KEMATANGAN KEPRIBADIAN MAHASISWA (Survei pada Mahasiswa Program Studi Pendidikan Agama Islam Angkatan 2006 yang Sedang Mengerjakan Skripsi di Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga Tahun 2010) SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam Oleh: QURROTA A’YUN NIM 111 06 042 JURUSAN TARBIYAH PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA 2010 LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING Setelah dikoreksi dan diperbaiki, maka skripsi Saudara: Nama : Qurrota A‟yun NIM : 11106042 Jurusan : Tarbiyah Program Studi : Pendidikan Agama Islam Judul : KEMATANGAN KEPRIBADIAN MAHASISWA (Survei pada Mahasiswa Program Studi Pendidikan Agama Islam Angkatan 2006 yang Sedang Mengerjakan Skripsi di Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga Tahun 2010) Telah Kami setujui untuk di munaqosahkan. Salatiga, 20 Agustus 2010 Pembimbing Muna Erawati, S. Psi., M. Si. NIP. 197512181999032002 PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Qurrota A‟yun NIM : 11106042 Jurusan : Tarbiyah Program Studi : Pendidikan Agama Islam Menyatakan bahwa skripsi yang Saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya Saya sendiri, bukan jiplakan dari karya orang lain. Pendapat atau temuan dari orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah. Salatiga, 20 Agustus 2010 Yang menyatakan, Qurrota A‟yun 11106042 MOTTO Sebaik-baik manusia adalah orang yang dapat memberi manfaat bagi sesamanya. Hidup itu pilihan, maka ciptakan banyak pilihan dan berusahalah memilih sesuatu yang tak „kan pernah Kau sesali. Semua yang terjadi pasti ada hikmahnya. PERSEMBAHAN Skripsi ini Aku persembahkan kepada: Orang tuaku tercinta yang selalu mendampingiku dengan iringan do‟a, saudariku tersayang, almamaterku, STAIN Salatiga, dosen pembimbingku yang cantik dan penuh semangat, sahabat-sahabat seperjuanganku, serta semua orang yang Aku sayangi dan menyayangiku, Terima kasih banyak tanpa Kalian, Aku tak dapat berproses sampai sejauh ini. KATA PENGANTAR Alhamdulillah, puji syukur kepada Allah yang dengan pertolongan-Nya skripsi ini dapat terselesaikan tanpa ada hambatan yang berarti. Sholawat serta salam semoga istiqomah tercurah kepada Rosulullah SAW., beliau insan tersempurna yang kepribadiannya menginspirasi banyak orang. Terima kasih yang setulus-tulusnya penulis ucapkan kepada segenap jajaran pendidik STAIN Salatiga yang telah membimbing dan menghantarkan Kami berproses menuju ke arah masa depan yang lebih baik. Terimakasih (pula) yang tak terhingga penulis ucapkan kepada seluruh pihak yang telah membantu kelancaran persiapan, pelaksanaan serta penyusunan skripsi ini, khususnya kepada: kedua orang tua dan keluargaku; atas dukungan do‟a maupun vinansial, dosen pembimbingku; atas spirit, pengorbanan waktu, tenaga serta pikirannya hingga skripsi ini dapat selesai tepat waktu, sahabatsahabatku (Rada, Rifa‟i, Mifa, Zaki, Lia, Sholikin dan seluruh warga kelas PAI„B); terima kasih atas semangatnya, tak lupa semua mahasiswa PAI angakatan ‟06 serta adik-adikku yang telah bersedia menjadi responden „dadakan‟ sehingga skripsi ini dapat „sempurna‟. Salatiga, 20 Agustus 2010 Penulis ABSTRAK A‟yun, Qurrota. 2010. Kematangan Kepribadian Mahasiswa (Survei pada Mahasiswa Program Studi Pendidikan Agama Islam Angkatan 2006 yang Sedang Mengerjakan Skripsi di Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga Tahun 2010). Skripsi. Jurusan Tarbiyah. Program Studi Pendidikan Agama Islam. Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Muna Erawati S.Psi., M.Si. Kata kunci: kematangan kepribadian, calon guru, PTAI. Mahasiswa jurusan tarbiyah merupakan calon guru yang harus benar-benar memiliki kemampuan memberdayakan peserta didiknya. Untuk itu, mahasiswa calon guru harus sudah mempunyai cukup bekal, baik secara keilmuan, ketrampilan maupun kepribadian yang mendukung tugas mulia tersebut. Dalam menjalankan tugas mulia itu, guru dituntut mengerahkan kemampuan, waktu, tenaga serta fikirannya secara menyeluluruh. Adapun kemampuan yang paling prediktif dalam mengukur kinerja guru adalah sifat kepribadian dari mahasiswa calon guru itu sendiri. Penelitian ini merupakan penelitian survei pada mahasiswa yang sedang mengerjakan skripsi di STAIN Salatiga. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui profil kepribadian dan mengukur tingkat kematangan kepribadian mahasiswa yang akan wisuda. Berdasarkan tujuan penelitian tersebut, peneliti menggunakan pendekatan deskriptif kuantitatif untuk menghindari subjektifitas hasil penelitian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas mahasiswa yang akan wisuda memiliki tingkat kematangan cukup tinggi. Hal tersebut dapat dipahami karena ditinjau dari segi usia, mahasiswa yang rata-rata berusia 22-23 tahun dapat digolongkan pada usia dewasa awal. Sedangkan ditinjau dari segi latar belakang pendidikan dan tingkat sosial-ekonomi orang tua, mahasiswa memiliki tingkat yang cenderung berimbang antara yang tinggi dan yang rendah, jadi secara kualitas, pembentukan kepribadian dari lingkungan keluarga juga cukup baik. Mengacu pada temuan tersebut, maka peneliti merekomendasikan kepada para praktisi pendidikan agar lebih memperhatikan aspek pengembangan kepribadian peserta didik dan menerapkannya pada proses penyusunan progam maupun kegiatan pembelajar di lapangan. Selain itu, peneliti juga merekomendasikan kepada para peneliti selanjutnya agar melakukan penelitian yang bertolak pada hasil survei ini sebagai tindak lanjut, dengan mengembangkan variabel dan metode penelitiannya. DAFTAR ISI PERSETUJUAN PEMBIMBING………………………………………………… i PENGESAHAN KELULUSAN………………………………………………….. ii PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN………………………………………… iii MOTTO…………………………………………………………………………… iv PERSEMBAHAN………………………………………………………………… v KATA PENGANTAR……………………………………………………………. vi ABSTRAK……………………………………………………………………….. vii DAFTAR ISI……………………………………………………………………… viii DAFTAR TABEL………………………………………………………………… xii DAFTAR LAMPIRAN…………………………………………………………… xiii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang………………………………………………………………… 1 B. Rumusan Masalah…………………………………………………………… 6 C. Tujuan Penelitian……………………………………………………………. 6 D. Manfaat Penelitian………………………………………………………….. 7 BAB II LANDASAN TEORI A. PTAI sebagai Penyelenggara Pendidikan………………………………….. 9 1. PTAI sebagai Penylenggara Pendidikan……………………………….. 9 2. Kompetensi Lulusan PTAI……………………………………………… 11 B. Peran Pendidikan Islam dalam Pengembangan Kepribadian……………….. 14 1. Definisi Pendidikan Islam………………………………………………. 14 2. Fungsi dan Tujuan Pendidikan Islam…………………………………… 15 3. Peran Pendidikan Islam dalam Pengembangan Kepribadian…………… 18 C. Kepribadian dalam Perspektif Psikologi……………………………………. 22 1. Definisi Kepribadian……………………………………………………. 22 2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepribadian………………………. 24 3. Kepribadian pada Usia Mahasiswa…………………………………….. 28 D. Kematangan Kepribadian………………………………………………….. 32 1. Kriteria Kematangan Kepribadian…………………………………….. 32 2. Masalah-Masalah yang Dihadapi Orang Dewasa……………………… 37 E. Kepribadian dalam Perspektif Islam………………………………………. 39 1. Definisi Kepribadian…………………………………………………… 39 2. Pembentukan Kepribadian Muslim…………………………………….. 41 3. Perkembangan 43 Kepribadian Muslim…………………………………… 4. Pencapaian Kepribadian Muslim yang Utama…………………………. 44 BAB III RANCANGAN PENELITIAN A. Jenis dan Metode Penelitian………………………………………………… 48 B. Lokasi dan Waktu…………………………………………………………… 49 C. Populasi dan Sampel………………………………………………………… 49 1. Populasi…………………………………………………………………. 49 2. Sampel………………………………………………………………….. 50 D. Variabel……………………………………………………………………… 51 E. Metode Pengumpulan Data………………………………………………….. 54 1. Dokumentasi…………………………………………………………….. 54 2. Angket…………………………………………………………………… 54 F. Instrumen 54 Pengukuran………………………………………………………. G. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen…………………………………….. 56 1. Validitas Instrumen……………………………………………………… 57 2. Reliabilitas Instrumen…………………………………………………… 58 H. Teknik Analisis Data………………………………………………………… 59 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS A. Gambaran Umum STAIN Salatiga………………………………………….. 62 1. Gambaran Umum STAIN Salatiga……………………………………… 62 2. Asas, Fungsi dan Tujuan STAIN Salatiga………………………………. 62 3. Visi dan Misi STAIN Salatiga…………………………………………… 64 4. Kurikulum STAIN Salatiga Tahun Akademik 2006/2007………………. 65 5. Kompetensi Lulusan Program Studi Pendidikan Agama Islam (PAI)…… 67 B. Kondisi 68 Subjek………………………………………………………………. C. Paparan Data………………………………………………………………… 71 1. Uji Validitas dan Reliabilitas……………………………………………. 71 2. Analisis Data……………………………………………………………. 73 D. Pembahasan…………………………………………………………………. 81 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan…………………………………………………………………. 84 B. Saran………………………………………………………………………… 85 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP PENULIS DAFTAR TABEL TABEL 1 indikator kompetensi lulusan PTAI………………………………… 12 TABEL 2 indikator kematangan kepribadian………………………………….. 52 TABEL 3 contoh aitem angket………………………………………………… 56 TABEL 4 mata kuliah program studi PAI tahun akademik 2006/2007……….. 65 TABEL 5 kompetensi lulusan PAI dan indikatornya………………………….. 67 TABEL 6 jumlah responden berdasarkan jenis kelamin………………………. 68 TABEL 7 jumlah responden berdasarkan usia………………………………… 69 TABEL 8 jumlah responden berdasarkan asal sekolah……………………….. 69 TABEL 9 jumlah responden berdasarkan pekerjaan orang tua……………….. 70 TABEL 10 jumlah responden berdasarkan pendidikan orang tua…………….. 70 TABEL 11 distribusi frekuensi sub-skala pemahaman diri…………………… 74 TABEL 12 distribusi frekuensi sub-skala hubungan dengan orang lain……… 75 TABEL 13 distribusi frekuensi sub-skala target masa depan…………………. 76 TABEL 14 distribusi frekuensi sub-skala ikhtiar spiritual……………………. 77 TABEL 15 distribusi frekuensi sub-skala ikhtiar non-spiritual……………….. 78 TABEL 16 distribusi frekuensi sub-skala makna hidup………………………. 79 TABEL 17 distribusi frekuensi kematangan kepribadian……………………… 80 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 : angket. Lampiran 2 : tabulasi uji reliabilitas sub-skala pemahaman diri. Lampiran 3 : tabulasi uji reliabilitas sub-skala hubungan dengan orang lain. Lampiran 4 : tabulasi uji reliabilitas sub-skala target masa depan. Lampiran 5 : tabulasi uji reliabilitas sub-skala ikhtiar spiritual. Lampiran 6 : tabulasi uji reliabilitas sub-skala ikhtiar non-spiritual. Lampiran 7 : tabulasi uji reliabilitas sub-skala makna hidup. Lampiran 8 : tabulasi sub-skala pemahaman diri. Lampiran 9 : tabulasi sub-skala hubungan dengan orang lain. Lampiran 10 : tabulasi sub-skala target masa depan. Lampiran 11 : tabulasi sub-skala ikhtiar spiritual. Lampiran 12 : tabulasi sub-skala ikhtiar non-spiritual. Lampiran 13 : tabulasi sub-skala makna hidup. Lampiran 14 : tabulasi kematangan kepribadian. Lampiran 15 : daftar mahasiswa yang sudah mengajukan skripsi. Lampiran 16 : surat izin penelitain. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanggung jawab mendidik anak sangat bergantung pada tiga faktor utama, yaitu lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat. Sekolah menempati posisi kedua setelah lingkungan keluarga yang melanjutkan tugas orang tua dalam mengemban peran pendidikan. Sekolah yang dimaksud di sini adalah seluruh lembaga pendidikan yang berada di semua level dan tingkatan, baik milik pemerintah maupun yang dikelola swasta. Posisi sekolah berubah menjadi lingkungan pertama bagi peserta didik yang telah memasuki usia remaja, sebab waktu mereka lebih banyak dihabiskan di lingkungan sekolah dan komunitas sepermainannya dari pada lingkungan keluarga. Disadari atau tidak, remaja mulai memenuhi kebutuhan sosialnya sendiri dengan cara ini. Usia remaja merupakan masa transisi menuju kedewasaan. Salah satu kondisi kritis yang dialami dan harus mendapat penanganan serius adalah dalam pembentukan dan pengembangan kepribadian. Keadaan jiwa remaja masih sering terombang-ambing oleh pengaruh-pengaruh yang bersumber dari dalam dan luar dirinya. Sedikit saja kesalahan perlakuan yang diberikan maka akan berdampak besar pada penyimpangan perilaku yang mencerminkan kepribadian tersebut. Namun pada kenyataannya, perkembangan remaja tidak selalu bersifat negatif, ada juga perkembangan positif pada periode ini. Pada usia ini, dalam diri remaja juga sudah mulai tumbuh nilai-nilai sosial. Dengan demikian secara kejiwaan mereka sudah memiliki kesiapan (readiness) untuk menerima bimbingan yang mengarahkan kepada pembentukan sikap moral yang merupakan langkah awal dalam pembentukan kepribadian, akan tetapi hal ini tidak mudah terwujud sebab banyak faktor eksternal yang mempengaruhi dan melemahkan pembentukan kepribadian para remaja disamping beberapa faktor internal dari dalam yang juga turut mempengaruhi. Bimbingan ini bisa didapatkan dari berbagi sumber, terutama dari lembaga pendidikan. Salah satu lembaga pendidikan yang tetap eksis dalam mengemban amanat tersebut adalah Perguruan Tinggi Agama Islam (PTAI). PTAI secara struktual, memiliki fungsi melanjutkan estafet keilmuan dari jenjang sebelumnya. Hanya saja dari segi materi pembelajaran PTAI memiliki bentuk yang berbeda yaitu lebih bersifat pengembangkan dan pendalaman wawasan serta keterampilan peserta didik (mahasiswa). Meski demikian, PTAI sebagai salah satu organisasi yang menyediakan layanan pembelajaran bagi masyarakat, tidak hanya berperan dan bertanggung jawab dalam membina, membangun dan mengembangan potensi (SDM) agar lebih berkualitas tapi juga dalam hal pengembangan kepribadian peserta didiknya (mahasiswa). PTAI, dalam pandangan masyarakat, dipercaya sebagai penyelenggara pendidikan yang tidak hanya mumpuni dalam bidang akademik tapi juga mempunyai nilai lebih dibanding dengan lembaga lainnya yakni membekali peserta didik (mahasiswa) dengan ilmu agama yang cukup banyak. Materi pendidikan agama dan nilai-nilai moral diyakini sebagai salah satu aspek penting menuju terbentuknya kepribadian mahasiswa yang matang. Sebagai organisasi sosial, hubungan (relasi) PTAI dengan masyarakat tentunya sangat erat. Ditinjau dari segi lulusan, PTAI “wajib” menghasilkan lulusan (output) yang terjamin kualitasnya sehingga dapat menguntungkan (bermanfaat) bagi masyarakat baik secara finansial maupun sosial. Terkait dengan pentingnya kedudukan output ini, Komariah dan Triana (2005: 2) menyatakan bahwa output merupakan fokus dari ikhtiar pendidikan. Output memiliki tingkat kepentingan tertinggi dalam komponen-komponen sistem pendidikan. Hal ini menjelaskan bahwa kedudukan output sangat sentral dalam rangka menjaga hubungan baik dengan masyarakat. Lebih dari itu kualitas output digunakan sebagai penentu eksistensi PTAI di wilayah tertentu. Akan tetapi kualitas output sering hanya diukur dengan nilai akademik semata. Sikap, perilaku dan ketrampilan kerap dikesampingkan hingga menimbulkan ketidakkomprehensifan dalam pengukuran kompetensi. Padahal tujuan dari pendidikan adalah untuk mengembangkan potensi-potensi peserta didik demi mencapai kedewasaan yang sesuai dengan kepribadian masing-masing. Ditambah dinamika yang terjadi saat ini, dunia kerja menuntut masalah yang menyangkut moral-sosial mendapatkan porsi 90%, sedangkan yang menyangkut aspek intelektual hanya 10%. Ketidakseimbangan yang terjadi tentu saja harus segera mendapatkan penanganan yang serius. Salah satu ikhtiar dalam mengantisipasi masalah tersebut adalah dengan terus mengupayakan pemenuhan tenaga profesional, baik dari segi kuantitas maupun kualitas, yang mempunyai kemampuan dalam memperbaiki dan meningkatkan mutu pendidikan sehingga pengembangan potensi siswa dapat dijaga keseimbangannya serta kebutuhan masyarakat akan tenaga profesional dapat terpenuhi. Namun tentu saja pemenuhan kebutuhan tenaga profesional ini tidak semudah membalik telapak tangan. Perlu adanya bimbingan keprofesian dari lembaga khusus keguruan yang mumpuni di bidangnya. Satu-satunya PTAI di salatiga yang terus mengembangkan sayapnya di bidang pendidikan khususnya pendidikan keguruan adalah STAIN Salatiga. Fokus pada pendidikan keguruan ditekuni dari awal berdirinya. Spesialisasi pendidikan keguruan (jurusan tarbiyah) STAIN Salatiga mempunyai beberapa program studi sebagai pembidangan profesionalitas yang akan diberikan pada mahasiswa calon guru. Mahasiswa jurusan tarbiyah, sebagai calon guru, dibekali dengan berbagai ilmu keguruan mulai dari materi pelajaran, metode pengajaran, dasardasar ilmu pendukung seperti psikologi, sosilogi dan lainnya sampai manajemen kelembagaan. Selain berbekal teori yang matang, mahasiswa juga diberikan praktik langsung lewat pendidikan lapangan yang bertujuan agar mahasiswa calon guru benar-benar memiliki kemampuan memberdayakan peserta didik mereka nanti. Namun demikian, hal yang tak kalah pentingnya adalah kesiapan mental dan moral yang tercermin dari kepribadian mahasiswa calon gurulah yang harus ditekankan, karena sifat kepribadian guru berpengaruh secara langsung terhadap kinerjanya. Widjadipa (2007: 103) memaparkan, sifat kepribadian dari mahasiswa calon guru merupakan alat yang paling prediktif dalam mengukur kinerja guru. Meskipun mahasiswa yang siap wisuda dipandang telah mencapai kematangan spiritual, moral, intelektual, emosional dan sosial secara berimbang, tetapi pada kenyataannya sering sekali terjadi penguasaan teori dan pengandalan rasio secara berlebihan tanpa dibarengi dengan keterampilan konkret, kurangnya pemahaman diri dan penghayatan keagamaan dalam setiap tampilan perilaku dan lain sebagainya. Kurangannya keseimbangan antara aspek satu dengan yang lainnya akan merusak harmonisasi yang membuat kematangan diri mahasiswa tidak komprehensif. Oleh karena itu, dibutuhkan pengetahuan, keterampilan serta pengalaman yang cukup untuk menjadi mahasiswa unggul. Dengan berbekal ilmu, keterampilan serta pengalaman yang cukup, mahasiswa siap wisuda, seyogyanya telah memiliki kesiapan, baik fisik maupun mental, untuk terjun ke masyarakat yakni dunia sosial baru yang lebih riil dan kompleks. Mahasiswa (jurusan tarbiyah) yang sedang mengerjakan skripsi adalah calon „produk jadi‟ STAIN Salatiga. Mahasiswa yang hanya tinggal menyelesaikan skripsi idealnya, telah cukup menguasai kompetensikompetensi tertentu (kompetensi lulusan) yang telah direncanakan, baik dari aspek kognitif, afektif maupun psikomotorik yang siap terjun ke dunia pendidikan serta masyarakat. Kompetensi lulusan hakikatnya suatu keadaan kemampuan mahasiswa yang mengacu pada kriteria-kriteria ideal yang telah ditetapkan. Akan tetapi tentu saja seberapa jauh penguasaannya tergantung individu masing-masing. Profil lulusan STAIN Salatiga yang diharapkan adalah mereka yang menguasai IPTEKS sekaligus hidup dalam nilai-nilai agama (Islam), memiliki kepribadian matang, kesempurnaan dan keseimbangan nilai-nilai moral, sosial dan spiritual yang menyatu. Sudahkah mahasiswa STAIN Salatiga mengevaluasi dan mempersiapkan diri menuju kehidupan selanjutnya dengan kepribadian mantap? atau malah sama sekali tidak memperdulikan aspek kepribadian tersebut?. Berangkat dari paparan latar belakang di atas, peneliti mencoba mengkaji dan mendalami aspek kepribadian mahasiswa dengan melakukan penelitian yang berjudul: “KEMATANGAN KEPRIBADIAN MAHASISWA” (Survei Pada Mahasiswa Progam Studi Pendidikan Agama Islam Angkatan 2006 yang Sedang Mengerjakan Skripsi di Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga Tahun 2010) B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana profil kepribadian mahasiswa STAIN Salatiga? 2. Bagaimana tingkat kematangan kepribadian mahasiswa STAIN Salatiga? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah diatas, penelitian ini bertujuan: 1. Mendeskripsikan profil kepribadian mahasiswa STAIN Salatiga. 2. Mengukur tingkat kematangan kepribadian mahasiswa STAIN Salatiga. D. Manfaat Penelitian 1. Secara teoritik penelitian ini bermanfaat sebagai pengembangan ilmu khususnya dalam bidang kepribadian. 2. Secara praktik penelitian ini bermanfaat: a. Bagi institusi terkait, informasi yang ada dapat dijadikan sebagai bahan rujukan supaya lebih meningkatkan program-program yang menunjang kualitas pendidikan yang berdampak terhadap mutu lulusan yang dihasilkan. b. Bagi praktisi pendidikan di bidang akademik, khususnya bagian kurikulum, informasi mengenai kematangan kepribadian ini akan sangat diperlukan dalam upaya penyusunan dan mengembangkan kurikulum yang mempertimbangkan pengembangan kepribadian dan membekali mahasiswa dengan ketrampilan praktis sesuai dengan kebutuhan institusi, pengguna lulusan (masyarakat), individu serta antisipatif terhadap masa depan. c. Bagi para pendidik, hasil survei ini bermanfaat sebagai masukan dalam rangka mengoptimalkan pelaksanaan pembelajaran, hendaknya mempertimbangkan keberagaman dan pengembangan kepribadian peserta perkuliahan agar setiap peserta mendapatkan treatmen yang tidak berlebihan. d. Bagi pengguna lulusan khususnya dalam bidang pendidikan, informasi yang ada dapat digunakan sebagai bahan rujukan guna mengontrol dan menyeleksi kompetensi apa saja (khususnya kompetensi kepribadian) yang diperlukan guna terwujud profesionalisme. e. Manfaat bagi para pemerhati pendidik dapat dijadikan sebagai bahan acuan dalam mengevaluasi sitem pendidikan dan dapat ikut serta menentukan kompetensi yang diperlukan, khususnya dalam aspek kepribadian, dalam rangka mencapai tujuan pendidikan. f. Hasil survei ini juga dapat digunakan sebagai acuan mahasiswa yang ingin mengetahui dan mengukur tingkat kematangan kepribadian dasar yang harus dicapai sebagai bekal setelah wisuda ketika ingin terjun di masyarakat. Dan diharapkan penelitian survei ini dapat dijadikan acuan bagi mahasiswa yang berminat melakukan penelitianpenelitian selanjutnya yang lebih komprehensif dan kompetitif. BAB II LANDASAN TEORI A. PTAI sebagai Penyelenggara Pendidikan 1. PTAI sebagai Penyelenggara Pendidikan Pendidikan secara hakiki menjadi bagian yang tidak dapat dipisahkan dari berbagai kebutuhan dasar dalam kehidupan manusia. Dalam pengertian umum, pendidikan sering diartikan sebagai usaha pendewasaan manusia. Adapun definisi pendidikan secara lebih konkret, ditinjau dari segi hukum berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional, pasal 1 ayat 1 yaitu “Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi diri untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara” (Usman, 2006: 7). John Dewey dalam Jalaluddin (2001: 65) menyatakan bahwa pendidikan sebagai salah satu kebutuhan, fungsi sosial, sebagai bimbingan, sarana pertumbuhan yang mempersiapkan dan mengembangkan serta membentuk disiplin hidup. Pendidikan merupakan syarat utama yang menentukan kualitas individu. Isjoni (2006: 10) mengungkapkan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan maka semakin berkualitas pola pikir, pola tindak serta pola laku seseorang. Oleh sebab itu pendidikan merupakan barometer bagi kualitas setiap manusia. PTAI adalah lembaga pendidikan tinggi yang identik dengan pengembangan khasanah keilmuan Islam. Selain memasukkan kurikulum umum, PTAI juga mengabdikan diri pada studi keilmuan Islam yang menjadi pijakan utama pengembangan keilmuan dan kurikulumnya. PTAI sebagai perguruan tinggi, mempunyai hak khusus dalam menyelenggarakan pendidikan yaitu berhak menyelenggarakan program akademik, profesi dan/atau vokasi sebagaimana tercantum pada UU tentang Sisdiknas pasal 20 ayat 3. Pada jenjang perguruan tinggi, peserta didik (mahasiswa) diarahkan pada pembidangan studi khusus yang menjadi dasar pengembangan profesionalitas. Kompetensi yang harus dikuasai mencakup aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Bertolak dari paparan tersebut, terlihat jelas bahwa ketiga aspek tersebut merupakan aspek yang harus terus dikembangkan guna mencapai lulusan yang tidak hanya berkualitas dalam segi profesi tetapi juga sebagai manusia yang memiliki kualitas kepribadian yang utuh. Ada empat kompetensi dasar yang harus dimiliki seorang pendidik, yang seyogyanya juga dikuasai oleh calon pendidik, yaitu kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi profesional dan kompetensi sosial. Maka dari itu, sebagai calon guru mahasiswa pun dituntut menguasai kompetensi tersebut. Jadi dapat disimpulkan bahwa PTAI mempunyai peran penting dalam mengembangkan kepribadian mahasiswa dengan program pengembangan kepribadian yang menyatu dalam kompetensi dasar, yang bertujuan agar terbentuk lulusan yang berkualitas. 2. Kompetensi Lulusan PTAI Sudah menjadi pengetahuan umum bahwa setiap tindak pendidikan dan pembelajaran pastilah berujung pada pencapaian kompetensi yang direncanakan. Bloom (Sunarto dan Hartono, 1999: 29) mengemukakan bahwa tujuan akhir dari proses pembelajaran dikelompokkan menjadi tiga, yaitu penguasaan pengetahuan (kognitif), penguasaan nilai (afektif) dan penguasaan keterampilan (psikomotorik). Secara umum, ada tujuh kompetensi dasar yang harus dikuasai oleh lulusan PTAI menurut Furchan, Muhaimin dan Maimun (2005: 1819), ketujuh kompetensi tersebut adalah sebagai berikut: 1. Kompetensi berbahasa Arab. 2. Kompetensi dasar keislaman. 3. Kompetensi berbahasa Inggris. 4. Kompetensi menggunakan komputer. 5. Kompetensi berkaitan dengan sikap kerja (beriman dan bertaqwa kepada Tuhan, disiplin, jujur, teliti, tanggungjawab, kematangan emosi, inovatif dan profesional). 6. Kompetensi bekerjasama dengan orang lain. 7. Kompetensi mengekspresikan diri. Dari sini jelaslah bahwa kepribadian menempati posisi penting sebagai salah satu kompetensi dasar yang harus dikuasai mahasiswa setelah menjalani proses pendidikan. Adapun indikator kompetensi secara khusus yang harus dimiliki lulusan PTAI (Furchan, Muhaimin & Maimun, 2005: 22-25) adalah sebagai berikut: Table. 1 Indikator kompetensi lulusan PTAI Sumber: Buku Kurikulum Berbasis Kompetensi karangan Furchan, Muhaimin & Maimun. Tujuan PTAI Menghasilkan sarjana yang muslim memiliki Kompetensi Lulusan 1. Memiliki Memahami ajaran islam yang pengetahuan normatif dan empiris akidah, tentang islam secara komprehensif. syariah, akhlak serta sejarah kemampuan dan peradaban islam. (kompetensi) akademik 2. General knowledge. dan profesional dalam bidang Memahami pokok-pokok IPS, IPA dan humaniora. 3. Beriman, takwa dan akhlak mulia. ilmu agama islam serta Indikator Kompetensi mampu menerapkannya di masyarakat. 4. Berkepribadian Indonesia. a. Menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya. b. Berpikir, berbicara dan bertindak sesuai dengan nilai-nilai ajaran islam. c. Memiliki rasa tanggung jawab, harga diri, integritas, mampu bersosialisasi, saling menghormati. Bergama, memiliki rasa kebangsaan, kebhinekaan, demokratis, rasa solidaritas sosial. Tujuan PTAI Kompetensi Lulusan 5. Sikap ilmiah. Indikator Kompetensi Cinta ilmu pengetahuan, cinta kebenaran, rasional, kritis, objektif, menghargai pendapat orang lain. 6. Profesional. Mampu melaksanakan pekerjaan secara efektif dan efisien serta memiliki komitmen terhadap mutu hasil pekerjaan. 7. Kewirausahaan. Inovatif, ulet, kreatif, pantang menyerah, adaptif, responsif, mandiri, mempunyai keinginan untuk maju, berani menanggung resiko. 8. Memiliki keterampilan berbahasa Indonesia. a. Mampu menyajikan isi pikiran secara lisan dengan sistematis dan mudah dipahami. b. Mampu menulis karya ilmiah dengan sistematis dan menggunakan bahasa Indonesia yang benar dan baku. Mampu memahami isi buku 9. Memiliki keterampilan teks berbahasa Arab/Inggris berbahasa Arab dan Inggris. tanpa banyak kesulitan. 10. Memiliki keterampilan dalam berpikir. a. Berpikir ilmiah: mampu memecahkan masalah melalui pendekatan ilmiah. b. Berpikir kretif: mampu menemukan alternative baru dalam memecahkan masalah. c. Mengambil keputusan: mampu memilih salah Tujuan PTAI Kompetensi Lulusan Indikator Kompetensi satu dari alterenatif. Mampu mencari, berbagai 11. Memiliki menelola keteramilan dalam dan menyajikan informasi mengolah informasi. secara sistematis, kritis dan objektif. 12. Memiliki keterampilan dalam mengelola sumber daya. 13. Memiliki keterampilan dalam bekerjasama dengan orang lain. Mampu mengelola waktu, manusia, uang dan barang. Mampu bekerja dalam tim, memimpin dan bergaul dengan masyarakat. 14. Memiliki Mampu keterampilan dalam mengoperasikan memanfaatkan teknologi. memelihara memilih, dan perangkat teknologi. Furchan, Muhaimin & Maimun menambahkan, Kurikulum dan Hasil Belajar (KBH) tersebut bersifat tentatif, artinya masing-masing PTAI dapat menambah dan mengurangi dengan catatan harus relevan dengan visi dan misi PTAI serta kondisi kontekstual kekinian. Dari beberapa kompetensi di atas, kompetensi yang berkaitan dengan pengembangan kepribadian khususnya dijabarkan secara cukup gamblang terkait kompetensi yang berhubungan dengan internal maupun eksternal. B. Peran Pendidikan Islam dalam Pengembangan Kepribadian 1. Definisi Pendidikan Islam Pendidikan Islam mempunyai arti luas. Di sekolah-sekolah formal maupun non formal, pendidikan Islam sering diasumsikan pada studi agama seperti aqidah, fikih, hadits, tafsir, Al-Qur‟an, tarikh Nabi dan lain sebagainya. Arti pendidikan Islam menurut Achmadi (1992: 20) adalah “segala usaha untuk memelihara dan mengembangkan fitrah manusia dan sumberdaya insani yang ada padanya menuju terbentuknya manusia seutuhnya (insan kamil) sesuai dengan norma Islam”. Achmadi menambahkan bahwa, pendidikan Islam didasarkan pada konsep manusia. Konsep manusia seutuhnya, dalam pandangan Islam, dapat diformulasikan secara garis besar sebagai manusia beriman dan bertaqwa serta memiliki berbagai kemampuan yang teraktualisasi dalam hubungannya dengan Tuhan, dengan sesama manusia dan dengan alam sekitarnya dengan baik, positif dan konstruktif. 2. Fungsi dan Tujuan Pendidikan Islam Achmadi (1992: 25) menyebutkan ada tiga fungsi pendidikan Islam yaitu: 1. Mengembangkan wawasan yang tepat dan benar mengenai jati diri manusia, alam sekitar dan mengenai kebesaran Ilahi, sehinga tumbuh kretivitas yang benar. 2. Menyucikan diri manusia dari syirik dan berbagai sikap hidup dan perilaku yang dapat mencemari fitrah kemanusiaannya; dengan menginternalisasikan nilai-nilai insani dan Ilahi pada subjek didik. 3. Mengembangkan ilmu pengetahuan untuk menopang dan memajukan kehidupan baik individual maupun sosial. Dalam Al-Qur‟an disebutkan bahwa salah satu fungsi pendidikan Islam adalah fungsi pedagogik yang tersebut dalam Surat Al-Baqarah: 151, yaitu: “sebagaimana Kami telah mengutus kepada kamu sekalian seorang Rosul diantara kamu yang membacakan ayat-ayat Kami kepadamu, menyucikanmu, mengajarkan Al-Kitab dan Al-Hikamah dan mengajarkanmu apa yang belum kamu ketahui”. Jalaluddin (2001: 89-90) menyatakan bahwa tujuan utama pendidikan Islam identik dengan tujuan Islam itu sendiri. Ia juga menyebutkan bahwa tujuan pendidikan Islam ialah agar manusia menjadi pengabdi Allah yang patuh dan setia. Tujuan ini hanya dijadikan dasar dalam merumuskan tujuan pendidikan Islam yang lebih konkret. Dari sini terlihat jelas bahwa tujuan tertinggi pendidikan Islam didasarkan pada aspek keagamaan dan secara operasional dijabarkan dalam tujuan yang lebih konkret (khusus). Sehubungan dengan hal tersebut, secara lebih operasional Achmadi (1992: 63) berpendapat bahwa usaha pendidikan ditujukan untuk mengubah dan mengembangkan manusia menuju arah kesempurnaan dengan bimbingan dan arahan yang berdasarkan pada nilai ketuhanan yang memiliki kebenaran mutlak dan sesuai dengan fitrah (potensi dasar) manusia. Acmadi mengisyaratkan bahwa proses pendidikan ditujukan pada pengembangan peserta didik yang secara garis besar mengacu pada tujuan Islam. Ini berarti bahwa Islam bukanlah agama yang mengajarkan ajaran yang hanya menyentuh aspek doktrin ketuhanan saja, tetapi juga menyentuh pada aspek perubahan dan perkembangan (potensi) pada diri manusia. Allah mengisyaratkan, dalam Surat Ar-Ra‟d ayat 11: “…sesungguhnya Allah tidak akan merubah keadaan suatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka….” Dari ayat di atas dapat dengan jelas diketahui bahwa pengubahan diri merupakan syarat utama jika manusia menginginkan Allah mengubah nasibnya. Jadi aspek pengembangan kepribadian merupakan sentral dari ikhtiar pendidikan, dari itu pendidik dituntut untuk terus menciptakan suasana yang kondusif agar pengembangan kepribadian peserta didik tercapai dengan optimal. Menurut Omar Muhammad Attoumy Asy-syaebani (Achmadi, 1992: 60) tujuan pendidikan Islam memiliki empat ciri pokok yaitu: 1. Sifat yang bercorak agama dan akhlak. 2. Sifat kekomprehensifan yang mencakup segala aspek pribadi sujek didik dan semua aspek perkembangan masyarakat. 3. Sifat berkesinambungan, kejelasan, tidak adanya pertentangan antara unsur-unsur dan cara pelaksanaannya. 4. Sifat realistik dan dapat dilaksanakan, penekanan pada perubahan yang dikehendaki pada tingkah laku dan pada kehidupan, memperhitungkan perbedaan-perbedaan perseorangan antara individu, masyarakat dan kebudayaan di mana-mana dan kesanggupannya untuk berubah dan perkembangan bila diperlukan. Asy-syaebani (Jalaluddin, 2001: 90) juga menegaskan bahwa tujuan pendidikan Islam adalah untuk mempertinggi nilai-nilai akhlak hingga mencapai tingkat akhlak karimah. Tujuan ini sama persis dengan misi kerosulan yang diemban oleh Muhammad bin Abdullah yaitu membimbing manusia menuju kesempurnaan akhlak (akhlak yang mulia). Dari uraian diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa tujuan pendidikan Islam adalah untuk mengembangkan potensi peserta didik agar mencapai kesempurnaan fisik maupun mental, kesempurnaan akhlak dan kesempurnaan keimanan (takwa). Jadi pendidikan Islam secara ideal, menuntun peserta didik yang menuju kematangan yang meliputi aspek individu, sosial maupun spiritual. 3. Peran Pendidikan Islam dalam Pengembangan Kepribadian Manusia dalam pandangan islam, memiliki potensi dasar nan luhur yang merupakan anugerah dan amanat Allah. Potensi dasar tersebut merupakan “bahan mentah” yang harus terus dikembangkan agar menjadi sempurna. Potensi dasar tersebut disebut fitrah. Empat belas abad yang lalu, Al-Qur‟an menjelaskan bahwa Allah telah memberikan fitrah kepada manusia. Fitrah bermakna khilqah yang berarti manusia diciptakan memiliki pembawaan beragama tauhid. Fitrah manusia merupakan pola dasar yang sekaligus menjadi potensi dan pembawaan hakiki manusia. Dalam Surat Al-Rum ayat 30 Allah menjelaskankan tentang fitrah tersebut: “maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah); (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahuinya” Ayat tersebut secara tekstual menegaskan bahwa manusia diciptakan Allah atas fitrah tersebut. Fitrah yang merupakan acuan penciptaan manusia itu berasal dari fitrah Allah. Baharuddin (2005: 20) menganalisis, fitrah merupakan potensi yang ada pada manusia dan berasal dari Allah, oleh karena itu seharusnya fitrah dipandang dari dua sisi pula. Pertama, fitrah yang berhubungan dengan Allah yaitu milik Allah. Kedua, fitrah dalam hubugannya dengan manusia merupakan landasan penciptaan manusia yang kemudian menjadi milik manusia. Dengan kata lain, manusia diciptakan menganut pola tertentu yang disebut fitrah. Teori fitrah menginformasikan bahwa bakat manusia bersifat baik (beragama tauhid) tetapi pada perkembangannya, seorang anak dapat keluar dari bakat tersebut karena pengaruh kedua orang tua (dalam arti luas adalah lingkungan). Nabi Muhammad pernah bersabda: “setiap bayi tidaklah dilahirkan melainkan dalam keadaan fitrah (suci). Maka kedua orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani atau Majusi” (HR. Bukhari) Berdasarkan teori fitrah, Baharuddin (2005: 145) menjelaskan fungsi pendidikan Islam yaitu untuk menjaga dan menumbuh-kembangkan iman anak. Materi dan kurikulum pendidikan Islam harus berusaha memberikan nuansa yang kondusif bagi perkembangan potensi baik anak dan menutupi potensi jahat yang menutupinya. Dengan kata lain, fungsi pendidikan Islam adalah untuk menumbuh-kembangkan iman, bukan mengerosi (mengikis) iman. Achmadi (1992: 63-64) menjelaskan bahwa pencapaian tertinggi yang menjadi tujuan dasar pendidikan Islam yang bersifat mutlak yaitu: a. Menjadi hamba Allah yang bertakwa. Tujuan ini sejalan dengan tujuan penciptaan manusia, yaitu untuk beribadah kepada Allah. Dari itu pendidikan Islam harus mencakup dua hal, yaitu: Pertama, pendidikan harus memungkinkan manusia mengerti Tuhannya, sehingga seluruh rangkaian ibadahnya dilakukan dengan penuh penghayatan akan keesaan-Nya serta senantiasa tunduk pada syariah dan petunjuk Ilahi. Kedua, pendidikan harus menggerakkan kemampuan manusia untuk memahami, memanfaatkan dan menggunakan segala ciptaan Allah untuk mempertahankan iman dan menopang agamanya. b. Mengantarkan peserta didik menjadi khalifatullah fil ard (wakil Tuhan di bumi) yang mampu memakmurkan, membudayakan dan, lebih jauh lagi, mewujudkan rahmat bagi seluruh alam. c. Untuk memperoleh kesejahteraan dan kebahagiaan hidup di dunia sampai akhirat, baik individu maupun masyarakat. Untuk mencapai kebahagiaan hidup di dunia, manusia memerlukan kemampuan untuk memperolehnya berupa ilmu dan ketrampilanketrampilan teknis lainnya. Begitu pula untuk mencapai kebahagiaan akhirat manusia juga memerlukan ilmunya. Sebagaimana ditegaskan dalam hadits yang artinya: “barang siapa meniti suatu jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan memudahkan jalan menuju surga baginya”. (HR. Ahmad) Dalam Surat Al-Mujadallah ayat 11 juga disebutkan: “…Allah meninggikan derajat orang-orang yang beriman dan berilmu pengetahuan beberapa derajat…”. Jadi tegaslah bahwa pendidikan Islam mempunyai peran yang besar dalam mengembangkan kepribadian peserta didik. Melalui pendidikan, peserta didik dibekali ilmu pengetahuan serta ketrampilan sehingga diharapkan mereka dapat menjadi manusia yang mempunyai kepribadian unggul baik secara intelektual, sosial maupun spiritual. C. Kepribadian dalam Perspektif Psikologi 1. Definisi Kepribadian Secara etimologi, kepribadian berasal dari kata personare (Yunani) yang berarti menyuarakan melalui alat. Di zaman Yunani kuno para pemain sandiwara berdialog menggunakan semacam penutup muka (topeng) yang dinamakan persona. Dari kata ini kemudian dipindahkan kedalam bahasa Inggris menjadi personality yang kemudian diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia menjadi kepribadian (Jalaluddin, 2001: 171). Berbicara mengenai pengertian kepribadian, terdapat banyak perbedaan definisi dari para ahli psikologi mengenai isi dan batasannya. Ahmadi dan Sholeh (2005: 150) menjelaskan, perbedaan mengenai bagian yang paling hakiki dari kepribadian dapat ditelaah melalui pandangan filsafat yang digunakan para ahli yang pada akhirnya menentukan pengertian tentang kepribadian tersebut. Lambat laun seiring dengan pesatnya perkembangan teknologi komunikasi, berbagai aliran filsafat itu pun saling melengkapi dan menyempurnakan satu sama lain. Guna memberikan gambaran yang lebih luas mengenai kepribadian berikut ini dikemukakan pendapat-pendapat para ahli, walau tidak seluruhnya, antara lain: Woodworth mengatakan, bahwa kepribadian merupakan kualitas tingkah laku total individu. Senada dengan Woodworth, Dashiell mengartikan kepribadian sebagai gambaran total tentang tingkah laku individu yang terorganisir. Sedangkan Derlega, Winstead dan Jones mengemukakan bahwa kepribadian ialah sistem yang relatif stabil mengenai karakteristik individu, bersifat internal dan berkontribusi terhadap pikiran, perasaan serta tingkah laku yang konsisten (Yusuf LN. dan Nurrihsan, 2007: 3). Carl Gustav Jung menilai, kepribadian sebagai wujud pernyataan kejiwaan yang ditampilkan seseorang dalam kehidupannya. Adapun Gordon W. Allport menyatakan bahwa kepribadian merupakan susunan dinamis psikofisis dalam diri seseorang yang menentukan dirinya dapat atau tidak untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya (Jalaluddin, 2001: 172). Bertolak dari beberapa definisi di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa kepribadian adalah kesatuan sistem (totalitas) psiko-fisik individu, tercermin dalam tampilan tingkah laku yang menentukan caranya yang khas dalam melakukan penyesuaian diri dengan lingkungannya. Dari kesimpulan tersebut dapat dimengerti bahwa kepribadian bukan hanya berkisar pada „struktur dalam‟ berupa aspek fisik dan mental saja tetapi juga mempunyai „struktur luar‟ yakni aspek sosial yang berupa penyesuaian diri terhadap orang lain. Struktur dalam dari kepribadian tampak pada pola pikir, sifat-sifat, warna kulit dan lainnya. Sedangkan struktur luar tampak dari sikap dan tingkah lakunya yang khas dalam merespon keadaan lingkungan di sekitarnya. Kedua struktur ini tentunya harus dipahami sebagai satu kesatuan yang utuh, saling melengkapi dan mempengaruhi. Ditengah masyarakat kita yang syarat akan nilai moral, aspek sosial (penyesuaian diri) sering diterjemahkan sebagai akhlak (sikap moral). Akhlak merupakan struktur luar yang bersifat dinamis dalam menghadapi situasi, kondisi dan perubahan yang terjadi di lingkungan. Akhlak menjadi ukuran keberhasilan seseorang dalam penyesuaian diri dengan keadaan sekitarnya. Seseorang yang mempunyai sikap moral (akhlak) yang baik akan diterima dengan baik pula oleh lingkungan begitu juga sebaliknya. 2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepribadian Dalam Ilmu Jiwa Perkembangan di dunia Barat, ada tiga teori perkembangan, yaitu: a. Teori Nativisme, yang meyakini bahwa perkembangan manusia ditentukan (dipengaruhi) oleh bakatnya, bakat tersebut mempunyai potensi baik maupun jahat. b. Teori Empirisme, mengungkapkan bahwa perkembangan manusia ditentukan lingkungan atau pendidikan, bakat bawaan tidak mempunyai pengaruh sama sekali. Teori ini berasumsi bahwa manusia pada saat dilahirkan seperti kertas putih dan yang akan mewarnainya tergantung oleh lingkungan. c. Teori Konvergensi, mengakui bahwa perkembangan anak ditentukan secara bersama-sama oleh pambawaan bakat dan lingkungan atau pendidikan (Baharuddin, 2005: 144). Jadi, ada dua faktor dasar yang mempengaruhi pembentukan dan perkembangan kepribadian individu yaitu faktor hereditas (bawaan) dan lingkungan. Berikut ini penjelasan kedua faktor tersebut dan hubungan antara keduanya. a. Faktor Hereditas Faktor hereditas memiliki peranan penting dalam pertumbuhan dan perkembangan anak. Seorang anak dilahirkan ke dunia ini membawa berbagai pembawaan yang diwarisi dari orang tua atau nenek moyangnya. Faktor ini memiliki pengaruh langsung maupun tidak langsung pada kepribadian individu. Secara langsung, sifat-sifat yang diwarisi dari orang tua akan menentukan sifat dan temperamen yang dimiliki seseorang, sedangkan secara tidak langsung, bentuk tubuh, warna kulit dan yang lainnya akan mempengaruhi cara anak dalam interaksi dan penyesuaian dirinya terhadap orang lain. Adapun pembawaan utama yang mempengaruhi kepribadian antara lain: bentuk tubuh, raut muka, warna kulit, intelegensi, bakat, sifat/watak dan penyakit (Ahmadi dan Sholeh, 2005: 47). Faktor hereditas menentukan kekhasan individu yang membedakan antara individu satu dengan yang lainnya. Individu yang hidup di tengah lingkungan sosial tidak hanya pasif menerima pengaruh-pengaruh dari luar saja tetapi ia juga merespon pengaruh tersebut. Masing-masing individu akan memberi penghayatan berbeda terhadap lingkungannya. Reaksi mereka pun berbeda antara satu dengan yang lainnya, sesuai dengan pola kepribadian masing-masing. Apakah pengaruh tersebut diterima atau ditolak sangat bergantung pada kualitas dan filter kepribadian yang dimiliki. Sehingga dapat dikatakan respon terhadap stimuli yang sama, antara satu orang dengan yang lain berbeda. b. Faktor Lingkungan Faktor kedua yang sangat berperan dalam pertumbuhan dan perkembangan individu adalah lingkungan. Ahmadi dan Sholeh (2005: 55-56) memaparkan, lingkungan ini terdiri dari lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat dan keadaan alam lingkungan sekitar. Besar kecil pengaruh lingkungan terhadap tumbuh-kembang anak tergantung pada keadaan intern (jasmani dan rohani) serta ekstern individu tersebut. Keluarga merupakan tempat individu diasuh dan dibesarkan. Keluarga adalah lingkungan pertama dan utama bagi pembentukan kepribadian individu. Pola-pola yang dianut oleh keluarga akan dianut pula oleh anak yang pada akhirnya membentuk pola kepribadiannya. Keadaan ekonomi dan kesanggupan orangtua dalam mengasuh anak berpengaruh secara langsung maupun tidak langsung terhadap pertumbuhan jasmaninya. Adapun yang mempengaruhi kepribadian dan kualitas individu secara tidak langsung ialah tingkat pendidikan orang tua. Sedangkan lingkungan sekolah, masyarakat dan faktor alam juga mendukung dalam perkembangan kepribadian. Lingkungan tersebut memberikan stimuli dan pengaruh baik maupun buruk kepada individu. Keadaan sosial, adat kebiasaan, sistem nilai yang dianut masyarakat adalah jimat ampuh yang digunakan dalam mempengaruhi kepribadian individu. Seseorang yang hidup di tengah masyarakat agamis akan memiliki kepribadian agamis pula. Tingkah laku yang ditampilkan, kebiasaan-kebiasaan serta ritual-ritual yang dijalani mencerminkan hal tersebut. Begitu pula dengan orang yang hidup di daerah plural, mereka akan menganut nilai yang tidak jauh berbeda dengan masyarakat di sekitarnya. c. Hubungan antara Hereditas dan Lingkungan Dari paparan diatas telah dijelaskan dua faktor dasar yang mengendalikan perilaku manusia. Di satu pihak kita dihadapkan kenyataan bahwa tindakan-tindakan manusia dibentuk oleh pengaruh sosial, adat kebiasaan, nilai dan norma yang berlaku di masyarakat. Di pihak lain ada fakta yang tak kalah sahihnya bahwa individu tidak hanya pasif menerima pengaruh-pengaruh dari luar dirinya dengan cara seragam, tetapi mereka juga aktif menanggapi dan menyeleksi sesuai pola kepribadian masing-masing. Pada sub-bab ini penulis bermaksud menunjukkan bahwa kedua pandangan ekstrim tersebut bukanlah sesuatu yang harus diperdebatkan. Kita tidak bisa betul-betul dapat membedakan antara pengaruh hereditas dan lingkungan. Dalam praktiknya kedua faktor tersebut saling melengkapi satu sama lain. Pada saat dilahirkan, dapat dikatakan secara cukup meyakinkan bahwa dampak lingkungan sama sekali tidak ada. Bayi memasuki kehidupan jasmani dengan pola genetik yang terdiri dari faktor-faktor yang diturunkan. Sewaktu tumbuh, faktor-faktor turunan ini akan terus menjadi matang dan mempengaruhi jalannya perkembangan. Seseorang tidak berkembang dalam keadaan vakum tetapi dalam dunia yang penuh stimuli. Stimuli lingkungan semacam itu sangat diperlukan bagi perkembangan karena kepribadian individu dihasilkan dari keadaan saling pengaruh antara lingkungan dan jasmani. Jasmani yang diturunkan mengandung berbagai potensi sedangkan lingkungan menentukan bagaimana dan sejauh mana potensi tersebut dapat diwujudkan. Kerangka kepribadian sangat mungkin diturunkan dan merupakan pembawaan tetapi ini merupakan kerangka plastis yang dapat dibentuk dengan bermacam cara oleh pengalaman yang berbeda sewaktu seseorang berkembang. 3. Kepribadian pada Usia Mahasiswa Para ahli sepakat bahwa untuk mengetahui perkembangan psikologis, maka harus menggunakan hal-hal yang bersifat psikologis sebagai landasannya. Dalam masa perkembangan, Kroh (Ahmadi dan Sholeh, 2005: 33) menyatakan bahwa dari fase satu ke fase lain individu mengalami masa-masa kegoncangan. Kegoncangan psikis yang dialami individu umumnya terjadi dua kali, yaitu pada tahun ketiga atau keempat dan pada permulaan masa pubertas. Berdasarkan pendapat tersebut perkembangan individu dapat digambarkan dalam periodesasi berikut: a. Masa kanak-kanak, dari lahir sampai masa kegoncangan pertama. b. Masa keserasian Sekolah, dari masa kegoncangan pertama sampai masa kegoncangan ke dua. c. Masa kematangan, dari masa kegoncangan ke dua sampai akhir masa remaja. Usia remaja tidak dapat ditentukan secara pasti, tetapi umumnya sekitar usia 21 tahun. Adapun perkembangan individu dari sejak lahir hingga dewasa menurut Ahmadi dan Sholeh (2005: 34) dapat digambarkan sebagai berikut: a. Masa usia pra-sekolah, yaitu sekitar umur 0-6 tahun. b. Masa usia sekolah dasar, yaitu sekitar umur 6-12 tahun. c. Masa usia sekolah menengah, yaitu sekitar umur 12-19 tahun. d. Masa usia mahasiswa, yaitu sekitar umur 18-25 tahun. Hurlock (1996: 14-15) berpendapat bahwa rentang kehidupan dibagi menjadi sepuluh tahap yang masing-masing memiliki pola perkembangan dan perilaku tertentu walaupun tidak semua individu melewati setiap tahap secara normal. Masing-masing tahap mempunyai masalah yang harus diatasi sebelum individu masuk ke tahap berikutnya. Kegagalan dalam mengatasi masalah akan berakibat pada kekurangmatangan dan penyesuaian diri yang buruk. Tahap-tahap tersebut adalah: a. Periode prenatal. b. Masa bayi yang baru lahir: dari kelahiran sampai akhir minggu kedua. c. Masa bayi: akhir minggu kedua sampai akhir tahun kedua. d. Masa kanak-kanak awal: dua sampai enam tahun. e. Masa kanak-kanak akhir: enam sampai sepuluh atau dua belas tahun. f. Masa puber/praremaja: sepuluh atau dua belas sampai tiga belas atau empat belas tahun. g. Masa remaja: tiga belas atau empat belas sampai delapan belas tahun. h. Masa dewasa awal: delapan belas sampai empat puluh tahun. i. Masa dewasa madya/pertengahan: empat puluh sampai enam puluh tahun. j. Masa tua/usia lanjut: enam puluh sampai meninggal. Mengacu pada tahap perkembangan yang dipaparkan Hurlock, dapat diidentifikasi bahwa usia mahasiswa termasuk pada periode dewasa awal yang terdapat pada rentang umur antara 18-40 tahun. Menurut Hurlock (1996: 246) masa dewasa awal merupakan masa dimana terjadi penurunan perubahan fisik maupun psikologis. Masa ini merupakan periode penyesuaian diri terhadap pola kehidupan baru dan harapanharapan sosial baru. Senada dengan penggolongan tersebut, Ahmadi dan Sholeh (2005: 45-48) mengemukakan bahwa usia mahasiswa yang berkisar antara 18-25 tahun digolongkan pada masa remaja akhir sampai masa dewasa awal. Mereka juga mengungkapkan, proses pematangan biologis-fisiologis semakin melambat dan pada akhirnya mencapai taraf kematangan. Bersamaan dengan kematangan biologis-fisologis tersebut, penemuan pendirian hidup semakin mantap. Beberapa ahli menggambarkan ini sebagai proses penemuan identitas diri, yaitu diri sebagai penemu dan pelaksana nilai-nilai tertentu. Tugas perkembangan pada usia mahasiswa adalah pemantapan pendirian hidup. Maksudnya ialah pengujian lebih lanjut tentang pendirian hidup serta penyiapan diri dengan bekal kemampuan dan keterampilan yang diperlukan untuk merealisasikan pendirian hidup yang telah dipilihnya. Pengujian sangat penting karena pencapaian pendirian hidup dengan bentuk pasti jarang terjadi. Pengujian pendirian hidup usia mahasiswa dilakukan dengan berbagai kontak sosial dalam berbagai kesempatan. Dengan melakukan kontak sosial, terjadi perubahan secara berkala dari sikap hidup yang idealis menuju sikap hidup yang realistis, namun tidak berarti bahwa usia mahasiswa tidak memiliki idealisme. Mahasiswa umumnya memiliki idealisme yang cukup besar namun merupakan idealisme yang realistik yaitu yang dapat dijelmakan ke dalam tindakan (Ahmadi dan Sholeh, 2005: 45-48) Selain itu, tugas perkembangan pada masa dewasa awal, dipusatkan pada harapan-harapan masyarakat yang mencakup mendapatkan pekerjaan, memilih teman hidup, belajar hidup bersama suami/istri membentuk keluaraga, membesarkan anak-anak, mengelola rumah tangga, menerima tanggung jawab sebagai warga negara dan menggabungkan diri pada kelompok sosial yang cocok (Hurlock, 1996: 252). Dari itu, dapat diambil kesimpulan bahwa usia mahasiswa merupakan usia dewasa awal. Adapun tugas perkembangan yang harus dilakukan mahasiwa pada periode ini adalah menemukan identitas diri, mulai memikirkan masa depan yang menyangkut bidang pekerjaan, berkeluarga maupun bermasyarakat, mulai menyesuaikan dengan pola kehidupan dan harapan-harapan sosial yang baru dan mulai mempersiapkan diri untuk menerima tanggung jawab di lingkungan keluarga, lingkungan pekerjaan serta lingkungan masyarakat. D. Kematangan Kepribadian 1. Kriteria Kematangan Kepribadian Hampir semua teori psikologi membahas tentang kesehatan mental yang pada akhirnya bermuara pada pola kepribadian. Freud dengan psikoanalisanya yang mewakili pandangan tradisional (orthodox), membahas kesehatan mental dengan menggunakan sudut pandang orang yang mengalami gangguan mental. Beberapa tokoh terkemuka seperti Carl Jung, Gordon W. Allport dan Carl Rongers mengecam cara tradisional tersebut. Tokoh-tokoh tersebut merupakan pelopor aliran humanistik (Siswanto, 2007: 154). Allport mengemukakan, kriteria ideal individu yang mempunyai kematangan kepribadian (Sundari HS, 2005: 25) mempunyai beberapa ciri, yaitu: a. Memiliki perluasan wawasan diri (extention of self) yang meliputi proyeksi ke depan yang berupa perencanan serta cita-cita (harapan) untuk kehidupan yang lebih baik masa depan serta mengambil bagian dalam setiap aktivitas/pekerjaan yang ditekuninya. b. Memiliki persepsi yang objektif (self objectification) yang meliputi dua komponen yakni insight dan humor. Insight ialah kecakapan individu untuk memahami dirinya sendiri. Sedangkan humor ialah kecakapan untuk memperoleh kenyamanan diri dalam mempertahankan hubungan dengan orang lain. c. Menyatunya filsafat hidup dalam kehidupan sehari-hari (philosophy of life). Individu yang matang mendasarkan setiap aktifitasnya pada filsafat hidup yang memberikan arti dan tujuan pada kehidupannya. Adapun Schultz (1991: 30-35) dengan analisisnya, menggolongkan kriteria kematangan kepribadian menurut Allport menjadi tujuh kriteria yaitu: a. Memiliki perluasan perasaan diri Ketika diri berkembang, maka perhatian yang mula-mula berpusat pada diri individu meluas menjangkau banyak orang dan benda di sekitarnya serta nilai-nilai dan cita-cita abstrak. Orang yang matang akan mengembangkan perhatian pada masalah-masalah yang ada di luar dirinya dan mulai berinteraksi dengan orang lain. Dengan beriteraksi, seseorang akan mulai membangun hubungan yang hangat dengan orang lain. b. Kehangatan hubungan dengan orang lain Allport membedakan kehangatan hubungan menjadi dua macam yaitu kapasitas untuk keintiman dan kapasitas untuk perasaan terharu. Orang yang matang, memperlihatkan keintiman (cinta) terhadap orang tua, anak, teman akrab dan lain sebagainya. Cinta dari orang yang sehat tanpa syarat dan tidak mengikat. Sedangkan perasaan terharu adalah salah satu pemahaman tentang kondisi dasar manusia dan perasaan kekeluargaan dengan sesama bangsa. Kehangatan hubungan merupakan perluasan perasaan diri yang berkembang dengan baik. Dengan demikian, ia akan mampu berhubungan sekaligus mempertahankannya secara positif terhadap dirinya dan objek-objek lain di luar dirinya sekalipun menyadari ada ketidak harmonisan (humor). c. Kestabilan emosi Pribadi yang matang mampu mengontrol emosi sehingga emosi tersebut tidak mengganggu aktivitas mereka. Kontrol ini bukan merupakan represi, tetapi emosi ini diarahkan kearah yang lebih konstruktif. Mereka juga mampu menerima emosi –emosi orang lain dan tidak berusaha menyembunyikannya. Allport juga menyebut kualitas kestabilan emosi ini dengan “sabar terhadap kekecewaan”. Hal tersebut menunjukkan bagaimana seseorang bereaksi terhadap tekanan dan hambatan. Mereka sabar terhadap kekecewaan tetapi tidak menyerah pada kekecewaan serta memikirkan cara yang berbeda untuk keluar dari kekecewaan tersebut. d. Persepsi yang realistis Orang yang matang memandang dunia secara objektif. Mereka menerima realitas sebagaimana mestinya. Mereka tidak memaksa lingkungan untuk menyesuaikan terhadap persepsi meraka ataupun sebaliknya. e. Keterampilan dan etos kerja yang tinggi Allport menekankan pentingnya pekerjaan dan menenggelamkan diri pada pekerjaan tersebut.keberhasilan dalam pekerjaan merupakan perkembangan dari keterampilan yang dimiliki. Tetapi dalam pekerjaan, yang dibutuhkan tidak hanya keterampilan semata, orang yang matang juga harus mempunyai rasa ikhlas, antusias, melibatkan diri dan bersungguh-sungguh dalam menyelesaikan tugas. Dengan kata lain dalam melaksanakan pekerjaan harus ditopang dengan keterampilan dan etos kerja yang tinggi. f. Pemahaman dan penerimaan diri Kualitas utama dari kematangan kepribadian adalah pemahaman dan penerimaan diri secara obyektif. Pada diri yang matang, dia akan mampu menilai dirinya sendiri seperti orang lain melihatnya (kemampuan insight). Orang yang matang menerima segala yang ada pada diri meraka, termasuk kekurangan dan kelemahan tanpa menyerah secara pasif pada kekurangan dan kelemahan tersebut. g. Mempunyai filsafat hidup yang selalu menyatu dengan tingkah laku dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan kriteria kepribadian yang sehat (matang) menurut Hurlock (Yusuf LN. dan Nurrihsan, 2007: 12-14) sebagai berikut: mampu menilai diri, situasi dan prestasi yang diperoleh secara realistik, menerima tanggung jawab, mandiri (autonomi), dapat mengontrol emosi, berorientasi pada tujuan dan keluar (ekstrovert), diterima secara sosial, memiliki filsafat hidup dan berbahagia. Siswanto (2007: 155) menyimpulkan, sebagian garis besar teoriteori psikologi mempunyai persamaan dalam memberikan kriteria individu yang sehat dan matang secara mental, yaitu individu tersebut mempunyai persepsi „hidup disaat ini‟ dan tidak dibayang-bayangi trauma masa lalu, hidupnya digerakkan oleh tujuan, memiliki persepsi yang objektif, memiliki tanggung jawab terhadap orang lain serta melihat kesempatan sebagai tantangan, bukan ancaman. Berdasar beberapa pendapat di atas, dapat dijabarkan bahwa kriteria kematangan kepribadian, yaitu: a. Memahami diri sendiri (kemampuan insight). b. Memiliki humor yakni kemampuan untuk mempertahankan hubungan dengan orang lain. c. Memiliki cita-cita (tujuan hidup). d. Melakukan usaha untuk mencapai cita-cita. e. Menemukan kebermaknaan hidup dalam setiap aktivitas yang dijalani. 2. Masalah-Masalah yang Dihadapi Orang Dewasa Masa dewasa membawa serta tingkat kematangan tertentu yang tidak selalu merupakan dampak dari pencapaian usia tertentu. orang dewasa cenderung menghadapi beberapa masalah yang lebih kompleks dibandingkan dengan masa-masa sebelumnya. Andrew Mcghie (1996: 106-117) menyebutkan beberapa masalah psikologis yang dihadapi orang dewasa, antara lain: a. Pekerjaan Orang dewasa melakukan pekerjaan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Pekerjaan memberikan situasi dimana orang dewasa mempunyai kemungkinan menemukan kebermaknaan hidup. Tetapi kadang-kadang jenis pekerjaan yang diperoleh bukanlah jenis pekerjaan yang disukai dan sesuai dengan keahliannya. Dalam pekerjaan tersebut, orang dewasa dituntut untuk dapat menunjukkan kemampuannya dalam menyelesaikan tugas-tugas, bersosialisasi dengan baik dan mengatasi hambatan-hambatan untuk mencapai puncak. b. Pendekatan dan pernikahan Orang dewasa juga menghadapi masalah pasangan yang cocok. Seiring dengan bertambahnya usia, kebutuhan akan pasangan pun mulai direncanakan dan dipersiapkan sedemikian rupa. c. Menjadi orang tua Setelah memperoleh pasangan, orang dewasa mulai dihadapkan pada masalah keturunan. Anak merupakan keturunan langsung yang menjadi generasi penerusnya dan bentuk dari perwujudan kasih sayang dari kedua orang tuanya. d. Kehilangan orang yang disayangi Secara psikologis, orang dewasa telah cukup siap menerima tekanan jiwa yang diakibatkan kehilangan sosok yang paling disayangi. Sosok tersebut bisa orang tua, pasangan hidup, saudara, anak dan lain sebagainya. e. Proses menjadi manula Tahap lanjut dari kehidupan dewasa adalah masa manula. Masa ini memerlukan persiapan psikologis maupun fisik. Dari segi fisik, biasanya orang dewasa mulai lebih menjaga kesehatan dengan pola hidup sehat. Dari segi psikologis, orang dewasa mulai mengfokuskan diri dan pikiran pada bidang sosial dan spiritual. E. Kepribadian dalam Persektif Islam 1. Definisi Kepribadian Basaroedin (Baihaqi, 2008: 232-235) memaparkan bahwa ada sembilan istilah khas dalam khazanah keislaman yang dapat dijadikan padanan istilah kepribadian, yaitu: fitrah, nafs, qolb, ruh, aql, basyar, insan, fuad, dan nas. Kemudia dia menganalisis bahwa istilah keislaman yang dapat mewadahi makna kepribadian adalah istilah nafs. Menurutnya, nafs, walaupun cenderung diartikan negatif, tetapi sesungguhnya memiliki potensi positif dan negatif. Lebih lanjut Basaroedin menjelaskan, secara umum nafs, dalam kontek pembicaraan manusia, menunjuk pada sisi dalam manusia yang berpotensi baik dan buruk. Dalam pandangan Al-Qur‟an, nafs diciptakan Allah dalam kedaan sempurna yang berfungsi menampung serta mendorong manusia berbuat kebaikan dan keburukan, dan karena itu sisi dalam manusia inilah yang oleh Al Qur‟an dianjurkan untuk diberi perhatian yang lebih besar. Allah berfirman dalam surat Asy-Syams ayat 7-8: “demi jiwa manusia serta penyempurnaannya (ciptaannya), maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaan” Namun demikian diperoleh pula isyarat bahwa hakikatnya potensi positif manusia lebih kuat dari pada potensi negatifnya, hanya saja daya tarik keburukan lebih kuat dari daya tarik kebaikan. Maka manusia dituntut untuk memelihara kesucian nafs, dan tidak mengotorinya. Dalam surat Asy-Syams ayat 9-10 ditegaskan, “sesungguhnya beruntunglah orang yang menyucikan nafs itu, dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya” Menurut Abduh dalam Baihaqi (2008: 235) nafs pada hakikatnya lebih mudah melakukan hal-hal yang baik dari pada keburukan dan pada dasarnya nafs diciptakan Allah untuk melakukan keabaikan. Dalamal-Qur‟an ditemukan bahwa nafs brfungsi sebagai wadah yang menampung ide/pengetahuan dan kemauan yang keras (13: 11). Perubahan nafs ini merupakan syarat mutlak bagi terjadinya perubahan dunia. Menurut Shihab, selain menampung pengetahuan dan kehendak, dalam juga terdapat nurani yang menuntun manusia menyesali perbuatannya serta merasa berdosa atas kesalahan yang telah diperbuatnya. Lebih lanjut dalam Al-Qur‟an juga terdapat isyarat bahwa nafs juga mewadahi pengetahuan (potensi) yang terdalam, yang tidak disadari oleh pemiliknya. Dalam Surat Thoha ayat 7 disebutkan: “kalau engkau mengeraskan ucapanmu maka sesungguhnya Allah mengetahui karena Dia mengetahui yang rahasia dan yang lebih tersembunyi”. Dari uraian di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa dalam diri manusia mempunyai potensi dasar yaitu baik dan buruk, akan tetapi dalam perkembangannyaa, potensi mana yang lebih dominan tergantung pada kemauan dan usaha orang tersebut untuk mengaktualisasikan potensi tertentu. Aktualisasi dari potensi tersebut, menjadi bentuk kepribadian dari seseorang. 2. Pembentukan Kepribadian Muslim Setiap muslim, sebagai individu, memiliki ciri fisik dan kepribadian yang berbeda satu sama lain, akan tetapi perbedaan tersebut hanya terbatas pada kadar kemampuan seseorang. Atas dasar kemampuan yang dimilikinya itu pula terjadi perbedaan tingkat ketakwaan yang dimiliki. Adanya perbedaan tersebut, selain disebabkan kadar kemampuan juga disebabkan oleh proses pembentukannya (Jalaluddin, 2001: 176). Proses pembentukan kepribadian muslim diarahkan pada tiga dasar pembentukan (Jalaluddin, 2001: 146), yaitu pembentukan kebiasaan, pembentukan pengertian dan pembentukan kerohanian yang luhur. Pembisaan ditujukan bagi pembentukan kecakapan psikomotorik seseorang, seperti sholat, puasa dan sebagainya. Adapun pembentukan pengertian memiliki arti pembentukan sikap dan minat dengan tujuan agar seseorang menghayati dan memahami segala aktivitas yang dilaksanakan. Sedangkan pembentukan kerohanian adalah inti dari kepribadian muslim. Sikap yang dibentuk meliputi kecintaan kepada Allah dan segala sesuatu yang berhubungan dengan-Nya. Secara lebih rinci, Jalaluddin (2001: 183-184) mengemukakan, pembentukan kepribadian muslim secara menyeluruh adalah pembentukan yang meliputi berbagai aspek yaitu: a. Aspek idiil (aspek dasar), dari landasan pemikiran yang bersumber dari ajaran wahyu. b. Aspek materiil (bahan), berupa pedoman dan materi ajar yang terangkum dalam amteri bagi pembentukan akhlak al-karimah. c. Aspek sosial, menitikberatkan pada hubungan yang baik antara sesama makhluk, khususnya sesama manusia. d. Aspek teologi, pembentukan kepribadian muslim ditujukan pada pembentukan nilai-nilai tauhid sebagai upaya untuk menjadikan kemampuan diri sebagai pengabdi Allah yang setia. e. Aspek tujuan, pembentukan kepribadian muslim mempunyai tujuan yang jelas. f. Aspek duratif (waktu), pembentukan kepribadian muslim dilakukan sejak lahir hingga meninggal. g. Aspek dimensional, pembentukan kepribadian muslim didasarkan atas penghargaan terhadap perbedaan individu. h. Aspek fitrah manusia, yaitu pembentukan kepribadian muslim meliputi bimbingan terhadap peningkatan dan pengembangan kemampuan jasmani, rohani dan ruh. 3. Perkembangan Kepribadian Muslim Kepribadian merupakan sosok menyeluruh dari kehidupan jiwa dan raga yang tercermin dalam sikap dan perilaku sehari-hari. Marimba dalam Jalaluddin (2001:145) menjelaskan, dimaksud di sini adalah kepribadian yang mencakup seluruh aspek-aspeknya, yakni tingkah laku luar, kegiatan jiwa, filsafat hidup dan kepercayaan yang menunjukkan pengabdian serta penyerahan diri kepada-Nya. Dalam perkembangan kepribadiannya, manusia berpotensi berkembang menuju arah positif dan negatif. Ke arah mana perkembangan kepribadian tersebut tergantung pada pembentukan dan kualitas pengalaman yang dimilikinya. Basaroedin (Baihaqi, 2008: 245) mengemukakan periodesasi sebagai tolok ukur perkembangan nafs, yakni sebagai berikut: a. Usia 2-7 tahun : an-nafsul amaratun bis-su, yaitu pribadi yang selalu menyuruh pada kejahatan. b. Usia 7-10 tahun : an-nafsul-lawwamah, yaitu pribadi yang menyesali diri. c. Usia 10-15 tahun : an-nafsul-mulhamah, yaitu pribadi yang mampu menyerap dan mengaktualisasikan diri. d. Usia 15-25 tahun : an-nafsul-muthmainnah, yaitu pribadi yang tenang. e. Usia 25-40 tahun : an-nafsur-radhiyah, yaitu pribadi yang sudah ridha/rela terhadap ketentuan Allah. f. Usia 40-60 tahun : an-nafsul-mardhiyah, yaitu pribadi yang sudah diridhai Allah. g. Usia 60-wafat : an-nafsul-kamilah, yaitu pribadi yang sempurna, yang digambarkan seperti pribadi Rosulullah. Berdasarkan tahapan perkembangan kepribadian tersebut, secara jelas Islam mengakui perbedaan perkembangan kepribadian yang dimiliki setiap manusia. Usia mahasiswa, mengacu pada periodesasi di atas, berada pada tingkat keempat yaitu an-nafsul-muthmainnah (pribadi yang tenang). Diri yang mencapai tingkat ini sudah mulai keinginan-keinginan materi dan melupakannya sama sekali. Hijabnya telah terbuka dan dia hanya menuntut kerelaan dan berkat Allah. Pribadi yang berada pada level ini sudah mulai terkendali dan tidak mengeluh (Baihaqi, 2008: 244). 4. Pencapaian Kepribadian Muslim yang Utama Manusia dalam pandangan Islam, mempunyai misi besar yang menyangkut kedudukan manusia tersebut. Misi tersebut adalah sebagai khalifah dan „abid, dan misi itu dapat dicapai dengan usaha pendidikan dan pengajaran menurut konsep Islam (Baharuddin, 2005: 133). Singkatnya, pendidikan Islam merupakan alat untuk mencapai kepribadian utama muslim, yakni sebagai khalifah dan „abid. Secara bahasa, khalifah berarti pemimpin, maksudnya manusia mendapat amanat dari Allah, sebagai wakil-Nya untuk memimpin kehidupan di bumi. Pribadi khalifah, berhubungan dengan kedudukan sebagai makhluk individu sekaligus sosial (hablum minan nas). Dalam surat Al-Baqarah ayat 30 terdapat firman Allah: “dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berkata kepada para malaikat, sesungguhnya aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi ini” Sebagai khalifah, manusia dilengkapi dengan berbagai potensi, antara lain bekal pengetahuan. Firman Allah: … “dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda) seluruhnya…”. (QS. Al-Baqarah: 31) Al-Qur‟an meletakkan kedudukan manusia sebagai khalifah di muka bumi memberikan arti, yaitu untuk membangun dan memakmurkan bumi, sesuai dengan kehendak ciptaan-Nya. Jumali dkk. (2008: 7) menerangkan bahwa pada hakekatnya eksistensi manusia dalam kehidupan ini adalah untuk melaksanakan tugas kekhalifahan. Tugas ini setidaktidaknya dilakoni manusia sendiri dari jalur horizontal dan jalur vertikal. Sedang yang dimaksud „abid ialah ahli ibadah yang hanya menyembah Allah dan menyucikan-Nya dari sesembahan yang lain. Pribadi „abid berhubungan dengan kedudukan manusia sebagai makhluk spiritual (hablum minallah). Menurut Quraish Shihab (Jumali dkk., 2008: 7) seluruh makhluk yang memiliki potensi berperasaan dan berkehendak adalah Abdullah dalam arti miliki Allah. Dalam konteks „abid ini, peran manusia harus disesuaikan dengan kedudukannya sebagai abdi (hamba). Hal ini berarti bahwa manusia harus menempatkan diri sebagai yang dimiliki, tunduk dan taat kepada semua ketentuan pemiliknya, yaitu Allah SWT. Sebagai pernyataan penghambaan diri, manusia harus dapat menempatkan dirinya sebagai pengabdi Allah dengan sungguh-sungguh dan secara ikhlas. Agar manusia dapat melaksanakan tugas dan fungsinya secara optimal, maka Allah membekalinya dengan berbagai potensi yang menopang untuk terwujudnya jabatan khalifah dan „abid tersebut (Baharuddin, 2005: 139). Untuk itulah, sejumlah potensi tersebut harus selalu dikontrol serta dikembangkan ke arah yang tepat. Uraian hakikat manusia dalam pandangan Islam, dengan mengacu pada prinsip penciptaan tersebut, mengindikasikan bahwa manusia adalah makhluk yang berpotensi dan memiliki peluang untuk menerima didikan. Manusia memerlukan bantuan dari luar berupa pemeliharaan, pembinaan dan bimbingan yang diperoleh dari pendidikan. Jadi pada intinya, untuk dapat mencapai kepribadian muslim yang utama, yakni sebagai khalifah dan „abid diperlukan ikhtiar khusus yaitu melalui pendidikan. BAB III RANCANGAN PENELITIAN A. Jenis dan Metode Penelitian Jenis penelitian berdasarkan pendekatannya, secara garis besar dibedakan menjadi dua macam, yaitu penelitian kualitatif dan kuantitatif. Sedangkan berdasarkan tujuannya, penelitian dibedakan menjadi empat macam, yaitu penelitian deskriptif, prediktif, improftif dan eksplanatif. Berdasarkan pendekatan dan tujuan yang telah dikemukakan di atas, penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian deskriptif kuantitatif. Penelitian deskriptif kuantitatif adalah penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan suatu keadaan atau fenomena-fenomena apa adanya tanpa adanya manipulasi atau pemberian perilaku-perilaku tertentu terhadap objek penelitian dan pengumpulan serta analisis datanya menggunakan ukuran, jumlah atau frekuensi (Sukmadinata, 2008: 12-18). Sedangkan metode yang digunakan adalah metode survei. Arikunto (2006: 110) mengemukakan bahwa penelitian survei bukan hanya ditujukan untuk mengetahui suatu gejala, tetapi juga untuk menentukan kesamaan status dengan cara membandingkannya dengan standar yang sudah dipilih dan ditentukan. Suryabarata (2009: 76) mengungkapkan, salah satu tujuan dari penelitian survei adalah untuk mengidentifikasi masalah-masalah atau untuk mendapatkan justifikasi keadaan dan praktek-praktek yang sedang berlangsung. Menurut Muhadjir (1996: 44) survei bertujuan untuk membuat 48 generalisasi, dan sebagian bahkan bertujuan untuk membuat prediksi. Survei lebih banyak menggunakan pendekatan formal dan bersifat inferensial. Adapun metode pengumpulan data yang banyak digunakan pada survei adalah kuesioner. Adapun menurut Sukmadinata (2008: 82), survei digunakan untuk mengumpulkan data atau informasi tentang populasi yng besar dengan menggunakan sampel yang relatif kecil. Adapun karekteristik penelitian ini, yaitu: (1) Informasi dikumpulkan dari sekelompok besar orang untuk mendeskripsikan beberapa aspek atau karakteristik tertentu, (2) Informasi dikumpulkan melalui pengajuan pertanyaan (umumnya tertulis bisa juga lisan) dari suatu populasi, (3) Informasi diperoleh dari sampel, bukan populasi. B. Lokasi dan Waktu Lokasi penelitian dilaksanakan di Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga, dan waktu penelitian dilaksanakan pada tahun 2010. C. Populasi dan Sampel 1. Populasi Populasi adalah kelompok besar individu yang mempunyai karakteristik umum yang sama (Hadjar, 1999: 133). Sukmadinata (2008:250) mengartikan, populasi adalah kelompok besar dan wilayah yang menjadi lingkup penelitian. Adapun populasi menurut Hadeli (2006: 68) adalah keseluruhan objek yang berfungsi sebagai sumber data. Objek penelitian dapat berupa manusia, benda-benda, hewan, tumbuhan, gejalagejala atau peristiwa-peristiwa. Dari ulasan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa populasi adalah kelompok berfungsi sebagai sumber data dan mempunyai karakteristik umum yang sama atau dianggap sama. Dalam penelitian ini populasi yang diteliti adalah semua mahasiswa jurusan PAI angkatan 2006 yang mengerjakan skripsi. 2. Sampel Sampel adalah kelompok kecil individu yang dilibatkan langsung dalam penelitian (Hadjar, 1999: 133). Sedangkan Hadeli (2006: 68) berpendapat bahwa sampel adalah sebagian dari populasi yang dipilih untuk diteliti. Senada dengan kedua pendapat di atas, Sukmadinata (2008:250) mengartikan sampel sebagai kelompok kecil yang secara nyata diteliti dan dapat ditarik kesimpulan dari padanya. Mengenai besarnya pengambilan sampel, tidak ada ketentuan baku yang mengaturnya sebab keabsahan sampel terletak pada kedekatan sifat dan karakteristiknya dengan populasi, bukan jumlah atau banyaknya. Berdasarkan syarat-syarat yang lazim digunakan statistika, pengambilan sampel minimal sebanyak 30 subjek. Sedangkan pendapat lain mengatakan bahwa terhadap populasi yang kurang dari 1000 sampel dapat diambil sebanyak 20-50% (Hadeli, 2006: 68-70). Suryabrata (2009: 37) menambahkan bahwa semakin besar sampel yang diambil akan semakin tinggi taraf representatif sampelnya. Namun ketentuan ini berlaku jika populasi tidak homogen secara sempurna. Jika populasi homogen secara sempurna, maka sampel yang diambil cukup sedikit saja karena besar sampel tidak mempengaruhi taraf representatif sampel. Pengambilan sampel dalam penelitian ini diambil secara incidental sampling. Teknik incidental sampling yaitu yang menjadi sampel adalah individu atau orang-orang yang secara insidental ditemui atau berada di tempat penelitian (Sukmadinata, 2008: 255). Hadeli (2006: 71) menambahkan, pengambilan sampel dengan teknik yang biasa digunakan dalam penelitian survei ini, dilakukan secara sembarang atau dengan kata lain yang dapat dijangkau saja, sampai terpenuhi jumlah yang diinginkan. Berdasarkan uraian di atas, peneliti menetapkan bahwa besar sampel yang diambil sebanyak 33 mahasiswa dengan teknik incidental sampling. Sedangkan kriteria individu yang dapat menjadi sampel adalah mahasiswa regular semester 8 angkatan 2006 yang sedang atau sudah mengerjakan skripsi dan belum menikah. D. Variabel Furchan (2007: 45) mengartikan variabel sebagai atribut yang dianggap mencerminkan atau mengungkapkan pengertian atau bangunanpengertian. Suryabarata (2009: 25-26), secara lebih operasional, menjelaskan bahwa variabel adalah segala sesuatu yang akan dijadikan objek pengamatan penelitian. Variabel diidentifikasi kemudian diklasifikasikan untuk menentukan alat pengambilan data (instrumen) dan metode analisis yang sesuai. Dalam penelitian ini, hanya ada satu variabel yaitu kematangan kepribadian mahasiswa. Untuk meghindari kekurangjelasan dan menyamakan pemahaman antara pembaca dan peneliti, terlebih dahulu perlu adanya definisi operasional pada variabel tersebut. Kepribadian adalah kesatuan sistem (totalitas) psikofisik individu, tercermin dalam tampilan tingkah laku yang menentukan caranya yang khas dalam melakukan penyesuaian diri dengan lingkungannya. Sedangkan yang dimaksud dengan kematangan kepribadian mahasiswa adalah totalitas kedewasaan baik secara fisik maupun psikis yang dimiliki mahasiswa. Adapun indikator dari kematangan kepribadian mahasiswa adalah sebagai berikut: Table. 2 Indikator kematangan kepribadian Kriteria 1. Memahami sendiri. Aspek diri Penilaian, pengetahuan, perasaan dan sikap terhadap potensi diri. 2. Memiliki kemampuan untuk mempertahankan hubungan dengan orang lain. Pengetahuan, perasaan, penilaian dan sikap terhadap orang lain. Indikator a. Menilai diri secara objektif. b. Mengetahui kelebihan. c. Mengetahui kekurangan. d. Merasa bangga terhadap kelebihan. e. Menerima kekurangan. f. Mengembangkan kelebihan yang dimiliki. g. Melatih kekurangan agar menjadi lebih baik. a. Mengetahui perbedaan yang ada. b. Menerima perbedaan sebagai sesuatu yang harus ada. c. Memiliki persepsi yang realistis terhadap Kriteria 3. Memiliki tujuan hidup. 4. Melakukan usaha untuk mencapai tujuan hidup. 5. Menemukan kebermaknaan hidup dalam setiap aktivitas yang dijalani. Aspek Indikator keadaan. d. Dapat menyesuaikan diri dengan baik. e. Dapat mempertahankan hubungan dengan baik. f. Menerima pendapat orang lain dengan terbuka. g. Tidak memaksakan kehendak. h. Dapat bekerjasama dengan orang lain. Memiliki target a. Target studi. b. Target profesi. masa depan. c. Target menikah. Melakukan ikhtiar Ikhtiar spiritual: spiritual dan ikhtiar a. Sholat malam. b. Sholat dhuha. non-spiritual untuk c. Puasa sunah. mencapai target. d. Silaturahmi ulama. e. Dzikir tertentu. f. Shodaqoh/infak. Ikhtiar non-spiritual: a. Menjalin relasi sosial sebanyak-banyaknya. b. Merencanakan studi pengembangan karir. c. Mencari pekerjaan. d. Mencari pasangan hidup. Mengambil nilai a. Berorientasi pada tujuan. b. Cinta pekerjaan. positif dalam setiap c. Memiliki semangat aktivitas. tinggi. d. Bekerjasama dalam menyelesaikan pekerjaan. e. Menyelesaikan pekerjaan dengan optimal. f. Menemukan manfaat pada setiap pekerjaan yang dilakukan. E. Metode Pengumpulan Data 1. Dokumentasi Metode dokumantasi yaitu pencarian data mengenai variabel berupa catatan, transkrip, buku dan sebagainya (Arikunto, 2006: 231). Sukmadinata (2008: 221) menambahkan, Studi dokumenter merupakan suatu analisis pengumpulan data dengan menghimpun dan menganalisis dokumen-dokumen baik dokumen tertulis, gambar maupun elektronik. Metode ini digunakan untuk mencari data tentang profil STAIN Salatiga khususnya pada Program Studi Pendidikan Agama Islam (PAI) dan data mahasiswa angkatan 2006 yang sudah mengajukan judul skripsi yang bersumber dari data akademik STAIN Salatiga. 2. Angket Sukmadinata (2008: 219) memaparkan, angket (questionnaire) merupakan suatu teknik atau cara pengumpulan data secara tidak langsung (peneliti tidak langsung bertanya secara lisan kepada responden). Metode ini digunakan untuk mencari data tentang profil dan tingkat kematangan kepribadian mahasiswa. F. Instrumen Pengukuran Instrumen dari metode angket juga disebut angket. Angket berisi sejumlah pertanyaan atau pernyataan yang harus dijawab/direspon oleh responden (Sukmadinata, 2008: 219). Dalam penelitian pendidikan sering dijumpai pengukuran terhadap objek-objek yang bersifat kejiwaan (psikologis). Untuk mengungkapkan objek tersebut peneliti biasanya menggunakan alat ukur yang berskala (Irianto, 2004: 20). Mengacu pada pendapat Irianto tersebut, dalam penelitian ini peneliti menggunakan bentuk instrumen angket berskala yaitu skala kematangan kepribadian. Skala merupakan teknik pengumpulan data yang bersifat mengukur, karena diperoleh hasil ukur yang berbentuk angka-angka. Dalam skala tidak ada jawaban salah benar, tetapi jawaban terletak dalam satu rentang (skala). Titik pada rentang yang dipilih menunjukkan posisi responden. Penelitian ini menggunakan angket berbentuk skala Likert, berupa pertanyaan atau pernyataan yang jawabannya berbentuk skala deskriptif atau skala garis. Skala deskriptif (descriptive rating scale) berupa pertanyaan atau pernyataan yang jawabannya berbentuk skala persetujuan atau penolakan terhadap pertanyaan yang diajukan (Sukmadinata, 2008: 225-230). Skala Likert diambil dari nama pengembangnya yaitu Rensis Likert. Model Likert menggunakan skala deskriptif (SS, S, R, TS, STS). Dasar dari skala deskriptif ini adalah respon seseorang terhadap sesuatu yang dinyatakan dalam pernyataan persetujuan (setuju-tidak setuju) terhadap suatu objek. Dalam pemberian nilai, setuju terhadap pernyataan bermuatan positif diberi nilai plus, tidak setuju diberi nilai minus, ragu-ragu diberi nilai 0. Untuk memudahkan penilaian, nilai minus dihilangkan dengan menambah masingmasing nilai dengan angka yang sama. Adapun rentang skala dalam skala Likert ini pada dasarnya ganjil dengan rentang 3, karena rentang tersebut membentuk suatu kontinum (garis sambung), tetapi rentangnya bisa diperluas menjadi 5 bahkan 7 atau 9. Rentang yang biasa digunakan Likert adalah 5 (Sukmadinata, 2008: 238-240). Skala kematangan kepribadian yang terbagi dalam enam subbab. Adapun jumlah aitem pada masing-masing subbab adalah sebagai berikut: (1) pemahaman diri sebanyak 22 aitem, (2) hubungan dengan orang lain sebanyak 16 aitem, (3) target masa depan sebanyak 12 aitem, (4) ikhtiar spiritual sebanyak 6 aitem, (5) ikhtiar non spiritual sebanyak 4 aitem dan (6) makna hidup sebanyak 10 aitem. Rentang yang digunakan dalam skala ini adalah 5, dengan notifikasi SS (sangat setuju), S (setuju), R (ragu-ragu), TS (tidak setuju) dan STS (sangat tidak setuju) untuk subbab selain ikhtiar spiritual. Sedangkan untuk subbab ikhtiar spiritual notifikasinya adalah selalu, sering, kadang-kadang, jarang dan tidak pernah. Adapun skor yang digunakan berkisar antara 0-4. Berikut ini contoh aitem yang berupa pernyataan: Table. 3 Contoh aitem angket Jawaban No Pernyataan 1 Saya merasa PD (percaya diri) di setiap kesempatan. G. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen SS S R TS STS Ciri penting yang harus dimiliki oleh setiap alat pengukur yaitu validitas dan reliabilitas. Validitas menunjuk kepada sejauh mana suatu alat mengukur apa yang seharusnya diukur. Sedangkan reliabilitas mengacu kepada sejauh mana alat ukur secara konsisten mengukur apa saja yang diukur. Pentingnya pemeriksaan validitas (kesahihan) dan reliabilitas (keterpercayaan) alat ukur bertujuan agar hasil penelitian serta kesimpulan yang didapat terpercaya (Furchan, 2007: 293). Uji validitas dan reliabilitas berupa try out terpakai, artinya data yang digunakan untuk uji validitas dan reliabilitas merupakan data yang akan dianalisis dalam penelitian. 1. Validitas instrumen Dalam penelitian ini, validitas yang diuji adalah validitas isi. Validitas ini menjawab pertanyaan “sejauh mana aitem-aitem dalam instrumen mencakup keseluruhan kawasan isi objek yang hendak diukur”. Validitas isi merupakan validitas yang diestimasi lewat pengujian terhadap isi instrumen dengan analisis rasional atau lewat professional judgment. Validitas isi terbagi menjadi dua tipe, yaitu face validity (validitas muka) dan logical validity (validitas logik). Validitas muka adalah validitas yang didasarkan pada penilaian pada format penampilan sedangkan validitas logik menunjukkan sejauh mana isi instrumen merupakan representasi dari ciri-ciri atribut yang hendak diukur. Untuk memperoleh validitas yang tinggi instrumen harus dirancang sedemikian rupa sehingga benar-benar berisi hanya aitem yang relevan dan komprehensif (Azwar, 2001: 45-48). Arikunto (2005: 167) menjelaskan, instrumen dikatakan memiliki validitas isi apabila instrumen tersebut secara analisis akal sudah sesuai dengan isi dan aspek yang diungkapkan. Hal tersebut dapat direncanakan pada waktu instrumen akan disusun. Penyusunan instrumen melewati prosedur dengan membuat kisi-kisi terlebih dahulu dan kemudian menyusun butir-butir soal yang didasarkan pada kisi-kisi tersebut. Adapun karakteristik dari validitas sebagaimana dikemukakan Sukmadinata (2008: 228-229) antara lain: a. Validitas menunjuk pada hasil dari penggunaan instrumen. b. Validitas menunjuk pada suatu derajat atau tingkatan (tinggi, sedang atau rendah), bukan valid atau tidak valid. c. Validitas instrumen memiliki spesifikasi tidak berlaku secara umum. 2. Reliabilitas Instrumen Untuk menguji reliabilitas instrumen bukan tes (dalam hal ini angket) peneliti menggunakan teknik sekali uji dengan teknik belah dua. Teknik belah dua mensyaratkan butir soal harus genap dan homogen. Adapun langkah-langkah penggunaan teknik ini (Arikunto, 2005: 172) sebagai berikut: a. Mengujikan instrumen kepada responden. b. Memberikan skor kepada setiap responden untuk setiap pertanyaan. c. Mengelompokkan skor untuk belahan pertama dan ke dua. d. Memberikan kode X untuk skor belahan pertama dan kode Y untuk belahan ke dua. e. Mencari korelasi antara skor X dan Y yang dimiliki oleh setiap individu dengan rumus product-moment Pearson. Hasil perhitungan korelasi Pearson ini merupakan separo tes. f. Untuk memperoleh indeks reliabilitas secara menyeluruh digunakan rumus Spearman-Brown. H. Teknik Analisis Data Data yang terkumpul merupakan data mentah yang harus diolah terlebih dahulu agar dapat diambil kesimpulan. Adapun langkah-langkah pengolahan data (Hadeli, 2006: 91) adalah sebagai berikut: 1. Editing, yaitu memeriksa kembali jawban responden. Apakah sudah sesuai yang diharapkan atau belum. 2. Coding, yaitu memberi kode pada jawaban responden agar memudahkan pemeriksaan. 3. Scoring, yaitu memberi angka pada tiap aitem pada jawaban responden. 4. Tabulation, yaitu memasukan data ke dalam tabel. 5. Menghitung data dengan statistik deskriptif (mencari mean, median dan mode). 6. Membuat interpretasi hasil pengolahan dalam bentuk pernyataan verbal. Data yang diperoleh dari angket berskala berbentuk data interval. Data interval adalah data yang dapat diurutkan atau dirangking kategorinya dan dapat dihitung dengan persis jarak antara satu kategori dengan kategori berikutnya. Langkah awal untuk menganalisis data interval adalah mengelompokkan data dengan membuat distribusi frekuensi kemudian mencari tendensi sentral (mean, median, mode). Adapun langkah-langkah dalam pembuatan distribusi frekuensi (Arikunto, 2005: 294) adalah sebagai berikut: 1. Mengidentifikasi nilai tertinggi dan terendah. 2. Menentukan rentang nilai (range) dengan mengurangkan nilai tertinggi dengan nilai terendah. 3. Menentukan jumlah kelas. Jumlah kelas, sesuai dengan jumlah skala dalam angket, ditetapkan sebanyak lima kelas dengan kategori sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah dan sangat rendah. 4. Menentukan lebar kelas. Lebar kelas dapat dihitung dengan rumus: Lebar kelas = range : jumlah kelas Sedangkan langkah yang harus ditempuh untuk mencari tendensi sentral (Irianto, 2006: 25-30) adalah sebagai berikut: 1. Menentukan mode. Mode adalah skor yang mempunyai frekuensi terbanyak dalam sekumpulan distribusi skor. 2. Menentukan median. Median merupakan skor yang membagi distribusi frekuensi menjadi dua sama besar. Median dapat ditentukan dengan rumus: Md = Bb + i (1/2N - CF) fm Keterangan: Md = median Bb = batas bawah interval yang mengandung median i = interval Fm = frekuensi kelas interval yang mengandung median N = jumlah frekuensi CF = frekuensi komulatif sebelum/dibawah kelas interval yang mengandung median. 3. Menentukan mean (rata-rata). Mean merupakan hasil bagi dari sejumlah skor dengan banyaknya responden. Mean hanya dipakai untuk data yang bersekala interval atau rasio. Untuk skor yang berbentuk kelompok, maka nilai tengah kelompoklah yang akan digunakan untuk menghitung ratarata. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS A. Gambaran Umum STAIN Salatiga 1. Gambaran Umum STAIN Salatiga Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga adalah Perguruan Tinggi Agama Islam Negeri (PTAIN) di bawah naungan Departemen Agama RI. STAIN Salatiga memiliki dua lokasi kampus, Kampus I berlokasi di Jalan Tentara Pelajar Nomor 2 dan Kampus II berlokasi di Jalan Nakula Sadewa VA Nomor 9, Kembang Arum, Salatiga, Jawa Tengah. Lembaga ini merupakan peralihan dari Fakultas Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Walisongo Semarang di Salatiga. Peralihan status tersebut tertuang dalam Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 1997, tanggal 21 Maret Tahun 1997. sebagai sebuah Perguruan Tinggi, lembaga ini memiliki keunikan sejarah, visi dan misi, tujuan serta jati diri. Demikian pula dalam penyelenggaraan seluruh aktivitas pengamalan Tri Dharma Perguruan Tinggi, lembaga juga ini juga memiliki aturan dan pedoman tersendiri. 2. Asas, Fungsi dan Tujuan STAIN Salatiga Dalam menyusun dan mengembangkan program, STAIN Salatiga berasaskan Pancasila dan dasar operasionalnya adalah: a. Undang-undang Dasar 1945. 62 b. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. c. Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 1990 tentang Pendidikan Tinggi. d. Keputusan Presiden Nomor 11 Tahun 1997 tentang Pendirian STAIN. e. Statuta Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga. f. Peraturan-peraturan lain yang terkait. Adapun keberadaan STAIN Salatiga mempunyai fungsi: a. Merumuskan kebijaksanaan dan perencanaan program. b. Menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran ilmu pengetahuan agama Islam dan teknologi serta seni yang bernapaskan Islam. c. Melaksanakan penelitian dalam rangka mengembangkan ilmu-ilmu keislaman dan teknologi serta seni yang bernapaskn Islam. d. Melaksanakan pengabdian kepada masyarakat. e. Melaksanakan pembinaan kemahasiswaan. f. Melaksanakan kegiatan civitas akademika dan hubungan dengan lingkungannya. g. Melaksanakan kerja dengan Perguruan Tinggi dan/atau lembaga lain. h. Melaksanakan pengendalian dan pengawasan kegiatan. i. Melaksanakan penilaian prestasi dan proses peyelenggaraan kegiatan serta penyusunan laporan. Sedangkan tujuan penyelenggaraan pendidikan STAIN Salatiga adalah: a. Menyiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat dan memiliki kemampuan akademik dan/atau profesional yang dapat menerapkan, mengembangkan dan/atau menciptakan ilmu-ilmu keislaman dan teknologi serta seni yang bernapaskan Islam. b. Mengembangkan dan menyebarluaskan ilmu-ilmu keislaman dan/atau teknologi serta seni yang bernapaskan Islam, dan mengupayakan penggunaannya untuk meningkatkan taraf kehidupan masyarakat dan memperkaya kebudayaan nasional. 3. Visi dan Misi STAIN Salatiga Visi STAIN Salatiga adalah: “Menjadi perguruan tinggi yang berkualitas dalam mewujudkan keseimbangan kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual”. Dengan visi tersebut, maka misi yang diemban lembaga ini sebagai berikut: a. Mengantarkan mahasiswa memiliki kemantapan aqidah, kedalaman spiritual, keluhuran akhlak dan keluasan ilmu pengaetahuan. b. Memberikan layanan kepada civitas akademika dan masyarakat dalam menggali ilmu pengetahuan, teknologi dan seni. c. Mengembangkan pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat melalui kinerja internal dan eksternal. d. Mengembangkan college based management dengan melibatkan stake holder dan masyarakat. e. Mewujudkan tempat rujukan dalam keteladanan nilai-nilai Islam dan budaya bangsa. 4. Kurikulum STAIN Salatiga Tahun Ajaran 2006/2007 Kurikulum STAIN Salatiga pada tahun ajaran 2006/2007, sebagai berikut: a. Mata kuliah Pengembangan Kepribadian (MPK). b. Mata kuliah Keilmuan dan Keterampilan (MKK). c. Mata kuliah Keahlian Berkarya (MKB). d. Mata kuliah Perilaku Berkarya (MPB). e. Mata kuliah Berkehidupan Bermasyarakat (MBB). Adapun rincian mata kuliah program studi Pendidikan Agama Islam adalah sebagai berikut: Tabel. 4 Mata kuliah program studi PAI tahun akademik 2006/2007 Sumber: Buku Pedoman Pelaksanaan Pendidikan STAIN Salatiga tahun akademik 2006/2007 NO MATA KULIAH SKS 1 Civic Education 3 2 Bahasa Arab I 6 3 Ilmu Alamiah Dasar 3 4 Sejarah Peradaban Islam 2 5 Ilmu Pendidikan 3 6 Ilmu Jiwa Belajar 3 7 Apresiasi Komputer 0 8 Bahasa Indonesia 2 9 Bahasa Inggris I 3 NO MATA KULIAH SKS 10 Bahasa Arab II 6 11 Ulumul Qur‟an 2 12 Ulumul Hadits 3 13 Ushul Fiqh 3 14 Filsafat Ilmu 2 15 Bahasa Inggris II 3 16 Ilmu Kalam 2 17 Akhlak Tasawuf 2 18 Tafsir 3 19 Hadits 3 20 Ilmu Pendidikan Islam 3 21 Materi Pendidikan Agama Islam I 2 22 Fiqh 3 23 Perencanaan Sistem Pendidikan Agama Islam 3 24 Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam 3 25 Statistik Pendidikan 3 26 Materi Pendidikan Agama Islam 2 27 Tarikh Tasyri‟ 3 28 Penulisan Karya Ilmiah 0 29 Alqur‟an 2 30 Metodologi Studi Islam 3 31 Metode Penelitian 2 32 Administrasi Pendidikan 3 33 Metodologi Pendidikan Islam 2 34 Bahasa Inggris Pengembangan 3 35 Bahasa Arab Pengembangan 3 36 Sosiologi Pendidikan 3 37 Pengembangan Sistem Evaluasi 3 38 Teknologi Pembelajaran 3 NO MATA KULIAH SKS 39 Sejarah Pendidikan Islam 3 40 Filsafat Pendidikan Islam 3 41 Ilmu Jiwa Agama 3 42 Qiraatul Kutub 3 43 Metode Penelitian Pendidikan 3 44 Pemikiran Islam Kontemporer 2 45 Masailul Fiqhiyah Haditsah 3 46 Bimbingan Konseling Islami 3 47 Kapita Selekta Pendidikan 2 48 Pemikiran Pendidikan Islam 3 49 Manajemen Kelembagaan 2 50 Micro Teaching 2 51 Praktikum Pengembangan Profesi 4 52 Praktikum Pengabdian Masyarakat 4 53 Skrisi 6 Jumlah 149 5. Kompetensi Lulusan Program Studi Pendidikan Agama Islam (PAI) Tabel. 5 Kompetensi lulusan PAI dan indikatornya Sumber: Buku Pedoman Pelaksanaan Pendidikan STAIN Salatiga tahun akademik 2009/2010 TUJUAN PRODI Menghasilkan sarjana muslim yang mampu menjadi guru Pendidikan Agama Islam yang profesional pada jenjang pendidikan dasar dan menengah. KOMPETENSI 1. Memahami pendidikan INDIKATOR wawasan a. Menjelaskan dan menguraikan wawasan secara pendidikan umum dan Islam: sejarah, komprehensif. b. 2. Memiliki profesionalisme a. dan keteladanan dalam b. melaksanakan tugas-tugas kependidikan. c. 3. Memiliki sikap reposive, a. inovatif dan kreatif dalam pembelajaran. b. c. 4. Terampil menerapkan teori- a. teori kependidikan dalam melaksanakan pembelajaran b. Pendidikan Agama Islam. c. 5. Menguasai keislaman metodologinya. ilmu-ilmu a. dan b. c. 6. Memiliki sikap demokratis a. dan rasa pengabdian. b. c. 7. Mencintai ilmu pengetahuan a. b. c. d. 8. Mengusai kebahasaan ilmu-ilmu a. b. filsafat, kebijakan, teori, tokoh dan pemikirannya, metodologi dan intuisi. Menjelaskan metodologi pembelajaran Pendidikan Agama Islam: pendekatan, metode, teknik, media dan evaluasi. Menekuni dan mencintai profesinya. Melaksanakan tugas secara efisien dan efektif. Meningkatkan dan mengembangkan profesi. Tanggap terhadap perkembangan inovasi pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Memperbaiki dan meningkatkan kualitas pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Menghasilkan inovasi dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Merencanakan pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Melaksanakan kegiatan pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Mengevaluasi pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Menjelaskan substansi ilmu-ilmu keislaman: tafsir, hadits, sejarah peradaban Islam, fiqh, ilmu kalam dan akhlak. Menjelaskan metode studi ilmu-ilmu keislaman. Mengamalkan ajaran Islam secara benar. Menyampaikan kebebasan berpendapat secara bertanggung jawab. Menghargai pendapat orang lain. Tidak memaksakan kehendak. Meningkatkan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan kemampuan akademik yang telah dimilikinya. Menghargai disiplin ilmu yang dimiliki oleh orang lain. Memperbaiki dan meningkatkan kualitas pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Menghasilkan inovasi dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Mampu menguasai dan menerapkan ilmu bahasa dalam tulisan yang baik dan benar. Mampu membaca, menulis dan menganalisis ilmu bahasa dalam teks naskah berbahasa asing. c. Mampu menguasai strategi listening comprehention, reading texs, writing, grammar dan texs analisis dalam TOEFL. d. Mampu menguasai strategi istima‟, kitabah, qiraah, kalam, analisis nahwu sharaf, tadribat istima‟; tadribat kitabah; tadribat qiraah; tadribat kalam; tadribat analisis nahwu sharaf. B. Kondisi Subjek Mahasiswa program studi PAI angkatan 2006 yang telah mengajukan skripsi tercatat 104 orang, sedangkan yang menjadi responden sampel sejumlah 33 orang. Dilihat dari jenis kelamin, 13 orang responden berjenis kelamin laki-laki dan 20 orang perempuan. Adapun usia responden berkisar antara 21-27 tahun. Gambaran tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel. 6 Jumlah responden berdasarkan jenis kelamin NO JENIS KELAMIN FREKUENSI PERSEN 1 Laki-Laki 13 39,4% 2 Perempuan 20 60,6% 33 100% JUMLAH Tabel. 7 Jumlah responden berdasarkan usia NO 1 2 JENIS KELAMIN Laki-Laki Perempuan USIA FREKUENSI PERSEN ≤21 1 3% 22-23 11 33,3% ≥24 1 3% ≤21 2 6,1% 22-23 15 45,5% ≥24 3 9,1% 33 100% JUMLAH Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa sebagian besar mahasiswa angkatan 2006, baik laki-laki maupun perempuan, berusia 22-23 tahun terbukti dari besarnya persentase pada masing-masing golongan yakni 33,3% untuk laki-laki dan 45,5% untuk perempuan. Adapun latar belakang pendidikan subjek tersaji pada tabel di bawah ini: Tabel. 8 Jumlah responden berdasarkan asal sekolah NO ASAL SEKOLAH FREKUENSI PERSEN 1 MA/MAN/MAK 21 63,6% 2 SMA/SMU 8 24,2% 3 SMK 3 9,1% 4 Tidak menjawab 1 3,1% JUMLAH 33 100% Dilihat dari latar belakang pendidikan, mayoritas subjek berasal dari sekolah yang kental akan nuansa keislaman sehingga mahasiswa sudah memiliki dasar keislaman yang cukup bagus. Sedangkan kondisi sosialekonomi subjek dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel. 9 Jumlah responden berdasarkan pekerjaan orang tua NO PEKERJAAN ORANG TUA FREKUENSI PERSEN 1 Petani 16 48,4% 2 Wiraswasta 11 33,3% 3 Guru/PNS 4 12,1% 4 Pensiunan PNS 1 3,1% 5 Tidak menjawab 1 3,1% 33 100% JUMLAH Kondisi sosial-ekonomi subjek dapat diketahui dengan mudah dari tabel di atas. 48,4% orang tua subjek bekerja sebagai petani, ini berarti mayoritas subjek berasal dari daerah pedesaan dengan tingkat ekonomi yang tidak terlalu tinggi. Pekerjaan orang tua subjek yang tertinggi kedua adalah wiraswasta dengan persentase 33,3% disusul secara berturut-turut guru/PNS dan pensiunan PNS sebesar 12,1% dan 3,1%, dalam hal ini peneliti memaknai bahwa kondisi ekonomi pada tingkat ini juga tidak terlalu tinggi. Adapun latar belakang tingkat pendidikan orang tua adalah sebagai berikut: Tabel. 10 Jumlah responden berdasarkan pendidikan orang tua NO PENDIDIKAN ORANG TUA FREKUENSI PERSEN 1 SD/sederajat 10 30,3% 2 SMP/sederajat 5 15,2% 3 SMA/sederajat 11 33,3% 4 Perguruan Tinggi 5 15,2% 5 Tidak menjawab 2 6% 33 100% JUMLAH Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui tingkat tertinggi pendidikan orang tua adalah SMA/sederajat sebesar 33,3%, disusul SD/sederajat sebesar 30,3%, ada perbedaan walaupun angkanya tidak begitu signifikan. Sedangkan urutan terakhir adalah SMP/sederajat dan Perguruan Tinggi dengan persentase sama tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa latar belakang pendidikan orang tua subjek secara keseluruhan berimbang antara yang tinggi dan yang rendah. Subjek tidak dapat dikatakan mempunyai latar belakang pendidikan orang tinggi maupun rendah karena perbedaan persentase yang muncul tidak terlalu signifikan. Dengan demikian dapat diambil kesimpulan bahwa sebagian besar subjek, baik laki-laki maupun perempuan, berusia 22-23 tahun dan memiliki dasar keislaman yang cukup baik. Adapun kondisi sosial-ekonomi mereka berada pada tingkat tidak terlalu tinggi. Sedangkan latar belakang pendidikan orang tua subjek secara keseluruhan berimbang antara yang tinggi dan yang rendah. C. Paparan Data 1. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen a. Validitas Instrumen Penyusunan instrumen dalam penelitian ini, telah melewati prosedur menyusun indikator kematangan kepribadian terlebih dahulu, baru kemudian menyusun instrumen pengumpulan data. Pengujian validitas isi instrumen menggunakan analisis rasional dengan professional judgment yakni menggunakan pendapat ahli. Setelah melakukan konsultasi instrumen dengan pembimbing penelitian, instrumen dinilai relevan dan sudah mencerminkan indikator yang akan diukur. b. Reliabilitas Instrumen Selain validitas, ciri yang yang harus dimiliki oleh instrumen penelitian adalah reliabilitas. Peneliti menguji reliabilitas instrumen dengan teknik try out terpakai yakni data yang digunakan untuk uji reliabilitas merupakan data yang akan dianalisis dalam penelitian. Dalam hal ini, peneliti mengambil responden sejumlah 43 orang yang terdiri dari 33 orang responden sampel dan 10 orang responden bebas. Responden bebas maksudnya responden yang tidak termasuk dalam populasi. Pemberian estimasi pada uji reliabilitas instrumen ini, peneliti mengacu pada pendapat Azwar (1996:179) bahwa koefisien reliabilitas yang lebih dari 0,30 dianggap sudah memuaskan. Berikut ini analisis uji reliabilitas: 1) Koefisien reliabilitas sub-bab pemahaman diri mendapat hasil 0,82 artinya memiliki tingkat reliabilitas tinggi. 2) Koefisien reliabilitas sub-bab hubungan dengan orang lain mendapat hasil 0,92 artinya memiliki tingkat reliabilitas tinggi. 3) Koefisien reliabilitas sub-bab target masa depan mendapat hasil 0,90 artinya memiliki tingkat reliabilitas tinggi. 4) Koefisien reliabilitas sub-bab ikhtiar spiritual mendapat hasil 0,82 artinya memiliki tingkat reliabilitas tinggi. 5) Koefisien reliabilitas sub-bab ikhtiar non-spiritual mendapat hasil 0,36 artinya memiliki tingkat reliabilitas cukup. 6) Koefisien reliabilitas sub-bab makna hidup mendapat hasil 0,88 artinya memiliki tingkat reliabilitas tinggi. 2. Analisis Data Data penelitian kematangan kepribadian mahasiswa diperoleh dari angket dan dokumen akademik STAIN Salatiga. Mahasiswa angkatan 2006 yang sudah mengajukan judul skripsi tercatat sejumlah 104 orang. Sedangkan sampel yang diambil dengan kriteria yang sudah ditentukan berjumlah 33 orang. Langkah awal untuk menganalisis data interval adalah mengelompokkan data dengan membuat distribusi frekuensi kemudian mencari tendensi sentral (mean, median, mode). a. Pemahaman Diri Pembuatan mengidentifikasi distribusi frekuensi diawali nilai tertinggi dan terendah. dengan Dari sub-skala pemahaman diri, tersaji nilai hipotetik tertinggi 88 dan nilai terendah 0. Range untuk kedua nilai tersebut adalah 88, sedangkan jumlah kelas adalah 5 kelas dengan kategori: Kelas pertama : Sangat Tinggi. Kelas kedua : Tinggi. Kelas ketiga : Sedang. Kelas keempat : Rendah. Kelas kelima : Sangat Rendah. Penentuan lebar kelas berdasarkan range dan jumlah kelas di atas, diperoleh dengan perhitungan sebagai berikut: Lebar kelas = 88 : 5 = 17,6 (dibulatkan menjadi 18) Mengacu pada pendapat Irianto (2006: 12), pembulatan selalu ke atas walaupun angka dibelakang koma kecil karena pembulatan ke bawah akan menanggung resiko yaitu kemungkinan ada data yang tidak masuk dalam kelompok yang telah ditentukan. Sajian data secara utuh dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel. 11 Distribusi frekuensi sub-skala pemahaman diri NO INTERVAL (X) (F) FX CF PERSEN 1 72-89 80,5 8 644 33 24,24% 2 54-71 62,5 25 1562,5 25 75,76% 3 36-53 44,5 - - - - 4 18-35 26,5 - - - - 5 0-17 8,5 - - - - 33 2206,5 JUMLAH Keterangan: X = titik tengah F = frekuensi FC = frekuensi komulatif 100% Dengan melihat distribusi frekuensi diatas, dapat diketahui dengan jelas bahwa mode dari distribusi frekuensi tersebut adalah 62,5 yang terletak pada interval 54-71, dengan demikian kecenderungan pamahaman diri mahasiswa berada pada kategori tinggi. Adapun dilihat dari perhitungan median dan mean pada distribusi frekuensi di atas, berturut-turut adalah 65,38 dan 66,86 ini berarti rata-rata mahasiswa berada pada kelas kedua sehingga dapat dikatakan bahwa tingkat pemahaman diri mahasiswa cukup tinggi. b. Hubungan dengan Orang Lain Hasil dari sebaran skor sub-skala hubungan dengan orang lain, tersaji nilai tertinggi 64 dan nilai terendah 0. Range untuk kedua nilai tersebut adalah 64, sedangkan jumlah kelas adalah 5 kelas. Adapun penentuan lebar kelas berdasarkan range dan jumlah kelas di atas, diperoleh dengan perhitungan sebagai berikut: Lebar kelas = 64 : 5 = 12,8 (dibulatkan menjadi 13) Tabel. 12 Distribusi frekuensi sub-skala hubungan dengan orang lain NO INTERVAL (X) (F) FX CF PERSEN 1 52-65 58 2 116 33 6,06% 2 39-51 45 28 1260 31 84,85% 3 26-38 32 3 96 3 9,09% 4 13-25 19 - - - - 5 0-12 6 - - - - 33 1472 JUMLAH 100% Dengan melihat distribusi frekuensi diatas, dapat diketahui secara langsung bahwa modenya adalah 45 yang terletak pada interval 39-51 dengan demikian, kecenderungan hubungan sosial mahasiswa berada pada kategori tinggi. Sedangkan median dan meannya adalah 44,74 dan 44,61, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa rata-rata mahasiswa memiliki tingkat hubungan sosial dengan orang lain yang berada pada kategori tinggi juga. c. Target Masa Depan Dari skor sub-skala target masa depan, tersaji nilai hipotetik tertinggi 48 dan nilai terendah 0. Rentang (range) untuk kedua nilai tersebut adalah 48, sedangkan jumlah kelas adalah 5 kelas. Penentuan lebar kelas berdasarkan range dan jumlah kelas di atas, diperoleh dengan perhitungan sebagai berikut: Lebar kelas = 48 : 5 = 9,6 (dibulatkan menjadi 10) Tabel. 13 Distribusi frekuensi sub-skala target masa depan NO INTERVAL (X) (F) FX CF PERSEN 1 40-49 44,5 14 623 33 42,4% 2 30-39 34,5 19 655,5 19 57,6% 3 20-29 24,5 - - - - 4 10-19 14,5 - - - - 5 0-9 4,5 - - - - 33 1278,5 JUMLAH 100% Dari perhitungan mode, median dan mean diketahui nilainya berturut-turut adalah 34,5, 38,5 dan 38,74 yang semuanya terdapat pada kelas kedua. Ini menunjukkan bahwa kecenderungan mahasiswa memiliki perencanaan yang matang untuk masa depan mereka. Terbukti dengan perhitungan mode, median dan mean yang berada pada kelas kedua yaitu kategori tinggi d. Ikhtiar Spiritual Hasil dari skor hipotetik sub-skala ikhtiar spiritual, tersaji nilai tertinggi 24 dan nilai terendah 0. Range untuk kedua nilai tersebut adalah 24, sedangkan jumlah kelas adalah 5 kelas, sedangkan lebar kelas berdasarkan range dan jumlah kelas di atas, adalah: Lebar kelas = 24 : 5 = 4,8 (dibulatkan menjadi 5) Tabel. 14 Distribusi frekuensi sub-skala ikhtiar spiritual NO INTERVAL (X) (F) FX CF PERSEN 1 20-24 22 2 44 33 6,1% 2 15-19 17 10 170 31 30,3% 3 10-14 12 16 192 21 48,5% 4 5-9 7 5 35 5 15,1% 5 0-4 2 - - - 33 441 100% JUMLAH Dengan melihat distribusi frekuensi diatas, dapat diketahui bahwa modenya adalah 12 yang terletak pada kelas ketiga, dengan demikian mayoritas mahasiswa melakukan usaha spiritual untuk mencapai cita-cita/target masa depan berada pada kategori sedang. Adapun median dari distribusi frekuensi di atas adalah 13,1 yang terletak pada kelas ketiga, dengan demikian setengah dari jumlah keseluruhan mahasiswa melakukan usaha spiritual untuk mencapai cita-cita/target masa depan berada pada kategori sedang. Sedangkan meannya adalah 13,36 yang terletak pada kelas kedua, ini berarti rata-rata mahasiswa melakukan usaha spiritual untuk mencapai keinginan/target berada pada kategori sedang juga. e. Ikhtiar Non-Spiritual Hasil dari sebaran skor hipotetik sub-skala ikhtiar non-spiritual, tersaji nilai tertinggi 16 dan nilai terendah 0. Range untuk kedua nilai tersebut adalah 16, sedangkan jumlah kelas adalah 5 kelas. Penentuan lebar kelas berdasarkan range dan jumlah kelas di atas, diperoleh dengan perhitungan sebagai berikut: Lebar kelas = 16 : 5 = 3,2 (dibulatkan menjadi 4) Tabel. 15 Distribusi frekuensi sub-skala ikhtiar non-spiritual NO INTERVAL (X) (F) FX CF PERSEN 1 16-19 17,5 3 52,5 33 9,1% 2 12-15 13,5 21 283,5 30 63,6% 3 8-11 9,5 9 85,5 9 27,3% 4 4-7 5,5 - - - - 5 0-3 1,5 - - - - 33 421,5 JUMLAH 100% Dari perhitungan mode, median dan mean diketahui nilainya berturut-turut adalah 13,5, 12,94 dan 12,77 yang semuanya terdapat pada kelas kedua. Ini menunjukkan bahwa usaha non-spiritual yang dilakukan mahasiswa cukup intensif untuk meraih cita-cita mereka. Ini berarti mayoritas mahasiswa melakukan usaha dengan sungguhsungguh demi mencapai masa depan yang diharapkan. f. Makna Hidup Hasil dari sebaran skor sub-skala makna hidup, tersaji nilai tertinggi 40 dan nilai terendah 0. Range untuk kedua nilai tersebut adalah 40, sedangkan jumlah kelas adalah 5 kelas. Penentuan lebar kelas berdasarkan range dan jumlah kelas di atas, diperoleh dengan perhitungan sebagai berikut: Lebar kelas = 40 (+1) : 5 = 8,2 (dibulatkan menjadi 9) Tabel. 16 Distribusi frekuensi sub-skala makna hidup NO INTERVAL (X) (F) FX CF PERSEN 1 36-44 40 6 240 33 18,2% 2 27-35 31 24 744 27 72,7% 3 18-26 22 3 66 3 9,1% 4 9-17 13 - - - - 5 0-8 4 - - - - 33 JUMLAH 1050 100% Dari perhitungan mode, median dan mean diketahui nilainya berturut-turut adalah 31, 30,98 dan 31,82 yang semuanya terdapat pada kelas kedua. Ini menunjukkan bahwa mayoritas mahasiswa mamiliki kecenderungan tinggi dalam memahami dan menghayati setiap aktifitas dengan penuh kebermaknaan. Dengan demikian, mahasiswa memiliki orientasi yang jelas, semangat serta motivasi yang tinggi dalam setiap kegiatan yang mereka jalani dan selalu belajar dari kegagalan. g. Kematangan Kepribadian Dari keseluruhan aitem, tersaji nilai hipotetik tertinggi 280 dan nilai terendah 0. Range untuk kedua nilai tersebut adalah 280, sedangkan jumlah kelas adalah 5 kelas, dengan kategori: Kelas pertama : Sangat Tinggi. Kelas kedua : Tinggi. Kelas ketiga : Sedang. Kelas keempat : Rendah. Kelas kelima : Sangat rendah. Penentuan lebar kelas berdasarkan range dan jumlah kelas di atas, diperoleh dengan perhitungan sebagai berikut: Lebar kelas = 280 (+1) : 5 = 56,2 (dibulatkan menjadi 57) Tabel. 17 Distribusi frekuensi kematangan kepribadian NO INTERVAL (X) (F) FX CF PERSEN 1 228-284 256 4 1024 33 12,1% 2 171-227 199 29 5771 29 87,9% 3 114-170 142 - - - - 4 57-113 85 - - - - 5 0-56 28 - - - - 33 6795 JUMLAH 100% Dengan melihat distribusi frekuensi diatas, dapat diketahui bahwa mode dari distribusi frekuensi tersebut adalah 199 yang terletak pada kelas kedua, dengan demikian mayoritas mahasiswa cenderung memiliki tingkat kematangan tinggi. Adapun median dari distribusi frekuensi di atas adalah 202,99 yang terletak pada kelas kedua, dengan demikian setengah dari jumlah keseluruhan mahasiswa memiliki tingkat kematangan pada posisi tinggi. Sedangkan meannya adalah 205,91 yang terletak pada kelas kedua juga, ini berarti rata-rata mahasiswa mempunyai tingkat kematangan kepribadian yang tingggi pula. Adanya kesamaan kelas pada perhitungan mean, median dan modus ini menunjukkan bahwa distribusi frekuensi tersebut memiliki kurva normal. D. Pembahasan Berdasarkan perhitungan mode, median dan mean, mayoritas mahasiswa memiliki kecenderungan pemahaman diri pada kelas tinggi. Adapun pada aspek hubungan sosial dengan orang lain, mahasiswa berada pada kelas kedua dengan kategori tinggi juga. Ini berarti bahwa tingkat pemahaman diri dan tingkat hubungan antar personal yang dimiliki mahasiswa sudah cukup baik. Sedangkan pada aspek target masa depan, ikhtiar non-spiritual serta kebermaknaan hidup, mode, median dan meannya juga menunjukkan kelas yang sama, berarti mayoritas mahasiswa memiliki kecenderungan tinggi pada aspek-aspek tersebut. Akan tetapi ketika dilihat dari aspek ikhtiar spiritual, mahasiswa berada pada kelas yang sedang, posisi mahasiswa yang berada pada kelas sedang menunjukkan bahwa tingkat tersebut juga tidak terlalu rendah. Meskipun demikian, ini sungguh disayangkan karena kematangan pada aspek-aspek tertentu tidak dibarengi dengan kematangan dibidang spiritual. Adapun kematangan kepribadian mahasiswa secara keseluruhan, berdasarkan perhitungan mean, median dan mode menunjukkan kelas interval yang sama, yaitu kelas tinggi, berarti mahasiswa yang sudah akan wisuda kepribadiannya cukup matang. Dari keenam aspek kematangan kepribadian mahasiswa tersebut, perkembangan yang ditunjukkan cukup seimbang; walaupun pada aspek ikhtiar spiritual berada pada kategori sedang tetapi masih merupakan tingkat yang wajar. Dengan demikian, gambaran umum kepribadian mahasiswa calon out put STAIN Salatiga secara keseluruhan adalah memiliki kematangan yang cukup seimbang antara aspek satu dengan yang lainnya. Paparan di atas merupakan profil kepribadian mahasiswa yang menjawab pertanyaan penelitian yang pertama yaitu: “Bagaimana profil kepribadian mahasiswa STAIN Salatiga?”. Sedangkan untuk menjawab pertanyaan penelitian yang kedua, yaitu “Bagaimana tingkat kematangan kepribadian mahasiswa STAIN Salatiga?” hasil temuan dari penelitian ini diketahui tingkat kematangan kepribadian mahasiswa STAIN Salatiga adalah tinggi. Menanggapi hasil temuan tersebut, Ahmadi & Sholeh (2005: 45) mengatakan bahwa mahasiswa yang berkisar antara 18-25 tahun masih termasuk pada periode dewasa dini/awal dimana pada periode ini terjadi proses penemuan identitas diri. Adapun tugas perkembangan pada usia mahasiswa adalah pemantapan dan pengujian lebih lanjut tentang pendirian hidup serta penyiapan diri dengan bekal kemampuan dan keterampilan yang diperlukan untuk merealisasikan pendirian hidup yang telah dipilihnya. Mengenai periode ini Hurlock (1996: 272) mengungkapkan bahwa masa dewasa awal ini merupakan masa yang penuh masalah dan ketegangan emosional, akan tetapi terjadi pula perubahan nilai-nilai, kreatifitas dan penyesuaian diri pada lingkungan yang baru. Disini mahasiswa STAIN Salatiga telah cukup berhasil dalam menghadapi masalah-masalah tersebut yang ditunjukkan pada tingkat kematangan kepribadian mahasiswa yang tinggi. Hurlock (1996: 14-15) menjelaskan bahwa kegagalan dalam mengatasi masalah akan berakibat pada kekurangmatangan dan penyesuaian diri yang buruk. Ditinjau dari latar belakang pendidikan dan sosial-ekonomi orang tua, subjek penelitian memiliki latar belakang yang cukup beragam dan seimbang. Isjoni (2006: 10) mengungkapkan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan maka semakin berkualitas pola pikir, pola tindak serta pola laku seseorang. Oleh sebab itu pendidikan merupakan barometer bagi kualitas setiap manusia. Tingginya tingkat pendidikan orang tua mencerminkan kualitas orang tua yang dapat mempengaruhi kualitas pembentukan kepribadian anak. Adapun tingkat pendidikan orang tua subjek yang cenderung seimbang antara yang tinggi dan rendah mengindikasikan bahwa pengasuhan terhadap anak yang berimbas pada kualitas pembentukan kepribadian anak juga tergolong cukup baik, berarti pertumbuhan kepribadiannya di lingkungan keluarga berlangsung cukup normal. Sedangkan ditinjau dari segi tingkat sosial-ekonomi yang cenderung berada pada kelas menengah ke bawah, memiliki keuntungan tersendiri bagi pembentukan kepribadian mahasiswa yaitu tingkat berhubungan sosial mahasiswa dengan orang lain memiliki kecenderungan cukup baik. BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil temuan pada penelitian tentang kematangan kepribadian mahasiswa ini, dapat disimpulkan bahwa: 1. Kepribadian mahasiswa STAIN Salatiga memiliki tingkat kematangan tinggi. 2. Mahasiswa STAIN Salatiga cukup baik dalam memahami diri. 3. Mahasiswa STAIN Salatiga memiliki tingkat hubungan sosial yang cukup baik. 4. Mahasiswa STAIN Salatiga memiliki perencanaan masa depan yang matang. 5. Mahasiswa STAIN Salatiga tidak begitu intensif dalam melakukan ikhtiar secara spiritual. 6. Mahasiswa STAIN Salatiga cukup intensif dalam melakukan ikhtiar non spiritual dalam rangka merealisasikan rencana masa depan mereka. 7. Mahasiswa STAIN Salatiga memberikan penghayatan hidup yang menyatu dalam pelaksanaan aktifitas sehari-hari. 84 B. Saran Hasil penelitian survei ini merupakan data awal yang harus terus dikembangkan supaya lebih bermanfaat bagi banyak pihak. Kesimpulan dari hasil penelitian ini hendaknya ditindaklanjuti oleh: 1. STAIN Salatiga khususnya dan PTAIN pada umumnya, supaya terus meningkatkan perannya dalam mengembangkan program-program untuk mengembangkan kepribadian mahasiswa. 2. Para pendidik agar lebih memperhatikan aspek pemgembangan kepribadian dan menerapkannya dalam proses kegiatan belajar mengajar (KBM). 3. Praktisi pendidikan bidang akademik khususnya bagian kurikulum, agar mempertimbangkan aspek perkembangan kepribadian peserta didik dalam penyusunan kurikulum. 4. Bagi peneliti selanjutnya agar menggali dan mengembangkan penelitian tentang kepribadian yang bertolak dari data survei ini, sebagai tindak lanjut penelitian dengan mengembangkan variabel dan metode penelitian. Penelitian ini merupakan penelitian yang masih memerlukan banyak koreksi dan pembenahan. Akhirnya, segala kritik dan saran yang membangun dari berbegai pihak sangat penulis harapkan demi meningkatkan kualitas penelitian ini. DAFTAR PUSTAKA Achmadi. (1992). Islam sebagai Paradigma Ilmu Pendidikan. Yogyakarta: Aditya Media dan IAIN Walisongo Press. Ahmadi, A. & Munawar S. (2005). Psikologi Perkembangan. Jakarta: Rineka Cipta. Arikunto, S. (2005). Manajemen Penelitian. Edisi revisi. Jakarta: Rineka Cipta. . (2006). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Edisi revisi. Jakarta: Rineka Cipta. Azwar, S. (1996). Tes Prestasi: Fungsi dan Pengembangan Pengukuran Prestasi Belajar. Edisi III. Yogyakarta: Puataka Pelajar. . (2001). Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Baharuddin. (2005). Aktualisasi Psikologi Islami. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Baihaqi, MIF. (2008). Psikologi Pertumbuhan: Kepribadian Sehat untuk Mengembangkan Optimisme. Bandung: Remaja Rosdakarya. Furchan, A. (2007). Pengantar Penelitian dalam Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Furchan, A., Muhaimin & Agus M. (2005). Pengembangan Kurukulum Berbasis Kompetensi di PTAI. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Hadeli. (2006). Metode Penelitian Kependidikan. Jakarta: Quantum Teaching. Hadjar, I. (1999). Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Kwantitatif dalam Pendidikan. Jakarta: Rajagrafindo Persada. Hurlock, E. B. (1996). Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Diterjemahkan oleh: Iswidayanti & Soedjarwo. Jakarta: Erlangga. Isjoni. (2006). Pendidikan sebagai Investasi Masa Depan. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. Jalaluddin. (2001). Teologi Pendidikan. Jakarta: Rajagrafindo Persada. Komariah, A. & Cepi T. (2005). Visionary Leadership: Menuju Sekolah Efektif. Jakarta: Bumi Aksara. Mcghie, A. (1996). Penerapan Psikologi dalam Perawatan. Diterjemahkan oleh: Pattinasarany. Yogyakarta: Andi dan Yayasan Esentia Medica. Muhadjir, N. (1996). Metodelogi Penelitian Kualitatif. Edisi III. Yogyakarta: Reka Srasin. Schultz, D. (1991). Psikologi Pertumbuhan: Model-Model Kepribadian Sehat. Diterjemahkan oleh: Yustinus. Yogyakarta: Kanisius. Siswanto. (2007). Kesehatan Mental: Konsep, Cakupan dan Perkembangannya. Yogyakarta: Andi. Sukmadinata, N. S. (2008). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya. Sundari HS., S. (2005). Kesehatan Mental dalam Kehidupan. Jakarta: Rineka Cipta. Sunarto & Agung B. H. (1999). Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Rineka Cipta dan Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Suryabrata, S. (2009). Metodologi Penelitian. Jakarta: Rajawali Pers. Widjadipa, S. (2007). Kontribusi Sifat Kepribadian terhadap Kinerja Mengajar Guru. Jurnal Attarbiyah, No. 2 tahun XVIII 102-133. Usman, H. (2006). Manajemen: Teori, Praktik dan Riset Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Yusuf LN., S. & Ahmad J. N. (2007). Teori Kepribadian. Bandung: Remaja Rosdakarya. Peraturan Pemerintah RI. No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Jakarta: Cemerlang. Lampiran 1. ANGKET Petunjuk pengisian: 1. Berilah tanda silang (X) pada salah satu jawaban yang paling sesuai dengan keadaan Anda. 2. Tidak ada jawaban yang benar atau salah dalam soal di bawah ini. 3. Pengisian angket ini tidak mempengaruhi nilai akademik Anda. 4. Mohon diisi dengan jujur. 5. Keterangan: SS (sangat sesuai), S (sesuai), R (ragu-ragu), TS (tidak sesuai), STS (sangat tidak sesuai). 6. Terima kasih atas kesediaan Anda menjadi responden. A. Profil Responden 1. Nama : ……………………………………………………. 2. Jenis Kelamin : ……………………………………………………. 3. Umur : ……………………………………………………. 4. Alamat : ……………………………………………………. 5. Tempat tinggal : ……………………………………………………. 6. Anak ke- : ……………………………………………………. 7. Jumlah saudara : ……………………………………………………. 8. Pekerjaan ayah : ……………………………………………………. 9. Pendidikan ayah : ……………………………………………………. 10. Pekerjaan ibu : ……………………………………………………. 11. Pendidikan ibu : ……………………………………………………. 12. Asal Sekolah : ……………………………………………………. 13. IP terakhir/IPK : …………………………………………………… 14. Pengalaman organisasi: ………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………… B. Pemahaman Diri No Pernyataan 1 Saya merasa PD (percaya diri) di setiap kesempatan. Saya sudah bersikap adil dalam menilai diri. 2 3 4 Saya memiliki potensi yang tidak dimiliki orang lain. Luas wawasan. 5 Teguh pendirian. 6 8 Penuh pertimbangkan dalam memutuskan sesuatu. Saya mengenali kelebihan tertentu dalam diri Saya. Secara fisik, Saya menarik. 9 Saya tahu bakat apa saja yang Saya miliki. 10 Saya tahu hal-hal yang Saya minati. 11 Saya tahu cita-cita saya. 12 Saya tahu hal-hal yang Saya sukai. 13 15 Saya tahu hal-hal yang bisa membuat Saya bahagia. Saya tahu hal-hal yang bisa membuat Saya sedih/kecewa. Saya mengenali kekurangan dalam diri Saya. 16 Saya lemah dalam bidang-bidang tertentu. 17 Saya dapat menerima kekurangan Saya. 18 Saya selalu menampilkan diri secara apa adanya. 19 Saya bersyukur atas kelebihan yang Saya miliki. 20 Saya dapat mengfungsikan kelebihan Saya. 21 Berusaha mengembangkan potensi diri. 22 Saya melatih kekurangan Saya agar menjadi lebih baik. 7 14 Jawaban SS S R TS STS C. Hubungan dengan Orang Lain No 1 Jawaban Pernyataan Saya memahami bahwa SS setiap orang mempunyai perbedaan. 2 Saya bisa menerima perbedaan yang ada. 3 Saya membiarkan orang lain berbuat sesuatu yang mereka anggap benar. 4 Saya mudah memahami orang lain. 5 Saya bisa menghargai perbedaan yang ada. 6 Saya mudah bergaul. 7 Saya mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan baru. 8 Saya mudah membina relasi dengan banyak orang. 9 Saya hanya dekat dengan orang-orang tertentu. 10 Saya dapat membina persahabatan dalam waktu yang lama. 11 Saya masih berhubungan dengan teman lama. 12 Saya cepat bosan berteman. 13 Saya mudah tersinggung. 14 Saya bisa bekerjasama dalam suatu kelompok. 15 Saya bisa menerima pendapat orang lain dengan hati terbuka. 16 Saya bisa mengolah pendapat orang lain. S R TS STS D. Target Masa Depan No Jawaban Pernyataan SS 1 Saya merencanakan segala sesuatu. 2 Saya mempunyai target masa studi. 3 Saya mempunyai target prestasi akademik. 4 Saya mempunyai target penguasaan kompetensi. 5 Saya mempunyai target pengembangan profesi. 6 Saya mempunyai target mandiri secara finansial. 7 Saya mempunyai target kemapanan dalam S R TS STS pekerjaan. 8 Saya mempunyai target berkerja di bidang tertentu. 9 Saya mempunyai target usia menikah. 10 Saya mempunyai target kapan menikah. 11 Saya mempunyai alasan/pertimbangan khusus untuk menikah. 12 Saya mempunyai kriteria untuk calon pendamping. E. Ikhtiar Spiritual Jawaban No Pernyataan 1 Menjalankan sholat malam. 2 Menjalankan sholat dhuha. Selalu Sering Kadang Jarang Tidak pernah 3 Menjalankan puasa sunah. 4 Bersilaturahmi dengan ulama. 5 Melaksanakan dzikir tertentu. 6 Bersedekah/infak. F. Ikhtiar Non Spiritual No Jawaban Pernyataan SS 1 Membangun relasi sebanyak-banyaknya. 2 Merencanakan studi lanjut, kursus S R TS STS atau pelatihan pengembangan karir. 3 Mencari pekerjaan yang mapan. 4 Berusaha mencari calon pasangan hidup sendiri maupun dengan bantuan orang lain. G. Makna Hidup No Jawaban Pernyataan SS 1 Saya berorientasi pada tujuan yang jelas. 2 Melaksanakan setiap aktivitas dengan hati gembira. 3 Bersemangat dalam setiap aktivitas. 4 Bersungguh-sungguh dalam menyelesaikan setiap pekerjaan. 5 Disiplin dalam menyelesaikan pekerjaan. 6 Pantang menyerah walau menghadapi kegagalan. 7 Saya belajar dari kegagalan yang Saya alami. 8 Saya siap menerima tanggung jawab sebagai anggota masyarakat. S R TS STS No Pernyataan 9 Saya siap menerima tanggung jawab sebagai anggota keluarga (suami,istri atau orang tua). 10 Saya sudah siap menerima tanggung jawab sebagai seorang profesional. Jawaban SS S R TS STS Lampiran 2. Tabulasi uji reliabilitas sub-skala Pemahaman diri. NO SKOR SUBYEK 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 1 Hrs 2 3 3 2 3 4 4 2 4 4 2 4 4 2 Rda 3 4 4 3 4 4 3 1 3 4 4 4 4 3 Fat 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 Sfn 3 1 3 2 3 3 3 3 3 3 1 2 2 5 Znl 3 2 3 3 2 4 4 3 4 3 3 1 3 6 Psp 1 2 2 2 2 3 3 2 2 3 2 3 4 7 Amn 3 3 3 3 3 4 4 3 4 4 3 4 4 8 Dfa 2 2 3 3 3 4 2 3 3 3 3 3 2 9 Mtk 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 10 Rin 2 2 2 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 11 Han 2 2 2 3 3 2 2 3 3 3 3 3 3 12 San 3 3 1 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 13 Mus 4 3 3 1 4 4 2 1 3 3 3 3 4 14 Umi 3 3 4 3 3 4 4 4 3 4 3 3 3 15 Lya 3 2 2 1 4 4 3 3 3 4 4 4 4 16 Rhmd 3 2 3 2 2 2 3 2 2 1 4 4 4 17 Fiq 4 3 3 2 3 2 3 2 2 2 3 2 2 18 Els 2 3 2 2 2 4 3 1 2 4 4 4 4 19 Syu 3 2 3 3 2 3 2 3 2 3 3 3 3 20 Isr 3 3 4 3 4 3 3 3 3 3 4 4 4 21 Rna 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 22 Ans 2 2 3 2 2 3 2 2 2 3 3 3 3 23 Zki 2 3 3 1 3 3 2 3 3 3 3 3 3 24 Dwx 3 2 3 3 2 4 2 2 3 4 4 4 4 25 Sba 2 2 3 1 3 3 3 2 1 3 3 3 3 26 Imr 3 3 4 3 4 4 4 3 2 2 3 4 4 27 Tfk 2 3 3 3 2 2 3 2 3 3 4 4 4 28 Jko 2 3 3 3 2 3 2 2 4 4 4 4 4 29 Anm 3 3 3 3 2 3 3 2 3 3 4 4 4 30 Hnf 3 2 4 2 2 4 4 2 4 4 4 4 3 31 Edh 2 3 2 2 2 3 2 2 2 3 3 3 3 32 Dul 2 3 4 2 3 3 2 3 3 4 4 4 3 33 Slkn 2 3 3 3 3 2 3 2 2 3 3 3 4 34 Ima 3 3 3 2 3 3 3 3 3 4 4 4 2 35 Wd 4 2 4 4 3 2 2 3 3 4 4 4 4 36 Jny 3 2 2 2 2 3 3 3 3 4 4 4 4 37 Zul 2 3 3 2 2 3 2 3 3 3 3 3 3 38 Isml 3 2 3 1 3 3 1 2 2 3 3 4 3 39 Yni 3 2 1 2 2 3 2 1 1 3 4 3 3 40 Fty 2 3 1 1 3 4 3 4 1 4 4 4 4 41 Okt 2 2 3 2 2 4 2 3 2 3 3 3 3 42 Mt 3 3 3 3 4 4 1 1 2 2 3 3 3 43 Hndy 3 3 3 3 3 4 4 3 4 3 4 4 4 Lanjutan: X Y 3 36 36 4 4 40 38 3 3 3 33 31 3 3 3 3 29 28 4 4 2 2 3 32 28 0 3 4 4 4 4 26 32 3 3 4 4 4 2 39 34 14 15 16 17 18 19 20 21 22 4 4 4 4 3 3 3 3 4 3 3 4 3 4 4 3 3 2 3 3 3 2 2 3 3 3 1 1 2 3 4 2 2 3 4 1 4 4 4 2 2 3 2 2 2 29 32 3 3 3 3 4 3 3 3 3 32 34 3 3 3 2 2 4 3 3 3 30 30 3 3 3 3 3 3 3 3 3 30 31 3 2 2 3 1 3 3 3 3 30 30 4 3 4 4 3 3 1 1 1 34 28 4 4 4 4 4 4 4 4 4 39 41 4 3 3 3 4 4 3 4 3 37 35 3 3 1 4 4 4 3 3 2 35 26 3 3 3 2 4 3 3 2 4 30 30 4 3 3 3 3 3 2 3 3 31 33 3 3 3 3 3 3 3 3 3 30 32 4 4 4 3 4 4 4 4 4 40 39 3 3 3 3 3 3 3 3 3 34 33 3 2 3 2 2 3 2 3 3 27 28 3 3 4 4 4 4 3 4 4 34 34 4 4 3 2 1 4 2 4 4 35 33 3 3 2 3 3 3 3 2 3 29 28 4 4 2 3 4 4 3 4 3 39 35 4 4 2 3 3 4 4 4 3 36 33 4 3 3 2 3 3 3 2 2 31 34 3 3 3 3 3 4 3 3 3 35 33 3 4 3 3 3 4 4 4 3 39 34 3 3 3 3 3 3 3 3 3 28 31 3 3 3 3 3 3 2 3 3 33 33 4 3 2 4 4 3 3 3 4 33 33 2 4 4 4 3 4 3 3 3 36 34 4 4 4 4 3 4 3 4 4 40 37 4 4 3 3 4 4 3 4 3 36 35 3 3 3 2 3 3 3 3 4 29 33 2 1 4 3 3 3 2 3 3 28 29 3 2 3 3 4 4 3 4 3 29 30 4 3 3 4 3 4 1 3 3 32 34 3 4 4 3 3 3 3 3 3 30 33 3 3 1 3 4 3 3 3 4 31 31 3 3 3 3 4 4 4 3 3 38 37 1424 1403 JUMLAH ∑ X² = 47824 ∑Y² = 46194 ∑ XY² = 46833 r xx = 2 (r1.2) 1+ r1.2 = 2 (0,70) 1 + 0,70 = 0,82 Keterangan: X = jumlah skor pada aitem ganjil. Y = jumlah skor pada aitem genap. r1.2 = koefisien korelasi antara kedua belahan. r xx = koefisien reliabilitas Spearman-Brown. r1.2 = 0,70 Lampiran 3. Tabulasi uji reliabilitas sub-skala hubungan dengan orang lain NO SUBYEK SKOR 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 1 Hrs 4 4 4 3 4 3 3 3 3 2 3 3 0 2 Rda 4 4 4 3 4 2 3 3 3 4 4 3 2 3 Fat 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 2 2 4 Sfn 3 3 3 3 3 3 3 3 1 3 3 3 3 5 Znl 4 4 4 3 4 3 2 3 3 2 3 2 1 6 Psp 4 4 1 2 2 2 3 2 1 3 4 4 1 7 Amn 3 3 4 2 3 1 3 2 1 3 2 1 2 8 Dfa 3 2 3 1 4 3 3 3 3 3 4 4 3 9 Mtk 4 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 2 1 10 Rin 4 4 3 3 3 2 2 3 2 3 3 2 2 11 Han 3 3 3 3 3 3 3 3 1 3 3 2 2 12 San 4 3 3 3 4 3 1 2 2 3 3 3 3 13 Mus 4 4 4 3 4 3 3 3 3 3 3 3 1 14 Umi 4 4 4 4 4 3 4 3 1 1 4 4 1 15 Lya 4 2 3 2 3 1 2 1 1 4 4 4 0 16 Rhmd 4 4 3 1 4 4 3 2 2 3 3 4 3 17 Fiq 4 4 3 3 4 3 2 3 0 3 4 3 3 18 Els 4 3 4 3 3 2 2 2 3 1 2 3 2 19 Syu 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 1 3 1 20 Isr 4 4 3 3 3 4 3 3 1 4 4 3 1 21 Rna 3 3 3 3 3 3 3 3 1 3 3 3 2 22 Ans 3 3 2 1 3 2 2 2 1 2 3 3 2 23 Zki 4 4 4 2 4 3 2 1 1 4 4 2 1 24 Dwx 4 2 1 2 3 3 3 4 2 3 4 2 1 25 Sba 4 4 3 2 2 3 3 3 4 4 4 4 2 NO SUBYEK 26 SKOR 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 Imr 4 4 4 3 3 4 4 3 3 3 4 3 0 27 Tfk 3 3 3 2 2 3 2 3 1 3 3 1 1 28 Jko 2 3 2 3 3 3 2 2 2 1 3 1 1 29 Anm 4 4 3 3 4 3 3 3 2 3 3 2 2 30 Hnf 4 4 3 4 4 4 4 4 3 4 4 4 2 31 Edh 4 3 3 3 3 3 3 3 3 1 3 3 2 32 Dul 4 3 3 2 3 3 3 2 1 4 3 2 2 33 Slkn 4 3 2 2 3 3 4 3 1 3 3 2 2 34 Ima 4 4 3 3 3 4 4 3 3 4 3 3 2 35 Wd 4 4 4 2 2 3 3 3 0 3 4 2 1 36 Jny 4 3 3 3 3 3 3 3 2 3 4 2 1 37 Zul 3 3 4 3 4 3 1 2 1 3 4 3 1 38 Isml 4 3 3 1 2 3 3 2 3 3 3 3 3 39 Yni 4 4 4 3 3 3 3 2 3 3 3 4 3 40 Fty 4 4 3 2 4 3 3 3 3 3 4 3 1 41 Okt 4 3 3 3 3 3 2 3 1 3 3 4 1 42 Mt 4 4 4 4 4 3 3 3 1 3 4 0 1 43 Hndy 4 3 2 3 4 4 4 4 3 4 4 3 3 Lanjutan: X Y 14 15 16 3 3 3 24 24 3 4 4 28 26 3 3 3 22 23 3 3 1 22 22 2 3 3 24 22 4 3 3 20 24 3 3 4 21 19 2 3 3 25 21 3 3 3 22 23 3 3 3 22 23 3 3 3 21 23 2 3 3 23 22 4 4 3 26 26 3 3 4 25 26 3 3 3 20 20 3 3 3 25 21 2 4 4 24 25 3 4 3 24 20 3 3 3 20 24 4 3 3 22 26 3 3 3 21 24 3 3 3 19 19 3 4 1 24 20 3 2 3 20 22 3 4 2 26 25 2 2 3 24 25 3 2 2 17 20 2 3 3 18 18 3 3 3 24 24 4 3 3 27 31 3 3 3 24 22 2 2 2 21 20 3 3 3 22 22 3 3 3 25 27 2 3 3 21 22 3 3 3 23 23 3 3 3 21 23 3 3 2 24 20 3 3 2 26 24 3 2 2 24 27 3 3 3 20 25 3 4 3 25 23 3 3 3 24 27 980 993 JUMLAH ∑ X² = 22587 ∑Y² = 23752 ∑ XY² = 23018 r xx = 2 (r1.2) 1+ r1.2 = 2 (0,85) 1 + 0,85 = 0,92 r1.2 = 0,85 Lampiran 4. Tabulasi uji reliabilitas sub-skala target masa depan NO SUBYEK SKOR 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 X Y 1 Hrs 3 3 3 3 3 4 4 2 3 3 4 3 20 18 2 Rda 3 3 2 3 2 2 2 3 3 3 4 4 16 18 3 Fat 3 3 1 3 3 3 3 3 3 3 3 4 16 19 4 Sfn 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 18 18 5 Znl 4 3 2 2 1 3 4 4 4 4 3 3 18 19 6 Psp 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 18 18 7 Amn 4 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 3 23 22 8 Dfa 4 4 4 3 3 4 4 2 4 4 4 4 23 21 9 Mtk 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 19 18 10 Rin 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 4 4 18 19 11 Han 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 18 18 12 San 3 4 4 3 3 3 3 3 1 1 2 3 16 17 13 Mus 4 4 4 3 3 3 4 4 4 4 4 4 23 22 14 Umi 3 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 22 22 15 Lya 4 3 2 2 4 2 4 4 4 4 4 4 22 19 16 Rhmd 3 3 3 3 2 4 4 4 2 2 3 3 17 19 17 Fiq 3 4 4 3 3 3 3 3 4 4 4 4 21 21 18 Els 3 3 3 3 3 4 3 3 3 2 3 4 18 19 19 Syu 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 2 17 16 20 Isr 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 23 24 21 Rna 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 24 24 22 Ans 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 18 17 23 Zki 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 24 24 24 Dwx 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 18 18 25 Sba 4 4 4 3 3 2 4 4 4 4 4 4 23 21 26 Imr 4 4 4 3 3 3 4 4 4 4 4 4 23 22 27 Tfk 4 4 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 22 23 28 Jko 3 3 3 3 3 3 4 3 3 2 3 4 19 18 29 Anm 3 2 2 3 3 4 3 3 3 2 3 4 17 18 30 Hnf 4 4 4 3 4 3 4 4 3 3 4 4 23 21 31 Edh 2 3 3 3 2 2 3 3 3 3 3 3 16 17 32 Dul 4 3 2 2 3 4 4 3 4 4 4 4 21 20 33 Slkn 3 2 2 3 3 3 4 3 2 3 3 4 17 18 34 Ima 2 4 3 3 3 4 4 2 3 2 3 3 18 18 35 Wd 1 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 21 24 36 Jny 3 4 4 3 3 3 3 4 4 3 3 4 20 21 37 Zul 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 18 17 38 Isml 4 3 1 1 1 2 4 4 3 3 3 4 16 17 39 Yni 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 18 18 40 Fty 3 4 3 1 4 4 4 3 4 2 3 3 21 17 41 Okt 3 3 3 2 2 3 3 3 3 2 3 3 17 16 42 Mt 4 4 4 4 3 4 3 3 3 3 3 4 20 22 43 Hndy 4 4 3 3 4 4 4 3 4 4 4 4 23 22 843 840 JUMLAH ∑ X² = 16811 ∑Y² = 16642 ∑ XY² = 16680 r xx = 2 (r1.2) 1+ r1.2 = 2 (0,82) 1 + 0,82 = 0,90 r1.2 = 0,82 Lampiran 5. Tabulasi uji reliabilitas sub-skala ikhtiar spiritual NO SKOR SUBJEK 1 2 3 4 5 6 X Y 1 Hrs 2 0 1 3 2 4 5 7 2 Rda 4 4 4 2 3 2 11 8 3 Fat 2 3 2 2 4 2 8 7 4 Sfn 1 1 1 3 2 2 4 6 5 Znl 2 3 2 3 3 3 7 9 6 Psp 2 2 2 3 2 3 6 8 7 Amn 3 3 3 4 3 3 9 10 8 Dfa 2 3 2 2 3 3 7 8 9 Mtk 3 3 3 2 3 3 9 8 10 Rin 2 2 2 2 2 2 6 6 11 Han 2 2 2 2 2 3 6 7 12 San 2 2 2 2 2 2 6 6 13 Mus 0 0 2 2 0 2 2 4 14 Umi 4 4 4 2 4 3 12 9 15 Lya 2 1 1 1 2 2 5 4 16 Rhmd 0 2 1 2 2 3 3 7 17 Fiq 2 3 2 2 3 2 7 7 18 Els 2 3 2 1 3 2 7 6 19 Syu 2 2 2 2 2 2 6 6 20 Isr 3 4 4 4 4 4 11 12 21 Rna 1 1 1 1 1 2 3 4 22 Ans 2 1 2 1 3 2 7 4 23 Zki 2 3 2 3 3 2 7 8 24 Dwx 1 1 1 2 3 1 5 4 25 Sba 2 3 3 2 4 2 9 7 NO SUBJEK 26 SKOR X Y 2 7 6 1 3 3 5 1 1 3 5 5 1 3 3 1 6 5 4 3 2 2 2 8 8 3 3 3 2 3 3 9 8 Dul 1 2 1 2 2 3 4 7 33 Slkn 2 2 3 2 2 2 7 6 34 Ima 3 3 2 2 2 2 7 7 35 Wd 2 1 2 2 2 3 6 6 36 Jny 2 2 2 2 2 2 6 6 37 Zul 2 2 3 1 4 3 9 6 38 Isml 2 2 1 3 2 1 5 6 39 Yni 2 3 2 2 2 2 6 7 40 Fty 3 4 3 2 3 3 9 9 41 Okt 3 1 1 1 2 2 6 4 42 Mt 2 2 2 2 2 2 6 6 43 Hndy 2 2 2 2 2 3 6 7 283 284 1 2 3 4 5 6 Imr 2 3 2 1 3 27 Tfk 1 1 1 1 28 Jko 2 1 2 29 Anm 2 1 30 Hnf 3 31 Edh 32 ∑ X² = 2061 ∑Y² = 2028 r xx = 2 (r1.2) 1+ r1.2 = 2 (0,69) 1 + 0,69 = 0,82 ∑ XY² = 1989 r1.2 = 0,69 Lampiran 6. Tabulasi uji reliabilitas sub-skala ikhtiar non-spiritual NO SKOR SUBYEK 1 2 3 4 X Y 1 Hrs 3 3 4 4 7 7 2 Rda 4 2 3 2 7 4 3 Fat 3 3 3 4 6 7 4 Sfn 3 1 1 3 4 4 5 Znl 4 3 4 4 8 7 6 Psp 4 4 4 4 8 8 7 Amn 4 4 4 3 8 7 8 Dfa 3 3 4 4 7 7 9 Mtk 3 3 3 3 6 6 10 Rin 3 2 3 3 6 5 11 Han 3 3 3 3 6 6 12 San 3 1 3 1 6 2 13 Mus 3 4 4 4 7 8 14 Umi 3 4 4 4 7 8 15 Lya 2 2 4 3 6 5 16 Rhmd 4 4 4 3 8 7 17 Fiq 3 3 4 4 7 7 18 Els 2 4 3 3 5 7 19 Syu 3 3 3 3 6 6 20 Isr 3 4 4 4 7 8 21 Rna 3 3 3 3 6 6 22 Ans 3 2 3 3 6 5 23 Zki 4 4 4 4 8 8 24 Dwx 4 3 3 3 7 6 25 Sba 3 2 4 4 7 6 NO SUBYEK 26 SKOR X Y 4 8 7 3 4 7 7 4 4 2 5 6 3 2 1 2 5 4 Hnf 4 4 4 4 8 8 31 Edh 3 2 3 3 6 5 32 Dul 3 3 4 4 7 7 33 Slkn 3 2 4 2 5 4 34 Ima 3 3 3 3 6 6 35 Wd 4 3 4 3 8 6 36 Jny 3 3 4 3 7 6 37 Zul 3 3 3 3 6 6 38 Isml 3 2 3 3 6 5 39 Yni 3 3 3 3 6 6 40 Fty 4 4 4 4 8 8 41 Okt 3 2 3 3 6 5 42 Mt 3 3 3 3 6 6 43 Hndy 4 4 4 4 8 8 294 267 1 2 3 4 Imr 4 3 4 27 Tfk 3 3 28 Jko 3 29 Anm 30 JUMLAH ∑ X² = 1920 ∑Y² = 1737 r xx = 2 (r1.2) 1+ r1.2 = 2 (0,28) 1 + 0,28 = 0,36 ∑ XY² = 1802 r1.2 = 0,28 Lampiran 7. Tabulasi uji reliabilitas sub-skala makna hidup SKOR NO SUBJEK 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 X Y 1 Hrs 3 4 4 4 4 3 3 4 3 3 17 18 2 Rda 3 3 2 3 2 4 3 4 4 4 14 18 3 Fat 4 4 3 4 4 4 3 3 4 3 18 18 4 Sfn 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 15 15 5 Znl 4 3 2 3 2 2 2 4 3 3 13 15 6 Psp 4 4 2 4 4 3 3 4 4 3 17 18 7 Amn 3 4 4 4 4 4 3 3 3 3 17 18 8 Dfa 3 2 2 3 3 3 3 2 3 3 14 13 9 Mtk 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 15 15 10 Rin 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 14 15 11 Han 3 4 4 4 4 3 2 3 3 3 16 17 12 San 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 15 14 13 Mus 4 3 3 1 1 3 3 4 4 4 15 15 14 Umi 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 20 20 15 Lya 3 3 4 4 4 4 3 4 4 4 18 19 16 Rhmd 4 3 3 4 3 3 3 3 3 2 16 15 17 Fiq 3 3 4 4 3 4 4 4 4 4 18 19 18 Els 3 2 2 3 2 2 3 3 4 2 14 12 19 Syu 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 15 15 20 Isr 4 3 4 4 3 4 4 4 4 3 19 18 21 Rna 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 15 15 22 Ans 3 2 2 3 2 2 3 3 3 3 13 13 23 Zki 3 3 3 4 3 3 3 4 4 4 16 18 24 Dwx 4 2 2 2 2 2 3 3 3 3 14 12 25 Sba 3 3 3 3 3 4 4 3 2 2 15 15 26 Imr 4 4 3 3 3 3 3 3 3 2 16 15 27 Tfk 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 14 14 28 Jko 4 4 3 3 3 3 2 3 3 3 15 16 29 Anm 3 2 3 3 2 3 3 3 3 2 14 13 30 Hnf 4 4 4 4 4 4 4 3 4 3 20 18 31 Edh 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 15 14 32 Dul 4 4 3 3 3 3 3 3 4 4 17 17 33 Slkn 3 4 4 3 3 3 4 3 3 3 17 16 34 Ima 3 3 3 3 3 3 4 4 4 3 17 16 35 Wd 2 4 4 3 2 4 4 4 4 4 16 19 36 Jny 3 2 3 3 2 2 3 3 3 3 14 13 37 Zul 3 3 3 4 3 3 3 3 3 2 15 15 38 Isml 3 3 3 3 3 3 3 3 1 1 13 13 39 Yni 2 3 3 3 2 3 3 3 3 2 13 14 40 Fty 3 2 2 3 2 2 2 2 4 3 13 12 41 Okt 3 3 2 3 3 2 3 3 3 3 14 14 42 Mt 3 3 4 4 3 4 4 4 4 4 18 19 43 Hndy 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 20 20 674 678 JUMLAH ∑ X² = 10730 ∑Y² = 10941 ∑ XY² = 10789 r xx = 2 (r1.2) 1+ r1.2 = 2 (0,79) 1 + 0,79 = 0,88 r1.2 = 0,79 Lampiran 8. Tabulasi sub-skala pemahaman diri. NO SKOR SUBYEK 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 1 Hrs 2 3 3 2 3 4 4 2 4 4 2 4 4 2 Rda 3 4 4 3 4 4 3 1 3 4 4 4 4 3 Fat 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 Sfn 3 1 3 2 3 3 3 3 3 3 1 2 2 5 Znl 3 2 3 3 2 4 4 3 4 3 3 1 3 6 Psp 1 2 2 2 2 3 3 2 2 3 2 3 4 7 Amn 3 3 3 3 3 4 4 3 4 4 3 4 4 8 Dfa 2 2 3 3 3 4 2 3 3 3 3 3 2 9 Mtk 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 10 Rin 2 2 2 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 11 Han 2 2 2 3 3 2 2 3 3 3 3 3 3 12 San 3 3 1 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 13 Mus 4 3 3 1 4 4 2 1 3 3 3 3 4 14 Umi 3 3 4 3 3 4 4 4 3 4 3 3 3 15 Lya 3 2 2 1 4 4 3 3 3 4 4 4 4 16 Rhmd 3 2 3 2 2 2 3 2 2 1 4 4 4 17 Fiq 4 3 3 2 3 2 3 2 2 2 3 2 2 18 Els 2 3 2 2 2 4 3 1 2 4 4 4 4 19 Syu 3 2 3 3 2 3 2 3 2 3 3 3 3 20 Isr 3 3 4 3 4 3 3 3 3 3 4 4 4 21 Rna 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 22 Ans 2 2 3 2 2 3 2 2 2 3 3 3 3 23 Zki 2 3 3 1 3 3 2 3 3 3 3 3 3 24 Dwx 3 2 3 3 2 4 2 2 3 4 4 4 4 25 Sba 2 2 3 1 3 3 3 2 1 3 3 3 3 NO SUBYEK 26 SKOR 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 Imr 3 3 4 3 4 4 4 3 2 2 3 4 4 27 Tfk 2 3 3 3 2 2 3 2 3 3 4 4 4 28 Jko 2 3 3 3 2 3 2 2 4 4 4 4 4 29 Anm 3 3 3 3 2 3 3 2 3 3 4 4 4 30 Hnf 3 2 4 2 2 4 4 2 4 4 4 4 3 31 Edh 2 3 2 2 2 3 2 2 2 3 3 3 3 32 Dul 2 3 4 2 3 3 2 3 3 4 4 4 3 33 Slkn 2 3 3 3 3 2 3 2 2 3 3 3 4 Lanjutan: JUMLAH 14 15 16 17 18 19 20 21 22 4 4 4 4 3 3 3 3 3 72 4 3 3 4 3 4 4 4 4 78 3 3 2 3 3 3 3 3 3 64 2 2 3 3 3 3 3 3 3 57 1 1 2 3 4 4 2 2 3 60 4 2 2 0 3 4 4 4 4 58 3 4 1 3 3 4 4 4 2 73 4 4 4 2 2 3 2 2 2 61 3 3 3 3 4 3 3 3 3 66 3 3 3 2 2 4 3 3 3 60 3 3 3 3 3 3 3 3 3 61 3 2 2 3 1 3 3 3 3 60 4 3 4 4 3 3 1 1 1 62 4 4 4 4 4 4 4 4 4 80 4 3 3 3 4 4 3 4 3 72 3 3 1 4 4 4 3 3 2 61 3 3 3 2 4 3 3 2 4 60 4 3 3 3 3 3 2 3 3 64 3 3 3 3 3 3 3 3 3 62 4 4 4 3 4 4 4 4 4 79 3 3 3 3 3 3 3 3 3 67 3 2 3 2 2 3 2 3 3 55 3 3 4 4 4 4 3 4 4 68 4 4 3 2 1 4 2 4 4 68 3 3 2 3 3 3 3 2 3 57 4 4 2 3 4 4 3 4 3 74 4 4 2 3 3 4 4 4 3 69 JUMLAH 14 15 16 17 18 19 20 21 22 4 3 3 2 3 3 3 2 2 65 3 3 3 3 3 4 3 3 3 68 3 4 3 3 3 4 4 4 3 73 3 3 3 3 3 3 3 3 3 59 3 3 3 3 3 3 2 3 3 66 4 3 2 4 4 3 3 3 4 66 JUMLAH 2165 Lampiran 9: Tabulasi sub-skala hubungan dengan orang lain. NO SKOR SUBYEK 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 1 Hrs 4 4 4 3 4 3 3 3 3 2 3 3 0 2 Rda 4 4 4 3 4 2 3 3 3 4 4 3 2 3 Fat 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 2 2 4 Sfn 3 3 3 3 3 3 3 3 1 3 3 3 3 5 Znl 4 4 4 3 4 3 2 3 3 2 3 2 1 6 Psp 4 4 1 2 2 2 3 2 1 3 4 4 1 7 Amn 3 3 4 2 3 1 3 2 1 3 2 1 2 8 Dfa 3 2 3 1 4 3 3 3 3 3 4 4 3 9 Mtk 4 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 2 1 10 Rin 4 4 3 3 3 2 2 3 2 3 3 2 2 11 Han 3 3 3 3 3 3 3 3 1 3 3 2 2 12 San 4 3 3 3 4 3 1 2 2 3 3 3 3 13 Mus 4 4 4 3 4 3 3 3 3 3 3 3 1 14 Umi 4 4 4 4 4 3 4 3 1 1 4 4 1 15 Lya 4 2 3 2 3 1 2 1 1 4 4 4 0 16 Rhmd 4 4 3 1 4 4 3 2 2 3 3 4 3 17 Fiq 4 4 3 3 4 3 2 3 0 3 4 3 3 18 Els 4 3 4 3 3 2 2 2 3 1 2 3 2 19 Syu 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 1 3 1 20 Isr 4 4 3 3 3 4 3 3 1 4 4 3 1 21 Rna 3 3 3 3 3 3 3 3 1 3 3 3 2 22 Ans 3 3 2 1 3 2 2 2 1 2 3 3 2 23 Zki 4 4 4 2 4 3 2 1 1 4 4 2 1 24 Dwx 4 2 1 2 3 3 3 4 2 3 4 2 1 25 Sba 4 4 3 2 2 3 3 3 4 4 4 4 2 NO SUBYEK 26 SKOR 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 Imr 4 4 4 3 3 4 4 3 3 3 4 3 0 27 Tfk 3 3 3 2 2 3 2 3 1 3 3 1 1 28 Jko 2 3 2 3 3 3 2 2 2 1 3 1 1 29 Anm 4 4 3 3 4 3 3 3 2 3 3 2 2 30 Hnf 4 4 3 4 4 4 4 4 3 4 4 4 2 31 Edh 4 3 3 3 3 3 3 3 3 1 3 3 2 32 Dul 4 3 3 2 3 3 3 2 1 4 3 2 2 33 Slkn 4 3 2 2 3 3 4 3 1 3 3 2 2 Lanjutan: JUMLAH 14 15 16 3 3 3 48 3 4 4 54 3 3 3 45 3 3 1 44 2 3 3 46 4 3 3 43 3 3 4 40 2 3 3 47 3 3 3 45 3 3 3 45 3 3 3 44 2 3 3 45 4 4 3 52 3 3 4 51 3 3 3 40 3 3 3 49 2 4 4 49 3 4 3 44 3 3 3 44 4 3 3 50 3 3 3 45 3 3 3 38 3 4 1 44 3 2 3 42 3 4 2 51 2 2 3 49 3 2 2 37 2 3 3 36 3 3 3 48 4 3 3 58 3 3 3 46 2 2 2 41 3 3 3 44 JUMLAH 1504 Lampiran 10. Tabulasi sub-skala target masa depan. SKOR NO SUBYEK JMLH 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 Hrs 3 3 3 3 3 4 4 2 3 3 4 3 38 2 Rda 3 3 2 3 2 2 2 3 3 3 4 4 34 3 Fat 3 3 1 3 3 3 3 3 3 3 3 4 35 4 Sfn 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 36 5 Znl 4 3 2 2 1 3 4 4 4 4 3 3 37 6 Psp 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 36 7 Amn 4 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 3 45 8 Dfa 4 4 4 3 3 4 4 2 4 4 4 4 44 9 Mtk 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 37 10 Rin 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 4 4 37 11 Han 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 36 12 San 3 4 4 3 3 3 3 3 1 1 2 3 33 13 Mus 4 4 4 3 3 3 4 4 4 4 4 4 45 14 Umi 3 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 44 15 Lya 4 3 2 2 4 2 4 4 4 4 4 41 16 Rhmd 3 3 3 3 2 4 4 4 2 2 3 3 36 17 Fiq 3 4 4 3 3 3 3 3 4 4 4 4 42 18 Els 3 3 3 3 3 4 3 3 3 2 3 4 37 19 Syu 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 2 33 20 Isr 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 47 21 Rna 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 48 22 Ans 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 35 23 Zki 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 48 24 Dwx 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 36 25 Sba 4 4 4 3 3 2 4 4 4 4 4 4 44 4 26 Imr 4 4 4 3 3 3 4 4 4 4 4 4 45 27 Tfk 4 4 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 45 28 Jko 3 3 3 3 3 3 4 3 3 2 3 4 37 29 Anm 3 2 2 3 3 4 3 3 3 2 3 4 35 30 Hnf 4 4 4 3 4 3 4 4 3 3 4 4 44 31 Edh 2 3 3 3 2 2 3 3 3 3 3 3 33 32 Dul 4 3 2 2 3 4 4 3 4 4 4 4 41 33 Slkn 3 2 2 3 3 3 4 3 2 3 3 4 35 1299 JUMLAH Lampiran 11. Tabulasi sub-skala ikhtiar spiritual. NO SUBYEK SKOR 1 2 3 4 5 6 JUMLAH 1 Hrs 2 0 1 3 2 4 12 2 Rda 4 4 4 2 3 2 19 3 Fat 2 3 2 2 4 2 15 4 Sfn 1 1 1 3 2 2 10 5 Znl 2 3 2 3 3 3 16 6 Psp 2 2 2 3 2 3 14 7 Amn 3 3 3 4 3 3 19 8 Dfa 2 3 2 2 3 3 15 9 Mtk 3 3 3 2 3 3 17 10 Rin 2 2 2 2 2 2 12 11 Han 2 2 2 2 2 3 13 12 San 2 2 2 2 2 2 12 13 Mus 0 0 2 2 0 2 6 14 Umi 4 4 4 2 4 3 21 15 Lya 2 1 1 1 2 2 9 16 Rhmd 0 2 1 2 2 3 10 17 Fiq 2 3 2 2 3 2 14 18 Els 2 3 2 1 3 2 13 19 Syu 2 2 2 2 2 2 12 20 Isr 3 4 4 4 4 4 23 21 Rna 1 1 1 1 1 2 7 22 Ans 2 1 2 1 3 2 11 23 Zki 2 3 2 3 3 2 15 24 Dwx 1 1 1 2 3 1 9 25 Sba 2 3 3 2 4 2 16 26 Imr 2 3 2 1 3 2 13 27 Tfk 1 1 1 1 1 3 8 28 Jko 2 1 2 1 1 3 10 29 Anm 2 1 1 3 3 1 11 30 Hnf 3 4 3 2 2 2 16 31 Edh 3 3 3 2 3 3 17 32 Dul 1 2 1 2 2 3 11 33 Slkn 2 2 3 2 2 2 13 439 JUMLAH Lampiran 12. Tabulasi sub-skala ikhtiar non-spiritual. NO SUBYEK SKOR JUMLAH 1 2 3 4 1 Hrs 3 3 4 4 14 2 Rda 4 2 3 2 11 3 Fat 3 3 3 4 13 4 Sfn 3 1 1 3 8 5 Znl 4 3 4 4 15 6 Psp 4 4 4 4 16 7 Amn 4 4 4 3 15 8 Dfa 3 3 4 4 14 9 Mtk 3 3 3 3 12 10 Rin 3 2 3 3 11 11 Han 3 3 3 3 12 12 San 3 1 3 1 8 13 Mus 3 4 4 4 15 14 Umi 3 4 4 4 15 15 Lya 2 2 4 3 11 16 Rhmd 4 4 4 3 15 17 Fiq 3 3 4 4 14 18 Els 2 4 3 3 12 19 Syu 3 3 3 3 12 20 Isr 3 4 4 4 15 21 Rna 3 3 3 3 12 22 Ans 3 2 3 3 11 23 Zki 4 4 4 4 16 24 Dwx 4 3 3 3 13 25 Sba 3 2 4 4 13 26 Imr 4 3 4 4 15 27 Tfk 3 3 3 4 13 28 Jko 3 4 4 2 13 29 Anm 3 2 1 2 8 30 Hnf 4 4 4 4 16 31 Edh 3 2 3 3 11 32 Dul 3 3 4 4 14 33 Slkn 3 2 4 2 11 424 JUMLAH Lampiran 13. Tabulasi sub-skala makna hidup. NO SUBYEK SKOR 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 JUMLAH 1 Hrs 3 4 4 4 4 3 3 4 3 3 35 2 Rda 3 3 2 3 2 4 3 4 4 4 32 3 Fat 4 4 3 4 4 4 3 3 4 3 36 4 Sfn 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 30 5 Znl 4 3 2 3 2 2 2 4 3 3 28 6 Psp 4 4 2 4 4 3 3 4 4 3 35 7 Amn 3 4 4 4 4 4 3 3 3 3 35 8 Dfa 3 2 2 3 3 3 3 2 3 3 27 9 Mtk 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 30 10 Rin 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 29 11 Han 3 4 4 4 4 3 2 3 3 3 33 12 San 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 29 13 Mus 4 3 3 1 1 3 3 4 4 4 30 14 Umi 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 40 15 Lya 3 3 4 4 4 4 3 4 4 4 37 16 Rhmd 4 3 3 4 3 3 3 3 3 2 31 17 Fiq 3 3 4 4 3 4 4 4 4 4 37 18 Els 3 2 2 3 2 2 3 3 4 2 26 19 Syu 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 30 20 Isr 4 3 4 4 3 4 4 4 4 3 37 21 Rna 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 30 22 Ans 3 2 2 3 2 2 3 3 3 3 26 23 Zki 3 3 3 4 3 3 3 4 4 4 34 24 Dwx 4 2 2 2 2 2 3 3 3 3 26 25 Sba 3 3 3 3 3 4 4 3 2 2 30 26 Imr 4 4 3 3 3 3 3 3 3 2 31 27 Tfk 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 28 28 Jko 4 4 3 3 3 3 2 3 3 3 31 29 Anm 3 2 3 3 2 3 3 3 3 2 27 30 Hnf 4 4 4 4 4 4 4 3 4 3 38 31 Edh 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 29 32 Dul 4 4 3 3 3 3 3 3 4 4 34 33 Slkn 3 4 4 3 3 3 4 3 3 3 33 JUMLAH 1044 Lampiran 14. Tabulasi kematangan kepribadian. SKOR SUB-SKALA NO SUBYEK JUMLAH 1 2 3 4 5 6 1 Hrs 72 48 38 12 14 35 219 2 Rda 78 54 34 19 11 32 228 3 Fat 64 45 35 15 13 36 208 4 Sfn 57 44 36 10 8 30 185 5 Znl 60 46 37 16 15 28 202 6 Psp 58 43 36 14 16 35 202 7 Amn 73 40 45 19 15 35 227 8 Dfa 61 47 44 15 14 27 208 9 Mtk 66 45 37 17 12 30 207 10 Rin 60 45 37 12 11 29 194 11 Han 61 44 36 13 12 33 199 12 San 60 45 33 12 8 29 187 13 Mus 62 52 45 6 15 30 210 14 Umi 80 51 44 21 15 40 251 15 Lya 72 40 41 9 11 37 210 16 Rhmd 61 49 36 10 15 31 202 17 Fiq 60 49 42 14 14 37 216 18 Els 64 44 37 13 12 26 196 19 Syu 62 44 33 12 12 30 193 20 Isr 79 50 47 23 15 37 251 21 Rna 67 45 48 7 12 30 209 22 Ans 55 38 35 11 11 26 176 23 Zki 68 44 48 15 16 34 225 24 Dwx 68 42 36 9 13 26 194 25 Sba 57 51 44 16 13 30 211 26 Imr 74 49 45 13 15 31 227 27 Tfk 69 37 45 8 13 28 200 28 Jko 65 36 37 10 13 31 192 29 Anm 68 48 35 11 8 27 197 30 Hnf 73 58 44 16 16 38 245 31 Edh 59 46 33 17 11 29 195 32 Dul 66 41 41 11 14 34 207 33 Slkn 66 44 35 13 11 33 202 JUMLAH 6876 Lampiran 15. Daftar mahasiswa yang sudah mengajukan skripsi. No Nama NIM 1 Ahmad muzaki 12106014 2 Nur faijah 11106059 3 Ahmad musthofa 11106102 4 Dwi faik astuti 11106070 5 Isro‟ ibnu ridho 11106139 6 Siti widarni 11106124 7 Dyah ratnawati 11106073 8 Khanif nurul laili 11106039 9 Rina priani 11106001 10 Fahroni 11106074 11 Ulfah rahmawati 11106052 12 Ma‟unatul choiriyah 11106120 13 Badruz zaman 11106028 14 Chalimatus sa‟diyah 12106019 15 Kusmiyati 11106033 16 Nur azizah 11106100 17 Ema setya f. 11106031 18 Atik nur latifah 11106067 19 Fatimah 11106056 20 Sri dwiningsih 11106079 21 Fatmawati latifah 11106034 22 Nafisatuz zumroh 11106068 23 Nur hikmah 11106045 24 Hijri adi ridwan 11106066 No Nama NIM 25 Isti alqomah 12106016 26 Muhrodi 11106110 27 Ulfa susan andriana 11106113 28 Nuryanto 11106081 29 Ahmad musonef 11106084 30 Elisa dwi p. 11106027 31 Mihfadlotul muasyfiah 11106062 32 Zakiatul wahidah 11106037 33 M. roziqin 11106119 34 Mutiatun solikhah 11106060 35 Haniatul aisiyah 11106122 36 Tintisnawati 11106141 37 Fiqni mutmainah 11106018 38 Zaenal 11106011 39 Roifatul afifah 11106008 40 Muhamad khotibi 11106022 41 Muh ghufron ikhsanudin 12106021 42 Isni ariyanti 11106080 43 Ummi shalihah 11106050 44 Umi rofiah 11106036 45 Kamidi 11106021 46 Qurrota a‟yun 11106042 47 Santoso 11106108 48 Imronah 11106132 49 Syukriani inshofa 11106077 50 Abdul kholiq 11106071 No Nama NIM 51 Muntaha almisbah 11106104 52 Ulissa‟adah 11106013 53 Farika nur aini 11106109 54 Muhamad taufik sidik 11106061 55 Fachurrohman 11106096 56 Rohmad qomarudin 11106115 57 Rofiq khusnun nihayah 11106111 58 Siti aliyah 11106105 59 Liya apriliyana 11106098 60 Lilies suryani 11106015 61 Puspo nugroho 11106026 62 Ali imron 11106012 63 Anis zuliana 11106003 64 Tri widyastuti 11106002 65 Mita anggraeni 11106006 66 Siti mudhoifah 11106004 67 Muntaha al misbah 11106104 68 Rozikin 11106025 69 Mutmainah 11106010 70 Amin 11106051 71 Shaufiun nuha 11106091 72 Siti barokah 11106118 73 Arini hidayanti 11106083 74 Rina supatmi 11106112 75 Haris susanto 11106054 76 Wahdatul ainiyah 11106029 No Nama NIM 77 Rita fatmawati 11106116 78 I‟anatul khasanah 11106055 79 Siti murowdlotun 11106038 80 Ria ristiana 11106103 81 Nur azizah 11106085 82 Joko susanto 11106016 83 Nur aini 11106131 84 Resti budi H. 11106125 85 Sholikin 11106043 86 Khoerul muqorrobin 11106134 87 M. suwarsono 11106093 88 Inayatus sholeha 11106047 89 Zulfa famaul husna 11106127 90 Siti sakdiyah 11106064 91 Tatik mustaqimatul salma 11106076 92 Akhmad masroh 11106082 93 Tias kristianti 11106075 94 Slamet nur hadi 12106018 95 Indah titisari 11106136 96 Arina maghfiroh 11106044 97 Muhamad arif 12106020 98 Nur aziz 11106036 99 Hartono 11106106 100 Istik muarifah 11106133 101 M. nuryasin 11106129 102 Masrukhan 11106097 No Nama NIM 103 Haris susanto 11106054 104 Tri mulyono 11106024 RIWAYAT HIDUP PENULIS Qurrota A‟yun, lahir di Beji sebuah desa kecil di daerah Ungaran Timur pada tanggal 11 Juni dua puluh dua tahun yang lalu. Wanita yang akrab dengan sapaan Yuyun ini, merupakan putra kedua dari pasangan Mudhofir dan Rohmatun. Sejak kecil, ia diasuh dan dibesarkan dalam lingkungan keluarga dan masyarakat yang kental akan budaya keagamaan. Pendidikan Dasar dilaluinya di MI Ma‟arif Beji (2000). Adapun pada tingkat menengah, ia melanjutkan di Mts (2003) dan MAK (2006) Al Manar Bener, sambil „nyantri‟ di situ. Selama belajar di tingkat dasar dan menengah, prestasi di bidang akademik yang diraihnya cukup membanggakan. Namun demikian, gadis penyuka warna coklat ini, tidak begitu antusias dalam mengikuti kegiatan keorganisasian, ia lebih suka mengeksplor diri lewat kegiatan keagamaan dan ketrampilan. Pada tahun 2006, ia melanjutkan studi di STAIN Salatiga dengan mengambil jurusan Tarbiyah dan lulus tahun 2010. Saat ini, ia bertempat tinggal di Krajan, Jl. Polonia I, No. 20A, Kel. Beji, Ungaran Timur, Semarang, 50551. Bagi pembaca yang berminat untuk berdiskusi lebih lanjut dengan beliau, dapat menghubunginya di nomor 085740581144.