BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Citra (Image) Menurut Kotler dan Amstrong (2006), citra merupakan seperangkat keyakinan, ide, dan kesan yang dimiliki oleh seseorang terhadap suatu objek. Sedangkat menurut Zetihaml dan Bitner (2006), citra merupakan manifestasi dari pengalaman dan harapan, sehingga citra mampu mempengaruhi persepsi konsumen akan suatu barang atau jasa. Menurut Sutojo (2004), citra yang baik dan kuat akan mempunyai manfaat-manfaat seperti berikut: 1. Daya saing jangka menengah dan panjang Banyak perusahaan yang membuat strategi dalam dunia bisnis dengan menciptakan produk baru atau mendiversifikasi produk yang telah ada, menurukan harga, memberikan potongan harga serta mengiklankan produknya. Dalam hal ini, citra perusahaan akan sangat membantu meningkatkan penjualan. 2. Memberikan proteksi selama masa krisis Perusahaan besar maupun kecil ada kalanya mengalami masalah, namun jika perusahaan atau produk memiliki citra positif pada konsumen cenderung tidak pernah di anggap buruk. Citra akan membangun kepercayaan ketika produk atau perusahaan mengalami masalah. 9 3. Menjadi daya tarik eksekutif handal Eksekutif handal merupakan harta yang sangat berharga bagi perusahaan manapun, karena mereka merupakan roda pemutar atau inti bagi suatu operasi bisnis perusahaan. Citra dapat membangun daya tarik eksekutif handal. 4. Meningkatkan efektivitas strategi pemasaran Dalam banyak kejadian, citra baik perusahaan menunjang efektivitas strategi perusahaan untuk meraih pangsa pasar. 5. Penghematan biaya operasional Perusahaan yang memiliki citra positif akan membutuhkan biaya yang lebih sedikit dalam mempromosikan produknya. 2.2 Pengertian Merek (Brand) Menurut Kotler & Amstrong (2006), merek didefinisikan sebagai “A brand is a name, term, sign, symbol, or design, or a combination of these intended to identify the goods or services of one seller or group of sellers and to differentiate them from those of competitors”. Pengertian merek menurut Simamora (2005), merek adalah tanda, nama, istilah, simbol, desain, atau kombinasinya yang ditujukan untuk mengidentifikasi dan mendiferensiasi (membedakan) barang atau layanan suatu penjual dari barang atau layanan penjual lain. Sedangkan menurut Sutarso (2007), merek adalah nama, terminologi, tanda, simbol atau desain atau kombinasi diantaranya, yang 10 ditujukan untuk menginderikasi barang atau jasa dari satu penjual atau kelompok penjual dan untuk membedakannya dari pesaing. Sedangkan menurut Tybout & Calkins (2005) pada penelitiannya menggambarkan bahwa good brand adalah “Set from what to a particular product is related, such as name, brand, symbol and sensory quality of a product or service” 2.3 Citra Merek (Brand Image) Bagi banyak perusahaan, merek dan segel yang diwakilinya merupakan asset yang terpenting sebagai dasar keunggulan kompetitif dan merupakan sumber penghasilan perusahaan dimasa yang akan datang. Jika suatu perusahaan telah memiliki merek tertentu perusahaan menghendaki adanya citra yang baik dari merek yang dimilikinya. Pengertian merek menurut Hankinson and Cowking pada penelitian Dennis, Murphy, Marsland, Cockett, dan Patel (2002) adalah as making a product or service distinctive by its ‘personality’ and ‘positioning relative to the competition’. Merek merupakan suatu atribut yang dipandang penting, terutama dalam menempuh persepsi yang positif dan konsumen akan percaya setelah menilai atribut yang dimiliki suatu produk atau merek. Karena produk sangat mudah sekali ditiru, tetapi merek khususnya citra merek (brand image) yang terekam dalam benak konsumen tidak akan dapat ditiru. Dimana menurut Kotler dan Armstrong (2006) bahwa citra itu merupakan seperangkat keyakinan, ide, serta 11 kesan yang dimiliki oleh seseorang terhadap suatu objek. Kemudian sikap dan tindakan orang tehadap suatu objek sangat ditentukan oleh citra objek tersebut. Sedangkan menurut Schiffmen dan Kanuk (2004), Citra Merek merupakan seperangkat keyakinan, ide dan kesan yang dimiliki oleh seseorang terhadap suatu merek. Menurut Hsieh, Pan dan Setiono (2004) pada penelitiannya mengatakan bahwa "A successful brand image enables consumers to identify the needs that the brand satisfies and to differentiate the brand from its competitors, and consequently increases the likelihood that consumers will purchase the brand.” Dengan demikian citra dapat diukur melalui pendapat, kesan, tanggapan seseorang, dengan tujuan untuk mengetahui secara pasti apa yang ada dalam pikiran setiap individu mengenai suatu objek, bagaimana mereka memahaminya dan apa yang mereka sukai atau tidak sukai dari objek tersebut. Dimana suatu citra terhadap suatu objek dapat berlainan bergantung persepsi perorangan bahkan bisa saja citra suatu objek sama bagi semua orang. Meskipun suatu perusahaan tidak mengalami banyak perubahan, citra yang melekat tidak akan bertahan lama. Daya tahan citra dapat menjelaskan bahwa sekali orang memiliki citra tertentu terhadap suatu objek, mereka akan mengamati data tentang objek tersebut secara selektif. Diperlukan informasi yang dapat meyakinkan untuk menimbulkan keraguan dalam diri individu tersebut untuk membuka jalan pikirannya terhadap informasi baru. Dengan demikian, citra memiliki pengalaman langsung yang baru atau terus menerus dengan objek yang berubah (Kotler dan Armstorng, 2006). Selanjutnya Kotler dan Armstrong (2006) 12 menjelaskan bahwa brand image adalah seperangkat keyakinan konsumen mengenal merek tertentu. Berdasarkan pendapat para ahli yang telah diuraikan sebelumnya, terdapat kesamaan mengenai pengertian brand image yaitu keseluruhan ingatan, pemahaman, dan sikap konsumen mengenai merek produk yang dapat dikomunikasikan dengan cara yang baik dan tepat sehingga identitas merek dapat diceminkan secara jelas dan dapat mengetahui secara pasti apa yang ada dalam pikiran setiap individu mengenai asosiasi suatu objek. 2.4 Manfaat Merek Menurut Keller dalam Tjiptono (2005), merek bermanfaat bagi produsen dan konsumen. Bagi produsen, merek berperan penting sebagai: 1. Sarana identifikasi untuk memudahkan proses penanganan atau pelacakan produk bagi perusahaan, terutama dalam pengorganisasian sediaan dan pencatatan akuntansi. 2. Bentuk proteksi hukum terhadap fitur atau aspek produk yang unik. Merek bisa mendapatkan perlindungan properti intelektual. Nama merek bisa diperoleh melalui merek dagang terdaftar (registered trademarks), proses pemanufakturan bisa dilindungi melalui hak paten, dan kemasan bisa diproteksi melalui hak cipta (copyright) dan desain. Hak-hak properti ini memberikan jaminan bahwa perusahaan dapat berinvestasi dengan aman dalam merek yang dikembangkannya dan meraup manfaat dari asset bernilai tersebut. 13 3. Signal tingkat kualitas bagi para pelanggan yang puas, sehingga mereka bisa dengan mudah memilih dan membelinya lagi lain waktu. Loyalitas merek seperti ini menghasilkan predictability dan security permintaan bagi perusahaan dan menciptakan hambatan masuk yang menyulitkan perusahaan lain untuk memasuki pasar. 4. Saran menciptakan asosiasi dan makna unik yang membedakan produk dari para pesaing. 5. Sumber keunggulan kompetitif, terutama melalui perlindungan hukum, loyalitas pelangganan, dan citra unik yang terbentuk dibenak konsumen. 6. Sumber financial returns, terutama menyangkut pendapatan masa datang. Sedangkan manfaat merek bagi konsumen adalah: 1. Identifikasi Bisa dilihat dengan jelas, memberikan makna bagi produk, gampang mengidentifikasi produk yang dibutuhkan atau dicari. 2. Praktikalitas Memfasilitasi penghematan waktu dan energi melalui pembelian ulang identik dan loyalitas. 3. Jaminan Memberikan jaminan bagi konsumen bahwa mereka bisa mendapatkan kualitas yang sama sekali pembelian dilakukan pada waktu dan di tempat berbeda. 14 4. Optimisasi Memberikan kepastian bahwa konsumen dapat membeli alternative terbaik dalam kategori produk tertentu dan pilihan terbaik untuk tujuan spesifik. 5. Karakterisasi Mendapatkan konfirmasi mengenai citra diri konsumen atau citra yang ditampilkan pada orang lain. 6. Kontinuitas Kepuasan terwujud melalui familiaritas dan intimasi dengan merek yang telah digunakan atau dikonsumsi pelanggan selama bertahun-tahun. 7. Hedonistik Kepuasan terkait dengan daya tarik merek, logo, dan komunikasinya. 8. Etis Kepuasan berkaitan dengan perilaku bertanggung jawab merek bersangkutan dalam hubungannya dengan masyarakat. 2.5 Keputusan Pembelian Menurut Fandy Tjiptono (2001) Keputusan pembelian merupakan hasil dari serangkaian proses yang meliputi pencarian informasi, membandingkan dan mengevaluasi produk dari berbagai macam merek dan aktivitas lainnya. Keputusan pembelian adalah hasil dari proses pengambilan keputusan yang meliputi aktivitas pengenalan masalah pencarian informasi, evaluasi, pengambilan keputusan dan perilaku setelah pembelian (Suryani, 2008). 15 Menurut Nitisusastro (2012), keputusan pembelian merupakan tahap proses akhir dari serangkaian tahapan proses yang terjadi pada perilaku konsumen. Dengan demikian maka pembahasan berikut ini menjelaskan tentang model keputusan konsumen, proses masuknya informasi, proses pertimbangan membeli, proses keputusan konsumen dan ke(tidak)puasan konsumen. Sedangkan menurut Jiang dan Rosenbloom (2005) dalam penelitian Doostar, Abadi Maryam, dan Abadi Reza (2012) menerangkan bahwa, “Consumer decision-making process can sometimes be a complex process and consumers can rely on the information about specific products and brands and their consumer experience gathered to reach purchase decision.” (hal 10140) Doostar, Abadi Maryam, dan Abadi Reza (2012) dalam penelitiannya menerangkan bahwa, “Operational definition of the purchase decision can be defined that every consumer has 5 stages of decision making, especially in complex decision situations: recognizing the problem, research to gather information, evaluate options, and make decisions about purchases, behavior after purchase. Purchasing process is started much before the actual time of purchase and its consequences continue until long time after the purchase.” (hal 10140) Berdasarkan pengertian yang telah dijelaskan, keputusan pembelian yaitu proses atau tahapan yang dilakukan oleh konsumen untuk memutuskan membeli suatu produk. Proses yang dilalui oleh konsumen yaitu dari pencarian informasi, membandingkan produk, keputusan untuk membeli produk, hingga evaluasi pasca pembelian. 16 2.5.1 Model Keputusan Konsumen Model keputusan konsumen merupakan urutan-urutan proses yang lazim oleh setiap individu konsumen ketika mengambil keputusan membeli. dijalani Urutan-urutan tersebut menurut Schiffman dan Kanuk (2000), meliputi masukan (input), proses (process) dan luaran (output). Dengan mempelajari pengalaman sendiri maupun dengan melakukan pengamatan orang lain cenderung berpendapat bahwa keputusan konsumen membeli, merangkum tiga tahapan proses yakni proses masuknya informasi, proses pertimbangan konsumen dalam membeli, dan diakhiri dengan proses pengambilan keputusan oleh konsumen. dalam hal ini keputusan seorang konsumen tidak selalu dalam bentuk keputusan untuk membeli, melainkan juga berupa keputusan untuk menunda membeli atau keputusan untuk tidak membeli sama sekali. Model keputusan sebagaimana yang telah digambarkan dapat diilustrasikan sesuai gambar berikut: 17 Upaya Pemasar Proses Masuknya Informasi Lingkungan Sosial Budaya Memenuhi Kebutuhan Proses Pertimbangan Membeli Pencarian Informasi Evaluasi Beberapa Alternatif/Pilihan Proses Keputusan Konsumen Beli/ Tidak Beli Evaluasi Pascabeli Sumber: Nitisusastro (2012) Gambar 2.1 Model Konsumen Mengambil Keputusan (Dimodifikasi) Model Schiffman dan Kanuk (2000) 2.5.2 Proses Masuknya Informasi Produk Menurut Nitisusastro (2012) pada proses masuknya infomasi produk, konsumen dipengaruhi oleh faktor eksternal yang di dalamnya terdapat dua subfaktor meliputi sub-faktor upaya para pemasar perusahaan dan sub-faktor sosial budaya. a. Upaya Para Pemasar Sub-faktor yang berupa upaya para pemasar perusahaan (firms marketing effort) bertujuan untuk mempengaruhi konsumen agar membeli produk-produk perusahaan yang dipasarkan. Upaya para pemasar perusahaan dilakukan dengan melakukan kegiatan komunikasi pemasaran. Upaya pemasar ini merupakan kegiatan yang dirancang melalui strategi pemasaran masing-masing perusahaan. 18 Komunikasi pemasaran yang dijalankan oleh setiap perusahaan berisi pesan-pesan pemasar yang dalam penyampaiannya menggunakan berbagai instrumen pemasaran atau bauran pemasaran (marketing mix). Bagaimanakah bauran-bauran pemasaran tersebut mempengaruhi konsumen, berikut penjelasannya: 1. Produk (Product) Produk merupakan sesuatu yang berupa barang dan atau jasa yang mampu memberikan manfaat dan nilai kepada konsumen. Sesuatu yang berupa barang merupakan produk barang yang memberikan manfaat bagi konsumen yang membelinya. Dikatakan bahwa produk selain memberikan manfaat juga memberikan sejumlah nilai bagi konsumen. Semakin tinggi nilai yang melekat pada sebuah produk, tentu semakin memberikan beban kepada harga barang tersebut. 2. Harga (Price) Bagi pelaku usaha, harga merupakan imbalan yang berupa pembayaran yang diterima oleh karena telah menyerahkan suatu produk barang atau jasa kepada konsumen. Bauran harga merupakan unsur yang sangat penting karena pembayaran atas harga yang dibayar oleh konsumen artinya pendapatan (sales revenue). Semakin banyak harga yang dibayar konsumen, semakin tinggi tingkat penjualan. Sebaliknya, harga bagi konsumen merupakan pengorbanan yang telah dikeluarkan guna memperoleh produk barang dan atau produk jasa. Bagi konsumen pengorbanan bukan semata-mata harga, akan tetapi masih mengandung sejumlah unsur lainnya seperti pengorbanan waktu, biaya, energi dan 19 perasaan yang digunakan untuk mendapatkan informasi tentang produk barang dan atau jasa yang diperlukan sampai dengan keputusan membeli. Menurut Kraljic (1983), Lehmann and O’Shaughnessy (1974), Lehmann and O’Shaughnessy (1982) pada penelitian Anderson, Thomson dan Wynstra (2000) mengatakan bahwa “The impact the product has on existing routines at the purchasing firm, the product complexity, its dollar value, and it’s judged strategic importance to the purchasing firm each can affect the importance given to price in the purchase decision.” Hal. 16 3. Saluran Distribusi (Channel of Distribution) Saluran distribusi merupakan jembatan penting antara produsen dengan konsumen. Baik produsen maupun konsumen sangat berkepentingan dengan adanya organisasi distribusi. Organisasi saluran distribusi bisa merupakan bagian dari organisasi produsen, akan tetapi bisa juga merupakan organisasi yang bebas dan berdiri sendiri di luar organisasi produsen. 4. Promosi (Promotion) Tujuan promosi tidak lain adalah untuk lebih memperkenalkan nama, manfaat, dan nilai yang melekat pada produk yang ditawarkan kepada masyarakat pada umumnya dan khususnya kepada calon-calon konsumen. Dewasa ini dengan semakin berkembangnya teknologi, tampilan komunikasi pemasaran baik melalui media cetak, media layar kaca maupun media audio semakin luas dan semakin bervariasi. Tujuan dan sasaran yang dapat dicapai mampu menjangkau wilayah yang sangat luas dengan target pembeli atau segmen pasar yang sangat luas. 20 5. Proses (Process) Proses merupakan bagian dari produk dan bagian dari kualitas produk. Perusahaan penjual produk jasa perlu menjalankan berbagai kebijakan yang bertujuan untuk mempermudah seluruh proses yang merupakan bagian dari produk dan bagian dari kualitas produk jasa. Setiap perusahaan akan melakukan berbagai usaha dan upaya perbaikan secara terus menerus agar konsumen melakukan kegiatan membeli. Konsumen akan terus termotivasi membeli disebabkan proses yang lebih mudah, murah dan menyenangkan. 6. Pendukung Fisik (Physical Evidents) Pendukung fisik adalah seluruh benda dan atau barang nyata yang diorganisasikan guna mewujudkan produk jasa yang ditawarkan kepada konsumen. Dua hal penting dalam penguasaan keunggulan pendukung fisik adalah keunikan dan kecanggihan. Semakin unik letak tanah dan bangunan, dalam arti tingkat strategis maka semakin memiliki daya tarik yang kuat terhadap konsumen. Demikian pula dengan tingkat kecanggihan, semakin canggih berbagai peralatan dan mesin yang dioperasikan, semakin memiliki daya tarik yang kuat terhadap konsumen. 7. Orang (People) Orang yang dimaksud dalam konteks ini adalah siapa saja yang ada ditempat, atau berada di sekitar tempat proses pelayanan diberikan. Pengertian orang disini terdiri dari orang selaku petugas perusahaan, orang selaku pembeli produk jasa yang dijual perusahaan, orang selaku pembeli 21 produk jasa yang dijual perusahaan, dan orang lainnya yang ada di tempat atau disekitar tempat proses pelayan diberikan. b. Lingkungan Sosial-Budaya Pengaruh lingkungan sosial budaya (Socio-cultural inputi), unsur- unsurnya bersumber dari lingkungan sosial-budaya seperti keluarga, sumber sumber informasi tidak formal, sumber informasi yang berasal dari informasi non komersial lainnya, kelas sosial, dan pengaruh budaya dan sub-budaya lainnya. Secara sederhana unsur-unsur lingkungan sosial budaya dijelaskan seperti berikut: 1. Budaya (culture) Budaya adalah karakter dari seluruh masyarakat yang di dalamnya meliputi faktor-faktor bahasa, pengetahuan, hukum, agama, kebiasaankebiasaan makan, musik, seni, teknologi, pola kerja, dan lain-lainnya yang memberikan arti bagi kelompok-kelompok tertentu. Budaya dapat juga didefinisikan sebagi satu tatanan kondisi sosial suatu kelompok masyarakat dalam suatu wilayah/daerah yang terkait dengan masalah bahasa, adat istiadat, nilai sosial, nilai keagamaan, kebiasaan, kesenian, kebudayaan, dan sejenisnya. Dengan demikian maka berbagai masalah yang terkait masalah sebagai diuraikan di atas, secara langsung atau tidak langsung menjadi dan merupakan unsur-unsur budaya. Budaya menunjukkan bangsa, setidaknya kebiasaan yang dilakukan oleh seseorang secara tidak langsung menunjukkan asal-usul dari mana ia berasal. 2. Demografi (Demography) 22 Adalah ilmu yang mempelajari tentang kependudukan dalam hal ukuran, struktur dan penyebaran. Ukuran berarti jumlah orang, struktur menggambarkan usia, pendapatan, pendidikan dan pekerjaan, distribusi menggambarkan penyebaran lokasi. Demografi juga merujuk pada tingkat vitalitas dan ukuran kependudukan, demografi membantu melokalisasikan target pasar dimana karakteristik psikologi dan socio-cultural membantu menggambarkan tentang bagaimana mereka berfikir dan bagaimana mereka berperasaan. Dengan demikian maka unsur-unsur yang merupakan pembentuk demografi sangat luas, meliputi gender, usia, tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, tingkat pendapatan, penyebaran penduduk, hobi, gaya hidup dan masih banyak lagi. 3. Kelas Sosial (Social Class) Kelas sosial didefinisikan dengan satu rangkaian tingkatan posisi sosial ekonomi dimana tiap anggota dari tingkat-tingkat strata menempati posisinya atau sejumlah kelompok yang membagi-bagi kelompoknya dalam strata tingkatan sosial ekonomi. Pendapat lainnya menyatakan bahwa kelas sosial merupakan tingkatan-tingkatan kelompok masyarakat secara imajiner ke dalam hal perbedaan dan kesamaan atas sikap, nilai, dan gaya hidup. Setiap kelas sosial ekonomi memiliki kesamaan dan atau perbedaan dalam kebutuhan dan keinginan. Dengan demikian maka kesamaan dan perbedaan ini akan mempengaruhi perilaku konsumen dalam kebutuhan dan keinginan. 23 4. Referensi Kelompok (Reference Group) Referensi kelompok adalah seseorang atau kelompok orang yang dijadikan acuan oleh seorang dalam membentuk pandangan tentang nilai tertentu, sikap atau pedoman berperilaku yang memiliki ciri-ciri khusus. Pendapat lain menyatakan bahwa referensi kelompok adalah perorangan atau kelompok nyata atau maya yang membayangkan mempunyai kesamaan penilaian aspirasi atau perilaku. Pendapat diatas memberikan inspirasi bagi pelaku usaha untuk mempengaruhi perilaku konsumen dengan cara menampilkan figur-figur masyarakat tertentu sebagai ‘pedoman’ dan acuan bagi konsumen untuk mengambil keputusan membeli. 5. Keluarga (Family) Pengertian tentang keluarga sangat luas dan beragam, keluarga didefinisikan sebagai dua atau lebih orang yang mempunyai hubungan darah, pernikahan, atau adopsi yang tinggal bersama. Pendapat lain menyatakan lazimnya satu unit keluarga adalah keluarga yang lengkap, terdiri dari tiga generasi yang hidup bersama dan yang sering terjadi tidak hanya kakek dan nenek, akan tetapi juga paman, bibi, keponakan, dan kerabat lainnya. Unit keluarga terdiri dari dua atau lebih orang yang saling memiliki keterikatan yang tinggal dan makan dalam tempat tinggal probagi. Dalam keputusan untuk memenuhi kebutuhan hidup lazimnya dilakukan oleh kepala keluarga atau si pencari nafkah. 24 2.5.3 Proses Pertimbangan Membeli Dalam proses pertimbangan membeli terdapat sub-sub proses pengenalan kebutuhan dan keinginan, pencaharian informasi yang relevan dengan kebutuhan dan keinginan dan evaluasi beberapa alternatif. Disamping itu selama berlangsungnya ketiga sub proses tersebut konsumen dipengaruhi oleh sejumlah unsur yang membentuk faktor internal individu. Unsur-unsur lingkungan internal tersebut meliputi persepsi, pembelajaran, kepribadian, motivasi dan sikap. Secara sederhana ketiga sub-proses tersebut dapat dijelaskan seperti berikut: Pengenalan Kebutuhan (need recognition) Pengenalan kebutuhan merupakan awal dari adanya permasalahan yang dihadapi konsumen yang perlu segera diselesaikan. Pencaharian Informasi Sebelum Membeli (Pre-Purchase Search) Banyak cara yang secara logika dapat digunakan oleh konsumen untuk mengukur tingkat keakuratan informasi yang dibutuhkan, apabila tidak tersedia informasi yang cukup. Pemilihan Alternatif (Evaluation of Alternatives) Memilih alternatif merupakan pekerjaan yang memerlukan pertimbangan secara relatif atas ketersediaan beberapa pilihan. Apabila tidak banyak pilihan yang tersedia, maka akan terbatas pula pilihan alternatif yang dapat dilakukan dan seseorang harus menerima apa yang ada. Analog dengan pencaharian informasi, maka semakin banyak informasi yang dapat diperoleh semakin banyak pula tersedia pilihan alternatif dan sebaliknya apabila tidak banyak infomasi yang dapat diperoleh, maka semakin 25 terbatas pula pilihan alternatif yang dapat dilakukan. Dengan demikian terdapat korelasi antara tersedianya infomasi dengan kemungkinan tersedianya pilihan alternatif. 2.5.4 Proses Keputusan Konsumen Keputusan Konsumen, Beli/Tidak Beli Keputusan konsumen bisa berupa beberapa kemungkinan, yakni membeli, menunda membeli atau tidak membeli. Untuk menunda membeli secara langsung dapat dikategorikan sebagai tidak atau belum membeli. Menunda membeli mungkin disebabkan oleh beberapa pertimbangan, antara lain belum merasa yakin terhadap barang yang akan dibeli atau ada faktor-faktor lainnya. Setelah keputusan diambil, maka dengan sendirinya konsumen bisa memanfaatkan barang yang telah dibeli untuk berbagai tujuan. Salah satu tujuannya adalah untuk memenuhi kebutuhan dan atau menyelesaikan masalah yang dihadapi. Bila demikian keadaanya, maka konsumen dapat merasakan sendiri apakah barang yang telah dibeli tersebut mampu memenuhi kebutuhannya, dalam arti mampu memberikan solusi yang diharapkan. Apabila barang yang telah dibeli mampu memenuhi kebutuhan yang diharapkan, maka konsumen tersebut merasakan kepuasan. Sebaliknya apabila barang yang telah dibeli tidak mampu memenuhi kebutuhannya atau bahkan membuat kesulitan, maka konsumen menjadi tidak puas. Akan berbeda halnya apabila barang yang telah dibeli tersebut tidak untuk digunakan sendiri, melainkan diberikan kepada orang lain. Konsumen yang membeli barang tersebut akan dapat melakukan evaluasi apabila ada respon dari 26 orang lain yang diberi barang tersebut. Namun apabila dari pihak orang yang dibeli tidak memberikan respon atau komentar, maka konsumen yang telah tidak memperoleh infomasi apapun. membeli Evaluasi Pascabeli Sikap konsumen direfleksikan dalam kognitif, afektif dan behavioral. Ketiganya berinteraksi dalam seluruh tahapan perilaku konsumen, sejak dari pengenalan masalah, pencaharian informasi, evaluasi alternatif, pengambilan keputusan, dan terakhir evaluasi pascabeli. Sebenarnya tidak ada perbedaan secara prinsip, masing-masing pakar menggunakan landasan berfikir yang sama, namun dengan terminologi acuan yang berbeda. PERTIMBANGAN Pengenalan Masalah SIKAP Pencaharian Alternatif Solusi Kognitif Evaluasi Alternatif Afektif Keputusan Konsumen Behavioral Evaluasi Pascabeli Sumber: J. Paul Peter-Jenny C. Olson (1999), Service Marketing hal. 153+150. (Diolah) Gambar 2.2 Proses Konsumen Mengambil Keputusan, Berdasarkan Sikap dan Pertimbangan Konsumen 27 2.5.5 Faktor-faktor Ke(Tidak)puasan Konsumen Sebuah penelitian yang dilakukan terhadap perilaku konsumen yang tidak puas terhadap produk barang yang telah mereka beli menyimpulkan bahwa negative word of mouth berdampak terhadap harapan pelanggan, citra merek atau perusahaan dan terhadap prospek penjualan dimasa yang akan datang. Keluhan pelanggan yang tidak puas dibedakan dalam tiga model yaitu a. Voice complaint adalah keluhan yang disampaikan langsung oleh pembeli yang tidak puas atas barang dan atau jasa yang telah dibeli tersebut kepada penjual. b. Private complaint merupakan keluhan yang disampaikan oleh pembeli yang tidak puas atas barang dan atau jasa yang telah dibeli tersebut kepada dan atau melalui teman atau kerabat. c. Third party complaint merupakan tingkat yang paling buruk, yakni keluhan yang disampaikan oleh pembeli yang tidak puas atas produk yang telah dibeli tersebut kepada penjual melalui lembaga atau organisasi independen. Dampak terhadap harapan pelanggan, citra merek atau perusahaan dan terhadap prospek penjualan dimasa dapat dimaksud akan lebih buruk lagi jika komoditi yang ditawarkan adalah produk jasa, karenanya perusahaan yang menjual produk jasa harus lebih sensitif terhadap gejala wom communications. WOM communications adalah komunikasi dari mulut ke mulut atau komunikasi gethok tular yang dilakukan oleh dan antar konsumen. Secara skematis dampak yang buruk dari WOM Comumunication diilustrasikan pada gambar berikut: 28 s m m Gambar 2.3 Dampak Lanjutan dari Customer Complaint, Menurut Halstead (2002) 2.6 Hubungan Citra Merek dengan Keputusan Pembelian Citra merek adalah keseluruhan ingatan, pemahaman, dan sikap konsumen mengenai merek produk yang dapat dikomunikasikan dengan cara yang baik dan tepat sehingga identitas merek dapat diceminkan secara jelas dan dapat mengetahui secara pasti apa yang ada dalam pikiran setiap individu mengenai asosiasi suatu objek Apabila brand suatu produk memiliki citra yang positif dimata konsumen, maka secara otomatis konsumen akan tertarik untuk membeli produk yang ditawarkan oleh perusahaan. Namun sebaliknya apabila brand suatu produk memiliki citra yang negatif, maka konsumen akan memutuskan untuk tidak membeli produk tersebut. Image yang baik atau positif dapat menjadi kekuatan bagi merek yang digunakan produk tersebut. Brand Image atau citra merek yang positif berkaitan dengan kesetiaan konsumen, kepercayaan konsumen, mengenai nilai merek yang positif, dan kesediaan untuk mencari merek tersebut. Citra merek yang positif dapat 29 membantu perusahaan mempengaruhi konsumen dalam memutuskan untuk membeli produk tersebut dimasa yang akan datang. 2.7 Penelitian Terdahulu Hasil penelitian yang dilakukan Rusmana (2010) dengan judul Pengaruh Citra Merek Eiger Traveling Gear Terhadap Proses Keputusan Pembelian Konsumen (Studi Pada Showroom Eiger Adventure Store Cabang Jatinangor Twon Square) terdapat pengaruh yang nyata dari citra merek terhadap proses keputusan pembelian. Analisis korelasi sebesar 0,570 yang menunjukkan adanya keeratan yang cukup baik hubungan antara citra merek terhadap proses keputusan konsumen. Nilai koefisien determinasi menunjukkan bahwa ada pengaruh antara citra merek dengan proses keputusan pembelian sebesar 32,5%, sedangkan sisanya sebesar 67,5% dipengaruhi variabel lain atau faktor lain seperti promosi penjualan dan bauran pemasaran lainnya. Selanjutnya melalui analisis regresi dengan menggunakan regresi linier sederhana dihasilkan persamaan yaitu Y=10,616+0,432X. Dari model tersebut memperlihatkan untuk setiap penambahan satu unit maka menaikan proses keputusan pembelian sebesar 0,432. 30