PMSS neonatologi

advertisement
PMSS neonatologi
By: Joanne Angelica
0806363060
Pembimbing; dr. Anita
Juniatiningsih, Sp.A
Kasus
• Bayi cukup bulan, usia 3 hari, dibawa oleh
neneknya ke dokter dengan keluhan mulai
terlihat kuning tadi pagi. Dari anamnesis
didapat keterangan bahwa bayi ini lahir
spontan di bidan dengan berat lahit 3,3 kg,
langsung menangis. Apgar score tidak tahu.
Pada usia 24 jam sudah diizinkan pulang
karena dikatakan sehat. Selama ini bayi
minum ASI dan kadang-kadang ditambah susu
formula.
• Apa diagnosis kerja pasien ini?
• Anamnesis dan pemeriksaan penunjang apa
lagi yang diperlukan untuk menunjang
diagnosis kerja pada pasien ini
• Apa rencana tatalaksana pada pasien ini?
Keywords
Bayi cukup bulan
Usia 3 hari
Kuning
Lahir spontan
Berat lahir 3,3 kg
Langsung menangis
Apgar score tidak diketahui
24 jam dinyatakan sehat
Minum ASI dan susu formula
Definisi Kuning
Kuning ikterus pewarnaan pada kulit,
sklera,atau membran mukosa oleh
penumpukan bilirubin dalam jaringan.
Bedakan dengan akibat karotenemia atau
dengan minum obat quinacrine kadar bilirubin
serum tetap normal
Karotenemia tidak pada sklera dan membran
mukosa, warna urin N, aksentuasi pada telapak
tangan, kaki, dan lipatan nasolabial
Quinacrine  urin tetap normal
Metabolisme Bilirubin
HemoglobinGlobinHeme
Bilirubin indirek
- 1 gram HB  34 mg bilirubin
Bil.ind terikat Albumin diangkut
ke hati, diambil oleh ligandin
masuk kehati, dikonyugasi oleh
enzim glucoronil
transferasebilirubin
direkduktus
biliarisusussterkobilin
(feses)
Sebagian diuraikan oleh enzim
B-glucoronidase  Bilirubin
indirek  diserap kembali ke
darah  terikat albumin  hati
(sirkulasi
enterohepatik)
Patomekanisme Ikterus
Gangguan dari mekanisme
• Produksi bilirubin
• Ambilan bilirubin oleh
hepatosit
• Ikatan bilirubin
intrahepatosit
• Konjugasi bilirubin
• Sekresi bilirubin
• Ekskresi bilirubin
• Bilirubin direk:penyakit
hepatoseluler, gangguan
ekskresi kanalikuler,
obstruksi bilier
• Bilirubin indirek: produksi
berlebihan, gangguan
ambilan bilirubin oleh hati,
kelainan konjugasi bilirubin
• Ikterusbila lebih dari 5
mg/dL
Mengapa terjadi ikterus pada minggu
pertama kehidupan bayi?
• Peningkatan bilirubin karena hemolisis
– Jumlah SDM lebih tinggi
– Umur SDM lebih singkat dibandingkan anak dan
dewasa
• Tidak cukup albumin sebagai pengangkut
• Kurang ligandin untuk mengambil (uptake) ke hati
• Kurang konyugasi di dalam hati
• Ekskresi yang tidak cukup
• Meningkat sirkulasi entero-hepatik
Sifat dan bahaya hiperbilirubinemia
Indirek
• mudah larut dalam lemak
• bila kadar tinggi, tidak
terikat albumin, sawar
darah otak rusak 
melalui sawar darah –
otak  terikat sel otak 
kernikterus segera
transfusi tukar (20-25)/20
dgn gejala
Direk
• larut dalam air
• Tidak toksik untuk otak
• Bila ada atresia atau
obstruksi duktus biliaris 
ber tumpuk di dalam hati
(kolestasis) merusak sel
hati sirosis hepatis
Diagnosis banding hiperbilirubinemia
indirek
•
•
•
•
•
•
•
Ikterus fisiologis
Hemolisis
Breastmilk jaundice
Tertelan darah ibu
Disfungsi plasenta
Sepsis
Kelainan pembekuan
darah
Bayi dari ibu diabetes
melitus
Hipotiroid
Obstruksi usus
Sindrom Lucey Driscoll
Sindrom Crigler Najjar
Terdapat Hemolisis
Tanpa Hemolisis
Sering Blood group incompatibility: ABO, Physiologic jaundice, breast milk jaundice,
Rh, Kell, Duffy
internal hemorrhage, polycythemia,
Infection (septicemia)
infant of diabetic mother
Jarang Red blood cell enzyme defects:
Mutations of glucuronyl transferase
glucose-6-phosphate
enzyme (Crigler-Najjar syndrome, Gilbert
dehydrogenase, pyruvate kinase
disease), pyloric stenosis, hypothyroidism,
Red blood cell membrane
disorders: spherocytosis,
ovalocytosis
Hemoglobinopathy: thalassemia
immune thrombocytopenia
PenyebabDifferential
Ikterus
Diagnosis
Timbul dalam 24
jam pertama
•Penyakit hemolitik
pada BBL:
Inkompatibilitas
Rh,ABO
• Infeksi ; TORCH,
malaria, bakteri
• Defisiensi enzim
G6PD
• post intrauterine
transfusion (bil direk
↑)
Timbul antara 24-72
jam
Timbul setelah 72
jam
Setelah minggu
pertama
•Fisiologik
•inkompabilitas
golongan darah
•Sepsis
• Polisitemia
• Breastfeeding
• Perdarahan
tertutup
•Perdarahan
intraventrikular
• Defisiensi G6PD
• Toksisitas obat
•Sepsis
• Hematoma sefal
• Breastmilk dan
breastfeeding
jaundice
• Kelainan
metabolik
Gilbert dan Crigler
Najjar
•Polisitemia
•Ibu diabetes
melitus
•Atresia duktus
koledokus
•Hepatitis
neonatal
•Stenosis pilorus
•Hipotiroidisne
•Galaktosemia
•Infeksi post natal
Diagnosis
Riwayat kehamilan dan
persalinan
Pemeriksaan fisik
*Riwayat keluarga adanya
penyakit hati
*Adanya riwayat
inkompatilitas darah
*Penyakit ibu selama
hamil
* Trauma lahir, asfiksia,
* Penundaan pengikatan
tali pusat
* Penundaan makanan
per
os, pengeluaran
mekoneum
* Pemberian ASI
Prematuritas
* KMK : polisitemia
* Trauma lahir
* Pucat : hemolisis
* Petekhie
* Hepatosplenomegali Isoimunisasi, sepsis
*tanda-tanda infeksi
TORCH dan virus, bakteri,
protozoa
Pemeriksaan
laboratorium
*Bilirubin serum total dan
direk
* Golongan darah dan
Rhesus ibu dan bayi
* Uji Coombs
* Hematokrit
* Hapusan darah tepi
* Skrining sepsis
* Fungsi hati dan tiroid
untuk ikterus lanjut
* Warna urin dan feses
ANAMNESIS
Faktor Maternal
 Ras atau kelompok etnik
tertentu (Asia, Native
American,Yunani)
 Komplikasi kehamilan (DM,
inkompatibilitas ABO dan Rh)
 Penggunaan infus oksitosin
dalam larutan hipotonik.
 ASI
 Gestational diabetes
Faktor Perinatal
 Trauma lahir (sefalhematom,
ekimosis)
 Infeksi (bakteri, virus, protozoa),
TORCH
Faktor Neonatus
• Prematuritas
• Faktor genetik
• Polisitemia
• Obat (streptomisin, kloramfenikol, benzylalkohol, sulfisoxazol)
• Rendahnya asupan ASI
• Hipoglikemia
• Hipoalbuminemia
• Infrequent feeding
• Berat badan turun cepat setelah lahir
• Muntah, nyeri epigastrium &kuadran kanan
atas, penyakit penyerta  sepsis, demam,
batuk pilek, diare, kejang
Ikterus fisiologis
• Kadar bilirubin serum< 12 mg/dL hari ketiga hidupnya
• Pola : kadar bilirubin serum total mencapai puncak hari ke 3-5 kehidupan
dengan kadar 5-6 mg/dL ↓ dalam minggu pertama setelah lahir.
• Dapat muncul peningkatan kadar bilirubin sampai 12 mg/dL dengan
bilirubin terkonyugasi < 2 mg/dL.
• Pola sesuai prematuritas, ras, dan faktor-faktor lain. Prematur
berlangsung lebih lama
• Bayi ras Cina  kadar puncak bilirubin maksimum pada hari ke-4 dan 5
setelah lahir.
• Peningkatan bilirubin  polisitemia relatif, pemendekan masa hidup
eritrosit (pada bayi 80 hari dibandingkan dewasa 120 hari), proses
ambilan dan konyugasi di hepar yang belum matur dan peningkatan
sirkulasi enterohepatik (Imaturitas ligandin & glukuronosiltransferase)
Bukan fisiologis
• Saat lahir / hari pertama
kehidupan
• ↑cepat pada hari pertama
kehidupan (>5mg/dL)
• Kadar bilirubin >12 mg/dL
• ↑ bilirubin direk >2 mg/dL
• Disertai proses hemolisis
(inkompatibilitas darah, def.G6PD, atau sepsis)
• Menetap setelah >8 hari pada
NCB atau >14 hari pada NKB
• Warna feses dempul dan urin
kuning tua
• Ikterus disertai:
– BL <2000 g
– Masa gestasi <36
minggu
– Infeksi
– Trauma lahir pada
kepala
– Hipoglikemi,
hiperkarbia
– Hiperosmolaritas darah
– Asfiksia, hipoksia,
respiratory distress
Breastmilk vs breastfeeding jaundice
Breastfeeding
Breastmilk
Awitan (hari)
Usia 2-5 hari
5-10
Lama (hari)
10
30
Volume ASI
Kurang sering diberi ASI atau ASI
masih sedikit
Tidak tergantung volume ASI
Buang air besar
Tertunda dan jarang
Normal
Kadar bilirubin
Tertinggi 15 mg/dL
Bisa mencapai >20 mg/dL
Pengobatan
Tidak ada, jarang fototerapi
Fototerapi, sangat jarang
transfusi tukar
Berhubungan dengan
Nilai Apgar yang rendah,
penambahan air gula atau air,
prematuritas
Tidak diketahui
penyebab
Sirkulasi enterohepatik meningkat Met progesteron dlm ASI
hambat UDPGA,↑ sirkulasi
enterohepatik, ↑ asam lemak
bebas yang menghambat
glukoronid transferase hati
Inkompabilitas dan G6PD, met
Inkompabilitas darah
 Inkompabilitas ABO ibu golongan darah 0 dengan fetus
golongan darah A dan B. Bila transfusi tukar gunakan gol
darah 0 Rh negatif dalam plasma golongan AB
 Inkompabilitas Rhesus ibu rhesus -, anak rhesus +. Dapat
menyebabkan hidrops fetalis.
Ikterus oleh defisiensi G6PD diturunkan oleh kromosom X.
Tidak dapat mengaktifkan fontase-fosfat sehingga tidak
bisa mengatasi stress oksidan. Terapi: fototerapi atau
transfusi tukar. Transfusi SDM untuk anemia bila
Hb<10g/dL, hilangkan paparan oksidan, obati infeksi
Crigler-Najjar syndrome, Gilbert diseaseMutasi dr
glucuronyl transferase enzyme
Sepsis
• Invasi mo ke aliran darah.
• Jika terjadi pada usia < 72 jam oleh bakteri dr
traktus genitalia ibu
• Manifestasi: hipertemia, hipotermia, distres
pernapasan, kuning, hepatomegali, letargik, sulit
makan, minum, muntah, distensi abdomen, diare
• Cari faktor risiko mayor: ketuban pecah> 24 jam,
ibu demam intrapartum>380C, korioamnionitis,
DJJ menetap> 160 x/menit, ketuban bau
Sepsis 2
• Faktor risiko minor:ketuban pecah >12 jam, ibu
demam>37,5OC, apgar rendah, BB<1500 gram,
gestasi<37 minggu, gemeli, keputihan tidak
diobati, ISK
• PP: leukosit , trombosit, IT rasio, CRP, kultur
• Tatalaksana: ceftazidim 50-100 mg/kg/kali 2 kali
sehari. Berat imipenem 25 mg/kg/kali 2 x
sehari
• Jamur: amfotericin B 1 mg/kg/hr.
• Transfusi FFP 10 ml/kg setiap 12 jam.
Polisitemia
• Volume sel darah merah melebihi 65 % atau
Hemoglobin konsentrasi di atas 25 g/dL
• Bayi dengan polisitemia tampak lebih merah
• Biasanya tidak menyebabkan masalah namun
terkadang dpt menyebabkan hipoglikemia, gagal
jantung, gangguan neurologik, gagal nafas
• Tidak diperlukan perawatan akan turun pada
minggu pertama. Jika ada gejala transfusi
tukar plasma dgn fresh frozen plasma atau
stabilized human serum. Max exchange 20 mL/kg
Atresia bilier
• Fibrosis dan obliterasi traktus biliaris oleh proses
inflamasi
• Sindrom kolestasis: ikterus, urin gelap, tinja
dempul
• Kuning dapat sejak lahir / 2-3 minggu setelahnya
• Bayi aterm, BBL N, penambahan BB N, tdpt
hepatomegalisplenomegali.
• Gejala sekuele: steatore, gagal tumbuh, pruritus,
xantelasma, koagulopati, kulit tebal, degenerasi
neuromuscular, fraktur patologis, asites.
Atresia Bilier2
• Kriteria diagnosis: kuning, urin gelap, tinja
dempul, bil direk>1mg/dL jk bil total ≤5 mg/dL/
bil direk ≥15% dr bil total meningkat >5 mg/dL.
Kolesterol, GGT meningkat. Diagnosis pasti
kolangiografi.
• PP: darah tepi, urin bilirubin, urobilinogen, tinja
sterkobilin, biokimia darah GGT, kolesterol,
albumin, ureum, kreatinin, USG 2 fase, biopsi
hati
• Tatalaksana: korektif: operasi portoenterostomi
sblm usia 8 minggu. Transplantasi hati.
Evaluasi
 Fraksi bilirubin serum (total, direk dan indirek)
 Golongan darah (ABO dan rhesus)ibu dan baby
 Hemoglobin/hematokrit/retikulosit
 Uji coombs (direk dan indirek)
 Sediaan apus darah
 PT dan APTT
 Trombosit
 Hemoglobin ibu vs baby
 Work up sepsis
 Skrining tiroid (T3, T4 dan TSH)
 Stop ASI sementara
Anemia Hemolitik
Anamnesis: Riwayat keluarga dengan penyakit hemolitik
PF: pucat, dapat terjadi hepatosplenomegali
Laboratorium
• Bilirubin indirek ↑
• Ekskresi urobilinogen di urin dan feces ↑
• Anemia normositik normokrom / anemia mikrositik
hipokrom / anemia makrositik
• Retikulosis
• Sum-sum tulang hiperselular, BM iron ↑
• Apusan darah tepi: spherocyte, fragmentasi, RBC
berinti, ovalocyte, RBC clumping
Penegakan diagnosis berdasarkan
waktu
Waktu
Diagnosis banding
Anjuran pemeriksaan
Hari ke 1
•Inkompabilitas darah
•Sferositosis
•Infeksi intrauterine (TORCH)
•Anemia hemolitik non-sferositosis (mis
G6PD)
•Kadar bilirubin serum berkala, Hb, golongan
darah ibu/bayi, uji Coombs
•Darah tepi lengkap, riwayat keluarga, IgM,
serrologi, trombosit, biakan
•Uji tapis defisiensi enzim
Hari ke-2
•Infeksi
•Keadaan seprti hari pertama tetapi baru
timbul kemudian
•fisiologis
Darah tepi, biakan darah/urine, punksi lumbal,
foto paru.
Hal di atas
Hari ke-3
sd 5
Fisiologis
Bila kriteria fisiologis tidak dipenuhi midstream
urine, darah tepi, golongan darah dan uji
coombs (untuk hemolitik ringan dan defisiensi
enzim)
>5 hari,
atau
menetap
sd 10 hari
Minum ASI, infeksi bakteri/virus, anemia
hemolitik, galaktosemia, hipotiroidisme,
obat, sindrom Lucey-Driscoll, fibsosis
kistik, penyakit gilbert, ikterus obstruktif
Awasi keadaan umum, berat badan, dan
minumnya
Periksa darah, urine, sesuaikan dengan diagnosis
Agoritma diagnosis
Umur dari bayi
24 jam sampai 2 minggu
> 2minggu
<24 jam
Fraksinasi level bilirubin
Evaluasi
penyebab
patologis
Sepsis, rubela
Toxoplasmosis,
perdarahan
Tersembunyi,
eritroblastosis
fetalis
Fraksinasi bilirubin level,
urine bilirubin level, fungsi
tiroid, evaluasi sepsis,
kelainan metabolik
Bilirubin terkonjungasi
> 2mg/dL
Evaluasi
hiperbilirubine
mia direk
abnormal
Evaluasi penyebab hemolitik
<2 mg/dL
Hb tinggi
Hb N /rendah
Retikulosit count, darah tepi
Polisitemia
normal
Evaluasi penyebab non hemolitik
Penentuan kadar bilirubin secara visual
4-8mg/dL kulit kepala dan leher
5-12 mg/dLdi atas pusat
8-16 mg/dLdi bawah pusat dan paha
11-18 mg/dL lengan dan tungkai
> 15 mg/dL telapak tangan dan telapak
kaki.
Pencahayaan cukup cahaya matahari
Tekan kulit dengan jari untuk mengetahui
warna di bawah kulit dan jaringan
subkutan
Warna bil indirek kuning terang-jingga
gangguan obstruksi empedu warna
kuning kulit terlihat agak kehijauan
Pemeriksaan bilirubin
Bilirubin Serum
 baku emas
 Diperiksa bilirubin total.
Sampel serum harus
dilindungi dari cahaya
 Pemeriksaan bilirubin direk,
bila kadar bilirubin total >
20 mg/dL atau usia bayi > 2
minggu.
Bilirubinometer Transkutan
 Bilirubin menyerap cahaya
dengan panjang gelombang
450 nm. Cahaya yang
dipantulkanrepresentasi
warna kulit neonatus yang
sedang diperiksa.
 Dipengaruhi pigmen kulit.
multiwavelength spectral
reflectance yang tidak
terpengaruh pigmen.
 tujuan skrining
Pemeriksaan bilirubin 2
Pemeriksaan bilirubin bebas dan CO
 Bilirubin bebas secara difusi dapat melewati sawar darah
otak menerangkan ensefalopati bilirubin dapat terjadi
pada konsentrasi bilirubin serum yang rendah.
 Metode oksidase-peroksidasekecepatan reaksi oksidasi
peroksidasi terhadap bilirubin. Bilirubin menjadi substansi
tidak berwarna.
 Tata laksana ikterus neonatorum akan lebih terarah.
Heme bilirubin dan gas CO dalam jumlah yang
ekuivalen. Pengukuran konsentrasi CO yang dikeluarkan
melalui pernapasan  indeks produksi bilirubin.
Rencana Tata laksana Awal Ikterus
Neonatorum (WHO)
 Obati penyebab. Antibiotik jk
penyebab infeksi
 Perbaiki hidrasi berikan minum 
↓sirkulasi enterohepatik
 Terapi sinar bila ikterus berat.
 Faktor risiko?? berat lahir < 2,5 kg,
kehamilan 37 minggu, hemolisis
atau sepsis
 Contoh darah dan periksa kadar
bilirubin serum dan hemoglobin,
tentukan golongan darah bayi dan
lakukan tes Coombs
• Kadar bilirubin serum di
bawah nilai dibutuhkannya
terapi sinar hentikan.
• Kadar bilirubin serum≥ terapi
sinar, lakukan terapi sinar
• Faktor Rhesus dan golongan
darah ABO bukan merupakan
penyebab hemolisis atau bila
ada riwayat defisiensi G6PD di
keluarga, uji G6PD bila
memungkinkan
• Untuk kekurangan glukoronil
transferase dapat diberikan
fenobarbital
Algorithm for the management of jaundice in the newborn nursery
Subcommittee on Hyperbilirubinemia, Pediatrics 2004;114:297-316
Tatalaksana Ikterus fisiologis
Tidak diterapi.
Bayi sehat, aktif, minum kuat, cukup bulan, pada kadar
bilirubin tinggi, kemungkinan terjadinya kernikterus
sangat kecil. Untuk mengatasi ikterus pada bayi yang
sehat, dapat dilakukan beberapa cara berikut:
Minum ASI dini dan sering
Terapi sinar, sesuai dengan panduan WHO
Pada bayi yang pulang sebelum 48 jam, diperlukan
pemeriksaan ulang dan kontrol lebih cepat (terutama
bila tampak kuning).
Terapi Sinar
 Prinsip:
Bilirubin oleh cahaya dengan gelombang 450-460 nanometer 
photoisomer yang larut dalam air. Untuk bilirubin indirek
 Memakai sinar biru
 Perlengkapan:
lampu neon 6-8 buah
tempat tidur atau inkubator
alat penutup mata
 Efektif bila dimulai saat kadar bilirubin 16-18 mg/dL, sebelum
mencapai risiko kernikterus
 Mengubah bilirubin indirek menjadi isomernya yang larut air
•
Terapi sinar intensif (26-40 µw/cm2/nm)
•
Terapi sinar konvensional (7-16 µw/cm2/nm)
Terapi sinar 2
• Indikasi: ikterus pada hari ke1, ikterus berat
meliputi telapak tangan dan kaki, ikterus pada
bayi kurang bulan, disebabkan oleh hemolisis.
• Terapi sinar sampai kadar bilirubin di bawah nilai
ambang/ bayi terlihat lebih baik dgn telapak
tangan dan kaki tidak kuning.
• Efek samping: luka bakar, retinal damage,
instabilitas thermoregulator, loose stool,
dehidrasi, rash pada kulit, pewarnaan pada kulit.
Terapi sinar mg/dL
Bayi cukup
bulan sehat
Transfusi
tukar
Bayi kurang
Bayi cukup
bulan atau
bulan sehat
terdapat faktor
risiko1
Bayi kurang bulan
atau terdapat
faktor risiko
mg/d µmol/ mg/dL µmol/L mg/
L
L
dL
µmol mg/dL
/L
µmol/L
Hari ke-1
Ikterus yang dapat dilihat2
15
260
13
220
Hari ke-2
15
260
13
220
25
425
15
260
Hari ke-3
18
310
16
270
30
510
20
240
Hari ke-4 dst
20
340
17
290
30
510
20
340
1.Faktor risiko: bayi kecil (<2,5 kg pada saat lahir atau dilahirkan sebelum 37 minggu
kehamilan), hemolisis dan sepsis
2.ikterus yang terlihat di bagian mana pun dari tubuh pada hari pertama.
Anjuran Divisi Perinatologi IKA FKUI/RSCM
• Pertimbangkan terapi sinar pada:
– NCB-SMK, sehat
: kadar bilirubin total > 12 mg/dL
– NKB – sehat
: kadar bilirubin total > 10 mg/dL
• Pertimbangkan transfusi tukar pada :
kadar bilirubin indirek > 20 mg/dL
18/07/2017
Zarwindo Sumardi
37
Transfusi tukar
Pada bayi bilirubin indirek sangat tinggi, berisiko
kernikterus
Kadar bilirubin indirek > 25 mg/dL pada bayi aterm
Kadar bilirubin indirek > 1% BB lahir pada BB lahir <
2500 g
Diberikan whole blood  cross match dgn darah bayi
& ibu
Jumlah darah yang ditukar 5-20 mL/siklus
Jumlah total darah yang ditukar:
BB (kg) x 85 mL/kg x 2
Komplikasi transfusi tukar
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
Hipoglikemia
Hipokalsemia dan hipomagnesia
Gangguan keseimbangan asam dan basa
Hiperkalemia
Gangguan kardiovascular: perforasi pembuluh darah, emboli, infark,
aritmia, volume overload, arrest
Perdarahan: trombositopenia, defisiensi faktor pembekuan
Infeksi
Hemolisis
Graft-versus host disease
Lain-lain:hipotermia, hipertermia, dan kemungkinan enterokolitis
nekrotikans.
DANKE
Daftar Pustaka
1. Firmansyah A. Pendekatan Klinis Anak Kuning. In Hadinegoro SR, Prawitasari T, Endyarni B, Kadim M,
Sjakti HA (editors). Diagnosis dan Tata Laksana Penyakit Anak dengan Gejala Kuning. 1st ed. Jakarta:
Departemen Ilmu Kesehatan Anak FKUI-RSCM; 2007. p1-11.
2. Roespandi H, Nurhamzah W. Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit. Jakarta: WHO Indonesia; 2009.
p68-9
3. Gowen Jr CW. Fetal and Neonatal Medicine. In Kliegman RM, Marcdante KJ, Jenson HB, Behrman RE
(editors). Nelson Essentials of Pediatrics. 5th ed. Singapore: Elsevier Saunders; 2007. p316-20.
4. Suradi R. Ikterus Hemolitik pada Neonatus. In Hadinegoro SR, Prawitasari T, Endyarni B, Kadim M, Sjakti
HA (editors). Diagnosis dan Tata Laksana Penyakit Anak dengan Gejala Kuning. 1st ed. Jakarta:
Departemen Ilmu Kesehatan Anak FKUI-RSCM; 2007. p12-9.
5. Porter ML, Dennis BL. Hyperbilirubinemia in the Term Newborn. American Family Physician. 2002; 65:
599-606.
6. Sukadi A. Hiperbilirubinemia. In Kosim MS, Yunanto A, Dewi R, Sarosa GI, Usman A. Buku Ajar
Neonatologi. Jakata: Ikatan dokter anak Indonesia; 2008
7. Sastroasmoro S. Panduan pelayanan Medis Departemen Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta: RSUP Nasional dr.
Cipto Mangunkusumo.;2007.
8. Neonatal Jaundice. Available in URL :http://en.wikipedia.org/wiki/Neonatal_jaundice. Cited: 15 Juni
2009.
Download