gambaran radiografi sapho syndrome

advertisement
GAMBARAN RADIOGRAFI SAPHO SYNDROME
PADA RAHANG
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi
syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi
Oleh :
ELTICA OKTAVIA
NIM : 060600042
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2009
Eltica Oktavia : Gambaran Radiografi Sapho Syndrome Pada Rahang, 2010.
Fakultas Kedokteran Gigi
Bagian Radiologi Dental
Tahun 2009
Eltica Oktavia
Gambaran radiografi SAPHO syndrome pada rahang
ix + 32 halaman
SAPHO (synovitis, acne, pustulosis, hiperostosis, osteitis) syndrome merupakan
kombinasi keadaan klinis dari osteomyelitis, arthritis dan penyakit kulit. Prevalensi penyakit
ini kira-kira 0.04 %. Di Jerman jumlah kasus mencapai 15.000 per 80 juta penduduk. Gejala
penyakit ini berupa sakit, pembengkakan jaringan lunak, nyeri dan kekakuan pada tulang serta
keterbatasan pergerakan yang berhubungan dengan sisi skeletal yang terlibat.
Karakteristik gambaran radiografi pada lesi mandibula berupa adanya mixed pattern
(gabungan gambaran antara osteolysis dan diffuse sclerosis), reaksi periosteal tipe solid,
resorpsi tulang eksternal dan pembesaran tulang. Pemeriksaan histologi dari spesimen biopsi
menunjukkan gambaran utama pada biopsi awal berupa infiltrat polymorphonuclear, pada
stadium intermediate gambaran utama pada biopsi berupa sel mononuclear, dan stadium akhir
berupa lesi dengan peningkatan jumlah osteosit dan fibrosis sumsum.
Keterlibatan TMJ mendapat perhatian spesial sebagai petunjuk diagnosa lain SAPHO
syndrome. Kehadiran mandibular osteitis dan temporomandibular arthritis merupakan indikasi
SAPHO syndrome. Oleh karena itu, peranan dokter gigi cukup penting dalam mendiagnosa
penyakit ini. Dokter gigi perlu mengetahui secara jelas gambaran SAPHO syndrome sehingga
diagnosa dapat ditegakkan dan pasien mendapatkan perawatan yang tepat. Prognosis penyakit
ini umumnya baik.
Eltica Oktavia : Gambaran Radiografi Sapho Syndrome Pada Rahang, 2010.
PERNYATAAN PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan
dihadapan tim penguji skripsi
Medan, 21 Desember 2009
Pembimbing
Tanda Tangan
1. Trelia Boel, drg., M. Kes., Sp. RKG
..................................
NIP : 19650214 199203 2 004
Eltica Oktavia : Gambaran Radiografi Sapho Syndrome Pada Rahang, 2010.
TIM PENGUJI SKRIPSI
Skripsi ini telah dipertahankan dihadapan tim penguji
pada tanggal 21 Desember 2009
TIM PENGUJI
Ketua
: Trelia Boel, drg., M. Kes., Sp. RKG
Anggota : 1. H. Asfan Bahri, drg., M. Kes., Sp. RKG
................................
................................
2. H. Amrin Thahir, drg
................................
3. Lidya Irani Nainggolan, drg
................................
Eltica Oktavia : Gambaran Radiografi Sapho Syndrome Pada Rahang, 2010.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa skripsi ini telah selesai disusun
dalam rangka memenuhi kewajiban penulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Kedokteran Gigi di Universitas Sumatera Utara.
Dalam penulisan skripsi ini penulis ingin mengucapkan rasa hormat dan terima
kasih yang tak terhingga kepada orangtua tercinta, Ayahanda Budiman dan Ibunda Victin
yang telah mendoakan penulis sehingga mampu menyelesaikan pendidikan ini.
Selain itu penulis juga mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Prof. Ismet Danial Nasution, drg., Sp.Pros. (K), Ph.D selaku dekan FKG USU.
2. Trelia Boel, drg., M. Kes., Sp. RKG selaku Ketua Departemen Radiologi
Dental dan dosen pembimbing skripsi yang telah banyak meluangkan waktu dalam
memberikan masukan, bimbingan, motivasi dan perhatian kepada penulis dalam
penyelesaian skripsi ini.
3. Dosen penguji skripsi H. Asfan Bahri, drg., M. Kes., Sp. RKG, H. Amrin
Thahir, drg., Lidya Irani, drg., atas saran dan masukan sehingga skripsi ini dapat menjadi
lebih baik lagi
4. Seluruh staf pengajar dan karyawan Departemen Radiologi Dental beserta
staf pengajar lainnya di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.
5. Olivia Avriyanti Hanafiah, drg., Sp.BM selaku dosen pembimbing akademik
yang telah memberikan perhatian dan motivasi kepada penulis selama menjalani
pendidikan di FKG USU.
Eltica Oktavia : Gambaran Radiografi Sapho Syndrome Pada Rahang, 2010.
6. Saudara-saudara tercintaku Franky, Hitler, Elvy Septa dan Hendri Chandra
yang telah memberikan motivasi dalam menyelesaikan skripsi.
7. Sahabat-sahabat terbaikku Sufeni, Ingrid, Dewi, Josevina, Ellissa, Fani, Vivi,
Indah, dan seluruh teman-teman angkatan 2006 atas kebersamaan, dukungan dan semua
hal yang telah diberikan kepada penulis selama menjalani perkuliahan.
8. Steven Pardamean, drg sebagai sahabat yang telah banyak memberikan
bantuan dan motivasi dalam menyelesaikan skripsi.
9. Teman-teman seperjuangan skripsi di Departemen Radiologi Dental serta
pihak lain yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu atas bantuan yang diberikan.
Semoga Tuhan Yang Maha Esa membalas semua kebaikan dan memberikan kemudahan
kepada kita.
Dengan kerendahan hati penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan
sumbangan pikiran yang berguna bagi pengembangan ilmu pengetahuan.
Medan, 21 Desember 2009
Penulis,
(Eltica Oktavia)
NIM : 060600042
Eltica Oktavia : Gambaran Radiografi Sapho Syndrome Pada Rahang, 2010.
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ..................................................................................
HALAMAN PERSETUJUAN....................................................................
HALAMAN TIM PENGUJI ......................................................................
KATA PENGANTAR ................................................................................
iv
DAFTAR ISI..............................................................................................
vi
DAFTAR GAMBAR .................................................................................
vii
DAFTAR TABEL..........................................................................................
ix
BAB 1
PENDAHULUAN..........................................................................
1
BAB 2
DEFINISI, KLASIFIKASI, ETIOLOGI DAN PATOGENESIS,
PREVALENSI, DIAGNOSA, DIFFERENTIAL DIAGNOSA SAPHO
SYNDROME
2.1 Defenisi............................................................................... .
2.2 Klasifikasi................................................................................
2.3 Etiologi dan Patogenesis ..................................................... .
2.4 Prevalensi.................................................................................
2.5 Diagnosa..................................................................................
2.6 Differential Diagnosa..............................................................
3
4
6
7
8
9
BAB 3
BAB 4
SAPHO SYNDROME
3.1 Gambaran Klinis......................................................................
3.2 Gambaran Radiografi...............................................................
3.2.1 Tulang Pipih................................................................
3.2.2 Regio Sternocostoclavicular.......................................
3.2.3 Axial Skeleton............................................................
3.2.4 Appendicular Skeleton...............................................
3.3 Perawatan dan Prognosis.........................................................
11
13
16
19
20
21
22
LAPORAN KASUS
4.1 Kasus......................................................................................
4.2 Pemeriksaan...........................................................................
25
25
Eltica Oktavia : Gambaran Radiografi Sapho Syndrome Pada Rahang, 2010.
4.3 Gambaran Radiografi............................................................
26
KESIMPULAN...........................................................................
28
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................
29
BAB 5
DAFTAR GAMBAR
Gambar
1
Halaman
Palmoplantar pustulosis dengan karakteristik aseptik pustular dan lesi
hiperkeratosis yang melibatkan permukaan telapak tangan dan kaki.........
12
2
Acne fulminans............................................................................................
12
3
Hidradenitis Suppurativa.............................................................................
12
4
Acne conglobata..........................................................................................
12
5
Dissecting cellulitis.....................................................................................
12
6.
Bull Head Sign yang menjadi gambaran utama pada SAPHO syndrome...
14
7.
Sclerosis pada keseluruhan sendi bagian kiri..............................................
15
8.
Frontal tomogram menunjukkan osteosclerosis dan osteolisis pada ujung
clavicula sebelah medial dengan erosi pada sendi sternoclavicular............
15
Panoramik radiografi SAPHO syndrome. Gambaran menunjukkan ”mix
pattern”. Bintik osteolisis ditemukan pada lesi sklerotik...... ......................
16
Panoramik radiografi dari osteomyelitis mandibula pada SAPHO
syndrome. Tulang abnormal secara difus dari premolar kanan sampai
regio ramus. Tulang kortikal diresorbsi secara luas. Lesi melibatkan
seluruh corpus mandibula pada stadium akhir............................................
16
CT image dari SAPHO syndrome. Resorpsi tulang kortikal secara difus
dan bintik osteolisis.....................................................................................................
17
CT image dari SAPHO syndrome. Reaksi periosteal type solid dan
resorpsi tulang kortikal secara luas terlihat..........................................................
17
CT image dari SAPHO syndrome melalui level kanalis mandibularis
(tanda panah panjang) menunjukkan pembesaran mandibula sebelah kiri
(tanda panah pendek)..................................................................................
18
9.
10.
11
12
13
Eltica Oktavia : Gambaran Radiografi Sapho Syndrome Pada Rahang, 2010.
14
15
16
17
18
19
20
CT scan menunjukkan pembesaran, sclerosis dan lesi litik pada
mandibula sebelah kiri................................................................................
18
a) CT scan menunujukkan erosi sternoclavicular (tanda panah) dan
ankilosis tulang antara sternum dan tulang rusuk pertama kanan (gambar
kiri atas). b) CT scan menunjukkan hyperostosis dan osteosclerosis pada
sternum (gambar kiri bawah). C) tomogram multidirectional pada
projeksi lateral menunjukkan osteosklerosis dan periostitis pada sternum
dengan erosi pada manubriosternal joint....................................................
20
a) Anteroposterior radiograf dari tulang belakang lumbar menunjukkan
osteosklerosis homogen difus dari L-4. b) Anteroposterior radiograf
pada tulang belakang lumbar menunjukkan syndesmophytes yang jelas.
c) Pada lateral radiograf, erosi dan osteosclerosis terlihat pada L-3, L-4
dan L-5 bersamaan dengan syndesmophytes..............................................
21
Anteroposterior (a) dan lateral (b) radiograf pada femur menunjukkan
lesi osteosclerotik dan osteolisis pada daerah distal...................................
22
Panoramik radiografi pada sisi sebelah kanan mandibula menunjukkan
erosi pada korteks (tanda panah) dan kehilangan struktur trabekula..........
26
a)scintigraphic dengan 99mTc HMDP menunjukkan akumulasi pada
corpus mandibula, ramus dan prosessus coronoid (tanda panah)
konsisten dengan aktivitas osteoblastik.b) scintigraphi dengan 67 Ga
sitrat menunjukkan akumulasi sebelah kanan mandibula...........................
27
a) scintigraphi dengan 99Tc HMDP menunjukkan akumulasi pada
clavicular notch sebelah kiri dan sternal angle (tanda panah).b)
Akumulasi dari 99mTcHMDP antara vertebra lumbar pertama dan
kedua (tanda panah).c) gambaran radiografi pada vertebra lumbar
menunjukkan hiperostosis antara vertebra lumbar pertama dan kedua......
27
Eltica Oktavia : Gambaran Radiografi Sapho Syndrome Pada Rahang, 2010.
DAFTAR TABEL
Tabel
1
Halaman
Terapi medis osteoarticular SAPHO syndrome
Eltica Oktavia : Gambaran Radiografi Sapho Syndrome Pada Rahang, 2010.
24
BAB 1
PENDAHULUAN
SAPHO syndrome merupakan kombinasi keadaan klinis dari osteomyelitis,
arthritis dan penyakit kulit.1 Manifestasi pada
pustulosis dan
kulit umumnya berupa palmoplantar
acne yang dapat terjadi secara bersamaan, mendahului atau setelah
manifestasi osteoarticular.2 Penyebab syndrome ini lebih sering dihubungkan dengan
reaksi immunopatologi.3 Pemeriksaan radiografi, histologi dan imunologi penting untuk
diagnosis dan perawatan penyakit ini.1
Pemahaman SAPHO syndrome penting dalam radiologi musculoskeletal untuk
membedakan penyakit ini dari penyakit lain yang mempunyai gambaran radiografi yang
sama tetapi mempunyai diagnosis dan perawatan yang sangat berbeda, seperti bacterial
osteomyelitis, lymphoma, Ewing’s sarcoma, metastasis dan Paget’s disease.4 Secara
umum pasien mengalami sakit, pembengkakan jaringan lunak, nyeri dan kekakuan pada
tulang yang terlibat serta keterbatasan dalam pergerakan yang berhubungan dengan
skeletal misalnya pada mandibula akan terjadi keterbatasan pada waktu membuka
mulut.5,6
Pada SAPHO syndrome, satu atau lebih skeletal dapat terlibat.5 Karakteristik lesi
mandibula pada gambaran radiografi berupa adanya gabungan gambaran antara osteolysis
dan diffuse sclerosis (mixed pattern), reaksi periosteal tipe solid, resorpsi tulang eksternal
dan
pembesaran
tulang.1
Keterlibatan
TMJ
berupa
mandibular
osteitis
dan
temporomandibular arthritis merupakan indikasi SAPHO syndrome sehingga peranan
dokter gigi cukup penting dalam mendiagnosa penyakit ini.7
Eltica Oktavia : Gambaran Radiografi Sapho Syndrome Pada Rahang, 2010.
Untuk itulah, tulisan ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan lebih lanjut
kepada dokter gigi sehingga dokter gigi dapat mengetahui secara jelas gambaran SAPHO
syndrome dan dapat membuat diagnosa serta perawatan yang tepat untuk pasien dengan
penyakit ini.
Eltica Oktavia : Gambaran Radiografi Sapho Syndrome Pada Rahang, 2010.
BAB 2
DEFINISI, KLASIFIKASI, ETIOLOGI DAN PATOGENESIS, PREVALENSI,
DIAGNOSA, DIFFERENSIAL DIAGNOSA SAPHO SYNDROME
2.1 Definisi
SAPHO (synovitis, acne, pustulosis, hyperostosis, osteitis) syndrome merupakan
penyakit kronis yang mempunyai kombinasi gambaran klinis dari osteomyelitis (penyakit
osseous/tulang), arthritis (penyakit articular/sendi) yang berasosiasi dengan manifestasi
kulit (palmoplantar pustulosis, pustular psoriasis atau acne yang parah).1,3,8 Menurut
Trotta dkk, SAPHO syndrome merupakan kelompok manifestasi osteoarticular yang
mempunyai gambaran yang jelas berupa peradangan, pseudoinfectious osteitis dan sering
berasosiasi dengan lesi kulit.9 Sementara itu, Benhamou dkk dan beberapa ahli lain
mendefinisikan
SAPHO
syndrome
sebagai
penyakit
tipe
spondyloarthropathy
seronegative dengan gambaran PsA (psoriatic arthritis) yang dikarakteristikkan dengan
ketiadaan secara serologi faktor rheumatoid dan prevalensi relatif tinggi dari sacroilitis,
enthesopathy dan mungkin antigen HLA-B27.4,10
SAPHO menunjukkan perubahan abnormal dari sistem dermatoskeletal berupa
synovitis (inflamasi pada sendi), acne (conglobata atau fulminans), pustulosis (lepuhan
kuning keras yang berisi pus), hyperostosis (peningkatan substansi tulang) dan osteitis
(inflamasi pada tulang).8,11,12
Eltica Oktavia : Gambaran Radiografi Sapho Syndrome Pada Rahang, 2010.
Kombinasi dari manifestasi tersebut (synovitis,acne,pustulosis,hyperostosis, dan
osteitis) nantinya berperan dalam diagnosa.1 Osteitis memegang peranan yang penting
pada diagnosa SAPHO syndrome dimana perkembangan dari lesi osteomyelitis steril
yang berasosiasi dengan manifestasi dermatologi merupakan tanda dari syndrome ini.
Gejala utama dari SAPHO syndrome adalah sakit pada daerah yang terlibat dan gambaran
lainnya berupa manifestasi kulit (palmoplantar pustulosis, pustular psoriasis, acne yang
parah). Manifestasi kulit dapat terjadi bersamaan, mendahului atau setelah manifestasi
pada tulang dan sendi.2 Dengan kata lain, manifestasi kulit dan osteoarticular pada
SAPHO syndrome tidak perlu bersamaan satu sama lain.4
Sejak dua puluh tahun yang lalu diketahui adanya hubungan antara SAPHO
syndrome dan osteomyelitis kronis primer pada rahang. Osteomyelitis kronis primer
pada rahang dengan keterlibatan extramandibular dan lesi kulit dilaporkan sebelum
SAPHO syndrome dipopulerkan oleh Farnam dkk pada tahun 1984.8 Perbedaan SAPHO
syndrome dengan osteomyelitis kronis adalah pada SAPHO syndrome osteomyelitis
disertai dengan manifestasi kulit dan biasanya tanpa pembentukan sequestrum.2,13
2.2 Klasifikasi
Dua penyakit yang termasuk SAPHO syndrome yaitu :3
1. Pustulo-Psoriatic Hyperostotic Spondylarthritis (PPHS).3
PPHS merupakan negatif spondylarthropathy HLA_B27 pada usia dewasa. PPHS
dikarakteristikkan sebagai peradangan dari jaringan ikat di dekat tulang. PPHS terbagi
atas 3 serangkai yaitu :3
a) Sterno-costo-clavicular hyperostosis dengan fibroostitis costo-clavicular dan
ossifyng periostitis yang sangat sakit, sering menyerang satu sisi saja dan
Eltica Oktavia : Gambaran Radiografi Sapho Syndrome Pada Rahang, 2010.
diperparah oleh stenosis (penyempitan) dari vena subclavian yang
bersebelahan.
b) Spondylopathy produktif (lesi ossifyng dari tulang belakang dengan
syndesmophytes atau parasyndesmophytes).
c) Palmo-plantar
pustulosis
(psoriatic).
Palmo-plantar
pustulosis
dapat
berasosiasi dengan arthrides dan sacroilitis.
2. Chronic Reccurent Multifokal Osteomyelitis ( CRMO ).3,8
CRMO diyakini sebagai penyakit inflamasi tulang yang ringan dan jarang
dijumpai dimana sebagian besar menyerang metaphisis dari tulang panjang disamping
tulang belakang, pelvis dan sekeliling bahu.3,8 Tulang yang terlibat umumnya tibia,
femur, fibula, klavikula dan sternum.4 Akan tetapi, lesi tulang dapat ditemukan pada
setiap tulang termasuk rahang. Lesi pada mandibula secara radiologi menyerupai kasuskasus osteomyelitis kronis primer pada sekelompok umur (Suei dkk). CRMO selalu
dikarakteristikkan dengan periode eksaserbasi dan remisi dalam jangka beberapa tahun.8
CRMO sering terjadi pada lokasi yang multipel dan simetri, khususnya
menyerang anak-anak dan dewasa muda dan sering melibatkan perempuan.3,4 Secara
klinis, pasien mengeluh nyeri dan pembengkakan setempat, mereka kadang-kadang
mengalami demam serta penurunan berat badan. Sebanyak 40 % pasien CRMO disertai
dengan palmoplantar pustulosis. Pemeriksaan laboratorium umumnya tidak berhasil
mengisolasi organisme spesifik. 4
Meskipun melibatkan hampir semua tulang, berbagai osteomyelitis sering terlibat
pada daerah metaphisis dari tulang panjang pada extremitas bawah dan sisi medial pada
dinding dada anterior.4
Eltica Oktavia : Gambaran Radiografi Sapho Syndrome Pada Rahang, 2010.
2.3 Etiologi dan Patogenesis
Penyebab dari SAPHO syndrome hampir tidak diketahui.3,4 Sehubungan dengan
gambaran klinis yang bervariasi, SAPHO tidak dapat disebabkan oleh satu faktor. Untuk
PPHS
(Pustulo-psoriatic
hyperostotic
Spondylarthritis)
tidak
bersifat
patogenesis bebas dari sifat enthesopathic dan dapat dihubungkan
genetik,
dengan reaksi
immunopatologi. Agen infeksius tidak ditemukan pada osteomyelitis CRMO tetapi ada
hipotesa menarik yang dikemukakan oleh Professor Fritz schiling pada tahun 2004 :
Pada beberapa kasus, secara normal bakteri hipovirulent (anaerobik) pada kulit
ditemukan. Propionibacterium acnes memainkan peranan penting sebagai pemicu
antigenik potensial. Dari keadaan tersebut, bakteri ini memicu beberapa radang dari
sumsum tulang, terutama imunologi dengan infiltrasi plasmacellular, mempengaruhi
reaksi sclerosing dan hyperostosing yang memberi gambaran sclerosing osteomyelitis.3
Hubungan antara lesi kulit dan peradangan osteoarticular dijelaskan oleh tiga
hipotesa yang diajukan Hellman dan Schwartz berhubungan dengan respon autoimmun
yang dapat dipicu oleh bakteri atau virus patogen, yaitu
a) Hipotesa peniruan molekular, apabila fragmen dari mikroorganisme di kulit
menyerupai struktur (molekul) normal pada tulang atau sendi, maka sistem imun dapat
keliru menyerang jaringan osteoarticular normal. Respon imun yang salah sasaran
(cross-reaction) dapat menimbulkan reaksi arthritis seperti pada Reiter’s syndrome.4
Eltica Oktavia : Gambaran Radiografi Sapho Syndrome Pada Rahang, 2010.
b) Hipotesa imun kompleks menunjukkan bahwa apabila fragmen dari
mikroorganisme bergabung dengan imunoglobulin, imun kompleks dapat disimpan
ditulang atau sendi. Imun kompleks dapat mengaktifkan aliran
komplemen dan
menghasilkan reaksi peradangan. Contoh yang tepat dari patogenesis ini adalah arthritis
pada penyakit Bowel dan beberapa kasus dari arthritis gonococcal.4
c) Hipotesa kerusakan immune barrier, infeksi kulit dapat merusak barrier
antara sel imun dan beberapa jaringan kulit superfisial. Antigen normal di kulit akan
dihadapkan pada sistem imun. Beberapa epitop pada tulang dan tulang rawan menyerupai
antigen kulit normal yang menjadi subjek pada immunologic cross reaction dan
menghasilkan peradangan.4
Infeksi kulit yang berat dan kekambuhan yang nampaknya menjadi karakteristik
SAPHO syndrome untuk bisa menyebabkan fragmen radang yang besar. Infeksi ringan
mungkin tidak cukup untuk menyebabkan kerusakan osteoarticular. Faktor lain yang
mungkin berhubungan adalah predisposisi genetik. Apabila pasien defisiensi enzim yang
berkemampuan untuk mendegradasi bagian dari dinding sel bakteri tertentu, misalnya,
fragmen mikroorganisme yang besar dapat bertindak sebagai antigen potensial bagi
respon imunologi.4
2.4 Prevalensi
Insidens dan prevalensi SAPHO syndrome tidak begitu diketahui, tidak ada data
yang tersedia. PPHS jarang dan memerlukan waktu 20 tahun untuk mendapatkan 37
kasus. Untuk CRMO, berhubungan dengan pengetahuan yang lebih baik, diagnosis
Eltica Oktavia : Gambaran Radiografi Sapho Syndrome Pada Rahang, 2010.
CRMO lebih mudah ditetapkan. Prevalensi CRMO kira-kira 0.04 %. Oleh karena itu,
jumlah kasus CRMO (anak-anak, remaja dan dewasa) di Jerman (80 juta penduduk) kirakira 15000. Jumlah ini menunjukkan CRMO bukan merupakan penyakit yang jarang
terjadi.3
2.5 Diagnosa
Menurut Kahn dkk (1994), ada tiga kriteria diagnosa karakteristik dari SAPHO
syndrome:3,8
1) Multifokal osteitis dengan atau tanpa manifestasi pada kulit
2) Radang sendi akut atau kronis disertai dengan pustula atau psoriasis dari
telapak tangan dan kaki, atau acne atau hidradenitis
3) Osteitis disertai dengan salah satu dari manifestasi kulit.
Menurut Kahn, salah satu kriteria cukup untuk diagnosa SAPHO. Kelainan kulit
yang menyertai salah satu kriteria merupakan pustular dari : 3,8
•
psoriasis ( pustular psoriasis, palmoplantar pustulosis )
•
acne ( acne conglobata, acne fulminans atau follicular occlusion triad )
Penderita diduga menderita SAPHO syndrome apabila pasien menderita penyakit
kulit berupa pustular dengan nyeri rematik. Apabila pemeriksaan menunjukkan nyeri
tersebut disebabkan oleh peradangan steril dari tulang atau sendi, hipotesa cenderung
kuat mengarah ke SAPHO syndrome. Hal ini bisa salah apabila palmoplantar psoriasis
tidak dijumpai.3
Eltica Oktavia : Gambaran Radiografi Sapho Syndrome Pada Rahang, 2010.
Diagnosa dapat ditegakkan setelah keterangan peradangan steril dari sumsum
tulang dinyatakan oleh rangkaian MRI (Magneting Resonance Imaging) dan
menunjukkan peradangan oedem pada daerah tulang (sternum, clavicula, metafisis tulang
lamellar, tulang pelvis, vertebras, calcaneus, rahang bawah, dll). Histopatologi dengan
proses sklerotik sel plasma yang steril dan infiltrasi sel-sel radang non-infectious (limfosit
dan sel-sel plasma) menyatakan diagnosa dari CRMO. Prosesnya tidak selalu multifokal.
Meskipun jarang, lesi tulang unifokal dapat terjadi pada tulang leher atau rahang bawah.3
Kasus dimana hanya terdapat gejala pada tulang, diagnosis sulit dan lesi sering
menyerupai osteomyelitis suppurative karena adanya persamaan dalam gambaran
klinikopatologisnya. Oleh karena nyeri yang hebat dan berkelanjutan sampai beberapa
tahun, diagnosa dini sangat penting dalam mencegah prosedur yang tidak perlu dan dapat
memilih suatu pengobatan yang efektif.1
2.6 Differential Diagnosa
Differential diagnosa PPHS3,4
•
Psoriatic spondylarthritis
•
Ankylosing spondylitis ( penyakit Bechterew’s)
•
Primarily chronic osteomyelitis
Differential diagnosa CRMO3,4
•
Acute ( septic ) osteomyelitis dan kemungkinan polyosteomyelitis
•
Langerhans cell histiocytosis
Eltica Oktavia : Gambaran Radiografi Sapho Syndrome Pada Rahang, 2010.
•
Tumor jinak maupun ganas pada tulang contohnya Ewing’s sarcoma
•
Chronic polyarthritis, terutama juvenile idiopathic arthritis (JIA)
•
Ankylosing spondylitis
•
Lymphoma
•
Paget’s disease
Diagnosa SAPHO syndrome sangat penting karena banyak penyakit yang
mempunyai gambaran radiografi yang sama tetapi berbeda perawatan dan prognosisnya.4
BAB 3
SAPHO SYNDROME
SAPHO syndrome dikarakteristikkan dengan lesi kulit yang bergabung dengan
lesi tulang pada banyak tempat yang mempunyai masa eksaserbasi (gejala sakit atau
kekambuhan) dan remisi (periode dimana gejala penyakit berkurang atau menghilang).
Tanda klinis berupa perjalanan penyakit yang agak lambat, kronis dan sembuh sendiri.
Tidak ada pemeriksaan laboratorium spesifik yang dapat menunjukkan keberadaan
penyakit ini. Pemeriksaan laboratorium umumnya menunjukkan peningkatan C-reactive
protein sedangkan Erythrocite Sedimentation Rate (ESR) normal atau sedikit naik selama
eksaserbasi, tetapi jumlah sel darah putih selalu normal. Pada beberapa pasien terjadi
Eltica Oktavia : Gambaran Radiografi Sapho Syndrome Pada Rahang, 2010.
peningkatan level prolaktin yang biasanya diyakini bahwa prolaktin memegang peranan
penting dalam aktivitas penyakit autoimun 2,4,5,6,14,15,16
Pemeriksaan fisik dan gambaran klinis diperlukan untuk mendapatkan diagnosa
yang tepat. Pada pasien yang mempunyai gambaran tidak khas, biopsi tulang penting
untuk diagnosa dimana karakteristik SAPHO syndrome adalah pada biopsi selalu tidak
ditemukan mikroorganisme (tidak ada agen infeksius). Biopsi pada stadium awal
didapatkan infiltrate polymorphonuclear yang merupakan gambaran utama yang
gambarannya hampir serupa dengan infectious osteomyelitis. Pada stadium intermediate,
karakteristik sel mononuclear merupakan gambaran utama yang didapatkan pada biopsi.
Stadium akhir berupa lesi dengan peningkatan jumlah osteosit dan fibrosis sumsum.
Pemeriksaan histologi dari tulang menunjukkan peradangan kronis dan ditandai
perubahan tulang reaktif.2,6,14
3.1 Gambaran Klinis
Secara umum pasien mengalami sakit terutama tulang belakang, pembengkakan
jaringan lunak, nyeri dan kekakuan pada tulang yang terlibat serta keterbatasan dalam
pergerakan yang berhubungan dengan skeletal. Manifestasi sistemik tidak ada, tetapi
kadang-kadang pasien mengalami demam dan sering lelah.5,6
Osteoarticular yang abnormal dapat terjadi tanpa berasosiasi dengan lesi kulit.
Lesi kulit bisa terjadi secara berkala, mendahului ataupun bersamaan dengan lesi tulang.
Lesi kulit dapat berupa acne, palmoplantar pustulosis dan dissecting cellulitis pada kulit
kepala. Ada kecenderungan dimana pada pria lebih banyak mengalami penyakit kulit
Eltica Oktavia : Gambaran Radiografi Sapho Syndrome Pada Rahang, 2010.
berupa acne dan pada wanita berupa palmoplantar pustulosis. Palmoplantar pustulosis
dan acne dilaporkan sebanyak 51,7% dan 15,3% dari pasien SAPHO syndrome berturutturut.5
Palmoplantar pustulosis merupakan erupsi kronis dari pustula berwarna
kekuning-kuningan, intradermal dan murni yang terdapat pada telapak tangan dan kaki.
Prevalensi lesi tulang pada pasien dengan palmoplantar pustulosis adalah 1% - 22%.5
Acne merupakan kondisi kulit berupa benjolan peradangan (pustula) ataupun benjolan
besar (nodul).17 Acne yang timbul biasanya parah.5 Diantara beberapa type acne, yang
paling khusus adalah acne fulminans, acne conglobata dan hidradenitis suppurativa.4,11,18
Dissecting cellulitis merupakan plak nodular yang sangat sakit, merupakan kumpulan
material seropurulent yang terdapat pada kulit rambut.19 Walaupun asing bagi sebagian
besar ahli radiologi, kondisi kulit umumnya sama dengan lesi pustular aseptic yang diisi
dengan neutrofil pada tahap tertentu dimana pada biopsi terlihat karakteristik kumpulan
sel radang yang dikenal dengan neutrophillic pseudoabscess.4,11
Gambar 1. Palmoplantar pustulosis, dengan
karakteristik aseptik pustular dan
lesi
hyperkeratosis
yang
melibatkan permukaan telapak
tangan dan kaki. 20
Eltica Oktavia : Gambaran Radiografi Sapho Syndrome Pada Rahang, 2010.
Gambar 2. Acne Fulminans10
Gambar 3.Hidradenitis Suppurativa21
Gambar 4. Acne conglobata22
Gambar 5.Dissecting cellulitis23
3.2 Gambaran Radiografi
Gambaran radiografi adalah nonspesifik pada SAPHO syndrome.14 Tanda
karakteristik utama lesi tulang pada SAPHO syndrome berupa area osteosclerosis dengan
hyperostosis dan reaksi periosteal bercampur dengan area osteolysis, berasosiasi dengan
arthritis dari sendi yang berdekatan yang sering terjadi pada sternoclavicular dan regio
dada anterior. Tulang belakang, pelvis dan tulang peripheral juga bisa terkena.24
Umumnya lesi pada tulang peripheral yang terlibat berupa erosi, sklerosis dan reaksi
Eltica Oktavia : Gambaran Radiografi Sapho Syndrome Pada Rahang, 2010.
periosteal. Pada tulang panjang berupa osteosclerosis atau osteolysis dengan
pembentukan tulang baru periosteal. Secara radiografi, osteosclerotic dan lesi erosi sering
salah didiagnosa sebagai tumor tulang.7
Untuk mendiagnosa SAPHO syndrome, X-ray digunakan untuk mengevaluasi
keterlibatan dada anterior dan sternoclavicular. Scan tulang juga sangat membantu.25
Gabungan scintigraphi
99mTc HMDP dan Ga sitrat sangat membantu untuk
mengevaluasi aktivitas osteoblastik dan peradangan pada tulang.
26
Peneliti di Jerman
yang mengevaluasi 49 pasien SAPHO syndrome menemukan gambaran spesifik yang
cukup penting pada penderita SAPHO yang disebut dengan Bull Head Sign pada
sternoclavicular head dengan technetium 99 bone scan. Dari 49 pasien dengan SAPHO,
35 pasien mempunyai Bull Head Sign (gambar 6). 25
Gambar 6. Bull Head Sign yang menjadi gambaran utama pada SAPHO syndrome.7
Scan tulang dilakukan pada fase asimptomatik atau ketika pemeriksaan radiologi
secara langsung normal. Computerized Tomography (CT) secara jelas menunjukkan
hyperostotic dan lesi litik. Magnetic Resonance Imaging (MRI) digunakan pada lokasi
Eltica Oktavia : Gambaran Radiografi Sapho Syndrome Pada Rahang, 2010.
yang pasti dari peradangan. MRI sangat penting didalam pemeriksaan penyakit dan
cukup sensitif.14 MRI menunjukkan karakteristik tiap lesi pada stadium yang berbeda dari
aktivitas penyakit SAPHO syndrome. Pada stadium awal, karakteristik yang terlihat
berupa erosi atau osteolysis dari tulang yang terlibat dengan oedema pada sumsum
tulang. Karakteristik pada stadium intermediate berupa sklerosis tulang dimana lesi
osteolisis mulai berkurang. Pada stadium akhir terlihat gabungan gambaran antara
sklerosis dan osteolysis (mixed pattern).1,2,27
X-ray pada pelvis menunjukkan perubahan pada sendi dimana pada gambar 7
memperlihatkan sendi dibagian kiri terdapat perubahan sclerosis pada keseluruhan
sendi.25
Gambar 7. Sclerosis pada keseluruhan sendi bagian kiri 25
Eltica Oktavia : Gambaran Radiografi Sapho Syndrome Pada Rahang, 2010.
Gambar 8. Frontal tomogram menunjukkan
osteosclerosis dan osteolisis pada
ujung clavicula sebelah medial
dengan
erosi
pada
sendi
sternoclavicular.
Pada SAPHO syndrome, satu atau lebih sisi skeletal dapat terlibat. Jika multiple,
lesi dapat terjadi secara bersamaan atau berturut-turut. Pada tulang yang terlibat
umumnya terdapat kombinasi perubahan osteoproliferative dan osteodestructive.5
3.2.1 Tulang pipih
Tulang pipih yang umumnya terlibat adalah mandibula dan ilium. Karakteristik
gambaran radiografi pada lesi mandibula berupa adanya gabungan gambaran antara
osteolysis dan diffuse sclerosis (mixed pattern), reaksi periosteal type solid, resorpsi
tulang eksternal dan pembesaran tulang. 1
Eltica Oktavia : Gambaran Radiografi Sapho Syndrome Pada Rahang, 2010.
Gambar
9.Panoramik radiografi SAPHO syndrome.
Gambaran menunjukkan ”mixed pattern” .
Bintik-bintik
osteolisis
(tanda
panah)
ditemukan pada lesi sklerotik.1
Gambar
10.Panoramik radiografi dari osteomyelitis
mandibula pada SAPHO syndrome. Tulang
abnormal secara difus dari premolar kanan
sampai regio ramus. Tulang kortikal diresorbsi
secara luas.
Eltica Oktavia : Gambaran Radiografi Sapho Syndrome Pada Rahang, 2010.
Gambar 11. CT image dari SAPHO syndrome. Resorpsi tulang
kortikal secara difus dan bintik osteolisis (tanda
panah).1
Gambar 12. CT image dari SAPHO syndrome. Reaksi
periosteal type solid dan resorpsi tulang
kortikal secara luas terlihat.1
Eltica Oktavia : Gambaran Radiografi Sapho Syndrome Pada Rahang, 2010.
Gambar 13. CT image dari SAPHO syndrome melalui level
kanalis mandibularis (tanda panah panjang)
menunjukkan pembesaran mandibula sebelah
kiri (tanda panah pendek).1
Gambar 14. CT scan menunjukkan pembesaran, sclerosis dan
lesi litik pada mandibula sebelah kiri.28
Eltica Oktavia : Gambaran Radiografi Sapho Syndrome Pada Rahang, 2010.
Keterlibatan TMJ bilateral ditemukan pada kasus akhir-akhir ini. Keterlibatan
TMJ mendapatkan perhatian spesial sebagai petunjuk diagnosa lain SAPHO syndrome.
Karena tidak ada penyakit lain yang berkorelasi erat dengan osteitis mandibular,
temporomandibular arthritis dan rheumatoid arthritis (meskipun ada beberapa penyakit
lain yang berasosiasi dengan temporomandibular tetapi tidak dengan mandibular osteitis),
disimpulkan bahwa kehadiran mandibular osteitis dan temporomandibular arthritis
merupakan indikasi SAPHO syndrome.7
3.2.2 Regio Sternocostoclavicular
Regio sternocostoclavicular adalah sisi yang paling sering terlibat pada penyakit
ini, sekitar 70-90% pasien terkena. Area yang paling sering terlibat adalah regio dari
ligamen costoclavicular dengan ossification dan erosi abnormal yang terlihat pada area
ini, tetapi semua komponen dari dada anterior dapat terlibat, terutama klavikula dan
manubrium sterni. Hyperostosis adalah karakteristik yang utama dari SAPHO syndrome
dan umumnya berasosiasi dengan osteosclerosis. Osteolysis kadang-kadang ditemukan.
Kedua gambaran ini sering berasosiasi. Keterlibatan jaringan lunak disekitar hyperostosis
dapat ditemukan dan kadang-kadang menyebabkan venous thrombosis. Asosiasi antara
arthritis dan ankylosis dari artikulasi berdekatan sering terlihat.5
Eltica Oktavia : Gambaran Radiografi Sapho Syndrome Pada Rahang, 2010.
Gambar 15. a) CT scan menunujukkan erosi sternoclavicular (tanda panah) dan ankilosis tulang
antara sternum dan tulang rusuk pertama kanan (gambar kiri atas). b) CT scan
menunjukkan hyperostosis dan osteosclerosis pada sternum (gambar kiri bawah). C)
Tomogram multidirectional pada projeksi lateral menunjukkan osteosclerosis dan
periostitis pada sternum dengan erosi pada manubriosternal joint.5
3.2.3 Axial Skeleton
Tulang belakang adalah sisi kedua yang paling umum terlibat pada penyakit ini.
Tiga manifestasi radiografi terlihat sering dengan kombinasi; osteosclerosis pada satu
atau lebih badan vertebral, paravertebral ossifications menyerupai marginal/nonmarginal
syndesmophytes atau massive bridging dan lesi dari discovertebral junction yang
gambarannya mirip dengan infectious spondylitis. Keterlibatan secara unilateral lebih
sering dengan karakteristik osteosclerosis luas pada sekitar tulang iliac.5
Eltica Oktavia : Gambaran Radiografi Sapho Syndrome Pada Rahang, 2010.
a
b
c
Gambar 16. a) Anteroposterior radiograf dari tulang belakang lumbar menunjukkan osteosclerosis
homogen difus dari L-4. b) Anteroposterior radiograf pada tulang belakang lumbar
menunjukkan syndesmophytes yang jelas. c) Pada lateral radiograf, erosi dan osteosclerosis
terlihat pada L-3, L-4 dan L-5 bersamaan dengan syndesmophytes.5
3.2.4 Appendicular Skeleton
Keterlibatan tulang panjang terdapat pada 30% pasien. Penyakit sebagian besar
terjadi pada regio metaphyseal dari distal femur dan proximal tibia, tetapi fibula,
humerus, radius dan ulna dapat juga terlibat. Secara radiografi, lesi terdiri dari
osteosclerotik atau osteolysis dan pembentukan tulang baru periosteal dengan
pembesaran tulang.
5
Gambaran seperti osteomyelitis kronis tetapi tanpa adanya abses
atau squestrum.29
Eltica Oktavia : Gambaran Radiografi Sapho Syndrome Pada Rahang, 2010.
a
b
Gambar 17. Anteroposterior (a) dan lateral (b) radiograf pada femur
menunjukkan lesi osteosclerotik dan osteolisis pada daerah
distal.5
3.3 Perawatan dan Prognosis
Perawatan
(symptomatic).3
pasien
SAPHO
syndrome
tergantung
pada
gejala
klinis
Banyak obat-obatan yang sudah digunakan dalam upaya untuk
mengobati SAPHO syndrome.4 Umumnya, perawatan osteoarticular menggunakan
nonsteroidal antiinflammatory drugs (NSAID) dan obat cortisone (bisa dalam bentuk
krim topikal, tablet atau suntikan kedaerah yang terlibat).7,30 NSAID secara umum
mengobati gejala sakit. Ketika NSAID gagal dalam mengobati gejala sakit, kortikosteroid
digunakan sebagai alternatif lain untuk mengobati gejala sakit walaupun efek samping
obat ini cukup besar.4,23 Kortikosteroid lebih efektif dari antibiotik dalam mengurangi
gejala penyakit sehingga disimpulkan bahwa penyebab utama penyakit ini bukan karena
infeksi bakteri tetapi disebabkan karena reaksi alergi atau penyakit autoimun.1
Eltica Oktavia : Gambaran Radiografi Sapho Syndrome Pada Rahang, 2010.
Perawatan medis dengan interferon-α
telah berhasil digunakan pada pasien
SAPHO syndrome. Beberapa laporan juga menyatakan hasil perawatan osteoarticular
yang baik dengan menggunakan methotrexate, anti-alpha-TNF, calcitonin, azithromycin,
biphosphonat (contoh :pamidronate), vitamin D derivatives, cyclosporine A, prednisone,
doxycyclin, steroid, colchicin, salazopyrine, dan sulfalazine.3,4,6,7,14,23,31 Azithromycin
mempunyai efek antiinflamasi dan immunomodulating yang berhasil mengobati SAPHO
syndrome pada beberapa kasus. Calcitonin merupakan perawatan hormonal yang
menstabilkan massa tulang atau mempunyai efek osteotropik, menstimulasi inhibisi
osteoclast (untuk mengurangi resorpsi tulang) dan juga menstimulasi osteoblast sehingga
efektif menghilangkan inflamasi tulang.3 Penggunaan biphosphonat pada stadium awal
berhasil dalam mengobati lesi tulang karena obat ini mempunyai efek anti-osteoclastic
dan anti-inflamatory tetapi mempunyai efek samping terhadap ginjal dan kualitas tulang.
Penelitian dengan anti-TNF menunjukkan anti-TNF efektif dalam mengobati keluhan
osteoarticular meskipun obat ini dapat memicu eksaserbasi kulit.14 Pada sejumlah kasus,
pasien diberikan pengobatan berupa obat antiinflamasi dan obat immunomodulating
dengan efek hormonal osteotropik secara jangka panjang dan memberikan hasil yang
baik dengan efek samping yang sedikit.3
Sehubungan dengan perawatan bedah, tonsillectomy telah menghasilkan
perbaikan gejala pada 80% pasien sternocostoclavicular dan pada evaluasi 289 kasus di
Departemen Otolaringology Universitas Sapporo Medical terdapat perbaikan yang jelas
dari lesi kulit pada 75% pasien palmoplantar pustulosis setelah tonsillectomy.
Menariknya, pasien yang membaik setelah tonsillectomy, nilai laboratorium tertentu juga
kembali normal.4
Eltica Oktavia : Gambaran Radiografi Sapho Syndrome Pada Rahang, 2010.
Perawatan lesi kulit dilakukan oleh dermatologis. Pada beberapa kasus terdapat
respon yang baik pada pemberian retinoid per os (melalui mulut) atau kutaneus (dioles
ke kulit).3 Keterlibatan lesi kulit pada SAPHO syndrome kadang-kadang dapat berkurang
selama pengobatan dengan antiinflamasi.32
Tabel 1. Terapi Medis Osteoarticular SAPHO Syndrome28
Antiinflamasi
Nonsteroidal antiinflammatory drugs
Immune modulator
Kortikosteroid
Interferon gamma
Interfeeron alpha
Intravenous immunoglobulin
Sulfasalazine
Dapsone
Antimetabolite
Methotrexate
Calcium modulator
Bisphosphonate
Obat lain
Colchicine
Hyperbaric oxygen
Kombinasi
Azithromycin + calcitonin ± bisphosphonate
Diclofenac + prednisolone
Prognosis pada pasien SAPHO syndrome bervariasi tetapi pada umumnya baik.4
Prognosis SAPHO syndrome tergantung pada durasi, komplikasi, periode kesembuhan
dari SAPHO syndrome.33
Walaupun sakit sering kambuh, pada umumnya ada
kecenderungan ke arah perbaikan dari waktu ke waktu. Komplikasi penyakit kadangkadang terjadi.4
Eltica Oktavia : Gambaran Radiografi Sapho Syndrome Pada Rahang, 2010.
BAB 4
LAPORAN KASUS
4.1 Kasus
Seorang pria berumur 65 tahun datang dengan pembengkakan unilateral dari
ramus dan corpus sebelah kanan mandibula serta keterbatasan membuka mulut. Beberapa
waktu lalu mengalami nyeri dan krepitasi pada TMJ dan keterbatasan membuka mulut
selama 6 bulan. Pasien mencoba mengkonsumsi obat tetapi gejalanya tidak berkurang.
Pasien ini juga menderita pustulosis pada tangannya dan psoriasis pada kakinya. Oleh
karena itu, diagnosa SAPHO syndrome dibuat. Pemeriksaan radiografi dan scintigraphi
dilakukan untuk mengevaluasi lesi tulang lebih jauh.26
4.2 Pemeriksaan
1) Panoramik radiografi pada sisi kanan mandibula menunjukkan destruksi
tulang secara luas. Banyak tulang kortikal pada pinggir inferior di regio kanan premolar
dan molar serta kanal mandibula teresorbsi dan kehilangan struktur trabekula pada corpus
regio premolar dan molar, ramus dan processus coronoideus sebelah kanan. Pada
mandibula sebelah kanan, gigi premolar dua dan molar tidak ada, penyebabnya masih
tidak diketahui.26
2) Scintigraphi dengan 99mTc HMDP menunjukkan akumulasi hebat pada corpus
mandibula, ramus dan processus sebelah kanan konsisten dengan peningkatan aktivitas
Eltica Oktavia : Gambaran Radiografi Sapho Syndrome Pada Rahang, 2010.
osteoblastik yang besar. Akumulasi yang luas ini dapat dikatakan sebagai osteomyelitis
pada panoramik radiographi.26
3) Scintigraphi dengan 67Ga sitrat dilakukan untuk mengevaluasi aktivitas
peradangan. Lesi pada mandibula sebelah kanan menunjukkan berkurangnya akumulasi
secara relatif, konsisten dengan peningkatan inflamasi. Gambaran radiografi dan
scintigraphi secara jelas mengindikasikan pembentukan tulang baru dan peradangan. Lesi
sebelah kanan mandibula didiagnosa sebagai osteomyelitis kronis.26
Pemeriksaan tambahan : Dilakukan pemeriksaan
99m
Tc HMDP pada sternum dan
vertebra lumbar. Gambaran scintigraphi mengindikasikan adanya aktivitas osteoblastik.
Gambaran radiographi menunjukkan hiperostosis antara vertebra lumbar pertama dan
kedua, tetapi tidak pada sternum. Tidak ada gejala pada sternum dan vertebrae lumbar
dan tidak ada trauma ataupun sakit.26
4.3 Gambaran radiografi
Eltica Oktavia : Gambaran Radiografi Sapho Syndrome Pada Rahang, 2010.
Gambar 18. Panoramik radiografi pada sisi sebelah kanan
mandibula menunjukkan erosi pada korteks
(tanda panah) dan kehilangan struktur
trabekula.26
Gambar 19.a) Scintigraphic dengan 99mTc HMDP menunjukkan akumulasi pada corpus mandibula, ramus
dan prosessus coronoid (tanda panah) konsisten dengan aktivitas osteoblastik.b) Scintigraphi
dengan 67 Ga sitrat menunjukkan akumulasi sebelah kanan mandibula.26
Gambar 20.a) Scintigraphi dengan 99Tc HMDP menunjukkan akumulasi pada clavicular notch sebelah kiri
dan sternal angle (tanda panah).b) Akumulasi dari 99mTcHMDP antara vertebra lumbar
pertama dan kedua (tanda panah).c) Gambaran radiografi pada vertebra lumbar menunjukkan
hiperostosis antara vertebra lumbar pertama dan kedua.26
Eltica Oktavia : Gambaran Radiografi Sapho Syndrome Pada Rahang, 2010.
BAB 5
KESIMPULAN
SAPHO (synovitis, acne, pustulosis, hiperostosis, osteitis) syndrome merupakan
penyakit kronis yang mempunyai kombinasi gambaran klinis dari osteomyelitis, arthritis
yang berasosiasi dengan manifestasi kulit (palmoplantar pustulosis, pustular psoriasis
atau acne yang parah). Manifestasi kulit dapat terjadi mendahului, bersamaan atau setelah
manifestasi tulang dan sendi. Dua penyakit yang termasuk SAPHO syndrome yaitu
Pustulo-Psoriatic Hyperostotic Spondylarthritis (PPHS) dan Chronic Reccurent
Multifokal Osteomyelitis ( CRMO ). Penyebab dari SAPHO syndrome hampir tidak
diketahui dan sering dihubungkan
dengan reaksi immunopatologi. Pemeriksaan
radiografi, histologi dan imunologi penting untuk diagnosa dan perawatan penyakit ini.
Umumnya gambaran klinis SAPHO syndrome berupa sakit pada tulang,
pembengkakan jaringan lunak, nyeri dan kekakuan pada tulang yang terlibat serta
kebatasan dalam pergerakan yang berhubungan dengan skeletal. Karakteristik gambaran
radiografi lesi mandibula berupa adanya gabungan gambaran antara osteolysis dan diffuse
sclerosis (mixed pattern), reaksi periosteal type solid, resorpsi tulang eksternal dan
pembesaran tulang. Keterlibatan TMJ yaitu dengan adanya kehadiran mandibular osteitis
dan temporomandibular arthritis merupakan indikasi SAPHO syndrome. Perawatan
pasien SAPHO syndrome tergantung pada gejala klinis (symptomatic). Umumnya,
Eltica Oktavia : Gambaran Radiografi Sapho Syndrome Pada Rahang, 2010.
perawatan osteoarticular menggunakan NSAID dan perawatan lesi kulit menggunakan
retinoid per os atau kutaneus. Prognosis penyakit ini pada umumnya baik.
DAFTAR PUSTAKA
1. Suei Y, Taguchi A, Tanimoto K. Diagnostic points and possible origin of
osteomyelitis in synovitis, acne, pustulosis, hyperostosis and osteitis (SAPHO)
syndrome : a radiographic study of 77 mandibular osteomyelitis cases.
Rheumatology 2003; 42:1398-403.
2. Dimeco F, Clatterbuck RE, Li KW, McCarthy EF, Olivi A. Synovitis, acne,
pustulosis, hyperostosis, and osteitis syndrome presenting as a primary calvarial
lesion. J.Neurosurg 2000; 93: 693-7.
3. Schilling
F.
SAPHO
syndrome.
Orphanet
2004.
http://www.orpha.net/data/patho/GB/uk-SAPHO.pdf
4. Boutin RD, Donald R. An evolving concept for unifying several idiopathic
disorders of bone and skin. AJR 1998; 170: 585-91.
5. Cotton A, Flipo R, Mentre A, Delaporte E, Duquesnoy B, Chastanet P. SAPHO
syndrome. Radiographics 1995; 15: 1147-54.
6. Rutten HP, Langelaan EJV. The SAPHO syndrome-a report of 2 patients. Acta
Orthop Scand 2002; 73(5):590-3.
Eltica Oktavia : Gambaran Radiografi Sapho Syndrome Pada Rahang, 2010.
7. Sunumu O. A case of SAPHO syndrome presenting with positive HLA-B27 and
multiple bone involvement:case report. Turkiye Klinikleri J Med sci 2008; 28:
754-7
8. Baltensperger. M, Eyrich. G. Osteomyelitis of the jaws. Springer-Verlag Berlin
Heidelberg.2009.44-8.
9. Massara A, Cavazzini PL, Trotta F. In SAPHO syndrome anti-TNF-α therapy may
induce persistent amelioration of osteoarticular complaints, but may exacerbate
cutaneous manifestations. Rheumatology 2006; 45:730-3.
10. Ntdelec MH, Martin SC, Roland PN, Mignot SG,Ruimy R, Meyer O, Hayem G.
Characterization of the immune respone in the synovitis, acne, pustulosis,
hyperostosis, osteitis (SAPHO) syndrome. Rheumatologi 2008; 47: 1160-7.
11. Hill S. SAPHO syndrome. 2006. file:///D:/SAPHO%20SYNDROME/bp3.htm
12. Anonymous.
Definition
of
syndrome,
SAPHO.
2009.
http://www.medterms.com/script/main/art.asp?articlekey=9364
13. Freyschmidt. Kohler/zimmer’s borderlands of normal and early pathological
findings in skeletal radiography. Georg Thieme Verlag 2003: 305-17
14. Eyigor S, Karapolat H, Adanur H, Kirazli Y. SAPHO syndrome with adrenal
deficiency: a case report. Cases Journals 2009; 2: 6281
15. Anonymous. Glossary of SCI terms. http://cripkorner.tripod.com/glossary.html
16. Anonymous.
Health
centre
environmental.
http://www.womenshealthmatters.ca/centres/environmental/glossary.html
Eltica Oktavia : Gambaran Radiografi Sapho Syndrome Pada Rahang, 2010.
17. Anonymous.
Acne.
AAD
2009.
http://www.aad.org/public/publications/pamphlets/common_acne.html
18. Anonymous.
SAPHO
syndrome.
KMJ
2007.
http://www.kma.org.kw/KMJ/Issues/june2007/.../39-05%20SAPHO.
19. Anonymous.
Dissecting
cellulitis
of
the
scalp.
2005.
http://www.medscape.com/viewarticle/507591
20. Anonymous.
SAPHO
syndrome.
UpToDate
2009.
file:///D:/SAPHO%20SYNDROME/spsynd.htm
21. Anonymous.
Hidradenitis.
2004
http://www.utopiasilver.com/images/testimonialimages/hidradenitis_clip_image0
04.gif&imgrefurl
22. http://skincare13.files.wordpress.com/2009/04/acne-conglobata.jpg&imgrefurl
23. Anonymous. Scalp dissecting cellulitis.Priory Lodge Education Limited 2007.
http://priory.com/medicine/dissecting_cellulitis.htm
24. Dupuch KM, Doyen JE, Grauer WO, Givry SC. SAPHO syndrome of the
temporomandibular joint associated with sudden deafness. AJNR Am J
Neuroradiol 1999; 20 :902-5
25. Tehlirain C. Round 7: Synovitis-acne-pustulosis-hyperostosis osteomyelitis
syndrome. John Hopkins University School of Medicine. 2006
Eltica Oktavia : Gambaran Radiografi Sapho Syndrome Pada Rahang, 2010.
26. Sato T, Indo H, Kawabata Y, Agarie R, Ishigami T, Noikura T. Scintigraphic
evaluation of chronic osteomyelitis of the mandible in SAPHO syndrome.
Dentomaxillofacial Radiologi 2001; 30: 293-5
27. Laredo JD, Bodaghi VV, Boutry N, Cotton A, Cuau CP. SAPHO syndrome: MR
appearance of vertebral involvement. Radiologi 2007; 242: 825-31
28. Chun CSY. Chronic Recurrent Multifocal Osteomyelitis of the spine and
mandible: case report and review of the literature. Pediatrics 2004. 113(4). 380-4
29. Anonymous. Diagnostic radiology/musculoskeletal imaging/infection/SAPHO
syndrome. 2009 http://en.wikibooks.org/Diagnostic_Radiology/Musculoskeletal
30. Anonymous.
SAPHO
syndrome.
2007.
http://www.medicinenet.com/sapho_syndrome/article.htm
31. Gervais ES, Soubrier M, Gerot I, Grange L, Puechal X, Sordet C, Sibilia J,
Duquesnoy B. The usefulness of bone remodeling markers in predicting the
efficacy of pamidronate treatment in SAPHO syndrome. Rheumatology 2006; 45:
339-42
32. Amital H, Applbaum YH, Aamar S, Daniel N, Rubinow A. SAPHO syndrome
treated with pamidronate: an open-label study of 10 patients. Rheumatology
2004.
33. Anonymous.
SAPHO
http://www.wrongdiagnosis.com/s/sapho_syndrome/intro.htm
Eltica Oktavia : Gambaran Radiografi Sapho Syndrome Pada Rahang, 2010.
syndrome.
Lampiran
Ankylosing spondylarthritis
:
Penyakit autoimun yang melibatkan tulang
belakang dan sendi sacroiliac.
Arthrides
:
Lebih dari satu type arthritis
Arthritis gonococcal
:
tipe infeksi arthritis yang terjadi akibat
terinfeksi gonorhoe.
Bowel disease
:
Peradangan pada kolon dan usus halus
Enthesopathic
:
Kerusakan dari ligament peripheral atau
muscular attachment
Epitop
:
Determinan antigen, merupakan bagian dari
makromolekul yang dikenali oleh sistem
imun, spesifik oleh antibody, sel B dan sel T.
Eltica Oktavia : Gambaran Radiografi Sapho Syndrome Pada Rahang, 2010.
Ewing’s sarcoma
:
Tumor ganas pada tulang atau jaringan lunak.
Faktor rheumatoid
:
Autoantibody (kompleks IgM-anti IgG) dalam
serum penderita rheumatoid arthritis.
HLA-B27
:
Antigen yang sering berasosiasi dengan
penyakit autoimun.
Langerhans cell histiocytosis
:
Penyakit yang melibatkan proliferasi dari sel
langerhans, sel abnormal dari sumsum tulang
dan mampu berpindah dari kulit ke lymph
node.
Lymphoma
:
Tumor solid pada sel limphoid
Ossifyng periostitis
:
Tipe deri peradangan pembentukan tulang
baru.
Osteolysis
:
Hilang atau berkurangnya kalsium.
Osteomyelitis suppurative
:
Abses pada tulang yang dikarakteristikkan
dengan proses peradangan.
Osteosclerosis
:
Peningkatan kepadatan tulang, yang secara
normal dideteksi oleh X-ray sebagai area
putih.
Paget’s disease
:
Penyakit yang melibatkan destruksi dan
pertumbuhan tulang yang abnormal yang
menyebabkan deformitas.
Prolaktin
:
Hormon yang dikeluarkan oleh kelenjar
pituitari.
Psoriasis
:
Sejenis penyakit kulit di mana penderita
mengalami proses pergantian kulit yang
terlalu cepat.
Psoriatic spondylarthritis
:
Peradangan pada satu atau lebih vertebra
disertai dengan lesi kulit.
Pustular psoriasis
:
Benjolan pada kulit yang berisi pus.
Eltica Oktavia : Gambaran Radiografi Sapho Syndrome Pada Rahang, 2010.
Reiter’s syndrome
:
arthritis reaktif, penyakit autoimun yang
berkembang sebagai respon terhadap infeksi
dibagian lain dari tubuh
Spondylitis
:
Peradangan pada vertebra.
Spondyloarthropathies seronegative
:
Peradangan sendi pada tulang vertebral yang
berasosiasi dengan MHC klas I molekul HLAB27 yang digunakan oleh praktisi medis
karena kondisi ini menyerupai penyakit
rheumatoid seperti rheumatoid arthritis tetapi
pemeriksaan serologi untuk RhF (rheumatoid
factor) negative.
Syndesmophites
:
Pertumbuhan tulang didalam ligamen, sering
pada ligamen dari tulang belakang.
Vena subclavian
:
Sambungan dari vena axillary
Eltica Oktavia : Gambaran Radiografi Sapho Syndrome Pada Rahang, 2010.
Download