BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Kesehatan adalah hak setiap warga negara sekaligus merupakan investasi di masa depan. Pemerintah Indonesia telah menetapkan visi pembangunan kesehatan, yaitu “Indonesia Sehat 2015”, harapannya agar masyarakat Indonesia dapat hidup dalam lingkungan yang sehat, berperilaku hidup sehat dan dapat mengakses pelayanan kesehatan secara adil dan merata. Target Millenium Development Goals (MDG) angka kematian ibu di Indonesia tahun 2015 harus mencapai 125 per 100.000 kelahiran hidup (Prawirahardjo, S, 2006) Masalah kesehatan di Indonesia salah satu diantaranya adalah penyakit kanker. Kanker payudara merupakan salah satu masalah kesehatan wanita di Indonesia (juga di dunia), kanker payudara juga dipengaruhi karena adanya peningkatan angka harapan hidup, gaya hidup yang merugikan kesehatan, kondisi lingkungan. Kanker merupakan penyakit yang sangat ditakuti masyarakat karena sering menyebabkan kematian. Prevalensi kanker di seluruh dunia terus mengalami peningkatan, baik di negara-negara barat maupun di negara-negara bagian Asia. Laporan kanker dunia memperkirakan angka kejadian kanker akan meningkat menjadi 15 juta kasus baru di tahun 2020 (Ashton et al, 2009). Kanker payudara terjadi karena terganggunya sistem pertumbuhan sel di dalam jaringan payudara. Penyebab kanker payudara belum diketahui secara pasti, namun ada beberapa faktor yang mampu meningkatkan risiko terjadinya kanker payudara. Faktor-faktor tersebut meliputi riwayat pribadi tentang kanker payudara, 49 50 riwayat keluarga dengan kanker payudara, menstruasi dini, menopause pada usia lanjut, terapi pengganti hormon, radiasi, masukan alkohol, dan stres (Nurcahyo, 2010). Menurut data WHO (World Health Organization) menunjukkan bahwa 458.000 mortalitas per tahun terjadi kanker payudara pada wanita (Data WHO, 2008). Jumlah penderita kanker payudara di Amerika Serikat dan beberapa negara maju lainnya menduduki peringkat pertama (Luwia, 2009). Kasus kanker payudara di Amerika tercatat hampir 200.000 wanita yang terdiagnosis dan setiap tahunnya terdapat lebih dari 40.000 meninggal akibat penyakit ini (Chen et al, 2010). Data terbaru dari American Cancer Society telah menghitung bahwa di tahun 2013, terdapat 64.640 kasus kanker payudara. Sekitar 39.620 wanita meninggal dunia setiap tahunnya karena kanker payudara. Data Pathology Based Cancer Registry bekerja sama dengan yayasan kanker Indonesia, menunjukkan kanker payudara di Indonesia menduduki peringkat kedua dari semua jenis kanker yang sering diderita (Luwia, 2009). Dokter spesialis bedah kanker Rumah Sakit Kanker Dharmais yaitu Sutjipto menyatakan saat ini penderita kanker payudara di Indonesia mencapai 100 dari 100.000 penduduk. Sekitar 60-70% dari penderita tersebut datang pada stadium tiga, yang kondisinya terlihat semakin parah (Depkes, 2013). Berdasarkan data Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS) tahun 2009, kanker payudara menempati urutan pertama pada pasien rawat inap di seluruh rumah sakit di 51 Indonesia 21,69%, disusul kanker leher rahim 17%. Di propinsi Aceh pada tahun 2009 insidens rate kanker payudara 28,6 per 100.000 penduduk (Rasjidi, 2009). Secara umum, kanker payudara adalah salah satu penyebab kematian yang paling mengancam wanita selain kanker rahim dan kanker paru-paru. Sebagian besar kasus kanker payudara menyerang wanita diusia 40-45 tahun. Namun ada juga wanita di luar usia tersebut yang terserang (Nurcahyo, 2010). Hal ini mungkin disebabkan antara lain oleh gaya hidup yang jauh berbeda, pola makan, polusi lingkungan, penggunaan insektisida, zat-zat pengawet, pewarna, penyedap makanan, serta stress yang berkepanjangan. Semuanya ini mungkin turut mengambil andil dalam berkembangnya penyakit kanker dan penyakit degeneratif lainya seperti jantung koroner, diabetes, penyakit rheumatoid, dan sebagainya (Ranggiansanka, 2010). Dampak kanker payudara disamping fisik penderita, juga memerlukan pengobatan lama, membutuhkan biaya yang lumayan serta dampak psikologis penderita dan keluarga. Dengan demikian memerlukan adanya upaya untuk menyelamatkan wanita Indonesia dengan melaksanakan deteksi dini dan penanganan yang tepat misalnya melalui peningkatkan pengetahuan dan pemahaman masyarakat antara lain : pencegahan, kebiasaan deteksi dini, dan perilaku hidup sehat. Adapun upaya deteksi dini atau pencegahan kanker payudara yaitu dengan melakukan SADARI (Periksa Payudara Sendiri). SADARI adalah tindakan deteksi dini terhadap adanya gejala-gejala kanker payudara. Metode ini sangat sederhana, namun diharapkan dapat menekan tingginya angka penderita kanker 52 payudara, karena semakin awal terdeteksi maka semakin cepat proses pengobatan yang diperlukan. Penatalaksanaan kanker payudara dilakukan dengan serangkaian pengobatan yaitu pembedahan, terapi radiasi, kemoterapi, dan terapi kombinasi. Masing-masing cara dari pengobatan kanker tersebut masih memiliki kelemahan, sehingga pengobatan kanker pada umumnya sampai saat ini belum ada yang menunjukkan hasil yang memuaskan. Salah satu pengobatan yang dilakukan pasien kanker payudara adalah kemoterapi. Pengobatan ini menggunakan obat anti kanker untuk membunuh sel kanker (Ramli, 2005). Resiko terjadinya kanker payudara adalah pada wanita yang sudah memasuki usia reproduksi salah satunya bagi wanita yang telah berumah tangga. Bagi wanita yang telah berumah tangga menderita kanker payudara ini sangat dikhawatirkan. Karena banyak faktor yang akan membuatnya tidak percaya diri lagi akan dirinya dan takut akan perubahan sikap suami akan penyakit yang diderita. Oleh karena itu ibu takut untuk segera menyatakan atau mengeluh kepada suami saat sudah ada tanda atau perubahan pada payudara (Hawari, 2009). Menurut Yusuf (2010) menyatakan bahwa reaksi suami berbeda dalam mengetahui penyakit yang dialami/diderita oleh istri dan sangat individual, tergantung dengan tipe dan sifat suami. Ada tipe suami yang sangat membantu penyembuhan istri, ada juga yanng tidak mau membantu, atau ada juga yang mau membantu walaupun tidak sepenuhnya. Jadi sangat penting peranan suami pada saat ibu mengalami kanker payudara. Karena dengan peranan suami atau dukungan suami ini sangat berpengaruh pada istri untuk memberikan rasa percaya dirinya agar tidak putus asa akan penyakit yang dialami. Jika peranan suami 53 berubah akan membuat istri menjadi stress sehingga penyakit yang diderita menjadi semakin tidak membaik (Hawari, 2009) Menurut Sudrajat, C. A. (2012), dukungan memiliki peranan penting untuk mencegah dari ancaman kesehatan mental. Dukungan bagi penderita kanker terutama yang menjalani perawatan dirumah sakit memiliki peranan penting karena banyaknya tindakan pengobatan yang dapat menimbulkan stes yang terusmenerus sehingga dapat memperburuk kondisi psikologis penderita selain adanya faktor internal yang mempengaruhi. Ikatan emosional yang erat dengan pasangan, teman, dan keluarga, berpengaruh cukup besar dalam membantu seorang wanita penderita kanker payudara dalam melawan penyakitnya, Wanita yang secara sosial terisolasi beresiko 61 persen meninggal dalam kurun waktu tiga tahun sejak penyakitnya didiagnosa. Para ahli mengatakan, dukungan emosional adalah faktor yang krusial dalam penyembuhan penyakit. Kami menemukan bahwa wanita yang punya ikatan sosial lemah memiliki risiko kematian lebih besar dibanding dengan mereka yang mendapat dukungan emosional dari orang-orang yang menyayanginya, kata ketua peneliti Dr.Candyce Kroenke. Sebenarnya yang lebih penting bukan jumlah teman atau anggota keluarga, tetapi kualitas dari hubungan tersebut. Bahkan wanita yang tidak dekat secara emosi dengan keluarga atau temannya tapi aktif dalam komunitas juga memiliki usia harapan hidup lebih tinggi. (Sutjipto, 2013) 54 Berdasarkan data yang diperoleh dari Poli Bedah Rumah Sakit Ibu dan Anak Pemerintah Aceh pada tahun 2012 jumlah kunjungan pasien kanker payudara sebanyak 78 orang. Tahun 2013 dari bulan Januari sampai Agustus 2013, jumlah kunjungan pasien kanker payudara meningkat sebanyak 118 orang. Berdasarkan studi pendahuluan yang peneliti lakukan di Rumah Sakit Ibu dan Anak Pemerintah Aceh, di peroleh informasi, bahwa dari 20 orang ibu yang mengalami kanker payudara, 9 orang ibu mengatakan selalu didampingi suami setiap kali ibu mau berobat atau kemoterapi. 7 orang ibu mengatakan selama pengobatan ini, kurang mendapat dukungan suaminya, selama berobat ia hanya ditemani oleh saudaranya dan tidak pernah dibesuk oleh suaminya, serta 4 orang ibu mengatakan ada yang ditinggal suaminya sejak menderita kanker payudara, Berdasarkan uraian diatas peneliti tertarik melakukan penelitian di Rumah Sakit Ibu Dan Anak dengan judul ”Hubungan Dukungan Dan Sikap Suami Dengan Motivasi Ibu Dalam Pengobatan Kanker Payudara Di Rumah Sakit Ibu Dan Anak Pemerintah Aceh Tahun 2014”. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas peneliti dapat merumuskan permasalahan penelitian tentang apakah ada ”Hubungan Dukungan Dan Sikap Suami Dengan Motivasi Ibu Dalam Pengobatan Kanker Payudara Di Rumah Sakit Ibu Dan Anak Pemerintah Aceh Tahun 2014”. 55 C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui Hubungan Dukungan Dan Sikap Suami Dengan Motivasi Ibu Dalam Pengobatan Kanker Payudara di Rumah Sakit Ibu dan Anak Pemerintah Aceh Tahun 2014. 2. Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui Hubungan Dukungan Suami Dengan Motivasi Ibu Dalam Pengobatan Kanker Payudara di Rumah Sakit Ibu dan Anak Pemerintah Aceh Tahun 2014. b. Untuk mengetahui Hubungan Sikap Suami Terhadap Motivasi Ibu Dalam Pengobatan Kanker Payudara di Rumah Sakit Ibu dan Anak Pemerintah Aceh Tahun 2014. D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Rumah Sakit Ibu dan Anak Banda Aceh Menjadi salah satu tambahan/sumber informasi dalam memberikan pelayanan tentang kanker payudara dan sebagai bahan dalam memberikan penjelasan kepada suami tentang kanker payudara yang di alami ibu 2. Bagi Institusi Pendidikan Sebagai referensi, sumber bahan bacaan dan bahan pengajaran terutama yang berkaitan dengan dukungan dan sikap suami dengan motivasi ibu dalam pengobatan kanker payudara 56 3. Bagi Peneliti Menjadi salah satu sumber informasi tambahan dalam memberikan pelayanan dan sebagai bahan dalam memberikan penjelasan kepada suami tentang motivasi ibu dalam pengobatan kanker payudara 57 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kanker Payudara 1. Definisi Kanker payudara (Carcinoma mammae) adalah penyakit neoplasma ganas yang berasal dari kelompok parencgyma (Smart, 2010). Kanker payudara adalah tumor ganas yang menyerang jaringan payudara. Jaringan payudara tersebut terdiri dari kelenjar susu (kelenjar pembuat air susu), saluran kelenjar (saluran air susu) dan jaringan penunjang payudara. (Mardiana, 2009). Kanker payudara adalah tumor ganas yang menyerang jaringan payudara, jaringan payudara tersebut terdiri dari kelenjar susu, saluran kelenjar, dan jaringan penunjang payudara (Luwia, 2009). Kanker payudara adalah tumor ganas yang menyerang jaringan payudara, jaringan payudara tersebut terdiri dari kelenjar susu, saluran kelenjar, dan jaringan penunjang payudara (Nurcahyo, 2010). 2. Epidemiologi Kanker Payudara Kini sebagian besar penyakit yang sebenarnya membunuh manusia dalam masa janin, anak-anak, dan orang dewasa telah dikendalikan, sehingga orang tua yang terkena kanker semakin mendapatkan perhatian yang cermat. Penelitian menunjukkan, seorang wanita mempunyai peluang 7% mengembangkan kanker payudara (Jones, 2005) 58 Sampai saat ini, penyebab kanker payudara belum diketahui secara pasti. Penyebab kanker payudara termasuk multifaktorial, yaitu banyak faktor yang terkait satu dengan yang lain. Beberapa faktor yang diperkirakan mempunyai pengaruh besar dalam terjadinya kanker payudara adalah riwayat keluarga, hormonal dan faktor lain yang bersifat eksogen. Menurut Prawiroharjo (2005) kanker payudara menduduki tempat nomor dua dari insiden semua tipe kanker di Indonesia, baik menurut penyelidikan bagian Patologi Universitas Indonesia (Prof. Soetomo Tjokronegoro), maupun registrasi yang terbaru dari “Proyek Penelitian Registrasi Kanker di RSCM mengadakan registrasi dan ditemukan 2606 kasus kanker. Kanker serviks uteri (633 kasus) yang terbanyak, kanker payudara (385 kasus) yang nomor 2 terbanyak, dan kanker nasofarinks nomor 3, yaitu 282 kasus. Umur penderita kanker payudara yang termuda adalah 20-29 tahun, yang tertua 80-89 tahun, dan yang terbanyak berumur 40-49 tahun, yakni 130 orang. 3. Tipe kanker payudara Tipe kanker payudara antara lain (Gilly, 2010) : a. Karsinoma In Situ Karsinoma in situ ditandai dengan proliferasi sel epitel maligna yang tetap terkurung dalam duktus terminal. Ada dua jenis penyakit in situ yaitu karsinoma lobulus in situ atau karsinoma duktus in situ. 59 b. Kanker payudara Invasif Karsinoma invatif memiliki kemampuan untuk menyebar dari struktur payudara. Dua jenis utama kanker payudara invatif adalah karsinoma lobulus dan duktus. Kanker ini memiliki potensi metastasis atau menyebar keseluruh tubuh meskipun di setiap kasus, ini tidak selalu terjadi. c. Penyakit Paget Insiden kanker payudara ini rendah, biasanya penyakit ini mengenai jaringan epidermis puting dan wanita sering kali mengunjungi dokter karena adanya rabas dari puting, perubahan kulit seperti ekzema, reaksi puting dan kadangkadang adanya penebalan pada jaringan dasar payudara. Pengobatan tergantung pada pengobatan yang di setujui oleh wanita dan pilihan tertentu yang di tetapkan oleh dokter bedah. Eksisi pada puting dan jaringan dasar payudara, baik dengan radioterapi pascaoperasi maupun mastektomi, biasa dilakukan. d. Kanker payudara Inflamasi Sekitar 4% kanker payudara di diagnosis sebagai kanker payudara inflamasi. Wanita menunjukkan tanda, diantaranya payudara bengkak dan merah, serta oedema pada kulit dengan dalam durasi pada jaringan dasar payudara (peau d’orange). Secara keseluruhan pasien kanker ini yang mampu bertahan hidup sangat sedikit. Radioterapi dan kemoterapi merupakan prosedur tetap pengobatan kondisi ini 60 4. Faktor resiko Kanker Payudara a. Riwayat keluarga Kanker payudara dalam keluarga dapat berdampak signifikan risikonya. Seseorang akan memiliki risiko terkena kanker payudara lebih besar bila anggota keluarganya ada yang menderita kanker payudara. Penelitian Indrati (2005) menunjukkan bahwa diperkirakan 15% sampai dengan 20% kanker payudara dihubungkan dengan adanya riwayat pada keluarga. Keluarga yang memiliki gen BRCA1 yang diturunkan memiliki risiko terkena kanker payudara lebih besar. b. Riwayat menstruasi Wanita tidak dapat mengendalikan jumlah estrogen yang diproduksi ovarium setiap waktu. Seorang wanita yang masih muda mendapat periode menstruasi pertama atau terlambat menopause akan mengakibatkan jumlah estrogen dan hormon lain yang diproduksi ovarium didapat lebih banyak. Wanita yang mendapat periode menstruasi pertama sebelum usia 12 tahun atau menopause setelah usia 55 tahun, berisiko terkena kanker payudara lebih tinggi daripada wanita dengan lebih sedikit mendapat hormon yang diproduksi ovarium (Indrati, 2005). c. Faktor reproduktif Wanita yang tidak pernah melahirkan atau melahirkan pertama kali di atas umur 30 tahun memiliki risiko lebih besar terkena kanker payudara dibandingkan dengan wanita yang melahirkan di bawah umur 30 tahun. Kehamilan pertama sebelum umur 18 tahun memiliki risiko setengah dari 61 wanita yang hamil setelah berumur 30 tahun. Kehamilan dini akan mencegah epithelium payudara dari carsinogenesis atau efek negatif dari kehamilan yang terlambat (Stephen, et al, 2002). d. Terapi radiasi pada dada sebelum usia 30 tahun Wanita yang mengalami terapi radiasi pada dadanya sebelum usia 30 tahun dan khususnya selama masa remaja, mungkin berisiko lebih tinggi berkembangnya kanker payudara (Price & Lorraine, 2005). e. Faktor Umur Umur sangat penting sebagai faktor risiko kanker payudara. Kejadian kanker payudara meningkat cepat pada usia reproduktif dan setelah itu meningkat pada laju yang lebih rendah (Pherson & Steel, 2000). Wanita berumur lebih dari 30 tahun mempunyai kemungkinan yang lebih besar untuk terkena kanker payudara. Risiko ini akan terus meningkat sampai umur 50 tahun dan setelah menopause (Dupont & Page, 2004). f. Masa Menyusui Penelitian menunjukkan bahwa resiko menderita kanker payudara menurun seiring dengan peningkatan durasi, dengan menyusui setiap bayi selama 3 bulan atau lebih dapat memberi perlindungan yang terbaik. g. Diet, Berat Badan, dan Alkohol Uji terhadap konsumsi lemak telah dilakukan, tetapi tidak ada kesimpulan pasti yang dapat diambil dari data yang tersedia meskipun telah terbukti bahwa wanita obesitas beresiko lebih tinggi dibandingkan wanita yang ramping. 62 Alkohol cukup meyebabkaan peningkatan resiko kanker payudara, terutama pada wanita pra-menopause yang bertubuh kurus (Gilly, 2010). 5. Gejala Kanker Payudara Gejala yang di temukan : a. Adanya benjolan pada payudara b. Perubahan ukuran atau bentuk payudara c. Keluar cairan yang abnormal dari puting susu (biasanya berdarah atau berwarna kuning sampai hijau, mungkin juga bernanah) d. Perubahan pada warna atau tekstur kulit pada payudara, puting susu maupun aerola (daerah berwarna coklat tua disekeliling puting susu) e. Payudara tampak kemerahan f. Kulit disekitar puting susu bersisik g. Puting susu tertarik kedalam atau terasa gatal h. Nyeri payudara atau pembengkakan salah satu payudara (Gilly, 2010) Pada stadium lanjut bisa timbul nyeri tulang, penurunan berat badan, pembengkakan lengan atau ulserasi kulit. 6. Upaya Pencegahan Rasjidi (2009) menyebutkan upaya-upaya yang dilakukan untuk mencegah timbulnya kanker payudara yaitu: 63 1). Pencegahan primer Pencegahan primer pada kanker payudara adalah salah satu bentuk promosi kesehatan karena dilakukan pada orang yang sehat melalui upaya menghindarkan diri dari keterpaparan pada berbagai faktor risiko dan melaksanakan pola hidup sehat. Pencegahan primer berupa pemeriksaan SADARI (pemeriksaan payudara sendiri) yang dilakukan secara rutin sehingga bisa memperkecil faktor risiko terkena kanker payudara. Hall et al (2013) mengungkapkan bahwa kematian akibat kanker payudara lebih sedikit pada wanita yang melakukan pemeriksaan SADARI dibandingkan yang tidak. Sensitivitas SADARI untuk mendeteksi kanker payudara sebanyak 26%. 2). Pencegahan sekunder Pencegahan sekunder dilakukan terhadap individu yang memiliki risiko terkena kanker payudara. Pencegahan sekunder dilakukan dengan melakukan deteksi dini. Deteksi dini dapat dilakukan melalui skrining dengan mammografi. Skrining melalui mammografi memiliki akurasi 90% dari semua penderita kanker payudara, tetapi keterpaparan terus-menerus pada mammografi pada wanita yang sehat merupakan salah satu faktor risiko terjadinya kanker payudara. 3). Pencegahan tertier Pencegahan tertier biasanya diarahkan pada individu yang positif menderita kanker payudara. Pencegahan tertier sangat penting untuk meningkatkan kualitas hidup penderita, mencegah komplikasi penyakit, dan meneruskan pengobatan. Penanganan yang tepat untuk penderita kanker payudara 64 yang sesuai dengan stadiumnya dapat memperpanjang harapan hidup penderita dan mengurangi kecacatan 7. Pengobatan Saifuddin (2006) menjelaskan beberapa pengobatan kanker payudara yang penerapannya banyak tergantung pada stadium klinik penyakit meliputi: 1). Mastektomi Mastektomi adalah operasi pengangkatan payudara. Ada 3 jenis mastektomi: a). Modified radical mastectomy, yaitu operasi pengangkatan seluruh payudara, jaringan payudara di tulang dada, tulang selangka dan tulang iga, serta benjolan di sekitar ketiak. b). Total mastectomy, yaitu operasi pengangkatan seluruh payudara saja, tetapi bukan kelenjar di ketiak. c). Radical mastectomy, yaitu operasi pengangkatan sebagian dari payudara. Biasanya disebut lumpectomy, yaitu pengangkatan hanya pada jaringan yang mengandung sel kanker, bukan seluruh payudara. Operasi ini selalu diikuti dengan pemberian kemoterapi. 2). Radiasi Radiasi merupakan proses penyinaran pada daerah yang terkena kanker dengan menggunakan sinar X dan sinar gamma yang bertujuan untuk membunuh sel kanker yang masih tersisa di payudara setelah operasi. Efek pengobatan ini 65 adalah tubuh menjadi lemah, warna kulit di sekitar payudara menjadi hitam. nafsu makan berkurang, hemoglobin dan leukosit cenderung menurun. 3). Terapi hormon Terapi hormon adalah bentuk pengobatan seluruh tubuh yang sangat efektif untuk menurunkan risiko reseptor hormon positif kanker payudara datang kembali atau berkembang. Terapi hormon dapat digunakan untuk menurunkan risiko kanker payudara jika berisiko tinggi, pada kanker payudara non-invasif digunakan untuk menurunkan risiko kanker datang kembali, penyakit metastatik (lanjutan), pada kanker payudara invasif digunakan untuk menyusutkan tumor besar, dan menurunkan risiko kanker datang kembali setelah pengobatan pertama kanker payudara (operasi, kemoterapi,dan radiasi). 4). Terapi bertarget Terapi kanker bertarget merupakan pengobatan kanker yang menetapkan sasaran ciri khusus sel kanker seperti protein dan enzim. Terapi bertarget tidak membahayakan sel sehat atau normal. Terapi bertarget berupa antibodi yang bekerja seperti antibodi yang dibuat sistem imun. Terapi bertarget disebut juga terapi bertarget imun. 5). Kemoterapi Kemoterapi yang digunakan agen antineoplasma dan obat hormonal memengang peranan penting dalam pengobatan kanker paru. Peran dari agen ini cepat berubah sama cepatnya dengan peningkatan pemahaman tentang kangker payudara dan biologi tumor. Semua rekomendasi umum dapat dimodifikasi oleh faktor resiko lainnya (seperti ukuran tumor primer, derajat histologis, aneuploid, 66 indeks proliferatif dan reseptor hormon). Kemoterapi adjuvan untuk kangker payudara melibatkan obat multiple yang lebih efektif dari pada terapi dosis tunggal. Kombinasi yang paling sering dianjurkan adalah CMF dan meliputi siklofosfamid (Cytoxan), metotrexat, fluorasil, (5-FU) dengan atau tanpa temoksifen. Kombinasi kemoterapi dan hormon-hormon seperti temoksifen dapat meningkatkan laju respon tetapi belum menunjukkan secara bermakna peningkatan bertahan hidup. Pemberian bersama kemoterapi dengan iradiasi pada payudara dapat mengkibatkan efek samping dan toksisitas yang lebih menonjol. Pada tumor yang lebih membesar, kemoterapi dapat diberikan pada praoperasi untuk mengecilkan tumor, membuatnya lebih mudah untuk direkseksi melalui pembedahan. 8. Klasifikasi Klinik (penentuan stadium kanker) Rasjidi (2009) menyebutkan tahapan atau stadium kanker payudara sebagai berikut: a). Stadium 0 Tahap sel kanker payudara tetap di dalam kelenjar payudara, tanpa invasi ke dalam jaringan payudara normal yang berdekatan. b). Stadium I Benjolan kanker tidak melebihi dari 2 cm dan tidak menyebar keluar dari payudara. Perawatan sistematis akan diberikan pada kanker stadium ini, tujuannya adalah agar sel kanker tidak menyebar dan tidak berlanjutan. 67 c). Stadium II A c). Stadium II B Tumor lebih besar dari 2 cm, tetapi tidak ada yang lebih besar dari 5 cm dan telah menyebar ke kelenjar getah bening ketiak, atau tumor yang lebih besar dari 5 cm tapi belum menyebar ke kelenjar getah bening ketiak. Stadium ini perlu dilakukan operasi untuk mengangkat sel-sel kanker yang ada pada seluruh bagian penyebaran dan setelah operasi perlu dilakukan penyinaran untuk memastikan tidak ada lagi sel-sel kanker yang tertinggal. d). Stadium III A Tidak ditemukan tumor di payudara. Kanker ditemukan di kelenjar getah bening ketiak yang melekat bersama atau dengan struktur lainnya, atau kanker ditemukan di kelenjar getah bening di dekat tulang dada, atau tumor dengan ukuran berapapun dimana kanker telah menyebar ke kelenjar getah bening ketiak, terjadi perlekatan dengan struktur lainnya. e). Stadium III B Kanker sudah menyusup ke luar dari bagian payudara yaitu ke kulit, dinding dada, tulang rusuk, dan otot dada. Perlu dilakukan pengangkatan payudara pada stadium ini. f). Stadium IV Sel-sel kanker sudah mulai menyerang bagian tubuh lainnya seperti tulang, paru-paru, hati, otak, kulit dan kelenjar limfa, yang ada di dalam batang leher. Tindakan yang harus dilakukan adalah pengangkatan payudara. 68 Berdasarkan data PERABOI (Perhimpunan Ahli Bedah Onkologi Indonesia) dalam Rasjidi (2009) didapatkan data rata-rata prognosis harapan hidup (survival rate) penderita kanker payudara per stadium sebagai berikut: 1). Stadium 0 : 10 tahun dengan harapan hidup 98%. 2). Stadium I : 5 tahun dengan harapan hidup 85%. 3). Stadium II : 5 tahun dengan harapan hidup 60-70%. 4). Stadium III : 5 tahun dengan harapan hidup 30-50%. 5). Stadium IV : 5 tahun dengan harapan hidup 5%. 9. Pencegahan kanker payudara Berikut ini adalah beberapa langkah sederhana untuk mencegah terjadinya kangker payudara. a. Berolah raga secara teratur Berolah raga dapat menurunkan kadar estrogen yang terdapat dalam tubuh sehingga mengurangi resiko kanker payudara. b. jangan memasak daging terlalu matang Daging-daging yang dimasak/di panggang menghasilkan senyawa karsio karsinogenik semakin lama dimasak semakin banyak senyawa ini. c. konsumsi buah dan sayuran Makanan dari tumbuh-tumbuhan banyak mengandung anti oksidan yang tinggi diantaranya vitamin A, C, E dan mineral selenium, yang dapat mencegah kerusakan sel yang bisa menjadi penyebab kanker. 69 d. Konsumsi suplemen anti oksidan Suplemen tidak dapat digantikan dengan sayur dan buahan, tetapi suatu formula anti oksidan bisa merupakan tambahan makanan yang dapat mencegah kanker payudara. e. Konsumsi kacang-kacangan Selain dalam kedelai, fitro ekstrogen juga terdapat dalam kacang-kacang lainnya. f. Hindari alkohol Banyak penelitian yang menunjukkan bahwa semakin banyak mengkonsumsi alkohol, maka resiko kanker payudara semakin bertambah karena alkohol meningkatkan kadar ekstrogen dalam darah. g. Berjemur di bawah sinar matahari Sedikit sinar matahari pagi dapat membantu mencegah kanker payudara, karena pada saat matahari mengenai kulit, tubuh membuat vitamin D. Vitamin D akan membantu jaringan payudara menyerap kalsium sehingga menguragi resiko kanker payudara. h. Jangan merokok Rokok mengandung nikotin yang menyebabkan kanker. Oleh karena itu dianjurkan wanita atau pun pria jangan merokok. i. Memberikan asi rutin Menyusui berhubungan dengan berkurangnya resiko kanker payudara sebelum masa menopause (Teguh, 2010). 70 10. Komplikasi penyakit kanker payudara Komplikasi penyakit kanker payudara metastatik diantaranya metastase (otak, paru, hati, tulang tengkorak, vertebra iga, tulang panjang), fibrosis payudara, gangguan neurovaskuler, dan kematian (Sjamsuhidayat dan Jong, 2004). Smeltzer & Bare (2002) menyatakan potensial komplikasinya dapat mencakup limfedema yang terjadi jika saluran limfe yang menjamin aliran balik limfe bersirkulasi umum tidak berfungsi dengan kuat, jika nodus aksilaris dan sistem limfe diangkat maka sistem kolater dan auksilaris harus mengambil alih mereka. Limfedema biasanya dapat dicegah dengan meninggikan setiap sendi lebih tinggi dari sendi yang lebih proksimal. Metastase dapat terjadi ke tulang belakang, mungkin terjadi kompresi medula spinalis. Metastase otak terjadi kira-kira 30% pada pasien dengan penyakit metastatik, ini dapat mengganggu baik secara fisik ataupun secara psikologi bagi penderita. B. Dukungan suami 1. Pengertian suami Suami adalah pemimpin dan pelindung bagi istrinya, maka kewajiban suami terhadap istrinya ialah mendidik, mengarahkan serta mengertikan istri kepada kebenaran,kemudian membarinya nafkah lahir batin, mempergauli serta menyantuni dengan baik (Suparyanto, 2011) Suami adalah pria yang menjadi pasangan hidup resmi seorang wanita atau istri (Pusat Bahasa Depdiknas, 2005). Kamus besar bahasa Indonesia mengartikan bahwa suami adalah pria yg menjadi pasangan hidup resmi seorang wanita (istri) yg telah menikah. Suami adalah pasangan hidup istri (ayah dari anak-anak), suami mempunyai suatu 71 tanggung jawab yang penuh dalam suatu keluarga tersebut dan suami mempunyai peranan yang penting, dimana suami sangat dituntut bukan hanya sebagai pencari nafkah akan tetapi suami sebagai motivator dalam berbagai kebijakan yang akan di putuskan termasuk merencanakan keluarga 2. Peran atau dukungan suami Peran adalah perangkat tingkah yg diharapkan dimiliki oleh orang yang berkedudukan di masyarakat. Peran juga merupakan suatu kumpulan norma untuk perilaku seseorang dalam suatu posisi khusus, seperti seorang istri, suami, anak, guru, hakim, dokter, perawat, rohanian, dan sebagainya (Suparyanto, 2011). Jadi yang dimaksud dengan peran suami adalah perangkat tingkah yang dimiliki oleh seorang lelaki yang telah menikah, baik dalam fungsinya di keluarga maupun di masyarakat. Menurut Sudrajat, C. A. (2012), dukungan memiliki peranan penting untuk mencegah dari ancaman kesehatan mental. Dukungan bagi penderita kanker terutama yang menjalani perawatan dirumah sakit memiliki peranan penting karena banyaknya tindakan pengobatan yang dapat menimbulkan stes terusmenerus sehingga dapat memperburuk kondisi psikologis penderita selain adanya faktor internal yang mempengaruhi. Sistem dukungan adalah segala fasilitas berupa dukungan yang di berikan kepada pasien yang bersumber dari keluarga, teman dan masyarakat sekitar. Model terapi dukungan merupakan model psikoterapi baru yang dimulai digunakan diberbagai negara seperti rumah sakit, klinik psikiatri atau kehidupan 72 masyarakat. Model perawatan supportive therapy ini berbeda dengan modelmodel lain karena tidak tergantung pada konsep dan teori. Teori tersebut menggunakan teori psikodinamis untuk memahami perubahan pada seseorang (Stuart dan laraia, 2005) Menurut Stuart dan laraia (2005), sebuah studi menunjukkan bahwa terapi dukungan ini sangat efisien untuk menangani kondisi kejiwaan yang tidak menentu, stres trumatik dan efektif untuk mengatasi kecemasan serta gangguan psikologis lainnya, prinsip utama terapi dukungan menurut Stuart dan laraia adalah : a. Menolong pasien dalam menangani perasaan yang tidak menentu b. Berupa dukungan keluarga atau dukungan sosial c. Berfokus pada keadaaan sekarang d. Menurutkan kecemasan melalui sistem dukungan e. Menolong pasien untuk menghindari situasi krisis 3. Aspek Dukungan Suami Dukungan suami sebagai transaksi interpersonal yang melibatkan satu atau lebih aspek-aspek, berikut ini: a. Dukungan Informasi Bantuan informasi dengan membantu individu untuk menemukan alternatif yang tepat bagi penyelesaian masalah. Informasi dibutuhkan oleh ibu hamil primigravida mengingat apa yang sedang mereka jalani adalah hal yang baru dalam hidupnya. 73 Dukungan informasi dapat berupa saran, nasehat dan petunjuk dari orang lain, sehingga individu dapat mengatasi dan memecahkan masalahnya. Disamping itu, dukungan informasi yang di berikan suami dapat berupa informasi tentang kanker payudara. Suami dapat memberikan bahan bacaan seperti buku, majalah/tabloid tentang kanker payudara. b. Dukungan Emosional Dukungan emosional yaitu sejauh mana individu merasa orang disekitarnya memberi perhatian, mendorong, serta membantu memecahkan masalah yang dihadapi individu (Bobak, 2004,). Perhatian secara emosional yang berupa kehangatan, kepedulian dan empati yang diberikan oleh orang lain dapat meyakinkan ibu bahwa dirinya diperhatikan orang lain. Perhatian emosional dapat membuat ibu merasa yakin bahwa dirinya tidak seorang diri dalam melewati penyakitnya. c. Dukungan Penilaian Dukungan penilaian berupa penilaian yang positif dari suami bahwa perubahan pada ibu, baik secara fisik maupun psikis adalah hal wajar dan membutuhkan perhatian (Dagun, 2002). Penilaian berisikan penghargaan positif, dorongan maju atau persetujuan terhadap gagasan/perasaan ibu. Dukungan penilaian berupa pemberian umpan balik dan penguat yang dapat digunakan oleh individu yang bersangkutan sebagai sarana evaluasi diri dan dorongan untuk maju. 74 d. Dukungan Instrumental Bantuan instrumental merupakan bantuan nyata yang berupa dukungan materi seperti pelayanan, barang-barang dan finansial. Dukungan suami dapat berupa dukungan finansial dan menemani saat pergi memeriksakan kehamilannya serta membantu pekerjaan rumah tangga. Bentuk dukungan ini berupa pemeriksaan dan pengobatan secara rutin bagi ibu yang terkena kanker payudara serta mengurangi atau menghindari perasaan cemas dan stres. 4. Macam-macam Dukungan Suami a. Dukungan Psikologi Mencakup ungkapan empati, kepedulian dan perhatian orang yang bersangkutan. Misalnya menemani istri saat melakukan pengobatan. Perhatian yang cukup dari suami akan membuat ibu tenang. b. Dukungan Sosial Dukungan sosial adalah dukungan yang bersifat nyata dan dalam bentuk materi semisal kesiapan finansial, karenanya sejak mengetahui istrinya terkena kanker payudara, suami harus segera menyisihkan dana khusus untuk keperluan ini, sehingga dana yang dibutuhkan selalu ada. c. Dukungan Informasi Suami harus memberikan perhatian penuh pada masa-masa awal istrinya terkena kanker payudara, dengan mencari informasi mengenai kanker payudara dari media cetak maupun dari tenaga kesehatan. 75 Disinilah suami akan mengambil peran besar dalam turut menjaga kesehatan kejiwaaan istrinya agar tetap stabil, tenang dan bahagia. d. Dukungan Lingkungan Dukungan lingkungan misalnya ketika ibu tidak bisa bekerja terlalu berat suami bisa nmembantu ibu mengurus rumah tangga, perlakuan ini dapat menyebabkan perasaan senang dalam diri istri, dan istri ahirnya menjadi lebih mudah menyesuaikan diri dalam menghadapi penyakitnya (Dagun, 2002). 5. Faktor-faktor yang mempengaruhi dukungan suami a. Budaya Diberbagai wilayah di Indonesia terutama di dalam masyarakat yang masih tradisioanal (Patrilineal), menganggap istri adalah konco wingking, yang artinya bahwa kaum wanita tidak sederajat dengan kaum pria, dan wanita hanyalah bertugas untuk melayani kebutuhan dan keinginan suami saja. Anggapan seperti ini mempengaruhi perlakuan suami terhadap kesehatan istri. b. Pendapatan Pada masyarakat kebanyakan, 75%-100% penghasilanya di pergunakan untuk membiayai keperluan hidupnya. Secara konkrit dapat dikemukakan bahwa pemberdayaan suami perlu dikaitkan dengan pemberdayaan ekonomi keluarga sehingga kepala keluarga tidak mempunyai alasan untuk tidak memperhatikan kesehatan istrinya. 76 c. Tingkat Pendidikan Tingkat pendidikan akan mempengaruhi wawasan dan pengetahuan suami sebagai kepala rumah tangga. Semakin rendah pengetahuan suami maka akses terhadap informasi kesehatan istrinya akan berkurang sehingga suami akan kesulitan untuk mengambil keputusan secara efektif. 6. Dukungan suami pada ibu yang terkena kanker payudara Menurut Yusuf (2010) menyatakan bahwa bila ada salah seorang anggota keluarga yang sakit dan perlu perawatan, maka akan terjadi perubahan pola kehidupan pada keluarga tersebut, dimana anggota kelurga yang sehat akan hidup bersama dengan yang sakit. Bila istri sakit dan harus di rawat misalnya, suami dan anak-anak tentunya akan ikut terkena imbasnya. Tidak ada lagi peran seorang ibu di rumah, dan peran nya harus di gantikan oleh suami atau anak-anak bila sudah cukup dewasa. Sementara itu suami yang sehat juga harus memberi perhatian yang khusus untuk istri yang sedang sakit harus meluangkan waktu ke rumah sakit, menunggunya bahkan harus menginap. Ada pengeluaran yang ekstra diluar rencana yang bahkan mungkin sangat besar. Perlu tenaga ekstra untuk hidup di dua tempat, di rumah sakit dan di rumah sendiri, di tambah lagi tetap harus bekerja dikantor dan masalah lainnya. Dengan kata singkat bila istri sakit maka suami jadi repot segalanya. Tentunya suami berharap penyakit istri akan cepat sembuh dan kembali normal seperti biasa, sehingga segala kerepotan akan selesai sudah. 77 Untuk penyakit bukan kanker, mungkin perawatan tidak terlalu lama, dan tingkat kesemuhan bisa segera tercapai, sehingga istri dapat segera sembuh dan kembali ke kehidupan normal dalam keluarga seperti biasa. Namun bila menderita kanker persoalannya akan berbeda. Penderita kanker memerlukan pengobatan dan perawatan khusus di rumah sakit atau klinik, bahkan untuk jenis tertentu harus tetap untuk jangka waktu yang panjang dan biaya yang sangat besar. C. Sikap 1. Defenisi Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek (Notoatmodjo, 2005). Sikap secara nyata menunjukan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat emosianal terhadap stimulus sosial. Newcomb, salah seorang ahli psikologis sosial, menyatakan bahwa sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Sikap belum merupakan suatu tindaakan atau aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu prilaku. Sikap itu masih merupakan reaksi tertutup, bukan merupakan reaksi terbuka atau tingkah laku yang terbuka. Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek (Notoatmodjo, 2010) 78 2. Komponen Pokok Sikap Dalam bagian lain Allport menjelaskan bahwa sikap itu mempunyai 3 komponen pokok a. Kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu objek b. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek c. kecendurungan untuk bertindak (end to behave) Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh (total attitude). Dalam penentuan sikap yang utuh ini, pengetahuan, pikiran, kehadiran, dan emosi memegang peranan penting. 3. Tingkatan sikap a. Menerima (receiving) Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan (objek). b. Merespon (responding) Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. Karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan, terlepas dari pekerjaan itu benar atau salah adalah orang menerima ide tersebut. c. Menghargai (valuing) Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah adalah indikasi sikap tingkat ketiga. 79 d. Bertanggung jawab (responsible) Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko merupakan sikap yang paling tinggi. (Notoatmojo, 2003) 4. Reaksi Suami yang Ibu Terkena Kanker Payudara Kanker adalah penyakit yang sangat serius dan mematikan bila tidak diobati dengan baik dan benar. Penderita kanker dan keluarganya terkadang berpikiran kalau sudah terkena kanker, maka siap-siap untuk hidup tidak lama lagi, walaupun hal ini sebenarnya tidaklah benar. Reaksi berbeda akan muncul bila isteri sudah dipastikan terkena penyakit kanker. Untuk penderita (isteri) akan timbul rasa takut,bingung, tidak percaya, cemas, gelisah, marah,sedih, sampai akhirnya pasrah. Untuk suami juga berbeda reaksinya, dan sangat individual, tergantung pada tipe dan sifat suami. Ada tipe suami yang sangat membantu penyembuhan isteri, ada juga yang tidak mau membantu , atau ada juga yang mau membantu walupun tidak sepenuhnya. Tipe suami yang sangat sayang dan memberikan semangat pada isteri , menganjurkan dan selalu menyertai isteri yang sakit ke dokter. Saat isteri dalam keadaan tertekan dalam kesedihan, suami memberikan semangat dan dorongan. Saat isteri menolak pengobatan, suami justru menganjurkan agar diobati yang terbaik. Saat isteri harus dirawat di rumah sakit untuk menjalani pengobatan operasi atau kemoterapi yang memerlukan waktu lama, suami setia mendampingi. Untuk urusan biaya dan kerepotan lainnya selama pengobatan, suami yang mengurusnya. Saat harus kontrol rutin ke dokter, 80 suami siap mengantarnya. Tipe suami ini memang tipe yang ideal dan sangat dibutuhkan untuk membantu kesembuhan penyakit kanker yang diderita isterinya. Sebaliknya ada tipe suami yang tidak mau tahu tentang penyakit istrinya. (Yusuf, 2010 ) 5. Sikap Suami Jika Ibu Terkena Kanker Payudara Menurut Sylvia (2009) menyatakan bahwa kondisi istri yang menderita, situasi yang dialami sang suami pun ternyata mirip. Ketika pertama mendengar bahwa isteri nya terkena kanker payudara, seorang suami biasanya akan syok. Fase pertama yang dilakukan yaitu suatu penolakan, percaya tidak percaya. Suami juga bisa masuk ke fase depresi melihat penderitaan isterinya. Kehadiran suami disamping isteri yang terkena kanker payudara ternyata sangat berpengaruh terhadap proses pengobatan dan kesembuhan. Suami juga harus kelihatan lebih kuat, tidak boleh cengeng, tidak boleh terlihat pesimis. Pasalnya, ini akan membuat isteri menjadi lebih pesimis. Dengan dukungan suami, terbukti angka depresi pasca persalinan jauh lebih rendah. Dengan merasa bahwa ada orang yan sama-sama ikut menderita bersama dia, penderita akan lebih nyaman. Proses pengobatan kanker payudara, dari operasi hingga radiasi, yang memakan waktu lama seringkali menurunkan semangkat isteri. Disinilah peran suami sangat di butuhkan. Kalau isteri mulai malas makan, suami harus memberi semangat supaya isterinya mau makan. Efek kemoterapi salah satunya rasa mual dan ingin muntah sehingga penderita malas makan. Suami sebaiknya juga mendampingi sang isteri dari hari ke hari. Ketika rambut isteri rontok akibat 81 kemoterapi, suami harus menyakinkan isteri bahwa penampilan bukan persoalan buatnya. Dan suami harus senantiasa mengingatkan isteri bahwa ia menerima isteri apa adanya. Proses terapi dan pengobatan kanker payudara biasanya membuat kondisi penderita naik-turut. Suami harus mendukung dan komunikasi harus terjaga. D. Motivasi 1. Defenisi Motivasi berasal dari kata motif ( motive ), yang berarti rangsangan, dorongan dan ataupun pembangkit tenaga, yang dimiliki seseorang sehingga orang tersebut memperlihatkan perilaku tertentu. Motif merupakan suatu pengertian yang melengkapi semua penggerak alasan-alasan atau dorongandorongan dalam diri manusia yang menyebabkan manusia berbuat sesuatu. Semua tingkah laku manusia pada dasarnya mempunyai motif termasuk tingkah laku secara reflek dan yang berlangsung secara otomatis mempunyai maksud tertentu, walaupun maksud itu tidak senantiasa disadari manusia (Swanburg Russel, 2000) Motivasi seperti juga rasa dan niat, adalah sesuatu yang abstrak. Dia ada dalam dada kita. Energi kita untuk selalu berbuat, sekuat motivasi yang ada di dalam dada kita. Dorongan dan motivasi untuk meraih sebuah kehidupan yang bahagia, tentram, dan sebagainya adalah rahasia besar yang tersembunyi dalam diri banyak orang. Rahasia itulah yang memperbarui motivasi ketika semangat kita sedang menciut dan mengecil. Seperti pelita minyak, cahayanya tidak akan terbarui kecuali dengan selalu menuangkan minyak yang baru dari waktu ke 82 waktu. Maka sesungguhnya, motor penggerak internal kita tidak akan menyala kecuali dengan selalu men-charger ulang energi yang berupa dorongan dan motivasi. Asrori, M (2008), menjelaskan motivasi dapat diartikan sebagai : a. Dorongan yang timbul pada diri seseorang, secara disadari atau tidak disadari untuk melakukan suatu kegiatan dengan tujuan tertenu. b. Usaha yang dapat menyebabkan seseorang atau kelompok orang tertentu tergerak melakukan sesuatu karena ingin mencapai suatu tujuan Sumiati (2008) mengemukakan motivasi pada dasarnya merupakan dorongan yang muncul dari diri sendiri untuk bertingkah laku, dorongan ini pada umumnya diarahkan untuk mencapai sesuatu atau tujuan. Motivasi adalah suatu dorongan atau tenaga yang menggerakkan seseorang aktif berbuat atau bertingkah laku untuk memenuhi kebutuhan. 2. Motivasi dalam Perilaku Ciri motivasi dalam perilaku : a. Penggerak perilaku menggejala dalam bentuk tanggapan-tanggapan yang bervariasi. Motivasi tidak hanya merangsang suatu perilaku tertentu saja tetapi menstimulasi berbagai kecenderungan berperilaku yang memungkinkan tanggapan yang berbeda-beda. b. Kekuatan dan efisiensi perilaku mempunyai hubungan yang bervariasi dengan kekuatan determinan. Rangsang yang lemah mungkin menimbulkan reaksi yang hebat atau sebaliknya. 83 c. Motivasi mengarahkan perilaku pada tujuan tertentu. d. Penguatan positif ( positive reinforcement ), menyebabkan suatu perilaku tertentu cenderung diulangi. e. Kekuatan perilaku akan melemah bila akibat dari perbuatan itu bersifat tidak baik. 3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motivasi Motivasi dipengaruhi oleh : a. Energi Merupakan sumber energi yang mendorong tingkah laku, sehingga seseorang mempunyai kekuatan untuk mampu melakukan suatu tindakan tertentu . b. Belajar Dinyatakan bahwa ada interaksi antara belajar dan motivasi dalam tingkah laku. Semakin banyak seseorang mempelajari sesuatu maka ia akan lebih termotivasi untuk bertingkah laku sesuai dengan yang pernah dipelajarinya. c. Interaksi sosial Dinyatakan bahwa interaksi sosial dengan individu lain akan mempengaruhi motivasi bertindak. Semakin sering seseorang berinteraksi dengan orang lain akan semakin mempengaruhi motivasi seseorang untuk melakukan tindakan tertentu. d. Proses kognitif Yaitu informasi yang masuk pada seseorang diserap kemudian diproses dan pengetahuan tersebut untuk kemudian mempengaruhi tingkah laku. 84 4. Klasifikasikan motivasi : a. Faktor Internal Segala sesuatu dari dalam individu seperti kepribadian, sikap, pengalaman, pendidikan dan cita-cita 1) Sifat kepribadian adalah corak kebiasaan manusia yang terhimpun dalam dirinya dan digunakan untuk bereaksi serta menyesuaikan diri terhadap rangsangan dari dalam diri maupun lingkungan, sehingga corak dan cara kebiasaannya itu merupakan kesatuan fungsional yang khas pada manusia itu, sehingga orang yang berkepribadian pemalu akan mempunyai motivasi berbeda dengan orang yang memiliki kepribadian keras. 2) Intelegensi atau pengetahuan merupakan seluruh kemampuan individu untuk berpikir dan bertindak secara terarah dan efektif, sehingga orang yang mempunyai intelegensi tinggi akan mudah menyerap informasi, saran, dan nasihat. 3) Sikap merupakan perasaan mendukung atau tidak mendukung pada suatu objek, dimana seseorang akan melakukan kegiatan jika sikapnya mendukung terhadap obyek tersebut, sebaliknya seseorang tidak melakukan kegiatan jika sikapnya tidak mendukung. Cita-cita merupakan sesuatu yang ingin dicapai dengan adanya cita – cita maka seseorang akan termotivasi mencapai tujuan. b. Faktor Eksternal Faktor eksternal meliputi lingkungan, pendidikan, agama, sosial, ekonomi, kebudayaan, orang tua, dan saudara. 85 1) Pengaruh lingkungan baik fisik, biologis, maupun lingkungan sosial yang ada sekitarnya dapat mempengaruhi tingkah laku seseorang sehingga dorongan dan pengaruh lingkungan akan dapat meningkatkan motivasi individu untuk melakukan sesuatu. 2) Pendidikan merupakan proses kegiatan pada dasarnya melibatkan tingkah laku individu maupun kelompok. Inti kegiatan pendidikan adalah proses belajar mengajar. Hasil dari proses belajar mengajar adalah terbentuknya seperangkat tingkah laku, kegiatan dan aktivitas. Dengan belajar baik secara formal maupun informal, manusia akan mempunyai pengetahuan, dengan pengetahuan yang diperoleh seseorang akan mengetahui manfaat dari saran atau nasihat sehingga akan termotivasi dalam usaha meningkatkan status kesehatan. 3) Agama merupakan keyakinan hidup seseorang sesuai dengan norma atau ajaran agamanya. Agama akan menjadika individu bertingkah laku sesuai norma dan nilai yang diajarkan, sehingga seseorang akan termotivasi untuk mentaati saran, atau anjuran petugas kesehatan karena mereka berkeyakinan bahwa hal itu baik dan sesuai dengan norma yang diyakininya. 4) Sosial ekonomi merupakan faktor yang sangat berpengaruh terhadap tingkah laku seseorang. Keadaan ekonomi keluarga mampu mencukupi dan menyediakan fasilitas serta kebutuhan untuk keluarganya. Sehingga seseorang dengan tingkat sosial ekonomi tinggi akan mempunyai motivasi yang berbeda dengan tingkat sosial ekonomi rendah. 5) Kebudayaan merupakan keseluruhan kegiatan dan karya manusia yang harus dibiasakan dengan belajar. Orang dengan kebudayaan Sunda yang terkenal 86 dengan kehalusannya akan berbeda dengan kebudayaan Batak, sehingga motivasi dari budaya yang berbeda akan berbeda pula. 6) Orang Tua yang dianggap sudah pengalaman dalam banyak hal, sehingga apapun nasihat atau saran dari orang tua akan dilaksanakan. 7) Saudara, dimana saudara merupakan orang terdekat yang akan secara langsung maupun tidak langsung akan berpengaruh pada motivasi untuk berperilaku. 5. Motivasi bagi pengidap kanker payudara Saat seseorang dinyatakan menderita kanker payudara, kebanyakan penderita akan langsung terpukul secara emosi. Mereka merasa mendapat vonis mati, walaupun sebenarnya bisa saja penderita disembuhkan terlebih lagi bila masih dalam stadium dini. Pada tahap lanjut, dampak emosi dan psikologis dapat menyebabkan seorang penderita kanker mengalami depresi. Hal ini dapat memperburuk keadaannya. Untuk itu, perlu adanya dukungan dan motivasi dari pihak keluarga atau teman. Penderita kanker payudara sebaiknya memberitahu keluarga atau teman mereka karena penderita membutuhkan dukungan dari orangorang terdekat akibat dampak emosi yang dialaminya. Adalah hal yang wajar apabila penderita tidak mau memberitahu keluarga atau temannya tentang penyakit mereka. Alasannya karena mereka tidak mau merepotkan atau membuat orang yang mendengarnya menjadi sedih atau khawatir. Teman hidup adalah seseorang yang paling dekat dan bisa Anda ajak bicara untuk menemukan pengobatan terbaik dan dampak yang mungkin harus dialami. Penderita kanker payudara mungkin merasa minder dengan keadaannya 87 sehingga mempengaruhi saat melakukan hubungan suami istri. Sebaiknya, hal ini juga dibicarakan dengan suami Anda agar dapat dimengerti dan dapat memberi bantuan dengan memberikan pelukan atau ungkapan sayang lainnya. 6. Motivasi dari sesama Penderita kanker payudara Untuk menambah semangat, ibu dapat bergabung dengan kelompok sesama penderita kanker payudara. Di Indonesia, Yayasan Kanker Indonesia dapat mengakomodasi kebutuhan ini. Dalam kelompok ini, mereka dapat memberi semangat dan keyakinan agar Anda dapat sembuh. Cerita-cerita dari penderita lain mungkin dapat membuat Anda merasakan keadaan Anda masih lebih baik. Atau cerita dari penderita lain yang gigih untuk melawan penyakitnya dan dapat memperoleh kesembuhan dapat membantu Anda memperoleh kekuatan untuk tidak menyerah pada keadaan. E. Kerangka konsep Kerangka konseptual adalah abstraksi dari suatu realita agar terlihat keterkaitan antar variabel, baik variabel yang diteliti maupun variabel yang tidak diteliti. Variabel independen dalam penelitian ini adalah Dukungan dan sikap suami sedangkan variabel dependen adalah Motivasi ibu dalam pengobatan kanker payudara. (Nursalam, 2003) Berdasarkan uraian di atas maka kerangka konsep dalam penelitian ini adalah seperti gambar di bawah ini : 88 Variabel Independen Variabel Dependen Dukungan Suami Motivasi Ibu dalam Pengobatan Kanker Payudara Sikap Suami Gambar 2.1. Kerangka Konsep F. Hipotesis Dari kerangka konsep penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut : 1. Ada Hubungan Dukungn Suami Dengan Motivasi Ibu Dalam Pengobatan Kanker Payudara di Rumah Sakit Ibu dan Anak Pemerintah Aceh Tahun 2014 2. Ada Hubungan Sikap Suami Dengan Motivasi Ibu Dalam Pengobatan Kanker Payudara di Rumah Sakit Ibu dan Anak Pemerintah Aceh Tahun 2014 89 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis Analitik dengan pendekatan cross sectional. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan dukungan dan sikap suami dengan motivasi ibu dalam pengobatan kanker payudara di Rumah Sakit Ibu dan Anak Pemerintah Aceh Tahun 2014 B. Populasi dan Sampel 1. Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh wanita yang menderita kanker payudara di Rumah Sakit Ibu dan Anak Pemerintah Aceh Tahun 2014, pada bulan Januari s/d Agustus 2013 berjumlah 118 orang. 2. Sampel Sampel yang diambil dengan mempergunakan teknik sampling aksidental, sampel yang diambil pada ibu yang menderita kanker payudara yang kebetulan ada yang sesuai dengan kriteria. Yang berjumlah 30 responden Dengan kriterial: Ibu yang menderita kanker payudara Ibu yang sudah menikah Ibu yang berdomisili sekitar Banda Aceh dan Aceh Besar Bersedia menjadi responden 90 C. Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Ibu Dan Anak Pemerintah Aceh yang bertempat di Jalan Prof. A. Majid Ibrahim Banda Aceh No.03. 2. Waktu Penelitian ini telah dilakukan pada tanggal 07 sampai dengan 21 Januari 2014. D. Jenis dan cara pengumpulan data 1. Data Primer Data yang digunakan adalah data primer yaitu data yang diperoleh langsung dilokasi penelitian dengan menggunakan metode Angket dengan menyebarkan pertanyaan secara tertulis berupa kuesioner yang langsung di berikan kepada responden. 2. Data Sekunder Data sekunder diperoleh di ruang poli bedah dan ruang rawat kelas II Rumah Sakit Ibu dan Anak, mengenai jumlah pasien dengan kanker payudara secara keseluruhan. 91 E. Definisi Operasional Tabel 3.1 Definisi Operasional N Variabel Definisi Cara Ukur o Penelitian Operasional Alat Hasil Skala ukur Ukur Ukur Variabel Dependen 1 Motivasi Keinginan ibu Kuesioner yang berisi 5 Kuesioner 1.Tinggi ibu dalam dalam pertanyaan dengan pengobatan melakukan kriteria kanker pengobatan Tinggi jika payudara Ordinal 2.Rendah 6,6 Rendah jika Variabel Independen 2 Dukungan Suami 3 Sikap Suami Segala bentuk Menyebarkan Kuesioner 1.Mendukung Ordinal perhatian yang kuesioner berisi 10 di terima ibu pertanyaan dengan 2.Tdk dari suami kriteria Mendukung dalam Mendukung: pengobatan jika kanker Tdk Mendukung: payudara jika 37,1 Segala bentuk Menyebarkan tingkah laku kuesioner berisi 10 yang diterima pertanyaan dengan oleh ibu yang kriterial : terkena kanker Positif: jika payudara Kuesioner 1.Positif Negatif: jika 2.Negatif Ordinal 92 F. Instrumen Penelitian 1. Alat Pengumpulan Data Alat pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini adalah berupa kuisioner dengan berpedoman pada konsep, yang berisi : a. Kuisioner yang berisi data demografi (usia, pendidikan dan pekerjaan) untuk penunjang pada penataan data (Notoatmodjo, 2010) b. Kuisioner berisi pertanyaan-pertanyaan penelitian dengan jumlah keseluruhan 25 pertanyaan yang terdiri dari : 1) Lima item tentang motivasi ibu dalam pengobatan kanker payudara (variabel dependen), dengan pilihan jawaban a, b, c dan d, untuk jawaban yang benar diberi skor 1, jika tidak diberi skor 0. Dengan kriterial Tinggi apabila 2) puluh item tentang dukungan suami , dengan pilihan jawaban ya, kadang-kadang dan tidak, untuk jawaban yang benar diberi skor 1, jika tidak diberi skor 0. Dengan kriterial mendukung apabila 6,6 , tidak mendukung apabila 3) Sepuluh item tentang sikap suami, bila responden menjawab positif sampai negatif, yaitu positif sangat setuju (SS) diberi nilai 5, setuju (S) diberi nilai 4, ragu-ragu (RR) diberi nilai 3, tidak setuju (TS) diberi nilai 2, sangat tidak setuju (STS) diberi nilai 1. Bila negatif sangat setuju (SS) diberi nilai 1, setuju (S) diberi nilai 2, ragu-ragu (RR) diberi nilai 3, tidak setuju (TS) diberi nilai 4, sangat tidak setuju (STS) 93 diberi nilai 5. Dengan kriterial Positif apabila negatif apabila 2. Metode Pengumpulan Data a. Tahap Persiapan Pengumpulan Data Dalam persiapan pengumpulan data dilakukan sesuai dengan prosedur administrasi yang berlaku yaitu mendapatkan izin dari Direktur Yayasan U’Budiyah Banda Aceh dan izin dari Kepala Rumah Sakit Ibu dan Anak Pemerintah Aceh. b. Tahapan Pengumpulan Data Setelah memperoleh izin dari kepala Rumah Sakit Ibu dan Anak, peneliti menghubungi kepala Rumah Sakit Ibu dan Anak tersebut untuk memberikan maksud dan tujuan peneliti, setelah diketahui oleh kepala Rumah Sakit Ibu dan Anak, peneliti membagikan inform consent dan kemudian dibagikan kuesioner. Peneliti menjelaskan tata cara pengisian kuesioner, responden diminta untuk mengisi kuesioner, kemudian dikumpulkan kembali untuk diperiksakan hasilnya. G. Pengolahan dan Analisa Data 1. Pengolahan Data Proses pengolahan data dapat dilakukan melalui beberapa tahap. Menurut Budiarto (2006) tahap pengolahan data meliputi : a. Editing, adalah memeriksa dan menyesuaikan dengan rencana semula seperti apa yang diinginkan. 94 b. Coding, adalah mengklasifikasikan jawaban menurut jenisnya dengan memberikan kode tertentu. c. Transfering, yaitu memindahkan jawaban responden dalam bentuk sistem d. Tabulating, adalah data yang sudah benar kemudian dimasukkan dalam tabel distribusi frekuensi 2. Analisa Data a. Data yang diperoleh di analisa secara analitik dalam bentuk persentase, untuk variabel Motivasi Ibu Dalam pengobatan Kanker payudara Arikunto (2006) sebagai berikut : 1) Untuk mengukur variable Motivasi, dengan kriteria: a) Tinggi: jika b) Rendah: jika 2) Untuk mengukur variable Dukungan, dengan kriteria : a) Mendukung: jika 6,6 b) Tdk Mendukung: jika 3) Untuk mengukur variable Sikap, dengan kriteria : a) Positif: jika b) Negatif: jika b. Analisa data dilakukan dengan cara: 1) Analisa Univariat 95 Analisa univariat ini bertujuan menngambarkan distribusi frekuensi dan persentase masing-masing variabel yang diteliti. Selanjutnya data yang ditampilkan dalam bentuk tabel dan narasi. Adapun rumus yang digunakan sebagai berikut : P= x 100 % Keterangan : P = Persentase F = Frekwensi teramati N = Jumlah responden yang menjadi sampel ( Arikunto, 2006 ) Sedangkan untuk menghitung rata-rata digunakan rumus : ̃ Keterangan : ̃ = Nilai rata-rata semua responden = Nilai semua responden = Jumlah sampel (populasi ) 2). Analisa Bivariat Analisa bivariat merupakan analisis hasil dari variabel bebas yang diduga mempunyai hubungan dengan variabel terikat. Analisa yang digunakan adalah tabulasi silang. Untuk menguji hipotesa dilakukan analisa statistik dengan mengunakan uji chi-square tes pada tingkat kemaknaan 95% ( p < 0,05 ) sehingga dapat diketahui ada tidaknya hubungan yang bermakna 96 secara statistik perhitungan analisis dengan menggunakan komputer program SPSS for windows versi 17.00 Maka keputusan uji statistik : a. Nilai probabilitas p.value < α (0,05) maka Ho ditolak dan Ha diterima, yang menunjukkan adanya hubunan antara variabel dependen dan variabel independen b. Apabila p.value > α (0,05) maka Ho diterima dan Ha ditolak, yang menunjukkan tidak adanya hubunan antara variabel dependen dan variabel independen Perhitungan yang digunakan pada uji chi square untuk program komputerisasi seperti SPSS adalah sebagai berikut : 1. Bila pada tabel contingency 2x2 dijumpai nilai e (harapan) kurang dari 5 maka hasil yang digunakan fisher exact text 2. Bila pada tabel contingency 2x2 tidak dijumpai nilai e (harapan) kurang dari 5 , maka hasil uji yang digunakan continuity correction 3. Bila ada tabel contingency yang lebih 2x2 misalnya 3x2 3x3 dll, maka uji yang digunakan adalah yang digunakan adalah pearson chi square 4. Bila pada tabel contingency 3x2 ada sel dengan nilai frekuensi harapan (e) kurang dari 5 maka akan dilakukan merger sehingga menjadi table contingency 2x2 97 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Ibu dan Anak Pemerintah Aceh. Pelayanan terdiri dari rekam medik, Ugd, Apotik, poli bedah, poli laktasi, poli Kb, poli kebidanan, poli anak, poli penyakit dalam, poli mata dan poli gigi, kemudian ada ruang rawat inap kelas I, II, III, vip, ruang rawat ibu, ruang rawat anak, ruang rawat icu, ruang bersalin dan ruang rawat nicu/picu. Sedangkan untuk pelayanan kemoterapi dilakukan dikamar 1-6 pada ruang rawat kelas II. Untuk merawat pasien dengan kanker di ruang kelas III, jumlah tenaga medis/petugas umumnya 17 orang sedangkan tenaga medis/petugas khusus menangani pasien kemoterapi ada 4 orang dan 1 orang dokter onkologi. Rumah Sakit Ibu dan Anak Pemerintah Aceh yang berada di Jl. Prof. A. Majid Ibrahim No.3 Banda Aceh, dengan luas area 726 m dengan berbatasan : 1. Bagian utara berbatasan dengan lorong Bonsai 2. Bagian Selatan berbatasan dengan rumah panglima kodam Iskandar Muda 3. Bagian Barat berbatasan dengan sungai 4. Bagian Timur berbatasan dengan jl. Prof. A. Madjid Ibrahim B. Hasil Penelitian Berdasarkan hasil penelitian yang peneliti laksanakan pada tanggal 07 sampai dengan 21 Januari 2014 pada ibu yang terkena kanker payudara di Rumah 98 Sakit Ibu dan Anak Pemerintah Aceh Tahun 2014, tentang Hubungan Dukungan Dan Sikap Suami Dengan Motivasi Ibu Dalam Pengobatan Kanker Payudara Di Rumah Sakit Ibu dan Anak Pemerintah Aceh Tahun 2014, dengan jumlah sampel 30 responden yang di peroleh dari data primer, berdasarkan hasil rekapitulasi dan tabulasi data maka diperoleh hasil sebagai berikut : a. Umur Berdasarkan hasil penelitian umur responden dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Umur Responden di Rumah Sakit Ibu dan Anak Banda Aceh Tahun 2014 No 1 2 3 Umur < 30 tahun 30-49 tahun > 49 tahun Total Sumber : Data Primer ( diolah tahun 2014 ) f 1 17 12 30 (%) 3,3 56,7 40,0 100,0 Berdasarkan data tabel 4.1 menunjukkan bahwa dari 30 responden yang diteliti pada umur 30-49 tahun yaitu 17 orang (56,7%), dan pada umur < 30 tahun yaitu 1 orang (3,3%). 99 b. Pendidikan Berdasarkan hasil penelitian pendidikan responden dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Pendidikan Responden di Rumah Sakit Ibu dan Anak Banda Aceh Tahun 2014 No 1 2 3 4 Pendidikan SD SMP SMA Diploma/Sarjana Total Sumber : Data Primer ( diolah tahun 2014 ) f 2 6 18 4 30 (%) 6,7 20,0 60,0 13,3 100,0 Berdasarkan data tabel 4.2 menunjukkan responden berpendidikan SMA yaitu 18 orang (60,0%), dan yang berpendidikan SD yaitu 2 orang (6,7%). c. Pekerjaan Berdasarkan hasil penelitian pekerjaan responden dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 4.3. 100 Distribusi Frekuensi Pekerjaan Responden di Rumah Sakit Ibu dan Anak Banda Aceh Tahun 2014 No 1 2 3 Pekerjaan Tidak bekerja Swasta PNS Total Sumber : Data Primer ( diolah tahun 2014 ) f 17 9 4 30 (%) 56,7 30,0 13,3 100,0 Berdasarkan data tabel 4.3 menunjukkan responden tidak bekerja yaitu 17 orang (56,7%), dan responden yang bekerja sebagai PNS yaitu 4 orang (13,3%). 1. Analisis Univariat a. Dukungan Suami Hasil penelitian variabel penelitian dukungan suami dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 4.4. Distribusi Frekuensi Dukungan Suami di Rumah Sakit Ibu dan Anak Banda Aceh Tahun 2014 No 1 2 Dukungan Suami Mendukung Tidak Mendukung Total Sumber : Data Primer ( diolah tahun 2014 ) f 16 14 30 % 53,3 46,7 100,0 101 Berdasarkan data tabel 4.4 menunjukkan responden menyatakan bahwa suaminya mendukung sebanyak 16 orang (53,3%). b. Sikap Suami Hasil penelitian variabel penelitian sikap suami responden dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 4.5. Distribusi Frekuensi Sikap Suami di Rumah Sakit Ibu dan Anak Banda Aceh Tahun 2014 No 1 2 Sikap Positif Negatif Total Sumber : Data Primer ( diolah tahun 2014 ) f 12 18 30 % 40,0 60,0 100,0 Berdasarkan data tabel 4.5 menunjukkan responden menyatakan bahwa sikap suaminya dalam kategori negatif yaitu 18 orang (60,0%). c. Motivasi Ibu Dalam Pengobatan Kanker Payudara Hasil penelitian motivasi responden dalam pengobatan kanker payudara dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 4.6. Distribusi Frekuensi Motivasi Responden Dalam Pengobatan Kanker Payudara di Rumah Sakit Ibu dan Anak Banda Aceh Tahun 2014 102 No 1 2 Motivasi Ibu Tinggi Rendah Total Sumber : Data Primer ( diolah tahun 2014 ) f 16 14 30 % 53,3 46,7 100,0 Berdasarkan data tabel 4.6 diatas menunjukkan responden motivasi ibu dalam pengobatan kanker payudara dalam kategori tinggi yaitu 16 orang (53,3%). 2. Analisis Bivariat a. Hubungan Dukungan Suami Dengan Motivasi Ibu Hubungan dukungan suami dengan motivasi ibu dalam pengobatan kanker payudara di Rumah Sakit Ibu dan Anak Banda Aceh dapat dilihat pada tabel berikut. ] 103 Tabel 4.7. Tabel Silang Hubungan Dukungan Suami Dengan Motivasi Ibu di Rumah Sakit Ibu dan AnakBanda Aceh Tahun 2014 Motivasi Ibu Dalam Pengobatan Kanker Jumlah Dukungan Payudara No p-value Suami Tinggi 1 2 Mendukung Tidak mendukung Rendah f % f % f % 15 93,8 1 6,2 16 100,0 1 7,1 13 92,9 14 100,0 0,000 Sumber : Data Primer ( diolah tahun 2014 ) Berdasarkan tabel 4.7 menunjukkan bahwa dari 16 responden yang menyatakan bahwa suaminya mendukung sebagian besar memiliki motivasi yang tinggi dalam pengobatan kanker payudara sebanyak 15 orang (93,8%). Dari 14 responden yang menyatakan bahwa suaminya tidak mendukung sebagian besar motivasi ibu dalam pengobatan kanker payudara juga rendah sebanyak 13 orang (92,9%). Hasil uji bivariat menggunakan Chi-Square menunjukkan bahwa nilai p-value 0,000 < α 0,05 artinya ada hubungan yang signifikan dukungan suami dengan motivasi ibu dalam pengobatan kanker payudara di Rumah Sakit Ibu dan Anak Pemerintah Aceh tahun 2014. 104 b. Hubungan Sikap Suami Dengan Motivasi Ibu Hubungan sikap dengan motivasi ibu dalam pengobatan kanker payudara di Rumah Sakit Ibu dan Anak Banda Aceh dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 4.8. Tabel Silang Hubungan Sikap Suami Dengan Motivasi Ibu di Rumah Sakit Ibu dan Anak Banda Aceh Tahun 2014 Motivasi Ibu Dalam Pengobatan Kanker Jumlah No Payudara Sikap Suami Tinggi 1 2 Positif Negatif p-value Rendah f % f % f % 12 100,0 0 0 12 100,0 0,000 4 22,2 14 77,8 18 100,0 Sumber : Data Primer ( diolah tahun 2014 ) Berdasarkan tabel 4.8 menunjukkan bahwa dari 12 responden yang menyatakan bahwa sikap suami positif seluruhnya memiliki motivasi yang tinggi dalam pengobatan kanker payudara (100%). Dari 18 responden yang menyatakan bahwa sikap suami negatif sebagian besar ibu memiliki motivasi yang rendah dalam pengobatan kanker payudara sebanyak 14 orang (77,8%). 105 Hasil uji bivariat menggunakan Chi-Square menunjukkan bahwa nilai p-value 0,000 < α 0,05 artinya ada hubungan yang signifikan sikap suami dengan motivasi ibu dalam pengobatan kanker payudara di Rumah Sakit Ibu dan Anak Pemerintah Aceh tahun 2014. C. Pembahasan 1. Hubungan Dukungan Suami Dengan Motivasi Ibu Dalam Pengobatan Kanker Payudara Berdasarkan hasil penelitian pengaruh dukungan suami terhadap motivasi ibu dalam pengobatan kanker payudara melalui uji analisis menggunakan ChiSquare menunjukkan bahwa nilai p-value = 0,000 < α = 0,05 artinya ada hubungan yang signifikan dukungan suami dengan motivasi ibu dalam pengobatan kanker payudara di Rumah Sakit Ibu dan Anak Pemerintah Aceh tahun 2014. Dari 16 responden yang menyatakan bahwa dukungan suami tinggi sebagian besar memiliki motivasi yang tinggi dalam pengobatan kanker payudara sebanyak 15 orang (93,8%). Dari 14 responden yang menyatakan bahwa dukungan suami rendah sebagian besar motivasi ibu dalam pengobatan kanker payudara juga rendah sebanyak 13 orang (92,9%). Hal ini sesuai dengan tiori yang yang di kemukakan oleh Yusuf (2010) menyatakan bahwa reaksi suami berbeda dalam mengetahui penyakit yang dialami/diderita oleh isteri dan sangat individual, tergantung dengan tipe dan sifat suami. Ada tipe suami yang sangat membantu penyembuhan isteri, ada juga yang tidak mau membantu, atau ada juga yang mau membatu walaupun tidak sepenuhnya. 106 Menurut Hawari.( 2009) jadi sangat penting peranan suami pada saat istri mengalami kanker payudara. Karena dengan peranan suami atau dukungan suami ini sangat berpengaruh pada istri untuk memberikan rasa percaya dirinya agar tidak putus asa akan penyakit yang dialami. Jika peranan suami berubah akan membuat isteri menjadi stres sehingga penyakit yang diderita menjadi semakin tidak membaik. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Wahyuni (2012), mendapatkan hasil bahwa dukungan suami pada istrinya yang menderita kanker payudara berhubungan signifikan dengan motivasi istri dalam pengobatan penyakit kanker payudara. Menurut asumsi peneliti bahwa dukungan suami tinggi terhadap ibu maka tinggi pula motivasi ibu dalam menjalani pengobatan kanker payudara, ada juga suami yang mendukung tapi motivasi ibu dalam pengobatan rendah, karena ibu pasrah dengan penyakitnya. Suami yang tidak mendukung dalam proses pengobatan, maka motivasi ibupun rendah dalam menjalani proses pengobatan, ada juga suami yang tidak mendukung tapi motivasi ibu dalam pengobatan kanker payudara tinggi, karena ibu yakin penyakitnya akan sembuh. Jadi dengan tingginya dukungan suami yang ibu rasakan akan semakin tinggi motivasi ibu dalam menjalani proses pengobatan kanker payudara, dalam proses pengobatan kanker payudara mulai dari pemeriksaan awal sampai operasi hingga radiasi, memerlukan waktu yang panjang sehingga seringkali menurutkan semangat ibu. Maka disinilah peran dan dukungan suami sangat dibutuhkan, salah satu efek dari pengobatan radiasi/kemotarapi ibu akan merasa mual sampai muntah, kuku tangan 107 dan kaki menghitam, rambut rontok. Proses terapi dan pengobatan kanker payudara biasanya membuat kondisi ibu naik-turun. Suami harus mendukung dan memberi perhatian pada ibu selama dalam proses pengobatan. 2. Hubungan Sikap Suami dengan Motivasi Ibu Dalam Pengobatan Kanker Payudara Berdasarkan hasil penelitian hubungan sikap suami dengan motivasi ibu dalam pengobatan kanker payudara melalui uji analisis menggunakan Chi-Square menunjukkan bahwa nilai p-value = 0,000 < α = 0,05, artinya ada hubungan yang signifikan sikap suami dengan motivasi ibu dalam pengobatan kanker payudara di Rumah Sakit Ibu dan Anak Pemerintah Aceh tahun 2014. Dari 12 responden yang menyatakan bahwa sikap suami positif seluruhnya memiliki motivasi yang tinggi dalam pengobatan kanker payudara (100%). Dari 18 responden yang menyatakan bahwa sikap suami negatif sebagian besar ibu memiliki motivasi yang rendah dalam pengobatan kanker payudara sebanyak 14 orang (77,8%). Hal ini sesuai dengan tiori menurut Newcomb yang dikutip oleh Notoatmodjo (2010), sikap merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku. Sikap masih merupakan reaksi tertutup, bukan merupakan reaksi terbuka atau tingkah laku yang terbuka. Menurut Sylvia (2009) menyatakan bahwa selain kondisi istri yang jadi penderita, situasi yang dialami sang suami pun ternyata mirip. Ketika pertama mendengar bahwa istrinya terkena kanker payudara, seorang suami biasanya akan 108 syok. Fase pertama yang dilakukan yaitu suatu penolakan, percaya tidak percaya. Suami juga bisa masuk ke fase depresi melihat penderitaan istrinya. Kehadiran suami di samping istri yang terkena kanker payudara ternyata sangat berpengaruh terhadap proses pengobatan dan kesembuhan. Suami juga harus kelihatan lebih kuat, tidak boleh cengeng, tidak boleh terlihat pesimis. Pasalnya, ini akan membuat istri menjadi lebih pesimis. Dengan merasa bahwa ada orang yang sama-sama ikut menderita bersama dia, penderita akan lebih nyaman. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Wahyuni (2012), mendapatkan hasil bahwa sikap suami berhubungan dengan motivasi istri dalam melakukan pengobatan kanker payudara. Semakin positif sikap suami maka semakin tinggi motivasi istri dalam melakukan pengobatan kanker payudara. Menurut asumsi peneliti, di dapatkan semakin tinggi sikap positif yang suami berikan maka semakin tinggi pula motivasi ibu dalam pengobatan kanker payudara. Ada juga suami yang bersikap positif tapi motivasi ibu rendah dalam proses pengobatan, karena ibu merasa lelah dan putus asa. Pada suami yang bersikap negatif terhadap motivasi ibu dalam pengobatan tapi motivasi ibu tinggi, karena semangat dan keyakinan akan sembuh dari penyakitnya besar. Dalam proses pengobatan kanker payudara sikap suami yang perhatian pada ibu akan memberi motivasi ibu dalam menjalani proses pengobatan kanker payudara yang berulang-ulang, seperti kemoterapi yang memerlukan waktu lama, saat ibu harus dirawat di rumah sakit sampai urusan biaya. Suami harus siap mendampingi ibu selama dalam proses pengobatan kanker payudara, karena sikap suami yang positif dan mendukung akan membantu kesembuhan. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Setelah dilakukan penelitian dan uji statistik tentang hubunan dukungan dan sikap suami terhadap motivasi ibu dalam pengobatan di Rumah Sakit Ibu dan Anak Pemerintah Aceh tahun 2014, dapat disimpulkandan hasil penelitian sebagai berikut: 1. Ada hubungan yang signifikan dukungan suami dengan motivasi ibu dalam pengobatan kanker payudara di Rumah Sakit Ibu dan Anak Banda Aceh tahun 2014 (p-value = 0,000 < α = 0,05 ), berarti Ha diterima dan Ho ditolak. 2. Ada hubungan yang signifikan sikap suami dengan motivasi ibu dalam pengobatan kanker payudara di Rumah Sakit Ibu dan Anak Banda Aceh tahun 2014 (p-value = 0,000 < α = 0,05 ), berarti Ha diterima dan Ho ditolak. B. Saran Saran-saran penelitian ini disampaikan kepada beberapa pihak sebagai berikut : 4. Bagi Rumah Sakit Ibu dan Anak Banda Aceh Disarankan agar memberikan instruksi kepada semua petugas kesehatan yang ada di Rumah Sakit Ibu dan Anak Pemerintah Aceh terutama yang menangani kanker payudara agar memberikan penyuluhan dan pendidikan khususnya kepada suami yang menemani ibu melakukan pengobatan kanker payudara 60 61 tentang pentingnya memberikan dukungan pada istri yang sedang melakukan pengobatan kanker payudara. 2. Bagi Institusi pendidikan Diharapkan dengan adanya penelitian ini maka akan menambah referensi bacaan bagi mahasiswa yang ingin mengetahui lebih mendalam tentang motivasi ibu dalam pengobatan kanker payudara 3. Peneliti selanjutnya Diharapkan kepada peneliti lain dapat digunakan sebagai bahan bacaan ilmiah bagi mereka yang berminat melanjutkan penelitian ini 62 DAFTAR PUSAKA Arikunto, S. (2006). Prosedur penelitian suatu pendekatan praktek. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Ashton et al. (2009). Development and validation of a simple questionnaire for the identification of hereditary breast cancer in primary care. BMC Cancer, 9: 275-283. Diakses dari www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/19682358rch tanggal 8 Mei 2013. Asrori, M ( 2008 ) . Melawan Kanker Payudara. Jakarta : Restu Agung Budijatno, Pelayanan Kesehatan Prima Pada Ibu Dalam http://www.ui.acid, tanggal 28 Juni 2008 Bobak, I. M. (2004). Buku ajar keperawatan maternitas. Jakarta: EGC. Chen, et al. (2010). Improving breast cancer quality of care with the use of patient navigators presented at the 21st annual scientific meeting of the Southern California. Chapter of the American College of Surgeons in Santa Barbara, CA. 22-24 2010. Diakses dari: http://www.surgeongeneral.gov/initiatives/prevention/strategy/report.pdf tanggal 3 Mei 2013. Data WHO. 2008. Epidemiologi Kanker Di Dunia, from http/gayindo. Forumotion. Net/pojok-kesehatan-health-cancer/data-who-2008 DepKes RI.(2013). Angka kejadian kanker payudara. Available http://www.depkes.go.id/index.php/berita/press-release/170-angkakejadian-kanker-payudara.html. Diakses 26 April 2013. at: Dupont, W. D., & Page, D. L. (2004). Risk factor for breast cancer in women with proliferative breast desease. BMJ. Dagun S.M, 2002. Psikologi Keluarga (Peranan Ayah Dalam Keluarga). Jakarta: Rineka Cipta. Gilly A. (2010). Buku Ajar Kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta : EGC Hawari, Dadang. 2009. Kanker Payudara Dimensi Psikoreligi. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Hall, et al. (2013). Air force breast cancer detections and treatment trends. Brief Reports. Diakses dari www.search.ebscohost.com. Tanggal 7 Agustus 2013. 63 Indrati, R. (2005). Faktor-faktor risiko yang berpengaruh terhadap kejadian kanker payudara wanita. Tesis. Program Pascasarjana Universitas Diponegoro Semarang. Diakses dari http:eprints.undip.ac.id tanggal 3 Agustus 2013. Jones, ( 2005 ). Setiap wanita Indonesia : Delapratasa Publishing Luwia, M. S. (2009). Problematika dan perawatan payudara. Jakarta: Kawan Pustaka. Mardiana, L (2009). Mencegah dan Mengobati Kanker Pada Wanita dengan Tanaman Obat. Jakarta : Penebar Swadaya Notoatmodjo. (2010) . Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta: PT. Rineka Cipta. ____________(2005). Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi. Jakarta: Rineka Cipta. ____________(2003). Pendidikan dan perilaku kesehatan. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Nurcahyo, J (2010). Awas bahaya kanker rahim dan kanker payudara. Yogyakarta : Wahana Totalita Publisher Nursalam. 2003. Konsep dan metode penelitian ilmu keperawatan. Jakarta : Salemba Medika Prawirahardjo, S.( 2005). Ilmu kandungan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Price S. A., & Lorraine, M. W. (2005). Patofisiologi konsep klinis proses-proses penyakit. Edisi 6. Jakarta: EGC. Pusat Bahasa Depdiknas, 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka. Ramli, M. (2005). Deteksi dini kanker. Jakarta: FKUI. Rasjidi, I. (2009). Deteksi dini dan pencegahan kanker pada wanita. Jakarta: Agung Seto. Ranggiansanka. (2010). Faktor-faktor risiko yang berpengaruh terhadap kanker payudara. Jurnal Medika Indosiana. Diakses 13 Mei 2013. Saifuddin ( 2006 ). ”Kematian Ibu di Indonesia Dapatkah Kita Mencapai Target MDGs 2015?”. dalam MOGI. 64 Smeltzer & Bare. (2002). Buku ajar keprawatan medikal bedah. Edisi 8. Jakarta: EGC. Stephen,et al. (2002). Risk factor for breast cancer, obstetric and ginecology clinic. Number 1. Sunders Company. Swanburg, Russel C. 2000. Pengantar Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan Untuk Perawat Klinis. Jakarta: EGC. Sumiati, (2008). Waspadai 4 kanker ganas pembunuh wanita. Yogyakarta Smart, (2010). Kanker Organ Reproduksi. Yogyakarta : A Plus Books Stuart Gw, laraia MT. (2005). Principle and practice of psychiatric nursing 8 th Edition, St.louis: Elsener mosby Sjamsuhidayat, R. dan De Jong, W. (2004). Buku ajar ilmu bedah. Jakarta: EGC. Sylvia. (2009). Jika Istri Kena Kanker Payudara, From Http://www.tabloidnova.com/nova/keluarga/pasangan/jika-isteri-kenakanker-payudara Suparyanto, (2011) Pencegahan dan Pengobatan Penyakit Yang Paling Mematikan. Yogyakarta : Buana Pustaka Sutjipto. (2013). Jumlah penderita kanker payudara masih cukup tinggi. Available at: //http.www.depkes.co.id. Dilihat tanggal 8 Mei 2013. Sudrajat, C. A. (2012). Hubungan antara dukungan suami dengan self esteem pada penderita kanker payudara di Bandung Cancer Society. Skripsi. Universitas Islam Bandung: UPT Perpustakaan Unisba. Teguh, V (2010). Tips Mencegah Kanker Payudara, From http://www.newsmedical.net/health/Breast-cancer-epidemiology-(indonesia) Yusuf, (2010). Isteri terkena kanker, bagaimana peran suami. From : http://mimiforum.blogspot.com/2013/06/ isteri-terkena-kanker-bagaimanaperan.html Wahyuni, (2012) Hubungan Pengetahuan dan Dukungan Suami Tentang Kanker Payudara Yang DiDerita Istri Di RSUD. Piringadi Medan 65 Lampiran 3 KUESIONER PENELITIAN HUBUNGAN DUKUNGAN DAN SIKAP SUAMI DENGAN MOTIVASI IBU DALAM PENGOBATAN KANKER PAYUDARA DI RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK PEMERINTAH ACEH TAHUN 2014 I. Identitas (Data Umum) No Responden : Umur : Pendidikan : a. Pekerjaan SD b. SLTP c. SLTA d. Diploma/Sarjana : a. Tidak bekerja b. Swasta c. PNS 66 A. Motivasi Ibu Dalam pengobatan Kanker Payudara Pilihlah salah satu jawaban di bawah ini dengan memberi tanda silang (X) pada jawaban yang sesuai dengan keadaan ibu. 1. Dalam pengobatan kanker payudara, apakah ibu memeriksakan penyakitnya ke dokter atau rumah sakit a. b. c. d. Sesuai jadwal atau segera bila ada keluhan Sering Kadang-kadang Tidak pernah 2. Selama Dalam Pengobatan kanker payudara, ibu melakukan pengobatan secara a. b. c. d. Medis Herbal Tradisional Non Medis / Magic 3. Dalam Pengobatan kanker payudara, ibu melakukan pengobatan atas kemauan a. b. c. d. Ibu sendiri Suami Keluarga Tetangga 4. Selama melakukan pengobatan kanker payudara pada Stadium awal, apakah ibu yakin akan sembuh a. b. c. d. Sangat yakin Yakin Kurang Yakin Tidak yakin 5. Selama dalam pengobatan, apakah ibu rajin melakukan terapi sesuai dengan instruksi/perintah dokter a. b. c. d. Selalu Kadang-kadang Jarang Tidak pernah 67 B. Dukungan Suami Bacalah pertayaan di bawah ini dengan memberi tanda check list ( √ ) pada jawaban yang paling tepat : 1. Apakah suami mau mengantarkan ibu setiap kali melakukan kemoterapi ? ( ) Ya ( ) Kadang-kadang ( ) Tidak 2. Apakah suami mengingatkan ibu, untuk melakukan kemoterapi sesuai dengan jadwal ? ( ) Ya ( ) Kadang-kadang ( ) Tidak 3. Apakah selama dalam proses pengobatan kanker payudara, suami mau membiayai ibu ? ( ) Ya ( ) Kadang-kadang ( ) Tidak 4. Pada saat ibu merasa kelelahan dengan pekerjaan rumah tangga, apakah suami mau membantu pekerjaan ibu ? ( ) Ya ( ) Kadang-kadang ( ) Tidak 5. Apakah suami memperhatikan dan ikut mempersiapkan makanan bergizi untuk ibu konsumsi ( ) Ya ( ) Kadang-kadang ( ) Tidak 68 6. Apakah suami menganjurkan ibu untuk banyak beristirahat setiap kali selesai kemoterapi ( ) Ya ( ) Kadang-kadang ( ) Tidak 7. Setiap melakukan kemoterapi, Apakah suami mendampingi ibu ( ) Ya ( ) Kadang-kadang ( ) Tidak 8. Apakah suami sabar dalam menghadapi emosi ibu yang tidak stabil ( ) Ya ( ) Kadang-kadang ( ) Tidak 9. Apakah suami memberi semangat setiap ibu mengeluh rasa sakit karena kanker payudara ( ) Ya ( ) Kadang-kadang ( ) Tidak 10. Dalam pengobatan kanker payudara, Apakah suami ada saat dibutuhkan ibu. ( ) Ya ( ) Kadang-kadang ( ) Tidak 69 C. Sikap Suami Menggunakan skala likert, berikan tanda checlist (√) pada kolom yang telah disediakan Keterangan : ( ) SS ()S ( ) RR ( ) TS ( ) STS = Sangat Setuju = Setuju = Ragu-ragu = Tidak Setuju = Sangat Tidak Setuju N PERNYATAAN SIKAP o 1 Suami akan menemani ibu yang mengalami/ menderita kanker payudara setiap melakukan pemeriksaan 2 Suami akan memberi semangat saat ibu pesimis terhadap penyakit yang dideritanya 3 Suami akan menerima keadaan ibu yang menderita kanker payudara 4 Suami akan malu bila rambut ibu botak karena efek dari kemoterapi 5 Akibat operasi pengangkatan payudara pada ibu maka perhatian suami akan berkurang. 6 Suami akan mengajak ibu untuk mendekatkan diri kepada Tuhan YME pada saat merasa putus asa setiap menjalani terapi 7 Saat ibu muntah, suami pundak ibu 8 Suami akan menanyakan keluhan-keluhan yang ibu alami selama menjalani terapi 9 Saat ada keluar cairan/ bau busuk pada payudara ibu, suami akan menjauh 1 0 Selain pengobatan medis suami juga akan membawa ibu berobat alternatif mau mengurut Kategori Respon SS S RR TS STS 70 Lampiran 4 TABEL SKOR Tabel 1. Variabel Motivasi Pengobatan N Variabel o No. Urut Pertanyaan 1 Motivasi 2 3 4 5 1. 2. 3. 4. 5. Bobot Skor Rentang A 1 1 1 1 1 B 0 0 0 0 0 C 0 0 0 0 0 D 0 0 0 0 0 Tinggi, jika jawaban benar x x Rendah, jika jawaban benar x <x Tabel 2. Variabel Dukungan N o 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10 Variabel Dukungan Suami No. Urut Pertanyaan 1. Ya 1 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 1 1 1 1 1 1 1 1 1 Bobot Skor Tdk Kadang 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Rentang Mendukung, jikaa jawaban benar x ≥ x Tidak Mendukung, jika jawaban benar x < x Tabel 3. Variabel Sikap No Variabel 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. Sikap Suami No. Urut Pertanyaan 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. SS 5 5 5 1 1 5 5 5 1 1 S 4 4 4 2 2 4 4 4 2 2 Bobot Skor RR TS 3 2 3 2 3 2 3 4 3 4 3 2 3 2 3 2 3 4 3 4 STS 1 1 1 5 5 1 1 1 5 5 Rentang Positif, jika jawaban benar x ≥x Negatif, jika jawaban benar x <x 71