.000.000.000 23 Bekasi Asri Pemula Tbk 70 0 0,77 22.500.000.000 24 Bumi Serpong Damai Tbk 1,82 0 10,77 601.500.000.000.000 25 Destinasi Tirta Nusantara Tbk 70 0 5,78 43.000.000.000 26 Elnusa Tbk 28,75 0 8,29 584.000.000.000 27 Hotel Mandarine Regency Tbk 66,36 0 13,02 33.000.000.000 58 No Nama Perusahaan Underpricing Jenis Industri ROE Ukuran Penawaran 28 Indika Energy Tbk 16,1 0 20,81 2.765.000.000.000.000 29 Kertas Basuki Rahmat Tbk 36,54 1 19,85 353.600.000.000.000 30 Kokoh Inti Arebama Tbk 32,94 0 6,14 42.500.000.000 31 Sekawan Intipratama Tbk 6 1 5,22 36.000.000.000 32 Trada Maritime Tbk 27,2 0 4,3 500.000.000.000 33 Triwira Insanlestari 70 0 4,49 120.000.000.000 34 Yanaprima Hastapersada 17,43 1 15,78 37.060.000.000.000 35 Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk 5 0 8,98 1.888.000.000.000.000 36 Bumi Citra Permai Tbk 57,27 0 6,39 55.000.000.000 37 Batavia Prosperindo Finance Tbk 10 0 13,36 49.500.000.000 38 BW Plantation Tbk 3,64 0 18,5 666.100.000.000.000 39 Inovisi Infracom Tbk 16 0 23,99 40 Metropolitan Kentjana Tbk 30,95 0 21 199.500.000.000.000 41 Trikomsel Oke Tbk 2,22 0 17,12 10.130.000.000.000 42 Agung Podomoro Land Tbk 12,33 0 5,47 2.245.000.000.000.000 43 Benakat Petroleum Energy Tbk 36,43 0 1,29 1.610.000.000.000 44 Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten 50 0 31,87 1.454.000.000.000.000 45 Berau Coal Energy Tbk 11,25 0 89,18 1.360.000.000.000 46 Bank Sinarmas Tbk 70 0 12,38 240.000.000.000 47 PT Bukit Uluwatu Villa Tbk 19,23 0 3,86 222.900.000.000.000 48 Elang Mahkota Teknologi Tbk 1,39 0 14,06 369.200.000.000.000 49 Golden Retailindo Tbk 48,57 0 22,51 30.100.000.000 50 Evergreen Invesco Tbk 69,52 0 210.000.000.000 2.600.000.000.000 40.000.000.000 Harum Energy Tbk 4,81 0 0,64 193,9 2 52 Indofood CBP Sukses Makmur Tbk 10,29 1 79,28 6.292.000.000.000.000 53 Indopoly Swakarsa Industry Tbk 11,9 1 46,22 483.000.000.000 54 Krakatau Steel (Persero) Tbk 49,41 1 8,07 2.682.000.000.000.000 55 Multifiling Mitra Indonesia Tbk 70 0 19,33 51.520.000.000.000 56 Midi Utama Indonesia Tbk 49,09 0 1,61 118.900.000.000.000 57 PP (Persero) Tbk 3,57 0 49,34 581.800.000.000.000 58 Nippon Indosari Corpindo Tbk 16,86 1 47,96 193.600.000.000.000 59 Skybee Tbk 49,33 0 22,72 88.130.000.000.000 60 PT Tower Bersama Infrastructure Tbk 18,52 0 50,99 1.116.000.000.000.000 61 Sarana Menara Nusantara Tbk 49,52 0 60,7 117.800.000.000.000 51 59 Tabel 4.5 Statistika Deskriptif Variabel yang Digunakan N Minimum Maximum Mean Std. Deviation Underpricing 61 1,39 70 34,80 25,202 JI 61 0 1 13,11 34,036 ROE 61 0,45 193,92 19,2803 29,21531 K 61 2,25E10 1,23E16 7,9369E14 1,91029E15 Valid N (listwise) 61 Sumber : data diolah SPSS 17 Pada tabel 4.5 menggambarkan bahwa rata-rata nilai underpricing dari 61 perusahaan yang melakukan IPO di Bursa Efek Indonesia adalah sebesar 34,80% dengan standar deviasi sebesar 25,20%. Tingkat underpricing yang tertinggi terjadi pada saham IPO PT. Bisi Internasional Tbk., PT. Bukit Darmo Property Tbk., PT. Cowell Devolepment Tbk., PT Perdana karya Perkasa., PT. Bekasi Asri Pemula Tbk., PT Destinasi Tirta Nusantara Tbk., PT. Triwira Insanlestari Tbk., PT Bank Sinarmas Tbk., dan PT Multifiling Mitra Indonesia Tbk., yaitu sebesar 70% sedangkan tingkat underpricing terendah terjadi pada saham IPO PT. Elang Mahkota teknologi Tbk sebesar 1,39%. Rata-rata perusahaan yang mengalami tingkat underpricing tertinggi adalah yang melakukan IPO pada tahun 2007 dan 2008 mayoritas dialami oleh perusahaan di sektor property dan real estate. Rasio profitabilitas ROE menunjukkan kemampuan perusahaan dalam mendapatkan laba pada laporan keuangan terakhir sebelum meakukan IPO. Informasi ROE ini oleh emiten diharapkan menjadi pertimbangan keputusan 60 investasi oleh investor. Berdasarkan data dari 61 sampel perusahaan diperoleh rata-rata ROE sebesar 19,28. Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata emiten mendapatkan laba bersih sebesar 19,28 dibanding dengan total ekuitasnya pada laporan terakhir sebelum IPO. Rasio ROE terendah adalah sebesar 0,45 yang diperoleh Bukit Darmo Property Tbk. Ukuran penawaran atau proceeds menunjukkan besarnya ukuran saham yang ditawarkan saat IPO. Berdasarkan Tabel 4.5 maka ukuran penawaran paling besar dimiliki oleh Adaro Energy Tbk sebesar Rp. 12.250.000.000.000.000 dan ukuran penawaran paling kecil dimiliki oleh Bekasi Asri Pemula Tbk yaitu sebesar Rp. 22.500.000.000. 3. Uji-t satu sampel (one sample t-test) Uji-t satu sampel (one sample t-test) digunakan untuk menguji purata (mean) dari sampel tunggal terhadap suatu purata acuan (µ0) dengan asumsi data terdistribusi normal (Uyanto, 2006:77). Tabel 4.6 Hasil Uji t-satu sampel Tingkat Underpricing (Harga Penawaran terhadap Harga Penutupan) One-Sample Test Test Value = 0 t UP 10,785 df Sig. (2-tailed) 60 0,000 Mean Difference 0,34801 95% Confidence Interval of the Difference Lower 0,2835 Upper 0,4126 Sumber : data diolah SPSS 17 61 Pada tabel tersebut menggambarkan nilai t-hitung dengan derajat kebebasan n-1=61-1=60 adalah 10,785 > t-tabel (2,0003) dan nilai p-values untuk two-tailed = 0,000 ; karena pada penelitian ini dilakukan uji hipotesis satu sisi (one tailed test) Ha : µ >0, maka nilai p-values harus dibagi dua (0,000 : 2) = 0,000 untuk uji satu sisi ini lebih kecil dari α = 0,05 maka Ho : µ ≤ 0 ditolak sehingga Ha diterima. Jadi dapat disimpulkan telah terjadi underpricing pada penawaran umum perdana (IPO) berdasarkan harga penawaran terhadap harga penutupan. Rata-rata tingkat underpricing adalah sebesar 34,80%. Underpricing terjadi karena kondisi exante uncertainty mengenai harga yang ditawarkan saat IPO serta adanya asimetri informasi (Beatty dan Ritter, 1982 dalam Saftiana, 2007: 104) dan juga underpricing di perusahaan IPO diperlakukan untuk mengkompensasi investor yang tidak mempunyai informasi (uninformed investor) dengan pihak yang lebih banyak mempunyai informasi (Rock, 1986 dalam Saftiana, 2007:104). Adanya initial return atau underpricing berarti saham yang dibeli dengan harga tertentu di pasar perdana, akan menjadikan investor mendapat keuntungan bila saham itu dijual di pasar sekunder dengan harga yang lebih tinggi (Handayani, 2008:26). Fenomena underpricing pada penawaran umum perdana (IPO) dalam penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Handayani (2008), Martani (2005), Khomsiyah (2005), Saftiana (2007), Misnen Ardiansyah (2004). Tetapi hasil ini berbeda dengan Ahmad Rodoni (2003) yang menyimpulkan 62 bahwa rendahnya keuntungan perdana dan tidak mengalami underpricing bagi penawaran umum untuk masa penelitiannya dari tahun 1990 sampai dengan 1998. 4. Uji Asumsi Klasik Penelitian ini menggunakan model regresi berganda (multiple regression) sehingga harus dipenuhi asumsi-asumsi klasik persamaan regresi berganda, yaitu tidak adanya heteroskedastisitas, autokorelasi, multikolinearitas dan data terdistribusi normal. a) Uji Normalitas Untuk melihat normalitas data maka dilakukan uji statistik non-parametrik Kolmogorov-Smirnov (K-S). Hasil uji Kolmogorov-Smirnov tampak di bawah ini. Tabel 4.7 Tabel Kolmogorov-Smirnov 1 UP N Normal Parameters a,,b Mean Std. Deviation JI ROE K 61 61 61 61 0,3480 0,1311 19,2803 7,9369E14 0,25202 0,34036 29,21531 1,91029E15 Most Extreme Absolute 0,156 0,519 0,273 0,339 Differences Positive 0,156 0,519 0,273 0,315 Negative -0,141 -0,350 -0,260 -0,339 Kolmogorov-Smirnov Z 1,220 4,052 2,131 2,647 Asymp. Sig. (2-tailed) 0,102 0,000 0,000 0,000 Sumber : data diolah SPSS 17 Dari tabel diatas dapat dilihat hanya variabel UP yang bersifat normal, karena nilai signifkansinya 0,102>0,05. Sedangkan variabel ROE dan K 63 bersifat tidak normal karena nilai signifikansinya berturut-turut 0,000; dan 0,000 < 0,05. Maka dilakukan transformasi variabel menjadi bentuk logaritma natural, sehingga didapatkan hasil sebagai berikut Tabel 4.8 Tabel Kolmogorov-Smirnov 2 JI N LnROE LnK 61 61 61 0,1311 2,2826 30,1841 0,34036 1,21863 4,37893 Absolute 0,519 0,081 0,171 Positive 0,519 0,067 0,137 Negative -0,350 -0,081 -0,171 Kolmogorov-Smirnov Z 4,052 0,635 1,339 Asymp. Sig. (2-tailed) 0,000 0,815 0,056 Normal Parameters a,,b Mean Std. Deviation Most Extreme Differences Sumber : Data diolah SPSS 17 Dari tabel diatas, besarnya p value untuk variabel LnROE, dan LnK berturut-turut adalah 0,815; dan 0,056. Nilai ini lebih besar dari α = 0,05. Jadi kita tidak dapat menolak Ho yang menyatakan bahwa residual tedistribusi secara normal atau dengan kata lain residual terdistribusi normal. b) Uji Heteroskedastisitas Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain. Deteksi ada tidaknya hetroskedastisitas dapat dilakukan 64 dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot yang ditunjukkan dengan gambar seperti di bawah ini. Gambar 4.2 Grafik Scatterplot Sumber : data diolah SPSS 17 Dari grafik scatterplot terlihat bahwa titik-titik menyebar secara acak tersebar baik diatas maupun di bawah angka 0 pada sumbu Y. Hal ini dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi. c) Uji Autokorelasi Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah suatu model regresi linear terdapat korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya). Uji yang digunakan untuk mendeteksi adanya autokorelasi dalam penelitian ini adalah uji Durbin Watson (DW). 65 Tabel 4.9 Uji Autokorelasi b Model Summary Model R 1 0,480 R Square a Adjusted R Std. Error of the Square Estimate 0,231 0,190 0,22681 Durbin-Watson 2,197 a. Predictors: (Constant), LnK, JI, LnROE b. Dependent Variable: UP Sumber : Data diolah SPSS 17 Pada tabel 4.9 diatas menunjukkan besarnya nilai Durbin Watson sebesar 2,199. Nilai D-W menurut tabel dengan α = 5 %, n = 61 dan k=3 didapat angka dl=1,4499 dan du=1,7281. Berdasarkan tabel Durbin Watson Imam Ghozali (2005:96), nilai DW yang didapat terletak pada du < d < 4-du; 1,7281 < 2,199 < 2,2719 (4-1,7281) maka hipotesis nol tidak dapat ditolak yaitu tidak terdapat autokorelasi positif maupun negatif. d) Uji Multikolinearitas Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas/ independen. Di bawah ini adalah hasil uji multikolinearitas. 66 Tabel 4.10 Uji Multikolineaaritas Collinearity Statistics Model 1 Tolerance VIF (Constant) JI 0,954 1,048 LnROE 0,919 1,088 LnK 0,934 1,070 Sumber : Data diolah SPSS 17 Nilai cut off yang umum dipakai untuk menunjukkan adanya multikolinearitas adalah nilai tolerance < 0,10 atau sama dengan nilai VIF > 10 (Imam Ghozali, 2005: 92). Jika dilihat dari nilai VIF dan tolerance pada tabel 4.10 di atas, model regresi linear berganda bisa disimpulkan bebas dari multikolinearitas. Karena nilai VIF yang dihasilkan tidak lebih dari 10 dan nilai tolerance tidak kurang dari 0,1. 5. Analisis Model Regresi Dalam pengolahan data dengan menggunakan metode regresi linear berganda dapat memberikan pandangan terhadap pengaruh antara variabel independen dengan variabel dependen. Hasil pengujian asumsi klasik yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa model regresi dalam penelitian ini layak digunakan karena model regresi telah terbebas dari masalah normalitas data, tidak terjadi multikolinearitas, tidak terjadi autokorelasi, dan tidak terjadinya heterokedastisitas. Selanjutnya dapat dilakukan uji estimasi linier berganda dan diinterpretasikan pada tabel berikut: 67 Tabel 4.11 Hasil Regresi Coefficients Model 1 Unstandardized Standardized Collinearity Coefficients Coefficients Statistics B (Constant) a Std. Error Beta t Sig. 4,325 0,000 Tolerance VIF 0,886 0,205 JI -0,104 0,088 -0,140 -1,177 0,244 0,954 1,048 LnROE -0,068 0,025 -0,327 -2,694 0,009 0,919 1,088 LnK -0,012 0,007 -0,213 -1,774 0,081 0,934 1,070 Sumber : Data diolah SPSS 17 Underpricing = 0,886 – 0,068 LnROE + e Berdasarkan model regresi yang terbentuk pada persamaan di atas, penjelasan yang dapat diberikan adalah sebagai berikut : a. Nilai konstanta diperoleh sebesar 0,886. Hasil ini dapat diasumsikan jika empat variabel bebasnya bernilai nol, maka diperoleh nilai underpricing yaitu sebesar 0,886. b. Nilai koefisien regresi LnROE diperoleh sebesar -0,068. Hasil ini berarti ketika LnROE (Return On Equity) naik satu persen, sedangkan JI dan LnK (jenis industri, dan ukuran penawaran) tetap, maka nilai Y (underpricing) akan turun sebesar 0,067 / 100 = 0,00067 persen. 68 6. Pengujian Hipotesis a. Uji t (Parsial) Uji parsial digunakan untuk mengetahui pengaruh masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen. Yaitu variabel umur perusahaan, jenis industri, ROE dan ukuran penawaran terhadap tingkat underpricing. Tabel 4.12 Uji t (Parsial) Coefficients Model 1 Unstandardized Standardized Collinearity Coefficients Coefficients Statistics B (Constant) a Std. Error Beta t Sig. 4,325 0,000 Tolerance VIF 0,886 0,205 JI -0,104 0,088 -0,140 -1,177 0,244 0,954 1,048 LnROE -0,068 0,025 -0,327 -2,694 0,009 0,919 1,088 LnK -0,012 0,007 -0,213 -1,774 0,081 0,934 1,070 Sumber : data diolah SPSS 17 Pengaruh variabel jenis industri terhadap underpricing menunjukkan angka signifikansi 0,244 yang berarti tidak signifikan pada level 0,05. Dengan kata lain tidak terdapat perbedaan pengaruh industri manufaktur dan nonmanufaktur terhadap underpricing . Arah koefisien negatif menandakan bahwa hubungan variabel jenis industri dengan underpricing tidak searah. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian Suyatmin dan Sujadi (2006), Misnen Ardiansyah (2004) dan berbeda hasilnya dengan penelitan Yolana dan Martani (2005) yang menemukan bahwa jenis industri berpengaruh signifikan terhadap underpricing. 69 Jenis kegiatan perusahaan dalam praktiknya meliputi dua macam, yaitu: perusahaan yang bergerak dalam bidang jasa dan nonjasa (industri). Kebutuhan modal dalam perusahaan industri lebih besar jika dibandingkan dengan perusahaan jasa. Di perusahaan industri, investasi dalam bidang kas, piutang, dan persediaan relatif besar jika dibandingkan dengan perusahaan jasa. Oleh karena itu, jenis kegiatan perusahaan sangat menentukan kebutuhan akan modal kerjanya (Kasmir, 2008:254). Variabel ROE merupakan proksi untuk profitabilitas perusahaan. Dari tabel 4.12 diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,009 yang berarti lebih kecil dari derajat signifikansi (α=5%). Penelitian ini dapat menunjukkan pengaruh yang signifikan antara variabel ROE dengan underpricing dilihat dari sisi investor melalui besarnya initial return yang didapatnya. Nilai koefisien regresi menunjukkan arah negatif yang berarti setiap kenaikan rasio ROE perusahaan satu persen, akan menurunkan initial return sebesar 0,068 /100 =0,00068 persen . Hal ini sesuai dengan yang diharapkan, profitabilitas yang tinggi akan meningkatkan minat investor untuk membeli saham perusahaan sehingga akan berakibat pada naiknya jumlah permintaan, yang pada akhirnya akan meningkatkan harga saham sehingga perubahan harga diantara transaksi yang terjadi senakin kecil dan akibatnya tingkat underpricingpun semakin kecil. Hasil ini konsisten dengan penelitian Yolana dan Martani (2005), Kurniawan (2007) tetapi berbeda dengan hasil penelitian Kusumawati dan Sudento (2005) 70 serta Saftiana dan Amelia (2007) yang mendapatkan hasil bahwa ROE tidak mempunyai pengaruh signifikan terhadap underpricing. Profitabilitas adalah hasil akhir dari sejumlah kebijakan dan keputusan yang dilakukan oleh perusahaan. Rasio profitabilitas (profitabiliy ratio) akan menujukkan kombinasi efek dari likuiditas, manajemen aktiva, dan utang pada hasil-hasil operasi (Brigham dan Houston, 2009: 107). Variabel ukuran penawaran memiliki nilai signifikansi sebesar 0,081 yang berarti lebih tinggi dari 0,05. Sehingga tidak terdapat pengaruh yang signifikan antar variabel ukuran penawaran dengan underpricing. Nilai t-value menunjukkan angka -1,774 yang berarti arahnya negatif. Hal ini sesuai dengan yang diharapkan bahwa semakin tinggi ukuran penawaran, maka initial returns akan semakin kecil. Hasil ini konsisten dengan penelitian Misnen Ardiansyah (2004), dan Suyatmin dan Sujadi (2006) dimana hasil penelitian yang didapatkan adalah nilai penawaran tidak berpengaruh signifikan terhadap underpricing. Tidak signifikannya variabel ukuran penawaran kemungkinan disebabkan karena investor di BEI belum menganggap dengan jumlah penawaran saham yang besar, prospek perusahaan akan membaik di masa yang akan datang dengan tersedianya dana yang cukup untuk ekspansi dan investasi yang akan dilakukan atas hasil IPO tersebut. Kemungkinan investor lebih mempertimbangkan variabel lain dalam menentukan keputusan invastasinya. 71 b. Uji F (Simultan) Uji pengaruh simultan digunakan untuk mengetahui apakah variabel independen secara simultan atau bersama-sama mempengaruhi variabel dependen. Dalam penelitian ini yaitu untuk melihat pengaruh variabel umur perusahaan, jenis industri, ROE dan ukuran penawaran terhadap tingkat underpricing. Tabel 4.13 Uji F (Simultan) b ANOVA Model 1 Sum of Squares df Mean Square Regression 0,878 3 0,293 Residual 2,932 57 0,051 Total 3,811 60 F 5,692 Sig. 0,002 a a. Predictors: (Constant), LnK, JI, LnROE b. Dependent Variable: UP Sumber : data diolah SPSS 17 Dari data tabel 4.13 (ANOVA) di atas dapat dilihat bahwa secara simultan/ bersama-sama variaabel bebas yang terdiri dari jenis industri, ROE, dan nilai penawaran memiliki nilai signifikansi sebesar 0,002 atau 0,5 %. Karena nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05 atau 5% maka secara simultan atau bersamasama variabel – variabel bebas tersebut berpengaruh signifikan terhadap underpricing. 72 7. Koefisien Determinasi Koefisien determinasi (adjusted R2) mengukur seberapa jauh kemampuan variabel jenis industri ROE, dan nilai penawaran dalam menerangkan variasi variabel underpricing. Tabel 4.14 Koefisien Determinasi b Model Summary Model R 1 0,480 R Square a Adjusted R Std. Error of the Square Estimate 0,231 0,190 0,22681 Durbin-Watson 2,197 a. Predictors: (Constant), LnK, JI, LnROE b. Dependent Variable: UP Sumber : data diolah SPSS 17 Koefisien determinasi digunakan untuk menguji goodness-fit dari model regresi. Berdasarkan tabel 4.14 di atas menunjukkan besarnya nilai adjusted R2 sebesar 0,190 yang berarti variabilitas variabel dependen yang dapat dijelaskan oleh variabilitas variabel independen sebesar 19,0%. Sedangkan sisanya 81,0% dijelaskan oleh variabel – variabel lain di luar penelitian ini. Pengaruh variabelvariabel independen di dalam penelitian ini tergolong rendah terhadap tingkat underpricing. Hal ini mengindikasikan bahwa emiten maupun investor kurang mempertimbangkan faktor-faktor yang ada dalam penelitian ini. Masih ada kemungkinan bahwa emiten maupun investor menggunakan faktor-faktor lain di luar penelitian ini. Faktor-faktor tersebut bisa merupakan variabel keuangan yang lain seperti Current Ratio, Debt to Equity Ratio, Earning per Share, atau variabel 73 non keuangan seperti ukuran perusahaan, persentase penawaran saham, dan reputasi underwriter. Hasil uji t-satu sampel menunjukkan telah terjadi underpricing pada penawaran umum perdana (IPO) berdasarkan harga penawaran terhadap harga penutupan. Penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Martani dan Yolana (2005), Trisnaningsih (2005), Saftiana dan Amelia (2007) yang mendapatkan bahwa terjadi underpricing pada penawaran umum perdana (IPO) saham berdasarkan harga penawaran terhadap harga penutupan. Hasil uji t (parsial) menunjukkan bahwa hanya ROE yang berpengaruh secara signifikan pada tingkat signifikansi 5% terhadap underpricing. Hasil ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Yolana dan Martani (2005), Kurniawan (2007) bahwa ROE berpengaruh terhadap tingkat underpricing. Ukuran penawaran tidak berpengaruh secara signifikan pada tingkat signifikansi 5% terhadap underpricing hasil ini konsisten dengan penelitian Misnen Ardiansyah (2004), dan Suyatmin dan Sujadi (2006) yang menemukan bahwa ukuran penawaran tidak berpengaruh signifikan terhadap underpricing. Sementara jenis industri tidak berpengaruh signifikan terhadap tingkat underpricing. Hasil ini konsisten dengan penelitian Suyatmin dan Sujadi (2006), Misnen Ardiansyah (2004) yang menyimpulkan bahwa jenis industri tidak mempengaruhi tingkat underpricing dan berbeda hasilnya dengan penelitan Yolana dan Martani (2005) yang menemukan bahwa jenis industri berpengaruh signifikan terhadap underpricing. 74 Hasil uji F (simultan) menunjukkan bahwa model regresi tersebut signifikan sebesar 0,5% dengan taraf signifikansi 5%. Hal ini menunjukkan bahwa semua variabel bebas yang diteliti di sini yaitu jenis industri, ROE, dan ukuran penawaran secara bersama-sama dapat memberi pengaruh yang signifikan terhadap tingkat underpricing pada penawaran saham perdana. Dari hasil adjusted R2 bahwa nilai yang dihasilkan dari model regresi linier berganda sebesar 19,0% dari variance underpricing dapat dijelaskan oleh variabel jenis industri, ROE, dan ukuran penawaran dan sisanya sebesar 81,0% dijelaskan oleh variabel-variabel lain di luar penelitian ini. Faktor-faktor tersebut bisa merupakan variabel keuangan yang lain seperti Current Ratio, Debt to Equity Ratio, Earning per Share, atau variabel non keuangan seperti ukuran perusahaan, persentase penawaran saham, dan reputasi underwriter. 75 BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI A. Kesimpulan Berdasarkan hasil yang didapatkan dari bab sebelumnya dapat diambil kesimpulan bahwa : 1. Hasil dari uji t-satu sampel menunjukkan telah terjadi underpricing pada penawaran umum perdana (IPO) berdasarkan harga pembukaan terhadap harga penutupan (dari seluruh perusahaan yang melakukan IPO di BEI tahun 20072010) dengan rata-rata tingkat underpricing sebesar 34,80%. 2. Hasil dari uji t (parsial) menunjukkan bahwa hanya variabel ROE yang berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat underpricing pada penawaran umum perdana. 3. Hasil dari uji F (simultan) menunjukkan bahwa semua variabel bebas yang diteliti dalam penelitian ini yaitu jenis industri, ROE, dan ukuran penawaran secara bersama –sama dapat memberi pengaruh yang signifikan terhadap tingkat underpricing pada penawaran umum perdana. 4. Dari hasil koefisien adjusted R2 menunjukkan bahwa nilai yang dihasilkan dari model regresi sebesar 19,0% dari variance underpricing dapat dijelaskan oleh variabel jenis industri, ROE, dan ukuran penawaran dan sisanya sebesar 81,0% dijelaskan oleh variabel-variabel lain di luar penelitian ini. 76 B. Implikasi 1. Bagi Akademisi Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi penelitian selanjutnya. Dengan melihat beberapa faktor yang terdapat dalam penelitian ini. Maka diharapkan penelitian selanjutnya dapat menambahkan variabel lain yang diperkirakan mempunyai pengaruh dengan tingkat underpricing saham IPO seperti Current Ratio, Debt to Equity Ratio, Earning per Share, ukuran perusahaan, persentase penawaran saham, dan reputasi underwriter. 2. Bagi Investor Investor hendaknya mempertimbangkan informasi yang terdapat dalam prospektus maupun laporan keuangan terutama mengenai ROE yang sesuai dengan hasil penelitian ini berpengaruh terhadap return saham sebelum melakukan investasi di pasar perdana dan di pasar sekunder. 3. Bagi Emiten Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi emiten, manajemen perusahaan hendaknya memperhatikan informasi ROE karena akan mempengaruhi investor dalam mengambil keputusan investasi. 4. Bagi Pihak Bursa Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi pihak bursa dalam membenatu mempromosikan investasi yang cukup menarik di Bursa Efek Indonesia terutama pada saat penawaran umum perdana (IPO) karena adanya fenomena underpricing. 77 DAFTAR PUSTAKA Almilia, Luciana Spica dan Meliza Silvy. “Analsis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Status Perusahaan Pasca Ipo Dengan Menggunakan Tehnik Analisis Multinomial Logit”, Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia (Journal of Indonesia Economy & Business) Vol. 18 No. 4, Oktober 2003. Amin, Aminul. “Pendeteksian Earning Management, Underpricing Dan Pengukuran Kinerja Perusahaan Yang Melakukan Kebijakan Initial Public Offering (IPO) Di Indonesia”, Simposiaum Nasional Akuntansi X, Unhas Makassar, Juli 2007. Ardiansyah, Misnen. “Pengaruh Variabel Keuangan terhadap Return Awal dan Return 15 Hari Setelah IPO serta Moderasi besaran Perusahaan terhadap hubungan antara Variabel Keuangan dengan Return Awal dan Return 15 hari Setelah IPO di Bursa Efek Jakarta”, Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, Vol 7, No 2, Mei 2004. Arthesa, Ade dan Edia Handiman, “Bank dan Lembaga Keuangan Bukan Bank”, PT INDEKS Kelompok Gramedia, Jakarta, 2006. Budisantoso, Totok dan Sigit Triandaru. “Bank dan Lembaga Keuangan Lain”, Edisi Kedua, Salemba Empat, Jakarta, 2006. Bodie Zvi, Alex Kane dan Alan J. Marcus. “Investasi”, Edisi 6, Salemba Empat, Jakarta, 2006. Brealey, Richard A, Stewart C. Myers, & Alan J. Marcus. “ Dasar-Dasar Manajemen Keuangan Perusahaan”, Edisi Kelima, Airlangga, Jakarta, 2008. Brigham E dan Joel F. Houston. “Dasar – Dasar Manajemen Keuangan”, Edisi 10, Salemba Empat, Jakarta, 2009. Dahlan, Siamat. “Manajemen Lembaga Keuangan”, Edisi Ketiga, FEUI, Jakarta, 2001. Darmawi, Herman. “Pasar Finansial dan Lembaga-Lembaga Finansial”, Bumi Aksara, Jakarta, 2006. Ghozali, Imam. “Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS”, Badan Penerbit UNDIP, Semarang, 2005. Gumanti, T.A. “Ownership Retention, Jumlah Faktor Resiko, Tujuan Penggunaan Dana Dan Underpricing Di Pasar Perdana Saham”, Sekolah Tinggi Manajemen PPM, 7 November 2007. 78 Hamid, Abdul. 2007. Buku Panduan Penulisan Skripsi. Jakarta : Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial UIN Syarif Hidayatullah. Handayani, Sri Retno, “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Underpricing Pada Penawaran Perdana (Studi Kasus Pada Perusahaan Keuangan yang Go Public Di Bursa Efek Jakarta Tahun 2000-2006”, Thesis S2, UNDIP, Semarang, 2008). Hastuti, Rini Tri. “Net Initial Return Pada Penawaran Perdana Saham Di BEJ”, Jurnal Akuntansi/Tahun XII, No. 02, Mei 2008:176-188. Husnan, Suad dan Enny Pudjiastuti. “Dasar – Dasar Manajemen Keuangan”, Edisi Keempat, UPP AMP YKPN, Yogyakarta, 2002. Jogiyanto, Hartono. “Teori Portofolio dan Analisis Investasi”, Edisi Keenam, BPFE, Yogyakarta, 2009. Kasmir. “Analisis Laporan Keuangan”, RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2008. Khomsiyah. “Reputasi Penjamin Emisi Saham, Reputasi Auditor Dan Tingkat Underpricing Pada Penawaran Perdana Di bursa Efek Jakarta”, Jurnal Bisnis dan Akuntansi Vol. 7 NO.2, Agustus 2005. Kurniawan, Benny. “Analisis Pengaruh Variabel Keuangan Dan Non keuangan Terhadap Initial Return Dan Return 7 Hari Setelah Initial Public Offerings (IPO)”, Thesis S2, UNDIP, Semarang, 2007. Kusumawati dan Sudento. “Analisis Pengaruh Profitabilitas (ROE), Ukuran Perusahaan, dan Leverage Keuangan (Solvabilitas) Terhadap Tingkat Underpricing Pada Penawaran Perdana (IPO) di Bursa Efek Jakarta”, Utilitas, Vol 13, No.1, Januari 2005. Li, Ming Yuan Leon. “Would Various Benchmark Measurements Affect Abnormal Return Performance of IPO?Evidence from Taiwan’s IPO Market”, International Journal Business Performance Management, Vol. 10 No.1. 2008 Liu, Xiaoding dan Jay R. Ritter. “Local Underwriter Oligopolies and IPO Underpricing”, University of Florida, February 2011. (www.ssrn.com) Rodoni, Ahmad. “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Awal pada Penawaran Saham Perdana”, Jurnal Etikonomi, Vol 2, No. 3, p249-277, 2003. Rodoni, Ahmad. “Analisis Teknikal dan Fundamental di Pasar Modal, Disertai Hasil Penelitian”, Center for Social Economic Studies (CSES) Press, Jakarta, 2005. 79 Rodoni, Ahmad. “Modul Institusi Depositori dan Pasar Modal”, UIN, Jakarta, 2008. Saftiana, Yulia dan Muna Amelia J. “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Underpricing Penawaran Umum Perdana (IPO) Di Bursa Efek Jakarta”, Jurnal Penelitian Dan Pengembangan Akuntansi Vol. 1 No. 2 Juli 2007. Silvanita, Ktut. “Bank dan Lembaga Keuangan Lain”, Airlangga, Jakarta, 2009. Sjahrial, Dermawan. “Pengantar Manajemen Keuangan”, Mitra Wacana Media, Jakarta, 2006. Sugiyono. “Statistika Untuk Penelitian”, CV Alfabeta, Bandung, 2007. Sunyoto, Danang, “Analisis Regresi Dan Uji Hipotesis”, Nica Media Pressindo, Yogyakarta, 2009. Suyatmin dan Sujadi, “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Underpricing Pada Penawaran Umum Perdana Di Bursa Efek Jakarta”, BENEFIT, Vol. 10, No. 1, Juni 2008 Trisnaningsih, Sri. “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Underpricing Pada Perusahaan Yang Go Public Di Bursa Efek Jakarta”, Jurnal Akuntansi Dan Keuangan Vol. 4, No. 2 September 2005. Utomo, Yuni Prihadi. “Eksplorasi Data dan Analisis Regresi dengan SPSS”, Muhammadiyah University Prees, Surakarta, 2007. Uyanto, Stanislaus S. “Pedoman Analisis Data dengan SPSS”, Graha Ilmu, Yogyakarta. 2006. Van Horne, James C. dan John M Wachowicz, JR. “Prinsip – Prinsip Manajemen Keuangan”, Edisi 12, Salemba Empat, Jakarta, 2007. Warsono. “Manajemen Keuangan Perusahaan”, Edisi 3, Bayumedia Publishing, Malang, 2003. Weston, J. Fred dan Thomas E. Copeland. “Manajemen Keuangan”, Edisi Kesembilan, Binarupa Aksara, Jakarta, 1995. Winarno, Wing Wahyu. “Analisis Ekonometrika Dan Statistika Dengan Eviews”, UPP STIM YKPN, Yogyakarta, 2007. Widarjono, Agus. “Analisis Statistika Multivariat Terapan”,YKPN, Yogyakarta, 2010. 80 Yasa, Gerianta Wirawan. “Penyebab Underpricing Pada Penawaran Saham Perdana Di Bursa Efek Jakarta”, Jurnal Akuntansi Bisnis Vol.3 NO.2 Juli 2008. Yolana, Chastina dan Dwi Martani. “Variabel-Variabel Yang Mempengaruhi Fenomena Underpricing Pada Penawaran Saham Perdana Di BEJ Tahun 19942001”, SNA VIII Solo, 15-16 September 2005. Yulfasni. “Hukum Pasar Modal”, Badan Penerbit IBLAM, Jakarta, 2005. www.idx.id www.yahoofinances.com www.ssrn.com 81 82 Lampiran 1 : Daftar Variabel yang Digunakan No Nama Perusahaan Underpricing Jenis Industri ROE Ukuran Penawaran 1 Ace Hardware Indonesia Tbk 19.51 0 10.24 422300000000000 2 Alam Sutera Realty Tbk 69.52 0 1.2 329900000000000 3 Bank Capital Indonesia Tbk 36.67 0 6.76 75000000000 4 Bisi Internasional Tbk 70 0 27.61 180000000000 5 Bukit Darmo Property Tbk 70 0 0.45 480000000000 6 Cowell Development Tbk 70 0 6.51 32500000000 7 Catur Sentosa Adiprana Tbk 10 0 8.79 120000000000 8 Darma Henwa Tbk 68.66 0 3.43 1055000000000000 9 Perdana Gapura Prima Tbk 11.29 0 6.72 298200000000000 10 Indo Tambangraya Megah Tbk 40 0 12.23 3164000000000000 11 Jaya Konstruksi Manggala Pratama Tbk 59.35 0 16.58 184500000000000 12 Jasa Marga Tbk 20.59 0 4.65 3468000000000000 13 Laguna Cipta Griya Tbk 69.6 0 1.48 37500000000 14 PT Bank Windu Kentjana Internasional Tbk 12.5 0 1.81 60000000000 15 Media Nusantara Citra Tbk 4.44 0 10.99 3713000000000000 16 Perdana Karya Perkasa Tbk 70 0 13.11 50000000000 17 Sat Nusapersada Tbk 10.34 1 4.23 308200000000000 18 Sampoerna Agro Tbk 7.91 0 14.62 1080000000000 19 Panorama Transportasi Tbk 69.39 0 6.45 31360000000000 20 Wijaya Karya Tbk 33.33 0 10 775400000000000 21 Adaro Energy Tbk 57.27 0 6.33 12250000000000000 22 Bank Ekonomi Raharja Tbk 22.22 0 16.08 291600000000000 23 Bekasi Asri Pemula Tbk 70 0 0.77 22500000000 24 Bumi Serpong Damai Tbk 1.82 0 10.77 601500000000000 25 Destinasi Tirta Nusantara Tbk 70 0 5.78 43000000000 26 Elnusa Tbk 28.75 0 8.29 584000000000 27 Hotel Mandarine Regency Tbk 66.36 0 13.02 33000000000 28 Indika Energy Tbk 16.1 0 20.81 2765000000000000 29 Kertas Basuki Rahmat Tbk 36.54 1 19.85 353600000000000 30 Kokoh Inti Arebama Tbk 32.94 0 6.14 42500000000 31 Sekawan Intipratama Tbk 6 1 5.22 36000000000 32 Trada Maritime Tbk 27.2 0 4.3 500000000000 33 Triwira Insanlestari 70 0 4.49 120000000000 34 Yanaprima Hastapersada 17.43 1 15.78 37060000000000 35 Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk 5 0 8.98 1888000000000000 36 Bumi Citra Permai Tbk 57.27 0 6.39 55000000000 37 Batavia Prosperindo Finance Tbk 10 0 13.36 49500000000 38 BW Plantation Tbk 3.64 0 18.5 666100000000000 39 Inovisi Infracom Tbk 16 0 23.99 40000000000 40 Metropolitan Kentjana Tbk 30.95 0 21 199500000000000 41 Trikomsel Oke Tbk 2.22 0 17.12 10130000000000 42 Agung Podomoro Land Tbk 12.33 0 5.47 2245000000000000 83 43 Benakat Petroleum Energy Tbk 36.43 0 1.29 1610000000000 44 Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten 50 0 31.87 1454000000000000 45 Berau Coal Energy Tbk 11.25 0 89.18 1360000000000 46 Bank Sinarmas Tbk 70 0 12.38 240000000000 47 PT Bukit Uluwatu Villa Tbk 19.23 0 3.86 222900000000000 48 49 Elang Mahkota Teknologi Tbk 1.39 0 14.06 369200000000000 Golden Retailindo Tbk 48.57 0 22.51 30100000000 50 Evergreen Invesco Tbk 69.52 0 0.64 210000000000 51 Harum Energy Tbk 4.81 0 193.92 2600000000000 52 Indofood CBP Sukses Makmur Tbk 10.29 1 79.28 6292000000000000 53 Indopoly Swakarsa Industry Tbk 11.9 1 46.22 483000000000 54 Krakatau Steel (Persero) Tbk 49.41 1 8.07 2682000000000000 55 Multifiling Mitra Indonesia Tbk 70 0 19.33 51520000000000 56 Midi Utama Indonesia Tbk 49.09 0 1.61 118900000000000 57 PP (Persero) Tbk 3.57 0 49.34 581800000000000 58 Nippon Indosari Corpindo Tbk 16.86 1 47.96 193600000000000 59 Skybee Tbk 49.33 0 22.72 88130000000000 60 PT Tower Bersama Infrastructure Tbk 18.52 0 50.99 1116000000000000 61 Sarana Menara Nusantara Tbk 49.52 0 60.57 117800000000000 84 Lampiran 2 : Jenis Industri dan ROE No Nama Perusahaan 1 Ace Hardware Indonesia Tbk 2 Alam Sutera Realty Tbk 3 Bank Capital Indonesia Tbk 4 Bisi Internasional Tbk 5 Jenis Industri Kategori Industri Whole Sale and Retail Trade 0 Real Estate and Property 0 Banking 0 Agriculture 0 Bukit Darmo Property Tbk Real Estate and Property 0 6 Cowell Development Tbk Real Estate and Property 0 7 Catur Sentosa Adiprana Tbk Whole Sale and Retail Trade 0 8 Darma Henwa Tbk Construction 0 9 Perdana Gapura Prima Tbk Real Estate and Property 0 10 Indo Tambangraya Megah Tbk Mining 0 11 Jaya Konstruksi Manggala Pratama Tbk Construction 0 12 Jasa Marga Tbk Others 0 13 Laguna Cipta Griya Tbk Real Estate and Property 0 14 PT Bank Windu Kentjana Internasional Tbk Banking 0 15 Media Nusantara Citra Tbk Others 0 16 Perdana Karya Perkasa Tbk Mining 0 17 Sat Nusapersada Tbk Manufactures 1 18 Sampoerna Agro Tbk Agriculture 0 19 Panorama Transportasi Tbk Transportation 0 20 Wijaya Karya Tbk Construction 0 21 Adaro Energy Tbk Mining 0 22 Bank Ekonomi Raharja Tbk Banking 0 23 Bekasi Asri Pemula Tbk Real Estate and Property 0 24 Bumi Serpong Damai Tbk Real Estate and Property 0 25 Destinasi Tirta Nusantara Tbk Hotel and Travel Services 0 26 Elnusa Tbk Mining 0 27 Hotel Mandarine Regency Tbk Hotel and Travel Services 0 28 Indika Energy Tbk Mining 0 29 Kertas Basuki Rahmat Tbk Manufactures 1 30 Kokoh Inti Arebama Tbk Whole Sale and Retail Trade 0 31 Sekawan Intipratama Tbk Manufactures 1 32 Trada Maritime Tbk Transportation 0 33 Triwira Insanlestari Whole Sale and Retail Trade 0 34 Yanaprima Hastapersada Manufactures 1 35 Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk Banking 0 36 Bumi Citra Permai Tbk Real Estate and Property 0 37 Batavia Prosperindo Finance Tbk Credit Agencies Other than Bank 0 38 BW Plantation Tbk Agriculture 0 39 Inovisi Infracom Tbk Telecommunication 0 ROE 10.24 1.2 6.76 27.61 0.45 6.51 8.79 3.43 6.72 12.23 16.58 4.65 1.48 1.81 10.99 13.11 4.23 14.62 6.45 10 6.33 16.08 0.77 10.77 5.78 8.29 13.02 20.81 19.85 6.14 5.22 4.3 4.49 15.78 8.98 6.39 13.36 18.5 23.99 85 40 Metropolitan Kentjana Tbk Real Estate and Property 0 41 Trikomsel Oke Tbk Telecommunication 0 42 Agung Podomoro Land Tbk Real Estate and Property 0 43 Benakat Petroleum Energy Tbk Mining 0 44 Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten Banking 0 45 Berau Coal Energy Tbk Mining 0 46 Bank Sinarmas Tbk Banking 0 47 PT Bukit Uluwatu Villa Tbk Real Estate and Property 0 48 Elang Mahkota Teknologi Tbk Others 0 49 Golden Retailindo Tbk Whole Sale and Retail Trade 0 50 Evergreen Invesco Tbk Whole Sale and Retail Trade 0 51 Harum Energy Tbk Mining 0 52 Indofood CBP Sukses Makmur Tbk Manufactures 1 53 Indopoly Swakarsa Industry Tbk Manufactures 1 54 Krakatau Steel (Persero) Tbk Manufactures 1 55 Multifiling Mitra Indonesia Tbk Services 0 56 Midi Utama Indonesia Tbk Whole Sale and Retail Trade 0 57 PP (Persero) Tbk Construction 0 58 Nippon Indosari Corpindo Tbk Manufactures 1 59 Skybee Tbk Whole Sale and Retail Trade 0 60 PT Tower Bersama Infrastructure Tbk Telecommunication 0 61 Sarana Menara Nusantara Tbk Services 0 21 17.12 5.47 1.29 31.87 89.18 12.38 3.86 14.06 22.51 0.64 193.92 79.28 46.22 8.07 19.33 1.61 49.34 47.96 22.72 50.99 60.57 86 Lampiran 3 : Ukuran Penawaran No Nama Perusahaan Offering First Ukuran Price Issue Penawaran 1 Ace Hardware Indonesia Tbk 820 515000000 422300000000 2 Alam Sutera Realty Tbk 105 3142000000 329910000000 3 Bank Capital Indonesia Tbk 150 500000000 75000000000 4 Bisi Internasional Tbk 200 900000000 180000000000 5 Bukit Darmo Property Tbk 120 4000000000 480000000000 6 Cowell Development Tbk 130 250000000 32500000000 7 Catur Sentosa Adiprana Tbk 200 600000000 120000000000 8 Darma Henwa Tbk 335 3150000000 1055250000000 9 Perdana Gapura Prima Tbk 310 962000000 298220000000 10 Indo Tambangraya Megah Tbk 14000 225985000 3163790000000 11 Jaya Konstruksi Manggala Pratama Tbk 615 300000000 184500000000 12 Jasa Marga Tbk 1700 2040000000 3468000000000 13 Laguna Cipta Griya Tbk 125 300000000 37500000000 14 PT Bank Windu Kentjana Internasional Tbk 200 300000000 60000000000 15 Media Nusantara Citra Tbk 900 4125000000 3712500000000 16 Perdana Karya Perkasa Tbk 400 125000000 50000000000 17 Sat Nusapersada Tbk 580 531388000 308205040000 18 Sampoerna Agro Tbk 2340 461350000 1079559000000 19 Panorama Transportasi Tbk 245 128000000 31360000000 20 Wijaya Karya Tbk 420 1846154000 775384680000 21 Adaro Energy Tbk 1100 11139331000 12253264100000 22 Bank Ekonomi Raharja Tbk 1080 270000000 291600000000 23 Bekasi Asri Pemula Tbk 150 150000000 22500000000 24 Bumi Serpong Damai Tbk 550 1093562000 601459100000 25 Destinasi Tirta Nusantara Tbk 200 215000000 43000000000 26 Elnusa Tbk 400 1460000000 584000000000 27 Hotel Mandarine Regency Tbk 110 300000000 33000000000 28 Indika Energy Tbk 2950 937284000 2764987800000 29 Kertas Basuki Rahmat Tbk 260 1360000000 353600000000 30 Kokoh Inti Arebama Tbk 170 250000000 42500000000 31 Sekawan Intipratama Tbk 150 240000000 36000000000 32 Trada Maritime Tbk 125 4000000000 500000000000 33 Triwira Insanlestari 400 300000000 120000000000 34 Yanaprima Hastapersada 545 68000000 37060000000 35 Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk 800 2360057000 1888045600000 36 Bumi Citra Permai Tbk 110 500000000 55000000000 37 Batavia Prosperindo Finance Tbk 110 450000000 49500000000 38 BW Plantation Tbk 550 1211009000 666054950000 39 Inovisi Infracom Tbk 125 320000000 40000000000 40 Metropolitan Kentjana Tbk 2100 95000000 199500000000 87 41 Trikomsel Oke Tbk 225 45000000 10125000000 42 Agung Podomoro Land Tbk 365 6150000000 2244750000000 43 Benakat Petroleum Energy Tbk 140 11500000000 1610000000000 44 Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten 600 2424072500 1454443500000 45 Berau Coal Energy Tbk 400 3400000000 1360000000000 46 Bank Sinarmas Tbk 150 1600000000 240000000000 47 PT Bukit Uluwatu Villa Tbk 260 857142500 222857050000 48 Elang Mahkota Teknologi Tbk 720 512730000 369165600000 49 Golden Retailindo Tbk 350 86000000 30100000000 50 Evergreen Invesco Tbk 105 2000000000 210000000000 51 Harum Energy Tbk 5200 500000000 2600000000000 52 Indofood CBP Sukses Makmur Tbk 5395 1166191000 6291600445000 53 Indopoly Swakarsa Industry Tbk 210 2300178500 483037485000 54 Krakatau Steel (Persero) Tbk 850 3155000000 2681750000000 55 Multifiling Mitra Indonesia Tbk 200 257580000 51516000000 56 Midi Utama Indonesia Tbk 275 432353000 118897075000 57 Pembangunan Perumahan (Persero) Tbk 560 1038976500 581826840000 58 Nippon Indosari Corpindo Tbk 1275 151854000 193613850000 59 Skybee Tbk 375 235000000 88125000000 60 PT Tower Bersama Infrastructure Tbk 2025 551111000 1115999775000 61 Sarana Menara Nusantara Tbk 1050 112232500 117844125000 88 Lampiran 4 : Output SPSS 17 Descriptive Statistics N Minimum Maximum Mean Std. Deviation UP 61 .01 .70 .3480 .25202 JI 61 .00 1.00 .1311 .34036 ROE 61 .45 193.92 19.2803 29.21531 K 61 2.25E10 1.23E16 7.9369E14 1.91029E15 Valid N (listwise) 61 One-Sample Statistics N UP Mean 61 Std. Deviation .3480 Std. Error Mean .25202 .03227 One-Sample Test Test Value = 0 95% Confidence Interval of the Difference t UP df 10.785 Sig. (2-tailed) 60 .000 Mean Difference Lower .34801 Upper .2835 .4126 One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test UP N Normal Parameters a,,b Mean Std. Deviation JI ROE K 61 61 61 61 .3480 .1311 19.2803 7.9369E14 .25202 .34036 29.21531 1.91029E1 5 Most Extreme Differences Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed) Absolute .156 .519 .273 .339 Positive .156 .519 .273 .315 Negative -.141 -.350 -.260 -.339 1.220 4.052 2.131 2.647 .102 .000 .000 .000 a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data. 89 One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test UP JI N Normal Parameters a,,b LnK 61 61 61 61 .3480 .1311 2.2826 30.1841 .25202 .34036 1.21863 4.37893 Absolute .156 .519 .081 .171 Positive .156 .519 .067 .137 Negative -.141 -.350 -.081 -.171 1.220 4.052 .635 1.339 .102 .000 .815 .056 Mean Std. Deviation Most Extreme Differences LnROE Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed) a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data. Variables Entered/Removed Model 1 Variables Variables Entered Removed LnK, JI, LnROE a Method . Enter a. All requested variables entered. b Model Summary Model 1 R .480 R Square a Adjusted R Std. Error of the Square Estimate .231 .190 .22681 Durbin-Watson 2.197 a. Predictors: (Constant), LnK, JI, LnROE b. Dependent Variable: UP 90 b ANOVA Model 1 Sum of Squares Regression df Mean Square F .878 3 .293 Residual 2.932 57 .051 Total 3.811 60 Sig. 5.692 .002 a a. Predictors: (Constant), LnK, JI, LnROE b. Dependent Variable: UP Coefficients a Standardized Unstandardized Coefficients Model 1 B (Constant) Coefficients Std. Error Collinearity Statistics Beta .886 .205 JI -.104 .088 LnROE -.068 LnK -.012 t Sig. Tolerance VIF 4.325 .000 -.140 -1.177 .244 .954 1.048 .025 -.327 -2.694 .009 .919 1.088 .007 -.213 -1.774 .081 .934 1.070 a. Dependent Variable: UP Collinearity Diagnostics a Variance Proportions Dimensi Model on Eigenvalue Condition Index (Constant) JI LnROE LnK 1 1 3.055 1.000 .00 .03 .02 .00 2 .791 1.965 .00 .95 .00 .00 3 .144 4.605 .02 .02 .97 .02 4 .010 17.497 .97 .01 .01 .98 a. Dependent Variable: UP 91 Residuals Statistics Minimum Predicted Value Maximum a Mean Std. Deviation N .0408 .6113 .3480 .12100 61 -2.539 2.176 .000 1.000 61 .034 .097 .056 .017 61 .0288 .6008 .3479 .12235 61 -.41653 .40129 .00000 .22107 61 Std. Residual -1.836 1.769 .000 .975 61 Stud. Residual -1.897 1.793 .000 1.004 61 -.44437 .41231 .00010 .23495 61 -1.942 1.830 .001 1.011 61 Mahal. Distance .332 9.921 2.951 2.479 61 Cook's Distance .000 .129 .016 .021 61 Centered Leverage Value .006 .165 .049 .041 61 Std. Predicted Value Standard Error of Predicted Value Adjusted Predicted Value Residual Deleted Residual Stud. Deleted Residual a. Dependent Variable: UP 92 93