Presiden Tekankan Penggunaan Dana Haji Harus Sesuai

advertisement
Sekretariat Negara Republik Indonesia
Presiden Tekankan Penggunaan Dana Haji Harus Sesuai Perundang-undangan
Minggu, 30 Juli 2017
Presiden Joko Widodo mengatakan bahwa penggunaan dana haji diperbolehkan untuk kepentingan pembangunan
infrastruktur atau kepentingan lainnya, selama hal tersebut memberikan manfaat dan keuntungan, baik bagi umat
Muslim maupun yang memiliki dana, yakni para calon jamaah haji.
"Harus prudent, harus hati-hati. Silakan mau dipakai untuk infrastruktur. Saya hanya memberikan contoh, silakan dipakai
untuk Sukuk, silakan ditaruh di bank syariah. Banyak sekali macamnya,― ujar Presiden saat menghadiri Lebaran Betawi di
Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan, Jagakarsa, Jakarta Selatan, Minggu (30/7/2017).
Akan tetapi, Presiden menekankan, penggunaan dana haji tersebut harus mengacu pada peraturan perundangundangan yang berlaku. Apalagi, saat ini telah dibentuk Badan Pelaksana Pengelola Keuangan Haji (BPKH).
"Yang penting jangan bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang ada," jelas Presiden, sebagaimana
dilansir dari siaran pers Kepala Biro Pers, Media, dan Informasi, Bey Machmudin.
Lebih lanjut, Presiden mengingatkan bahwa dana haji adalah dana umat, sehingga penggunaan dana tersebut harus
disertai unsur kehati-hatian, terutama pada proses kalkulasinya.
“Tapi semuanya perlu dikalkulasi yang cermat, dihitung yang cermat. Semuanya dihitung, semuanya harus dikalkulasi.
Semuanya harus mengikut Peraturan Perundang-undangan yang ada,― katanya.
Sebelumnya, Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin juga mengatakan hal yang serupa, yaitu bahwa dana setoran
Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji (BPIH) boleh dikelola untuk hal-hal yang produktif, termasuk pembangunan
infrastruktur. Kebolehan ini mengacu pada konstitusi maupun aturan fikih.
“Dana haji boleh digunakan untuk investasi infrastruktur selama memenuhi prinsip-prinsip syariah, penuh kehati-hatian,
jelas menghasilkan nilai manfaat, sesuai dengan peraturan perundang-undangan, dan demi untuk kemaslahatan jamaah
haji dan masyarakat luas,― ujar Menag Lukman di Jakarta, Sabtu (29/7/2017).
Pernyataan tersebut mengacu pada hasil Keputusan Ijtima Ulama Komisi Fatwa Se-Indonesia IV Tahun 2012 tentang
Status Kepemilikan Dana Setoran BPIH Yang Masuk Daftar Tunggu ( Waiting List ). Salah satu hasil keputusan tersebut
menyebutkan bahwa dana setoran BPIH bagi calon haji yang termasuk daftar tunggu dalam rekening Menteri Agama
boleh di- tasharruf -kan untuk hal-hal yang produktif (memberikan keuntungan), antara lain penempatan di perbankan
syariah atau diinvestasikan dalam bentuk Sukuk.
Fatwa itu juga sejalan dengan aturan perundangan terkait pengelolaan dana haji. UU Nomor 34 tahun 2014 mengatur
bahwa BPKH selaku Wakil akan menerima mandat dari calon jemaah haji selaku Muwakkil untuk menerima dan
mengelola dana setoran BPIH. Mandat itu merupakan pelaksanaan dari akad wakalah yang diatur dalam Perjanjian
Kerja Sama antara Ditjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah Kementerian Agama, dan Bank Penerima Setoran BPIH
tentang penerimaan dan pembayaran BPIH. (Humas Kemensetneg)
http://www.setneg.go.id
www.setneg.go.id
DiHasilkan: 25 October, 2017, 16:04
Sekretariat Negara Republik Indonesia
http://www.setneg.go.id
www.setneg.go.id
DiHasilkan: 25 October, 2017, 16:04
Download