3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Kerangka Pendekatan Konsep yang diajukan dalam penelitian ini adalah konsep pengelolaan wilayah pesisir terpadu secara partisipatif dengan melibatkan seluruh stakeholders yang terkait dengan pengelolaan kawasan konservasi laut pada lokasi penelitian, yaitu Taman Nasional Bunaken dan Daerah Perlindungan Laut Blongko yang terdapat di Kabupaten Minahasa Selatan, Provinsi Sulawesi Utara. Penentuan stakeholders didasarkan atas hasil analisis stakeholders. Partisipasi stakeholders digunakan dalam menyusun kebijakan pengelolaan kawasan konservasi laut. Metode yang digunakan untuk analisis kebijakan adalah Analisis A’WOT yang merupakan integrasi antara AHP dengan SWOT. Secara singkat kerangka pendekatan analisis pada penelitian ini seperti pada gambar berikut: KEBIJAKAN PENGELOLAAN SUMBERDAYA PESISIR DAN LAUT BERKELANJUTAN SENTRALISASI: TN Bunaken KARAKTERISTIK WILAYAH DESENTRALISASI: DPL Desa Blongko FAKTOR-FAKTOR STRATEGIS Stakeholders Kebijakan Pengelolaan KKL yang Berkelanjutan Gambar 4 Kerangka pendekatan. 3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan di dua lokasi kawasan konservasi (Gambar 5) yang masing-masing mewakili penerapan pengelolaan dengan pendekatan 38 sentralistik dan pendekatan desentralistik, yaitu Taman Nasional Bunaken dan Daerah Perlindungan Laut Blongko di Kabupaten Minahasa Selatan, Provinsi Sulawesi Utara. Pengambilan data lapangan dilakukan pada bulan Februari- Oktober tahun 2005 dan dilengkapi pada bulan September–Desember 2006. Sedangkan analisis dan pengolahan data dilakukan sampai dengan bulan Februari 2007 setelah data dan informasi yang diperlukan terkumpul. LOKASI PENELITIAN TN BUNAKEN DPL BLONGKO SUMBER PETA: PROYEK PESISIR, 1999 Gambar 5 Peta lokasi penelitian. 3.3 Metode Pengumpulan Data Data yang digunakan pada laporan penelitian ini terdiri dari dua jenis data, yaitu data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dengan menggunakan metoda Focus Group Discussion (FGD), wawancara dan kuesioner. Data sekunder diperoleh melalui kajian terhadap tinjauan beberapa literatur yang berkaitan dengan topik penelitian seperti; buku-buku yang dipublikasikan, hasil penelitian yang pernah dilakukan yang terkait dengan topik penelitian, laporanlaporan tahunan taman nasional dan daerah perlindungan laut serta bahan publikasi lainnya. 39 Metode FGD digunakan untuk mendapatkan rumusan tentang definisi, ruang lingkup serta jenis kawasan konservasi laut. FGD juga digunakan untuk mengetahui aspek regulasi yang mendukung pengelolaan kawasan konservasi laut serta untuk mendapatkan faktor-faktor dominan (komponen SWOT) dalam kegiatan pengelolaan kawasan konservasi laut. Tahapan dalam FGD meliputi identifikasi/inventarisasi, content analysis, penalaran terhadap objek, pengkaitan keterkaitan antar masalah yang ingin diselesaikan dan perumusan beberapa alternatif pemecahannya. Untuk mendapatkan data dalam penelitian ini dilakukan 3 kali diskusi dengan melibatkan 10-20 orang pakar konservasi laut yang berasal dari instansi pemerintah, dan LSM yang terhimpun dalam Komite Nasional Konservasi Laut Indonesia (Komnasko-Laut). Tabel 2 Jenis dan sumber data yang dikumpulkan. No. 1 2 Jenis Data Definisi dan ruang lingkup kawasan konservasi laut, aspek regulasi yang mendukung pengelolaan kawasan konservasi laut, faktor dominan dan bahan rekomendasi Kondisi oseanografi, geologi, dan hidrologi dan biofisik lainnya 3 Perikanan, demografi, ekonomi dan sosial budaya, pariwisata 4 Perundang-undangan dan Kebijakan konservasi serta data data yang terkait dengan pengelolaan kawasan konservasi dan pengelolaan wilayah pesisir dan laut Sumber Data Pertemuan Komnasko-Laut, Wawancara, Kuesioner Dinas Kelautan dan perikanan Kab Minsel, Bappeda, BPLHD, Dinas Pariwisata, BPS, Balai TN Bunaken, Universitas Samratulangi, BPPLT Provinsi Sulut Dinas Kelautan dan Perikanan, BPS, Balai TN Bunaken, Pemda Kabupaten Minsel DKP, DEPHUT, Komnasko Laut Indonesia, Dinas kelautan dan perikanan, Balai TN Bunaken, Bappeda, Mitra Pesisir, Lurah Blongko/Hukum Tua , LSM lokal Wawancara dan kuesioner dilakukan selain untuk mendapatkan data dan informasi yang berkaitan tentang faktor-faktor dominan yang mempengaruhi pengelolaan kawasan konservasi laut, juga dalam rangka mendapatkan merumuskan rekomendasi kebijakan dalam rangka menunjang pengelolaan perikanan berkelanjutan. Responden terdiri dari para pakar dan praktisi yang terkait dengan konservasi laut, seperti dari perguruan tinggi (Unsrat), Bapeda setempat, LSM, pengelola DPL Blongko, pengelola TN Bunaken, Dinas Kelautan 40 dan Perikanan Sulawesi Utara, Dinas Kehutanan Sulawesi Utara, Kapet Sulawesi Utara, serta Dinas PLH Sulawesi Utara. Pengembangan kebijakan pengelolaan di wilayah penelitian dipengaruhi oleh tiga pilar yakni ekonomi, ekologi, dan sosial. Dengan demikian, data yang dikumpulkan juga mencakup ketiga komponen tersebut. Pengumpulan data sekunder dilakukan melalui studi pustaka dengan cara mengumpulkan seluruh informasi yang berkaitan dengan tujuan penelitian (Tabel 2). 3.4 Analisis Data Metode yang digunakan untuk menentukan prioritas kebijakan pengelolaan kawasan konservasi laut adalah metode A’WOT. Penentuan faktorfaktor dari setiap komponen SWOT dan pembobotannya diperoleh dari hasil wawancara dengan responden. Keputusan alternatif dievaluasi dengan respek untuk masing-masing faktor SWOT dengan penggunaan AHP. Dalam hal ini, analisis SWOT digunakan sebagai frame dasar yang akan menghasilkan keputusan situasional, sedangkan AHP digunakan untuk membantu meningkatkan analisis SWOT dalam mengelaborasikan hasil analisis sehingga keputusan strategi alternatif dapat diproritaskan. Penentuan faktor-faktor masing-masing komponen SWOT sampai pembuatan strategi ataupun program dilakukan secara partisipatoris. Penyusunan faktor-faktor, strategi dan program dilakukan oleh seluruh stakeholders yang terlibat dalam pengelolan kawasan konservasi laut, serta para pakar yang tergabung dalam Komite Nasional Konservasi Laut Indonesia. Setelah dilakukan penyusunan faktor-faktor, strategi dan program, kemudian dilakukan analisis AHP. Dalam Analisis AHP juga digunakan AHP partisipatif, yaitu respondennya adalah seluruh stakeholder yang terlibat dalam pengelolaan kawasan konservasi laut dan perikanan. Tahapan metode A’WOT adalah: (1) Mengidentifikasi kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman dalam pengembangan konservasi laut dengan metode SWOT; dan (2) Melakukan analytical hierarchy process (AHP). Hirarki A’WOT penentuan kebijakan pengelolaan KKL pada Lampiran 1. Selanjutnya 41 data yang sudah diperoleh diolah dengan menggunakan program komputer AHPMHP yang merupakan metode AHP yang telah dimodifikasi untuk menjangkau penentuan prioritas suatu kegiatan dengan banyak alternatif pilihan (Budiharsono et al., 2006). 42