Kajian Pustaka Keterkaitan Infrastruktur Publik dan Ekonomi Oleh : Ir

advertisement
Kajian Pustaka Keterkaitan Infrastruktur Publik dan Ekonomi
Oleh : Ir. Putu Rudi Setiawan Msc
Terdapat beragam pengertian tentang infrastruktur publik. Salah satunya, World Bank (1994) yang
mendefinisikan dalam konteks ekonomi sebagai terminologi yang memayungi banyak aktivitas terkait ‘social
overhead capital’. Sementara pembangunan infrastruktur publik di Indonesia mendapat perhatian penting
sehingga dalam RPJM tahun 2010-2014, pemerintah akan melakukan percepatan penyediaan, kuantitas dan
kualitasnya.
Pemerintah pun melihatnya bukan saja dari sisi ekonomi saja, tetapi dari berbagai perpektif kepentingan
nasional yang strategis dan prioritas, baik dalam menunjang program revitalisasi pertanian, mengatasi
kemiskinan dan keterisolasian, maupun untuk mengatasi berbagai masalah lingkungan seperti polusi air, udara
dan tanah, atau banjir.
Sedangkan dalam daftar prioritas nasional, infrastruktur ini masuk peringkat ke enam dari 11 program. Terdapat
7 substansi inti dari program aksi di bidang infrastruktur yaitu yang berkaitan dengan, tanah dan tata ruang,jalan,
perhubungan, perumahan rakyat, pengendalian banjir, telekomunikasi, dan transportasi perkotaan.
Dari data yang ada besaran nilai investasi infrastruktur dibandingkan dengan PDB yang ternyata menunjukkan
penurunan pada tahun 1993 – 2002 (Gambar 1.). Pada tahun fiskal 2003/2004 rasionya 5,34 sedangkan pada
tahun fiskal 2002, rasionya menurun tajam lebih dari 50% menjadi 2,33. Dalam lingkup regional (Asia), angkaangka tersebut masih dibawah rasio yang sama di beberapa negara lainnya di Asia pada tahun 2005, sebut saja
Laos dan Mongolia dengan rasio 4 – 7% serta China, Thailand, dan Vietnam dengan rasio diatas 7% (Mustajab,
2009).
Gambar 1. Rasio Antara Investasi di Infrastruktur Publik di Indonesia Dengan PDB
Sumber : Mustajab (2009)
Sementara itu, investasi yang dilakukan oleh swasta ternyata tidak menunjukkan kondisi yang menggembirakan,
setidaknya dalam tahun ketersediaan data dibawah ini, dimana investasi swasta tersebut mencapai puncaknya
pada tahun 1996 dengan nilai investasi sebesar US$ 8,4 miliar (Dikun, 2003). Namun sayang besaran nilai
investasi tersebut menurun pasca krisis ekonomi sehingga sampai tahun 2000 angkanya tidak sampai mencapai
US$ 1 miliar (Gambar 2.).
Gambar 2. Investasi Infrastruktur Oleh Swasta di Indonesia
Sumber : Dikun (2003)
Konseptualisasi Peran Infrastruktur
Infrastruktur memiliki peran yang luas dan mencakup berbagai konteks dalam pembangunan, baik
dalam konteks fisik-lingkungan, ekonomi, sosial, budaya, politik, dan konteks lainnya. Salah satu infrastruktur
yang besar perannya dalam pengembangan dan pembangunan ruang, baik dalam lingkup negara ataupun
lingkup wilayah adalah infrastruktur transportasi.
Transportasi adalah infrastruktur yang mampu menciptakan mobilitas sosial dan ekonomi masyarakat (barang
dan manusia/penumpang), dan menghubungkan resources dan hasil produksi ke pasar (perdagangan/ trade).
Transportasi ini pun berdampak pada kesejahteraan masayarakat seperti, perdagangan antar wilayah, perluasan
pasar, terciptanya kompetisi, dan penyebaran pengetahuan, dan meningkatnya aksesibilitas penduduk terhadap
sarana pendidikan dan kesehatan dimana pada akhirnya akan meningkatkan pula kualitas kesehatan dan
pendidikan masyarakat (Gambar 3.) Hubungan Antara Infrastruktur Transportasi,Pertumbuhan Ekonomi, dan
Kesejahteraan Masyarakat
Sumber : Litbang Dephub dan LPPM ITS (2004)
Pengaruh Infrastruktur Dalam Ekonomi
Infrastruktur merupakan driving force dalam pertumbuhan ekonomi. Perannya dalam mengembangkan sebuah
wilayah tentu tak ada yang meragukannya lagi. Sehingga beberapa fakta empiri menyatakan bahwa
perkembangan kapasitas infrastruktur di suatu wilayah akan berjalan seiring dengan perkembangan output
ekonomi. Sebuah pernyataan yang dilansir oleh World Bank (1994) bahkan berani menyatakan bahwa secara
average peningkatan stok infrastruktur sebesar 1% akan berasosiasi dengan peningkatan PDB sebesar 1% pula
(Gambar 4.). Sebuah pernyataan yang menjanjikan sekaligus menantang semua negara untuk
menindaklanjutinya dengan meningkatkan pasokan infrastrukturnya.
Gambar 4. Korelasi Antara Stok Infrastruktur Dengan PDB Per Capita Pada Semua Negara di Dunia
Sumber : The World Bank (1994)
Disisi lain, eksistensi infrastruktur dalam konteks dinamika suatu negara atau wilayah mengalami perubahanperubahan dasar seiring dengan perkembangan atau perubahan kebutuhan. Semakin maju negara / wilayah,
kebutuhan jenis infrastruktur akan mengalami perubahan, dimana kontribusi dari infrastruktur kelistrikan,
transportasi (jalan), dan telekomunikasi akan semakin dominan (Gambar 5), relatif terhadap infrastruktur dasar
lainnya seperti air bersih dan irigasi (World Bank, 1994).
Gambar 5. Rata-rata Persentase Kebutuhan Infrastruktur Untuk Tiap Kelompok Pendapatan di Dunia
Sumber : The World Bank (1994)
Semakin maju negara, maka peran jasa infrastruktur menyumbang nilai tambah akan semakin besar. Data dari
World Bank (1994) menunjukkan umumnya infastruktur jenis transportasi dan komunikasi memiliki peran yang
lebih besar dalam menyumbang nilai tambah dengan proporsi terhadap PDB sebesar 5,34% untuk low-income
countries, 6,78% untuk middle-income countries, dan 9,46 % untuk high-income countries, dibandingkan
dengan infrastruktur kelistrikan dan air dengan nilai proporsi terhadap PDB yang bervariasi antara 1,29 % untuk
low-income countries, 2,24% untuk middle-income countries, dan 1,87 % untuk high-income countries (Tabel
1.)
Tabel 1.
Nilai Tambah dari Jasa Infrastruktur Berdasarkan Kelompok Negara
Sumber : The World Bank (1994)
Fakta yang berkaitan dengan infrastruktur transportasi merupakan hal yang jamak dimana keberadaan akses,
baik berupa jalan raya, rel kereta api, rute angkutan penyeberangan dan pelayaran, maupun rute penerbangan
akan berpotensi mempengaruhi peningkatan pertumbuhan ekonomi wilayah, walaupun dengan tingkat pengaruh
yang berbeda-beda.
Dalam konteks sistem industri, peran infrastruktur juga sangat vital karena mampu diyakini meningkatkan
produktivitas dimana pada akhirnya akan berpengaruh pada meningkatnya kinerja ekonomi secara keseluruhan.
Sementara itu peran infrastruktur dalam ekonomi bukan sekedar ketersediaan (availibility) menjadi kuantitas
dan kualitas.
Peran penting yang dijalankan oleh infrastruktur dapat menjadi sandungan ketika besaran investasi atau
pengeluaran yang dikucurkan oleh Pemerintah untuk infrastruktur publik mengalami penurunan. Inilah
barangkali salah satu penyebab menurunnya peran sektor pertanian dalam menunjang output ekonomi baik
secara nasional maupun secara regional. World Bank (2008) memperoleh temuan bahwa dari pengamatannya
terhadap beberapa negara di dunia, terdapat trend yang cukup signifikan bahwa negara berbasis ekonomi
pertanian (agriculture-based countries) sedang mengalami metamorfosis menuju ke negara berbasis ekonomi
transisi (transforming countries), sedangkan trend serupa juga terjadi dimana negara berbasis ekonomi transisi
(transforming countries) juga sedang bertransformasi ke negara berbasis ekonomi kota (urbanized countries).
Gambar 6. Hubungan Antara Peran Sektor Pertanian dan Pengeluaran Sektor Publik Untuk Sektor Pertanian Dunia
Sumber : The World Bank (2008)
Fakta empiri menurunnya kinerja infrastruktur disajikan dalam format infrastructure gap antara negara-negara
Amerika Latin dengan negara-negara di Asia Timur dimana dalam kurun waktu 1980- 1997 terjadi peningkatan
gap sampai sebesar 40-50 % untuk panjang jalan, 50-60 % untuk telekomunikasi, dan 90-100 % untuk
kelistrikan. Dampaknya adalah penurunan kinerja ekonomi yang sangat signifikan dalam bentuk terjunbebasnya pertumbuhan output ekonomi.
Bagaimana dengan peran infrastruktur dalam pertumbuhan ekonomi di Indonesia? Dengan menggunakan data
nasional tahun 2000-2007, Mustajab (2009) melakukan penelitian yang berkaitan dengan peran infrastruktur di
Indonesia, dan kesimpulannya menunjukkan temuan yang positif dimana pengembangan infrastruktur
memberikan kontribusi pada pertumbuhan ekonomi nasional.
Keterkaitan Timbal Balik Antara Infrastruktur Dan Ekonomi
Keterkaitan antara infrastruktur dan ekonomi sudah lama menjadi perbincangan bagi para pengambil kebijakan.
Bagi para penentu kebijakan, pengembangan dan pembangunan prasarana sudah barang tentu diharapkan akan
menjadi driving force bagi pengembangan ekonomi. Sedangkan dalam ranah akademis, keterkaitan antara
keduanya masih menjadi bahan perdebatan. Dalam World Development Report tahun 1994 dinyatakan bahwa
keterkaitan antara investasi pada infrastruktur dan pertumbuhan ekonomi belum merupakan suatu keniscayaan.
Artinya, apakah investasi di infrastruktur menyebabkan pertumbuhan ekonomi atau apakah pertumbuhan
ekonomi menyebabkan tumbuhnya investasi di infrastruktur belum sepenuhnya dapat dijelaskan (established).
Dalam ketekaitan antara infrastruktur dan ekonomi, penelitian Badan Litbang Departemen Perhubungan
bekerjasama dengan LPPM ITS pada tahun 2004 menunjukan, hasil uji Granger causality dengan menggunakan
data tahun 1999-2003 yang dilakukan dengan basis wilayah pulau besar menyatakan bahwa terdapat hubungan
kausalitas antara infrastruktur transportasi dan ekonomi, dan terdapat diferensiasi hubungan kausalitas antara
tiap pulau besar tersebut (Gambar 7.). Di hampir semua pulau (Jawa, Kalimantan, dan Sulawesi) terdapat
hubungan kausalitas yang bersifat dua arah, dimana pengembangan dan pembangunan infrastruktur transportasi
mempengaruhi pertumbuhan ekonomi. dan sebaliknya pertumbuhan ekonomi mempengaruhi pengembangan
dan pembangunan infrastruktur transportasi.
Gambar 7.
Hubungan Kausalitas Antara Pengembangan Infrastruktur Transportasi Dengan Pertumbuhan
Ekonomi Indonesia Tahun 1999-2003
Sumber : Litbang Dephub dan LPPM ITS (2004)
Kesimpulannya untuk kasus di Indonesia secara keseluruhan terlihat peran infrastruktur transportasi dalam
pertumbuhan ekonomi, atau dalam bahasa lain dapat dikatakan seiring dengan berjalannya waktu, pertumbuhan
infrastruktur transportasi dapat menyebabkan pertumbuhan ekonomi yang lebih baik. Pengaruh tersebut tidaklah
terjadi seketika, namun baru nyata pada perioda ke empat setelah terjadi peningkatan kinerja infrastruktur
transportasi (Litbang Dephub dan LPPM ITS, 2004).
Kasus Infrastruktur Jembatan Suramadu
Sejumlah kasus keberhasilan infrastuktur dalam mendorong ekonomi tersebut kemudian menggugah Pemerintah
Indonesia untuk menggunakan instrumen yang serupa. Salah satu infrastruktur strategis yang dibangun dengan
menelan dana sekitar Rp 4,5 triliun adalah jembatan Suramadu. Dampaknya pun diprediksikan akan membawa
banyak manfaat ketika Pemerintah membangun Suramadu yang menghubungkan antara daratan pulau Jawa
bagian Timur dengan pulau Madura.
Persoalan mendasar yang terjadi di wilayah ini (Gerbangkertosusila) adalah disparitas ekonomi wilayah. Pada
tahun 2002, nilai PDRB Madura adalah Rp 8,2 Triliun, sedangkan PDRB wilayah Gerbangkertosusila pada
tahun yang sama telah mencapai Rp. 64,5 triliun. Ini berarti bahwa pada tahun 2002 PDRB wilayah
Gerbangkertosusila telah mencapai hampir 10 kali lipat dari PDRB Madura.
Pada saat ini tentunya prediksi tersebut belum dapat dirasakan karena jembatan Suramadu baru setahun lebih
beroperasi. Namun dengan berkaca pada peran infrastruktur dan keterkaitan antara infrastruktur dan ekonomi,
ada 2 hal yang dapat menjadi catatan, yaitu pertama, fenomena keterkaitan tersebut hendaknya dapat menjadi
pelajaran yang berharga bagi penguatan dampak positif ekonomi yang diharapkan dari jembatan Suramadu, dan
yang kedua adalah tidak hanya memandang manfaat ekonomi sebagai satu-satunya harapan unggulan, namun
juga manfaat lainnya baik dalam konteks sosial, budaya, maupun lingkungan yang juga tidak kalah pentingnya
dalam membangun Madura ke depan.
Download