kematangan kepribadian mahasiswa skripsi

advertisement
KEMATANGAN KEPRIBADIAN MAHASISWA
(Survei pada Mahasiswa Program Studi Pendidikan Agama Islam
Angkatan 2006 yang Sedang Mengerjakan Skripsi di Sekolah
Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga Tahun 2010)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan Islam
Oleh:
QURROTA A’YUN
NIM 111 06 042
JURUSAN TARBIYAH
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
SALATIGA
2010
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING
Setelah dikoreksi dan diperbaiki, maka skripsi Saudara:
Nama
: Qurrota A‟yun
NIM
: 11106042
Jurusan
: Tarbiyah
Program Studi : Pendidikan Agama Islam
Judul
:
KEMATANGAN
KEPRIBADIAN
MAHASISWA
(Survei pada Mahasiswa Program Studi Pendidikan Agama
Islam Angkatan 2006 yang Sedang Mengerjakan Skripsi di
Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga Tahun 2010)
Telah Kami setujui untuk di munaqosahkan.
Salatiga, 20 Agustus 2010
Pembimbing
Muna Erawati, S. Psi., M. Si.
NIP. 197512181999032002
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama
: Qurrota A‟yun
NIM
: 11106042
Jurusan
: Tarbiyah
Program Studi : Pendidikan Agama Islam
Menyatakan bahwa skripsi yang Saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya
Saya sendiri, bukan jiplakan dari karya orang lain. Pendapat atau temuan dari
orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode
etik ilmiah.
Salatiga, 20 Agustus 2010
Yang menyatakan,
Qurrota A‟yun
11106042
MOTTO
 Sebaik-baik manusia adalah orang yang dapat memberi manfaat
bagi sesamanya.
 Hidup itu pilihan, maka ciptakan banyak pilihan dan berusahalah
memilih sesuatu yang tak „kan pernah Kau sesali.
 Semua yang terjadi pasti ada hikmahnya.
PERSEMBAHAN
Skripsi ini Aku persembahkan kepada:
Orang tuaku tercinta yang selalu mendampingiku dengan iringan do‟a,
saudariku tersayang,
almamaterku, STAIN Salatiga,
dosen pembimbingku yang cantik dan penuh semangat,
sahabat-sahabat seperjuanganku,
serta semua orang yang Aku sayangi dan menyayangiku,
Terima kasih banyak
tanpa Kalian, Aku tak dapat berproses sampai sejauh ini.
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur kepada Allah yang dengan pertolongan-Nya
skripsi ini dapat terselesaikan tanpa ada hambatan yang berarti. Sholawat serta
salam semoga istiqomah tercurah kepada Rosulullah SAW., beliau insan
tersempurna yang kepribadiannya menginspirasi banyak orang. Terima kasih yang
setulus-tulusnya penulis ucapkan kepada segenap jajaran pendidik STAIN
Salatiga yang telah membimbing dan menghantarkan Kami berproses menuju ke
arah masa depan yang lebih baik.
Terimakasih (pula) yang tak terhingga penulis ucapkan kepada seluruh
pihak yang telah membantu kelancaran persiapan, pelaksanaan serta penyusunan
skripsi ini, khususnya kepada: kedua orang tua dan keluargaku; atas dukungan
do‟a maupun vinansial, dosen pembimbingku; atas spirit, pengorbanan waktu,
tenaga serta pikirannya hingga skripsi ini dapat selesai tepat waktu, sahabatsahabatku (Rada, Rifa‟i, Mifa, Zaki, Lia, Sholikin dan seluruh warga kelas
PAI„B); terima kasih atas semangatnya, tak lupa semua mahasiswa PAI angakatan
‟06 serta adik-adikku yang telah bersedia menjadi responden „dadakan‟ sehingga
skripsi ini dapat „sempurna‟.
Salatiga, 20 Agustus
2010
Penulis
ABSTRAK
A‟yun, Qurrota. 2010. Kematangan Kepribadian Mahasiswa (Survei pada
Mahasiswa Program Studi Pendidikan Agama Islam Angkatan 2006 yang
Sedang Mengerjakan Skripsi di Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri
Salatiga Tahun 2010). Skripsi. Jurusan Tarbiyah. Program Studi
Pendidikan Agama Islam. Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga.
Pembimbing: Muna Erawati S.Psi., M.Si.
Kata kunci: kematangan kepribadian, calon guru, PTAI.
Mahasiswa jurusan tarbiyah merupakan calon guru yang harus benar-benar
memiliki kemampuan memberdayakan peserta didiknya. Untuk itu, mahasiswa
calon guru harus sudah mempunyai cukup bekal, baik secara keilmuan,
ketrampilan maupun kepribadian yang mendukung tugas mulia tersebut. Dalam
menjalankan tugas mulia itu, guru dituntut mengerahkan kemampuan, waktu,
tenaga serta fikirannya secara menyeluluruh. Adapun kemampuan yang paling
prediktif dalam mengukur kinerja guru adalah sifat kepribadian dari mahasiswa
calon guru itu sendiri.
Penelitian ini merupakan penelitian survei pada mahasiswa yang sedang
mengerjakan skripsi di STAIN Salatiga. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui profil kepribadian dan mengukur tingkat kematangan kepribadian
mahasiswa yang akan wisuda. Berdasarkan tujuan penelitian tersebut, peneliti
menggunakan pendekatan deskriptif kuantitatif untuk menghindari subjektifitas
hasil penelitian.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas mahasiswa yang akan
wisuda memiliki tingkat kematangan cukup tinggi. Hal tersebut dapat dipahami
karena ditinjau dari segi usia, mahasiswa yang rata-rata berusia 22-23 tahun dapat
digolongkan pada usia dewasa awal. Sedangkan ditinjau dari segi latar belakang
pendidikan dan tingkat sosial-ekonomi orang tua, mahasiswa memiliki tingkat
yang cenderung berimbang antara yang tinggi dan yang rendah, jadi secara
kualitas, pembentukan kepribadian dari lingkungan keluarga juga cukup baik.
Mengacu pada temuan tersebut, maka peneliti merekomendasikan kepada
para praktisi pendidikan agar lebih memperhatikan aspek pengembangan
kepribadian peserta didik dan menerapkannya pada proses penyusunan progam
maupun
kegiatan
pembelajar
di
lapangan.
Selain
itu,
peneliti
juga
merekomendasikan kepada para peneliti selanjutnya agar melakukan penelitian
yang bertolak pada hasil survei ini sebagai tindak lanjut, dengan mengembangkan
variabel dan metode penelitiannya.
DAFTAR ISI
PERSETUJUAN PEMBIMBING…………………………………………………
i
PENGESAHAN KELULUSAN…………………………………………………..
ii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN…………………………………………
iii
MOTTO……………………………………………………………………………
iv
PERSEMBAHAN…………………………………………………………………
v
KATA PENGANTAR…………………………………………………………….
vi
ABSTRAK………………………………………………………………………..
vii
DAFTAR ISI………………………………………………………………………
viii
DAFTAR TABEL…………………………………………………………………
xii
DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………………………
xiii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang…………………………………………………………………
1
B. Rumusan
Masalah……………………………………………………………
6
C. Tujuan
Penelitian…………………………………………………………….
6
D. Manfaat
Penelitian…………………………………………………………..
7
BAB II LANDASAN TEORI
A. PTAI sebagai Penyelenggara Pendidikan…………………………………..
9
1. PTAI sebagai Penylenggara Pendidikan………………………………..
9
2. Kompetensi Lulusan PTAI………………………………………………
11
B. Peran Pendidikan Islam dalam Pengembangan Kepribadian………………..
14
1. Definisi Pendidikan Islam……………………………………………….
14
2. Fungsi dan Tujuan Pendidikan Islam……………………………………
15
3. Peran Pendidikan Islam dalam Pengembangan Kepribadian……………
18
C. Kepribadian dalam Perspektif Psikologi…………………………………….
22
1. Definisi
Kepribadian…………………………………………………….
22
2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepribadian……………………….
24
3. Kepribadian pada Usia Mahasiswa……………………………………..
28
D. Kematangan
Kepribadian…………………………………………………..
32
1. Kriteria
Kematangan
Kepribadian……………………………………..
32
2. Masalah-Masalah yang Dihadapi Orang Dewasa………………………
37
E. Kepribadian dalam Perspektif Islam……………………………………….
39
1. Definisi
Kepribadian……………………………………………………
39
2. Pembentukan
Kepribadian
Muslim……………………………………..
41
3. Perkembangan
43
Kepribadian
Muslim……………………………………
4. Pencapaian Kepribadian Muslim yang Utama………………………….
44
BAB III RANCANGAN PENELITIAN
A. Jenis dan Metode Penelitian…………………………………………………
48
B. Lokasi dan Waktu……………………………………………………………
49
C. Populasi dan Sampel…………………………………………………………
49
1. Populasi………………………………………………………………….
49
2. Sampel…………………………………………………………………..
50
D. Variabel………………………………………………………………………
51
E. Metode Pengumpulan Data…………………………………………………..
54
1. Dokumentasi……………………………………………………………..
54
2. Angket……………………………………………………………………
54
F. Instrumen
54
Pengukuran……………………………………………………….
G. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen……………………………………..
56
1. Validitas
Instrumen………………………………………………………
57
2. Reliabilitas
Instrumen……………………………………………………
58
H. Teknik Analisis Data…………………………………………………………
59
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS
A. Gambaran Umum STAIN Salatiga…………………………………………..
62
1. Gambaran Umum STAIN Salatiga………………………………………
62
2. Asas, Fungsi dan Tujuan STAIN Salatiga……………………………….
62
3. Visi dan Misi STAIN Salatiga……………………………………………
64
4. Kurikulum STAIN Salatiga Tahun Akademik 2006/2007……………….
65
5. Kompetensi Lulusan Program Studi Pendidikan Agama Islam (PAI)……
67
B. Kondisi
68
Subjek……………………………………………………………….
C. Paparan
Data…………………………………………………………………
71
1. Uji Validitas dan Reliabilitas…………………………………………….
71
2. Analisis
Data…………………………………………………………….
73
D. Pembahasan………………………………………………………………….
81
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan………………………………………………………………….
84
B. Saran…………………………………………………………………………
85
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP PENULIS
DAFTAR TABEL
TABEL 1 indikator kompetensi lulusan PTAI…………………………………
12
TABEL 2 indikator kematangan kepribadian…………………………………..
52
TABEL 3 contoh aitem angket…………………………………………………
56
TABEL 4 mata kuliah program studi PAI tahun akademik 2006/2007………..
65
TABEL 5 kompetensi lulusan PAI dan indikatornya…………………………..
67
TABEL 6 jumlah responden berdasarkan jenis kelamin……………………….
68
TABEL 7 jumlah responden berdasarkan usia…………………………………
69
TABEL 8 jumlah responden berdasarkan asal sekolah………………………..
69
TABEL 9 jumlah responden berdasarkan pekerjaan orang tua………………..
70
TABEL 10 jumlah responden berdasarkan pendidikan orang tua……………..
70
TABEL 11 distribusi frekuensi sub-skala pemahaman diri……………………
74
TABEL 12 distribusi frekuensi sub-skala hubungan dengan orang lain………
75
TABEL 13 distribusi frekuensi sub-skala target masa depan………………….
76
TABEL 14 distribusi frekuensi sub-skala ikhtiar spiritual…………………….
77
TABEL 15 distribusi frekuensi sub-skala ikhtiar non-spiritual………………..
78
TABEL 16 distribusi frekuensi sub-skala makna hidup……………………….
79
TABEL 17 distribusi frekuensi kematangan kepribadian………………………
80
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
: angket.
Lampiran 2
: tabulasi uji reliabilitas sub-skala pemahaman diri.
Lampiran 3
: tabulasi uji reliabilitas sub-skala hubungan dengan orang lain.
Lampiran 4
: tabulasi uji reliabilitas sub-skala target masa depan.
Lampiran 5
: tabulasi uji reliabilitas sub-skala ikhtiar spiritual.
Lampiran 6
: tabulasi uji reliabilitas sub-skala ikhtiar non-spiritual.
Lampiran 7
: tabulasi uji reliabilitas sub-skala makna hidup.
Lampiran 8
: tabulasi sub-skala pemahaman diri.
Lampiran 9
: tabulasi sub-skala hubungan dengan orang lain.
Lampiran 10 : tabulasi sub-skala target masa depan.
Lampiran 11 : tabulasi sub-skala ikhtiar spiritual.
Lampiran 12 : tabulasi sub-skala ikhtiar non-spiritual.
Lampiran 13 : tabulasi sub-skala makna hidup.
Lampiran 14 : tabulasi kematangan kepribadian.
Lampiran 15 : daftar mahasiswa yang sudah mengajukan skripsi.
Lampiran 16 : surat izin penelitain.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tanggung jawab mendidik anak sangat bergantung pada tiga faktor
utama, yaitu lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan
masyarakat. Sekolah menempati posisi kedua setelah lingkungan keluarga
yang melanjutkan tugas orang tua dalam mengemban peran pendidikan.
Sekolah yang dimaksud di sini adalah seluruh lembaga pendidikan yang
berada di semua level dan tingkatan, baik milik pemerintah maupun yang
dikelola swasta. Posisi sekolah berubah menjadi lingkungan pertama bagi
peserta didik yang telah memasuki usia remaja, sebab waktu mereka lebih
banyak dihabiskan di lingkungan sekolah dan komunitas sepermainannya dari
pada lingkungan keluarga. Disadari atau tidak, remaja mulai memenuhi
kebutuhan sosialnya sendiri dengan cara ini.
Usia remaja merupakan masa transisi menuju kedewasaan. Salah satu
kondisi kritis yang dialami dan harus mendapat penanganan serius adalah
dalam pembentukan dan pengembangan kepribadian. Keadaan jiwa remaja
masih sering terombang-ambing oleh pengaruh-pengaruh yang bersumber dari
dalam dan luar dirinya. Sedikit saja kesalahan perlakuan yang diberikan maka
akan berdampak besar pada penyimpangan perilaku yang mencerminkan
kepribadian tersebut. Namun pada kenyataannya, perkembangan remaja tidak
selalu bersifat negatif, ada juga perkembangan positif pada periode ini. Pada
usia ini, dalam diri remaja juga sudah mulai tumbuh nilai-nilai sosial. Dengan
demikian secara kejiwaan mereka sudah memiliki kesiapan (readiness) untuk
menerima bimbingan yang mengarahkan kepada pembentukan sikap moral
yang merupakan langkah awal dalam pembentukan kepribadian, akan tetapi
hal ini tidak mudah terwujud sebab banyak faktor eksternal yang
mempengaruhi dan melemahkan pembentukan kepribadian para remaja
disamping beberapa faktor internal dari dalam yang juga turut mempengaruhi.
Bimbingan ini bisa didapatkan dari berbagi sumber, terutama dari lembaga
pendidikan.
Salah satu lembaga pendidikan yang tetap eksis dalam mengemban
amanat tersebut adalah Perguruan Tinggi Agama Islam (PTAI). PTAI secara
struktual, memiliki fungsi melanjutkan estafet keilmuan dari jenjang
sebelumnya. Hanya saja dari segi materi pembelajaran PTAI memiliki bentuk
yang berbeda yaitu lebih bersifat pengembangkan dan pendalaman wawasan
serta keterampilan peserta didik (mahasiswa). Meski demikian, PTAI sebagai
salah satu organisasi yang menyediakan layanan pembelajaran bagi
masyarakat, tidak hanya berperan dan bertanggung jawab dalam membina,
membangun dan mengembangan potensi (SDM) agar lebih berkualitas tapi
juga dalam hal pengembangan kepribadian peserta didiknya (mahasiswa).
PTAI, dalam pandangan masyarakat, dipercaya sebagai penyelenggara
pendidikan yang tidak hanya mumpuni dalam bidang akademik tapi juga
mempunyai nilai lebih dibanding dengan lembaga lainnya yakni membekali
peserta didik (mahasiswa) dengan ilmu agama yang cukup banyak. Materi
pendidikan agama dan nilai-nilai moral diyakini sebagai salah satu aspek
penting menuju terbentuknya kepribadian mahasiswa yang matang.
Sebagai organisasi sosial, hubungan (relasi) PTAI dengan masyarakat
tentunya sangat erat. Ditinjau dari segi lulusan, PTAI “wajib” menghasilkan
lulusan (output) yang terjamin kualitasnya sehingga dapat menguntungkan
(bermanfaat) bagi masyarakat baik secara finansial maupun sosial. Terkait
dengan pentingnya kedudukan output ini, Komariah dan Triana (2005: 2)
menyatakan bahwa output merupakan fokus dari ikhtiar pendidikan. Output
memiliki tingkat kepentingan tertinggi dalam komponen-komponen sistem
pendidikan.
Hal ini menjelaskan bahwa kedudukan output sangat sentral dalam
rangka menjaga hubungan baik dengan masyarakat. Lebih dari itu kualitas
output digunakan sebagai penentu eksistensi PTAI di wilayah tertentu. Akan
tetapi kualitas output sering hanya diukur dengan nilai akademik semata.
Sikap, perilaku dan ketrampilan kerap dikesampingkan hingga menimbulkan
ketidakkomprehensifan dalam pengukuran kompetensi. Padahal tujuan dari
pendidikan adalah untuk mengembangkan potensi-potensi peserta didik demi
mencapai kedewasaan yang sesuai dengan kepribadian masing-masing.
Ditambah dinamika yang terjadi saat ini, dunia kerja menuntut masalah
yang menyangkut moral-sosial mendapatkan porsi 90%, sedangkan yang
menyangkut aspek intelektual hanya 10%. Ketidakseimbangan yang terjadi
tentu saja harus segera mendapatkan penanganan yang serius. Salah satu
ikhtiar dalam mengantisipasi masalah tersebut adalah dengan terus
mengupayakan pemenuhan tenaga profesional, baik dari segi kuantitas
maupun kualitas, yang mempunyai kemampuan dalam memperbaiki dan
meningkatkan mutu pendidikan sehingga pengembangan potensi siswa dapat
dijaga keseimbangannya serta kebutuhan masyarakat akan tenaga profesional
dapat terpenuhi. Namun tentu saja pemenuhan kebutuhan tenaga profesional
ini tidak semudah membalik telapak tangan. Perlu adanya bimbingan
keprofesian dari lembaga khusus keguruan yang mumpuni di bidangnya.
Satu-satunya PTAI di salatiga yang terus mengembangkan sayapnya di
bidang pendidikan khususnya pendidikan keguruan adalah STAIN Salatiga.
Fokus pada pendidikan keguruan ditekuni dari awal berdirinya. Spesialisasi
pendidikan keguruan (jurusan tarbiyah) STAIN Salatiga mempunyai beberapa
program studi sebagai pembidangan profesionalitas yang akan diberikan pada
mahasiswa calon guru.
Mahasiswa jurusan tarbiyah, sebagai calon guru, dibekali dengan
berbagai ilmu keguruan mulai dari materi pelajaran, metode pengajaran, dasardasar ilmu pendukung seperti psikologi, sosilogi dan lainnya sampai
manajemen kelembagaan. Selain berbekal teori yang matang, mahasiswa juga
diberikan praktik langsung lewat pendidikan lapangan yang bertujuan agar
mahasiswa calon guru benar-benar memiliki kemampuan memberdayakan
peserta didik mereka nanti. Namun demikian, hal yang tak kalah pentingnya
adalah kesiapan mental dan moral yang tercermin dari kepribadian mahasiswa
calon gurulah yang harus ditekankan, karena sifat kepribadian guru
berpengaruh secara langsung terhadap kinerjanya. Widjadipa (2007: 103)
memaparkan, sifat kepribadian dari mahasiswa calon guru merupakan alat
yang paling prediktif dalam mengukur kinerja guru.
Meskipun mahasiswa yang siap wisuda dipandang telah mencapai
kematangan spiritual, moral, intelektual, emosional dan sosial secara
berimbang, tetapi pada kenyataannya sering sekali terjadi penguasaan teori
dan pengandalan rasio secara berlebihan tanpa dibarengi dengan keterampilan
konkret, kurangnya pemahaman diri dan penghayatan keagamaan dalam setiap
tampilan perilaku dan lain sebagainya. Kurangannya keseimbangan antara
aspek satu dengan yang lainnya akan merusak harmonisasi yang membuat
kematangan diri mahasiswa tidak komprehensif. Oleh karena itu, dibutuhkan
pengetahuan, keterampilan serta pengalaman yang cukup untuk menjadi
mahasiswa unggul. Dengan berbekal ilmu, keterampilan serta pengalaman
yang cukup, mahasiswa siap wisuda, seyogyanya telah memiliki kesiapan,
baik fisik maupun mental, untuk terjun ke masyarakat yakni dunia sosial baru
yang lebih riil dan kompleks.
Mahasiswa (jurusan tarbiyah) yang sedang mengerjakan skripsi adalah
calon „produk jadi‟ STAIN Salatiga. Mahasiswa yang hanya tinggal
menyelesaikan skripsi idealnya, telah cukup menguasai kompetensikompetensi tertentu (kompetensi lulusan) yang telah direncanakan, baik dari
aspek kognitif, afektif maupun psikomotorik yang siap terjun ke dunia
pendidikan serta masyarakat. Kompetensi lulusan hakikatnya suatu keadaan
kemampuan mahasiswa yang mengacu pada kriteria-kriteria ideal yang telah
ditetapkan. Akan tetapi tentu saja seberapa jauh penguasaannya tergantung
individu masing-masing.
Profil lulusan STAIN Salatiga yang diharapkan adalah mereka yang
menguasai IPTEKS sekaligus hidup dalam nilai-nilai agama (Islam), memiliki
kepribadian matang, kesempurnaan dan keseimbangan nilai-nilai moral, sosial
dan spiritual yang menyatu. Sudahkah mahasiswa STAIN Salatiga
mengevaluasi dan mempersiapkan diri menuju kehidupan selanjutnya dengan
kepribadian mantap? atau malah sama sekali tidak memperdulikan aspek
kepribadian tersebut?.
Berangkat dari paparan latar belakang di atas, peneliti mencoba
mengkaji dan mendalami aspek kepribadian mahasiswa dengan melakukan
penelitian
yang
berjudul:
“KEMATANGAN
KEPRIBADIAN
MAHASISWA” (Survei Pada Mahasiswa Progam Studi Pendidikan
Agama Islam Angkatan 2006 yang Sedang Mengerjakan Skripsi di
Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga Tahun 2010)
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana profil kepribadian mahasiswa STAIN Salatiga?
2. Bagaimana tingkat kematangan kepribadian mahasiswa STAIN Salatiga?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, penelitian ini bertujuan:
1. Mendeskripsikan profil kepribadian mahasiswa STAIN Salatiga.
2. Mengukur tingkat kematangan kepribadian mahasiswa STAIN Salatiga.
D. Manfaat Penelitian
1. Secara teoritik penelitian ini bermanfaat sebagai pengembangan ilmu
khususnya dalam bidang kepribadian.
2. Secara praktik penelitian ini bermanfaat:
a. Bagi institusi terkait, informasi yang ada dapat dijadikan sebagai bahan
rujukan supaya lebih meningkatkan program-program yang menunjang
kualitas pendidikan yang berdampak terhadap mutu lulusan yang
dihasilkan.
b. Bagi praktisi pendidikan di bidang akademik, khususnya bagian
kurikulum, informasi mengenai kematangan kepribadian ini akan
sangat
diperlukan dalam upaya penyusunan dan mengembangkan
kurikulum yang mempertimbangkan pengembangan kepribadian dan
membekali mahasiswa dengan ketrampilan praktis sesuai dengan
kebutuhan institusi, pengguna lulusan (masyarakat), individu serta
antisipatif terhadap masa depan.
c. Bagi para pendidik, hasil survei ini bermanfaat sebagai masukan dalam
rangka mengoptimalkan pelaksanaan pembelajaran,
hendaknya
mempertimbangkan keberagaman dan pengembangan kepribadian
peserta perkuliahan agar setiap peserta mendapatkan treatmen yang
tidak berlebihan.
d. Bagi pengguna lulusan khususnya dalam bidang pendidikan, informasi
yang ada dapat digunakan sebagai bahan rujukan guna mengontrol dan
menyeleksi kompetensi apa saja (khususnya kompetensi kepribadian)
yang diperlukan guna terwujud profesionalisme.
e. Manfaat bagi para pemerhati pendidik dapat dijadikan sebagai bahan
acuan dalam mengevaluasi sitem pendidikan dan dapat ikut serta
menentukan kompetensi yang diperlukan, khususnya dalam aspek
kepribadian, dalam rangka mencapai tujuan pendidikan.
f. Hasil survei ini juga dapat digunakan sebagai acuan mahasiswa yang
ingin
mengetahui dan mengukur tingkat kematangan kepribadian
dasar yang harus dicapai sebagai bekal setelah wisuda ketika ingin
terjun di masyarakat. Dan diharapkan penelitian survei
ini dapat
dijadikan acuan bagi mahasiswa yang berminat melakukan penelitianpenelitian selanjutnya yang lebih komprehensif dan kompetitif.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. PTAI sebagai Penyelenggara Pendidikan
1. PTAI sebagai Penyelenggara Pendidikan
Pendidikan secara hakiki menjadi bagian yang tidak dapat
dipisahkan dari berbagai kebutuhan dasar dalam kehidupan manusia.
Dalam pengertian umum, pendidikan sering diartikan sebagai usaha
pendewasaan manusia. Adapun definisi pendidikan secara lebih konkret,
ditinjau dari segi hukum berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia
nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional, pasal 1 ayat 1
yaitu “Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan
potensi
diri
untuk
memiliki
kekuatan
spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta
ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara”
(Usman, 2006: 7).
John Dewey dalam Jalaluddin (2001: 65) menyatakan bahwa
pendidikan sebagai salah satu kebutuhan, fungsi sosial, sebagai
bimbingan,
sarana
pertumbuhan
yang
mempersiapkan
dan
mengembangkan serta membentuk disiplin hidup. Pendidikan merupakan
syarat utama yang menentukan kualitas individu. Isjoni (2006: 10)
mengungkapkan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan maka semakin
berkualitas pola pikir, pola tindak serta pola laku seseorang. Oleh sebab itu
pendidikan merupakan barometer bagi kualitas setiap manusia.
PTAI adalah lembaga pendidikan tinggi yang identik dengan
pengembangan khasanah keilmuan Islam. Selain memasukkan kurikulum
umum, PTAI juga mengabdikan diri pada studi keilmuan Islam yang
menjadi pijakan utama pengembangan keilmuan dan kurikulumnya. PTAI
sebagai
perguruan
tinggi,
mempunyai
hak
khusus
dalam
menyelenggarakan pendidikan yaitu berhak menyelenggarakan program
akademik, profesi dan/atau vokasi sebagaimana tercantum pada UU
tentang Sisdiknas pasal 20 ayat 3.
Pada jenjang perguruan tinggi, peserta didik (mahasiswa)
diarahkan pada pembidangan studi khusus
yang menjadi dasar
pengembangan profesionalitas. Kompetensi yang harus dikuasai mencakup
aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Bertolak dari paparan tersebut,
terlihat jelas bahwa ketiga aspek tersebut merupakan aspek yang harus
terus dikembangkan guna mencapai lulusan yang tidak hanya berkualitas
dalam segi profesi tetapi juga sebagai manusia yang memiliki kualitas
kepribadian yang utuh.
Ada empat kompetensi dasar yang harus dimiliki seorang pendidik,
yang seyogyanya juga dikuasai oleh calon pendidik, yaitu kompetensi
pedagogik,
kompetensi
kepribadian,
kompetensi
profesional
dan
kompetensi sosial. Maka dari itu, sebagai calon guru mahasiswa pun
dituntut menguasai kompetensi tersebut. Jadi dapat disimpulkan bahwa
PTAI mempunyai peran penting dalam mengembangkan kepribadian
mahasiswa dengan program pengembangan kepribadian yang menyatu
dalam kompetensi dasar, yang bertujuan agar terbentuk lulusan yang
berkualitas.
2. Kompetensi Lulusan PTAI
Sudah menjadi pengetahuan umum bahwa setiap tindak pendidikan
dan pembelajaran pastilah berujung pada pencapaian kompetensi yang
direncanakan. Bloom (Sunarto dan Hartono, 1999: 29) mengemukakan
bahwa tujuan akhir dari proses pembelajaran dikelompokkan menjadi tiga,
yaitu penguasaan pengetahuan (kognitif), penguasaan nilai (afektif) dan
penguasaan keterampilan (psikomotorik).
Secara umum, ada tujuh kompetensi dasar yang harus dikuasai
oleh lulusan PTAI menurut Furchan, Muhaimin dan Maimun (2005: 1819), ketujuh kompetensi tersebut adalah sebagai berikut:
1. Kompetensi berbahasa Arab.
2. Kompetensi dasar keislaman.
3. Kompetensi berbahasa Inggris.
4. Kompetensi menggunakan komputer.
5. Kompetensi berkaitan dengan sikap kerja (beriman dan bertaqwa
kepada Tuhan, disiplin, jujur, teliti, tanggungjawab, kematangan
emosi, inovatif dan profesional).
6.
Kompetensi bekerjasama dengan orang lain.
7. Kompetensi mengekspresikan diri.
Dari sini jelaslah bahwa kepribadian menempati posisi penting
sebagai salah satu kompetensi dasar yang harus dikuasai mahasiswa
setelah menjalani proses pendidikan. Adapun indikator kompetensi secara
khusus yang harus dimiliki lulusan PTAI (Furchan, Muhaimin & Maimun,
2005: 22-25) adalah sebagai berikut:
Table. 1
Indikator kompetensi lulusan PTAI
Sumber: Buku Kurikulum Berbasis Kompetensi karangan Furchan, Muhaimin &
Maimun.
Tujuan PTAI
Menghasilkan
sarjana
yang
muslim
memiliki
Kompetensi Lulusan
1. Memiliki
Memahami ajaran islam yang
pengetahuan
normatif dan empiris akidah,
tentang islam secara
komprehensif.
syariah, akhlak serta sejarah
kemampuan
dan peradaban islam.
(kompetensi)
akademik
2. General knowledge.
dan
profesional
dalam
bidang
Memahami pokok-pokok IPS,
IPA dan humaniora.
3. Beriman, takwa dan
akhlak mulia.
ilmu agama islam
serta
Indikator Kompetensi
mampu
menerapkannya
di masyarakat.
4. Berkepribadian
Indonesia.
a. Menjalankan
perintah
Allah dan
menjauhi
larangan-Nya.
b. Berpikir, berbicara dan
bertindak sesuai dengan
nilai-nilai ajaran islam.
c. Memiliki rasa tanggung
jawab,
harga
diri,
integritas,
mampu
bersosialisasi,
saling
menghormati.
Bergama,
memiliki
rasa
kebangsaan,
kebhinekaan,
demokratis, rasa solidaritas
sosial.
Tujuan PTAI
Kompetensi Lulusan
5. Sikap ilmiah.
Indikator Kompetensi
Cinta ilmu pengetahuan, cinta
kebenaran,
rasional,
kritis,
objektif, menghargai pendapat
orang lain.
6. Profesional.
Mampu
melaksanakan
pekerjaan secara efektif dan
efisien
serta
memiliki
komitmen terhadap mutu hasil
pekerjaan.
7. Kewirausahaan.
Inovatif, ulet, kreatif, pantang
menyerah, adaptif, responsif,
mandiri,
mempunyai
keinginan untuk maju, berani
menanggung resiko.
8. Memiliki
keterampilan
berbahasa
Indonesia.
a. Mampu menyajikan isi
pikiran
secara
lisan
dengan sistematis dan
mudah dipahami.
b. Mampu menulis karya
ilmiah dengan sistematis
dan menggunakan bahasa
Indonesia yang benar dan
baku.
Mampu memahami isi buku
9. Memiliki
keterampilan
teks berbahasa Arab/Inggris
berbahasa Arab dan
Inggris.
tanpa banyak kesulitan.
10. Memiliki
keterampilan dalam
berpikir.
a. Berpikir ilmiah: mampu
memecahkan
masalah
melalui
pendekatan
ilmiah.
b. Berpikir kretif: mampu
menemukan alternative
baru dalam memecahkan
masalah.
c. Mengambil keputusan:
mampu memilih salah
Tujuan PTAI
Kompetensi Lulusan
Indikator Kompetensi
satu
dari
alterenatif.
Mampu mencari,
berbagai
11. Memiliki
menelola
keteramilan dalam
dan menyajikan informasi
mengolah
informasi.
secara sistematis, kritis dan
objektif.
12. Memiliki
keterampilan dalam
mengelola sumber
daya.
13. Memiliki
keterampilan dalam
bekerjasama dengan
orang lain.
Mampu
mengelola
waktu,
manusia, uang dan barang.
Mampu bekerja dalam tim,
memimpin
dan
bergaul
dengan masyarakat.
14. Memiliki
Mampu
keterampilan dalam
mengoperasikan
memanfaatkan
teknologi.
memelihara
memilih,
dan
perangkat
teknologi.
Furchan, Muhaimin & Maimun menambahkan, Kurikulum dan
Hasil Belajar (KBH) tersebut bersifat tentatif, artinya masing-masing
PTAI dapat menambah dan mengurangi dengan catatan harus relevan
dengan visi dan misi PTAI serta kondisi kontekstual kekinian.
Dari beberapa kompetensi di atas, kompetensi yang berkaitan
dengan pengembangan kepribadian khususnya dijabarkan secara cukup
gamblang terkait kompetensi yang berhubungan dengan internal maupun
eksternal.
B. Peran Pendidikan Islam dalam Pengembangan Kepribadian
1. Definisi Pendidikan Islam
Pendidikan Islam mempunyai arti luas. Di sekolah-sekolah formal
maupun non formal, pendidikan Islam sering diasumsikan pada studi
agama seperti aqidah, fikih, hadits, tafsir, Al-Qur‟an, tarikh Nabi dan lain
sebagainya. Arti pendidikan Islam menurut Achmadi (1992: 20) adalah
“segala usaha untuk memelihara dan mengembangkan fitrah manusia dan
sumberdaya insani yang ada padanya menuju terbentuknya manusia
seutuhnya (insan kamil) sesuai dengan norma Islam”.
Achmadi menambahkan bahwa, pendidikan Islam didasarkan pada
konsep manusia. Konsep manusia seutuhnya, dalam pandangan Islam,
dapat diformulasikan secara garis besar sebagai manusia beriman dan
bertaqwa serta memiliki berbagai kemampuan yang teraktualisasi dalam
hubungannya dengan Tuhan, dengan sesama manusia dan dengan alam
sekitarnya dengan baik, positif dan konstruktif.
2. Fungsi dan Tujuan Pendidikan Islam
Achmadi (1992: 25) menyebutkan ada tiga fungsi pendidikan Islam
yaitu:
1. Mengembangkan wawasan yang tepat dan benar mengenai jati diri
manusia, alam sekitar dan mengenai kebesaran Ilahi, sehinga tumbuh
kretivitas yang benar.
2. Menyucikan diri manusia dari syirik dan berbagai sikap hidup dan
perilaku yang dapat mencemari fitrah kemanusiaannya; dengan
menginternalisasikan nilai-nilai insani dan Ilahi pada subjek didik.
3. Mengembangkan ilmu pengetahuan untuk menopang dan memajukan
kehidupan baik individual maupun sosial.
Dalam Al-Qur‟an disebutkan bahwa salah satu fungsi pendidikan
Islam adalah fungsi pedagogik yang tersebut dalam Surat Al-Baqarah:
151, yaitu:
         
       
“sebagaimana Kami telah mengutus kepada kamu sekalian seorang
Rosul diantara kamu yang membacakan ayat-ayat Kami kepadamu,
menyucikanmu,
mengajarkan
Al-Kitab
dan
Al-Hikamah
dan
mengajarkanmu apa yang belum kamu ketahui”.
Jalaluddin (2001: 89-90) menyatakan bahwa tujuan utama
pendidikan Islam identik dengan tujuan Islam itu sendiri. Ia juga
menyebutkan bahwa tujuan pendidikan Islam ialah agar manusia menjadi
pengabdi Allah yang patuh dan setia. Tujuan ini hanya dijadikan dasar
dalam merumuskan tujuan pendidikan Islam yang lebih konkret. Dari sini
terlihat jelas bahwa tujuan tertinggi pendidikan Islam didasarkan pada
aspek keagamaan dan secara operasional dijabarkan dalam tujuan yang
lebih konkret (khusus).
Sehubungan dengan hal tersebut, secara lebih operasional Achmadi
(1992: 63) berpendapat bahwa usaha pendidikan ditujukan untuk
mengubah dan mengembangkan manusia menuju arah kesempurnaan
dengan bimbingan dan arahan yang berdasarkan pada nilai ketuhanan yang
memiliki kebenaran mutlak dan sesuai dengan fitrah (potensi dasar)
manusia. Acmadi mengisyaratkan bahwa proses pendidikan ditujukan
pada pengembangan peserta didik yang secara garis besar mengacu pada
tujuan Islam. Ini berarti bahwa Islam bukanlah agama yang mengajarkan
ajaran yang hanya menyentuh aspek doktrin ketuhanan saja, tetapi juga
menyentuh pada aspek perubahan dan perkembangan (potensi) pada diri
manusia. Allah mengisyaratkan, dalam Surat Ar-Ra‟d ayat 11:
         
“…sesungguhnya Allah tidak akan merubah keadaan suatu kaum
sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka….”
Dari ayat di atas dapat dengan jelas diketahui bahwa pengubahan
diri merupakan syarat utama jika manusia menginginkan Allah mengubah
nasibnya. Jadi aspek pengembangan kepribadian merupakan sentral dari
ikhtiar pendidikan, dari itu pendidik dituntut untuk terus menciptakan
suasana yang kondusif agar pengembangan kepribadian peserta didik
tercapai dengan optimal.
Menurut Omar Muhammad Attoumy Asy-syaebani (Achmadi,
1992: 60) tujuan pendidikan Islam memiliki empat ciri pokok yaitu:
1. Sifat yang bercorak agama dan akhlak.
2. Sifat kekomprehensifan yang mencakup segala aspek pribadi sujek
didik dan semua aspek perkembangan masyarakat.
3. Sifat berkesinambungan, kejelasan, tidak adanya pertentangan antara
unsur-unsur dan cara pelaksanaannya.
4. Sifat realistik dan dapat dilaksanakan, penekanan pada perubahan yang
dikehendaki pada tingkah laku dan pada kehidupan, memperhitungkan
perbedaan-perbedaan perseorangan antara individu, masyarakat dan
kebudayaan di mana-mana dan kesanggupannya untuk berubah dan
perkembangan bila diperlukan.
Asy-syaebani (Jalaluddin, 2001: 90) juga menegaskan bahwa
tujuan pendidikan Islam adalah untuk mempertinggi nilai-nilai akhlak
hingga mencapai tingkat akhlak karimah. Tujuan ini sama persis dengan
misi kerosulan yang diemban oleh Muhammad bin Abdullah yaitu
membimbing manusia menuju kesempurnaan akhlak (akhlak yang mulia).
Dari uraian diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa tujuan
pendidikan Islam adalah untuk mengembangkan potensi peserta didik agar
mencapai kesempurnaan fisik maupun mental, kesempurnaan akhlak dan
kesempurnaan keimanan (takwa). Jadi pendidikan Islam secara ideal,
menuntun peserta didik yang menuju kematangan yang meliputi aspek
individu, sosial maupun spiritual.
3. Peran Pendidikan Islam dalam Pengembangan Kepribadian
Manusia dalam pandangan islam, memiliki potensi dasar nan luhur
yang merupakan anugerah dan amanat Allah. Potensi dasar tersebut
merupakan “bahan mentah” yang harus terus dikembangkan agar menjadi
sempurna. Potensi dasar tersebut disebut fitrah. Empat belas abad yang
lalu, Al-Qur‟an menjelaskan bahwa Allah telah memberikan fitrah kepada
manusia. Fitrah bermakna khilqah yang berarti manusia diciptakan
memiliki pembawaan beragama tauhid. Fitrah manusia merupakan pola
dasar yang sekaligus menjadi potensi dan pembawaan hakiki manusia.
Dalam Surat Al-Rum ayat 30 Allah menjelaskankan tentang fitrah
tersebut:
                 
       
“maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah);
(tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut
fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang
lurus tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahuinya”
Ayat tersebut secara tekstual menegaskan bahwa manusia
diciptakan Allah atas fitrah tersebut. Fitrah yang merupakan acuan
penciptaan manusia itu berasal dari fitrah Allah. Baharuddin (2005: 20)
menganalisis, fitrah merupakan potensi yang ada pada manusia dan berasal
dari Allah, oleh karena itu seharusnya fitrah dipandang dari dua sisi pula.
Pertama, fitrah yang berhubungan dengan Allah yaitu milik Allah. Kedua,
fitrah dalam hubugannya dengan manusia merupakan landasan penciptaan
manusia yang kemudian menjadi milik manusia. Dengan kata lain,
manusia diciptakan menganut pola tertentu yang disebut fitrah.
Teori fitrah menginformasikan bahwa bakat manusia bersifat baik
(beragama tauhid) tetapi pada perkembangannya, seorang anak dapat
keluar dari bakat tersebut karena pengaruh kedua orang tua (dalam arti
luas adalah lingkungan). Nabi Muhammad pernah bersabda:
“setiap bayi tidaklah dilahirkan melainkan dalam keadaan fitrah
(suci). Maka kedua orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi,
Nasrani atau Majusi” (HR. Bukhari)
Berdasarkan teori fitrah, Baharuddin (2005: 145) menjelaskan
fungsi pendidikan Islam yaitu untuk menjaga dan menumbuh-kembangkan
iman anak. Materi dan kurikulum pendidikan Islam harus berusaha
memberikan nuansa yang kondusif bagi perkembangan potensi baik anak
dan menutupi potensi jahat yang menutupinya. Dengan kata lain, fungsi
pendidikan Islam adalah untuk menumbuh-kembangkan iman, bukan
mengerosi (mengikis) iman.
Achmadi (1992: 63-64) menjelaskan bahwa pencapaian tertinggi
yang menjadi tujuan dasar pendidikan Islam yang bersifat mutlak yaitu:
a. Menjadi hamba Allah yang bertakwa.
Tujuan ini sejalan dengan tujuan penciptaan manusia, yaitu
untuk beribadah kepada Allah. Dari itu pendidikan Islam harus
mencakup dua hal, yaitu: Pertama, pendidikan harus memungkinkan
manusia mengerti Tuhannya, sehingga seluruh rangkaian ibadahnya
dilakukan dengan penuh penghayatan akan keesaan-Nya serta
senantiasa tunduk pada syariah dan petunjuk Ilahi. Kedua, pendidikan
harus
menggerakkan
kemampuan
manusia
untuk
memahami,
memanfaatkan dan menggunakan segala ciptaan Allah untuk
mempertahankan iman dan menopang agamanya.
b. Mengantarkan peserta didik menjadi khalifatullah fil ard (wakil Tuhan
di bumi) yang mampu memakmurkan, membudayakan dan, lebih jauh
lagi, mewujudkan rahmat bagi seluruh alam.
c. Untuk memperoleh kesejahteraan dan kebahagiaan hidup di dunia
sampai akhirat, baik individu maupun masyarakat.
Untuk mencapai kebahagiaan hidup di dunia, manusia memerlukan
kemampuan untuk memperolehnya berupa ilmu dan ketrampilanketrampilan teknis lainnya. Begitu pula untuk mencapai kebahagiaan
akhirat manusia juga memerlukan ilmunya. Sebagaimana ditegaskan
dalam hadits yang artinya:
“barang siapa meniti suatu jalan untuk mencari ilmu, maka Allah
akan memudahkan jalan menuju surga baginya”. (HR. Ahmad)
Dalam Surat Al-Mujadallah ayat 11 juga disebutkan:
         
“…Allah meninggikan derajat orang-orang yang beriman dan berilmu
pengetahuan beberapa derajat…”.
Jadi tegaslah bahwa pendidikan Islam mempunyai peran yang
besar dalam mengembangkan kepribadian peserta didik. Melalui
pendidikan, peserta didik dibekali ilmu pengetahuan serta ketrampilan
sehingga diharapkan mereka dapat menjadi manusia yang mempunyai
kepribadian unggul baik secara intelektual, sosial maupun spiritual.
C. Kepribadian dalam Perspektif Psikologi
1. Definisi Kepribadian
Secara etimologi, kepribadian berasal dari kata personare (Yunani)
yang berarti menyuarakan melalui alat. Di zaman Yunani kuno para
pemain sandiwara berdialog menggunakan semacam penutup muka
(topeng) yang dinamakan persona. Dari kata ini kemudian dipindahkan
kedalam bahasa Inggris menjadi personality yang kemudian diterjemahkan
kedalam bahasa Indonesia menjadi kepribadian (Jalaluddin, 2001: 171).
Berbicara mengenai pengertian kepribadian, terdapat banyak
perbedaan definisi dari para ahli psikologi mengenai isi dan batasannya.
Ahmadi dan Sholeh (2005: 150) menjelaskan, perbedaan mengenai bagian
yang paling hakiki dari kepribadian dapat ditelaah melalui pandangan
filsafat yang digunakan para ahli yang pada akhirnya menentukan
pengertian tentang kepribadian tersebut. Lambat laun seiring dengan
pesatnya perkembangan teknologi komunikasi, berbagai aliran filsafat itu
pun saling melengkapi dan menyempurnakan satu sama lain. Guna
memberikan gambaran yang lebih luas mengenai kepribadian berikut ini
dikemukakan pendapat-pendapat para ahli, walau tidak seluruhnya, antara
lain:
Woodworth mengatakan, bahwa kepribadian merupakan kualitas
tingkah laku total individu. Senada dengan Woodworth, Dashiell
mengartikan kepribadian sebagai gambaran total tentang tingkah laku
individu yang terorganisir. Sedangkan Derlega, Winstead dan Jones
mengemukakan bahwa kepribadian ialah sistem yang relatif stabil
mengenai karakteristik individu, bersifat internal dan berkontribusi
terhadap pikiran, perasaan serta tingkah laku yang konsisten (Yusuf LN.
dan Nurrihsan, 2007: 3).
Carl Gustav Jung menilai, kepribadian sebagai wujud pernyataan
kejiwaan yang ditampilkan seseorang dalam kehidupannya. Adapun
Gordon W. Allport menyatakan bahwa kepribadian merupakan susunan
dinamis psikofisis dalam diri seseorang yang menentukan dirinya dapat
atau tidak untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya (Jalaluddin,
2001: 172).
Bertolak dari beberapa definisi di atas, dapat ditarik kesimpulan
bahwa kepribadian adalah kesatuan sistem (totalitas) psiko-fisik individu,
tercermin dalam tampilan tingkah laku yang menentukan caranya yang
khas dalam melakukan penyesuaian diri dengan lingkungannya.
Dari kesimpulan tersebut dapat dimengerti bahwa kepribadian
bukan hanya berkisar pada „struktur dalam‟ berupa aspek fisik dan mental
saja tetapi juga mempunyai „struktur luar‟ yakni aspek sosial yang berupa
penyesuaian diri terhadap orang lain. Struktur dalam dari kepribadian
tampak pada pola pikir, sifat-sifat, warna kulit dan lainnya. Sedangkan
struktur luar tampak dari sikap dan tingkah lakunya yang khas dalam
merespon keadaan lingkungan di sekitarnya. Kedua struktur ini tentunya
harus dipahami sebagai satu kesatuan yang utuh, saling melengkapi dan
mempengaruhi.
Ditengah masyarakat kita yang syarat akan nilai moral, aspek
sosial (penyesuaian diri) sering diterjemahkan sebagai akhlak (sikap
moral). Akhlak merupakan struktur luar yang bersifat dinamis dalam
menghadapi situasi, kondisi dan perubahan yang terjadi di lingkungan.
Akhlak menjadi ukuran keberhasilan seseorang dalam penyesuaian diri
dengan keadaan sekitarnya. Seseorang yang mempunyai sikap moral
(akhlak) yang baik akan diterima dengan baik pula oleh lingkungan begitu
juga sebaliknya.
2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepribadian
Dalam Ilmu Jiwa Perkembangan di dunia Barat, ada tiga teori
perkembangan, yaitu:
a. Teori Nativisme, yang meyakini bahwa perkembangan manusia
ditentukan (dipengaruhi) oleh bakatnya, bakat tersebut mempunyai
potensi baik maupun jahat.
b. Teori Empirisme, mengungkapkan bahwa perkembangan manusia
ditentukan
lingkungan
atau
pendidikan,
bakat
bawaan
tidak
mempunyai pengaruh sama sekali. Teori ini berasumsi bahwa manusia
pada saat dilahirkan seperti kertas putih dan yang akan mewarnainya
tergantung oleh lingkungan.
c. Teori Konvergensi, mengakui bahwa perkembangan anak ditentukan
secara bersama-sama oleh pambawaan bakat dan lingkungan atau
pendidikan (Baharuddin, 2005: 144).
Jadi, ada dua faktor dasar yang mempengaruhi pembentukan dan
perkembangan kepribadian individu yaitu faktor hereditas (bawaan) dan
lingkungan. Berikut ini penjelasan kedua faktor tersebut dan hubungan
antara keduanya.
a. Faktor Hereditas
Faktor hereditas memiliki peranan penting dalam pertumbuhan
dan perkembangan anak. Seorang anak dilahirkan ke dunia ini
membawa berbagai pembawaan yang diwarisi dari orang tua atau
nenek moyangnya. Faktor ini memiliki pengaruh langsung maupun
tidak langsung pada kepribadian individu. Secara langsung, sifat-sifat
yang diwarisi dari orang tua akan menentukan sifat dan temperamen
yang dimiliki seseorang, sedangkan secara tidak langsung, bentuk
tubuh, warna kulit dan yang lainnya akan mempengaruhi cara anak
dalam interaksi dan penyesuaian dirinya terhadap orang lain.
Adapun pembawaan utama yang mempengaruhi kepribadian
antara lain: bentuk tubuh, raut muka, warna kulit, intelegensi, bakat,
sifat/watak dan penyakit (Ahmadi dan Sholeh, 2005: 47). Faktor
hereditas menentukan kekhasan individu yang membedakan antara
individu satu dengan yang lainnya. Individu yang hidup di tengah
lingkungan sosial tidak hanya pasif menerima pengaruh-pengaruh dari
luar saja tetapi ia juga merespon pengaruh tersebut. Masing-masing
individu akan memberi penghayatan berbeda terhadap lingkungannya.
Reaksi mereka pun berbeda antara satu dengan yang lainnya, sesuai
dengan pola kepribadian masing-masing.
Apakah pengaruh tersebut diterima atau ditolak sangat
bergantung pada kualitas dan filter kepribadian yang dimiliki.
Sehingga dapat dikatakan respon terhadap stimuli yang sama, antara
satu orang dengan yang lain berbeda.
b. Faktor Lingkungan
Faktor kedua yang sangat berperan dalam pertumbuhan dan
perkembangan individu adalah lingkungan. Ahmadi dan Sholeh (2005:
55-56) memaparkan, lingkungan ini terdiri dari lingkungan keluarga,
sekolah, masyarakat dan keadaan alam lingkungan sekitar. Besar kecil
pengaruh lingkungan terhadap tumbuh-kembang anak tergantung pada
keadaan intern (jasmani dan rohani) serta ekstern individu tersebut.
Keluarga merupakan tempat individu diasuh dan dibesarkan.
Keluarga adalah lingkungan pertama dan utama bagi pembentukan
kepribadian individu. Pola-pola yang dianut oleh keluarga akan dianut
pula oleh anak yang pada akhirnya membentuk pola kepribadiannya.
Keadaan ekonomi dan kesanggupan orangtua dalam mengasuh anak
berpengaruh secara langsung maupun tidak langsung terhadap
pertumbuhan jasmaninya. Adapun yang mempengaruhi kepribadian
dan kualitas individu secara tidak langsung ialah tingkat pendidikan
orang tua.
Sedangkan lingkungan sekolah, masyarakat dan faktor alam
juga mendukung dalam perkembangan kepribadian. Lingkungan
tersebut memberikan stimuli dan pengaruh baik maupun buruk kepada
individu. Keadaan sosial, adat kebiasaan, sistem nilai yang dianut
masyarakat adalah jimat ampuh yang digunakan dalam mempengaruhi
kepribadian individu. Seseorang yang hidup di tengah masyarakat
agamis akan memiliki kepribadian agamis pula. Tingkah laku yang
ditampilkan, kebiasaan-kebiasaan serta ritual-ritual yang dijalani
mencerminkan hal tersebut. Begitu pula dengan orang yang hidup di
daerah plural, mereka akan menganut nilai yang tidak jauh berbeda
dengan masyarakat di sekitarnya.
c. Hubungan antara Hereditas dan Lingkungan
Dari paparan diatas telah dijelaskan dua faktor dasar yang
mengendalikan perilaku manusia. Di satu pihak kita dihadapkan
kenyataan bahwa tindakan-tindakan manusia dibentuk oleh pengaruh
sosial, adat kebiasaan, nilai dan norma yang berlaku di masyarakat. Di
pihak lain ada fakta yang tak kalah sahihnya bahwa individu tidak
hanya pasif menerima pengaruh-pengaruh dari luar dirinya dengan
cara seragam, tetapi mereka juga aktif menanggapi dan menyeleksi
sesuai pola kepribadian masing-masing.
Pada sub-bab ini penulis bermaksud menunjukkan bahwa
kedua pandangan ekstrim tersebut bukanlah sesuatu yang harus
diperdebatkan. Kita tidak bisa betul-betul dapat membedakan antara
pengaruh hereditas dan lingkungan. Dalam praktiknya kedua faktor
tersebut saling melengkapi satu sama lain.
Pada saat dilahirkan, dapat dikatakan secara cukup meyakinkan
bahwa dampak lingkungan sama sekali tidak ada. Bayi memasuki
kehidupan jasmani dengan pola genetik yang terdiri dari faktor-faktor
yang diturunkan. Sewaktu tumbuh, faktor-faktor turunan ini akan terus
menjadi
matang
dan
mempengaruhi
jalannya
perkembangan.
Seseorang tidak berkembang dalam keadaan vakum tetapi dalam dunia
yang penuh stimuli. Stimuli lingkungan semacam itu sangat diperlukan
bagi perkembangan karena kepribadian individu dihasilkan dari
keadaan saling pengaruh antara lingkungan dan jasmani.
Jasmani yang diturunkan mengandung berbagai potensi
sedangkan lingkungan menentukan bagaimana dan sejauh mana
potensi tersebut dapat diwujudkan. Kerangka kepribadian sangat
mungkin diturunkan dan merupakan pembawaan tetapi ini merupakan
kerangka plastis yang dapat dibentuk dengan bermacam cara oleh
pengalaman yang berbeda sewaktu seseorang berkembang.
3. Kepribadian pada Usia Mahasiswa
Para ahli sepakat bahwa untuk mengetahui perkembangan
psikologis, maka harus menggunakan hal-hal yang bersifat psikologis
sebagai landasannya. Dalam masa perkembangan, Kroh (Ahmadi dan
Sholeh, 2005: 33) menyatakan bahwa dari fase satu ke fase lain individu
mengalami masa-masa kegoncangan. Kegoncangan psikis yang dialami
individu umumnya terjadi dua kali, yaitu pada tahun ketiga atau keempat
dan pada permulaan masa pubertas. Berdasarkan pendapat tersebut
perkembangan individu dapat digambarkan dalam periodesasi berikut:
a. Masa kanak-kanak, dari lahir sampai masa kegoncangan pertama.
b. Masa keserasian Sekolah, dari masa kegoncangan pertama sampai
masa kegoncangan ke dua.
c. Masa kematangan, dari masa kegoncangan ke dua sampai akhir masa
remaja. Usia remaja tidak dapat ditentukan secara pasti, tetapi
umumnya sekitar usia 21 tahun.
Adapun perkembangan individu dari sejak lahir hingga dewasa
menurut Ahmadi dan Sholeh (2005: 34) dapat digambarkan sebagai
berikut:
a. Masa usia pra-sekolah, yaitu sekitar umur 0-6 tahun.
b. Masa usia sekolah dasar, yaitu sekitar umur 6-12 tahun.
c. Masa usia sekolah menengah, yaitu sekitar umur 12-19 tahun.
d. Masa usia mahasiswa, yaitu sekitar umur 18-25 tahun.
Hurlock (1996: 14-15) berpendapat bahwa rentang kehidupan
dibagi menjadi sepuluh tahap yang masing-masing memiliki pola
perkembangan dan perilaku tertentu walaupun tidak semua individu
melewati setiap tahap secara normal. Masing-masing tahap mempunyai
masalah yang harus diatasi sebelum individu masuk ke tahap berikutnya.
Kegagalan
dalam
mengatasi
masalah
akan
berakibat
pada
kekurangmatangan dan penyesuaian diri yang buruk. Tahap-tahap tersebut
adalah:
a. Periode prenatal.
b. Masa bayi yang baru lahir: dari kelahiran sampai akhir minggu kedua.
c. Masa bayi: akhir minggu kedua sampai akhir tahun kedua.
d. Masa kanak-kanak awal: dua sampai enam tahun.
e. Masa kanak-kanak akhir: enam sampai sepuluh atau dua belas tahun.
f. Masa puber/praremaja: sepuluh atau dua belas sampai tiga belas atau
empat belas tahun.
g. Masa remaja: tiga belas atau empat belas sampai delapan belas tahun.
h. Masa dewasa awal: delapan belas sampai empat puluh tahun.
i.
Masa dewasa madya/pertengahan: empat puluh sampai enam puluh
tahun.
j.
Masa tua/usia lanjut: enam puluh sampai meninggal.
Mengacu pada tahap perkembangan yang dipaparkan Hurlock,
dapat diidentifikasi bahwa usia mahasiswa termasuk pada periode dewasa
awal yang terdapat pada rentang umur antara 18-40 tahun. Menurut
Hurlock (1996: 246) masa dewasa awal merupakan masa dimana terjadi
penurunan perubahan fisik maupun psikologis. Masa ini merupakan
periode penyesuaian diri terhadap pola kehidupan baru dan harapanharapan sosial baru.
Senada dengan penggolongan tersebut, Ahmadi dan Sholeh (2005:
45-48) mengemukakan bahwa usia mahasiswa yang berkisar antara 18-25
tahun digolongkan pada masa remaja akhir sampai masa dewasa awal.
Mereka juga mengungkapkan, proses pematangan biologis-fisiologis
semakin melambat dan pada akhirnya mencapai taraf kematangan.
Bersamaan dengan kematangan biologis-fisologis tersebut, penemuan
pendirian hidup semakin mantap. Beberapa ahli menggambarkan ini
sebagai proses penemuan identitas diri, yaitu diri sebagai penemu dan
pelaksana nilai-nilai tertentu.
Tugas perkembangan pada usia mahasiswa adalah pemantapan
pendirian hidup. Maksudnya ialah pengujian lebih lanjut tentang pendirian
hidup serta penyiapan diri dengan bekal kemampuan dan keterampilan
yang diperlukan untuk merealisasikan pendirian hidup yang telah
dipilihnya. Pengujian sangat penting karena pencapaian pendirian hidup
dengan bentuk pasti jarang terjadi. Pengujian pendirian hidup usia
mahasiswa dilakukan dengan berbagai kontak sosial dalam berbagai
kesempatan. Dengan melakukan kontak sosial, terjadi perubahan secara
berkala dari sikap hidup yang idealis menuju sikap hidup yang realistis,
namun tidak berarti bahwa usia mahasiswa tidak memiliki idealisme.
Mahasiswa umumnya memiliki idealisme yang cukup besar namun
merupakan idealisme yang realistik yaitu yang dapat dijelmakan ke dalam
tindakan (Ahmadi dan Sholeh, 2005: 45-48)
Selain itu, tugas perkembangan pada masa dewasa awal,
dipusatkan
pada
harapan-harapan
masyarakat
yang
mencakup
mendapatkan pekerjaan, memilih teman hidup, belajar hidup bersama
suami/istri membentuk keluaraga, membesarkan anak-anak, mengelola
rumah tangga, menerima tanggung jawab sebagai warga negara dan
menggabungkan diri pada kelompok sosial yang cocok (Hurlock, 1996:
252).
Dari itu, dapat diambil kesimpulan bahwa usia mahasiswa
merupakan usia dewasa awal. Adapun tugas perkembangan yang harus
dilakukan mahasiwa pada periode ini adalah menemukan identitas diri,
mulai memikirkan masa depan yang menyangkut bidang pekerjaan,
berkeluarga maupun bermasyarakat, mulai menyesuaikan dengan pola
kehidupan
dan
harapan-harapan
sosial
yang
baru
dan
mulai
mempersiapkan diri untuk menerima tanggung jawab di lingkungan
keluarga, lingkungan pekerjaan serta lingkungan masyarakat.
D. Kematangan Kepribadian
1. Kriteria Kematangan Kepribadian
Hampir semua teori psikologi membahas tentang kesehatan mental
yang pada akhirnya bermuara pada pola kepribadian. Freud dengan
psikoanalisanya
yang mewakili pandangan tradisional (orthodox),
membahas kesehatan mental dengan menggunakan sudut pandang orang
yang mengalami gangguan mental. Beberapa tokoh terkemuka seperti Carl
Jung, Gordon W. Allport dan Carl Rongers mengecam cara tradisional
tersebut. Tokoh-tokoh tersebut merupakan pelopor aliran humanistik
(Siswanto, 2007: 154).
Allport mengemukakan, kriteria ideal individu yang mempunyai
kematangan kepribadian (Sundari HS, 2005: 25) mempunyai beberapa ciri,
yaitu:
a. Memiliki perluasan wawasan diri (extention of self) yang meliputi
proyeksi ke depan yang berupa perencanan serta cita-cita (harapan)
untuk kehidupan yang lebih baik masa depan serta mengambil bagian
dalam setiap aktivitas/pekerjaan yang ditekuninya.
b. Memiliki persepsi yang objektif (self objectification) yang meliputi
dua komponen yakni insight dan humor. Insight ialah kecakapan
individu untuk memahami dirinya sendiri. Sedangkan humor ialah
kecakapan
untuk
memperoleh
kenyamanan
diri
dalam
mempertahankan hubungan dengan orang lain.
c. Menyatunya filsafat hidup dalam kehidupan sehari-hari (philosophy of
life). Individu yang matang mendasarkan setiap aktifitasnya pada
filsafat hidup yang memberikan arti dan tujuan pada kehidupannya.
Adapun Schultz (1991: 30-35) dengan analisisnya, menggolongkan
kriteria kematangan kepribadian menurut Allport menjadi tujuh kriteria
yaitu:
a. Memiliki perluasan perasaan diri
Ketika diri berkembang, maka perhatian yang mula-mula
berpusat pada diri individu meluas menjangkau banyak orang dan
benda di sekitarnya serta nilai-nilai dan cita-cita abstrak. Orang yang
matang akan mengembangkan perhatian pada masalah-masalah yang
ada di luar dirinya dan mulai berinteraksi dengan orang lain. Dengan
beriteraksi, seseorang akan mulai membangun hubungan yang hangat
dengan orang lain.
b. Kehangatan hubungan dengan orang lain
Allport membedakan kehangatan hubungan menjadi dua
macam yaitu kapasitas untuk keintiman dan kapasitas untuk perasaan
terharu. Orang yang matang, memperlihatkan keintiman (cinta)
terhadap orang tua, anak, teman akrab dan lain sebagainya. Cinta dari
orang yang sehat tanpa syarat dan tidak mengikat. Sedangkan perasaan
terharu adalah salah satu pemahaman tentang kondisi dasar manusia
dan perasaan kekeluargaan dengan sesama bangsa.
Kehangatan hubungan merupakan perluasan perasaan diri yang
berkembang dengan baik. Dengan demikian, ia akan mampu
berhubungan sekaligus mempertahankannya secara positif terhadap
dirinya dan objek-objek lain di luar dirinya sekalipun menyadari ada
ketidak harmonisan (humor).
c. Kestabilan emosi
Pribadi yang matang mampu mengontrol emosi sehingga emosi
tersebut tidak mengganggu aktivitas mereka. Kontrol ini bukan
merupakan represi, tetapi emosi ini diarahkan kearah yang lebih
konstruktif. Mereka juga mampu menerima emosi –emosi orang lain
dan tidak berusaha menyembunyikannya.
Allport juga menyebut kualitas kestabilan emosi ini dengan
“sabar terhadap kekecewaan”. Hal tersebut menunjukkan bagaimana
seseorang bereaksi terhadap tekanan dan hambatan. Mereka sabar
terhadap kekecewaan tetapi tidak menyerah pada kekecewaan serta
memikirkan cara yang berbeda untuk keluar dari kekecewaan tersebut.
d. Persepsi yang realistis
Orang yang matang memandang dunia secara objektif. Mereka
menerima realitas sebagaimana mestinya. Mereka tidak memaksa
lingkungan untuk menyesuaikan terhadap persepsi meraka ataupun
sebaliknya.
e. Keterampilan dan etos kerja yang tinggi
Allport
menekankan
pentingnya
pekerjaan
dan
menenggelamkan diri pada pekerjaan tersebut.keberhasilan dalam
pekerjaan merupakan perkembangan dari keterampilan yang dimiliki.
Tetapi dalam pekerjaan, yang dibutuhkan tidak hanya keterampilan
semata, orang yang matang juga harus mempunyai rasa ikhlas,
antusias,
melibatkan
diri
dan
bersungguh-sungguh
dalam
menyelesaikan tugas. Dengan kata lain dalam melaksanakan pekerjaan
harus ditopang dengan keterampilan dan etos kerja yang tinggi.
f. Pemahaman dan penerimaan diri
Kualitas
utama
dari
kematangan
kepribadian
adalah
pemahaman dan penerimaan diri secara obyektif. Pada diri yang
matang, dia akan mampu menilai dirinya sendiri seperti orang lain
melihatnya (kemampuan insight). Orang yang matang menerima
segala yang ada pada diri meraka, termasuk kekurangan dan
kelemahan tanpa menyerah secara pasif pada kekurangan dan
kelemahan tersebut.
g. Mempunyai filsafat hidup yang selalu menyatu dengan tingkah laku
dalam kehidupan sehari-hari.
Sedangkan kriteria kepribadian yang sehat (matang) menurut
Hurlock (Yusuf LN. dan Nurrihsan, 2007: 12-14) sebagai berikut: mampu
menilai diri, situasi dan prestasi yang diperoleh secara realistik, menerima
tanggung jawab, mandiri (autonomi), dapat mengontrol emosi, berorientasi
pada tujuan dan keluar (ekstrovert), diterima secara sosial, memiliki
filsafat hidup dan berbahagia.
Siswanto (2007: 155) menyimpulkan, sebagian garis besar teoriteori psikologi mempunyai persamaan dalam memberikan kriteria individu
yang sehat dan matang secara mental, yaitu individu tersebut mempunyai
persepsi „hidup disaat ini‟ dan tidak dibayang-bayangi trauma masa lalu,
hidupnya digerakkan oleh tujuan, memiliki persepsi yang objektif,
memiliki tanggung jawab terhadap orang lain serta melihat kesempatan
sebagai tantangan, bukan ancaman.
Berdasar beberapa pendapat di atas, dapat dijabarkan bahwa
kriteria kematangan kepribadian, yaitu:
a. Memahami diri sendiri (kemampuan insight).
b. Memiliki humor yakni kemampuan untuk mempertahankan hubungan
dengan orang lain.
c. Memiliki cita-cita (tujuan hidup).
d. Melakukan usaha untuk mencapai cita-cita.
e. Menemukan kebermaknaan hidup dalam setiap aktivitas yang dijalani.
2. Masalah-Masalah yang Dihadapi Orang Dewasa
Masa dewasa membawa serta tingkat kematangan tertentu yang
tidak selalu merupakan dampak dari pencapaian usia tertentu. orang
dewasa cenderung menghadapi beberapa masalah yang lebih kompleks
dibandingkan dengan masa-masa sebelumnya. Andrew Mcghie (1996:
106-117) menyebutkan beberapa masalah psikologis yang dihadapi orang
dewasa, antara lain:
a. Pekerjaan
Orang
dewasa
melakukan
pekerjaan
untuk
memenuhi
kebutuhan hidupnya. Pekerjaan memberikan situasi dimana orang
dewasa mempunyai kemungkinan menemukan kebermaknaan hidup.
Tetapi kadang-kadang jenis pekerjaan yang diperoleh bukanlah jenis
pekerjaan yang disukai dan sesuai dengan keahliannya. Dalam
pekerjaan tersebut, orang dewasa dituntut untuk dapat menunjukkan
kemampuannya dalam menyelesaikan tugas-tugas, bersosialisasi
dengan baik dan mengatasi hambatan-hambatan untuk mencapai
puncak.
b. Pendekatan dan pernikahan
Orang dewasa juga menghadapi masalah pasangan yang cocok.
Seiring dengan bertambahnya usia, kebutuhan akan pasangan pun
mulai direncanakan dan dipersiapkan sedemikian rupa.
c. Menjadi orang tua
Setelah memperoleh pasangan, orang dewasa mulai dihadapkan
pada masalah keturunan. Anak merupakan keturunan langsung yang
menjadi generasi penerusnya dan bentuk dari perwujudan kasih sayang
dari kedua orang tuanya.
d. Kehilangan orang yang disayangi
Secara psikologis, orang dewasa telah cukup siap menerima
tekanan jiwa yang diakibatkan kehilangan sosok yang paling
disayangi. Sosok tersebut bisa orang tua, pasangan hidup, saudara,
anak dan lain sebagainya.
e. Proses menjadi manula
Tahap lanjut dari kehidupan dewasa adalah masa manula. Masa
ini memerlukan persiapan psikologis maupun fisik. Dari segi fisik,
biasanya orang dewasa mulai lebih menjaga kesehatan dengan pola
hidup sehat. Dari segi psikologis, orang dewasa mulai mengfokuskan
diri dan pikiran pada bidang sosial dan spiritual.
E. Kepribadian dalam Persektif Islam
1. Definisi Kepribadian
Basaroedin (Baihaqi, 2008: 232-235) memaparkan bahwa ada
sembilan istilah khas dalam khazanah keislaman yang dapat dijadikan
padanan istilah kepribadian, yaitu: fitrah, nafs, qolb, ruh, aql, basyar,
insan, fuad, dan nas. Kemudia dia menganalisis bahwa istilah keislaman
yang dapat mewadahi makna kepribadian adalah istilah nafs. Menurutnya,
nafs, walaupun cenderung diartikan negatif, tetapi sesungguhnya memiliki
potensi positif dan negatif.
Lebih lanjut Basaroedin menjelaskan, secara umum nafs, dalam
kontek pembicaraan manusia, menunjuk pada sisi dalam manusia yang
berpotensi baik dan buruk. Dalam pandangan Al-Qur‟an, nafs diciptakan
Allah dalam kedaan sempurna yang berfungsi menampung serta
mendorong manusia berbuat kebaikan dan keburukan, dan karena itu sisi
dalam manusia inilah yang oleh Al Qur‟an dianjurkan untuk diberi
perhatian yang lebih besar. Allah berfirman dalam surat Asy-Syams ayat
7-8:
       
“demi jiwa manusia serta penyempurnaannya (ciptaannya), maka
Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaan”
Namun demikian diperoleh pula isyarat bahwa hakikatnya potensi
positif manusia lebih kuat dari pada potensi negatifnya, hanya saja daya
tarik keburukan lebih kuat dari daya tarik kebaikan. Maka manusia
dituntut untuk memelihara kesucian nafs, dan tidak mengotorinya. Dalam
surat Asy-Syams ayat 9-10 ditegaskan,
         
“sesungguhnya beruntunglah orang yang menyucikan nafs itu, dan
sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya”
Menurut Abduh dalam Baihaqi (2008: 235) nafs pada hakikatnya
lebih mudah melakukan hal-hal yang baik dari pada keburukan dan pada
dasarnya nafs diciptakan Allah untuk melakukan keabaikan.
Dalamal-Qur‟an ditemukan bahwa nafs brfungsi sebagai wadah
yang menampung ide/pengetahuan dan kemauan yang keras (13: 11).
Perubahan nafs ini merupakan syarat mutlak bagi terjadinya perubahan
dunia. Menurut Shihab, selain menampung pengetahuan dan kehendak,
dalam juga terdapat
nurani yang menuntun manusia menyesali
perbuatannya serta merasa berdosa atas kesalahan yang telah diperbuatnya.
Lebih lanjut dalam Al-Qur‟an juga terdapat isyarat bahwa nafs juga
mewadahi pengetahuan (potensi) yang terdalam, yang tidak disadari oleh
pemiliknya. Dalam Surat Thoha ayat 7 disebutkan:
       
“kalau engkau mengeraskan ucapanmu maka sesungguhnya Allah
mengetahui karena Dia mengetahui yang rahasia dan yang lebih
tersembunyi”.
Dari uraian di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa dalam diri
manusia mempunyai potensi dasar yaitu baik dan buruk, akan tetapi dalam
perkembangannyaa, potensi mana yang lebih dominan tergantung pada
kemauan dan usaha orang tersebut untuk mengaktualisasikan potensi
tertentu. Aktualisasi dari potensi tersebut, menjadi bentuk kepribadian dari
seseorang.
2. Pembentukan Kepribadian Muslim
Setiap muslim, sebagai individu, memiliki ciri fisik dan
kepribadian yang berbeda satu sama lain, akan tetapi perbedaan tersebut
hanya terbatas pada kadar kemampuan seseorang. Atas dasar kemampuan
yang dimilikinya itu pula terjadi perbedaan tingkat ketakwaan yang
dimiliki. Adanya perbedaan tersebut, selain disebabkan kadar kemampuan
juga disebabkan oleh proses pembentukannya (Jalaluddin, 2001: 176).
Proses pembentukan kepribadian muslim diarahkan pada tiga dasar
pembentukan (Jalaluddin, 2001: 146), yaitu pembentukan kebiasaan,
pembentukan pengertian dan pembentukan kerohanian yang luhur.
Pembisaan
ditujukan
bagi
pembentukan
kecakapan
psikomotorik
seseorang, seperti sholat, puasa dan sebagainya. Adapun pembentukan
pengertian memiliki arti pembentukan sikap dan minat dengan tujuan agar
seseorang menghayati dan memahami segala aktivitas yang dilaksanakan.
Sedangkan pembentukan kerohanian adalah inti dari kepribadian muslim.
Sikap yang dibentuk meliputi kecintaan kepada Allah dan segala sesuatu
yang berhubungan dengan-Nya.
Secara lebih rinci, Jalaluddin (2001: 183-184) mengemukakan,
pembentukan kepribadian muslim secara menyeluruh adalah pembentukan
yang meliputi berbagai aspek yaitu:
a. Aspek idiil (aspek dasar), dari landasan pemikiran yang bersumber dari
ajaran wahyu.
b. Aspek materiil (bahan), berupa pedoman dan materi ajar yang
terangkum dalam amteri bagi pembentukan akhlak al-karimah.
c. Aspek sosial, menitikberatkan pada hubungan yang baik antara sesama
makhluk, khususnya sesama manusia.
d. Aspek teologi, pembentukan kepribadian muslim ditujukan pada
pembentukan nilai-nilai tauhid sebagai upaya untuk menjadikan
kemampuan diri sebagai pengabdi Allah yang setia.
e. Aspek tujuan, pembentukan kepribadian muslim mempunyai tujuan
yang jelas.
f. Aspek duratif (waktu), pembentukan kepribadian muslim dilakukan
sejak lahir hingga meninggal.
g. Aspek dimensional, pembentukan kepribadian muslim didasarkan atas
penghargaan terhadap perbedaan individu.
h. Aspek fitrah manusia, yaitu pembentukan kepribadian muslim meliputi
bimbingan terhadap peningkatan dan pengembangan kemampuan
jasmani, rohani dan ruh.
3. Perkembangan Kepribadian Muslim
Kepribadian merupakan sosok menyeluruh dari kehidupan jiwa
dan raga yang tercermin dalam sikap dan perilaku sehari-hari. Marimba
dalam Jalaluddin (2001:145) menjelaskan, dimaksud di sini adalah
kepribadian yang mencakup seluruh aspek-aspeknya, yakni tingkah laku
luar, kegiatan jiwa, filsafat hidup dan kepercayaan yang menunjukkan
pengabdian serta penyerahan diri kepada-Nya.
Dalam
perkembangan
kepribadiannya,
manusia
berpotensi
berkembang menuju arah positif dan negatif. Ke arah mana perkembangan
kepribadian tersebut
tergantung
pada
pembentukan dan kualitas
pengalaman yang dimilikinya.
Basaroedin (Baihaqi, 2008: 245) mengemukakan periodesasi
sebagai tolok ukur perkembangan nafs, yakni sebagai berikut:
a. Usia 2-7 tahun
: an-nafsul amaratun bis-su, yaitu pribadi yang
selalu menyuruh pada kejahatan.
b. Usia 7-10 tahun
: an-nafsul-lawwamah, yaitu pribadi yang menyesali
diri.
c. Usia 10-15 tahun : an-nafsul-mulhamah, yaitu pribadi yang mampu
menyerap dan mengaktualisasikan diri.
d. Usia 15-25 tahun :
an-nafsul-muthmainnah,
yaitu
pribadi
yang
tenang.
e. Usia 25-40 tahun : an-nafsur-radhiyah, yaitu pribadi yang sudah
ridha/rela terhadap ketentuan Allah.
f. Usia 40-60 tahun : an-nafsul-mardhiyah, yaitu pribadi yang sudah
diridhai Allah.
g. Usia 60-wafat
: an-nafsul-kamilah, yaitu pribadi yang sempurna,
yang digambarkan seperti pribadi Rosulullah.
Berdasarkan tahapan perkembangan kepribadian tersebut, secara
jelas Islam mengakui perbedaan perkembangan kepribadian yang dimiliki
setiap manusia. Usia mahasiswa, mengacu pada periodesasi di atas, berada
pada tingkat keempat yaitu an-nafsul-muthmainnah (pribadi yang tenang).
Diri yang mencapai tingkat ini sudah mulai keinginan-keinginan materi
dan melupakannya sama sekali. Hijabnya telah terbuka dan dia hanya
menuntut kerelaan dan berkat Allah. Pribadi yang berada pada level ini
sudah mulai terkendali dan tidak mengeluh (Baihaqi, 2008: 244).
4. Pencapaian Kepribadian Muslim yang Utama
Manusia dalam pandangan Islam, mempunyai misi besar yang
menyangkut kedudukan manusia tersebut. Misi tersebut adalah sebagai
khalifah dan „abid, dan misi itu dapat dicapai dengan usaha pendidikan
dan pengajaran menurut konsep Islam (Baharuddin, 2005: 133).
Singkatnya, pendidikan Islam merupakan alat untuk mencapai kepribadian
utama muslim, yakni sebagai khalifah dan „abid.
Secara bahasa, khalifah berarti pemimpin, maksudnya manusia
mendapat amanat dari Allah, sebagai wakil-Nya untuk memimpin
kehidupan di bumi. Pribadi khalifah, berhubungan dengan kedudukan
sebagai makhluk individu sekaligus sosial (hablum minan nas). Dalam
surat Al-Baqarah ayat 30 terdapat firman Allah:
        
“dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berkata kepada para malaikat,
sesungguhnya aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi
ini”
Sebagai khalifah, manusia dilengkapi dengan berbagai potensi,
antara lain bekal pengetahuan. Firman Allah:
…    
“dan
Dia
mengajarkan
kepada
Adam
nama-nama
(benda)
seluruhnya…”. (QS. Al-Baqarah: 31)
Al-Qur‟an meletakkan kedudukan manusia sebagai khalifah di
muka bumi memberikan arti, yaitu untuk membangun dan memakmurkan
bumi, sesuai dengan kehendak ciptaan-Nya. Jumali dkk. (2008: 7)
menerangkan bahwa pada hakekatnya eksistensi manusia dalam kehidupan
ini adalah untuk melaksanakan tugas kekhalifahan. Tugas ini setidaktidaknya dilakoni manusia sendiri dari jalur horizontal dan jalur vertikal.
Sedang yang dimaksud „abid ialah ahli ibadah yang hanya
menyembah Allah dan menyucikan-Nya dari sesembahan yang lain.
Pribadi „abid berhubungan dengan kedudukan manusia sebagai makhluk
spiritual (hablum minallah). Menurut Quraish Shihab (Jumali dkk., 2008:
7) seluruh makhluk yang memiliki potensi berperasaan dan berkehendak
adalah Abdullah dalam arti miliki Allah. Dalam konteks „abid ini, peran
manusia harus disesuaikan dengan kedudukannya sebagai abdi (hamba).
Hal ini berarti bahwa manusia harus menempatkan diri sebagai yang
dimiliki, tunduk dan taat kepada semua ketentuan pemiliknya, yaitu Allah
SWT. Sebagai pernyataan penghambaan diri, manusia harus dapat
menempatkan dirinya sebagai pengabdi Allah dengan sungguh-sungguh
dan secara ikhlas.
Agar manusia dapat melaksanakan tugas dan fungsinya secara
optimal, maka Allah membekalinya dengan berbagai potensi yang
menopang untuk terwujudnya jabatan khalifah dan „abid tersebut
(Baharuddin, 2005: 139). Untuk itulah, sejumlah potensi tersebut harus
selalu dikontrol serta dikembangkan ke arah yang tepat.
Uraian hakikat manusia dalam pandangan Islam, dengan mengacu
pada prinsip penciptaan tersebut, mengindikasikan bahwa manusia adalah
makhluk yang berpotensi dan memiliki peluang untuk menerima didikan.
Manusia memerlukan bantuan dari luar berupa pemeliharaan, pembinaan
dan bimbingan yang diperoleh dari pendidikan. Jadi pada intinya, untuk
dapat mencapai kepribadian muslim yang utama, yakni sebagai khalifah
dan „abid diperlukan ikhtiar khusus yaitu melalui pendidikan.
BAB III
RANCANGAN PENELITIAN
A. Jenis dan Metode Penelitian
Jenis penelitian berdasarkan pendekatannya, secara garis besar
dibedakan menjadi dua macam, yaitu penelitian kualitatif dan kuantitatif.
Sedangkan berdasarkan tujuannya, penelitian dibedakan menjadi empat
macam, yaitu penelitian deskriptif, prediktif, improftif dan eksplanatif.
Berdasarkan pendekatan dan tujuan yang telah dikemukakan di atas, penelitian
ini termasuk dalam jenis penelitian deskriptif kuantitatif. Penelitian deskriptif
kuantitatif adalah penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan suatu
keadaan atau fenomena-fenomena apa adanya tanpa adanya manipulasi atau
pemberian
perilaku-perilaku
tertentu
terhadap
objek
penelitian
dan
pengumpulan serta analisis datanya menggunakan ukuran, jumlah atau
frekuensi (Sukmadinata, 2008: 12-18).
Sedangkan metode yang digunakan adalah metode survei. Arikunto
(2006: 110) mengemukakan bahwa penelitian survei bukan hanya ditujukan
untuk mengetahui suatu gejala, tetapi juga untuk menentukan kesamaan status
dengan cara membandingkannya dengan standar yang sudah dipilih dan
ditentukan. Suryabarata (2009: 76) mengungkapkan, salah satu tujuan dari
penelitian survei adalah untuk mengidentifikasi masalah-masalah atau untuk
mendapatkan
justifikasi
keadaan
dan
praktek-praktek
yang
sedang
berlangsung. Menurut Muhadjir (1996: 44) survei bertujuan untuk membuat
48
generalisasi, dan sebagian bahkan bertujuan untuk membuat prediksi. Survei
lebih banyak menggunakan pendekatan formal dan bersifat inferensial.
Adapun metode pengumpulan data yang banyak digunakan pada survei adalah
kuesioner.
Adapun menurut Sukmadinata (2008: 82), survei digunakan untuk
mengumpulkan data atau informasi tentang populasi yng besar dengan
menggunakan sampel yang relatif kecil. Adapun karekteristik penelitian ini,
yaitu: (1) Informasi dikumpulkan dari sekelompok besar orang untuk
mendeskripsikan beberapa aspek atau karakteristik tertentu, (2) Informasi
dikumpulkan melalui pengajuan pertanyaan (umumnya tertulis bisa juga lisan)
dari suatu populasi, (3) Informasi diperoleh dari sampel, bukan populasi.
B. Lokasi dan Waktu
Lokasi penelitian dilaksanakan di Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri
(STAIN) Salatiga, dan waktu penelitian dilaksanakan pada tahun 2010.
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah kelompok besar individu yang mempunyai
karakteristik umum yang sama (Hadjar, 1999: 133). Sukmadinata
(2008:250) mengartikan, populasi adalah kelompok besar dan wilayah
yang menjadi lingkup penelitian. Adapun populasi menurut Hadeli (2006:
68) adalah keseluruhan objek yang berfungsi sebagai sumber data. Objek
penelitian dapat berupa manusia, benda-benda, hewan, tumbuhan, gejalagejala atau peristiwa-peristiwa.
Dari ulasan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa populasi
adalah kelompok berfungsi sebagai sumber data dan mempunyai
karakteristik umum yang sama atau dianggap sama. Dalam penelitian ini
populasi yang diteliti adalah semua mahasiswa jurusan PAI angkatan 2006
yang mengerjakan skripsi.
2. Sampel
Sampel adalah kelompok kecil individu yang dilibatkan langsung
dalam penelitian (Hadjar, 1999: 133). Sedangkan Hadeli (2006: 68)
berpendapat bahwa sampel adalah sebagian dari populasi yang dipilih
untuk diteliti. Senada dengan kedua pendapat di atas, Sukmadinata
(2008:250) mengartikan sampel sebagai kelompok kecil yang secara nyata
diteliti dan dapat ditarik kesimpulan dari padanya.
Mengenai besarnya pengambilan sampel, tidak ada ketentuan baku
yang mengaturnya sebab keabsahan sampel terletak pada kedekatan sifat
dan karakteristiknya dengan populasi, bukan jumlah atau banyaknya.
Berdasarkan syarat-syarat yang lazim digunakan statistika, pengambilan
sampel minimal sebanyak 30 subjek. Sedangkan pendapat lain mengatakan
bahwa terhadap populasi yang kurang dari 1000 sampel dapat diambil
sebanyak 20-50% (Hadeli, 2006: 68-70). Suryabrata (2009: 37)
menambahkan bahwa semakin besar sampel yang diambil akan semakin
tinggi taraf representatif sampelnya. Namun ketentuan ini berlaku jika
populasi tidak homogen secara sempurna. Jika populasi homogen secara
sempurna, maka sampel yang diambil cukup sedikit saja karena besar
sampel tidak mempengaruhi taraf representatif sampel.
Pengambilan sampel dalam penelitian ini diambil secara incidental
sampling. Teknik incidental sampling yaitu yang menjadi sampel adalah
individu atau orang-orang yang secara insidental ditemui atau berada di
tempat penelitian (Sukmadinata, 2008: 255). Hadeli (2006: 71)
menambahkan, pengambilan sampel dengan teknik yang biasa digunakan
dalam penelitian survei ini, dilakukan secara sembarang atau dengan kata
lain yang dapat dijangkau saja, sampai terpenuhi jumlah yang diinginkan.
Berdasarkan uraian di atas, peneliti menetapkan bahwa besar
sampel yang diambil sebanyak 33 mahasiswa dengan teknik incidental
sampling. Sedangkan kriteria individu yang dapat menjadi sampel adalah
mahasiswa regular semester 8 angkatan 2006 yang sedang atau sudah
mengerjakan skripsi dan belum menikah.
D. Variabel
Furchan (2007: 45) mengartikan variabel sebagai atribut yang
dianggap mencerminkan atau mengungkapkan pengertian atau bangunanpengertian. Suryabarata (2009: 25-26), secara lebih operasional, menjelaskan
bahwa variabel adalah segala sesuatu yang akan dijadikan objek pengamatan
penelitian.
Variabel
diidentifikasi
kemudian
diklasifikasikan
untuk
menentukan alat pengambilan data (instrumen) dan metode analisis yang
sesuai. Dalam penelitian ini, hanya ada satu variabel yaitu kematangan
kepribadian mahasiswa.
Untuk meghindari kekurangjelasan dan menyamakan pemahaman
antara pembaca dan peneliti, terlebih dahulu perlu adanya definisi operasional
pada variabel tersebut. Kepribadian adalah kesatuan sistem (totalitas) psikofisik individu, tercermin dalam tampilan tingkah laku yang menentukan
caranya yang khas dalam melakukan penyesuaian diri dengan lingkungannya.
Sedangkan yang dimaksud dengan kematangan kepribadian mahasiswa adalah
totalitas kedewasaan baik secara fisik maupun psikis yang dimiliki mahasiswa.
Adapun indikator dari kematangan kepribadian mahasiswa adalah
sebagai berikut:
Table. 2
Indikator kematangan kepribadian
Kriteria
1. Memahami
sendiri.
Aspek
diri
Penilaian,
pengetahuan,
perasaan dan sikap
terhadap
potensi
diri.
2. Memiliki kemampuan
untuk
mempertahankan
hubungan
dengan
orang lain.
Pengetahuan,
perasaan, penilaian
dan sikap terhadap
orang lain.
Indikator
a. Menilai
diri
secara
objektif.
b. Mengetahui kelebihan.
c. Mengetahui kekurangan.
d. Merasa bangga terhadap
kelebihan.
e. Menerima kekurangan.
f. Mengembangkan
kelebihan yang dimiliki.
g. Melatih kekurangan agar
menjadi lebih baik.
a. Mengetahui perbedaan
yang ada.
b. Menerima
perbedaan
sebagai sesuatu yang
harus ada.
c. Memiliki persepsi yang
realistis
terhadap
Kriteria
3. Memiliki tujuan hidup.
4. Melakukan
usaha
untuk mencapai tujuan
hidup.
5. Menemukan
kebermaknaan hidup
dalam setiap aktivitas
yang dijalani.
Aspek
Indikator
keadaan.
d. Dapat menyesuaikan diri
dengan baik.
e. Dapat mempertahankan
hubungan dengan baik.
f. Menerima
pendapat
orang
lain
dengan
terbuka.
g. Tidak
memaksakan
kehendak.
h. Dapat
bekerjasama
dengan orang lain.
Memiliki
target a. Target studi.
b. Target profesi.
masa depan.
c. Target menikah.
Melakukan ikhtiar Ikhtiar spiritual:
spiritual dan ikhtiar a. Sholat malam.
b. Sholat dhuha.
non-spiritual untuk
c. Puasa sunah.
mencapai target.
d. Silaturahmi ulama.
e. Dzikir tertentu.
f. Shodaqoh/infak.
Ikhtiar non-spiritual:
a. Menjalin relasi sosial
sebanyak-banyaknya.
b. Merencanakan
studi
pengembangan karir.
c. Mencari pekerjaan.
d. Mencari pasangan hidup.
Mengambil
nilai a. Berorientasi pada tujuan.
b. Cinta pekerjaan.
positif dalam setiap
c. Memiliki
semangat
aktivitas.
tinggi.
d. Bekerjasama
dalam
menyelesaikan
pekerjaan.
e. Menyelesaikan pekerjaan
dengan optimal.
f. Menemukan
manfaat
pada setiap pekerjaan
yang dilakukan.
E. Metode Pengumpulan Data
1. Dokumentasi
Metode dokumantasi yaitu pencarian data mengenai variabel
berupa catatan, transkrip, buku dan sebagainya (Arikunto, 2006: 231).
Sukmadinata (2008: 221) menambahkan, Studi dokumenter merupakan
suatu analisis pengumpulan data dengan menghimpun dan menganalisis
dokumen-dokumen baik dokumen tertulis, gambar maupun elektronik.
Metode ini digunakan untuk mencari data tentang profil STAIN
Salatiga khususnya pada Program Studi Pendidikan Agama Islam (PAI)
dan data mahasiswa angkatan 2006 yang sudah mengajukan judul skripsi
yang bersumber dari data akademik STAIN Salatiga.
2. Angket
Sukmadinata (2008: 219) memaparkan, angket (questionnaire)
merupakan suatu teknik atau cara pengumpulan data secara tidak langsung
(peneliti tidak langsung bertanya secara lisan kepada responden). Metode
ini digunakan untuk mencari data tentang profil dan tingkat kematangan
kepribadian mahasiswa.
F. Instrumen Pengukuran
Instrumen dari metode angket juga disebut angket. Angket berisi
sejumlah pertanyaan atau pernyataan yang harus dijawab/direspon oleh
responden (Sukmadinata, 2008: 219). Dalam penelitian pendidikan sering
dijumpai
pengukuran
terhadap
objek-objek
yang
bersifat
kejiwaan
(psikologis). Untuk mengungkapkan objek tersebut peneliti biasanya
menggunakan alat ukur yang berskala (Irianto, 2004: 20). Mengacu pada
pendapat Irianto tersebut, dalam penelitian ini peneliti menggunakan bentuk
instrumen angket berskala yaitu skala kematangan kepribadian.
Skala merupakan teknik pengumpulan data yang bersifat mengukur,
karena diperoleh hasil ukur yang berbentuk angka-angka. Dalam skala tidak
ada jawaban salah benar, tetapi jawaban terletak dalam satu rentang (skala).
Titik pada rentang yang dipilih menunjukkan posisi responden. Penelitian ini
menggunakan
angket berbentuk skala Likert, berupa pertanyaan atau
pernyataan yang jawabannya berbentuk skala deskriptif atau skala garis.
Skala deskriptif (descriptive rating scale) berupa pertanyaan atau pernyataan
yang jawabannya berbentuk skala persetujuan atau penolakan terhadap
pertanyaan yang diajukan (Sukmadinata, 2008: 225-230).
Skala Likert diambil dari nama pengembangnya yaitu Rensis Likert.
Model Likert menggunakan skala deskriptif (SS, S, R, TS, STS). Dasar dari
skala deskriptif ini adalah respon seseorang terhadap sesuatu yang dinyatakan
dalam pernyataan persetujuan (setuju-tidak setuju) terhadap suatu objek.
Dalam pemberian nilai, setuju terhadap pernyataan bermuatan positif diberi
nilai plus, tidak setuju diberi nilai minus, ragu-ragu diberi nilai 0. Untuk
memudahkan penilaian, nilai minus dihilangkan dengan menambah masingmasing nilai dengan angka yang sama. Adapun rentang skala dalam skala
Likert ini pada dasarnya ganjil dengan rentang 3, karena rentang tersebut
membentuk suatu kontinum (garis sambung), tetapi rentangnya bisa diperluas
menjadi 5 bahkan 7 atau 9. Rentang yang biasa digunakan Likert adalah 5
(Sukmadinata, 2008: 238-240).
Skala kematangan kepribadian yang terbagi dalam enam subbab.
Adapun jumlah aitem pada masing-masing subbab adalah sebagai berikut: (1)
pemahaman diri sebanyak 22 aitem, (2) hubungan dengan orang lain sebanyak
16 aitem, (3) target masa depan sebanyak 12 aitem, (4) ikhtiar spiritual
sebanyak 6 aitem, (5) ikhtiar non spiritual sebanyak 4 aitem dan (6) makna
hidup sebanyak 10 aitem.
Rentang yang digunakan dalam skala ini adalah 5, dengan notifikasi
SS (sangat setuju), S (setuju), R (ragu-ragu), TS (tidak setuju) dan STS
(sangat tidak setuju) untuk subbab selain ikhtiar spiritual. Sedangkan untuk
subbab ikhtiar spiritual notifikasinya adalah selalu, sering, kadang-kadang,
jarang dan tidak pernah. Adapun skor yang digunakan berkisar antara 0-4.
Berikut ini contoh aitem yang berupa pernyataan:
Table. 3
Contoh aitem angket
Jawaban
No
Pernyataan
1
Saya merasa PD (percaya diri) di setiap
kesempatan.
G. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen
SS
S
R
TS STS
Ciri penting yang harus dimiliki oleh setiap alat pengukur yaitu
validitas dan reliabilitas. Validitas menunjuk kepada sejauh mana suatu alat
mengukur apa yang seharusnya diukur. Sedangkan reliabilitas mengacu
kepada sejauh mana alat ukur secara konsisten mengukur apa saja yang
diukur. Pentingnya pemeriksaan validitas (kesahihan) dan reliabilitas
(keterpercayaan) alat ukur bertujuan agar hasil penelitian serta kesimpulan
yang didapat terpercaya (Furchan, 2007: 293). Uji validitas dan reliabilitas
berupa try out terpakai, artinya data yang digunakan untuk uji validitas dan
reliabilitas merupakan data yang akan dianalisis dalam penelitian.
1. Validitas instrumen
Dalam penelitian ini, validitas yang diuji adalah validitas isi.
Validitas ini menjawab pertanyaan “sejauh mana aitem-aitem dalam
instrumen mencakup keseluruhan kawasan isi objek yang hendak diukur”.
Validitas isi merupakan validitas yang diestimasi lewat pengujian terhadap
isi instrumen dengan analisis rasional atau lewat professional judgment.
Validitas isi terbagi menjadi dua tipe, yaitu face validity (validitas muka)
dan logical validity (validitas logik). Validitas muka adalah validitas yang
didasarkan pada penilaian pada format penampilan sedangkan validitas
logik menunjukkan sejauh mana isi instrumen merupakan representasi dari
ciri-ciri atribut yang hendak diukur. Untuk memperoleh validitas yang
tinggi instrumen harus dirancang sedemikian rupa sehingga benar-benar
berisi hanya aitem yang relevan dan komprehensif (Azwar, 2001: 45-48).
Arikunto (2005: 167) menjelaskan, instrumen dikatakan memiliki
validitas isi apabila instrumen tersebut secara analisis akal sudah sesuai
dengan isi dan aspek yang diungkapkan. Hal tersebut dapat direncanakan
pada waktu instrumen akan disusun. Penyusunan instrumen melewati
prosedur dengan membuat kisi-kisi terlebih dahulu dan kemudian
menyusun butir-butir soal yang didasarkan pada kisi-kisi tersebut.
Adapun karakteristik dari validitas sebagaimana dikemukakan
Sukmadinata (2008: 228-229) antara lain:
a. Validitas menunjuk pada hasil dari penggunaan instrumen.
b. Validitas menunjuk pada suatu derajat atau tingkatan (tinggi, sedang
atau rendah), bukan valid atau tidak valid.
c. Validitas instrumen memiliki spesifikasi tidak berlaku secara umum.
2. Reliabilitas Instrumen
Untuk menguji reliabilitas instrumen bukan tes (dalam hal ini
angket) peneliti menggunakan teknik sekali uji dengan teknik belah dua.
Teknik belah dua mensyaratkan butir soal harus genap dan homogen.
Adapun langkah-langkah penggunaan teknik ini (Arikunto, 2005: 172)
sebagai berikut:
a. Mengujikan instrumen kepada responden.
b. Memberikan skor kepada setiap responden untuk setiap pertanyaan.
c. Mengelompokkan skor untuk belahan pertama dan ke dua.
d. Memberikan kode X untuk skor belahan pertama dan kode Y untuk
belahan ke dua.
e. Mencari korelasi antara skor X dan Y yang dimiliki oleh setiap
individu dengan rumus product-moment Pearson. Hasil perhitungan
korelasi Pearson ini merupakan separo tes.
f. Untuk memperoleh indeks reliabilitas secara menyeluruh digunakan
rumus Spearman-Brown.
H. Teknik Analisis Data
Data yang terkumpul merupakan data mentah yang harus diolah
terlebih dahulu agar dapat diambil kesimpulan. Adapun langkah-langkah
pengolahan data (Hadeli, 2006: 91) adalah sebagai berikut:
1. Editing, yaitu memeriksa kembali jawban responden. Apakah sudah sesuai
yang diharapkan atau belum.
2. Coding, yaitu memberi kode pada jawaban responden agar memudahkan
pemeriksaan.
3. Scoring, yaitu memberi angka pada tiap aitem pada jawaban responden.
4. Tabulation, yaitu memasukan data ke dalam tabel.
5. Menghitung data dengan statistik deskriptif (mencari mean, median dan
mode).
6. Membuat interpretasi hasil pengolahan dalam bentuk pernyataan verbal.
Data yang diperoleh dari angket berskala berbentuk data interval. Data
interval adalah data yang dapat diurutkan atau dirangking kategorinya dan
dapat dihitung dengan persis jarak antara satu kategori dengan kategori
berikutnya. Langkah awal untuk menganalisis data interval adalah
mengelompokkan data dengan membuat distribusi frekuensi kemudian
mencari tendensi sentral (mean, median, mode).
Adapun langkah-langkah dalam pembuatan distribusi frekuensi
(Arikunto, 2005: 294) adalah sebagai berikut:
1. Mengidentifikasi nilai tertinggi dan terendah.
2. Menentukan rentang nilai (range) dengan mengurangkan nilai tertinggi
dengan nilai terendah.
3. Menentukan jumlah kelas. Jumlah kelas, sesuai dengan jumlah skala
dalam angket, ditetapkan sebanyak lima kelas dengan kategori sangat
tinggi, tinggi, sedang, rendah dan sangat rendah.
4. Menentukan lebar kelas. Lebar kelas dapat dihitung dengan rumus:
Lebar kelas = range : jumlah kelas
Sedangkan langkah yang harus ditempuh untuk mencari tendensi
sentral (Irianto, 2006: 25-30) adalah sebagai berikut:
1. Menentukan mode. Mode adalah skor yang mempunyai frekuensi
terbanyak dalam sekumpulan distribusi skor.
2. Menentukan median. Median merupakan skor yang membagi distribusi
frekuensi menjadi dua sama besar. Median dapat ditentukan dengan
rumus:
Md = Bb + i (1/2N - CF)
fm
Keterangan:
Md
= median
Bb
= batas bawah interval yang mengandung median
i
= interval
Fm
= frekuensi kelas interval yang mengandung median
N
= jumlah frekuensi
CF
= frekuensi komulatif sebelum/dibawah kelas interval yang
mengandung median.
3. Menentukan mean (rata-rata). Mean merupakan hasil bagi dari sejumlah
skor dengan banyaknya responden. Mean hanya dipakai untuk data yang
bersekala interval atau rasio. Untuk skor yang berbentuk kelompok, maka
nilai tengah kelompoklah yang akan digunakan untuk menghitung ratarata.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS
A. Gambaran Umum STAIN Salatiga
1. Gambaran Umum STAIN Salatiga
Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga adalah
Perguruan Tinggi Agama Islam Negeri (PTAIN) di bawah naungan
Departemen Agama RI. STAIN Salatiga memiliki dua lokasi kampus,
Kampus I berlokasi di Jalan Tentara Pelajar Nomor 2 dan Kampus II
berlokasi di Jalan Nakula Sadewa VA Nomor 9, Kembang Arum, Salatiga,
Jawa Tengah.
Lembaga ini merupakan peralihan dari Fakultas Tarbiyah Institut
Agama Islam Negeri (IAIN) Walisongo Semarang di Salatiga. Peralihan
status tersebut tertuang dalam Keputusan Presiden Republik Indonesia
Nomor 11 Tahun 1997, tanggal 21 Maret Tahun 1997. sebagai sebuah
Perguruan Tinggi, lembaga ini memiliki keunikan sejarah, visi dan misi,
tujuan serta jati diri. Demikian pula dalam penyelenggaraan seluruh
aktivitas pengamalan Tri Dharma Perguruan Tinggi, lembaga juga ini juga
memiliki aturan dan pedoman tersendiri.
2. Asas, Fungsi dan Tujuan STAIN Salatiga
Dalam menyusun dan mengembangkan program, STAIN Salatiga
berasaskan Pancasila dan dasar operasionalnya adalah:
a. Undang-undang Dasar 1945.
62
b. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional.
c. Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 1990 tentang Pendidikan
Tinggi.
d. Keputusan Presiden Nomor 11 Tahun 1997 tentang Pendirian STAIN.
e. Statuta Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga.
f. Peraturan-peraturan lain yang terkait.
Adapun keberadaan STAIN Salatiga mempunyai fungsi:
a. Merumuskan kebijaksanaan dan perencanaan program.
b. Menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran ilmu pengetahuan
agama Islam dan teknologi serta seni yang bernapaskan Islam.
c. Melaksanakan penelitian dalam rangka mengembangkan ilmu-ilmu
keislaman dan teknologi serta seni yang bernapaskn Islam.
d. Melaksanakan pengabdian kepada masyarakat.
e. Melaksanakan pembinaan kemahasiswaan.
f. Melaksanakan kegiatan civitas akademika dan hubungan dengan
lingkungannya.
g. Melaksanakan kerja dengan Perguruan Tinggi dan/atau lembaga lain.
h. Melaksanakan pengendalian dan pengawasan kegiatan.
i.
Melaksanakan penilaian prestasi dan proses peyelenggaraan kegiatan
serta penyusunan laporan.
Sedangkan tujuan penyelenggaraan pendidikan STAIN Salatiga
adalah:
a. Menyiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat dan memiliki
kemampuan akademik dan/atau profesional yang dapat menerapkan,
mengembangkan dan/atau menciptakan ilmu-ilmu keislaman dan
teknologi serta seni yang bernapaskan Islam.
b. Mengembangkan dan menyebarluaskan ilmu-ilmu keislaman dan/atau
teknologi serta seni yang bernapaskan Islam, dan mengupayakan
penggunaannya untuk meningkatkan taraf kehidupan masyarakat dan
memperkaya kebudayaan nasional.
3. Visi dan Misi STAIN Salatiga
Visi STAIN Salatiga adalah: “Menjadi perguruan tinggi yang
berkualitas dalam mewujudkan keseimbangan kecerdasan intelektual,
kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual”. Dengan visi tersebut,
maka misi yang diemban lembaga ini sebagai berikut:
a. Mengantarkan mahasiswa memiliki kemantapan aqidah, kedalaman
spiritual, keluhuran akhlak dan keluasan ilmu pengaetahuan.
b. Memberikan layanan kepada civitas akademika dan masyarakat dalam
menggali ilmu pengetahuan, teknologi dan seni.
c. Mengembangkan pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada
masyarakat melalui kinerja internal dan eksternal.
d. Mengembangkan college based management dengan melibatkan stake
holder dan masyarakat.
e. Mewujudkan tempat rujukan dalam keteladanan nilai-nilai Islam dan
budaya bangsa.
4. Kurikulum STAIN Salatiga Tahun Ajaran 2006/2007
Kurikulum STAIN Salatiga pada tahun ajaran 2006/2007, sebagai
berikut:
a. Mata kuliah Pengembangan Kepribadian (MPK).
b. Mata kuliah Keilmuan dan Keterampilan (MKK).
c. Mata kuliah Keahlian Berkarya (MKB).
d. Mata kuliah Perilaku Berkarya (MPB).
e. Mata kuliah Berkehidupan Bermasyarakat (MBB).
Adapun rincian mata kuliah program studi Pendidikan Agama Islam
adalah sebagai berikut:
Tabel. 4
Mata kuliah program studi PAI tahun akademik 2006/2007
Sumber: Buku Pedoman Pelaksanaan Pendidikan STAIN Salatiga tahun akademik
2006/2007
NO
MATA KULIAH
SKS
1
Civic Education
3
2
Bahasa Arab I
6
3
Ilmu Alamiah Dasar
3
4
Sejarah Peradaban Islam
2
5
Ilmu Pendidikan
3
6
Ilmu Jiwa Belajar
3
7
Apresiasi Komputer
0
8
Bahasa Indonesia
2
9
Bahasa Inggris I
3
NO
MATA KULIAH
SKS
10
Bahasa Arab II
6
11
Ulumul Qur‟an
2
12
Ulumul Hadits
3
13
Ushul Fiqh
3
14
Filsafat Ilmu
2
15
Bahasa Inggris II
3
16
Ilmu Kalam
2
17
Akhlak Tasawuf
2
18
Tafsir
3
19
Hadits
3
20
Ilmu Pendidikan Islam
3
21
Materi Pendidikan Agama Islam I
2
22
Fiqh
3
23
Perencanaan Sistem Pendidikan Agama Islam
3
24
Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam
3
25
Statistik Pendidikan
3
26
Materi Pendidikan Agama Islam
2
27
Tarikh Tasyri‟
3
28
Penulisan Karya Ilmiah
0
29
Alqur‟an
2
30
Metodologi Studi Islam
3
31
Metode Penelitian
2
32
Administrasi Pendidikan
3
33
Metodologi Pendidikan Islam
2
34
Bahasa Inggris Pengembangan
3
35
Bahasa Arab Pengembangan
3
36
Sosiologi Pendidikan
3
37
Pengembangan Sistem Evaluasi
3
38
Teknologi Pembelajaran
3
NO
MATA KULIAH
SKS
39
Sejarah Pendidikan Islam
3
40
Filsafat Pendidikan Islam
3
41
Ilmu Jiwa Agama
3
42
Qiraatul Kutub
3
43
Metode Penelitian Pendidikan
3
44
Pemikiran Islam Kontemporer
2
45
Masailul Fiqhiyah Haditsah
3
46
Bimbingan Konseling Islami
3
47
Kapita Selekta Pendidikan
2
48
Pemikiran Pendidikan Islam
3
49
Manajemen Kelembagaan
2
50
Micro Teaching
2
51
Praktikum Pengembangan Profesi
4
52
Praktikum Pengabdian Masyarakat
4
53
Skrisi
6
Jumlah
149
5. Kompetensi Lulusan Program Studi Pendidikan Agama Islam (PAI)
Tabel. 5
Kompetensi lulusan PAI dan indikatornya
Sumber: Buku Pedoman Pelaksanaan Pendidikan STAIN Salatiga tahun akademik
2009/2010
TUJUAN PRODI
Menghasilkan sarjana muslim yang mampu menjadi guru Pendidikan Agama
Islam yang profesional pada jenjang pendidikan dasar dan menengah.
KOMPETENSI
1. Memahami
pendidikan
INDIKATOR
wawasan a. Menjelaskan dan menguraikan wawasan
secara
pendidikan umum dan Islam: sejarah,
komprehensif.
b.
2. Memiliki
profesionalisme a.
dan
keteladanan
dalam b.
melaksanakan
tugas-tugas
kependidikan.
c.
3. Memiliki sikap reposive, a.
inovatif dan kreatif dalam
pembelajaran.
b.
c.
4. Terampil menerapkan teori- a.
teori kependidikan dalam
melaksanakan pembelajaran b.
Pendidikan Agama Islam.
c.
5. Menguasai
keislaman
metodologinya.
ilmu-ilmu a.
dan
b.
c.
6. Memiliki sikap demokratis a.
dan rasa pengabdian.
b.
c.
7. Mencintai ilmu pengetahuan a.
b.
c.
d.
8. Mengusai
kebahasaan
ilmu-ilmu a.
b.
filsafat, kebijakan, teori, tokoh dan
pemikirannya, metodologi dan intuisi.
Menjelaskan metodologi pembelajaran
Pendidikan Agama Islam: pendekatan,
metode, teknik, media dan evaluasi.
Menekuni dan mencintai profesinya.
Melaksanakan tugas secara efisien dan
efektif.
Meningkatkan
dan
mengembangkan
profesi.
Tanggap terhadap perkembangan inovasi
pembelajaran Pendidikan Agama Islam.
Memperbaiki dan meningkatkan kualitas
pembelajaran Pendidikan Agama Islam.
Menghasilkan inovasi dalam pembelajaran
Pendidikan Agama Islam.
Merencanakan pembelajaran Pendidikan
Agama Islam.
Melaksanakan
kegiatan
pembelajaran
Pendidikan Agama Islam.
Mengevaluasi pembelajaran Pendidikan
Agama Islam.
Menjelaskan
substansi
ilmu-ilmu
keislaman: tafsir, hadits, sejarah peradaban
Islam, fiqh, ilmu kalam dan akhlak.
Menjelaskan metode studi ilmu-ilmu
keislaman.
Mengamalkan ajaran Islam secara benar.
Menyampaikan kebebasan berpendapat
secara bertanggung jawab.
Menghargai pendapat orang lain.
Tidak memaksakan kehendak.
Meningkatkan dan mengembangkan ilmu
pengetahuan dan kemampuan akademik
yang telah dimilikinya.
Menghargai disiplin ilmu yang dimiliki
oleh orang lain.
Memperbaiki dan meningkatkan kualitas
pembelajaran Pendidikan Agama Islam.
Menghasilkan inovasi dalam pembelajaran
Pendidikan Agama Islam.
Mampu menguasai dan menerapkan ilmu
bahasa dalam tulisan yang baik dan benar.
Mampu
membaca,
menulis
dan
menganalisis ilmu bahasa dalam teks
naskah berbahasa asing.
c. Mampu menguasai strategi listening
comprehention, reading texs, writing,
grammar dan texs analisis dalam TOEFL.
d. Mampu menguasai strategi istima‟, kitabah,
qiraah, kalam, analisis nahwu sharaf,
tadribat istima‟; tadribat kitabah; tadribat
qiraah; tadribat kalam; tadribat analisis
nahwu sharaf.
B. Kondisi Subjek
Mahasiswa program studi PAI angkatan 2006 yang telah mengajukan
skripsi tercatat 104 orang, sedangkan yang menjadi responden sampel
sejumlah 33 orang. Dilihat dari jenis kelamin, 13 orang responden berjenis
kelamin laki-laki dan 20 orang perempuan. Adapun usia responden berkisar
antara 21-27 tahun. Gambaran tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel. 6
Jumlah responden berdasarkan jenis kelamin
NO
JENIS KELAMIN
FREKUENSI
PERSEN
1
Laki-Laki
13
39,4%
2
Perempuan
20
60,6%
33
100%
JUMLAH
Tabel. 7
Jumlah responden berdasarkan usia
NO
1
2
JENIS KELAMIN
Laki-Laki
Perempuan
USIA
FREKUENSI
PERSEN
≤21
1
3%
22-23
11
33,3%
≥24
1
3%
≤21
2
6,1%
22-23
15
45,5%
≥24
3
9,1%
33
100%
JUMLAH
Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa sebagian besar mahasiswa
angkatan 2006, baik laki-laki maupun perempuan, berusia 22-23 tahun
terbukti dari besarnya persentase pada masing-masing golongan yakni 33,3%
untuk laki-laki dan 45,5% untuk perempuan. Adapun latar belakang
pendidikan subjek tersaji pada tabel di bawah ini:
Tabel. 8
Jumlah responden berdasarkan asal sekolah
NO
ASAL SEKOLAH
FREKUENSI
PERSEN
1
MA/MAN/MAK
21
63,6%
2
SMA/SMU
8
24,2%
3
SMK
3
9,1%
4
Tidak menjawab
1
3,1%
JUMLAH
33
100%
Dilihat dari latar belakang pendidikan, mayoritas subjek berasal dari
sekolah yang kental akan nuansa keislaman sehingga mahasiswa sudah
memiliki dasar keislaman yang cukup bagus. Sedangkan kondisi sosialekonomi subjek dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel. 9
Jumlah responden berdasarkan pekerjaan orang tua
NO PEKERJAAN ORANG TUA FREKUENSI
PERSEN
1
Petani
16
48,4%
2
Wiraswasta
11
33,3%
3
Guru/PNS
4
12,1%
4
Pensiunan PNS
1
3,1%
5
Tidak menjawab
1
3,1%
33
100%
JUMLAH
Kondisi sosial-ekonomi subjek dapat diketahui dengan mudah dari
tabel di atas. 48,4% orang tua subjek bekerja sebagai petani, ini berarti
mayoritas subjek berasal dari daerah pedesaan dengan tingkat ekonomi yang
tidak terlalu tinggi. Pekerjaan orang tua subjek yang tertinggi kedua adalah
wiraswasta dengan persentase 33,3% disusul secara berturut-turut guru/PNS
dan pensiunan PNS sebesar 12,1% dan 3,1%, dalam hal ini peneliti memaknai
bahwa kondisi ekonomi pada tingkat ini juga tidak terlalu tinggi. Adapun latar
belakang tingkat pendidikan orang tua adalah sebagai berikut:
Tabel. 10
Jumlah responden berdasarkan pendidikan orang tua
NO
PENDIDIKAN ORANG TUA
FREKUENSI
PERSEN
1
SD/sederajat
10
30,3%
2
SMP/sederajat
5
15,2%
3
SMA/sederajat
11
33,3%
4
Perguruan Tinggi
5
15,2%
5
Tidak menjawab
2
6%
33
100%
JUMLAH
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui tingkat tertinggi pendidikan
orang tua adalah SMA/sederajat sebesar 33,3%, disusul SD/sederajat sebesar
30,3%, ada perbedaan walaupun angkanya tidak begitu signifikan. Sedangkan
urutan terakhir adalah SMP/sederajat dan Perguruan Tinggi dengan persentase
sama tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa latar belakang pendidikan orang tua
subjek secara keseluruhan berimbang antara yang tinggi dan yang rendah.
Subjek tidak dapat dikatakan mempunyai latar belakang pendidikan orang
tinggi maupun rendah karena perbedaan persentase yang muncul tidak terlalu
signifikan.
Dengan demikian dapat diambil kesimpulan bahwa sebagian besar
subjek, baik laki-laki maupun perempuan, berusia 22-23 tahun dan memiliki
dasar keislaman yang cukup baik. Adapun kondisi sosial-ekonomi mereka
berada pada tingkat tidak terlalu tinggi. Sedangkan latar belakang pendidikan
orang tua subjek secara keseluruhan berimbang antara yang tinggi dan yang
rendah.
C. Paparan Data
1. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen
a. Validitas Instrumen
Penyusunan instrumen dalam penelitian ini, telah melewati
prosedur menyusun indikator kematangan kepribadian terlebih dahulu,
baru kemudian menyusun instrumen pengumpulan data. Pengujian
validitas isi instrumen menggunakan analisis rasional dengan
professional judgment yakni menggunakan pendapat ahli. Setelah
melakukan konsultasi instrumen dengan pembimbing penelitian,
instrumen dinilai relevan dan sudah mencerminkan indikator yang
akan diukur.
b. Reliabilitas Instrumen
Selain validitas, ciri yang yang harus dimiliki oleh instrumen
penelitian adalah reliabilitas. Peneliti menguji reliabilitas instrumen
dengan teknik try out terpakai yakni data yang digunakan untuk uji
reliabilitas merupakan data yang akan dianalisis dalam penelitian.
Dalam hal ini, peneliti mengambil responden sejumlah 43 orang yang
terdiri dari 33 orang responden sampel dan 10 orang responden bebas.
Responden bebas maksudnya responden yang tidak termasuk dalam
populasi.
Pemberian estimasi pada uji reliabilitas instrumen ini, peneliti
mengacu pada pendapat Azwar (1996:179) bahwa koefisien reliabilitas
yang lebih dari 0,30 dianggap sudah memuaskan. Berikut ini analisis
uji reliabilitas:
1) Koefisien reliabilitas sub-bab pemahaman diri mendapat hasil 0,82
artinya memiliki tingkat reliabilitas tinggi.
2) Koefisien reliabilitas sub-bab hubungan dengan orang lain
mendapat hasil 0,92 artinya memiliki tingkat reliabilitas tinggi.
3) Koefisien reliabilitas sub-bab target masa depan mendapat hasil
0,90 artinya memiliki tingkat reliabilitas tinggi.
4) Koefisien reliabilitas sub-bab ikhtiar spiritual mendapat hasil 0,82
artinya memiliki tingkat reliabilitas tinggi.
5) Koefisien reliabilitas sub-bab ikhtiar non-spiritual mendapat hasil
0,36 artinya memiliki tingkat reliabilitas cukup.
6) Koefisien reliabilitas sub-bab makna hidup mendapat hasil 0,88
artinya memiliki tingkat reliabilitas tinggi.
2. Analisis Data
Data penelitian kematangan kepribadian mahasiswa diperoleh dari
angket dan dokumen akademik STAIN Salatiga. Mahasiswa angkatan
2006 yang sudah mengajukan judul skripsi tercatat sejumlah 104 orang.
Sedangkan sampel yang diambil dengan kriteria yang sudah ditentukan
berjumlah 33 orang. Langkah awal untuk menganalisis data interval adalah
mengelompokkan data dengan membuat distribusi frekuensi kemudian
mencari tendensi sentral (mean, median, mode).
a. Pemahaman Diri
Pembuatan
mengidentifikasi
distribusi
frekuensi
diawali
nilai tertinggi dan terendah.
dengan
Dari sub-skala
pemahaman diri, tersaji nilai hipotetik tertinggi 88 dan nilai terendah 0.
Range untuk kedua nilai tersebut adalah 88, sedangkan jumlah kelas
adalah 5 kelas dengan kategori:
Kelas pertama
: Sangat Tinggi.
Kelas kedua
: Tinggi.
Kelas ketiga
: Sedang.
Kelas keempat
: Rendah.
Kelas kelima
: Sangat Rendah.
Penentuan lebar kelas berdasarkan range dan jumlah kelas di
atas, diperoleh dengan perhitungan sebagai berikut:
Lebar kelas = 88 : 5 = 17,6 (dibulatkan menjadi 18)
Mengacu pada pendapat Irianto (2006: 12), pembulatan selalu
ke atas walaupun angka dibelakang koma kecil karena pembulatan ke
bawah akan menanggung resiko yaitu kemungkinan ada data yang
tidak masuk dalam kelompok yang telah ditentukan. Sajian data secara
utuh dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel. 11
Distribusi frekuensi sub-skala pemahaman diri
NO INTERVAL
(X)
(F)
FX
CF
PERSEN
1
72-89
80,5
8
644
33
24,24%
2
54-71
62,5
25
1562,5
25
75,76%
3
36-53
44,5
-
-
-
-
4
18-35
26,5
-
-
-
-
5
0-17
8,5
-
-
-
-
33
2206,5
JUMLAH
Keterangan:
X = titik tengah
F = frekuensi
FC = frekuensi komulatif
100%
Dengan melihat distribusi frekuensi diatas, dapat diketahui
dengan jelas bahwa mode dari distribusi frekuensi tersebut adalah 62,5
yang terletak pada interval 54-71, dengan demikian kecenderungan
pamahaman diri mahasiswa berada pada kategori tinggi. Adapun
dilihat dari perhitungan median dan mean pada distribusi frekuensi di
atas, berturut-turut adalah 65,38 dan 66,86 ini berarti rata-rata
mahasiswa berada pada kelas kedua sehingga dapat dikatakan bahwa
tingkat pemahaman diri mahasiswa cukup tinggi.
b. Hubungan dengan Orang Lain
Hasil dari sebaran skor sub-skala hubungan dengan orang lain,
tersaji nilai tertinggi 64 dan nilai terendah 0. Range untuk kedua nilai
tersebut adalah 64, sedangkan jumlah kelas adalah 5 kelas. Adapun
penentuan lebar kelas berdasarkan range dan jumlah kelas di atas,
diperoleh dengan perhitungan sebagai berikut:
Lebar kelas = 64 : 5 = 12,8 (dibulatkan menjadi 13)
Tabel. 12
Distribusi frekuensi sub-skala hubungan dengan orang lain
NO INTERVAL
(X)
(F)
FX
CF
PERSEN
1
52-65
58
2
116
33
6,06%
2
39-51
45
28
1260
31
84,85%
3
26-38
32
3
96
3
9,09%
4
13-25
19
-
-
-
-
5
0-12
6
-
-
-
-
33
1472
JUMLAH
100%
Dengan melihat distribusi frekuensi diatas, dapat diketahui
secara langsung bahwa modenya adalah 45 yang terletak pada interval
39-51 dengan demikian, kecenderungan hubungan sosial mahasiswa
berada pada kategori tinggi. Sedangkan median dan meannya adalah
44,74 dan 44,61, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa rata-rata
mahasiswa memiliki tingkat hubungan sosial dengan orang lain yang
berada pada kategori tinggi juga.
c. Target Masa Depan
Dari skor sub-skala target masa depan, tersaji nilai hipotetik
tertinggi 48 dan nilai terendah 0. Rentang (range) untuk kedua nilai
tersebut adalah 48, sedangkan jumlah kelas adalah 5 kelas. Penentuan
lebar kelas berdasarkan range dan jumlah kelas di atas, diperoleh
dengan perhitungan sebagai berikut:
Lebar kelas = 48 : 5 = 9,6 (dibulatkan menjadi 10)
Tabel. 13
Distribusi frekuensi sub-skala target masa depan
NO INTERVAL
(X)
(F)
FX
CF
PERSEN
1
40-49
44,5
14
623
33
42,4%
2
30-39
34,5
19
655,5
19
57,6%
3
20-29
24,5
-
-
-
-
4
10-19
14,5
-
-
-
-
5
0-9
4,5
-
-
-
-
33
1278,5
JUMLAH
100%
Dari perhitungan mode, median dan mean diketahui nilainya
berturut-turut adalah 34,5, 38,5 dan 38,74 yang semuanya terdapat
pada kelas kedua. Ini menunjukkan bahwa kecenderungan mahasiswa
memiliki perencanaan yang matang untuk masa depan mereka.
Terbukti dengan perhitungan mode, median dan mean yang berada
pada kelas kedua yaitu kategori tinggi
d. Ikhtiar Spiritual
Hasil dari skor hipotetik sub-skala ikhtiar spiritual, tersaji nilai
tertinggi 24 dan nilai terendah 0. Range untuk kedua nilai tersebut
adalah 24, sedangkan jumlah kelas adalah 5 kelas, sedangkan lebar
kelas berdasarkan range dan jumlah kelas di atas, adalah:
Lebar kelas = 24 : 5 = 4,8 (dibulatkan menjadi 5)
Tabel. 14
Distribusi frekuensi sub-skala ikhtiar spiritual
NO INTERVAL
(X)
(F)
FX
CF
PERSEN
1
20-24
22
2
44
33
6,1%
2
15-19
17
10
170
31
30,3%
3
10-14
12
16
192
21
48,5%
4
5-9
7
5
35
5
15,1%
5
0-4
2
-
-
-
33
441
100%
JUMLAH
Dengan melihat distribusi frekuensi diatas, dapat diketahui
bahwa modenya adalah 12 yang terletak pada kelas ketiga, dengan
demikian mayoritas mahasiswa melakukan usaha spiritual untuk
mencapai cita-cita/target masa depan berada pada kategori sedang.
Adapun median dari distribusi frekuensi di atas adalah 13,1 yang
terletak pada kelas ketiga, dengan demikian setengah dari jumlah
keseluruhan mahasiswa melakukan usaha spiritual untuk mencapai
cita-cita/target masa depan berada pada kategori sedang.
Sedangkan meannya adalah 13,36 yang terletak pada kelas
kedua, ini berarti rata-rata mahasiswa melakukan usaha spiritual untuk
mencapai keinginan/target berada pada kategori sedang juga.
e. Ikhtiar Non-Spiritual
Hasil dari sebaran skor hipotetik sub-skala ikhtiar non-spiritual,
tersaji nilai tertinggi 16 dan nilai terendah 0. Range untuk kedua nilai
tersebut adalah 16, sedangkan jumlah kelas adalah 5 kelas. Penentuan
lebar kelas berdasarkan range dan jumlah kelas di atas, diperoleh
dengan perhitungan sebagai berikut:
Lebar kelas = 16 : 5 = 3,2 (dibulatkan menjadi 4)
Tabel. 15
Distribusi frekuensi sub-skala ikhtiar non-spiritual
NO INTERVAL
(X)
(F)
FX
CF
PERSEN
1
16-19
17,5
3
52,5
33
9,1%
2
12-15
13,5
21
283,5
30
63,6%
3
8-11
9,5
9
85,5
9
27,3%
4
4-7
5,5
-
-
-
-
5
0-3
1,5
-
-
-
-
33
421,5
JUMLAH
100%
Dari perhitungan mode, median dan mean diketahui nilainya
berturut-turut adalah 13,5, 12,94 dan 12,77 yang semuanya terdapat
pada kelas kedua. Ini menunjukkan bahwa usaha non-spiritual yang
dilakukan mahasiswa cukup intensif untuk meraih cita-cita mereka. Ini
berarti mayoritas mahasiswa melakukan usaha dengan sungguhsungguh demi mencapai masa depan yang diharapkan.
f. Makna Hidup
Hasil dari sebaran skor sub-skala makna hidup, tersaji nilai
tertinggi 40 dan nilai terendah 0. Range untuk kedua nilai tersebut
adalah 40, sedangkan jumlah kelas adalah 5 kelas. Penentuan lebar
kelas berdasarkan range dan jumlah kelas di atas, diperoleh dengan
perhitungan sebagai berikut:
Lebar kelas = 40 (+1) : 5 = 8,2 (dibulatkan menjadi 9)
Tabel. 16
Distribusi frekuensi sub-skala makna hidup
NO INTERVAL
(X)
(F)
FX
CF
PERSEN
1
36-44
40
6
240
33
18,2%
2
27-35
31
24
744
27
72,7%
3
18-26
22
3
66
3
9,1%
4
9-17
13
-
-
-
-
5
0-8
4
-
-
-
-
33
JUMLAH
1050
100%
Dari perhitungan mode, median dan mean diketahui nilainya
berturut-turut adalah 31, 30,98 dan 31,82 yang semuanya terdapat pada
kelas kedua. Ini menunjukkan bahwa mayoritas mahasiswa mamiliki
kecenderungan tinggi dalam memahami dan menghayati setiap
aktifitas dengan penuh kebermaknaan. Dengan demikian, mahasiswa
memiliki orientasi yang jelas, semangat serta motivasi yang tinggi
dalam setiap kegiatan yang mereka jalani dan selalu belajar dari
kegagalan.
g. Kematangan Kepribadian
Dari keseluruhan aitem, tersaji nilai hipotetik tertinggi 280 dan
nilai terendah 0. Range untuk kedua nilai tersebut adalah 280,
sedangkan jumlah kelas adalah 5 kelas, dengan kategori:
Kelas pertama
: Sangat Tinggi.
Kelas kedua
: Tinggi.
Kelas ketiga
: Sedang.
Kelas keempat
: Rendah.
Kelas kelima
: Sangat rendah.
Penentuan lebar kelas berdasarkan range dan jumlah kelas di
atas, diperoleh dengan perhitungan sebagai berikut:
Lebar kelas = 280 (+1) : 5 = 56,2 (dibulatkan menjadi 57)
Tabel. 17
Distribusi frekuensi kematangan kepribadian
NO
INTERVAL
(X)
(F)
FX
CF
PERSEN
1
228-284
256
4
1024
33
12,1%
2
171-227
199
29
5771
29
87,9%
3
114-170
142
-
-
-
-
4
57-113
85
-
-
-
-
5
0-56
28
-
-
-
-
33
6795
JUMLAH
100%
Dengan melihat distribusi frekuensi diatas, dapat diketahui
bahwa mode dari distribusi frekuensi tersebut adalah 199 yang terletak
pada kelas kedua, dengan demikian mayoritas mahasiswa cenderung
memiliki tingkat kematangan tinggi. Adapun median dari distribusi
frekuensi di atas adalah 202,99 yang terletak pada kelas kedua, dengan
demikian setengah dari jumlah keseluruhan mahasiswa memiliki
tingkat kematangan pada posisi tinggi. Sedangkan meannya adalah
205,91 yang terletak pada kelas kedua juga, ini berarti rata-rata
mahasiswa mempunyai tingkat kematangan kepribadian yang tingggi
pula. Adanya kesamaan kelas pada perhitungan mean, median dan
modus ini menunjukkan bahwa distribusi frekuensi tersebut memiliki
kurva normal.
D. Pembahasan
Berdasarkan perhitungan mode, median dan mean, mayoritas
mahasiswa memiliki kecenderungan pemahaman diri pada kelas tinggi.
Adapun pada aspek hubungan sosial dengan orang lain, mahasiswa berada
pada kelas kedua dengan kategori tinggi juga. Ini berarti bahwa tingkat
pemahaman diri dan tingkat hubungan antar personal yang dimiliki mahasiswa
sudah cukup baik.
Sedangkan pada aspek target masa depan, ikhtiar non-spiritual serta
kebermaknaan hidup, mode, median dan meannya juga menunjukkan kelas
yang sama, berarti mayoritas mahasiswa memiliki kecenderungan tinggi pada
aspek-aspek tersebut. Akan tetapi ketika dilihat dari aspek ikhtiar spiritual,
mahasiswa berada pada kelas yang sedang, posisi mahasiswa yang berada
pada kelas sedang menunjukkan bahwa tingkat tersebut juga tidak terlalu
rendah. Meskipun demikian, ini sungguh disayangkan karena kematangan
pada aspek-aspek tertentu tidak dibarengi dengan kematangan dibidang
spiritual.
Adapun kematangan kepribadian mahasiswa secara keseluruhan,
berdasarkan perhitungan mean, median dan mode menunjukkan kelas interval
yang sama, yaitu kelas tinggi, berarti mahasiswa yang sudah akan wisuda
kepribadiannya cukup matang. Dari keenam aspek kematangan kepribadian
mahasiswa tersebut, perkembangan yang ditunjukkan cukup seimbang;
walaupun pada aspek ikhtiar spiritual berada pada kategori sedang tetapi
masih merupakan tingkat yang wajar. Dengan demikian, gambaran umum
kepribadian mahasiswa calon out put STAIN Salatiga secara keseluruhan
adalah memiliki kematangan yang cukup seimbang antara aspek satu dengan
yang lainnya. Paparan di atas merupakan profil kepribadian mahasiswa yang
menjawab pertanyaan penelitian yang pertama yaitu: “Bagaimana profil
kepribadian mahasiswa STAIN Salatiga?”.
Sedangkan untuk menjawab pertanyaan penelitian yang kedua, yaitu
“Bagaimana tingkat kematangan kepribadian mahasiswa STAIN Salatiga?”
hasil temuan dari penelitian ini diketahui tingkat kematangan kepribadian
mahasiswa STAIN Salatiga adalah tinggi.
Menanggapi hasil temuan tersebut, Ahmadi & Sholeh (2005: 45)
mengatakan bahwa mahasiswa yang berkisar antara 18-25 tahun masih
termasuk pada periode dewasa dini/awal dimana pada periode ini terjadi
proses penemuan identitas diri. Adapun tugas perkembangan pada usia
mahasiswa adalah pemantapan dan pengujian lebih lanjut tentang pendirian
hidup serta penyiapan diri dengan bekal kemampuan dan keterampilan yang
diperlukan untuk merealisasikan pendirian hidup yang telah dipilihnya.
Mengenai periode ini Hurlock (1996: 272) mengungkapkan bahwa
masa dewasa awal ini merupakan masa yang penuh masalah dan ketegangan
emosional, akan tetapi terjadi pula perubahan nilai-nilai, kreatifitas dan
penyesuaian diri pada lingkungan yang baru. Disini mahasiswa STAIN
Salatiga telah cukup berhasil dalam menghadapi masalah-masalah tersebut
yang ditunjukkan pada tingkat kematangan kepribadian mahasiswa yang
tinggi. Hurlock (1996: 14-15) menjelaskan bahwa kegagalan dalam mengatasi
masalah akan berakibat pada kekurangmatangan dan penyesuaian diri yang
buruk.
Ditinjau dari latar belakang pendidikan dan sosial-ekonomi orang tua,
subjek penelitian memiliki latar belakang yang cukup beragam dan seimbang.
Isjoni (2006: 10) mengungkapkan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan
maka semakin berkualitas pola pikir, pola tindak serta pola laku seseorang.
Oleh sebab itu pendidikan merupakan barometer bagi kualitas setiap manusia.
Tingginya tingkat pendidikan orang tua mencerminkan kualitas orang tua yang
dapat mempengaruhi kualitas pembentukan kepribadian anak.
Adapun tingkat pendidikan orang tua subjek yang cenderung seimbang
antara yang tinggi dan rendah mengindikasikan bahwa pengasuhan terhadap
anak yang berimbas pada kualitas pembentukan kepribadian anak juga
tergolong cukup baik, berarti pertumbuhan kepribadiannya di lingkungan
keluarga berlangsung cukup normal. Sedangkan ditinjau dari segi tingkat
sosial-ekonomi yang cenderung berada pada kelas menengah ke bawah,
memiliki keuntungan tersendiri bagi pembentukan kepribadian mahasiswa
yaitu tingkat berhubungan sosial mahasiswa dengan orang lain memiliki
kecenderungan cukup baik.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil temuan pada penelitian tentang kematangan
kepribadian mahasiswa ini, dapat disimpulkan bahwa:
1. Kepribadian mahasiswa STAIN Salatiga memiliki tingkat kematangan
tinggi.
2. Mahasiswa STAIN Salatiga cukup baik dalam memahami diri.
3. Mahasiswa STAIN Salatiga memiliki tingkat hubungan sosial yang cukup
baik.
4. Mahasiswa STAIN Salatiga memiliki perencanaan masa depan yang
matang.
5. Mahasiswa STAIN Salatiga tidak begitu intensif dalam melakukan ikhtiar
secara spiritual.
6. Mahasiswa STAIN Salatiga cukup intensif dalam melakukan ikhtiar non
spiritual dalam rangka merealisasikan rencana masa depan mereka.
7. Mahasiswa STAIN Salatiga memberikan penghayatan hidup yang
menyatu dalam pelaksanaan aktifitas sehari-hari.
84
B. Saran
Hasil penelitian survei ini merupakan data awal yang harus terus
dikembangkan supaya lebih bermanfaat bagi banyak pihak. Kesimpulan dari
hasil penelitian ini hendaknya ditindaklanjuti oleh:
1. STAIN Salatiga khususnya dan PTAIN pada umumnya, supaya terus
meningkatkan perannya dalam mengembangkan program-program untuk
mengembangkan kepribadian mahasiswa.
2. Para
pendidik
agar
lebih
memperhatikan
aspek
pemgembangan
kepribadian dan menerapkannya dalam proses kegiatan belajar mengajar
(KBM).
3. Praktisi pendidikan bidang akademik khususnya bagian kurikulum, agar
mempertimbangkan aspek perkembangan kepribadian peserta didik dalam
penyusunan kurikulum.
4. Bagi peneliti selanjutnya agar menggali dan mengembangkan penelitian
tentang kepribadian yang bertolak dari data survei ini, sebagai tindak
lanjut penelitian dengan mengembangkan variabel dan metode penelitian.
Penelitian ini merupakan penelitian yang masih memerlukan banyak
koreksi dan pembenahan. Akhirnya, segala kritik dan saran yang membangun
dari berbegai pihak sangat penulis harapkan demi meningkatkan kualitas
penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA
Achmadi. (1992). Islam sebagai Paradigma Ilmu Pendidikan. Yogyakarta: Aditya
Media dan IAIN Walisongo Press.
Ahmadi, A. & Munawar S. (2005). Psikologi Perkembangan. Jakarta: Rineka
Cipta.
Arikunto, S. (2005). Manajemen Penelitian. Edisi revisi. Jakarta: Rineka Cipta.
. (2006). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Edisi revisi.
Jakarta: Rineka Cipta.
Azwar, S. (1996). Tes Prestasi: Fungsi dan Pengembangan Pengukuran Prestasi
Belajar. Edisi III. Yogyakarta: Puataka Pelajar.
. (2001). Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Baharuddin. (2005). Aktualisasi Psikologi Islami. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Baihaqi, MIF. (2008). Psikologi Pertumbuhan: Kepribadian Sehat untuk
Mengembangkan Optimisme. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Furchan, A. (2007). Pengantar Penelitian dalam Pendidikan. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Furchan, A., Muhaimin & Agus M. (2005). Pengembangan Kurukulum Berbasis
Kompetensi di PTAI. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Hadeli. (2006). Metode Penelitian Kependidikan. Jakarta: Quantum Teaching.
Hadjar, I. (1999). Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Kwantitatif dalam
Pendidikan. Jakarta: Rajagrafindo Persada.
Hurlock, E. B. (1996). Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang
Rentang Kehidupan. Diterjemahkan oleh: Iswidayanti & Soedjarwo.
Jakarta: Erlangga.
Isjoni. (2006). Pendidikan sebagai Investasi Masa Depan. Jakarta: Yayasan Obor
Indonesia.
Jalaluddin. (2001). Teologi Pendidikan. Jakarta: Rajagrafindo Persada.
Komariah, A. & Cepi T. (2005). Visionary Leadership: Menuju Sekolah Efektif.
Jakarta: Bumi Aksara.
Mcghie, A. (1996). Penerapan Psikologi dalam Perawatan. Diterjemahkan oleh:
Pattinasarany. Yogyakarta: Andi dan Yayasan Esentia Medica.
Muhadjir, N. (1996). Metodelogi Penelitian Kualitatif. Edisi III. Yogyakarta:
Reka Srasin.
Schultz, D. (1991). Psikologi Pertumbuhan: Model-Model Kepribadian Sehat.
Diterjemahkan oleh: Yustinus. Yogyakarta: Kanisius.
Siswanto. (2007). Kesehatan Mental: Konsep, Cakupan dan Perkembangannya.
Yogyakarta: Andi.
Sukmadinata, N. S. (2008). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Sundari HS., S. (2005). Kesehatan Mental dalam Kehidupan. Jakarta: Rineka
Cipta.
Sunarto & Agung B. H. (1999). Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Rineka
Cipta dan Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Suryabrata, S. (2009). Metodologi Penelitian. Jakarta: Rajawali Pers.
Widjadipa, S. (2007). Kontribusi Sifat Kepribadian terhadap Kinerja Mengajar
Guru. Jurnal Attarbiyah, No. 2 tahun XVIII 102-133.
Usman, H. (2006). Manajemen: Teori, Praktik dan Riset Pendidikan. Jakarta:
Bumi Aksara.
Yusuf LN., S. & Ahmad J. N. (2007). Teori Kepribadian. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Peraturan Pemerintah RI. No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan. Jakarta: Cemerlang.
Lampiran 1.
ANGKET
Petunjuk pengisian:
1. Berilah tanda silang (X) pada salah satu jawaban yang paling sesuai dengan
keadaan Anda.
2. Tidak ada jawaban yang benar atau salah dalam soal di bawah ini.
3. Pengisian angket ini tidak mempengaruhi nilai akademik Anda.
4. Mohon diisi dengan jujur.
5. Keterangan: SS (sangat sesuai), S (sesuai), R (ragu-ragu), TS (tidak sesuai),
STS (sangat tidak sesuai).
6. Terima kasih atas kesediaan Anda menjadi responden.
A. Profil Responden
1. Nama
: …………………………………………………….
2. Jenis Kelamin
: …………………………………………………….
3. Umur
: …………………………………………………….
4. Alamat
: …………………………………………………….
5. Tempat tinggal
: …………………………………………………….
6. Anak ke-
: …………………………………………………….
7. Jumlah saudara
: …………………………………………………….
8. Pekerjaan ayah
: …………………………………………………….
9. Pendidikan ayah
: …………………………………………………….
10. Pekerjaan ibu
: …………………………………………………….
11. Pendidikan ibu
: …………………………………………………….
12. Asal Sekolah
: …………………………………………………….
13. IP terakhir/IPK
: ……………………………………………………
14. Pengalaman organisasi:
 …………………………………………………………………………
 …………………………………………………………………………
 …………………………………………………………………………
B. Pemahaman Diri
No
Pernyataan
1
Saya merasa PD (percaya diri) di setiap
kesempatan.
Saya sudah bersikap adil dalam menilai diri.
2
3
4
Saya memiliki potensi yang tidak dimiliki orang
lain.
Luas wawasan.
5
Teguh pendirian.
6
8
Penuh pertimbangkan dalam memutuskan
sesuatu.
Saya mengenali kelebihan tertentu dalam diri
Saya.
Secara fisik, Saya menarik.
9
Saya tahu bakat apa saja yang Saya miliki.
10
Saya tahu hal-hal yang Saya minati.
11
Saya tahu cita-cita saya.
12
Saya tahu hal-hal yang Saya sukai.
13
15
Saya tahu hal-hal yang bisa membuat Saya
bahagia.
Saya tahu hal-hal yang bisa membuat Saya
sedih/kecewa.
Saya mengenali kekurangan dalam diri Saya.
16
Saya lemah dalam bidang-bidang tertentu.
17
Saya dapat menerima kekurangan Saya.
18
Saya selalu menampilkan diri secara apa adanya.
19
Saya bersyukur atas kelebihan yang Saya miliki.
20
Saya dapat mengfungsikan kelebihan Saya.
21
Berusaha mengembangkan potensi diri.
22
Saya melatih kekurangan Saya agar menjadi
lebih baik.
7
14
Jawaban
SS
S
R
TS STS
C. Hubungan dengan Orang Lain
No
1
Jawaban
Pernyataan
Saya
memahami
bahwa
SS
setiap
orang
mempunyai perbedaan.
2
Saya bisa menerima perbedaan yang ada.
3
Saya membiarkan orang lain berbuat sesuatu
yang mereka anggap benar.
4
Saya mudah memahami orang lain.
5
Saya bisa menghargai perbedaan yang ada.
6
Saya mudah bergaul.
7
Saya
mudah
menyesuaikan diri
dengan
lingkungan baru.
8
Saya mudah membina relasi dengan banyak
orang.
9
Saya
hanya
dekat
dengan
orang-orang
tertentu.
10
Saya dapat membina persahabatan dalam
waktu yang lama.
11
Saya masih berhubungan dengan teman lama.
12
Saya cepat bosan berteman.
13
Saya mudah tersinggung.
14
Saya bisa bekerjasama dalam suatu kelompok.
15
Saya bisa menerima pendapat orang lain
dengan hati terbuka.
16
Saya bisa mengolah pendapat orang lain.
S
R
TS STS
D. Target Masa Depan
No
Jawaban
Pernyataan
SS
1
Saya merencanakan segala sesuatu.
2
Saya mempunyai target masa studi.
3
Saya mempunyai target prestasi akademik.
4
Saya mempunyai target penguasaan kompetensi.
5
Saya mempunyai target pengembangan profesi.
6
Saya mempunyai target mandiri secara finansial.
7
Saya mempunyai target kemapanan dalam
S
R
TS STS
pekerjaan.
8
Saya mempunyai target berkerja di bidang
tertentu.
9
Saya mempunyai target usia menikah.
10
Saya mempunyai target kapan menikah.
11
Saya mempunyai alasan/pertimbangan khusus
untuk menikah.
12
Saya
mempunyai
kriteria
untuk
calon
pendamping.
E. Ikhtiar Spiritual
Jawaban
No
Pernyataan
1
Menjalankan sholat malam.
2
Menjalankan sholat dhuha.
Selalu Sering Kadang Jarang
Tidak
pernah
3
Menjalankan puasa sunah.
4
Bersilaturahmi dengan ulama.
5
Melaksanakan dzikir tertentu.
6
Bersedekah/infak.
F. Ikhtiar Non Spiritual
No
Jawaban
Pernyataan
SS
1
Membangun relasi sebanyak-banyaknya.
2
Merencanakan
studi
lanjut,
kursus
S
R
TS STS
atau
pelatihan pengembangan karir.
3
Mencari pekerjaan yang mapan.
4
Berusaha mencari calon pasangan hidup sendiri
maupun dengan bantuan orang lain.
G. Makna Hidup
No
Jawaban
Pernyataan
SS
1
Saya berorientasi pada tujuan yang jelas.
2
Melaksanakan setiap aktivitas dengan hati
gembira.
3
Bersemangat dalam setiap aktivitas.
4
Bersungguh-sungguh
dalam
menyelesaikan
setiap pekerjaan.
5
Disiplin dalam menyelesaikan pekerjaan.
6
Pantang
menyerah
walau
menghadapi
kegagalan.
7
Saya belajar dari kegagalan yang Saya alami.
8
Saya siap menerima tanggung jawab sebagai
anggota masyarakat.
S
R
TS STS
No
Pernyataan
9
Saya siap menerima tanggung jawab sebagai
anggota keluarga (suami,istri atau orang tua).
10
Saya sudah siap menerima tanggung jawab
sebagai seorang profesional.
Jawaban
SS
S
R
TS STS
Lampiran 2.
Tabulasi uji reliabilitas sub-skala Pemahaman diri.
NO
SKOR
SUBYEK
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
1
Hrs
2
3
3
2
3
4
4
2
4
4
2
4
4
2
Rda
3
4
4
3
4
4
3
1
3
4
4
4
4
3
Fat
3
3
3
2
3
3
3
3
3
3
3
3
3
4
Sfn
3
1
3
2
3
3
3
3
3
3
1
2
2
5
Znl
3
2
3
3
2
4
4
3
4
3
3
1
3
6
Psp
1
2
2
2
2
3
3
2
2
3
2
3
4
7
Amn
3
3
3
3
3
4
4
3
4
4
3
4
4
8
Dfa
2
2
3
3
3
4
2
3
3
3
3
3
2
9
Mtk
3
3
3
3
3
3
3
3
2
3
3
3
3
10
Rin
2
2
2
3
2
2
3
3
3
3
3
3
3
11
Han
2
2
2
3
3
2
2
3
3
3
3
3
3
12
San
3
3
1
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
13
Mus
4
3
3
1
4
4
2
1
3
3
3
3
4
14
Umi
3
3
4
3
3
4
4
4
3
4
3
3
3
15
Lya
3
2
2
1
4
4
3
3
3
4
4
4
4
16
Rhmd
3
2
3
2
2
2
3
2
2
1
4
4
4
17
Fiq
4
3
3
2
3
2
3
2
2
2
3
2
2
18
Els
2
3
2
2
2
4
3
1
2
4
4
4
4
19
Syu
3
2
3
3
2
3
2
3
2
3
3
3
3
20
Isr
3
3
4
3
4
3
3
3
3
3
4
4
4
21
Rna
4
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
22
Ans
2
2
3
2
2
3
2
2
2
3
3
3
3
23
Zki
2
3
3
1
3
3
2
3
3
3
3
3
3
24
Dwx
3
2
3
3
2
4
2
2
3
4
4
4
4
25
Sba
2
2
3
1
3
3
3
2
1
3
3
3
3
26
Imr
3
3
4
3
4
4
4
3
2
2
3
4
4
27
Tfk
2
3
3
3
2
2
3
2
3
3
4
4
4
28
Jko
2
3
3
3
2
3
2
2
4
4
4
4
4
29
Anm
3
3
3
3
2
3
3
2
3
3
4
4
4
30
Hnf
3
2
4
2
2
4
4
2
4
4
4
4
3
31
Edh
2
3
2
2
2
3
2
2
2
3
3
3
3
32
Dul
2
3
4
2
3
3
2
3
3
4
4
4
3
33
Slkn
2
3
3
3
3
2
3
2
2
3
3
3
4
34
Ima
3
3
3
2
3
3
3
3
3
4
4
4
2
35
Wd
4
2
4
4
3
2
2
3
3
4
4
4
4
36
Jny
3
2
2
2
2
3
3
3
3
4
4
4
4
37
Zul
2
3
3
2
2
3
2
3
3
3
3
3
3
38
Isml
3
2
3
1
3
3
1
2
2
3
3
4
3
39
Yni
3
2
1
2
2
3
2
1
1
3
4
3
3
40
Fty
2
3
1
1
3
4
3
4
1
4
4
4
4
41
Okt
2
2
3
2
2
4
2
3
2
3
3
3
3
42
Mt
3
3
3
3
4
4
1
1
2
2
3
3
3
43
Hndy
3
3
3
3
3
4
4
3
4
3
4
4
4
Lanjutan:
X
Y
3
36
36
4
4
40
38
3
3
3
33
31
3
3
3
3
29
28
4
4
2
2
3
32
28
0
3
4
4
4
4
26
32
3
3
4
4
4
2
39
34
14
15
16
17
18
19
20
21
22
4
4
4
4
3
3
3
3
4
3
3
4
3
4
4
3
3
2
3
3
3
2
2
3
3
3
1
1
2
3
4
2
2
3
4
1
4
4
4
2
2
3
2
2
2
29
32
3
3
3
3
4
3
3
3
3
32
34
3
3
3
2
2
4
3
3
3
30
30
3
3
3
3
3
3
3
3
3
30
31
3
2
2
3
1
3
3
3
3
30
30
4
3
4
4
3
3
1
1
1
34
28
4
4
4
4
4
4
4
4
4
39
41
4
3
3
3
4
4
3
4
3
37
35
3
3
1
4
4
4
3
3
2
35
26
3
3
3
2
4
3
3
2
4
30
30
4
3
3
3
3
3
2
3
3
31
33
3
3
3
3
3
3
3
3
3
30
32
4
4
4
3
4
4
4
4
4
40
39
3
3
3
3
3
3
3
3
3
34
33
3
2
3
2
2
3
2
3
3
27
28
3
3
4
4
4
4
3
4
4
34
34
4
4
3
2
1
4
2
4
4
35
33
3
3
2
3
3
3
3
2
3
29
28
4
4
2
3
4
4
3
4
3
39
35
4
4
2
3
3
4
4
4
3
36
33
4
3
3
2
3
3
3
2
2
31
34
3
3
3
3
3
4
3
3
3
35
33
3
4
3
3
3
4
4
4
3
39
34
3
3
3
3
3
3
3
3
3
28
31
3
3
3
3
3
3
2
3
3
33
33
4
3
2
4
4
3
3
3
4
33
33
2
4
4
4
3
4
3
3
3
36
34
4
4
4
4
3
4
3
4
4
40
37
4
4
3
3
4
4
3
4
3
36
35
3
3
3
2
3
3
3
3
4
29
33
2
1
4
3
3
3
2
3
3
28
29
3
2
3
3
4
4
3
4
3
29
30
4
3
3
4
3
4
1
3
3
32
34
3
4
4
3
3
3
3
3
3
30
33
3
3
1
3
4
3
3
3
4
31
31
3
3
3
3
4
4
4
3
3
38
37
1424
1403
JUMLAH
∑ X² = 47824 ∑Y² = 46194 ∑ XY² = 46833
r xx
= 2 (r1.2)
1+ r1.2
= 2 (0,70)
1 + 0,70
= 0,82
Keterangan:
X
= jumlah skor pada aitem ganjil.
Y
= jumlah skor pada aitem genap.
r1.2
= koefisien korelasi antara kedua belahan.
r xx
= koefisien reliabilitas Spearman-Brown.
r1.2 = 0,70
Lampiran 3.
Tabulasi uji reliabilitas sub-skala hubungan dengan orang lain
NO
SUBYEK
SKOR
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
1
Hrs
4
4
4
3
4
3
3
3
3
2
3
3
0
2
Rda
4
4
4
3
4
2
3
3
3
4
4
3
2
3
Fat
3
3
3
3
3
3
3
3
2
3
3
2
2
4
Sfn
3
3
3
3
3
3
3
3
1
3
3
3
3
5
Znl
4
4
4
3
4
3
2
3
3
2
3
2
1
6
Psp
4
4
1
2
2
2
3
2
1
3
4
4
1
7
Amn
3
3
4
2
3
1
3
2
1
3
2
1
2
8
Dfa
3
2
3
1
4
3
3
3
3
3
4
4
3
9
Mtk
4
3
3
3
3
3
3
3
2
3
3
2
1
10
Rin
4
4
3
3
3
2
2
3
2
3
3
2
2
11
Han
3
3
3
3
3
3
3
3
1
3
3
2
2
12
San
4
3
3
3
4
3
1
2
2
3
3
3
3
13
Mus
4
4
4
3
4
3
3
3
3
3
3
3
1
14
Umi
4
4
4
4
4
3
4
3
1
1
4
4
1
15
Lya
4
2
3
2
3
1
2
1
1
4
4
4
0
16
Rhmd
4
4
3
1
4
4
3
2
2
3
3
4
3
17
Fiq
4
4
3
3
4
3
2
3
0
3
4
3
3
18
Els
4
3
4
3
3
2
2
2
3
1
2
3
2
19
Syu
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
1
3
1
20
Isr
4
4
3
3
3
4
3
3
1
4
4
3
1
21
Rna
3
3
3
3
3
3
3
3
1
3
3
3
2
22
Ans
3
3
2
1
3
2
2
2
1
2
3
3
2
23
Zki
4
4
4
2
4
3
2
1
1
4
4
2
1
24
Dwx
4
2
1
2
3
3
3
4
2
3
4
2
1
25
Sba
4
4
3
2
2
3
3
3
4
4
4
4
2
NO
SUBYEK
26
SKOR
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
Imr
4
4
4
3
3
4
4
3
3
3
4
3
0
27
Tfk
3
3
3
2
2
3
2
3
1
3
3
1
1
28
Jko
2
3
2
3
3
3
2
2
2
1
3
1
1
29
Anm
4
4
3
3
4
3
3
3
2
3
3
2
2
30
Hnf
4
4
3
4
4
4
4
4
3
4
4
4
2
31
Edh
4
3
3
3
3
3
3
3
3
1
3
3
2
32
Dul
4
3
3
2
3
3
3
2
1
4
3
2
2
33
Slkn
4
3
2
2
3
3
4
3
1
3
3
2
2
34
Ima
4
4
3
3
3
4
4
3
3
4
3
3
2
35
Wd
4
4
4
2
2
3
3
3
0
3
4
2
1
36
Jny
4
3
3
3
3
3
3
3
2
3
4
2
1
37
Zul
3
3
4
3
4
3
1
2
1
3
4
3
1
38
Isml
4
3
3
1
2
3
3
2
3
3
3
3
3
39
Yni
4
4
4
3
3
3
3
2
3
3
3
4
3
40
Fty
4
4
3
2
4
3
3
3
3
3
4
3
1
41
Okt
4
3
3
3
3
3
2
3
1
3
3
4
1
42
Mt
4
4
4
4
4
3
3
3
1
3
4
0
1
43
Hndy
4
3
2
3
4
4
4
4
3
4
4
3
3
Lanjutan:
X
Y
14
15
16
3
3
3
24
24
3
4
4
28
26
3
3
3
22
23
3
3
1
22
22
2
3
3
24
22
4
3
3
20
24
3
3
4
21
19
2
3
3
25
21
3
3
3
22
23
3
3
3
22
23
3
3
3
21
23
2
3
3
23
22
4
4
3
26
26
3
3
4
25
26
3
3
3
20
20
3
3
3
25
21
2
4
4
24
25
3
4
3
24
20
3
3
3
20
24
4
3
3
22
26
3
3
3
21
24
3
3
3
19
19
3
4
1
24
20
3
2
3
20
22
3
4
2
26
25
2
2
3
24
25
3
2
2
17
20
2
3
3
18
18
3
3
3
24
24
4
3
3
27
31
3
3
3
24
22
2
2
2
21
20
3
3
3
22
22
3
3
3
25
27
2
3
3
21
22
3
3
3
23
23
3
3
3
21
23
3
3
2
24
20
3
3
2
26
24
3
2
2
24
27
3
3
3
20
25
3
4
3
25
23
3
3
3
24
27
980
993
JUMLAH
∑ X² = 22587 ∑Y² = 23752 ∑ XY² = 23018
r xx
= 2 (r1.2)
1+ r1.2
= 2 (0,85)
1 + 0,85
= 0,92
r1.2 = 0,85
Lampiran 4.
Tabulasi uji reliabilitas sub-skala target masa depan
NO SUBYEK
SKOR
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
X
Y
1
Hrs
3
3
3
3
3
4
4
2
3
3
4
3
20
18
2
Rda
3
3
2
3
2
2
2
3
3
3
4
4
16
18
3
Fat
3
3
1
3
3
3
3
3
3
3
3
4
16
19
4
Sfn
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
18
18
5
Znl
4
3
2
2
1
3
4
4
4
4
3
3
18
19
6
Psp
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
18
18
7
Amn
4
4
3
3
4
4
4
4
4
4
4
3
23
22
8
Dfa
4
4
4
3
3
4
4
2
4
4
4
4
23
21
9
Mtk
4
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
19
18
10
Rin
3
3
3
3
2
3
3
3
3
3
4
4
18
19
11
Han
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
18
18
12
San
3
4
4
3
3
3
3
3
1
1
2
3
16
17
13
Mus
4
4
4
3
3
3
4
4
4
4
4
4
23
22
14
Umi
3
3
3
3
4
4
4
4
4
4
4
4
22
22
15
Lya
4
3
2
2
4
2
4 4
4
4
4
4
22
19
16
Rhmd
3
3
3
3
2
4
4
4
2
2
3
3
17
19
17
Fiq
3
4
4
3
3
3
3
3
4
4
4
4
21
21
18
Els
3
3
3
3
3
4
3
3
3
2
3
4
18
19
19
Syu
3
3
3
3
3
3
3
3
3
2
2
2
17
16
20
Isr
4
4
3
4
4
4
4
4
4
4
4
4
23
24
21
Rna
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
24
24
22
Ans
3
3
3
3
3
3
3
3
3
2
3
3
18
17
23
Zki
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
24
24
24
Dwx
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
18
18
25
Sba
4
4
4
3
3
2
4
4
4
4
4
4
23
21
26
Imr
4
4
4
3
3
3
4
4
4
4
4
4
23
22
27
Tfk
4
4
3
3
3
4
4
4
4
4
4
4
22
23
28
Jko
3
3
3
3
3
3
4
3
3
2
3
4
19
18
29
Anm
3
2
2
3
3
4
3
3
3
2
3
4
17
18
30
Hnf
4
4
4
3
4
3
4
4
3
3
4
4
23
21
31
Edh
2
3
3
3
2
2
3
3
3
3
3
3
16
17
32
Dul
4
3
2
2
3
4
4
3
4
4
4
4
21
20
33
Slkn
3
2
2
3
3
3
4
3
2
3
3
4
17
18
34
Ima
2
4
3
3
3
4
4
2
3
2
3
3
18
18
35
Wd
1
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
21
24
36
Jny
3
4
4
3
3
3
3
4
4
3
3
4
20
21
37
Zul
3
3
3
3
3
3
3
3
3
2
3
3
18
17
38
Isml
4
3
1
1
1
2
4
4
3
3
3
4
16
17
39
Yni
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
18
18
40
Fty
3
4
3
1
4
4
4
3
4
2
3
3
21
17
41
Okt
3
3
3
2
2
3
3
3
3
2
3
3
17
16
42
Mt
4
4
4
4
3
4
3
3
3
3
3
4
20
22
43
Hndy
4
4
3
3
4
4
4
3
4
4
4
4
23
22
843
840
JUMLAH
∑ X² = 16811 ∑Y² = 16642 ∑ XY² = 16680
r xx
= 2 (r1.2)
1+ r1.2
= 2 (0,82)
1 + 0,82
= 0,90
r1.2 = 0,82
Lampiran 5.
Tabulasi uji reliabilitas sub-skala ikhtiar spiritual
NO
SKOR
SUBJEK
1
2
3
4
5
6
X
Y
1
Hrs
2
0
1
3
2
4
5
7
2
Rda
4
4
4
2
3
2
11
8
3
Fat
2
3
2
2
4
2
8
7
4
Sfn
1
1
1
3
2
2
4
6
5
Znl
2
3
2
3
3
3
7
9
6
Psp
2
2
2
3
2
3
6
8
7
Amn
3
3
3
4
3
3
9
10
8
Dfa
2
3
2
2
3
3
7
8
9
Mtk
3
3
3
2
3
3
9
8
10
Rin
2
2
2
2
2
2
6
6
11
Han
2
2
2
2
2
3
6
7
12
San
2
2
2
2
2
2
6
6
13
Mus
0
0
2
2
0
2
2
4
14
Umi
4
4
4
2
4
3
12
9
15
Lya
2
1
1
1
2
2
5
4
16
Rhmd
0
2
1
2
2
3
3
7
17
Fiq
2
3
2
2
3
2
7
7
18
Els
2
3
2
1
3
2
7
6
19
Syu
2
2
2
2
2
2
6
6
20
Isr
3
4
4
4
4
4
11
12
21
Rna
1
1
1
1
1
2
3
4
22
Ans
2
1
2
1
3
2
7
4
23
Zki
2
3
2
3
3
2
7
8
24
Dwx
1
1
1
2
3
1
5
4
25
Sba
2
3
3
2
4
2
9
7
NO
SUBJEK
26
SKOR
X
Y
2
7
6
1
3
3
5
1
1
3
5
5
1
3
3
1
6
5
4
3
2
2
2
8
8
3
3
3
2
3
3
9
8
Dul
1
2
1
2
2
3
4
7
33
Slkn
2
2
3
2
2
2
7
6
34
Ima
3
3
2
2
2
2
7
7
35
Wd
2
1
2
2
2
3
6
6
36
Jny
2
2
2
2
2
2
6
6
37
Zul
2
2
3
1
4
3
9
6
38
Isml
2
2
1
3
2
1
5
6
39
Yni
2
3
2
2
2
2
6
7
40
Fty
3
4
3
2
3
3
9
9
41
Okt
3
1
1
1
2
2
6
4
42
Mt
2
2
2
2
2
2
6
6
43
Hndy
2
2
2
2
2
3
6
7
283
284
1
2
3
4
5
6
Imr
2
3
2
1
3
27
Tfk
1
1
1
1
28
Jko
2
1
2
29
Anm
2
1
30
Hnf
3
31
Edh
32
∑ X² = 2061 ∑Y² = 2028
r xx
= 2 (r1.2)
1+ r1.2
= 2 (0,69)
1 + 0,69
= 0,82
∑ XY² = 1989
r1.2 = 0,69
Lampiran 6.
Tabulasi uji reliabilitas sub-skala ikhtiar non-spiritual
NO
SKOR
SUBYEK
1
2
3
4
X
Y
1
Hrs
3
3
4
4
7
7
2
Rda
4
2
3
2
7
4
3
Fat
3
3
3
4
6
7
4
Sfn
3
1
1
3
4
4
5
Znl
4
3
4
4
8
7
6
Psp
4
4
4
4
8
8
7
Amn
4
4
4
3
8
7
8
Dfa
3
3
4
4
7
7
9
Mtk
3
3
3
3
6
6
10
Rin
3
2
3
3
6
5
11
Han
3
3
3
3
6
6
12
San
3
1
3
1
6
2
13
Mus
3
4
4
4
7
8
14
Umi
3
4
4
4
7
8
15
Lya
2
2
4
3
6
5
16
Rhmd
4
4
4
3
8
7
17
Fiq
3
3
4
4
7
7
18
Els
2
4
3
3
5
7
19
Syu
3
3
3
3
6
6
20
Isr
3
4
4
4
7
8
21
Rna
3
3
3
3
6
6
22
Ans
3
2
3
3
6
5
23
Zki
4
4
4
4
8
8
24
Dwx
4
3
3
3
7
6
25
Sba
3
2
4
4
7
6
NO
SUBYEK
26
SKOR
X
Y
4
8
7
3
4
7
7
4
4
2
5
6
3
2
1
2
5
4
Hnf
4
4
4
4
8
8
31
Edh
3
2
3
3
6
5
32
Dul
3
3
4
4
7
7
33
Slkn
3
2
4
2
5
4
34
Ima
3
3
3
3
6
6
35
Wd
4
3
4
3
8
6
36
Jny
3
3
4
3
7
6
37
Zul
3
3
3
3
6
6
38
Isml
3
2
3
3
6
5
39
Yni
3
3
3
3
6
6
40
Fty
4
4
4
4
8
8
41
Okt
3
2
3
3
6
5
42
Mt
3
3
3
3
6
6
43
Hndy
4
4
4
4
8
8
294
267
1
2
3
4
Imr
4
3
4
27
Tfk
3
3
28
Jko
3
29
Anm
30
JUMLAH
∑ X² = 1920 ∑Y² = 1737
r xx
= 2 (r1.2)
1+ r1.2
= 2 (0,28)
1 + 0,28
= 0,36
∑ XY² = 1802
r1.2 = 0,28
Lampiran 7.
Tabulasi uji reliabilitas sub-skala makna hidup
SKOR
NO SUBJEK
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
X
Y
1
Hrs
3
4
4
4
4
3
3
4
3
3
17
18
2
Rda
3
3
2
3
2
4
3
4
4
4
14
18
3
Fat
4
4
3
4
4
4
3
3
4
3
18
18
4
Sfn
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
15
15
5
Znl
4
3
2
3
2
2
2
4
3
3
13
15
6
Psp
4
4
2
4
4
3
3
4
4
3
17
18
7
Amn
3
4
4
4
4
4
3
3
3
3
17
18
8
Dfa
3
2
2
3
3
3
3
2
3
3
14
13
9
Mtk
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
15
15
10
Rin
3
3
3
3
2
3
3
3
3
3
14
15
11
Han
3
4
4
4
4
3
2
3
3
3
16
17
12
San
3
3
3
2
3
3
3
3
3
3
15
14
13
Mus
4
3
3
1
1
3
3
4
4
4
15
15
14
Umi
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
20
20
15
Lya
3
3
4
4
4
4
3
4
4
4
18
19
16
Rhmd
4
3
3
4
3
3
3
3
3
2
16
15
17
Fiq
3
3
4
4
3
4
4
4
4
4
18
19
18
Els
3
2
2
3
2
2
3
3
4
2
14
12
19
Syu
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
15
15
20
Isr
4
3
4
4
3
4
4
4
4
3
19
18
21
Rna
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
15
15
22
Ans
3
2
2
3
2
2
3
3
3
3
13
13
23
Zki
3
3
3
4
3
3
3
4
4
4
16
18
24
Dwx
4
2
2
2
2
2
3
3
3
3
14
12
25
Sba
3
3
3
3
3
4
4
3
2
2
15
15
26
Imr
4
4
3
3
3
3
3
3
3
2
16
15
27
Tfk
3
3
3
3
3
2
2
3
3
3
14
14
28
Jko
4
4
3
3
3
3
2
3
3
3
15
16
29
Anm
3
2
3
3
2
3
3
3
3
2
14
13
30
Hnf
4
4
4
4
4
4
4
3
4
3
20
18
31
Edh
3
3
3
3
3
3
3
3
3
2
15
14
32
Dul
4
4
3
3
3
3
3
3
4
4
17
17
33
Slkn
3
4
4
3
3
3
4
3
3
3
17
16
34
Ima
3
3
3
3
3
3
4
4
4
3
17
16
35
Wd
2
4
4
3
2
4
4
4
4
4
16
19
36
Jny
3
2
3
3
2
2
3
3
3
3
14
13
37
Zul
3
3
3
4
3
3
3
3
3
2
15
15
38
Isml
3
3
3
3
3
3
3
3
1
1
13
13
39
Yni
2
3
3
3
2
3
3
3
3
2
13
14
40
Fty
3
2
2
3
2
2
2
2
4
3
13
12
41
Okt
3
3
2
3
3
2
3
3
3
3
14
14
42
Mt
3
3
4
4
3
4
4
4
4
4
18
19
43
Hndy
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
20
20
674
678
JUMLAH
∑ X² = 10730 ∑Y² = 10941 ∑ XY² = 10789
r xx
= 2 (r1.2)
1+ r1.2
= 2 (0,79)
1 + 0,79
= 0,88
r1.2 = 0,79
Lampiran 8.
Tabulasi sub-skala pemahaman diri.
NO
SKOR
SUBYEK
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
1
Hrs
2
3
3
2
3
4
4
2
4
4
2
4
4
2
Rda
3
4
4
3
4
4
3
1
3
4
4
4
4
3
Fat
3
3
3
2
3
3
3
3
3
3
3
3
3
4
Sfn
3
1
3
2
3
3
3
3
3
3
1
2
2
5
Znl
3
2
3
3
2
4
4
3
4
3
3
1
3
6
Psp
1
2
2
2
2
3
3
2
2
3
2
3
4
7
Amn
3
3
3
3
3
4
4
3
4
4
3
4
4
8
Dfa
2
2
3
3
3
4
2
3
3
3
3
3
2
9
Mtk
3
3
3
3
3
3
3
3
2
3
3
3
3
10
Rin
2
2
2
3
2
2
3
3
3
3
3
3
3
11
Han
2
2
2
3
3
2
2
3
3
3
3
3
3
12
San
3
3
1
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
13
Mus
4
3
3
1
4
4
2
1
3
3
3
3
4
14
Umi
3
3
4
3
3
4
4
4
3
4
3
3
3
15
Lya
3
2
2
1
4
4
3
3
3
4
4
4
4
16
Rhmd
3
2
3
2
2
2
3
2
2
1
4
4
4
17
Fiq
4
3
3
2
3
2
3
2
2
2
3
2
2
18
Els
2
3
2
2
2
4
3
1
2
4
4
4
4
19
Syu
3
2
3
3
2
3
2
3
2
3
3
3
3
20
Isr
3
3
4
3
4
3
3
3
3
3
4
4
4
21
Rna
4
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
22
Ans
2
2
3
2
2
3
2
2
2
3
3
3
3
23
Zki
2
3
3
1
3
3
2
3
3
3
3
3
3
24
Dwx
3
2
3
3
2
4
2
2
3
4
4
4
4
25
Sba
2
2
3
1
3
3
3
2
1
3
3
3
3
NO
SUBYEK
26
SKOR
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
Imr
3
3
4
3
4
4
4
3
2
2
3
4
4
27
Tfk
2
3
3
3
2
2
3
2
3
3
4
4
4
28
Jko
2
3
3
3
2
3
2
2
4
4
4
4
4
29
Anm
3
3
3
3
2
3
3
2
3
3
4
4
4
30
Hnf
3
2
4
2
2
4
4
2
4
4
4
4
3
31
Edh
2
3
2
2
2
3
2
2
2
3
3
3
3
32
Dul
2
3
4
2
3
3
2
3
3
4
4
4
3
33
Slkn
2
3
3
3
3
2
3
2
2
3
3
3
4
Lanjutan:
JUMLAH
14
15
16
17
18
19
20
21
22
4
4
4
4
3
3
3
3
3
72
4
3
3
4
3
4
4
4
4
78
3
3
2
3
3
3
3
3
3
64
2
2
3
3
3
3
3
3
3
57
1
1
2
3
4
4
2
2
3
60
4
2
2
0
3
4
4
4
4
58
3
4
1
3
3
4
4
4
2
73
4
4
4
2
2
3
2
2
2
61
3
3
3
3
4
3
3
3
3
66
3
3
3
2
2
4
3
3
3
60
3
3
3
3
3
3
3
3
3
61
3
2
2
3
1
3
3
3
3
60
4
3
4
4
3
3
1
1
1
62
4
4
4
4
4
4
4
4
4
80
4
3
3
3
4
4
3
4
3
72
3
3
1
4
4
4
3
3
2
61
3
3
3
2
4
3
3
2
4
60
4
3
3
3
3
3
2
3
3
64
3
3
3
3
3
3
3
3
3
62
4
4
4
3
4
4
4
4
4
79
3
3
3
3
3
3
3
3
3
67
3
2
3
2
2
3
2
3
3
55
3
3
4
4
4
4
3
4
4
68
4
4
3
2
1
4
2
4
4
68
3
3
2
3
3
3
3
2
3
57
4
4
2
3
4
4
3
4
3
74
4
4
2
3
3
4
4
4
3
69
JUMLAH
14
15
16
17
18
19
20
21
22
4
3
3
2
3
3
3
2
2
65
3
3
3
3
3
4
3
3
3
68
3
4
3
3
3
4
4
4
3
73
3
3
3
3
3
3
3
3
3
59
3
3
3
3
3
3
2
3
3
66
4
3
2
4
4
3
3
3
4
66
JUMLAH
2165
Lampiran 9:
Tabulasi sub-skala hubungan dengan orang lain.
NO
SKOR
SUBYEK
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
1
Hrs
4
4
4
3
4
3
3
3
3
2
3
3
0
2
Rda
4
4
4
3
4
2
3
3
3
4
4
3
2
3
Fat
3
3
3
3
3
3
3
3
2
3
3
2
2
4
Sfn
3
3
3
3
3
3
3
3
1
3
3
3
3
5
Znl
4
4
4
3
4
3
2
3
3
2
3
2
1
6
Psp
4
4
1
2
2
2
3
2
1
3
4
4
1
7
Amn
3
3
4
2
3
1
3
2
1
3
2
1
2
8
Dfa
3
2
3
1
4
3
3
3
3
3
4
4
3
9
Mtk
4
3
3
3
3
3
3
3
2
3
3
2
1
10
Rin
4
4
3
3
3
2
2
3
2
3
3
2
2
11
Han
3
3
3
3
3
3
3
3
1
3
3
2
2
12
San
4
3
3
3
4
3
1
2
2
3
3
3
3
13
Mus
4
4
4
3
4
3
3
3
3
3
3
3
1
14
Umi
4
4
4
4
4
3
4
3
1
1
4
4
1
15
Lya
4
2
3
2
3
1
2
1
1
4
4
4
0
16
Rhmd
4
4
3
1
4
4
3
2
2
3
3
4
3
17
Fiq
4
4
3
3
4
3
2
3
0
3
4
3
3
18
Els
4
3
4
3
3
2
2
2
3
1
2
3
2
19
Syu
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
1
3
1
20
Isr
4
4
3
3
3
4
3
3
1
4
4
3
1
21
Rna
3
3
3
3
3
3
3
3
1
3
3
3
2
22
Ans
3
3
2
1
3
2
2
2
1
2
3
3
2
23
Zki
4
4
4
2
4
3
2
1
1
4
4
2
1
24
Dwx
4
2
1
2
3
3
3
4
2
3
4
2
1
25
Sba
4
4
3
2
2
3
3
3
4
4
4
4
2
NO
SUBYEK
26
SKOR
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
Imr
4
4
4
3
3
4
4
3
3
3
4
3
0
27
Tfk
3
3
3
2
2
3
2
3
1
3
3
1
1
28
Jko
2
3
2
3
3
3
2
2
2
1
3
1
1
29
Anm
4
4
3
3
4
3
3
3
2
3
3
2
2
30
Hnf
4
4
3
4
4
4
4
4
3
4
4
4
2
31
Edh
4
3
3
3
3
3
3
3
3
1
3
3
2
32
Dul
4
3
3
2
3
3
3
2
1
4
3
2
2
33
Slkn
4
3
2
2
3
3
4
3
1
3
3
2
2
Lanjutan:
JUMLAH
14
15
16
3
3
3
48
3
4
4
54
3
3
3
45
3
3
1
44
2
3
3
46
4
3
3
43
3
3
4
40
2
3
3
47
3
3
3
45
3
3
3
45
3
3
3
44
2
3
3
45
4
4
3
52
3
3
4
51
3
3
3
40
3
3
3
49
2
4
4
49
3
4
3
44
3
3
3
44
4
3
3
50
3
3
3
45
3
3
3
38
3
4
1
44
3
2
3
42
3
4
2
51
2
2
3
49
3
2
2
37
2
3
3
36
3
3
3
48
4
3
3
58
3
3
3
46
2
2
2
41
3
3
3
44
JUMLAH
1504
Lampiran 10.
Tabulasi sub-skala target masa depan.
SKOR
NO SUBYEK
JMLH
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
1
Hrs
3
3
3
3
3
4
4
2
3
3
4
3
38
2
Rda
3
3
2
3
2
2
2
3
3
3
4
4
34
3
Fat
3
3
1
3
3
3
3
3
3
3
3
4
35
4
Sfn
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
36
5
Znl
4
3
2
2
1
3
4
4
4
4
3
3
37
6
Psp
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
36
7
Amn
4
4
3
3
4
4
4
4
4
4
4
3
45
8
Dfa
4
4
4
3
3
4
4
2
4
4
4
4
44
9
Mtk
4
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
37
10
Rin
3
3
3
3
2
3
3
3
3
3
4
4
37
11
Han
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
36
12
San
3
4
4
3
3
3
3
3
1
1
2
3
33
13
Mus
4
4
4
3
3
3
4
4
4
4
4
4
45
14
Umi
3
3
3
3
4
4
4
4
4
4
4
4
44
15
Lya
4
3
2
2
4
2
4
4
4
4
4
41
16
Rhmd
3
3
3
3
2
4
4
4
2
2
3
3
36
17
Fiq
3
4
4
3
3
3
3
3
4
4
4
4
42
18
Els
3
3
3
3
3
4
3
3
3
2
3
4
37
19
Syu
3
3
3
3
3
3
3
3
3
2
2
2
33
20
Isr
4
4
3
4
4
4
4
4
4
4
4
4
47
21
Rna
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
48
22
Ans
3
3
3
3
3
3
3
3
3
2
3
3
35
23
Zki
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
48
24
Dwx
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
36
25
Sba
4
4
4
3
3
2
4
4
4
4
4
4
44
4
26
Imr
4
4
4
3
3
3
4
4
4
4
4
4
45
27
Tfk
4
4
3
3
3
4
4
4
4
4
4
4
45
28
Jko
3
3
3
3
3
3
4
3
3
2
3
4
37
29
Anm
3
2
2
3
3
4
3
3
3
2
3
4
35
30
Hnf
4
4
4
3
4
3
4
4
3
3
4
4
44
31
Edh
2
3
3
3
2
2
3
3
3
3
3
3
33
32
Dul
4
3
2
2
3
4
4
3
4
4
4
4
41
33
Slkn
3
2
2
3
3
3
4
3
2
3
3
4
35
1299
JUMLAH
Lampiran 11.
Tabulasi sub-skala ikhtiar spiritual.
NO
SUBYEK
SKOR
1
2
3
4
5
6
JUMLAH
1
Hrs
2
0
1
3
2
4
12
2
Rda
4
4
4
2
3
2
19
3
Fat
2
3
2
2
4
2
15
4
Sfn
1
1
1
3
2
2
10
5
Znl
2
3
2
3
3
3
16
6
Psp
2
2
2
3
2
3
14
7
Amn
3
3
3
4
3
3
19
8
Dfa
2
3
2
2
3
3
15
9
Mtk
3
3
3
2
3
3
17
10
Rin
2
2
2
2
2
2
12
11
Han
2
2
2
2
2
3
13
12
San
2
2
2
2
2
2
12
13
Mus
0
0
2
2
0
2
6
14
Umi
4
4
4
2
4
3
21
15
Lya
2
1
1
1
2
2
9
16
Rhmd
0
2
1
2
2
3
10
17
Fiq
2
3
2
2
3
2
14
18
Els
2
3
2
1
3
2
13
19
Syu
2
2
2
2
2
2
12
20
Isr
3
4
4
4
4
4
23
21
Rna
1
1
1
1
1
2
7
22
Ans
2
1
2
1
3
2
11
23
Zki
2
3
2
3
3
2
15
24
Dwx
1
1
1
2
3
1
9
25
Sba
2
3
3
2
4
2
16
26
Imr
2
3
2
1
3
2
13
27
Tfk
1
1
1
1
1
3
8
28
Jko
2
1
2
1
1
3
10
29
Anm
2
1
1
3
3
1
11
30
Hnf
3
4
3
2
2
2
16
31
Edh
3
3
3
2
3
3
17
32
Dul
1
2
1
2
2
3
11
33
Slkn
2
2
3
2
2
2
13
439
JUMLAH
Lampiran 12.
Tabulasi sub-skala ikhtiar non-spiritual.
NO
SUBYEK
SKOR
JUMLAH
1
2
3
4
1
Hrs
3
3
4
4
14
2
Rda
4
2
3
2
11
3
Fat
3
3
3
4
13
4
Sfn
3
1
1
3
8
5
Znl
4
3
4
4
15
6
Psp
4
4
4
4
16
7
Amn
4
4
4
3
15
8
Dfa
3
3
4
4
14
9
Mtk
3
3
3
3
12
10
Rin
3
2
3
3
11
11
Han
3
3
3
3
12
12
San
3
1
3
1
8
13
Mus
3
4
4
4
15
14
Umi
3
4
4
4
15
15
Lya
2
2
4
3
11
16
Rhmd
4
4
4
3
15
17
Fiq
3
3
4
4
14
18
Els
2
4
3
3
12
19
Syu
3
3
3
3
12
20
Isr
3
4
4
4
15
21
Rna
3
3
3
3
12
22
Ans
3
2
3
3
11
23
Zki
4
4
4
4
16
24
Dwx
4
3
3
3
13
25
Sba
3
2
4
4
13
26
Imr
4
3
4
4
15
27
Tfk
3
3
3
4
13
28
Jko
3
4
4
2
13
29
Anm
3
2
1
2
8
30
Hnf
4
4
4
4
16
31
Edh
3
2
3
3
11
32
Dul
3
3
4
4
14
33
Slkn
3
2
4
2
11
424
JUMLAH
Lampiran 13.
Tabulasi sub-skala makna hidup.
NO
SUBYEK
SKOR
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
JUMLAH
1
Hrs
3
4
4
4
4
3
3
4
3
3
35
2
Rda
3
3
2
3
2
4
3
4
4
4
32
3
Fat
4
4
3
4
4
4
3
3
4
3
36
4
Sfn
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
30
5
Znl
4
3
2
3
2
2
2
4
3
3
28
6
Psp
4
4
2
4
4
3
3
4
4
3
35
7
Amn
3
4
4
4
4
4
3
3
3
3
35
8
Dfa
3
2
2
3
3
3
3
2
3
3
27
9
Mtk
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
30
10
Rin
3
3
3
3
2
3
3
3
3
3
29
11
Han
3
4
4
4
4
3
2
3
3
3
33
12
San
3
3
3
2
3
3
3
3
3
3
29
13
Mus
4
3
3
1
1
3
3
4
4
4
30
14
Umi
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
40
15
Lya
3
3
4
4
4
4
3
4
4
4
37
16
Rhmd
4
3
3
4
3
3
3
3
3
2
31
17
Fiq
3
3
4
4
3
4
4
4
4
4
37
18
Els
3
2
2
3
2
2
3
3
4
2
26
19
Syu
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
30
20
Isr
4
3
4
4
3
4
4
4
4
3
37
21
Rna
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
30
22
Ans
3
2
2
3
2
2
3
3
3
3
26
23
Zki
3
3
3
4
3
3
3
4
4
4
34
24
Dwx
4
2
2
2
2
2
3
3
3
3
26
25
Sba
3
3
3
3
3
4
4
3
2
2
30
26
Imr
4
4
3
3
3
3
3
3
3
2
31
27
Tfk
3
3
3
3
3
2
2
3
3
3
28
28
Jko
4
4
3
3
3
3
2
3
3
3
31
29
Anm
3
2
3
3
2
3
3
3
3
2
27
30
Hnf
4
4
4
4
4
4
4
3
4
3
38
31
Edh
3
3
3
3
3
3
3
3
3
2
29
32
Dul
4
4
3
3
3
3
3
3
4
4
34
33
Slkn
3
4
4
3
3
3
4
3
3
3
33
JUMLAH
1044
Lampiran 14.
Tabulasi kematangan kepribadian.
SKOR SUB-SKALA
NO SUBYEK
JUMLAH
1
2
3
4
5
6
1
Hrs
72
48
38
12
14
35
219
2
Rda
78
54
34
19
11
32
228
3
Fat
64
45
35
15
13
36
208
4
Sfn
57
44
36
10
8
30
185
5
Znl
60
46
37
16
15
28
202
6
Psp
58
43
36
14
16
35
202
7
Amn
73
40
45
19
15
35
227
8
Dfa
61
47
44
15
14
27
208
9
Mtk
66
45
37
17
12
30
207
10
Rin
60
45
37
12
11
29
194
11
Han
61
44
36
13
12
33
199
12
San
60
45
33
12
8
29
187
13
Mus
62
52
45
6
15
30
210
14
Umi
80
51
44
21
15
40
251
15
Lya
72
40
41
9
11
37
210
16
Rhmd
61
49
36
10
15
31
202
17
Fiq
60
49
42
14
14
37
216
18
Els
64
44
37
13
12
26
196
19
Syu
62
44
33
12
12
30
193
20
Isr
79
50
47
23
15
37
251
21
Rna
67
45
48
7
12
30
209
22
Ans
55
38
35
11
11
26
176
23
Zki
68
44
48
15
16
34
225
24
Dwx
68
42
36
9
13
26
194
25
Sba
57
51
44
16
13
30
211
26
Imr
74
49
45
13
15
31
227
27
Tfk
69
37
45
8
13
28
200
28
Jko
65
36
37
10
13
31
192
29
Anm
68
48
35
11
8
27
197
30
Hnf
73
58
44
16
16
38
245
31
Edh
59
46
33
17
11
29
195
32
Dul
66
41
41
11
14
34
207
33
Slkn
66
44
35
13
11
33
202
JUMLAH
6876
Lampiran 15.
Daftar mahasiswa yang sudah mengajukan skripsi.
No
Nama
NIM
1
Ahmad muzaki
12106014
2
Nur faijah
11106059
3
Ahmad musthofa
11106102
4
Dwi faik astuti
11106070
5
Isro‟ ibnu ridho
11106139
6
Siti widarni
11106124
7
Dyah ratnawati
11106073
8
Khanif nurul laili
11106039
9
Rina priani
11106001
10
Fahroni
11106074
11
Ulfah rahmawati
11106052
12
Ma‟unatul choiriyah
11106120
13
Badruz zaman
11106028
14
Chalimatus sa‟diyah
12106019
15
Kusmiyati
11106033
16
Nur azizah
11106100
17
Ema setya f.
11106031
18
Atik nur latifah
11106067
19
Fatimah
11106056
20
Sri dwiningsih
11106079
21
Fatmawati latifah
11106034
22
Nafisatuz zumroh
11106068
23
Nur hikmah
11106045
24
Hijri adi ridwan
11106066
No
Nama
NIM
25
Isti alqomah
12106016
26
Muhrodi
11106110
27
Ulfa susan andriana
11106113
28
Nuryanto
11106081
29
Ahmad musonef
11106084
30
Elisa dwi p.
11106027
31
Mihfadlotul muasyfiah
11106062
32
Zakiatul wahidah
11106037
33
M. roziqin
11106119
34
Mutiatun solikhah
11106060
35
Haniatul aisiyah
11106122
36
Tintisnawati
11106141
37
Fiqni mutmainah
11106018
38
Zaenal
11106011
39
Roifatul afifah
11106008
40
Muhamad khotibi
11106022
41
Muh ghufron ikhsanudin
12106021
42
Isni ariyanti
11106080
43
Ummi shalihah
11106050
44
Umi rofiah
11106036
45
Kamidi
11106021
46
Qurrota a‟yun
11106042
47
Santoso
11106108
48
Imronah
11106132
49
Syukriani inshofa
11106077
50
Abdul kholiq
11106071
No
Nama
NIM
51
Muntaha almisbah
11106104
52
Ulissa‟adah
11106013
53
Farika nur aini
11106109
54
Muhamad taufik sidik
11106061
55
Fachurrohman
11106096
56
Rohmad qomarudin
11106115
57
Rofiq khusnun nihayah
11106111
58
Siti aliyah
11106105
59
Liya apriliyana
11106098
60
Lilies suryani
11106015
61
Puspo nugroho
11106026
62
Ali imron
11106012
63
Anis zuliana
11106003
64
Tri widyastuti
11106002
65
Mita anggraeni
11106006
66
Siti mudhoifah
11106004
67
Muntaha al misbah
11106104
68
Rozikin
11106025
69
Mutmainah
11106010
70
Amin
11106051
71
Shaufiun nuha
11106091
72
Siti barokah
11106118
73
Arini hidayanti
11106083
74
Rina supatmi
11106112
75
Haris susanto
11106054
76
Wahdatul ainiyah
11106029
No
Nama
NIM
77
Rita fatmawati
11106116
78
I‟anatul khasanah
11106055
79
Siti murowdlotun
11106038
80
Ria ristiana
11106103
81
Nur azizah
11106085
82
Joko susanto
11106016
83
Nur aini
11106131
84
Resti budi H.
11106125
85
Sholikin
11106043
86
Khoerul muqorrobin
11106134
87
M. suwarsono
11106093
88
Inayatus sholeha
11106047
89
Zulfa famaul husna
11106127
90
Siti sakdiyah
11106064
91
Tatik mustaqimatul salma
11106076
92
Akhmad masroh
11106082
93
Tias kristianti
11106075
94
Slamet nur hadi
12106018
95
Indah titisari
11106136
96
Arina maghfiroh
11106044
97
Muhamad arif
12106020
98
Nur aziz
11106036
99
Hartono
11106106
100 Istik muarifah
11106133
101 M. nuryasin
11106129
102 Masrukhan
11106097
No
Nama
NIM
103 Haris susanto
11106054
104 Tri mulyono
11106024
RIWAYAT HIDUP PENULIS
Qurrota A‟yun, lahir di Beji sebuah desa kecil di daerah Ungaran Timur
pada tanggal 11 Juni dua puluh dua tahun yang lalu. Wanita yang akrab dengan
sapaan Yuyun ini, merupakan putra kedua dari pasangan Mudhofir dan
Rohmatun. Sejak kecil, ia diasuh dan dibesarkan dalam lingkungan keluarga dan
masyarakat yang kental akan budaya keagamaan. Pendidikan Dasar dilaluinya di
MI Ma‟arif Beji (2000). Adapun pada tingkat menengah, ia melanjutkan di Mts
(2003) dan MAK (2006) Al Manar Bener, sambil „nyantri‟ di situ. Selama belajar
di tingkat dasar dan menengah, prestasi di bidang akademik yang diraihnya cukup
membanggakan. Namun demikian, gadis penyuka warna coklat ini, tidak begitu
antusias dalam mengikuti kegiatan keorganisasian, ia lebih suka mengeksplor diri
lewat kegiatan keagamaan dan ketrampilan.
Pada tahun 2006, ia melanjutkan studi di STAIN Salatiga dengan
mengambil jurusan Tarbiyah dan lulus tahun 2010. Saat ini, ia bertempat tinggal
di Krajan, Jl. Polonia I, No. 20A, Kel. Beji, Ungaran Timur, Semarang, 50551.
Bagi pembaca yang berminat untuk berdiskusi lebih lanjut dengan beliau, dapat
menghubunginya di nomor 085740581144.
Download