BAB I - Widyatama Repository

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Manajemen Keuangan
2.1.1
Pengertian Manajemen Keuangan
Manajemen keuangan adalah salah satu fungsi operasional perusahaan yang
sangat penting disamping fungsi operasional lainnya disamping manajemen
pemasaran, manajemen operasional dan lain sebagainya. Manajemen keuangan
membicarakan pengelolaan keuangan yang pada dasarnya dapat dilakukan baik oleh
individu, perusahaan maupun pemerintah. Manajemen keuangan dapat berpengaruh
secara langsung terhadap kehidupan setiap orang dan perusahaan.
Keuangan diperlukan oleh setiap perusahaan untuk memperlancar kegiatan
operasinya. Menurut Hasibuan (2004:2) :
“Manajemen adalah suatu ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan
sumber daya manusia dan sumber – sumber lainnya secara efektif dan
efisien untuk mencapai tujuan tertentu.”
Menurut Wachowicz. JR. (2005:3) bahwa :
“Manajemen keuangan berkatian dengan perolehan, pendanaan, dan
manajemen aktiva dengan beberapa tujuan mum sebagai latar
belakangnya.”
Pengertian Manajemen Keuangan menurut Martono dan Agus (2010:4),
yaitu :
“Manajemen keuangan adalah segala aktivitas persusahaan yang
berhubungan dengan bagaimana memperoleh dana, menggunakan dana
dan mengelola asset sesuai tujuan perusahaan secara menyeluruh.”
Berdasarkan uraian pendapat para ahli tentang pengertian manajemen
keuangan di atas, maka penulis menarik kesimpulan bahwa manajemen keuangan
yaitu usaha – usaha pengelolaan secara optimal dana yang akan digunakan untuk
membiayai segala aktivitas yang dilakukan perusahaan.
11
2.1.2
Tujuan Manajemen Keuangan
Manajemen keuangan yang efisien membutuhkan tujuan dan sasaran yang
digunakan sebagai standar dalam memberikan penilaian koefisien keputusan
keuangan. Untuk bisa mengambil keputusan – keputusan keuangan yang harus
dicapai. Keputusan yang benar adalah keputusan yang akan membantu mencapai
tujuan tersebut. Secara normatif, tujuan keputusan keuangan adalah untuk
memaksimalkan nilai perusahaan karena dapat meningkatkan kemakmuran para
pemilik perusahaan (pemegang saham).
Menurut Martono dan Agus (2010:13) tujuan manajemen keuangan adalah :
“Memaksimumkan nilai perusahaan (memaksimalkan kemakmuran
pemegang saham) yang diukur dari harga saham perusahaan”
Sedangkan menurut Brigham dan Houston yang diterjemahkan oleh
Yulianto (2010:132) tujuan manajemen keuangan yaitu :
“Memaksimalkan kekayaan pemegang saham dalam jangka panjang,
tetapi bukan untuk memaksimalkan ukuran-ukuran akuntansi seperti
laba bersih atau EPS”.
Berdasarkan tujuan manajemen keuangan di atas dapat disimpulkan bahwa
tujuan manajemen keuangan
yaitu memaksimalkan nilai
perusahaan atau
memaksimalkan kemakmuran pemegang saham.
2.1.3
Fungsi Manajemen Keuangan
Manajemen keuangan merupakan manajemen (pengelolaan) mengenai
bagaimana memperoleh aset, mendanai aset, dan mengelola aset untuk mencapai
tujuan perusahaan. Dari definisi tersebut menurut Martono dan Agus (2010:4) ada
tiga fungsi utama dalam manajemen keuangan, yaitu :
1.
Keputusan Investasi (Investment Decision)
Keputusan investasi merupakan keputusan terhadap aktiva apa yang akan
dikelola oleh perusahaan. Keputusan investasi adalah yang paling penting
diantara ketiga keputusan lainnya. Hal ini dikarenakan keputusan investasi
12
berpengaruh secara langsung terhadap sesarnya rentabilitas investasi dan
aliran kas perusahaan untuk waktu yang akan datang.
2.
Keputusan Pendanaan (Financing Decision)
Keputusan pendanaan ini menyangkut beberapa hal. Pertama, keputusan
mengenai penetapan sumber dana yang akan diperlukan untuk membiayai
investasi. Sumber dana yang akan digunakan untuk membiayai investasi
tersebut dapat berupa hutang jangka pendek, hutang jangka panjang, dan
modal sendiri. Kedua, penetapan pertimbangan pembelanjaan yang terbaik
atau sering disebut struktur modal yang optimum. Struktur modal optimum
merupakan pertimbangan hutang jangka panjang dan modal sendiri dengan
biaya modal rata – rata minimal.
3.
Keputusan Pengelolaan Aset (Assets Management Decision)
Apabila aset telah diperoleh dengan pendanaan yang tepat, maka aset-aset
tersebut memerlukan pengelolaan secara efisien. Pengalokasian dana yang
digunakan untuk pengadaan dan pemanfaatan aset menjadi tanggung jawab
manajer keuangan. Tanggung jawab tersebut menuntut manajer keuangan
untuk lebih memperhatikan pengelolaan aktiva lancar dari pada aktiva tetap.
2.2
Pasar Modal
2.2.1
Pengertian Pasar Modal
Pasar Modal pada dasarnya merupakan penghubung antara pemilik dana,
disebut investor (pemodal) dengan pengguna dan yang disebut emiten (perusahaan
yang go public). Para pemodal menggunakan instrumen pasar modal untuk keperluan
investasi portofolionya sehingga nantinya akan memaksimumkan penghasilan dan
emiten memperoleh tambahan dana yang dapat digunakan untuk meningkatkan
aktivitas usahanya. Bursa Efek Jakarta (BEJ) merupakan pasar modal utama
Indonesia.
Pengertian pasar modal seperti yang tercantum dalam Undang-Undang
Nomor 8 tahun 1995 tentang Pasar Modal pasal 1 ayat 1 adalah:
13
“Pasar modal adalah kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran
umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan
efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan
dengan efek.”
Sedangkan bursa efek menurut UU no.8 pasal 1 butir 4 tentang pasar modal
adalah:
“Bursa efek adalah pihak yang menyelenggarakan dan menyediakan
sistem dan atau sarana untuk mempertemukan penawaran jual dan beli
efek, pihak-pihak lain dengan tujuan memperdagangkan efek diantara
mereka.”
Berdasarkan definisi diatas maka dapat disimpulkan bahwa pasar modal bisa
berupa pasar dalam pengertian abstrak ataupun dalam pengertian konkret. Dalam
pengertian abstrak maka perdagangan surat berharga tidak harus terjadi pada suatu
tempat tertentu. Sedangkan dalam pengertian konkret maka pasar modal adalah bursa
efek. Komoditi yang diperdagangkan adalah surat-surat berharga jangka panjang.
Bursa efek merupakan pasar yang sangat terorganisir karena terdapat serangkaian
peraturan yang mengikat pihak-pihak yang terkait di dalamnya.
Menurut Elton and Gruber (2003:14), pengertian pasar modal sebagai
berikut:
“Capital market securities include instruments with maturities greater than
one year and those with no-designed maturity of all.”
Artinya : Surat berharga pasar modal meliputi instrumen dengan jangka waktu lebih
dari satu tahun dan mereka yang jatuh tempo tidak dirancang dari semua
Sedangkan menurut Gitman dan Joehnk (2005:36), pengetian pasar modal adalah :
“Market in which long term securities with maturities greater than one year
such as stocks, an bonds are bought and sold”
Artinya : Pasar di mana sekuritas jangka panjang yang jatuh tempo lebih dari satu
tahun seperti saham, obligasi yang dibeli dan dijual
Dengan demikian maka jelaslah bahwa pasar modal merupakan pasar tempat
terjadinya transaksi jual-beli efek, sedangkan bursa efek adalah lembaga yang
14
menyelenggarakan atau menyediakan sistem guna terlaksananya transaksi yang
terjadi di pasar modal.
Secara formal pasar modal dapat didefinisikan sebagai pasar untuk berbagai
instrumen keuangan (atau sekuritas) jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik
dalam bentuk hutang maupun modal sendiri, baik yang diterbitkan oleh pemerintah,
public authorities, maupun
perusahaan swasta. Dengan demikian pasar modal
merupakan konsep yang lebih sempit dari pasar keuangan (financial market). Dalam
financial market, diperdagangkan semua bentuk hutang dan modal sendiri, baik dana
jangka panjang maupun jangka panjang.
2.2.2
Jenis Pasar Modal
Pada dasarnya pasar modal terdapat dua jenis pasar sekuritasyang dijelaskan
dalam beberapa sumber sebagai berikut :
1.
Berdasarkan
Surat
Keputusan
Menteri
Keuangan
No.859/KMK/1987
pengertian pasar primer adalah pasar primer adalah pasar dimana penawaran
efek emiten kepada pemodal selama masa tertentu sebelum efek ini dicatatkan
di bursa efek.
2.
Menurut Gitman dan Joehnk (2005:36), pasar primer adalah :
“The market in which new issuers of securities are sold to the public.”
Artinya : Pasar di mana emiten baru efek yang dijual untuk umum
3.
Berdasarkan Surat Keputusan Bappepam No.01 / RM / 1989 pengertian pasar
sekunder adalah :
“Pasar sekunder merupakan pasar dimana penawaran efek kepada
publik dilakukan setelah melalui masa penawaran di pasar perdana dan
telah dicatatkan pada bursa efek”
Pendapat diatas memberi pengertian bahwa yang dimaksud dengan pasar
primer adalah pasar dimana aktifitas penawaran dan permintaan atas surat berharga
perusahaan yang menawarkan sahamnya untuk pertama kali kepada investor baik atas
nama perorangan atau lembaga. Penawaran umum saham perdana tersebut dijamin
oleh perusahaan penjamin sekuritas (underwriter). Pada pasar perdana ini pihak-
15
pihak yang menerbitkan saham atau dinamakan emiten, terlibat langsung dalam
perdagangan saham atau efek yang diterbitkan.
Sedangkan pasar sekunder merupakan tempat diperdagangkannya berbagai
surat berharga yang telah tercatat di bursa efek dan terjadinya jual beli antara para
investor dengan perantara pialang.
2.2.3
Peran dan Manfaat Pasar Modal
Pasar modal memberikan daya tarik baik bagi pihak yang membutuhkan dana,
pihak yang memiliki dana, maupun pemerintah. Hal ini disebabkan karena pasar
modal memiliki peranan dan manfaat yang strategis. Menurut Badan Pengawas
Pasar Modal (2003:2-4) peranan dan manfaat pasar modal di Indonesia sebagai
berikut :
1.
Pasar Modal merupakan wahana pengalokasian dana secara efisien
Investor dapat melakukan investasi pada beberapa perusahaan melalui
pembelian efek-efek yang baru ditawarkan ataupun yang diperdagangkan di
Pasar Modal. Sebaliknya, perusahaan dapat memperoleh dana yang
dibutuhkan dengan menawarkan instrumen keuangan jangka panjang melalui
Pasar Modal tersebut.
2.
Pasar Modal sebagai alternatif investasi
Pasar Modal memudahkan alternatif
berinvestasi dengan memberikan
keuntungan dengan sejumlah risiko tertentu.
3.
Memungkinkan para investor untuk memiliki perusahaan yang sehat dan
berprospek baik. Perusahaan yang sehat dan mempunyai prospek yang baik,
sebaiknya tidak hanya dimiliki oleh sejumlah orang - orang tertentu saja
karena penyebaran kepemilikan secara luas akan mendorong perkembangan
perusahaan menjadi lebih transparan.
4.
Pelaksanaan manajemen perusahaan secara profesional dan transparan
keikutsertaan
masyarakat
dalam
kepemilikan
perusahaan
mendorong
perusahaan untuk menerapkan manajemen secara lebih profesional, efisien
dan berorientasi pada keuntungan, sehingga tercipta suatu kondisi ”good
16
corporate governance” serta keuntungan yang lebih baik bagi para investor.
Bapepam menganjurkan setiap perusahaan publik untuk memiliki suatu
Komite Audit.
5.
Peningkatan aktivitas ekonomi nasional
Dengan keberadaan Pasar Modal, perusahaan-perusahaan akan lebih mudah
memperoleh dana, sehingga akan mendorong perekonomian nasional menjadi
lebih maju, yang selanjutnya akan menciptakan kesempatan kerja yang luas,
serta meningkatkan pendapatan pajak bagi pemerintah.
2.2.4
Instrumen Pasar Modal
Intrument pasar modal merupakan suatu bukti kepemilikan modal dari
lembaga yang mengeluarkan yang dapat diperjualbelikan, pemegang instrumen pasar
modal mengharapkan memperoleh keuntungan dengan menahan instrumen tersebut.
Menurut Hartono (2009:98) mendefiniskan instrumen pasar modal adalah instrumen
pasar modal pada prinsipnya adalah semua surat - surat berharga (efek) yang
umumnya diperjualbelikan pasar modal diantaranya adalah saham biasa, saham
preferent, obligasi, obligasi konversi, right issu, dan waran.
Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa instrument pasar modal
adalah semua surat – surat berharga yang diperjualbelikan di pasar modal
2.3
Go-Public
2.3.1
Pengertian Go-Public
Go-public adalah kegiatan penawaran saham atau efek lainnya yang dilakukan
oleh emiten (perusahaan yang go-public) untuk menjual saham atau efek kepada
masyarakat berdasarkan tata cara yang di atur oleh Undang – Undang Pasar Modal
dan peraturan pelaksanaannya. (Tjiptono dan Hendy, 2001:156).
Penawaran umum sering disebut dengan istilah go public. Menurut Pandji
dan Piji (2006:46), go public merupakan penawaran saham dan obligasi untuk
pertama kalinya. Pertama kali di sini berarti bahwa pihak penerbit pertama kaliya
melakukan penjualan saham atau obligasi.Dengan demikian, perusahaan itu dikatakan
17
sedang go public, dan sahamnya ditawarkan melalui mekanisme yang disebut Initial
Public Offering (IPO). Setelah go public perusahaan melanjutkan dengan proses
listing (pencatatan) di bursa. Setelah listing di bursa, barulah saham perusahaan
publik tersebut dapat diperjualbelikan.
2.3.2
Manfaat Go-Public
Bukan tanpa alasan suatu perusahaan melakukan tindakan Go-public,
melainkan mempunyai tujuan dan beberapa manfaat yang dapat mempengaruhi
kelanjutan suatu perusahaan. Dengan menjadi perusahaan publik, banyak sekali
manfaat yang dapat diperoleh perusahaan menurut Dedy (2001:56) antara lain:
1.
Memperoleh Sumber Pendanaan Baru, diantaranya:
a. Perolehan dana melalui hasil penjualan saham kepada publik. Perusahaan
akan mendapatkan dana yang besar dan diterima sekaligus dengan cost of
fund yang relatif lebih kecil dibandingkan dengan perolehan dana melalui
pinjaman perbankan.
b. Mempermudah akses kepada perbankan. Dengan menjadi perusahaan
publik yang sahamnya diperdagangkan di Bursa, perbankan akan lebih
mengenal dan percaya kepada perusahaan karena perbankan akan sangat
mudah mengetahui kondisi keuangan perusahaan melalui berbagai
keterbukaan informasi yang harus diumumkan perusahaan melalui bursa.
c. Mempermudah akses perusahaan untuk masuk ke pasar uang melalui
penerbitan surat hutang, baik jangka pendek maupun jangka panjang.
2.
Memberikan competitive advantage lainnya untuk pengembangan usaha
Competitive advantage tersebut antara lain:
a. Perusahaan dapat mengajak partner kerjanya seperti pemasok dan
konsumennya untuk turut menjadi pemegang saham perusahaan. Hal ini
akan meningkatkan komitmen mereka untuk bersama-sama membantu
pengembangan perusahaan di masa yang akan datang.
b. Dengan menjadi perusahaan go public, perusahaan dituntut untuk selalu
meningkatkan kualitas kerja operasionalnya sehingga akan tercipta suatu
18
kondisi yang senantiasa memacu perusahaan untuk selalu memberikan
hasil yang terbaik kepada pemegang sahamnya.
c. Dapat melakukan merger dan akuisisi.
Merger adalah proses penggabungan/penyatuan perusahaan dengan
perusahaan lain. Sedangkan akuisisi yaitu mengambil alih atau membeli
perusahaan lain. Kedua hal ini bertujuan untuk melakukan pengembangan
usaha. Dengan adanya dana yang dimiliki dari penerbitan saham baru,
perusahaan dapat melakukan merger dan akuisisi untuk mempercepat
pengembangan skala perusahaan.
d. Meningkatkan nilai perusahaan.
Dengan menjadi perusahaan go public yang sahamnya diperdagangkan di
bursa, setiap saat dapat diperoleh valuasi terhadap nilai perusahaan. Setiap
peningkatkan kinerja operasional dan keuangan, akan mempunyai dampak
terhadap harga saham di bursa, yang akhirnya akan meningkatkan nilai
perusahaan secara keseluruhan.
2.3.3
Tahap - Tahap Go-Public
Suatu perusahaan yang ingin melakukan tindakan Go-Public harus memenuhi
beberapa tahap - tahapan Go-Public untuk menjadi perusahaan Go-Public.Proses
penerbitan saham perdana terbagi menjadi 4 (empat) tahap sebagai berikut Darmadji
(2001:34) :
1.
Tahapan Persiapan
Tahapan ini merupakan tahapan awal dalam rangka mempersiapkan segala
sesuatu yang berkaitan dengan proses Penawaran Umum. Pada tahap yang
paling awal perusahaan yang akan menerbitkan saham terlebih dahulu
melakukan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) untuk meminta
persetujuan para pemegang saham dalam rangka Penawaran Umum saham.
Setelah mendapat persetujuan, selanjutnya emiten melakukan penunjukan
penjamin emisi, lembaga dan profesi penunjang pasar modal seperti akuntan
publik, konsultan hukum, penilai dan notaris.
19
Pihak-pihak yang membantu emiten dalam proses penerbitan saham, antara
lain:
a. Penjamin Emisi (underwriter).
Merupakan pihak yang paling banyak terlibat dalam membantu emiten
dalam rangka penerbitan saham. Kegiatan yang dilakukan penjamin emisi
antara lain menyiapkan berbagai dokumen, menyiapkan prospektus, dan
lain-lain.
b. Akuntan Publik.
Bertugas melakukan audit atau pemeriksaan atas laporan keuangan
perusahaan.
c. Penilai.
Melakukan penilaian terhadap aktiva tetap perusahaan dan menentukan
nilai wajar dari aktiva tetap tersebut.
d. Konsultan Hukum.
Memberikan pendapat dari segi hukum (legal opinion).
e. Notaris.
Melakukan perubahan atas Anggaran Dasar, membuat akta perjanjian
perjanjian dalam rangka penawaran umum dan juga notulen - notulen
rapat.
2.
Tahap Pengajuan Pernyataan Pendaftaran.
Pada tahap ini, dilengkapi dengan dokumen-dokumen pendukung (laporan
keuangan yang telah diaudit, pendapat dari konsultan hukum, dan berbagai
dokumen lainnya) menyampaikan pendaftaran kepada Badan Pengawas Pasar
Modal hingga Bapepam menyatakan Pernyataan Pendaftaran menjadi Efektif.
Pernyataan Efektif dari Bapepam merupakan tiket bagi perusahaan untuk
melakukan Penawaran Umum di Pasar Perdana.
3.
Penawaran Umum (Pasar Perdana).
Tahapan ini merupakan tahapan utama, karena pada waktu inilah emiten
menawarkan saham kepada masyarakat investor. Investor dapat membeli
saham tersebut melalui agen-agen penjual yang telah ditunjuk. Masa
20
Penawaran Umum sekurang-kurangnya tiga hari kerja (yaitu masa dimana
masyarakat mengisi formulir pemesanan dan penyerahan uang untuk
diserahkan ke agen penjual). Perlu diingat pula bahwa tidak seluruh keinginan
investor terpenuhi dalam tahapan ini. Misal, saham yang dilepas ke pasar
perdana sebanyak 100 juta saham sementara yang ingin dibeli seluruh investor
berjumlah 150 juta saham. Jika investor tidak mendapatkan saham pada pasar
perdana, maka investor tersebut dapat membeli di pasar sekunder yaitu setelah
saham dicatatkan di Bursa Efek.
4.
Pencatatan saham di Bursa Efek.
Setelah selesai penjualan saham di pasar perdana, selanjutnya saham tersebut
dicatatkan di Bursa Efek. Di Indonesia, saham dapat dicatatkan di Bursa Efek
Jakarta
(BEJ) atau Bursa Efek Surabaya (BES), maupun dicatatatkan di
kedua Bursa tersebut.
2.4
Penawaran Umum Perdana (IPO)
2.4.1
Pengertian Penawaran Umum Perdana (IPO)
Transaksi penawaran umum penjualan saham pertama kalinya terjadi dipasar
perdana (primary market). Menurut Rosyati dan Arifin (2002:49) mendefinisikan
penawaran umum perdana adalah sebagai berikut :
“Kegiatan yang dilakukan dalam rangkapenawaran umum penjualan
saham perdana disebut IPO (Initial Public Offering). Selanjutnya saham
dapat diperjualbelikan di Bursa Efek, yang disebut pasarsekunder
(secondary market)”
Undang-undang Republik Indonesia No.8 tahun 1995 tentang pasar modal
mendefinisikan penawaran umum sebagai kegiatan penawaran yang dilakukan emiten
untuk menjual efek kepada masyarakat berdasarkan tata cara yang telah diatur dalam
Undang Undang tersebut dan peraturan pelaksanaannya. Initial Public Offering (IPO)
atau sering disebut go public merupakan kegiatan penawaran saham atau efek lainnya
(Obligasi, Right, Warrant) yang dilakukan oleh emiten (perusahaan yang akan go
public) untuk menjual saham atau efek kepada masyarakat berdasarkan tata cara yang
21
diatur oleh UndangUndang Pasar Modal dan peraturan pelaksanaannya. Selain
kegiatan penawaran efek kepada pemodal oleh penjamin emisi (underwriter) pada
periode pasar perdana, juga mencakup kegiatan penjatahan saham, yaitu
pengalokasian efek pesanan para pemodal sesuai dengan jumlah efek yang tersedia
dan pencatatan efek saat efek mulai diperdagangkan dibursa.
2.4.2
Syarat Initial Public Offering
Syarat dan manfaat Initial Public Offering, untuk dapat menjual sahamnya di
pasar modal, perusahaan harus memenuhi persyaratan-persyaratan yang telah
ditetapkan, beberapa persyaratan yang harus dipenuhi sebelum diizinkan untuk
menjual sahamnya di pasar modal, sebagaimana tercantum dalam keputusan Menteri
Keuangan RI nomor 859/KMK.01/1989 tentang emisi efek di bursa dan peraturan
tentang pelaksanaan emisi dan perdagangan saham yang tercantum dalam keputusan
BAPEPAM No.011/PM/1987. Persyaratan go public melalui bursa untuk emisi
saham antara lain :
1.
Perusahaan berbadan hukum perseroan terbatas
2.
Bertempat kedudukan di Indonesia
3.
Mempunyai modal disetor penuh Rp 200.000.000,00
4.
Dua tahun memperoleh keuntungan
5.
Laporan keuangan dua tahun terakhir haus diperiksa oleh akuntan publik
dengan unqualified opinion
6.
Khusus bank, selama tiga tahun terakhir harus memenuhi ketentuan; dua tahun
pertama harus tergolong cukup sehat dan satu tahun terakhir tergolong sehat.
2.4.3
Manfaat Penawaran Umum Perdana (IPO)
Pada dasarnya perusahaan yang melakukan penawaran umum perdana akan
mendapatkan maanfaat yang positif. Menurut Darmadji dan Hendy(2001:43)
manfaat Initial Public Offering adalah :
1.
Dapat memperoleh dana yang relatif besar dan diterima sekaligus.
2.
Biaya go public relatif murah.
22
3.
Proses relatif mudah.
4.
Pembagian deviden berdasarkan keuntungan.
5.
Penyertaan masyarakat biasanya tidak masuk dalam manajemen.
6.
Perusahaan dituntut lebih terbuka, sehingga hal ini dapat memacu perusahaan
untuk meningkatkan profesionalisme.
7.
Memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk turut serta memiliki.
8.
Saham perusahaan, sehingga dapat mengurangi kesenjangan sosial.
9.
Emiten akan lebih dikenal oleh masyarakat (go public merupakan media
promosi) secara gratis.
10.
Memberikan kesempatan kepada koperasi dan karyawan perusahaan untuk
membeli saham.
2.4.4 Fenomena Penawaran Umum Perdana (IPO)
Beberapa fenomena yang muncul pada saat perusahaan melakukan penawaran
perdana (IPO) menurut (Hapsari, 2012:38)adalah underpricing, hot and cold market,
dan underperformed.
2.4.4.1 Teori Underpricing
Ada tiga teori pokok yang menentukan underpricing, yaitu asimetri informasi,
signalling hyphothesis, dan litigation risk. (Sari, 2012:38)
Teori-teori yang menjelaskan underpricing :
1.
Asimetri Informasi Emiten, underwriter (penjamin emisi), masyarakat
pemodal adalah pihak pihak yang terlibat dalam penawaran perdana pada saat
terjadinya underpricing karena adanya asimetri informasi yang menjelaskan
perbedaan informasi. Model Baron (1982:486) sebagaimana dikutip oleh
Daljono (2000:89),menganggap underwriter memiliki informasi lebih
mengenai pasar modal, sedangkan
emiten
tidak
memiliki
informasi
mengenai pasar modal. Olehkarena itu, underwriter memanfaatkan informasi
yang dimiliki untuk membuat kesepakatan
harga IPO yang maksimal, yaitu
harga yang memperkecil resikonya apabila saham
tidak
terjual
semua.
23
Karena emiten kurang memiliki informasi, maka emiten
menerima
harga
yang murah bagi penawaran sahamnya. Semakin besar ketidakpastian emiten
tentang kewajaran harga sahamnya, maka lebih besar permintaan terhadap
jasa underwriter dalam menetapkan harga. Sehingga underwriter menawarkan
harga perdana sahamnya dibawah harga ekuilibrium. Oleh karena itu akan
menyebabkan tingkat underpricing semakin tinggi.
2.
Signalling Hyphothesis
Dalam konteks ini underpricing merupakan suatu fenomena ekuilibrium yang
berfungsi sebagai sinyal kepada para investor bahwa kondisi perusahaan
cukup baik atau mempunyai prospek yang bagus Ernyan dan Husnan
(2004:90). Titman dan Trueman (1986) menyajikan signalling model yang
menyatakan bahwa auditor yang memiliki kualitas menghasilkan informasi
yang berguna bagi investor didalam menaksir nilai perusahaan yang
melakukan IPO. Hal ini sesuai dengan signalling theory yang menunjukkan
bahwa laporan keuangan yang audited dan prosentase menyatakan bahwa
perusahaan yang berkualitas baik dengan sengaja akan pula memberikan
signal perusahaan yang berkualitas baik dan perusahaan yang berkualitas
buruk. Oleh karena itu, issuer dan underwriter dengan sengaja akan
memberikan sinyal pada pasar. Underpricing beserta sinyal yang lain
(reputasi underwriter, reputasi auditor, umur perusahaan, financial leverage,
return on asset) merupakan sinyal positif yang berusaha diberikan oleh issuer
guna menunjukkan kualitas perusahaan pada saat IPO.
3.
Litigation Risk
Mengutip Regulation hyphothesis menjelaskan bahwa peraturan pemerintah
yang
diberlakukan dimaksudkan untuk mengurangi asimetri informasi
antara pihak
manajemen dengan pihak luar termasuk para calon pemodal
Ernyan dan Husnan (2004:91).
24
2.4.4.2 Underperformance
Underperformance merupakan fenomena lain yang umum terjadi pada saham
pasca IPO dalam jangka panjang selain underpricing. Keadaan underperformance
akan terjadi bilamana abnormal return negatif. Artinya, harga saham sesudah IPO
menjadi lebih buruk dari harga perdananya.Fenomena harga saham jangka panjang
yang terlalu jauh dari harga saham perdana IPO mengindikasikan harga saham IPO
yang misspriced. Saat IPO, perusahaan dinilai overvalued oleh pasar karena adanya
informasi asimetrik antara less-informed investor dibandingkan perusahaan.
Berkaitan
dengan
long-run
underperformance,
Ritter
(2001:390)
menyimpulkan ada empat hal penyebabnya.Pertama, pandangan dari investor bahwa
pola harga memberikan gambaran mengenai kesempatan untuk melakukan strategi
perdagangan yang aktif untuk mendapatkan superior return. Kedua, non-zero
aftermarket performance menimbulkan pertanyaan tentang efisiensi informasi di
pasar IPO.
Dalam menyesuaikan diri terhadap informasi baru. Investor yang selalu
optimis mengharapkan return yang berlebih dengan membeli saham IPO, akan tetapi
ketika harapan tersebut tidak tecapai seiring dengan berjalannya waktu, investor –
investor tersebut menjual saham yang mereka miliki sehingga pasar pun melakukan
koreksi atas “kesalahannya” dan hal ini mengakibatkan terjadinya penurunan harga
saham secara signifikan. Ketiga, periode tingginya volume perdagangan yang
berkaitan dengan long-run underperformance yang rendah, mengindikasikan
keberhasilan pelepasan (timing) perusahaan – perusahaan yang melepaskan
ekuitasnya dalam windows of opportunity. Dan keempat, derajat dari rendahnya
tingkat pengembalian setelah IPO (the degree of the low returns aftermarket)
menunjukan biaya modal ekuitas eksternal (the cost of external equity capital) lebih
rendah bagi perusahaan go-public.
25
2.4.4.3 Pasar Saham "Hotand Cold”
Saham “Hot” didefinisikan sebagai saham dengan Initial Return (IR) di atas
rata-rata. Pasar saham IPO “Hot” terjadi bila Initial Return (IR) saham baru secara
rata-rata sangat tinggi untuk jangka waktu yang panjang. Ibbotson dan Jaffe (1975)
dan Ritter (1984) menemukan bahwa tingkat underpricing IR bervariasi dari periode
satu ke periode lainnya dan membentuk siklus IR yang tinggi (Hot) dan rendah
(Cold). Tingkat underpricing juga bervariasi dari satu sektor ke sektor lainnya.Siklus
ini juga dapat dilihat pada volume IPO (Sembel, 1996).Menjelaskan siklus sahamsaham “Hot “dan “Cold” secara tidak langsung berhubungan dengan penjelasan
InitialReturn positif.Sebagai contoh, Ritter (1984) mencoba menggunakan model
Winner’s Curse dari Rock sebagai dasar pengembangan hipotesis perubahan
komposisi resiko (changing risk composition). Dalam hal ini model Rock
menyatakan bahwa ada hubungan positif antara uncertainty dan underpricing,
hipotesis Ritter ini memprediksi bahwa pasar IPO selama periode “Hot” terdiri dari
perusahaan yang beresiko tinggi. Tetapi ternyata Ritter tidak menemukan bukti yang
menyakinkan untuk mendukung hipotesisnya karena hubungan antara resiko dan IR
bukanlah linear dan stasioner.
2.5
Saham
2.5.1
Pengertian Saham
Saham adalah sebuah surat berharga yang diperdagangkan dipasar modal dan
dikeluarkan oleh sebuah perusahaan yang dibentuk perseroan tersebut (emiten) yang
menyatakan bahwa pemilik tersebut adalah juga pemilik sebagain dari perusahaan itu.
Dengan demikian jika seorang investor membeli saham, maka ia pun menjadi pemilik
atau pemegang saham perusahaan.
Menurut Rusdin (2008:68) mendefinisikan saham sebagai berikut :
"Saham merupakan sertifikat yang menunjukan bukti kepemilikan
suatu perusahaan, dan pemegang saham memliki hak klaim atas
penghasilan dan aktiva perusahaan."
Berdasarkan definisi diatas wujud dari saham berupa sertifikat yang
merupakan tanda pemilikan atas perseroan yang menerbitkan saham tersebut dan
26
memiliki hak dalam RUPS serta mempunyai hak atas keuntungan yang diperoleh dari
perusahaan.
Sedangkan menurut Fakhruddin (2008:175) saham adalah :
"Bukti penyertaan modal di suatu perusahaan, atau merupakan bukti
kepemilikan atas suatu perusahaan."
Mishkin and Eakins (2006:28) mendefinisikan saham sebagai berikut :
"A security that is claim on the earnings and asset of corporation"
Artinya saham merupakan sekuritas yang menyatakan tentang pendapat dan aktiva
dari suatu perusahan.
Jadi saham adalah sebuah surat berharga yang diperdagangkan di pasa modal
yang dikeluarkan oleh sebuah perusahaan yang terbentuk Perseroan Terbatas (PT),
dimana saham tersebut adalah juga pemilik sebagian dari perusahaan tersebut.
2.6.2.
Jenis - Jenis saham
Dalam pasar modal ada dua jenis saham yang paling umum dikenal oleh
publik yaitu saham biasa (common stock) dan saham istimewa (preffered stock). Di
mana kedua jenis saham ini memiliki arti dan aturan masing - masing. Menurut
Hartono(2009:79) saham dapat dibagi menjadi 3 yaitu:
1.
Saham Preferen
Merupakan saham yang mempunyai sifat gabungan antara obligasi dan saham
biasa. Seperti obligasi yang membayarkan bunga atas pinjaman, saham
preferen juga memberikan hasil yang tetap berupa deviden preferen.
Dibandingkan saham biasa, saham preferen mempunyai beberapa hak, yaitu
hak atas dividen tetap dan hak pembayaran terlebih dahulu jika terjadi
likuidasi. Oleh karena itu, saham preferen dianggap mempunyai karakteristik
di tengah-tengah antara obligasi dan saham biasa.
2.
Saham Biasa
Jika perusahaan hanya mengeluarkan satu kelas saham saja, saham ini
biasanya dalam bentuk saham biasa (common stock). Sebagai pemilik
perusahaan, pemegang saham biasa mempunyai beberapa hak antara lain :
27
a.
Hak kontrol yaitu hak pemegang saham biasa untukmemilih pimpinan
perusahaan.
b.
Hak menerima
Pembagian Keuntungan yaitu hak pemegang saham biasa untuk
mendapatkan bagian dari keuntungan perusahaan.
c.
Hak Preemptive
Yaitu hak pemegang saham untuk mendapatkan persentasi pemilikan
yang sama jika perusahaan mengeluarkan tambahan lembar saham
untuk tujuan melindungi hak kontrol dari pemegang saham lama dan
melindungi harga saham lama dari kemerosotan nilai.
3.
Saham Treasuri
Merupakan saham milik perusahaan yang sudah pernah dikeluarkan dan
beredar yang kemudian dibeli kembali oleh perusahaan untuk disimpan
sebagai treasuri yang nantinya dapat dijual kembali.
2.5.3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Harga Saham
Nilai pasar saham ini dipengaruhi oleh faktor yang langsung dan tidak
langsung. Nilai saham dapat berubah setiap saat, tergantung kondisi pasar, persepsi
investor terhadap perusahaan, informasi yang berkembang atau isu lain yang menerpa
pasar modal. Disamping itu, harga saham pada dasarnya sangat terkait dengan
kesehatan keuangan perusahaan. Ketika penghasilan perusahaan naik, keyakinan
investor juga akan tinggi, maka harga sahampun biasanya naik. Jika perusahaan
mengalami kerugian atau tidak mencapai target yang diharapkan harga saham
biasanya jatuh.
Kemudian menurut Weston dan Brigham (2004:24), bahwa harga saham
perusahaan tergantung pada faktor-faktor berikut :
1.
Proyeksi laba per saham,
2.
Waktu diperolehnya laba,
3.
Tingkat risiko dari proyeksi laba,
4.
Proporsi utang perusahaan terhadap equitas (DER),
28
5.
Kebijakan pembagian dividen (DPR).
Selanjutnya menurut Damoddaran (2002:23) bahwa
“Stock price determineded demand or trade between buyers and sellers. And
price established flow demand.”
Artinya harga saham determinasi permintaan atau perdagangan antara pembeli dan
penjual. Dan harga yang ditetapkan permintaan aliran
Dari kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa harga saham ditentukan oleh
permintaan atau perdagangan harian antara penjual dan pembeli. Arus permintaan
ditentukan oleh harga, jika permintaan lebih besar dari penawaran, harga akan naik
tetapi jika penawaran lebih besar dari permintaan harga akan turun.
Disamping itu ditentukan juga oleh kondisi perusahaan yang bersangkutan
artinya makin baik kinerja perusahaan, makin tinggi laba, makin besar keuntungan
yang dinikmati pemegang saham dan makin besar pula kemungkinan harga saham
naik. Selain kinerja perusahaan, prospek, dan perkembangan industri dimana
perusahaan berada, kondisi mikro dan makro ekonomi juga mempengaruhi harga
suatu saham.
2.6
Umur Perusahaan
2.6.1
Pengertian Umur Perusahaan
Umur perusahaan berkaitan erat dengan kinerja dan reputasinya di
masyarakat.Secara umum perusahaan yang telah berusia cukup lama mempunyai
gambaran yang positif dalam dunia perbankan, karena perusahaan yang telah berdiri
cukup lama memiliki reputasi yang baik dalam hal pembayaran utang dan memiliki
akumulasi laba yang besar. Umur perusahaan diperkirakan memiliki hubungan positif
dengan kualitas pengungkapan laporan keuangan. Alasan yang mendasari adalah
bahwa perusahaan yang lebih tua memiliki pengalaman yang lebih banyak dalam
mempublikasikan laporan keuangan. Perusahaan yang memiliki pengalaman lebih
banyak akan lebih mengetahui kebutuhan konstituennya akan informasi tentang
perusahaan.
29
Menurut Daljono (2000:37), umur perusahaan menunjukkan seberapa lama
perusahaan mampu bertahan. Semakin lama umur perusahaan, maka semakin banyak
informasi yang telah diperoleh masyarakat tentang perusahaan tersebut. Dengan
demikian
akan
mengurangi
adanya
asimetri
informasi
dan
memperkecil
ketidakpastian di masa yang akan datang Rosyati dan Sebeni (2002:105)
2.6.2 Ukuran Umur Perusahaan
Umur perusahaan diukur berdasarkan selisih antara tahun pelaporan dengan
tahun first issue di Bursa Efek Indonesia.
Age = Tahun Perusahaan IPO – Tahun Perusahaan Listing
2.7
Ukuran Perusahaan
2.7.1
Pengertian Ukuran Perusahaan
Ukuran perusahaan adalah salah satu variabel yang paling sering digunakan
dalam beberapa literatur untuk menjelaskan luas tingkat pengungkapan yang
dilakukan oleh perusahaan. Banyak penelitian terdahulu yang menggunakan ukuran
perusahaan
sebagai
variabel
untuk
menguji
pengaruhnya
dengan
tingkat
pengungkapan perusahaan. Hasilnya menunjukkan bahwa ukuran perusahaan
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap luas pengungkapan perusahaan
Fitriani (2001:9). Semakin besar ukuran perusahaan, maka semakin tinggi tingkat
pengungkapan karena perusahaan besar harus memenuhi public demand atas
pengungkapan yang lebih luas. Hal ini mengindikasikan bahwa perusahaan besar
cenderung akan mengungkapkan lebih banyak informasi daripada perusahaan kecil.
2.7.2
Pengukuran Ukuran Perusahaan
Pada umumnya ukuran perusahaan diukur dengan menggunakan kapitalisasi
pasar, yaitu log size, yang diperoleh dengan mengalikan harga saham per 31
Desember dan jumlah saham yang beredar (outstanding shares)-nya. Ivan (2012:31).
Namun dalam penelitian ini menggunakan total asset suatu perusahaan disaat
30
perusahaan itu melakukan penawaran perdana yang tercatat di Bursa Efek Indonesia
Periode 2008 - 2012.
2.8
Return Saham
2.8.1
Pengertian Return Saham
Berikut adalah beberapa pengertian dari return dari beberapa sumber adalah
sebagai berikut :
Menurut Samsul (2008: 291),
“return adalah pendapatan yang dinyatakan dalam persentase dari modal
awal investasi. Pendapatan investasi dalam saham ini merupakan
keuntungan yang diperoleh dari jual beli saham, dimana jika untung
disebut capital gain dan jika rugi disebut capital loss”
Kemudian menurut Hartono (2009: 199)return adalah :
“return merupakan hasil yang diperoleh dari investasi.”
Selanjutnya menurut Brigham dan Houston(2006: 215),
“return atau tingkat pengembalian adalah selisih antara jumlah yang
diterima dan jumlah yang diinvestasikan, dibagi dengan jumlah yang
diinvestasikan”
Sedangkan menurut Samsul(2008: 291),
“return adalah pendapatan yang dinyatakan dalam persentase dari
modal awal investasi. Pendapatan investasi dalam saham ini merupakan
keuntungan yang diperoleh dari jual beli saham, dimana jika untung
disebut capital gain dan jika rugi disebut capital loss”
Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa return merupakan
hasil atau keuntungan dari sebuah investasi yang dilakukan oleh investor dan setiap
investor memiliki tujuan yang sama yaitu untuk memaksimalkan return investasinya.
Return merupakan salah satu faktor yang memotivasi investor untuk menanggung
resiko atas investasi yang telah dilakukan (Tandelilin, 2001). Semakin besar return
yang dihasilkan suatu investasi maka akan semakin besar pula daya tarik investasi
tersebut. Return dapat dibagi menjadi dua macam yaitu :
31
1.
Return realisasi yaitu hasil keuntungan yang telah terjadi dan dihitung
berdasarkan data historis. Return realisasi penting karena digunakan sebagai
salah satu pengukur dan kinerja perusahaan dan berguna untuk menentukan
expected return dan risiko dimasa yang akan datang.
2.
Return ekspektasi yaitu return yang diharapkan akan diperoleh investor
dimasa yang akan datang. berbeda dengan return realisasi yang sifatnya
mudah terjadi, return ekspektasi sifatnya belum terjadi.
2.8.2. Jenis – Jenis Return Saham
Pada dasarnya return saham terdiri dari 2 jenis, menurut Hartono (2009:
199), return saham menjadi dua yaitu:
1.
Return realisasian
Return realisasian merupakan return yang telah terjadi yang dihitung
berdasarkan data historis.
2.
Return ekspektasian
Return ekspektasian adalah return yang diharapkan akan diperoleh oleh
investor dimasa mendatang.
2.8.3. Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Return Saham
Sejatinya
pada
return
saham
terdapat
beberapa
faktor
yang
mempengaruhinya. Menurut Samsul (2008: 200), faktor-faktor yang mempengaruhi
return saham terdiri atas faktor makro dan faktor mikro.
1.
Faktor makro yaitu faktor yang berada di luar perusahaan, yaitu:
a. Faktor makro ekonomi yang meliputi tingkat bunga umum domestik,
tingkat inflasi, kurs valuta asing dan kondisi ekonomi internasional.
b. Faktor non ekonomi yang meliputi peristiwa politik dalam negeri,
peristiwa politik di luar negeri, peperangan, demonstrasi massa dan kasus
lingkungan hidup.
2.
Faktor mikro yaitu faktor yang berada di dalam perusahaan itu sendiri, yaitu :
32
a. Laba bersih per saham
b. Nilai buku per saham
c. Rasio utang terhadap ekuitas
d. Dan rasio keuangan lainnya.
2.8.4 Pengukuran Return Saham
Pada penelitian ini yang menjadi tolok ukur untuk pengukuran return saham
menurut Hartono (2009:110) sebagai berikut :
formulasi sebagai berikut:
𝑅𝑠 =
𝑃𝑑 − 𝑃 𝑖𝑑 −1
𝑃 𝑖𝑑 −1
Keterangan :
Rs
= return saham
Pt
= harga saham pada periode t.
Pt-1
= harga saham sebelum periode t.
Untuk menghitung besarnya return market digunakan rumus sebagai berikut :
π‘…π‘šπ‘‘ =
𝐼𝐻𝑆𝐺 𝑑 − 𝐼𝐻𝑆𝐺𝑑−1
𝐼𝐻𝑆𝐺 𝑑−1
Keterangan :
Rmt
= return market
IHSGt = IHSG periode t
IHSGt-1 = IHSG periode t-1
Expected return dihitung dengan menggunakan rumus :
𝐸(𝑅1 ) =
𝐸(𝑅)
𝑛
Keterangan :
n
= merupakan banyaknya periode saham.
2.8.5 Abnormal Return
Terdapat pengertian abnormal return yang dikemukakan oleh Hartono
(2009:115) abnormal return / excess return merupakan kelebihan dari return yang
sesungguhnya (realized return) terjadi terhadap normal return yang merupakan
33
return yang diharapkan oleh investor (expected return). Selisih return akan positif
jika return yang didapatkan lebih besar dari return yang diharapkan atau return yang
dihitung. Abnormal return adalah selisih antara return sesungguhnya yang terjadi
dengan return ekspektasi. Formulasinya adalah, sebagai berikut :
A R = R – E(R )
i, t
i, t
i, t
Keterangan :
AR
= abnormal return sekuritas ke-i pada periode peristiwa ke-t.
R
=realized return yang terjadi untuk sekuritas ke-i pada periode
i, t
i, t
peristiwa ke-t.
E(R )
i, t
= expected return sekuritas ke-i untuk periode peristiwa ke-t.
Realized return adalah return sesungguhnya yang merupakan return yang
terjadi pada waktu ke-t yang merupakan selisih harga sekarang relatif terhadap harga
sebelumnya. Return saham (𝐑 𝐒 ,t ) sesungguhnya diperoleh dari harga saham harian
sekuritas i pada periode t (𝐏𝐒 ,t ) dikurangi harga saham harian sekuritas i pada
periode t-1 (𝐏𝐒 ,t-1 ) dibagi harga saham harian sekuritas i pada periode t-1 (𝐏𝐒 ,t-1 )
lebih jelasnya dapat diformulasikan sebagai berikut Hartono (2009:115) :
𝐑𝐒 , 𝐭 =
𝐏𝐒 ,𝐭−𝐏𝐒 ,𝐭−𝟏
𝐏𝐒 ,𝐭−𝟏
Keterangan
:
𝐑 𝐒 ,t
= return saham harian sekuritas i pada periode t
𝐏𝐒 , 𝐭
= harga saham harian sekuritas i pada periode t
𝐏𝐒 , 𝐭 − 𝟏
= harga saham harian sekuritas i pada periode t-1
Perhitungan abnormal return dapat dilakukan dengan mengurangi return
sesungguhnya return ekspektasi yang dihitung beberapa cara sebagai berikut
Hartono (2009:116) yaitu dengan Model rata - rata disesuaikan (Mean - Adjusted
Model), Model Pasar (Market Model), dan Pasar disesuiakan (Market - Adjusted
Model).
34
1.
Mean Adjusted Model
Mean Adjusted Model atau model disesuaikan rata - rata ini menggangap
bahwa return ekspektasi bernilai konstan yang sama dengan rata - rata return realisasi
sebelumnya selama periode estimasi (estimation period) sebagai berikut :
𝐸[𝑅𝑖,𝑑 ] =
𝑑2
𝑗 −𝑑1 𝑅𝑖,𝑗
𝑇
Keterangan :
E[Ri,t] = return ekspekstasi sekuritas ke-i pada periode peristiwa ke-t
Ri,j
= return realisasi sekuritas ke-i pada periode peristiwa ke-t
T
= lamanya periode estimasi, yaitu dari t1 sampai dengan t2
2.
Market Model
Perhitungan return ekspektasi dengan model pasar (market model) ini
dilakukan dengan dua tahap, yaitu :
a.
Membentuk model ekspektasi dengan menggunakan data data dari realisasi
selama periode estimasi.
b.
Menggunakan model ekspektasi untuk mengestimasi return ekspektasi di
periode jendela.
Model ekspektasi ini dapat dibentuk dengan menggunakan tehnik regreasi
OLS (Ordinary Least Square) dengan persamaan :
𝑅𝑖,𝑗 = ∝𝑖 + 𝛽𝑖 . 𝑅𝑀𝑗 + πœ€π‘–,𝑗
Keterangan :
Ri,j
= return realisasi sekuritas ke-i pada periode estimasi ke-j
αi
= intercept untuk sekuritas ke-i
βi
= koefisien slope yang merupakan Beta dari sekuritas ke-i
RMj
= return indeks pasar pada periode estimasi ke-j
Ρ”ij
= kesalahan residu sekuritas ke-i pada periode estimasi ke-j
3.
Market Adjusted Model
Model disesuaikan pasar (market adjusted model) menganggap bahwa
pendguga yang terbaik untuk mengestimasi return suatu sekuritas adalah return
indeks pasar pada saat tersebut. Dengan menggunakan model ini, maka tidak periode
35
menggunakan periode estimasi untuk membentuk model estimasi karena return
sekuritas yang diestimasi adalah sama dengan return indeks pasar.
4.
Average abnormal return
Menghitung rata - rata tingkat keuntungan abnormal saham setiap periode
dengan rumus :
𝐴𝐴𝑅𝑛𝑑 =
𝑛 𝑖=1
𝑖=1 𝐴𝑅 𝑖𝑑
𝑛
Keterangan :
AARnt = Average abnormal return saham pada periode t (Return tidak normal/RTN)
ARit
= Abnormal Return untuk saham i pada periode t
n
= Jumlah seluruh saham perusahaan yang diteliti
5.
Cumulative Average Abrnomal Return( Kumulatif rata- rata tingkat
keuntungan abnormal )
Menghitung kumulatif rata - rata tingkat keuntungan abnormal portofolio
saham dengan rumus :
𝐢𝐴𝐴𝑅𝑛 =
𝑑
𝑑=1 𝐴𝐴𝑅𝑛𝑑
Keterangan :
CAARnt
= Cumulative Average Abnormal Return portofolio saham
AARnt
= Average abnormal return saham pada periode t
36
2.9
Penelitian Sebelumnya
Penelitian terdahulu tentang pengaruh ukuran perusahaan, dan ukuran
perusahaan terhadap kinerja return saham jangka pendek dan kinerja return saham
jangka panjang sudah dilakukan oleh beberapa peneliti. Hasil penelitian sebelumnya
dapat dilihat dalam tabel di bawah ini:
Tabel 2.1
Penelitian Sebelumnya
No
Nama
Judul Penelitian
Variabel Penelitian
Hasil Penelitian
Achmad
Solechan
Jurnal
Akuntansi
dan
Auditing,
Vol 6. No
Pengaruh Earning,
Variabel Independen
: Earning, manajemen
laba, IOS, Beta, Size,
dan Rasio Hutang.
Variabel Dependen :
Hasil penelitian
1,2009
saham pada
dan rasio
perusahaan yang
keuangan secara
Go Public di BEI
simultan tidak
Penulis
1
Manajemen Laba,
IOS, Beta, Size,
dan Rasio Hutang
terhadap Return
Return Saham
menunjukan
bahwa earning,
manajemen laba,
IOS, beta, size,
berpengaruh
terhadap return
saham.
Sedangkan
secara parsial
beta, dan size
tidak
berpengaruh
secara
signifikan.
37
No
Nama Penulis
Judul Penelitian
Variabel Penelitian
2
Indra Kurnia
Pengaruh age,
size, tangibility of
assets, leverage,
dan profitability
sebelum IPO
terhadap kinerja
saham jangka
panjang setelah
IPO pada BEJ
tahun 2001-2002.
Varibel Independen
: Umur Perusahaan,
tangibility of assets,
dan profitability
Variabel Dependen :
Kinerja Saham
Jangka Panjang
Aditya (2006)
Repository
digilib.uns.ac.id
Perpustakaan
Universitas
Sebelas Maret
Hasil
Penelitian
Menunjukan
bahwa secara
simultan.
Variabel age,
size, leverage,
dan profitability
berpengaruh
secara
signifikan
terdapat kinerja
saham perdana
dalam jangka
panjang,
sedangkan
secara parsial
menunjukan
bahwa ukuran
perusahaan
menunjukan
bahwa secara
simultan.
Variabel age,
size, leverage,
dan profitability
berpengaruh
secara
signifikan
terdapat kinerja
saham perdana
dalam jangka
panjang,
sedangkan
secara parsial
menunjukan
bahwa ukuran
perusahaan.
38
No
3
Nama
Penulis
Harlina
Meidiaswati
(2007)
adln.lib.unai
Judul Penelitian
Variabel Penelitian
Kinerja Jangka
Panjang perusahaan
manufaktur yang
melakukan IPO di
Indonesia periode
1991-1993.
Variabel
Independen : Umur
Perusahaan, ukuran
perusahaan.
Variabel Dependen
: Kinerja Jangka
Panjang
Pengaruh Ukuran,
Umur, Reputasi
Underwritter, Laba,
dan Biaya agen
Perusahaan
terhadapKinerja
Saham
Perdana Jangka
Panjang
Variabel
r.ac.id/
Perpustakaa
n
Universitas
Airlangga.
2008
4
Hira Puspita
Sari (2011)
Repository
digilib.uns.a
c.id
Perpustakaa
Independen: Ukuran
Perusahaan, Umur
Perusahaan, Reputasi
underwritter, dan
Biaya Agen
n
Perusahaan
Universitas
Variabel Dependen:
Sebelas
Kinerja Saham
Perdana Jangka
Panjang
Maret
Hasil
Penelitian
Bahwa umur
perusahaan
berpengaruh
negatif dan tidak
signifikan
terhadap kinerja
jangka panjang.
Ukuran
perusahaan
berpengaruh
positif dan tidak
signifikan
terhadap kinerja
jangka panjang
Hasil Penelitian
Menunjukan
bahwa ukuran
perusahaan
berpengaruh
negatif
signifikan.
Umur
perusahaan
tidak
berpengaruh
terhadap
kinerja saham
perdana jangka
panjang.
Sedangkan
reputasi
underwriter
berpengaruh
negatif
signifikan. Laba
perusahaan
berpengaruh
positif
signifikan, biaya
agen positif.
39
No
Nama
Judul Penelitian
Variabel Penelitian
Hasil Penelitian
Goergen,
On the Long-Run
Variabel
Bahwa ukuran
Khurshed,
Performance of IPO
Independen :
perusahaan
and
in England period
age,size reputation
berpengaruh
Mudambi
1991-1995.
underwritter, Return
positif terhadap
(2007)
corporate
kinerja jangka
papers.ssrn.
Variabel Dependen
panjang. Umur
com
:
perusahaan dan
Social
Performance Long-
reputasi
Science
Term
underwriter
Penulis
5
Research
tidak
Network
mempengaruhi
kinerja jangka
panjang. Return
berpengaruh
negatif kinerja
jangka panjang
6
Hadi
Analisis Pengaruh
Variabel
Hasil
Ismanto,
Ukuran Perusahaan,
Independen:
menunjukan
Jurnal
Book-to-market
Ukuran Perusahaan,
bahwa ukuran
Ekonomi &
value, dan Beta
Book-to-market
perusahaan, dan
dan
terhadap Return
value, dan Beta.
Beta
Pendidikan,
saham di BEI.
Variabel Dependen
berpengaruh
: Return Saham
secara signifikan
Vol 8 No 2.
November
terhadap return
2011, pp
saham
186-205
40
2.10
Kerangka Pemikiran
Berdasarkan tinjauan teori yang dikembangkan diatas, maka dapat disajikan
kerangka pemikiran untuk menggambarkan hubungan dari variabel independen,
dalam hal ini adalah umur perusahaan dan ukuran perusahaan pada perusahaan yang
melakukan penawaran perdana di BEI period 2008-2012. Variabel dependen yang
digunakan dalam penelitian ini adalah kinerja return saham.
Return merupakan hasil atau keuntungan dari sebuah investasi yang dilakukan
oleh investor dan setiap investor memiliki tujuan yang sama yaitu untuk
memaksimalkan return investasinya. Return merupakan salah satu faktor yang
memotivasi investor untuk menanggung resiko atas investasi yang telah dilakukan
(Tandelilin, 2001). Semakin besar return yang dihasilkan suatu investasi maka akan
semakin besar pula daya tarik investasi tersebut. Return saham yang diperoleh
investor timbul karena adanya perubahan harga saham akibat adanya permintaan dan
penawaran atas saham perusahaan. Harga saham terbentuk karena adanya persepsi
investor terhadap kinerja perusahaan yang dapat diukur dengan ukuran perusahaan.
Umur perusahaan merupakan seberapa lama perusahaan itu mampu bertahan
di lingkungan eksternal perusahaan. Daljono (2000:37) secara umum perusahaan
yang telah berusia cukup lama mempunyai gambaran yang positif dalam dunia
perbankan, karena perusahaan yang telah berdiri cukup lama memiliki reputasi yang
baik dalam hal pembayaran utang dan memiliki akumulasi laba yang besar. Semakin
lama umur perusahaan, maka semakin banyak informasi yang telah diperoleh
masyarakat tentang perusahaan tersebut.
Disamping itu ukuran perusahaan dapat juga dijadikan indikator kinerja
perusahaan dan merupakan salah satu variabel yang paling sering digunakan dalam
beberapa literatur untuk menjelaskan luas tingkat pengungkapan yang dilakukan oleh
perusahaan. Ukuran perusahaan menunjukan bahwa seberapa besarnya nilai investasi
pada aktiva yang digunakan perusahaan tersebut untuk mendanai kebutuhan
perusahaannya dan digunakan untuk memperoleh pendapatan. Banyak penelitian
terdahulu yang menggunakan ukuran perusahaan sebagai variabel untuk menguji
pengaruhnya dengan tingkat pengungkapan perusahaan. Semakin besar ukuran
41
perusahaan, maka semakin tinggi tingkat pengungkapan karena perusahaan besar
harus memenuhi public demand atas pengungkapan yang lebih luas. Fitriani
(2001:9).
Goergen, Khurshed, dan Mudambi (2007) meneliti pengaruh kinerja jangka
panjang IPO di Inggris selama tiga tahun setelah IPO. Dengan menggunakan sampel
sebanyak 240 pada januari 1991 hingga 1995, hasil penelitian pertama mereka
menunjukkan bahwa ukuran perusahaan memiliki pengaruh positif terhadap kinerja
jangka panjang perusahaan setelah IPO.
Dalam jurnalnya, Aditya (2006) menunjukan bahwa secara bersama adanya
pengaruh positif antara umur perusahaan, ukuran perusahaan terhadap kinerja saham
perdana jangka panjang. Sedangkan secara parsial menunjukan bahwa ukuran
perusahaan berpengaruh positif terhadap kinerja saham perdana jangka panjang.
Dalam jurnalnya, Ismanto (2011) menunjukan bahwa ukuran perusahaan, dan Beta
berpengaruh secara signifikan terhadap return saham. Dalam jurnalnya, Sari (2011)
hasil penelitian menunjukan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh negatif
signifikan. Umur perusahaan tidak berpengaruh terhadap kinerja saham perdana
jangka panjang. Sedangkan reputasi underwriter berpengaruh negatif signifikan. Laba
perusahaan berpengaruh positif signifikan. Dan biaya agen berpengaruh positif.
Dalam jurnalnya, Meidiaswati (2007) menunjukan bahwa umur perusahaan
berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap kinerja jangka panjang. Ukuran
perusahaan berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap kinerja jangka panjang.
42
Dari uraian diatas maka kerangka pemikiran digambarkan sebagai berikut :
Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran
Perusahaan Melakukan
IPO
Ukuran
Perusahaan
Umur
Perusahaan
Kinerja Return Saham Pasca IPO
Jangka Pendek
Jangka Panjang
Sumber : Data Olahan Penulis
Berdasarkan uraian kerangka pemikiran di atas penulis membuat hipotesis,
berikut ini adalah hipotesisnya diantaranya :
H1 =
Umur perusahaan dan ukuran perusahaan berpengaruh terhadap kinerja return
saham secara bersama setelah melakukan penawaran perdana (IPO) di Bursa
Efek Indonesia Periode 2008 -2012.
H2 =
Umur perusahaan dan ukuran perusahaan
berpengaruh
terhadap
kinerja
return saham secara parsial setelah melakukan penawaran perdana (IPO) di
Bursa Efek Indonesia Periode 2008 -2012.
43
Download