Mengawal Stabilitas, Bersinergi Mempercepat

advertisement
“Mengawal Stabilitas, Bersinergi Mempercepat
Reformasi Struktural”
Yang kami muliakan,
 Bapak Joko Widodo, Presiden Republik Indonesia
Yang kami hormati,
 Para Pendahulu kami sebagai Gubernur Bank Indonesia
 Para Pimpinan Lembaga Negara
 Para Menteri Kabinet Kerja dan Pimpinan Lembaga Pemerintah
 Ketua, Pimpinan, dan Anggota Dewan Komisioner OJK
 Ketua, Pimpinan, dan Anggota Dewan Komisioner LPS
 Ketua dan Pimpinan Komisi XI dan Fraksi-fraksi DPR RI
 Para Gubernur Kepala Daerah dari Seluruh Indonesia
 Ketua dan Anggota Badan Supervisi Bank Indonesia
 Para Pimpinan Perbankan dan Korporasi Non-Bank
 Para Akademisi, Pengamat Ekonomi, Keuangan dan Perbankan
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,
Salam Sejahtera untuk kita semua,
1.
Pertama-tama marilah kita panjatkan puji syukur kehadirat Allah
SWT, Tuhan Yang Maha Kuasa, karena atas perkenan-Nya kita dapat
berkumpul malam ini dalam suasana yang sangat baik. Malam ini
sungguh istimewa, karena kita memperoleh kehormatan atas
kehadiran Bapak Joko Widodo, Presiden Republik Indonesia.
2.
Kami menghaturkan selamat datang kepada Bapak Presiden di acara
Pertemuan Tahunan Bank Indonesia 2014. Semoga Allah SWT, Tuhan
Yang Maha Esa, senantiasa melindungi dan menuntun Bapak dan
Bapak Jusuf Kalla dalam memimpin Bangsa Indonesia.
1
Bapak Presiden yang kami muliakan,
3.
Perhelatan malam ini adalah sebuah tradisi tahunan di Bank
Indonesia, sejak pendahulu kami, Bapak Radius Prawiro, pertama kali
menyelenggarakannya pada tahun 1969. Acara Pertemuan Tahunan
Bank Indonesia, dari tahun ke tahun memiliki kesamaan pokok
bahasan. Pada acara ini, Gubernur Bank Indonesia, menyampaikan
pandangannya
tentang
perkembangan,
tantangan,
prospek
perekonomian, serta arah kebijakan Bank Indonesia kedepan.
4. Kami berharap perspektif yang kami sampaikan malam ini, dapat
menjadi sumbangan pemikiran dalam menyusun langkah bersama,
dengan satu tujuan akhir, yaitu membuat perekonomian kita menjadi
perekonomian yang lebih mensejahterakan.
Bapak Presiden, hadirin sekalian, yang kami muliakan,
<Pendahuluan>
5.
Indonesia di abad 21 ini memiliki banyak kesempatan untuk menjadi
sebuah negara yang semakin menyejahterakan. Kita pun telah
bertekad memanfaatkan kesempatan itu dengan bekerja keras dalam
jalinan kerjasama yang saling mendukung. Dengan tekad tersebut,
Bank Indonesia akan terus memperkuat sumbangsihnya bagi
perekonomian nasional.
6.
Dalam keseluruhan spektrum kebijakan publik di tanah air, Bank
Indonesia memiliki peran khusus. Kerja kami berfokus pada tiga
elemen penopang kesinambungan pembangunan ekonomi, yaitu (a)
stabilitas
moneter,
(b)
stabilitas
sistem
keuangan,
dan
(c)
terselenggaranya sistem pembayaran yang handal.
7.
Dalam beberapa tahun terakhir dan ke depan, tuntutan untuk
memperkuat
pembangunan
kinerja
tersebut
terkait
ketiga
semakin
kami
elemen
penyinambung
rasakan.
Perekonomian
2
Indonesia saat ini sedang menghadapi lingkungan global yang tengah
mengalami musim pancaroba. Angin instabilitas dari arah haluan
akhir-akhir ini terasa makin kencang. Di tengah lingkungan strategis
yang sedang tidak ramah tersebut, mesin-mesin perekonomian kita
pada beberapa bagiannya perlu diperbaiki dan diperkuat.
8.
Oleh karenanya, bersama pemangku kebijakan lainnya, Bank
Indonesia
akan
terus
bekerja
keras,
agar
ketiga
elemen
penyinambung pembangunan ekonomi tersebut tetap kokoh di
tengah musim pancaroba perekonomian dunia. Kami juga akan
memperkuat
sinergi
dengan
Pemerintah
untuk
mempercepat
reformasi struktural, guna meningkatkan efisiensi perekonomian.
Dalam konteks inilah tema pemaparan kami: “Mengawal Stabilitas,
Bersinergi Mempercepat Reformasi Struktural”.
Bapak Presiden, hadirin sekalian, yang kami hormati,
<Lingkungan Ekonomi Global>
9.
Kita memahami bahwa globalisasi adalah sebuah arus kuat dalam
peradaban umat manusia yang tidak mungkin ditarik mundur. Di
abad 21, arus globalisasi tersebut selain menguat juga semakin
besar. Dunia semakin menyatu, dalam batas jarak yang mendekat
dan waktu yang memendek.
10.
Sesungguhnya, dinamika globalisasi tersebut telah menyediakan
banyak peluang bagi Indonesia. Integrasi yang kuat ke dalam rantai
nilai perdagangan global, merupakan sumber penciptaan lapangan
kerja yang semakin luas dan beragam. Ekonom besar Adam Smith
mengatakan bahwa “division of labor is limited by the extent of the
market”. Dengan kata lain, tanpa akses ke pasar yang lebih besar,
penciptaan lapangan kerja yang lebih beragam (division of labor)
dapat
terhenti.
Globalisasi
juga
membuka
peluang
untuk
3
mempercepat
alih
teknologi
dan
membangun
skill-set modal
manusia, yang merupakan prasyarat bagi peningkatan kapasitas dan
kapabilitas dalam memasok pasar dunia.
11.
Namun tidak dapat dipungkiri, dalam globalisasi juga melekat
tantangan dan ekses yang perlu dimitigasi. Integrasi ke dalam
perekonomian global menyebabkan perekonomian domestik lebih
terbuka terhadap risiko guncangan eksternal. Keterkaitan yang
semakin kuat menyebabkan gejolak di satu belahan bumi dapat cepat
merambat ke belahan bumi lain. Ini dapat kita cermati dari frekuensi
krisis global yang semakin sering, dengan siklus yang memendek
dalam dua dekade terakhir ini.
Bapak Presiden, hadirin sekalian, yang kami muliakan,
12.
Dalam beberapa tahun ke depan perekonomian domestik kita yang
telah semakin terintegrasi ke dunia, akan menapaki jalan terjal dan
bergelombang. Tantangan eksternal ke depan, akan tidak ringan dan
sarat kejutan. Memang, ekonomi global terlihat mulai pulih, namun
dengan laju pertumbuhan yang masih terlalu rendah dan sangat
rentan.
13.
Meskipun Amerika Serikat sebagai lokomotif ekonomi dunia mulai
menunjukkan
tanda-tanda
pemulihan
yang
konsisten,
tren
pertumbuhannya menurun dibanding sebelum krisis global. Bersama
dengan “new normal growth” di Amerika Serikat ini, pemulihan
ekonomi di kawasan Eropa dan di Jepang masih terbilang rapuh.
Ancaman deflasi masih membayangi kedua perekonomian tersebut.
14.
Di tengah masih belum berimbangnya kinerja ekonomi negara maju,
Tiongkok sebagai salah satu penopang ekonomi global tumbuh
melambat.
Perlambatan
ekonomi
Tiongkok,
sebagai
“sentra
4
manufaktur global” ini perlu kita waspadai, karena dapat berlangsung
lama dan berdampak besar ke perdagangan dunia.
15.
Konstelasi global sampai penghujung 2014 tersebut menandakan,
bahwa ekonomi dunia saat ini, dan mungkin sampai tahun depan,
masih terbang dengan satu mesin, yaitu mesin pertumbuhan Amerika
Serikat, yang kekuatannya pun sedang menurun. Dampaknya telah
kita rasakan, berupa menguatnya persaingan memperebutkan pasar
ekspor global.
Bapak/Ibu dan hadirin sekalian yang kami hormti,
<Perkembangan Ekonomi Domestik>
16.
Pemulihan
ekonomi
global
yang
masih
terbatas
dan
sarat
ketidakpastian, menyebabkan pertumbuhan ekonomi domestik di
2014 masih mengalami penurunan, melanjutkan tren sejak 2013.
17.
Ekspor kita menurun tajam akibat melemahnya permintaan dari
negara-negara
komoditas
mitra
ekspor
dagang
berbasis
utama,
sumber
dan
merosotnya
daya
alam
harga
(SDA).
Konsekuensinya, pertumbuhan ekonomi di sebagian besar provinsi,
yang perekonomiannya berbasis ekspor produk ekstraktif, terutama
di Sumatera dan Kalimantan, juga menurun drastis.
18.
Lebih dari itu, lemahnya ketahanan energi menyebabkan kebutuhan
energi tidak dapat dipenuhi dari dalam negeri, sehingga kita masih
terus mengimpor. Ketahanan energi yang lemah ini juga telah
menyebabkan Pemerintah perlu menyesuaikan harga BBM di 2013,
untuk menjaga kesinambungan fiskal. Ini kemudian memicu inflasi
yang tekanannya masih kita rasakan sampai awal 2014.
19.
Struktur produksi kita yang rapuh ditengah tekanan eksternal,
membuat laju pertumbuhan ekonomi nasional terkendala oleh defisit
neraca transaksi berjalan, yang saat ini sudah berlangsung tiga
5
tahun. Akibatnya, depresiasi kurs menjadi tak terhindarkan, dan
bahkan
diperlukan,
untuk
memastikan
defisit
membesar dan perlambatan ekonomi terkendali.
tersebut
tidak
Sejak Mei 2013
sampai mid-November 2014, kurs telah terdepresiasi sebesar 25.5%.
Bapak Presiden, hadirin sekalian yang kami hormati,
<Tantangan Perekonomian Kedepan>
20.
Dengan tantangan ke depan yang tidak ringan, terdapat urgensi
untuk mempersiapkan diri. Salah satu tantangan yang menanti di
depan mata adalah risiko turbulensi di pasar keuangan global, yang
dapat dipicu oleh kenaikan suku bunga di Amerika Serikat, the Fed
fund rate. Cepat atau lambat, sebagaimana yang diperkirakan oleh
banyak pihak, normalisasi kebijakan tersebut akan terjadi.
21.
Kenaikan suku bunga di Amerika Serikat, sekecil apapun, akan
mengubah keseluruhan konstelasi geo-moneter. Penilaian ulang
terhadap risiko investasi dan valuasi aset finansial di pasar global
yang akan mengikuti kenaikan the Fed-fund rate, dapat memicu
pergeseran penempatan investasi portofolio lintas negara. Sebagai
akibatnya, likuiditas dolar AS dapat mengetat terutama di negaranegara dengan fundamental ekonomi yang lemah. Bagi Indonesia,
normalisasi kebijakan moneter di Amerika Serikat dapat berimplikasi
pada berkurangnya aliran modal masuk, yang selama ini telah
memberi manfaat bagi pembiayaan fiskal dan defisit neraca transaksi
berjalan.
22.
Selain dari pada itu, kami pun melihat masih mengemukanya
kerentanan-kerentanan tambahan di tingkat mikro. Pertama adalah
tingkat utang luar negeri korporasi yang semakin membesar, namun
sebagian besarnya belum terlindung dari risiko gejolak kurs. Kedua
adalah adanya akumulasi modal portofolio oleh investor luar negeri
6
pada obligasi negara yang sudah sangat besar, dan ini dapat dengan
mudah mengalir keluar serta memicu gejolak kurs ketika terjadi
guncangan dari eksternal. Terlebih, pasar keuangan kita yang
dangkal dapat memperbesar gejolak tersebut ketika efek rambatan
terjadi.
23.
Disamping tantangan tersebut, kami mencermati pula adanya
tantangan struktural di sektor riil, berupa kelemahan pada struktur
produksi domestik. Selama ini, ketergantungan kita yang tinggi pada
ekspor SDA bernilai tambah rendah telah membuat pertumbuhan
ekonomi rentan terhadap fluktuasi harga. Selain itu, kemampuan kita
untuk mengekspor barang bernilai tambah tinggi, baik dengan
memanfaatkan faktor produksi domestik maupun dengan impor
barang antara, juga masih sangat lemah.
24.
Sebagai negara berkembang, kita menyadari bahwa defisit teknologi
menyebabkan kita masih harus mengimpor barang modal dan barang
antara. Namun, impor teknologi tersebut bukanlah kendala jika kita
mampu menjadi sentra produksi bagi manufaktur berorientasi ekspor
pemasok barang-barang bernilai tambah tinggi ke pasar dunia.
25.
Kemampuan kita memosisikan diri sebagai sentra produksi dunia
menjadi penting di era Komunitas Ekonomi ASEAN 2015. Di era
tersebut, ASEAN akan menjadi salah satu perekonomian terbesar di
Asia bersama Tiongkok. Di kawasan ini akan terdapat 600 juta
konsumen yang hampir setengahnya adalah penduduk Indonesia.
Perdagangan lintas batas akan semakin terakselerasi bersama
dengan implementasi integrasi ekonomi. Urbanisasi dan kelas
menengah baru akan menjadi penopang permintaan barang high-end
dan jasa yang high-value.
7
26.
Adanya mega-trend tersebut, memberi peluang bagi kita untuk
meningkatkan kapasitas dan kapabilitas global industri domestik.
Perusahaan multinasional akan mencari lokasi yang efisien dan
menguntungkan sebagai basis produksi di kawasan. Fenomena
offshoring ini semakin terlihat terutama karena meningkatnya biaya
tenaga kerja di Tiongkok.
Kemampuan kita untuk menjadi lokasi
produksi manufaktur global dapat menjadi tiket untuk berperan besar
di ASEAN. Posisi ini akan mempercepat transisi ke negara maju dan
menghindari
middle income trap. Untuk itu, kecepatan kita
membangun lingkungan pendukung bagi peningkatan daya saing
Indonesia sebagai sentra produksi menjadi kunci.
27.
Oleh karena itu, kami menyambut baik dan mendukung sepenuhnya
tekad “Kabinet Kerja”, dalam mempercepat langkah reformasi
struktural untuk membangun lingkungan pendukung yang lebih kuat
bagi investasi. Perbaikan efisiensi perekonomian secara keseluruhan
akan menjadikan Indonesia sangat menarik, tidak hanya karena
ukuran pasar domestik yang besar, tapi juga sebagai basis produksi
global.
28.
Dalam kaitan itu kami berbesar hati dan mencatat, bahwa langkahlangkah strategis dan taktis telah dipercepat oleh Kabinet Kerja pada
simpul-simpul reformasi struktural yang mendesak.
Simpul-simpul
tersebut antara lain penguatan konektivitas fisik, terutama maritim
dan integrasinya dengan konektivitas darat seperti kereta api, serta
penguatan konektivitas digital.
Perbaikan pada simpul-simpul ini
kami yakini akan secara signifikan menurunkan biaya logistik,
sehingga dunia usaha dapat lebih berdaya-saing di pasar global, dan
pemerataan efisiensi biaya di seluruh nusantara dapat tercapai.
29.
Kami juga mencatat langkah-langkah percepatan reformasi struktural
untuk menurunkan tingkat risiko mikro dunia usaha. Dalam kaitan ini
8
kami meyakini, bahwa iklim investasi di seluruh pelosok negeri akan
lebih baik kedepannya sebagai buah dari perbaikan pada (i)
kemudahan berusaha, (ii) kualitas layanan publik serta tata
kelolanya, dan (iii) penguatan kualitas SDM di birokrasi.
30.
Namun yang tidak kalah penting adalah, upaya Pemerintah untuk
melakukan reformasi di bidang fiskal. Subsidi yang berbasis produk
selama ini telah mengurangi kesempatan untuk memperkuat modal
dasar pembangunan. Pembangunan kualitas SDM, infrastruktur,
kapasitas inovasi dan kelembagaan, yang merupakan modal dasar
untuk naik kelas ke negara maju, menjadi tersandera oleh subsidi
yang kurang tepat sasaran. Oleh karenanya, kami mendukung penuh
langkah Pemerintah untuk mengalihkan anggaran subsidi BBM ke
people-based subsidy dan memperkuat pembangunan infrastruktur.
31.
Sementara itu di sektor keuangan, kami masih melihat adanya
tantangan struktural yang juga perlu segera dibenahi. Saat ini, kami
mencermati
kurang
tersedianya
alternatif
pembiayaan
dalam
perekonomian, sehingga kita tertinggal jauh dibanding negara lain di
kawasan. Struktur pasar keuangan kita belum terdiversifikasi dan
peran pasar modal sebagai sumber pembiayaan investasi, belum
signifikan.
Bapak Presiden, hadirin sekalian, yang kami muliakan,
<Respon dan Capaian Kebijakan 2014>
32.
Di tengah dinamika ekonomi dan pasar keuangan global yang sarat
ketidakpastian dan menyimpan banyak risiko, Bank Indonesia sejak
pertengahan 2013 secara konsisten telah menerapkan kebijakan
moneter bias ketat. Stance ini diperlukan untuk memastikan
tercapainya sasaran inflasi, memitigasi dampak lanjutan kenaikan
9
harga BBM pada Juni 2013, menjaga kepercayaan pasar, serta
mengendalikan defisit transaksi berjalan.
33.
Di penghujung 2014 ini, sejumlah indikasi awal perbaikan ekonomi
mulai tampak. Ditengah kondisi moneter yang ketat, stabilitas sistem
keuangan tetap terjaga. Non-performing loan perbankan berada pada
tingkat yang rendah sebesar 2.3% dari total kredit per September
2014. Permodalan berada pada posisi yang memadai dengan CAR
sebesar 19,4%, dengan pertumbuhan kredit mencapai 13,2% (yoy).
34.
Kebijakan berorientasi stabilitas, telah mempertebal keyakinan
investor global tentang kualitas kebijakan ekonomi makro Indonesia.
Ini tergambar dari derasnya arus masuk investasi portofolio, yang
selama Januari sampai dengan pertengahan November 2014
mencapai Rp 177.75 triliun. Jumlah itu jauh lebih besar dibandingkan
keseluruhan tahun 2013 yang hanya tercatat Rp 35.9 triliun. Aliran ini
menjaga gairah investasi di pasar saham dan Surat Berharga Negara
(SBN). Persepsi risiko terhadap Indonesia di pasar keuangan dunia
pun terus membaik, seperti ditunjukkan oleh Credit Default Swap
yang menurun drastis, dari 303 bps pada Agustus 2013 menjadi 142
bps pada pertengahan November 2014.
35.
Bersama aliran investasi langsung, aliran investasi portofolio tersebut
telah menopang surplus Neraca Pembayaran Indonesia, sehingga
kecukupan cadangan devisa tetap terjaga. Sampai Oktober 2014
cadangan devisa mencapai USD 112 miliar, setara dengan 6.4 bulan
kebutuhan impor dan pembayaran utang luar negeri Pemerintah.
36.
Defisit neraca transaksi berjalan sampai Triwulan III/2014 juga sudah
lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun 2013. Perbaikan
tampak pada nilai bersih ekspor non-migas, ditopang perbaikan pada
ekspor manufaktur dari sentra-sentra industri utama di Pulau Jawa.
10
Sejalan dengan itu, perekonomian DKI Jakarta dan Jawa terlihat
mulai stabil, dan Kawasan Timur Indonesia mulai membaik,
walaupun perekonomian Sumatera masih melambat.
37.
Sampai dengan Triwulan III/2014, tingkat inflasi menunjukkan tren
penurunan mencapai 4.53%, lebih rendah dibanding periode yang
sama tahun 2013 sebesar 8.4%. Ini berarti kebijakan moneter bias
ketat yang diperkuat dengan jalinan koordinasi kebijakan dengan
pemerintah, berhasil meredam dampak lanjutan kenaikan harga BBM
pada Juni 2013.
38.
Meredanya tekanan inflasi dan surplusnya neraca pembayaran telah
berdampak positif pada pasar valuta asing. Tekanan depresiasi dan
fluktuasi kurs sepanjang 2014 lebih rendah dibandingkan 2013. Ini
didukung pula oleh membaiknya struktur mikro pasar valuta asing,
yang tercermin dari volume transaksi di pasar spot antar bank yang
meningkat dari USD 500 juta per hari menjadi USD 1.5 miliar.
39.
Oleh karena itu, tidak berlebihan jika dikatakan bahwa langkahlangkah kebijakan yang ditempuh Pemerintah dan Bank Indonesia,
telah berhasil mengembalikan kondisi ekonomi makro kembali pada
“jalur stabilitas”. Capaian ini perlu kita jaga dan lindungi bersama dari
kepentingan-kepentingan “pragmatis jangka pendek”.
Bapak Presiden, yang kami muliakan,
40.
Langkah strategis Pemerintah berupa kenaikan harga BBM dan
pengalihan subsidi untuk tujuan pembangunan infrastruktur dan
sosial, yang baru saja ditempuh, dalam jangka pendek memang akan
meningkatkan tekanan inflasi. Namun reformasi tersebut sangat kita
perlukan agar tersedia ruang fiskal (fiscal space) untuk memperkuat
derap
laju
pembangunan.
Oleh
karena
itu
Bank
Indonesia
11
mendukung sepenuhnya “langkah tegas” tersebut, yang manfaatnya
akan kita rasakan di tahun-tahun mendatang.
41.
Menyusul langkah Pemerintah, Bank Indonesia pada awal pekan ini
menaikkan suku bunga acuan BI rate ke 7.75%. Langkah ini
menegaskan kembali bahwa kami menempuh kebijakan moneter bias
ketat, sebagai langkah pre-emptive untuk memitigasi dampak
lanjutan kenaikan harga BBM pada tekanan inflasi kedepan. Kami
ingin memastikan, bahwa tekanan inflasi akibat kenaikan harga BBM
hanya bersifat sementara, dan laju inflasi serta ekspektasinya
kedepan tetap terjangkar pada kisaran sasaran inflasi 4±1%.
42.
Kami meyakini, dengan inflasi dan ekspektasinya yang terjangkar
pada laju yang rendah, tabungan riil dan daya beli masyarakat tidak
akan tergerus, sehingga menjadi fondasi bagi pertumbuhan ekonomi
dan laju pengentasan kemiskinan yang lebih kuat kedepan.
43.
Kebijakan moneter yang kami tempuh adalah juga untuk memastikan
bahwa defisit neraca transaksi berjalan yang sudah berlangsung
selama tiga tahun, tetap terkendali di sekitar 2.5 – 3 persen dari PDB
dan tidak membesar. Defisit neraca transaksi berjalan yang terkendali
sangatlah penting untuk memastikan perekonomian nasional dapat
tumbuh kuat dan berimbang, serta penciptaan lapangan kerja dapat
terus berlanjut.
44.
Lebih dari pada itu, melalui langkah “ahead of the curve” ini, kami
ingin memastikan kepercayaan investor -- tentang keseluruhan
konsistensi dan kualitas pengelolaan kebijakan ekonomi makro
Indonesia -- tetap kuat, ditengah semakin dekatnya peningkatan
suku bunga global ke depan. Memelihara kepercayaan investor ini
penting, agar likuiditas global yang mengalir ke pasar saham dan
obligasi kita, terutama obligasi negara, dapat tetap tinggi. Ini pada
12
gilirannya akan mengurangi beban pembiayaan pembangunan
melalui Surat Berharga Negara.
45.
Langkah moneter yang telah kami tempuh, selanjutnya akan diikuti
dengan penguatan jalinan koordinasi pengendalian inflasi melalui Tim
Pengendalian Inflasi (TPI) dan Tim Pengendalian Inflasi Daerah
(TPID).
Dalam kesempatan ini kami ingin mengapresiasi seluruh
Gubernur Kepala Daerah yang telah menunjukkan komitmen tinggi
dalam mengendalikan tekanan inflasi di wilayahnya masing-masing.
46.
Selanjutnya, kami juga melihat bahwa upaya menjaga stabilitas
ekonomi makro perlu didukung oleh prinsip kehati-hatian yang sama
di dunia usaha, terutama yang memperoleh pinjaman luar negeri.
Terkait ini, kami mewajibkan korporasi melakukan lindung nilai
dengan menerapkan aturan hedging ratio dan memelihara kecukupan
likuiditas valas dengan menerapkan aturan liquidity ratio.
47.
Dalam kaitan tersebut, pengembangan pasar lindung nilai akan
menjadi salah satu prioritas kebijakan pendalaman pasar keuangan.
Untuk itu, Bank Indonesia bekerjasama dengan Otoritas Jasa
Keuangan (OJK) telah membentuk komite pasar valuta asing,
melakukan deregulasi dan menyederhanakan beberapa ketentuan
guna mempermudah transaksi lindung nilai, mendorong aktivitas
interbank repo, serta menerbitkan market conduct.
Bapak Presiden, hadirin sekalian, yang kami muliakan,
<Arah Kebijakan 2015 dan Selanjutnya>
48.
Kestabilan ekonomi makro, berupa inflasi yang terjaga pada laju
yang rendah, adalah modal penting bagi pertumbuhan ekonomi
yang lebih kuat di 2015. Kita berharap, kestabilan makro akan bisa
dijaga dan terus dipelihara, sehingga gairah perekonomian akan bisa
kembali ke situasi yang seharusnya.
13
49.
Lebih jauh kedepan, kita juga menghendaki perekonomian nasional
semakin
bersaing
dalam
kancah
global.
Ini
karena
tekanan
persaingan dari negara-negara yang lebih efisien dan lebih produktif
akan semakin kencang. Kesemuanya itu menuntut kita untuk
konsisten
dalam
mengambil
langkah
perbaikan
dan
mampu
mengadaptasi hal-hal yang merupakan best-practices di dunia.
50.
Dalam menghadapi dunia yang semakin kompleks, semakin penuh
persaingan, dan semakin saling terkait, pengalaman dari krisis global
mengindikasikan peran Bank Sentral yang lebih aktif sangat
dibutuhkan. Menyikapi hal itu, Bank Indonesia tidak dapat lagi
bekerja sekadar business as usual, namun perlu bertransformasi dan
membangun
keunggulan
intinya.
Untuk
itu,
kami
telah
mencanangkan program transformasi Arsitektur dan Fungsi Strategis
Bank Indonesia 2015-2024, dengan menetapkan program-program
strategis dalam Tema Policy Excellence, Outstanding Execution,
Institutional Leadership, Motivated Organization, dan State of The Art
of Technology.
51.
Dalam satu dekade ke depan, kelima tema tersebut akan menjadi
arah dan pedoman Bank Indonesia untuk menjadi lembaga yang
kredibel dan terbaik di regional. Cita-cita tersebut akan kami capai
melalui pelaksanaan tiga mandat pokok, yaitu (i) kebijakan moneter
yang konsisten dan kredibel, (ii) stabilitas sistem keuangan yang kuat
dan teruji, dan (iii) penyelenggaraan sistem pembayaran yang
inovatif dan bertatakelola baik.
52.
Lebih lanjut, untuk meningkatkan efektivitas pelaksanaan mandat
tersebut, kami juga akan (iv) memperkuat koordinasi dan kolaborasi
lintas lembaga, sehingga pelaksanaan mandat menjangkau seluruh
pelosok negeri. Terkait ini, kami akan memperkuat peran Kantor
Perwakilan di daerah, sebagai mitra strategis dalam pengembangan
14
perekonomian daerah dan pengendalian inflasi. Kami juga akan (v)
menata dan memperkuat organisasi, sumber daya manusia (SDM),
dan tata kelola, serta pemanfaatan teknologi informasi dan analisa
berbasis big data.
Bapak Presiden, hadirin sekalian yang kami muliakan,
53.
Sebagaimana telah kami sampaikan dimuka, kondisi ekonomi global
kedepan masih sarat akan ketidakpastian. Risiko guncangan global
dapat merambat dengan cepat ke perekonomian kita melalui jalur
pasar keuangan. Sementara itu, kita di dalam negeri masih bergelut
dengan berbagai hambatan rigiditas dan ketidakefisienan, yang
sudah struktural sifatnya, sehingga membentuk struktur sisi produksi
(supply-side) dalam perekonomian kita menjadi kurang responsif.
Dengan struktur sisi produksi seperti itu, setiap langkah kebijakan
moneter yang terlalu akomodatif, dapat bermuara pada tekanan
inflasi dan membesarnya defisit neraca perdagangan.
54.
Menimbang keseluruhan konstelasi ekonomi global dan domestik
yang masih penuh tantangan tersebut, kebijakan ekonomi kedepan
perlu
tetap
fokus
pada
upaya-upaya
untuk
mewujudkan
pertumbuhan ekonomi yang berkesinambungan. Ini mensyaratkan
kebijakan moneter yang konsisten berorientasi pada stabilitas, dan
kebijakan reformasi struktural yang “tegas” untuk meningkatkan
kapasitas dan daya saing di sisi produksi. Melalui kebijakan moneter
dan struktural yang sinergis tersebut, kita berharap perekonomian
mampu tumbuh tinggi berkesinambungan dari kekuatan yang “tidak
artifisial”.
55.
Oleh karena itu kedepan, Bank Indonesia berkomitmen akan
konsisten
mengimplementasikan
kebijakan
moneter
dan
makroprudensial yang berorientasi stabilitas. Integrasi dan kolaborasi
15
antara kebijakan moneter dan makroprudensial akan kami perkuat,
mengingat kebijakan moneter kadangkala terbatas efektivitasnya
dalam memitigasi munculnya risiko dan ketidakseimbangan dalam
sistem keuangan. Pengalaman krisis global memberi pelajaran bahwa
inflasi yang rendah dan stabil belum tentu diikuti oleh terkendalinya
risiko dalam sistem keuangan. Pengambilan risiko dan pelonggaran
standar kredit yang berlebihan justru mengemuka dalam kondisi
ekonomi makro yang stabil dan tingkat suku bunga yang rendah.
56.
Dalam satu dekade kedepan, kami akan mengupayakan tingkat
inflasi secara bertahap dapat menurun dan terjangkar pada laju yang
semakin rendah. Bahkan, kami bercita-cita agar inflasi Indonesia
menjadi salah satu yang terendah di ASEAN. Untuk itu, kebijakan
moneter berbasis sasaran inflasi (inflation targeting framework) akan
terus kami lanjutkan dan perkuat. Koordinasi melalui forum TPI/TPID
akan kami teruskan, dan komunikasi kebijakan ditingkatkan.
57.
Untuk memperluas opsi-opsi dunia usaha terhadap pembiayaan
investasi dan meningkatkan resiliensi pasar keuangan domestik
terhadap gejolak eksternal, Bank Indonesia telah menetapkan
inisiatif-inisiatif pendalaman pasar keuangan di 2014. Ini akan kami
lanjutkan sampai satu dekade kedepan. Sasaran kami adalah, pasar
keuangan Indonesia sebagai salah satu pasar keuangan yang
diperhitungkan di ASEAN, berdaya tahan tinggi, dan mampu
mendukung transisi Indonesia ke negara maju.
58.
Sebagai otoritas pasar uang dan pasar valuta asing Bank Indonesia
menargetkan pada tahun 2024, nilai transaksi di pasar uang
mencapai kisaran 15-20 persen dari PDB dan di pasar uang valuta
asing mencapai 3 persen dari nilai perdagangan luar negeri.
Tercapainya sasaran-sasaran ini akan menunjukkan bahwa pasar
16
uang dan valuta asing Indonesia berfungsi dengan baik, dan mampu
menjadi penopang pendalaman di pasar modal.
59.
Untuk mewujudkan cita-cita tersebut, inisiatif pendalaman pasar
keuangan akan kami landaskan pada lima pilar. Pilar pertama
adalah pembenahan regulasi dan standardisasi. Pada pilar ini kami
akan mereformasi regulasi untuk mendorong peran pelaku pasar
tanpa mengurangi kehati-hatian. Untuk itu, kami akan mengatur dan
mengawasi
pasar
uang.
Sementara
itu
di
pasar
valas,
penyempurnaan regulasi transaksi lindung nilai akan dilanjutkan.
60.
Pilar kedua adalah penguatan kelembagaan. Pada area ini, Bank
Indonesia, bersama dengan Kementerian Keuangan dan OJK, akan
memelopori pembentukan “Komite Nasional Pendalaman Pasar
Keuangan” untuk mensinergikan visi-misi pengembangan pasar
keuangan. Komite ini ditargetkan untuk membidani Roadmap
Pendalaman Pasar Keuangan Indonesia 2015-2024.
61.
Pilar ketiga adalah pengayaan instrumen dan perluasan basis
investor.
Pada
pilar
ini,
kami
akan
mendorong
tersedianya
keragaman instrumen di pasar uang, sebagai sumber pendanaan
(funding) dan sebagai instrumen pengelolaan likuiditas. Kami juga
akan berkoordinasi dengan OJK untuk mendorong peran dana
pensiun
dan
asuransi,
guna
mengembangkan
pasar
obligasi
korporasi.
62.
Pilar keempat adalah penguatan infrastruktur pasar. Pada pilar ini
kami akan mengembangkan platform transaksi berbasis bursa untuk
memperkuat transparansi di pasar uang. Ini diharapkan dapat
mengefisienkan transaksi di pasar uang, sekaligus sebagai
media
pengendalian risiko bagi pelaku pasar. Pilar kelima adalah edukasi
17
dan sosialisasi. Ini akan dilakukan secara meluas, termasuk kepada
penegak hukum, terutama terkait pentingnya transaksi lindung nilai.
Bapak Presiden, dan hadirin sekalian, yang kami muliakan,
63.
Upaya mengawal stabilitas ekonomi makro tidak dapat dilepaskan
dari upaya menjaga sistem keuangan, demikian pula sebaliknya.
Dalam kaitan ini, kebijakan makroprudensial sangat penting untuk
mengisi ruang yang tidak terjangkau oleh kebijakan moneter,
terutama ketika menyangkut risiko ketidakseimbangan finansial.
Untuk itu, kami akan meningkatkan kapabilitas untuk mencegah dan
memitigasi
risiko-risiko
utama
yang
berpotensi
sistemik
dan
menimbulkan ketidakseimbangan finansial tersebut. Dalam hal ini,
kerangka kebijakan makroprudensial akan diperkuat untuk menopang
perumusan kebijakan, pengaturan dan pengawasannya.
64.
Upaya penguatan tersebut akan dilakukan dengan berpedoman pada
standar internasional, inisiatif reformasi keuangan global, dan best
practices yang diselaraskan dengan kondisi domestik. Secara
komprehensif, inisiatif dan program yang dijalankan mencakup
penguatan kelembagaan maupun peningkatan kualitas SDM.
65.
Dari sisi kelembagaan, prioritas diarahkan pada pengembangan
instrumen makroprudensial, sinergi dan kolaborasi dengan institusi
terkait, serta penguatan payung hukum. Sementara itu, inisiatif
utama dari sisi SDM adalah peningkatan keahlian dan kapabilitas
dibidang makroprudensial untuk memenuhi standar kompetensi.
66.
Dalam
memperkuat
instrumen
makroprudensial,
kami
tengah
mengembangkan neraca keuangan nasional dan daerah, guna
mengidentifikasi ketidakseimbangan finansial yang berasal dari sektor
Pemerintah, lembaga keuangan, korporasi, dan rumah tangga.
Secara rutin, kami juga akan melaksanakan macro stress test untuk
18
memastikan ketahanan perbankan dan korporasi non-bank terhadap
gejolak berbagai jenis risiko. Selain itu, risiko di sektor rumah tangga
akan kami pantau secara intensif melalui berbagai survei berkala.
67.
Untuk mengidentifikasi risiko sistemik yang dihadapi lembaga
keuangan, kami akan melaksanakan surveillance dan pemeriksaan
langsung pada systemically important banks dan lembaga lain yang
terkait
dengan
bank.
Sementara
itu,
untuk
mencegah
ketidakseimbangan finansial, akan diterapkan aturan komponen
permodalan yang dikaitkan dengan siklus keuangan (countercyclical
capital buffer). Instrumen makroprudensial untuk mengendalikan
likuiditas dan pertumbuhan kredit juga akan terus dioptimalkan
melalui penyempurnaan ketentuan Giro Wajib Minimum yang
berbasis Loan to Deposit Ratio. Sejalan dengan itu, penyempurnaan
juga dilakukan pada instrumen makroprudensial lainnya seperti Loan
to Value Ratio dan Suku Bunga Dasar Kredit.
68.
Kebijakan, pengaturan dan pengawasan makroprudensial akan lebih
efektif bila disinergikan dengan kebijakan otoritas lain yang terkait.
Oleh karena itu, koordinasi yang erat dengan OJK akan diperkuat
diberbagai bidang, termasuk pertukaran data dan informasi serta
pengembangan sistem informasi yang terintegrasi. Sejalan dengan
itu, koordinasi dengan Kementerian Keuangan dan LPS juga akan
ditingkatkan efektivitasnya melalui Forum Koordinasi Stabilitas Sistem
Keuangan (FKSSK). Namun, kami meyakini koordinasi tersebut akan
lebih bermakna bila payung hukum untuk “Jaring Pengaman Sistem
Keuangan (JPSK)” dapat tersedia sebagai dasar bagi pencegahan dan
penanganan krisis.
69.
Selanjutnya, kami juga akan mengembangkan keuangan syariah
untuk mewujudkan Indonesia sebagai salah satu pusat keuangan
syariah di dunia. Dalam satu dekade kedepan pangsa aset perbankan
19
syariah ditargetkan mencapai 20% dari aset perbankan nasional.
Untuk itu, kami akan mengembangkan opsi syariah yang kompetitif
bagi setiap instrumen keuangan konvensional, pasar obligasi SUKUK
yang dalam dan likuid, regulasi yang kondusif, dengan didukung SDM
yang berkualifikasi tinggi.
70.
Dalam
kerangka
diversifikasi
risiko
dan
peningkatan
kualitas
intermediasi, kami akan melakukan fasilitasi pengembangan UMKM.
Ini dilaksanakan dengan meningkatkan kapabilitas UMKM agar
memenuhi kriteria kelayakan pembiayaan bank, antara lain melalui
modernisasi pencatatan transaksi keuangan dan mekanisme credit
rating yang tidak memberatkan. Kami meyakini fasilitasi ini akan
turut mendukung penguatan stabilitas sistem keuangan.
Bapak Presiden, hadirin sekalian, yang kami muliakan,
71.
Salah satu persoalan yang selama ini membelenggu perekonomian
nasional untuk dapat bersaing di era globalisasi adalah fenomena
ekonomi biaya tinggi, yang mempengaruhi efisiensi perekonomian,
misalnya praktik pungutan liar, suap, korupsi, dan lemahnya layanan
serta tata kelola birokrasi. Permasalahan itu sejatinya dapat diatasi
salah satunya dengan penggunaan transaksi non tunai, yang
memungkinkan keseluruhan transaksi tercatat secara elektronis dan
lebih efisien dari sisi waktu, media, dan biaya bertransaksi.
72.
Sebagai otoritas sistem pembayaran, kami
akan memberikan
kontribusi terbaik untuk mendorong efisiensi perekonomian nasional
melalui perluasan transaksi non tunai. Bersama dengan Pemerintah
Pusat dan Daerah serta industri sistem pembayaran, inisiatif
pembayaran non tunai akan didorong melalui perluasan digital
payment. Oleh karena itu kami telah mencanangkan Gerakan
Nasional Non Tunai (GNNT) pada 14 Agustus 2014 lalu.
20
73.
Dalam kerangka inklusi keuangan, penggunaan digital payment
dalam bentuk uang elektronik teregistrasi akan menjadi batu pijakan
pertama untuk menghubungkan masyarakat unbanked dengan
sistem keuangan formal. Hal itu menjadi kritikal untuk membuka
akses
layanan
keuangan
formal
kepada
masyarakat
lapisan
terbawah, “people at the bottom of the pyramid.”
74.
Pada kesempatan ini, perkenankan kami mengapresiasi dimulainya
penggunaan
mekanisme
non-tunai
oleh
Pemerintah,
untuk
menyalurkan dana bantuan bersyarat kepada masyarakat di awal
November 2014 lalu. Kebijakan ini merupakan terobosan besar dalam
meningkatkan tatakelola dan efisiensi perekonomian, sekaligus
merangkul masyarakat lapisan bawah agar terhubung dengan
layanan keuangan formal.
75.
Ke
depan,
kami
akan
memfasilitasi
dan
menyempurnakan
infrastruktur dan instrumen non tunai, sehingga seluruh penyaluran
bantuan Pemerintah juga dapat dilakukan secara non tunai. Kami
juga akan memperluas akses keuangan bagi masyarakat lapisan
bawah dengan memperbanyak agen layanan keuangan digital (LKD)
ke
seluruh
pelosok
negeri.
Dengan
berbekal
perangkat
telekomunikasi bergerak (mobile), masyarakat unbanked akan
dengan mudah dan aman terhubung dengan layanan keuangan
formal.
76.
Dalam sepuluh tahun kedepan pengembangan dan perluasan LKD
ditargetkan akan meningkatkan jumlah anggota masyarakat, yang
terhubung dengan bank hingga dua kali lipat, dari kondisi saat ini
yang hanya menjangkau 20% penduduk dewasa. Kami meyakini
bahwa dengan perluasan agen LKD dan sinergi dengan program
bantuan
Pemerintah,
rekening
uang
elektronik
teregistrasi
ditargetkan akan naik hingga empat kali lipat dari saat ini.
21
77.
Untuk modernisasi sistem pembayaran, kami akan melakukan
reformasi pada tiga area yaitu; perluasan elektronifikasi pembayaran,
pembangunan infrastruktur sistem pembayaran, serta penguatan
pengaturan dan pengawasan sistem pembayaran.
78.
Perluasan elektronifikasi pembayaran akan terus dilakukan untuk
memfasilitasi digital payment antar individu, antar entitas bisnis,
pembayaran
bantuan
Pemerintah
kepada
masyarakat,
dan
pembayaran untuk penerimaan Pemerintah. Guna menunjang hal
tersebut,
seluruh
pelaku
industri
pembayaran
nasional
akan
diwajibkan untuk berkolaborasi dan mengembangkan interkoneksi
agar jangkauan layanan meluas hingga ke seluruh pelosok negeri.
79.
Untuk mewujudkannya, dukungan infrastruktur pembayaran yang
terintegrasi
juga
akan
dikembangkan,
antara
lain
melalui
pembangunan gerbang pembayaran nasional. Hal ini diawali dengan
pembentukan switching kartu kredit nasional dan dilanjutkan dengan
pengembangan sistem yang efisien untuk pembayaran berbagai
tagihan rutin. Kami juga akan memperkuat fungsi pengawasan
sistem pembayaran dengan menerapkan pengawasan berbasis risiko
sebagai pelengkap macro surveillance yang dilaksanakan selama ini.
80.
Dalam pengelolaan uang tunai, kami tetap berkomitmen untuk
menyediakan Uang Rupiah yang berkualitas tinggi untuk seluruh
denominasi di seluruh pelosok negeri, dengan membangun sistem
pengelolaan uang yang efektif dan efisien. Untuk itu, kami akan
mengembangkan sentralisasi jaringan distribusi kas (cash distribution
network), serta meningkatkan efisiensi rantai kegiatan percetakan
dan pengedaran uang.
22
Bapak Presiden, dan hadirin sekalian yang berbahagia,
81.
Kedepan, pelaksanaan ketiga mandat utama Bank Indonesia akan
kami perkuat melalui koordinasi dan kolaborasi lintas lembaga, baik
dalam
pendalaman
pasar
keuangan,
inklusi
keuangan,
pengembangan elektronifikasi, koordinasi pengendalian inflasi dan
pengembangan perekonomian daerah.
82.
Dalam waktu dekat, kami akan memperluas jaringan kantor Bank
Indonesia di daerah, dari sebelumnya 30 provinsi menjadi 34
provinsi. Kantor perwakilan baru akan dibuka di empat provinsi yaitu
Bangka-Belitung, Papua Barat, Sulawesi Barat, dan Kalimantan Utara.
Kami ingin menjadikan kantor perwakilan Bank Indonesia di daerah
sebagai “mitra strategis” bagi Pemerintah Daerah.
83.
Akhirnya, untuk mewujudkan seluruh program-program yang telah
kami sampaikan, dibutuhkan SDM profesional yang berkualitas dan
berkelas dunia. Untuk itu, kami akan memperkuat pengelolaan SDM
dan pengembangan talenta termasuk dengan pembangunan “BI
Academy” sebagai pusat pengembangan profesionalitas pegawai,
melalui kerjasama dengan institusi riset dan pendidikan terbaik di
dunia. BI Academy juga ditujukan untuk menjadi yang terdepan
dalam membangun diskursus kebijakan di bidang ekonomi.
84.
Demikian yang dapat kami sampaikan terkait arah kebijakan Bank
Indonesia kedepan. Selanjutnya ijinkanlah kami menyampaikan
outlook perekonomian Indonesia 2015.
Bapak Presiden, hadirin sekalian yang kami muliakan,
<Outlook Perekonomian>
85.
Luasnya cakupan tantangan, tidak serta merta berarti bahwa prospek
pencapaian perekonomian kita saat ini gairahnya akan meredup.
Kami
berpandangan
bahwa
optimisme
tentang
perekonomian
23
kedepan tetap tinggi. Bagi kami alasan yang terpenting atas
optimisme
ini
adalah
bahwa
demokrasi
kita
sudah
semakin
terkonsolidasi. Kami juga meyakini sistem Pemerintahan dan
berbagai
perangkat
birokrasi
akan
semakin
efektif
dalam
menjalankan tugasnya. Dalam satu bulan pertama ini, Kabinet Kerja
telah memperlihatkan kecepatan yang sangat mengesankan, dalam
merespon berbagai tantangan struktural perekonomian.
86.
Dengan optimisme tersebut kami memprakirakan bahwa
ekonomi
Indonesia dapat tumbuh 5.1-5.5% di 2014 dan 5.4 – 5.8 % di 2015,
dengan defisit neraca transaksi berjalan yang membaik. Dengan
prognosa tersebut diperkirakan kurs nilai tukar secara riil akan cukup
stabil. Sementara itu, sejalan dengan ekspansi perekonomian yang
lebih berimbang, pertumbuhan kredit diperkirakan dapat mencapai
15-17% di 2015 dan dana pihak ketiga sebesar 14-16%.
87.
Untuk memastikan bahwa berbagai program reformasi struktural
penopang pertumbuhan ekonomi dapat diimplementasikan, kami
konsisten
mengupayakan
agar
laju
inflasi
dan
ekspektasinya
terjangkar pada kisaran sasaran jangka menengah sebesar 4±1%.
Bapak Presiden, hadirin sekalian, yang berbahagia,
<Penutup>
88.
Bersama catatan akhir tadi, kami ingin menutup pemaparan malam
ini. Besar harapan kami bahwa apa yang telah disampaikan dapat
menjadi masukan yang bermanfaat bagi kerja besar kita semua,
mengawal Indonesia bertransisi ke negara maju.
89.
Berada dalam kapal yang sama, kami adalah teman seperjalanan.
Bank Indonesia, sebagai otoritas kebijakan moneter, otoritas
kebijakan makroprudensial, otoritas kebijakan sistem pembayaran,
serta otoritas pasar uang dan valuta asing, akan memastikan bahwa
24
ditengah besarnya hantaman gelombang, kencangnya angin haluan,
dan gelapnya badai di musim pancaroba, Bangsa Indonesia, tetap
dapat melihat cahaya di cakrawala dan terus maju kedepan.
90.
Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga Tuhan YME
senantiasa melindungi, meridhoi dan meringankan langkah kita.
Amin.
Sekian dan terima kasih.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Agus D.W. Martowardojo
Gubernur Bank Indonesia
25
Download