BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Mashing Mashing adalah salahsatu proses pembuatan minuman, yaitu proses mengubah sari pati malt menjadi gula dengan bantuan enzim amylase (permentasi). Sari pati Malt Dipecah oleh enzim Hasil Pemecahan Dextrin Glucose Maltose Maltotriose Gambar 2.1 Proses mashing Ada beberapa parameter agar proses ini berjalan sesuai yang diharapkan diantaranya : 1. Suhu Saccarifaction ± 650C 2. Waktu Saccarification 1 -25 mnt tergantung Spesifikasi produk. 3. Suhu deactivation 780C 4 5 Tahapan pada proses Mashing diantaranya : 1. Pengisisan sllury (air campuran dari tumbukan malt) hasil proses milling ke tangki Mashing (MT). 2. Valve steam buka untuk mencapai suhu yang telah disetting, setelah pada level tertentu, Motor agitator running dan Apabila Suhu telah tercapai , Timer On 3. Apabila timer sudah selesai, valve steam membuka untuk mencapai suhu deactivation yaitu mematikan enzim amylase. 4. Apabila suhu sudah tercapai, sllury di transfer ke tangki LT (lautering) untuk dilakukan proses selanjutnya. Gambar 2.2 Tangki Proses Mashing 6 2.2 Mikrokontroler Atmega8535 Mikrokontroler adalah IC yang dapat diprogram berulang kali, baik ditulis atau dihapus (Agus Bejo, 2007). Biasanya digunakan untuk pengontrolan otomatis dan manual pada perangkat elektronika. Beberapa tahun terakhir, mikrokontroler sangat banyak digunakan terutama dalam pengontrolan robot. Seiring perkembangan elektronika, mikrokontroler dibuat semakin kompak dengan bahasa pemrograman yang juga ikut berubah. Salah satunya adalah mikrokontroler AVR (Alf and Vegard’s Risc processor) ATmega8535 yang menggunakan teknologi RISC (Reduce Instruction Set Computing) dimana program berjalan lebih cepat karena hanya membutuhkan satu siklus clock untuk mengeksekusi satu instruksi program. Secara umum, AVR dapat dikelompokkan menjadi 4 kelas, yaitu kelas ATtiny, keluarga AT90Sxx, keluarga ATmega, dan AT86RFxx. Pada dasarnya yang membedakan masing-masing kelas adalah memori, peripheral, dan fungsinya. Dari segi arsitektur dan instruksi yang digunakan, mereka bisa dikatakan hampir sama. Mikrokontroler AVR ATmega8535 memiliki fitur yang cukup lengkap. Mikrokontroler AVR ATmega8535 telah dilengkapi dengan ADC internal, EEPROM internal, Timer/Counter, PWM, analog comparator, dll (M.Ary Heryanto, 2008). Sehingga dengan fasilitas yang lengkap ini memungkinkan kita belajar mikrokontroler keluarga AVR dengan lebih mudah dan efisien, serta dapat mengembangkan kreativitas penggunaan mikrokontroler ATmega8535 7 2.2.1. Fitur-fitur mikrokontroler ATmega8535 Mikrokontroler Atemega 8535 memiliki fitur-fitur yang cukup lengkap, diantaranya : 1. Saluran I/O sebanyak 32 buah, yaitu port A, port B, port C, dan port D. 2. ADC internal sebanyak 8 saluran. 3. Tiga buah Timer/Counter dengan kemampuan pembandingan. 4. CPU yang terdiri atas 32 buah register. 5. SRAM sebesar 512 byte. 6. Memori Flash sebesar 8 kb dengan kemampuan Read While Write. 7. Port antarmuka SPI 8. EEPROM sebesar 512 byte yang dapat diprogram saat operasi. 9. Antarmuka komparator analog. 10. Port USART untuk komunikasi serial. 11. Sistem mikroprosesor 8 bit berbasis RISC dengan kecepatan maksimal 16 MHz. 2.2.2. Konstruksi ATmega8535 Mikrokontroler ATmega8535 memiliki 3 jenis memori, yaitu memori program, memori data dan memori EEPROM. Ketiganya memiliki ruang sendiri dan terpisah. a. Memori program ATmega8535 memiliki kapasitas memori progam sebesar 8 Kbyte yang terpetakan dari alamat 0000h – 0FFFh dimana masing-masing alamat memiliki lebar data 16 bit. Memori program ini terbagi menjadi 2 bagian yaitu bagian program boot dan bagian program aplikasi. b. Memori data ATmega8535 memiliki kapasitas memori data sebesar 608 byte yang terbagi menjadi 3 bagian yaitu register serba guna, register I/O dan SRAM. 8 ATmega8535 memiliki 32 byte register serba guna, 64 byte register I/O yang dapat diakses sebagai bagian dari memori RAM (menggunakan instuksi LD atau ST) atau dapat juga diakses sebagai I/O (menggunakan instruksi IN atau OUT), dan 512 byte digunakan untuk memori data SRAM. c. Memori EEPROM ATmega8535 memiliki memori EEPROM sebesar 512 byte yang terpisah dari memori program maupun memori data. Memori EEPROM ini hanya dapat diakses dengan menggunakan register-register I/O yaitu register EEPROM Address, register EEPROM Data, dan register EEPROM Control. Untuk mengakses memori EEPROM ini diperlakukan seperti mengakses data eksternal, sehingga waktu eksekusinya relatif lebih lama bila dibandingkan dengan mengakses data dari SRAM. ATmega8535 merupakan tipe AVR yang telah dilengkapi dengan 8 saluran ADC internal dengan fidelitas 10 bit. Dalam mode operasinya, ADC ATmega8535 dapat dikonfigurasi, baik secara single ended input maupun differential input. Selain itu, ADC ATmega8535 memiliki konfigurasi pewaktuan, tegangan referensi, mode operasi, dan kemampuan filter derau yang amat fleksibel, sehingga dengan mudah disesuaikan dengan kebutuhan ADC itu sendiri. ATmega8535 memiliki 3 modul timer yang terdiri dari 2 buah timer/counter 8 bit dan 1 buah timer/counter 16 bit. Ketiga modul timer/counter ini dapat diatur dalam mode yang berbeda secara individu dan tidak saling mempengaruhi satu sama lain. Selain itu, semua timer/counter juga dapat difungsikan sebagai sumber interupsi. Masing-masing timer/counter ini memiliki register tertentu yang digunakan untuk mengatur mode dan cara kerjanya. Serial Peripheral Interface (SPI) merupakan salah satu mode komunikasi serial syncrhronous kecepatan tinggi yang dimiliki oleh ATmega8535. Universal Syncrhronous and Asyncrhronous Serial Receiver and Transmitter (USART) juga merupakan salah satu mode komunikasi serial yang dimiliki oleh 9 ATmega8535. USART merupakan komunikasi yang memiliki fleksibilitas tinggi, yang dapat digunakan untuk melakukan transfer data baik antar mikrokontroler maupun dengan modul-modul eksternal termasuk PC yang memiliki fitur UART. USART memungkinkan transmisi data baik secara syncrhronous maupun asyncrhronous, sehingga dengan memiliki USART pasti kompatibel dengan UART. Pada ATmega8535, secara umum pengaturan mode syncrhronous maupun asyncrhronous adalah sama. Perbedaannya hanyalah terletak pada sumber clock saja, Jika pada mode asyncrhronous masing-masing peripheral memiliki sumber clock sendiri, maka pada mode syncrhronous hanya ada satu sumber clock yang digunakan secara bersama-sama. Dengan demikian, secara hardware untuk mode asyncrhronous hanya membutuhkan 2 pin yaitu TXD dan RXD, sedangkan untuk mode syncrhronous harus 3 pin yaitu TXD, RXD dan XCK. 10 2.2.3. Konfigurasi Pin Konfigurasi pin ATmega8535 dengan kemasan 40 pin DIP (Dual Inline Package) dapat dilihat pada gambar 2.3 Dari gambar di atas dapat dijelaskan fungsi dari masing-masing pin Atmega8535 sebagai berikut: Gambar 2.3 Konfigurasi Pin Atemega 8535 1. VCC merupakan pin yang berfungsi sebagai masukan catu daya. 2. GND merukan pin Ground. 3. Port A (PortA0…PortA7) merupakan pin input/output dua arah dan pin masukan ADC. 4. Port B (PortB0…PortB7) merupakan pin input/output dua arah dan dan pin fungsi khusus, seperti dapat dilihat pada tabel 2.1 di bawah ini. 11 Tabel 2.1 fungsi khusus PORT B Pin Fungsi Khusus PB7 SCK (SPI Bus Serial Clock) PB6 MISO (SPI Bus Master Input/ Slave Output) PB5 MOSI (SPI Bus Master Output/ Slave Input) PB4 SS (SPI Slave Select Input) PB3 AIN1 (Analog Comparator Negative Input) OC0 (Timer/Counter0 Output Compare Match Output) PB2 AIN0 (Analog Comparator Positive Input) INT2 (External Interrupt 2 Input) PB1 T1 (Timer/ Counter1 External Counter Input) PB0 T0 T1 (Timer/Counter External Counter Input) XCK (USART External Clock Input/Output) Port C (PortC0…PortC7) merupakan pin input/output dua arah dan pin fungsi khusus, seperti dapat dilihat pada tabel dibawah ini. Tabel 2.2 Fungsi Khusus Port C Pin Fungsi khusus PC7 TOSC2 ( Timer Oscillator Pin2) PC6 TOSC1 ( Timer Oscillator Pin1) PC5 Input/Output PC4 Input/Output PC3 Input/Output PC2 Input/Output PC1 SDA ( Two-wire Serial Buas Data Input/Output Line) PC0 SCL ( Two-wire Serial Buas Clock Line) 12 Port D (PortD0…PortD7) merupakan pin input/output dua arah dan pin fungsi khusus, seperti yang terlihat pada tabel dibawah ini. Tabel 2.3 Fungsi Khusus Port D Pin Fungsi khusus PD7 OC2 (Timer/Counter Output Compare Match Output) PD6 ICP (Timer/Counter1 Input Capture Pin) PD5 OC1A (Timer/Counter1 Output Compare A Match Output) PD4 OC1B (Timer/Counter1 Output Compare B Match Output) PD3 INT1 (External Interrupt 1 Input) PD2 INT0 (External Interrupt 0 Input) PD1 TXD (USART Output Pin) PD0 RXD (USART Input Pin) 6. RESET merupakan pin yang digunakan untuk me-reset mikrokontroler. 7. XTAL1 dan XTAL2 merupakan pin masukan clock eksternal. 8. AVCC merupakan pin masukan tegangan untuk ADC. 9. AREFF merupakan pin masukan tegangan referensi ADC 13 2.2.4. Sistem Minimum Atemega 8535 Dalam Sistem ini digunakan mikrokontroler Atemega 8535, karena mikrokontroler tersebut memiliki Saluran I/O sebanyak 32 buah, yaitu port A, port B, port C, dan port D dan ADC internal sebanyak 8 saluran, dengan kemampuan tersebut Atemega 8535 Gambar 2.4 Sistem minimum Atemega 8535 2.3 Transducer Temperatur Semikonduktor (IC LM35) Terdapat dua kategori transducer temperatur semikonduktor, yaitu transducer yang menghasilkan tegangan tertentu sesuai dengan perubahan suhu dan transducer yang menghasilkan arus tertentu. sesuai dengan perubahan suhu. Contoh transducer menghasilkan tegangan yang sensitif terhadap suhu adalah IC LM 35 produk dari Nasional. Kontruksi ditunjukkan pada gambar 2.5. 14 Gambar 2.5 Kontruksi IC Lm35 Gambar 2.5 diatas menunjukan bentuk dari LM35 tampak belakang. 3 pin LM35 menujukan fungsi masing-masing pin diantaranya, pin 1 berfungsi sebagai sumber tegangan kerja dari LM35, pin 2 atau tengah digunakan sebagai tegangan keluaran atau Vout dengan jangkauan kerja dari 0 Volt sampai dengan 1,5 Volt , dan pin 3 sebagai ground. Polaritas pemasangan IC sensor LM 35 tidak boleh tertukar antara Vcc dan Gnd, hal in dapat berakibat dari error dari hasil pengukuran dan kerusakan sensor LM35. Tegangan operasi sensor LM35 yang dapat digunakan antara 4 Volt sampai 30 Volt. Meskipun tegangan sensor ini dapat mencapai 30 volt akan tetapi yang diberikan ke sensor adalah sebesar 5 volt, sehingga dapat digunakan dengan catu daya tunggal dengan ketentuan bahwa LM35 hanya membutuhkan arus sebesar 60 µA hal ini berarti LM35 mempunyai kemampuan menghasilkan panas (self-heating) dari sensor yang dapat menyebabkan kesalahan pembacaan . LM35 memiliki keakuratan cukup tinggi dan kemudahan perancangan jika dibandingkan dengan sensor suhu yang lain, LM35 juga mempunyai keluaran impedansi yang rendah dan linieritas yang tinggi sehingga dapat dengan mudah dihubungkan dengan rangkaian kendali khusus serta tidak memerlukan penyetelan lanjutan. 15 Keluaran sensor ini akan naik sebesar 10 mV setiap derajad celcius sehingga diperoleh persamaan sebagai berikut : VLM35 = Suhu* 10 mV Range suhu yang terukur dari IC LM 35 adalah suhu -550 C sampai 1500 C. Tegangan keluaran dapat diatur 0 volt pada suhu 00 C dan ketelitian dari transducer ini adalah ± 10 C. Berikut ini adalah karakteristik dari sensor LM35. 1. Memiliki sensitivitas suhu, dengan faktor skala linier antara tegangan dan suhu 10 mVolt/ºC, sehingga dapat dikalibrasi langsung dalam celcius. 2. Memiliki ketepatan atau akurasi kalibrasi yaitu 0,5ºC pada suhu 25 ºC 3. Memiliki jangkauan maksimal operasi suhu antara -55 ºC sampai +150 ºC. 4. Bekerja pada tegangan 4 sampai 30 volt. 5. Memiliki arus rendah yaitu kurang dari 60 µA. 6. Memiliki pemanasan sendiri yang rendah (low-heating) yaitu kurang dari 0,1 ºC pada udara diam. 7. Memiliki impedansi keluaran yang rendah yaitu 0,1 W untuk beban 1 mA. 8. Memiliki ketidaklinieran hanya sekitar ± ¼ % 16 2.4 Media Penampil ( LCD ) a. Kontruksi Lcd LCD display adalah sebuah modul yang di dalamnya terdapat beberapa komponen yang disusun menjadi satu, Tampilan LCD terdiri dari dua bagian, yakni bagian panel LCD yang terdiri dari banyak “titik” LCD dan sebuah mikrokontroller yang menempel dipanel yang berfungsi mengatur ‘titik-titik’ LCD tadi menjadi huruf atau angka yang terbaca. Huruf atau angka yang akan ditampilkan dikirim ke LCD dalam bentuk kode ASCII, kode ASCII ini diterima dan diolah oleh mikrokontroller di dalam LCD menjadi ‘titik-titik’ LCD yang terbaca sebagai huruf atau angka. Dengan demikian tugas mikrokontroller pemakai tampilan LCD hanyalah mengirimkan kode-kode ASCII untuk ditampilkan. Contoh dari LCD adalah sebagai berikut . Gambar 2.6 LCD 2x16 type JHD162 b. Spec Data dimensi LCD type JHD162A LCD type ini mempunyai dimensi yang cukup kecil, dimana detail dimensi dari type JHD162A adalah sebagai berikut. Gambar 2.7 dimensi LCD 2x16 type JHD162A 17 c. PIN interface LCD LCD type JHD162A memiliki 16 pin, setiap pin mempunyai fungsi masing-masing. Detail dari fungsi setiap pin LCD ini adalah sebagai berikut : Tabel 2.4 Pin Interface LCD Pin Simbol Description Function 1 VSS Ground 0V 2 VCC Power supply for logic circuit +5 V 3 VEE LCD contrast adjustment 4 RS Instruction/data register selection No RS=0 : instruction register RS=1: Data register 5 R/W Read/write Selection RW=0: Register Write RW=1: Register Read 6 E Enable signal 7 DBO 8 DB1 9 DB2 10 DB3 11 DB4 12 DB5 13 DB6 14 DB7 15 LED + Supply voltage for LED + +5 V 16 LED - Supply voltage for LED - 0V Data Input/output lines 8 bit : DB0-DB7 18 Berdasarkan JHD162A) tabel 2.4 Pin Interface LCD, agar media penampil (LCD tipe mampu menampilkan karakter yang diinginkan, pengawatannya adalah sebagai berikut : Gambar 2.8 Rangkaian Display LCD rangkaian 19 d. Karakter LCD Ada banyak karakter yang dapat ditampilkan oleh LCD diantaranya angka, huruf besar, huruf kecil dan sebagainya. Huruf atau angka yang akan ditampilkan dikirim ke LCD dalam bentuk kode ASCII. Detail karakter yang dapat ditampilkan oleh LCD type JHD162A adalah sebagai berikut. Tabel 2.5 Tabel Karakter LCD 20 2.5 Keypad 4x4 Keypad yang digunakan berukuran 4 kolom x 4 baris, modul ini dapat difungsikan sebagai perangkat input dalam aplikasi-aplikasi seperti pengaman digital, datalogger, absensi, pengendali kecepatan motor, setting suhu, robotik, dan sebagainya. Rangkaian dari keypad 4x4 adalah sebagai berikut. Gambar 2.9 Rangkaian Keypad 4x4 Spesifikasi : a. Dimensi : 9,3 cm (P) x 6,8 cm (L) x 1,5 cm (T) b. 16 tombol (dengan fungsi tergantung pada aplikasi). c. konfigurasi 4 baris (input scanning) dan 4 kolom (output scanning). Contoh gambar salahsatu keypad 4x4 yang ada dipasaran adalah sebagai berikut. Gambar 2.10 Contoh gambar keypad 4x4 21 2.6 Lampu LED Light-emitting diode atau LED adalah suatu semikonduktor yang memancarkan cahaya monokromatik yang tidak koheren ketika diberi tegangan maju, namun bila diberikan tegangan yang terlalu besar, LED akan rusak walaupun tegangan yang diberikan adalah tegangan maju. LED mempunyai kutub positif dan negatif (p-n) dan hanya akan menyala bila diberikan arus maju. Ini dikarenakan LED terbuat dari bahan semikonduktor yang hanya akan mengizinkan arus listrik mengalir ke satu arah dan tidak ke arah sebaliknya. Bila LED diberikan arus terbalik, hanya akan ada sedikit arus yang melewati chip LED. Ini menyebabkan chip LED tidak akan mengeluarkan emisi cahaya. Gambar 2.11 Contoh Lampu LED Pada saat ini warna-warna cahaya LED yang banyak ada adalah warna merah, kuning, hijau dan sebagainya. Untuk menghasilkan warna putih yang sempurna, spectrum cahaya dari warna-warna tersebut digabungkan, dengan cara yang paling umum yaitu penggabungan warna merah, hijau, dan biru, yang disebut RGB. 22 Pada dasarnya semua warna bisa dihasilkan, namun akan menjadi sangat mahal dan tidak efisien. Dalam memilih LED selain warna, perlu diperhatikan beberapa aspek diantaranya : 1. tegangan kerja, 2. arus maksimum dan disipasi daya-nya. 3. Rumah (chasing) LED bermacam-macam, ada yang persegi empat, bulat dan lonjong. Bahan semikonduktor yang sering digunakan dalam pembuatan LED adalah: 1. Ga As (Galium Arsenide,) meradiasikan sinar infra merah, 2. Ga As P (Galium Arsenide Phospide) meradiasikan warna merah dan kuning, 3. Ga P (Galium Phospide) meradiasikan warna merah dan kuning. 23 2.7. Software ATmega8535 Editor (Code Vision AVR Evaluation) Unjuk kerja dari suatu sistem yang menggunakan mikrokontroler ditentukan dari fungsi pemograman input dan output perangkat lunak yang diberikan. Salasatu software yang cukup popular untuk pemograman mikrokontroler adalah CodeVision AVR. Perangkat lunak ini mempunyai suatu keunggulan dari compiler lain, yaitu adanya codewizard, fasilitas ini memudahkan kita dalam inisialisasi mikrokontroler yang akan kita gunakan, codevision telah menyediakan konfigurasi yang bisa diatur pada masing-masing chip mikrokontroler yang akan kita gunakan, sehingga kita tidak perlu melihat datasheet untuk sekedar mengonfigurasi mikrokontroler. Gambar 2.12 Contoh Tampilan software CodeVision AVR Dalam menggunakan perangkat lunak ini, salasatu bahasa yang dapat digunakan adalah bahasa C. Bahasa C pada umumnya tediri dari 4 blok bagian yaitu : 1. Header 2. Deklarasi kontanta global dan atau variable 3. Fungsi atau prosedur 4. Program utama