PROYEKSI DANA DAN PERENCANAAN INVESTASI SEKTOR PENDIDIKAN UNTUK PERCEPATAN PERTUMBUHAN EKONOMI ACEH Nazamuddin, Riswandi, Diana Sapha Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk menghitung indikator-indikator utama bidang pendidikan untuk periode 2015-2020 dan untuk memproyeksikan ketersediaan dan kebutuhan dana pendidikan untuk mencapai indikator pendidikan yang realistik. Metode yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Pendekatan kuantitati menggunakan Autoregressive Integrated Moving Average (ARIMA) model dengan mencakup data seri waktu mulai tahun 2007 hingga 2014. Pendekatan kualitatif menggunakan studi kasus tiga kabupaten/kota di Aceh melalui pengumpulan informasi dalam bentuk survey sekolah, FGD, dan in-depth interview. Berdasarkan hasil penelitian akan dibuat simulasi ketersediaan dan kebutuhan dana pendanaan yang efektif dan rekomendasi kebijakan menyangkut dengan mekanisme alokasi tahunan. Kata kunci: Indikator pendidikan, Pertumbuhan Ekonomi, Anggaran Pendidikan 1 I PENDAHULUAN Penelitian ini fokus pada bidang pendidikan sebagai salah satu sasaran pembangunan ekonomi Aceh yang menjadi prioritas dalam RPJM Aceh 2012-2017. Pembangunan bidang pendidikan menjadi sangat krusial karena peranannya tidak hanya bermanfaat secara individu (private returns) tetapi juga secara sosial (social returns). Keberhasilan pembangunan sektor pendidikan juga menjadi penentu dalam pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan mandiri dalam jangka panjang. Jika dilihat dari Human Development Index (Indeks Pembangunan Manusia=IPM), kualitas sumber daya manusia Aceh terus meningkat dalam periode 2007-2012. IPM Aceh pada tahun 2007 sebesar 70,35, kemudian meningkat sedikit menjadi 72,51 pada tahun 2012. Namun, IPM Aceh pada tahun 2012 tersebut berada pada urutan kedua terendah jika dibandingkan dengan provinsi lain di Sumatera, sedikit lebih baik dibandingkan Provinsi Lampung yang berada pada peringkat terendah dengan IPM hanya 72.45 (lihat Tabel 1). Hal ini tentu dipengaruhi oleh berbagai faktor termasuk diantaranya pertumbuhan ekonomi yang rendah dan perkembangan indikator pendidikan yang belum optimal. Pertumbuhan ekonomi Aceh terlihat berfluktuatif dan relatif rendah selama periode 20062012. Pertumbuhan Ekonomi Aceh lebih rendah dibandingkan pertumbuhan rata-rata provinsi di pulau Sumatera dan rata-rata Indonesia (lihat Tabel 2). Bahkan pada tahun 2012 pertumbuhan ekonomi Aceh hanya sebesar 5,20 persen atau berada pada peringkat kedua terendah dibandingkan provinsi lain di Sumatera, relatif lebih baik dibandingkan dengan pertumbuhan ekonom Provinsi Riau sebesar 3,55 persen. Rendah pertumbuhan ekonomi Aceh diduga salah satunya karena kualitas tenaga kerja yang masih rendah. Seperti ditampilkan pada Gambar 1, sebagian besar tenaga kerja di Aceh hanya berkualifikasi pendidikan menengah dan persentasenya meningkat sedikit dari 20,74 persen tahun 2007 menjadi 24,36 persen tahun 2012. Sementar penurunan persentase angkatan kerja yang tidak tamat pendidikan dasar dan hanya berkualifikasi pendidikan dasar (SD/MI dan SMP/MTs) menunjukkan peningkatan kualitas tenaga kerja di Aceh. Dengan pemberlakuan Undang-undang Nomor 11 Tahun 2006, anggaran pendidikan Aceh meningkat sangat signifikan dari alokasi Tambahan Dana Bagi Hasil Migas dan Dana Otonomi Khusus. Seperti ditampilkan Gambar 2, anggaran pendidikan Aceh hanya Rp 650 miliar pada tahun 2006 kemudian meningkat sangat drastis menjadi Rp 1,03 triliun pada tahun 2007 saat otonomi khusus efektif diberlakukan. Namun, ketersediaan dana pendidikan yang besar belum 2 menunjukkan hubungan yang positif dan cukup signifikan terhadap kinerja target-target indikator utama pendidikan di Aceh. Beberapa indikator akses pendidikan memang menunjukkan perkembangan yang postifi, namun tidak demikian halnya dengan indikator mutu pendidikan. Seperti ditunjukkan Tabel 3, Angka Partisipasi Kasar (APK) pada jenjang pendidikan menunjukkan perkembangan yang positif. Namun dari sisi kualitas pendidikan, sebagaian besar indikator mutu pendidikan masih rendah dan bahkan masih jauh dari target yang ditetapkan oleh pemerintah dan pemerintah daerah. Sebagaimana ditampilkan Tabel 4, beberapa indikator mutu pendidikan memang menunjukan kinerja yang baik diantaranya persentase kelulusan ujian nasional, peringkat Aceh dalam nilai rata-rata ujian nasional, Angka Mengulang, dan Angka Putus Sekolah. Namun persentase guru berkualifikasi minimal S1/D4 masih rendah bahkan sulit mencapai standar nasional. Selain itu, persentase sekolah yang dilengkapi perpustakaan dan laboratorium juga masih rendah. Selama ini, Pemerintah Aceh dan pemerintah kabupaten/kota di Aceh belum memiliki indikator utama pendidikan yang seragam, konsisten dengan target RPJM dan target nasional. Keseragaman ini penting agar terdapat sinergi di dalam kebijakan pembangunan pendidikan. Untuk mencapai target pada beberapa indikator utama pendidikan secara realistik, perlu dilakukan proyeksi ketersediaan dana minimal lima tahun ke depan. Ini berguna untuk menyusun RPJM periode berikutnya dan juga penyesuaian rencana tahunan. Penelitian ini memiliki keluaran yang diharapkan, yaitu (1) tersediaanya indikator-indikator utama bidang pendidikan periode 2015-2020, (2) tersedianya perhitungan proyeksi ketersediaan dana pendidikan selama 2015-2020 melalui berbagai sumber yang potensial, termasuk dari sumber utama berupa bagian Dana Otonomi Khusus dan Tambahan Dana Bagi Hasil Migas untuk pendidikan yang secara khusus dialokasi untuk pendidikan, (3) tersedianya proyeksi kebutuhan dana pendidikan menurut program utama pendidikan termasuk PAUD hingga pendidikan tinggi melalui simulasi pendanaan, (4) tersedianya telaah kebijakan (policy brief) untuk Pemerintah Aceh dan pemerintah kabupaten/kota, dan (5) tersedianya draft artikel akademik untuk dikirim ke jurnal ilmiah. 3 II STUDI PUSTAKA 2.1 Investasi Pendidikan dan Pertumbuhan Ekonomi Sejumlah penelitian menunjukkan hubungan yang positif antara investasi pendidikan dan pertumbuhan ekonomi. Studi-studi pada periode awal yang dilakukan Schultz (1961), Psacharopoulos (1987) dan Lucas (1988) membuktikan bahwa akumulasi modal manusia yang diperoleh dari pendidikan dan pelatihan mampu meningkatkan pendapatan per kapita. Dalam perkembangannya, meskipun menggunakan pendekatan yang berbeda-beda, studi-studi yang dilakukan oleh Barro dan Lee (1993) dan Benhabib dan Spiegel (1994) juga menemukan hasil yang sama dimana akumulasi modal manusia menjadi sumber pertumbuhan ekonomi yang sangat menentukan. Studi-studi terbaru dengan menggunakan teori dan pendekatan model ekonometrika yang lebih maju juga berkesimpulan sama dimana kualitas tenaga kerja yang baik dapat mempercepat pertumbuhan ekonomi. Leoning (2002) dengan menggunakan Error Correction Model dan Babatunde dan Adefabi (2005) dengan menggunakan pengujian kointegrasi keduanya membuktikan bahwa angkatan kerja yang memperoleh pendidikan secara baik menjadi faktor yang menentukan pertumbuhan ekonomi baik sebagai variable faktor produksi maupun sebagai variable kemajuan teknologi (total factor productivity). Gupta dan Chakraborty (2004) dengan menggunakan model pertumbuhan endogen juga berkesimpulan bahwa akumulasi modal manusia merupakan sumber pertumbuhan ekonomi. 2.2 Tingkat Pendidikan dan Kontribusinya terhadap Pertumbuhan Ekonomi Jika sebelumnya sudah terlihat hubungan positif yang nyata antara pendidikan dan pertumbuhan ekonomi, namun secara spesifik perlu juga diketahui pada tingkat pendidikan mana yang memiliki kontribusi terbesar terhadap pertumbuhan ekonomi. Hal ini menjadi isu penting bagi pemerintah dan pemerintah daerah dalam menentukan porsi dan prioritas anggaran pendidikan untuk berbagai tingkat pendidikan yang ada dalam sistem pendidikan nasional. Self dan Grabowski (2004) menemukan bahwa kontribusi terbesar terhadap pertumbuhan ekonomi India bersumber dari angkatan kerja berkualifikasi pendidikan dasar karena memiliki hubungan kausalitas yang kuat. Sejalan dengan hasil ini, Petrakis dan Stamatakis (2002) menekankan bahwa di sebagaian besar negara-negara berkembang angkatan kerja dengan kualifikasi pendidikan dasar dan menengah memiliki kontribusi terbesar terhadap pertumbuhan ekonomi. Pola kontribusi secara rinci dijelaskan oleh Papageorgiou (2003) dimana pendidikan 4 dasar fokus pada peningkatan produksi output sementara pendidikan menengah dan tinggi fokus pada inovasi dan pengembangan teknologi. 2.3 Pengelolaan Dana Publik dan Outcome Pendidikan Belassi dan Musila (2004) membuktikan bahwa pengeluaran pemerintah yang besar di bidang pendidikan akan meningkatan pendapatan secara permanen dalam jangka panjang. Sebaliknya, Cooray (2009) menemukan bahwa tidak terdapat hubungan yang begitu jelas antara belanja pendidikan dengan pertumbuhan ekonomi. Meskipun demikian, terdapat hubungan yang positif antara pertumbuhan ekonomi dan tingkat partispasi pada jenjang pendidikan dasar. Suryadarma (2012) menunjukkan bahwa belanja publik tampaknya tidak memiliki dampak terhadap tingkat partisipasi sekolah di wilayah yang tingkat korupsinya tinggi, sebaliknya dampaknya cukup besar dan positif di wilayah yang tingkat korupsinya rendah. Bahkan belanja publik tidak mempunyai pengaruh siginifikan terhadap kinerja sekolah, kecuali adanya tata kelola yang semakin baik di sektor pendidikan. Sementara Blane dan Daan (2009) menemukan bahwa persepsi korupsi dalam pengelolaan pendidikan di tingkat lokal berpengaruh negatif terhadap probabilitas kepuasan masyarakat. Terkait dengan desentralisasi dan pengelolaan pendidikan serta apa dampaknya terhadap outcome pendidikan, beberapa studi menunjukkan hasil yang tidak sama. Lewis (2010) menyimpulkan bahwa desentralisasi di Indonesia belum berdampak baik pada layanan publik di tingkat lokal. Berbeda dari praktik di Indonesia, Manna (2013) menemukan bahwa terdapat hubungan kuat antara hasil belajar siswa dengan derajat sentralisasi politik and administrasi di suatu negara bagian di Amerika, namun tidak terdapat hubungan nyata dengan sentralisasi fiskal. 5 III MANFAAT PENELITIAN Penelitian ini bermanfaat untuk: 1. penyusunan rencana pengembangan sumberdaya manusia melalui pendidikan yang berguna untuk mendukung pertumbuhan ekonomi Aceh. 2. penetapan indikator-indikator utama bidang pendidikan yang lebih realistis dalam penyusunan RPJM periode berikutnya dan penyesuaian perencanaan anggaran pendidikan. 3. perhitungan proyeksi ketersediaan dan kebutuhan dana untuk penyusunan kebijakan sektor pendidikan yang lebih efisien, lebih merata dan lebih efektif. 6 IV METODE PENELITIAN Penelitian dilakukan melalui dua pendekatan yaitu kuantitatif dan kualitatif. Pendekatan kuantitatif digunakan untuk pengujian hipotesis dan kesimpulan-kesimpulan umum. Sementara itu, pendekatan kualitatif digunakan untuk mendukung kesimpulan umum tersebut. Pendekatan kuantitatif Proyeksi dilakukan untuk variabel seri waktu berikut: indikator utama pendidikan dan ketersediaan dana pendidikan (semua sumber termasuk dana Otsus dan Migas). Sementara proyeksi terhadap kebutuhan dana dilakukan dengan mengaitkan target dalam indikator utama pendidikan dengan satuan biaya yang standar. Satuan biaya standar diperoleh dari Peraturan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dan perhitungan yang dilakukan para peneliti dan lembaga untuk beberapa daerah di Indonesia, dengan penyesuaian mengikuti indeks provinsi sesuai peraturan tersebut. Karena data yang digunakan untuk indikator utama pendidikan dan dana pendidikan merupakan seri waktu (time series analysis), maka metode Box–Jenkins digunakan. Dalam hal ini, akan diterapkan model ARIMA (Autoregressive Moving Average) untuk memperoleh kesesuaian terbaik dari seri waktu tersebut terhadap nilai-nilai pada periode sebelumnya untuk membuat proyeksi (forecasts). Walaupun model ARIMA diterapkan untuk residual, spesifikasi ini dapat juga digunakan langsung untuk variabel seri waktu. Prosedur ARIMA mengalisis dan memproyeksi seri waktu univariat dalam interval waktu seragam, dalam hal ini periode tahunan. Dalam model ini prediksi nilai dilakukan dengan asumsi bahwa nilai periode berikutnya adalah respons terhadap nilai sekarang dan nilai sekarang merupakan respons terhadap nilai sebelumnya dalam bentuk kombinasi linear nilainya sendiri periode sebelumny (its own past values), kesalahan sebelumnya (past errors) yang sering juga disebut "shocks" atau "innovations", serta nilai sekarang dan masa sebelumnya dari seri waktu lain. Tergantung perilaku (behavior) data, trial and error dilakukan untuk menentukan apakah model dikembangkan menjadi ARIMAX di mana seri waktu lain sebagai variabel input akan digunakan. Jika model terakhir ini digunakan, maka regresi yang dihasilkan akan bersifat dinamik. Tiga tahap ARIMA Modelling Tahap 1: Identifikasi. Dalam tahap ini akan dilakukan uji stationaritas (Stationarity tests) untuk menentukan apakah differencing diperlukan. Hasil identifikasi akan menentukan berapa model ARIMA yang cocok digunakan. 7 Tahap 2: Tahap pemeriksaan diagnostik dan estimasi. Dalam tahap ini dihasilkan statistik diagnostik untuk menilai apakah model memadai. Jika memadai, maka estimasi dilakukan dan diperoleh parameter estimasi. Tes signifikansi (significance tests) dilakukan untuk menentukan berapa terms yang mesti dihapus, termasuk dalam hal ini lags. Tahap 3: Proyeksi. Dalam tahap ini dilakukan forecast terhadap nilai variabel untuk periode yang diproyeksi dan menghasilkan confidence intervals untuk forecasts dari model ARIMA. Pendekatan Kualitatif Melalui pendekatan kualitatif dihasilkan informasi dari kasus-kasus dari tiga kabupaten mewakili letak geografis dan karakterik demografi (Sabang – kepulauan, utara, penduduk sedikit; Aceh Barat – wilayah barat penduduk sedang; dan Bireun – wilayah timur dan penduduk padat). Pendekatan ini meliputi dua tahapan. Tahap pertama adalah survey sekolah dengan total 3 sekolah per kabupaten/kota (satu sekolah per jenjang pendidikan). Pada tahap ini dilakukan wawancara struktur dengan menggunakan daftar pertanyaan setengah terstruktur (semistructured questionnaire). Wawancara ini bertujuan untuk memperoleh informasi dari sekolah tentang kebutuhan-kebutuhan di tingkat sekolah. Tahap kedua adalah melakukan diskusi terfokus (FGD) dengan melibatkan pembuat kebijakan di tingkat kabupaten/kota. Pada FGD dipresentasikan hasil analisis data sekunder dan hasil wawancara sekolah. Tujuan akhir dari kegiatan ini adalah penyusunan telaah kebijakan (policy brief). Wawancana dan FGD direkam menggunakan rekam audio. IV HASIL PENELITIAN (ON GOING) 8 Output Indikator utama pendidikan dan Dana Pendidikan 20092014 Proyeksi Indikator Pendidikan, Kebutuhan Dana dan Ketersediaan Dana untuk 2015-2020 Tabel 5: Alur Penelitian Metode Keterangan Pengumpulan Sumber Data diperoleh dari Dinas data sekunder Pendidikan Aceh, Badan Pembinaan Dayah, Majelis Pendidikan Aceh, Bappeda Aceh, Dinas Keuangan Aceh. Forecast dengan Dengan menggunakan software Model ARIMA ekonometrik Eviews, beberapa indikator pendidikan yang akan di forecast antara lain: Angka Partisipasi Sekolah (APS), Angka Partisipasi Kasar (APK), Angka Partisipasi Murni (APM), Angka Melanjutkan dan Angka Putus Sekolah. Sementara indikator ekonomi yang juga akan diforecast adalah antara lain Pertumbuhan produktivitas (PDRB per kapita), Angka kemiskinan dan Angka Pengangguran Telaah Kebijakan Survey sekolah, Invterviu, dan FGD Instrumen kuesioner Daftar Pustaka Babatunde, M.A. dan Adefabi, R.A., 2005, ‘Long Run Relationship between Education and Economic Growth in Nigeria: Evidence from the Johansen’s Cointegration Approach. Paper dipresentasikan pada the Regional Conference on Education in West Africa: Constraints and Opportunities Dakar, Senegal, November 1st - 2nd, 2005. Barro, R.J. dan Lee, J.W., 1993, ‘International comparisons of educational attainment’, Journal of Monetary Economics, vol. 32, pp. 363–94. Belasi, W. dan Musila, J.W., 2000, ‘The Impact of Education Expenditure on Economic Growth in Uganda: Evidence from Time Series Data’, The Journal of Developing Areas, vol. 38 (1), pp. 123-133. Benhabib, J. dan M. Spiegel, 1994, ‘The Role of Human Capital in Economic Development: Evidence from Aggregate Cross-Country Data’, Journal of Monetary Economics, vol. 34, pp. 143-173. Blane D.L. dan Daan P., 2009, ‘Determining Citizen Satisfaction with Local Public Education in Indonesia: The Significance of Actual Service Quality and Governance Conditions’, Growth and Change, vol. 40 No. 1, pp. 85–115. Gupta, M.R dan B. Chakraborty, 2004, ‘Human Capital Accumulation and Endogenous Growth in a Dual Economy’, Economic Research Unit. Indian Statistical Institute. Kolkata-700108. West Bengal, India. 9 Lewis, B.D., 2010, ‘Indonesian Decentralization: Accountability Deferred’, International Journal of Public Administration, vol. 33 Issue 12/13, pp. 648-657. Loening, L.J., 2002, ‘The Impact of Education on Economic Growth in Guatemala’, IberoAmerica Institute for Economic Research (IAI) Geor-August-Universitat Gottingen. Lucas, R., 1988, ‘On the Mechanisms of Economic Development’, Journal of Monetray Economics, vol. 22 (1), pp. 3-42. Manna, Paul, 2013, ‘Centralized Governance and Student Outcomes: Excellence, Equity, and Academic Achievement in the U. S. States’, Policy Studies Journal. vol. 41 Issue 4, pp. 683706. Papageorgiou, C., 2003, ‘Distinguishing Between the Effects of Primary and Post-primary Education on Economic Growth’, Review of Development Economics, vol. 7(4), pp. 622– 635. Peraturan Gubernur Aceh Nomor 70 Tahun 2012 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Aceh Tahun 2012-2017 beserta lampirannya. Banda Aceh. Petrakis, P.E. dan Stamatakis, D., 2002, ‘Growth and educational levels: a comparative analysis’, Economics of Education Review, vol. 21, pages 513–521. Psacharopoulos, G. (ed.), 1987, ’Economics of Education: Research and Studies’, Pergamon Press, New York, pp. 1. Schultz, T.W., 1961, ‘Investment in Human Capital’, American Economic Review, vol. 51 (1), pp. 1-17. Self, S. dan Grabowski, R., 2004, ‘Does education at all levels cause growth? India, a case study’, Economics of Education Review, vol. 23, pp. 47–55. Suryadarma, 2012, ‘How corruption diminishes the effectiveness of public spending on education in Indonesia’, Bulletin of Indonesian Economic Studies, vol. 48:1, pp. 85-100. 10 APPENDIX DAFTAR PERTANYAAN SURVEI SEKOLAH (Pertanyaan di bawah ini hanya sebagai pedoman wawancara, informasi lebih lengkap dapat diperoleh oleh peneliti melalui in-depth interview) TEMA PERTANYAAN PERENCANAAN DAN ANGGARAN KEPALA SEKOLAH 1. 2. 3. 4. 5. 6. PELAKSANAAN 1. 2. 3. MONITORING DAN PEMANTAUAN 1. 2. 3. 4. TRANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS 1. 2. 3. 4. Apakah sekolah menyusun APBS/RKA-S. Sumber pendanaan sekolah berasal dari mana saja berapa besarnya. Berapa besar pendapatan dan belanja yang dicantumkan tahun ini. Apakah APBS/RKA-S mendapat persetujuan dari Komite Sekolah. Apakah sekolah sudah membuat perencanaan lima tahun ke depan, terutama investasi. Jika ya, berapa jumlahnya per tahun (tunjukkan data jika ada) Apakah besaran anggaran tahun ini cukup untuk membiayai kegiatan operasional sekolah. Kalau tidak, bagian mana yang tidak cukup dan berapa kekurangannya (jika ada, tunjukkan perhitungan yang pernah dilakukan). Apa saja pelatihan yang diadakan oleh pemerintah pusat, pemerintah provinsi dan pemerintah kab/kota tahun ini yang ada pesertanya dari sekolah ini. Apakah supervisi dilakukan secara periodik pada sekolah ini. Jika ya, berapa sering? Apakah hasil supervisi disampaikan kepada sekolah kembali. Apakah Dinas Pendidikan Provinsi dan kab/kota menindaklanjuti rekomendasi yang disampaikan oleh pengawas/supervisor. Apakah sekolah menyusun laporan tahunan. Jika ya, apa saja (tunjukkan dokumen) Apakah sekolah sering membuat rapat dengan para orangtua/wali siswa dan komite sekolah. Jika ya, berapa sering. GURU (1 ORANG DIPILIH ACAK) 1. Apakah bapak/ibu dilibatkan penyusunan APBS/RKA-S 2. Apa saja menurut bapak/ibu yang belum tercakup dalam rencana yang menyangkut dengan kebutuhan di ruang kelas. 3. Apa saja insentif yang bapak/ibu terima tahun ini. 4. Berapa total insentif yang ibu terima. 5. Apa saja pelatihan yang bapak/ibu ikuti tahun ini. 6. Apakah ada pelatihan dalam bidang mata pelajaran yang bapak/ibu asuh. 1. 2. 3. 4. 5. 1. 2. 3. 1. 2. 3. Apa saja insentif yang bapak/ibu terima tahun ini. Berapa total insentif yang ibu terima tahun ini. Apa saja pelatihan yang bapak/ibu ikuti tahun ini. Apakah ada pelatihan dalam bidang mata pelajaran yang bapak/ibu asuh. Jika ada, sebutkan dan berapa lama. Apa hasil monitoring yang pernah disampaikan kepada bapak/ibu tahun ini. Apakah ada rekomendasi yang bapak/ibu tindaklanjuti. Jika ada, sebutkan 3 contoh tindak lanjut tersebut. Apakah laporan tahunan yang dibuat oleh sekolah (jika ada) dikonsultasikan dengan bapak/ibu. Menurut bapak/ibu apakah laporan tersebut dibuat secara partisipatif. Apakah laporan tersebut cukup komprehensif. 11 12 Tabel 1: Indeks Pembangunan Manusia menurut Provinsi di Sumatera, 2007- 2012 Provinsi Aceh Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Jambi Sumatera Selatan Bengkulu Lampung Bangka Belitung Kepulauan Riau Indonesia 2007 2008 2009 2010 2011 2012 70.35 72.78 72.23 74.63 71.46 71.40 71.57 69.78 71.62 73.68 70.59 70.76 73.29 72.96 75.09 71.99 72.05 72.14 70.30 72.19 74.18 71.17 71.31 73.80 73.44 75.60 72.45 72.61 72.55 70.93 72.55 74.54 71.76 71.70 74.19 73.78 76.07 72.74 72.95 72.92 71.42 72.86 75.07 72.27 72.16 74.65 74.28 76.53 73.3 73.42 73.4 71.94 73.37 75.78 72.77 72.51 75.13 74.70 76.90 73.78 73.99 73.93 72.45 73.78 76.20 73.29 Sumber: http://www.bps.go.id/ (diunduh tanggal 8 Maret 2014) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Tabel 2: Laju Pertumbuhan Ekonomi Atas Dasar Harga Konstan 2000 menurut Provinsi di Sumatera, 2006 - 2012 (Persen) Provinsi 2006 2007 2008 2009 2010 2011*) 2012**) Aceh 1.56 -2.36 -5.24 -5.51 2.74 5.09 5.20 Sumatera Utara 6.20 6.90 6.39 5.07 6.42 6.63 6.22 Sumatera Barat 6.14 6.34 6.88 4.28 5.94 6.25 6.35 Riau 5.15 3.41 5.65 2.97 4.21 5.04 3.55 Jambi 5.89 6.82 7.16 6.39 7.35 8.54 7.44 Sumatera Selatan 5.20 5.84 5.07 4.11 5.63 6.50 6.01 Bengkulu 5.95 6.46 5.75 5.62 6.10 6.45 6.61 Lampung 4.98 5.94 5.35 5.26 5.88 6.43 6.48 Kepulauan Bangka Belitung 3.98 4.54 4.60 3.74 5.99 6.46 5.72 Kepulauan Riau 6.78 7.01 6.63 3.52 7.19 6.66 8.21 Sumatera 5.26 4.96 4.98 3.50 5.58 6.19 5.82 Indonesia 5.19 5.67 5.74 4.77 6.14 6.35 6.30 Sumber: http://bps.go.id (diunduh tanggal 8 Maret 2014) Catatan: *) Angka Sementara **) Angka Sangat Sementara 13 Gambar 1: Penduduk Aceh 15 tahun ke atas yang bekerja menurut pendidikan tertinggi yang ditamatkan, 2007 dan 2012 (persen) 30 25 persen 20 15 10 5 0 2007 2012 Belum/Tdk Tamat SD 23,56 19,88 SD 28,3 27,46 SLTP 21,32 20,98 SLTA 20,74 24,36 Diploma I/II/III/Akademi 2,67 2,83 D4/S1 3,22 4,22 S2/S3 0,19 0,26 Sumber: http://bps.go.id (diunduh tanggal 8 Maret 2014) Gambar 2: Perkembangan Anggaran Pendidikan Aceh, 1995-2013 1.800 Miliar Rp 1.702 1.600 Implementasi UU No 11/2006 1.354 1.400 1.200 1.032 1.000 800 704 699 700 600 491 400 973 947 650 480 2013 2012 2011 2010 2009 2008 2007 Tahun 2006 2005 2004 2003 2002 44 2001 16 20 2000 4 1999 1997 1996 1995 0 4 10 6 1998 200 1.245 Sumber: Bappeda Aceh (diolah). Tabel 3: Angka Partisipasi Kasar menurut Jenjang Pendidikan di Aceh, 2009-2012 Jenjang Pendidikan TK/RA SD/MI/Paket A SMP/MTs/Paket B SMA/MA/SMK/Paket C Pendidikan Tinggi 2009 22,62% 109,59% 104,55% 75,04% 29,40% 2010 26,88% 113,27% 102,83% 81,89% 29,76% 2011 27,63% 108,80% 103,20% 84,11% 31,21% 2012 30,02% 109.20% 103,89% 84,67% n.a Sumber: Laporan Perkembangan Pendidikan Aceh, 2009-2012 14 Tabel 4: Perkembangan Mutu Pendidikan menurut Jenjang Pendidikan di Aceh, 2010-2012 Indikator mutu / Jenjang Pendidikan Persentase Kelulusan Ujian Nasional (%) SD/MI SMP/MTs SMA/MA SMK Peringkat Aceh dalam Ujian Nasional SMP/MTs SMA/MA IPA SMA/MA IPS SMA/MA Bahasa SMK Angka Mengulang SD/MI SMP/MTs SMA/MA/SMK Angka Putus Sekolah SD/MI SMP/MTs SMA/MA/SMK Persentase guru berkualifikasi minimal S1/D4 Seluruh jenjang pendidikan dasar dan menengah Persentase ruang kelas kondisi baik SD/MI SMP/MTs SMA/MA/SMK Persentase sekolah dengan ruang perpustakaan SD/MI SMP/MTs SMA/MA/SMK Persentase sekolah dengan Lab. IPA SMP MTs SMA MA SMK Persentase sekolah dengan Lab. komputer SMP MTs SMA MA SMK 2010 2011 2012 99.92 98.93 98.83 96.54 98.32 99.13 97.04 97.31 98.13 99.38 99.42 98.59 5 13 13 13 15 6 18 19 21 23 5 5 8 5 14 3.60% 0.71% 0.24% 3.25% 0.43% 0.28% 2.57% 0.62% 0.38% 0.57% 0.19% 0.18% 0.08% 0.17% 0.14% 0.10% 0.12% 0.28% 47,2% 52,6% 60,5% 76 73 81 73 74 79 70.9 76.2 76.5 51.36 52.60 52.75 58.13 52.52 53.34 63.33 53.01 60.88 71.6 13.6 64.8 29.9 6.9 67.6 14.7 62.7 27.1 4.4 75.1 17.7 63.2 34.6 6.5 18.8 22.0 58.8 34.0 96.9 19.8 22.9 59.8 33.7 94.1 27.0 19.9 76.1 43.4 96.8 Sumber: Laporan Perkembangan Pendidikan Aceh, 2010-2012 15 16