BAB II URAIAN TEORITIS A. Penelitian Terdahulu Menurut penelitian dari Rahmad (2007) yang berjudul “Pengaruh Kualitas Pelayanan Terhadap Loyalitas Pelanggan Pada Bengkel Mobil Merchindo Medan” bertujuan untuk mengetahui pengaruh kualitas pelayanan terhadap loyalitas pelanggan pada bengkel mobil Merchindo Medan. Hasil penelitian pada 135 orang responden melalui uji-t (uji parsial) menunjukkan bahwa variabel empati merupakan variabel yang dominan terhadap loyalitas pelanggan karena memiliki nilai standardized coefficient dengan nilai tertinggi diantara variabel bebas lainnya. Berdasrkan uji-F (serentak) atau secara bersama-sama menunjukkan bahwa kualitas pelayanan yang terdiri dari variabel kehandalan, daya tanggap, jaminan, empati, dan bukti fisik secara bersama-sama berpengaruh positif dan signifikan terhadap tingkat loyalitas pelanggan bengkel mobil Merchindo Medan. Penelitian mengenai SMS Banking oleh Luciana & Antomy (2007) yang berjudul “Perspektif Nasabah Perbankan Atas Kehadiran SMS Banking Dan WAP Banking Sebagai Sistem Informasi Perbankan Yang Bernilai Tambah” menunjukkan bahwa layanan SMS Banking merupakan layanan yang aman untuk digunakan. Universitas Sumatera Utara B. Pengertian Pemasaran Jasa Menurut Kotler dan Amstrong (2004:428), jasa merupakan tindakan atau unjuk kerja yang ditawarkan oleh salah satu pihak ke pihak lain yang secara prinsip tidak berwujud dan tidak menyebabkan perpindahan kepemilikkan apapun. Produksinya bisa terikat dan bisa juga tidak terikat pada suatu produk. Menurut Gronroos (dalam Tjiptono 2005:11), Jasa adalah proses yang terdiri atas serangkaian aktivitas intangible yang biasanya (namun tidak selalu) terjadi pada interaksi antara pelanggan dan karyawan jasa dan atau sumber daya fisik atau barang dan atau sistem penyedia jasa, yang disediakan sebagai solusi atas masalah pelanggan. Menurut Zeithaml dan Berry (dalam Tjiptono 2005:24) banyak service atau jasa dikemas secara multidimensional atau kompleks, yang terdiri dari banyak elemen-elemen yang berbeda dan dijelaskan bahwa service secara ekstrim adalah perbuatan, proses dan penampilan. Definisi ini menjelaskan jasa secara murni adalah tidak berwujud. Oleh karena itu jasa murni tidak dapat dilihat, diraba, dipegang ataupun disimpan, sehingga keunggulan dari jasa baru dapat dirasakan oleh konsumen setelah mereka mengkonsumsinya. Dalam hal ini penilaian kualitas sebuah jasa terkait dengan bagaimana kualitas sebuah layanan yang dirasanya nyaman oleh konsumen. C. Karakteristik Jasa Menurut Kotler (2005:66) service memiliki empat karakteristik utama yang membedakan dari suatu barang, yaitu: Universitas Sumatera Utara 1. Intangibility Jasa adalah suatu perbuatan, kinerja (performance). Atau usaha yang hanya bisa dikonsumsi tetapi tidak bisa dimiliki. Jasa bersifat intangible maksudnya tidak dapat dilihat, dirasa, dicium, didengar atau diraba sebelum dibeli dan dikon-sumsi. Dengan demikian, seseorang tidak dapat menilai kualitas dari jasa sebelum merasakan/ mengkonsumsi sendiri. 2. Inseparability Barang biasanya diproduksi, kemudian dijual lalu dikonsumsi. Sedangkan jasa umumnya dijual terlebih dahulu, baru kemudian diproduksi dan dikonsumsi secara bersamaan. Interaksi antara penyedia jasa dan pelanggan merupakan ciri khusus dalam pemasaran jasa. Dalam hubungan penyedia jasa dan pelanggan ini, efektivitas individu yang menyampaikan jasa (contact-personnel) merupakan unsur penting. 3. Variability Jasa bersifat sangat variabel karena merupakan non-standarized output, artinya banyak variasi bentuk, kualitas, dan jenis, tergantung pada siapa, kapan, dan dimana jasa tersebut dihasilkan. Para pembeli jasa sangat peduli dengan variabilitas yang tinggi ini dan seringkali mereka meminta pendapat orang lain sebelum memutuskan untuk memilih. 4. Perishability Jasa merupakan komoditas tidak tahan lama dan tidak dapat disimpan. Hal ini tidak menjadi masalah bila permintaannya tetap karena mudah untuk menyiapkan pelayanan untuk permintaan tersebut sebelumnya. Bila permintaan berfluktuasi, berbagai permasalahan muncul berkaitan dengan kapasitas Universitas Sumatera Utara menganggur (saat permintaan sepi) dan pelanggan tidak terlayani dengan resiko mereka kecewa atau beralih ke penyedia jasa lainnya (saat permintaan puncak). D. Pengertian Kualitas Layanan Pengukuran kualitas layanan dalam model Servqual (service quality) didasarkan pada skala multi item yang dirancang untuk mengukur harapan dan persepsi pelanggan, serta gap di antara keduanya dalam dimensi-dimensi utama kualitas layanan. Dalam Tjiptono (2005:260) diketahui pada penelitian awalnya, Parasuraman, et. al.(1985) mengidentifikasi sepuluh dimensi pokok, yakni kehandalan, daya tanggap, kompetensi, akses, kesopanan, komunikasi, kredibilitas, keamanan, kemampuan memahami pelanggan, dan bukti fisik. Namun pada penelitian berikutnya, ketiga pakar ini menyempurnakan dan merangkum sepuluh dimensi tersebut. Kompetensi, kesopanan, kredibilitas, dan keamanan disatukan menjadi jaminan (assurance). Sedangkan akses, komunikasi, dan kemampuan memahami pelanggan dikategorikan sebagai empati (empathy). Dengan demikian terdapat lima dimensi utama kualitas yaitu sebagai berikut: 1. Kehandalan, mencakup dua hal pokok, yaitu konsistensi kerja (performance) dan kemampuan untuk dipercaya (dependability). Hal ini berarti perusahaan memberikan jasanya secara tepat semenjak saat pertama. Selain itu juga berarti perusahaan yang bersangkutan memenuhi janjinya, misalnya menyampaikan jasanya sesuai dengan jadwal yang disepakati. Universitas Sumatera Utara 2. Daya tanggap, yaitu kemauan atau kesiapan para karyawan untuk membantu dan memberikan pelayanan yang cepat (responsif) dan tepat pada pelanggan dengan penyampaian informasi yang jelas. Membiarkan konsumen menunggu tanpa ada alasan yang jelas dapat menyebabkan persepsi negatif dalam kualitas pelayanannya. 3. Jaminan, mencakup pengetahuan, kompetensi, kesopanan, dan sifat dapat dipercaya yang dimiliki para staf, bebas dari bahaya, risiko atau keraguraguan. a) Kompetensi ialah penguasaan keterampilan dan pengetahuan yang dibutuhkan agar dapat memberikan jasa yang dibutuhkan pelanggan. b) Kesopanan ialah sikap santun, respek, perhatian, dan keramahan para staf lini depan. c) Kredibilitas ialah sifat jujur dan dapat dipercaya. d) Keamanan ialah bebas dari bahaya, risiko, atau keragu-raguan. 4. Empati, meliputi kemudahan dalam menjalin relasi, komunikasi yang baik, perhatian pribadi, dan pemahaman atas kebutuhan individual para pelanggan. a) Akses ialah kemudahan untuk dihubungi dan ditemui. b) Komunikasi ialah memberikan informasi kepada para pelanggan dalam bahasa yang dapat mereka pahami, serta selalu mendengarkan saran dan keluhan mereka. c) Kemampuan Memahami Pelanggan yaitu berupaya memahami pelanggan dan kebutuhan mereka. 5. Bukti fisik, yaitu kemampuan suatu perusahaan dalam menunjukkan eksistensinya kepada pihak eksternal. Penampilan dan kemampuan sarana Universitas Sumatera Utara pemberi jasa, yang meliputi fasilitas fisik (gedung, gudang, dan lain sebagainya), perlengkapan dan peralatan yang dipergunakan (teknologi), penampilan pegawainya serta sarana komunikasi. Penampilan dan kualitas dari bukti fisik akan mempengaruhi persepsi konsumen terhadap kualitas jasa yang disediakan oleh penyedia jasa. E. SMS Banking SMS Banking adalah layanan informasi perbankan yang dapat diakses langsung melalui telepon seluler/handphone dengan mengunakan media SMS (short message service). SMS Banking dapat digunakan nasabah untuk melakukan transaksi keuangan seperti transfer dana, pembayaran kartu kredit dan pembelian pulsa. Selain itu SMS Banking juga dapat digunakan untuk melihat informasi keuangan, misalnya cek saldo, mutasi rekening dan sebagainya. Layanan SMS Banking ini memiliki beberapa pilihan cara pengaksesan yang bisa disesuaikan dengan kemampuan ponsel dan kartu SIM yang digunakan, diantaranya : 1. Lewat SMS biasa (ketik SMS) transaksi dilakukan lewat pesan SMS dengan kode tertentu ke nomor khusus yang sudah disediakan. 2. Lewat menu SIM Toolkit Menu SIM Toolkit yakni menu yang biasanya terdapat pada kartu SIM, misalnya : Satelindo@ccess, M3Access, Life in hand (ProXL), dan Navigator64 (Telkomsel). Universitas Sumatera Utara 3. Lewat aplikasi Java Namun terlebih dulu diharuskan menginstal aplikasinya yang disediakan secara gratis. Pengiriman transaksi ini juga dilakukan lewat SMS, hanya saja tidak lagi harus mengirimkan kode-kode tertentu atau singkatnya disederhanakan lewat aplikasi Java. Untuk menikmati layanan ini diharuskan memiliki ponsel yang mendukung Java. Dari ketiga cara yang ditawarkan diatas, yang paling fleksibel dan bisa digunakan oleh semua ponsel dan kartu SIM yakni cara yang pertama. Tidak perlu memiliki SIM card khusus dan tidak perlu memiliki ponsel berteknologi Java. F. Pengertian Loyalitas Konsumen Kotler (2000) mengatakan “the long term success of the a particular brand is not based on the number of consumer who purchase it only once, but on the number who become repeat purchase”. Dalam hal ini dapat disimpulkan bahwa konsumen yang loyal tidak diukur dari berapa banyak dia membeli, tapi dari berapa sering dia melakukan pembelian ulang, termasuk disini merekonmendasikan orang lain untuk membeli. Sedangkan menurut Griffin (2005), mengatakan bahwa kondisi loyalitas dapat didefenisikan sebagai tingkat keterikatan (attachment) yang tinggi terhadap produk atau jasa tertentu dibanding terhadap produk atau jasa pesaing pontensial, dan pembelian berulang. Universitas Sumatera Utara 1. Karakteristik Loyalitas Konsumen Menurut Zeithaml et. al. (2003) tujuan akhir keberhasilan perusahaan menjalin hubungan relasi dengan pelanggannya adalah untuk membentuk loyalitas yang kuat. Indikator dari loyalitas yang kuat adalah: a. Say positive things, adalah mengatakan hal yang positif tentang produk yang telah dikonsumsi. b. Recommend friend, adalah merekomendasikan produk yang telah dikonsumsi kepada teman. c. Continue purchasing, adalah pembelian yang dilakukan secara terus menerus terhadap produk yang telah dikonsumsi. 2. Tipe-tipe Loyalitas Pelanggan Dalam cakupan yang lebih luas, loyalitas pelanggan dapat didefinisikan sebagai komitmen pelanggan terhadap suatu merek, toko atau pemasok berdasarkan sikap yang positif dan tercermin dalam pembelian ulang yang konsisten. Definisi tersebut mencakup dua komponen yang penting, yaitu loyalitas sebagai perilaku dan loyalitas sebagai sikap. Kombinasi kedua komponen tersebut menghasilkan empat situasi kemungkinan loyalitas atau disebut juga dengan tipe loyalitas pelanggan. Tipe-tipe loyalitas pelanggan menurut Dick dan basu dalam Tjiptono (2005;110) diantaranya adalah: a. No Loyalty Bila sikap dan perilaku ulang pelanggan sama-sama lemah, maka loyalitas tidak terbentuk. Ada dua penyebabnya, yang pertama sikap yang lemah (mendekat netral) dapat terjadi bila suatu produk atau jasa baru diperkenalkan atau Universitas Sumatera Utara perusahaan tidak mampu mengkomunikasikan keunggulan unit produknya. Penyebab kedua berkaitan dengan dinamika pasar, dimana merek-merek yang berkompetensi dipersepsikan serupa atau sama. b. Sparious Loyalty Bila sikap yang relatif lemah disertai pola pembelian ulang yang kuat, maka yang terjadi adalah sparious loyalty. Situasi semacam ini ditandai dengan pengaruh faktor non sikap terhadap perilaku, misalnya faktor situasional. Situasi ini dapat dikatakan pula inertia, dimana konsumen sulit membedakan berbagai merek dalam kategori produk dengan tingkat keterlibatan rendah, sehingga pembelian ulang dilakukan atas dasar pertimbangan situasional, seperti familiarity (penempatan produk yang strategis pada rak pajangan atau lokasi outlet di persimpangan jalan yang ramai). c. Latent Loyalty Situasi latent loyalty tercermin bila sikap yang kuat disertai poal pembelian ulang yang lemah. Situasi yang menjadi perhatian besar para pemasar ini sebabkan pengaruh faktor-faktor non sikap yang sama kuat atau bahkan cenderung lebih kuat daripada faktor sikap dalam menentukan pembelian ulang. Contohnya, seorang yang bersikap positif terhadap restoran tertentu, namun tetap saja berusaha mencari variasi karena pertimbangan harga atau preferensi terhadap berbagai variasi makanan. d. Loyalty Situasi ini merupakan situasi ideal yang paling diharapkan para pemasar, dimana konsumen bersikap konsumen bersikap positif terhadap produk atau produsen (penyedia jasa) dan disertai pola pembelian ulang yang konsisten. Universitas Sumatera Utara 3. Hubungan Kulaitas Pelayanan dengan Loyalitas Pelanggan Para nasabah akan melakukan proses evaluasi terhadap jasa yang diberikan dalam hubungannya dengan apa yang mereka cari dan harapkan. Ketika proses ini berlangsung nasabah akan mengamati dan menilai kemampuan perusahaan dalam memperhatikan dan memenuhikebutuhan mereka yang salah satunya melalui SMS Banking yang dimiliki perusahaan dan cara-cara perusahaan dalam memberikan jasa. Jika seseorang nasabah merasa puas, maka kemungkinan besar hubungan nasabah akan berlanjut dan menimbulkan loyalitas. Dalam hal ini, para nasabah akan melakukan konsumsi/aktivitas yang sama dengan sebelumnya atau akan melakukan pemakaian jasa yang lebih besar lagi sehingga hubungan dengan nasabah yang bertahan lama untuk jangka panjang akan tercapai. Selain itu para nasabah juga akan cenderung menolak terhadap produk perbankan dari para pesaing, serta memberikan referensi mengenal produk perusahaan kepada orang lain. Adanya keterikatan antara kualitas layanan terhadap loyalitas konsumen diungkapkan oleh Zeithaml (2003) bahwa: “Customer loyalty depends on the level of costumers services quality and they believe that there is positive correlation between customer service quality and customer loyalty”. Artinya bahwa “loyalitas konsumen tergantung kepada tingkat dari kualitas layanan konsumen dan mereka percaya bahwa ada hubungan yang positif antara kualitas layanan konsumen dengan loyalitas konsumen”. Dari defenisi diatas terlihat jelas akan adanya hubungan yang positif antara kualitas layanan dengan loyalitas konsumen. Dimana dengan peningkatan kualitas Universitas Sumatera Utara layanan yang dilakukan secara berkelanjutan oleh pihak perusahaan maka akan menimbulkan loyalitas dari para konsumennya terhadap perusahaan. Universitas Sumatera Utara