BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen Keuangan 2.1.1 Pengertian Manajemen Keuangan Manajemen keuangan adalah salah satu fungsi operasional perusahaan yang sangat penting disamping fungsi operasional lainnya disamping manajemen pemasaran, manajemen operasional dan lain sebagainya. Manajemen keuangan membicarakan pengelolaan keuangan yang pada dasarnya dapat dilakukan baik oleh individu, perusahaan maupun pemerintah. Manajemen keuangan dapat berpengaruh secara langsung terhadap kehidupan setiap orang dan perusahaan. Keuangan diperlukan oleh setiap perusahaan untuk memperlancar kegiatan operasinya. Menurut Hasibuan (2004:2) : “Manajemen adalah suatu ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber – sumber lainnya secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan tertentu.” Menurut Wachowicz. JR. (2005:3) bahwa : “Manajemen keuangan berkatian dengan perolehan, pendanaan, dan manajemen aktiva dengan beberapa tujuan mum sebagai latar belakangnya.” Pengertian Manajemen Keuangan menurut Martono dan Agus (2010:4), yaitu : “Manajemen keuangan adalah segala aktivitas persusahaan yang berhubungan dengan bagaimana memperoleh dana, menggunakan dana dan mengelola asset sesuai tujuan perusahaan secara menyeluruh.” Berdasarkan uraian pendapat para ahli tentang pengertian manajemen keuangan di atas, maka penulis menarik kesimpulan bahwa manajemen keuangan yaitu usaha – usaha pengelolaan secara optimal dana yang akan digunakan untuk membiayai segala aktivitas yang dilakukan perusahaan. 11 2.1.2 Tujuan Manajemen Keuangan Manajemen keuangan yang efisien membutuhkan tujuan dan sasaran yang digunakan sebagai standar dalam memberikan penilaian koefisien keputusan keuangan. Untuk bisa mengambil keputusan – keputusan keuangan yang harus dicapai. Keputusan yang benar adalah keputusan yang akan membantu mencapai tujuan tersebut. Secara normatif, tujuan keputusan keuangan adalah untuk memaksimalkan nilai perusahaan karena dapat meningkatkan kemakmuran para pemilik perusahaan (pemegang saham). Menurut Martono dan Agus (2010:13) tujuan manajemen keuangan adalah : “Memaksimumkan nilai perusahaan (memaksimalkan kemakmuran pemegang saham) yang diukur dari harga saham perusahaan” Sedangkan menurut Brigham dan Houston yang diterjemahkan oleh Yulianto (2010:132) tujuan manajemen keuangan yaitu : “Memaksimalkan kekayaan pemegang saham dalam jangka panjang, tetapi bukan untuk memaksimalkan ukuran-ukuran akuntansi seperti laba bersih atau EPS”. Berdasarkan tujuan manajemen keuangan di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan manajemen keuangan yaitu memaksimalkan nilai perusahaan atau memaksimalkan kemakmuran pemegang saham. 2.1.3 Fungsi Manajemen Keuangan Manajemen keuangan merupakan manajemen (pengelolaan) mengenai bagaimana memperoleh aset, mendanai aset, dan mengelola aset untuk mencapai tujuan perusahaan. Dari definisi tersebut menurut Martono dan Agus (2010:4) ada tiga fungsi utama dalam manajemen keuangan, yaitu : 1. Keputusan Investasi (Investment Decision) Keputusan investasi merupakan keputusan terhadap aktiva apa yang akan dikelola oleh perusahaan. Keputusan investasi adalah yang paling penting diantara ketiga keputusan lainnya. Hal ini dikarenakan keputusan investasi 12 berpengaruh secara langsung terhadap sesarnya rentabilitas investasi dan aliran kas perusahaan untuk waktu yang akan datang. 2. Keputusan Pendanaan (Financing Decision) Keputusan pendanaan ini menyangkut beberapa hal. Pertama, keputusan mengenai penetapan sumber dana yang akan diperlukan untuk membiayai investasi. Sumber dana yang akan digunakan untuk membiayai investasi tersebut dapat berupa hutang jangka pendek, hutang jangka panjang, dan modal sendiri. Kedua, penetapan pertimbangan pembelanjaan yang terbaik atau sering disebut struktur modal yang optimum. Struktur modal optimum merupakan pertimbangan hutang jangka panjang dan modal sendiri dengan biaya modal rata – rata minimal. 3. Keputusan Pengelolaan Aset (Assets Management Decision) Apabila aset telah diperoleh dengan pendanaan yang tepat, maka aset-aset tersebut memerlukan pengelolaan secara efisien. Pengalokasian dana yang digunakan untuk pengadaan dan pemanfaatan aset menjadi tanggung jawab manajer keuangan. Tanggung jawab tersebut menuntut manajer keuangan untuk lebih memperhatikan pengelolaan aktiva lancar dari pada aktiva tetap. 2.2 Pasar Modal 2.2.1 Pengertian Pasar Modal Pasar Modal pada dasarnya merupakan penghubung antara pemilik dana, disebut investor (pemodal) dengan pengguna dan yang disebut emiten (perusahaan yang go public). Para pemodal menggunakan instrumen pasar modal untuk keperluan investasi portofolionya sehingga nantinya akan memaksimumkan penghasilan dan emiten memperoleh tambahan dana yang dapat digunakan untuk meningkatkan aktivitas usahanya. Bursa Efek Jakarta (BEJ) merupakan pasar modal utama Indonesia. Pengertian pasar modal seperti yang tercantum dalam Undang-Undang Nomor 8 tahun 1995 tentang Pasar Modal pasal 1 ayat 1 adalah: 13 “Pasar modal adalah kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek.” Sedangkan bursa efek menurut UU no.8 pasal 1 butir 4 tentang pasar modal adalah: “Bursa efek adalah pihak yang menyelenggarakan dan menyediakan sistem dan atau sarana untuk mempertemukan penawaran jual dan beli efek, pihak-pihak lain dengan tujuan memperdagangkan efek diantara mereka.” Berdasarkan definisi diatas maka dapat disimpulkan bahwa pasar modal bisa berupa pasar dalam pengertian abstrak ataupun dalam pengertian konkret. Dalam pengertian abstrak maka perdagangan surat berharga tidak harus terjadi pada suatu tempat tertentu. Sedangkan dalam pengertian konkret maka pasar modal adalah bursa efek. Komoditi yang diperdagangkan adalah surat-surat berharga jangka panjang. Bursa efek merupakan pasar yang sangat terorganisir karena terdapat serangkaian peraturan yang mengikat pihak-pihak yang terkait di dalamnya. Menurut Elton and Gruber (2003:14), pengertian pasar modal sebagai berikut: “Capital market securities include instruments with maturities greater than one year and those with no-designed maturity of all.” Artinya : Surat berharga pasar modal meliputi instrumen dengan jangka waktu lebih dari satu tahun dan mereka yang jatuh tempo tidak dirancang dari semua Sedangkan menurut Gitman dan Joehnk (2005:36), pengetian pasar modal adalah : “Market in which long term securities with maturities greater than one year such as stocks, an bonds are bought and sold” Artinya : Pasar di mana sekuritas jangka panjang yang jatuh tempo lebih dari satu tahun seperti saham, obligasi yang dibeli dan dijual Dengan demikian maka jelaslah bahwa pasar modal merupakan pasar tempat terjadinya transaksi jual-beli efek, sedangkan bursa efek adalah lembaga yang 14 menyelenggarakan atau menyediakan sistem guna terlaksananya transaksi yang terjadi di pasar modal. Secara formal pasar modal dapat didefinisikan sebagai pasar untuk berbagai instrumen keuangan (atau sekuritas) jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik dalam bentuk hutang maupun modal sendiri, baik yang diterbitkan oleh pemerintah, public authorities, maupun perusahaan swasta. Dengan demikian pasar modal merupakan konsep yang lebih sempit dari pasar keuangan (financial market). Dalam financial market, diperdagangkan semua bentuk hutang dan modal sendiri, baik dana jangka panjang maupun jangka panjang. 2.2.2 Jenis Pasar Modal Pada dasarnya pasar modal terdapat dua jenis pasar sekuritasyang dijelaskan dalam beberapa sumber sebagai berikut : 1. Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Keuangan No.859/KMK/1987 pengertian pasar primer adalah pasar primer adalah pasar dimana penawaran efek emiten kepada pemodal selama masa tertentu sebelum efek ini dicatatkan di bursa efek. 2. Menurut Gitman dan Joehnk (2005:36), pasar primer adalah : “The market in which new issuers of securities are sold to the public.” Artinya : Pasar di mana emiten baru efek yang dijual untuk umum 3. Berdasarkan Surat Keputusan Bappepam No.01 / RM / 1989 pengertian pasar sekunder adalah : “Pasar sekunder merupakan pasar dimana penawaran efek kepada publik dilakukan setelah melalui masa penawaran di pasar perdana dan telah dicatatkan pada bursa efek” Pendapat diatas memberi pengertian bahwa yang dimaksud dengan pasar primer adalah pasar dimana aktifitas penawaran dan permintaan atas surat berharga perusahaan yang menawarkan sahamnya untuk pertama kali kepada investor baik atas nama perorangan atau lembaga. Penawaran umum saham perdana tersebut dijamin oleh perusahaan penjamin sekuritas (underwriter). Pada pasar perdana ini pihak- 15 pihak yang menerbitkan saham atau dinamakan emiten, terlibat langsung dalam perdagangan saham atau efek yang diterbitkan. Sedangkan pasar sekunder merupakan tempat diperdagangkannya berbagai surat berharga yang telah tercatat di bursa efek dan terjadinya jual beli antara para investor dengan perantara pialang. 2.2.3 Peran dan Manfaat Pasar Modal Pasar modal memberikan daya tarik baik bagi pihak yang membutuhkan dana, pihak yang memiliki dana, maupun pemerintah. Hal ini disebabkan karena pasar modal memiliki peranan dan manfaat yang strategis. Menurut Badan Pengawas Pasar Modal (2003:2-4) peranan dan manfaat pasar modal di Indonesia sebagai berikut : 1. Pasar Modal merupakan wahana pengalokasian dana secara efisien Investor dapat melakukan investasi pada beberapa perusahaan melalui pembelian efek-efek yang baru ditawarkan ataupun yang diperdagangkan di Pasar Modal. Sebaliknya, perusahaan dapat memperoleh dana yang dibutuhkan dengan menawarkan instrumen keuangan jangka panjang melalui Pasar Modal tersebut. 2. Pasar Modal sebagai alternatif investasi Pasar Modal memudahkan alternatif berinvestasi dengan memberikan keuntungan dengan sejumlah risiko tertentu. 3. Memungkinkan para investor untuk memiliki perusahaan yang sehat dan berprospek baik. Perusahaan yang sehat dan mempunyai prospek yang baik, sebaiknya tidak hanya dimiliki oleh sejumlah orang - orang tertentu saja karena penyebaran kepemilikan secara luas akan mendorong perkembangan perusahaan menjadi lebih transparan. 4. Pelaksanaan manajemen perusahaan secara profesional dan transparan keikutsertaan masyarakat dalam kepemilikan perusahaan mendorong perusahaan untuk menerapkan manajemen secara lebih profesional, efisien dan berorientasi pada keuntungan, sehingga tercipta suatu kondisi ”good 16 corporate governance” serta keuntungan yang lebih baik bagi para investor. Bapepam menganjurkan setiap perusahaan publik untuk memiliki suatu Komite Audit. 5. Peningkatan aktivitas ekonomi nasional Dengan keberadaan Pasar Modal, perusahaan-perusahaan akan lebih mudah memperoleh dana, sehingga akan mendorong perekonomian nasional menjadi lebih maju, yang selanjutnya akan menciptakan kesempatan kerja yang luas, serta meningkatkan pendapatan pajak bagi pemerintah. 2.2.4 Instrumen Pasar Modal Intrument pasar modal merupakan suatu bukti kepemilikan modal dari lembaga yang mengeluarkan yang dapat diperjualbelikan, pemegang instrumen pasar modal mengharapkan memperoleh keuntungan dengan menahan instrumen tersebut. Menurut Hartono (2009:98) mendefiniskan instrumen pasar modal adalah instrumen pasar modal pada prinsipnya adalah semua surat - surat berharga (efek) yang umumnya diperjualbelikan pasar modal diantaranya adalah saham biasa, saham preferent, obligasi, obligasi konversi, right issu, dan waran. Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa instrument pasar modal adalah semua surat – surat berharga yang diperjualbelikan di pasar modal 2.3 Go-Public 2.3.1 Pengertian Go-Public Go-public adalah kegiatan penawaran saham atau efek lainnya yang dilakukan oleh emiten (perusahaan yang go-public) untuk menjual saham atau efek kepada masyarakat berdasarkan tata cara yang di atur oleh Undang – Undang Pasar Modal dan peraturan pelaksanaannya. (Tjiptono dan Hendy, 2001:156). Penawaran umum sering disebut dengan istilah go public. Menurut Pandji dan Piji (2006:46), go public merupakan penawaran saham dan obligasi untuk pertama kalinya. Pertama kali di sini berarti bahwa pihak penerbit pertama kaliya melakukan penjualan saham atau obligasi.Dengan demikian, perusahaan itu dikatakan 17 sedang go public, dan sahamnya ditawarkan melalui mekanisme yang disebut Initial Public Offering (IPO). Setelah go public perusahaan melanjutkan dengan proses listing (pencatatan) di bursa. Setelah listing di bursa, barulah saham perusahaan publik tersebut dapat diperjualbelikan. 2.3.2 Manfaat Go-Public Bukan tanpa alasan suatu perusahaan melakukan tindakan Go-public, melainkan mempunyai tujuan dan beberapa manfaat yang dapat mempengaruhi kelanjutan suatu perusahaan. Dengan menjadi perusahaan publik, banyak sekali manfaat yang dapat diperoleh perusahaan menurut Dedy (2001:56) antara lain: 1. Memperoleh Sumber Pendanaan Baru, diantaranya: a. Perolehan dana melalui hasil penjualan saham kepada publik. Perusahaan akan mendapatkan dana yang besar dan diterima sekaligus dengan cost of fund yang relatif lebih kecil dibandingkan dengan perolehan dana melalui pinjaman perbankan. b. Mempermudah akses kepada perbankan. Dengan menjadi perusahaan publik yang sahamnya diperdagangkan di Bursa, perbankan akan lebih mengenal dan percaya kepada perusahaan karena perbankan akan sangat mudah mengetahui kondisi keuangan perusahaan melalui berbagai keterbukaan informasi yang harus diumumkan perusahaan melalui bursa. c. Mempermudah akses perusahaan untuk masuk ke pasar uang melalui penerbitan surat hutang, baik jangka pendek maupun jangka panjang. 2. Memberikan competitive advantage lainnya untuk pengembangan usaha Competitive advantage tersebut antara lain: a. Perusahaan dapat mengajak partner kerjanya seperti pemasok dan konsumennya untuk turut menjadi pemegang saham perusahaan. Hal ini akan meningkatkan komitmen mereka untuk bersama-sama membantu pengembangan perusahaan di masa yang akan datang. b. Dengan menjadi perusahaan go public, perusahaan dituntut untuk selalu meningkatkan kualitas kerja operasionalnya sehingga akan tercipta suatu 18 kondisi yang senantiasa memacu perusahaan untuk selalu memberikan hasil yang terbaik kepada pemegang sahamnya. c. Dapat melakukan merger dan akuisisi. Merger adalah proses penggabungan/penyatuan perusahaan dengan perusahaan lain. Sedangkan akuisisi yaitu mengambil alih atau membeli perusahaan lain. Kedua hal ini bertujuan untuk melakukan pengembangan usaha. Dengan adanya dana yang dimiliki dari penerbitan saham baru, perusahaan dapat melakukan merger dan akuisisi untuk mempercepat pengembangan skala perusahaan. d. Meningkatkan nilai perusahaan. Dengan menjadi perusahaan go public yang sahamnya diperdagangkan di bursa, setiap saat dapat diperoleh valuasi terhadap nilai perusahaan. Setiap peningkatkan kinerja operasional dan keuangan, akan mempunyai dampak terhadap harga saham di bursa, yang akhirnya akan meningkatkan nilai perusahaan secara keseluruhan. 2.3.3 Tahap - Tahap Go-Public Suatu perusahaan yang ingin melakukan tindakan Go-Public harus memenuhi beberapa tahap - tahapan Go-Public untuk menjadi perusahaan Go-Public.Proses penerbitan saham perdana terbagi menjadi 4 (empat) tahap sebagai berikut Darmadji (2001:34) : 1. Tahapan Persiapan Tahapan ini merupakan tahapan awal dalam rangka mempersiapkan segala sesuatu yang berkaitan dengan proses Penawaran Umum. Pada tahap yang paling awal perusahaan yang akan menerbitkan saham terlebih dahulu melakukan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) untuk meminta persetujuan para pemegang saham dalam rangka Penawaran Umum saham. Setelah mendapat persetujuan, selanjutnya emiten melakukan penunjukan penjamin emisi, lembaga dan profesi penunjang pasar modal seperti akuntan publik, konsultan hukum, penilai dan notaris. 19 Pihak-pihak yang membantu emiten dalam proses penerbitan saham, antara lain: a. Penjamin Emisi (underwriter). Merupakan pihak yang paling banyak terlibat dalam membantu emiten dalam rangka penerbitan saham. Kegiatan yang dilakukan penjamin emisi antara lain menyiapkan berbagai dokumen, menyiapkan prospektus, dan lain-lain. b. Akuntan Publik. Bertugas melakukan audit atau pemeriksaan atas laporan keuangan perusahaan. c. Penilai. Melakukan penilaian terhadap aktiva tetap perusahaan dan menentukan nilai wajar dari aktiva tetap tersebut. d. Konsultan Hukum. Memberikan pendapat dari segi hukum (legal opinion). e. Notaris. Melakukan perubahan atas Anggaran Dasar, membuat akta perjanjian perjanjian dalam rangka penawaran umum dan juga notulen - notulen rapat. 2. Tahap Pengajuan Pernyataan Pendaftaran. Pada tahap ini, dilengkapi dengan dokumen-dokumen pendukung (laporan keuangan yang telah diaudit, pendapat dari konsultan hukum, dan berbagai dokumen lainnya) menyampaikan pendaftaran kepada Badan Pengawas Pasar Modal hingga Bapepam menyatakan Pernyataan Pendaftaran menjadi Efektif. Pernyataan Efektif dari Bapepam merupakan tiket bagi perusahaan untuk melakukan Penawaran Umum di Pasar Perdana. 3. Penawaran Umum (Pasar Perdana). Tahapan ini merupakan tahapan utama, karena pada waktu inilah emiten menawarkan saham kepada masyarakat investor. Investor dapat membeli saham tersebut melalui agen-agen penjual yang telah ditunjuk. Masa 20 Penawaran Umum sekurang-kurangnya tiga hari kerja (yaitu masa dimana masyarakat mengisi formulir pemesanan dan penyerahan uang untuk diserahkan ke agen penjual). Perlu diingat pula bahwa tidak seluruh keinginan investor terpenuhi dalam tahapan ini. Misal, saham yang dilepas ke pasar perdana sebanyak 100 juta saham sementara yang ingin dibeli seluruh investor berjumlah 150 juta saham. Jika investor tidak mendapatkan saham pada pasar perdana, maka investor tersebut dapat membeli di pasar sekunder yaitu setelah saham dicatatkan di Bursa Efek. 4. Pencatatan saham di Bursa Efek. Setelah selesai penjualan saham di pasar perdana, selanjutnya saham tersebut dicatatkan di Bursa Efek. Di Indonesia, saham dapat dicatatkan di Bursa Efek Jakarta (BEJ) atau Bursa Efek Surabaya (BES), maupun dicatatatkan di kedua Bursa tersebut. 2.4 Penawaran Umum Perdana (IPO) 2.4.1 Pengertian Penawaran Umum Perdana (IPO) Transaksi penawaran umum penjualan saham pertama kalinya terjadi dipasar perdana (primary market). Menurut Rosyati dan Arifin (2002:49) mendefinisikan penawaran umum perdana adalah sebagai berikut : “Kegiatan yang dilakukan dalam rangkapenawaran umum penjualan saham perdana disebut IPO (Initial Public Offering). Selanjutnya saham dapat diperjualbelikan di Bursa Efek, yang disebut pasarsekunder (secondary market)” Undang-undang Republik Indonesia No.8 tahun 1995 tentang pasar modal mendefinisikan penawaran umum sebagai kegiatan penawaran yang dilakukan emiten untuk menjual efek kepada masyarakat berdasarkan tata cara yang telah diatur dalam Undang Undang tersebut dan peraturan pelaksanaannya. Initial Public Offering (IPO) atau sering disebut go public merupakan kegiatan penawaran saham atau efek lainnya (Obligasi, Right, Warrant) yang dilakukan oleh emiten (perusahaan yang akan go public) untuk menjual saham atau efek kepada masyarakat berdasarkan tata cara yang 21 diatur oleh UndangUndang Pasar Modal dan peraturan pelaksanaannya. Selain kegiatan penawaran efek kepada pemodal oleh penjamin emisi (underwriter) pada periode pasar perdana, juga mencakup kegiatan penjatahan saham, yaitu pengalokasian efek pesanan para pemodal sesuai dengan jumlah efek yang tersedia dan pencatatan efek saat efek mulai diperdagangkan dibursa. 2.4.2 Syarat Initial Public Offering Syarat dan manfaat Initial Public Offering, untuk dapat menjual sahamnya di pasar modal, perusahaan harus memenuhi persyaratan-persyaratan yang telah ditetapkan, beberapa persyaratan yang harus dipenuhi sebelum diizinkan untuk menjual sahamnya di pasar modal, sebagaimana tercantum dalam keputusan Menteri Keuangan RI nomor 859/KMK.01/1989 tentang emisi efek di bursa dan peraturan tentang pelaksanaan emisi dan perdagangan saham yang tercantum dalam keputusan BAPEPAM No.011/PM/1987. Persyaratan go public melalui bursa untuk emisi saham antara lain : 1. Perusahaan berbadan hukum perseroan terbatas 2. Bertempat kedudukan di Indonesia 3. Mempunyai modal disetor penuh Rp 200.000.000,00 4. Dua tahun memperoleh keuntungan 5. Laporan keuangan dua tahun terakhir haus diperiksa oleh akuntan publik dengan unqualified opinion 6. Khusus bank, selama tiga tahun terakhir harus memenuhi ketentuan; dua tahun pertama harus tergolong cukup sehat dan satu tahun terakhir tergolong sehat. 2.4.3 Manfaat Penawaran Umum Perdana (IPO) Pada dasarnya perusahaan yang melakukan penawaran umum perdana akan mendapatkan maanfaat yang positif. Menurut Darmadji dan Hendy(2001:43) manfaat Initial Public Offering adalah : 1. Dapat memperoleh dana yang relatif besar dan diterima sekaligus. 2. Biaya go public relatif murah. 22 3. Proses relatif mudah. 4. Pembagian deviden berdasarkan keuntungan. 5. Penyertaan masyarakat biasanya tidak masuk dalam manajemen. 6. Perusahaan dituntut lebih terbuka, sehingga hal ini dapat memacu perusahaan untuk meningkatkan profesionalisme. 7. Memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk turut serta memiliki. 8. Saham perusahaan, sehingga dapat mengurangi kesenjangan sosial. 9. Emiten akan lebih dikenal oleh masyarakat (go public merupakan media promosi) secara gratis. 10. Memberikan kesempatan kepada koperasi dan karyawan perusahaan untuk membeli saham. 2.4.4 Fenomena Penawaran Umum Perdana (IPO) Beberapa fenomena yang muncul pada saat perusahaan melakukan penawaran perdana (IPO) menurut (Hapsari, 2012:38)adalah underpricing, hot and cold market, dan underperformed. 2.4.4.1 Teori Underpricing Ada tiga teori pokok yang menentukan underpricing, yaitu asimetri informasi, signalling hyphothesis, dan litigation risk. (Sari, 2012:38) Teori-teori yang menjelaskan underpricing : 1. Asimetri Informasi Emiten, underwriter (penjamin emisi), masyarakat pemodal adalah pihak pihak yang terlibat dalam penawaran perdana pada saat terjadinya underpricing karena adanya asimetri informasi yang menjelaskan perbedaan informasi. Model Baron (1982:486) sebagaimana dikutip oleh Daljono (2000:89),menganggap underwriter memiliki informasi lebih mengenai pasar modal, sedangkan emiten tidak memiliki informasi mengenai pasar modal. Olehkarena itu, underwriter memanfaatkan informasi yang dimiliki untuk membuat kesepakatan harga IPO yang maksimal, yaitu harga yang memperkecil resikonya apabila saham tidak terjual semua. 23 Karena emiten kurang memiliki informasi, maka emiten menerima harga yang murah bagi penawaran sahamnya. Semakin besar ketidakpastian emiten tentang kewajaran harga sahamnya, maka lebih besar permintaan terhadap jasa underwriter dalam menetapkan harga. Sehingga underwriter menawarkan harga perdana sahamnya dibawah harga ekuilibrium. Oleh karena itu akan menyebabkan tingkat underpricing semakin tinggi. 2. Signalling Hyphothesis Dalam konteks ini underpricing merupakan suatu fenomena ekuilibrium yang berfungsi sebagai sinyal kepada para investor bahwa kondisi perusahaan cukup baik atau mempunyai prospek yang bagus Ernyan dan Husnan (2004:90). Titman dan Trueman (1986) menyajikan signalling model yang menyatakan bahwa auditor yang memiliki kualitas menghasilkan informasi yang berguna bagi investor didalam menaksir nilai perusahaan yang melakukan IPO. Hal ini sesuai dengan signalling theory yang menunjukkan bahwa laporan keuangan yang audited dan prosentase menyatakan bahwa perusahaan yang berkualitas baik dengan sengaja akan pula memberikan signal perusahaan yang berkualitas baik dan perusahaan yang berkualitas buruk. Oleh karena itu, issuer dan underwriter dengan sengaja akan memberikan sinyal pada pasar. Underpricing beserta sinyal yang lain (reputasi underwriter, reputasi auditor, umur perusahaan, financial leverage, return on asset) merupakan sinyal positif yang berusaha diberikan oleh issuer guna menunjukkan kualitas perusahaan pada saat IPO. 3. Litigation Risk Mengutip Regulation hyphothesis menjelaskan bahwa peraturan pemerintah yang diberlakukan dimaksudkan untuk mengurangi asimetri informasi antara pihak manajemen dengan pihak luar termasuk para calon pemodal Ernyan dan Husnan (2004:91). 24 2.4.4.2 Underperformance Underperformance merupakan fenomena lain yang umum terjadi pada saham pasca IPO dalam jangka panjang selain underpricing. Keadaan underperformance akan terjadi bilamana abnormal return negatif. Artinya, harga saham sesudah IPO menjadi lebih buruk dari harga perdananya.Fenomena harga saham jangka panjang yang terlalu jauh dari harga saham perdana IPO mengindikasikan harga saham IPO yang misspriced. Saat IPO, perusahaan dinilai overvalued oleh pasar karena adanya informasi asimetrik antara less-informed investor dibandingkan perusahaan. Berkaitan dengan long-run underperformance, Ritter (2001:390) menyimpulkan ada empat hal penyebabnya.Pertama, pandangan dari investor bahwa pola harga memberikan gambaran mengenai kesempatan untuk melakukan strategi perdagangan yang aktif untuk mendapatkan superior return. Kedua, non-zero aftermarket performance menimbulkan pertanyaan tentang efisiensi informasi di pasar IPO. Dalam menyesuaikan diri terhadap informasi baru. Investor yang selalu optimis mengharapkan return yang berlebih dengan membeli saham IPO, akan tetapi ketika harapan tersebut tidak tecapai seiring dengan berjalannya waktu, investor – investor tersebut menjual saham yang mereka miliki sehingga pasar pun melakukan koreksi atas “kesalahannya” dan hal ini mengakibatkan terjadinya penurunan harga saham secara signifikan. Ketiga, periode tingginya volume perdagangan yang berkaitan dengan long-run underperformance yang rendah, mengindikasikan keberhasilan pelepasan (timing) perusahaan – perusahaan yang melepaskan ekuitasnya dalam windows of opportunity. Dan keempat, derajat dari rendahnya tingkat pengembalian setelah IPO (the degree of the low returns aftermarket) menunjukan biaya modal ekuitas eksternal (the cost of external equity capital) lebih rendah bagi perusahaan go-public. 25 2.4.4.3 Pasar Saham "Hotand Cold” Saham “Hot” didefinisikan sebagai saham dengan Initial Return (IR) di atas rata-rata. Pasar saham IPO “Hot” terjadi bila Initial Return (IR) saham baru secara rata-rata sangat tinggi untuk jangka waktu yang panjang. Ibbotson dan Jaffe (1975) dan Ritter (1984) menemukan bahwa tingkat underpricing IR bervariasi dari periode satu ke periode lainnya dan membentuk siklus IR yang tinggi (Hot) dan rendah (Cold). Tingkat underpricing juga bervariasi dari satu sektor ke sektor lainnya.Siklus ini juga dapat dilihat pada volume IPO (Sembel, 1996).Menjelaskan siklus sahamsaham “Hot “dan “Cold” secara tidak langsung berhubungan dengan penjelasan InitialReturn positif.Sebagai contoh, Ritter (1984) mencoba menggunakan model Winner’s Curse dari Rock sebagai dasar pengembangan hipotesis perubahan komposisi resiko (changing risk composition). Dalam hal ini model Rock menyatakan bahwa ada hubungan positif antara uncertainty dan underpricing, hipotesis Ritter ini memprediksi bahwa pasar IPO selama periode “Hot” terdiri dari perusahaan yang beresiko tinggi. Tetapi ternyata Ritter tidak menemukan bukti yang menyakinkan untuk mendukung hipotesisnya karena hubungan antara resiko dan IR bukanlah linear dan stasioner. 2.5 Saham 2.5.1 Pengertian Saham Saham adalah sebuah surat berharga yang diperdagangkan dipasar modal dan dikeluarkan oleh sebuah perusahaan yang dibentuk perseroan tersebut (emiten) yang menyatakan bahwa pemilik tersebut adalah juga pemilik sebagain dari perusahaan itu. Dengan demikian jika seorang investor membeli saham, maka ia pun menjadi pemilik atau pemegang saham perusahaan. Menurut Rusdin (2008:68) mendefinisikan saham sebagai berikut : "Saham merupakan sertifikat yang menunjukan bukti kepemilikan suatu perusahaan, dan pemegang saham memliki hak klaim atas penghasilan dan aktiva perusahaan." Berdasarkan definisi diatas wujud dari saham berupa sertifikat yang merupakan tanda pemilikan atas perseroan yang menerbitkan saham tersebut dan 26 memiliki hak dalam RUPS serta mempunyai hak atas keuntungan yang diperoleh dari perusahaan. Sedangkan menurut Fakhruddin (2008:175) saham adalah : "Bukti penyertaan modal di suatu perusahaan, atau merupakan bukti kepemilikan atas suatu perusahaan." Mishkin and Eakins (2006:28) mendefinisikan saham sebagai berikut : "A security that is claim on the earnings and asset of corporation" Artinya saham merupakan sekuritas yang menyatakan tentang pendapat dan aktiva dari suatu perusahan. Jadi saham adalah sebuah surat berharga yang diperdagangkan di pasa modal yang dikeluarkan oleh sebuah perusahaan yang terbentuk Perseroan Terbatas (PT), dimana saham tersebut adalah juga pemilik sebagian dari perusahaan tersebut. 2.6.2. Jenis - Jenis saham Dalam pasar modal ada dua jenis saham yang paling umum dikenal oleh publik yaitu saham biasa (common stock) dan saham istimewa (preffered stock). Di mana kedua jenis saham ini memiliki arti dan aturan masing - masing. Menurut Hartono(2009:79) saham dapat dibagi menjadi 3 yaitu: 1. Saham Preferen Merupakan saham yang mempunyai sifat gabungan antara obligasi dan saham biasa. Seperti obligasi yang membayarkan bunga atas pinjaman, saham preferen juga memberikan hasil yang tetap berupa deviden preferen. Dibandingkan saham biasa, saham preferen mempunyai beberapa hak, yaitu hak atas dividen tetap dan hak pembayaran terlebih dahulu jika terjadi likuidasi. Oleh karena itu, saham preferen dianggap mempunyai karakteristik di tengah-tengah antara obligasi dan saham biasa. 2. Saham Biasa Jika perusahaan hanya mengeluarkan satu kelas saham saja, saham ini biasanya dalam bentuk saham biasa (common stock). Sebagai pemilik perusahaan, pemegang saham biasa mempunyai beberapa hak antara lain : 27 a. Hak kontrol yaitu hak pemegang saham biasa untukmemilih pimpinan perusahaan. b. Hak menerima Pembagian Keuntungan yaitu hak pemegang saham biasa untuk mendapatkan bagian dari keuntungan perusahaan. c. Hak Preemptive Yaitu hak pemegang saham untuk mendapatkan persentasi pemilikan yang sama jika perusahaan mengeluarkan tambahan lembar saham untuk tujuan melindungi hak kontrol dari pemegang saham lama dan melindungi harga saham lama dari kemerosotan nilai. 3. Saham Treasuri Merupakan saham milik perusahaan yang sudah pernah dikeluarkan dan beredar yang kemudian dibeli kembali oleh perusahaan untuk disimpan sebagai treasuri yang nantinya dapat dijual kembali. 2.5.3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Harga Saham Nilai pasar saham ini dipengaruhi oleh faktor yang langsung dan tidak langsung. Nilai saham dapat berubah setiap saat, tergantung kondisi pasar, persepsi investor terhadap perusahaan, informasi yang berkembang atau isu lain yang menerpa pasar modal. Disamping itu, harga saham pada dasarnya sangat terkait dengan kesehatan keuangan perusahaan. Ketika penghasilan perusahaan naik, keyakinan investor juga akan tinggi, maka harga sahampun biasanya naik. Jika perusahaan mengalami kerugian atau tidak mencapai target yang diharapkan harga saham biasanya jatuh. Kemudian menurut Weston dan Brigham (2004:24), bahwa harga saham perusahaan tergantung pada faktor-faktor berikut : 1. Proyeksi laba per saham, 2. Waktu diperolehnya laba, 3. Tingkat risiko dari proyeksi laba, 4. Proporsi utang perusahaan terhadap equitas (DER), 28 5. Kebijakan pembagian dividen (DPR). Selanjutnya menurut Damoddaran (2002:23) bahwa “Stock price determineded demand or trade between buyers and sellers. And price established flow demand.” Artinya harga saham determinasi permintaan atau perdagangan antara pembeli dan penjual. Dan harga yang ditetapkan permintaan aliran Dari kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa harga saham ditentukan oleh permintaan atau perdagangan harian antara penjual dan pembeli. Arus permintaan ditentukan oleh harga, jika permintaan lebih besar dari penawaran, harga akan naik tetapi jika penawaran lebih besar dari permintaan harga akan turun. Disamping itu ditentukan juga oleh kondisi perusahaan yang bersangkutan artinya makin baik kinerja perusahaan, makin tinggi laba, makin besar keuntungan yang dinikmati pemegang saham dan makin besar pula kemungkinan harga saham naik. Selain kinerja perusahaan, prospek, dan perkembangan industri dimana perusahaan berada, kondisi mikro dan makro ekonomi juga mempengaruhi harga suatu saham. 2.6 Umur Perusahaan 2.6.1 Pengertian Umur Perusahaan Umur perusahaan berkaitan erat dengan kinerja dan reputasinya di masyarakat.Secara umum perusahaan yang telah berusia cukup lama mempunyai gambaran yang positif dalam dunia perbankan, karena perusahaan yang telah berdiri cukup lama memiliki reputasi yang baik dalam hal pembayaran utang dan memiliki akumulasi laba yang besar. Umur perusahaan diperkirakan memiliki hubungan positif dengan kualitas pengungkapan laporan keuangan. Alasan yang mendasari adalah bahwa perusahaan yang lebih tua memiliki pengalaman yang lebih banyak dalam mempublikasikan laporan keuangan. Perusahaan yang memiliki pengalaman lebih banyak akan lebih mengetahui kebutuhan konstituennya akan informasi tentang perusahaan. 29 Menurut Daljono (2000:37), umur perusahaan menunjukkan seberapa lama perusahaan mampu bertahan. Semakin lama umur perusahaan, maka semakin banyak informasi yang telah diperoleh masyarakat tentang perusahaan tersebut. Dengan demikian akan mengurangi adanya asimetri informasi dan memperkecil ketidakpastian di masa yang akan datang Rosyati dan Sebeni (2002:105) 2.6.2 Ukuran Umur Perusahaan Umur perusahaan diukur berdasarkan selisih antara tahun pelaporan dengan tahun first issue di Bursa Efek Indonesia. Age = Tahun Perusahaan IPO – Tahun Perusahaan Listing 2.7 Ukuran Perusahaan 2.7.1 Pengertian Ukuran Perusahaan Ukuran perusahaan adalah salah satu variabel yang paling sering digunakan dalam beberapa literatur untuk menjelaskan luas tingkat pengungkapan yang dilakukan oleh perusahaan. Banyak penelitian terdahulu yang menggunakan ukuran perusahaan sebagai variabel untuk menguji pengaruhnya dengan tingkat pengungkapan perusahaan. Hasilnya menunjukkan bahwa ukuran perusahaan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap luas pengungkapan perusahaan Fitriani (2001:9). Semakin besar ukuran perusahaan, maka semakin tinggi tingkat pengungkapan karena perusahaan besar harus memenuhi public demand atas pengungkapan yang lebih luas. Hal ini mengindikasikan bahwa perusahaan besar cenderung akan mengungkapkan lebih banyak informasi daripada perusahaan kecil. 2.7.2 Pengukuran Ukuran Perusahaan Pada umumnya ukuran perusahaan diukur dengan menggunakan kapitalisasi pasar, yaitu log size, yang diperoleh dengan mengalikan harga saham per 31 Desember dan jumlah saham yang beredar (outstanding shares)-nya. Ivan (2012:31). Namun dalam penelitian ini menggunakan total asset suatu perusahaan disaat 30 perusahaan itu melakukan penawaran perdana yang tercatat di Bursa Efek Indonesia Periode 2008 - 2012. 2.8 Return Saham 2.8.1 Pengertian Return Saham Berikut adalah beberapa pengertian dari return dari beberapa sumber adalah sebagai berikut : Menurut Samsul (2008: 291), “return adalah pendapatan yang dinyatakan dalam persentase dari modal awal investasi. Pendapatan investasi dalam saham ini merupakan keuntungan yang diperoleh dari jual beli saham, dimana jika untung disebut capital gain dan jika rugi disebut capital loss” Kemudian menurut Hartono (2009: 199)return adalah : “return merupakan hasil yang diperoleh dari investasi.” Selanjutnya menurut Brigham dan Houston(2006: 215), “return atau tingkat pengembalian adalah selisih antara jumlah yang diterima dan jumlah yang diinvestasikan, dibagi dengan jumlah yang diinvestasikan” Sedangkan menurut Samsul(2008: 291), “return adalah pendapatan yang dinyatakan dalam persentase dari modal awal investasi. Pendapatan investasi dalam saham ini merupakan keuntungan yang diperoleh dari jual beli saham, dimana jika untung disebut capital gain dan jika rugi disebut capital loss” Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa return merupakan hasil atau keuntungan dari sebuah investasi yang dilakukan oleh investor dan setiap investor memiliki tujuan yang sama yaitu untuk memaksimalkan return investasinya. Return merupakan salah satu faktor yang memotivasi investor untuk menanggung resiko atas investasi yang telah dilakukan (Tandelilin, 2001). Semakin besar return yang dihasilkan suatu investasi maka akan semakin besar pula daya tarik investasi tersebut. Return dapat dibagi menjadi dua macam yaitu : 31 1. Return realisasi yaitu hasil keuntungan yang telah terjadi dan dihitung berdasarkan data historis. Return realisasi penting karena digunakan sebagai salah satu pengukur dan kinerja perusahaan dan berguna untuk menentukan expected return dan risiko dimasa yang akan datang. 2. Return ekspektasi yaitu return yang diharapkan akan diperoleh investor dimasa yang akan datang. berbeda dengan return realisasi yang sifatnya mudah terjadi, return ekspektasi sifatnya belum terjadi. 2.8.2. Jenis – Jenis Return Saham Pada dasarnya return saham terdiri dari 2 jenis, menurut Hartono (2009: 199), return saham menjadi dua yaitu: 1. Return realisasian Return realisasian merupakan return yang telah terjadi yang dihitung berdasarkan data historis. 2. Return ekspektasian Return ekspektasian adalah return yang diharapkan akan diperoleh oleh investor dimasa mendatang. 2.8.3. Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Return Saham Sejatinya pada return saham terdapat beberapa faktor yang mempengaruhinya. Menurut Samsul (2008: 200), faktor-faktor yang mempengaruhi return saham terdiri atas faktor makro dan faktor mikro. 1. Faktor makro yaitu faktor yang berada di luar perusahaan, yaitu: a. Faktor makro ekonomi yang meliputi tingkat bunga umum domestik, tingkat inflasi, kurs valuta asing dan kondisi ekonomi internasional. b. Faktor non ekonomi yang meliputi peristiwa politik dalam negeri, peristiwa politik di luar negeri, peperangan, demonstrasi massa dan kasus lingkungan hidup. 2. Faktor mikro yaitu faktor yang berada di dalam perusahaan itu sendiri, yaitu : 32 a. Laba bersih per saham b. Nilai buku per saham c. Rasio utang terhadap ekuitas d. Dan rasio keuangan lainnya. 2.8.4 Pengukuran Return Saham Pada penelitian ini yang menjadi tolok ukur untuk pengukuran return saham menurut Hartono (2009:110) sebagai berikut : formulasi sebagai berikut: π π = ππ‘ − π ππ‘ −1 π ππ‘ −1 Keterangan : Rs = return saham Pt = harga saham pada periode t. Pt-1 = harga saham sebelum periode t. Untuk menghitung besarnya return market digunakan rumus sebagai berikut : π ππ‘ = πΌπ»ππΊ π‘ − πΌπ»ππΊπ‘−1 πΌπ»ππΊ π‘−1 Keterangan : Rmt = return market IHSGt = IHSG periode t IHSGt-1 = IHSG periode t-1 Expected return dihitung dengan menggunakan rumus : πΈ(π 1 ) = πΈ(π ) π Keterangan : n = merupakan banyaknya periode saham. 2.8.5 Abnormal Return Terdapat pengertian abnormal return yang dikemukakan oleh Hartono (2009:115) abnormal return / excess return merupakan kelebihan dari return yang sesungguhnya (realized return) terjadi terhadap normal return yang merupakan 33 return yang diharapkan oleh investor (expected return). Selisih return akan positif jika return yang didapatkan lebih besar dari return yang diharapkan atau return yang dihitung. Abnormal return adalah selisih antara return sesungguhnya yang terjadi dengan return ekspektasi. Formulasinya adalah, sebagai berikut : A R = R – E(R ) i, t i, t i, t Keterangan : AR = abnormal return sekuritas ke-i pada periode peristiwa ke-t. R =realized return yang terjadi untuk sekuritas ke-i pada periode i, t i, t peristiwa ke-t. E(R ) i, t = expected return sekuritas ke-i untuk periode peristiwa ke-t. Realized return adalah return sesungguhnya yang merupakan return yang terjadi pada waktu ke-t yang merupakan selisih harga sekarang relatif terhadap harga sebelumnya. Return saham (π π’ ,t ) sesungguhnya diperoleh dari harga saham harian sekuritas i pada periode t (ππ’ ,t ) dikurangi harga saham harian sekuritas i pada periode t-1 (ππ’ ,t-1 ) dibagi harga saham harian sekuritas i pada periode t-1 (ππ’ ,t-1 ) lebih jelasnya dapat diformulasikan sebagai berikut Hartono (2009:115) : ππ’ , π = ππ’ ,π−ππ’ ,π−π ππ’ ,π−π Keterangan : π π’ ,t = return saham harian sekuritas i pada periode t ππ’ , π = harga saham harian sekuritas i pada periode t ππ’ , π − π = harga saham harian sekuritas i pada periode t-1 Perhitungan abnormal return dapat dilakukan dengan mengurangi return sesungguhnya return ekspektasi yang dihitung beberapa cara sebagai berikut Hartono (2009:116) yaitu dengan Model rata - rata disesuaikan (Mean - Adjusted Model), Model Pasar (Market Model), dan Pasar disesuiakan (Market - Adjusted Model). 34 1. Mean Adjusted Model Mean Adjusted Model atau model disesuaikan rata - rata ini menggangap bahwa return ekspektasi bernilai konstan yang sama dengan rata - rata return realisasi sebelumnya selama periode estimasi (estimation period) sebagai berikut : πΈ[π π,π‘ ] = π‘2 π −π‘1 π π,π π Keterangan : E[Ri,t] = return ekspekstasi sekuritas ke-i pada periode peristiwa ke-t Ri,j = return realisasi sekuritas ke-i pada periode peristiwa ke-t T = lamanya periode estimasi, yaitu dari t1 sampai dengan t2 2. Market Model Perhitungan return ekspektasi dengan model pasar (market model) ini dilakukan dengan dua tahap, yaitu : a. Membentuk model ekspektasi dengan menggunakan data data dari realisasi selama periode estimasi. b. Menggunakan model ekspektasi untuk mengestimasi return ekspektasi di periode jendela. Model ekspektasi ini dapat dibentuk dengan menggunakan tehnik regreasi OLS (Ordinary Least Square) dengan persamaan : π π,π = ∝π + π½π . π ππ + ππ,π Keterangan : Ri,j = return realisasi sekuritas ke-i pada periode estimasi ke-j αi = intercept untuk sekuritas ke-i βi = koefisien slope yang merupakan Beta dari sekuritas ke-i RMj = return indeks pasar pada periode estimasi ke-j Ρij = kesalahan residu sekuritas ke-i pada periode estimasi ke-j 3. Market Adjusted Model Model disesuaikan pasar (market adjusted model) menganggap bahwa pendguga yang terbaik untuk mengestimasi return suatu sekuritas adalah return indeks pasar pada saat tersebut. Dengan menggunakan model ini, maka tidak periode 35 menggunakan periode estimasi untuk membentuk model estimasi karena return sekuritas yang diestimasi adalah sama dengan return indeks pasar. 4. Average abnormal return Menghitung rata - rata tingkat keuntungan abnormal saham setiap periode dengan rumus : π΄π΄π ππ‘ = π π=1 π=1 π΄π ππ‘ π Keterangan : AARnt = Average abnormal return saham pada periode t (Return tidak normal/RTN) ARit = Abnormal Return untuk saham i pada periode t n = Jumlah seluruh saham perusahaan yang diteliti 5. Cumulative Average Abrnomal Return( Kumulatif rata- rata tingkat keuntungan abnormal ) Menghitung kumulatif rata - rata tingkat keuntungan abnormal portofolio saham dengan rumus : πΆπ΄π΄π π = π‘ π‘=1 π΄π΄π ππ‘ Keterangan : CAARnt = Cumulative Average Abnormal Return portofolio saham AARnt = Average abnormal return saham pada periode t 36 2.9 Penelitian Sebelumnya Penelitian terdahulu tentang pengaruh ukuran perusahaan, dan ukuran perusahaan terhadap kinerja return saham jangka pendek dan kinerja return saham jangka panjang sudah dilakukan oleh beberapa peneliti. Hasil penelitian sebelumnya dapat dilihat dalam tabel di bawah ini: Tabel 2.1 Penelitian Sebelumnya No Nama Judul Penelitian Variabel Penelitian Hasil Penelitian Achmad Solechan Jurnal Akuntansi dan Auditing, Vol 6. No Pengaruh Earning, Variabel Independen : Earning, manajemen laba, IOS, Beta, Size, dan Rasio Hutang. Variabel Dependen : Hasil penelitian 1,2009 saham pada dan rasio perusahaan yang keuangan secara Go Public di BEI simultan tidak Penulis 1 Manajemen Laba, IOS, Beta, Size, dan Rasio Hutang terhadap Return Return Saham menunjukan bahwa earning, manajemen laba, IOS, beta, size, berpengaruh terhadap return saham. Sedangkan secara parsial beta, dan size tidak berpengaruh secara signifikan. 37 No Nama Penulis Judul Penelitian Variabel Penelitian 2 Indra Kurnia Pengaruh age, size, tangibility of assets, leverage, dan profitability sebelum IPO terhadap kinerja saham jangka panjang setelah IPO pada BEJ tahun 2001-2002. Varibel Independen : Umur Perusahaan, tangibility of assets, dan profitability Variabel Dependen : Kinerja Saham Jangka Panjang Aditya (2006) Repository digilib.uns.ac.id Perpustakaan Universitas Sebelas Maret Hasil Penelitian Menunjukan bahwa secara simultan. Variabel age, size, leverage, dan profitability berpengaruh secara signifikan terdapat kinerja saham perdana dalam jangka panjang, sedangkan secara parsial menunjukan bahwa ukuran perusahaan menunjukan bahwa secara simultan. Variabel age, size, leverage, dan profitability berpengaruh secara signifikan terdapat kinerja saham perdana dalam jangka panjang, sedangkan secara parsial menunjukan bahwa ukuran perusahaan. 38 No 3 Nama Penulis Harlina Meidiaswati (2007) adln.lib.unai Judul Penelitian Variabel Penelitian Kinerja Jangka Panjang perusahaan manufaktur yang melakukan IPO di Indonesia periode 1991-1993. Variabel Independen : Umur Perusahaan, ukuran perusahaan. Variabel Dependen : Kinerja Jangka Panjang Pengaruh Ukuran, Umur, Reputasi Underwritter, Laba, dan Biaya agen Perusahaan terhadapKinerja Saham Perdana Jangka Panjang Variabel r.ac.id/ Perpustakaa n Universitas Airlangga. 2008 4 Hira Puspita Sari (2011) Repository digilib.uns.a c.id Perpustakaa Independen: Ukuran Perusahaan, Umur Perusahaan, Reputasi underwritter, dan Biaya Agen n Perusahaan Universitas Variabel Dependen: Sebelas Kinerja Saham Perdana Jangka Panjang Maret Hasil Penelitian Bahwa umur perusahaan berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap kinerja jangka panjang. Ukuran perusahaan berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap kinerja jangka panjang Hasil Penelitian Menunjukan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh negatif signifikan. Umur perusahaan tidak berpengaruh terhadap kinerja saham perdana jangka panjang. Sedangkan reputasi underwriter berpengaruh negatif signifikan. Laba perusahaan berpengaruh positif signifikan, biaya agen positif. 39 No Nama Judul Penelitian Variabel Penelitian Hasil Penelitian Goergen, On the Long-Run Variabel Bahwa ukuran Khurshed, Performance of IPO Independen : perusahaan and in England period age,size reputation berpengaruh Mudambi 1991-1995. underwritter, Return positif terhadap (2007) corporate kinerja jangka papers.ssrn. Variabel Dependen panjang. Umur com : perusahaan dan Social Performance Long- reputasi Science Term underwriter Penulis 5 Research tidak Network mempengaruhi kinerja jangka panjang. Return berpengaruh negatif kinerja jangka panjang 6 Hadi Analisis Pengaruh Variabel Hasil Ismanto, Ukuran Perusahaan, Independen: menunjukan Jurnal Book-to-market Ukuran Perusahaan, bahwa ukuran Ekonomi & value, dan Beta Book-to-market perusahaan, dan dan terhadap Return value, dan Beta. Beta Pendidikan, saham di BEI. Variabel Dependen berpengaruh : Return Saham secara signifikan Vol 8 No 2. November terhadap return 2011, pp saham 186-205 40 2.10 Kerangka Pemikiran Berdasarkan tinjauan teori yang dikembangkan diatas, maka dapat disajikan kerangka pemikiran untuk menggambarkan hubungan dari variabel independen, dalam hal ini adalah umur perusahaan dan ukuran perusahaan pada perusahaan yang melakukan penawaran perdana di BEI period 2008-2012. Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kinerja return saham. Return merupakan hasil atau keuntungan dari sebuah investasi yang dilakukan oleh investor dan setiap investor memiliki tujuan yang sama yaitu untuk memaksimalkan return investasinya. Return merupakan salah satu faktor yang memotivasi investor untuk menanggung resiko atas investasi yang telah dilakukan (Tandelilin, 2001). Semakin besar return yang dihasilkan suatu investasi maka akan semakin besar pula daya tarik investasi tersebut. Return saham yang diperoleh investor timbul karena adanya perubahan harga saham akibat adanya permintaan dan penawaran atas saham perusahaan. Harga saham terbentuk karena adanya persepsi investor terhadap kinerja perusahaan yang dapat diukur dengan ukuran perusahaan. Umur perusahaan merupakan seberapa lama perusahaan itu mampu bertahan di lingkungan eksternal perusahaan. Daljono (2000:37) secara umum perusahaan yang telah berusia cukup lama mempunyai gambaran yang positif dalam dunia perbankan, karena perusahaan yang telah berdiri cukup lama memiliki reputasi yang baik dalam hal pembayaran utang dan memiliki akumulasi laba yang besar. Semakin lama umur perusahaan, maka semakin banyak informasi yang telah diperoleh masyarakat tentang perusahaan tersebut. Disamping itu ukuran perusahaan dapat juga dijadikan indikator kinerja perusahaan dan merupakan salah satu variabel yang paling sering digunakan dalam beberapa literatur untuk menjelaskan luas tingkat pengungkapan yang dilakukan oleh perusahaan. Ukuran perusahaan menunjukan bahwa seberapa besarnya nilai investasi pada aktiva yang digunakan perusahaan tersebut untuk mendanai kebutuhan perusahaannya dan digunakan untuk memperoleh pendapatan. Banyak penelitian terdahulu yang menggunakan ukuran perusahaan sebagai variabel untuk menguji pengaruhnya dengan tingkat pengungkapan perusahaan. Semakin besar ukuran 41 perusahaan, maka semakin tinggi tingkat pengungkapan karena perusahaan besar harus memenuhi public demand atas pengungkapan yang lebih luas. Fitriani (2001:9). Goergen, Khurshed, dan Mudambi (2007) meneliti pengaruh kinerja jangka panjang IPO di Inggris selama tiga tahun setelah IPO. Dengan menggunakan sampel sebanyak 240 pada januari 1991 hingga 1995, hasil penelitian pertama mereka menunjukkan bahwa ukuran perusahaan memiliki pengaruh positif terhadap kinerja jangka panjang perusahaan setelah IPO. Dalam jurnalnya, Aditya (2006) menunjukan bahwa secara bersama adanya pengaruh positif antara umur perusahaan, ukuran perusahaan terhadap kinerja saham perdana jangka panjang. Sedangkan secara parsial menunjukan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap kinerja saham perdana jangka panjang. Dalam jurnalnya, Ismanto (2011) menunjukan bahwa ukuran perusahaan, dan Beta berpengaruh secara signifikan terhadap return saham. Dalam jurnalnya, Sari (2011) hasil penelitian menunjukan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh negatif signifikan. Umur perusahaan tidak berpengaruh terhadap kinerja saham perdana jangka panjang. Sedangkan reputasi underwriter berpengaruh negatif signifikan. Laba perusahaan berpengaruh positif signifikan. Dan biaya agen berpengaruh positif. Dalam jurnalnya, Meidiaswati (2007) menunjukan bahwa umur perusahaan berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap kinerja jangka panjang. Ukuran perusahaan berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap kinerja jangka panjang. 42 Dari uraian diatas maka kerangka pemikiran digambarkan sebagai berikut : Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Perusahaan Melakukan IPO Ukuran Perusahaan Umur Perusahaan Kinerja Return Saham Pasca IPO Jangka Pendek Jangka Panjang Sumber : Data Olahan Penulis Berdasarkan uraian kerangka pemikiran di atas penulis membuat hipotesis, berikut ini adalah hipotesisnya diantaranya : H1 = Umur perusahaan dan ukuran perusahaan berpengaruh terhadap kinerja return saham secara bersama setelah melakukan penawaran perdana (IPO) di Bursa Efek Indonesia Periode 2008 -2012. H2 = Umur perusahaan dan ukuran perusahaan berpengaruh terhadap kinerja return saham secara parsial setelah melakukan penawaran perdana (IPO) di Bursa Efek Indonesia Periode 2008 -2012. 43