49 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar belakang
Kesehatan adalah hak setiap warga negara sekaligus merupakan investasi
di masa depan. Pemerintah Indonesia telah menetapkan visi pembangunan
kesehatan, yaitu “Indonesia Sehat 2015”, harapannya agar masyarakat Indonesia
dapat hidup dalam lingkungan yang sehat, berperilaku hidup sehat dan dapat
mengakses pelayanan kesehatan secara adil dan merata. Target Millenium
Development Goals (MDG) angka kematian ibu di Indonesia tahun 2015 harus
mencapai 125 per 100.000 kelahiran hidup (Prawirahardjo, S, 2006)
Masalah kesehatan di Indonesia salah satu diantaranya adalah penyakit
kanker. Kanker payudara merupakan salah satu masalah kesehatan wanita di
Indonesia (juga di dunia), kanker payudara juga dipengaruhi karena adanya
peningkatan angka harapan hidup, gaya hidup yang merugikan kesehatan, kondisi
lingkungan. Kanker merupakan penyakit yang sangat ditakuti masyarakat karena
sering menyebabkan kematian. Prevalensi kanker di seluruh dunia terus mengalami
peningkatan, baik di negara-negara barat maupun di negara-negara bagian Asia.
Laporan kanker dunia memperkirakan angka kejadian kanker akan meningkat
menjadi 15 juta kasus baru di tahun 2020 (Ashton et al, 2009).
Kanker payudara terjadi karena terganggunya sistem pertumbuhan sel di
dalam jaringan payudara. Penyebab kanker payudara belum diketahui secara pasti,
namun ada beberapa faktor yang mampu meningkatkan risiko terjadinya kanker
payudara. Faktor-faktor tersebut meliputi riwayat pribadi tentang kanker payudara,
49
50
riwayat keluarga dengan kanker payudara, menstruasi dini, menopause pada usia
lanjut, terapi pengganti hormon, radiasi, masukan alkohol, dan stres (Nurcahyo,
2010).
Menurut data WHO (World Health Organization) menunjukkan bahwa
458.000 mortalitas per tahun terjadi kanker payudara pada wanita (Data WHO,
2008).
Jumlah penderita kanker payudara di Amerika Serikat dan beberapa negara
maju lainnya menduduki peringkat pertama (Luwia, 2009).
Kasus kanker payudara di Amerika tercatat hampir 200.000 wanita yang
terdiagnosis dan setiap tahunnya terdapat lebih dari 40.000 meninggal akibat penyakit
ini (Chen et al, 2010).
Data terbaru dari American Cancer Society telah menghitung bahwa di tahun
2013, terdapat 64.640 kasus kanker payudara. Sekitar 39.620 wanita meninggal dunia
setiap tahunnya karena kanker payudara. Data Pathology Based Cancer Registry
bekerja sama dengan yayasan kanker Indonesia, menunjukkan kanker payudara di
Indonesia menduduki peringkat kedua dari semua jenis kanker yang sering diderita
(Luwia, 2009).
Dokter spesialis bedah kanker Rumah Sakit Kanker Dharmais yaitu Sutjipto
menyatakan saat ini penderita kanker payudara di Indonesia mencapai 100 dari
100.000 penduduk. Sekitar 60-70% dari penderita tersebut datang pada stadium tiga,
yang kondisinya terlihat semakin parah (Depkes, 2013).
Berdasarkan data Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS) tahun 2009, kanker
payudara menempati urutan pertama pada pasien rawat inap di seluruh rumah sakit di
51
Indonesia 21,69%, disusul kanker leher rahim 17%. Di propinsi Aceh pada tahun
2009 insidens rate kanker payudara 28,6 per 100.000 penduduk (Rasjidi, 2009).
Secara umum, kanker payudara adalah salah satu penyebab kematian yang
paling mengancam wanita selain kanker rahim dan kanker paru-paru. Sebagian
besar kasus kanker payudara menyerang wanita diusia 40-45 tahun. Namun ada
juga wanita di luar usia tersebut yang terserang (Nurcahyo, 2010).
Hal ini mungkin disebabkan
antara lain oleh gaya hidup yang jauh
berbeda, pola makan, polusi lingkungan, penggunaan insektisida, zat-zat
pengawet, pewarna, penyedap makanan, serta stress yang berkepanjangan.
Semuanya ini mungkin turut mengambil andil dalam berkembangnya penyakit
kanker dan penyakit degeneratif lainya seperti jantung koroner, diabetes, penyakit
rheumatoid, dan sebagainya (Ranggiansanka, 2010).
Dampak kanker payudara disamping fisik penderita, juga memerlukan
pengobatan lama, membutuhkan biaya yang lumayan serta dampak psikologis
penderita dan keluarga. Dengan demikian memerlukan adanya upaya untuk
menyelamatkan wanita Indonesia dengan melaksanakan deteksi dini dan
penanganan yang tepat misalnya melalui peningkatkan pengetahuan dan
pemahaman masyarakat antara lain : pencegahan, kebiasaan deteksi dini, dan
perilaku hidup sehat.
Adapun upaya deteksi dini atau pencegahan kanker payudara yaitu dengan
melakukan SADARI (Periksa Payudara Sendiri). SADARI adalah tindakan
deteksi dini terhadap adanya gejala-gejala kanker payudara. Metode ini sangat
sederhana, namun diharapkan dapat menekan tingginya angka penderita kanker
52
payudara, karena semakin awal terdeteksi maka semakin cepat proses pengobatan
yang diperlukan.
Penatalaksanaan kanker payudara dilakukan dengan serangkaian pengobatan
yaitu pembedahan, terapi radiasi, kemoterapi, dan terapi kombinasi. Masing-masing
cara dari pengobatan kanker tersebut masih memiliki kelemahan, sehingga
pengobatan kanker pada umumnya sampai saat ini belum ada yang menunjukkan
hasil yang memuaskan. Salah satu pengobatan yang dilakukan pasien kanker
payudara adalah kemoterapi. Pengobatan ini menggunakan obat anti kanker untuk
membunuh sel kanker (Ramli, 2005).
Resiko terjadinya kanker payudara adalah pada wanita yang sudah
memasuki usia reproduksi salah satunya bagi wanita yang telah berumah tangga.
Bagi wanita yang telah berumah tangga menderita kanker payudara ini sangat
dikhawatirkan. Karena banyak faktor yang akan membuatnya tidak percaya diri
lagi akan dirinya dan takut akan perubahan sikap suami akan penyakit yang
diderita. Oleh karena itu ibu takut untuk segera
menyatakan atau mengeluh
kepada suami saat sudah ada tanda atau perubahan pada payudara (Hawari, 2009).
Menurut Yusuf (2010) menyatakan bahwa reaksi suami berbeda dalam
mengetahui penyakit yang dialami/diderita oleh istri dan sangat individual,
tergantung dengan tipe dan sifat suami. Ada tipe suami yang sangat membantu
penyembuhan istri, ada juga yanng tidak mau membantu, atau ada juga yang mau
membantu walaupun tidak sepenuhnya. Jadi sangat penting peranan suami pada
saat ibu mengalami kanker payudara. Karena dengan peranan suami atau
dukungan suami ini sangat berpengaruh pada istri untuk memberikan rasa percaya
dirinya agar tidak putus asa akan penyakit yang dialami. Jika peranan suami
53
berubah akan membuat istri menjadi stress sehingga penyakit yang diderita
menjadi semakin tidak membaik (Hawari, 2009)
Menurut Sudrajat, C. A. (2012), dukungan memiliki peranan penting
untuk mencegah dari ancaman kesehatan mental. Dukungan bagi penderita kanker
terutama yang menjalani perawatan dirumah sakit memiliki peranan penting
karena banyaknya tindakan pengobatan yang dapat menimbulkan stes yang terusmenerus sehingga dapat memperburuk kondisi psikologis penderita selain adanya
faktor internal yang mempengaruhi.
Ikatan emosional yang erat dengan pasangan, teman, dan keluarga,
berpengaruh cukup besar dalam membantu seorang wanita penderita kanker
payudara dalam melawan penyakitnya, Wanita yang secara sosial terisolasi
beresiko 61 persen meninggal dalam kurun waktu tiga tahun sejak penyakitnya
didiagnosa. Para ahli mengatakan, dukungan emosional adalah faktor yang krusial
dalam penyembuhan penyakit.
Kami menemukan bahwa wanita yang punya ikatan sosial lemah memiliki
risiko kematian lebih besar dibanding dengan mereka yang mendapat dukungan
emosional dari orang-orang yang menyayanginya, kata ketua peneliti Dr.Candyce
Kroenke.
Sebenarnya yang lebih penting bukan jumlah teman atau anggota
keluarga, tetapi kualitas dari hubungan tersebut. Bahkan wanita yang tidak dekat
secara emosi dengan keluarga atau temannya tapi aktif dalam komunitas juga
memiliki usia harapan hidup lebih tinggi. (Sutjipto, 2013)
54
Berdasarkan data yang diperoleh dari Poli Bedah Rumah Sakit Ibu dan Anak
Pemerintah Aceh pada tahun 2012 jumlah kunjungan pasien kanker payudara
sebanyak 78 orang. Tahun 2013 dari bulan Januari sampai Agustus 2013, jumlah
kunjungan pasien kanker payudara meningkat sebanyak 118 orang.
Berdasarkan studi pendahuluan yang peneliti lakukan di Rumah Sakit Ibu
dan Anak Pemerintah Aceh, di peroleh informasi, bahwa dari 20 orang ibu yang
mengalami kanker payudara, 9 orang ibu mengatakan selalu didampingi suami
setiap kali ibu mau berobat atau kemoterapi. 7 orang ibu mengatakan selama
pengobatan ini, kurang mendapat dukungan suaminya, selama berobat ia hanya
ditemani oleh saudaranya dan tidak pernah dibesuk oleh suaminya, serta 4 orang ibu
mengatakan ada yang ditinggal suaminya sejak menderita kanker payudara,
Berdasarkan uraian diatas peneliti tertarik melakukan penelitian di Rumah
Sakit Ibu Dan Anak dengan judul ”Hubungan Dukungan Dan Sikap Suami
Dengan Motivasi Ibu Dalam Pengobatan Kanker Payudara Di Rumah Sakit
Ibu Dan Anak Pemerintah Aceh Tahun 2014”.
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan
latar
belakang
diatas
peneliti
dapat
merumuskan
permasalahan penelitian tentang apakah ada ”Hubungan Dukungan Dan Sikap
Suami Dengan Motivasi Ibu Dalam Pengobatan Kanker Payudara Di Rumah Sakit
Ibu Dan Anak Pemerintah Aceh Tahun 2014”.
55
C.
Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui Hubungan Dukungan Dan Sikap Suami Dengan
Motivasi Ibu Dalam Pengobatan Kanker Payudara di Rumah Sakit Ibu dan
Anak Pemerintah Aceh Tahun 2014.
2. Tujuan Khusus
a.
Untuk mengetahui Hubungan Dukungan Suami Dengan Motivasi Ibu
Dalam Pengobatan Kanker Payudara di Rumah Sakit Ibu dan Anak
Pemerintah Aceh Tahun 2014.
b. Untuk mengetahui Hubungan Sikap Suami Terhadap Motivasi Ibu Dalam
Pengobatan Kanker Payudara di Rumah Sakit Ibu dan Anak Pemerintah
Aceh Tahun 2014.
D.
Manfaat Penelitian
1. Bagi Rumah Sakit Ibu dan Anak Banda Aceh
Menjadi salah satu tambahan/sumber informasi dalam memberikan pelayanan
tentang kanker payudara dan sebagai bahan dalam memberikan penjelasan
kepada suami tentang kanker payudara yang di alami ibu
2. Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai referensi, sumber bahan bacaan dan bahan pengajaran terutama yang
berkaitan dengan dukungan dan sikap suami dengan motivasi ibu dalam
pengobatan kanker payudara
56
3. Bagi Peneliti
Menjadi salah satu sumber informasi tambahan dalam memberikan pelayanan
dan sebagai bahan dalam memberikan penjelasan kepada suami tentang
motivasi ibu dalam pengobatan kanker payudara
57
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kanker Payudara
1. Definisi
Kanker payudara (Carcinoma mammae) adalah penyakit neoplasma ganas
yang berasal dari kelompok parencgyma (Smart, 2010).
Kanker payudara adalah tumor ganas yang menyerang jaringan payudara.
Jaringan payudara tersebut terdiri dari kelenjar susu (kelenjar pembuat air susu),
saluran kelenjar (saluran air susu) dan jaringan penunjang payudara. (Mardiana,
2009).
Kanker payudara adalah tumor ganas yang menyerang jaringan payudara,
jaringan payudara tersebut terdiri dari kelenjar susu, saluran kelenjar, dan jaringan
penunjang payudara (Luwia, 2009).
Kanker payudara adalah tumor ganas yang menyerang jaringan payudara,
jaringan payudara tersebut terdiri dari kelenjar susu, saluran kelenjar, dan jaringan
penunjang payudara (Nurcahyo, 2010).
2. Epidemiologi Kanker Payudara
Kini sebagian besar penyakit yang sebenarnya membunuh manusia dalam
masa janin, anak-anak, dan orang dewasa telah dikendalikan, sehingga orang tua
yang terkena kanker semakin mendapatkan perhatian yang cermat. Penelitian
menunjukkan, seorang wanita mempunyai peluang 7% mengembangkan kanker
payudara (Jones, 2005)
58
Sampai saat ini, penyebab kanker payudara belum diketahui secara pasti.
Penyebab kanker payudara termasuk multifaktorial, yaitu banyak faktor yang
terkait satu dengan yang lain. Beberapa faktor yang diperkirakan mempunyai
pengaruh besar dalam terjadinya kanker payudara adalah riwayat keluarga,
hormonal dan faktor lain yang bersifat eksogen.
Menurut Prawiroharjo (2005) kanker payudara menduduki tempat nomor
dua dari insiden semua tipe kanker di Indonesia, baik menurut penyelidikan
bagian Patologi Universitas Indonesia (Prof. Soetomo Tjokronegoro), maupun
registrasi yang terbaru dari “Proyek Penelitian Registrasi Kanker di RSCM
mengadakan registrasi dan ditemukan 2606 kasus kanker. Kanker serviks uteri
(633 kasus) yang terbanyak, kanker payudara (385 kasus) yang nomor 2
terbanyak, dan kanker nasofarinks nomor 3, yaitu 282 kasus. Umur penderita
kanker payudara yang termuda adalah 20-29 tahun, yang tertua 80-89 tahun, dan
yang terbanyak berumur 40-49 tahun, yakni 130 orang.
3. Tipe kanker payudara
Tipe kanker payudara antara lain (Gilly, 2010) :
a. Karsinoma In Situ
Karsinoma in situ ditandai dengan proliferasi sel epitel maligna yang tetap
terkurung dalam duktus terminal. Ada dua jenis penyakit in situ yaitu
karsinoma lobulus in situ atau karsinoma duktus in situ.
59
b. Kanker payudara Invasif
Karsinoma invatif memiliki kemampuan untuk menyebar dari struktur
payudara. Dua jenis utama kanker payudara invatif adalah karsinoma lobulus
dan duktus. Kanker ini memiliki potensi metastasis atau menyebar keseluruh
tubuh meskipun di setiap kasus, ini tidak selalu terjadi.
c. Penyakit Paget
Insiden kanker payudara ini rendah, biasanya penyakit ini mengenai jaringan
epidermis puting dan wanita sering kali mengunjungi dokter karena adanya
rabas dari puting, perubahan kulit seperti ekzema, reaksi puting dan kadangkadang adanya penebalan pada jaringan dasar payudara. Pengobatan
tergantung pada pengobatan yang di setujui oleh wanita dan pilihan tertentu
yang di tetapkan oleh dokter bedah. Eksisi pada puting dan jaringan dasar
payudara, baik dengan radioterapi pascaoperasi maupun mastektomi, biasa
dilakukan.
d. Kanker payudara Inflamasi
Sekitar 4% kanker payudara di diagnosis sebagai kanker payudara inflamasi.
Wanita menunjukkan tanda, diantaranya payudara bengkak dan merah, serta
oedema pada kulit dengan dalam durasi pada jaringan dasar payudara (peau
d’orange). Secara keseluruhan pasien kanker ini yang mampu bertahan hidup
sangat sedikit. Radioterapi dan kemoterapi merupakan prosedur tetap
pengobatan kondisi ini
60
4. Faktor resiko Kanker Payudara
a. Riwayat keluarga
Kanker payudara dalam keluarga dapat berdampak signifikan risikonya.
Seseorang akan memiliki risiko terkena kanker payudara lebih besar bila
anggota keluarganya ada yang menderita kanker payudara.
Penelitian Indrati (2005) menunjukkan bahwa diperkirakan 15% sampai
dengan 20% kanker payudara dihubungkan dengan adanya riwayat pada
keluarga. Keluarga yang memiliki gen BRCA1 yang diturunkan memiliki
risiko terkena kanker payudara lebih besar.
b. Riwayat menstruasi
Wanita tidak dapat mengendalikan jumlah estrogen yang diproduksi ovarium
setiap waktu. Seorang wanita yang masih muda mendapat periode menstruasi
pertama atau terlambat menopause akan mengakibatkan jumlah estrogen dan
hormon lain yang diproduksi ovarium didapat lebih banyak. Wanita yang
mendapat periode menstruasi pertama sebelum usia 12 tahun atau menopause
setelah usia 55 tahun, berisiko terkena kanker payudara lebih tinggi daripada
wanita dengan lebih sedikit mendapat hormon yang diproduksi ovarium
(Indrati, 2005).
c. Faktor reproduktif
Wanita yang tidak pernah melahirkan atau melahirkan pertama kali di atas
umur 30 tahun memiliki risiko lebih besar terkena kanker payudara
dibandingkan dengan wanita yang melahirkan di bawah umur 30 tahun.
Kehamilan pertama sebelum umur 18 tahun memiliki risiko setengah dari
61
wanita yang hamil setelah berumur 30 tahun. Kehamilan dini akan mencegah
epithelium payudara dari carsinogenesis atau efek negatif dari kehamilan yang
terlambat (Stephen, et al, 2002).
d. Terapi radiasi pada dada sebelum usia 30 tahun
Wanita yang mengalami terapi radiasi pada dadanya sebelum usia 30 tahun dan
khususnya selama masa remaja, mungkin berisiko lebih tinggi berkembangnya
kanker payudara (Price & Lorraine, 2005).
e. Faktor Umur
Umur sangat penting sebagai faktor risiko kanker payudara. Kejadian kanker
payudara meningkat cepat pada usia reproduktif dan setelah itu meningkat pada
laju yang lebih rendah (Pherson & Steel, 2000). Wanita berumur lebih dari 30
tahun mempunyai kemungkinan yang lebih besar untuk terkena kanker
payudara. Risiko ini akan terus meningkat sampai umur 50 tahun dan setelah
menopause (Dupont & Page, 2004).
f. Masa Menyusui
Penelitian menunjukkan bahwa resiko menderita kanker payudara menurun
seiring dengan peningkatan durasi, dengan menyusui setiap bayi selama 3
bulan atau lebih dapat memberi perlindungan yang terbaik.
g. Diet, Berat Badan, dan Alkohol
Uji terhadap konsumsi lemak telah dilakukan, tetapi tidak ada kesimpulan pasti
yang dapat diambil dari data yang tersedia meskipun telah terbukti bahwa
wanita obesitas beresiko lebih tinggi dibandingkan wanita yang ramping.
62
Alkohol cukup meyebabkaan peningkatan resiko kanker payudara, terutama
pada wanita pra-menopause yang bertubuh kurus (Gilly, 2010).
5. Gejala Kanker Payudara
Gejala yang di temukan :
a. Adanya benjolan pada payudara
b. Perubahan ukuran atau bentuk payudara
c. Keluar cairan yang abnormal dari puting susu (biasanya berdarah atau berwarna
kuning sampai hijau, mungkin juga bernanah)
d. Perubahan pada warna atau tekstur kulit pada payudara, puting susu maupun
aerola (daerah berwarna coklat tua disekeliling puting susu)
e. Payudara tampak kemerahan
f. Kulit disekitar puting susu bersisik
g. Puting susu tertarik kedalam atau terasa gatal
h. Nyeri payudara atau pembengkakan salah satu payudara (Gilly, 2010)
Pada stadium lanjut bisa timbul nyeri tulang, penurunan berat badan,
pembengkakan lengan atau ulserasi kulit.
6. Upaya Pencegahan
Rasjidi (2009) menyebutkan upaya-upaya yang dilakukan untuk mencegah
timbulnya kanker payudara yaitu:
63
1). Pencegahan primer
Pencegahan primer pada kanker payudara adalah salah satu bentuk
promosi kesehatan karena dilakukan pada orang yang sehat melalui upaya
menghindarkan diri dari keterpaparan pada berbagai faktor risiko dan
melaksanakan pola hidup sehat. Pencegahan primer berupa pemeriksaan SADARI
(pemeriksaan payudara sendiri) yang dilakukan secara rutin sehingga bisa
memperkecil faktor risiko terkena kanker payudara.
Hall et al (2013) mengungkapkan bahwa kematian akibat kanker payudara
lebih sedikit pada wanita yang melakukan pemeriksaan SADARI dibandingkan
yang tidak. Sensitivitas SADARI untuk mendeteksi kanker payudara sebanyak
26%.
2). Pencegahan sekunder
Pencegahan sekunder dilakukan terhadap individu yang memiliki risiko
terkena kanker payudara. Pencegahan sekunder dilakukan dengan melakukan
deteksi dini. Deteksi dini dapat dilakukan melalui skrining dengan mammografi.
Skrining melalui mammografi memiliki akurasi 90% dari semua penderita kanker
payudara, tetapi keterpaparan terus-menerus pada mammografi pada wanita yang
sehat merupakan salah satu faktor risiko terjadinya kanker payudara.
3). Pencegahan tertier
Pencegahan tertier biasanya diarahkan pada individu yang positif
menderita
kanker
payudara.
Pencegahan
tertier
sangat
penting
untuk
meningkatkan kualitas hidup penderita, mencegah komplikasi penyakit, dan
meneruskan pengobatan. Penanganan yang tepat untuk penderita kanker payudara
64
yang sesuai dengan stadiumnya dapat memperpanjang harapan hidup penderita
dan mengurangi kecacatan
7. Pengobatan
Saifuddin (2006) menjelaskan beberapa pengobatan kanker payudara yang
penerapannya banyak tergantung pada stadium klinik penyakit meliputi:
1). Mastektomi
Mastektomi adalah operasi pengangkatan payudara. Ada 3 jenis
mastektomi:
a). Modified radical mastectomy, yaitu operasi pengangkatan seluruh payudara,
jaringan payudara di tulang dada, tulang selangka dan tulang iga, serta
benjolan di sekitar ketiak.
b). Total mastectomy, yaitu operasi pengangkatan seluruh payudara saja, tetapi
bukan kelenjar di ketiak.
c). Radical mastectomy, yaitu operasi pengangkatan sebagian dari payudara.
Biasanya disebut lumpectomy, yaitu pengangkatan hanya pada jaringan yang
mengandung sel kanker, bukan seluruh payudara. Operasi ini selalu diikuti
dengan pemberian kemoterapi.
2). Radiasi
Radiasi merupakan proses penyinaran pada daerah yang terkena kanker
dengan menggunakan sinar X dan sinar gamma yang bertujuan untuk membunuh
sel kanker yang masih tersisa di payudara setelah operasi. Efek pengobatan ini
65
adalah tubuh menjadi lemah, warna kulit di sekitar payudara menjadi hitam. nafsu
makan berkurang, hemoglobin dan leukosit cenderung menurun.
3). Terapi hormon
Terapi hormon adalah bentuk pengobatan seluruh tubuh yang sangat
efektif untuk menurunkan risiko reseptor hormon positif kanker payudara datang
kembali atau berkembang. Terapi hormon dapat digunakan untuk menurunkan
risiko kanker payudara jika berisiko tinggi, pada kanker payudara non-invasif
digunakan untuk menurunkan risiko kanker datang kembali, penyakit metastatik
(lanjutan), pada kanker payudara invasif digunakan untuk menyusutkan tumor
besar, dan menurunkan risiko kanker datang kembali setelah pengobatan pertama
kanker payudara (operasi, kemoterapi,dan radiasi).
4). Terapi bertarget
Terapi kanker bertarget merupakan pengobatan kanker yang menetapkan
sasaran ciri khusus sel kanker seperti protein dan enzim. Terapi bertarget tidak
membahayakan sel sehat atau normal. Terapi bertarget berupa antibodi yang
bekerja seperti antibodi yang dibuat sistem imun. Terapi bertarget disebut juga
terapi bertarget imun.
5). Kemoterapi
Kemoterapi yang digunakan agen antineoplasma dan obat hormonal
memengang peranan penting dalam pengobatan kanker paru. Peran dari agen ini
cepat berubah sama cepatnya dengan peningkatan pemahaman tentang kangker
payudara dan biologi tumor. Semua rekomendasi umum dapat dimodifikasi oleh
faktor resiko lainnya (seperti ukuran tumor primer, derajat histologis, aneuploid,
66
indeks proliferatif dan reseptor hormon). Kemoterapi adjuvan untuk kangker
payudara melibatkan obat multiple yang lebih efektif dari pada terapi dosis
tunggal. Kombinasi yang paling sering dianjurkan adalah CMF dan meliputi
siklofosfamid (Cytoxan), metotrexat, fluorasil, (5-FU) dengan atau tanpa
temoksifen. Kombinasi kemoterapi dan hormon-hormon seperti temoksifen dapat
meningkatkan laju respon tetapi belum menunjukkan secara bermakna
peningkatan bertahan hidup. Pemberian bersama kemoterapi dengan iradiasi pada
payudara dapat mengkibatkan efek samping dan toksisitas yang lebih menonjol.
Pada tumor yang lebih membesar, kemoterapi dapat diberikan pada praoperasi
untuk mengecilkan tumor, membuatnya lebih mudah untuk direkseksi melalui
pembedahan.
8. Klasifikasi Klinik (penentuan stadium kanker)
Rasjidi (2009) menyebutkan tahapan atau stadium kanker payudara
sebagai berikut:
a). Stadium 0
Tahap sel kanker payudara tetap di dalam kelenjar payudara, tanpa invasi
ke dalam jaringan payudara normal yang berdekatan.
b). Stadium I
Benjolan kanker tidak melebihi dari 2 cm dan tidak menyebar keluar dari
payudara. Perawatan sistematis akan diberikan pada kanker stadium ini, tujuannya
adalah agar sel kanker tidak menyebar dan tidak berlanjutan.
67
c). Stadium II A c). Stadium II B
Tumor lebih besar dari 2 cm, tetapi tidak ada yang lebih besar dari 5 cm
dan telah menyebar ke kelenjar getah bening ketiak, atau tumor yang lebih besar
dari 5 cm tapi belum menyebar ke kelenjar getah bening ketiak. Stadium ini perlu
dilakukan operasi untuk mengangkat sel-sel kanker yang ada pada seluruh bagian
penyebaran dan setelah operasi perlu dilakukan penyinaran untuk memastikan
tidak ada lagi sel-sel kanker yang tertinggal.
d). Stadium III A
Tidak ditemukan tumor di payudara. Kanker ditemukan di kelenjar getah
bening ketiak yang melekat bersama atau dengan struktur lainnya, atau kanker
ditemukan di kelenjar getah bening di dekat tulang dada, atau tumor dengan
ukuran berapapun dimana kanker telah menyebar ke kelenjar getah bening ketiak,
terjadi perlekatan dengan struktur lainnya.
e). Stadium III B
Kanker sudah menyusup ke luar dari bagian payudara yaitu ke kulit,
dinding dada, tulang rusuk, dan otot dada. Perlu dilakukan pengangkatan payudara
pada stadium ini.
f). Stadium IV
Sel-sel kanker sudah mulai menyerang bagian tubuh lainnya seperti tulang,
paru-paru, hati, otak, kulit dan kelenjar limfa, yang ada di dalam batang leher.
Tindakan yang harus dilakukan adalah pengangkatan payudara.
68
Berdasarkan data PERABOI (Perhimpunan Ahli Bedah Onkologi
Indonesia) dalam Rasjidi (2009) didapatkan data rata-rata prognosis harapan
hidup (survival rate) penderita kanker payudara per stadium sebagai berikut:
1). Stadium 0 : 10 tahun dengan harapan hidup 98%.
2). Stadium I : 5 tahun dengan harapan hidup 85%.
3). Stadium II : 5 tahun dengan harapan hidup 60-70%.
4). Stadium III : 5 tahun dengan harapan hidup 30-50%.
5). Stadium IV : 5 tahun dengan harapan hidup 5%.
9. Pencegahan kanker payudara
Berikut ini adalah beberapa langkah sederhana untuk mencegah terjadinya
kangker payudara.
a. Berolah raga secara teratur
Berolah raga dapat menurunkan kadar estrogen yang terdapat dalam tubuh
sehingga mengurangi resiko kanker payudara.
b. jangan memasak daging terlalu matang
Daging-daging yang dimasak/di panggang menghasilkan senyawa karsio
karsinogenik semakin lama dimasak semakin banyak senyawa ini.
c. konsumsi buah dan sayuran
Makanan dari tumbuh-tumbuhan banyak mengandung anti oksidan yang tinggi
diantaranya vitamin A, C, E dan mineral selenium, yang dapat mencegah
kerusakan sel yang bisa menjadi penyebab kanker.
69
d. Konsumsi suplemen anti oksidan
Suplemen
tidak dapat digantikan dengan sayur dan buahan, tetapi suatu
formula anti oksidan bisa merupakan tambahan makanan yang dapat mencegah
kanker payudara.
e. Konsumsi kacang-kacangan
Selain dalam kedelai, fitro ekstrogen juga terdapat dalam kacang-kacang
lainnya.
f. Hindari alkohol
Banyak penelitian yang menunjukkan bahwa semakin banyak mengkonsumsi
alkohol, maka resiko kanker payudara semakin bertambah karena alkohol
meningkatkan kadar ekstrogen dalam darah.
g. Berjemur di bawah sinar matahari
Sedikit sinar matahari pagi dapat membantu
mencegah kanker payudara,
karena pada saat matahari mengenai kulit, tubuh membuat vitamin D. Vitamin
D akan membantu jaringan payudara menyerap kalsium sehingga menguragi
resiko kanker payudara.
h. Jangan merokok
Rokok mengandung nikotin yang menyebabkan kanker. Oleh karena itu
dianjurkan wanita atau pun pria jangan merokok.
i. Memberikan asi rutin
Menyusui berhubungan dengan berkurangnya resiko kanker payudara sebelum
masa menopause (Teguh, 2010).
70
10. Komplikasi penyakit kanker payudara
Komplikasi penyakit kanker payudara metastatik diantaranya metastase (otak,
paru, hati, tulang tengkorak, vertebra iga, tulang panjang), fibrosis payudara,
gangguan neurovaskuler, dan kematian (Sjamsuhidayat dan Jong, 2004).
Smeltzer & Bare (2002) menyatakan potensial komplikasinya dapat
mencakup limfedema yang terjadi jika saluran limfe yang menjamin aliran balik limfe
bersirkulasi umum tidak berfungsi dengan kuat, jika nodus aksilaris dan sistem limfe
diangkat maka sistem kolater dan auksilaris harus mengambil alih mereka.
Limfedema biasanya dapat dicegah dengan meninggikan setiap sendi lebih tinggi dari
sendi yang lebih proksimal. Metastase dapat terjadi ke tulang belakang, mungkin
terjadi kompresi medula spinalis. Metastase otak terjadi kira-kira 30% pada pasien
dengan penyakit metastatik, ini dapat mengganggu baik secara fisik ataupun secara
psikologi bagi penderita.
B. Dukungan suami
1. Pengertian suami
Suami adalah pemimpin dan pelindung bagi istrinya, maka kewajiban
suami terhadap istrinya ialah mendidik, mengarahkan serta mengertikan istri
kepada kebenaran,kemudian membarinya nafkah lahir batin, mempergauli serta
menyantuni dengan baik (Suparyanto, 2011)
Suami adalah pria yang menjadi pasangan hidup resmi seorang wanita atau
istri (Pusat Bahasa Depdiknas, 2005).
Kamus besar bahasa Indonesia mengartikan bahwa suami adalah pria yg
menjadi pasangan hidup resmi seorang wanita (istri) yg telah menikah. Suami
adalah pasangan hidup istri (ayah dari anak-anak), suami mempunyai suatu
71
tanggung jawab yang penuh dalam suatu keluarga tersebut dan suami mempunyai
peranan yang penting, dimana suami sangat dituntut bukan hanya sebagai pencari
nafkah akan tetapi suami sebagai motivator dalam berbagai kebijakan yang akan
di putuskan termasuk merencanakan keluarga
2. Peran atau dukungan suami
Peran adalah perangkat tingkah yg diharapkan dimiliki oleh orang yang
berkedudukan di masyarakat. Peran juga merupakan suatu kumpulan norma untuk
perilaku seseorang dalam suatu posisi khusus, seperti seorang istri, suami, anak,
guru, hakim, dokter, perawat, rohanian, dan sebagainya (Suparyanto, 2011).
Jadi yang dimaksud dengan peran suami adalah perangkat tingkah yang
dimiliki oleh seorang lelaki yang telah menikah, baik dalam fungsinya di keluarga
maupun di masyarakat.
Menurut Sudrajat, C. A. (2012), dukungan memiliki peranan penting
untuk mencegah dari ancaman kesehatan mental. Dukungan bagi penderita kanker
terutama yang menjalani perawatan dirumah sakit memiliki peranan penting
karena banyaknya tindakan pengobatan yang dapat menimbulkan stes terusmenerus sehingga dapat memperburuk kondisi psikologis penderita selain adanya
faktor internal yang mempengaruhi.
Sistem dukungan adalah segala fasilitas berupa dukungan yang di berikan
kepada pasien yang bersumber dari keluarga, teman dan masyarakat sekitar.
Model terapi dukungan merupakan model psikoterapi baru yang dimulai
digunakan diberbagai negara seperti rumah sakit, klinik psikiatri atau kehidupan
72
masyarakat. Model perawatan supportive therapy ini berbeda dengan modelmodel lain karena tidak tergantung pada konsep dan teori. Teori tersebut
menggunakan teori psikodinamis untuk memahami perubahan pada seseorang
(Stuart dan laraia, 2005)
Menurut Stuart dan laraia (2005), sebuah studi menunjukkan bahwa terapi
dukungan ini sangat efisien untuk menangani kondisi kejiwaan yang tidak
menentu, stres trumatik dan efektif untuk mengatasi kecemasan serta gangguan
psikologis lainnya, prinsip utama terapi dukungan menurut Stuart dan laraia
adalah :
a. Menolong pasien dalam menangani perasaan yang tidak menentu
b. Berupa dukungan keluarga atau dukungan sosial
c. Berfokus pada keadaaan sekarang
d. Menurutkan kecemasan melalui sistem dukungan
e. Menolong pasien untuk menghindari situasi krisis
3. Aspek Dukungan Suami
Dukungan suami sebagai transaksi interpersonal yang melibatkan satu atau
lebih aspek-aspek, berikut ini:
a. Dukungan Informasi
Bantuan informasi dengan membantu individu untuk menemukan
alternatif yang tepat bagi penyelesaian masalah. Informasi dibutuhkan oleh ibu
hamil primigravida mengingat apa yang sedang mereka jalani adalah hal yang
baru dalam hidupnya.
73
Dukungan informasi dapat berupa saran, nasehat dan petunjuk dari orang
lain, sehingga individu dapat mengatasi dan memecahkan masalahnya. Disamping
itu, dukungan informasi yang di berikan suami dapat berupa informasi tentang
kanker payudara. Suami dapat memberikan bahan bacaan seperti buku,
majalah/tabloid tentang kanker payudara.
b. Dukungan Emosional
Dukungan emosional yaitu sejauh mana individu merasa orang
disekitarnya memberi perhatian, mendorong, serta membantu memecahkan
masalah yang dihadapi individu (Bobak, 2004,).
Perhatian secara emosional yang berupa kehangatan, kepedulian dan
empati yang diberikan oleh orang lain dapat meyakinkan ibu bahwa dirinya
diperhatikan orang lain. Perhatian emosional dapat membuat ibu merasa yakin
bahwa dirinya tidak seorang diri dalam melewati penyakitnya.
c. Dukungan Penilaian
Dukungan penilaian berupa penilaian yang positif dari suami bahwa
perubahan pada ibu, baik secara fisik maupun psikis adalah hal wajar dan
membutuhkan perhatian (Dagun, 2002).
Penilaian berisikan penghargaan positif, dorongan maju atau persetujuan
terhadap gagasan/perasaan ibu. Dukungan penilaian berupa pemberian umpan
balik dan penguat yang dapat digunakan oleh individu yang bersangkutan sebagai
sarana evaluasi diri dan dorongan untuk maju.
74
d. Dukungan Instrumental
Bantuan instrumental merupakan bantuan nyata yang berupa dukungan
materi seperti pelayanan, barang-barang dan finansial. Dukungan suami dapat
berupa dukungan finansial dan menemani saat pergi memeriksakan kehamilannya
serta membantu pekerjaan rumah tangga. Bentuk dukungan ini berupa
pemeriksaan dan pengobatan secara rutin bagi ibu yang terkena kanker payudara
serta mengurangi atau menghindari perasaan cemas dan stres.
4. Macam-macam Dukungan Suami
a. Dukungan Psikologi
Mencakup ungkapan empati, kepedulian dan perhatian orang yang
bersangkutan. Misalnya menemani istri saat melakukan pengobatan. Perhatian
yang cukup dari suami akan membuat ibu tenang.
b. Dukungan Sosial
Dukungan sosial adalah dukungan yang bersifat nyata dan dalam bentuk
materi semisal kesiapan finansial, karenanya sejak mengetahui istrinya terkena
kanker payudara, suami harus segera menyisihkan dana khusus untuk keperluan
ini, sehingga dana yang dibutuhkan selalu ada.
c. Dukungan Informasi
Suami harus memberikan perhatian penuh pada masa-masa awal istrinya
terkena kanker payudara, dengan mencari informasi mengenai kanker payudara
dari media cetak maupun dari tenaga kesehatan.
75
Disinilah suami akan mengambil peran besar dalam turut menjaga
kesehatan kejiwaaan istrinya agar tetap stabil, tenang dan bahagia.
d. Dukungan Lingkungan
Dukungan lingkungan misalnya ketika ibu tidak bisa bekerja terlalu berat
suami bisa nmembantu ibu mengurus rumah tangga, perlakuan ini dapat
menyebabkan perasaan senang dalam diri istri, dan istri ahirnya menjadi lebih
mudah menyesuaikan diri dalam menghadapi penyakitnya (Dagun, 2002).
5. Faktor-faktor yang mempengaruhi dukungan suami
a. Budaya
Diberbagai wilayah di Indonesia terutama di dalam masyarakat yang
masih tradisioanal (Patrilineal), menganggap istri adalah konco wingking, yang
artinya bahwa kaum wanita tidak sederajat dengan kaum pria, dan wanita
hanyalah bertugas untuk melayani kebutuhan dan keinginan suami saja. Anggapan
seperti ini mempengaruhi perlakuan suami terhadap kesehatan istri.
b. Pendapatan
Pada masyarakat kebanyakan, 75%-100% penghasilanya di pergunakan
untuk membiayai keperluan hidupnya. Secara konkrit dapat dikemukakan bahwa
pemberdayaan suami perlu dikaitkan dengan pemberdayaan ekonomi keluarga
sehingga kepala keluarga tidak mempunyai alasan untuk tidak memperhatikan
kesehatan istrinya.
76
c. Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan akan mempengaruhi wawasan dan pengetahuan suami
sebagai kepala rumah tangga. Semakin rendah pengetahuan suami maka akses
terhadap informasi kesehatan istrinya akan berkurang sehingga suami akan
kesulitan untuk mengambil keputusan secara efektif.
6. Dukungan suami pada ibu yang terkena kanker payudara
Menurut Yusuf (2010) menyatakan bahwa bila ada salah seorang anggota
keluarga yang sakit dan perlu perawatan, maka akan terjadi perubahan pola
kehidupan pada keluarga tersebut, dimana anggota kelurga yang sehat akan hidup
bersama dengan yang sakit. Bila istri sakit dan harus di rawat misalnya, suami dan
anak-anak tentunya akan ikut terkena imbasnya. Tidak ada lagi peran seorang ibu
di rumah, dan peran nya harus di gantikan oleh suami atau anak-anak bila sudah
cukup dewasa. Sementara itu suami yang sehat juga harus memberi perhatian
yang khusus untuk istri yang sedang sakit harus meluangkan waktu ke rumah
sakit, menunggunya bahkan harus menginap. Ada pengeluaran yang ekstra diluar
rencana yang bahkan mungkin sangat besar. Perlu tenaga ekstra untuk hidup di
dua tempat, di rumah sakit dan di rumah sendiri, di tambah lagi tetap harus
bekerja dikantor dan masalah lainnya. Dengan kata singkat bila istri sakit maka
suami jadi repot segalanya. Tentunya suami berharap penyakit istri akan cepat
sembuh dan kembali normal seperti biasa, sehingga segala kerepotan akan selesai
sudah.
77
Untuk penyakit bukan kanker, mungkin perawatan tidak terlalu lama, dan
tingkat kesemuhan bisa segera tercapai, sehingga istri dapat segera sembuh dan
kembali ke kehidupan normal dalam keluarga seperti biasa. Namun bila menderita
kanker persoalannya akan berbeda. Penderita kanker memerlukan pengobatan dan
perawatan khusus di rumah sakit atau klinik, bahkan untuk jenis tertentu harus
tetap untuk jangka waktu yang panjang dan biaya yang sangat besar.
C. Sikap
1. Defenisi
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang
terhadap suatu stimulus atau objek (Notoatmodjo, 2005).
Sikap secara nyata menunjukan konotasi adanya kesesuaian reaksi
terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi
yang bersifat emosianal terhadap stimulus sosial.
Newcomb, salah seorang ahli psikologis sosial, menyatakan bahwa sikap
itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan
pelaksanaan motif tertentu. Sikap belum merupakan suatu tindaakan atau
aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu prilaku. Sikap itu
masih merupakan reaksi tertutup, bukan merupakan reaksi terbuka atau tingkah
laku yang terbuka. Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap objek di
lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek (Notoatmodjo,
2010)
78
2. Komponen Pokok Sikap
Dalam bagian lain Allport menjelaskan bahwa sikap itu mempunyai 3
komponen pokok
a. Kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu objek
b. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek
c. kecendurungan untuk bertindak (end to behave)
Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh
(total attitude). Dalam penentuan sikap yang utuh ini, pengetahuan, pikiran,
kehadiran, dan emosi memegang peranan penting.
3. Tingkatan sikap
a. Menerima (receiving)
Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan
stimulus yang diberikan (objek).
b. Merespon (responding)
Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan
tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. Karena dengan suatu usaha
untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan, terlepas dari
pekerjaan itu benar atau salah adalah orang menerima ide tersebut.
c. Menghargai (valuing)
Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu
masalah adalah indikasi sikap tingkat ketiga.
79
d. Bertanggung jawab (responsible)
Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan
segala resiko merupakan sikap yang paling tinggi. (Notoatmojo, 2003)
4. Reaksi Suami yang Ibu Terkena Kanker Payudara
Kanker adalah penyakit yang sangat serius dan mematikan bila tidak
diobati dengan baik dan benar. Penderita kanker dan keluarganya terkadang
berpikiran kalau sudah terkena kanker, maka siap-siap untuk hidup tidak lama
lagi, walaupun hal ini sebenarnya tidaklah benar. Reaksi berbeda akan muncul
bila isteri sudah dipastikan terkena penyakit kanker. Untuk penderita (isteri) akan
timbul rasa takut,bingung, tidak percaya, cemas, gelisah, marah,sedih, sampai
akhirnya pasrah.
Untuk suami juga berbeda reaksinya, dan sangat individual, tergantung
pada tipe dan sifat suami. Ada tipe suami yang sangat membantu penyembuhan
isteri, ada juga yang tidak mau membantu , atau ada juga yang mau membantu
walupun tidak sepenuhnya. Tipe suami yang sangat sayang dan memberikan
semangat pada isteri , menganjurkan dan selalu menyertai isteri yang sakit ke
dokter. Saat isteri dalam keadaan tertekan dalam kesedihan, suami memberikan
semangat dan dorongan. Saat isteri menolak pengobatan, suami justru
menganjurkan agar diobati yang terbaik. Saat isteri harus dirawat di rumah sakit
untuk menjalani pengobatan operasi atau kemoterapi yang memerlukan waktu
lama, suami setia mendampingi. Untuk urusan biaya dan kerepotan lainnya
selama pengobatan, suami yang mengurusnya. Saat harus kontrol rutin ke dokter,
80
suami siap mengantarnya. Tipe suami ini memang tipe yang ideal dan sangat
dibutuhkan untuk membantu kesembuhan penyakit kanker yang diderita isterinya.
Sebaliknya ada tipe suami yang tidak mau tahu tentang penyakit istrinya. (Yusuf,
2010 )
5. Sikap Suami Jika Ibu Terkena Kanker Payudara
Menurut Sylvia (2009) menyatakan bahwa kondisi istri yang menderita,
situasi yang dialami sang suami pun ternyata mirip. Ketika pertama mendengar
bahwa isteri nya terkena kanker payudara, seorang suami biasanya akan syok.
Fase pertama yang dilakukan yaitu suatu penolakan, percaya tidak percaya. Suami
juga bisa masuk ke fase depresi melihat penderitaan isterinya. Kehadiran suami
disamping isteri yang terkena kanker payudara ternyata sangat berpengaruh
terhadap proses pengobatan dan kesembuhan. Suami juga harus kelihatan lebih
kuat, tidak boleh cengeng, tidak boleh terlihat pesimis. Pasalnya, ini akan
membuat isteri menjadi lebih pesimis. Dengan dukungan suami, terbukti angka
depresi pasca persalinan jauh lebih rendah. Dengan merasa bahwa ada orang yan
sama-sama ikut menderita bersama dia, penderita akan lebih nyaman.
Proses pengobatan kanker payudara, dari operasi hingga radiasi, yang
memakan waktu lama seringkali menurunkan semangkat isteri. Disinilah peran
suami sangat di butuhkan. Kalau isteri mulai malas makan, suami harus memberi
semangat supaya isterinya mau makan. Efek kemoterapi salah satunya rasa mual
dan ingin muntah sehingga penderita malas makan. Suami sebaiknya juga
mendampingi sang isteri dari hari ke hari. Ketika rambut isteri rontok akibat
81
kemoterapi, suami harus menyakinkan isteri bahwa penampilan bukan persoalan
buatnya. Dan suami harus senantiasa mengingatkan isteri bahwa ia menerima
isteri apa adanya. Proses terapi dan pengobatan kanker payudara biasanya
membuat kondisi penderita naik-turut. Suami harus mendukung dan komunikasi
harus terjaga.
D. Motivasi
1. Defenisi
Motivasi berasal dari kata motif ( motive ), yang berarti rangsangan,
dorongan dan ataupun pembangkit tenaga, yang dimiliki seseorang sehingga
orang tersebut memperlihatkan perilaku tertentu. Motif merupakan suatu
pengertian yang melengkapi semua penggerak alasan-alasan atau dorongandorongan dalam diri manusia yang menyebabkan manusia berbuat sesuatu. Semua
tingkah laku manusia pada dasarnya mempunyai motif termasuk tingkah laku
secara reflek dan yang berlangsung secara otomatis mempunyai maksud tertentu,
walaupun maksud itu tidak senantiasa disadari manusia (Swanburg Russel, 2000)
Motivasi seperti juga rasa dan niat, adalah sesuatu yang abstrak. Dia ada
dalam dada kita. Energi kita untuk selalu berbuat, sekuat motivasi yang ada di
dalam dada kita. Dorongan dan motivasi untuk meraih sebuah kehidupan yang
bahagia, tentram, dan sebagainya adalah rahasia besar yang tersembunyi dalam
diri banyak orang. Rahasia itulah yang memperbarui motivasi ketika semangat
kita sedang menciut dan mengecil. Seperti pelita minyak, cahayanya tidak akan
terbarui kecuali dengan selalu menuangkan minyak yang baru dari waktu ke
82
waktu. Maka sesungguhnya, motor penggerak internal kita tidak akan menyala
kecuali dengan selalu men-charger ulang energi yang berupa dorongan dan
motivasi.
Asrori, M (2008), menjelaskan motivasi dapat diartikan sebagai :
a. Dorongan yang timbul pada diri seseorang, secara disadari atau tidak disadari
untuk melakukan suatu kegiatan dengan tujuan tertenu.
b. Usaha yang dapat menyebabkan seseorang atau kelompok orang tertentu
tergerak melakukan sesuatu karena ingin mencapai suatu tujuan
Sumiati (2008) mengemukakan motivasi pada dasarnya merupakan
dorongan yang muncul dari diri sendiri untuk bertingkah laku, dorongan ini pada
umumnya diarahkan untuk mencapai sesuatu atau tujuan. Motivasi adalah suatu
dorongan atau tenaga yang menggerakkan seseorang aktif berbuat atau bertingkah
laku untuk memenuhi kebutuhan.
2. Motivasi dalam Perilaku
Ciri motivasi dalam perilaku :
a. Penggerak perilaku menggejala dalam bentuk tanggapan-tanggapan yang
bervariasi. Motivasi tidak hanya merangsang suatu perilaku tertentu saja tetapi
menstimulasi berbagai kecenderungan berperilaku yang memungkinkan
tanggapan yang berbeda-beda.
b. Kekuatan dan efisiensi perilaku mempunyai hubungan yang bervariasi dengan
kekuatan determinan. Rangsang yang lemah mungkin menimbulkan reaksi
yang hebat atau sebaliknya.
83
c. Motivasi mengarahkan perilaku pada tujuan tertentu.
d. Penguatan positif ( positive reinforcement ), menyebabkan suatu perilaku
tertentu cenderung diulangi.
e. Kekuatan perilaku akan melemah bila akibat dari perbuatan itu bersifat tidak
baik.
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motivasi
Motivasi dipengaruhi oleh :
a. Energi
Merupakan sumber energi yang mendorong tingkah laku, sehingga seseorang
mempunyai kekuatan untuk mampu melakukan suatu tindakan tertentu .
b. Belajar
Dinyatakan bahwa ada interaksi antara belajar dan motivasi dalam tingkah
laku. Semakin banyak seseorang mempelajari sesuatu maka ia akan lebih
termotivasi untuk bertingkah laku sesuai dengan yang pernah dipelajarinya.
c. Interaksi sosial
Dinyatakan bahwa interaksi sosial dengan individu lain akan mempengaruhi
motivasi bertindak. Semakin sering seseorang berinteraksi dengan orang lain
akan semakin mempengaruhi motivasi seseorang untuk melakukan tindakan
tertentu.
d. Proses kognitif
Yaitu informasi yang masuk pada seseorang diserap kemudian diproses dan
pengetahuan tersebut untuk kemudian mempengaruhi tingkah laku.
84
4. Klasifikasikan motivasi :
a. Faktor Internal
Segala sesuatu dari dalam individu seperti kepribadian, sikap, pengalaman,
pendidikan dan cita-cita
1) Sifat kepribadian adalah corak kebiasaan manusia yang terhimpun dalam
dirinya dan digunakan untuk bereaksi serta menyesuaikan diri terhadap
rangsangan dari dalam diri maupun lingkungan, sehingga corak dan cara
kebiasaannya itu merupakan kesatuan fungsional yang khas pada manusia itu,
sehingga orang yang berkepribadian pemalu akan mempunyai motivasi
berbeda dengan orang yang memiliki kepribadian keras.
2) Intelegensi atau pengetahuan merupakan seluruh kemampuan individu untuk
berpikir dan bertindak secara terarah dan efektif, sehingga orang yang
mempunyai intelegensi tinggi akan mudah menyerap informasi, saran, dan
nasihat.
3) Sikap merupakan perasaan mendukung atau tidak mendukung pada suatu
objek, dimana seseorang akan melakukan kegiatan jika sikapnya mendukung
terhadap obyek tersebut, sebaliknya seseorang tidak melakukan kegiatan jika
sikapnya tidak mendukung. Cita-cita merupakan sesuatu yang ingin dicapai
dengan adanya cita – cita maka seseorang akan termotivasi mencapai tujuan.
b. Faktor Eksternal
Faktor eksternal meliputi lingkungan, pendidikan, agama, sosial, ekonomi,
kebudayaan, orang tua, dan saudara.
85
1) Pengaruh lingkungan baik fisik, biologis, maupun lingkungan sosial yang ada
sekitarnya dapat mempengaruhi tingkah laku seseorang sehingga dorongan dan
pengaruh lingkungan akan dapat meningkatkan motivasi individu untuk
melakukan sesuatu.
2) Pendidikan merupakan proses kegiatan pada dasarnya melibatkan tingkah laku
individu maupun kelompok. Inti kegiatan pendidikan adalah proses belajar
mengajar. Hasil dari proses belajar mengajar adalah terbentuknya seperangkat
tingkah laku, kegiatan dan aktivitas. Dengan belajar baik secara formal maupun
informal, manusia akan mempunyai pengetahuan, dengan pengetahuan yang
diperoleh seseorang akan mengetahui manfaat dari saran atau nasihat sehingga
akan termotivasi dalam usaha meningkatkan status kesehatan.
3) Agama merupakan keyakinan hidup seseorang sesuai dengan norma atau ajaran
agamanya. Agama akan menjadika individu bertingkah laku sesuai norma dan
nilai yang diajarkan, sehingga seseorang akan termotivasi untuk mentaati
saran, atau anjuran petugas kesehatan karena mereka berkeyakinan bahwa hal
itu baik dan sesuai dengan norma yang diyakininya.
4) Sosial ekonomi merupakan faktor yang sangat berpengaruh terhadap tingkah
laku seseorang. Keadaan ekonomi keluarga mampu mencukupi dan
menyediakan fasilitas serta kebutuhan untuk keluarganya. Sehingga seseorang
dengan tingkat sosial ekonomi tinggi akan mempunyai motivasi yang berbeda
dengan tingkat sosial ekonomi rendah.
5) Kebudayaan merupakan keseluruhan kegiatan dan karya manusia yang harus
dibiasakan dengan belajar. Orang dengan kebudayaan Sunda yang terkenal
86
dengan kehalusannya akan berbeda dengan kebudayaan Batak, sehingga
motivasi dari budaya yang berbeda akan berbeda pula.
6) Orang Tua yang dianggap sudah pengalaman dalam banyak hal, sehingga
apapun nasihat atau saran dari orang tua akan dilaksanakan.
7) Saudara, dimana saudara merupakan orang terdekat yang akan secara langsung
maupun tidak langsung akan berpengaruh pada motivasi untuk berperilaku.
5. Motivasi bagi pengidap kanker payudara
Saat seseorang dinyatakan menderita kanker payudara, kebanyakan
penderita akan langsung terpukul secara emosi. Mereka merasa mendapat vonis
mati, walaupun sebenarnya bisa saja penderita disembuhkan terlebih lagi bila
masih dalam stadium dini. Pada tahap lanjut, dampak emosi dan psikologis dapat
menyebabkan seorang penderita kanker mengalami depresi. Hal ini dapat
memperburuk keadaannya. Untuk itu, perlu adanya dukungan dan motivasi dari
pihak keluarga atau teman. Penderita kanker payudara sebaiknya memberitahu
keluarga atau teman mereka karena penderita membutuhkan dukungan dari orangorang terdekat akibat dampak emosi yang dialaminya. Adalah hal yang wajar
apabila penderita tidak mau memberitahu keluarga atau temannya tentang
penyakit mereka. Alasannya karena mereka tidak mau merepotkan atau membuat
orang yang mendengarnya menjadi sedih atau khawatir.
Teman hidup adalah seseorang yang paling dekat dan bisa Anda ajak
bicara untuk menemukan pengobatan terbaik dan dampak yang mungkin harus
dialami. Penderita kanker payudara mungkin merasa minder dengan keadaannya
87
sehingga mempengaruhi saat melakukan hubungan suami istri. Sebaiknya, hal ini
juga dibicarakan dengan suami Anda agar dapat dimengerti dan dapat memberi
bantuan
dengan
memberikan
pelukan
atau
ungkapan
sayang
lainnya.
6. Motivasi dari sesama Penderita kanker payudara
Untuk menambah semangat, ibu dapat bergabung dengan kelompok
sesama penderita kanker payudara. Di Indonesia, Yayasan Kanker Indonesia dapat
mengakomodasi kebutuhan ini. Dalam kelompok ini, mereka dapat memberi
semangat dan keyakinan agar Anda dapat sembuh. Cerita-cerita dari penderita lain
mungkin dapat membuat Anda merasakan keadaan Anda masih lebih baik. Atau
cerita dari penderita lain yang gigih untuk melawan penyakitnya dan dapat
memperoleh kesembuhan dapat membantu Anda memperoleh kekuatan untuk
tidak menyerah pada keadaan.
E. Kerangka konsep
Kerangka konseptual adalah abstraksi dari suatu realita agar terlihat
keterkaitan antar variabel, baik variabel yang diteliti maupun variabel yang tidak
diteliti. Variabel independen dalam penelitian ini adalah Dukungan dan sikap
suami sedangkan variabel dependen adalah Motivasi ibu dalam pengobatan
kanker payudara. (Nursalam, 2003)
Berdasarkan uraian di atas maka kerangka konsep dalam penelitian ini
adalah seperti gambar di bawah ini :
88
Variabel Independen
Variabel Dependen
Dukungan Suami
Motivasi Ibu dalam Pengobatan
Kanker Payudara
Sikap Suami
Gambar 2.1. Kerangka Konsep
F. Hipotesis
Dari kerangka konsep penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Ada Hubungan Dukungn Suami Dengan Motivasi Ibu Dalam Pengobatan
Kanker Payudara di Rumah Sakit Ibu dan Anak Pemerintah Aceh Tahun
2014
2. Ada Hubungan Sikap Suami Dengan Motivasi Ibu Dalam Pengobatan Kanker
Payudara di Rumah Sakit Ibu dan Anak Pemerintah Aceh Tahun 2014
89
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis
Analitik dengan pendekatan cross sectional. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui hubungan dukungan dan sikap suami dengan motivasi ibu dalam
pengobatan kanker payudara di Rumah Sakit Ibu dan Anak Pemerintah Aceh
Tahun 2014
B. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh wanita yang menderita kanker
payudara di Rumah Sakit Ibu dan Anak Pemerintah Aceh Tahun 2014,
pada bulan Januari s/d Agustus 2013 berjumlah 118 orang.
2. Sampel
Sampel yang diambil dengan mempergunakan teknik sampling aksidental,
sampel yang diambil pada ibu yang menderita kanker payudara yang
kebetulan ada yang sesuai dengan kriteria. Yang berjumlah 30 responden
Dengan kriterial: Ibu yang menderita kanker payudara
Ibu yang sudah menikah
Ibu yang berdomisili sekitar Banda Aceh dan Aceh Besar
Bersedia menjadi responden
90
C. Lokasi dan Waktu Penelitian
1. Tempat
Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Ibu Dan Anak Pemerintah Aceh
yang bertempat di Jalan Prof. A. Majid Ibrahim Banda Aceh No.03.
2. Waktu
Penelitian ini telah dilakukan pada tanggal 07 sampai dengan 21 Januari
2014.
D. Jenis dan cara pengumpulan data
1. Data Primer
Data yang digunakan adalah data primer yaitu data yang diperoleh
langsung dilokasi penelitian dengan menggunakan metode Angket dengan
menyebarkan pertanyaan secara tertulis berupa kuesioner yang langsung di
berikan kepada responden.
2. Data Sekunder
Data sekunder diperoleh di ruang poli bedah dan ruang rawat kelas II
Rumah Sakit Ibu dan Anak, mengenai jumlah pasien dengan kanker
payudara secara keseluruhan.
91
E. Definisi Operasional
Tabel 3.1 Definisi Operasional
N Variabel
Definisi
Cara Ukur
o Penelitian Operasional
Alat
Hasil
Skala
ukur
Ukur
Ukur
Variabel Dependen
1 Motivasi
Keinginan ibu Kuesioner yang berisi 5 Kuesioner 1.Tinggi
ibu dalam
dalam
pertanyaan dengan
pengobatan
melakukan
kriteria
kanker
pengobatan
Tinggi jika
payudara
Ordinal
2.Rendah
6,6
Rendah jika
Variabel Independen
2 Dukungan
Suami
3 Sikap
Suami
Segala bentuk Menyebarkan
Kuesioner 1.Mendukung
Ordinal
perhatian yang kuesioner berisi 10
di terima ibu
pertanyaan dengan
2.Tdk
dari suami
kriteria
Mendukung
dalam
Mendukung:
pengobatan
jika
kanker
Tdk Mendukung:
payudara
jika
37,1
Segala bentuk Menyebarkan
tingkah laku
kuesioner berisi 10
yang diterima pertanyaan dengan
oleh ibu yang kriterial :
terkena kanker Positif: jika
payudara
Kuesioner 1.Positif
Negatif: jika
2.Negatif
Ordinal
92
F. Instrumen Penelitian
1. Alat Pengumpulan Data
Alat pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini adalah berupa
kuisioner dengan berpedoman pada konsep, yang berisi :
a. Kuisioner yang berisi data demografi (usia, pendidikan dan pekerjaan)
untuk penunjang pada penataan data (Notoatmodjo, 2010)
b. Kuisioner berisi
pertanyaan-pertanyaan penelitian dengan jumlah
keseluruhan 25 pertanyaan yang terdiri dari :
1) Lima item tentang motivasi ibu dalam pengobatan kanker payudara
(variabel dependen), dengan pilihan jawaban a, b, c dan d, untuk
jawaban yang benar diberi skor 1, jika tidak diberi skor 0. Dengan
kriterial Tinggi apabila
2) puluh item tentang dukungan suami , dengan pilihan jawaban ya,
kadang-kadang dan tidak, untuk jawaban yang benar diberi skor 1, jika
tidak diberi skor 0. Dengan kriterial mendukung apabila
6,6 , tidak
mendukung apabila
3) Sepuluh item tentang sikap suami, bila responden menjawab positif
sampai negatif, yaitu positif sangat setuju (SS) diberi nilai 5, setuju (S)
diberi nilai 4, ragu-ragu (RR) diberi nilai 3, tidak setuju (TS) diberi
nilai 2, sangat tidak setuju (STS) diberi nilai 1. Bila negatif sangat
setuju (SS) diberi nilai 1, setuju (S) diberi nilai 2, ragu-ragu (RR)
diberi nilai 3, tidak setuju (TS) diberi nilai 4, sangat tidak setuju (STS)
93
diberi nilai 5. Dengan kriterial Positif apabila
negatif
apabila
2. Metode Pengumpulan Data
a. Tahap Persiapan Pengumpulan Data
Dalam persiapan pengumpulan data dilakukan sesuai dengan prosedur
administrasi yang berlaku yaitu mendapatkan izin dari Direktur Yayasan
U’Budiyah Banda Aceh dan izin dari Kepala Rumah Sakit Ibu dan Anak
Pemerintah Aceh.
b. Tahapan Pengumpulan Data
Setelah memperoleh izin dari kepala Rumah Sakit Ibu dan Anak, peneliti
menghubungi kepala Rumah Sakit Ibu dan Anak tersebut untuk
memberikan maksud dan tujuan peneliti, setelah diketahui oleh kepala
Rumah Sakit Ibu dan Anak, peneliti membagikan inform consent dan
kemudian dibagikan kuesioner. Peneliti menjelaskan tata cara pengisian
kuesioner, responden diminta untuk mengisi kuesioner, kemudian
dikumpulkan kembali untuk diperiksakan hasilnya.
G. Pengolahan dan Analisa Data
1. Pengolahan Data
Proses pengolahan data dapat dilakukan melalui beberapa tahap.
Menurut Budiarto (2006) tahap pengolahan data meliputi :
a. Editing, adalah memeriksa dan menyesuaikan dengan rencana semula
seperti apa yang diinginkan.
94
b. Coding, adalah mengklasifikasikan jawaban menurut jenisnya dengan
memberikan kode tertentu.
c. Transfering, yaitu memindahkan jawaban responden dalam bentuk sistem
d. Tabulating, adalah data yang sudah benar kemudian dimasukkan dalam
tabel
distribusi frekuensi
2. Analisa Data
a. Data yang diperoleh di analisa secara analitik dalam bentuk persentase, untuk
variabel Motivasi Ibu Dalam pengobatan Kanker payudara Arikunto (2006)
sebagai berikut :
1) Untuk mengukur variable Motivasi, dengan kriteria:
a) Tinggi: jika
b) Rendah: jika
2) Untuk mengukur variable Dukungan, dengan kriteria :
a) Mendukung: jika
6,6
b) Tdk Mendukung: jika
3) Untuk mengukur variable Sikap, dengan kriteria :
a) Positif: jika
b) Negatif: jika
b. Analisa data dilakukan dengan cara:
1) Analisa Univariat
95
Analisa univariat ini bertujuan menngambarkan distribusi frekuensi dan
persentase masing-masing variabel yang diteliti. Selanjutnya data yang
ditampilkan dalam bentuk tabel dan narasi.
Adapun rumus yang digunakan sebagai berikut :
P=
x 100 %
Keterangan :
P = Persentase
F = Frekwensi teramati
N = Jumlah responden yang menjadi sampel ( Arikunto, 2006 )
Sedangkan untuk menghitung rata-rata digunakan rumus :
̃
Keterangan :
̃
= Nilai rata-rata semua responden
= Nilai semua responden
= Jumlah sampel (populasi )
2). Analisa Bivariat
Analisa bivariat merupakan analisis hasil dari variabel bebas yang diduga
mempunyai hubungan dengan variabel terikat. Analisa yang digunakan
adalah tabulasi silang. Untuk menguji hipotesa dilakukan analisa statistik
dengan mengunakan uji chi-square tes pada tingkat kemaknaan 95% ( p <
0,05 ) sehingga dapat diketahui ada tidaknya hubungan yang bermakna
96
secara statistik perhitungan analisis dengan menggunakan komputer
program SPSS for windows versi 17.00
Maka keputusan uji statistik :
a. Nilai probabilitas p.value < α (0,05) maka Ho ditolak dan Ha diterima, yang
menunjukkan adanya hubunan antara variabel dependen dan variabel
independen
b. Apabila p.value > α (0,05)
maka Ho diterima dan Ha ditolak, yang
menunjukkan tidak adanya hubunan antara variabel dependen dan variabel
independen
Perhitungan yang digunakan pada uji chi square untuk program
komputerisasi seperti SPSS adalah sebagai berikut :
1. Bila pada tabel contingency 2x2 dijumpai nilai e (harapan) kurang dari 5
maka hasil yang digunakan fisher exact text
2. Bila pada tabel contingency 2x2 tidak dijumpai nilai e (harapan) kurang
dari 5 , maka hasil uji yang digunakan continuity correction
3. Bila ada tabel contingency yang lebih 2x2 misalnya 3x2 3x3 dll, maka uji
yang digunakan adalah yang digunakan adalah pearson chi square
4. Bila pada tabel contingency 3x2 ada sel dengan nilai frekuensi harapan (e)
kurang dari 5 maka akan dilakukan merger sehingga menjadi table
contingency 2x2
97
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Ibu dan Anak Pemerintah Aceh.
Pelayanan terdiri dari rekam medik, Ugd, Apotik, poli bedah, poli laktasi, poli
Kb, poli kebidanan, poli anak, poli penyakit dalam, poli mata dan poli gigi,
kemudian ada ruang rawat inap kelas I, II, III, vip, ruang rawat ibu, ruang rawat
anak, ruang rawat icu, ruang bersalin dan ruang rawat nicu/picu. Sedangkan
untuk pelayanan kemoterapi dilakukan dikamar 1-6 pada ruang rawat kelas II.
Untuk merawat pasien dengan kanker di ruang kelas III, jumlah tenaga
medis/petugas umumnya 17 orang sedangkan tenaga medis/petugas khusus
menangani pasien kemoterapi ada 4 orang dan 1 orang dokter onkologi.
Rumah Sakit Ibu dan Anak Pemerintah Aceh yang berada di Jl. Prof. A.
Majid Ibrahim No.3 Banda Aceh, dengan luas area  726 m dengan berbatasan :
1. Bagian utara berbatasan dengan lorong Bonsai
2. Bagian Selatan berbatasan dengan rumah panglima kodam Iskandar Muda
3. Bagian Barat berbatasan dengan sungai
4. Bagian Timur berbatasan dengan jl. Prof. A. Madjid Ibrahim
B. Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil penelitian yang peneliti laksanakan pada tanggal 07
sampai dengan 21 Januari 2014 pada ibu yang terkena kanker payudara di Rumah
98
Sakit Ibu dan Anak Pemerintah Aceh Tahun 2014, tentang Hubungan Dukungan
Dan Sikap Suami Dengan Motivasi Ibu Dalam Pengobatan Kanker Payudara Di
Rumah Sakit Ibu dan Anak Pemerintah Aceh Tahun 2014, dengan jumlah sampel
30 responden yang di peroleh dari data primer, berdasarkan hasil rekapitulasi dan
tabulasi data maka diperoleh hasil sebagai berikut :
a. Umur
Berdasarkan hasil penelitian umur responden dapat dilihat pada tabel
berikut ini.
Tabel 4.1.
Distribusi Frekuensi Umur Responden di Rumah
Sakit Ibu dan Anak Banda Aceh Tahun 2014
No
1
2
3
Umur
< 30 tahun
30-49 tahun
> 49 tahun
Total
Sumber : Data Primer ( diolah tahun 2014 )
f
1
17
12
30
(%)
3,3
56,7
40,0
100,0
Berdasarkan data tabel 4.1 menunjukkan bahwa dari 30 responden yang
diteliti pada umur 30-49 tahun yaitu 17 orang (56,7%), dan pada umur < 30
tahun yaitu 1 orang (3,3%).
99
b. Pendidikan
Berdasarkan hasil penelitian pendidikan responden dapat dilihat pada tabel
berikut ini.
Tabel 4.2.
Distribusi Frekuensi Pendidikan Responden di Rumah
Sakit Ibu dan Anak Banda Aceh Tahun 2014
No
1
2
3
4
Pendidikan
SD
SMP
SMA
Diploma/Sarjana
Total
Sumber : Data Primer ( diolah tahun 2014 )
f
2
6
18
4
30
(%)
6,7
20,0
60,0
13,3
100,0
Berdasarkan data tabel 4.2 menunjukkan responden berpendidikan
SMA yaitu 18 orang (60,0%), dan yang berpendidikan SD yaitu 2 orang
(6,7%).
c. Pekerjaan
Berdasarkan hasil penelitian pekerjaan responden dapat dilihat pada tabel
berikut ini.
Tabel 4.3.
100
Distribusi Frekuensi Pekerjaan Responden di Rumah
Sakit Ibu dan Anak Banda Aceh Tahun 2014
No
1
2
3
Pekerjaan
Tidak bekerja
Swasta
PNS
Total
Sumber : Data Primer ( diolah tahun 2014 )
f
17
9
4
30
(%)
56,7
30,0
13,3
100,0
Berdasarkan data tabel 4.3 menunjukkan responden tidak bekerja yaitu
17 orang (56,7%), dan responden yang bekerja sebagai PNS yaitu 4 orang
(13,3%).
1. Analisis Univariat
a. Dukungan Suami
Hasil penelitian variabel penelitian dukungan suami dapat dilihat pada
tabel berikut ini.
Tabel 4.4.
Distribusi Frekuensi Dukungan Suami di Rumah
Sakit Ibu dan Anak Banda Aceh Tahun 2014
No
1
2
Dukungan Suami
Mendukung
Tidak Mendukung
Total
Sumber : Data Primer ( diolah tahun 2014 )
f
16
14
30
%
53,3
46,7
100,0
101
Berdasarkan data tabel 4.4 menunjukkan responden menyatakan bahwa
suaminya mendukung sebanyak 16 orang (53,3%).
b. Sikap Suami
Hasil penelitian variabel penelitian sikap suami responden dapat dilihat
pada tabel berikut ini.
Tabel 4.5.
Distribusi Frekuensi Sikap Suami di Rumah
Sakit Ibu dan Anak Banda Aceh Tahun 2014
No
1
2
Sikap
Positif
Negatif
Total
Sumber : Data Primer ( diolah tahun 2014 )
f
12
18
30
%
40,0
60,0
100,0
Berdasarkan data tabel 4.5 menunjukkan responden menyatakan bahwa
sikap suaminya dalam kategori negatif yaitu 18 orang (60,0%).
c. Motivasi Ibu Dalam Pengobatan Kanker Payudara
Hasil penelitian motivasi responden dalam pengobatan kanker payudara
dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 4.6.
Distribusi Frekuensi Motivasi Responden Dalam Pengobatan Kanker
Payudara di Rumah Sakit Ibu dan Anak Banda Aceh Tahun 2014
102
No
1
2
Motivasi Ibu
Tinggi
Rendah
Total
Sumber : Data Primer ( diolah tahun 2014 )
f
16
14
30
%
53,3
46,7
100,0
Berdasarkan data tabel 4.6 diatas menunjukkan responden motivasi ibu
dalam pengobatan kanker payudara dalam kategori tinggi yaitu 16 orang (53,3%).
2. Analisis Bivariat
a. Hubungan Dukungan Suami Dengan Motivasi Ibu
Hubungan dukungan suami dengan motivasi ibu dalam pengobatan kanker
payudara di Rumah Sakit Ibu dan Anak Banda Aceh dapat dilihat pada tabel
berikut.
]
103
Tabel 4.7.
Tabel Silang Hubungan Dukungan Suami Dengan Motivasi Ibu di Rumah
Sakit Ibu dan AnakBanda Aceh Tahun 2014
Motivasi Ibu Dalam
Pengobatan Kanker
Jumlah
Dukungan
Payudara
No
p-value
Suami
Tinggi
1
2
Mendukung
Tidak
mendukung
Rendah
f
%
f
%
f
%
15
93,8
1
6,2
16
100,0
1
7,1
13
92,9
14
100,0
0,000
Sumber : Data Primer ( diolah tahun 2014 )
Berdasarkan tabel 4.7 menunjukkan bahwa dari 16 responden yang
menyatakan bahwa suaminya mendukung sebagian besar memiliki motivasi
yang tinggi dalam pengobatan kanker payudara sebanyak 15 orang (93,8%).
Dari 14 responden yang menyatakan bahwa suaminya tidak mendukung
sebagian besar motivasi ibu dalam pengobatan kanker payudara juga rendah
sebanyak 13 orang (92,9%).
Hasil uji bivariat menggunakan Chi-Square menunjukkan bahwa nilai
p-value 0,000 < α 0,05 artinya ada hubungan yang signifikan dukungan suami
dengan motivasi ibu dalam pengobatan kanker payudara di Rumah Sakit Ibu
dan Anak Pemerintah Aceh tahun 2014.
104
b. Hubungan Sikap Suami Dengan Motivasi Ibu
Hubungan sikap dengan motivasi ibu dalam pengobatan kanker payudara
di Rumah Sakit Ibu dan Anak Banda Aceh dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4.8.
Tabel Silang Hubungan Sikap Suami Dengan Motivasi Ibu di Rumah Sakit
Ibu dan Anak Banda Aceh Tahun 2014
Motivasi Ibu Dalam
Pengobatan Kanker
Jumlah
No
Payudara
Sikap Suami
Tinggi
1
2
Positif
Negatif
p-value
Rendah
f
%
f
%
f
%
12
100,0
0
0
12
100,0
0,000
4
22,2
14
77,8
18
100,0
Sumber : Data Primer ( diolah tahun 2014 )
Berdasarkan tabel 4.8 menunjukkan bahwa dari 12 responden yang
menyatakan bahwa sikap suami positif seluruhnya memiliki motivasi yang
tinggi dalam pengobatan kanker payudara (100%). Dari 18 responden yang
menyatakan bahwa sikap suami negatif sebagian besar ibu memiliki motivasi
yang rendah dalam pengobatan kanker payudara sebanyak 14 orang (77,8%).
105
Hasil uji bivariat menggunakan Chi-Square menunjukkan bahwa nilai
p-value 0,000 < α 0,05 artinya ada hubungan yang signifikan sikap suami
dengan motivasi ibu dalam pengobatan kanker payudara di Rumah Sakit Ibu
dan Anak Pemerintah Aceh tahun 2014.
C. Pembahasan
1. Hubungan Dukungan Suami Dengan Motivasi Ibu Dalam Pengobatan
Kanker Payudara
Berdasarkan hasil penelitian pengaruh dukungan suami terhadap motivasi
ibu dalam pengobatan kanker payudara melalui uji analisis menggunakan ChiSquare
menunjukkan bahwa nilai p-value = 0,000 < α = 0,05 artinya ada
hubungan yang signifikan dukungan suami dengan motivasi ibu dalam
pengobatan kanker payudara di Rumah Sakit Ibu dan Anak Pemerintah Aceh
tahun 2014. Dari 16 responden yang menyatakan bahwa dukungan suami tinggi
sebagian besar memiliki motivasi yang tinggi dalam pengobatan kanker
payudara sebanyak 15 orang (93,8%). Dari 14 responden yang menyatakan
bahwa dukungan suami rendah sebagian besar motivasi ibu dalam pengobatan
kanker payudara juga rendah sebanyak 13 orang (92,9%).
Hal ini sesuai dengan tiori yang yang di kemukakan oleh Yusuf (2010)
menyatakan bahwa reaksi suami berbeda dalam mengetahui penyakit yang
dialami/diderita oleh isteri dan sangat individual, tergantung dengan tipe dan sifat
suami. Ada tipe suami yang sangat membantu penyembuhan isteri, ada juga yang
tidak mau membantu, atau ada juga yang mau membatu walaupun tidak
sepenuhnya.
106
Menurut Hawari.( 2009) jadi sangat penting peranan suami pada saat istri
mengalami kanker payudara. Karena dengan peranan suami atau dukungan suami
ini sangat berpengaruh pada istri untuk memberikan rasa percaya dirinya agar
tidak putus asa akan penyakit yang dialami. Jika peranan suami berubah akan
membuat isteri menjadi stres sehingga penyakit yang diderita menjadi semakin
tidak membaik.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Wahyuni (2012), mendapatkan hasil bahwa dukungan suami pada istrinya yang
menderita kanker payudara berhubungan signifikan dengan motivasi istri dalam
pengobatan penyakit kanker payudara.
Menurut asumsi peneliti bahwa dukungan suami tinggi terhadap ibu maka
tinggi pula motivasi ibu dalam menjalani pengobatan kanker payudara, ada juga
suami yang mendukung tapi motivasi ibu dalam pengobatan rendah, karena ibu
pasrah dengan penyakitnya. Suami yang tidak mendukung dalam proses
pengobatan, maka motivasi ibupun rendah dalam menjalani proses pengobatan,
ada juga suami yang tidak mendukung tapi motivasi ibu dalam pengobatan kanker
payudara tinggi, karena ibu yakin penyakitnya akan sembuh. Jadi dengan
tingginya dukungan suami yang ibu rasakan akan semakin tinggi motivasi ibu
dalam menjalani proses pengobatan kanker payudara, dalam proses pengobatan
kanker payudara mulai dari pemeriksaan awal sampai operasi hingga radiasi,
memerlukan waktu yang panjang sehingga seringkali menurutkan semangat ibu.
Maka disinilah peran dan dukungan suami sangat dibutuhkan, salah satu efek dari
pengobatan radiasi/kemotarapi ibu akan merasa mual sampai muntah, kuku tangan
107
dan kaki menghitam, rambut rontok. Proses terapi dan pengobatan kanker
payudara biasanya membuat kondisi ibu naik-turun. Suami harus mendukung dan
memberi perhatian pada ibu selama dalam proses pengobatan.
2. Hubungan Sikap Suami dengan Motivasi Ibu Dalam Pengobatan Kanker
Payudara
Berdasarkan hasil penelitian hubungan sikap suami dengan motivasi ibu
dalam pengobatan kanker payudara melalui uji analisis menggunakan Chi-Square
menunjukkan bahwa nilai p-value = 0,000 < α = 0,05, artinya ada hubungan yang
signifikan sikap suami dengan motivasi ibu dalam pengobatan kanker payudara di
Rumah Sakit Ibu dan Anak Pemerintah Aceh tahun 2014. Dari 12 responden
yang menyatakan bahwa sikap suami positif seluruhnya memiliki motivasi
yang tinggi dalam pengobatan kanker payudara (100%). Dari 18 responden
yang menyatakan bahwa sikap suami negatif sebagian besar ibu memiliki
motivasi yang rendah dalam pengobatan kanker payudara sebanyak 14 orang
(77,8%).
Hal ini sesuai dengan tiori menurut Newcomb yang dikutip oleh
Notoatmodjo (2010), sikap merupakan kesiapan atau kesediaan untuk
bertindak, dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Sikap belum
merupakan suatu tindakan atau aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi
tindakan suatu perilaku. Sikap masih merupakan reaksi tertutup, bukan
merupakan reaksi terbuka atau tingkah laku yang terbuka.
Menurut Sylvia (2009) menyatakan bahwa selain kondisi istri yang jadi
penderita, situasi yang dialami sang suami pun ternyata mirip. Ketika pertama
mendengar bahwa istrinya terkena kanker payudara, seorang suami biasanya akan
108
syok. Fase pertama yang dilakukan yaitu suatu penolakan, percaya tidak percaya.
Suami juga bisa masuk ke fase depresi melihat penderitaan istrinya. Kehadiran
suami di samping istri yang terkena kanker payudara ternyata sangat berpengaruh
terhadap proses pengobatan dan kesembuhan. Suami juga harus kelihatan lebih
kuat, tidak boleh cengeng, tidak boleh terlihat pesimis. Pasalnya, ini akan
membuat istri menjadi lebih pesimis. Dengan merasa bahwa ada orang yang
sama-sama ikut menderita bersama dia, penderita akan lebih nyaman.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Wahyuni (2012),
mendapatkan hasil bahwa sikap suami berhubungan dengan motivasi istri dalam
melakukan pengobatan kanker payudara. Semakin positif sikap suami maka
semakin tinggi motivasi istri dalam melakukan pengobatan kanker payudara.
Menurut asumsi peneliti, di dapatkan semakin tinggi sikap positif yang
suami berikan maka semakin tinggi pula motivasi ibu dalam pengobatan kanker
payudara. Ada juga suami yang bersikap positif tapi motivasi ibu rendah dalam
proses pengobatan, karena ibu merasa lelah dan putus asa. Pada suami yang
bersikap negatif terhadap motivasi ibu dalam pengobatan tapi motivasi ibu tinggi,
karena semangat dan keyakinan akan sembuh dari penyakitnya besar. Dalam
proses pengobatan kanker payudara sikap suami yang perhatian pada ibu akan
memberi motivasi ibu dalam menjalani proses pengobatan kanker payudara yang
berulang-ulang, seperti kemoterapi yang memerlukan waktu lama, saat ibu harus
dirawat di rumah sakit sampai urusan biaya. Suami harus siap mendampingi ibu
selama dalam proses pengobatan kanker payudara, karena sikap suami yang
positif dan mendukung akan membantu kesembuhan.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Setelah dilakukan penelitian dan uji statistik tentang hubunan dukungan
dan sikap suami terhadap motivasi ibu dalam pengobatan di Rumah Sakit Ibu
dan Anak Pemerintah Aceh tahun 2014, dapat disimpulkandan hasil penelitian
sebagai berikut:
1. Ada hubungan yang signifikan dukungan suami dengan motivasi ibu dalam
pengobatan kanker payudara di Rumah Sakit Ibu dan Anak Banda Aceh tahun
2014 (p-value = 0,000 < α = 0,05 ), berarti Ha diterima dan Ho ditolak.
2. Ada hubungan yang signifikan sikap suami dengan motivasi ibu dalam
pengobatan kanker payudara di Rumah Sakit Ibu dan Anak Banda Aceh tahun
2014 (p-value = 0,000 < α = 0,05 ), berarti Ha diterima dan Ho ditolak.
B. Saran
Saran-saran penelitian ini disampaikan kepada beberapa pihak sebagai
berikut :
4. Bagi Rumah Sakit Ibu dan Anak Banda Aceh
Disarankan agar memberikan instruksi kepada semua petugas kesehatan yang
ada di Rumah Sakit Ibu dan Anak Pemerintah Aceh terutama yang menangani
kanker payudara agar memberikan penyuluhan dan pendidikan khususnya
kepada suami yang menemani ibu melakukan pengobatan kanker payudara
60
61
tentang pentingnya memberikan dukungan pada istri yang sedang melakukan
pengobatan kanker payudara.
2. Bagi Institusi pendidikan
Diharapkan dengan adanya penelitian ini maka akan menambah referensi
bacaan bagi mahasiswa yang ingin mengetahui lebih mendalam tentang
motivasi ibu dalam pengobatan kanker payudara
3. Peneliti selanjutnya
Diharapkan kepada peneliti lain dapat digunakan sebagai bahan bacaan ilmiah
bagi mereka yang berminat melanjutkan penelitian ini
62
DAFTAR PUSAKA
Arikunto, S. (2006). Prosedur penelitian suatu pendekatan praktek. Jakarta: PT.
Rineka Cipta.
Ashton et al. (2009). Development and validation of a simple questionnaire for the
identification of hereditary breast cancer in primary care. BMC Cancer, 9:
275-283. Diakses dari www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/19682358rch
tanggal 8 Mei 2013.
Asrori, M ( 2008 ) . Melawan Kanker Payudara. Jakarta : Restu Agung
Budijatno, Pelayanan Kesehatan Prima Pada Ibu Dalam http://www.ui.acid,
tanggal 28 Juni 2008
Bobak, I. M. (2004). Buku ajar keperawatan maternitas. Jakarta: EGC.
Chen, et al. (2010). Improving breast cancer quality of care with the use of patient
navigators presented at the 21st annual scientific meeting of the Southern
California. Chapter of the American College of Surgeons in Santa
Barbara,
CA.
22-24
2010.
Diakses
dari:
http://www.surgeongeneral.gov/initiatives/prevention/strategy/report.pdf
tanggal 3 Mei 2013.
Data WHO. 2008. Epidemiologi Kanker Di Dunia, from http/gayindo.
Forumotion. Net/pojok-kesehatan-health-cancer/data-who-2008
DepKes
RI.(2013). Angka kejadian kanker payudara. Available
http://www.depkes.go.id/index.php/berita/press-release/170-angkakejadian-kanker-payudara.html. Diakses 26 April 2013.
at:
Dupont, W. D., & Page, D. L. (2004). Risk factor for breast cancer in women with
proliferative breast desease. BMJ.
Dagun S.M, 2002. Psikologi Keluarga (Peranan Ayah Dalam Keluarga). Jakarta:
Rineka Cipta.
Gilly A. (2010). Buku Ajar Kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta : EGC
Hawari, Dadang. 2009. Kanker Payudara Dimensi Psikoreligi. Jakarta : Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia
Hall, et al. (2013). Air force breast cancer detections and treatment trends. Brief
Reports. Diakses dari www.search.ebscohost.com. Tanggal 7 Agustus
2013.
63
Indrati, R. (2005). Faktor-faktor risiko yang berpengaruh terhadap kejadian
kanker payudara wanita. Tesis. Program Pascasarjana Universitas
Diponegoro Semarang. Diakses dari http:eprints.undip.ac.id tanggal 3
Agustus 2013.
Jones, ( 2005 ). Setiap wanita Indonesia : Delapratasa Publishing
Luwia, M. S. (2009). Problematika dan perawatan payudara. Jakarta: Kawan
Pustaka.
Mardiana, L (2009). Mencegah dan Mengobati Kanker Pada Wanita dengan
Tanaman Obat. Jakarta : Penebar Swadaya
Notoatmodjo. (2010) . Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
____________(2005). Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi. Jakarta: Rineka
Cipta.
____________(2003). Pendidikan dan perilaku kesehatan. Jakarta: PT. Rineka
Cipta.
Nurcahyo, J (2010). Awas bahaya kanker rahim dan kanker payudara. Yogyakarta
: Wahana Totalita Publisher
Nursalam. 2003. Konsep dan metode penelitian ilmu keperawatan. Jakarta :
Salemba Medika
Prawirahardjo, S.( 2005). Ilmu kandungan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka
Price S. A., & Lorraine, M. W. (2005). Patofisiologi konsep klinis proses-proses
penyakit. Edisi 6. Jakarta: EGC.
Pusat Bahasa Depdiknas, 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga.
Jakarta: Balai Pustaka.
Ramli, M. (2005). Deteksi dini kanker. Jakarta: FKUI.
Rasjidi, I. (2009). Deteksi dini dan pencegahan kanker pada wanita. Jakarta:
Agung Seto.
Ranggiansanka. (2010). Faktor-faktor risiko yang berpengaruh terhadap kanker
payudara. Jurnal Medika Indosiana. Diakses 13 Mei 2013.
Saifuddin ( 2006 ). ”Kematian Ibu di Indonesia Dapatkah Kita Mencapai Target
MDGs 2015?”. dalam MOGI.
64
Smeltzer & Bare. (2002). Buku ajar keprawatan medikal bedah. Edisi 8. Jakarta:
EGC.
Stephen,et al. (2002). Risk factor for breast cancer, obstetric and ginecology
clinic. Number 1. Sunders Company.
Swanburg, Russel C. 2000. Pengantar Kepemimpinan dan Manajemen
Keperawatan Untuk Perawat Klinis. Jakarta: EGC.
Sumiati, (2008). Waspadai 4 kanker ganas pembunuh wanita. Yogyakarta
Smart, (2010). Kanker Organ Reproduksi. Yogyakarta : A Plus Books
Stuart Gw, laraia MT. (2005). Principle and practice of psychiatric nursing 8 th
Edition, St.louis: Elsener mosby
Sjamsuhidayat, R. dan De Jong, W. (2004). Buku ajar ilmu bedah. Jakarta: EGC.
Sylvia.
(2009).
Jika
Istri
Kena
Kanker
Payudara,
From
Http://www.tabloidnova.com/nova/keluarga/pasangan/jika-isteri-kenakanker-payudara
Suparyanto, (2011) Pencegahan dan Pengobatan Penyakit Yang Paling
Mematikan. Yogyakarta : Buana Pustaka
Sutjipto. (2013). Jumlah penderita kanker payudara masih cukup tinggi. Available
at: //http.www.depkes.co.id. Dilihat tanggal 8 Mei 2013.
Sudrajat, C. A. (2012). Hubungan antara dukungan suami dengan self esteem pada
penderita kanker payudara di Bandung Cancer Society. Skripsi.
Universitas Islam Bandung: UPT Perpustakaan Unisba.
Teguh, V (2010). Tips Mencegah Kanker Payudara, From http://www.newsmedical.net/health/Breast-cancer-epidemiology-(indonesia)
Yusuf, (2010). Isteri terkena kanker, bagaimana peran suami. From : http://mimiforum.blogspot.com/2013/06/
isteri-terkena-kanker-bagaimanaperan.html
Wahyuni, (2012) Hubungan Pengetahuan dan Dukungan Suami Tentang Kanker
Payudara Yang DiDerita Istri Di RSUD. Piringadi Medan
65
Lampiran 3
KUESIONER PENELITIAN
HUBUNGAN DUKUNGAN DAN SIKAP SUAMI DENGAN MOTIVASI IBU
DALAM PENGOBATAN KANKER PAYUDARA DI RUMAH
SAKIT IBU DAN ANAK PEMERINTAH ACEH
TAHUN 2014
I. Identitas (Data Umum)
No Responden
:
Umur
:
Pendidikan
: a.
Pekerjaan
SD
b.
SLTP
c.
SLTA
d.
Diploma/Sarjana
: a.
Tidak bekerja
b.
Swasta
c.
PNS
66
A. Motivasi Ibu Dalam pengobatan Kanker Payudara
Pilihlah salah satu jawaban di bawah ini dengan memberi tanda silang (X)
pada jawaban yang sesuai dengan keadaan ibu.
1. Dalam pengobatan kanker payudara, apakah ibu memeriksakan penyakitnya ke
dokter atau rumah sakit
a.
b.
c.
d.
Sesuai jadwal atau segera bila ada keluhan
Sering
Kadang-kadang
Tidak pernah
2. Selama Dalam Pengobatan kanker payudara, ibu melakukan pengobatan secara
a.
b.
c.
d.
Medis
Herbal
Tradisional
Non Medis / Magic
3. Dalam Pengobatan kanker payudara, ibu melakukan pengobatan atas kemauan
a.
b.
c.
d.
Ibu sendiri
Suami
Keluarga
Tetangga
4. Selama melakukan pengobatan kanker payudara pada Stadium awal, apakah ibu
yakin akan sembuh
a.
b.
c.
d.
Sangat yakin
Yakin
Kurang Yakin
Tidak yakin
5. Selama dalam pengobatan, apakah ibu rajin melakukan terapi sesuai dengan
instruksi/perintah dokter
a.
b.
c.
d.
Selalu
Kadang-kadang
Jarang
Tidak pernah
67
B. Dukungan Suami
Bacalah pertayaan di bawah ini dengan memberi tanda check list ( √ ) pada
jawaban yang paling tepat :
1. Apakah suami mau mengantarkan ibu setiap kali melakukan kemoterapi ?
( ) Ya
( ) Kadang-kadang
( ) Tidak
2. Apakah suami mengingatkan ibu, untuk melakukan kemoterapi sesuai dengan
jadwal ?
( ) Ya
( ) Kadang-kadang
( ) Tidak
3. Apakah selama dalam proses pengobatan kanker payudara, suami mau
membiayai ibu ?
( ) Ya
( ) Kadang-kadang
( ) Tidak
4. Pada saat ibu merasa kelelahan dengan pekerjaan rumah tangga, apakah suami
mau membantu pekerjaan ibu ?
( ) Ya
( ) Kadang-kadang
( ) Tidak
5. Apakah suami memperhatikan dan ikut mempersiapkan makanan bergizi untuk
ibu konsumsi
( ) Ya
( ) Kadang-kadang
( ) Tidak
68
6. Apakah suami menganjurkan ibu untuk banyak beristirahat setiap kali selesai
kemoterapi
( ) Ya
( ) Kadang-kadang
( ) Tidak
7. Setiap melakukan kemoterapi, Apakah suami mendampingi ibu
( ) Ya
( ) Kadang-kadang
( ) Tidak
8. Apakah suami sabar dalam menghadapi emosi ibu yang tidak stabil
( ) Ya
( ) Kadang-kadang
( ) Tidak
9. Apakah suami memberi semangat setiap ibu mengeluh rasa sakit karena kanker
payudara
( ) Ya
( ) Kadang-kadang
( ) Tidak
10. Dalam pengobatan kanker payudara, Apakah suami ada saat dibutuhkan ibu.
( ) Ya
( ) Kadang-kadang
( ) Tidak
69
C. Sikap Suami
Menggunakan skala likert, berikan tanda checlist (√) pada kolom yang telah
disediakan
Keterangan :
( ) SS
()S
( ) RR
( ) TS
( ) STS
= Sangat Setuju
= Setuju
= Ragu-ragu
= Tidak Setuju
= Sangat Tidak Setuju
N
PERNYATAAN SIKAP
o
1 Suami akan menemani ibu yang mengalami/
menderita kanker payudara setiap melakukan
pemeriksaan
2
Suami akan memberi semangat saat ibu
pesimis terhadap penyakit yang dideritanya
3
Suami akan menerima keadaan ibu yang
menderita kanker payudara
4
Suami akan malu bila rambut ibu botak karena
efek dari kemoterapi
5
Akibat operasi pengangkatan payudara pada
ibu maka perhatian suami akan berkurang.
6
Suami akan mengajak ibu untuk mendekatkan
diri kepada Tuhan YME pada saat merasa
putus asa setiap menjalani terapi
7
Saat ibu muntah, suami
pundak ibu
8
Suami akan menanyakan keluhan-keluhan
yang ibu alami selama menjalani terapi
9
Saat ada keluar cairan/ bau busuk pada
payudara ibu, suami akan menjauh
1
0
Selain pengobatan medis suami juga akan
membawa ibu berobat alternatif
mau mengurut
Kategori Respon
SS
S
RR
TS
STS
70
Lampiran 4
TABEL SKOR
Tabel 1. Variabel Motivasi Pengobatan
N
Variabel
o
No. Urut
Pertanyaan
1 Motivasi
2
3
4
5
1.
2.
3.
4.
5.
Bobot Skor
Rentang
A
1
1
1
1
1
B
0
0
0
0
0
C
0
0
0
0
0
D
0
0
0
0
0
Tinggi, jika
jawaban benar x
x
Rendah, jika
jawaban benar x
<x
Tabel 2. Variabel Dukungan
N
o
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10
Variabel
Dukungan
Suami
No. Urut
Pertanyaan
1.
Ya
1
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
1
1
1
1
1
1
1
1
1
Bobot Skor
Tdk
Kadang
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
Rentang
Mendukung,
jikaa jawaban
benar x ≥ x
Tidak
Mendukung,
jika jawaban
benar x < x
Tabel 3. Variabel Sikap
No Variabel
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
Sikap
Suami
No. Urut
Pertanyaan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
SS
5
5
5
1
1
5
5
5
1
1
S
4
4
4
2
2
4
4
4
2
2
Bobot Skor
RR TS
3
2
3
2
3
2
3
4
3
4
3
2
3
2
3
2
3
4
3
4
STS
1
1
1
5
5
1
1
1
5
5
Rentang
Positif, jika
jawaban benar x
≥x
Negatif, jika
jawaban benar x
<x
71
Download