Bab 2 - Widyatama Repository

advertisement
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Konsep, Konstruk, dan Variabel Penelitian
2.1.1
Pengertian Lingkungan Strategi
Salusu (1996:319) mengemukakan bahwa lingkungan adalah hal-hal yang
mengelilingi dan mempengaruhi perkembangan organisasi sedangkan Wahyudi
(1996:48) mengemukakan bahwa lingkungan adalah salah satu faktor penting
untuk menunjang keberhasilan organisasi dalam persaingan.
Lingkungan strategis dianalisa untuk mengetahui pengaruh-pengaruh
kunci serta pemilihan strategi apa yang sesuai dengan tantangan yang datangnya
dari lingkungan. Dalam menerapkan teknik manajemen strategik secara baik dan
berhasil, perlu dilakukan beberapa langkah pokok yang harus dilakukan, Bryson
(1995:55-71) mengetengahkan delapan langkah pokok tersebut sebagai berikut :
1. Memprakarsai dan meminta persetujuan terhadap suatu proses manajemen
atau perencanaan strategik.
2. Mengidentifikasi mandat institusi atau organisasi.
3. Memperjelas misi dan nilai-nilai institusi organisasi.
4. Menilai lingkungan eksternal yang menyangkut peluang maupun ancaman
yang ada.
5. Menilai lingkungan internal yang berhubungan dengan kekuatan yanng
dimiliki
institusi maupun kelemahan yang ada.
10
6. Mengidentifikasi isu strategis yang dihadapi organisasi menyangkut tujuan,
cara, falsafah, lokasi, keakuratan waktu dan kelompok-kelompok yang
memperoleh keuntungan atau mengalami kerugian jika strategi baru
dijalankan.
7. Merumuskan strategi untuk mengolah atau menangani isu-isu yang ada.
8. Menciptakan suatu visi institusi atau organisasi yang efektif bagi masa
depan.
Dari delapan langkah pokok tersebut, terlihat bahwa lingkungan eksternal
dan internal merupakan langkah penting dalam melaksanakan manajemen
strategis, hal ini juga dapat diterapkan untuk organisasi pendidikan. Manajemen
pendidikan dapat menganalisa dan mengkaji lingkungan strategisnya yang terdiri
dari lingkungan eksternal dan internal untuk mencapai tujuannya.
Analisis lingkungan strategis adalah menyusun asumsi-asumsi strategis
dan mengujinya dengan visi dan misi organisasi untuk memperoleh faktor penentu
keberhasilan.
2.1.1.1 Lingkungan Internal
Lingkungan internal terdiri dari variabel-variabel kekuatan dan kelemahan
yang ada dalam organisasi tetapi biasanya tidak ada dalam pengendalian jangka
pendek perusahaan. Variebel-variabel tersebut membentuk suasana dimana
pekerjaan dilakukan. Variabel-variabel itu meliputi struktur, budaya dan sumber
daya organisasi.
11
Perumusan strategi adalah pengembangan jangka panjang untuk
manajemen efektif dari kesempatan dan ancaman lingkungan dilihat dari kekuatan
dan kelemahan perusahaan. Perumusan strategi meliputi penentuan misi
organisasi, tujuan-tujuan yang dapat dicapai, pengembangan strategi dan pedoman
penetapan kebijakan. Perumusan strategi terdiri atas:
1. Misi
Misi organisasi adalah tujuan atau alasan mengapa organisasi hidup.
Pernyataan misi disusun dengan baik mendefinisikan tujuan medasar dan
unik yang membedakan suatu perusahaan dengan perusahaan lain dan
mengidentifikasikan jangkauan operasi perusahaan dalam produk yang
ditawarkan dan pasar yang dilayani. Misi dapat diterapkan secara sempit
atau luas. Misi diterapkan secara sempit menegaskan secara jelas bisnis
utama organisasi, misi ini juga secara jelas membatasi jangkauan aktifitas
perusahaan yang berhubungan dengan produk atau jasa yang ditawarkan,
teknologi yang digunakan dan pasar yang dilayani. Misi sempit juga
membatasi kesempatan-kesempatan untuk tumbuh.
Misi luas menegaskan melebarkan jangkauan aktifitas organisasi untuk
memasukan banyak tipe produk atau jasa, pasar dan teknologi. Masalah
dengan misi luas adalah tidak mengidentifikasi secara jelas aspek mana
dari jasa yang ingin ditekankan.
2. Tujuan
Tujuan adalah hasil akhir aktifitas perencanaan. Tujuan merumuskan apa
yang akan diselesaikan dan kapan akan diselesaikan, dan sebaiknya diukur
12
jika memungkinkan. Pencapaian tujuan perusahaan merupakan hasil dari
penyelesaian misi.
Istilah sasaran (Goal) sering rancu dengan istilah tujuan (Objective).
Sasaran adalah pernyataan terbuka yang berisi harapan yang akan
diselesaikan tanpa perhitungan apa yang akan dicapai dan tidak ada
penjelasan waktu penyelesaian.
3. Strategi
Strategi perusahaan merupakan rumusan perencanaan komperhensif
tentang bagaimana perusahaan akan mencapai misi dan tujuannya. Strategi
akan
memaksimalkan
keunggulan
kompetitif
dan
meminimalkan
keterbatasan bersaing.
4. Kebijakan
Aliran dari strategi, kebijakan memberikan pedoman luas untuk
pengambilan kebijakan organisasi secara keseluruhan. Kebijakan juga
merupakan pedoman luas yang menghubungkan perumusan strategi dan
implementasi strategi.
Implementasi strategi adalah proses dimana manajemen mewujudkan
strategi dan kebijakan dalam tindakan melalui pengembangan program,
anggaran dan prosedur.
2.1.1.2 Lingkungan Eksternal
Lingkungan eksternal diketahui mempunyai peranan besar dalam
mempengaruhi pengambilan keputusan manajerial, proses dan struktur organisasi
13
maka lingkungan eksternal penting untuk selalu dipantau dan dianalisis (Keats &
Hitt, 1988).
Pengamatan
lingkungan
merupakan
suatu
proses
penting
dalam
manajemen yang strategis, sebab pengamatan adalah mata rantai yang pertama
dalam rantai tindakan dan persepsi yang memungkinkan suatu organisasi untuk
menyesuaikan diri dengan lingkungannya (Hambrick, 1982 dalam Abdalla dan
Sammy,1995).
Snyder (1981) juga mengemukakan bahwa pengamatan lingkungan
sebagai monitoring, evaluasi dan penyebaran informasi pada lingkungan eksternal
merupakan kunci para manajer dalam organisasinya. Wheelen dan Hunger
(1992) dalam Abdalla dan Sammy (1995) menyatakan bahwa sebelum CEO
merumuskan strategi organisasi, mereka perlu meneliti lingkungan eksternal
untuk mengidentifikasi ancaman dan peluang organisasi.
Lingkungan eksternal dibagi menjadi :
1. Lingkungan eksternal mikro : pelanggan, pesaing, pemasok, pemerintah,
lembaga keuangan.
2. Lingkungan eksternal makro : keadaan ekonomi, teknologi, politik hukum,
sosial budaya.
Melihat lebih jauh lingkungan operasi terdekat organisasi bagi industri
dimana ia berkompetisi telah lama dianjurkan, para manajer harus merubah
pandangan penelitian mereka terhadap lingkungan pada “daerah terdekat dimana
organisasi bersaing dalam industri secara keseluruhan”. Porter (1980) mencatat
14
bahwa isi dari formulasi strategi kompetitif adalah menguntungkan organisasi
dengan lingkungannya dan aspek inti dari faktor lingkungan organisasi dalah
industri dimana organisasi itu bersaing.
Dalam beberapa literatur dikenal beragam dimensi lingkungan, pada
lingkungan eksternal dikonseptualisasikan sebagai konstuk yang bersifat multi
dimensi (Tan & Lischert,1994; Van Egeren dan O’Connor,1998 dalam tesis
Nomastuti Junita Dewi, 2005).
Terdapat dimensi-dimensi lingkungan eksternal yang masuk dalam
literatur-literatur manajemen strategi dan teori organisasi terdiri dari tiga dimensi
yaitu :
a. Dukungan Lingkungan (environmental munifence) adalah sejauh mana
sumber daya yang diberikan lingkungan dapat mendukung pertumbuhan &
stabilitas yang diperlukan oleh organisasi.
b. Dinamika Lingkungan (environmental dynamism) adalah tingkat
perubahan yang tidak dapat diprediksi dan sulit direncanakan sebelumnya
dalam elemen-elemen lingkungan, misal sektor pelanggan, pesaing,
pemerintah dan teknologi.
c. Kompleksitas Lingkungan (environmental complexity) adalah
heterogenitas dari rangkaian aktivitas-aktivitas lingkungan. Penilaian
lingkungan dianggap sebagai aktivitas pendahuluan bagi formulasi tujuantujuan tertentu.Bagian dari aktifitas ini mempunyai landasan dari literatur
normatif pada formulasi strategi.
15
2.1.2
Pengertian Budaya Organisasi
Budaya
organisasi
dapat
membantu
kinerja
perusahaan,
karena
menciptakan suatu tingkat motivasi yang luar biasa bagi karyawan untuk
memberikan kemampuan terbaiknya dalam memanfaatkan kesempatan yang
diberikan oleh organisasinya.
Dalam rangka mewujudkan budaya organisasi yang cocok diterapkan pada
sebuah organisasi, maka diperlukan adanya dukungan dan partisipasi dari semua
anggota yang ada dalam lingkup organisasi tersebut. Para karyawan membentuk
persepsi keseluruhan berdasarkan karakteristik budaya organisasi yang antara lain
meliputi inovasi, kemantapan, kepedulian, orientasi hasil, perilaku pemimpin,
orientasi tim, karakteristik tersebut terdapat dalam sebuah organisasi atau
perusahaan mereka.
Menurut Robbins (1999 : 282) semua organsasi mempuyai budaya yang
tidak tertulis yang mendefinisikan standar-standar perilaku yang dapat diterima
dengan baik maupun tidak untuk para karyawan. Dan proses akan berjalan
beberapa bulan, kemudian setelah itu kebanyakan karyawan akan memahami
budaya organiasi mereka seperti, bagaimana berpakaian untuk kerja dan lain
sebagainya.
Definisi lainnya dikemukakan oleh Andrew Brown (1995,1998) dalam
bukunya Organizational Culture adalah sebagai berikut:
“Organizational culture refers to the pattern of beliefs, values and
learned ways of coping with experience that have developed during the
course of an organization’s history, and which tend to be manifested in
its material arrangements and in the behaviours of its members.”
16
Yang berarti bahwa budaya organisasi mengacu pada pola kepercayaan,
nilai dan cara belajar untuk mengatasi pengalaman yang telah dikembangkan
sepanjang sejarah organisasi dan cenderung dalam materi peraturan serta perilaku
para anggotanya.
Daniel R. Denison mengemukakan:
“Budaya organisasi adalah nilai-nilai, keyakinan dan prinsip-prinsip
dasar yang merupakan landasan bagi sistem dan praktek-praktek
manajemen serta perilaku yang meningkatkan dan menguatkan prinsipprinsip tersebut.”
Dari pengertian-pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa budaya
perusahaan adalah suatu pola asumsi dasar yang dimiliki oleh anggota perusahaan
yang berisi nilai dan keyakinan yang mempengaruhi pemikiran, pembicaraan dan
tingkah laku dalam keseharian, sehingga menjadi identitas dari organisasi tertentu
dan pedoman yang dapat membantu karyawan dalam menyelesaikan tugas dan
tanggung jawabnya dengan baik.
2.1.2.1 Fungsi Budaya Organisasi
Fungsi budaya pada umumnya sukar dibedakan dengan fungsi budaya
kelompok atau budaya organisasi, karena budaya merupakan gejala sosial.
Menurut Ndraha (1997 : 21) ada beberapa fungsi budaya, yaitu :
1. Sebagai identitas dan citra suatu masyarakat
2. Sebagai pengikat suatu masyarakat
3. Sebagai sumber
17
4. Sebagai kekuatan penggerak
5. Sebagai kemampuan untuk membentuk nilai tambah
6. Sebagai pola perilaku
7. Sebagai warisan
8. Sebagai pengganti formalisasi
9. Sebagai mekanisme adaptasi terhadap perubahan
10.Sebagai proses yang menjadikan bangsa kongruen dengan negara sehingga
terbentuk nation – state
2.1.2.2 Dimensi – Dimensi Budaya Organisasi
Dimensi budaya organisasi yang dikemukakan oleh Daniel R. Denison
(2006: 6-9) dalam jurnal “Diagnosing Organizational Cultures: Validating a
model and method” menggambarkan empat dimensi organisasi yaitu:
1. Mission (Misi) adalah sejauh mana organisasi dan anggotanya tahu arah
tujuannya, bagaimana mereka akan kesana, dan bagaimana setiap individu
dapat berkontribusi untuk keberhasilan organisasi.
Indikator dari dimensi misi adalah:
a. Strategic Direction (Arah Strategi) yaitu strategi yang jelas yang
memberikan makna, tujuan, dan arah.
b. Goods and Objectives (Tujuan dan Sasaran) yaitu tujuan jangka
pendek tertentu dibentuk yang membantu setiap karyawan melihat
bagaimana kegiatan sehari-hari terhubung pada visi dan strategi.
18
c. Vision (Visi) yaitu mencakup inti nilai-nilai jangka panjang dan
menangkap isi hati dari pikiran orang-orang organisasi, sambil
memberikan bimbingan dan arahan.
2. Involvement (Keterlibatan) yaitu tingkat dimana individu-individu di
semua tingkat organisasi terlibat dalam mencapai misi dan bekerja secara
kolaboratif untuk memenuhi tujuan organisasi. Keterlibatan yang
mengukur kemampuan perusahaan untuk mendorong karyawan
berkomitmen pada pekerjaan mereka dan membangun dan tanggung
jawab.
Indikator dari dimensi keterlibatan adalah:
a. Enpowerment (Pemberdayaan) yaitu individu yang memiliki
wewenang, inisiatif, dan kemampuan untuk mengelola pekerjaan
mereka sendiri. Ini menciptakan rasa kepemilikan dan tanggung jawab
terhadap organisasi.
b. Team Orientation (Orientasi tim) yaitu kerjasama tim yang selalu
didorong sehingga ide-ide kreatif yang ditangkap dan dukungan
karyawan satu sama lain dalam menyelesaikan pekerjaan.
c. Capability Developement (Pengembangan kemampuan) yaitu investasi
dalam pengembangan keterampilan karyawan agar tetap kompetitif
dan memenuhi kebutuhan bisnis yang sedang berlangsung.
Pengembangan kemampuan dipraktekan dalam berbagai cara,
termasuk pelatihan, pembinaan dan memberikan peran dan tanggung
jawab baru.
19
3. Adaptability (Adaptabilitas) yaitu kemampuan perusahaan untuk tahu apa
yang pelanggan inginkan dan merespon tuntutan serta perubahan
eksternal.
Indikator dari dimensi adaptabilitas adalah:
a. Creating Change (Menciptakan perubahan) yaitu mampu menciptakan
cara-cara adaptif untuk memenuhi perubahan kebutuhan. Hal ini dapat
berupa membaca lingkungan bisnis, bereaksi dengan cepat untuk tren
saat ini, dan mengantisipasi perubahan masa depan.
b. Costumer Focus (Fokus pelanggan) yaitu organisasi memahami dan
bereaksi terhadap pelanggan dan mengantisipasi kebutuhan masa
depan pelanggan.
c. Organizational Learning (Organisasi pembelajaran) yaitu organisasi
menerima, menerjemahkan, dan menafsirkan sinyal dari lingkungan
yang menjadi peluang untuk mendorong inovasi pengetahuan,
memperoleh, dan mengembangkan kemampuan.
4. Consistency (Konsistensi) yaitu tingkat konsistensi organisasi dalam
mengembangkan pola pikir mengenai “lakukan” dan “tidak lakukan”.
Indikator dari dimensi konsistensi adalah:
a. Core Values (Nilai inti) yaitu seperangkat nilai-nilai yang menciptakan
rasa identitas yang kuat dan membantu karyawan dan pemimpin
membuat keputusan yang konsisten dan berperilaku secara konsisten.
b. Agreement (Kesepakatan) yaitu tingkat kesepakatan diantara
perbedaan dan dapat mendamaikan perbedaan tersebut.
20
c. Coordination and Integration (Koordinasi dan integrasi) yaitu fungsi
dan unit organisasi yang berbeda-beda mampu bekerja sama dengan
baik untuk mencapai tujuan bersama.
Untuk lebih jelasnya, berikut keempat dimensi budaya organisasi dari
Denison digambarkan dalam sebuah model, yaitu:
Gambar 2.1 The Denison Organizational Culture Model
Menurut penulis dimensi budaya organisasi yang dikemukakan oleh
Daniel R. Denison (2006) tersebut dapat dikaji pada perusahaan dengan semua
tipe budaya organisasi maupun kolaborasi dari beberapa tipe budaya organisasi.
Karena model dimensi tersebut mencakup nilai ciri dari seluruh tipe budaya yang
telah dikemukakan sebelumnya. Budaya organisasi Denison melihat budaya suatu
organisasi secara keseluruhan dan hubungan budaya organisasi dari lini bawah
dengan kinerja. Dimensi budaya tersebut cocok untuk dikaji diperusahaan yang
sedang berkembang.
21
2.1.3
Pengertian Perencanaan Strategi
Perencanaan strategi hadir sekitar pertengahan tahun 1960-an dan para
pimpinan perusahaan mengakui bahwa perencanaan stratejik merupakan ”the one
best way” untuk memutuskan dan mengimplementasikan strategi yang dapat
meningkatkan kompetitif pada setiap unit bisnis. Seperti yang diungkapkan oleh
ahli penelitian Frederick Taylor, perencanaan stratejik merupakan cara yang
melibatkan pemikiran melalui sebuah karya, penciptaan dari fungsi manajemen
staf baru yaitu munculnya ahli perencanaan. Dimana sistem perencanaan ini
merupakan strategi yang bagus sebagai suatu tahapan strategi yang akan
diterapkan para pelaku bisnis, manajer perusahaan dan mengarahkan agar tidak
membuat kekeliruan.
Perencanaan strategi merupakan suatu proses yang interaktif dan iteratif
(berulang). Analisa yang dilakukan tidak hanya menunjukan posisi perusahaan
pada saat ini, melainkan kemungkinan posisi perusahaan dimasa mendatang
apabila tidak ada perubahan yang dilakukan terhadap strategi pada saat ini.
Adapun ketiga faktor penentu keputusan strategi yaitu:
1. Faktor visi dan misi perusahaan
2. Hasil analisis eksternal tentang asumsi yang akan terjadi serta keputusan
skenario yang akan dimainkan
3. Hasil analisis internal tentang kekuatan atau kompetisi dan potensi yang
dimiliki atau yang mengendalikan kekuatan.
Strategi perusahaan merupakan pengambilan keputusan jangka penjang
yang diterjemahkan sesuai dengan tujuan organisasi yang diinginkan dan
22
pelaksanaannya dalam bentuk program yang harus dijalankan dan diinstruksikan
kepada seluruh jajaran organisasi baik fungsional maupun unit bisnis yang
diperlukan.
Formulasi perencanaan strategi mengenai hal-hal yang harus dicapai pada
masa yang akan datang, perlu pemahanan tentang masalah dalam lingkungan
eksternal dan lingkungan internal melalui proses pencermatan dan diproses
pembobotan serta disusun dan jenis tingkatan menjadi suatu kesimpulan analisis,
baik internal maupun eksternal.
Perencanaan startegi mencakup penetapan tujuan, sasaran dan strategi
perisahaan. Strategi perusahaan berisi kebijakan, program, dan kegiatan
perusahaan.
Menurut Allison, Kaye (2005) definisi perencanaan strategi adalah proses
sistematik yang disepakati organisasi dan membangun keterlibatan diantara
stakeholder utama-tentang prioritas yang hakiki bagi misinya dan tanggap
terhadap lingkungan operasi. Perencanaan stratejik khususnya digunakan untuk
mempertajam fokus organisasi, agar semua sumber organisasi digunakan secara
optimal untuk melayani misi organisasi itu. Artinya bahwa perencanaan strategi
menjadi pedoman sebuah organisasi harus tanggap terhadap lingkungan yang
dinamis dan sulit diramal. Perencanaan strategi menekankan pentingnya membuat
keputusan- keputusan yang menempatkan organisasi untuk berhasil menanggapi
perubahan lingkungan. Fokus perencanaan strategi adalah pada pengelolaan
strategi, artinya penerapan pemikiran stratejik pada tugas memimpin sebuah
organisasi guna mencapai maksudnya.
23
Pengertian lain dari perencanaan strategi adalah perencanaan jangka
panjang yang tertulis dimana didalamnya terdiri dari kesepakatan misi dan tujuan
perusahaan.
Sehingga
pengaruhnya
dapat
dilihat
pada
perubahan
dan
pengembangan suatu organisasi.
Kaitan selanjutnya mengenai pengembangan perencanaan strategi adalah
pada penciptaan keunggulan bersaing yang berkelanjutan. Hal ini tercapai ketika
kemampuan manajemen dan menggunakan kreasi dan mengimplentasikan strategi
agar tahan pada keunggulan yang banyak terjadi peniruan, mampu menciptakan
faktor hambatan dalam jangka waktu yang lama. Berdasarkan penelitian para
pakar secara umum, disimpulkan bahwa perencana mengalahkan non-perencana,
pemikirannya adalah bahwa perusahaan yang memiliki rencana formal lebih
unggul dibandingkan dengan rencana informal, karena proses penulisan rencana
mengharuskan untuk menuangkan ide dan tujuan-tujuan untuk dipikirkan secara
matang (Hopkins and Hopkins,1997; Rue dan Ibrahim,1998).
Proses perencanaan terdiri dari tiga komponen utama (Robinson and Pearce,
1984) yaitu :
1. Perumusan, yang meliputi pengembangan misi, penentuan tujuan utama,
penilaian lingkungan eksternal dan internal dan evaluasi serta pemilihan
alternatif;
2. Penerapan; dan
3. Pengendalian.
24
Perencanaan strategi merupakan sebuah rencana tertulis jangka panjang,
yang didalamnya menyatakan misi perusahaan dan pernyataan tujuan organisasi.
Perencanaan strategi juga dianggap memberikan substansi dimana kinerja
perusahaan dapat dikontrol dan diukur Rue dan Ibrahim (1998).
Ditambahkan pula menurut Hopkins and Hopkins (1997) perencanaan
strategi adalah sebagai proses penggunaan kriteria sistematis dan investigasi yang
sangat teliti untuk merumuskan, menetapkan dan mengendalikan strategi serta
mendokumentasikan harapan-harapan organisasi secara formal.. Sehingga dapat
ditarik kesimpulan bahwa perencanaan stratejik menjadi pedoman sebuah
organisasi untuk tanggap terhadap lingkungan yang dinamis dan sulit diramal.
Perencanaan stratejik menekankan pentingnya membuat keputusan-keputusan
yang menempatkan organisasi untuk berhasil menanggapi perubahan lingkungan.
2.1.3.1 Dimensi Perencanaan Strategi
Dalam perspektif strategic management, perencanaan strategi menurut
Bryson (1988) diartika sebagai usaha-usaha disiplin untuk menghasilkan
keputusan-keputusan fundamental serta tindakan-tindakan dalam membentuk dan
memberi arah kepada aktivitas organisasi dalam suatu ikatan hukum. Keputusankeputusan ini secara khusus menyangkut terhadap madat organisasi, visi, misi
serta tingkat dan bauran pelayanan atau produk, biaya, pendanaan serta rancangan
organisasi dan manajemen.
Atas dasar pengertian diatas, proses penyusunan strategi terdiri dari
langkah-langkah sebagai berikut:
25
1. Penetapan visi dan misi perusahaan
Langkah
ini
adalah
merupakan
tindakan
mengembangkan
dan
mengklarifikasikan tanggung jawab sosial dari perusahaan. Berkaitan
dengan pernyataan visi dan misi ini, perusahaan harus membuat suatu
analisis stakeholder yang merupakan tuntutan terhadap perhatian
perusahaan, sumber daya ataupun output yang dihasilkan. Sejalan dengan
analisis ini ditetapkan juga kriteria stakeholder untuk kinerja yang harus
dicapai oleh perusahaan.
2. Analisis lingkungan eksternal
Langkah berikut adalah melakukan analisis kedalam organisasi sendiri
untuk mengidentifikasi peluang (opportunity) dan ancaman (threat) yang
dihadapi oleh perusahaan. Faktor-faktor politik, ekonomi, sosial dan arah
perkembangan teknologi menjadi bagian dari aktivitas analisis ini
bersama-sama dengan analisis terhadap perkembangan didalam industri
baik terhadap costumer maupun pesaing dan persaingan.
3. Analisis lingkungan internal
Langkah berikut adalah melakukan analisis kedalam organisasi sendiri
untuk mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan yang dimiliki. Umumnya
kategori penilaian meliputi sumberdaya organisasi (input), strategi yang
digunakan saat ini (process) dan kinerja (output).
4. Identifikasi terhadap isu-isu strategis (strategic issue)
Isu-isu strategis merupakan pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan
kebijakan fundamental yang berpengaruh terhadap mandat organisasi, visi
26
dan misi, produk atau service, biaya, pendanaan, maupun rancangan
organisasi ataupun manajemen. Suatu organisasi yang tidak memiliki
kemampuan
untuk
memformulasikan
isu-isu
strategis
tersebut,
kemungkinan tidak akan bisa menghadapi ancaman ataupun meraih
peluang dari lingkungan usahanya.
5. Pengembangan strategi
Dalam langkah ini strategi dikembangkan untuk melaksanakan tindakantindakan dari keputusan atas dasar isu-isu strategis yang telah
diidentifikasikan pada langkah sebelumnya. Suatu strategi adalah suatu
pola dari tujuan, kebijakan, program, tindakan, keputusan-keputusan dan
alokasi sumber daya yang ditetapkan atas dasar “what business are we
in?” Dan “what business should we be in?”. Strategi dapat bervariasi atas
dasar level, fungsi dan kerangka waktu. Pengembangan strategi dimulai
dengan identifikasi dan alternatif-alternatif praktis atau visi untuk
memecahkan isu strategis. Suatu strategi akan efektif jika memenuhi
beberapa kriteria diantaranya secara teknis bisa dioperasikan, secara politis
diterima oleh stakeholder dan harus sesuai dengan budaya perusahaan
serta memenuhi syarat secara etika, moral dn legal.
2.1.3.2 Elemen-Elemen Dari Perencanaan Strategi
Dari uraian-uraian diatas terlihat bahwa perencanaan strategi memusatkan
perhatian pada masa yang akan datang. Tanggung jawab dari manajemen adalah
mempersiapkan organisasi yang bersangkutan untuk menghadapi kejadiankejadian yang tidak dapat diperkirakan sebelumnya. Secara lebih tegas Winardi
27
(1990) menyatakan bahwa fungsi perencanaan mencakup aktivitas-aktivitas
manajerial yang mendeterminasi sasaran-sasaran dan alat-alat yang tepat untuk
mencapai sasaran-sasaran tersebut.
Karena keterkaitannya dengan masa depan, maka dengan adanya
perencanaan strategi menurut Winardi (1990) mengharuskan para manager
mengambil keputusan-keputusan tentang empat buah elemen fundamental dari
perencanaan tersebut, berupa:
a. Sasaran-sasaran yang bersifat integral bagi rencana-rencana karena
menspesifikasikan kondisi-kondisi masa mendatang yang dianggan dapat
memuaskan.
b. Tindakan-tindakan berupa strategi yang dipreferensi dan dispesifikasi
untuk mencapai sasaran-sasaran.
c. Sumber daya yang terdiri dari jenis, jumlah dan spesifikasi sumber daya
yang diperlukan untuk mencapai sasaran-sasaran melalui penganggaran
(budgeting).
d. Implementasi strategi yang meliputi penugasan dan pengarahan personil
perusahaan untuk melaksanakan perencanaan tersebut.
2.1.4
Kinerja Perusahaan Daerah
2.1.4.1 Pengertian Kinerja
Hawkins (The Oxford Paperback Dictionary, 1999) Mengemukakan
pengertian kinerja sebagai berikut:
28
“ Perfomance is: (1) the process or manner of performing, (2) a notable
action or achievement, (3) the performing of a play or other
entertainment.”
Kinerja adalah proses yang berlangsung secara terus menerus yang
dilaksanakan berdasarkan kemitraan antara karyawan dengan perusahaan.
Sedangkan menurut Mulyono (1999 :63) penilaian kinerja yaitu suatu penilaian
yang dilakukan secara sistematis, mandiri (independen) objektif dengan
berorientasi ke masa yang akan datang, atas kebijakan manajemen dalam
mengelola sumber daya dan dana yang dipercayakan kepadanya dalam rangka
meningkatkan profitabilitas maupun pencapaian tujuan lainnya, serta untuk
meningkatkan kemampuan pelaksanaan fungsi-fungsi manajemen yang lebih baik.
2.1.4.2 Pengertian Penilaian Kinerja
Kata penilaian sering diartikan dengan kata assessment. Sedangkan kinerja
perusahaan merupakan suatu yang dihasilkan oleh suatu perusahaan dalam
periode tertentu dengan mengacu pada standar yang ditetapkan. Dengan demikian
penilaian kinerja perusahaan (Companies performance assessment) mengandung
makna suatu proses atau sistem penilaian mengenai pelaksanaan kemampuan
kerja suatu perusahaan (organisasi) berdasarkan standar tertentu (Kaplan dan
Norton; 1996).
Tujuan penilaian kinerja adalah untuk memotivasi personel mencapai
sasaran organisasi dan mematuhi standar perilaku yang telah ditetapkan
sebelumnya agar membuahkan tindakan dan hasil yang diinginkan oleh
organisasi. Standar perilaku dapat berupa kebijakan manajemen atau rencana
29
formal yang dituangkan dalam rencana stratejik, program dan anggaran
organisasi. Penilaian kinerja juga digunakan untuk kenekan perilaku yang tidak
semestinya diinginkan, melalui umpan balik hasil kinerja pada waktunya serta
penghargaan, baik yang bersifat intrinsik maupun ekstrinsik.
Ada berbagai metode penilaian kinerja yang digunakan selama ini sesuai
dengan tujuan perusahaan yaitu mencari laba, maka hampir semua perusahaan
mengukur kinerjanya dengan ukuran keuangan. Disini pihak manajemen
perusahaan cenderung hanya ingin memuaskan shareholders, dan kurang
memperhatikan ukuran kinerja yang lebih luas yaitu stakeholders. Atkinson, et.
Al. (1995) menyatakan pengukuran kinerja sebagai berikut:
“ Performance measurement is perhaps the most important, most
misunderstood, and most difficult task in management accounting. An
affective system of performance measurement containts critical
performance indicator (performance measures) that (1) consider each
activity and the organization it self from costumer’s prespective, (2)
evaluate each activity using costumer –validated measure of
performance, (3) consider all facets of activity performance that affect
costumers and, therefore, are comprehensive, and (4) provide feedback
to help organization members identity problems and opportunities for
improvement.”
Pernyataan diatas mengandung makna bahwa penilaian kinerja sangat
penting, kemungkinan memiliki salah pengertian dan memiliki salah pengertian
dan merupakan tugas yang paling sulit dalam akuntansi manajemen. Sistem
penilain kinerja yang efektif sebaiknya mengandung indikator kinerja, yaitu:
1. Memperhatikan setiap aktivitas organisasi dan menekankan pada
perspektif pelanggan.
30
2. Menilai setiap aktivitas dengan menggunakan alat ukur kinerja yang
mengesah kan pelanggan.
3. Memperhatikan semua aspek aktivitas kinerja secara komperhensif yang
mempengauhi pelanggan.
4. Menyediakan informasi berupa umpan balik untuk membantu anggota
organisasi mengenali permasalahan dan peluang untuk melakukan
perbaikan.
Pada perspektif penilaian kinerja yang lebih luas, Hansen dan Mowen
(1997) menyatakan sebagai berikut:
“Activity performance measure exist in both financial dan non financial
forms. These measures are designed to assess how well an activity was
performed and the result archieved. They are also designed to reveal if
constant improvement is being realized. Measures of activity
performance center on three major dimension: (1) efficiency, (2) quality,
and 93) time.”
Hal diatas menjelaskan bahwa aktivitas penilaian kinerja terdapat dua jenis
pengukuran yaitu; keuangan dan non keuangan. Pengukuran ini dirancang untuk
menaksir bagaimana kinerja aktifitas dan hasil akhir yang dicapai. Ada juga
penilaian kinerja yang dirancang untuk menyingkap jika terjadi kemandekan
perbaikan yang akan dilakukan. Penilaian kinerja aktifitas pusat dibagi kedalam
tiga dimensi utama, yaitu: (1) efisiensi, (2) kualitas, (3) waktu.
Hal senada juga dijelaskan oleh Kaplan dan Norton (1996) pengukuran
kinerja non keuangan didesain untuk menilai seberapa baik aktifitas yang berhasil
dicapai dan dipusatkan pada tiga dimensi utama yaitu: efisiensi, kualitas, dan
waktu.
31
Dengan adanya penilaian kinerja, manager puncak dapat memperoleh
dasar yang obyektif untuk memberikan kompensasi sesuai dengan prestasi yang
disumbangkan masing-masing pusat pertanggungjawaban kepada perusahaan
secara keseluruhan. Semua ini diharapkan dapat membentuk motivasi dan
rangsangan pada masing-masing bagian untuk bekerja lebih efektif dan efisien.
Menurut Mulyadi (1997) penilaian kinerja dapat dimanfaatkan oleh
manajemen untuk:

Mengelola operasi organisasi secata efektif dan efisien melalui
pemotivasian karyawan secara maksimum.

Membantu penganbilan keputusan yang bersangkutan dengan
karyawannya seperti promosi, pemberhentian, mutasi.

Mengidentifikasi kebutuhan pelatihan, pengembangan karyawan dan
untuk menyediakan kriteria seleksi dan evaluasi program pelatihan
karyawan.

Menyediakan umpan balik bagi karyawan mengenai bagaimana atasan
mereka menilai kinerja mereka.

Menyediakan suatu dasar bagi distribusi penghargaan.
2.1.4.3 Pengukuran Kinerja Pada PDAM
Kinerja Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) merupakan tingkat
keberhasilan pengelolaan PDAM dalam satu tahun buku tertentu. PDAM dalam
pengukuran kinerja perusahaannya memiliki indikator sendiri yang sudah
ditetapkan dalam Kep. Mendagri No. 47 tahun 1999 Tanggal 31 mei 1999. Untuk
pengukuran kinerjanya, PDAM membagi kinerja perusahaan mereka menjadi 3
32
jenis yaitu aspek keuangan, aspek operasional dan aspek administrasi. Masingmasing aspek memiliki alat ukur atau key performance indikator dan metode
perhitungannya sendiri. Karena dalam penelitian ini yang menjadi variabel adalah
analisis lingkungan strategi, budaya serta perencanaan strategi, maka penulis
mengukur kinerja peruasahaan dengam menggunakan metode Balance Scorecard
yang meliputi aspek keuangan, pelanggan, bisnis internal serta pertumbuhan dan
pempelakaran pada perusahaan.
2.1.4.4 Konsep Penilaian Kinerja Perusahaan Diukur Dengan Balance
Scorecard
Balance scorecard adalah salah satu contoh dari sistem pengukuran
kinerja. Balance scorecard memelihara keseimbangan antara ukuran-ukuran
strategis yang berbeda dalam suatu usaha mencapai keselarasan cita-cita sehingga
dengan demikian dapat mendorong karyawan untuk bertindak sesuai dengan
kepentingan perusahaan.
Atkinson, et. Al. (1997) mengemukakan ciri-ciri dari pengukuran kinerja
dengan balance scorecard sebagai berikut:
1. Merupakan suatu aspek strategi perusahaan.
2. Menetapkan ukuran kinerja melalui mekanisme komunikasi antar tingkat
manajemen.
3. Mengevaluasi hasil kinerja secara terus menerus guna perbaikan
pengukuran kinerja pada kesempatan selanjutnya.
33
Setiap ukuran balance scorecard menyajikan suatu aspek dari strategi
perusahaan. Dalam menciptakan balance scorecard, manajemen dapat memilih
bauran dari pengukuran sebagai berikut:
1. Secara akurat mencerminkan faktor kunci yang akan menentukan
keberhasilan strategi perusahaan.
2. Menunjukan hubungan individu atau sub bisnis unit dengan yang
dihasilkannya, sebagai akibat dari penetapan pengukuran yang telah
dikomunikasikannya.
3. Menunjukan bagaimana pengukuran non finansial mempengaruhi
finansial jangka panjang.
4. Memberikan gambaran luas mengenai kondisi perusahaan saat ini.
2.1.4.5 Perspektif dalam Balance Scorecard
Balance scorecard menerjemahkan misi dan strategi kedalam berbagai
tinjauan dan ukuran, yang tersusun kedalam empat perspektif yang meliputi:
keuangan (financial), pelanggan, proses bisnis internal, serta pertumbuhan dan
pembelajaran (Kaplan dan Norton, 1992).
Empat perspektif balance scorecard memberi keseimbangan antara tujuan
jangka pendek dan jangka panjang antara hasil yang diinginkan dengan faktor
pendorong tercapainya hasil tersebut dan antara ukuran objektif yang keras
dengan hubungan subjektif yang lebih lunak.
1.
Perspektif Keuangan (Financial)
Balance scorecard tetap menggunakan prespektif finansial karena ukuran
finansial sangat penting bagi perusahaan. Ukuran finansial memberikan petunjuk
34
apakah strategi perusahaan, implementasi dan pelaksanaannya memberikan
kontribusi atau tidak kepada peningkatan laba perusahaan. Pada saat perusahaan
melakukan pengukuran secara finansial, maka hal pertama yang dilakukan adalah
mendeteksi
kebenaran
industri
yang
dimilikinya
apakah
dalam
tahap
perkembangan growth, sustain, atau harvest (Norton dan Kaplan; 1996).
2.
Perspektif Pelanggan
Perusahaan melakukan identifikasi pelanggan dan segmen pasar yang akan
dimasuki. Segmenpasar merupakan sumber yang akan menjadi komponen
penghasilan tujuan finansial perusahaan. Perspektif pelanggan memungkinkan
perusahaan menyelaraskan berbagai ukuran pelanggan penting, kepuasan,
loyalitas, retensi, akuisisi, dan probabilitas dengan pelanggan dan segmen pasar
sasaran. Para manager juga harus mengenali apa yang dinilai tinggi oleh para
segmen sasaran dan memilih proposisi nilai apa yang akan diberikan. Mereka
kemudian dapat memilih tujuan dan ukuran dari tiga kelompok atribut, yang jika
memuaskan menungkinkan perusahaan mempertahankan dan memperluas bisnis
dengan pelanggan sasaran. Ketiga atribut itu yaitu:
1. Atribut produk dan pelayanan (product/service atributes) yang terdiri dari
fungsi dan kualitas.
2. Atribut keuangan dengan pelanggan menyangkut kualitas pengalaman
pelayanan dan bagaimana perasaan pelanggan pada saat membeli
barang/jasa sebuah perusahaan.
3. Atribut citra dan reputasi (image and reputation) mencerminkan faktorfaktor yang dimiliki pelanggan pada perusahaan yang bersangkutan.
35
3.
Perspektif Proses Bisnis Internal
Dalam perspektif proses bisnis internal, para eksekutif mengidentifikasi
berbagai pross internal penting yang harus dikuasai dengan baik oleh perusahaan,
proses ini memungkinkan unit bisnis untuk:
a.
Memberikan proposisi yang menarik perhatian dan mempertahankan
pelanggan dalam segmen pasar sasaran, dan
b.
Memenuhi harapan keuntungan finansial yang tinggi dari para pemegang
saham.
Perspektif proses ini mengungkapkan dua perbedaan ukuran kinerja yaitu
pendekatan tradisional dan pendekatan balance scorecard. Pendekatan tradisional
berusaha memantau dan meningkatkan proses bisnis yang ada sat ini. Sedangkan
pendekatan balance scorecard memadukan berbagai proses inovasi dalam
perspektif proses bisnis internal.
4.
Perspektif Pertumbuhan dan Pembelajaran
Perspektif ini mengidentifikasi infrastruktur yang harus dibangun perusahaan
dan menciptakan pertumbuhan dan peningkatan kinerja jangka panjang. Tiga
sumber utama pertumbuhan dan pembelajaran perusahaan dihasilkan dari: person,
sistem, dan prosedur perusahaan. Sementara kelompok pekerja yang utama
dibedakan lagi mejadi 3 (tiga) yaitu: kepuasan, produk, dan retensi yang
memberikan ukuran hasil dari investasi yang ditawarkan atas para pekerja, sistem
dan keselarasan perusahaan. Berbagai tujuan itu diartikulasikan dalam perspektif
pertumbuhan dan pembelajaran balance scorecard.
36
Secara keseluruhan balance scorecard menerjemahkan visi dan strategi ke
berbagai tujuan dan ukuran dalam seperangkat perspektif yang seimbang. Balance
scorecard terdiri atas berbagai ukuran hasil yang diinginkan perusahaan dan juga
berbagai proses yang akan mendorong tercapainya hasil masa depan yang
diinginkan.
Dalam perkembangan selanjutnya balance scorecard tidak hanya dipakai
untuk mengukur kinerja organisasi saja, tetapi berkembang menjadi inti dari
sistem manajemen stratejik. Lebih dari sekedar pengukuran, balance scorecard
merupakan sistem manajemen yang memotivasi breakthrough improvement
dalam semua bidang kritis, seperti produk, proses dan pelanggan serta
pengembangan pasar.
2.2
Kerangka Pemikiran
Kinerja suatu perusahaan dalam mencapai tujuannya, sangat tergantung
pada kemampuan pihak manajemen dalam melakukan pengelolaan dan
pengawasan pada aktivitas perusahaannya baik secara finansial maupun non
finansial, berdasarkan atas informasi-informasi yang diterimanya. Untuk
menjalankan fungsi-fungsi tersebut pihak manajemen harus mempunyai
kemampuan dan keahlian dalam memanfaatkan dan mengorganisir semua sumber
daya yang dimiliki perusahaan, juga tersedianya data dan informasi yang relevan
dan akurat. Ada bebepa faktor yang dapat mempengaruhi kinerja pada suatu
perusahaan baik berupa faktor internal maupun eksternal.
Lingkungan strategi merupakan salah satu faktor yang berpengaruh
terhadap kinerja perusahaan baik secara internal maupun eksternal. Seperti yang
37
dikemukakan oleh Salusu (1996:319) bahwa lingkungan adalah hal-hal yang
mengelilingi dan mempengaruhi perkembangan organisasi dan Wahyudi
(1996:48) yang mengemukakan bahwa lingkungan merupakan salah satu faktor
penting untuk menunjang keberhasilan organisasi dalam persaingan.
Dalam lingkungan internal suatu organisasi terdapat beberapa variabelvariabel yang meliputi kekuatan dan kelemahan suatu organisasi. Variabelvariabel itu meliputi struktur, budaya dan sumber daya organisasi. Selain
lingkungan internal terdapat pula lingkungan eksternal yang mempengaruhi suatu
kinerja perusahaan. Dalam lingkungan eksternal dibagi menjadi dua bagian yaitu
lingkungan eksternal mikro yang meliputi pelanggan, pesaing, pemasok,
pemerintah, lembaga keuangan dan lingkungan eksternal makro yang meliputi
keadaan ekonomi, teknologi, politik hukum, sosial budaya.
Selain faktor lingkungan strategi yang mempengaruhi kinerja suatu
perusahaan, ada pula budaya organisasi yang melekat pada suatu perusahaan.
Seperti yang dikemukakan oleh Daniel R. Denison bahwa:
“Budaya organisasi adalah nilai-nilai, keyakinan dan prinsip-prinsip
dasar yang merupakan landasan bagi sistem dan praktek-praktek
manajemen serta perilaku yang meningkatkan dan menguatkan prinsipprinsip tersebut.”
Didalam suatu budaya organisasi terdapat dimensi-dimensi penting yang
dapat berpengaruh dalam menilai kinerja suatu perusahaan yang dikemukakan
oleh Daniel R. Denison, yaitu:
38
1. Mission (Misi) yaitu sejauh mana organisasi dan anggotanya tahu arah
tujuannya, bagaimana mereka akan kesana, dan bagaimana setiap individu
dapat berkontribusi untuk keberhasilan organisasi.
2. Involvement (Keterlibatan) yaitu tingkat dimana individu-individu di semua
tingkat organisasi terlibat dalam mencapai misi dan bekerja secara
kolaboratif untuk memenuhi tujuan organisasi.
3. Adaptability (Adaptabilitas) yaitu kemampuan perusahaan untuk tahu apa
yang pelanggan inginkan dan merespon tuntutan serta perubahan eksternal.
4. Consistency (Konsistensi) yaitu tingkat konsistensi organisasi dalam
mengembangkan pola pikir mengenai “lakukan” dan “tidak lakukan’.
Selain lingkungan strategi dan budaya organisasi terdapat salah satu faktor
yang peneliti anggap akan sangat mempengaruhi terhadap kinerja suatu
perusahaan yaitu perencanaan strategi perusahaan tersebut. Perencanaan strategi
hadir sekitar pertengahan tahun 1960-an dan para pimpinan perusahaan mengakui
bahwa perencanaan stratejik merupakan ”the one best way” untuk memutuskan
dan mengimplementasikan strategi yang dapat meningkatkan kompetitif pada
setiap unit bisnis. Perencanaan startegi mencakup penetapan tujuan, sasaran dan
strategi perusahaan. Strategi perusahaan berisi kebijakan, program, dan kegiatan
perusahaan.
Terdapat beberapa langkah dalam proses penyusunan/perencanaan strategi
yaitu:
1. Penetapan visi dan misi perusahaan yang merupakan tindakan
mengembangkan dan mengklarifikasikan tanggung jawab sosial dari
39
perusahaan. Berkaitan dengan pernyataan visi dan misi ini, perusahaan
harus membuat suatu analisis stakeholder yang merupakan tuntutan
terhadap perhatian perusahaan, sumber daya ataupun output yang
dihasilkan.
2. Analisis lingkungan baik internal maupun eksternal melakukan analisis
kedalam organisasi sendiri untuk mengidentifikasi peluang (opportunity)
dan ancaman (threat) yang dihadapi oleh perusahaan serta kekuatan dan
kelemahan yang dimiliki suatu perusahaan.
3. Pengembangan strategi, strategi dikembangkan untuk melaksanakan
tindakan-tindakan dari keputusan atas dasar isu-isu strategis yang telah
diidentifikasikan pada langkah sebelumnya. Suatu strategi adalah suatu
pola dari tujuan, kebijakan, program, tindakan, keputusan-keputusan dan
alokasi sumber daya.
Berdasarkan uraian diatas, PDAM Tirtawening Kota Bandung merupakan
Perusahaan Daerah (PD) yang didirikan untuk melayani masyarakat dalam
tanggung jawab untuk melaksanakan peran pemerintahan dalam melayani
masyarakat (public servant), sebagai salah satu sumber Pendapatan Asli Daerah
(PAD), dan juga sebagai agen pendorong pertumbuhan ekonomi daerah (agent of
development).
Lingkungan strategi, budaya organisasi serta perencanaan strategi
merupakan faktor-faktor yang diduga dapat mempengaruhi kinerja suatu
perusahaan, khususnya untuk penilaian kinerja pada PDAM.
40
Adapun pengukuran kinerja suatu perusahaan adalah sangat penting bagi
manajer, guna evaluasi dan perencanaan masa depan. Pengertian kinerja menurut
Hansen dan Mowen (2003:396) adalah sebagai berikut :
“activity performace exist both financial and non financial forms. There
meausure are designed to assess how well an activitywas perfomed and
the result achieved. They are also designed to reavel if constant
improvement is being realized. Measure of activity performance center
on there major dimension:1) efficiency, 2) quality, and 3) time”.
Pengertian diatas mengemukakan bahwa kinerja aktivitas diukur secara
finansial dan non finansial, ukuran tersebut didesain untuk menilai seberapa baik
suatu aktivitas dilakukan dan hasil yang dicapai, ukuran tersebut juga dirancang
untuk menujukan peningkatan yang sedang direalisasikan. Ukuran kinerja
aktivitas dipusatkan pada efisiensi, kualitas, dan waktu.
Dengan demikian mengukur kinerja tidak hanya informasi finansial tetapi
juga informasi non finansial, seperti masalah kinerja pegawai yang dihubungkan
dengan prestasi produksi. Pada pengukuran kinerja perusahaan, informasi ini
digunakan guna mengembangkan pengukuran kinerja secara konsisten dari unit
organisasi desentralisasi, sesuai dengan strategi dalam rangka mendukung dan
memfasilitasi koordinasi dengan unit bisnis lainnya.
Dalam perkembangannya ini Balanced Scorecard telah banyak membantu
perusahaan untuk sukses mencapai tujuannya. Balanced Scorecard memiliki
beberapa keunggulan yang tidak dimiliki sistem strategi manajemen tradisional.
Strategi manajemen tradisional hanya mengukur kinerja organisasi dari sisi
keuangan saja dan lebih menitik beratkan pengukuran pada hal-hal yang bersifat
nyata dan jelas.
41
Balance Scorecard terdiri dari kumpulan ukuran kinerja yang terintegrasi
yang diturunkan dari strategi perusahaan yang mendukung strategi perusahaan
secara keseluruhan. Menurut Hansen dan Mowen (2003:109) mengemukakan
pengertian balance scorecard sebagai berikut :
“Balance scorecard merupakan system manajemen strategis yang
menterjemahkan visi dan strategi suatu ke dalam organisasi ke dalam tujuan
dan ukuran operasional”.
Tujuan dan ukuran operasional tersebut kemudian dinyatakan dalam 4
perspektif (Kaplan dan Norton, 2001:4) yaitu :
1. Perspektif finansial (financial perspective) yaitu gambaran keberhasilan
financial yang dicapai oleh organisasi atau aktivitas yang dilakukan dalam
3 perspektif lainya.
2. Perspektif pelanggan (customer perspective) yaitu gambaran pelanggan
dan segmen pasar diman organisasi berkompetensi.
3. Perpektif bisnis internal (internal business process perspective) yaitu
Pengidentifikasian proses-proses yang penting untuk melayani pelanggan
dan pemilik organisasi.
4. Perspektif pembelanjaan dan pertumbuhan (learning and growth) yaitu
gambaran kemampuan organisasi untuk menciptakan pertumbuhan jangka
panjang.
Dari penjelasan diatas adapun hubungan antara lingkungan strategi,
budaya organisasi dan perencanaan strategi terhadap kinerja PDAM.
1. Hubungan Lingkungan Strategi dengan Kinerja Perusahaan
42
Lingkungan merupakan variabel yang perlu dianalisis karena lingkungan
berpengaruh terhadap perencanaan sistem akuntansi manajemen dan kinerja.
Lingkungan merupakan faktor kontekstual penting yang mempunyai pengaruh
terhadap kinerja. Informasi dan struktur organisasi desentralisasi merupakan
fungsi dari lingkungan, dan perlu adanya kesesuaian antara ketidakpastian
lingkungan dan desentralisasi agar dapat meningkatkan kinerja. Lingkungan dan
organisasi terjadi pengaruh dua arah. Dalam lingkungan yang berubah secara
cepat dan tingkat persaingan yang kompetitif, perencanaan startegis lebih efektif
digunakan untuk meningkatkan kinerja.
2. Hubungan Budaya Organisasi dengan Kinerja Perusahaan
Penelitian Kotter dan Hekset (1992) menunjukkan bahwa budaya
organisasi membantu (pada perusahaan lain menurunkan) kinerja ekonomi
perusahaan dalam jangka panjang. Pendapat tentang terbentuknya budaya
organisasi ada dua. Pendapat pertama menyatakan bahwa budaya organisasi akan
terbentuk selama terjadi interaksi sosial, baik interaksi internal maupun eksternal.
3. Hubungan Perencanaan Strategi dengan Kinerja Perusahaan
Strategi merupakan suatu rencana yang disatukan, menyeluruh dan terpadu
untuk menjamin pencapaian tujuan perusahaan. Strategi merupakan alat penting
dalam rangka mencapai keunggulan bersaing. Keberhasilan organisasi dapat
dicapai apabila ada kombinasi perencanaan strategis yang baik dengan
pelaksanaan strategi yang baik pula. Dalam perencanaan strategis diputuskan
perubahan-perubahan yang menyangkut tujuan organisasi, sumber-sumber yang
43
akan digunakan untuk mencapai tujuan tersebut serta kebijakan yang mengatur
perolehan dan penggunaan sumber-sumber tersebut.
Untuk lebih jelasnya dapat disajikan dalam bagan kerangka pemikiran
berikut ini.
PDAM Tirtawening Kota Bandung
Identifikasi
masalah
Lingkungan
Strategi
(X1)
Budaya
Organisasi
(X2)
Perencanaan
Strategi
(X3)
Lingkungan
Internal
Lingkungan
Eksternal
- Misi
- Keterlibatan
- Adaptabilitas
- Konsistensi
- Penetapan Visi dan
Misi
- Analisis Lingkungan
- Pengembangan Strategi
-
Kinerja Perusahaan
Aspek Finansial
dan
Non
Finansial menggunakan metode
Balance Scorecard. Meliputi:
- Keuangan
- Pelanggan
- Bisnis Internak
- Pertumbuhan dan Pembelajaran
Gambar 2.3 Bagan Kerangka Pemikiran
44
2.3
Hipotesis Penelitian
Untuk dapat mengarahkan hasil penelitian, disampaikan suatu hipotesis
penelitian. Hipotesis ini akan diuji kebenarannya dan hasil pengujian ini akan
dapat dipakai sebagai masukan dalam mengevaluasi kinerja perusahaan daerah.
Dalam penelitian ini terdapat beberapa variabel yang dapat mempengaruhi
kinerja perusahaan daerah khususnya Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM)
Kota Bandung.
Ha1: Lingkungan strategi berpengaruh signifikan terhadap kinerja PDAM Kota
Bandung.
Ha2: Budaya organisasi berpengaruh signifikan terhadap kinerja PDAM Kota
Bandung.
Ha3: Perencanaan strategis berpengaruh signifikan terhadap kinerja PDAM Kota
Bandung.
Ha4: Secara simultan lingkungan strategi, budaya organisasi dan perencanaan
strategi signifikan terhadap kinerja PDAM Kota Bandung.
Download