24 BAB II SENI SEBAGAI MEDIA DAKWAH A. Hubungan Seni dan

advertisement
24
BAB II
SENI SEBAGAI MEDIA DAKWAH
A. Hubungan Seni dan Dakwah
Kegiatan dakwah sudah ada sejak adanya tugas dan fungsi yang harus
diemban oleh manusia dibelantara kehidupan dunia ini. Hal itu dilakukan
dalam rangka menyelamatkan seluruh alam, termasuk di dalamnya manusia
itu sendiri. Namun, kegiatan dakwah sering kali difahami, baik oleh
masyarakat awam ataupun masyarakat terdidik, sebagai suatu kegiatan yang
sangat praktis, sama dengan tabligh (ceramah). Kegiatan dakwah itu terbatas
hanya di majelis-majelis taklim, masjid dan mimbar keagamaan lainnya.
Dakwah pada hakikatnya merupakan risalah bagi setiap mukmin,
perintah Rasulullah yang menuntut
tanggung jawab pelaksanaannya
sepanjang masa dalam berbagai keadaan. Pada tingkat realisasi, dakwah tetap
erat kaitannya dengan lima unsur, yakni juru dakwah (da’i), sasaran
(masyarakat atau mad’u), materi, metode dan media dakwah. Dalam hal ini,
seni merupakan salah satu media dakwah yang cukup efektif dalam
menyentuh kesadaran bagi sasaran dakwah.
Dalam Al Quran surat Ali Imron ayat 110 Allah menegaskan predikat
manusia sebagai khaira ummatin (umat terbaik), jika mereka mampu tampil
di tengah-tengah masyarakat, beramar ma’ruf nahi mungkar serta beriman
kepada Allah. Kegiatan ini menuntut ketrampilan dan penampilan sesuai
dengan pluralitas masyarakat. Pilihan metode Hikmah, Mau’idzah Hasanah
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
25
ataupun Mujadalah menjadi penting, melalui media-media yang mudah
dijangkau untuk mendukung strategi dakwah.
Dalam kedudukan mulia itu, manusia diberi status khusus sebagai
Khalifatullah dalam kehidupan di muka bumi ini. Bekal yang diberikan
kepadanya adalah kekuatan fisik dan kekuatan berfikir yang dilengkapi
dengan rasa dan nafsu. Nafsu manusia tidak selamanya mendorong kearah
yang positif. Bahkan kecenderungan ke arah negatif pada umumnya lebih
kuat, terutama bila fikir dan rasa manusia tidak mampu untuk dikendalikan.
Disinilah manusia dalam kehidupan sosial sebagai khalifatullah dituntut
untuk mengajak kepada kebaikan dan meninggalkan kejelekan atau dengan
kata lain disebut dakwah.
Kegiatan dakwah sering difahami sebagai upaya untuk memberikan
solusi Islam terhadap berbagai masalah kehidupan dari seluruh aspek seperti
aspek ekonomi, sosial, budaya, hukum, politik dan lain-lain. Oleh karena itu,
dakwah haruslah dikemas dengan cara dan metode yang tepat dan pas,
dakwah harus tampil secara aktual dalam arti memecahkan masalah yang
kekinian dan hangat di tengah masyarakat. Faktual dalam arti kongkrit dan
nyata, serta konstektual dalam arti relevan dan menyangkut problema yang
sedang dihadapi oleh masyarakat.1
Penggunaan metode atau cara yang benar merupakan bagian dari
keberhasilan dakwah itu. Sebaliknya bila metode dan cara yang dipergunakan
1
Munzier Suparta; Harjani Hefni, Metode Dakwah (Jakarta: Prenada Media, 2003), hlm.
xiii
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
26
dalam menyampaikan sesuatu tidak sesuai dan tidak pas akan mengakibatkan
sesuatu yang tidak diharapkan atau tidak memenuhi target yang diharapkan.
Dalam berbagai macam literatur dakwah, pembahasan tentang metode secara
dasar merujuk sepenuhnya kepada firman Allah SWT dalam Al Quran Surah
Al Nahl 125 yang artinya Seruhlah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan
hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang
baik. Sesungguhnya Tuhanmu dialah yang lebih mengetahui tentang siapa
yang tersesat di jalan-Nya dan dialah yang lebih mengetahui orang-orang
yang mendapat petunjuk.
Sampai saat ini metode-metode yang dijelaskan dalam Al Quran ini
dipakai dalam berbagai aktivitas dakwah yang dilakukan tidak hanya di
masjid, pesantren, dan majlis ta’lim, tetapi juga di rumah sakit, perusahaan,
hotel, radio, televisi bahkan internet.2
Namun demikian, aktivitas dakwah tampaknya belum berhasil secara
penuh merubah keadaan masyarakat menjadi lebih baik. Ada banyak faktor
yang menjadi penyebabnya, salah satunya adalah karena dakwah yang selama
ini dilakukan bisa jadi cenderung kering, impersonal dan hanya bersifat
informatif belaka, belum menggunakan teknik-teknik komunikasi yang
efektif. Situasi ini mengindikasikan dakwah yang belum berpijak pada
2
Asep Muhyidin dan Agus Ahmad Safei, Metode Pengembangan Dakwah (Bandung:
Pustaka Setia, 2002), hlm 12-16
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
27
realitas sosial yang ada. Padahal dakwah dan realitas sosial memiliki
hubungan interdependensi yang sangat kuat.3
Beberapa hal yang penting diketahui dalam dakwah adalah, bahwa ada
dua segi dakwah yang tidak dapat dipisahkan, tetapi dapat dibedakan yaitu
menyangkut isi dan bentuk, substansi dan forma, pesan dan cara
penyampaiannya, esensi dan metode. Proses dakwah menyangkut keduaduanya sekaligus dan tidak dapat dipisahkan. Hanya saja perlu perlu disadari
bahwa isi, substansi, pesan dan esensi senantiasa mempunyai dimensi
universal yang tidak terikat oleh ruang dan waktu. Dalam hal ini substansi
dakwah adalah pesan keagamaan itu sendiri, itulah sisi pertama dalam
dakwah. Sisi kedua, meskipun tidak kurang pentingnya dalam dakwah yakni
sisi bentuk, forma, cara penyampaian dan metode.4
Selain hal diatas, sebuah media dakwah juga penting untuk dimengerti
di dalam proses komunikasi dakwah. Media dakwah yang dipilih tentunya
tidak lepas dari metode yang diterapkan dalam dakwah. Pengembangan
metode dakwah sangat berkait dengan media
yang harus menyertainya.
Seorang da’i misalnya harus mampu memilih media dakwah yang relevan
dengan kondisi mad’u yang telah dipelajari secara konprehensif dan
berkesinambungan.
Kegiatan
dakwah
yang
dilakukan
dengan
3
Yunan Yusuf, Metode Dakwah Sebuah Pengantar Kajian (Jakarta: Prenada Media,
2003), hlm 16-17
4
Ahmad Anas, Paradigma Dakwah Kontemporer (Semarang, Wali Songo Press IAIN
Walisongo, 2006), hlm. 14-16
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
28
mempertimbangkan kondisi audiens tersebut akan lebih memberikan hasil
yang jelas.5
Tentu saja seorang da’i hendaklah memilih metode dan media yang
dari masa ke masa terus berkembang seperti mimbar, panggung, media cetak
atau elektronik (radio, internet, televisi, komputer). Kemudian dengan
mengembangkan media atau metode kultural dan struktural yakni pranata
sosial, seni dan karya budaya. Juga dengan mengembangkan dan
menyesuaikan metode dan media seni budaya masyarakat setempat yang
relevan seperti wayang, drama, musik, lukisan dan lain sebagainya.
Seni adalah ekspresi yang bernuansa Indah. Apakah itu ucapan atau
ungkapan, lukisan atau tulisan, pendek kata dalam segala aspek kehidupan.
Dengan ilmu segalanya menjadi mudah, dengan seni segalanya menjadi
indah. Sedangkan menurut K. Prenc.M seni adalah penjelmaan rasa indah
yang terkandung dalam hati orang yang dilahirkan dengan perantara alat-alat
komunikasi dalam bentuk yang ditangkap oleh panca indera pendengaran
(seni suara), penglihatan (seni lukis) atau yang dilahirkan dengan gerak (seni
drama dan tari).6 Maka seni dapat digunakan sebagai salah satu media
dakwah.
Secara teoritis Islam memang tidak mengajarkan seni dan estetika
(keindahan), namun tidaklah berarti Islam anti seni. Ungkapan bahwa Allah
5
Siti Muriah, Metodologi Dakwah Kontemporer (Yogyakarta, Mitra Pustaka, 2000),
hlm.13-14
6
K. Prenc.M, Kamus Latin Indonesia (Yogyakarta: Kanisius, 1969), hlm. 425
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
29
adalah jamil (indah) dan mencintai jamal (keindahan) serta penyebutan Allah
pada diriNya sebagai badi'us samawat wal ardl (maha pencipta langit dan
bumi), merupakan penegasan bahwa Islam pun menghendaki kehidupan ini
indah dan tidak lepas dari seni. Arti Badi' adalah pencipta pertama dan
berkonotasi indah. Berarti, Allah mencipta langit dan bumi dengan
keindahan.
Ditinjau dari sisi sosiokultural, sudah menjadi fakta bahwa salah satu
pilar kesuksesan dakwah nabi Muhammad SAW dikalangan masyarakat Arab
adalah strategi beliau dalam mendekati kaum Arab lewat pendekatan seni dan
budaya. Adanya kitab suci Al-Qur’an yang bernilai sastra tinggi di
lingkungan yang sangat menghargai sastra budaya pada saat itu merupakan
bukti bahwa melalui budaya masyarakat mudah menerima ajaran-ajaran
Islam. Begitu juga dalam menetapkan hukum atas sesuatu, beliau tidak
menghilangkan budaya yang ada, melainkan hanya meluruskan hingga sesuai
dengan ajaran-ajaran Islam.
Dalam pengertian yang luas, dakwah punya kaitan simbiosis dengan
seni, dimana makna dan nilai-nilai Islam dapat dipadukan. Narnun dalam hal
ini perlu adanya konsep dakwah yang lebih strategis lagi, dengan pengelolaan
secara profesional yang mampu mengakomodasi segala permasalahan sosial.
Di sini, seni dapat menjadi metode atau media dakwah, namun juga menjadi
sasaran antara bagi dakwah Islamiyah itu sendiri.
Sebagai media atau metode, seni mempunyai proyeksi yang mengarah
pada pencapaian kesadaran kualitas keberagamaan Islam yang pada
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
30
gilirannya mampu mernbentuk sikap dan perilaku Islami yang tidak
menimbulkan gejolak sosial, tetapi justru makin memantapkan perkembangan
sosial. Sedangkan sebagai sasaran, dakwah diarahkan pada pengisian makna
dan nilai-nilai Islarni yang integratif ke dalam segala jenis seni dan budaya
yang akan dikembangkan.
Pada awal era kejayaan Islam, telah lahir tokoh-tokoh besar dibidang
seni musik. Para ilmuwan muslim telah menjadikan musik sebagai media
pengobatan atau terapi. Kegemilangan peradaban Islam ditandai dengan
kemajuan ilmu pengetahuan dan kebudayaan. Kemajuan ilmu pengetahuan
dan kebudayaan ini bersentuhan erat dengan moral Islam, budaya arab dan
kebudayaan besar lainnya.
Tidak heran jika pada awal kejayaan Islam telah lahir tokoh-tokoh
besar dibidang seni musik. Ada musisi terkenal yang sangat disegani yaitu
Ishaq ibn Ibrahim Al-Mausili (767-850M). Ada pula pengkaji pengkaji musik
yang disegani seperti Yusuf bin Sulaiman Al-Khatib (wafat tahun 785M).7
Munculnya seniman dan pangkaji musik di dunia Islam menunjukkan bahwa
umat Islam tidak hanya melihat musik sebagai hiburan. Lebih dari itu, musik
menjadi bagian dari ilmu pengetahuan yang dikaji melalui teori-teori ilmiyah.
Dalam konteks Indonesia, upaya penyampaian ajaran Islam melalui
media seni sudah memiliki umur yang relatif tua. Para Walisongo dengan
beberapa keahlian keseniannya telah mampu menyebarkan agama Islam
7
Philip K. Hitti, History of Arabs Rujukan Induk dan Paling otoritatif tentang Sejarah
Peradaban Islam (Jakarta: Serambi Ilmu Semesta, 2013), hlm. 537
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
31
hingga keberbagai daerah di Nusantara. Sunan Kalijaga dan Sunan Bonang
adalah dua dari sebagian tokoh penyebar Islam yang menjadikan seni musik
sebagai media dakwah.8
Walisongo muncul saat runtuhnya dominasi kerajaan Hindu Budha di
Indonesia. Kesembilan “wali” yang dalam bahasa Arab artinya penolong ini
merupakan para intelektual yang terlibat dalam upaya pembaharuan sosial
yang pengaruhnya terasa dalam berbagai manifestasi kebudayaan mulai dari
kesehatan, bercocok tanam, berniaga hingga kepemerintahan.
Yang menarik dari kiprah walisongo adalah aktivitas mereka yang
menyebarkan Islam di bumi pertiwi tidaklah dengan armada militer dan
pedang, tidak juga menginjak-injak dan menindas keyakinan lama yang
dianut oleh masyarakat Hindu-Budha yang saat itu mulai memudar
pengaruhnya. Namun, mereka melakukannya dengan cara halus dan
bijaksana. Mereka tidak langsung kebiasaan-kebiasaan lama masyarakat
namun justru menjadikannya sebagai sara berdakwah mereka. Salah satu
media yang mereka gunakan sebagai media dakwah adalah wayang.
B. Karakteristik Seni Islam
Menurut Islam, seni tidak boleh diklasifikasikan kepada subjek atau
objek semata-mata. Ia harus dilihat sebagai Islam sendiri memandang sesuatu.
Ia tidak dilihat pada sudut tertentu tetapi pada sesuatu yang menyeluruh.
8
Asep Muhyidin, Metode Pengembangan Dakwah (Bandung: Pustaka Setia, 2002), hlm.
212
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
32
Selaras dengan kehidupan yang telah ditentukan oleh Allah yang telah
dimuatkan dalam firmanNya (Al Quran). Cara praktikal atau amaliyah pula
melalui teladan kehidupan Rasulullah SAW. Oleh sebab itu, seni Islam
mempunyai noktah dan tujuan yang jelas yaitu sebagai manifestasi beribadah
kepada Allah. Manakala kandungannya pula seiring dengan nilai-nilai Islam.9
Seni Islam mempunyai dasar yang jelas dalam melahirkan proses
kreatif di dalam berkarya. Karya seni Islam senantiasa memberikan arah
tujuan kehidupan manusia yang lurus sesuai dengan fitrah manusia yang
berlandaskan pengabdian, karena Islam mengenal adanya akhirat setelah
dunia. Seperti sebuah hadits Rasulullah SAW yang diriwayatkan oleh Ibnu
Majah dan Imam Ahmad, Rasulullah bersabda kepada Umar bin Al Khattab
yang ketika melihatnya mengenakan pakaian yang baru, “kenakanlah pakaian
baru, hiduplah secara terpuji dan matilah sebagai seorang syahid dan Allah
memberimu kesenangan kehidupan di dunia dan akhirat”.10
Berdasarkan tujuan dan kandungan seni Islam maka setiap seniman
Muslim harus memahami nilai-nilai Islam terlebih dahulu sebelum menguasai
sesuatu tentang seni. Dalam arti lain, nilai Islamlah yang akan menjadi
rujukan keseniannya. Seorang seniman yang melahirkan karya seni tidak
terlepas dari pengalaman dan kehidupan yang dijalaninya. Oleh sebab itu, jika
9
Portal Komuniti Muslimah, Seni Islam yang Menyuburkan, dalam www.Hanan.com,
diakses, 25 September 2015
10
Portal Komuniti Muslimah, Seni Islam yang Menyuburkan, dalam www.Hanan.com,
diakses, 25 September 2015
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
33
ia memahami nilai-nilai secara baik dan meyeluruh, maka karya seni yang
dihasilkan pasti memancarkan roh keislamannya.
Menurut Sayyed Hossein Nasr di dalam Irfan Abu Bakar, seni Islam
merupakan hasil dari pengejewantahan keesaan pada keanekaragaman.
Artinya seni Islam sangat terkait dengan karakteristik-karakteristik tertentu
dari temapt penerimaan wahyu Al-Quran yang dalam hal ini adalah
masyarakat Arab. Jika demikian, bisa jadi Islam adalah seni yang terungkap
melalui ekspresi budaya lokal yang senada dengamn tujuan Islam. Sementara
itu, bila kita merujuk pada akar makna Islam yang berarti menyelamatkan
ataupun menyerahkan diri, maka bisa jadi yang namanya seni Islam adalah
ungkapan ekspresi jiwa manusia yang termanifestasikan dalam segala macam
bentuk, baik seni ruang maupun seni suara yang dapat membimbing manusia
ke jalan atau pada nilai-nilai ajaran Islam.11
Bukan permasalahan yang mudah untuk mendefinisikan apa
sebenarnya makna seni Islam tersebut. Apakah yang dalam pengungkapannya
memakai bahasa Arab sebagaimana orang awam melihat yang dapat kita
katakan sebagai seni Islam. Ataukah seni yang mendapatkan pengakuan dari
ajaran Islam, ataukah seni yang dalam operasionalnya bernuansa atau
bernafaskan nilai-nilai yang termaktub dalam sumber ajaran agama Islam.12
11
Irfan AbuBakar, Estetika Islam: Menafsir seni dan Keindahan (Bandung: Mizan,
2005), hlm. 208-210
12
Ali Maksum, Tasawwuf sebagai Pembebasan Manusia Modern; Telaah Signifikan
Konsep Tradisional Islam (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2003), hlm. 124
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
34
Namun demikian, jika merujuk pada pandangan para ahli, mungkin
kita dapat membangun persepsi yang setidaknya sama tentang apa sebenarnya
seni Islam tersebut. Sementara itu, bila kita merujuk pada akar makna Islam
yang berarti meyelamatkan ataupun menyerahkan diri, maka bisa jadi yang
namanya seni Islam adalah ungkapan ekspresi jiwa setiap manusia yang
termanifestasikan dalam segala macam bentuknya, baik seni ruang maupun
seni suara yang dapat membimbing manusia ke jalan atau pada nilai-nilai
Islam.
Dari definisi yang kedua ini bisa jadi seni Islam adalah ekspresi jiwa
kaum muslim yang terungkap melalui bantuan alat istrumental baik berupa
suara maupun ruang. Hal ini juga bisa kita lihat dalam cacatan sejarah
perkembangannya baik seni suara maupun seni ruang.
Dengan defisini demikian, maka setiap perkembangan seni baik pada
masa lampau maupun masa kini bisa dikatakan seni Islam asalkan kerangka
dasar dari definisi-definisi di atas. Dengan kata lain, seni bisa kita kategorikan
seni Islam bukan terletak pada dimana dan kapan seni tersebut
termanifestasikan, melainkan pada esensi dari ajaran-ajaran Islam yang
terejewantahkan dalam karya seni tersebut.13
Ungkapan artistik dalam ajaran Islam yang termanifestasikan dalam
seni ruang dan lainya, membawa kita pada pemahaman bahwa seni Islam
13
Harun Nasution dan Azyumardi Azra, Islam Dewasa ini dalam Perkembangan Modern
dalam Islam (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 1985), hlm. 48
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
35
memiliki karakteristik yang membedakan dengan seni lainnya. Karakteristikkarakteristik tersebut adalah sebagai berikut:14
Pertama, seni Islam bercirikan abstrak dan mujarat. Ciri ini didasari
atas munculnya penafsiran seni figural yang berangkat dari pemahaman
bahwa alam ini adalah ilusi yang dinafikan. Namun bagi seni Islam, alam
adalah kreasi seni Tuhan yang dapat dirasa dan diraba.
Kedua, seni Islam bercirikan Struktur Modular. Artinya dalam karya
seni Islam senantiasa dibangun bentuk-bentuk yang lebih kecil yang pada
akhirnya bergabung menjadi bentuk yang lebih komplek.
Ketiga, seni Islam bercirikan gabungan berurutan. Artinya dalam
berbagai bentuknya baik yang berkenaan dengan seni suara, ruang dan gerak,
seni Islam senantiasa terbangun dari komponen kecil yang bergabung secara
berurutan. Gabungan berurutan yang lebih besar tersebut dalam kenyataannya
tidak menafikan keberadaan komponen yang lebih kecil. Justru gabungangabungan tersebut disambung dengan komponen yang lebih besar yang
membentuk gabungan yang lebih kompleks. Contoh dari ini dapat kita lihat
dalam Al-Quran.
Keempat, seni Islam bercirikan perulangan, artinya dalam berbagai
coraknya, karya seni Islam mengandung model perulangan yang tinggi, baik
perulangan motif, struktural moduralnya maupun kombinasi berurutannya.
14
Zainal Arifin Thoha, Eksotisme Seni Budaya Islam, Khasanah Peradaban dari Serambi
Pesantren (Yogyakarta: Buku Laela, 2002), hlm. 49
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
36
Manifestasi dari ciri ini juga kita dapat dalam Al-Quran. Artinya betapa tidak
bisa kita pungkiri bahwa dalam Quran kita temukan model-model
pengulangan. Dari sisi seni Islam ini merupakan karya maha agung yang
menakjubkan, sebab membuat pengulangan
yang dibarengi dengan
pengulangan keseragaman makna dan bunyi adalah hal yang luar biasa
sulitnnya.
Kelima, seni Islam bercirikan dinamis. Artinya dalam karya-karya
seni Islam senantias melalui lingkungan masa. Menurut Boas bahwa setiap
seni yang ada pada dasarnya yang sama, yaitu meliputi lingkungan masa dan
ruang. Seni yang meliputi lingkungan masa adalah seni sastra dan seni musik.
Sedangkan seni yang meliputii lingkungan ruang adalah seni tampak atau
bina (arsitektur).15Adapun tari dan drama adalah menggabungkan seni masa
dan seni ruang.
Keenam, seni Islam memiliki kerumitan, jika kita menilik lebih lanjut
terhadap karya-karya seni Islam, maka kerumitan dalam komponenkomponennya adalah dapat kita temukan. Baik dalam seni kaligrafi maupun
seni ruang. Manifestasi dari kerumitan ini juga kita ungkap dalam Al-Quran.
Artinya pemakain gaya bahasa yang ada dalam Al-Quran dari segi seni Islam
merupakan manifestasi dari gaya bahasa tingkat tinggi yang membangun
sebuah keindahan sastra.
15
Sayyed Hossein Nasr, Intelegensi dan Spiritual Agama (Jakarta: Inisiasi Press, 2004),
hlm. 271-272
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
37
Seni Islam mempunyai landasan pengetahuan yang diilhami oleh
nilai-nilai spiritual, yang dalam pandangan para tokoh tradisional seni Islam
disebut sebagai hikmah dan kearifan. Salah satu pesan spiritual yang
disampaikan dalam seni Islam adalah kelugasannya dalam menyampaikan
esensi Islam yang jauh lebih mudah dierna oleh pemikiran manusia daripad
penjelasan yang bersifat ilmiah. Sebaris kaligrafi tradisional justru lebih
mampu menjelaskan karakter pesan Islam dibanding dengan ungkapan ilmiah
para modernis dan aktifis.16 Orang akan merasa tenang ketika duduk diatas
karpet tradisional, memandang sebaris kaligrafi , mendengarkan syair klasik
dan tilawah Al-Quran. Betapa ini adalah macam ketenangan psikologis yang
disampaikan oleh berbagai seni dalam Islam.
Seni Islam juga dapat berfungsi sebagai wahana kotemplasi pada
manusia disaat ia disibukkan dengan aktifitas hariannya. Adalah sifat manusia
manakala ia disibukkan dengan aktifitas duniawi, baik berkaitan dengan
ekonomi, politik maupun yang lainnya cenderung untuk melupakan Tuhan.17
Seni Islam adalah sarana yang mampu menembus ruang-ruang kesibukan
manusia dalam segala bentuknya yang membimbing kearah kesadaran akan
keberadaan Tuhan. Hal uyang demikian inilah, bagi penulis yang dikatakan
sebagai pesan spiritual yang tersampaikan dalam karya seni Islam.
16
Sayyed Hossein Nasr, Intelegensi dan Spiritual Agama (Jakarta: Inisiasi Press, 2004),
hlm. 271-271-272
17
Zainan Arifin Thoha, Eksotisme Seni Budaya Islam, Khasanah Peradaban dari
Serambi Pesantren (Yogyakarta: Buku Laela, 2002), hlm. 49
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
38
Walaupun demikian, tidak bisa kita pungkiri juga, bahwa kita sering
kali terjebak pada hal-hal formal. Dengan kata lain, seyogyanya melalui karya
seni Islam, baik seni ruang maupun suara, pesan spiritual yang seharusnya
terbaca oleh setiap individu, justru hanya berhenti pada keindahan bentuk dari
seni Islam tersebut.18 Hal yang demikian itu, bagi penulis tidak ubahnya
sebagai pola keberagaman kita. Artinya, realitas yang terdapat di sekitar kita
tersebut tidaklah mereduksi pemahaman bahwa seni Islam mampu
menyampaikan pesan spiritual terhadap setiap individu.
Jadi, pengakuan seni oleh Islam tidak lepas dari fitrah manusia yang
menuntut keserasian dan keseimbangan antara unsur-unsur fikir, rasa, karsa
dan karya. Dari sisi fungsinya, seni dapat menjadi media mensyukuri nikmat
Allah, dimana Allah telah menganugerahi manusia berbagai potensi, baik
potensi rohani maupun potensi inderawi (mata, telinga dan lai-lain). Fungsi
seni disini ialah menghayati sunnah Allah, baik pada alam, maupun yang
terdapat dalam kreasi manusia.
C. Perkembangan Dakwah melalui Kesenian
1. Era Lampau
Dakwah dimasa lalu menghadapi masalah yang cukup berbeda dengan
masa kini, sehingga para pendakwah di masa lampau mengunakan berbagai
macam pendekatan. Keadaan masa lalu yang harus mengunakan pendekatan
pada kultur yang sudah ada dan kebudayaan, serta agama yang sudah
18
Abdurrahman Al-baghdadi, Seni Dalam Pandangan Islam: Seni Vocal, Musik dan Tari
(Jakarta: Gema Insani Press, 1991), hlm 23
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
39
berkembang terlebih dahulu di suatu daerah harus mengunakan cara yang
efektif pada masanya yaitu seni yang di minati di masa itu.
Sebagaimana telah kita ketahui bahwa strategi dakwah Walisongo
mempunyai sikap yang sangat moderat terhadap kebuyaan lokal. Mereka
mengadopsi kebudayaan dan tradisi loka dan mengisiya dengan nilai-nilai
Islam. Sikap ini terus dipertahankan, meskipun mereka sudah menjadi
mayoritas dan mempunyai kerajaan Islam.
Walisongo bahkan sengaja mngambil instrumen kebudayaan lokal
tersebut untuk mepromosikan nilai-nilai Islam. Denga kata lain, nilai-nilai
Islam dipromosikan dengan isntrumen kebuayaan lokal. Sebagai mana
contoh, Walisongo mengubah makna konsep “Jimat Kalimah Shada” yang
asalnya berarti “jimat kali maha usada” yang bernuansa theologi Hindu
menjadi makna “azimat kalimat syahada”. Frase yang terakhir merupakan
pernyataan seseorang tentang keyakinan bahwa tiada Tuhan selain Allah, dan
bahwa Muhammad adalah utusanNya.
Dalam perspektif Islam, kalimah syahadah tersebut sebagai “kunci
surga” yang berarti sebagai formula yang akan mengantarkan manusia
menuju keselamatan dunia dan akhirat. Maksutnya ialah syahadat tersebut
dalam perspektif muslim mempunyai kekuatan spiritual bagi yang
mengucapkannya. Hal ini merupakan pernyataan seorang muslim untuk hidup
dengan teguh memegang prinsip-prinsi ajaran Islam sehingga meraih
kesuksesan di dunia dan akhirat.19
19
Deliar Noer, Gerakan Modern Islam di Indonesia, (Jakarta: LP3S, 1996), hlm. 88
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
40
Nama-nama punakawan sendiri sebagai satu kesatuan sebenarnya yag
mempresentasikan karakteristik kepribadian muslim yang ideal. Semar,
berasal dari kata Ismar yang berarti seseorang yang mempunyai kekuatan
fisik dan psikis. Ia sebagai representasi seorang mentor yang baik bagi
kehidupan, baik bagi raja maupun masyarakat secara umum. Nala Gareng
(Gareng) berasal dari kata Nala Qarin yang berarti seseorang yang
mempunyai banyak teman. Ia merupakan representasi dari orang yang supel,
tidak egois dan berkepribadian yang menyenangkan sehingga ia mempunyai
banyak teman. Petruk merupakan kependekan dari Fatruk ma Siwa Allah
yang berarti seseorang yang beroreintasi dalam segala tindakannya kepada
Tuhan. Ia mempresentasikan orang yang mempunyai konsen sosial tinggi
dengan dasar kecintaan kepada Tuhan. Bagong berasal dari kata Bagha yang
berarti menolak segala hal yang brsifat buruk atau jahat, baik yang berada di
dalam diri sendiri maupun di dalam masyarakat.20
Selain menggunakan wayang, Walisongo juga mengembangkan lirik
dan langgam tembang-tembang macapat yang sudah dikenal dan berkembang
luas di masyarakat. Hanya saja Walisongo turut memberikan nilai-nilai Islam
melalui isi dari tembang tersebut. Walisongo juga menciptakan lagu-lagu
pujian keagamaan dengan model lirik semacam uyon-uyon dan ilir ilir.21
20
Sudarto, Interelasi Nilai Jawa dalam Pewayangan dalam Islam dan Kebudayaan Jawa
(Yogyakarta: Geman Media, 2002), hlm. 173-174
21
Suparjo, Islam dan Budaya: Strategi Kultural Walisongo dalam Membangun Muslm
Indonesia, Komunika, Vol. 2, No. 2 (Desember 2008), hlm. 126
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
41
Jadi, dakwah pada masa lampau juga sering disebut dengan Dakwah
Kultural karena dakwah dilakukan dengan cara mengikuti budaya-budaya
kultur masyarakat setempat dengan tujuan agar dakwahnya dapat diterima di
lingkungan masyarakat setempat.
Dakwah kultural ini hukumnya syah-syah saja asal tidak bertentangan
dengan nilai-nilai syar’i yang sudah baku, misalnya masalah aqidah. Sebab
apabila dakwah yang kita anggap kultural ini kemudian kita salah
menafsirkannya, maka yang terjadi adalah kefatalan. Misalnya saja kita
berdakwah dengan harus mengikuti budaya agama lain yang dapat
menggugurkan nilai aqidah kita, maka dakwah semacam ini tidak boleh
dilakukan.
2. Era Sekarang
Sedangkan di masa sekarang ini dakwah mengalami permasalahan
yang cukup beragam. Dikarenakan masuknya atau munculnya kebudayaan
baru, ideologi-ideologi baru yang tentu saja menjadikan model penyampaian
dakwah lebih bervariasi.
Islam sebagai agama dakwah yang universal mewajibkan umatnya
untuk melakukan internalisasi, difusi, transformasi dan aktualisasi syiar
Islam. karena keuniversalannya itulah Islam mampu menenmpatkan posisi
strategis yang mampu menjawab problematika yang muncul di tengah
masyarakat modern. Untuk itu, suatu kewajiban bagi para da’i untuk
memfungsikan media dakwah secara efektif, sehingga dapat mengarahkan
umat untuk menguasai teknologi informasi dan komunikasi bagi kepentingan
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
42
umat. Dengan begitu, maka Islam mampu melaksanakan program dakwah
yang solutif terhadap kompleksitas umat dalam menerima aneka ragam
informasi.22
Dari sekian banyak media massa yang ada, maka film merupakan
salah satu media massa yang sangat efektif dalam pelaksanaan dakwah. Film
memiliki daya tarik tersendiri, dan dapat disajikan dalam berbagai bentuk dan
variasi sehingga dapat menimbulkan daya tarik bagi para penontonnya.
Film merupakan hasil olahan dari berbagai macam komponen, seperti
perwatakan, kostum, properti, alur, plot dan lainya yang mampu mengemas
pesan maupun ideologi
dari pembuatnya serta menyampaikan realitas
simbolik dari sebuah fenomena secara mendalam.
Pengaruh film terhadap jiwa manusia sangat besar, ada yang psitif ada
yang negatif. Penonton tidak hanya terpengaruh sewaktu atau selama duduk
menontn, tetapi terus sampai waktu yang cukup lama. Pengaruh film itu
bukan sebatas pada cara berpakaian dan cara begaya saja tetapi sering
menimbulkan pengaruh yang lebih jauh.23
Belakangan ini cara dakwah lewat film mulai banyak dilirik oleh para
aktivis dakwah di Indonesia. Kesuksesan film Ayat-ayat Cinta menyedot
perhatian seluruh lapisan masyarakat sehingga membuat sebagian aktivis
dakwah tertarik untuk turut berdakwah melalui film. Dakwah melalui film
22
Onong Uchyana Effndy, Komunikasi Dakwah (Bandung: Remaja Rosda Karya, 1986),
23
H.M. Iskandar, Ilmu Dakwah (Palopo: LPK STAIN, 2008), hlm. 59
hlm. 12
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
43
dapat dengan mudah diterima oleh masyarakat karena nasehat yang
disampaikan megalir tanpa ada ksan untuk menggurui.
Selain film, musik juga merupakan alat komunikasi yang cukup
efektif untuk digunakan sebagai media dakwah untuk saat ini. Melalui sebuah
lagu seseorang dapat menyampaikan sebuah pesan yang sangat mudah untuk
diterima dalam hati. Musik juga dapat mempengaruhi emosi dan perasaan
seseorang yang menikmatinya.
Seperti halnya Rhoma Irama dengan Soneta Groupnya yang
memproklamirkan The Voice of Muslim, sebagai sebuah ikrar yang
menjadikan musik pada umumnya, khususnya dangdut yang digemari oleh
banyak kalangan masyarakat, disamping sebagai sarana hiburan juga
dijadikan sebagai media dakwah. Misi dakwah Soneta Group terlihat dalam
lirik dan syair-syairnya yang secara langsung mengajak kepada sebuah
kesadaaran sebagai pesan moral dan ungkapan nurani yang bertanggung
jawab.
Dan sekarang sudah mulai berkembang kembali dengan hal yang lebih
bervarian. Yakni Emha Ainun Najib atau yang biasa disebut Cak Nun, juga
melakukan hal yang sama melalui musikalisasi kelompok musik Kiai
Kanjeng. Ia sanggup mengubah Gamelan yang berasal dari tradisi Jawa
tersebut menjadi sarana pengungkapan dan penyampaian pesan-pesan dakwah
kepada masyarakat.24
24
Asep Muhyidin, Metode Pengembangan Dakwah (Bandung: Pustaka Setia, 2002) hlm.
212
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
44
Sementara itu, dalam nuansa musik yang lain, Ebit G. Ade, Syam
Bimbo, Raihan serta banyak lagi yang lainnya menampilkan warna musik
sebagai sarana perenungan, teguran dan ajakan. Opick, yang meyisir syairnya
dengan nuansa pop religi, dan bahkan artis-artis lainnya seperti Ungu dengan
album lagu Sujudku, Group Band Radja denga Lailatul Qoadarnya serta
Almarhum Ustadz Jefri Al Bukhori dengan Sholawat Nariyah. Dan saat ini
yang lagi digandrungi adalah Maherzain dengan alunan syair yang indah
sehingga memudahkan pesan dakwah tersampaikan dengan baik tanpa
mengurangi makna pesan dakwah sedikitpun.
Jadi, dakwah pada masa sekarang ini, yang dapat juga disebut sebagai
Dakwah Kontemporer dilakukan dengan cara menggunakan teknologi yang
sedang berkembang. Dakwah kontemporer ini sangat cocok apabila dilakukan
di lingkungan masyarakat kota atau masyarakat yang memiliki latar belakang
pendidikan menengah ke atas.
Teknis dakwah kontemporer ini lain dengan dakwah kultural. Jika
dakwah kultural dilakukan dengan cara menyesuaikan budaya masyarakat
setempet, tetapi dakwah kontemporer dilakukan dengan cara mengikuti
teknologi yang sedang berkembang. Dakwah melalui seni dengan bantuan
teknologi ini pulalah yang masih dilakukan oleh masyarakat Giligenting
Kabupaten Sumenep. Hal inilah yang akan diuraikan penulis melalui
penelitian ini.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
Download