PENGUJIAN OVERREACTION TERHADAP PORTOFOLIO WINNER DAN PORTOFOLIO LOSER PADA SAHAM LQ-45 Maria Rio Rita Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana Email: [email protected] · Yosef Budi Kurniawan . . Alumni Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas:'i.<iisten Satya Wacana :; ABSTRACT t . ...- This research examines the overreaction hypothesis occured on stocks market. The overreaction hypothesis stated that investors overreact in the initial period and subsequently correct themselves or people tend to overweight recent" information and to underweight prior data. This research examines the overreaction in winner and loser portfolio which is consist of LQ-45 stocks troughout the year 2005-2006. Samples obtained by using market model adjusted model amounted to 22 winner stocks and 23 loser stocks. The result of this research seems to indicate that overreaction occurs separate in its move. Winners and losers are not constant overtime. Implication on the efficient market hypothesis is that the phenomena of overreaction shows that market is not efficient (especially Indonesia Stock Exchange), since the stock price can be predicted on the previous stock price. Analysis independent sample t-test, winners and losers do not show the different average abnormal return significantly. Keywords: Overreaction, Winners Portfolio, Loser Portfolio, abnormal return. PENDAHULUAN Berdasarkan penelitian di pasar modal, terdapat beberapa penyimpangan dala'm perilaku keuangan (behavioral finance) yang dapat mempengaruhi harga saham. Penyir:npangan tersebut di antaranya January effect (Tinic dan West, 1984), size effect (Schwert, 1983), PIE effect (Basu, 1977), day of the week effect (Gibbon dan Hess, 1981) dan fenomena overreaction (De Bond dan Thaler, 1987). Salah satu penyimpangan yang akan dikaji dalam penelitian ini yaitu tentang fenomena overreaction. 139 Tlrleah 8/snls, Volume 10,_!Jomor 2, De_!SfJmber 2009_ ______ _ "------------ --- Perilaku investor yang bereaksi secara berlebiha n (overrea ction) merupakan dampak dari informasi baik maupun informasi buruk yang diterima di pasar. Pelaku pasar terny~ta tida~ se~uanya ~erdiri d~ri ~rang-ora~g yang rasional dan juga tidak emos1onal. J1ka mformas1 yang d1tenmanya d1anggap buruk, maka mereka akan bereaksi berlebihan terhadap informasi tersebut dan dengan segera akan menilai saham terlalu rendah. Untuk menghind:::~ri kerugian, investor akan berperilaku irrasional dan ingin menjual saham-saham y;:mg dianggap berkinerja buruk dengan cepat (Rahmawati dan Suryani, 2005). Overreaction ditunjukkan dengan adanya perubahan harga saham, dan dapat diukur dengan abnormal return. lrnplikasi yang terjadi di pasar moda! adalah terjadinya pembalikan harga saham sebagai respon atas adanya informasi yang diterima investor, yang membuktikan bahwa pasar telah bereaksi secara berlebihan (overreact). Saham-saham yang biasanya diminati pasar karena mempun yai return tinggi akan menjadi kurang diminati, sedangkan saham-saham yang bernilai rendah dan kurang diminati akan mulai dicari oleh pasar. Kondisi ini menyebabkan return saham yang sebelumnya tinggi menjadi rendah, dan return yang sebelumnya rendah akan menjadi tinggi. Keadaan ini menyebabkan terjadinya abnormal return positif dan negatif. De Bondt dan Thaler, 1985 dalam Sartono (2000) menyatakan bahwa saham-saham yang sebelumnya berkinerja buruk {loser) selanjutnya membaik dan saham-saham yang sebelumnya berkinerja baik (winner) selanjutnya memburuk sekitar 36 bulan kemudian. Fenomena harga saham yang tidak normal ini membuktikan bahwa pasar bereaksi secara berlebihan dalam menanggapi informasi tertentu. Lalu pasar menyadarinya sehingga terjadi koreksi pada periode selanjutnya. Fenomena tersebut menggambarkan bahwa pasar tidak efisien, sebab pergerakan harga saham diprediksi berdasarkan kinerja masa lalu. Dalam pasar yang efisien, harga saham yang ada pada saat itu seharusnya dapat mencerm inkan semua informas i yang diperluka n oleh investor untuk membantu dalam mengambil keputusan investasi. Reaksi yang tidak rasional kerap muncul saat investor menerima informasi baik informasi bagus (good news) atau buruk (bad news). Investor biasanya akan memberi bobot yang terlalu tinggi untuk beri~ baik, sedangkan saat menerima berita buruk akan memberi bobot yang sangat rendah. Penelitia n mengena i keberada an reaksi berlebiha n seringka li menggunakan data saham yang dikelompokkan menjadi dua, yaitu portofolio loserdan portofolio winner. Kelompok saham yang disebut loseryaitu kelompok saham yang konsisten mengalami penurunan harga berdasarkan informasi buruk (bad news) yang diterimanya. Portofolio loserdiwakili oleh saham-saham yang memiliki abnormal return negatif. Sedangkan kelompok saham winner yaitu kelompok saham yang konsisten mengalami kenaikan harga berdasarkan 140 PAnnuiison nw,,..,.,.,..,;nn T<>m:orl:on Pnrlnfnlin Winner dan ............. (Maria Rio Rita dan Yosef Budi K.} informasi baik (good news) yang diterimanya. Kelompok saham ini memiliki abnormal return yang positif. Penelitian yang dilakukan Zarowin, 1990 dalam Wibowo dan Sukarno (2004) menemukan bahwa kecenderungan sa ham loser mengungguli sa ham winner tidak tergantung pada reaksi berlebihan, tetapi adanya perbedaan ukuran perusahaan saham loser yang lebih kecil dari pada ukuran perusahaan saham winner. Hal ini disebabkan karena terjadinya kapitalisasi pasar oleh perusaht=~an skala besar. Wibowo dan Sukarno (2004) menyatakan bahwa saham-saham winner tidak menunjukkan adanya overreaction, sedangkan pada Xiham-saham loser te~adi pembalikan harga terhadap informasi buruk yang diterima pasar, dari semula abnormal return negatif lalu berbalik menjadi abnormal return positif. Penelitian Rahmawati dan Suryani (2005) menyimpulkan bahwa terdapat indikasi reaksi berlebihan yang ditandai dengan portofolio loser mengungguli portofolio winner. Overreaction ini terjadi tidak dalam kurun waktu yang lama dan konstan, tetapi terjadi secara terpisah-pisah atau separatis. Berdasarkan uraian di atas dan dengan adanya hasil penelitian terdahulu yang beragam, maka penelitian ini akan menguji kembali apakah pelaku pasar bereaksi secara berlebihan saat menerima informasi yang masuk ke pasar (good news ataupun bad news. Data yang digunakan adalah saham-saham yang masuk kategori LQ 45 periode Februari 2005 sampai Juli 2005. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah terjadi pembalikan kinerja portofolio loser (winner) yang ditandai dengan munculnya abnormal return positif (negatif) pada periode pengujian. Selain itu juga akan diuji apakah terdapat perbedaan kinerja antara kedua macam portofolio tersebut. R .:aksi Pasar Beberapa teori menyebutkan bahwa investor akan bereaksi terhadap berita mengenai suatu peristiwa, baik peristiwa keuangan maupun non keuangan yang tidak terduga dan tidak diantisipasi sebelumnya. Event yang tidak diantisipasi mempengaruhi seluruh ekonomi yang ada dan mempengaruhi harga saham secara signifikan, baik berupa apresiasi ataupun depresiasi saham. Reaksi pasar tersebut diukur dengan munculnya abnormal return yang signifikan (Harijono, 1997). Hipotesis pasar efisien berkaitan dengan reaksi pasar yang tercermin dalam penyesuaian harga saham dari suatu informasi baru di pasar modal. Adanya reaksi yang ,berlebihan dari pelaku pasar saat menerima informasi baru dapat digunakan untuk menilai tentang keefisienan pasar, khususnya pelaku pasar di pasar modal Indonesia. Hipotesis tersebut menyatakan bahwa harga saham akan selalu mencerminkan informasi yang tersedia di pasar secara penuh (Manurung dan Permana, 2005). Namun pada kenyataan yang 141 1WNh BhltWI, \;t)IUine 10, Nomor 2, De64ilmber 2009 terjadi di pasar adalah gejala yang bertentangan dengan konsep tersebut. Investor umumnya mengambil tindakan dan keputusan yang berbeda dalam menyikapi suatu infonnasi baik dari segi waktu, frekuensi, maupun kuantitas pembelian saham. Misalnya, melakukan penjualan saham secara spontan ketika pasar bergerak di luar ekspektasinya. Atau investor membeli saham yang baru saja mengalami keuntungan tanpa memperhatikan nilai fundamental dari saham tersebut. Overreaction Hypothesis Overreaction hypothesis menyatakan bahwa pasar telah bereaksi secara berlebihan terhadap suatu informasi. Para pelaku pasar cenderung merespon terlalu berlebihan terhadap informasi yang dianggap bagus (good news), sehingga harga saham menjadi melambung. Sebaliknya pelaku pasar cenderung merespon terlalu berlebihan terhadap informasi buruk (bad news), sehingga menyebabkan harga saham turun drastis (De Bondt, 1985). V.:oreksi terhadap informasi tersebut pada periode berikutnya jika terjadi dalam jangka waktu pendek, signifikan dan berulang maka inilah yang disebut overreaction. De Bondt dan Thaler (1985) membagi portofolio dalam dua kelompok, yaitu kelompok portofolio winner dan kelompok portofolio loser. Portofolio winner adalah kelompok portofolio yang konsisten mendapatkan earning positif dalam kurun waktu tertentu yang ditandai dengan abnormal return yang positif, yang diakibatkan oleh kenaikan harga saham secara konsisten. Portofolio loser adalah kelompok portofolio yang secara konsisten mendapat earning negatif dalam kurun waktu tertentu, yang ditandai adanya abnormal return yang negatif. Perolehan abnormal return yang negatif d!akibatkan oleh penurunan harga saham yang terjadi secara konsisten sehingga menghasilkan perhitungan abnormal return yang negatif Saat pelaku pasar bereaksi berlebihan terhadap informasi tak terduga sebelumnya, maka saham-saham yang tergolong loser akan mengungguli winner. Sehingga orang-orang akan akan terdorong melakukan strategi membeli saham loser dan menjual saham winner. Chan, 1988 menyusun portofolio winner dan lhser setiap tiga tahun antara tahun !932-1983. Hasil temuannya menunjukkan bahwa rasio winnerdan losertidak kcnstan sepanjang waktu. Artinya estimasi return dari strategi in sangat sensitif :erhadap metode yang digunakan, sehingga hanya sedikit abnormal return yang diperoleh saat ada perubahan risiko yang mengontrolnya (Rahmawati dan Suryani, 2005). Penelitian Susiyanto (1997) dengan menggunakan data ~ingguan selama periode 1994-1996 menemukan bahwa portofolio saham yang tiga bulan sebelumnya memperlihatkan abnormal return positif (wiwer) selanjutnya memperoleh abnormal return negatif dalam periode tiga bu an sesudahnya, 142 Pengi.IJtan Ulieneaclion ramaaap t'OffOrOlto wtnner aan ............. ~~~-- • - • '" tetapi tidak ditemukan adanya reaksi berlebihan pada portofolio saham yang sebelumnya memperlihatkan abnormal return negatif (loser). Sukmawati dan Hermawan (2003) dalam penelitiannya menemukan bahwa portofolio loser terbukti mengungguli portofolio winner yang terjadi secara separatis dan terpisah-pisah selama beberapa waktu. Mereka melakukan pengujian tentang keberadaan overreaction yang digunakan untuk memprediksikan pola portofolio loser mengungguli portofolio winner. Adanya overreaction mendorong adanya strategi untuk membeli saham-saham loser dan menjual saham-saham winner. Strategi sebaliknya, yaitu membeli sahamsahAm winner dan menjual saham-saham loser juga dllakukan dan hasilnya abnormal return tetap dapat diperoleh. Hal ini menunjukkan bahwa risiko winner dan loser tidak konstan sepanjang waktu. Berdasarkan penjelasan di atas dan disertai hasil penelitian sebelumnya, maka dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut: Terdapat perbedaan average abnormal return yan~ signifikan antara H1: portofolio winner dan portofolio loser. METODE PENELITIAN Pemilihan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode purposive sampling. Syaratnya adalah saham-saham yang tergabung dalam LQ-45 untuk periode Februari 2005 sampai Juli 2005. Fenomena overreaction akan diamati pada periode Januari 2005 sampai Desember 2006. Metode Analisis Data Pembentukan portofolio winner dan loser adalah berdasarkan ranking abnormal return harian yang diakumulasikan selama periode pembentukan (Januari 2005 sampai Desember 2005} dan pengujian portofolio yang berlangsung selama satu tahun (Januari 2006 sampai Desember 2006). Sampel yang digunakan dalam pembentukan portofolio adalah saham-saham LQ-45 yang terdaftar pada periode Februari 2005 sampai Juli 2005, yang akan dikelompokkan menjadi dua portofolio. Portofolio yang memiliki Average Abnormal Return (AAR) positif disebut portofolio winner, sedangkan portofolio yang memiliki Average Abnormal Return (AAR) negatif disebut portofolio loser. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah Abnormal Return (AR) yang merupakan proksi da(i reaksi pasar. Pengujian adanya abnormal return tidak dilakukan untuk tiap-tiap sekuritas, tetapi dilakukan secara agregat dengan menguji rata-rata abnormal return (Average Abnormal Return) seluruh sekuritas secara cross-section. Penghitungan AAR menggunakan rumus 143 TelaaiiBbinls, Vol&me 10, Nomor 2, Detember 2009 ------------------------ ------ Jogiyanto (2000). Pengujian MR ini dilakukan untuk melihat apakah ada perbedaan kinerja pada portofolio winner dan portofolio loser. AAR dihitung dengan rumus (menggunakan abnormal return model market adjusted model) : R. = P, -.P,_, 1,1 p,_, ......................... .................. (1) Rm =.lnLQ45,-JnLQ 45t-t ' · lnLQ45,_1 ........................ .............. .... (2) AR;_. = ~-'- Rm (3) CARi,l = IAR,,, ........................ .................. (4) LAR;,~ AAR; =--"'n ........................ .................. (5) Keterangan: R;_, Return harian saham i pada hari t Pt Harga.saham harian (closing price) pada hari t Rm Return pasar menggunakan lndeks saham LQ 45 ln.LQ45t lndeJcs harga saham harian LQ45 pada hari t AR,.a = Abnormal Return i pada hari t CAR;,, Cumulative Abnonnal Return i pada hari t =Average Abnormal Return i (XIda hari t n ;z Banyak hari dalam periode pengujian = = = = AAf\ = Analisis terhadap ove·" eaction dilakukan dengan melihat perubahan abnormal return yang terjadi pada periode pengujian untuk kedua jenis portofoi"IO·. Pergerakan 1bnorm_a1 retu~ masing-mas~ng portofol~~ dit~njukkan dengan grafik secara tilne senes hanan selama penode penguJ•an J1ka pada periode pengujian portofolio loser ternyata mengungguli kinerja portofolio winner, maka dapat dikatakan terjadi reaksi berlebihan (overreaction) terhadap harga-harga saham L0-45 yang ada di Bursa Efek Indonesia. Sebaliknya, jika selama periode pe~gujian portofolio loser tidak mengungguli kinerja portofolio winner, maka dapat disimpulkan tidak terjadi reaksi berlebihan. Pengujian hipotesis dilakukan dengan bantuan software SPSS versi 13.0 for windows dalam melakukan pengolahan data statistik. Pertama kali dilakukan uji normalitas data untuk menguji apakah data berdistribusi normal atau tidak. 144 Penaullan ~ Tarlladao Pottofolio Wmner dan ............. (Mafia RJo Hlta aan YOS8t tJua1 K.) Uji normalitas data mengunakan One-sample Kolmogorov ~mirnov. Selanjutnya dilakukan uji beda rata-rata antara ·Average Abnonnal Return (AAR) portofolio winner dan PQrtofofiO .loser pada periode pengujian. Jika data berdistl'ibuni normal pengujian data menggunakan T-test. Jika data berdistribusi tidak normal pengujian rnenggunakan Mann Whitney. PEMBAHASAN DAN HASIL Pembentukan portofolio winner dan portofolio loser berdasarkan perhitungan MR dari masing-masing saham yang telah diolah beidasarkan ranking, dengan kriteria AAR positif masuk dalam kategori portofolio winner, sedangkan untuk AAR negatif dikategorikan sebagai portofolio loser. Pada gambar 1 akan disajikan AAR untuk portofolio winner dan portofolio loser periode pembentukan (Januari 2005 - Desember 2005). 0.02 0.015 0.01 ! 1-+-AAR Tahun 20051 0.005 0 ~.005 ~. 01 Juml•hS•Mm Gambar1: Average Abnonnal Return (AAR) Portofolio Winner dan Portofolio Loser Periode Pembentukan (Januari 2005- Desember 2005) Berdasarkan gambar 1 diatas, diketahui jumlah saham yang termasuk dalam portofolio winner sejumlah 22 saham dan portofolio loser sejumlah 23 saham. Nilai AAR tertinggi portofolio sebesar 0,01644 dan nilai terendahnya sebesar -0,004536., Sedangkan pergerakan Cumulative Abnormal Return (CAR) untuk portofolio winner dan loser disajikan dalam gambar 2 berikut. 145 ..,.. "'*-,_ ,_,., :C•••, ar 20011 5.0 4.0 3.0 ~ 2.0 ;-+-CAR 2005) 1.0 0.0 -1 .0 -2.0 Jumlah Saham Gamba r2: Cumulative Abnormal Return (CAR) Portofolio Winner dan Portofolio Loser Periode Pembentukan (Januari 2005- Desember 2005) Dalam gambar 2 diatas terlihat bahwa Cumulative Abnormal Return (CAR) tertinggi sebesar 3.9244, sedangkan CAR terendah sebesar -1.0843. Pada saham- saham lainnya cenderu ng memilik i Cumula tive Abnorm al Return (CAR) yang stabil disekitar angka nol. Saham yang memiliki nilai CAR tertinggi adalah saham BNBR dari sektor Aneka lndustri, dan saham yang memiliki nilai CAR terendah adalah saham CTRS dari sektor Properti dan Real Estat. Selanjutnya untuk melihat apakah terjadi pembalikan kinerja pada portofolio loser menjadi portofolio wi"ner yang ditandai dengan abnormal retum positif, dibuatlah grafik sebagai berikut: 146 PttnniJiian no _ _,..., T.- ~ IMiVWdan ............. (Metla Rio Rita den Yosef Budi K) 0.00015 0.0001 AAA. 0.00005 0 -0.00005 -0.0001 -0.00015 -0.0002 - M R winner Periode Pengujian (1Jan '06- 31 Des "06) - M R loser Peflode Pengujian (1Jan '06- 31 Des "06) Gambar3: Average Abnormal Return (MR) Portofolio Loser dan Portofolio Winner pad a Periode Pengujian (Januari 2006-Desember 2006) Pada periode pengujian, pergerakan AAR portofolio loseryang ditunjukkan dengan garis putus-putus sebagian besar mengungguli AAR portofolio winner. Disini ada kecenderungan saham-saham portofolio loser berubah menjadi winner. Terlihat dalam beberapa kurun waktu tertentu portofolio loser mengungguli portofolio winner. Portofolio loser mengungguli portofolio winner terlihat jelas pada bulan Maret, bulan Mei, dan bulan Juni. Hal ini menunjukkan bahwa kine~a portofolio loser yang mengungguli portofolio winner tidak te~adi dalam rentang waktu yang lama, tetapi lebih bersifat separatis atau terpisahpisah dalam pergerakannya. Adanya pembalikan kinerja loser ini mengindikasikan bahwa investor di pasar modal memberi bobot yang terlalu rendah (undervalued) terhadap informasi buruk (bad news) di pasar modal. Peristiwa ekonomi yang te~adi di tahun 2006 seperti kekhawatiran naiknya harga BBM yang diakibatkan oleh naiknya harga minyak mentah dunia sebesar 125 dollar AS per barel pada bulan April 2006, juga memberi dampak yang cukup besar bagi pasar modal. Akibatnya, harga saham cenderung dinilai terlalu rendah dan selanjutnya pasar akan melakukan koreksi di kemudian hari. Harga saham akan mengalami pembalikan dari yang semula dinilai sangat rendah kini menjadi naik. Penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Susiyanto (1997), Sukmawati dan Hetmawan (2003), Wibowo (2004 ), Rahmawati (2005). yang menyatakan bahwa terjadi pembalikan kinerja saham-saham loser yang berubah menjadi portofolio winner. 147 Pengujian Normalitas Pengujian normalita3 data dilakukan dengan menggunakan KolmogorovSmirnov Test. Pengujian dengan cara ini digunakan untuk mengetahui apakah data yang digunakan terdistribusi secara normal. Apabila nilai Asymp. Sig. suatu variabel > 0,025 maka variabel tersebut terdistribusi normal, sedangkan jika nilai Asymp. Sig. suatu variabel < 0,025 maka variabel tersebut tidak terdistribusi dengan normal. Tabe11: Hasil Pengujian Normalitas Portofolio Winner dan Portofolio Loser pada Periode Pengujian AARWinnerloser N Normal Parameters(a,b) Most Extreme Differences Mean Std. Deviation Absolute Positive Negative Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed) 484 .0000000 .00003141 .051 .037 -.051 1.114 .167 a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data Sumber: data sekunder diolah Berdasarkan Dari tabel Kolmogorov-Smirnov diatas dapat dilihat bahwa nilai Asymp. Sig. sebesar 0,167 (> 5%/2). Hal ini berarti data yang digunakan pada penelitian ini terdistribusi secara normal. Uji beda rata-rata J Pada pengujian hipotesis digunakan alat uji beda (paired sample t-test) untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan kinerja portofolio winner dan portofolio loser pada periode pengujian (Januari 2006 - Desember 2006). 148 Pengujian Overreaction Terlladap Pottofolio Winner dan ............. (Matia RJ - · · •• Tabel 2: Tabel Pengujian statistika Paired Samples Test Pan<~ Dlff-nces Std. Error Mean Sld. Deviation 95% ConfidE :lOll Interval Difference Mean Lower Paif1 AAA Winner -AAA loser .0000017 9 .00003247 .00000209 m111e Slg. (2tailed) -.00000232 I I Ullll8!' .00000590 .393 Sumber: data seku11der diolah Dari tabel diatas diketahui bahwa nilai signifikansi sebesar 0,393 lebih besar dari 0 (5%/2) yang berarti hipotesis nol diterima. Hai ini menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan kinerja portofolio loser dan portofolio winner pada periode pengujian. Kemungkinan yang terjadi selama periode pengujian adalah para pelaku pasar merespon informasi yang dianggap baik ataupun buruk relatif sama, selain itu informasi yang masuk ke pasar dir'9spon secara wajar oleh investor. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Susiyanto (1997), dan Rahmawati (2005) yang menyatakan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara average abnormal return seluruh saham loser dan seluruh saham winner. PENUTUP Berdasarkan hasil analisis yang telah diuraikan sebelumnya, maka dihasilkan kesimpulan sebagai berikut: a). Berdasarkan grafik pergerakan MR portofolio loser dan winner terlihat bahwa pada portofolio loser terjadi overreaction yang ditandai dengan portofolio loser berubah menjadi portofolio winner yang terjadi dalam waktu terpisah·pisah dan tidak secara konstan. b) Hasil pengujian hipotesis menunjukkan tidak terdapat perbedaan antara kinerja portofolio loser dan kinerja portofolio winner pada saham LQ 45, atau dengan kata lain kinerja kedua portofolio tersebut sama. Sehingga berdasarkan hasil penelitian ini, investor dapat memilih ke 2 macam portofolio dalam berinvestasi, sebab keduanya menunjukkan kinerja yang ~idak berbeda. , Penelitian ini mempunyai keterbatasan yakni periode pembentukan dan pengujian portofolio yang digunakan terlalu panjang, sehingga pergerakan saham tidak ter1iha't secara detail. Dalam upaya memperoleh hasil yang lebih akurat, penelitian mendatang disarankan untuk membagi periode pembentukan dan pengujian menjadi lebih pendek, misalkan per 3 bulanan, sehingga hasil yang diperoleh dapat menggambarkan lebih jelas fenomena overreaction yang terjadi. 149 DAFTAR PUSTAKA Basu, s. 1977. "Investm ent performance of Common Stocks in Relation to Their Price Earning Ratios: A Test of Efficient Market Hypothesis". Journal of Finance. 32 (June): 663-682. De Bondt, W.F.M., dan Thaler, R.H. (1985). "Does Security Analysts Overreact?", The American Economic Review. Vol. 80: 52-57. De Bondt, W.F.M., dan Tha!er, R.H. (1987). "Stock Market Vo:atility: Do Security Analysts Overreact?". Journal of Finance. 80. (May): 52-57. Gibbons, M. R., dan Hess, P. (1981 ). "Day of the Weeks Effects and Asset Returns". Journal of Business. 54. (October): 579-596. Harijono (1997). Event Study. Seri Kertas Ke~a. Fakultas Ekonomi. Universitas Kristen Satya Wacana. Salatiga. Jogiyanto. (2000). "Teori Portofolio dan Analisis lnvestasi:. Edisi 11. Yogyakarta: BPFE. Manurung, A.H., dan Permana, P.N. (2005). "Gejala Overreaction pada Saham dalam Perhitungan lndeks LQ 45". Usahawan. No. 09 TH XXXIV, September 2005. Rahmawati; dan Suryani, T. (2005). "Over Reaksi Pasar Terhadap Harga Saham Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Jakarta". Simposium Nasional Akuntansi VIII, September : 64-73. Sartono, A. (2000). "'verrea ction of the Indonesia Capital Market". Gadjah Mada International Journal of Business, Vol. 2. No. 2. (May): 163-184. Schwert, C. W. 1983. "Size and Stock Returns and Other Empirical Regularities". Journal of Financial Economics. 12 (June): 3-12. Sukmawati dan Hermaw an, D. (2003). "Overre act Hypothe sis dan Price Earning Ratio Anomal y Saham-Saham Sektor Manufaktur di BEJ". Jumal Riset Ekonomi dan Manajemen, Vol. 3, No. 1. Susiyanto, F.M. (1997). 1Market's Overreaction in the Indonesian Stock Market". Kelola. Vol. 6. No. 16. nnic, S. M., dan West, R. R (1984 ). "Risk and Return: January vs the rest of the year". Journal of Financial Economics. 13 (December): 561-574. Wibowo, A., dan Sukamo; A. (2004 ). "Reaksi Pasar Berlebihan dan Pengaruh Ukuran Perusahaan Terhadap Pembalikan Harga Saham di Bursa Efek Jakarta". Wahana. Vol. 7. No. 1 , Februari: 57-72. 150