PERBEDAAN TINGKAT KECEMASAN PADA IBU NIFAS

advertisement
PERBEDAAN TINGKAT KECEMASAN PADA IBU NIFAS
PRIMIPARA SEBELUM DAN SESUDAH DILAKUKAN
MASSAGE ENDORPHIN DI RUANG TERATAI
RSUD Hj. ANNA LASMANAH
BANJARNEGARA
ARTIKEL
Oleh:
RIZKA DAMAYANTI
NIM. 030214A032
PROGRAM STUDI DIV KEBIDANAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN NGUDI WALUYO
UNGARAN
2016
PERBEDAANTINGKATKECEMASANIBUNIFASPRIMIPARASEBELUMDA
NSESUDAHDILAKUKANMASSAGEENDORPHIN DI RUANG TERATAI
RSUD HJ. ANNA LASMANAHBANJARNEGARA.
Rizka Damayanti*) Niken Dyahariesti**) Eko Susilo**)
Program Studi Div Kebidanan Stikes Ngudi Waluyo Ungaran
Email: [email protected]
ABSTRAK
Latar Belakang : Primipara adalah perempuan yang telah pernah melahirkan
sebanyak satu kali (Manuaba, 2009). Ibu nifas primipara sering mengalami kecemasan
dikarenakan baru pertama kali melahirkan. Untuk mengurangi kecemasan tersebut
salah satunya dengan menggunakan masase endorphin. Masase Endorphin ialah salah
satu terapi dengan melakukan sentuhan atau pijatan ringan, yang sangat penting untuk
dilakukan pada wanita yang hamil, bersalin, atau pasca persalinan.
Tujuan: Untuk mengetahui perbedaan tingkat kecemasan pada ibu nifas primipara
sebelum dan sesudah dilakukan masase endorphin di Ruang Teratai RSUD Hj. Anna
Lasmanah Banjarnegara.
Metode: Desain penelitian one group pretest-posttest design. Populasi dalam
penelitian ini adalah seluruh ibu nifas primipara hari I di RSUD Hj. Anna Lasmanah
Banjarnegara pada bulan April 2016 sebanyak 26 ibu nifas primipara. Sampel seluruh
ibu nifas primipara hari I dengan tehnik pengambilan sampel accidental sampling
sebanyak 17 responden ibu nifas primipara. Alat pengumpulan data kuesioner
Halminton Rating Scale For Anxienty (HRS-A). Uji analisis data menggunakan Uji
Mann Whitney
Hasil : Kecemasan ibu nifas sebelum dilakukan masase endorphin mean13,41dengan
standar deviasi 3,37 dimana nilai minimun 7 dan nilai maksimum 19, kecemasan ibu
nifas sesudah dilakukan masase endorphin mean10,0dengan standar deviasi 2,57
dimana nilai minimun 6 dan nilai maksimum 15.Ada perbedaan tingkat kecemasan
pada ibu primipara sebelumdansesudahdilakukan masase endorphin di Ruang Teratai
RSUD Hj. Anna Lasmanah Banjarnegara dengan p=0,002 kurang dari nilai α< 0,05
Simpulan: Ada perbedaan tingkat kecemasan pada ibu nifas primipara sebelum dan
sesudah dilakukan masase endorphin di Ruang Teratai RSUD Hj. Anna Lasmanah
Banjarnegara.
Kata kunci
Kepustakaan
: Tingkat Kecemasan,Masase Endorphin
: 14 pustaka (2003 – 2015)
Differences in levels of anxiety primiparous puerperal women before and after
massage endhorphin at Lotus Lounge Hospital Hj. Anna Lasmanah
Banjarnegara.
(Vii + 72 pages + 7 + 2 chart table + 8 attachments)
ABSTRACT
Background: Primiparas are women who have never given birth only once (Manuaba,
2009). Primiparous puerperal women often experience anxiety due to mothers giving
birth for the first time. To reduce the anxiety one with a Massage endorphin.
Endorphins Massage is one of the therapies by touch or light massage, which is very
important to do on a pregnant woman who will birth, or postpartum.
Objective: To determine differences in anxiety levels in primiparous puerperal women
before and after massage endorphin in the Lotus Lounge Hospital Hj. Anna Lasmanah
Banjarnegara.
Methods: The study design one group pretest-posttest design. The population in this
study are all primiparous postpartum mothers in hospitals Hj first day. Anna Lasmanah
Banjarnegara in April 2016 were 26 primiparous postpartum mothers. Samples whole
day I primiparous puerperal women with sampling technique accidental sampling as
many as 17 respondents primiparous postpartum mothers. Questionnaire data
collection tools Halminton For Anxienty Rating Scale (HRS-A). Test data were
analyzed using Mann Whitney test
Results: Anxiety postpartum mothers do massage before endorphin mean 13.41 with a
standard deviation of 3.37 where the minimum value of 7 and a maximum value of 19,
the mother postpartum anxiety after doing massage endorphin mean of 10.0 with a
standard deviation of 2.57 where the minimum value of 6 and the maximum value of
15. There is a difference in the level of anxiety in the mother primipara before and
after massage endorphin in the Lotus Lounge Hospital Hj. Anna Lasmanah
Banjarnegara with p = 0.002 less than the value of α <0.05
Conclusion: There is a difference in the level of anxiety in mothers postpartum
primipara before and after massage endorphin in the Lotus Lounge Hospital Hj. Anna
Lasmanah Banjarnegara.
Keywords: Anxiety Level, Massage Endorphin
Bibliography: 14 references (2003-2015)
PENDAHULUAN
Masa nifas disebut juga masa post partum atau puerperium adalah masa atau
waktu sejak bayi dilahirkan dan plasenta keluar kemudian lepas dari rahim, sampai
enam minggu kemudian disertai dengan pulihnya kembali alat-alat kandungan, yang
mengalami perubahan seperti perlukaan dan lainnya yang berkaitan dengan persalinan.
Pada masa nifas ini ibu akan mendapati beberapa perubahan pada tubuh maupun
emosi (Suherni, 2009)
Bagi yang belum mengetahui hal ini tentu akan merasa khawatir akan
perubahan yang terjadi, oleh sebab itu penting bagi ibu memahami apa saja perubahan
yang terjadi agar dapat menangani dan mengenali tanda bahaya secara dini.
Faktor yang dapat menentukanatau dapat menyebabkan adanya gangguan pada
psikologi ibu sangatlah banyak sekali, seperti rasa kehilangan janinnya yang telah
terpisah dari dirinya, faktor ekonomi yang menekan keadaan ibu, dan masih banyak
lagi faktor yang dapat menyebabkan gangguan pada psikologi ibu masa nifas.
Kecemasan yang berlanjut atau yang berlebihan sering kali disertai respon
respon fisiologis, seperti hipertensi, nyeri kepala, gangguan lambung, berkeringat, dan
sebainya (Kaplan dan Sudock dalam Tetti, 2015)
Tanda dan gejala yang muncul pada pasien yang mengalami kecemasan bila
dilihat dari segi psikologis antara lain; menarik diri, depresi, iritabel (mudah
tersinggung), menjadi mudah menagis, apatis, marah, dan merasa ketakutan. Pasien
akan merasa dirinya tidak berdaya, merasa malu. Sehingga manarik diri dari
lingkungan dan tidak mau bersosialisasi (Tetti, 2015)
Masalah psikologis yang dapat atau sering terjadi pada ibu post partum
biasanya adalah kecemasan yang dapat ditimbulkan karena faktor internal ataupun
faktor eksternal. Ibu muda atau ibu primipara sering mengalami kecemasan akibat
kurangnya pengetahuan tentang perwatan diri dan bayinya. Selain itu, dukungan dari
keluarga dan orang terdekat terkadang terabaikan sehingga ibu harus merawat diri dan
bayinya sendirian. Hal tersebut sering menimbulkan depresi post partum blues,jika
hal ini tidak segera di atasi.
Tingkat kecemasan wanita selama hamil, bersalin dan nifas akan meningkat
jika ia tidak memahami apa yang terjadi pada dirinya, untuk mengatasi atau
menangani rasa cemas dapat dilakukan mengupayakan rasa nyaman dengan
menciptakan suasana yang nyaman dalam kamar bersalin, memberi sentuhan, memberi
penenangan nyeri non farmakologi, memberi analgesia jika diperlukan dan yang
paling penting berada disisi pasien adalah bentuk-bentuk dukungan psikologis
(Sumarah, 2009).
Berdasarkan pengertian yang diungkapkan oleh Kaplan dan Saddock (1997 di
kutip dalam Achmad chol, 2007) bahwa orang yang mengalami kecemasan sering kali
tidak mengetahui dan menyadari gejala kecemasan yang mereka alami. Dalam sebuah
artikel yang berjudul Postpartum Anxiety: AnIgnored Problem juga diungkapkan
bahwa masalah kecemasan sering kali kurang dipahami dan kurang diteliti. Hal ini
merupakan suatu hal yang sukar dipercaya jika kita membandingkan dengan dampak
yang muncul akibat kecemasan saat postpartum terhadap perkembangan anak dan
berdasarkan Postpartum Support International (2010) mengungkapkan kira–kira 6 %
ibu hamil dan 10 % ibu postpartum mengalami kecemasan saja dan kadang
berkembang ke arah depresi serta 15 % wanita yang mengalami depresi setelah
melahirkan. Ini merupakan pertanda bagi petugas kesehatan agar lebih mewaspadai
dan lebih memperhatikan keadaan emosional ibu postpartum. (McClure, 2010)
Penatalaksanaan non-farmakologis untuk mengurangi rasa cemas dan khawatir
yaitu dengan endorphine massage.Endorphin Massage merupakan sebuah terapi
sentuhan/pijatan ringan yang cukup penting diberikan pada wanita hamil, di waktu
menjelang hingga saatnya melahirkan. Hal ini disebabkan karena pijatan merangsang
tubuh untuk melepaskan senyawa Endorphin yang merupakan pereda rasa sakit dan
dapat menciptakan perasaan nyaman. Selain bisa mengurangi rasa nyeri, endorfin
membuat tubuh makin sehat, relaks, dan tanpa efek samping yang berbahaya.
Endorphin dalam tubuh bisa dipicu munculnya melalui berbagai kegiatan, seperti
pernapasan yang dalam, relaksasi, serta meditasi.
Endorphin Massage ini ialah salah satu terapi dengan melakukan sentuhan
ataupun pijatan ringan, yang sangat penting untuk dilakukan pada wanita yang hamil
yang akan bersalin, atau pasca persalinan. Terapi ini dapat dilakukan sebagai
pengelola rasa sakit.Terapi sentuhan yang ringan ini juga dapat menormalkan kembali
denyut jantung serta tekanan darah anda. Terapi ini dapat meningkatkan pelepasan
oksitosin dan juga endorphin (Irnawati, 2014)
Dewasa ini endorphin sudah dikenal sebagai zat yang banyak
manfaatnya.Beberapa diantaranya adalah, mengatur produksi hormon pertumbuhan
dan seks, mengendalikan rasa nyeri serta sakit yang menetap, mengendalikan perasaan
stres, serta meningkatkan sistem kekebalan tubuh.(Kuswandi, 2011).
Seseorang yang menderita karena kecemasan dan ketidakpastian yang
berlebihan akan mengalami stres yang berkepanjangan. Jika hormon endorphin
dilepaskan dalam jumlah cukup, efeknya tidak hanya pada otak, tetapi sampai seluruh
tubuh, dan semua berguna.
Penelitian yang dilakukan oleh Iin (2011) dengan judul penelitian pengaruh
endorphin massage terhadap intensitas nyeri kala I persalinan normal ibu primipara di
BPS “S” dan “B” di Demak dengan hasil Ada pengaruh endorphin massage terhadap
intensitas nyeri kala I persalinan normal ibu primipara di BPS S dan B Demak (p value
= 0,000 < 0,05). Ada pengaruh Endorphin Massage terhadap intensitas nyeri kala I
persalinan normal ibu primipara di BPS S dan B Demak.
Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan di RSUD Hj. Anna Lasmanah
Banjarnegara didapatkan hasil dari 8 ibu nifas primipara, dengan hasil dari 6 orang di
antaranya merasa cemas dimana 4 ibu cemas disebabkan jahitan pada luka perineum,
2 ibu cemas karena bayinya kuning dan 2 ibu tidak merasakan cemas karena kondisi
ibu dan bayinya baik. Sebagai tenaga kesehatan bidan melakukan upaya pemberian
motivasi kepada ibu primipara bahwa ibu mampu menjadi orang tua yang baik dan
memotivasi ibu bahwa ibu dapat melakukan perannya sebagai ibu dengan baik.Dan,
ibu diminta dapat memotivasi dirinya sendiri bahwa dirinya dapat menjalankan
perannya sebagai orang tua dengan baik.
Berdasarkan fenomena tersebut penulis tertarik untuk melakukan penelitian
lebih dalam mengenai “Perbedaan Tingkat Kecemasan Pada ibu nifas primipara
sebelum dan sesudah dilakukan masase endorphin di RSUD Hj. Anna Lasmanah
Banjarnegara
Tujuan Penelitian
Diketahuinya perbedaan tingkat kecemasan pada ibu nifas primipara sebelum
dan sesudah dilakukan masase endorphin di RSUD Hj. Anna Lasmanah Banjarnegara.
METODE PENELITIAN
Desain penelitian one group pretest-post test design. Populasi dalam penelitian
ini adalah seluruh ibu nifas primipara hari I di RSUD Hj. Anna Lasmanah
Banjarnegara pada bulan April 2016 sebanyak 26 ibu nifas primipara.Sampel seluruh
ibu nifas primipara hari I dengan tehnik pengambilan sampel accidental sampling
sebanyak 17 responden ibu nifas primipara.Alat pengumpulan data kuesioner
Halminton Rating Scale For Anxienty (HRS-A) yang diberikan sebelum dan sesudah
dilakukan Masase endorphin. Dengan taraf kepercayaan 95% Uji analisis data
menggunakan Uji Mann Whitne. Data yang digunkan adalah selisih dari hasil pretestpostest.
Lokasi dan Waktu Penelitian
Tempat penelitian di Ruang Teratai RSUD Hj. Anna Lasmanah Banjarnegara
pada tanggal 14 Juli-24 Juli 2016.
Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu nifas primipara dengan
persalinan normal bulan April 2016 sebanyak 26 ibu nifas primipara. Besar sampel
yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 17 responden. Teknik pengambilan
sampel dalam penelitian ini adalah Accidental Sampling.
HASIL PENELITIAN
Analisis Univariat
Tabel 4.1. Kecemasan pada ibunifas primipara sebelum diberi terapi masase
endorphin
Masase
n
Mean
Median
SD
Sebelum
17
13,41
13,0
3,37
(MinMax)
7-19
Tabel 4.1. dapat dilihat bahwa kecemasan ibu nifas primipara sebelum
dilakukan masase endorphin rata-rata 13,41dengan standar deviasi 3,37 dimana nilai
minimun 7 dan maksimum 19.
Tabel 4.2. Distribusi frekuensi kecemasan pada ibu nifas primipara sebelum
diberi terapi masase endorphin
Tingkat kecemasan
Tidak Cemas
Ringan
Sedang
Total
Frekuensi
0
11
6
17
Persentase (%)
0
64,7
35,3
100,0
Tabel 4.2. menunjukkan bahwa responden mengalami kecemasan ringan
sebanyak 11 responden (64,7%) dan sedang sebanyak 6 responden (35,3%).
Tabel 4.3.Kecemasan pada ibu nifas sesudah diberi terapi masase endorphin
Masase
Sesudah
n
17
Mean
9,6
Median
10,0
SD
2,57
(Min-Max)
6-15
Tabel 4.3. dapat dilihat bahwa kecemasan ibu nifas sesudah dilakukan masase
endorphin rata-rata 9,6 dengan standar deviasi 2,57 dimana nilai minimun 6 dan
maksimum 15.
Tabel 4.4. Distribusi frekuensi kecemasan pada ibu nifas primiparasesudah
diberi terapi masase endorphin
Tingkat kecemasan
Tidak Cemas
Ringan
Sedang
Total
Frekuensi
3
13
1
17
Persentase (%)
17,6
76,5
5,9
100,0
Tabel 4.4. menunjukkan bahwa responden yang tidak mengalami kecemasan
sebanyak 3 responden (17,6%), mengalami kecemasan ringan sebanyak 13
responden (76,5%) dan sedang sebanyak 1 responden (5,9%).
Analisis Bivariat
.
Tabel 4.5. Perbedaan tingkat kecemasan pada ibu nifasprimipara sebelum dan
sesudah diberi terapi masase endorphin
Masase
n
Mean
Sebelum
Sesudah
Selisih
17
17
13,41
9,6
3.9
Media
n
13,0
10,0
SD
(Min-Max)
p
3,37
2,57
0,8
7-19
6-15
0,002
Tabel 4.5 dapat dilihat bahwa tingkat kecemasan ibu nifas primipara sebelum
dan sesudah diberikan masage menurun dengan selisih rata-ratanya adalah 3,9dengan
selisih standar deviasi 0,8.
Berdasarkan uji man whitney dapat dilihat bahwa p value 0,002 <  =0,05
yang artinya Ha diterima sehingga ada perbedaan tingkat kecemasan pada ibu post
partum sebelum dan sesudah diberi terapi masase endorphin.
Tabel 4.6.Perbedaan tingkat kecemasan pada ibu nifas primipara sebelum dan
sesudah diberi terapi masase endorphin
Kelompok
Sedang
f
Sebelum
Sesudah
Jumlah
6
1
Ringan
%
f
35,3 11
5,9
13
7 20,6
%
64,7
76,5
24
Kecemasan
Tidak ada
kecemasan
f
%
f
0
0
17
3
17,6
17
70,6
3
8,8
Total
34
%
100,0
100,0
100,0
Tabel 4.6 didapatkan kecemasan responden sebelum dilakukan masase
endorphin yang sedang sebanyak 6 responden (35,3%) dan menurun setelah
dilakukan masase sebanyak 1 responden (5,9%).
PEMBAHASAN
Analisis Univariat
Tingkat kecemasan pada ibu nifas primipara sebelum diberi terapi masase
endorphin
Hasil penelitian menunjukkan kecemasan ibu nifas sebelum dilakukan masase
endorphin rata-rata 13,41dengan standar deviasi 3,37 dimana nilai minimun 7 dan
maksimum 19. Kecemasan adalah pengalaman manusia yang bersifat universal, suatu
respon emosional yang tidak menyenangkan, penuh kekhawatiran, suatu rasa takut
yang tidak terekspresikan dan tidak terarah karena suatu sumber ancaman atau pikiran
sesuatu yang akan datang tidak jelas dan tidak terindentifikasi. Masalah psikologis
yang dapat atau sering terjadi pada ibu post partum biasanya adalah kecemasan yang
dapat ditimbulkan karena faktor internal ataupun faktor eksternal. Ibu muda atau ibu
primipara sering mengalami kecemasan akibat kurangnya pengetahuan tentang
perwatan diri dan bayinya. Selain itu, dukungan dari keluarga dan orang terdekat
terkadang terabaikan sehingga ibu harus merawat diri dan bayinya sendirian.
Secara kategori responden yang mengalami kecemasan ringan sebanyak 11
responden (64,7%) dan sedang sebanyak 6 responden (35,3%). Pengertian lain tentang
kecemasan dikemukakan oleh Selye ((1996)dalam Tetti 2015) yang menyatakan,
bahwa kecemasan adalah gangguan alam perasaan yang ditandai dengan perasaan
berkelanjutan, tidak mengalami gangguan dalam menilai realitas, kepribadian masih
utuh, serta perilaku terganggu tetapi masih dalam batas normal.
Kecemasan yang dialami oleh ibu nifas primipara hari pertama di Ruang Teratai
RSUD Hj. Anna Lasmanah Banjarbegara dikarenakan kurangnya dukungan dari
pasangan dan keluarga sehingga ibu nifas primipara merasa kurang diperhatikan dan di
kurang diberikan dukungan moril.Serta, faktor dari lingkungan sekitar dimana ruang
rawat inap kurang memberikan privasi untuk ibu beristirahat dan tidak dilakukannya
rawat gabung ibu dengan bayinya, hal ini menyebabkan ibu menjadi khawatir dengan
keadaan bayinya.Hal ini dikarenakan keadaan bayinya yang kurang baik untuk
dilakukan rawat gabung dikarenakan membutuhkan perawatan yang lebih lanjut,
sehingga ibu hanya dapat memberikan ASI dan menggendong bayinya hanya pada saat
waktu menyusui dan ketika petugas memanggil ibu untuk datang ke ruang perawatan
bayi.
Secara psikologi, seorang ibu akan mengalami akan mengalami gejala - gejala
psikiatrik setelah melahirkan. Beberapa penyesuaian dibutuhkan seorang wanita dalam
dalam menghadapi aktivitas dan peran barunya sebagai ibu pada beberapa minggu atau
bulan pertama setelah melahirkan baik dari segi fisik maupun fisik. Sebagian wanita
berhasil menyesuaikan diri dengan baik, tetapi ada sebagian lainnya yang tidak
berhasil menyesuaikan diri dan mengalami gangguan – gangguan psikologis
Latar belakang psikososial wanita yang bersangkutan seperti tingkat
pendidikan,status perkawinan,kehamilan yang tidak di inginkan,riwayat gangguan
kejiwaan sebelumnya,social ekonomi. Kecukupan dukungan dari lingkungan
(suami,keluarga dan teman) apabila suami mendukung kehmilan ini,aapakah suami
mengerti persaan istri, keluarga dan teman memberikan dukungan fisik dan moril .
Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya kecemasan (Stuart, 2007).
Kecemasan timbul dari perasan takut terhadap tidak adanya penerimaan dan penolakan
inter personal. Kecemasan juga berhubungan dengan perpisahan dan kehilangan yang
menimbulkan kelemahan spesifik. Kecemasan merupakan produk frustasi yaitu segala
sesuatu yang mengganggu kemampuan seseorang untuk mencapai tujuan yang
diinginkan.Kecemasan dapat timbul karena pola interaksi yang tidak adaptif dalam
keluarga.
Fungsi biologis menunjukkan bahwa otak mengandung reseptor khusus
Benzodiapine. Reseptor ini mungkin membantu mengatur kecemasan. Penghambat
asam aminobutirik-gamma neuro regulator (GABA) juga mungkin memainkan peran
utama dalam mekanisme biologis berhubungan dengan kecemasan sebagaimana
endomorfin. Selain itu telah dibuktikan bahwa kesehatan umum seseorang mempunyai
akibat nyata sebagai predisposisi terhadap kecemasan. Kecemasan dapat disertai
gangguan fisik dan menurunkan kapasitas seseorang untuk mengatasi stressor.
Faktor presipitasi adalah faktor-faktor yang dapat menjadi pencetus
terjadinya kecemasan (Stuart, 2007). Faktor pencetus tersebut adalah ancaman
terhadap integritas seseorang yang meliputi ketidakmampuan fisiologis atau
menurunnya kemampuan untuk melakukan aktivitas hidup sehari-hari. Ancaman
terhadap sistem diri seseorang dapat membahayakan identitas harga diri dan fungsi
sosial yang terintegrasi dari seseorang.Pada pasien yang akan menjalani operasi faktor
pencetus kecemasannya adalah faktor yang dialami individu baik bersifat internal
maupun eksternal. Faktor internalnya adalah adanya ketakutan akan pembiusan,
kecacatan, kematian, takut akan rasa nyeri, takut kehilangan pekerjaan, menjadi
tanggungan keluarga. Sedangkan faktor eksternalnya adalah lingkungan yang baru,
peralatan operasi atau pembiusan yang asing serta petugas kesehatannya.
Faktor eksternal dan internal yang dapat mempengaruhi timbulnya kecemasan
(Stuart, 2007) stressor psikologi adalah keadaan atau peristiwa yang menyebabkan
perubahan pada kehidupan seseorang, sehingga seseorang itu perlu melakukan
adaptasi atau menanggulangi stressor yang timbul sesuai dengan tingkat berat
stress/cemas. Keadaan fisik Individu yang mengalami keadaan fisik seperti operasi,
cedera atau cacat badan lebih mudah mengalami cemas dari pada orang sehat fisiknya.
Kelelahan dan penurunan kemampuan tubuh juga akan lebih mudah mengalami
stress/cemas.
Sistem dukungan dapat melindungi seseorang terhadap efek negative dari
stress/cemas berat dan tidak adanya dukungan sosial menyebabkan meningkatnya
stress/cemas karena tidak ada seseorang yang membantu melepaskan diri dari sumber
stress/cemas. Individu yang memiliki kematangan dalam kepribadiannya akan lebih
sukar mengalami stress/kecemasan, sebab individu yang matang memiliki kemampuan
beradaptasi terhadap stressor. Tetapi sebaliknya individu yang kepribadiannya belum
matang akan lebih mudah mengalami stressor.
Beberapa pendapat mengatakan bahwa stress lebih mudah diderita oleh usia
muda, tetapi ada juga yang berpendapat sebaliknya bahwa di usia tua lebih banyak
stressor sehingga mudah cemas dan mengakibatkan munculnya banyak gangguan di
usia tua.Pada umumnya wanita lebih mudah terkena stressor/kecemasan daripada lakilaki. Disamping itu usia wanita jauh lebih lama dibanding dengan laki-laki. Individu
yang tinggal dilingkungan sepi atau sedikit sekali rangsangan akan mudah mengalami
stress/cemas. Ibu post partum sering cemas karena harus banyak melakukan
penyesuaian, antara lain: tanggung jawab bertambah, kehadiran anggota keluarga baru
yang harus diurus, jadwal tidur yang kacau, sehingga membebani ibu baru secara fisik
dan psikologis. Rasa cemas sering timbul pada ibu masa nifas karena perubahan fisik
dan emosi dan masih menyesuaikan diri dengan kehadiran bayi. Pada periode ini
sering disebut Masa Kristis karena memerlukan banyak perubahan perilaku, nilai dan
peran.
Tingkat Kecemasan pada ibu nifas primipara sesudah diberi terapi masase
endorphin
Hasil penelitian menunjukan kecemasan ibu post partum sesudah dilakukan
masase endorphin rata-rata 9,6 dengan standar deviasi 2,57 dimana nilai minimun 6
dan maksimum 15. Pada sebagian manusia yang menunjukan kecemasan, riwayat
hidup, dan riwayat keluarga merupakan predisposisi untuk berperilaku cemas, reaksi
cemas berkaitan dengan peningkatan kadar katekolamin yang beredar dalam
tubuh.Kecemasan berasal dari diri sendiri, ketakutan berpisah, kecemasan kastrasi dan
ketakutan terhadao perasaan dosa yang menyiksa.Kecemasan sebagai suatu respon
terhadap sensor lingkungan, seperti pengalaman- pengalaman hidup yang penuh
dengan ketengan dan respons terhadap kehidupan hampa yang tak berarti.
Hasil penelitian didapatkan responden yang tidak mengalami kecemasan
sebanyak 3 responden (17,6%), mengalami kecemasan ringan sebanyak 13 responden
(76,5%) dan sedang sebanyak 1 responden (5,9%).
Tanda dan gejala kecemasan secara umum tanda dan gejala kecemasan menurut
Shives dalam Tetti (2015) adalah tanda dan gejala kecemasan yang dapat dilihat pada
system fisiologis antara lain meningkatnya nadi, tekanan darah, respirasi, diaphoresis,
tangan berkeringat, nyeri kepala, vertigo, pandangan mata kabur, insomnia atau
gangguan tidur, hiperventilitas, penurunan nafsu makan, mual, muntah, dan sering
berkemih.
Setiap perasaan cemas akan meningkatkan saraf simpatis. Dengan meningkatnya
saraf simpatis, secara otomatis akan mengingkatkan kerja jantung, yang
mengakibatkan meningkaynya nadi, tekanan darah, repirasi, diaphoresis juga tangan
berkeringat. Meningkatnya tekanan darah mengakibatkan iritable saraf-saraf di kepala
sehingga menimbulkan nyeri kepala, vertigo, pandangan mata kabur, dan insomnia
atau gangguan tidur. Ganguan tidur juga dapat disebabkan pusat otak yang mengatur
tidur terganggu akibat adanya kecemasan (Kosasih, 2015).
Tanda gejala yang muncul pada pasien yang mengalami kecemasan bila dilihat
dari segi psikologis antara lain adalah menarik diri, depresi, irritable menjadi mudah
mengis, apatis, marah, dah merasa ketakutan. Pasien akan merasa, bahwa dirinya tidak
berdaya dan merasa malu, sehingga menarik diri dari lingkungan dan tidak mau untuk
bersosialisasi. Pada keadaan cemas, pasien swring
menjadi
irritable
(mudah
tersinggung) dan mudah marah akibat ketidakstabilan emosi. Pasien juga menjadi
mudah mengis akibat ketidakstabilan emosi. Pasien juga menjadi mudah menangis
akibat perasaan tidak berdaya dengan masalah yang dialaminya. Tanda dan gejala
yang muncul antara lain menurunnya perhatian akibat terlalu memikirkan masalah
yang sedang di alami pasien, ketidakmampuan untuk berkonsentrasi, menurunnya
produktifitas akibat perasaan tidak berdaya, pelupa, dan selalu berorientasi pada
kejadian yang telah lalu, kemudian dibandingkan denganmasa yang akan datang.
Seorang individu mengalami kecemasan yang bervariasi, mulai dari cemas
ringan sampai dengan panik. Menurut Stuart dan Sundeen (dalam Tetti (2015)),
kecemasan dapat digolongkan dalam beberapa tingkat yaitu sebagai
berikut;Kecemasan ringan berhubungan dengan ketegangan kehidupan sehari-hari
akan menyebabkan sesorang menjadi waspada dan meningkatkan lahan persepsinya.
Kecemasan pada tingkat ini lahan persepsi terhadap lingkungannya menurun. Individu
lebih menfokuskan pada hal-hal yang dianggapnya penting pada saat itu dan
mengesampingkan hal-hal lain sehingga seseorang mengalami perhatian yang selektif,
namun dapat melakukan sesuatu yang lebih terarah. Kecemasan ini sangat mengurangi
lahan persepsi seseorang. Seseorang cenderung untuk memusatkan pada sesuatu yang
terinci dan spesifik dan tidaak dapat perfikir tentang hal lain. Individu tak mampu
berfikir tentang hal lain dan membutuhkan banyak pengarahan.Tingkat panik ditandai
dengan lahan persepsi yang sudah terganggu sehingga indiviu sudah tidak dapat
mengendalikan diri lagi dan tidak dapat melakukan apa-apa walaupun sudag diberikan
pengarahan atau tuntutan, serta terjadinya penin gkatan aktivitas motorik, menurunnya
kemampuan untuk berhubungan dengan orang lain, persepsi yang menyimpang, dan
kehilangan pemikiran yang rasional.
Penelitian terbaru menunjukkan bahwa endorfin meningkatkan sistem kekebalan
tubuh, mengurangi rasa sakit, mengurangi stres, mengurangi cemas, meningkatkan
daya ingat dan menghambat proses penuaan. Para ilmuwan juga telah menemukan
bahwa beta - endorfin dapat mengaktifkan manusia NK ( Natural Killer ) sel dan
meningkatkan sistem kekebalan tubuh terhadap penyakit dan membunuh sel kanker.
Manfaat secara umum mengendalikan rasa sakit yang persisten/ menetap,
mengendalikan potensi kecanduan akan chocolate, mengendalikan perasaan frustrasi
dan stress, mengatur produksi dari hormon pertumbuhan & sex, mengaktifkan NK cell
(Natural Killer Cell) sehingga dapat meningkatkan sistem kekebalan tubuh terhadap
penyakit dan membunuh sel kanker, menunda/memperlambat proses penuaan.
Riset membuktikan bahwa dengan relaksasi yang mendalam dan massage pada
saat kehamilan dan persalinan dapat memicu produksi endorphin. Dua studi skala kecil
menunjukkan bahwa pijatan dapat memberikan manfaat bagi wanita hamil, bersalin
dan nifas. Wanita yang mendapat pijatan secara teratur selama hamil, bersalin, nifas
mengalami penurunan kecemasan, penurunan nyeri punggung dan dapat tidur lebih
nyenyak dibandingkan wanita yang tidak mendapat pijatan. Kelompok yang mendapat
pijatan juga memiliki lebih sedikit kadar hormone stress.
Teknik masase membantu ibu merasa lebih segar, rileks, dan nyaman selama
persalinan. Sebuah penelitian menyebutkan, ibu yang dimasase 20 menit setiap jam
selama tahapan persalinan akan lebih bebas dari rasa sakit. Hal itu terjadi karena
masase merangsang tubuh melepaskan senyawa endorphin yang merupakan pereda
sakit alami. Endorphin juga dapat menciptakan perasaan nyaman dan enak sehingga
mengurangi kecemasan yang ibu rasakan.
Teknik sentuhan ringan ini sangat efektif jika dilakukan di bagian punggung
karena terdapat banyak saraf serta sentuhan di punggung dapat mengurangi rasa cemas
dan gelisah. Dengan teknik sebagai berikut menganjurkan ibu untuk berbaring miring
atau duduk, menarik napas yang dalam lalu hembuskan secara perlahan agar ibu
meras tenang.Dimulai dari bagian leher memijat ringan membentuk huruf “V” ke arah
tulang ekor hingga turun kebawah. Kemudian lanjutkan pijatan terus turun kebawah
dan ke belakang.Menganjurkan Ibu untuk menarik nafas dalam dari hidung kemudian
keluarkan dari mulut. Menganjurkan ibu untuk rileks dan santai.
Analisis Bivariat
Perbedaan tingkat kecemasan pada ibu post partum sebelum dan sesudah diberi
terapi masase endorphin.
Hasil penelitian ada perbedaan tingkat kecemasan pada ibu post partum sebelum
dan sesudah diberi terapi masase endorphin. Hal ini dapat dilihat dari tingkat
kecemasan ibu sebelum dan sesudah diberikan masage menurun dengan selisih rataratanya adalah 3,9dengan selisih standar deviasi 0,8.
Kecemasan dapat dihilangkan dengan berbagai metode .
Merupakan metode
untuk menghilangkan kecemasan dengan cara mengalihkan perhatian pada hal-hal lain
sehingga pasien akan lupa terhadap cemas yang dialami. Stimulus sensori yang
menyenangkan menyebabkan pelepasan endorfin yang bisa menghambat stimulus
cemas yang mengakibatkan lebih sedikit stimuli cemas yang ditransmisikan ke otak
(Potter & Perry, 2005).
Adanya perbedaan didapatkan kecemasan responden sebelum dilakukan masase
endorphin yang sedang sebanyak 6 responden (35,3%) dan menurun setelah dilakukan
masase sebanyak 1 responden (5,9%).
Kecemasan yang di alami oleh ibu dapat diatasi dengan memberikan dukungan
kepada ibu, anjurkan kepada pihak keluarga atau pasangan untuk selalu menemani ibu,
dan membantu merawat ibu dan bayinya. Serta, selalu berkomunikasi dengan ibu dan
mendengar apa yang dikeluhkan atau yang sedang dirasakan oleh ibu sehingga ibu
merasa nyaman. Berikan perhatian kepada ibu agar ibu tidak merasa sendiri.
Persiapan diri yang baik, artinya persiapan diri yang baik pada saat kehamilan
sangat diperlukan sehingga saat kelahiran memiliki kepercayaan diri yang baik dan
mengurangi resiko terjadinya depresi post partum. Kegiatan yang dapat ibu lakukan
adalah banyak membaca artikel atau buku yang ada kaitannya dengan kelahiran,
mengikuti kelas prenatal, bergabung dengan kelompok senam hamil. ibu dapat
memperoleh banyak informasi yang diperlukan sehingga pada saat kelahiran ibu sudah
siap dan hal traumatis yang mungkin mengejutkan dapat di hindari.
Olahraga dan nutrisi yang cukup , dengan olah raga dapat menjaga kondisi dan
stamina sehingga dapat membuat keadaan emosi juga lebih baik. Nutrisi yang baik
asupan makanan maupun minum sangat penting pada periode post partum. Berikaan
Support mental dan lingkungan sekitar , dukungan ini tidak hanya dari suami tapi dari
keluarga ,teman,dan lingkungan sekitar. Mendengarkan apa yang diungkapkan, dan
yang dirasakan oleh ibu.
Pijatan dapat memberikan manfaat bagi wanita hamil, bersalin dan nifas.
Wanita yang mendapat pijatan secara teratur selama hamil, bersalin, nifas mengalami
penurunan kecemasan, penurunan nyeri punggung dan dapat tidur lebih nyenyak
dibandingkan wanita yang tidak mendapat pijatan. Kelompok yang mendapat pijatan
juga memiliki lebih sedikit kadar hormone stress.Teknik masase membantu ibu merasa
lebih segar, rileks, dan nyaman selama persalinan.
Sentuhan yang di punggung yang dilakukan pada saat melakukan pemijatan
menyebabkan ibu merasa tenang dan nyaman. Sentuhan di punggung dapat
mengurangi rasa pegal dan kaku yang ibu alami pasca melahirkan. Serta pemijatan
dipunggung dapat berfungsi untuk menstabilkan tekanan darah.
Sebuah penelitian menyebutkan, ibu yang dimasase 20 menit setiap jam selama
tahapan persalinan akan lebih bebas dari rasa sakit. Hal itu terjadi karena masase
merangsang tubuh melepaskan senyawa endorphin yang merupakan pereda sakit
alami. Endorphin juga dapat menciptakan perasaan nyaman dan enak sehingga
mengurangi kecemasan yang ibu rasakan.
Ketidakseimbangan hormon 48 jam pertama post partum, tingkat estrogen dan
progesterone turun menjadi 90% hingga 95%.Estrogen adalah hormon yang
mempengaruhipengaturan emosi, kognisi, mood dan fungsi-fungsi otak lainnya.
Wanita post partum sering cemas karena harus banyak melakukan penyesuaian, antara
lain: tanggung jawab bertambah, kehadiran anggota keluarga baru yang harus diurus,
jadwal tidur yang kacau, sehingga membebani ibu baru secara fisik dan psikologis.Ibu
yang barumelahirkan dapat merasakan perubahan mood yang cepat dan berganti
(mood swing), kesedihan, suka menangis, hilang nafsu makan, gangguan tidur, mudah
tersinggung, cepat lelah, mudah menangis, cemas dan merasa kesepian
Pada ibu nifas akan mengalami keletihan, nyeri perineum, pembengkakan
payudara, after pain dan tekanan - tekanan mungkin menangis untuk hal –hal yang
tidak mereka pahami (Hamilton, 2005). Cemas pada kemampuan untuk merawat
bayinya setelah meninggalkan rumah sakit dan rasa takut tidak menarik lagi bagi
suaminya (Cunningham, 2005) Proses adaptasi psikologi pada seorang ibu sudah
dimulai sejak hamil. Wanita hamil akan mengalami perubahan psikologis yang nyata
sehingga memerlukan adaptasi. Perubahan mood seperti sering menangis, lekas marah,
dan sering sedih atau cepat berubah menjadi senang merupakan manifestasi dari emosi
yang labil. Proses adaptasi berbeda-beda antara satu ibu dengan ibu yang lain
(Suherni, 2008).
Rasa cemas sering timbul pada ibu masa nifas karena perubahan fisik dan emosi
dan masih menyesuaikan diri dengan kehadiran bayi. Pada periode ini sering disebut
Masa Kristis karena memelukan banyak perubahan perilaku, nilai dan peran. Tingkat
kecemasan akan berbeda anatar satu dengan yang lain. Bidan harus memberikan sikap
empati dalam memberikan support mental pada ibu untuk mengatasi kecemasan. Atasi
kecemasan ibu dengn mendorong ibu mngungkapkan perasaanya, libatkan kelurga dan
suami untuk memberi dukungn, dan beri pendidikan kesehatan sesuai kebutuhan
sehingga dapat membangun kepercayaan diri dalam berperan sebagai ibu.
Relaksasi dengan melakukan masase/pijatan pada bagian tubuh tertentu dalam
beberapa kali akan membuat peraaan lebih tenang (Lin, 2004). Menurut Mander
(2003), teknik masase adalah Teknik melakukan tekanan tangan pada jaringan lunak,
biasanya otot, tendon atau ligamentum, tanpa menyebabakan gerakan atau perubahan
posisi sendi untuk meredakan nyeri, menghasilkan relaksasi dan memperbaiki
sirkulasi. Bonny (2004) mengatakan bahwa teknik masase membantu ibu merasa lebih
segar, rileks, dan nyaman. Masase merangsang tubuh melepaskan senyawa endorphin
yang merupakan pereda sakit alami. Endorphin juga dapat menciptakan perasaan
nyaman dan enak sehingga mengurangi kecemasan yang ibu rasakan.
Penelitian yang dilakukan oleh Sri Gustini tahun 2014 dengan judul Pengaruh
Pijat Endorphin Terhadap Tingkat Kecemasan Pada Ibu Bersalin Di Bidan Praktik
Swasta (BPS) Wilayah Kota Tasikmalaya dengan hasil penelitian dengan
menggunakan uji t test, nilai p Value < (0,017 < 0.05) ini menunjukan bahwa terdapat
pengaruh yang signifikan pijat endorphin terhadap tingkat kecemasan ibu bersalin di
BPS Wilayah Kota Tasikmalaya. Berdasarkan hasil penelitian tersebut maka teknik
pijat endorphin direkomendasikan untuk setiap ibu bersalin kala I fase aktif dan
penelitian yang dilakukan oleh Siti Koriah tahun 2013 dengan judul Pengaruh Pijat
Endorphine Terhadap Jumlah Pengeluaran Darah Pada Kala Empat Persalinan Normal
Primi Para Di Bidan Praktek Mandiri Kabupaten Indramayu Tahun 2013 dengan hasil
pengeluaran darah kala IV persalinan normal pada responden yang dilakukan tindakan
pijat endhorpin berkisar antara 20 sampai dengan 75 ml, rata-rata 53,67 ml dengan
standar deviasi 17,369 ml, sedangkan pengeluaran darah kala IV persalinan normal
pada responden yang tidak dilakukan tindakan pijat endhorpin berkisar antara 120 ml
sampai dengan 700 ml, rata-rata 384,33 ml dengan standar deviasinya 192,733
ml.bahwa tenyata pemijatan endorphin pada masa kala IV persalinan normal jumlah
pengeluaran darah lebih sedikit.
Bahwa rata-rata pengeluaran darah pada responden yang dilakukan tindakan
pijat endorphin sebesar 53,67 dengan standar deviasi 17,369, sedang-kan pada
responden yang tidak dila-kukan tindakan pijat en orphin dida-patkan nilai rata-rata
pengeluaran darah sebesar 384,33 dengan standar deviasi 192,733.bahwa pemijatan
endorphin bisa diakukan lebih awal pada saat persalinan, kemungkinan akan lebih
berhasil jika dibandingkan dengan pemijatan endorphin pada waktu sesaat kala IV
karena jumlah pengeluaran darah akan lebih sedikit. Ada perbedaan yang signifikan
rata-rata pengeluaran darah kala IV persalinan normal 53,67 ml terhadap responden
yang dilakukan tindakan pijat endhorpin,sedangkan Responden yang tidak dilakukan
pijat endorphin rata-rata pengeluaran darah kala IV persalinan normal 384,33 ml. Ada
pengaruh pijat Endorphin terhadap jumlah total pengeluaran darah pada kala IV
persalinan normal yang berarti hipotesa dalam penelitian ini HO ditolak dan Ha
diterima atau gagal ditolak.
PENUTUP
Simpulan
1.
Tingkat kecemasan pada ibu nifas primipara sebelum diberi terapi masase
endorphinrata-rata 13,41 dimana responden yang mengalami kecemasan ringan
sebanyak 11 responden (64,7%) dan sedang sebanyak 6 responden (35,3%).
2.
Tingkat Kecemasan pada ibu nifas primipara sesudah diberi terapi masase
endorphinrata-rata 9,6 dimana responden yang tidak mengalami kecemasan sebanyak
3 responden (17,6%), mengalami kecemasan ringan sebanyak 13 responden (76,5%)
dan sedang sebanyak 1 responden (5,9%).
3.
Ada perbedaan tingkat kecemasan pada ibu nifas primipara sebelum dan
sesudah diberi terapi masase endorphin dengan nilai p=0,002 dimana kecemasan
responden sebelum dilakukan masase endorphin yang sedang sebanyak 6 responden
(35,3%) dan menurun setelah dilakukan masase sebanyak 1 responden (5,9%).
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2013. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.Jakarta:
Rineka Cipta,
Bobak. 2005. Buku Ajar Keperawatan Maternitas edisi 4. Jakarta : EGC
Danuatmaja, Bonny.2004. Persalinan Normal Tanpa Rasa Sakit. Jakarta: Puspa
Swarna.
Gustini, Sri. 2014. Pengaruh Pijat Endorphin Terhadap Tingkt Kecemasan Pada Ibu
Bersalin Di Bidan Praktek Swasta (BPS) Wilayah Kota Tasikmalaya.
Haruyama, Shigeo. 2014. The Miracle of Endorphin. Bandung: Qanita
Irnawati. 2014. Tetap Tersenyum Saat Melahirkan, 4 Metode Persalinan Tanpa Rasa
Sakit. Yogyakarta: Media Pressindo
Koriah, Siti. 2013. Pengaruh Pijat Endirphine Terhadap Jumlah Pengeluaran Darah
Pada Kala IV Persalinan Normal Primi Para Di Bidan Praktek Mandiri
Kabupaten Indramayu Tahun 2013
Kosasih, Tetti. 2015. Relaksasi. Bandung: Refika Aditama
Kuswandi, Lanny.2014. Keajaiban Hypno-Birthing.Jakarta : Pustaka Bunda
Marmi.2011. Asuhan Kebidanan pada Masa Antenatal. Yogyakarta: Pustaka pelajar
Prawirohardjo, S. 2006. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo
Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, kualitatif dan R & D.Bandung:
Alfabeta
Suherni, 2009. Perawatan Masa Nifas. Yogyakarta: Fitramaya
Sumarah. 2009. Perawatan Ibu Bersalin : Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin.
Yogyakarta : Fitramaya.
Download