Struktur dan Perkembangan Rangka Embrio Ayam (Gallus gallus domesticus Linnaeus, 1758) Hasil Persilangan Ayam Pelung dengan Ayam Broiler dan Ayam Kampung Oleh: Retno Wulandari 10/304980/BI/08650 INTISARI Tulang pada makhluk hidup berperan penting dalam aktivitas gerak. Pada hewan ternak khususnya ayam, perkembangan tulang menentukan kualitas dan produktivitas. Terjadinya cacat tulang pada ayam budidaya dapat merugikan sehingga berimbas pada nilai ekonomis ternak. Persilangan ayam Pelung dan ayam Broiler merupakan salah satu upaya peningkatan mutu dan produktivitas ayam lokal. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pertumbuhan dan perkembangan skeleton pada embrio ayam Kampung (Gallus gallus domesticus) dan ayam hasil persilangan (F1) ayam Pelung dengan ayam Broiler. Parameter yang digunakan adalah tingkat kalsifikasi, struktur histologis femur dan cranium, osteometri tulang, dan penyerapan yolk-albumin. Pengamatan tingkat kalsifikasi dilakukan pada embrio ayam umur 5, 10, 14, 18 hari, dan ayam umur 1 hari. Pengamatan struktur histologis femur dan cranium dilakukan pada embrio ayam umur 14 hari dan ayam umur 1 hari serta pengamatan osteometri ayam umur 49 hari. Telur ayam diinkubasi sesuai dengan umur yang diteliti kemudian ditimbang berat telur total, telur tanpa cangkang, berat embrio, dan berat embrio tanpa organ. Embrio ayam yang diukur tingkat kalsifikasinya dan femur serta cranium difiksasi dengan methanol 96%. Pengukuran tingkat kalsifikasi diwarnai dengan pewarnaan Alizarin Red-Alcian Blue sedangkan femur dan cranium diproses dengan metode paraffin dan diwarnai dengan pewarna HE. Pengukuran osteometri tulang meliputi berat dan panjang tulang femur, tibia, dan tarsometatarsus ayam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ayam F1, memiliki tingkat kalsifikasi yang sama dengan ayam Kampung. Struktur histologis femur menunjukan zona kalsifikasi ayam F1 dan ayam Kampung memiliki rasio yang sama. Meskipun sama, namun ayam F1 memiliki berat badan yang lebih besar, sehingga harus menopang beban yang lebih besar dibanding ayam Kampung. Ayam F1 memiliki panjang tulang dan rasio berat tulang dengan berat tubuh yang lebih besar dari ayam Kampung. Ayam F1 juga memiliki laju pertumbuhan yang lebih cepat dibanding ayam Kampung. Berdasarkan hasil penelitian, ditinjau melalui tingkat kalsifikasi, struktur histologis femur dan cranium, serta osteometri kualitas perkembangan dan pertumbuhan ayam F1 belum sebaik ayam Kampung. Kata kunci : Pelung, Broiler, F1, Kampung, kalsifikasi, osteometri xii The Structure and Development of Skeleton of Pelung-Broiler Hybrid Chick and Native Chicken-Kampung (Gallus gallus domesticus Linnaeus, 1758) By: RetnoWulandari 10/304980/BI/08650 ABSTRACT Bones in living organisms play important role in physiological activities. In poultry industries, especially chickens, perfect bones structures determine chick quality and also for its economic values. Bone defect problems in poultry industry can make adverse impact on the economic values. The aims of this research were to study the structure and development of skeleton of Pelung-Broiler Hybrid chick and indonesian’s native chicken-ayam Kampung. The parameters were calcification rates, histological structure of the femur and skull, osteometry, and albumin-yolk’s absorption. The observation of calcification was conducted on the embryo’s aged of 5, 10, 14, 18 days, and 1-dayold chickens, respectively. Observation of histological structure of the femur and cranium was done on 14 days old embryos and 1 day old chickens and observations of osteometry was conducted on 49 days old chickens. Eggs were incubated then weighed for total egg weight, egg without shell, embryo weight, and embryo weight without organs. The calcification stage were measured by Alizarin Red-Alcian Blue staining, while the ossification of femur and cranium were processed with paraffin method and stained with HE. The osteometry was measured for bone sized and weight of femur, tibia, and tarsometatarsus. The results showed that: F1 hybrid exhibit similar calcification stages and histological structure zone of femur with native chicken. However, F1 had larger and longer bone size and also showed greater growth rate than native chicken. Moreover, the ratio of bone to body weight of F1was greater compare to native chicken. Based on the results of this research, it could be concluded that the bone development and growth of F1 were not as good as those of native chicken. Keywords: Pelung, Broiler, F1, native chicken, calcification, osteometry xiii