BAB II LANDASAN TEORI

advertisement
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Belajar dalam Konteks Pembelajaran
Belajar merupakan proses orang memperoleh kecakapan, keterampilan,
dan sikap. Belajar dimulai dari masa kecil akhir hayat seseorang. Gage dalam
(dalam Dany Maulana, 2006:7) mendefinisikan belajar sebagai suatu proses di
mana organisme berubah perilakunya diakibatkan pengalaman, sedangkan
menurut Gedler dalam (dalam Dany Maulana, 2008:7) berpendapat bahwa belajar
merupakan proses untuk memperoleh berbagai pengetahuan, keterampilan dan
sikap.
Menurut Winkel dalam (dalam Dany Maulana, 2008:7) belajar adalah
suatu aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dalam
lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan,
pemahaman, keterampilan dan sikap.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa definisi belajar adalah
perubahan perilaku seseorang akibat pengalaman yang ia dapat melalui
pengamatan, pendengaran, membaca, dan meniru. Adapun ciri-ciri belajar
menurut William Burton dalam Hamalik (2005:31) sebagai berikut:
1. Proses belajar ialah pengalaman, berbuat, mereaksi, dan melampaui.
2. Proses situasi melalui bermacam-macam ragam pengalaman dan mata
pelajaran-mata pelajaran yang terpusat pada suatu tujuan tertentu.
3. Pengalaman belajar secara maksimum bermakna bagi kehidupan murid.
4. Pengalaman belajar bersumber dari kebutuhan dan tujuan murid sendiri
yang mendorong motivasi yang kontinu.
5. Proses belajar dan hasil belajar disyarati oleh hereditas dan lingkungan.
11
12
6. Proses belajar dan hasil usaha belajar secara materiil dipengaruhi oleh
perbedaan-perbedaan individual dikalangan murid-murid.
7. Proses belajar berlangsung secara efektif apabila pengalamanpengalaman dan hasil-hasil yang diinginkan disesuaikan dengan
kematangan murid.
8. Proses belajar yang terbaik apabila murid mengetahui status dan
kemajuan.
9. Proses belajar merupakan kesatuan fungsional dari berbagai prosedur.
10. Hasil-hasil belajar secara fungsional bertalian satu sama lain, tetapi dapat
didiskusikan secara tepisah.
11. Proses belajar berlangsung secara efektif di bawah bimbingan yang
merangsang dan membimbing tanpa tekanan dan paksaan.
12. Hasil-hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertianpengertian, sikap-sikap, apresiasi, abilitas, dan keterampilan.
13. Hasil-hasil belajar diterima oleh murid apabila memberi kepuasan pada
kebutuhannya dan berguna serta bermakna baginya.
14. Hasil-hasil belajar dilengkapi dengan serangkaian pengalamanpengalaman yang dapat dipersamakan dan dengan pertimbangan yang
baik.
15. Hasil-hasil belajar itu lambat laun dipersatukan menjadi kepribadian
dengan kecepatan yang berbeda-beda.
16. Hasil-hasil belajar yang telah dicapai adalah bersifat komplek dan dapat
berubah-ubah (adaptabel). Jadi tidak sederhana dan statis.
Pembelajaran pada hakekatnya adalah proses interaksi antar peserta didik
dengan lingkungannya, sehingga terjadi perubahan perilaku ke arah yang lebih
baik (dalam Muhammad Yusuf, 2009:25). Menurut Kartini (dalam Muhammad
Yusuf, 2009:26) pembelajaran dapat didefiniskan sebagai pengorganisasian atau
penciptaan atau pengaturan suatu kondisi lingkungan yang sebaik-baiknya, yang
memungkinkan terjadinya belajar pada siswa. Dari pengertian diatas dapat
diartikan bahwa pembelajaran adalah proses belajar yang terjadi pada kondisi
lingkungan yang kondusif yang diatur sedemikian rupa. Untuk mencapai kondisi
yang menjadikan siswa belajar maka diperlukan suatu model pembelajaran.
Model pembelajaran merupakan suatu rencana mengajar yang memperhatikan
13
pola (tahapan kegiatan guru dan siswa dalam peristiwa pembelajaran)
pembelajaran tertentu, dalam pola tersebut dapat terlihat kegiatan guru-siswa.
Dalam pengajaran keteknikan akan lebih efektif bila diselenggarakan
melalui pembelajaran yang termasuk rumpun pemrosesan informasi, model
pembelajaran ini bertitik tolak dari prinsip-prinsip pengolahan informasi, yaitu
merujuk pada cara-cara bagaimana manusia menangani rangsangan dari
lingkungan, mengorganisasi data, mengenal masalah dan mencoba mencari
solusinya serta mengembangkan konsep-konsep dan bahasa untuk menangani
masalah tersebut. Pada beberapa model pembelajaran ada yang berhubungan
dengan kemampuan siswa untuk memecahkan masalah sehingga dalam belajar
siswa menekankan pada produktifitas berfikir, salah satunya adalah model
pembelajaran inkuiri.
2.2 Hasil Belajar
Sudjana (dalam Adela, 2006:22) menyatakan bahwa hasil belajar adalah
kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman
belajarnya. Hasil belajar merupakan hal yang penting yang akan dijadikan sebagai
tolak ukur sejauh mana keberhasilan seorang siswa dalam belajar. Dari hasil
belajar, guru dapat menilai apakah sistem pembelajaran yang diberikan berhasil
atau tidak, untuk selanjutnya bisa diterapkan atau tidak dalam proses
pembelajaran. Menurut Sudjana (dalam Adela, 2006: 22) hasil belajar dibagi
dalam tiga ranah yaitu:
a. Ranah Kognitif
14
Berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri atas enam aspek
yaitu pengetahuan/ ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan
evaluasi.
b. Ranah Afektif
Berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek yaitu penerimaan,
jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, dan internalisasi.
c. Ranah Psikomotorik
Berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak.
Ada enam aspek ranah psikomotorik, yaitu gerakan refleks, keterampilan
gerakan dasar, kemampuan perseptual, keharmonisan/ ketepatan, gerakan
keterampilan kompleks, dan gerakan ekspresif dan interpretatif.
Hasil belajar yang diharapkan terjadi pada diri siswa meliputi sejumlah
kemampuan yang dapat memberikan gambaran atas kegiatan dalam belajar. Untuk
itu, hasil belajar diklasifikasikan oleh para ahli sebagai berikut:
1) Howard Kingsley membagi tiga macam hasil belajar, yaitu: (a)
keterampilan dan kebiasaan, (b) pengetahuan dan pengertian, dan (c) sikap
dan cita-cita. (Nana Sudjana dalam, Adela 2006 : 30).
2) Gagne mengemukakan pembagian hasil belajar sebagai berikut: (a)
keterampilan motorik, (b) sikap, (c) informasi verbal, (d) strategi kognitif
dan (e) keterampilan intelektual. (Moch Ali dalam, Adela 2006 : 30).
3) Dalam Sistem Pendidikan Nasional rumusan tujuan pendidikan, baik
tujuan kurikuler maupun instruksional, menggunakan klasifikasi hasil
belajar Benyamin S. Bloom yang secara garis besar membaginya menjadi
tiga ranah, yaitu ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotor. Dalam
penelitian ini, dengan mempertimbangkan waktu dan tujuan maka hasil
belajar yang diukur hanya dari aspek kognitif.
Hasil belajar memiliki hubungan erat dengan proses belajar. Dimana proses
belajar adalah proses kegiatan siswa untuk memperoleh sejumlah pengetahuan
15
dan pengalaman belajar dalam mencapai tujuan pembelajaran. Sedangkan hasil
belajar merupakan gambaran kemampuan yang ditunjukan oleh adanya perubahan
tingkah laku setelah siswa mengikuti proses belajar.
Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar banyak jenisnya tetapi secara
umum dapat digolongkan menjadi dua macam yaitu faktor intern dan faktor
ekstern. Faktor intern adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang
belajar sedangkan faktor ekstern adalah faktor yang ada di luar individu:
a. Faktor intern meliputi faktor jasmaniah dan faktor psikologis
(intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan dan kesiapan).
b. Faktor ekstern meliputi faktor keluarga (cara orang tua mendidik, relasi
antar anggota keluarga, keadaan ekonomi keluarga, suasana rumah,
pengertian orang tua), faktor sekolah (metode mengajar, kurikulum, relasi
guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat
pelajaran, waktu sekolah, standar belajar diatas ukuran, keadaan gedung,
metode belajar, tugas rumah) dan faktor masyarakat (kegiatan siswa dalam
masyarakat, mass media, teman bergaul, bentuk kehidupan masyarakat).
2.3 Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing
2.3.1
Definisi Inkuiri Terbimbing (Guided Inquiry)
Menurut Ahmadi, Inkuiri berasal dari kata inquire yang berarti
menanyakan, meminta keterangan, atau penyelidikan, dan inkuiri berarti
penyelidikan (dalam Muhammad Yusuf, 2009:35). Siswa diprogramkan agar
selalu aktif secara mental maupun fisik. Materi yang disajikan guru bukan begitu
16
saja diberikan dan diterima oleh siswa, tetapi siswa diusahakan sedemikian rupa
sehingga mereka memperoleh berbagai pengalaman dalam rangka “menemukan
sendiri” konsep-konsep yang direncanakan oleh guru (dalam Muhammad Yusuf,
2009:35). Inkuiri adalah suatu metode yang digunakan dalam pembelajaran dan
mengacu pada suatu
cara untuk mempertanyakan, mencari pengetahuan,
informasi atau mempelajari suatu gejala. Wayne Welch (dalam Susilawati,
2004:31) berpendapat bahwa metode penyelidikan ilmiah sebagai proses inkuiri.
Ia juga mengidentifikasi lima sifat dari proses inkuiri, yaitu pengamatan,
pengukuran, eksperimentasi, komunikasi, dan proses-proses mental.
Dalam pembelajaran dengan model pembelajaran inkuiri, guru harus
membimbing siswa terutama siswa yang belum pernah mempunyai pengalaman
belajar dengan kegiatan-kegiatan inkuiri. Atas dasar kegiatan-kegiatan yang
dilaksanakan, W.R Romey membedakan inkuiri menjadi dua tingkat (dalam
Susilawati, 2004:32), yaitu :
a. Inkuiri dengan aktivitas terstruktur
Dalam inkuiri dengan “Aktivitas terstruktur” siswa memperoleh petunjukpetunjuk lengkap yang mengarahkan pada prosedur yang didesain untuk
memperoleh sesuatu konsep atau prinsip tertentu.
b. Inkuiri dengan aktivitas tidak terstruktur
Dalam inkuiri dengan “Aktivitas Tidak Terstruktur”, hanya terdapat
penyajian masalah, dan siswa secara bebas memilih dan menggunakan
prosedur-prosedur masing-masing, menyusun data yang diperolehnya,
menganalisisnya dan kemudian menarik kesimpulan.
Sedangkan Carin dan Sund berpendapat bahwa pembelajaran model inkuiri
mencakup inkuiri induktif terbimbing dan tak terbimbing, inkuiri deduktif, dan
pemecahan masalah (dalam Susilawati, 2004:33). Diantara model-model inkuiri
yang lebih cocok untuk siswa siswa SMK adalah inkuiri induktif terbimbing,
17
dimana siswa terlibat aktif dalam pembelajaran tentang konsep atau suatu gejala
melalui pengamatan, pengukuran, pengumpulan data untuk ditarik kesimpulan.
Pada inkuiri induktif terbimbing, guru tidak lagi berperan sebagai pemberi
informasi dan siswa sebagai penerima informasi, tetapi guru membuat rencana
pembelajaran atau langkah-langkah percobaan. Siswa melakukan percobaan atau
penyelidikan untuk menemukan konsep-konsep yang telah ditetapkan guru.
Menurut Gulo (dalam A.M Sardiman, 2004:21), peranan utama guru dalam
menciptakan kondisi pembelajaran inkuiri adalah sebagai berikut:
a. Motivator, yang memberikan rangsangan supaya siswa aktif dan gairah
berpikir.
b. Fasilitator, yang menunjukkan jalan keluar jika ada hambatan dalam
proses berpikir siswa.
c. Penanya, untuk menyadarkan siswa dari kekeliruan yang mereka perbuat
dan memberikan keyakinan pada diri sendiri.
d. Administrator, yang bertanggungjawab terhadap seluruh kegiatan di dalam
kelas.
e. Pengarah, yang memimpin arus kegiatan berpikir siswa pada tujuan yang
diharapkan.
f. Manajer, yang mengelola sumber belajar, waktu, dan organisasi kelas.
g. Rewarder, yang memberi penghargaan pada prestasi yang dicapai dalam
rangka peningkatan semangat heuristik pada siswa.
2.3.2
Langkah-Langkah Pembelajaran Inkuiri Terbimbing
Menurut Sanjaya (dalam Muhammad Yusuf, 2009:30) menyatakan bahwa
pembelajaran inkuiri terbimbing mengikuti langkah-langkah sebagai berikut:
A. Orientasi
Pada tahap ini guru melakukan langkah untuk membina suasana atau iklim
pembelajaran yang kondusif. Hal yang dilakukan dalam tahap orientasi ini adalah:
18
•
Menjelaskan topik, tujuan, dan hasil belajar yang diharapkan dapat dicapai
oleh siswa
•
Menjelaskan pokok-pokok kegiatan yang harus dilakukan oleh siswa
untuk mencapai tujuan. Pada tahap ini dijelaskan langkah-langkah inkuiri
serta tujuan setiap langkah, mulai dari langkah merumuskan masalah
sampai dengan merumuskan kesimpulan
•
Menjelaskan pentingnya topik dan kegiatan belajar. Hal ini dilakukan
dalam rangka memberikan motivasi belajar siswa.
B. Merumuskan masalah
Merumuskan masalah merupakan langkah membawa siswa pada suatu
persoalan yang mengandung teka-teki. Persoalan yang disajikan adalah persoalan
yang menantang siswa untuk memecahkan teka-teki itu. Teka-teki dalam rumusan
masalah tentu ada jawabannya, dan siswa didorong untuk mencari jawaban yang
tepat. Proses mencari jawaban itulah yang sangat penting dalam pembelajaran
inkuiri, oleh karena itu melalui proses tersebut siswa akan memperoleh
pengalaman yang sangat berharga sebagai upaya mengembangkan mental melalui
proses berpikir.
C. Merumuskan hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu permasalahan yang dikaji.
Sebagai jawaban sementara, hipotesis perlu diuji kebenarannya. Salah satu cara
yang dapat dilakukan guru untuk mengembangkan kemampuan menebak
19
(berhipotesis) pada setiap anak adalah dengan mengajukan berbagai pertanyaan
yang dapat mendorong siswa untuk dapat merumuskan jawaban sementara atau
dapat merumuskan berbagai perkiraan kemungkinan jawaban dari suatu
permasalahan yang dikaji.
D. Mengumpulkan data
Mengumpulkan data adalah aktifitas menjaring informasi yang dibutuhkan
untuk
menguji
hipotesis
yang
diajukan.
Dalam
pembelajaran
inkuiri,
mengumpulkan data merupakan proses mental yang sangat penting dalam
pengembangan intelektual. Proses pemgumpulan data bukan hanya memerlukan
motivasi yang kuat dalam belajar, akan tetapi juga membutuhkan ketekunan dan
kemampuan menggunakan potensi berpikirnya.
E. Menguji hipotesis
Menguji hipotesis adalah menentukan jawaban yang dianggap diterima
sesuai dengan data atau informasi yang diperoleh berdasarkan pengumpulan data.
Menguji hipotesis juga berarti mengembangkan kemampuan berpikir rasional.
Artinya,
kebenaran jawaban
yang diberikan bukan hanya berdasarkan
argumentasi, akan tetapi harus didukung oleh data yang ditemukan dan dapat
dipertanggungjawabkan.
F. Merumuskan kesimpulan
20
Merumuskan kesimpulan adalah proses mendeskripsikan temuan yang
diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis. Untuk mencapai kesimpulan
yang akurat sebaiknya guru mampu menunjukkan pada siswa data mana yang
relevan.
Enam langkah pada inkuiri terbimbing ini mempunyai peranan yang
sangat penting dalam kegiatan belajar mengajar di kelas. Para siswa akan berperan
aktif
melatih
keberanian,
berkomunikasi
dan
berusaha
mendapatkan
pengetahuannya sendiri untuk memecahkan masalah yang dihadapi. Tugas guru
adalah mempersiapkan skenario pembelajaran sehingga pembelajarannya dapat
berjalan dengan lancar.
2.3.3
Kelebihan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing
Menurut Suryobroto (dalam A.M Sardiman, 2004:24)
ada beberapa
kelebihan pembelajaran inkuiri antara lain :
1. Membantu siswa mengembangkan atau memperbanyak persediaan dan
penguasaan keterampilan dan proses kognitif siswa.
2. Membangkitkan gairah pada siswa misalkan siswa merasakan jerih payah
penyelidikannya, menemukan keberhasilan dan kadang-kadang kegagalan.
3. Memberi kesempatan pada siswa untuk bergerak maju sesuai dengan
kemampuan.
4. Membantu memperkuat pribadi siswa dengan bertambahnya kepercayaan
pada diri sendiri melalui proses-proses penemuan.
5. Siswa terlibat langsung dalam belajar sehingga termotivasi untuk belajar.
6. Strategi ini berpusat pada anak, misalkan memberi kesempatan kepada
mereka dan guru berpartisipasi sebagai sesama dalam mengecek ide. Guru
menjadi teman belajar, terutama dalam situasi penemuan yang jawabanya
belum diketahui.
2.3.4 Kekurangan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing
21
Kelemahan inkuiri menurut Suryobroto (dalam A.M Sardiman, 2004:26)
adalah sebagai berikut:
1. Dipersyaratkan keharusan ada persiapan mental untuk cara belajar ini.
2. Pembelajaran ini kurang berhasil dalam kelas besar, misalnya sebagian
waktu hilang karena membantu siswa menemukan teori-teori atau
menemukan bagaimana ejaan dari bentuk kata-kata tertentu.
3. Harapan yang ditumpahkan pada strategi ini mungkin mengecewakan
siswa yang sudah biasa dengan perencanaan dan pembelajaran secara
tradisional jika guru tidak menguasai pembelajaran inkuiri.
2.4 Pengertian Kompetensi
Kompetensi bukanlah merupakan temuan baru, akan tetapi istilah
kompetensi sudah lahir sejak pendidikan berkembang di lembaga-lembaga
pendidikan
dalam
kapasitas
guru
dan
siswa-siswa,
sesuatu
hal
yang
membingungkan sebagian orang bahwa kompetensi dikaitkan dengan penerapan
kurikulum di sekolah. Secara definisi kompetensi adalah kemampuan dasar yang
dapat dilakukan siswa pada tahap pengetahuan, ketrampilan, dan sikap.
Kemampuan dasar ini akan dijadikan sebagai landasan melakukan proses
pembelajaran dan penilaian siswa. Kompetensi merupakan target, sasaran, standar
bagimana yang telah digariskan oleh Bloom dan Gagne dalam teori-teorinya
terdahulu, dalam menyampaikan materi pelajaran kepada siswa penekanannya
adalah mencapai sasaran atau tujuan pembelajaran.
Kompetensi merupakan pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap dasar
yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir d.an bertindak yang bersifat dinamis,
berkembang, dan dapat diraih setiap waktu. Kebiasaan berpikir dan bertindak
secara konsisten dan terus-menerus memungkinkan seseorang menjadi kompeten,
22
dalam arti memiliki pengetahuan, keterampilan, nilai, dan sikap-sikap dasar dalam
melakukan sesuatu. Kebiasaan berpikir dan bertindak itu didasari oleh budi
pekerti luhur baik dalam kehidupan pribadi, sosial, kemasyarakatan, keber-agamaan, dan kehidupan berbangsa dan bernegara. Gordon menjelaskan beberapa aspek
atau ranah yang terkandung dalam konsep kompetensi (dalam Yamin Martinis,
2010:45) sebagai berikut :
1. Pengetahuan (knowledge), yaitu kesadaran dalam bidang kognitif.
2. Pemahaman (understanding), yaitu kedalaman kognitif
3. Kemampuan (skill), yaitu sesuatu yang dimiliki oleh individu untuk
melakukan tugas atau pekerjaan yang dibebankan kepadanya.
4. Nilai (value), yaitu suatu standar perilaku yang diyakini dan secara
psikologis telah menyatu dalam diri seseorang.
5. Sikap (attitude), yaitu perasaan (senang-tidak senang, suka-tidak suka)
atau reaksi terhadap suatu rangsangan yang datang dari luar.
6. Minat (interest), yaitu kecenderungan seseorang untuk melakukan sesuatu
perbuatan.
2.5 Kompetensi Menganalisis Rangkaian Elektronik (MRE)
2.5.1 Definisi Kompetensi Menganalisis Rangkaian Elektronik
Salah satu standar kompetensi dalam kurikulum di SMKN 12 Bandung,
pada program keahlian Elektronika Pesawat Udara (EPU), yaitu Menganalisis
Rangkaian Elektronik (MRE) yang dipelajari oleh kelas X pada semester satu dan
dua. Dalam kompetensi MRE menekankan siswa agar bisa menganalisis berbagai
rangkaian elektronika yang ditunjang dengan penguasaan komponen-komponen
elektronika, baik komponen aktif maupun komponen pasif. Karena dalam
kompetensi menganalisis rangkaian elektronika diberikan konsep-konsep dasar
rangkaian seri-paralel komponen dan perhitungan rangkaian elektronika yang
dapat menuntun siswa untuk menguasai secara professional dalam hal
23
menganalisis
rangkaian
elektronik.
Kompetensi
menganalisis
rangkaian
elektronika, terdapat beberapa materi yang diajarkan kepada siswa diantaranya
kompoen pasif (resistor, kapasitor, induktor, dan transformator), komponen aktif
(dioda, transistor bipolar, dan thyristor). Adapun beberapa kompetensi dasar yang
ada dalam silabus menganalisis rangkaian elektronik, diantaranya:
1. Mengidentifikasi komponen pasif, materi pembelajaran tentang resistor,
kapasitor, induktor, transformator.
2. Mengukur besaran listrik dalam rangkaian pasif, materi pembelajaran
resistor, kapasitor, induktor, dan transformator.
3. Mengidentifikasi macam-macam dioda, materi pembelajaran macammacam dioda.
4. Mengidentifikasi macam-macam transistor, materi pembelajaran transistor
bipolar.
5. Mengidentifikasi macam-macam thyristor, materi pembelajaran macammacam thyristor.
6. Menguji kondisi komponen aktif, materi pembelajaran dioda, bipolar
transistor, dan thyristor.
Yang akan dijadikan bahan pembelajaran dalam penelitian ini, yaitu
kompetensi
dasar
mengidentifikasi
komponen
pembelajarannya tentang resistor dan kapasitor.
2.5.2
Mengidentifikasi Komponen Pasif
pasif,
dengan
materi
24
Dalam dunia elektronika terdapat 2 jenis komponen, yaitu komponen
pasif dan komponen aktif. Komponen pasif adalah komponen yang digunakan
tidak memerlukan panjar atau bias, sedangkan komponen aktif adalah komponen
yang dalam penggunaannya memerlukan panjar atau bias. Yang termasuk
komponen pasif yaitu resistor (R), kapasitor (C), induktor (L), dan transformator.
Materi yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah resistor dan kapasitor.
2.5.3
Materi Resistor
2.5.3.1
Definisi Resistor
Resistor disebut juga dengan tahanan atau hambatan, merupakan
komponen yang bisa menghambat arus listrik. Resistansi adalah kemampuan
tahanan atau hambatan. Resistor atau tahanan adalah bendanya, sedangkan
resistansi atau perlawanan listrik adalah kemampuan untuk menahan (melawan)
jalannya arus listrik yang melewati resistor atau tahanan. Besarnya resistansi
dinyatakan dalam satuan ohm (Ω), kilo ohm (kΩ), dan mega ohm (MΩ)
dicantumkan pada setiap resistor dalam bentuk lambang bilangan atau cincin kode
warna. Untuk menyatakan resistansi sebaiknya disertakan batas kemampuan
dayanya. Berbagai macam resistor dibuat dari bahan yang berbeda dengan sifatsifat yang berbeda juga. Resistor dalam teori dan praktek ditulis dengan huruf atau
simbol R.
(a)
(b)
Gambar.2.1. Lambang dan Bentuk Resistor.
(a). Bentuk resistor, (b). Lambang resistor.
25
2.5.3.2
Macam-macam Resistor
a. Resistor Karbon (arang)
Merupakan resistor yang paling banyak digunakan, karena membuatnya
mudah dan murah. Toleransinya cukup memadai untuk berbagai jenis keperluan.
Kelemahannya adalah dayanya terbatas, daya tertinggi untuk resistor karbon
adalah 3 watt.
b. Resistor Kawat (wire wound)
Resistor ini terdiri dari kawat nikelin atau manganine yang digulung pada
sebuah rangka dari keramik atau porselin. Daya kemampuannya dapat mencapai
beberapa ratus watt.
Resistor ini mempunyai nilai sangat tepat dan kemampuan menerima arus lebih
besar dibanding dengan resistor karbon. Tetapi kelemahannya adalah untuk
membuat resistor yang besar memerlukan kawat yang panjang dan mahal
c. Resistor Serbuk Besi ( Iron Core)
Bahan yang digunakan untuk resistor ini adalah serbuk besi dicampur dengan
bahan lain. Maksud pembuatan resistor semacam ini agar dapat dilalui arus yang
besar dan biasanya digunakan pada pesawat pemancar yang masih menggunakan
tabung elektron.
Menurut kegunaannya, resistor dapat dibedakan sebagai berikut
a. Resistor tetap
26
Resistor tetap adalah resistor yang nilai resistansinya tetap. Resistor ini
banyak digunakan dalam alat elektronika.
b. Resistor tidak tetap/variabel
Merupakan resistor yang nilai resistansinya tidak tetap atau dapat dirubahubah. Dalam teknik radio banyak digunakan sebagai pengatur volume dan
pengatur nada.
2.5.3.3
Karakteristik Resistor
Karakteristik berbagai macam resistor dipengaruhi oleh bahan yang
digunakan. Resistansi resistor komposisi tidak stabil sebab jika suhu naik
resistansi turun. Kurang sesuai apabila digunakan dalam rangkaian elektronika
tegangan tinggi dan arus besar. Resistansi sebuah resistor komposisi berbeda
antara kenyataan dari resistansi nominalnya. Jika perbedaan nilai sampai dengan
10 % tentu kurang baik pada rangkaian yang memerlukan ketepatan tinggi. Dilihat
dari ukuran fisik sebuah resistor yang satu dengan lainnya tidak berarti sama besar
nilai hambatannya Secara teori sebuah resistor dinyatakan memiliki resistansi
murni, tetapi pada prakteknya sebuah resistor mempunyai sifat-sifat tambahan
induktif dan kapasitif. Pada dasarnya bernilai rendah resistor cenderung
mempunyai sifat induktif dan resistor bernilai tinggi mempunyai sifat tambahan
kapasitif.
Fungsi resistor adalah
a. Untuk mengatur kuat arus listrik.
b. Untuk membagi tegangan.
27
c. Sebagai unsur pemanas pada alat-alat listrik.
Kerusakan resistor dapat berupa :
a. Karena mendapat panas yang berlebihan sehingga mengakibatkan
nilai resistansinya berubah.
b. Karena putus, mengakibatkan nilai resistansinya sangat besar atau
tak hingga “∞”
c. Karena
bocor
(terhubung
singkat)
mengakibatkan
nilai
resistansinya sangat kecil atau nol.
2.5.3.4 Kode Warna Resistor
Pada resistor tetap yang terbuat dari karbon, nilai resistansinya dapat
dibaca langsung pada badannya. Terdapat gelang-gelang berwarna pada badan
resistor, ada yang terdiri dari 4 gelang dan ada yang 5 gelang. Warna pada gelanggelang resistor tersebut artinya seperti tabel di bawah.
(a)
(b)
Gambar.2.2. Resistor dengan Gelang Warna
(a). Resistor 5 gelang, (b). Resistor 4 gelang.
Tabel. 2.1.Gelang warna resistor
Warna
Gelang-gelang
A
4 Glg
B
5 Glg
C
4
5 4 Glg 5 Glg 4
Glg Glg
Glg
D
5 Glg
E
5 Glg
28
Hitam
0
0
0
0
100
0
-
100
20 %
Coklat
1
1
1
1
101
1
-
101
1%
Merah
2
2
2
2
102
2
-
102
2%
Jingga
3
3
3
3
103
3
-
103
3%
Kuning
4
4
4
4
104
4
-
104
-
Hijau
5
5
5
5
105
5
-
105
4%
Biru
6
6
6
6
106
6
-
106
6%
Ungu
7
7
7
7
107
7
-
107
12.5 %
Abu-abu
8
8
8
8
108
8
-
108
30 %
Putih
9
9
9
9
109
9
-
109
10 %
Emas
-
-
10-1
-
5%
10-1
5%
Perak
-
-
10-2
-
10
%
10-2
10 %
Tak
berwarna
-
-
-
-
20
%
-
20 %
Keterangan :
4 Gelang
Gelang A : Angka ke-1
Gelang B : Angka ke-2
Gelang C : faktor pengali
Gelang D : Toleransi
5
Gelang
Gelang A : Angka ke-1
Gelang B : Angka ke-2
Gelang C : Angka ke-3
Gelang D : faktor pengali
Gelang E : Toleransi
29
2.5.3.5 Cara Pembacaan Resistansi Resistor
Berdasarkan kode warna di atas, kita dapat menentukan nilai resistansi
resistor. Cara pembacaan nilai resistansi menurut kode warna gelang-gelang yang
ada di badan resistor yang terdapat pada gambar 2.2 diatas, sebagai berikut:
4 Gelang
5
Gelang
Gelang A : Angka ke-1
Gelang A : Angka ke-1
Gelang B : Angka ke-2
Gelang B : Angka ke-2
Gelang C : Angka ke-3
Gelang C : faktor pengali
Gelang D : faktor pengali
Gelang D : Toleransi
Gelang E : Toleransi
Jadi Nilai resistansi = AB x C ; D
Contoh :
Jika ada resistor tetap dengan kode warna cokelat, merah, jingga, emas.
Maka nilai resistansinya
Gelang A : Cokelat = 1
Jadi nilai resistansinya = 12 x 103 ; 5 % = 12 KΩ ; 5
% (tahanan 12 KΩ dengan toleransi 5 %). Dengan
Gelang B : Merah = 2
jangkauan nilai resistansi 11.400 Ω s.d 12.600 Ω
Gelang C : Jingga = 10
3
Gelang D : Emas = 5 %
2.5.4
Komponen Kapasitor
2.5.4.1 Pengertian Kapasitor
30
Kondensator atau kapasitor ialah suatu komponen listrik/elektronika yang
dapat menyimpan muatan listrik. Kapasitas kondensator diukur dalam satuan
Farad (f). Kondensator elekrolit mempunyai dua kutub yaitu positip dan negatip
(bipolar), sedangkan kondensator kering misalnya kondensator mika, kondensator
kertas tidak membedakan kutub positip dan kutub negatip (non polar).
(a)
(b)
Gambar.2.3. Salah satu contoh macam-macam Kapasitor
(a) Kapasitor elektrolit (Elco), (b) Kapasitor polikarbonat metal
2.5.4.2 Pembacaan Kapasitansi Kapasitor
Pembacaan kapasitas kapasitor dapat dilaksanakan dengan:
1. Membaca harga yang tertera pada badan kapasitor
2. Membaca kode warna yang terdapat pada badan kapasitor. Untuk cara
yang kedua pembacaannya hampir sama dengan pembacaan kode warna
pada resistor (tahanan), tetapi ada sedikit perbedaan. Untuk memudahkan
pelaksanaannya kita gunakan tabel 2.2 seperti dibawah ini:
31
Tabel. 2.2.Kode warna kapasitor
A
B
C (pF)
D
E
Toleransi
Teg.Kerja
D
Warna
A
B
Angka Angka
ke I
ke II
C
Kondensator
Faktor
keramik
Perkalian Kurang
E
Lebih
dari
dari
10 pF
10 pF
(Volt)
Hitam
-
0
-
2 pF
±20%
-
Coklat
1
1
10
0,1 pF
±1%
100
Merah
2
2
102
-
±2%
200
Orange
3
3
103
-
±2,5%
300
Kuning
4
4
104
-
-
400
Hijau
5
5
-
0,5 pF
±5%
500
Biru
6
6
-
-
-
600
Ungu
7
7
-
-
-
700
Abu-abu
8
8
10-2
0,25 pF
-
800
Putih
9
9
10-2
1 pF
-
900
Perak
-
-
10-2
-
-
2000
Emas
-
-
10-1
-
-
1000
Gambar.2.4.Urutan kode warna pada kapasitor
32
Contoh :
Menurut gambar 2.3 gelang warna sebuah kapasitor:
1 = merah
=2
2 = hijau
=5
3 = orange
= x 103
4 = merah
=±2%
5 = kuning
=400 V
Jadi nilai kapasitansinya, 25000pf, toleransi ±2%, tegangan kerja 400 V
2.5.4.1 Macam-macam Kapasitor
Berdasarkan kegunaannya kondensator kita bagi dalam 3 , yaitu :
1. Kondensator tetap (nilai kapasitasnya tetap tidak dapat diubah) : Kapasitor
tetap merupakan kapasitor yang mempunyai nilai kapasitas yang tetap.
Kapasitor ini dapat dibedakan dari bahan yang digunakan sebagai lapisan
diantara lempeng-lempeng logam yang disebut dielektrikum. Dielektrikum
tersebut dapat berupa keramik, mika, mylar, kertas, polyester ataupun film.
Pada umumnya kapasitor yanng terbuat dari bahan diatas nilainya kurang
dari 1 mikrofarad (1mf).
2. Kondensator elektrolit (Electrolite Condenser = Elco) : Kondensator
elektrolit atau Electrolytic Condenser (sering disingkat Elco) adalah
kondensator yang biasanya berbentuk tabung, mempunyai dua kutub kaki
berpolaritas positif dan negatif, ditandai oleh kaki yang panjang positif
33
sedangkan yang pendek negatif atau yang dekat tanda minus ( – ) adalah
kaki negatif. Nilai kapasitasnya dari 0,47 µf (mikrofarad) sampai ribuan
mikroFarad dengan voltase kerja dari beberapa volt hingga ribuan volt.
3. Kondensator variabel (nilai kapasitasnya dapat diubah-ubah) : Kapasitor
tidak tetap adalah kapasitor yang memiliki nilai kapasitansi atau kapasitas
yang dapat diubah-ubah. Biasanya nilai kapasitansinya dapat diubah-ubah
dengan cara memutar porosnya dengan obeng.
2.6 Penelitian Lain yang Relevan
Dari penelitian yang dilakukan oleh Henik Ismawati menyatakan bahwa
berdasarkan peningkatan prosentase jawaban dari setiap indikator ketrampilan
proses sains yang digunakan, memperlihatkan bahwa sebagian besar model
pembelajaran inkuiri terbimbing telah berhasil meningkatkan hasil belajar siswa.
2.7 Asumsi Dasar
Menurut Suharsimi Arikunto (2006 : 56), asumsi adalah : Suatu tempat
berpijak yang kuat bagi masalah yang akan kita teliti.
Adapun asumsi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Model pembelajaran merupakan salah satu faktor utama yang dapat
membantu proses belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan.
2. Hasil belajar siswa dipengaruhi oleh faktor internal yang datang dari
individu itu sendiri dan faktor eksternal yang datang dari guru dan
lingkungan.
34
3. Setiap siswa memiliki potensi untuk mencapai prestasi belajar yang
optimal.
4. Dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing, siswa akan lebih
memahami materi sehingga akan terjadi peningkatan hasil belajar siswa
karena siswa sendiri yang menemukan konsep-konsep yang dipelajari.
Download